3. METODE PENELITIAN
3.1.
Bagan Alir Penelitian Penilitian ini dilakukan untuk mengetahui kegiatan-kegiatan wisata
mangrove yang baik dan ramah lingkungan berdasarkan persepsi masyarakat dengan cara multi criteria analysis. Tahap-tahap penilitian dapat dilihat pada bagan di bawah ini :
Kesesuaian kawasan
Sumberdaya mangrove Segara Anakan
kegiatan Mangrove lestari (konsultasi dan
Wisata mangrove
modifikasi Yulianto
Indikator kesesuain wisata mangrove (yulianda, 2007)
2006)
Ekologi
Sosial ekonomi
VARIABEL ( keterimaan, aksesibilitas, akomodasi,peningkatan pendapatan,distribusi pengetahuan, kerapatan mangrove,ketebalan mangrove,pasang surut,jenis mangrove, dan biota mangrove )
Pengambilan sampel dengan Purposive Sampling
Kriteria sosial
Analisis multi kriteria
Kriteria ekologi mangrove
Pilihan Jenis wisata
(yulianda, 2007)
Perencanaan kegiatan ekowisata yang ramah lingkungan
Gambar 1. Diagram alir tahap penelitian
20
3.2.
Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kawasan Segara Anakan, Kabupaten Cilacap,
Provinsi Jawa Tengah. Wilayah yang diamati mencakup keseluruhan wilayah mangrove di Segara Anakan di tiga tempat yaitu Desa Ujung Gagak, Klaces, dan Ujung Alang. Pelaksanaan penelitian terdiri dari tiga tahap, yaitu penelitian pendahuluan, pengambilan data primer dan sekunder serta analisis data. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Mei 2010 untuk mengetahui kondisi awal daerah penelitian dan mempersiapkan perlengkapan untuk pengambilan data. Pengumpulan data primer dan sekunder dilaksanakan pada bulan Mei 2010.
Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian di Mangrove Segara Anakan, Cilacap Jawa Tengah
21
3.3. Alat dan bahan Alat yang digunakan adalah kamera, recorder, plastik, papan jalan, tali plastik, meteran, dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan adalah kuesioner, data sheet, peta wilayah, dan bahan pustaka yang berkaitan dengan penelitian ini.
3.4. Jenis Data dan Informasi yang Diperlukan Jenis data dan informasi yang diperlukan adalah data sumberdaya alam, jenis vegetasi mangrove yang ada, Indeks Nilai Penting, sumberdaya manusia, serta keadaan umum lokasi di Kawasan Segara Anakan. Untuk jenis data yang digunakan adalah data text dan image (Fauzi, 2001 in Nancy, 2008). Data text adalah data yang berbentuk alfabet ataupun numerik. Data text
yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data keadaan umum kawasan wisata Kawasan Segara Anakan, data biofisik kawasan Kawasan Segara Anakan, sumberdaya manusia, isu dan permasalahan yang berkembang, serta kebijakan pengelolaan dan data pengunjung. Sedangkan data image adalah data yang memberikan informasi secara spesifik mengenai keadaan tertentu melalui foto, diagram, tabel dan sebagainya. Data image yang digunakan dalam penelitian ini adalah data foto kawasan wisata Segara Anakan, foto fasilitas umum yang ada di Kawasan Segara Anakan, data kependudukan, dan gambar penunjang lainnya.
3.5. Metode Pengambilan dan Pengumpulan Data 3.5.1. Data primer Jenis data primer yang diambil adalah data persepsi masyarakat terhadap jenis kegiatan ekowisata yang ada di kawasan Segara Anakan. Pengambilan data sosial ekonomi dilakukan dengan metode purposive sampling melalui wawancara dengan masyarakat sekitar, pengunjung, dan pihak pengelola / instansi terkait untuk mengetahui permasalahan pengelolaan sumberdaya alam, kependudukan, dan persepsi masyarakat di Kawasan Segara Anakan.
22
3.5.2. Data sekunder Data sekunder yang dikumpulkan berasal dari studi pustaka, buku-buku laporan hasil penelitian sebelumnya, buku-buku yang terkait dengan penelitian ini, peta dari google earth, dan sebagainya. Data yang dikumpulkan meliputi sumberdaya alam, keadaan umum kawasan Segara Anakan, isu-isu yang berkembang, kebijakan pengelolaan di wilayah tersebut, serta keadaan sosial masyarakat di Kawasan Segara Anakan.
