13
3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan (+150 Km
secara geografis terletak di jazirah selatan Propinsi dari
Kota Makassar), yaitu antara 0,5o 20’’ sampai
0,5o40’’ lintang selatan dan antara 119o 58’’ sampai 120o 28’’ bujur timur dengan batas administratif yakni sebelah utara dengan Kabupaten Sinjai, sebelah timur dengan teluk Bone, sebelah selatan dengan laut Flores dan sebelah Barat dengan Kabupaten Bantaeng. Secara Administrasi Pemerintahan terdiri dari 10 Kecamatan dan 126 Desa/Kelurahan. Luas wilayah Kabupaten Bulukumba adalah 1.154,67 Km2 atau sekitar 1,85 % dari luas wilayah Propinsi Sulawesi Selatan, dengan kecamatan terluas terdapat pada Kecamatan Gantarang da n Bulukumpa dengan luas wilayah masing- masing berturut-turut adalah 173,51 Km2
dan 171,33 Km2 atau sekitar 30% dari luas kabupaten, disusul
kecamatan lainnya dan yang terkecil adalah Kecamatan Ujung Bulu yang merupakan pusat kota kabupaten dengan luas 14,4 km2 atau hanya sekitar 1% dari luas kabupaten. Wilayah Kabupaten Bulukumba hampir 95,4% berada pada ketinggian antara 0 – 1000 m diatas permukaan laut (dpl) yang terdiri dari beberapa wilayah berbukit atau dataran tinggi dengan kemiringan 0 – 40 %. Wilayah dataran rendah berada pada sebagian besar pesisir pantai yaitu sebagian wilayah Kecamatan Ujung Bulu, Gantarang, Ujung Loe dan Bonto Bahari. Khusus Kota Bulukumba merupakan tanah datar dengan ketinggian 0,5– 2,5 m dari permukaan laut sehingga pada musim hujan sangat mudah tergenang air, sehingga kualitas lingkungan di beberapa tempat tersebut kurang baik bila ditinjau dari segi kesehatan maupun aspek sosial ekonomi masyarakat. Di Kabupaten Bulukumba terdapat 32 aliran sungai dengan aliran sungai sepanjang 552 Km yang dapat mengaliri sawah seluas 23.365 Ha. Curah hujannya rata-rata diatas 230 mm/bulan de ngan rata-rata hari hujan sebanyak 11 hari / bulan (BPS 2010, Dinkes 2011a). Kegiatan penelitian dilaksanakan di kecamatan yang tertinggi kasus malaria klinis dan positifnya yakni di Kecamatan Ujung Bulu tepatnya pada dua kelurahan yaitu di Kelurahan Caile dan Kelurahan Ela- Ela. Kecamatan Ujung Bulu berada di antara 0-30 meter diatas permukaan laut dengan batas-batas administratif sebagai berikut, di sebe lah Utara de ngan Kecamatan Rilau Ale, sebelah timur dengan Kecamatan Ujung Loe, sebelah
14 selatan dengan Laut Flores da n sebelah barat dengan Kecamatan Gantarang. Kelurahan Caile dan Ela-Ela saling berbatasan langsung dan pernah berada dalam satu wilayah administrasi pemerintahan. Kedua kelurahan ini adalah bagian dari Kecamatan Ujung Bulu yang merupakan kecamatan ibukota Kabupaten Bulukumba sehingga keadaannya cukup ramai dan padat. Kelurahan Caile memiliki luas wilayah sekitar 3,13 km2 yang terbagi dalam empat wilayah dusun dengan batas-batas administratif sebagai berikut di sebelah Utara dengan,Kecamatan Gantarang, di sebelah timur dengan Kelurahan Kalumeme, sebelah selatan dengan Kelurahan Ela-Ela dan sebelah barat dengan Kecamatan Gantarang. Jumlah penduduknya adalah 8365 jiwa. Letak geografisnya dalam pendataan BPS tergolong BP atau bukan pantai. Terdapat lahan persawahan de ngan luas 146 Ha dan lahan kering 167 Ha. Di Kelurahan Caile terhitung banyak jumlah ternak dan jumlah pemeliharanya. Jumlah Sapi mencapai 198 ekor dari 46 orang pemilik, Juga terdapat 52 ekor kuda dan 123 ekor kambing. Total jumlah ternak besar dan sedang di Kelurahan Caile adalah 373 ekor. Kelurahan Ela-Ela memiliki luas wilayah sekitar 0,22 km2 yang terbagi dalam dua wilayah dusun dengan batas-batas administratif sebagai berikut, di sebelah Utara dengan,Kelurahan Caile, di sebelah timur dengan Kelurahan Kalumeme, sebelah selatan dengan Laut Flores da n sebelah barat dengan Kelurahan Terang-terang. Jumlah penduduknya adalah 3797 jiwa. Letak geografisnya dalam pendataan BPS tergolong P atau pantai. Tidak terdapat lahan persawahan dan dengan lahan kering seluas 22 Ha. Di Kelurahan Ela-Ela hanya terdapat 3 ekor sapi dari 1 oang pemilik. Juga tercatat 9 ekor kuda, 215 ekor kambing. Total jumlah ternak besar dan sedang di Kelurahan Ela-Ela adalah 227 ekor (BPS 2010, Disnakkeswan 2011). Di Kelurahan Caile terdapat habitat perkembangan larva nyamuk Anopheles spp tipe permanen yaitu rawa/tambak dan persawahan, Habitat rawa/tambak ini memiliki luas sekitar 394,63 m2 dan habitat persawahan sekitar 1155,94 m2 . Sementara itu, d i Kelurahan Ela-Ela terdapat habitat perkembangbiakan larva nyamuk Anopheles spp tipe permanen yaitu rawa/tambak, kolam dan yang
