10
3. METODE PENELITIAN 3.1.
Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2009 sampai bulan November 2009
di Daerah Aliran Sungai Kampar, Provinsi Riau. Sampel ikan diperoleh dari hasil penangkapan ikan oleh nelayan dan tim peneliti pada 5 lokasi sampling yaitu, Waduk Kuto Panjang, Sungai Teso, Langgam, Rantau Baru dan Kuala Tolam. Penentuan titik sampling didasarkan pada informasi banyaknya ikan belida yang tertangkap oleh nelayan di lokasi tersebut. Ikan yang tertangkap diawetkan dengan alkohol absolut, kemudian sampel dibawa untuk dianalisis di Laboratorium Balai Riset Perikanan Perairan Umum Palembang dan Laboratorium Biologi Makro I, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
1 45'
Peta Lokasi Penelitian Sungai Kampar Provinsi Riau
Keterangan : Stasiun Sungai Pantai Batas WS Bengkalis Indragiri Kampar Reteh Rokan Siak
0 30'
RANTAU BARU
LANGGAM WADUK KUTO PANJANG
1 SUNGAI TESO
3 2
4 5 Kuala Tolam
Inset
0 45'
Sumber : BRPPU Palembang
100 15'
101 30'
102 45'
Gambar 2. Lokasi penelitian
104
11 Stasiun Waduk Kuto Panjang memiliki tipe substrat berpasir dan terdapat pohon yang sudah mati. Stasiun Sungai Teso perairannya berwarna coklat, memiliki substrat berpasir, dan di tepi sungai terdapat banyak tumbuhan. Untuk stasiun Langgam, Rantau Baru dan Kuala Tolam tipe substratnya berlumpur dan warna perairan agak kecoklatan (Lampiran 1). Parameter fisika dan kimia perairan Sungai Kampar selama penelitian di kelima stasiun pengambilan ikan contoh secara umum dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2.
Kisaran nilai parameter fisika dan kimia perairan daerah aliran Sungai Kampar
Parameter
Kisaran Satuan
WD
ST
LG
RB
KT
A. Fisika 1. Suhu air
oC
28,0-33,0
26,6-29,8
27,7-31,5
25,8-29,6
29-31,9
2. Kedalaman
m
4,1-9,3
0,2-4,6
3,0-19,7
1,2-6,9
4,1-6,1
3. Kecerahan
cm
9,0-20,0
9,9-16,5
40,0-53,3
21,7-48,0
27,5-65,8
1. DO
mg/l
5,5-7,3
7,6-7,9
2,3-3,5
2,4-7,9
3,6-7,4
2. pH
unit
6,5-8,6
5,0-8,0
5,5-6,9
5,0-6,6
5,0-6,6
B. Kimia
Keterangan: WD: Waduk Koto Panjang; ST: Sungai Teso; LG: Langgam; RB: Rantau Baru; KT: Kuala Tolam
3.2.