3.6. Metode Pengambilan Responden Pengambilan responden dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu anggota populasi dipilih untuk memenuhi tujuan tertentu mengandalkan logika atas kaidah-kaidah yang berlaku didasari semata-mata dari judgement peneliti yakni sampel yang diambil diharapkan mampu menjawab pertanyaan yang diajukan, digunakan untuk situasi dimana persepsi orang pada sesuatu sudah terbentuk (Fauzi, 2001 in Nancy, 2008). Pertimbangan yang diambil terhadap pengambilan responden adalah berdasarkan hubungan para stakeholder tersebut dengan kawasan Segara Anakan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, serta pengisian kuesioner sebagai data pokok. Jumlah sampel yang akan diambil terdiri dari 30 orang masyarakat sekitar dan 30 orang pengunjung.
3.7. Analisis Data 3.7.1. Analisis ekologi mangrove Kerapatan Jenis (Di) Kerapatan jenis (Di) yaitu jumlah tegakan jenis ke-i dalam suatu unit area (English et al.,1994); (Snedaker dan Snedaker 1984) :
Di
ni A
23
Keterangan : Di : Kerapatan Jenis-i (ind/ m2) Ni : Jumlah Spesies jenis-i (ind) A : Luas Area total pengambilan contoh
3.7.2. Multi criteria analysis Analisis multi atribut (multi criteria analysis) dikembangkan berdasarkan teori utilitas. Utilitas adalah manfaat atau kepuasan atau kesejahteraan (Nicholson 1989 in Agus dan Taryono 2007), yang diperoleh seseorang karena mengambil sebuah pilihan atau melakukan sebuah tindakan. Teori ini mengasumsikan bahwa utilitas total (komposit) seseorang terbentuk merupakan agregat dari banyak atribut (komponen) yang menyusun utilitas tersebut. Contoh analogi yang berlaku untuk analisis multi atribut pada pemilihan kebijakan yang harus diambil dalam suatu proses pembangunan. Sebagai contoh adalah pemilihan kebijakan tentang pembangunan ekowisata, dengan asumsi adanya rencana pengembangan kegiatan wisata di sebuah tempat wisata tertentu. Analisis data dilakukan dengan cara Multi criteria analysis, analisis ini secara garis besar mencakup 6 tahapan pokok, yaitu : 1. Pencakupan 2. Penentuan jenis-jenis pilihan wisata yang akan dianalisis/diperbandingkan. 3. Pemilihan atribut-atribut yang relevan 4. Penetapan bobot dari masing-masing atribut 5. Pengukuran
utilitas/skor
dari
masing-masing
wisata
yang
sedang
diperbandingkan 6. Penentuan keputusan tentang wisata yang terbaik dan wisata alternatif berikutnya.
24
3.7.2.1. Pencakupan Dalam tahap pencakupan ini, terlebih dahulu memahami istilah stakeholder atau pemangku kepentingan yang sering kita jumpai dalam penyusunan suatu perencanaan. Edwards dan Newman (1982) in Agus dan Taryono (2007) menyatakan bahwa stakeholder adalah semua pihak, individu atau kelompok yang memiliki kepentingan, saham, keprihatinan, dan atau perhatian terhadap suatu program, dimana kepentingan,saham, keprihatinan, dan atau perhatian terhadap suatu program, dimana kepentingan tersebut cukup signifikan sehingga keberadaannya
harus
diperhitungkan.
