3 METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat yang dipilih untuk penelitian ini adalah Kabupaten Subang. Alasan penetapannya karena di kabupaten ini terdapat dua pelabuhan perikanan pantai (PPP) yang dilengkapi oleh tempat pelelangan ikan (TPI) yang dikelola oleh koperasi unit desa (KUD) bidang bahari (Mina) yang sudah maju yaitu KUD Mandiri Inti Fajar Sidik yang mengelola TPI di Desa Blanakan dan KUD Mandiri Mina Bahari yang mengelola TPI di Desa Muara Ciasem, keduanya terletak di Kecamatan Blanakan (lihat Lampiran 1). Penelitian lapangan dilakukan dalam rentang waktu 8 (delapan) bulan, mulai pada bulan Januari 2006 hingga Agustus 2006. Kegiatan penelitian lapangan ini meliputi pengumpulan data primer dan sekunder. 3.2 Metode Penelitian 3.2.1 Rancangan penelitian Penelitian
ini
menggunakan
pendekatan penelitian kualitatif yang
digabungkan dengan penelitian kuantitatif. Data dikumpulkan dengan wawancara mendalam dan observasi serta diperkuat dengan kuesioner (Moleong 1994; Singarimbun 1989). Subyek dari penelitian ini adalah pelaku di bidang perikanan pantai, baik lelaki dan perempuan. Desain penelitian ini adalah desain penelitian analitis. Menurut Nazir (1999), tujuan studi analitis untuk menguji hipotesis dan mengadakan interpretasi yang lebih mendalam tentang hubungan atau proses. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei dan in-depth study (studi mendalam). Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dengan menggunakan alat pengumpulan data kuesioner dan wawancara (Singarimbun 1989; Vredenbregt 1984). Tujuan penelitian survei ini adalah untuk mencari data seluas mungkin dalam rangka mempelajari kondisi sosial dari suatu kelompok manusia, hubungan antar-manusia, dan juga pola kelakuan manusia (Vredenbregt 1984; Faisal 2003). In-depth study digunakan untuk memperdalam informasi dari data yang diperoleh dari metode survei dan in-depth interview (wawancara mendalam).
Alat pengumpulan data adalah dengan menggunakan kuesioner dan pedoman wawancara yang digunakan untuk memperoleh data primer. Kuesioner memuat pertanyaan yang bersifat tertutup dan terbuka. Kuesioner ditujukan ke responden masyarakat perikanan pantai, lelaki dan perempuan. Pedoman wawancara digunakan untuk mewawancarai informan. Informan yang terkait dengan kehidupan masyarakat pesisir di Kecamatan Blanakan ini adalah guru, pemuka agama, pamong desa dan pegawai Puskesmas. Menurut Koentjaraningrat (1989), informasi mengenai profil masyarakat pesisir dapat diperoleh melalui wawancara dengan informan. Teknik pengumpulan data adalah dengan wawancara, observasi dan Focus Group Discussion (FGD). Metode wawancara digunakan untuk mengumpulkan informasi yang terkait dengan data pribadi, sikap dan pengetahuan tentang kondisi sosial setempat. Metode observasi digunakan untuk memperoleh data mengenai gejala nyata di lapangan. FGD (DENR et al. 2001) adalah diskusi kecil mengenai isu tertentu yang digunakan untuk memperoleh informasi, menjernihkan persepsi dan membangun konsensus. Topik FGD dalam penelitian ini adalah peran dan partisipasi perempuan dalam perikanan pantai serta relasi gender dalam masyarakat setempat. Unit penelitiannya adalah pengambil keputusan (decision-makers) dan