Metode Kerja
3.2.1. Pengambilan ikan contoh Pengambilan sampel ikan dilakukan setiap tiga bulan sekali yaitu pada bulan Mei, Agustus, dan November 2009 di lima lokasi sampling. Pengambilan sampel ikan belida dilakukan oleh nelayan lokal dan juga tim peneliti menggunakan alat tangkap pancing dan lukah pada stasiun Sungai Teso, serok pada stasiun Rantau Baru, sempirai pada stasiun Kuala Tolam, pancing dan lukah pada stasiun Langgam, dan Lukah pada stasiun Waduk Kuto Panjang (Lampiran 2). Ikan yang tertangkap dibawa ke daratan dan langsung diukur panjang dan bobotnya. Panjang ikan diukur menggunakan penggaris dengan ketelitian 1 mm, sedangkan bobot ikan ditimbang dengan menggunakan timbangan dengan ketelitian 1 gram. Ikan kemudian ditandai dengan Tagging Dynamo Machine berdasarkan stasiun penangkapan. Kemudian tubuh ikan belida diawetkan dengan larutan alkohol 5%, 10%, 20%, 50%, 70% secara gradual agar alkohol meresap ke dlam tubuh ikan
12 sehingga bagian dalam tubuh ikan tidak hancur. Selanjutnya ikan belida di analisa karakter morfometrik, meristik, dan fluktuasi asimetrik di Laboratorium Balai Riset Perikanan Perairan Umum Palembang dan Laboratorium Biologi Makro I, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
3.2.2. Pengamatan karakter morfologi ikan contoh di laboratorium Alat-alat yang digunakan dalam pengamatan di laboratorium adalah alat bedah, botol sampel, penggaris dengan ketelitian 1 mm, electronic digital caliper dengan ketelitian 0,01 mm, dan tissue (Lampiran 3). Bahan-bahan yang digunakan yaitu ikan belida, alkohol, formalin 5% untuk mengawetkan insang dan aquades. Dalam pengerjaannya ikan yang telah diawetkan dicuci terlebih dahulu, kemudian diukur karakter morfometriknya menggunakan penggaris dan electronic digital caliper dan dihitung karakter meristiknya secara manual. Penentuan karakter morfometrik-meristik dilakukan berdasarkan morfologi ikan. Galman (1987) in Brojo (1999) menentukan 12 karakter morfometrik pada ikan nila (Oreochromis niloticus) sedangkan Priyanie (2006) in Widiyanto (2008) menentukan 34 karakter morfometrik dan 13 karakter meristik pada ikan kurisi (Pristipomoides filamentosus). Hal ini menandakan tidak adanya standar tetap dalam penentuan jumlah karakter morfometrik-meristik yang akan diukur maupun dihitung pada tiap spesies ikan melainkan disesuaikan dengan morfologi ikan. Pada penelitian ini ditentukan 25 karakter morfometrik dan meristik yang didasarkan pada morfologi ikan. Karakter meristik yang dihitung dan morfometrik yang diukur dapat dilihat pada gambar 3 dan 4 serta pada tabel 3. Tabel 3. Karakter morfometrik dan meristik No
Karakter
Abreviation
Keterangan
1
Panjang standar (Standard length)
SL
Jarak antara ujung bagian kepala terdepan dengan pangkal ekor
2
Jarak ke operculum kedua (Distance to second operculum)
DSO
Jarak antara ujung bagian kepala terdepan dengan operculum kedua
3
Panjang hidung (Snout length)
SNL
Jarak antara ujung bagian kepala terdepan dengan lubang hidung
4
Lebar kepala (Head width)
HW
Jarak lurus terbesar antara kedua keping tutup insang pada kedua sisi kepala
13 5
Lebar antar mata (Interorbital width)
IOW
Jarak lurus antara kedua mata
6
Rahang atas (Upper jaw mouth)
UJM
Jarak dari ujung terdepan mulut bagian atas dengan ujung terbelakang tulang rahang atas
7
Rahang bawah (Lower jaw mouth)
LJM
Jarak dari ujung terdepan mulut bagian bawah dengan ujung terbelakang tulang rahang bawah
8
Panjang pectoral (Pectoral length)
PTL
Jarak dari ujung kepala sampai operculum pertama
9
Diameter mata (Eye diameter)