Sebagian
stakeholder
dapat
juga
dikategorikan sebagai aktor, yaitu individu atau kelompok yang memiliki kapasitas untuk membuat keputusan yang terkait dengan program dan mengambil tindakan/perubahan pada program tersebut. Pada tahap pencakupan, dilakukan identifikasi terhadap stakeholder yang dianggap relevan dalam proses pengkajian terhadap pilihan-pilihan kebijakan. Dalam hal pengembangan kegiatan ekowisata mangrove di Segara Anakan, stakeholder yang dimaksud adalah masyarakat setempat, Badan Pengelola Kawasan Segara Anakan (BPKSA) Kabupaten Cilacap, Pengelolaan Lingkungan Hidup Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup Cilacap, Pengelola Sumber Daya Segara Anakan (PSDSA) Kabupaten Cilacap, pejabat daerah Cilacap, dan wisatawan. 3.7.2.2. Penentuan pilihan wisata yang akan dianalisis Setelah pencakupan masalah ditentukan, berikutnya dalam analisis multi atribut adalah identifikasi terhadap berbagai pilihan wisata yang secara teori berpotensi untuk dilaksanakan. Berpotensi secara teoritis artinya adalah bahwa dari perhitungan teori pilihan-pilihan wisata tersebut dimungkinkan karena didukung oleh kapasitas sumberdaya yang memadai. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dan hasil rekomendasi berbagai pustaka maka jenis kegiatan wisata yang dapat diperbandingkan/dianalisis multi atribut adalah :
25
1. Boat trip (berperahu) sambil mengelilingi kawasan mangrove 2. Memancing 3. Tracking (jalan-jalan sambil melihat-lihat pohon mangrove) 4. Photo safari (photo-photo hewan yang ada di ekosistem mangrove) 5. Birdwatching (mengamati burung) Kelima jenis kegiatan wisata tersebut dapat direkomendasikan karena memiliki dampak yang tidak besar terhadap lingkungan. Oleh karena itu kelima jenis kegiatan wisata tersebut dianalisi dalam penilitian ini.
3.7.2.3. Pemilihan atribut yang relevan Sumber informasi untuk mengidentifikasi atribut-atribut harus akan dimasukkan ke dalam analisis adalah stakeholder dan dampak terhadap lingkungan yang mungkin terjadi. Hal ini berkaitan dengan kepentingan untuk mengupayakan terjadinya keberlanjutan dan memaksimalkan manfaat dari program yang direncanakan. Penggalian informasi atau pelaksanaan identifikasi atribut tersebut pada dasarnya dapat dimulai dari stakeholder manapun. Selain itu identifikasi atribut juga dapat dilakukan dengan meilihat perubahan yang terjadi pada lingkungan dengan adanya kegiatan wisata tersebut. Untuk kelima jenis kegiatan wisata diatas maka dapat dibuat dua kelompok besar atribut yang dibuat, yaitu berdasarkan sosial ekonomi dan mangrove . Kedua kelompok besar atribut tersebut dapat dibagi menjadi beberapa atribut lagi yaitu : Tabel 1. Atribut yang digunakan untuk analisis kegiatan ekowisata Atribut
Keterangan
1
2
SOSIAL EKONOMI 1. Acceptance
Penerimaan masyarakat terhadap kegiatan ekowisata
2. Aksesibilitas
Kemudahan untuk sampai ke lokasi wisata
26
1 3. Peningkatan Pendapatan
2 Peningkatan
pendapatan
masyarakat dengan adanya kegiatan ekowisata. 4. Akomodasi/infrastruktur
Kelengkapan wisatawan seperti
segala di
kebutuhan
daerah
ekowisata
kelengkapan
fasilitas
kegiatan ekowisata dan sebagainya. 5. Peningkatan pengetahuan
Adanya penambahan pengetahuan masyarakat lokal dari para wistawan melalui kegiatan ekowisata yang ada.
MANGROVE 1. Kerapatan mangrove
Tingkat
kerapatan
suatu
jenis
mangrove di suatu petak contoh 2. Ketebalan mangrove
Kelebatan
pohon
mangrove
di
daerah tersebut 3. Jenis mangrove
Banyak atau tidaknya mangrove di kawasan wisata
jenis
4. Pasang surut
Tinggi atau rendahnya pasang surut, mempengaruhi keindahan mangrove
5. Obyek biota
Banyak atau tidaknya jenis biota di daerah mangrove tersebut, seperti ikan,
udan,
kepiting,
moluska,
burung, dan reptil
3.7.2.4. Penentuan bobot masing-masing atribut Penilaian tingkat kepentingan (bobot) yang diberikan oleh masing-masing stakeholder akan berbeda satu dengan yang lainnya, bahkan diantara stakeholder yang berada dalam satu kelompok. Hal pentinga yang harus dipahami adalah bahwa selera, preferensi atau pandangan seseorang berubah-ubah sejalan dengan
27
perubahan waktu. Karenanya, reevaluasi periodik terhadap program-program wisata perlu dilakukan dengan melakukan pembobotan ulang setiap saat dilakukan reevaluasi periodik tersebut. Namun demikian, hasil pembobotan yang dinamis tentu saja tidak menguntungkan dipandang dari sisi perencanaan karena akan berakibat inkonsistensi dari tahapan dan arah kegiatan wisata, dan tidak mustahil akan menurunkan manfaat total yang diperoleh sebagai hasil akhir dari kegiatan wisata tersebut. Untuk itu, diskusi yang memasukkan gambaran-gambaran masa mendatang akan sangat membantu mendapatkan hasil pembobotan yang relatif stabil.
