38
3 DESKRIPSI UMUM DAERAH PENELITIAN
3.1 Kondisi Geografis Daerah Penelitian Kabupaten Situbondo merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Timur yang dikenal dengan daerah wisata pantai Pasir Putih dan cagar alam Gunung Baluran, letaknya strategis karena dilalui oleh jalan arteri Surabaya – Banyuwangi yang merupakan jalur lintasan menuju arah Bali dan jalan penghubung ke arah Bondowoso dengan posisi geogafis di antara 113º 34' 21”- 114º 27' 57” BT dan 7º 36' 16” - 7º 59' 32” LS. Letak Kabupaten Situbondo di sebelah utara berbatasan dengan Selat Madura (di selatan wilayah Kabupaten Sumenep), sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Banyuwangi dan Selat Bali, sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Bondowoso dan Banyuwangi, dan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Probolinggo (Gambar 8).
Gambar 8 Peta geografi wilayah Kabupaten Situbondo menunjukkan posisi wilayah Situbondo berada di sisi selatan Selat Madura, dan wilayah kabupaten sekitarnya di Provinsi Jawa Timur,
39 Luas Kabupaten Situbondo adalah 1.638,50 km2 atau 163.850 Ha, bentuknya memanjang dari sisi barat ke timur dengan panjang garis pantai sekitar 150 km. Pantai utara umumnya berdataran rendah dan di sebelah Selatan berdataran tinggi dengan rata-rata lebar wilayah (utara-selatan) sekitar 11 km. Kabupaten Situbondo terdiri dari 17 wilayah kecamatan, 13 kecamatan diantaranya memiliki pantai dan 4 kecamatan tidak memiliki pantai. Dalam 13 kecamatan tersebut terdapat beberapa desa pesisir yang memiliki tempat pendaratan ikan (TPI), seperti ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1 Nama kecamatan dan desa pesisir yang mempunyai TPI NO
Nama Kecamatan
1 2 3 4 5
Banyuglugur Besuki Suboh Melandingan Bungatan
6 7 8 9 10 11 12 13
Kendit Panarukan Mangaran Kapongan Arjasa Tanjung Jangkar Asembagus Banyuputih
Nama Desa Pesisir yang Mempunyai TPI Banyuglugur dan Kalianget Pesisir dan Demung Ketah Selomukti dan Mlandingan Barat Mlandingan Timur, Bletok, Bungatan, dan Pasir Putih Pecaron Kilensari, Deleyan, Duwet, dan Gelung Kalbut, Tanjung Pecinan, danTanjung Kamal Landangan dan Seletreng Arjasa Agel, Kumbangsari, dan Tanjung Jangkar Pondok Langar Bugeman, Sukorejo, Pondok Mimbo, dan Pandean
Karena letak geografisnya maka perairan laut wilayah Situbondo dan sekitarnya dipengaruhi oleh angin musim timur dan tenggara pada bulan April September dan angin barat laut pada bulan November-Maret. Arah dan kecepatan angin ini sangat besar pengaruhnya pada bidang perikanan khususnya usaha penangkapan ikan di laut. Bulan November sampai dengan Maret merupakan musim yang baik untuk usaha penangkapan ikan di laut, sedangkan pada bulan April – September bertiup angin timur dan tenggara disertai gelombang yang cukup tinggi sehingga merupakan musim sulit atau paceklik bagi nelayan Situbondo. Peralatan tangkap yang umum digunakan oleh para nelayan di wilayah Kabupaten Situbondo antara lain purse seine, trawl mini, jaring insang, trammel net, dan pancing.
40
3.2 Potensi Wilayah Kabupaten Situbondo Kabupaten Situbondo mempunyai ciri-ciri fisik yang menggambarkan kondisi daratannya terdiri dari pegunungan, dataran rendah dan pantai, dengan tingkat kesuburan tanah dan pola penggunaan lahan yang berbeda. Kondisi yang bervariasi itu telah memperkaya sumberdaya alam yang dimiliki Kabupaten Situbondo yang terdapat di darat dan laut, dalam bentuk flora dan fauna, tambang dan sumberdaya air yang diharapkan dapat didayagunakan secara rasional dan bertanggung jawab demi kesejahteraan masyarakat. Potensi sumberdaya perairan umum dan sumberdaya laut di Kabupaten Situbondo cukup besar, sehingga Situbondo merupakan daerah perikanan yang sangat potensial baik untuk budidaya maupun perikanan laut, produksi perikanan baik budidaya (tambak, kolam) maupun perikanan laut terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Produksi perikanan laut sebagian besar terdiri dari ikan-ikan jenis pelagis maupun demersal seperti tongkol, pare, layang-layang, kembung, lemuru, kakap, bawal, dan lain-lain. Selain itu produksi perikanan darat dihasilkan dari budidaya tambak, kolam dan penangkapan di perairan umum. Potensi sumberdaya yang ada di Kabupaten Situbondo telah didayagunakan untuk pembangunan daerah, baik berupa pemanfaatan sumberdaya alam, sumberdaya manusia serta ditunjang dengan kondisi dan potensi ekonomi daerah Kabupaten Situbondo yang semakin mantap. Berbagai indikator terukur mengenai kondisi
ekonomi
Daerah
Kabupaten
Situbondo
dapat
diketahui
dari
perkembangan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), yang secara makro dapat dipergunakan untuk menilai kondisi perkembangan ekonomi pada suatu daerah. Berdasarkan gambaran statistik nilai PDRB Kabupaten Situbondo selama 1993 - 1997 menunjukkan berbagai peningkatan nilai dari tahun ke tahun.
3.3 Pewilayahan Pembangunan Kabupaten Situbondo Dalam rencana tata ruang wilayah tahun 2008/2009
dinyatakan bahwa
sistem pewilayahan pembangunan Kabupaten Situbondo yang ada saat ini menjadi acuan dalam pengembangan wilayah. Wilayah Kabupaten Situbondo dibagi menjadi 3 (tiga) pusat pertumbuhan yaitu:
41 1) Pusat pertumbuhan bagian Timur dengan pusat pengembangan di Asembagus yang meliputi wilayah kerja Pembantu Bupati di Asembagus diarahkan untuk pengembangan produksi pangan dan perkebunan, peternakan, taman nasional Baluran, pusat pendaratan ikan di Jangkar dan Pondok Mimbo, industri menengah, dan pendidikan. 2) Pusat pertumbuhan bagian Tengah dengan pusat pengembangan di Situbondo meliputi wilayah kerja Pembantu Bupati Situbondo dan Panarukan, diarahkan untuk pengembangan industri rakyat, jasa-jasa, perdagangan regional, sebagian untuk pengembangan produksi pangan dan perkebunan khususnya tebu, serta pengembangan pelabuhan antar pulau di Panarukan, disamping sebagai pusat pendaratan ikan. 3) Pusat pertumbuhan bagian Barat, dengan pusat pengembangan di Besuki diarahkan untuk pengembangan tanaman perkebunan, peternakan terutama untuk daerah-daerah lereng pegunungan serta tanah-tanah tegalan, tanaman sayur-mayur di dataran tinggi, pengembangan perikanan tangkap dan budidaya, dan industri kecil. Dataran rendah dan pantai untuk pengembangan produksi pangan, pariwisata pantai Pasir Putih serta pusat pendaratan ikan. Pemecahan pusat-pusat pertumbuhan lebih ditekankan pada pemerataan pembangunan,
sehingga
daerah-daerah
yang
dianggap
potensial
untuk
berkembang perlu didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai sesuai dengan tingkat kebutuhannya.
3.4 Kelembagaan Kelautan dan Perikanan Kelembagaan kelautan dan perikanan di Kabupaten Situbondo diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Susunan dan Tata Kerja Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Situbondo, dengan tugas pokok melaksanakan kewenangan otonomi daerah Kabupaten dalam rangka pelaksanan tugas desentralisasi di bidang kelautan dan perikanan. Dalam usaha melaksanakan tugas pokok tersebut, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Situbondo telah menetapkan visi, misi, dan tujuan stratejik sebagai berikut. Visi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Situbondo adalah terwujudnya masyarakat kelautan dan perikanan Situbondo yang sejahtera dan
42 mandiri dengan bertumpu pada pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan secara efektif, efisien dan berkesinambungan. Misi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Situbondo ada 6 yaitu : 1) Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengelola dan memanfaatkan sumberdaya kelautan dan perikanan secara optimal dan berkelanjutan. 2) Melakukan pembinaan yang intensif terhadap pemanfaatan Pusat Pelelangan Ikan (PPI). 3) Memberikan pengetahuan dan keterampilan yang memadai bagi peningkatan kualitas sumberdaya kelautan dan perikanan. 4) Membenahi secara terpadu sarana dan prasarana kelautan dan perikanan di Kabupaten Situbondo. 5) Mengumpulkan dan mengolah bahan untuk penyusunan Peraturan Daerah bidang Kelautan dan Perikanan. 6) Menjaga kelestarian sumberdaya kelautan dan perikanan guna menjamin kesinambungan. Sedangkan tujuan stratejik Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Situbondo adalah sebagai berikut : 1) Mengembangkan kegiatan ekonomi produktif berbasis sumberdaya kelautan dan perikanan secara berkesinambungan. 2) Meningkatkan
pendayagunaan
Pusat
Pelelangan
Ikan
dalam rangka
mendapatkan harga yang wajar bagi para nelayan. 3) Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dalam rangka pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan yang berwawasan lingkungan. 4) Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana dalam rangka memberikan fasilitas yang memadai dan bermutu bagi usaha bidang kelautan dan perikanan. 5) Memantapkan landasan hukum pembinaan dan pengembangan sektor kelautan dan perikanan. 6) Mewujudkan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan secara bertanggungjawab demi pembangunan yang berkelanjutan.
43
3.5 Usaha Penangkapan Ikan Laut Usaha penangkapan ikan di perairan laut Kabupaten Situbondo menyebar di semua kecamatan dan desa-desa pantai, tersebar pada sekitar 30 Tempat Pendaratan Ikan (TPI) sebagai konsentrasi nelayan. Atas dasar potensi perikanan yang ada, telah dibangun Pusat Pelelangan Ikan (PPI) pada beberapa pangkalan ikan antara lain di desa pesisir Kecamatan Besuki, desa Ketah kecamatan Suboh, desa Kilensari di desa Gelung kecamatan Panarukan, desa Semiring kecamatan Mangaran, desa Landangan kecamatan Kapongan, desa Jangkar kecamatan Jangkar, desa Sumber Anyar (Pondok Mimbo) dan desa Wonorejo (Pandean) kecamatan Banyuputih. Pusat Pelelangan Ikan tersebut dibangun di lokasi Koperasi Unit Desa (KUD) Mina, merupakan lembaga yang bertindak sebagai pengelola PPI dan penyelenggara pelelangan ikan. Perdagangan ikan di Kabupaten Situbondo bertumpu pada ikan hasil tangkapan di perairan Selat Madura dengan tangkapan utama berupa ikan layang, ikan tongkol, ikan kembung dan lemuru. Potensi perikanan ini perlu dikelola dengan baik sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal dan lestari. Usaha penangkapan ikan laut dilakukan dengan berbagai jenis/ukuran juga dengan menggunakan berbagai alat tangkap. Produksi ikan hasil penangkapan di laut pada tahun 2002 – 2006 berdasarkan alat jenis tangkap yang digunakan mengalami penurunan (Tabel 2). Tabel 2 Alat tangkap dan produksi ikan setiap jenis alat tangkap per tahun No. 1 2 3 4 5
Jenis Alat Tangkap Purse Seine Payang Jaring Insang Tramel net Pancing Jumlah
Produksi Per Jenis Alat Tangkap (Ton) 2002 2003 2004 2005 2006 6.662,0 5.575,7 6.820,6 4.512,2 2.647,9 1.498,7 1.110,7 1.163,7 1.734,5 1.928,0 247,7 25,7 115,3 34,3 83,0 68,9 0,0 21,7 127,1 0,9 754,2 546,0 530,2 1.542,7 901,2 9.231,5
7.671,5
8.556,0
6.913,9
6.279,9
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Situbondo Tahun 2002 - 2006. Penurunan produksi ini antara lain disebabkan karena terjadinya penurunan sumberdaya ikan, sedangkan aktivitas penangkapan oleh nelayan Situbondo dan sekitarnya tidak mengalami perubahan yaitu tetap melakukan penangkapan di
44 perairan Selat Madura. Berdasarkan alat tangkap yang dipergunakan, pukat cincin (Purse Seine) adalah jenis alat tangkap penghasil ikan tangkapan terbanyak yaitu sekitar 72% dari total tangkapan di Kabupaten Situbondo (Tahun 2002), alat tangkap payang sekitar 16%, dan pancing sekitar 8%. Ditinjau dari jenis ikan yang tertangkap di perairan Selat Madura oleh armada penangkap ikan Kabupaten Situbondo pada tahun 2002 – 2006, ikan lemuru adalah yang paling banyak tertangkap dibandingkan jenis ikan lainnya dalam kategori ikan dominan. Hasil tangkapan ikan lemuru cukup berfluktuasi dan cenderung mengalami penurunan dari 4.784,2 ton pada tahun 2002 menjadi hanya 1.483,7 ton pada tahun 2006 (Tabel 3). Tabel 3 Produksi ikan tangkap Kabupaten Situbondo untuk 5 (lima) jenis ikan yang dominan pada tahun 2002 – 2006 (5 tahun) Jenis Ikan Yang Dominan 1 Lemuru 2 Layang 3 Tongkol 4 Kurisi 5 Kembung Jumlah Tangkapan Jenis Ikan Lainnya Total Semua Jenis Ikan Prosentasi Tangkapan Ikan Yang Dominan Prosentase Kenaikan (+) atau Penurunan (-) No.
2002 4.784,2 1.316,9 1.550,3 426,2 317,8 8.395,4 836,9 9.232,3 90,94%
Produksi (Ton) per Tahun 2003 2004 2005 5.186,1 5.794,8 3.181,4 813,2 928,1 1.403,3 671,5 1.022,1 1.075,0 149,2 216,1 248,7 178,4 132,2 288,8 6.998,4 8.093,3 6.197,1 673,1 481,7 735,4 7.671,5 8.575,0 6.932,5
2006 1.483,7 1.537,5 1.168,4 385,6 223,8 4.798,9 1.584,8 6.383,7
91,23%
94,38%
89,39%
75,17%
+0,29%
+3,16%
-4,99%
-14,22%
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Situbondo Tahun 2002 - 2006.
Dari segi klasifikasi armada penangkap ikan di wilayah Kabupaten Situbondo, yang terbanyak adalah perahu layar berjumlah 883 unit, perahu motor masing-masing dengan kekuatan mesin 5 – 10 GT berjumlah 681 unit, 10 – 20 GT berjumlah 524 unit dan diatas 20 GT berjumlah 432 unit (Tabel 4). Dari 12 kecamatan yang mempunyai TPI, perahu layar terdapat di 12 kecamatan, perahu motor masing-masing dengan kekuatan mesin dibawah 5 GT hanya terdapat di dua kecamatan, antara 5 - 10 GT terdapat di 8 kecamatan, antara 10 – 20 GT terdapat di 5 kecamatan, dan diatas 20 GT hanya terdapat di 4 kacamatan.
45 Tabel 4 Jumlah armada perahu/kapal motor setiap Kecamapan di Kabupaten Situbondo tahun 2003 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Kecamatan Banyuglugur Besuki Suboh Melandingan Bungatan Kendit Panarukan Mangaran Kapongan Arjasa Jangkar Banyuputih Jumlah
Perahu Layar 5 27 19 12 189 100 125 237 6 45 78 40 883
<5 5 2 7
Perahu Motor (GT) 5-10 10-20 53 80 42 21 22 70 10 102 314 70 188 124 109 681 524
>20 73 176 104 79 432
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Situbondo.
Ditinjau dari segi klasifikasi jenis nelayan yang bekerja di sektor perikanan tangkap, jumlah terbesar adalah nelayan pandega dengan jumlah 15.452 orang, nelayan yang merupakan pemilik berjumlah 2.353 orang, dan yang paling sedikit adalah nelayan sambilan berjumlah 366 orang (Tabel 5). Tabel 5 Jumlah nelayan berdasarkan jenisnya pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Situbondo tahun 2003 No
Kecamatan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Banyuglugur Besuki Suboh Melandingan Bungatan Kendit Panarukan Mangaran Kapongan Arjasa Jangkar Banyuputih Jumlah
Pemilik 148 268 91 34 259 110 227 977 155 47 266 273 2.855
Jumlah Nelayan (Orang) Sambilan Pandega 14 456 62 2.306 29 1.183 19 306 356 50 90 1.875 162 332 833 30 1.064 3.932 366 12.733
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Situbondo.