ED
Panjang garis tengah rongga mata
10
Panjang sebelum sirip pectoral (Prepectoral fin length) Panjang sebelum sirip ventral (Prepelfiv length)
PPFL
Jarak antara ujung terdepan mulut bagian bawah dengan ujung terdepan dari sirip pectoral
PPL
Panjang prepelfiv, jarak antara ujung terdepan mulut dengan pangkal sirip ventral
12
Panjang sebelum sirip anal (Pre-anal length)
PAL
Jarak antara ujung terdepan mulut dengan pangkal sirip anal
13
Lebar mulut (Mouth width)
MW
Bukaan mulut paling lebar, jarak antara sudut sisi kiri dan kanan mulut
14
Lebar tubuh (Body width)
BW
Jarak paling lebar sisi kanan dan kiri tubuh ikan
15
Panjang sirip pectoral (Pectoral fin length)
PFL
Jarak antara ujung sirip pectoral dengan pangkal sirip pectoral
16
Panjang sirip ventral (Pelvic fin length)
PEFL
Jarak antara ujung sirip ventral dengan pangkal sirip ventral
17
Panjang sirip dorsal (Dorsal fin length)
DFL
Jarak tertinggi antara ujung sirip dorsal dengan dasar sirip dorsal
18
Jumlah duri ventral (Number of ventral spines)
NVS
Jumlah duri-duri pada bagian ventral di dekat kepala
19
Jumlah jari-jari sepanjang sirip anal (Number of anal fin length rays) Jumlah jari-jari sirip pectoral (Number of pectoral fin rays) Jumlah jari-jari sirip dorsal (Number of dorsal fin rays) Tinggi kepala (Head depth)
NAFL
Jumlah jari-jari keras, lemah mengeras, maupun lemah pada sirip anal
NPF
Jumlah jari-jari keras, lemah mengeras, maupun lemah pada sirip pectoral
NDF
Jumlah jari-jari keras, lemah mengeras, maupun lemah pada sirip dorsal
HD
Panjang garis tegak antara pangkal kepala bagian atas dengan pangkal kepala bagian bawah
23
Lebar sirip anal (Anal fin width)
AFW
24
Panjang kepala (Head length)
HL
Jarak antara ujung mulut dan ujung operculum terakhir
25
Tinggi badan (Body depth)
BD
Jarak lurus terpanjang antara bagian atas dan bawah tubuh ikan
11
20 21 22
Ukuran paling lebar sirip anal
14
Gambar 3. Karakter morfologi ikan tampak samping
Gambar 4. Karakter morfologi ikan tampak atas
14
15 Untuk fluktuasi asimetrik, karakter morfometrik dan meristik bilateral yang diukur dan dihitung yaitu : 1. Lengkung insang terluar (Tapis insang) 2. Jari-jari sirip dada 3. Diameter mata (Diameter Panjang dan Lebar mata)
3.3.
Analisis Data Selang kelas panjang ditentukan berdasarkan Walpole (1995). Banyaknya
selang kelas ditentukan oleh rumus k = 1 + 3,322 log n (n adalah banyaknya data panjang total yang diukur).
Wilayah data adalah selisih antara ukuran ikan
terpanjang dengan terpendek sedangkan lebar selang kelas ditentukan dengan membagi wilayah data dengan banyaknya selang kelas. Pembandingan besarnya keragaman
morfologis
antar
lokasi
dilakukan
secara
deskriptif
dengan
membandingkan rata-rata koefisien keragaman (CV). Data morfometrik dan meristik yang berasal dari metode pengukuran konvensional dianalisis menggunakan program Statistica 6.0. Untuk melihat penyebaran karakter dilakukan dengan Analisis Komponen Utama (PCA) dan Analisis Canonical, untuk melihat keeratan korelasi dengan Analisis Diskriminan. Data bobot tidak disertakan dalam analisis ini. Hal ini untuk menghilangkan pengaruh akibat perbedaan ukuran sampel (Heales Polzin & Staples 1995 in Imron 1998). Karakter yang mempunyai hubungan korelasi yang dekat dapat dianggap memiliki sifat-sifat yang sama ataupun berlawanan (Rachmawati 1999). Untuk meminimalisir pengaruh perbedaan ukuran sampel, maka sebelum dilakukan analisis, seluruh hasil pengukuran panjang pada tubuh ikan yang merupakan karakter morfometrik distandarisasikan ke dalam bentuk persentase panjang standar.
