3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi penelitian dan waktu penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Lembah Sari Kecamatan Batu Layar Kabupaten Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat (Gambar 1). Desa Lembah Sari merupakan daerah perbukitan yang terletak di daerah sebelah barat Kecamatan Gunung Sari, berada pada ketinggian 200-500 meter diatas permukaan laut, yang terletak ± 8 km² di sebelah utara Kota Mataram Ibu Kota Provinsi Nusa Tenggara Barat (Bappeda Lombok Barat 2007). Di desa ini banyak terdapat perkebunan aren, sebagian kecil merupakan daerah pertanian, sungai yang melintasi desa ini merupakan sumber air utama yang tidak kering sepanjang tahun.
Lokasi Penelitian
Desa Senggigi Desa Lembah Sari
Kecamatan Batulayar
Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian Desa Lembah Sari Kecamatan Batu Layar Kabupaten Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat.
20
Aaaaaa Di sekitar desa ini juga masih terdapat hutan alam dengan berbagai jenis tumbuhan dan banyak mata air yang tidak terlindungi yang menyebabkan terjadinya genangan-genangan air. Sebagian daerah permukiman berada di daerah pinggiran perbukitan, pada dataran tinggi hingga dataran rendah, dan umumnya berkelompok. Topografi wilayah seperti ini sangat berpotensi sebagai tempat berkembangbiak vektor malaria. Risiko masyarakat berkontak dengan vektor sangat tinggi di dukung oleh pekerjaan masyarakat yang umumnya sebagai petani dan pekerja perkebunan. 3.1.2 Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan selama empat bulan mulai bulan April sampai dengan Juli 2009, meliputi survei lapangan, pengumpulan dan analisis data. Penangkapan nyamuk dilakukan di Dusun Kedondong Atas karena topografi wilayahnya dianggap dapat mewakili dusun lainnya selain dusun tersebut merupakan daerah endemis malaria dengan (API) >5‰, sepanjang 3 tahun terakhir (High Case Incidence Area). Penangkapan dilakukan sebanyak 16 kali (satu kali seminggu selama 4 bulan) dari bulan April – Juli 2009. 3.2 Metode penelitian Penelitian dilakukan dalam lima bentuk kegiatan yaitu (a) pelaksanaan MBS (Mass Blood Survey), (b) penangkapan nyamuk dewasa dengan human landing colection (c) penangkapan dengan magoon trap, (d) pengamatan terhadap penemuan parasit malaria, dan (e) pengamatan terhadap kebiasaan masyarakat 3.2.1 Pelaksanaan Kegiatan MBS (Mass Blood Survey) Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui angka kesakitan malaria pada kelompok masyarakat dan sebagai dasar penentuan lokasi (rumah) tempat penangkapan nyamuk dewasa. Populasi dalam penelitian ini adalah tersangka penderita malaria yang terjaring atau datang pada kegiatan survei darah massal / Mass Blood Survey (MBS) terdiri dari semua umur baik laki-laki ataupun perempuan (Consecutive sampling) Hulley and Cumming (1988). Besar sampel dihitung menggunakan rumus Notoatmodjo (2005).
21
N Rumus :
“n =
1 + N (d ²) Keterangan : N = Besar populasi ‘n = Besar sampel “d = Tingkat kepercayaan/ ketepatan yang di inginkan Berdasarkan rumus tersebut, dari 450 orang jumlah penduduk di Dusun Kedondong Atas Desa Lembah Sari dengan tingkat kepercayaan 95% maka jumlah sampel yang diperlukan adalah 116 orang (n). Pengambilan dan pemeriksaan darah jari (Gambar 2) dilakukan oleh tenaga yang terlatih terhadap 116 orang penduduk baik yang sedang menunjukkan gejala klinis maupun tidak. Metoda pemeriksaan yang digunakan adalah RDT (Rapid Diagnostic Test). Waktu yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan dengan RDT sampai dengan pembacaan hasil rata-rata 15 menit, bila ditemukan hasil positif malaria maka dilanjutkan dengan pemeriksaan mikroskopik sebagai pemeriksaan pendamping (Depkes RI : 2007c).
Pengambilan darah jari menggunakan loop/ tabung mikro kapiler tube
Sampel darah yang sudah dimasukkan ke alat RDT (kotak tempat sampel darah) selanjutnya ditetesi Cairan buffer . Pembacaan hasil setelah 15 menit - Bila terdapat 2 garis warna pink menujukkan (+) P.falciparum (mix) - Bila 1 garis menunjukkan (+) lain - Bila 1 garis bawah (+)P.falciparum
Gambar 2 Pengambilan dan Pemeriksaan darah jari menggunakan RDT Pan Malaria antigen di Dusun Kedondong Atas Desa Lembah Sari
22
3.2.2 Penangkapan nyamuk dewasa dengan human landing collection Penangkapan nyamuk dengan landing collection di lakukan di dalam dan di luar rumah, mulai pukul 18.00-06.00 untuk tiap jamnya dilakukan penangkapan nyamuk selama 45 menit dan 15 menit istirahat. Petugas kolektor berlaku sebagai umpan dan sebagai penangkap nyamuk, seorang collector indoor (di dalam rumah) dan seorang collector outdoor (di luar rumah) di setiap rumah (Gambar 3). Ujung celana petugas kolektor di gulung sampai ke lutut, sepatu di buka, tidak merokok, duduk ditempat yang telah ditentukan dan menunggu nyamuk yang datang menggigit. Bila ada nyamuk yang datang menggigit, maka petugas menangkap dengan menggunakan aspirator (sedotan nyamuk). Nyamuknyamuk yang tertangkap ditempatkan dalam wadah berupa gelas kertas (paper cup) (Depkes RI 2007b). Tiga lokasi rumah yang di jadikan tempat penangkapan nyamuk (human landing collection) ditentukan berdasarkan hasil MBS yang ditemukan positif malaria kemudian di petakan menggunakan alat GPS Garmin 60i. Titik penangkapan I terletak pada koordinat ( x = 399208,3993 dan y = 9062021,8500), Titik penangkapan II terletak pada koordinat ( x = 399086,2992 dan y = 9062144,0630) dan Titik penangkapan III terletak pada koordinat ( x = 399129,4590 dan y = 9062426,8950).Peta Tematik Lokasi human landing collection terlampir ( Lampiran 2).
