PT PERTAMINA EP -PPGM
2.3.
RENCANA KEGIATAN YANG DIDUGA AKAN MENIMBULKAN DAMPAK
Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok PPGM ini terdapat dua kegiatan yang terpisahkan yaitu kegiatan “Bagian Hulu” dan kegiatan “Bagian Hilir”. Kegiatan bagian hulu mencakup kegiatan-kegiatan eksplorasi dan eksploitasi gas sampai batas pada kegiatan pemasangan pipa penyalur gas ke Kilang Gas (LNG), sedangkan kegiatan “bagian hilir” meliputi kegiatan pembangunan dan operasional kilang gas LNG, Pelabuhan Khusus dan sarana serta prasarana pendukungnya. Masing-masing tahapan rencana kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok “bagian hulu” dan kegiatan “bagian hilir” diuraikan sebagai berikut.
2.3.1. Kegiatan Bagian Hulu A. Tahap Prakonstruksi Komponen rencana kegiatan pada tahap prakonstruksi yang berpotensi menimbulkan dampak adalah kegiatan pembebasan lahan dan tanam tumbuh dan penerimaan tenaga kerja. 1. Pembebasan Lahan dan Tanam Tumbuh Pada lokasi
untuk sumur pengembangan, pemasangan pipa dan unit produksi akan
dilakukan pembebasan lahan dan tanam tumbuh. Luas lahan yang akan dibebaskan sekitar 295 Ha dengan perincian: 17 lokasi sumur pemboran ± 68 Ha, MS & BS/GPF ± 33 Ha, jalur pipa “flow line” ± 14 Ha, jalur pipa “trunk line” ± 120 Ha dan untuk pembuatan atau peningkatan jalan baru ± 60 Ha. Lahan yang akan digunakan diusahakan bukan lahan pemukiman. Proses pembebasan lahan dan pemberian kompensasi tanam tumbuh akan dilaksanakan melalui panitia sembilan. Pengadaan lahan akan dilakukan secara jual-beli sesuai dengan kesepakatan bersama. Kegiatan ini berpotensi akan merubah persepsi masyarakat terhadap rencana kegiatan. Pada tahap kegiatan pengadaan lahan ini diprakirakan akan muncul dampak berupa terjadinya perubahan pola kepemilikan lahan penduduk yang akan diikuti dengan perubahan fungsi lahan dan perubahan jenis/sumber mata pencaharian penduduk. Pengadaan lahan yang dimiliki oleh masyarakat dan perusahaan dilakukan dengan cara jual-beli, maka hal tersebut akan meningkatkan pendapatan/penghasilan masyarakat setempat. Sedangkan pengadaan lahan yang dimiliki oleh Departemen Kehutanan akan dilakukan dengan sistem pinjam pakai.
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
II-78
PT PERTAMINA EP -PPGM
Peningkatan pendapatan dari para pemilik lahan ini akan dapat menimbulkan persepsi positif bagi para pemiliknya, namun sebaliknya apabila dalam kegiatan pengadaan lahan tersebut tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pemilik lahan, akan berpotensi memunculkan
konflik
sosial
di
masyarakat
yang
pada
akhirnya
akan
dapat
menyebabkan munculnya persepsi negatif masyarakat terhadap rencana kegiatan. 2. Penerimaan Tenaga Kerja Tenaga Kerja konstruksi harus orang Indonesia, dengan pengecualian yang sangat terbatas di mana diperlukan kecakapan spesialis dan yang tidak tersedia di Indonesia. Pelaksanaan rekrutmen tenaga kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. Personil setempat yang telah memenuhi kualifikasi untuk pekerjaan tertentu akan direkrut. Ada kemungkinan sejumlah tenaga kerja akan didatangkan dari daerah lain bila tenaga dengan kualifikasi yang sama tidak dapat dipenuhi dari penduduk lokal. Selama masa konstruksi akan dibangun dan dioperasikan
camps untuk menyediakan tempat tinggal, makanan, air, perawatan medis, dan kebutuhan penting pekerja yang lain.
Tenaga kerja untuk pemboran sumur pengembangan diperkirakan ± 118 pekerja dengan berbagai macam keahlian ( skill), dengan perincian tenaga skill akan membutuhkan tenaga sebanyak ±108 orang dan tenaga nonskill sebanyak ± 10 orang. Jumlah, persyaratan dan spesifikasi kebutuhan tenaga pemboran sumur pengembangan disajikan pada Tabel 2.22. Sedangkan kebutuhan spesifikasi dan jumlah tenaga kerja pembangunan Block Station disajikan pada Tabel 2.23.
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
II-79
PT PERTAMINA EP -PPGM
Tabel 2.22. Kebutuhan Spesifikasi dan Jumlah Tenaga Kerja Pemboran Per Sumur Pengembangan No
Spesifikasi/Jabatan
Sertifikasi yang harus dimiliki AP-3
Jumlah (orang) 2
1.
Company Man
2.
K2LL
3.
Rig Superintendent
AP-3
2
4.
Wallsite Supevisor
AP-3
2
5.
Wireline Service Company
5
6.
Cementing Service Company
6
7.
Mud Logging Service Company
6
8.
Well testing Service Company
4
9.
Mud Engineering Service Company
3
10.
Casing Crew Service Company
3
11.
Administration Rig
2
12.
General Service Company
2
13.
Camp Service
8
14.
Catering Service
8
15.
Security Service
6
16.
Tool Pusher
AP-3
3
17.
Driller
JB-3
3
18.
Floorman
OBL
12
19.
Derrickman (operator Menara Bor)
OMB
33
20.
Crane Operator
SLO
3
21.
Store Keeper
-
3
22.
Roustabout
OLB
12
23.
Medical
24.
Chief Mekanik
25.
Mechanic
26.
Welder
27.