3.3.1. Analisis Komponen Utama (PCA) Analisis Komponen Utama merupakan metode statistik deskriptif yang bertujuan untuk mempresentasikan sebagian besar informasi yang terdapat dalam suatu matriks data ke dalam bentuk grafik. Berdasarkan hasil analisis dari program PCA, didapatkan suatu komponen utama yang mampu mempertahankan sebagian
16 besar informasi yang diukur menggunakan keragaman total dengan menggunakan sedikit komponen utama saja. Penggunaan komponen utama sering disarankan untuk digunakan dalam proses mereduksi banyaknya peubah (Sartono et al. 2003). Dari hasil analisis akan didapat suatu matriks data yang nilai-nilainya menunjukkan seberapa dekat suatu karakter memiliki keterkaitan dengan karakter lainnya. Dari hasil analisis pula akan didapat penurunan satuan suatu karakter akan diikuti oleh peningkatan satuan dari karakter yang lain (Dewi 2005 in Widiyanto 2008). Selain itu, hasil plot antar komponen utama (grafik score plot) dapat
digunakan
untuk
menentukan banyaknya
pengelompokkan secara
sederhana.
3.3.2. Analisis Diskriminan Analisis diskriminan adalah teknik analisis untuk mendeskripsikan, mengelompokkan dan membandingkan grup individu yang dikarakteristikkan oleh sejumlah variabel kuantitatif (Bengen 2000). Pada analisis diskriminan kita dihadapkan dengan dua permasalahan, yaitu : a.
Mendefinisikan variabel-variabel yang dapat membedakan dengan baik grupgrup individu yang terbentuk.
b.
Mengenal karakteristik individu yang tidak terklasifikasi dan menemukan grupnya. Tujuan penggunaan analisis ini antara lain, untuk menguji apakah terdapat
perbedaan nyata antar beberapa grup yang ditentukan oleh sejumlah variabel kuantitatif
dan
mendeterminasi
variabel-variabel
yang
paling
mengkarakteristikkan perbedaan-perbedaan.
3.3.3. Analisis Kelompok (Cluster) Analisis kelompok dimaksudkan untuk mengelompokkan ikan belida dari setiap stasiun ke dalam kelompok masing-masing dari sejumlah variabel atau karakter yang dianalisis. Teknik ini ditujukan untuk membentuk kelompokkelompok individu yang memiliki karakteristik sama (Bengen 2000). Pada prinsipnya analisis ini menggunakan pengukuran jarak Euclidean.
17 3.3.4. Indeks Fluktuasi Asimetri Pendekatan persentase asimetri dan fluktuasi asimetri dilakukan dengan cara menghitung dan membandingkan karakter morfometrik dan meristik bilateral pada sisi kiri dan kanan setiap individu ikan uji (Nurhidayat 2000). Karakter morfometrik bilateral yang diamati adalah diameter panjang dan lebar mata, sedangkan karakter meristik bilateral yang diamati adalah jumlah jari-jari sirip dada dan tapis insang pada lengkung insang bagian luar. Hasil perhitungan selanjutnya digunakan untuk menghitung nilai fluktuasi asimetrinya, baik besaran maupun bilangan, dengan rumus yang dikemukakan Leary et al. (1985) sebagai berikut :
FAn
(Zi) n
FAm
( Xi Yi) n
Keterangan : FAn FAm Xi Yi Zi n
= fluktuasi asimetri bilangan = fluktuasi asimetri besaran = Jumlah karakter sisi kiri = Jumlah karakter sisi kanan = Jumlah individu asimetri untuk ciri meristik tertentu = Jumlah seluruh sampel yang diamati Dari masing-masing karakter yang diamati dapat dicari nilai fluktuasi
asimetri gabungan (Overall). Fluktuasi asimetri gabungan merupakan hasil penjumlahan nilai fluktuasi asimetri dari semua karakter morfometri dan meristik bilateral yang diamati. Rumus : FAgab = FAn + Fam Keterangan : FAgab = fluktuasi asimetri gabungan FAn = fluktuasi asimetri bilangan FAm = fluktuasi asimetri besaran