pelaku di bidang perikanan pantai. Responden dibagi menjadi dua tingkatan yaitu tingkat instansi beserta penunjang perikanan dan tingkat rumahtangga: responden di tingkat instansi dan penunjangnya yang terkait kebijakan dan program adalah pejabat Dinas Kelautan dan Perikanan (Dislutkan) Kabupaten Subang, pejabat Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BPMD) Kabupaten Subang yang membidangi urusan pemberdayaan perempuan, pengurus Koperasi Unit Desa (KUD) Mina; responden di tingkat rumahtangga masyarakat pesisir adalah nelayan, pengolah ikan serta pedagang (Bakul) ikan, lelaki dan perempuan. Jika yang terlibat dalam usaha perikanan tersebut adalah suami-istri, keduanya menjadi obyek penelitian ini. Menurut Hubeis (2001), pada umumnya perempuan (istri) berkedudukan sebagai pengelola di usaha keluarga tersebut. Penentuan responden dilakukan secara purposive sampling. Menurut Nasution (1982) dan Lynn (2002), purposive sampling merupakan teknik
35
pengambilan sampel dengan cara sampel dipilih oleh peneliti sehingga relevan dengan desain penelitian. Responden diambil dari Desa Blanakan dan Desa Muara Ciasem di Kecamatan Blanakan dengan alasan pelabuhan perikanan pantai (PPP) Kabupaten Subang terletak di dua desa ini. Secara spesifik, responden dipilih dari mereka yang memiliki matapencaharian di bidang perikanan yaitu nelayan, pengolah ikan dan Bakul Ikan. Responden diambil sebanyak 60 orang yang terdiri dari 30 orang lelaki dan 30 orang perempuan. 3.2.2 Pelaksanaan penelitian (1) Data primer Data primer dikumpulkan dengan kuesioner, wawancara mendalam, FGD dan observasi. Data yang menyangkut kebijakan dan program dikumpulkan dengan wawancara mendalam untuk menjawab tujuan tentang pelaksanaan pembangunan kelautan dan perikanan di Kabupaten Subang sudah responsif gender atau belum. Data yang dikumpulkan adalah: i.
Pelaksanaan pengarusutamaan gender (PUG) di Kabupaten Subang yang mencakup kegiatan yang dilaksanakan, struktur organisasi, hambatan, anggaran dan pembinaan yang dilakukan.
ii.
Pelaksanaan Perikanan Pantai di Kabupaten Subang yang mencakup tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) serta rencana strategis (Renstra) Dislutkan. Data primer yang menyangkut rumahtangga yang merupakan kombinasi
data kualitatif dan kuantitatif dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, wawancara mendalam dan observasi. Data ini untuk mencari profil gender di dalam rumahtangga dan pengetahuan tentang lingkungan di sekitar rumahtangga. Cakupan data yang menyangkut profil rumahtangga sebagai berikut: i.
Profil sosial-ekonomi-budaya keluarga mencakup: • data karakteristik sosial ekonomi keluarga yang meliputi umur, jumlah anggota keluarga, status pernikahan, pekerjaan pokok dan sampingan, pendapatan dan belanja keluarga, dan kegiatan yang dilakukan sehari-hari, dan
36
• data karakteristik sosial budaya yang meliputi asal suku, agama yang dianut, adat istiadat yang masih dilakukan, pendidikan dan penyuluhan yang pernah diikuti. ii.
Analisis gender di lingkungan tempat kerja dan rumahtangga meliputi akses, kontrol, partisipasi, manfaat yang diterima, pengambilan keputusan, pembagian kerja dan alokasi waktu (lihat Sayogyo 1981, Hubeis 1985).
iii.
