1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masyarakat nelayan merupakan bagian dari kelompok masyarakat yang
tinggal di daerah pesisir. Pada umumnya mereka adalah kelompok masyarakat tertinggal yang berada pada level paling bawah, baik tertinggal secara ekonomi, sosial, maupun budaya. Karena penghasilan mereka masih tergantung pada kondisi alam, maka sulit bagi mereka untuk merubah kehidupannya menjadi lebih baik. Sebagai nelayan tradisional bukan saja berhadapan dengan ketidakpastian pendapatan dan tekanan musim paceklik ikan yang panjang, tetapi mereka juga dihadapkan dengan persoalan manajemen keuangan dan pemasaran hasil produksinya. Selain itu, keterbatasan teknologi dan aset produksi yang dimiliki, menyebabkan daya jelajah para nelayan miskin umumnya terbatas, yang berimplikasi pada jumlah dan jenis tangkapan ikan. Rata-rata penghasilan yang diperoleh nelayan miskin sangat kecil dan hanya pas-pasan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, bahkan sebagian terpaksa hidup serba kekurangan. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, tak jarang istri dan anak mereka ikut serta membantu mencari nafkah. Hanson dalam Siti A, et al (2006) mengemukakan bahwa masyarakat pesisir memiliki kehidupan yang khas, yang dihadapkan langsung dengan keadaan ekosistem yang keras, dan sumber kehidupan yang tergantung pada pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut (SDP). Masyarakat pesisir, khususnya nelayan, masih terbelit oleh persoalan kemiskinan, keterbelakangan, dan kesulitan mengakses berbagai layanan publik. Dalam mengatasi persoalan yang dihadapi masyarakat nelayan, berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk berusaha meningkatkan tingkat
kesejahteraan, baik melalui pemberian bantuan peralatan tangkap, kemudahan akses permodalan, maupun melalui program pemberdayaan masyarakat pesisir. Program pemberdayaan masyarakat pesisir bertujuan untuk meningkatkan kesejehteraan masyarakat pesisir, termasuk nelayan. Dalam pelaksanaannya tidak semua program tepat sasaran dan hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan yang diharapkan, terutama terhadap keberlanjutan program. Secara teoritis, memberdayakan masyarakat pesisir berarti menciptakan peluang bagi masyarakat pesisir untuk menentukan kebutuhannya, merencanakan dan melaksanakan kegiatannya, yang akhirnya menciptakan kemandirian permanen dalam kehidupan masyarakat itu sendiri. Memberdayakan masyarakat pesisir tidaklah seperti memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat lainnya, karena di dalam habitat pesisir terdapat banyak kelompok kehidupan masayarakat diantaranya: masyarakat nelayan tangkap, adalah kelompok masyarakat pesisir yang mata pencaharian utamanya adalah menangkap ikan di laut. Kelompok ini dibagi lagi dalam dua kelompok besar, yaitu nelayan tangkap modern dan nelayan tangkap tradisional. Ada juga kelompok masyarakat nelayan pengumpul/bakul, adalah kelompok masyarakat pesisir yang bekerja disekitar tempat pendaratan dan pelelangan ikan. Mereka akan mengumpulkan ikan-ikan hasil tangkapan baik melalui pelelangan maupun dari sisa ikan yang tidak terlelang yang selanjutnya dijual ke masyarakat sekitarnya atau dibawah ke pasar-pasar lokal. Umumnya yang menjadi pengumpul kebanyakan adalah dari kalangan istri-istri nelayan dan kelompok masyarakat pesisir perempuan. Kelompok ketiga adalah kelompok masayarakat nelayan buruh, adalah kelompok masyarakat nelayan yang paling banyak dijumpai dalam kehidupan masyarakat pesisir. Ciri dari mereka dapat terlihat dari kemiskinan yang selalu membelenggu kehidupan mereka, mereka tidak memiliki modal atau peralatan yang memadai untuk usaha produktif. Umumnya mereka bekerja sebagai buruh/anak buah kapal (ABK) pada kapal-kapal juragan dengan penghasilan yang minim.
