3 METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penentuan tempat pengambilan sampel dalam penelitian ini memakai judgement sampling yang terkategori non probability sampling sebagaimana diterangkan dalam Juanda (2007). Salah satu pertimbangan utama dalam penentuan lokasi penelitian adalah adanya perbedaan ketinggian tanah di Jawa Barat. Jawa Barat terdiri dari dataran tinggi dan dataran rendah, maka lokasi pengambilan sampel dipilih yang mewakili kedua tipe dataran tersebut. Berdasarkan kabupaten-kabupaten yang berada di dataran tinggi dipilih Kabupaten Bandung untuk menjadi wakil. Hal ini karena selain Kabupaten Bandung terletak di dataran tinggi, juga memiliki sejarah budidaya perikanan yang cukup lama, serta secara luasan kolam memiliki luasan yang paling besar (14.409 ha tahun 2010) diantara kabupaten di wilayah dataran tinggi. Sedangkan untuk wilayah dataran rendah dipilih Kabupaten Subang dan Kabupaten Indramayu. Hal ini karena selain sebagian besar wilayahnya terletak di dataran rendah, juga karena Kabupaten Subang merupakan kabupaten terbesar produksi ikan mas dan nila dari budidaya air tawar (12.534,87 ton tahun 2010) dibanding kabupaten-kabupaten lainnya di wilayah dataran rendah. Sedangkan untuk budidaya keramba jaring apung dipilih Kabupaten Cianjur untuk menjadi wakil, karena di Kabupaten Cianjur terdapat Waduk Cirata. Masing-masing kabupaten dipilih satu kecamatan yang menjadi pusat budidaya perikanan air tawar. Berdasarkan data-data dan informasi lapangan, maka dipilih Kecamatan Mande di Kabupaten Cianjur, Kecamatan Bojongsoang di Kabupaten Bandung, Kecamatan Pabuaran di Kabupaten Subang dan Kecamatan Pasekan di Kabupaten Indramayu. Penelitian yang dilaksanakan selama 12 bulan ini melalui beberapa tahapan, mulai tahap persiapan dan penyusunan usulan penelitian, pengambilan data, pengolahan data, penulisan dan pelaporan hasil penelitian.
Rancangan Penelitian Secara garis besar, penelitian dilakukan dalam empat tahapan studi, yaitu: (1) Analisis terhadap produktivitas budidaya perikanan dengan pengukuran perubahan indeks Total factor Productivity (TFP) dan indeks Interspatial TFP (2) Analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap produktivitas dalam budidaya perikanan (3) Perumusan kebijakan pengembangan budidaya perikanan air tawar yang dapat mendorong produktivitas perikanan budidaya air tawar. Metode Pengumpulan Data
2
Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. a. Data Primer Data primer diperoleh melalui kuesioner yang menjadi panduan wawancara dengan para pembudidaya. Data primer juga diperoleh dari observasi lapangan ke daerah studi, terutama ke tempat-tempat budidaya perikanan. Data primer ini terutama digunakan untuk menganalisi mengenai produktivitas dan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas perikanan budidaya air tawar di Jawa Barat. Kuesioner penelitian yang dijadikan panduan dalam wawancara ke pembudidaya selengkapnya terdapat dalam lampiran. b. Data sekunder Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai instansi terkait, diantaranya Biro Pusat Statistik kabupaten dan provinsi, dinas yang membawahi bidang perikanan, Bappeda kabupaten, serta instansi-instansi terkait lainnya. Selengkapnya mengenai tujuan penelitian, data yang diperlukan, sumber data penelitian serta analisis untuk mengolah data tersebut dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini. Tabel 8 Tujuan, data, sumber data dan analisis data No. 1.
Tujuan Menganalisis perkembangan produktivitas usaha budidaya perikanan air tawar di Jawa Barat Menganalisis produktivitas budidaya perikanan air tawar di Jawa Barat
Data Benih Tenaga Kerja Pakan Jumlah Produksi Benih Tenaga Kerja Pakan Jumlah Produksi
Sumber Data Dinas Perikanan dan Kelautan Jawa Barat
Analisis
Total Factor Productivity (TFP) Change indeks Dinas Interspatial Perikanan dan Total Factor Kelautan Productivity (TFP) Jawa Barat Responden
Lanjutan Tabel 8 No. 1.
2.