bertipe temporer
yaitu
rawa pantai. Habitat
rawa/tambak dengan pohon nipa seluas 725,46 m2 , kolam seluas 149,03 m2 , dan terdapat dua habitat rawa pantai dengan luas masing- masing 148,29 m2 da n 291,55 m2 .
15 Berikut peta lokasi penelitian dan habitat potensial bagi perkembangbiakan larva Anopheles spp di Kelurahan Caile dan Ela-Ela (Gambar 1).
Gamba r
1. Peta Lokasi Penelitian dan Habitat Potensial di Kelurahan Caile dan ElaEla Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba
3.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan bulan Agustus 2011 atau selama tujuh bulan.
3.3 Kegiatan Penelitian Penelitian ini dilaksanaka n dengan kegiatan sebagai berikut : 3.3.1 Pengumpulan dan Penga matan Nya muk Anopheles spp (Gambar 2) Pengumpulan nyamuk dilakuka n pada 3 rumah di masing- masing kelurahan. Pengumpulan nyamuk dilakukan dengan metode human landing collection da n resting collection. Pada tiap rumah ditempatkan dua orang, satu penangkap di dalam rumah dan
16 satu di luar rumah. Penangkapa n nyamuk dilakuka n selama tiga malam setiap bulannya, tiap malam selama 12 jam (pukul 18.00-06.00), tiap jamnya selama 45 menit menangkap nyamuk di badan, 10 menit menangkap nyamuk yang istirahat di dinding da lam rumah untuk umpan orang di dalam rumah dan di kandang ternak untuk umpan orang di luar rumah. Penangkap duduk dan menggulung celana hingga batas lutut, nyamuk yang hinggap atau menggigit pada kolektor ditangkap dengan aspirator. Nyamuk yang tertangkap dimasukkan ke dalam gelas kertas yang sudah diberi
labe l
jam dan
metode
penangkapannya. Selain itu, dilakuka n juga penangkapan nyamuk beristirahat pada pagi hari dari jam 06.00-07.00 di dalam dan di luar rumah (alam). Identifikasi nyamuk dilakukan dengan menggunakan buku kunci identifikasi Anopheles dari O’Connor dan Soepanto (1999). 3.3.2 Penentuan Status Kerentanan terhadap Insektisida Golongan Piretroid Pengujian di Kelurahan Caile menggunakan nyamuk dewasa hasil penangkapan yang istirahat di kandang, ternak da n sekitarnya, seda ngka n di Kelurahan Ela-Ela dari hasil pemeliharaan larva instar tiga, empat atau pupa yang berasal dari habitat nyamuk, kemudian dipelihara hingga dewasa (umur 2-5 hari). Pengujian dilaksanakan dengan menggunakan susceptibility tes kit (Standar WHO) dengan bahan insektisida yang digunakan adalah sintetik piretroid (Lambda siha lotrin 0,05% dan deltametrin 0,05%). Setiap jenis insektisida yang digunakan dipakai tiga tabung uji (3 ulangan) dan satu tabung kontrol. Pada setiap tabung dimasukkan kertas berinsektisida sesuai insektisida yang digunakan. Selanjutnya ke dalam tabung uji bertanda hijau dimasukkan 20 ekor Anopheles yang diambil dari ka nda ng nyamuk menggunakan aspirator. Nyamuk kemudian dipindahkan ke dalam tabung kontak bertanda merah berlapis kertas berinsektisida dengan meniup perlahan. Nyamuk dibiarkan di dalam tabung kontak selama 1 jam. Untuk kontrol digunakan satu tabung uji bertanda hijau yang dimasukkan kertas tidak mengandung insektisida. Ke dalam tabung kontrol dimasukkan 20 ekor nyamuk Anopheles. Setelah masa kontak, nyamuk dipindahkan lagi ke tabung bertanda hijau dengan meniup perlahan dan dibiarkan selama 24 jam. Bagian atas tabung tersebut diberi kapas mengandung larutan air gula 5%,
disimpan pada kondisi yang baik untuk hidup. Setelah 24 jam dilakukan
pengamatan terhadap kematian.