Ketiga kelompok ini juga terdapat di desa Kusu Lovra kecamatan Kao Kabupaten Halmahera Utara. Masyarakat di desa ini masih tergolong tertinggal, baik dari sektor pendidikan, ekonomi, sosial, maupun budaya meskipun sudah banyak program yang dilaksanakan di desa tersebut. Bahkan hingga saat ini, desa ini tetap menjadi salah satu lokasi sasaran pemberdayaan oleh perusahaan tambang yang ada di daerah ini. Akan tetapi yang menjadi permasalahan adalah belum terjadi perubahan yang signifikan terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat desa setempat, khususnya masyarakat nelayan. Oleh karena itu, diperlukan suatu kajian mendalam untuk mengetahui faktorfaktor yang menghambat program pemberdayaan masyarakat nelayan, serta untuk merumuskan kembali strategi kebijakan pemberdayaan masyarakat nelayan di desa Kusu Lovra dimana sebagian besar dari mereka adalah termasuk nelayan tradisional dengan tingkat pendidikan yang relative rendah. 1.2
Perumusan Masalah Dari uraian di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1) Bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan di desa Kusu Lovra? 2) Sejauhmana usaha di sektor perikanan mampu menopang pemenuhan kebutuhan hidup keluarga nelayan? 3) Faktor-faktor apa yang menghambat keberhasilan program pemberdayaan masyarakat nelayan desa Kusu Lovra? 4) Bagaimana strategi pemberdayaan masyarakat nelayan desa Kusu Lovra, serta apa program prioritas pemberdayaan masyarakat desa Kusu Lovra?
1.3
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1) Untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan desa Kusu Lovra 2) Untuk Mengetahui sejauh mana usaha di sektor perikanan mampu menopang pemenuhan kebutuhan hidup keluarga nelayan desa Kusu Lovra 3) Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang menghambat keberhasilan program pemberdayaan masyarakat nelayan desa Kusu Lovra?
4) Untuk merumuskan kembali strategi, pemberdayaan masyarakat nelayan desa Kusu Lovra, serta menentukan prioritas program pengembangan masyarakat.
1.4
Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Sebagai rujukan dan acuan bagi masyarakat nelayan, khususnya masyarakat nelayan di desa Kusu Lovra, kecamatan Kao Kabuupaten Halmahera Utara 2) Sebagai masukan dan bahan evaluasi bagi pemerintah dalam mengembangkan masyarakat nelayan. 3) Sebagai bagian dari sumbangan pemikiran bagi pemerintah daerah dan semua pihak yang terlibat dalam pemberdayaan masyarakat di wilayah pesisir.
1.5
Kerangka Pemikiran Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi
yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat "people-centered, participatory, empowering, and sustainable" (Chambers, 1995). Kaitannya dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat nelayan di desa Kusu Lovra kecamatan Kao Kabupaten Halmahera Utara, maka hal penting yang perlu diberdayakan adalah faktor pengelolaan sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat nelayan itu sendiri untuk mendorong peningkatan pendapatan mereka. Sebagai daerah kepulauan, Kabupaten Halmahera Utara memiliki wilayah laut yang cukup luas, hal ini menjadikan salah satu potensi ekonomi yang cukup besar untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi permasalahan klasik masih saja terjadi yaitu rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat, rendahnya tingkat pendidikan, penguasaan teknologi yang masih rendah, maupun ketertinggalan. Semua ini bermuara pada ketertinggalan di bidang sosial, ekonomi, dan budaya. Akan tetapi, program pemberdayaan masyarakat yang selama ini telah dilakukan, belum mampu merubah kondisi tersebut secara signifikan. Sehingga
diperlukan evaluasi dan rekonstruksi strategi pemberdayaan masyarakat nelayan yang lebih efektif dan efisien.
1.6
Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran teoritis tersebut, maka dibanguan hipotesis
penelitian yang dapat dirumuskan sebagai berikut : 1)
Kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan di desa Kusu Lovra masih tertinggal secara ekonomi, sosial dan budaya.
2)
Sektor perikanan mampu menopang pemenuhan kebutuhan hidup keluarga nelayan di desa Kusu Lovra.