3
4
Tujuan Menganalisis perkembangan produktivitas usaha budidaya perikanan air tawar di Jawa Barat Menganalisis produktivitas budidaya perikanan air tawar di Jawa Barat Menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi produktivitas budidaya perikanan air tawar di Jawa Barat Menganalisis dampak dinamika produktivitas terhadap perekonomian wilayah Merumuskan kebijakan pengembangan perikanan yang mendorong peningkatan produktivitas
Data Benih Tenaga Kerja Pakan Jumlah Produksi Benih Tenaga Kerja Pakan Jumlah Produksi
TFP hasil perhitungan sebelumnya Kualitas Benih Kualitas Pakan Luas lahan Produksi PDRB PDB
Hasil perhitungan sebelumnya Permasalahan pembudidaya Pembangunan perikanan Jawa Barat
Sumber Data Dinas Perikanan dan Kelautan Jawa Barat
Analisis
Dinas Perikanan dan Kelautan Jabar Hasil perhitungan sebelumnya Dinas BPS
Ekonometrik
Dinas Perikanan dan Kelautan Jawa Barat Hasil perhitungan sebelumnya
Deskriptif
Total Factor Productivity (TFP) Change index Dinas Interspatial Perikanan dan Total Factor Kelautan Productivity (TFP) Jawa Barat Responden
Deskriptif
Alur penelitian dimulai dengan persiapan penelitian dan koleksi data sekunder. Koleksi data primer dilakukan dengan survey lapangan. Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan pembudidaya untuk mengetahui secara rinci input dan output yang ada dalam perikanan budidaya air tawar di Jawa Barat. Setelah data sekunder dan primer terkumpul maka dilakukan analisis terhadap data tersebut. Analisis utama meliputi analisis mengenai perubahan TFP, indeks interspatial TFP, dan analisis ekonometrika. Hasil analisis tersebut dilanjutkan dengan menganalisis kontribusi perikanan budidaya air tawar di Jawa Barat terhadap perekonomian wilayah Jawa Barat. Adapun tahapan analisis selengkapnya dalam penelitian ini mengikuti alur sebagai Gambar 10 berikut:
4
Kondisi Eksisting Budidaya Perikanan Air Tawar
Survey Data pembudidaya, Input dan Output Produksi
Analisis Interspatial Total Factor Productivity (TFP) Indeks Indeks TFP Budidaya Perikanan Air Tawar
Data Sekunder Perikanan Jawa Barat
Analisis Ekonometrika
Analisis Total Factor Productivity Change
Bentuk dan Derajat Hubungan antara Beragam Input Produksi dengan Produktivitas
Perubahan Indeks TFP
Deskriptif
Pengaruh perubahan TFP terhadap Perekonomian wilayah
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas
Kontribusi terhadap perekonomian Jawa Barat Kebijakan Pengembangan Budidaya Perikanan Air Tawar
Gambar 10 Tahapan analisis penelitian
Teknik Penentuan Responden dan Pengambilan Contoh Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini diambil dari responden dengan cara purposive sampling, yaitu cara pengambilan sampel dengan memilih responden yang dianggap memahami terhadap permasalahan yang diteliti. Kriteria pembudidaya yang menjadi responden adalah para pembudidaya di kolam, sawah dan karamba jaring apung (KJA), pemilik atau pekerja dari usaha budidaya sehingga memiliki informasi yang lengkap tentang budidaya. Jumlah responden masing-masing lokasi budidaya ditentukan minimal 30 responden, sesuai dengan dalil limit pusat. Jumlah responden yang dapat dikumpulkan sampai akhir pengambilan data sebanyak 273 responden. Terdiri dari 94 responden dari Kabupaten Cianjur, 89 responden dari Kabupaten Subang, 60 responden dari Kabupaten Indramayu, dan 30 responden dari Kabupaten Bandung. Unit Analisis dan Definisi Operasional Unit analisis dalam pengolahan data primer dan data sekunder berbeda. Unit analisis penghitungan berbasis data sekunder adalah kabupaten atau kota di provinsi Jawa Barat. Unit analisis penghitungan berbasis data primer adalah satu unit usaha perikanan budidaya air tawar yang dimiliki oleh seorang individu pembudidaya. Pengukuran setiap variabel yang ada dalam analisis akan diuraikan dalam definisi operasional. Dengan kata lain definisi operasional adalah aspek yang memberikan informasi tentang bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Definisi operasional dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Jumlah output dalam budidaya adalah jumlah total ikan yang dihasilkan usaha budidaya selama periode satu tahun (ton atau kg). 2. Pendapatan pembudidaya adalah pendapatan yang dihasilkan dari usaha perikanan budidaya air tawar (Rupiah). 3. Rata-rata pendapatan pembudidaya adalah rata-rata pendapatan para pembudidaya (Rupiah). 4. Biaya input budidaya adalah jumlah total biaya input yang digunakan dalam usaha budidaya perikanan air tawar. Biaya input yang dihitung dalam penelitian ini adalah benih, pakan dan tenaga kerja. Jumlah total biaya input budidaya dihitung dalam satuan rupiah. 5. Jumlah input budidaya adalah jumlah input yang digunakan dalam usaha budidaya perikanan air tawar. Input yang dihitung dalam penelitian ini adalah benih, pakan dan tenaga kerja. 6. Luas lahan budidaya adalah luas lahan yang digunakan sebagai media perikanan budidaya air tawar. 7. Kualitas pakan adalah rasio jumlah produksi ikan yang dihasilkan terhadap pakan yang diberikan. 8. Kualitas benih adalah rasio jumlah produksi ikan yang dihasilkan terhadap benih yang ditebar.
