13
3. METODE PENELITIAN
3.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di perairan Cirebon yang merupakan wilayah
penangkapan kerang darah. Lokasi pengambilan contoh dilakukan pada dua lokasi yang berbeda, yaitu lokasi pertama di perairan Bondet kedua di perairan Mundu (Gambar 5).
Penentuan lokasi pengamatan di tentukan berdasarkan asumsi
perwakilan daerah penelitian yaitu perairan Bondet mewakili bagian utara dan perairan Mundu mewakili bagian selatan. Selain itu, kedua lokasi tersebut di pilih karena memiliki tingkat produksi kerang yang tinggi di perairan Cirebon. Penelitian dilakukan pada bulan April-Juni 2011 dengan interval waktu pengambilan contoh satu bulan. Analisis contoh dilakukan di Laboratorium Pusat Antar Universitas (PAU), Laboratorium Fisika dan Kimia Lingkungan, Bagian Produktivitas dan Lingkungan Perairan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, dan Laboratorium Kesehatan Ikan, Depertemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 5. Peta lokasi penelitian kerang darah (A. granosa) di perairan Bondet dan Mundu ,Cirebon, Jawa Barat
14
3.2.
Bahan dan Peralatan Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerang darah yang
berasal dari dua perairan yang berbeda yaitu perairan Bondet dan Mundu yang terletak di perairan Cirebon.
Sebagai informasi penunjang, selain data primer
dilakukan pengumpulan data sekunder. Bahan-bahan kimia yang digunakan di lapangan meliputi larutan Bouin, alkohol 70-100% untuk pengawetan gonad dan bahan kimia yang digunakan di di laboratorium meliputi Xylol dan pewarna haematoksilin-eosin (larutan untuk analisis histologis) untuk pembuatan preparat histologis. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah perangkat perahu untuk mobilitas pengambilan contoh, alat penangkap kerang (garuk) untuk menangkap kerang, coolbox untuk menyimpan contoh, jangka sorong dengan ketelitian 0,01 mm untuk mengukur proyeksi profil, timbangan O-Haus ketelitian 0,0001 gram untuk mengukur bobot tubuh dan untuk mengukur bobot gonad, perangkat alat bedah, botol contoh, kertas label, cawan petri, wadah contoh, kamera digital, kompas bidik, GPS, mikroskop untuk pemotretan preparat histologis, dan perangkat pengukuran kualitas air seperti thermometer, refraktometer, pH meter, dan Secchi disk (Lampiran 11).
3.3.
Metode Kerja
3.3.1. Prosedur kerja di lapangan Penentuan lokasi stasiun pengamatan diasumsikan berdasarkan perwakilan daerah penelitian yaitu perairan Bondet mewakili bagian utara perairan Cirebon dan perairan Mundu mewakili bagian selatan perairan Cirebon. Selain itu, kedua lokasi tersebut di pilih karena memiliki tingkat produksi kerang yang tinggi di perairan Cirebon. Pengambilan contoh berupa kerang darah pada setiap lokasi penelitian dibagi menjadi 3 stasiun dan di setiap stasiun dilakukan sebanyak 3 kali ulangan dengan selang waktu satu kali per bulan dari bulan April 2011 hingga Juni 2011. Titik sampling di setiap stasiun penelitian ditentukan secara acak (random sampling) dan keberadaan kerang darah di perairan tersebut. Contoh kerang merupakan hasil tangkapan nelayan yang stasiun pengambilan contoh berdasarkan dengan lokasi penelitian.
15
Pengambilan contoh kerang darah (A. granosa) dengan menggunakan garuk. Garuk dioprasikan dengan cara menurunkan garuk tersebut ke dasar perairan, kemudian ditarik oleh kapal. Setiap kali jarak tertentu selama 30 menit garuk diangkat ke atas kapal untuk diambil hasilnya. Contoh kerang darah yang telah diambil dimasukan ke dalam coolbox yang berisi es. Selanjutnya diambil lagi secara acak sebanyak 6-12 ekor untuk diambil gonadnya dengan cara membeda tubuh kerang dari bagian kaki sampai ke perut, dengan menggunakan alat bedah. Selanjutnya gonad dipisahkan dan dimasukan ke dalam botol contoh yang telah diberi label kemudian diawetkan dengan larutan Bouin.
