Pengaruh Penerapan Model Problem Based Learning tehadap Pencapaian Hasil Belajar (Suatu Meta Analisis terhadap Hasil Penelitian tentang Penerapan Problem Based Learning) Oleh Iva Sarifah
A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Kualitas sumber daya manusia dapat ditentukan oleh pendidikan. Untuk itu, dunia pendidikan dituntut melakukan reformasi sehingga mampu menghasilkan sumber daya manusia yang siap menghadapi persaingan global. Hal ini mengingat keberhasilan suatu bangsa dalam menghadapi era globalisasi dan reformasi sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Oleh sebab itu, pendidikan dituntut untuk dilaksanakan secara optimal sehingga manghasilkan pendidikan yang berkualitas. Pendidikan merupakan kegiatan menyiapkan masa depan suatu bangsa yang bukan hanya harus bertahan agar tetap eksis, tetapi dalam berbagai dimensi kehidupan pada tataran nasional maupun internasional. Pendidikan berlangsung dalam ruang dan waktu yang dipengaruhi oleh lingkungan fisik, sosial, dan psikologis, serta budaya. Dalam aktivitas pendidikan terlibat interaksi antara pendidik dan peserta didik yang secara hakiki tidak berbeda, keduanya dalam proses dinamis “untuk menjadi” (on becoming), yaitu pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia yang utuh sesuai dengan citra keunikannya Salah satu strategi yang dapat digunakan dalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah problem based learning. Pembelajaran yang menerapkan strategi ini, memberikan pengalaman kepada peserta didik untuk dapat mengembangkan potensi yang dimiliki. Melalui penerapan stratgei ini, peserta didik belajar berdasarkan permasalahan yang dikemukakan, sehingga melalui permasalahan ini, maka peserta didik akan melakukan berbagai aktivitas yang tentunya dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki. Adanya kesempatan untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki peserta didik pada akhirnya mampu mewujudkan kualitas pendidikan. Pembelajaran dengan problem based learning berlangsung Interdisiplin sehingga siswa bebas melakukan eksplorasi, memanfaatkan Berbagai sumber belajar dan pengalaman belajar. Pembelajaran Dengan problem based learning diharapkan dapat mencapai seperangkat kompetensi dan untuk mengembangkan keterampilan problem solving yangmemungkinkan belajar seumur hidup. Praktik pembelajaran dengan problem based learning mengubah arah interaksi pembelajaran yang berpusat pada guru kepada pembelajaran yang memungkinkan siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas (Mergendoller, Maxwell, Besellino, 2005: 317). Pembelajaran dengan problem based learning dapat terjadi jika guru merancang dan melaksanakan kegiatan
pembelajaran yang dimulai dengan memberikan masalah kepada siswa. Guru berfungsi sebagai fasilitator, mediator yang menyediakan masalah dan scaffolding yang diperlukan siswa untuk mengonstruksi pengetahuan yang dibutuhkan. Masalah-masalah yang digunakan di kelas diharapkan dapat membantu siswa untuk melakukan investigasi. Proses investigasi dapat memotivasi siswa untuk terlibat aktif mengonstruksi pengetahuan yang dibutuhkan dan menumbuhkan sikap positif terhadap belajar. Siswa-siswa yang diajarkan denganl probem based learning memiliki tujuan instrinsik tingkat tinggi, dapat memaknai tugas-tugas, menggunakan elaborasi sebagai strategi belajar, dapat berpikir kritis, memiliki keyakinan terhadap metakognitifnya dan menjadi pembelajar yang mandiri (Sunggur & Tekkaya, 2006: 307). Secara teoretis problem based learning adalah strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk mencapai keterampilan berpikir tingkat tinggi, meningkatkan sikap positif siswa terhadap mata pelajaran, meningkatkan selfconcept siswa dan memotivasi siswa untuk belajar. Beberapa hasil penelitian yang membahas tentang problem based learning antara lain pada beberapa pembelajaran dan beberapa tingkatan sekolah. Keseluruhan hasil penelitian tersebut mengungkapkan pengaruh problem based learning secara signifikan terhadap berbagai kemampuan peserta didik, yang pada akhirnya meningkatkan kualitas pembelajaran. Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tentang pengaruh problem based learning terhadap hasil belajar peserta didik. Melalui penelitian ini, diharapkan mampu memberikan gambaran tentang pengaruh problem based learning dalam meningkatkan kualitas pendidikan. 2. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah penelitian, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: a. Berapakah rerata pengaruh problem based learning ditinjau dari aspek jenjang pendidikan subjek penelitian? b. Berapakah rerata pengaruh problem based learning ditinjau dari aspek waktu pelaksanaan? c. Berapakah rerata pengaruh problem based learning ditinjau dari bidang studi/bidang ilmu yang digunakan dalam penelitian? d. Berapakah rerata pengaruh problem based learning ditinjau dari jenis factorfaktor lain yang terlibat dalam penerapan problem based learning? e. Berapakah rerata pengaruh problem based learning terhadap hasil belajar siswa secara keseluruhan?
3. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik secara teoretis maupun secara praktis.
a. Secara Teoretis Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi positif terhadap khasalah pengembangan kelimuan, khususnya tentang peningkatan kualitas pendidikan. b. Secara Praktis Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi positif bagi guru/dosen dalam meningkatkan kualitas pembelajaran yang menjadi tanggungjawabnya. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi positif bagi para calon peneliti/peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian terkait peningkatan kualitas pendidikan dalam berbagai aspek. B. Kajian Teoretis 1. Hakikat Model Problem Based Learning a. Pengertian Model Problem Based Learning Pembelajaran dapat dilaksanakan dengan menerapkan berbagai model pembelajaran. Menurut Joyce dan Weil (1996:11), model pembelajaran adalah suatu deskripsi lingkungan belajar. Model pembelejaran lebih umum daripada istilah strategi pembelajaran. Teori konstruktivis tentang belajar sebagai landasan filosofis model Problem Based Learning memberikan penekanan pada kebutuhan-kebutuhan siswa untuk melakukan investigasi pada dunia nyata dan membangun pengetahuan bermakna secara individual. Proses tersebut terdiri atas collaboration and reflection (Arends, 2008: 47). Pendapat ini menunjukkan bahwa interaksi dalam proses pembelajaran dengan model Problem Based Learning menempatkan siswa sebagai pusat kegiatan pembelajaran. Senada dengan pendapat ini, Savey dan Duffy (Sunggur dan Tekkaya, 2006: 308) menyatakan bahwa siswa sebagai constructor of knowledge pada sebuah konteks yang serupa dengan konteks dimana pengetahuan tersebut akan digunakan. Peran siswa dan konteks yang dihadapi memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi masalah, menyusun kerangka analisis berdasarkan pengalaman real yang dihasilkan dari interaksi social dengan lingkungan sekitar. Pengalaman sebagai hasil interaksi dengan lingkungan memungkinkan siswa untuk memperoleh pengetahuan baru. Pendapat senada dikemukakan Bottino dan Ciappini (2002: 764), yang menegaskan bahwa bidang pengalaman adalah sebuah sektor pada budaya manusia dimana guru dan siswa dapat mengenal serta mempertimbangkannya sebagai satu kesatuan. Bidang pengalaman dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran baik oleh guru maupun oleh siswa. Pembelajaran dengan model Problem Based Learning memperkenalkan siswa dengan masalah autentik sehingga membantu siswa untuk melakukan investigasi. Proses investigasi yang melibatkan siswa secara langsung memungkinkan siswa untuk mengidentifikasi masalah, memahami masalah, dan menyelesaikannya sehingga pada akhirnya memperoleh pengetahuan baru. Dalam proses ini Sunggur dan Tekkaya (2006: 308) menyatakan bahwa siswa dituntut untuk berpikir kritis, kreatif, dan memonitor pemahaman. Berarti model Problem Based Learning memungkinkan siswa untuk berpikir kritis, kreatif dan
juga mengukur kemampuan sendiri dalam menyelesaikan masalah sehingga diharapkan menumbuhkan self concept yang positif pada diri siswa. Model Problem Based Learning jika dibandingkan dengan model pembelajaran lain sebagaimana dikemukakan Massa (2008: 19) bahwa tidak seperti pembelajaran tradisional dimana informasi-informasi ditransfer secara pasif dari guru ke siswa. Siswa-siswa yang diajarkan dengan model Problem Based Learning aktif berpartisipasi dalam pembelajaran mereka sendiri. Pembelajaran mengantar siswa ke situasi yang tidak diketahui dimana terdapat masalah–masalah yang membutuhkan penyelesaian. Pembelajaran ini menimbulkan interaksi aktif antara siswa dan guru. Siswa secara aktif membangun pengetahuan yang dibutuhkan dari masalah yang diberikan. Peran aktif siswa dalam proses pembelajaran mengindikasikan bahwa pembelajaran bukan proses transfer ilmu dari guru ke siswa tetapi guru sebagai fasilitator yang menyediakan masalah dan scaffolding yang dibutuhkan oleh siswa dalam mengonstruksi pengetahuan. Berkaitan dengan peran aktif siswa, Arends (2008: 43), menyatakan bahwa pembelajaran dengan model Problem Based Learning membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan problem solving, mempelajari peran-peran orang dewasa, dan menjadi pembelajar yang mandiri. Ditinjau dari perspektif informasi yang diterima siswa, Ratumanan (2004: 145), mengemukakan bahwa pembelajaran dengan model Problem Based Learning membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia social dan sekitarnya. Dua definisi ini memposisikan guru sebagai fasilitator dan mediator yang membantu siswa untuk melakukan kegiatan penyelidikan terhadap masalah dan menemukan pengetahuan yang relevan untuk kehidupan nyata. Selanjutnya siswa diharapkan dapat menyusun kerangka pengetahuan baru yang dapat diaplikasikan. Jika skema pengetahuan yang dibentuk tidak dapat diaplikasikan, maka kegiatan pembelajaran menjadi suatu yang abstrak dan bahkan tidak menyentuh dimensi kehidupan praktis. Resnick (Arends 1997: 160), mengemukakan alasan lain tentang pentingnya pembelajaran dengan model Problem Based Learning, yaitu bahwa pembelajaran dengan model Problem Based Learning menjembatani jurang antara pembelajaran formal di sekolah dan aktifitas mental praktis di luar sekolah. Jika kegiatan pembelajaran menghubungkan aktifitas praktis sehari-hari dan pembelajaran formal, maka siswa termotivasi untuk terlibat aktif. Keaktifan siswa menumbuhkan rasa percaya diri pada diri siswa sendiri. Pendapat lain dikemukakan oleh Woods (2000) bahwa Problem Based Learning labih sekedar lingkungan yang efektif untuk mempelajari pengetahuan tertentu. Problem Based Learning membantu pembelajar membangun kecakapan sepanjang hidupnya dalam memecahkan masalah, kerjasama tim, dan berkomunikasi. Selanjutnya menurut Lynda Wee (2002) bahwa cirri proses Problem Based Learning sangat menunjang pembangunan kecakapan mengatur diri sendiri (self directed), kolaboratif, berpikir secara meta kognitif, cakap menggali informasi, yang semuanya relatif perlu untuk dunia kerja. (Amir, 2010: 13)
Beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas menjelaskan bahwa model Problem Based Learning dan alasan pentingnya menerapkan model Problem Based Learning dalam pembelajaran. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa model Problem Based Learning adalah pembelajaran yang dimulai dengan konteks atau masalah kontekstual yang memungkinkan siswa untuk melakukan investigasi. Tujuan kegiatan investigasi adalah menemukan konsep, prinsip tentang materi pelajaran dan mengarahkan siswa untuk membangun kerangka pengetahuan baru berdasarkan masalah yang diberikan. Arends (1997: 157158), menggambarkan karakteristik model Problem Based Learning sebagai berikut: 1) Driving Questionor Problem. Model Problem Based Learning diorganisasikan berdasarkan masalah-masalah kehidupan nyata. Siswa-siswa dihadapkan dengan masalah yang tidak dapat diberi jawaban-jawaban sederhana dan mengandung berbagai solusi (Arends, 2008: 42). Agar menarik dan memotivasi siswa untuk terlibat aktif, maka masalah yang diberikan adalah masalah yang penting secara social dan bermakna secara personal bagi siswa; 2) Fokus Interdisipliner. Meskipun model Problem Based Learning ditujukan untuk disiplin ilmu tertentu namun dalam penyelesaian masalah aktual, siswasiswa diarahkan untuk melakukan penyelidikan pada disiplin ilmu-ilmu lain yang relevan dengan masalah; 3) Investigasi Autentik. Kegiatan pembelajaran dengan model Problem Based Learning mengharuskan siswa untuk melakukan penyelidikan otentik untuk menyelesaikan masalah-masalah real. Dalam kegiatan investigasi siswa mengidentifikasi masalah, mengembangkan hipotesis, membuat prediksi, mengumpulkan data, menganalisis informasi, melakukan ekperimen jika diperlukan, membuat kesimpulan, dan menentukan sikap atau membuat keputusan; 4) Based. Menghasilkan sesuatu dan mempresentasikannya. Pembelajaran dengan model Problem Based Learning meminta siswa untuk menghasilkan sesuatu, menunjukkannya dengan cara menjelaskan dan mempresentasikan solusi mereka. Kegiatan presentasi membantu siswa mengembangkan keterampilan berkomunikasi; 5) Kolaborasi. Model Problem Based Learning seperti halnya model Cooperatif Learning menghendaki adanya kerjasama antara siswa. Bekerja bersama membangun motivasi yang mendukung tugas-tugas yang kompleks dan meningkatkan kemampuan inquiri. Selain itu siswa memiliki kesempatan untuk mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan social melalui dialog. Karakteristik model Problem Based Learning cukup jelas, yaitu adanya konteks atau masalah kontekstual yang diberikan pada awal kegiatan pembelajaran, masalah yang diberikan hendaknya mendorong siswa untuk menghubungkannya dengan disiplin ilmu lain yang relevan. Proses menyelesaikan masalah dilakukan dengan investigasi. Hasil akhir yang diharapkan dari kegiatan investigasi adalah sebuah produk. Hasil yang diperoleh dikomunikasikan melalui kegiatan presentasi. Selanjutnya Arends (1997: 158-160), menyebutkan tujuan utama pengembangan model Problem Based Learning adalah sebagai berikut: a) membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, kemampuan problem solving; b) mendewasakan siswa dengan pengalaman mereka dengan dunia
nyata dan simulasi masalah; dan c) membuat siswa mandiri dan menjadi pembelajar bagi diri sendiri. Tujuan pembelajaran dengan model Problem Based Learning yang kompleks menimbulkan tantangan dalam implementasinya. Karena itu dalam usaha pencapaian tujuan pembelajaran hal penting yang harus diperhatikan adalah komponen-komponen penting proses belajarnya agar tidak bias. Menurut Kirschner, Sweller, dan Clark (2006: 83), dua komponen utama model Problem Based Learning yaitu secara eksplisit mengajarkan strategi pemecahan masalah dalam bentuk metode penalaran hipotesis deduktif dan mengajarkan content dalam konteks yang khusus atau contoh khusus. Dua komponen utama ini mengindikasikan bahwa belajar dengan model Problem Based Learning tidak hanya mengajarkan strategi penyelesaian masalah sebagai sebuah keterampilan mekanik tetapi juga mengajarkan isi berupa konsep dan prinsip atau sebaliknya tidak hanya menekankan aspek isi saja sehingga pembelajaran bersifat abstrak dan tidak praktis. Jika proses pembelajaran dengan model Problem Based Learning terjadi berdasarkan scenario yang sesungguhnya maka akan menciptakan lingkungan belajar yang efektif. Lingkungan pembelajaran dengan model Problem Based Learning yang ideal seperti digambarkan oleh Sanggur dan Tekkaya (2006: 307), bahwa pembelajaran dengan model Problem Based Learning menciptakan lingkungan dimana: (1) siswa-siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran; (2) memberikan respon terhadap pembelajaran mereka sendiri; dan (3) menggunakan keterampilan lebih baik dan kemampuan mendefinisikan topik-topik pembelajaran, mengakses sumber-sumber belajar yang berbeda, mengevaluasi validitas sumber-sumber belajar. Dapat dikatakan bahwa lingkungan belajar yang demikian membantu siswa untuk mencari informasi, memilih dan mengakses sumber-sumber belajar yang relevan, mengkomunikasikan pengetahuan yang diperoleh secara bersama-sama. Dalam aktifitas yang demikian maka siswa dituntut untuk menggunakan keterampilan berpikir kritis, kemampuan berkomunikasi, memberikan tanggapan-tanggapan, membentuk teamwork, keterampilan interpersonal dan menambah minat siswa terhadap pembelajaran. b. Keunggulan dan Kelemahan Model Problem Based Learning Keunggulan dan kelemahan model pembelajaran Problem Based Learning menurut Wina Sanjaya (2008: 221) adalah: (a) pemecahan masalah dalam Problem Based Learning cukup bagus untuk memahami isi pelajaran, (b) pemecahan masalah yang berlangsung selama proses pembelajaran menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan kepada siswa, (c) Problem Based Learning dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran, (d) membantu proses transferable siswa untuk memahami masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari, (e) membantu siswa mengembangkan pengetahuannya dan membantu siswa untuk bertanggungjawab atas pembelajarannya sendiri, (f) membantu siswa untuk memahami hakikat belajar sebagai cara berpikir bukan hanya sekedar mengerti pembelajaran oleh guru berdasarkan buku-buku teks, (g) Problem Based Learning menciptakan lingkungan belajar yang
menyenangkan dan disukai siswa, (h) memungkinkan aplikasi dalam dunia nyata, dan (i) merangsang siswa untuk belajar secara kontinu. Kelemahan-Kelemahan model Problem Based Learning sebagai strategi pembelajaran menurut Wina Sanjaya (2008: 221) adalah: (a) apabila siswa mengalami kegagalan atau kurang percaya diri dengan minat yang rendah, maka siswa enggan untuk mencoba lagi, (b) Problem Based Learning membutuhkan waktu yang cukup untuk persiapan, dan (c) pemahaman yang kurang tentang mengapa masalah-masalah dipecahkan dapat mengakibatkan siswa kurang termotivasi untuk belajar. 2. Hakikat Meta Analisis a. Pengertian Meta Analisis Meta-analisis merupakan suatu teknik statistika untuk menggabungkan hasil 2 atau lebih penelitian sejenis sehingga diperoleh paduan data secara kuantitatif. Saat ini meta-analisis paling banyak digunakan untuk uji klinis. Hal ini dapat dimengerti, karena uji klinis desainnya lebih baku dan memberikan bukti hubungan kausal yang paling kuat. Meta-analisis juga dapat dilakukan terhadap berbagai studi observasional, namun akan mengundang lebih banyak masalah baik dalam metodologi maupun perangkat statistika yang digunakan, karena bias lebih mengancam pada studi observasional dibanding pada uji klinis. Dilihat dari prosesnya, meta-analisis merupakan suatu studi observasional retrospektif, dalam arti peneliti membuat rekapitulasi fakta tanpa melakukan manipulasi eksperimental. Effect size, yakni perbedaan kejadian efek antara kelompok eksperimental dan kelompok kontrol dalam meta-analisis merupakan gabungan effect size masing-masing studi yang dilakukan dengan teknik statistika tertentu. Karena pada umumnya pembuat meta-analisis tidak memiliki data dasar penelitian, maka praktis dimensi effect size yang digabungkan dalam meta-analisis sama dengan yang dilaporkan dalam artikel yang digabungkan. Skala variabel efek pada meta-analisis dalam literatur kedokteran dapat berskala nominal, numerik, atau ordinal. b. Tujuan Meta Analisis Tujuan meta-analisis pada umumnya tidak berbeda dengan jenis penelitian klinis lainnya, yaitu: a) Untuk memperoleh estimasi effect size, yaitu kekuatan hubungan ataupun besarnya perbedaan antar-variabel; b) melakukan inferensi dari data dalam sampel ke populasi, baik dengan uji hipotesis (nilai p) maupun estimasi (interval kepercayaan); c) melakukan kontrol terhadap variabel yang potensial bersifat sebagai perancu (confounding) agar tidak mengganggu kemaknaan statistik dari hubungan atau perbedaan. c. Langkah-langkah dalam Penyusunan Meta Analisis Meta analisis dapat dipandang sebagai suatu penelitian tersendiri, termasuk dalam desain studi observasional retrospektif. Sama halnya dengan
penelitian lain, peneliti (pembuat meta-analisis) harus membuat usulan penelitian yang rinci. Usulan penelitian meta-analisis mencakup: 1) Kriteria Pemilihan Studi yang akan disertakan dalam meta-analisis bergantung pada maksud meta analisis. Karena itulah hipotesis studi meta-analisis amat membantu menentukan kriteria inklusi dan eksklusi yang harus digunakan sejak awal untuk identifikasi studi yang relevan. Peneliti harus menetapkan jenis dan rincian laporan penelitian yang akan digabung. Perlu pula dari awal ditentukan laporan dalam bahasa apa saja yang akan disertakan (apakah hanya artikel yang berbahasa Inggris atau mencakup yang berbahasa lain), tahun publikasi, dan lain-lain aspek yang relevan dengan hipotesis atau pertanyaan penelitian. Juga harus ditentukan apakah meta analisis hanya dilakukan terhadap laporan penelitian yang telah dipublikasi ataukah mencakup pula data yang tidak dipublikasi. Bila meta-analisis hanya dilakukan terhadap laporan penelitian yang telah dipublikasi, mungkin hasilnya tidak optimal, karena terdapatnya publication bias. Telah diketahui bahwa peneliti Dengan mengirim hasil penelitian yang tidak bermakna, demikian pula editor cenderung menolak laporan hasil penelitian tersebut. Peneliti juga cenderung mengirim penelitian dengan hasil bermakna ke jurnal internasional, sedangkan yang hasilnya tidak bermakna dikirim ke jurnal lokal. Publication bias memang merupakan salah satu kendala yang nyata dalam meta analisis. Di lain sisi bila disertakan data yang tidak dipublikasi dari pihak yang mempunyai kepentingan (misalnya dari perusahaan farmasi), hal ini pun dapat mengundang masalah. Hasil penelitian yang tidak dipublikasi antara lain dapat diperoleh dengan menghubungi pusat-pusat penelitian tertentu yang biasanya dikenal oleh peer-group bidang studi yang berkaitan. Tentu saja tidak mungkin bagi penulis metaanalisis untuk memperoleh seluruh hasil penelitian yang tidak dipublikasi yang ada di seluruh dunia. 2) Strategi Penelusuran Laporan Penelitian Untuk penelusuran (searching) bahan studi harus ditentukan kualifikasi penelusur (misalnya petugas perpustakaan dan peneliti). Ini perlu ditekankan, karena kualitas penelusur sangat mempengaruhi jumlah dan jenis pustaka yang diperlukan. Untuk menelusur ar tikel yang telah dipublikasi, database elektronik sangat bermanfaat; namun bila hanya cara ini yang digunakan mungkin akan terlewatkan hasil studi lain yang relevan. Oleh karenanya biasanya disarankan untuk melengkapinya dengan pencarian manual, misalnya melalui Index Medicus, daftar pustaka buku ajar, tnijauan pustaka, dan publikasi lain. Untuk uji klinis, database Cochrane Collaboration merupakan sumber yang sangat membantu. Untuk kepentingan ini harus dijelaskan spesifikasi database yang dipakai, strategi pencarian, termasuk periode waktu yang disertakan dan kata kunci yang digunakan. Harus dijelaskan cara untuk memasukkan semua studi yang ada yang memenuhi kriteria, termasuk kontak dengan para penulis, perangkat lunak yang dipakai (nama dan versi), pencarian secara manual (dari daftar rujukan
pada artikel), bahasa selain bahasa Inggris, serta metode penelusuran hasil studi yang tidak dipublikasi. 3) Penilaian Kualitas Artikel Artikel yang telah terkumpul harus diteliti satu demi satu. Pada tahapan pertama harus dipastikan apakah semua sesuai dengan kriteria pemilihan yang telah ditetapkan. Bila hasil penelusuran awal sangat banyak, penyaringan dapat dilakukan dengan cara menilai abstrak masing-masing artikel. Setelah dipastikan sesuai dengan kriteria, kemudian setiap laporan studi dinilai kualitasnya oleh peneliti. Pada umumnya penilaian dilakukan oleh dua orang penilai (reviewer) secara terpisah, dengan menggunakan standar penilaian yang telah ditetapkan sebelumnya, biasanya dengan menggunakan sistem score. Apabila terdapat ketidaksesuaain dilakukan diskusi untuk mencapai kesepakatan. Oleh karena kualitas hasil penelitian yang akan digabungkan tidak sama, maka perlu diberikan pembobotan terhadap masing-masing artikel. Misalnya, studi yang menggunakan 200 subjek dengan teknik randomisasi yang baik serta menggunakan teknik double blind tentu tidak sama bobotnya dengan studi yang hanya melibatkan 40 responden tanpa blinding. 4) Menggabungkan Hasil Studi Penggabungan hasil berbagai studi merupakan langkah paling menentukan dalam meta analisis. Dalam penggabungan ini diperlukan teknik statistika tertentu yang mengundang banyak beda pendapat. Berikut ini diuraikan beberapa prinsip yang perlu diketahui dalam penggabungan hasil banyak penelitian. Perlu diingat bahwa dalam penggabungan hasil, penelitian dengan jumlah subjek yang berbeda dan dengan kualitas yang berbeda tidak dapat diperlakukan sama. Penelitian dengan jumlah subjek yang banyak dan yang berkualitas lebih baik harus mendapat bobot yang lebih besar. Penelitian dapat memberi hasil akhir (outcome) berupa data nominal, numerik, atau ordinal. Penggabungan hasil dilakukan sesuai dengan data pada penelitian aslinya. Hasil berskala numerik, misalnya: a) perbedaan rerata (mean difference); b) perbedaan rerata yang distandardisasi (standardaized mean difference). Hasil berskala nominal, antara lain: a) data nominal non-komparatif (Odds Insidens); b) data nominal komparatif (rasio odds), Resiko relative, perbedaan resiko (risk difference), number needed to treat. C. Metodologi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bersifat kausal komparatif, yang berupa survey dan analisis kepustakaan terhadap hasil-hasil penelitian tentang pembelajaran yang menerapkan model Problem Based Learning pada beberapa bidang studi/bidang ilmu. Oleh sebab itu, maka tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh model Problem Based Learning terhadap hasil belajar ditinjau dari aspek jenjang pendidikan subjek penelitian, waktu pemberian tindakan, bidang studi/bidang
ilmu dalam penelitian, jenis factor-faktor lain yang mempengaruhi Problem Based Learning, dan secara keseluruhan komponen. 2. Subjek Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dikemukakan, maka sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari 6 jurnal. Oleh sebab itu, keenam jurnal ini dijadikan sebagai subjek penelitian. Berdasarkan analisis terhadap komponen-komponen yang terdapat pada keempat jurnal, maka diperoleh 42 komponen atau aspek yang digunakan sebagai unit analisis. Penelitian ini pada umumnya merupakan jenis penelitian kuasi eksperimen yang dilaksanakan di sekolah, kursus keperawatan, pelatihan, dan perguruan tinggi. 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam meta analisis ini adalah observasi terhadap seluruh komponen yang terdapat pada keenam jurnal dengan mengelompokkan berdasarkan kelompok-kelompok unit analisis. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah lembar observasi dengan menggunakan pengkodean (coding data). Adapun variabelvariabel yang digunakan dalam pemberian kode dalam menjaring data tentang besar pengaruh model Problem Based Learning antara lain: (1) Nama peneliti dan tahun; (2) jenjang pendidikan subjek penelitian; (3) lama waktu pemberian tindakan; (4) variabel bebas penelitian; (5) variabel terikat penelitian; dan (6) kelompok data hasil penelitian (kelompok eksperimen-kontrol atau pre test-post test). Data yang dikumpulkan untuk keperluan analisis adalah rerata dan simpangan baku kelompok eksperimen dan kelompok Kontrol atau data pre test dan post test dari masing-masing unit analisis. 4. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik statistik deskriptif. Teknik ini digunakan untuk menghitung besar pengaruh (effect sizes) model Problem Based Learning dengan menggunakan rumus Glass (1981) sebagai berikut: X XK E . SK Keterangan: XE = Rerata kelompok eksperimen XK = Rerata kelompok kontrol SK = Simpangan baku kelompok kontrol Perhitungan effect sizes dilakukan berdasarkan pengelompokkan terhadap: (1) Jenjang pendidikan subjek penelitian, (2) Lama waktu pemberian tindakan, (3) Jenis bidang ilmu yang digunakan dalam penelitian, dan (4) Jenis/faktor lain yang berinteraksi dengan model Problem Based Learning.
Untuk menghitung interval rerata besar pengaruh model Problem Based Learning terhadap variabel terikat secara keseluruhan digunakan rumus: 1,96 n Keterangan: = Rerata besar pengaruh effect sizes. = Simpangan baku effect sizes n = Banyaknya sub penelitian. D. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Deskripsi Data Hasil penelitian yang digunakan sebagai unit analisis sebanyak 6 hasil penelitian kuasi eksperimen. Berdasarkan keempat hasil penelitian, maka terdapat 42 sub penelitian yang dikelompokkan berdasarkan: (1) Jenjang Pendidikan Subjek Penelitian; (2) Lama Waktu Pemberian Tindakan; (3) Jenis Bidang Ilmu; (4) Jenis faktor yang Terlibat dengan model Problem Based Learning, dan (5) keseluruhan kelompok. Pengelompokan berdasarkan jenjang pendidikan subjek penelitian terdiri atas: (a) SMP sebanyak 4 sub penelitian; (b) Kursus Keperawatan sebanyak 7 sub penelitian; (c) Sekolah Keperawatan sebanyak 6 sub penelitian; (d) pelatihan guru sebanyak 6 sub penelitian; (e) Sekolah di Satu Kota Selangor Malaysia sebanyak 6 sub penelitian; dan (f) Perguruan Tinggi sebanyak 13. Pengelompokan berdasarkan lama waktu penelitian terdiri atas: (a) selama 2 minggu sebanyak 6 sub penelitian; (b) selama 20 hari sebanyak 4 sub penelitian; (c) selama 12 minggu sebanyak 6 sub penelitian; dan (d) selama 1 semester sebanyak 26 sub penelitian. Pengelompokan berdasarkan jenis bidang ilmu yang digunakan dalam penelitian, terdiri atas: (a) Matematika sebanyak 4 sub penelitian; (b) keperawatan sebanyak 13 sub penelitian; (c) pedagogik sebanyak 6 sub penelitian; (d) sains sebanyak 6 sub penelitian; dan (e) fisika sebanyak 13 sub penelitian. Pengelompokan berdasarkan jenis faktor yang terlibat dengan model Problem Based Learning terdiri atas: (a) hanya satu kondisi pembelajaran (model Problem Based Learning, pre test - post test) sebanyak 6 sub penelitian; (b) hanya satu kondisi pembelajaran (model Problem Based Learning Pre-post Test dengan dua instrumen penilaian) sebanyak 7 sub penelitian; (c) dua kondisi pembelajaran (model Problem Based Learning dan cooperative learning type jigsaw sebanyak 4 sub penelitian; (d) dua kondisi pembelajaran (model Problem Based Learning dan konvensional) 6 sebanyak sub penelitian; (e) dua kondisi pembelajaran (model The web-based Problem Based Learning/PBL dan The web-based Content-Based Learning/CBL) sebanyak 13 sub penelitian; dan (f) tiga kondisi pembelajaran (model Problem Based Learning with Cognitive Scaffolding (CS), Problem Based Learning without Cognitive Scaffolding (CS), dan konvensional) sebanyak 6 sub penelitian. Sementara pengelompokan secara keseluruhan, yakni kondisi pembelajaran model Problem Based Learning pre-post test, Problem Based
Learning dengan dua instrumen, The web-based Problem Based Learning (PBL) dan The web-based Content-Based Learning (CBL), Problem Based Learning dan cooperative learning type jigsaw, Problem Based Learning with Cognitive Scaffolding (CS), Problem Based Learning without Cognitive Scaffolding (CS) sebanyak 42 sub penelitian. 2. Hasil/Temuan Penelitian Berdasarkan deskripsi data di atas, maka hasil atau penelitian sebagai berikut: a. Besar Pengaruh Berdasarkan Jenjang Pendidikan Subjek Penelitian Hasil analisis mengungkapkan bahwa rerata pengaruh model Problem Based Learning berdasarkan lama waktu pemberian tindakan dapat dilihat pada Tabel 1 berikut: Tabel 1 Pengaruh Model Problem Based Learning Berdasarkan Jenjang Pendidikan Subjek Penelitian Statistik SMP
n
4 1,231
Jenjang Pendidikan Subjek Penelitian Kursus Pelatihan Sekolah Sekolah Keperawatan Guru Keperawatan di Kota Selangor 7 6 6 6 0,298 0,607 0,728 0,511
Perguruan Tinggi 13 0,388
0,46
0,269
0,382
0,157
0,982
0,423
0,374
0,903
0,629
0,215
1,924
1,091
Berdasarkan data pada Tabel 1 tersebut, dapat dikemukakan bahwa rerata tertinggi pengaruh model Problem Based Learning terdapat pada hasil penelitian yang dilakukan di SMP sebesar 1,231 dan rerata terendah terdapat pada hasil penelitian yang dilakukan di kursus keperawatan sebesar 0,298. Apabila ditinjau dari koefisien variansi (
), maka pengaruh model Problem Based Learning tertinggi terdapat pada hasil penelitian yang dilakukan di sekolah di kota Selangor sebesar 192,4% dan pengaruh tertendah terdapat pada hasil penelitian yang dilakukan di sekolah keperawatan sebesar 21,5%. b. Besar Pengaruh Berdasarkan Lama Waktu Pemberian Tindakan Hasil analisis mengungkapkan bahwa rerata pengaruh model Problem Based Learning berdasarkan lama waktu pemberian tindakan dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:
Tabel 2 Pengaruh Model Problem Based Learning Berdasarkan Lama Waktu Pemberian Tindakan Statistik N
2 Minggu 6 0,511 0,982 1,924
Lama Waktu Pemberian Tindakan 20 Hari 12 Minggu 1 Semester 4 6 26 1,231 0,607 0,442 0,46 0,382 0,368 0,374 0,629 0,832
Berdasarkan data pada Tabel 2 tersebut, dapat dikemukakan bahwa rerata tertinggi pengaruh model Problem Based Learning terdapat pada hasil penelitian yang dilakukan selama 20 hari, yakni sebesar 1,231 dan rerata tertendah terdapat pada hasil penelitian yang dilakukan selama 1 semester, yakni sebesar 0,442. Apabila ditinjau dari koefisien variansi (
), maka pengaruh model Problem Based Learning tertinggi terdapat pada hasil penelitian yang dilakukan selama 2 minggu, yakni sebesar 192,4% dan pengaruh tertendah terdapat pada hasil penelitian yang dilakukan selama 20 hari, yakni sebesar 37,4%. c. Besar Pengaruh Berdasarkan Jenis Bidang Ilmu yang Digunakan dalam Penelitian Hasil analisis mengungkapkan bahwa rerata pengaruh model Problem Based Learning berdasarkan jenis bidang ilmu yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 3 berikut: Tabel 3 Pengaruh Model Problem Based Learning Berdasarkan Jenis Bidang Ilmu yang Digunakan dalam Penelitian Statistik N
Jenis Bidang ilmu yang Digunakan dalam Penelitian Sains Fisika Matematika Keperawatan Pedagogik 6 13 4 6 13 0,511 0,388 1,231 0,607 0,496 0,982 0,423 0,46 0,382 0,31 1,924 1,091 0,374 0,629 0,625
Berdasarkan data pada Tabel 3 tersebut, dapat dikemukakan bahwa rerata tertinggi pengaruh model Problem Based Learning terdapat pada hasil penelitian bidang Matematika, yakni sebesar 1,231 dan rerata tertendah terdapat
pada hasil penelitian Fisika, yakni sebesar 0,388. Apabila ditinjau dari koefisien variansi (
), maka pengaruh model Problem Based Learning tertinggi terdapat pada hasil penelitian bidang Sains, yakni sebesar 192,4% dan pengaruh tertendah terdapat pada hasil penelitian yang dilakukan penelitian bidang Matematika, yakni sebesar 37,4%. d. Besar Pengaruh Berdasarkan Jenis Faktor yang terlibat dengan Model Problem Based Learning Hasil analisis mengungkapkan bahwa rerata pengaruh model Problem Based Learning berdasarkan jenis faktor yang terlibat dengan Model Problem Based Learning dapat dilihat pada Tabel 4 berikut: Tabel 4 Pengaruh Model Problem Based Learning Berdasarkan Jenis Faktor yang terlibat dengan Model Problem Based Learning
Statistik
N
Satu Kondisi (Problem Based Learning Pre-post Test)
Jenis Faktor yang Terlibat dengan Model Problem Based Learning Satu Kondisi Dua Dua Kondisi Dua Kondisi Tiga Kondisi (Problem Kondisi (Problem (The web(Problem Based Based (Problem Based based Learning with Learning Based Learning dan Problem Cognitive Scaffolding Pre-post Learning Konvensional) Based (CS), Problem Based Test dengan dan Learning/PBL Learning without 2 Instrumen Cooperative dan The webCognitive Scaffolding Penilaian) Leraning based (CS), dan Type Contentkonvensional) Jigsaw) Based Learning/CBL)
6 0,728
7 0,298
4 1,231
6 0,607
0,157
0,269
0,46
0,382
0,215
0,903
0,374
0,629
6
13
0,511 0,982 1,924
0,388 0,423 1,091
Berdasarkan data pada Tabel 4 tersebut, dapat dikemukakan bahwa rerata tertinggi pengaruh model Problem Based Learning terdapat pada hasil penelitian yang terdiri atas dua kondisi pembelajaran (model Problem Based Learning dan Cooperative Learning Type Jigsaw), yakni sebesar 1,231 dan rerata terendah terdapat pada hasil penelitian yang terdiri atas satu kondisi pembelajaran (model Problem Based Learning pre-post test) dengan dua instrumen penilaian, yakni sebesar 0,298. Apabila ditinjau dari koefisien variansi (
), maka pengaruh model Problem Based Learning tertinggi terdapat pada hasil penelitian yang terdiri atas dua kondisi pembelajaran (model The webbased Problem Based Learning/PBL dan The web-based Content-Based Learning/CBL), yakni sebesar 192,4% dan pengaruh tertendah terdapat pada hasil penelitian yang hanya satu kondisi pembelajaran (model Problem Based Learning Pre-post Test), yakni sebesar 21,5%.
e. Besar Pengaruh Secara Keseluruhan Hasil analisis mengungkapkan bahwa rerata pengaruh model Problem Based Learning secara keseluruhan adalah 0,551 dengan interval rerata 0,389 – 0,713 dan simpangan baku sebesar 0,536 (Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 2). 3. Pembahasan Hasil Penelitian a. Pengaruh Model Problem Based Learning Berdasarkan Jenjang Pendidikan Subjek Penelitian Sebagaimana telah dikemukakan pada hasil analisis bahwa rerata pengaruh model Problem Based Learning apabila ditinjau dari aspek jenjang pendidikan subjek penelitian, rerata tertinggi pengaruh model Problem Based Learning terdapat pada hasil penelitian yang dilakukan di SMP sebesar 1,231 dan rerata terendah terdapat pada hasil penelitian yang dilakukan di kursus keperawatan sebesar 0,298. Apabila ditinjau dari koefisien variansi (
), maka pengaruh model Problem Based Learning tertinggi terdapat pada hasil penelitian yang dilakukan di sekolah kota Selangor sebesar 192,4% dan pengaruh tertendah terdapat pada hasil penelitian yang dilakukan di sekolah keperawatan sebesar 21,5%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model Problem Based Learning memberikan pengaruh yang tinggi terhadap pembelajaran yang diberikan pada sekolah di kota Selangor, yakni terhadap a science culture yang ditinjau dari kemampuan tinggi dan rendah siswa. Namun memberikan pengaruh yang rendah terhadap critical thinking skills pada pembelajaran di sekolah keperawatan. Hal ini apabila ditinjau dari variabel bebas penelitian pada kedua jenjang pendidikan ini menunjukkan bahwa model Problem Based Learning kurang berpengaruh terhadap critical thinking skills dibandingkan terhadap a science culture yang ditinjau dari kemampuan tinggi dan rendah siswa. b. Pengaruh Model Problem Based Learning Jenjang Berdasarkan Waktu Pemberian Tindakan Berdasarkan hasil analisis, dapat dikemukakan bahwa rerata tertinggi pengaruh model Problem Based Learning terdapat pada hasil penelitian yang dilakukan selama 20 hari, yakni sebesar 1,231 dan rerata tertendah terdapat pada hasil penelitian yang dilakukan selama 1 semester, yakni sebesar 0,442. Apabila ditinjau dari koefisien variansi (
), maka pengaruh model Problem Based Learning tertinggi terdapat pada hasil penelitian yang dilakukan selama 2 minggu, yakni sebesar 192,4% dan pengaruh tertendah terdapat pada hasil penelitian yang dilakukan selama 20 hari, yakni sebesar 37,4%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa makin lama pemberian tindakan, maka makin rendah pengaruh model Problem Based Learning terhadap variabel terikat penelitian. Hasil penelitian ini dapat dikemukakan bahwa melalui pembelajaran yang menerapkan model Problem Based Learning dan diberikan
dalam kurun waktu yang cukup dapat memberikan kesempatan kepada subjek penelitian untuk mampu mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki. Hal ini dapat ditinjau dari tahapan-tahapan yang dialami dalam pembelajaran yang menerapkan model Problem Based Learning sehingga setiap tahapan yang diikuti memberikan kesempatan kepada subjek penelitian untuk mampu mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya. Namun demikian, faktor lain dapat mempengaruhi pengaruh Problem Based Learning apabila dilakukan dalam kurun waktu yang lama. Untuk itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan para pendidik dalam mendisain pembelajaran yang menerapkan model Problem Based Learning sehingga tidak membuat siswa jenuh. Para pendidik perlu menganalisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas pembelajaran yang menerapkan model Problem Based Learning. c. Pengaruh Model Problem Based Learning Berdasarkan Jenis Bidang Ilmu yang Digunakan dalam Penelitian Berdasarkan hasil analisis, dapat dikemukakan bahwa rerata tertinggi pengaruh model Problem Based Learning terdapat pada hasil penelitian bidang Matematika, yakni sebesar 1,231 dan rerata tertendah terdapat pada hasil penelitian bidang Fisika, yakni sebesar 0,388. Apabila ditinjau dari koefisien variansi (
), maka pengaruh model Problem Based Learning tertinggi terdapat pada hasil penelitian bidang Sains, yakni sebesar 192,4% dan pengaruh tertendah terdapat pada hasil penelitian yang dilakukan penelitian bidang Matematika, yakni sebesar 37,4%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model Problem Based Learning memberikan pengaruh yang berbeda terhadap jenis bidang ilmu. Apabila ditinjau dari aspek yang terdapat pada bidang Sains dengan Matematika dapat dikatakan bahwa aspek yang terdapat pada bidang Sains lebih konkrit dibandingkan dengan aspek yang terdapat pada bidang Matematika. Dengan demikian, semakin konkrit materi yang dipelajari dengan menerapkan model Problem Based Learning, maka semakin tinggi pengaruhnya terhadap perolehan variabel terikat. d. Pengaruh Model Problem Based Learning Berdasarkan Jenis/Variabel yang Terkait dengan Model Problem Based Learning Berdasarkan hasil analisis, dapat dikemukakan bahwa rerata tertinggi pengaruh model Problem Based Learning terdapat pada hasil penelitian yang terdiri atas dua kondisi pembelajaran (model Problem Based Learning dan Cooperative Learning Type Jigsaw), yakni sebesar 1,231 dan rerata terendah terdapat pada hasil penelitian yang terdiri atas satu kondisi pembelajaran (model Problem Based Learning Pre-post Test) dengan dua instrumen penilaian, yakni sebesar 0,298. Apabila ditinjau dari koefisien variansi (
), maka pengaruh model Problem Based Learning tertinggi terdapat pada hasil penelitian yang terdiri atas dua kondisi pembelajaran (model The web-based Problem Based Learning/PBL dan The web-based Content-Based Learning/CBL), yakni sebesar