6
Analisis Data Total Factor Productivity (TFP) Change index Indeks perubahan TFP adalah indeks yang menjelaskan besaran perubahan TFP dari suatu aktivitas budidaya satu tempat dalam dua titik waktu tertentu (waktu t dibanding dengnan t+1). Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah kabupaten atau kota di Jawa Barat. Data yang digunakan adalah data sekunder. Tahun yang digunakan dalam analisis adalah tahun 1997, 2002, 2007, dan 2011. Dalam penelitian ini indeks perubahan TFP dianalisis dengan menggunakan persamaan sebagaimana yang dikemukkan oleh Coelli et al. (2005).
ln(TFPCt ,t +1 ) =
1 J 1 K ∑ ( rj ,t +1 + rj ,t )(ln y j ,t +1 − ln y j ,t ) − ∑ ( s k ,t +1 + s k ,t )(ln xk ,t +1 − ln xk ,t ) 2 j =1 2 k =1
Dimana TFPC t ,t +1
rjt =
y j ,t
= kuantitas output ke-j dalam periode ke-t
x k ,t
= kuantitas input ke-k dalam periode ke-t
p jt y jt J
∑
p jt y jt
j =1
s kt =
= perubahan indeks TFP antara periode t dan t+1
ω kt xkt K
∑
ω kt xkt
= share output ke-j dalam total revenue periode ke-t, dengan pjt harga output ke-j dalam periode ke-t = share input ke-k dalam total cost pada periode ke-t, dengan ω kt harga input ke-k dalam periode ke-t
k =1
Interspatial Total Factor Productivity (TFP) index Penelitian ini menggunakan interspatial Total Factor Productivity (TFP) indeks untuk menganalisis produktivitas diantara pembudidaya dan diantara kabupaten di Jawa Barat. Data yang digunakan adalah data primer untuk utuk unit analisis pembudidaya individual dan data sekunder untuk unit analisis kabupaten dan kota.TFP dalam penelitian ini mengevaluasi multi faktor, multi output proses produksi, dapat dijadikan untuk membandingkan produktivitas untuk tiap-tiap pembudidaya dengan rata-rata pembudidaya untuk data primer, atau tiap-tiap kabupaten/kota dengan rata-rata kabupaten/kota untuk data sekunder. TFP indeks yang digunakan dirumuskan sebagaimana persamaan berikut (Cordero et al. 1999):
)( log X ki − log X kavg ) TIiavg = 1/ 2∑m ( logQ −logQ )(s + s )−1/ 2∑k (s + s mi mavg mi mavg ki kavg Dimana: TIiavg = Indeks TFP = Jumlah output dalam budidaya spesies m dari pembudidaya ke-i (Rp) Qmi Qmavg = Jumlah output rata-rata dalam budidaya spesies m dari n pembudidaya (Rp) smi = Pendapatan pembudidaya ke-i dari budidaya spesies m (Rp) smavg = Rata-rata pendapatan seluruh pembudidaya dari budidaya spesies m (Rp) ski = Biaya input budidaya spesies m dari pembudidaya ke-i (Rp) skavg = Rata-rata biaya input budidaya spesies m seluruh pembudidaya (Rp) Xki = Jumlah input dalam budidaya spesies m dari pembudidaya ke-i (Rp) Xkavg = Jumlah input rata-rata dalam budidaya spesies m dari n pembudidaya (Rp) Eksponensial TIiavg memberikan perbedaan produktivitas diantara sebuah usaha budidaya dengan rata-ratanya. Untuk menganalisisnya diperlukan data kuantitas dan data harga baik output maupun inputnya. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Setelah mendapatkan nilai TFP, maka berikutnya dianalisis faktorfaktor yang mempengaruhi TFP yang menggambarkan produktivitas dengan menggunakan model ekonometrik sebagai berikut: Y = f(LLB, KPK,KBN) Dalam persamaan di atas Y adalah nilai TFP hasil perhitungan sebelumnya. Persamaan ekonometrik yang menggambarkan pengaruh berbagai faktor terhadap TFP dalam bentuk persamaan ekonometrika ditulis sebagaimana persamaan di bawah ini. ln TFPi = ln α + β1 ln LLBi + β 2 ln KPKi + β 3 ln KBNi + ε i