Jumlah 616 2.535 1.303 359 615 250 2.102 1.471 988 77 1.330 4.205 15.954
46 Jika ditinjau dari segi tempat PPI maka jumlah nelayan yang terbanyak adalah di Kecamatan Banyuputih (PPI Pondok Mimbo) berjumlah 4.205 orang, yang kedua adalah di Kecamatan Besuki (PPI Besuki) berjumlah 2.535 orang, ketiga adalah di Kecamatan Panarukan berjumlah 2.102 orang, dan yang ke empat adalah di Kecamatan Jangkar (PPI Jangkar) berjumlah 1.330 orang.
3.6 Permasalahan dan Peluang Dalam Pembangunan Perikanan Terdapat beberapa masalah dalam pembangunan kelautan dan perikanan di Kabupaten Situbondo, antara lain adalah sebagai berikut : 1) Penyelenggaraan pelelangan ikan di pusat pelelangan ikan (PPI) yaitu PPI Pondok Mimbo, Jangkar, Landangan, Mangaran, Panarukan, Gelung, Ketah, dan Besuki belum berfungsi dengan baik. Jumlah ikan yang dilelang di delapan PPI tersebut masih relatif kecil dibandingkan dengan produksi yang dihasilkan para nelayan. Hal ini antara lain disebabkan oleh : Nelayan sudah terikat/terjerat sistem pengambek; Di PPI tidak terjadi pelelangan ikan secara murni, yang ada adalah sistem cawukan atau mengambil ikan seadanya, kemudian hasil cawukan tersebut dijual untuk membiayai operasional KUD dan sisanya untuk setoran; Sampai saat ini belum ada peraturan yang mengatur tentang sistem pelelangan ikan di PPI; dan masih rendahnya kualitas sumberdaya manusia nelayan dan pelaku perikanan, disisi lain KUD Mina juga memiliki kemampuan manajerial yang masih sangat terbatas. 2) Adanya pengambilan terumbu karang untuk bahan-bahan hiasan yang diperdagangkan di kawasan wisata Pasir Putih dan bahan baku pembakaran kapur di beberapa daerah, mengakibatkan terjadinya kerusakan terumbu karang dan mengancam terjadinya kerusakan habitat ikan karang. 3) Sering terjadi konflik berupa bentrok fisik dan perusakan alat tangkap sebagai akibat sangat banyaknya perahu/kapal yang beroperasi di perairan Selat Madura sehingga mendorong perebutan daerah operasi penangkapan. 4) Masih banyak nelayan yang menggunakan bahan peledak dalam penangkapan ikan dan masih sulit dicegah/ditanggulangi karena rendahnya pemahaman nelayan tentang bahaya serta kerusakan lingkungan akibat bahan peledak
47 tersebut dan juga sangat terbatasnya aparat penjaga perairan laut di wilayah perairan Situbondo dan sekitarnya. Peluang dalam pelaksanaan pembangunan perikanan di Kabupaten Situbondo antara lain dalah sebagai berikut : 1) Potensi sumberdaya ikan di perairan sekitar Situbondo khususnya Selat Madura, Selat Bali dan Laut Bali cukup tinggi dalam segala musim; 2) Permintaan ikan hasil perikanan tangkap terus mengalami peningkatan; 3) Semakin terbukanya peluang pasar untuk penjualan ikan hasil tangkapan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi; 4) Sudah dibangun prasarana dan sarana untuk pengolahan ikan hasil tangkapan khususnya untuk pemindangan ikan dan pembuatan tepung ikan meskipun masih belum memadai; 5) Dekat dengan tempat pengolahan ikan (pengalengan ikan) skala besar di wilayah Banyuwangi untuk pengalengan ikan lemuru dan ikan tongkol; 6) Dekat dengan kawasan wisata (Bali, Pasir Putih) yang membutuhkan ikan segar berkualitas tinggi seperti kerapu, kakap, udang untuk konsumsi wisatawan asing dan lokal. Beberapa hambatan yang dihadapi oleh nelayan Kabupaten Situbondo mempunyai dampak negatif bagi usaha penangkapan ikan di perairan laut, selanjutnya berdampak pada rendahnya produktivitas tangkapan karena belum mampu memanfaatkan peluang yang ada sehingga pada akhirnya menyebabkan rendahnya penghasilan nelayan.