Electrician
2
2 -
10 Min. G-5
2 2
Total
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
2
118
II-80
PT PERTAMINA EP -PPGM
Tabel 2.23. Kebutuhan Spesifikasi dan Jumlah Tenaga Kerja Pembangunan Per Block Station Spesifikasi
Jumlah
Total
PEMBANGUNAN BS 1. Tenaga Un-Skill a. Penjaga malam
4
b. Ofice boy
2
c. Pemantu rumah tangga
2
d. Tukang gali
20
e. Pembantu tukang pekerjan sipil
20
f. Tukang-tukang pekerjan sipil
15
g. Tukang las pipa air
5
h. Sopir kendaraan penumpang
5
Jumlah
73
2. Tenaga Skill a. Engineer project
10
b. Drafter
4
c. Foremen
6
d. Operator alat berat
5
e. Operator mesin berputar
5
f. Mekanik
5
g. Sopir kendaraan berat
4
Jumlah
39
Total
112
Pembangunan transmisi gas akan membutuhkan tenaga kerja baik tenaga skill maupun
non skill . Jumlah dan spesifikasi tenaga kerja yang akan dibutuhkan ± 156 orang dengan spesifikasi dan jumlah masing-masing jenis dan spesifikasi tenaga disajikan pada tabel berikut.
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
II-81
PT PERTAMINA EP -PPGM
Tabel 2.24. Kebutuhan Spesifikasi dan Jumlah Tenaga Kerja Pembangunan Transmisi Gas Spesifikasi
Jumlah
Total
PEMBANGUNAN Pipe Line 1. Tenaga Un-Skill a. Tukang gali
20
b. Labor pipa
20
c. Office boy
4
d. Sopir kendaraan ringan
10
Jumlah
54
2. Tenaga Skill a. perator peralatan berat
10
b. Welder (tukang las bersertifikat)
32
c. Foreman
6
d. Engineer
10
e. Suveyor (Juru Ukur)
4
f. Sopir kendaran berat
10 Jumlah
72
Total
156
Fabrikasi pipa dan peralatan konstruksi lain yang dilakukan di luar lokasi kegiatan juga secara tidak langsung akan menyerap tenaga kerja, baik tenaga skill maupun nonskill.
Tenaga kerja konstruksi harus orang Indonesia, dengan pengecualian yang sangat terbatas di mana diperlukan kecakapan spesialis dan yang tidak tersedia di Indonesia. Personil setempat yang memenuhi kualifikasi pekerjaan tertentu akan direkrut. Dengan melihat tingkat kebutuhan tenaga kerja yang akan dilibatkan dalam kegiatan konstruksi ini cukup banyak, maka kemungkinan besar kebutuhan tenaga kerja tidak akan cukup bila hanya dipenuhi dari tenaga kerja yang berasal dari penduduk lokal, mengingat untuk kegiatan ini sangat banyak membutuhkan tenaga kerja yang harus
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
II-82
PT PERTAMINA EP -PPGM
memiliki kualifikasi dan sertifikasi tertentu. Oleh karena itu berkaitan dengan kenyataan di atas, dampak potensial yang akan muncul yaitu berupa kecemburuan sosial bagi tenaga kerja lokal yang tidak dapat dilibatkan sebagai tenaga kerja, sedangkan pada sisi lain akan muncul dampak potensial berupa munculnya persepsi positif terhadap kegiatan proyek karena dapat dilibatkan sebagai tenaga kerja.
B. Tahap Konstruksi Konstruksi Pengembangan Lapangan Gas Matindok bagian hulu dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) aktivitas yang saling terkait sebagai berikut: 1) Konstruksi untuk persiapan pemboran sumur 2) Konstruksi BS dan GPF 3) Pemasangan pipa penyalur gas. Selama keseluruhan kegiatan konstruksi, suatu program akan dilaksanakan untuk mengawasi pembuangan limbah konstruksi dengan cara yang sesuai dengan aturan dan peraturan lingkungan hidup Indonesia. Pemrakarsa akan mengadakan perencanaan sebagai program pemantauan, sesuai dengan prosedur pengelolaan limbah Kontraktor Pertamina EP, untuk memastikan dilaksanakannya aturan dan peraturan tersebut. Komponen kegiatan pada tahap konstruksi dan limbah spesifik serta dampak-dampak yang diperkirakan akan timbul akan dibahas di bawah ini. 1. Mobilisasi dan Demobilisasi Peralatan, Material dan Tanaga Kerja Kegiatan pengangkutan peralatan dan bahan serta tenaga kerja untuk pengembangan lapangan akan menggunakan jasa angkutan laut dan darat ke lokasi rencana kegiatan pemipaan dan fasilitas produksi gas. berat
Kegiatan mobilisasi dan demobilisasi peralatan
dan material yang sangat banyak dan diangkut dengan kendaraan berbadan
besar akan menimbulkan dampak peningkatan kebisingan, kadar debu ke lingkungan sekitar, gangguan kelancaran lalulintas setempat dan aktivitas penduduk. Di samping itu apabila tonase kendaraan berat maupun material yang diangkut melampaui kelas jalan akan berdampak pada kerusakan jalan, selain itu juga meningkatnya resiko kecelakaan lalulintas.
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
II-83
PT PERTAMINA EP -PPGM
2. Pembukaan dan Pematangan Lahan Kegiatan pembukaan dan pematangan lahan mencakup: a) Penebangan dan pembersihan pohon dan semak belukar pada lokasi tapak proyek, yang luasnya sesuai dengan keperluan peruntukan lahannya. b) Perataan dan penimbunan dilakukan untuk pematangan lahan yang akan digunakan sebagai lokasi tapak sumur, perpipaan dan fasilitas produksi. Dalam pemenuhan material penimbunan, tidak didatangkan dari luar, tetapi memanfaatkan material hasil perataan areal yang bergelombang di sepanjang ROW pipa secara cut and fill . c) Pada ROW yang memotong drainase alami dan/atau sungai, akan dipasang goronggorong dan jembatan agar tidak menghambat pola aliran air. Gorong-gorong akan dipasang pada drainase alami dan/atau anak sungai yang lebarnya lebih besar atau sama dengan 2 m. Kegiatan pembukaan dan pematangan lahan akan berakibat terbentuknya limbahlimbah berikut ini: a) Pembukaan - Perataan dan Pengerasan Lahan-Pembukaan untuk fasilitas (base
camp, jalan, laydown area ) akan dilaksanakan dengan penebangan dan perataan sedikitnya footprint yang diperlukan untuk medukung pekerjaan yang sedang berlangsung secara aman. Diantisipsi bahwa tidak akan mendatangkan bahan untuk pengurukan. Pemotongan lebih, apabila ada akan disimpan di lokasi atau dibuang di suatu daerah offsite yang ditunjuk. b) Limbah sanitasi - Limbah sanitasi yang berasal dari camp pekerja akan dikelola di lokasi. c) Sampah - Limbah Padat yang berasal dari camp pekerja akan ditimbun di dalam tempat pengurukan di lokasi. d) Gas Buang dari Mesin Diesel – Tenaga listrik untuk camp pekerja akan dipasok oleh generator yang digerakkan mesin diesel.