Tabel 2. Atribut dengan bobot masing-masing No
Atribut
Bobot
I Sosial Ekonomi 1 Acceptance
5
2 Aksesabilitas
5
3 Peningkatan pandapatan
4
4 Akomodasi/infrastruktur
3
5 Peningkatan pengetahuan
2
II Mangrove 1 Kerapatan mangrove
5
2 Ketebalan mangrove
4
3 Jenis mangrove
4
4
Pasang surut
3
5
Obyek biota
3
Pada tabel 1 diatas telah dibuat masing-masing atribut dengan skornya masing-masing. Atribut yang memiliki peranan penting terhadap kelangsungan kegiatan ekowisata mangrove diberi poin 5 sedangkan yang terendah diberi poin 1. Setiap atribut bisa memiliki poin yang sama apabila mempunyai peran yang samasama penting. Sebagai contoh, untuk atribut mengenai acceptance dan aksesabilitas memiliki bobot yang sama yaitu lima, hal ini dikarenakan kedua
28
atribut tersebut sangat berpengaruh terhadap kegiatan ekowisata mangrove di Segara Anakan.
3.7.2.5. Pengukuran utilitas masing-masing kebijakan Teori dasar pada analisi multi atribut adalah memerlukan dua variabel pokok yang terdiri dari : 1. Utilitas /skor dari masing-masing atribut untuk setiap wisata yang diperbandingkan, dan 2. Bobot preferensi yang diberikan untuk masing-masing atribut tersebut. Setelah tiap-tiap indikator atau kriteria memiliki bobot masing-masing, maka selanjutnya akan dilakukan pembuatan skor untuk setiap kriteria yang ada. Skor untuk masing-masing atribut dapat dilihat di tabel berikut :
Tabel 3. Atribut dengan skor dan bobot masing-masing Atribut
Keterangan
Skor
2
3
1 Sosial Ekonomi Acceptance
1. Jenis
kegiatan
sangat diterima oleh
masyarakat setempat 2. Jenis kegiatan diterima oleh masyarakat setempat 3. Jenis
kegiatan
tidak
diterima
oleh
masyarakat setempat Aksesabilitas
Bo bot 4
5
3
5
1
1. sangat mudah untuk menuju ke lokasi ekowisata (jalan memadai, transportasi
5
memadai, adanya guide) 2. mudah untuk menuju ke lokasi ekowisata (transportasi memadai, adanya guide) 3. sulit untuk menuju ke lokasi ekowisata
5 3
1
29
1
2
3
1. akomodasi/infrastruktur tersedia lengkap ( ada penginapan, ada pusat informasi, ada tempat sampah, ada WC umum, ada tempat ibadah, sarana wisata lengkap)
4
5 3
Akomodasi/infrastruktur
2. akomodasi/infrastruktur belum tersedia lengkap (tidak ada salah satu infrastruktur
3
pelengkap) 3. akomodasi/infrastruktur tidak tersedia Peningkatan pendapatan Masyarakat
1
1. kegiatan ekowisata mampu meningkatkan pendapatan masyarakat setempat (> Rp.
5
600.000/kegiatan) 2. kegiatan ekowisata sedikit meningkatkan pendapatan masyarakat setempat (Rp. 100.000 - Rp.