Dimana: TFP LLB KPK KBN εi I
= Indeks TFP = Luas lahan budidaya yang digunakan (ha) = Kualitas pakan = Kualitas benih = sisaan = Pembudidaya atau kabupaten/kota ke-i (i = 1, 2, 3,...,n)
Faktor-faktor yang dijadikan variabel independen merupakan faktorfaktor yang dianggap penting dan berpengaruh terhadap produktivitas perikanan budidaya. Variabel luas lahan mencerminkan skala usaha perikanan budidaya. Semakin tinggi skala ekonomi dalam perikanan budidaya diduga semakin tinggi juga produktivitasnya. Variabel kualitas benih dicerminkan dalam tingginya angka kelangsungan hidup benih ikan
8
sampai dapat dipanen sebagai ikan konsumsi, dan tingginya tingkat pertumbuhan ikan itu sendiri. Secara praktis kualitas benih merupakan rasio dari produksi yang dihasilkan terhadap jumlah benih yang ditanam dengan jumlah. Diduga semakin tinggi kualitas benih maka semakin tinggi juga produktivitasnya. Kualitas pakan tercermin dari rasio jumlah daging ikan yang dihasilkan terhadap pakan yang diberikan. Diduga semakin tinggi kualitas pakan maka semkin tinggi juga produktivitasnya. Uji Mann-Whitney Uji ini digunakan untuk membandingkan dua median populasi. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah nilai tengah TFP diantara dua waktu tertentu berbeda nyata atau tidak secara statistik. Uji Mann-Whitney didasarkan pada jumlah rangking 2 sampel populasi. Misalnya diuji dua sampel, yaitu x1 dn x2. Hipotesis ujinya adalah: H0 : Distribusi sampel x1 dan x2 adalah sama. H1 : Distribusi sampel x1 dan x2 tidak sama. Langkah-langkah melakukan uji Mann-Whitney adalah: a. Membuat rangking untuk sampel pertama dan sampel kedua dari 1 sampai (n1 + n2). Dalam hal ini, n1 adalah banyaknya data dalam sampel pertama (x1) dan n2 adalah banyaknya data dalam sampel kedua (x2). b. Menjumlahkan rangking untuk sampel pada sampel x1 c. Menghitung nilai taksiran, yaitu median selisih antara sampel pertama (x1) dan sampel kedua (x2). Tingkat Diversitas Entropy Nilai diversitas entropy pada awalnya ditujukan untuk menghitung tingkat keberagaman dan keberimbangan aktivitas/sektor ekonomi di suatu wilayah. Semakin bertambah jumlah jenis aktivitas/sektor ekonomi maka nilai diversitas entropi akan semakin besar. Semakin berimbang komposisi berbagai aktivitas/sektor ekonomi tersebut, nilai diversitas entropi juga menjadi semakin besar. Dalam penelitian nilai diversitas entropy digunakan untuk mengetahui bagaimana keberagaman jenis-jenis ikan yang dibudidayakan dalam perikanan budidaya air tawar di Jawa Barat. Penghitungan nilai diversitas entropy dihitung menggunakan rumus sebagai berikut (Panuju, et al. 2010b) : n n
S = −∑ ∑ Pij ln Pij i =1 j =1
Dimana: S : nilai entropy Pi : nilai rasio frekuensi kejadian pada kategori ikan ke-i terhadap total kejadian dalam 9 ketegori jenis ikan (mas, nila, lele, gurame, sepat, mujair, tawes, patin, tambakan) I : jenis ikan ke-i N : total kategori jenis ikan i