Mesin-mesin tersebut akan dilengkapi
pengendali emisi baku dan akan menggunakan solar berkadar belerang rendah guna meminimasi emisi sulfur dioksida. e) Emisi knalpot Mesin dan Kendaraan – Pengoperasian peralatan konstruksi dan kendaraan personil akan menghasilkan emisi knalpot dalam jumlah kecil.
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
II-84
PT PERTAMINA EP -PPGM
Kegiatan pembukaan dan pematangan lahan akan berakibat dampak negatif berikut ini: a) Pembukaan, Perataan dan Pengerasan Lahan - Pembukaan untuk lokasi jalan masuk dan sumur pengembangan, BS/GPF, pemasangan pipa, dan fasilitas (base camp , jalan, laydown area) akan dilaksanakan dengan penebangan dan perataan untuk
footprint yang diperlukan untuk medukung pekerjaan yang sedang berlangsung secara aman. Kegiatan ini akan menyebabkan pengurangan penutupan lahan oleh vegetasi sehingga dapat merubah ikim mikro, mempercepat aliran air permukaan setempat, menambah resiko erosi, menimbulkan debu, kebisingan dari mesin-mesin yang digunakan. b) Keberadaan tenaga kerja di camp-camp dalam waktu yang relatif lama akan berpengaruh pada sanitasi lingkungan dan sampah padat. Selain itu gas buang dari mesin diesel di camp menyebabkan penurunan kualitas udara lokal. c) Limbah Sanitasi – Limbah sanitasi yang berasal dari camp pekerja akan dikelola sesuai dengan pengolahan limbah domestik. d) Pembersihan jalur untuk pipa yang memotong saluran irigasi dan sungai kecil akan berpotensi mengganggu aliran air;
Adapun dampak positifnya berupa peluang berusaha apabila masyarakat sekitar ada yang berminat untuk membuka usaha misalnya membuka warung makan, menjadi pemasok bahan mentah untuk rumah makan, membuka toko kelontong, dan sebagainya untuk memenuhi kebutuhan para pekerja. 3. Kegiatan Konstruksi Block Station (BS) dan Fasilitas Produksi Gas GPF Konstruksi fasilitas produksi gas yang meliputi BS dan GPF akan dilakukan di 3 lokasi yaitu Sukamaju, Donggi dan Matindok. Secara umum kegiatan konstruksi meliputi: a) Pembangunan fondasi struktur dan perlengkapan untuk fasilitas produksi dan persiapan pemboran b) Pendirian bangunan-bangunan dan pemasangan peralatan c) Pekerjaan Piping System d) Pekerjaan electrical dan peralatan ( instrument) Konstruksi fasilitas penunjang produksi gas di darat diprakirakan akan berakibat timbulnya limbah-limbah berikut ini:
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
II-85
PT PERTAMINA EP -PPGM
a) Pigging dan Hydrotest Pigging yaitu kegiatan pembersihan kotoran-kotoran dalam pipa yang mungkin masih tertinggal selama penyambungan pipa. Pigging dilakukan dengan cara memasukkan alat pembersih (polyuritane pig) ke dalam pipa yang didorong oleh udara dari kompresor hingga pig mencapai ujung pipa. Fasilitas pigging berupa pig launcher dan pig receiver akan dipasang di ujung depan dan ujung belakang. Pigging dilakukan 2 kali, yaitu saat penyambungan pipa pada setiap sekat pipa, dan setelah selesai uji hydrostatic. Uji hidrostatik dilaksanakan setelah seluruh pemasangan jalur pipa selesai dengan 3
kebutuhan air sebanyak 20.000 m , dimana pelaksanaannya dibagi menjadi beberapa segmen yaitu yang di area Donggi menggunakan air dari Sungai Karya yang berjarak sekitar 300 m dari Block Station dengan debit air sungai 3
2,25 m /detik, area Matindok menggunakan air dari Sungai Kayoa yang berjarak 3
sekitar 50 m dari Block Station dengan debit air sungai 4,25 m /detik, sedangkan area Sukamaju menggunakan air dari sungai yang berjarak sekitar 300 m dari Block Station dengan debit 0,025 m3 /detik, kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kelaikan pipa (kemungkinan bocor dan ketahanan terhadap tekanan). Air dari sungai terlebih dahulu dialirkan dengan menggunakan pompa ke dalam tangki (Water Pond), kemudian air dipompakan dengan menggunakan pompa centrifugal ke dalam pipa hingga penuh sehingga tidak terdapat celah udara, lalu dilakukan
penekanan
hingga
mencapai
tekanan
yang
ditentukan
dengan
menggunakan pompa Displacement Pump (Plunger Pump) yang tekanannya 1,5 kali dari tekanan kerja. Tekanan tersebut ditahan selama waktu yang ditentukan. pengamatan dilakukan dengan memperhatikan manometer yang terpasang dan pencatatan tekanan (pressure recorder) ,
serta pemeriksaan langsung sepanjang
jalur yang diuji. Media air untuk uji hidrostatik pipa tidak diberi bahan kimia. Setelah uji hidrostatik selesai, air bisa langsung dibuang kembali ke badan air semula dengan cara perlahan-lahan agar tidak menimbulkan peningkatan debit dan arus sungai yang mencolok. b) Gas buang dari Mesin Diesel – Tenaga listrik untuk camp akan dipasok oleh generator yang digerakkan mesin diesel.
Mesin-mesin tersebut akan dilengkapi
pengendali emisi standard dan akan mempergunakan BBM berkadar sulfur rendah guna meminimasi emisi sulfur dioksida.
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
II-86
PT PERTAMINA EP -PPGM
c) Pembersihan Peralatan – Sebelum komisioning, peralatan akan dicuci secara internal. Limbah air cucian tersebut akan ditangani sama seperti air hydrotest. d) Buangan Uap dari generator/ventilasi bejana – Operasi generator pembangkit listrik dan sejumlah kecil ventilasi bejana selama komisioning akan dilepas ke udara. e) Grit (material sand blasting ) – Sejumlah kecil grit dari operasi sand blasting akan terlepas ke lingkungan. f)
Tumpahan tidak sengaja jenis material bahan bakar atau cat – Tumpahan dari lokasi kegiatan akan disimpan dan dikumpulkan untuk pembuangan akhir.
g) Pengerukan dan penggalian – Sisa hasil pengerukan tanah hasil galian
akibat
kegiatan konstruksi akan ditimbun di tempat yang ditentukan yang kemungkinan akan digunakan kembali untuk penimbunan/pengurugan . h) Puing dari Pembuangan Bebatuan – Puing bebatuan akan ditimbun di suatu tempat urukan tanah yang ditentukan i)
Limbah Sanitasi – Air limbah sanitasi akan dikumpulkan dan diolah sampai standard yang berlaku sebelum dibuang ke sungai.
Fasilitas produksi gas yang meliputi pembangunan BS dan GPF diprakirakan berpotensi menimbulkan dampak lingkungan berikut ini. a) Gas buang dari Mesin Diesel dan generator pembangkit listrik dan kendaraan bermotor proyek menyebabkan penurunan kualitas udara secara lokal. b) Lalu lalang kendaraan proyek dan deru mesin yang digunakan untuk kegiatan konstruksi akan menyebabkan kebisingan dan peningkatan kadar debu. c) Lumpur pengeboran yang water-based dan tidak beracun untuk pengembangan sumur, cuttings selama pengeboran, air bekas hydrotest, pembersihan peralatan sebelum komisioning yang dialirkan ke sungai kemungkinan akan menurunkan kualitas air sungai di sekitar kegiatan dan oleh karena air sungai ini bermuara di laut maka akan menyebabkan penurunan kualitas air laut dan mempengaruhi kehidupan biota laut. d) Tumpahan tidak sengaja jenis material dan
bahan bakar
akan menurunkan
kualitas air sungai. e) Kebutuhan air untuk hydrotest yang besar dan diambilkan dari sungai di sekitarnya, maka diprakirakan akan mengurangi debit sungai. f)
Limbah domestik para pekerja akan berpotensi menurunkan kualitas sanitasi lingkungan sekitarnya.
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
II-87
PT PERTAMINA EP -PPGM
Tanggung jawab atas konstruksi dan komisioning fasilitas BS dan GPF, akan ditugaskan kepada kontraktor utama PT. Pertamina EP. Pelaksanaan proyek akan didasarkan pada pasokan material sebanyak mungkin yang tersedia dari Indonesia, dan pelaksanaan pekerjaan dengan menggunakan tenaga kerja lokal. Hampir semua keperluan sumber daya seperti peralatan, material, jasa-jasa dan tenaga kerja Kontraktor tersedia di Indonesia, namun kemungkinan besar tidak tersedia di sekitar proyek, misalnya dalam penyediaan bahan bakar, pelumas, dan beberapa material konstruksi. Pasir, agregat, dan papan kayu mungkin tersedia dari sumbersumber di Kabupaten Banggai dan sekitarnya. Kegiatan konstruksi BS dan GPF serta fasilitas terkait di darat berpotensi menimbulkan dampak positif berikut ini: a) Berdampak positif berupa peluang berusaha apabila masyarakat sekitar ada yang berminat untuk membuka usaha misalnya membuka warung makan, menjadi pemasok bahan mentah untuk rumah makan, membuka toko kelontong, dan sebagainya untuk memenuhi kebutuhan para pekerja. b) Munculnya persepsi positif masyarakat, karena dengan akan dipasangnya jaringan listrik beserta peralatannya, masyarakat beranggapan bahwa meskipun hanya terbatas pada penerangan jalan akses ke lokasi pemboran, masyarakat sedikit banyak akan dapat ikut mendapatkan manfaat dari adanya penerangan listrik tersebut. 4. Pemasangan Pipa Penyalur Gas Alternatif pemasangan jalur pipa gas (trunkline) dari Block Stasion Donggi ke LNG Plant akan dibuat tiga jalur alternatif berikut ini. a) Jalur alternatif–1 yaitu pemasangan pipa gas dari BS Donggi melintasi SM Bakiriang berdampingan jalan provinsi, penggelaran pipa ditanam sedalam 2 meter kemudian ditimbun kembali. Teknik pemasangan pipa secara umum sama dengan perlakuan normal, yaitu: Penggunaan alat berat seminimal mungkin Galian lubang pipa tidak ditinggal lama, metode yang digunakan metode pre trech , segera setelah sambungan pipa selesai, pipa segera ditanam dan lubang galian ditimbun kembali Tidak bekerja pada malam hari Tidak ada jalan inspeksi khusus untuk pipa melainkan menggunakan jalan provinsi yang telah ada
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
II-88
PT PERTAMINA EP -PPGM
b) Jalur alternatif–2 yaitu pemasangan pipa gas melintasi SM Bakiriang dilakukan dengan sistem pemboran horizontal atau Horizontal Directional Drilling (HDD). Pipa dimasukkan ke dalam tanah dengan dibor secara horizontal sebelum masuk SM Bakiriang. Oleh karena lahan SM Bakiriang yang akan dilalui sepanjang 3 km maka di setiap jarak ± 1 km akan ada lahan yang dipakai untuk penyambungan dan pemboran. Diperlukan lahan ± 2 ha untuk area kerja drilling pada segmen berikutnya dan penyambungan pipa. c) Jalur alternatif–3 yaitu pemasangan pipa gas dari BS Donggi akan dilakukan melalui dasar laut pantai SM Bakiriang sepanjang sekitar 4 km. Ditinjau dari sisi tingkat kesulitan teknis pemasangan dan biaya perawatan, jalur alternatif–3 relatif lebih mahal. Jalur alternatif–2 dan jalur alternatif–3 dimaksudkan untuk menghindari gangguan pada lahan di Bakiriang sebagai Suaka Margasatwa, walaupun kondisi hutan di SM Bakiriang sekarang ini sudah ada perambah liar.
