3. METODE PENELITIAN
3.1.
Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakasanakan mulai awal bulan Maret sampai bulan Mei, dengan
interval pengambilan data setiap dua minggu. Penelitian berupa pengumpulan data bertempat di Pelabuhan Perikanan Nusantara Teluk Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat (Gambar 4). Penelitian dilanjutkan sampai bulan Juni dengan pengamatan gonad di Laboratorium Biologi Makro 1 Departemen MSP FPIK IPB.
Gambar 4. Lokasi penangkapan ikan layur di Teluk Palabuhanratu 3.2. Alat dan Bahan Alat yang digunakan selama penelitian yaitu penggaris/meteran dengan ketelitian 0,5 mm untuk mengukur panjang total ikan, timbangan digital dengan ketelitian 0,00005 gram untuk menimbang berat gonad ikan, alat bedah untuk memperoleh gonad dari perut ikan, botol sampel untuk menyimpan sampel gonad, kamera digital dan data sheet untuk mencatat seluruh data baik di lapangan maupun di laboratorium. Bahan yang digunakan yaitu ikan layur dan formalin 4-5% untuk mengawetkan sampel telur.
13
3.3.
Jenis Data
3.3.1. Data primer Data primer merupakan data yang diambil langsung di lapangan maupun data yang langsung diperoleh dari analisis laboratorium. Pada Tabel 2 dicantumkan parameter-parameter yang dikumpulkan selama penelitian ini. Tabel 2. Parameter yang diamati dan tempat pengamatan Parameter
Satuan
Tempat pengamatan
Panjang
mm
Lapangan (PPNP*)
Berat gonad
gram
Laboratorium
Fekunditas
butir
laboratorium
Diameter telur
mm
laboratorium
Ket : *PPNP = Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 3.3.2. Data sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian, melainkan diperoleh dari sumber lain, baik lisan maupun tulisan. Di bawah ini dicantumkan data-data yang merupakan data sekunder berikut dengan sumbernya. Tabel 3. Jenis data yang diperoleh dan sumber data Jenis data
Satuan
Sumber
Hasil produksi tahunan
kg
Data statistik kantor PPNP*
Hasil produksi harian
kg
Data harian Pos Pelayanan Terpadu PPNP*
Ket : *PPNP = Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu 3.4. Metode Kerja 3.4.1. Skema metode kerja Penyusunan
skema
metode
kerja
ditujukan
untuk
memudahkan
penggambaran secara menyeluruh mengenai langkah-langkah yang dilakukan selama pengumpulan data. Langkah-langkah tersebut dimulai dari pengukuran panjang sampai penyajian pola rekruitmen dan pengumpulan gonad sampai penghitungan potensi reproduksi. Dua skema di bawah (Gambar 5) mencantumkan langkah-langkah tersebut dengan lebih terperinci.
Ikan Layur
Pengukuran panjang
Pengambilan gonad TKG IV betina
Distribusi frekuensi
Fekunditas L∞ (L infiniti)
K (koefisien pertumbuhan)
t0 (umur awal) Potensi Reproduksi Suhu ratarata habitat (T)
Kurva Rekuitmen (%) terhadap waktu
Diameter telur
Mortalitas alami
Rekruitmen Knife-edge Pola Rekruitmen Ukuran Rekruit
Gambar 5. Skema metode kerja penelitian
Pola Reproduksi
16
3.4.2. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan pada tiap kali sampling yaitu berupa pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui pengukuran langsung terhadap panjang ikan yang didaratkan di Teluk Palabuhanratu. Ikan layur biasa didaratkan pada pagi hari sekitar pukul 07.00 – 09.00 WIB. Jumlah ikan yang diukur pada tiap kali sampling ± 100 ekor ikan. Ikan layur hasil tangkapan nelayan langsung diukur. Panjang ikan yang diukur adalah panjang total tubuhnya, yaitu dari ujung mulut sampai ujung ekor. Panjang ikan layur diukur dengan meteran jahit 1 meter yang memiliki ketelitian 0,1 cm. Untuk fekunditas, gonad ikan layur betina dikumpulkan dari hasil tangkapan nelayan yaitu dengan cara membedah ikan layur tersebut. Gonad tersebut dimasukkan ke dalam botol sampel dan diawetkan menggunakan formalin 4-5%. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa nelayan dan pedagang ikan pada sampling pendahuluan, ikan layur yang bertelur biasanya yang memiliki berat > 1 kg, sehingga tidak semua ikan layur yang terukur dibedah dan diambil gonadnya. Secara morfologi tingkat kematangan gonad ikan ditentukan sesuai dengan acuan modifikasi Cassie in Effendie (1979) yang dipaparkan pada Tabel 4. Tabel 4. Kriteria kematangan gonad modifikasi Cassie in Effendie (1979) TKG
Betina
I
Ovari seperti benang, panjang sampai kedepan rongga tubuh. Warna permukaan licin.