3
4
500.000/kegiatan) 3. kegiatan
ekowisata
tidak
mampu
meningkatkan pendapatan masyarakat
1
setempat Peningkatan pengetahuan
1. kegiatan ekowisata banyak menambah pengetahuan
bagi
masyarakat
yang
bekerja di kegiatan ekowisata (menambah
5
pengetahuan masyarakat di ekowisata, lingkungan, atau konservasi) 2. kegiatan ekowisata sedikit menambah pengetahuan
bagi
masyarakat
yang
bekerja di kegiatan ekowisata (menambah
2 3
pengetahuan masyarakat hanya dalam ekowisata dan konservasi saja) 3. kegiatan
ekowisata
pengetahuan
bagi
tidak
menambah
masyarakat
bekerja di kegiatan ekowisata
yang
1
30
1
2
3
Ketebalan Mangrove
> 500
3
(meter)
> 200-500
2
200-500
1
< 50
0
Kerapatan mangrove
> 15-25
3
(meter2)
>10-15
2
5-10
1
<5
0
>5
3
3-5
2
1-2
1
0 0-1
0 3
> 1-2
2
> 2-5
1
>5
0
4
Mangrove
Jenis mangrove
Pasang surut (meter)
Obyek biota
Ikan, udang, kepiting, moluska, reptil,
5
4
4
3
3
burung Ikan, udang, kepiting, moluska
2
Ikan, moluska
1
Salah satu biota air
3
0
Nilai maksimal : 155
3.7.2.6. Keputusan wisata terbaik dan wisata alternatif Setelah memiliki skor pada masing-masing atribut untuk setiap wisata dan bobot preferensi masing-masing atribut, maka tahap selanjutnya adalah dengan memasukkan ke persamaan (Edwards dan Newman, 1982 ) in Agus dan Taryono (2007) :
31
𝑛
𝑈𝑗 =
𝑤𝑖 𝑢𝑖𝑗 𝑖=1
Keterangan : Uj = Utilitas/skor total (agregrat) dari wisata ke-j Uij = utilitas/skor dari atribut i untuk wisata ke-j Wi = bobot preferensi yang diberikan untuk atribut ke-i ∑ = penjumlahan dari utilitas/skor yang telah dikoreksi dengan bobot preferensi, untuk semua atribut, dari yang pertama (ke 1) hingga yang terakhir (ke n) Setelah nilai untuk masing-masing di dapat dan dijumlahkan untuk masingmasing kategori wisata, maka nilai tersebut dimasukkan ke dalam rumus berikut (Yulianda 2007): IK W
= ∑ [ Ni/Nmaks] x 100 %
Keterangan : IKW = Indeks Kesesuaian Wisata Ni = Nilai parameter ke-i (Bobot x Skor) Nmaks = Nilai maksimum dari suatu kategori wisata Nilai dari indeks kesusuain wisata yang di dapat kemudian disesuaikan dengan kategori berikut : S1 = Sangat Sesuai, dengan IKW 83 – 100 % S2 = Sesuai bersyarat, dengan IKW 50 - < 83 % N= Tidak bersyarat , dengan IKL <50%
3.8. Daya Dukung Kawasan Daya dukung sebuah kawasan wisata didefinisikannya sebagai level kehadiran wisatawan yang menimbulkan dampak pada masyarakat setempat, lingkungan, dan ekonomi yang masih dapat ditoleransi baik oleh masyarakat maupun wisatawan itu sendiri dan memberikan jaminan sustainability pada masa mendatang. Cooper et al. (1993) lebih memberi tekanan pada kehadiran wisatawan dari pada jumlah wisatawan karena menurutnya level kehadiran lebih tepat dipakai sebagai pendekatan bagi sejumlah
32
faktor seperti lama tinggal (length of stay), karakteristik wisatawan, konsentrasi wisatawan pada lokasi geografis tertentu dan derajat musiman kunjungan wisatawan. Konsep daya dukung obyek wisata juga dikemukakan oleh Mathieson & Wall (1982) yakni bahwa daya dukung obyek wisata adalah kemampuan areal (kawasan) obyek wisata yang dapat memenuhi kebutuhan wisatawan secara “maksimum” tanpa merubah kondisi fisik lingkungan dan tanpa penurunan kualitas yang dirasakan oleh wisatawan selama melakukan aktivitas wisata. Penggunaan kata “maksimum” pada definisi di atas dinilai memiliki tendensi makna yang sama dengan kata “optimum” pada definisi Soemarwoto (1997) diacu dalam Sjaifuddin (2004) karena adanya batasan “tanpa penurunan kualitas yang dirasakan oleh wisatawan….”. Hal ini berarti bahwa daya dukung obyek wisata menurut konsep Mathieson & Wall (1982) berorientasi pada pemenuhan kepuasan berwisata dan pencegahan dampak negatif pada lingkungan yang mungkin timbul. Penghitungan daya dukung dapat menggunakan rumus sebagai berikut (Yulianda 2007):
DDK = K x ( Lp/Lt) x ( Wt/Wp)
Keterangan : DDK K Lp Lt Wt
= Daya dukung kawasan = Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area = Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan = Unit area untuk kategori tertentu = Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari Wp = Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu