16
3. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua lokasi perairan pesisir Banten yaitu perairan PLTU-Labuan Teluk Lada dan Teluk Banten Bojonegara, Provinsi Banten. Penelitian ini berlangsung mulai bulan Desember 2009 sampai Mei 2010. Perairan Bojonegara, Kecamatan Bojonegara, Kabupaten Serang. Perairan pesisir PLTU Labuan-Teluk Banten terletak di wilayah Kecamatan Labuan dan Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang. Identifikasi dan pengukuran kerang darah (Anadara granosa) panjang cangkang dan berat total dilakukan di Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Analisis kualitas air dan logam berat dilakukan di Laboratorium Produktivitas Lingkungan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 5, Gambar 6, dan Gambar 7.
Gambar 5. Lokasi penelitian perairan PLTU-Labuan Teluk Lada (www. google earth)
17
Gambar 6. Lokasi penelitian perairan Bojonegara Teluk Banten (www. google earth)
Gambar 7. Lokasi penelitian perairan Teluk Lada dan Bojonegara (www. google earth)
18 3.2. Pengumpulan Data 3.2.1. Pengambilan dan penanganan contoh air, substrat dan biota Pengumpulan data ditentukan dengan stasiun yang terdiri atas 3 stasiun. Pada setiap lokasi pengambilan contoh dibedakan berdasarkan asumsi bahwa terjadi perbedaan kondisi lingkungan pada masing-masing stasiun. Perairan PLTU-labuan terdiri dari 3 stasiun, yaitu stasiun 1 merupakan stasiun yang berdekatan dengan PLTU yang berjarak 1 km dari sekitar Muara Bama, stasiun 2 terletak di Tegal Papak dengan di sekitarnya terdapat tambak udang, dan stasiun 3 terletak di Muara Panimbang. Perairan Bojonegara terdapat 3 stasiun yang memiliki kondisi lingkungan yang berbeda. Stasiun 1 terletak di Muara Kali Teratai, stasiun 2 terletak di Muara Kali Wadas dan stasiun 3 Perairan Karangantu. Pengambilan contoh air dilakukan menggunakan Van dorn Water Sampler. Parameter yang diukur secara in situ terdiri atas suhu, salinitas, arus, DO (oksigen terlarut), dan pH. Contoh air yang diperoleh dimasukkan ke dalam botol sampel yang telah diberi label untuk dilakukan pengukuran secara ex situ di laboratorium yang meliputi logam berat (Pb, Cd, dan Hg). Pengambilan contoh substrat dasar perairan dilakukan satu kali pada setiap lokasi pengamatan menggunakan Ekman grab. Substrat yang diperoleh dimasukkan ke dalam kantong plastik yang telah diberi label untuk dilakukan pengukuran secara ex situ di laboratorium. Pada perairan PLTU-labuan, biota diambil dengan menggunakan alat tangkap garok yang ditarik oleh kapal motor sedangkan pada perairan Bojonegara dilakukan secara manual secara acak sederhana sebanyak 2 kali ulangan pada setiap stasiun. Kerang contoh yang diperoleh dimasukan ke dalam kantong plastik yang telah diberi label dan dimasukan ke dalam ice box.
3.2.2. Pengukuran dan Pengamatan 3.2.2.1. Pengukuran parameter cangkang kerang darah Kerang contoh diidentifikasi dengan cara mengamati morfologi
kerang,
yakni panjang dan berat total (Panjang diketahui berdasarkan tinggi) (bagian pertumbuhan tertua adalah umbo) (Barnes 1988). Kerang Darah diukur panjang menggunakan alat kaliper atau jangka sorong karena memiliki ketelitian yang tinggi dengan skala 0.01 mm, kemudian kerang contoh dibedakan berdasarkan ukuran
19 tingkat kematangan gonad yaitu juvenil (ukuran panjang ≥ 20 mm) sedangkan dewasa ( > 20 mm) (Broom 1985). Kerang contoh ditimbang menggunakan neraca digital dengan ketelitian 0.0005. Dalam hal ini yang ditimbang merupakan berat basah total. Berat basah total adalah berat total jaringan tubuh kerang dan air yang terdapat didalamnya.
3.2.2.2. Analisis kualitas air dan sedimen Contoh substrat dasar perairan yang diperoleh dianalisis untuk mengetahui komposisi (%) liat, pasir, dan debu. Penentuan tekstur substrat dilakukan dengan mencocokkan persentase liat, pasir, dan debu dengan menggunakan segitiga Millar. Segitiga Millar dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Segitiga Millar (Brower et al. 1990) Langkah-langkah penentuan tekstur dasar perairan : 1. Menentukan komposisi dari masing-masing fraksi substrat. Misalnya fraksi pasir
20 45%, debu 30%, dan liat 25%. 2. Ditarik garis pada sisi persentase pasir di titik 45% sejajar dengan sisi persentase debu. Hal yang sama juga dilakukan untuk fraksi debu dan liat. Ditarik garis pada sisi persentase liat di titik 30% sejajar dengan persentase liat. 3. Hasil pertemuan ketiga titik berada pada tekstur lempung liat. Analisis logam berat yang terdiri atas Pb (timbal), Cd (Kadmium) dan Hg (Merkuri) pada air dan sedimen dilakukan dengan cara langsung untuk contoh air dan cara kering (pengabuan) untuk contoh sedimen. Penentuan kandungan logam berat terbagi atas beberapa tahap, yaitu preparasi, ekstraksi dan injeksi. Tahap preparasi dilakukan pada sedimen. Sebelum di analisis sedimen dikeringkan terlebih dahulu selama satu hari di dalam oven dengan suhu 105ºC. Kemudian dilakukan penggerusan hingga halus agar homogen dengan menggunakan mortar dan cawan petri. Setelah halus, sedimen ditimbang sebanyak 0.5 gram dan dilakukan pemanasan kembali dengan penambahan bahan H2SO4 dan HNO3. Hasil dari pemanasan tersebut dilarutkan kembali dengan etanol 37% Tahap ekstraksi dilakukan pada ketiga contoh, yaitu air laut, sedimen dan (setelah tahap preparasi) dengan menggunakan bantuan alat corong pemisah dengan penambahan larutan standar logam seperti Kalium Natrium Tartarat, Hydroxylamin dan KCN (Kalium Sianida) serta larutan ditizhon diaduk hingga homogen. Setelah tahap ekstraksi selesai dilakukan tahap injeksi dengan memisahkan supernatant dari larutan contoh untuk dianalisis menggunakan bantuan alat spektrofotometer.
3.3. Analisis Data 3.3.1. Sebaran frekuensi panjang Sebaran frekuensi panjang adalah distribusi ukuran panjang pada kelompok panjang tertentu. Sebaran frekuensi panjang didapatkan dengan menentukan selang kelas, nilai tengah kelas, dan frekuensi dalam setiap kelompok panjang. Dalam penelitian ini, untuk menganalisis sebaran frekuensi panjang menggunakan tahapantahapan sebagai berikut : (1) Menentukan nilai maksimum dan nilai minimum dari seluruh data panjang total kerang darah.
21 (2) Dengan melihat hasil pengamatan frekuensi pada setiap selang kelas panjang kerang ditetapkan jumlah kelas dan interval. (3) Menentukan limit bawah kelas bagi selang kelas yang pertama dan kemudian limit atas kelasnya. Limit atas didapatkan dengan cara menambahkan lebar kelas pada limit bawah kelas. (4) Mendaftarkan semua limit kelas untuk setiap selang kelas. (5) Menentukan nilai tengah kelas bagi masing-masing kelas dengan merata-ratakan limit kelas. (6) Menetukan frekuensi bagi masing-masing kelas. Sebaran frekuensi panjang yang telah ditentukan dalam masing-masing kelas, diplotkan dalam sebuah grafik untuk melihat jumlah distribusi normalnya. Dari grafik tersebut dapat terlihat jumlah puncak yang menggambarkan jumlah kelompok umur (kohort) yang ada. Dapat terlihat juga pergeseran distribusi kelas panjang setiap pengambilan contoh. Pergeseran sebaran frekuensi panjang menggambarkan jumlah kelompok umur (kohort) yang ada. Bila terjadi pergeseran modus sebaran frekuensi panjang berarti terdapat lebih dari satu kohort. Bila terdapat lebih dari satu kohort, maka dilakukan pemisahan distribusi normal. Menurut Sparre dan Venema (1999), metode yang dapat digunakan untuk memisahkan distribusi komposit ke dalam distribusi normal adalah metode Bhattacharya (1967) in Sparre dan Venema (1999) dengan bantuan software program FISAT II.
3.3.2. Identifikasi kelompok ukuran Pendugaan kelompok ukuran dilakukan dengan menganalisis frekuensi panjang kerang darah. Data frekuensi panjang dianalisis dengan menggunakan salah satu
metode yang terdapat di dalam program FISAT II (FAO-ICLARM Stok
Assesment Tool) yaitu metode NORMSEP (Normal Separation). Sebaran frekuensi panjang dikelompokkan kedalam beberapa kelompok umur yang diasumsikan menyebar normal, masing-masing dicirikan oleh rata-rata panjang dan simpangan baku.
22 3.4. Pertumbuhan 3.4.1. Hubungan panjang berat Berat dapat dianggap sebagai fungsi dari panjang. Hubungan panjang dan berat hampir mengikuti hukum kubik yaitu bahwa berat kerang sebagai pangkat tiga. Namun sebenarnya tidak demikian karena panjang dan berat kerang berbeda-beda sehingga untuk menganalis hubungan panjang dan berat kerang masing-masing spesies kerang digunakan rumus sebagai berikut (Effendie 1997) W = α Lβ Keterangan : W = Berat total L = Panjang cangkang α = Intersep (perpotongan kurva hubungan panjang-berat dengan sumbu y) β = Penduga pola pertumbuhan panjang-berat nilai a dan b diduga dari bentuk linier persamaan di atas yaitu : log W = log α + β log L
Untuk mendapatkan parameter a dan b, digunakan analisis regresi dengan log W sebagai ‘y’ dan log L sebagai ‘x’, maka didapatkan persamaan regresi : y = a + bx Untuk menguji nilai b = 3 atau b ≠ 3 dilakukan uji-t, dengan hipotesis : H0 : b = 3, hubungan panjang dengan berat adalah isometrik H1 : b ≠ 3, hubungan panjang dengan berat adalah allometrik, yaitu : - Allometrik positif, jika b>3 (pertambahan berat lebih cepat dibandingkan pertambahan panjang) - Allometrik negatif, jika b<3 (pertambahan panjang lebih cepat dibandingkan pertambahan berat
thitung =
b1 − b0 Sb1
23 Keterangan : b1 b0 Sb1
= Nilai b (dari hubungan panjang berat) =3 = Simpangan koefisien b Bandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel pada selang kepercayaan 95%.
Selanjutnya untuk mengetahui pola pertumbuhan kerang, kaidah keputusan yang diambil adalah : thitung > ttabel
: tolak hipotesis nol (H0)
thitung < ttabel
: gagal tolak hipotesis nol (H0)
3.4.2. Metode ford walford (L∞, K) Metode Ford Walford merupakan metode sederhana dalam menduga parameter pertumbuhan L∞ dan K diperoleh melalui analisis data dengan metode ELEFAN dalam program FiSAT yang berasal dari persamaan von Bertalanffy dengan interval waktu pengambilan contoh yang sama. Berikut ini adalah persamaan petumbuhan von Bertallanfy (Sparre dan Venema 1999) :
Keterangan : Lt L∞ K to
: Panjang kerang pada umur t (satuan waktu) : Panjang maksimum secara teorotis (panjang asimtotik) : Koefisien pertumbuhan (per satuan waktu) : Umur teoritis pada saat panjang sama dengan nol
3.5. Laju Mortalitas (Z) Laju mortalitas (Z) diduga berdasarkan persamaan kurva hasil tangkapan kumulatif berdasarkan data komposisi panjang (Metode Jones dan van Zalinge).
Keterangan: Z adalah laju mortalitas; K adalah koefisien pertumbuhan.
24 Nilai Z di dapatkan dari hasil perhitungan dengan metode Jones anda van Zalinge yang diperoleh melalui bantuan program Mortality estimation yang terintegrasi dalam program software FISAT II (FAO-ICLARM Stok Assesment Tool).
3.6. Rekrutmen Rekrutmen dapat diketahui dari hubungan kerang juvenil dengan kerang dewasa sebagai berikut (Beverton & Holt 1957 in King 1995):
R = S (a + BS ) R = a + BS S
Keterangan : R = Kerang juvenil (ukuran panjang ≥ 20 mm) (Rekruit) S = Kerang Dewasa (ukuran > 20 mm) (spawning stok) a & b = Konstanta dari kurva Selanjutnya hubungan antara juvenil dan dewasa disajikan dalam bentuk grafik.