192,4% dan pengaruh tertendah terdapat pada hasil penelitian yang hanya satu kondisi pembelajaran (model Problem Based Learning Pre-post Test), yakni sebesar 21,5%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model The web-based Problem Based Learning/PBL dan The web-based Content-Based Learning/CBL memberikan pengaruh yang tinggi dibandingkan dengan pembelajaran model Problem Based Learning Pre-post Test. Melalui pembelajaran yang menerapkan model Problem Based Learning yang dilengkapi dengan web, maka subjek penelitian akan memperoleh kesempatan yang dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya dibandingkan dengan pembelajaran yang tidak dilengkapi web. Hal ini mengingat pembelajaran yang dilengkapi web memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat mengkaji lebih banyak sumber dari web dibandingkan tidak menggunakan web. Dengan demikian, banyaknya kesempatan untuk memperoleh sumber belajar akan dapat memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya dibandingkan dengan sumber yang hanya disiapkan oleh guru. Melalui penggunaan web akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mampu membuka jendela dunia dalam menggali berbagai sumber belajar sehingga akan memberikan banyak pengetahuan, wawasan, dan keterampilan dalam mempelajari ilmu. e. Pengaruh Model Problem Based Learning secara Keseluruhan Hasil analisis mengungkapkan bahwa rerata pengaruh model Problem Based Learning secara keseluruhan adalah 0,551 dengan interval rerata 0,389 – 0,713 dan simpangan baku sebesar 0,536. Hasil ini menunjukkan bahwa model Problem Based Learning memberikan rerata pengaruh yang cukup tinggi terhadap seluruh aspek penelitian. Hal ini berarti pembelajaran yang menerapkan model Problem Based Learning baik yang dilakukan di sekolah, kursus, pelatihan, maupun perguruan tinggi mampu memberikan kontribusi terhadap pencapaian hasil belajar.
E. Kesimpulan, Implikasi, dan Saran 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa model Problem Based Learning berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar ditinjau dari aspek jenjang pendidikan subjek penelitian, lama waktu pemberian tindakan, jenis bidang ilmu yang digunakan dalam penelitian, dan jenis/faktor yang terlibat dengan model Problem Based Learning. 2. Implikasi Sebagaimana telah dikemukakan bahwa penelitian ini menyimpulkan bahwa model Problem Based Learning berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar ditinjau dari aspek jenjang pendidikan subjek penelitian, lama waktu pemberian tindakan, jenis bidang ilmu yang digunakan dalam penelitian, dan jenis/faktor yang terlibat dengan model Problem Based Learning. Oleh sebab itu,
maka implikasi penelitian ini mengungkapkan bahwa model Problem Based Learning dapat digunakan sebagai model pembelajaran yang mampu memberikan kontribusi positif terhadap pencapaian hasil belajar apabila ditinjau dari aspek jenjang pendidikan subjek penelitian, lama waktu pemberian tindakan, jenis bidang ilmu yang digunakan dalam penelitian, dan jenis/faktor yang terlibat dengan model Problem Based Learning. Dengan demikian, guru sebaiknya berupaya menerapkan model Problem Based Learning dalam pembelajaran yang menjadi tanggungjawabnya. Guru hendaknya mampu mengembangkan model Problem Based Learning dengan mengoptimalkan seluruh komponen yang terkait dengan penerapan model Problem Based Learning, baik dari aspek media, variasi kegiatan, eaktu kegiatan, maupun dari aspek penilaian sehingga mampu memberikan kontribusi optimal terhadap pencapaian mutu pembelajaran yang menjadi tanggungjawabnya. 3. Saran Berdasarkan implikasi di atas, maka saran-saran yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah bagi: a. Kepala Sekolah dan Pemimpin Perguruan Tinggi Diharapkan kepala sekolah mampu memberikan kesempatan dan dukungan terhadap para guru dan dosen sehingga mampu menerapkan model Problem Based Learning guna meningkatkan mutu pembelajaran yang menjadi tanggungjawabnya sehingga pada akhirnya mampu meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dan perguruan tinggi yang menjadi tanggungjawabnya. b. Guru dan Dosen Diharapkan para guru dan dosen kreatif dalam menerapkan model Problem Based Learning guna meningkatkan mutu pembelajaran yang menjadi tanggungjawabnya. c. Orangtua Diharapkan para orangtua memberikan dukungan terhadap guru dan dosen yang akan menerapkan model Problem Based Learning guna meningkatkan mutu pembelajaran sehingga mampu mengoptimalkan potensi yang dimiliki putra putrinya. d. Peneliti Selanjutnya Diharapkan melakukan penelitian lain terkait penerapan model Problem Based Learning terhadap variabel dan jenjang penelitian, lama penelitian, jenis bidang ilmu dan jenis/faktor lain yang terkait dengan model Problem Based Learning sehingga mampu memberikan kontribusi positif terhadap upaya peningkatan mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan. F. Daftar Pustaka Arends, R.I. Classroom instruction and Management. New York: McGrow-Hill Companies. Inc, 1997. . Learning to Teach. (Terjemahan Helly Prajitmo Soetjipto &Sri Mulyantini Soetjipto). Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008. Bottino, R.M., & Chiappini, G. “Advanced Technology and Learning Environtments:Their Relationships Within the Arithmetic Problem-solving
Domain”. Dalam Bussi, M.B. etal (Eds.), Handbook of International Research Mathematics Education. Mahwah: Lawrence Erlbaum Associates, 2002. Christina De Simone. “Problem-Based Learning: a Framework for Prospective Teachers’ Pedagogical Problem Solving. Routledge Taylor & Francis Group.Teacher Development Vol. 12, No. 3, August 2008. Hanafi Atan, Fauziah Sulaiman, Rozhan M Idrus. “The Effectiveness of ProblemBased Learning in the Web-based Environment for the Delivery of an Undergraduate Physics Course”. International Education Journal, 2005, 6(4), 430-437. ISSN 1443-1475 © 2005 Shannon Research Press. http://iej.cjb.net. Haobin Yuan, Wipada Kunaviktikul, Areewan Klunklin,and Beverly A. Williams. “Promoting Critical Thinking Skills Through Problem-Based Learning”. Chiangmai University Journal os Socialscience and Humanities. CMU. 2008, Vol 2 (2). Joyce, B .& Weil, M. Models of Leaching. Needham Heights, Mass, 1996. Kirschner, P. A, Sweller, J., & Clark, R. E. Why Minimal Guidance During Instruction does not Work: Analysis of the Failure of Constructivist, Discovery, Problem-based, Experiential, and Inquiry based Teaching. [versi Elektronik). Educational Psychologist. 2006. Massa, N. M. Problem-based Learning. The New England Journal of Higher Education. Winter 2008; 22,4. Mohd Ali, Kamisah Osman, and Lilia Halim. Can Problem Based Learning Create a Science Culture in The Classroom?. Journal Universiti Kebangsaan Malaysia. Ratumanan,T.G. Belajar dan Pembelajaran. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya Press, 2004. Stanislus Samsikin, “Keefektifan Pembelajaran Matematika dengan Problem Based Learning dan Model Cooperative Learning Type Jig Saw di SMP”. Tesis. Yogyakarta: PPs UNY, 2010. Sunggur, S., & Tekkaya, C. “Effect of Problem Based Learning and Traditional Instruction on Self-regulated Learning”The Journal of Eduactional Research. Vol. 99. N0. 55PP. 307, 2006. Wafaa Gameel Mohamed Ali and Nahed Abdl Menom El Sebai. :Effect of Problem-Based Learning on Nursung Students’ Approaches to Learning and Their Self Directed Learning Abilities:. International Journal oa Academic Research, Vol. 2. No. 4, July, 2010. Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008.