Selain itu dilakukan
pengukuran kualitas air untuk mengetahui kondisi perairan tersebut yang meliputi suhu, salinitas, pH, kecerahan, kecepatan arus dan kedalaman dilakukan pada saat pengamatan dan pengambilan data sekunder yang meliputi data statistik perikanan.
3.3.2. Prosedur kerja di laboratorium 3.3.2.1.
Pengukuran panjang-berat dan pengamatan TKG
Kerang contoh yang telah di bawah ke laboratorium diukur morfometrik yang meliputi panjang cangkang (cm), lebar cangkang (cm), tinggi umbo (cm), tebal (cm), (Gambar 6) menggunakan jangka sorong dengan ketelitian 0,01 mm, berat total (g), berat daging (g), berat gonad (g), menggunkan timbangan O-haus dengan ketelitian 0,0001 gram, dan jenis kelamin kerang.
Penentuan jenis kelamin
dilakukan dengan pembedahan kemudian dilihat secara secara visual dari warna gonad, individu jantan diketahui dari gonad yang berwarna putih susu hingga putih krem, sedangkan yang betina gonadnya berwarna oranye hingga kemerahan, Penentuan jenis kelamin dilakukan secara visual sedangkan penentuan TKG dilakukan berdasarkan ciri-ciri morfologi dan histologis. Histologis gonad berguna untuk mempelajari sel-sel gonad dengan lebih mendalam mengenai struktur, tekstur, dan fungsi dari bagian gonad yang diamati serta untuk mengamati perkembangan gonad kerang darah. Melalui histologis diharapkan akan dapat diketahui secara mendalam mengenai perkembangan yang terjadi di dalam sel gonad (Banks 1986 in Suryaningrum 2001). Gonad ditimbang dengan menggunakan timbangan O-Haus dengan ketelitian 0,0001 gram. Setelah itu Indeks kematangan gonad (IKG/GSI) dapat ditentukan.
16
Selanjutnya data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel untuk digunakan dalam analisis rasio kelamin dan analisis tingkat kematangan gonad. Data panjang cangkang hasil pengukuran selanjutnya dikelompokkan berdasarkan kelas ukuran panjang setiap kelas ukuran panjang dibedakan untuk masing-masing jenis kelamin.
Gambar 6. Pengukuran proyeksi profil (Wahyono 1993)
3.3.2.2.
Pembuatan preparat histologis gonad
Adapun pembuatan preparat histologis gonad kerang darah (A. granosa) dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: a. Contoh gonad dipotong 5-10 mm b. Fiksasi dalam larutan Bouin selama 24 jam c. Pengeringan (dehidrasi) dengan menggunakan alkohol secara bertingkat, yaitu 70 %, 80 %, 95 %, 100 % d. Penjernihan (clearing) pada larutan Xylol, Xylol II, Xylol III e.
Infiltrasi dengan parafin pada suhu 65-75°C
f. Penanaman (embedding) dan pembuatan blok parafin g. Penyayatan (mikrotomi) dengan ukuran 4-6 µm h. Pewarnaan preparat jaringan gonad dengan menggunakan pewarna haematoksilin-eosin i. Pelekatan pada gelas objek Proses pembuatan preparat histologis secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 9.
17
Klasifikasi tingkat kematangan gonad secara histologis dilakukan dengan membandingkan preparat histologis gonad kerang darah baik gonad jantan maupun betina hasil pengamatan dengan karakteristik kematangan gonad kerang darah yang dilakukan oleh Shain et al. (2006) dan Chipperfield (1953) in Setyobudiandi (2004) terhadap gonad kerang hijau (Perna viridis), seperti disajikan pada Lampiran 10.