a. Jalur Darat Altrernatif –1 Di jalur darat sebagian besar pipa dipasang dengan jarak paling dekat 200 m dari jalan provinsi pada kedalaman 2 m. Jalur pipa di darat akan memotong beberapa jalan raya, sungai dan atau rawa. Pipa yang akan memotong sungai dan rawa terdiri dari: Sungai besar sebanyak 8 sungai, kedalaman 5 – 8,5 meter dan lebar 80 – 102 meter. Metode pemasangan dengan Pull laying with concrete weight Sungai kecil sebanyak 12 sungai kedalaman, 1,5 – 3 meter dan lebar 20 – 80 meter. Metode pemasangan dengan sistem open cut. Rawa besar sebanyak 1 lokasi, kedalaman 0,5 – 1,5 meter dan lebar 300 meter. Metode pemasangan dengan sistem Pull laying with concrete weight. Rawa kecil sebanyak 2 lokasi dengan kedalaman 0,4 – 1,5 meter dan lebar 100 meter. Metode pemasangan adalah sistem Pull laying with concrete weight. Gambar 2.33 menggambarkan bagaimana teknik pemasangan pipa gas memotong jalan raya.
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
II-89
PT PERTAMINA EP -PPGM
VENT
BADAN JALAN RAYA VENT
TOP CASING
2 MTR
BOP CASING Gambar 2.33. Disain Peletakan Typical Highway Crossing
Pada prinsipnya teknik pemasangan pipa memotong jalan raya dan sungai akan sama yakni pipa ditanam sedalam 2 meter dari permukaan sekitar jalan raya
(general common level) dan dibalut dengan isolator dan pipa casing. Apabila jalur pipa tersebut memotong alur sungai, pipa ditanam memotong sungai dan dipasang minimal 2 meter di bawah dasar sungai.
2m
2m
2m
Jalur pipa Gambar 2.34.
Disain Peletakan Typical River Crossing Di Bawah Dasar Sungai
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
II-90
PT PERTAMINA EP -PPGM
Pembuatan desain pipa transmisi telah memperhatikan pada code dan standard dan peraturan pemerintah yang berlaku, komposisi gas, kelas lokasi, faktor laju korosi dan faktor desain kekuatan yang lebih tinggi, sehingga diharapkan pipa memiliki kemampuan dan kehandalan yang tinggi. Selain itu pipa juga diproteksi katodik dan diberi pembalut luar pipa (external coating) untuk melindungi pipa dari korosi luar. Setelah kegiatan pembersihan lahan dan pematangan lahan selesai, maka kegiatan pemasangan pipa penyalur gas dilaksanakan dengan urutan pekerjaan berikut ini: 1) Penggalian tanah yang akan ditanami pipa, 2) Pengelasan pipa di lokasi pemipaan, 3) Uji radiografi, 4) Penurunan pipa, 5) Penanaman pipa, 6) Hydrotest, 7) Pembersihan/pengeringan dalam pipa (pigging).
Kegiatan pemasangan pipa penyalur gas di darat berpotensi menimbulkan dampak berikut ini. a) Penggelaran,
penurunan
dan
penanaman
pipa
akan
menyebabkan
terganggunya aktivitas penduduk di sekitar jalan atau terbatasnya keleluasaan penduduk
dalam
melakukan
aktivitasnya
sehari-hari
sampai
dengan
tertanamnya kembali pipa ke tempat yang telah ditentukan. Selain itu kegiatan ini akan menyebabkan kebisingan dan peningkatan debu. b) Pemasangan pipa yang memotong jalan berpotensi akan mengganggu kelancaran lalulintas dan keselamatan lalulintas. c) Setelah pipa dipasang, maka akan dilakukan hydrotest menggunakan air yang diambil dari sumber air terdekat. Air bekas hydrotest akan dibuang ke sungai sesuai peraturan yang berlaku, namun masih berpotensi dapat berdampak terhadap kualitas air sungai.
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
II-91
PT PERTAMINA EP -PPGM
Alternatif – 2 Jalur alternatif–2 yaitu pemasangan pipa gas melintasi SM Bakiriang dilakukan dengan sistem pemboran horizontal atau Horizontal Directional Drilling (HDD). Di depan telah dijelaskan bahwa pemasangan pipa sebelum masuk SM Bakiriang akan dimasukkan ke dalam tanah dengan dibor secara horizontal. Oleh karena lahan SM Bakiriang yang akan dilalui sepanjang ± 3 km maka pada setiap jarak ± 1 km akan ada lahan yang dipakai untuk penyambungan pipa dan pemboran tanah. Untuk itu akan diperlukan lahan ± 2 ha untuk area kerja pemboran pada segmen berikutnya dan penyambungan pipa. b. Jalur Laut Pemasangan pipa gas dari BS Donggi untuk jalur alternatif–3 ini akan dilakukan melalui dasar laut pantai SM Bakiriang sepanjang sekitar 4 km. Ditinjau dari sisi tingkat kesulitan teknis pemasangan dan biaya perawatan jalur alternatif–3 relatif lebih mahal. Fasilitas fabrikasi pipa yang ada di darat diangkut ke lokasi menggunakan tongkang. Sumber-sumber daya untuk keperluan usaha konstruksi sebagian besar akan tersedia di tongkang-tongkang dan kapal-kapal pendukung dan hanya sedikit logistik dan material akan dibutuhkan dari tim di darat. Diperkirakan hanya beberapa sumber daya dari pangkalan di darat diperlukan seperti bahan bakar dan barang pakai lainnya termasuk fasiltas camp sementara. Namun demikian, instalasi dan konstruksi jalur pipa di pantai akan memerlukan sebuah tim kecil yang akan berpangkalan di lokasi di darat. Aktivitas konstruksi yang terkait dengan pembangunan pipa lepas pantai dapat dibagi menjadi fabrikasi dan pemasangan jalur pipa di pantai. Pekerjaan konstruksi akan dibagi menjadi fase-fase utama berikut ini: 1). Fabrikasi di Darat – Bagian-bagian struktural pipa akan difabrikasi, dirakit dan dites sebagai unit fungsional lengkap di bengkel fabrikasi di darat. 2). Angkutan ke Lokasi – Pipa yang telah di-pra-rakit akan diangkut dari tempattempat fabrikasi ke lepas pantai SM Bakiriang menggunakan tongkang khusus untuk tujuan tersebut. 3). Instalasi di Lepas Pantai – Fase konstruksi marine ini melibatkan pemancang fondasi dan pemasangan pipa.