G. LAMPIRAN CODING META ANALISIS No.
1
2
Nama Peneliti dan Tahun
Jenjang Pendidikan
Lama Waktu Pemberian Tindakan
Jumlah Subjek Penelitian
Variabel Bebas
Stanislaus Amsikan (2010)
SMP
20 hari
67
Model Problem Based Learning dan Model Cooperative Learning Type Jigsaw
Wafaa Gameel Mohamed Ali dan Nahed Abdi Menom El Sebai (2008)
Kursus Keperawatan
1 Semester
30
Problem Based Learning
Variabel Terikat
Efektivitas Pembelajaran Matematika
Kelompok Eksperimen
Menggunakan Model Problem Based Learning
Kontrol
Pre Test a. Measured by Revised Two Factor Study Process Questionnaire (R-SPQ-2F) Deep Learning Approach Surface Learning Approach b. Measured by The Self Directed Instrument (SDLI) Learning Motivation
XE XK SK
Rerata Effect Size
Menggunakan Model Cooperative Type Jigsaw
a. Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi b. Sikap c. Self Concept d. Motivasi Belajar a. Students’ approach es to learning b. Their self derected learning abilities
1,020
1,231
0,940 1,045 1,918 Post Test
0,261
-0,171 0,298
0,211 0,698
No.
3
4
Nama Peneliti dan Tahun
Christina De Simone (2006)
Haobi Yuan, Wipada Kunaviktikul, Areewan Klunklin,
Jenjang Pendidikan
Guru
Sekolah Keperawatan
Lama Waktu Pemberian Tindakan
12 Minggu
6 Bulan
Jumlah Subjek Penelitian
76
23
Variabel Bebas
Problem Based Learning
Penerapan Pendekatan Problem Based Learning dalam pembelajaran
Variabel Terikat
Prosfective Teachers’ Pedagogical Problem Solving
Critical Thinking Skills
Kelompok Eksperimen
Planning and Implementatio n Self Monitoring Interpersonal Communicati on Total Score Pelatihan Problem Based Learning
a. Identification of central issue/problem b. Quality of problem definition c. Relationship of the solution to the quality of problem definition d. Use of resources e. The consequences of the solution f. Feasibilty of the solution Pre Test a. b. c.
Analysis Evaluation Inference
Kontrol
XE XK SK
Rerata Effect Size
0,505 0,309
0,269 Pembelajaran Konvensional
0,941
0,266
1,143
0,607
0,709 0,238
0,345 Post Test 0,737 0,727 0,448
0,706
No.
Nama Peneliti dan Tahun
Jenjang Pendidikan
Lama Waktu Pemberian Tindakan
Jumlah Subjek Penelitian
dan Beverly A Williams (2007) 5
6
Mohd Ali Samsudin, Kamisah Osman, dan Lilia Halim
Hanafi Atan, Fauziah Sulaiman, and Rozhan M Idrus
Variabel Bebas
Variabel Terikat
keperawatan
Schools in one of the Selangor district area
Undergradua te physics course the School of Physics, Universiti Sains Malaysia (USM)
2 minggu
the first semester of the 2002/2003 academic session
181
77 students
Penerapan Problem Based Learning with cognitive scaffolding (CS) and without CS dalam Pembelajaran Sains
The web-based PBL and the web-based Content-Based Learning (CBL)
Kelompok Eksperimen
d. e. f. A science culture
the performances and the perceptions
Kontrol
XE XK SK
0,711 0,906 0,841
Deduction Induction Total
PBL with cognitive scaffolding (CS): a. High ability b. Low ability
Konvensional a. High ability b. Low ability
0,634 0,944
PBL without CS; a. High ability b. Low ability
Konvensional: a. High ability b. Low ability
1,848 0,576
PBL with cognitive scaffolding (CS): a. High ability b. Low ability
PBL without CS: c. High ability d. Low ability
-1,143 0,204
The web-based PBL
The webbased Content-Based Learning (CBL)
Lesson 1: a. The concept of the black body radiation b. The characteristics of black body such as the spectrum, peak in light intensity graph and the temperature correlation of the black body
Rerata Effect Size
0,511
1,099 0,162
0,353
0,388
No.
Nama Peneliti dan Tahun
Jenjang Pendidikan
Lama Waktu Pemberian Tindakan
Jumlah Subjek Penelitian
Variabel Bebas
Variabel Terikat
Kelompok Eksperimen
radiation c. Application of the light intensity equation and the black body temperature Equation d. The concept StefanBoltzmann temperature distribution e. Application of the StefanBoltzmann equation
Lesson 2: a. The concept of Wien’s Theory b. Application of Wein Equation c. The concept of Rayleigh-Jeans Theory d. Application of Rayleigh-Jeans Equation e. The concept of Planck’s Theory f. Application of Planck’s Equation
Kontrol
XE XK SK
0,499
0,526
0,459
0,086 0,746 0,450 0,753
0,250
0,352 -0.696
Rerata Effect Size
PERHITUNGAN PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING SECARA KESELURUHAN
Berdasarkan data pada Lampiran 1, maka diperoleh rerata effect sizes secara keseluruhan adalah sebesar 0,551 dan simpangan baku sebesar 0,536. Adapun nilai z pada taraf signifikansi α = 0,05 adalah Z 1 = 1,96. 2
0, 05
Dengan demikian, interval rerata effect sizes secara keseluruhan adalah 0,551 1,96 0,536 = 0,551 0,162 = 0,389 – 0,713. 42