3.4. Pengumpulan Data Sekunder Data sekunder meliputi data hasil tangkap kerang darah yang tertangkap, alat tangkap dan produksi diperairan Cirebon selama lima tahun terakhir. Data diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cirebon yang berhubungan langsung dengan kegiatan penangkapan kerang darah.
3.5.
Analisis Data
3.5.1. Sebaran frekuensi panjang Sebaran frekuensi panjang dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut
(Walpole 1992) : 1. menentukan wilayah kelas (WK) = max – min , max = data terbesar; min = data terkecil. 2. menentukan jumlah kelas (JK) = 1 + 3,32 log N; N = jumlah contoh 3. menghitung lebar kelas ( L) = WK/JK 4. memilih ujung kelas interval pertama 5. menentukan frekuensi panjang untuk masing-masing selang kelas
3.5.2. Tingkat eksploitasi sumberdaya kerang darah Variabel yang terkait dalam menentukan tingkat eksploitasi Sumberdaya kerang darah di kawasan perairan Cirebon adalah variabel laju kematian yang terdiri laju kematian alamiah (M), laju kematian penangkapan (F) dan laju kematian total (Z), kemudian variabel tingkat eksploitasi (E) dan parameter pertumbuhan. Laju mortalitas alami (M) ditentukan dengan hubungan empiris antara M dengan parameter pertumbuhan (L∞ dan K) dan suhu lingkungan.
L∞ adalah
panjang maksimum teoritis (panjang asimsotik) pada persamaan pertumbuhan Von
18
Bertalanffy, K adalah koefisien pertumbuhan. Parameter pertumbuhan didapatkan dari hasil perhitungan dengan non parametrik Scoring of Van Bertalanffy Growth Function melalui bantuan software ELEFAN yang terintegrasi dalam program FISAT II. Laju mortalitas alami (M) diduga dengan menggunakan rumus empiris Pauly (1980) in Sparre & Venema (1999), dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut: Ln M = - 0,0152-0,279*Ln L∞ + 0,6543*Ln K + 0,463*Ln T M 0,8e - 0,0
52-0,279*Ln L∞ + 0,6543*Ln K + 0,463*Ln T
dimana T adalah suhu rata-rata perairan (°C) tempat kerang darah hidup (habitat). Penerapan persamaan tersebut terhadap suatu grup ikan tropis mungkin akan memberikan nilai dugaan yang bias, dimana nilai dugaan M yang diperoleh pada umumnya lebih tinggi (over estimated), sehingga nilai dugaan M yang diperoleh haruslah dikoreksi dengan mengalikannya dengan 0,8 ( Pauly 1982). Laju mortalitas total (Z) diduga dengan kurva tangkapan yang dilinearkan berdasarkan data komposisi panjang (Sparre & Venema 1999) (Lampiran 3) dengan langkah-langkah sebagai berikut: Langkah 1
: mengkonversikan data panjang cangkang ke data umur
dengan mengunakan inverse persamaan Von Bertalanffy
Langkah 2
: menghitung waktu yang diperlukan oleh rata-rata kerang
untuk tumbuh dari panjang L1 ke L2 (t) t t L2 -t L
Langkah 3
K
* ln
L∞-L L∞-L2
-
L +L2 2 L∞
: menghitung (t+t/2) t
L + L2 t0 * ln 2 K
19
Langkah 4
: menurunkan kurva hasil tangkapan (C) yang dilinearkan
yang dikonversikan ke panjang
ln
C(L ,L2 ) L +L2 c- *t t (L ,L2 ) 2
Persamaan di atas adalah bentuk persamaan linear y = a+bx dengan kemiringan (b) =-Z. Menurut Gulland (1982) ada beberapa metode yang digunakan untuk menentukan nilai laju mortalitas penangkapan (F). Tetapi biasanya apabila nilai Z dan M sudah diketahui, maka nilai F dapat ditentukan berdasarkan persamaan sebagai betikut: F=Z–M Informasi
yang diperoleh dari nilai M dan F ini dapat digunakan untuk
menentukan laju eksploitasi (E) sumberdaya spesies ikan yang bersangkutan. Persamaan yang dipakai adalah sebagai berkut: F F+M
F
Laju eksploitasi (E) akan mencapai optimum jika nilai mortalitas penangkapan (F) sama dengan nilai mortalitas alami (M).