17 3.4 Pengumpulan Data Sekunder Data pendukung yang diperoleh mencakup Data curah hujan Kabupaten Bulukumba dari bulan Februari sampai Agustus 2011 dari BMKG Wilayah IV Makassar (Stasiun Klimatologi Kelas I Maros) dan juga dari sejumlah Dinas dalam lingkup Kabupaten Bulukumba yang terdiri atas : a) Data penduduk dan angka kesakitan malaria diperoleh dari Dinas Kesehatan b) Data kepe ndudukan dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Bulukumba. c) Data jenis insektisida yang digunakan oleh petani dari Dinas Tanaman Pangan. dan Holtikultura d) Data jumlah ternak seperti kerbau, sapi, kuda dan kambing dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
3.5 Analisis Data Data populasi nyamuk dewasa Anopheles spp dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan beberapa parameter yaitu : a) Kelimpahan nisbi Anopheles (%) dihitung berdasarkan jumlah nyamuk Anopheles spesies tertentu yang tertangkap dibagi jumlah total nyamuk Anopheles dikali 100%. b) Frekwensi tertangkap dihitung berdasarkan berapa bulan Anopheles spesies tertentu tertangkap dibagi jumlah bulan penangkapan. c) Dominansi spesies (%) dihitung berdasarkan perkalian antara kelimpahan nisbi dengan Frekwensi Anopheles tertangkap setiap spesies (Sigit 1968). d) Kepadatan populasi, kepadatan populasi nyamuk dihitung berdasarkan angka : e)
MBR (man biting rate), yaitu jumlah
nyamuk Anopheles menghisap
darah/orang/malam MBR =
Jumlah nyamuk tertangkap per spesies Jumlah penangkap x Jumlah jam penangkapan
f) MHD (man hour density), yaitu jumlah nyamuk Anopheles tertangkap/rumah atau kandang/jam. MHD =
Jumlah nyamuk tertangkap di dinding/kandang Jumlah penangkap x Jumlah jam penangkapan
18
e) Hubungan variabe l antara indeks curah hujan (ICH) de ngan kepadatan pop ulasi nyamuk (MBR), dianalisis dengan Pearson correlation menggunakan program computer SPSS versi 17.0. Indeks curah hujan ( ICH) dihitung dengan rumus sebagai berikut : Jumlah curah hujan (mm)/bulan x Jumlah hari hujan/bulan ICH = Jumlah hari (dalam satu bulan)
f) Uji Kerentanan Data nyamuk yang diuji kerentanannya dianalisa secara kuantitatif dengan interpretasi data (kriteria) kerentanan vektor ditentukan berdasarkan persentase kematian nyamuk uji dalam periode pengamatan 24 jam. Kematian nyamuk uji antara 98-100% dinyatakan nyamuk tersebut masih rentan, bila kematian nyamuk uji antara 80,0% 97,0% tergolong toleran dan jika kurang dari 80,0% tergolong kebal (resisten) (WHO 1998). Nyamuk yang lumpuh dan tidak bisa terbang dihitung atau dianggap mati. Bila ke matian
nyamuk
kontrol 5-20%, maka dikoreksi dengan menggunakan rumus
Abbot’seperti berikut : ABBOT’S =
% Kematian nyamuk uji - % Kematian nyamuk kontrol
100 - % Kematian nyamuk kontrol
Bila kematian nyamuk kontrol lebih dari 20%, maka uji dianggap gagal dan harus diulang kembali (WHO 2003a, 2003b).
19
1.Pengumpulan Nyamuk Dewasa (HLC) 2. Pengumpulan Nyamuk Sekitar Hewan
3. Identifikasi Dewasa Anopheles spp
4. Pengumpulan Larva Anopheles spp
5. Pemeliharaan Larva Anopheles spp
6. Pengamatan Perkembangan Larva
7. Pengamatan Kontak 1 jam
8. Pengamatan Kontak 24 jam
Gambar 2. Kegiatan Penelitian di Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba (Februari-Agustus 2011).