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
II-92
PT PERTAMINA EP -PPGM
Setelah memancang tiang pemancang fondasi kemudian semua komponen pipa dan peralatan akan disambung dan dipersiapkan untuk tujuan komisioning.
Akan
tersedia sebuah kapal pendukung pekerjaan penyelaman apabila diperlukan pekerjaan di bawah laut. Pipa untuk pipa penyalur akan difabrikasi, di-corrosion coated dan concrete coated di tempat-tempat fabrikasi dan kemudian diangkut ke lokasi untuk dikonstruksi. Terdapat tempat-tempat di dasar laut yang terdiri dari gelombang pasir dan mungkin akan diperlukan pengerukan beberapa bagian gelombang pasir tersebut. Pipa penyalur akan diletakkan di dasar laut mengacu
pada Keputusan Menteri
Pertambangan dan Energi No 300.K/38/M.PE/1997 tertanggal 28 April 1997 tentang Keselamatan Kerja Pipa Penyalur Minyak dan Gas Bumi.
Platform risers mungkin
telah di-pra-instalasi pada pipa penyalur, tergantung dari enginiring dan penilaian rinci kondisi lingkungan.
Gambar 2.35 menunjukkan bagaimana teknik
pemasangan pipa gas bawah dasar laut.
2m
2m
2m
Gambar 2.35. Konstruksi Pipa Bawah Laut
Pipa penyalur lepas pantai disalurkan ke fasilitas di darat melalui suatu bagian yang lazim disebut shore approach pipa penyalur. Tempat ini biasanya merupakan transisi antara pipa penyalur bawah laut di garis pantai dan pipa penyalur di darat. Shoreline approach pipa penyalur dibangun menggunakan metode parit terbuka konvensional. Akan dibuat parit dari dataran lumpur dekat pantai ke suatu lokasi di darat.
Pipa penyalur akan dipasang di dalam parit tersebut dan diurug kembali
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
II-93
PT PERTAMINA EP -PPGM
menggunakan tanah setempat atau batu-batuan rekayasa.
Sesuai peraturan
Indonesia, pipa penyalur di shore approach harus diberi parit dan dikubur sampai kedalaman 2 m sampai kedalaman air 12 m.
Metode-metode konstruksi shore
approach pipa penyalur sedang diteliti untuk memperoleh solusi alternatif. Pra-Komisioning Pipa Penyalur. Pra-komisioning atau uji hidrostatik tidak menggunakan corrosion inhibitor , tetapi menggunakan air tawar. Pipa penyalur akan dibersihkan dan diukur sebelum air dikeluarkan. Pengeluaran air akan dlilakukan menggunakan udara, kompresor dan serangkaian pig trains dengan proses dewatering, drying dan purging . Untuk keamanan dan keselamatan bersama, beberapa upaya yang dilakukan terhadap ROW pipa adalah: dipasang rambu-rambu peringatan bahwa areal tersebut merupakan ROW inspeksi rutin (pipe checker) rutin maintenance ROW Jalur pipa akan dilengkapi dengan Emergency Shutdown Valve (ESDV) atau Local
Block Control Valve (LBCV) untuk mengantisipasi apabila terjadi kebocoran pipa, baik di darat maupun di laut. Jumlah fluida/gas yang terlepas jika terjadi kebocoran diperkirakan sebesar 45 MMSCF. Kegiatan Pembangunan Instalasi Jalur Pipa & Shore Approach berpotensi menimbulkan limbah berikut: a) Air Hydrotest – Sebelum pra-komisioning fasilitas dan pipa penyalur, maka akan digunakan air tawar untuk hydrotest bejana tekan dan pipa penyalur. Setelah 3
hydrotest, maka air yang kurang-lebih 20.000 m , akan dialirkan ke laut lepas. b) Gas buang dari Mesin Diesel – Tenaga listrik untuk camp akan dipasok oleh generator yang digerakkan mesin diesel. Mesin-mesin tersebut akan dilengkapi pengendali emisi standard dan akan mempergunakan BBM berkadar sulfur rendah guna meminimasi emisi sulfur dioksida. c) Pembersihan Peralatan – sebelum komisioning, peralatan akan dicuci secara internal. Limbah air cucian tersebut akan ditangani sama seperti air hydrotest.
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
II-94
PT PERTAMINA EP -PPGM
d) Gas Buang dari generator/ventilasi bejana – Operasi generator pembangkit listrik dan sejumlah kecil ventilasi bejana selama komisioning akan dilepas gas buang ke udara yang secara periodik akan dipantau. e) Grit (material sand blasting) – Sejumlah kecil grit dari operasi sand blasting akan terlepas ke lingkungan. f)
Barang Terjatuh – Pada aktivitas konstruksi penyalur dan kemungkinan akan ada barang terjatuh dari barge sekalipun relatif sedikit.
Kegiatan konstruksi instalasi pipa jalur alternatif–3 di lepas pantai SM Bakiriang ini berpotensi menimbulkan dampak negatif berikut: a) Gas buang dari Mesin Diesel dan generator pembangkit listrik menyebabkan penurunan kualitas udara secara lokal. b) Berbagai barang yang terjatuh, pengerukan, puing penimbunan batu akan berpotensi menimbulkan kerusakan batukarang. c) Tumpahan tidak sengaja jenis material, bahan bakar akan menurunkan kualitas air yang dapat mempengaruhi biota laut. d) Perusakan terumbu karang yang dilindungi e) Perusakan pantai untuk tempat bertelur burung Maleo yang dilindungi. f)
Kebutuhan lahan yang lebih luas yang berpotensi memunculkan keresahan masyarakat khususnya dalam proses penggantian nilai lahan
Adapun dampak positifnya berupa peluang berusaha apabila masyarakat sekitar pantai ada yang berminat untuk membuka usaha misalnya membuka warung makan, menjadi pemasok bahan mentah untuk rumah makan, membuka toko kelontong, dan sebagainya untuk memenuhi kebutuhan para pekerja.