II
Ukuran ovari lebih besar. Pewarnaan lebih gelap kekuningan. Telur belum terlihat jelas dengan mata.
III
Ovari berwarna kuning dan secara morfologi telur mulai kelihatan butirnya dengan mata.
IV
V
Ovari makin besar, telur berwarna kuning, mudah dipisahkan. Butir minyak tidak tampak, mengisi 1/2 sampai 2/3 rongga perut, usus terdesak. Ovari berkerut, dinding tebal, butir telur sisi terdapat di dekat pelepasan. Banyak telur seperti pada tingkat II
Jantan Testis seperti benang, lebih pendek (terbatas dan terlihat ujungnya dirongga tubuh, warna jernih). Permukaan testis lebih besar. Pewarnaan putih seperti susu, bentuk lebih jelas daripada tingkat I. Permukaan testis tampak bergerigi, warna makin putih, testis makin besar, dalam keadaan diawaetkan mudah putus. Seperti pada tingkat III dan tampak lebih jelas. Testis lebih pejal. Testis bagian belakang kempis dan bagian dekat pelepasan masih berisi.
Besarnya nilai fekunditas diperoleh dengan cara menghitung jumlah telur yang berada di dalam gonad. Gonad betina yang dinyatakan sebagai TKG IV dibagi menjadi tiga bagian, anterior, median, dan posterior. Kemudian dari masing-masing bagian sub
17
gonad tersebut, diambil sebagian kecilnya untuk ditimbang dan dihitung jumlah telur yang berada di dalamnya. Hasil penghitungan jumlah telur contoh tersebut selanjutnya akan disubstitusikan ke dalam rumus penghitungan fekunditas. Selain fekunditas, aspek biologi reproduksi yang dikaji adalah pola reproduksi (pemijahan) yang dapat diduga dari sebaran diameter telur. Oleh karena itu, dilakukan pengukuran diameter telur sampel yang diperoleh dari gonad sampel sebanyak ± 50 butir telur. Diameter telur diukur menggunakan mikroskop yang dilengkapi dengan mikrometer okuler yang sudah ditera. Data sekunder yang dikumpulkan berupa jumlah produksi ikan layur selama lima tahun terakhir dan jumlah hasil tangkapan ikan layur harian. Data jumlah produksi tahunan diperoleh dari data statistik kantor Pelabuhan Peikanan Nusantara Palabuhanratu (PPNP), sedangkan data jumlah hasil tangkapan harian diperoleh dari data pencatatan harian yang dilakukan oleh Pos Pelayanan Terpadu PPNP. 3.4.3 Analisis Data a. Sebaran frekuensi panjang Ciri-ciri penting sejumlah besar data dengan segera dapat diketahui melalui pengelompokan data tersebut ke dalam beberapa kelas, dan kemudian dihitung banyaknya pengamatan yang masuk ke dalam setiap kelas. Susunan demikian ini, dalam bentuk tabel, disebut sebaran frekuensi (Walpole, 1993). Demikian pula yang dilakukan terhadap data panjang total ikan layur yang dikumpulkan selama penelitian. Sebaran frekuensi panjang adalah salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui umur ikan di daerah tropis. Data panjang total tersebut akan diolah dan disajikan dalam tabel dan diagram sebaran frekuensi panjang dengan tujuan agar data tersebut lebih mudah untuk diinterpretasikan. Langkah-langkah yang dilakukan untuk menyajikan data panjang dalam tabel dan grafik distribusi frekuensi dalam Walpole (1993) yaitu : 1) menentukan banyaknya selang kelas yang diperlukan, 2) menentukan wilayah data tersebut, 3) membagi wilayah data tersebut dengan banyaknya kelas untuk menduga lebar selangnya, 4) menentukan limit bawah kelas bagi selang yang pertama dan kemudian batas bawah kelasnya lalu menambahkan lebar kelas pada batas bawah kelas untuk mendapatkan batas atas kelasnya, 5) mendaftarkan semua limit kelas dan batas kelas dengan cara menambahkan lebar kelas pada limit dan batas selang sebelumnya, 6) menentukan titik tengah kelas bagi masing-masing selang dengan merata-ratakan limit kelas atau batas kelasnya, 7) menentukan frekuensi bagi masing-masing kelas, dan 8) menjumlahkan kolom frekuensi untuk membuktikan hasilnya sama dengan banyaknya
18
data total pengamatan. b. Pertumbuhan Model pertumbuhan yang berhubungan dengan panjang ikan dikemukakan oleh Von Bertallanfy yang kemudian disebut model Von Bertallanfy adalah (Sparre & Venema 1992) :
Lt = L∞ [1 – e –K(t – t0)] Keterangan : Lt = panjang ikan pada waktu t (mm) L∞ = panjang ikan maksimum (mm) K = koefisien pertumbuhan t = umur ikan (thn) t0 = umur ikan pada awal daur hidup (thn) Nilai L∞ dan K diperoleh dengan menggunakan metode ELEFAN I yang dihitung dengan bantuan program FiSAT II. Nilai t 0 diperoleh melalui persamaan empiris Pauly sebagai berikut :
Log (-t0) = 0,3922 – 0,2752 (Log L∞) – 1,038 (Log K) c. Fekunditas Fekunditas ikan ditentukan dengan menggunakan cara gravimetrik. Berat kering udara seluruh gonad ditentukan terlebih dahulu, demikian pula berat dari sebagian kecil gonad. Kemudian jumlah telur dalam sebagian kecil gonad tersebut dihitung langsung. Fekunditas dengan cara gravimetrik selanjutnya dihitung dengan menggunakan rumus (Effendie 1979):
X:x=B:b Keterangan: X = jumlah telur di dalam gonad yang akan dicari (fekunditas; butir) x = jumlah telur dari sebagian kecil gonad (butir) B = berat seluruh gonad (gram) b = berat dari sebagian kecil gonad (gram) Fekunditas sering dihubungkan dengan panjang dari pada dengan berat, karena panjang penyusutannya relatif kecil sekali tidak seperti berat yang dapat berkurang dengan mudah. Seringkali para peneliti memplotkan fekunditas mutlak dengan panjang ikan dan hubungan itu ialah :
F = a Lb dimana : F = fekunditas, L = panjang ikan, a, b = konstanta yang didapat dari data.