Jika nilai E = 0,5 maka laju
eksploitasinya optimum dan jika nilai E < 0,5 atau E > 0,5 maka berarti laju eksploitasi belum mencapai titik optimum atau melewati batas optimum ( Gulland 1971 in Pauly 1982).
3.5.3. Aspek reproduksi kerang darah 3.5.3.1.
Rasio kelamin
Rasio kelamin dihitung dengan cara membandingkan jumlah kerang jantan dan kerang betina dengan rumus :
Rasio kelamin =
20
Keterangan : J : jumlah kerang jantan(individu) B : jumlah kerang betina (individu) k : kelompok stasiun pengamatan untuk kerang darah jantan dan betina yang ditemukan Selanjutnya untuk menentukan seimbang atau tidaknya rasio kelamin jatan dan kelamin betina dilakukan uji Chi-square, yaitu sebagai berikut : Dengan rumus perhitungan :
n
-
Keterangan : X2 hitung Oi ei k
: Chi-square hitung : frekuensi ke-i : frekuensi harapan ke-1 : kelompok stasiun pengamatan untuk kerang darah jantan dan betina yang ditemukan
Dengan hipotesis sebagai berikut: H0 H1
:J=B : ≠
Nilai X2 tabel diperoleh dari tabel nilai kritik sebaran Chi-square. Penarikan keputusan dilakukan dengan membandingkan X2 hitung dengan X2 tabel pada selang kepercayaan 95%. Jika nilai X2 hitung lebih dari X2 tabel maka keputusananya adalah menolak hipotesis nol (antara jumlah jantan dan betina tidak sama atau ≠ ) dan jika X2 hitung kurang dari X2 tabel, maka keputusannya adalah menerima hipotesis nol (antara jumlah jantan dan betina kondisi seimbang 1:1).
3.5.3.2.
Tingkat kematangan gonad (TKG)
Tingkat kematangan gonad (TKG) ditentukan dengan acuan tingkat kematangan gonad secara morfologi dan secara histologi.
Penentuan Tingkat
kematangan gonad (TKG) dilakukan terhadap semua kerang contoh yang diambil. sementara untuk menduga ukuran pertama kali ikan matang gonad berdasarkan
21
selang kelas dimana terdapat kerang yang memiliki tingkat kematangan gonad yakni gonad TKG IV. Metode yang digunakan untuk menduga ukuran rata-rata kerang darah pertama kali matang gonad adalah Spearmen-Karber (Udupa 1986 in Solihatin 2007) yaitu sebagai berikut: m = xk + [(x/2) – x∑ p ] M
an lo
m ± ,96√x2 *∑ [ p *q / ni-1)])
Keterangan : m Xk x pi ni qi M
3.5.3.3.
: log panjang kerang pada matang gonad pertama : log nilai tengah kelas panjang yang terakhir kerang telah matang gonad : log pertambahan panjang pada nilai tengah : proporsi kerang matang gonad pada selang kelas panjang ke-i dengan jumlah kerang pada selang kelas panjang ke-i : jumlah kerang pada selang kelas panjang ke-i : 1-pi : panjang kerang pertama kali matang gonad sebesar antilog m
Indeks kematangan gonad (IKG)
Bagian dari reproduksi suatu organisme sebelum pemijahan terjadi adalah perkembangan gonad yang semakin matang.
Effendie (2002), di dalam proses
reproduksi sebagian besar total metabolisme menuju perkembangan gonad. Perubahan-perubahan kondisi gonad ini dapat dinyatakan dalam suatu indeks yaitu IKG yaitu sebagi berikut :
IKG Keterangan : IKG Bg Bt
: Indeks Kematangan Gonad : berat gonad (gram) : berat tubuh (gram)
Bg 100% Bt