21
3. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Situ IPB yang terletak di dalam Kampus IPB Dramaga, Bogor. Situ IPB secara geografis terletak pada koordinat 106034’106044’ BT dan 6033’-6043’ LS. Penelitian ini dikerjakanan selama dua periode, yaitu bulan November-Desember 2010 dan Maret-April 2011. Pada tiap periode tersebut dilakukan tiga kali pengambilan data dengan rentang waktu dua minggu. Penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu pengambilan data lapang dan analisis laboratorium. Pengambilan data lapang meliputi data kualitas air, sampel air, dan biota akuatik (plankton, tumbuhan air, dan ikan). Analisis sampel air dilakukan di Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan dan analisis plankton dilakukan di Laboratorium Biologi Mikro, Bagian Produktivitas dan Lingkungan Perairan, sedangkan analisis ikan dilakukan di Laboratorium Biologi makro, Bagian Ekobiologi dan Konservasi Hayati Perairan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 3.2 Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari alat untuk pengambilan data lapang, yaitu 1.) alat untuk mengambil sampel ikan, yaitu perahu dengan kapasitas 5-6 orang (Lampiran 1.a) dan jaring insang (panjang jaring 30-35 meter dengan tinggi 1-1,5 meter) dengan ukuran mata jaring 1; 1,5; 2 inchi masing-masing sebanyak tiga buah (1.b), 2.) alat untuk mengukur morfometrik ikan, yaitu penggaris dengan ketelitian 1 mm (1.c) dan timbangan digital dengan ketelitian 1 gr (1.d), 3.) alat untuk mengukur kecerahan perairan, yaitu secchi disk (1.e), 4.) alat untuk mengukur suhu perairan, yaitu thermometer (1.f), 5.) alat untuk mengambil sampel air, yaitu van dorn bottle sampler (1.g) dan botol sampel dengan kapasitas 125 mL (1.h), dan 6.) alat untuk mengambil sampel plankton, yaitu plankton-net (1.i), ember dengan kapasitas 10 L (1.j), dan botol sampel dengan kapasitas 30 mL (1.k), dan alat untuk analisis di Laboratorium, yaitu 1.) alat untuk mengidentifikasi plankton, yaitu mikroskop
22
(1.l), 2.) alat untuk analisis kimia (oksigen terlarut, alkalinitas, dan kesadahan) di laboratorium, yaitu gelas Erlenmeyer (1.m), gelas piala (1.n), dan buret Assislent (1.o), dan 3.) alat untuk pengamatan pH, yaitu pH meter (1.p). Bahan utama penelitian ini, yaitu ikan. Bahan untuk pengamatan plankton, yaitu lugol 10% sebagai bahan pengawet. Bahan untuk pengamatan oksigen terlarut, yaitu Sulfamic Acid, MnSO4, NaOH+KI, H2SO4, Amylum, dan Na-tio sulfat 0,025. Bahan untuk pengamatan alkalinitas, yaitu indikator DPD; Na-tio sulfat 0,1 N; PP indikator; HCL 2 N; BCG+MR. Lalu bahan untuk pengamatan kesadahan, yaitu larutan buffer, indikator EBT, dan Na-EDTA (1.q). Gambar alat dan bahan penelitian dicantumkan pada Lampiran 1. 3.3 Metode Kerja 3.3.1 Penentuan stasiun pengamatan Stasiun pengamatan dipilih sebanyak 5 titik, yaitu dua stasiun di Situ Leutik pada bagian inlet dan bagian outlet (stasiun 1 dan 2) dan tiga stasiun di Situ Perikanan pada bagian inlet, bagian tengah, dan bagian outlet (stasiun 3, 4, dan 5). Penentuan stasiun ini mempertimbangkan keterwakilan dari masing-masing situ. Gambar 5 berikut adalah titik lokasi stasiun pengambilan sampel di Situ IPB dan secara visual dicantumkan pada Lampiran 2.