5. Pengelepasan Tenaga Kerja Pada akhir masa konstruksi, tenaga kerja dilepaskan secara berangsur-angsur sampai dengan
berakhirnya
kontrak
kerja
di unit
kerja
masing-masing.
Pelaksanaan
penglepasan tenaga kerja sesuai dengan peraturan ketenagakerjaan yang berlaku. Kegiatan penglepasan tenaga kerja ini berpotensi menimbulkan dampak berupa hilangnya mata pencaharian penduduk dan pendapatan masyarakat, penurunan perekonomian lokal serta munculnya persepsi negatif masyarakat sehubungan nantinya akan meningkatkan angka pengangguran.
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
II-95
PT PERTAMINA EP -PPGM
C. Tahap Operasi 1. Penerimaan Tenaga Kerja Tenaga kerja untuk operasional produksi gas cukup besar, sebagian merupakan tenaga ahli dengan skill yang cukup tinggi sampai sangat tinggi, dan sebagian lainnya bukan tenaga ahli. Pelaksanaan penerimaan tenaga kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. a. Penerimaan tenaga kerja BS/GPF Jumlah personil yang dibutuhkan untuk mengoperasikan BS/GPF tahap awal tergantung pada opsi pengolahan yang dipilih. Tabel 2.25 menunjukkan perkiraan jumlah dan spesifikasi tenaga kerja untuk operasional masing-masing unit BS/GPF lebih kurang 26 orang. Tabel 2.25. Kebutuhan Spesifikasi dan Jumlah Tenaga Kerja Operasional dalam Satu Unit BS/GPF No 1.
Spesifikasi
Jumlah
Tenaga Un-skill a. Office-Boy
4
b. Cleaning services
4
c. Sopir kendaraan penumpang
2
d. Security
4 Jumlah
2.
Total
14
Tenaga Skill a. Operator produksi
8
b. Foreman produksi
4 Jumlah
12
Total
26
b. Penerimaan tenaga kerja penyaluran gas, pengangkutan kondensat dan sulfur Jumlah dan kualifikasi tenaga kerja untuk operasional transmisi gas, pengangkutan kondensat dan sulfur yang akan dibutuhkan hanya ± 28 orang (Tabel 2.26).
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
II-96
PT PERTAMINA EP -PPGM
Tabel 2.26. Kebutuhan Spesifikasi dan Jumlah Tenaga Kerja Penyaluran Gas, Pengangkutan Kondensat dan Sulfur No 1.
Spesifikasi
Jumlah
Tenaga Un-skill a. Office-Boy
2
b Sopir kendaraan ringan
6 Jumlah
2.
Total
8
Tenaga Skill a. Pipa checker
14
b. Operator peralatan berat
2
c. Foreman
2
b. Sopir kendaraan berat
2 Jumlah
Total
20 28
Kegiatan penerimaan tenaga kerja berdampak negatif terhadap proses sosial sebagai akibat adanya rasa tidak puas atau kecemburuan warga masyarakat sekitar yang tidak dapat diterima sebagai tenaga kerja. Kondisi ini akan memunculkan sikap dan persepsi negatif masyarakat. Namun pada sisi yang lain kegiatan ini berdampak positif terhadap kemungkinan munculnya berbagai kesempatan berusaha yang dapat dibuka oleh warga masyarakat untuk memenuhi keperluan para tenaga kerja. 2. Pemboran Sumur Pengembangan Sumur-sumur pengembangan di Donggi, Minahaki, Matindok, Sukamaju, dan Maleoraja dibor dengan menggunakan land-rig yang kapasitasnya sesuai dengan kedalaman yang akan dicapai. Peralatan pemboran telah dilengkapi dengan pencegahan semburan liar (blow out preventer), Standard Operation Procedure (SOP), dan penanggulangan keadaan darurat (emergency respon plan ). Peralatan berat yang telah selesai digunakan kemudian dimobilisasi dan didemobilisasi dengan kendaraan berat. Operasi pemboran sumur pengembangan berakibat timbulnya dampak berikut ini: a) Lumpur Pengeboran – Semua sumur akan dibor menggunakan lumpur yang waterbased dan tidak beracun. Pengeboran reservoar akan dilakukan menggunakan lowtoxicty, synthetic oil-based atau water-based mud.
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
II-97
PT PERTAMINA EP -PPGM
b) Cuttings – Cuttings yang akan dihasilkan selama pengeboran kira-kira 3000-3800 bbl, dan cuttings akan dikelola sesuai dengan peraturan yang berlaku. c) Gas buang dari Mesin Diesel – Tenaga listrik untuk camp akan dipasok oleh generator yang digerakkan mesin diesel.
Mesin-mesin tersebut akan dilengkapi
pengendali emisi standard dan akan mempergunakan BBM berkadar sulfur rendah guna meminimasi emisi sulfur dioksida. d) Pengerukan – Sisa hasil pengerukan tanah akibat kegiatan konstruksi akan ditimbun di tempat yang ditentukan yang kemungkinan akan dapat digunakan kembali untuk penimbunan. e) Puing dari Pembuangan Bebatuan – Puing bebatuan akan ditimbun di suatu tempat urukan tanah yang ditentukan f)
Limbah Sanitasi – Air limbah sanitasi akan dikumpulkan dan diolah sampai standard yang berlaku sebelum dialirkan ke sungai.