Pengetahuan responden tentang pemanfaatan sumberdaya perikanan pantai dan lingkungan hidup mencakup: • kualitas keseluruhan dari sumberdaya pesisir saat ini, • kepatuhan terhadap peraturan sumberdaya pesisir dan perikanan, • penyelesaian konflik komunitas pada isu-isu yang berhubungan dengan sumberdaya pesisir dan perikanan, • keterlibatan masyarakat dalam kegiatan perikanan, dan • masalah lingkungan hidup setempat seperti pendangkalan sungai, pengalihan fungsi kawasan hutan menjadi kawasan budidaya, pencemaran lingkungan. Data primer tentang sikap pelaku perikanan terhadap kesetaraan gender
dalam perikanan pantai dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dengan skala Likert. Data ini untuk menjawab pertanyaan tentang sikap masyarakat terhadap kesetaraan gender dalam perikanan pantai. Jawabannya tersusun atas lima kategori (Azwar 1988, 2003) yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), antara setuju dan tidak (N), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Focus Group Discussion (FGD) digunakan untuk memperoleh informasi dan menyamakan persepsi tentang peran dan partisipasi perempuan di bidang perikanan pantai dan relasi gender dalam masyarakat setempat. Peserta FGD adalah aparat Pemda (Dislutkan dan BPMD), pegawai KUD Mina, nelayan dan perempuan nelayan. FGD di kalangan masyarakat dilaksanakan secara terpisah antara lelaki dan perempuan. Data primer yang menyangkut profil masyarakat pesisir dikumpulkan dengan melakukan wawancara terhadap tokoh masyarakat, antara lain guru,
37
tenaga medis, pemuka agama, dan pamong desa. Data tersebut meliputi pendidikan, kesehatan, kondisi religius, kehidupan sehari-hari dan perekonomian. (2) Data sekunder Sumber data sekunder adalah laporan, hasil penelitian, data statistik institusi dan literatur. Data sekunder yang dikumpulkan dari dokumentasi dan arsip berupa fotokopi dan file komputer, antara lain adalah sebagai berikut. i.
Kebijakan dan program PUG di Kabupaten Subang.
ii.
Kebijakan dan program perikanan pantai di Kabupaten Subang.
iii.
Data statistik perikanan tangkap dari TPI setempat sebagai berikut:
iv.
v.
•
jumlah dan jenis kapal atau perahu yang berlabuh,
•
jumlah dan jenis ikan yang dilabuhkan,
•
jumlah nelayan pemilik perahu dan nelayan buruh,
•
jumlah peserta lelang di TPI,
•
jumlah dan kondisi sarana-prasarana perikanan yang tersedia,
•
penyaluran kredit perikanan, dan
•
pemasaran hasil.
Data statistik pengolahan hasil perikanan sebagai berikut: •
jumlah pengolah hasil perikanan,
•
jenis produk pengolahan,
•
teknologi yang digunakan, dan
•
pemasaran hasil.
Data profil masyarakat yang diambil sebagai berikut: •
struktur penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin, matapencaharian, pendidikan, agama, tingkat kepadatan serta pertumbuhan penduduk (tingkat kelahiran dan kematian),
•
ketenagakerjaan,
•
perekonomian lokal meliputi sarana perekonomian, kegiatan ekonomi,
•
kesehatan masyarakat meliputi sarana layanan kesehatan, pengobatan dan status gizi balita,
•
pendidikan meliputi tingkat partisipasi sekolah, angka buta huruf, pendidikan tertinggi yang ditamatkan, dan
38
•
perkawinan dan perceraian.