3)
Faktor utama penghambat tidak optimalnya program pemberdayaan masyarakat di Desa Kusu Lovra adalah karena kualitas sumberdaya manusia yang relative masih rendah. PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
PEMILIK PERAHU
DIBO-DIBO (PEDAGANG PENGEPUL DARI ISTRI-ISTRI
Buruh Nelayan
PROGRAM PEMBERDAYAAN
PERUBAHA N
PERUBAHA N SOSIAL
YA
TIDAK
PERUBAHA N BUDAYA
PROGRAM DIOPTIMALKA
PERUMUSAN STRATEGI
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
1.7
Perumusan Masalah Dari uraian di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
5) Bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan di desa Kusu Lovra? 6) Sejauhmana usaha di sektor perikanan mampu menopang pemenuhan kebutuhan hidup keluarga nelayan? 7) Faktor-faktor apa yang menghambat keberhasilan program pemberdayaan masyarakat nelayan desa Kusu Lovra? 8) Bagaimana strategi pemberdayaan masyarakat nelayan desa Kusu Lovra, serta apa program prioritas pemberdayaan masyarakat desa Kusu Lovra?
1.8
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
5) Untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan desa Kusu Lovra 6) Untuk Mengetahui sejauh mana usaha di sektor perikanan mampu menopang pemenuhan kebutuhan hidup keluarga nelayan desa Kusu Lovra 7) Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang menghambat keberhasilan program pemberdayaan masyarakat nelayan desa Kusu Lovra? 8) Untuk merumuskan kembali strategi, pemberdayaan masyarakat nelayan desa Kusu Lovra, serta menentukan prioritas program pengembangan masyarakat.
1.9
Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
4) Sebagai rujukan dan acuan bagi masyarakat nelayan, khususnya masyarakat nelayan di desa Kusu Lovra, kecamatan Kao Kabuupaten Halmahera Utara
5) Sebagai masukan dan bahan evaluasi bagi pemerintah dalam mengembangkan masyarakat nelayan. 6) Sebagai bagian dari sumbangan pemikiran bagi pemerintah daerah dan semua pihak yang terlibat dalam pemberdayaan masyarakat di wilayah pesisir. 1.10
Kerangka Pemikiran Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi
yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat "people-centered, participatory, empowering, and sustainable" (Chambers, 1995). Kaitannya dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat nelayan di desa Kusu Lovra kecamatan Kao Kabupaten Halmahera Utara, maka hal penting yang perlu diberdayakan adalah faktor pengelolaan sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat nelayan itu sendiri untuk mendorong peningkatan pendapatan mereka. Sebagai daerah kepulauan, Kabupaten Halmahera Utara memiliki wilayah laut yang cukup luas, hal ini menjadikan salah satu potensi ekonomi yang cukup besar untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi permasalahan klasik masih saja terjadi yaitu rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat, rendahnya tingkat pendidikan, penguasaan teknologi yang masih rendah, maupun ketertinggalan. Semua ini bermuara pada ketertinggalan di bidang sosial, ekonomi, dan budaya. Akan tetapi, program pemberdayaan masyarakat yang selama ini telah dilakukan, belum mampu merubah kondisi tersebut secara signifikan. Sehingga diperlukan evaluasi dan rekonstruksi strategi pemberdayaan masyarakat nelayan yang lebih efektif dan efisien.
1.11
Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran teoritis tersebut, maka dibanguan hipotesis
penelitian yang dapat dirumuskan sebagai berikut : 4)
Kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan di desa Kusu Lovra masih tertinggal secara ekonomi, sosial dan budaya.
5)
Sektor perikanan mampu menopang pemenuhan kebutuhan hidup keluarga nelayan di desa Kusu Lovra.
6)
Faktor utama penghambat tidak optimalnya program pemberdayaan masyarakat di Desa Kusu Lovra adalah karena kualitas sumberdaya manusia yang relative masih rendah.
PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
PEMILIK PERAHU
DIBO-DIBO (PEDAGANG PENGEPUL DARI ISTRI-ISTRI
Buruh Nelayan
PROGRAM PEMBERDAYAAN
PERUBAHA N
PERUBAHA N SOSIAL
PERUBAHA N BUDAYA PROGRAM DIOPTIMALKA
YA
TIDAK
PERUMUSAN STRATEGI