U St. 4 St. 5
St. 3 St. 2
St. 1
LEGENDA PETA SITU IPB Area perairan terbuka Area pulau terapung Lokasi pengambilan sampel
Gambar 5. Peta stasiun pengambilan sampel ikan di Situ IPB Sumber: diolah dari Budiarto (2011)
23
3.3.2 Metode pengambilan data Pengambilan sampel kualitas air Pengambilan sampel air dilakukan secara acak di tiap stasiun. Parameter yang diukur meliputi fisika dan kimia. Beberapa data yang diamati langsung di perairan (parameter insitu) yaitu suhu, kedalaman, kecerahan, dan warna. Parameter pH, oksigen terlarut, alkalinitas, dan kesadahan dianalisis di laboratorium dari sampel air yang telah diambil selama penelitian (parameter eksitu). Berdasarkan data morfometrik, Situ IPB termasuk dalam perairan yang dangkal sehingga diasumsikan bahwa tidak terdapat pelapisan perairan. Dengan demikian, pengambilan sampel air dilakukan hanya pada kedalaman ±1 meter dari permukaan perairan. Alat yang digunakan yaitu van dorn bottle sampler. Penggunaan alat ini dimaksudkan agar tidak terjadi aerasi pada saat penyimpanan air ke botol sampel. Tabel 1 berikut menyajikan parameter kualitas air yang diamati pada penelitian ini. Tabel 1. Parameter Kualitas Air Parameter FISIK : Suhu Kedalaman Kecerahan Warna KIMIA : pH DO Alkalinitas Kesadahan
Satuan
Metode
Alat
0
C cm cm -
Pemuaian Pengukuran Pengukuran Visual
Thermometer Batu dan tali duga Secchi disk -
mg/L mg/L mg/L
Sensorik Titrasi Winkler Titrasi dengan HCL Titrasi dengan EDTA
pH meter Alat-alat titrasi Alat-alat titrasi Alat-alat titrasi
Pengambilan sampel plankton Pengambilan sampel plankton dilakukan di lima stasiun menggunakan plankton-net. Air sampel sebanyak 50 liter diambil menggunakan ember lalu disaring dengan plankton-net hingga didapat saripati air sebanyak 30 mL. Air hasil penyaringan kemudian disimpan di dalam botol sampel dan ditambahkan pengawet lugol dengan konsentrasi 10%. Botol ditutup rapat dan disimpan di tempat gelap agar tidak terpenetrasi oleh cahaya. Sampel plankton ini selanjutnya dianalisis di laboratorium.
24
Pengambilan sampel tumbuhan air Pada penelitian ini pun dilakukan pengamatan tumbuhan air. Pengamatan dilakukan secara visual untuk mengetahui jenis dan kepadatan. Sampel tumbuhan air diambil secara sederhana untuk segera diidentifikasi. Kepadatan tumbuhan air dihitung dengan cara membandingkan luas penutupan terhadap luas permukaan perairan. Pengambilan sampel ikan Pengambilan sampel ikan dilakukan di lima stasiun Situ Leutik dan Situ Perikanan. Alat tangkap berupa jaring insang direntangkan sempurna dengan posisi melintang. Pada tiap stasiun dipasang tiga jaring dengan ukuran mata jaring yaitu 1; 1,5; 2 inchi. Panjang jaring berkisar 35-50 meter dan tinggi 1-1,5 meter. Kemudian jaring yang telah ditebar didiamkan selama ±12 jam, yaitu pukul 06.0018.00 (siang hari) dan 18.00-06.00 (malam hari). Proses penebaran dan pengangkatan jaring berlangsung selama ±2 jam. Proses ini dikerjakan pada pagi dan sore hari. Sehingga, tiap satu kali pengambilan contoh ikan dikerjakan selama dua hari, yaitu hari pertama di Situ Perikanan dan hari kedua di Situ Leutik. Ikan hasil tangkapan dicatat jenis dan jumlahnya. Kemudian data panjang dan berat ikan diukur menggunakan penggaris dengan ketelitian 1 mm dan timbangan digital dengan ketelitian 1 gr. Ikan yang tertangkap tidak dikembalikan ke perairan untuk menghindari penangkapan berulang. 3.3.3 Analisis Data Kelimpahan plankton Kelimpahan plankton menggambarkan kepadatan individu per satuan Liter. Kelimpahan plankton dihitung menggunakan rumus berikut (APHA 2005): N = n keterangan :