Metode pengumpulan data, data yang dibutuhkan dan analisis data yang disesuaikan dengan tujuan penelitian direkapitulasi pada Tabel 1. Tabel 1 Metode penelitian untuk pengumpulan data dan analisis data sesuai tujuan penelitian di Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang, tahun 2006 No
1
2
3
Tujuan penelitian Analisis responsif gender terhadap pelaksanaan program pembangunan kelautan dan perikanan Analisis sikap terhadap kesetaraan gender di perikanan pantai Penyusunan program yang responsif gender Pemrioritasan pelaksanaan program
Data yang dibutuhkan Kebijakan tentang perikanan pantai dan PUG Profil relasi gender dalam masyarakat Sikap masyarakat terhadap kesetaraan gender Kondisi internal dan eksternal pelaksanaan perikanan pantai Program yang responsif gender
Metode pengumpulan data
Responden
Wawancara, data sekunder
Dislutkan, BPMD
Analisis dokumen, GAP
Wawancara dan kuesioner, FGD
Komunitas pesisir
Analisis Moser
Kuesioner skala Likert
Komunitas pesisir
Skor T
Data sekunder, FGD
Aparat Pemda
SWOT
Hasil SWOT
Aparat Pemda, KUD Mina, nelayan
AHP
Analisis data
3.3 Analisis Data Data yang diperoleh diolah dengan bantuan analisis statistik dan analisis deskriptif. Analisis statistik merupakan bentuk analisis kuantitatif. Data yang dikumpulkan dengan kuesioner dianalisis dengan tabulasi silang. Selanjutnya, dilakukan pengujian hipotesis yang telah disusun dengan menggunakan uji korelasi untuk mencari hubungan antara skor sikap dan aspek pendidikan formal, jenis pekerjaan, pendapatan dan status pekerja. Analisis deskriptif merupakan penganalisisan secara kualitatif dimana semua data yang tersedia dari berbagai sumber ditelaah dan kemudian dilakukan reduksi data, sesuai dengan tujuan penelitian. Langkah selanjutnya adalah menyusun dalam satuan yang kemudian dikategorisasi sambil membuat koding. Tahap akhir adalah pemeriksaan keabsahan data, setelah itu dilakukan tahap penafsiran data (Moleong 1994). Data kualitatif hasil wawancara mendalam dianalisis secara deskriptif. Hasil perhitungan dari kuesioner skala Likert merupakan skor mentah, oleh karena itu perlu penginterpretasian skor lebih lanjut. Menurut Azwar (1988), suatu
39
cara untuk memberi interpretasi terhadap skoring individual adalah dengan membandingkannya dengan harga rataan (mean) skor kelompok dimana subyek itu termasuk. Hasil dari perbandingan ini merupakan interpretasi skor individual sebagai lebih atau kurang favorable (mendukung) dibandingkan dengan rataan kelompoknya. Skor standar dalam skala model Likert adalah skor-T, yaitu: T = 50 + 10 [ X− X ] s dimana X = skor individual yang diperoleh dari skor total pada skala sikap, X = mean skor kelompok, dan s = deviasi standar skor kelompok 3.3.1 Analisis gender Teknik analisis gender adalah satu teknik yang dapat memberikan gambaran tentang adanya perbedaan maupun saling ketergantungan antara lelaki dan perempuan dalam proses pembangunan, serta adanya perbedaan tingkat manfaat yang diperoleh lelaki dan perempuan dari hasil pembangunan. Sebagai suatu alat, analisis gender ini tidak hanya melihat peran, aktivitas, tetapi juga hubungan yang meliputi: siapa yang membuat keputusan, siapa yang memperoleh keuntungan, siapa yang menggunakan sumberdaya pembangunan (seperti tanah, kredit), siapa yang menguasai sumberdaya pembangunan, faktor-faktor apa (hukum, ekonomi atau sosial) yang mempengaruhi hubungan tersebut (Handayani dan Sugiarti 2002). Dalam penelitian ini analisis gender yang digunakan adalah Gender
Analysis Pathway (GAP) dan Moser. (1) Gender Analysis Pathway (GAP) GAP digunakan untuk menganalisis data tentang tingkat responsif gender di program kelautan dan perikanan saat ini dengan responden dari instansi di bidang perikanan yaitu Dinas Perikanan dan Kelautan (Dislutkan) Kabupaten Subang. GAP terdiri dari tiga tahap, yaitu: tahap pertama, adalah menganalisis kebijakan kelautan dan perikanan apakah sudah responsif gender atau belum; tahap kedua, yaitu merumuskan kembali atau reformulasi kebijakan tersebut hingga responsif gender; tahap ketiga, adalah menyusun rencana kegiatan yang sudah responsif gender (KPP 2003). Alur kerja GAP (KPP 2002d) sebagai berikut.
40
i.
Identifikasi tujuan umum dari kebijakan dan program yang ada, apakah sudah terformulasi bahwa hasilnya bermanfaat bagi lelaki dan perempuan.
ii.