Gambar 3
Penangkapan nyamuk umpan orang di dalam (kiri) dan di luar rumah (kanan)
23
3.2.3 Penangkapan nyamuk dengan magoon trap Penangkapan nyamuk dengan magoon trap menggunakan dua umpan yaitu umpan manusia (Gambar 4) dan umpan hewan (sapi) (Gambar 5). Penangkapan dilakukan selama 15 menit setiap 1 jam mulai jam 18.00 sampai dengan 06.00. Pada magoon dengan umpan manusia digunakan kelambu berukuran panjang 1,8 m, lebar 1.4 m dan tinggi 1,5 m. Nyamuk yang hinggap di kelambu atau magoon manusia di tangkap menggunakan aspirator kemudian dimasukkan ke dalam paper cup yang sudah di beri label sesuai dengan jam penangkapan. Pada perangkap magoon dengan umpan hewan digunakan seekor sapi, sapi dimasukkan ke dalam magoon berukuran panjang 6 m, lebar 6 m dan tinggi 2 meter, kelambu ini di lengkapi dengan pintu masuk. Nyamuk yang masuk dan hinggap ke dalam kelambu atau magoon sapi ditangkap menggunakan aspirator dan dimasukkan kedalam paper cup yang sudah diberi label sesuai jam penangkapan. Metode penangkapan nyamuk dewasa yang dilakukan menurut Departement of Vector & Environment (Nagasaki University 2003).
Gambar 4 Magoon trap (untuk umpan manusia).
24
Gambar 5 Magoon trap ( untuk umpan hewan). Lokasi tempat penangkapan nyamuk dengan magoon trap terbagi dalam dua titik koordinat yaitu : titik I penangkapan menggunakan magoon dengan umpan manusia terletak pada koordinat (x = 399190,8445 dan y = 9062169,0910) dan titik penangkapan II menggunakan magoon dengan umpan sapi terletak pada koordinat (x = 399196,6190 dan y = 9062173,3960). Peta Tematik Lokasi magoon trap terlampir (Lampiran 3).
Gambar 6
Proses identifikasi nyamuk Anopheles
25
3.3 Identifikasi nyamuk (Gambar 6) Seluruh nyamuk hasil tangkapan
dari berbagai cara koleksi dibunuh
dengan kloroform. Kloroform diteteskan pada kapas dan ditempatkan pada sehelai kasa penutup gelas karton yang telah berisi nyamuk. Selanjutnya nyamuk di identifikasi satu per satu dibawah mikroskop stereo dengan menggunakan kunci identifikasi dari O'Connor dan Soepanto (1979). 3.4 Parameter Perhitungan Hasil Penangkapan Nyamuk dan Indeks Curah Hujan 3.4.1 MBR : Man Biting rate (jumlah nyamuk yang menggigit per orang per malam Jumlah nyamuk hinggap menggigit tertangkap = Jumlah penangkap X waktu penangkap (jam) 3.4.2 MHD : Man Hour Density ( jumlah nyamuk hinggap per orang per jam Jumlah nyamuk hinggap menggigit tertangkap = Jumlah penangkap X waktu penangkap (jam) 3.4.3 Indeks Curah Hujan Jumlah curah hujan X hari hujan = Jumlah hari dalam satu bulan (Depkes RI 1999 dan Depkes RI. 2007b) 3.5 Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam Pengendalian Malaria Pemetaan lokasi penangkapan nyamuk, titik kasus/penderita positif malaria dan penentuan titik koordinat TPN (Tempat Perkembangbiakan Nyamuk) menggunakan bantuan alat GPS (Global Positioning System) Garmin 60i. Proses pembuatan peta dengan cara memasukkan data titik koordinat yang diperoleh dari GPS ke dalam program ArcView GIS 3.2 kemudian di analisis secara binomonik, yaitu model pengolahan ruang dengan cara tumpang tindih (overlay). 3.6 Pengamatan terhadap kebiasaan masyarakat Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui kebiasaan masyarakat yang berkaitan dengan penularan penyakit malaria. Metode pengamatan yang digunakan adalah wawancara terstruktur dengan alat bantu berupa kuesioner Survei Dinamika Penularan Malaria (Depkes RI 2003). Besar sampel yang
26
digunakan menjadi responden adalah 10% dari populasi penduduk dusun Kedondong Atas Desa Lembah Sari (Arikunto 1998). 3.7 Analisis Data Data hasil penelitian berupa perilaku nyamuk, penemuan parasit malaria, indeks curah hujan dan kebiasaan masyarakat dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk narasi, tabel serta gambar.