1 La Vt Vd Lb Vs N = jumlah total plankton (ind/L) n = jumlah total plankton satu spesies hasil pengamatan (ind) Vd = volume air yang disaring (Liter) Vt = volume air tersaring (ml) Vs = volume air satu tetes (ml) La = luas gelas penutup (mm2) Lb = luas lapang pandang (mm2)
25
Kelimpahan relatif ikan Kelimpahan relatif ikan menggambarkan komposisi jenis ikan yang tertangkap di perairan tersebut. Kelimpahan relatif ikan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Odum 1973): ni x 100% N keterangan : B = kelimpahan relatif ikan yang tertangkap ni = jumlah individu spesies ke-i N = jumlah total individu semua spesies yang tertangkap
B=
Indeks keanekaragaman Indeks keanekaragaman dihitung menggunakan rumus berikut (Odum 1973): n n H’ = - ∑ i ln i N N
keterangan :
H’ = indeks keanekaragaman Shannon-Weaner ni = jumlah individu spesies ke-i N = jumlah individu semua spesies
Indeks keseragaman Indeks keseragaman dihitung menggunakan rumus berikut (Odum 1973): E = H’ / Hmaks keterangan :
E H’ Hmaks S
= indeks keseragaman = indeks keanekaragaman = indeks keanekaragaman maksimum (ln S) = jumlah jenis
Indeks dominansi Indeks dominansi dihitung menggunakan rumus berikut (Odum 1973): C = ∑ p i2 keterangan :
C pi ni N
= indeks dominansi Simpson = proporsi dari contoh total untuk jenis ke-i (ni/N) = jumlah individu spesies ke-i = jumlah individu semua spesies
26
Sebaran ukuran panjang Langkah-langkah dalam membuat sebaran panjang adalah sebagai berikut (Walpole 1993): 1.
menentukan wilayah kelas (WK) = db-dk; db = data terbesar, dk = data terkecil.
2.
menentukan jumlah kelas (JK) = 1 + 3,32 log N; N = jumlah data
3.
menghitung lebar kelas ( L) = WK/JK
4.
memilih ujung kelas interval pertama
5.
menentukan frekuensi jumlah untuk masing-masing kelas, caranya adalah membagi frekuensi dengan jumlah total lalu dikalikan 100%.
Hubungan panjang-berat Analisis panjang dan berat bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan ikan di alam. Hubungan panjang berat menggunakan persamaan eksponensial sebagai berikut (Jennings et al. 2001): W=aLb keterangan :
W = berat total spesies (gram) L = panjang total spesies (mm) a = konstanta hasil regresi b = konstanta hasil regresi
Untuk mempermudah perhitungan, maka persamaan di atas dilogaritmakan sehingga menjadi persamaan linear sebagai berikut (Jennings et al. 2001) : Log W = Log a + b Log L keterangan :
Log W Log L Log a Log b
= logaritma berat total spesies (gram) = logaritma panjang total spesies (mm) = konstanta hasil regresi = konstanta hasil regresi
Hubungan panjang berat dapat dilihat dari nilai konstanta b. Jika b = 3, maka hubungannya bersifat isometrik (pertambahan panjang sebanding dengan pertambahan berat). Jika n ≠ 3, maka hubungan yang terbentuk adalah allometrik (pertambahan panjang tidak sebanding dengan pertambahan berat). Jika b > 3, maka hubungannya bersifat allometrik positif (pertambahan berat lebih dominan dari pertambahan panjangnya), sedangkan jika b < 3, maka hubungan yang
27
terbentuk bersifat allometrik negatif (pertambahan panjang lebih dominan dari pertambahan beratnya) (Effendie 2002). Untuk menentukan bahwa nilai b = 3 atau b ≠ 3, maka digunakan uji-t, dengan rumus (Walpole 1993): Thit =
3 Sb
hipotesa :
H0 : b = 3 pola pertumbuhan isometrik H1 : b ≠ 3 pola pertumbuhan allometrik
Selanjutnya Thit yang didapat akan dibandingkan dengan Ttabel pada selang kepercayaan 95%. Jika Thit > Ttabel, maka tolak Ho, dan sebaliknya jika Thit < Ttabel, maka terima H0.