Penyajian data kualitatif dan kuantitatif yang diuraikan menurut jenis kelamin sebagai pembuka wawasan guna mengungkap dampak perbedaan kebijakan dan program terhadap perempuan dan lelaki.
iii.
Menganalisis faktor penyebab terjadinya kesenjangan gender.
iv.
Merumuskan isu gender yang terjadi pada langkah ketiga.
v.
Merumuskan kembali langkah program atau kegiatan sehingga menghasilkan rumusan program dan kegiatan yang responsif gender.
vi.
Mengidentifikasi indikator gender dari hasil rumusan langkah kelima.
vii.
Menyusun rencana aksi yang dapat mengatasi kesenjangan antara perempuan dan lelaki.
viii.
Identifikasi sasaran program atau kegiatan.
(2) Analisis Moser Analisis gender di tingkat rumahtangga masyarakat nelayan dilakukan dengan menggunakan analisis Moser. Dalam penelitian ini yang dianalisis menggunakan teknik Moser yaitu identifikasi peran gender, pengambilan keputusan dan penilaian kebutuhan gender. Pengidentifikasian peran gender dilakukan dengan penyusunan pembagian kerja gender atau pemetaan kegiatan atau pembagian tugas lelaki dan perempuan dalam rumahtangga selama 24 jam (KPP 2003). Metode yang digunakan untuk keperluan ini adalah dengan wawancara mendalam. Metode yang digunakan adalah dengan recall period method. Metode recall pendek digunakan untuk mengetahui kegiatan rutin sehari-hari, sedangkan recall panjang untuk mengetahui kegiatan insidentil responden satu bulan terakhir (Handayani dan Sugiarti 2002). Analisis pengambilan keputusan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pola pengambilan keputusan dalam keluarga, antara suami dan istri, dan dalam kehidupan sehari-hari. Analisis ini menggunakan pembagian yang telah dilakukan oleh Sayogyo (1981), yaitu keputusan istri atau suami sendiri, dan keputusan
41
bersama (dengan posisi istri atau suami dominan, dan setara antara suami-istri). Metode yang digunakan adalah dengan melakukan wawancara mendalam. Penilaian kebutuhan gender dibedakan menjadi kebutuhan praktis dan strategis gender. Kebutuhan praktis gender (KPG) menyangkut kebutuhan untuk memperbaiki kondisi perempuan, sedangkan kebutuhan strategis gender (KSG) menyangkut kebutuhan untuk memperbaiki posisi perempuan (KPP 2003). Penilaian kebutuhan gender dilakukan dengan wawancara mendalam.
3.3.2 Analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats (SWOT) Teknik SWOT merupakan suatu analisis manajemen dengan cara mengidentifikasi secara internal mengenai kekuatan dan kelemahan dan secara eksternal mengenai peluang dan ancaman. Aspek internal dan eksternal ini dipertimbangkan dalam rangka menyusun program aksi, tindakan untuk mencapai sasaran dan tujuan kebijakan atau kegiatan (Rangkuti 1999). Analisis SWOT ini dilaksanakan setelah analisis data lainnya selesai dilakukan dengan tujuan mencari alternatif strategi pembangunan perikanan pantai yang responsif gender. Langkah SWOT yang dilakukan (Rangkuti 1999; KPP 2003) sebagai berikut: i.
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan (internal),
ii.
mengidentifikasi peluang dan ancaman (eksternal),
iii.
analisis keterhubungan kunci internal dan eksternal, dan
iv.