19
Persamaan matematik yang memungkinkan untuk meramalkan nilai-nilai suatu peubah tak bebas dari nilai-nilai satu atau lebih peubah bebas disebut persamaan regresi (Walpole 1993). Hubungan fekunditas dengan ukuran ikan (panjang dan bobot) ditentukan menggunakan analisis regresi linier (Steel & Torrie 1981 in Nasution 2004). Model rancangan regresi linear dalam Walpole (1993) adalah sebagai berikut :
µ = α + βx keterangan : µ α, β x d.
= nilai tengah = koefisien regresi = contoh acak (data) Diameter telur Telur sampel diambil sebanyak 50 buah dari gonad sampel (TKG IV) untuk
diukur di bawah mikroskop menggunakan skala dari mikrometer okuler. Hasil pengukuran disajikan dalam bentuk grafik sebaran diameter telur seperti yang dilakukan pada sebaran frekuensi panjang. Grafik tersebut diinterpretasikan melalui puncak atau modus yang terbentuk sebagai indikasi pola pemijahan ikan layur, baik itu total spawning atau partial spawning. e. Rekruitmen Ukuran rekruit yang dipresentasikan dalam panjang (mm) diperoleh melalui pendekatan knife-edge selection procedure yang menggambarkan model yield-perrecruit (Y/R) Beverton & Holt (1959). Nilai M/K dibutuhkan untuk memperoleh kurva Y/R pada FiSAT II. Besarnya nilai mortalitas alami (M) diperoleh dengan metode empiris Pauly : Log10(M) = 0.0066 - 0.279Log10(L∞) + 0.654Log10(K) + 0.4634Log10(T) Keterangan : M = mortalitas alami L∞ = panjang asimptotik pada persamaan pertumbuhan Von Bartallanfy (mm) K = koefisien pertumbuhan pada persamaan pertumbuhan Von Bartallanfy T = suhu rata-rata permukaan air (⁰C) Metode pendekatan knife-edge selection tersebut menghasilkan kurva Y/R relatif berdasarkan laju eksploitasi dan nilai rasio panjang kritis (L c/L∞). Ukuran panjang rekruit diasumsikan sama dengan L c atau panjang ikan ketika pertama kali tertangkap. Jika nilai L∞ dan Lc/L∞ diketahui, maka nilai Lc juga dapat dihitung.
20
Penentuan pola rekruitmen berdasarkan waktu (seasonal pattern of recruitment) dikerjakan dengan alat bantu aplikasi komputer FiSAT II (Fish Stock Assessment Tools II). Pola rekruitmen ditentukan dengan menggunakan data sebaran frekuensi panjang yang telah ditetapkan. Penghitungan ini meliputi pendugaan seluruh data sebaran frekuensi panjang ke dalam skala waktu satu tahun berdasarkan model pertumbuhan Von Bertallanfy (Pauly 1987 in Uneke et al., 2010). Kemudian melalui metode maximum
likelihood,
sebaran
tersebut
diubah
sesuai
komponen
Gaussian
menggunakan prosedur NORMSEP (Normal Separation) of Hasselblad (1966) (Uneke et al., 2010). Pada FiSAT II, parameter yang dibutuhkan untuk memperoleh plot pola rekruitmen berdasarkan waktu tersebut adalah parameter-parameter pertumbuhan yang sebelumnya telah diperoleh melalui model Von Bertallanfy. Nilai L∞, K, dan t0 (jika tersedia) adalah input yang diperlukan dalam pengerjaan penentuan pola rekruitmen pada FiSAT.