menyusun rencana aksi yang responsif gender. Pembobotan dan penetapan peringkat dalam analisis dilakukan setelah
berdiskusi dengan para pemangku kepentingan perikanan laut dan pantai. Jumlah total semua bobot adalah 1, dimana rentangnya adalah bobot 1 (sangat penting) hingga bobot 0 (tidak penting). Nilai peringkat peluang dan kekuatan yang tertinggi adalah 4, sedangkan yang terendah adalah 1; sebaliknya, ancaman dan kelemahan yang terbesar diberi nilai -1, sedangkan yang terkecil adalah -4. Evaluasi lingkungan internal dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan untuk melaksanakan pembangunan perikanan pantai yang responsif gender. Evaluasi internal tersebut disusun dalam matriks IFAS (Internal Strategic
Factors Analysis Summary). Evaluasi lingkungan eksternal dilakukan untuk mengetahui berbagai kemungkinan peluang dan ancaman dalam melaksanakan pembangunan perikanan pantai yang responsif gender. Evaluasi disusun dalam
42
matriks EFAS (External Strategic Factors Analysis Summary). Dari hasil IFAS dan EFAS dapat diketahui posisi pembangunan perikanan pantai saat ini.
3.3.3 Pendekatan Analytical Hierarchy Process (AHP) AHP merupakan suatu pendekatan untuk pengambilan keputusan dengan menstruktur
masalah
dalam bentuk hirarki dan
memasukkan
berbagai
pertimbangan untuk menghasilkan skala prioritas relatif (Saaty 1991; Saaty and Vargas 1994). AHP dilakukan setelah diperoleh hasil analisis SWOT yaitu untuk membuat urutan prioritas program pembangunan perikanan pantai yang responsif gender dengan bantuan program komputer Super Decisions. Respondennya adalah adalah pejabat Dislutkan, pejabat BPMD, pengurus KUD Mina serta ketua kelompok nelayan. Prinsip kerja AHP (Marimin 2004) sebagai berikut. i. Penyusunan hirarki yang terdiri dari unsur kriteria dan alternatif. ii. Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan (pairwise
comparation). iii. Nilai-nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif. iv. Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis.
3.4 Definisi Operasional 1) Data pembuka wawasan adalah data yang terpilah menurut jenis kelamin yang bertujuan untuk mengungkapkan apakah terdapat perbedaan yang cukup berarti antara lelaki dan perempuan dalam program atau kegiatan pembangunan. Data ini terdiri dari data kuantitatif dan kualitatif. 2) Identifikasi peran gender adalah mengidentifikasi kegiatan yang dilakukan oleh individu lelaki dan perempuan dalam rumahtangga dalam 24 jam. Kegiatan tersebut meliputi: pekerjaan produktif (pekerjaan yang menghasilkan uang atau barang), pekerjaan reproduktif (untuk kelangsungan hidup individu dan keluarga, seperti mengasuh anak, memasak, mencuci, membersihkan rumah), waktu luang atau bersantai (termasuk bertandang ke rumah tetangga menonton televisi, melakukan kegiatan kemasyarakatan) dan tidur. 3) Isu gender adalah suatu kondisi yang menunjukkan kesenjangan laki-laki dan perempuan atau ketimpangan gender, yaitu adanya kesenjangan antara kondisi
43
sebagaimana yang dicita-citakan (kondisi normatif) dengan kondisi gender sebagaimana adanya (kondisi obyektif). 4) Kesenjangan
gender
mengidentifikasikan
suatu
ketidaksamaan
dalam
hubungan antara lelaki dan perempuan dalam proses pembangunan. Kesenjangan gender didasarkan pada empat faktor yaitu akses, kontrol, partisipasi dan manfaat yang dirasakan oleh lelaki dan perempuan. 5) Pembagian tugas dalam keluarga adalah pembagian tugas dalam keluarga baik di lingkungan rumah maupun di luar rumah oleh individu lelaki dan perempuan. Pembagian tersebut meliputi: kegiatan produktif (kegiatan yang menyumbang pendapatan keluarga dalam bentuk uang atau barang), kegiatan reproduktif (kegiatan yang menjamin kelangsungan hidup manusia dan keluarga), dan kegiatan sosial kemasyarakatan (kegiatan yang menyangkut masyarakat). 6) Responsif gender adalah memberikan perhatian yang konsisten dan sistematis terhadap perbedaan-perbedaan antara perempuan dan lelaki dalam masyarakat dengan suatu pandangan yang ditujukan kepada keterbatasan-keterbatasan dari keadilan.
44