Kegiatan pemboran sumur-sumur pengembangan struktur Donggi, Minahaki, Matindok, Sukamaju dan Maleoraja berpotensi menimbulkan dampak negatif berikut: a) Gas buang dari Mesin Diesel
dan generator pembangkit listrik menyebabkan
penurunan kualitas udara secara lokal, yang bisa membayakan kesehatan manusia. b) Lumpur pengeboran yang water-based dan tidak beracun, material sand blasting (grit) cuttings yang dicuci, dan air pembersihan peralatan sebelum komisioning yang dibuang
di
sungai
akan
berpotensi
menurunkan
kualitas
air
sungai
dan
mempengaruhi lehidupan biota air. c) Tumpahan tidak sengaja jenis material, bahan bakar atau cat juga akan menurunkan kualitas air yang dapat mempengaruhi biota air. Adapun dampak positifnya berupa peluang berusaha apabila masyarakat sekitar ada yang berminat untuk membuka usaha misalnya membuka warung makan, menjadi pemasok bahan mentah untuk rumah makan, membuka toko kelontong, dan sebagainya untuk memenuhi kebutuhan para pekerja. 3. Operasi Produksi di Fasilitas Produksi Gas Seluruh produksi dari sumur-sumur gas dialirkan ke fasilitas produksi gas berupa Block
Station, setelah melalui Header Manifold, gas akan masuk ke dalam separator. Dari BS,
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
II-98
PT PERTAMINA EP -PPGM
gas yang sudah mengalami pemisahan pada tahap awal akan dialirkan ke CO2 and H2 S
removal plant atau AGRU (Acid Gas Removal Unit) dan SRU (Sulfur Recovery Unit) masing-masing untuk menurunkan kadar CO2 dan H2S, selanjutnya gas dikeringkan di
Unit TEG dehydratiion (DHU) dan kelembabannya di kontrol menggunakan DEW Point Control (DCU). Gas yang telah memenuhi standar gas sale diukur melalui fasilitas metering dan dialirkan melalui pipa ke Kilang LNG. Sulfur (belerang) hasil pemisahan dari gas alam dalam bentuk cake/biosulfur yang dapat langsung di landfill atau dapat digunakan sebagai pupuk. Sedangkan kondensat langsung dialirkan ke tangki penimbun kondensat untuk selanjutnya dikirim dengan mobil tangki
ke Tangki Penampung
Kondensat milik JOB Pertamina-Medco Tomori Sulawesi di Bajo. Flare didisain untuk menangani dua proses, yaitu untuk mengatur dan membuang gas ringan tekanan tinggi dalam kondisi tidak normal (blowdown) , dan untuk Penglepasan dan mengaburkan gas buang yang didalamnya masih mengandung partikel gas CO 2 rendah. Limbah yang berasal dari Pengoperasian Fasilitas Produksi Gas, misalnya : 1) Limbah mengandung gas a) Emisi gas dari penggerak peralatan utama. Peralatan utama, seperti kompresor, genset dan pompa-pompa menggunakan mesin berbahan bakar gas. Gas buang hasil pembakaran akan dilepas ke udara terbuka. b) Emisi gas dari penggerak mesin – Cadangan tenaga listrik menggunakan mesin pembangkit berbahan bakar diesel. Mesin diesel akan dipakai hanya sewaktu penggerak mesin utama tidak bekerja. Limbah dari mesin dalam bentuk gas buang akan dilepas ke udara terbuka. c) Gas cerobong pemanas regenerator glycol – Regenerasi glycol yang dipakai pada unit pengering adalah dengan cara menguapkan air yang diserap dalam pemanas semburan-gas. Gas cerobong pemanas akan dilepas ke udara terbuka. d) Emisi suar api (flare stack) – Suar api didisain untuk menangani dua proses, yaitu untuk mengatur dan membuang gas ringan tekanan tinggi dalam kondisi tidak normal atau darurat, dan untuk Penglepasan dan mengaburkan gas buang yang di dalamnya masih mengandung partikel gas masam yang mengandung CO2 rendah. Emisi dapat meningkat secara signifikan selama operasi tidak normal, namun jangka waktunya pendek.
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
II-99
PT PERTAMINA EP -PPGM
2) Limbah cair a) Air
Terproduksi
– Fasilitas
pengolahan
meliputi
pemisahan
setiap
air
terproduksi. Air terproduksi akan ditangani tersendiri di instalasi pengelolaan air limbah (IPAL), sampai kualitasnya memenuhi ketentuan yang ditetapkan untuk air buangan sebelum dilepas ke badan air. b) Limbah Domestik Cair – Limbah dari Kakus akan diproses dalam septic tank. Sementara
limbah
dari kamar mandi, air dari dapur langsung dialirkan ke
sungai. c) Limbah dari Pengeringan Permukaan – Air yang berasal dari hujan yang menimpa kompleks BS dan GPF, air yang digunakan untuk pembersihan dan pencucian lantai dan atau fasilitas produksi yang tidak mengandung polutan akan dialirkan melalui saluran drainase dan dialirkan ke sungai. Sementara air untuk pengeringan yang mengandung polutan akan dialirkan IPAL. 3) Limbah padat a) Limbah Domestik Padat – Limbah padat organik yang mudah terbakar dikumpulkan di tempat pembuangan sementara (TPS) dan selanjutnya dibuang di tempat pembuangan akhir (TPA) yang telah ditentukan kemudian dibakar. Sementara sampah padat umum yang tidak mudah terbakar yang tidak membahayakan kesehatan seperti gelas, plastik dan fiber akan dipisah-pisahan, kemudian akan ditangani lebih lanjut. b) Limbah Padat Industri – Bahan kimia yang berasal dari bahan-bahan yang digunakan untuk proses atau sisa proses seperti filter-filter bekas, potongan
waste baskets, besi, kawat, lampu, aki, drum plastik bekas kemasan bahan kimia, oli bekas dikumpulkan dan ditampung sementara pada lokasi yang telah disiapkan khusus, dan kemudian akan ditangani lebih lanjut oleh pihak ketiga yang mempunyai ijin pengelolaan limbah B3. Kegiatan ini berpotensi
menimbulkan dampak negatif
berupa keresahan
masyarakat karena kekhawatiran penduduk akan berkurangnya keleluasaan penduduk dalam melakukan aktivitas di tempat-tempat yang berdekatan dengan lokasi penanaman pipa. Dampak lainnya adalah terganggunya keamanan dan keselamatan penduduk apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan seperti kemungkinan terjadinya kebocoran pipa gas yang akan membahayakan bagi kesehatan manusia di sekitarnya.
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
II-100
PT PERTAMINA EP -PPGM
Kegiatan operasi produksi di BS dan GPF menghasilkan limbah yang berpotensi menimbulkan dampak lingkungan berikut. a) Limbah yang mengandung gas dari emisi limbah dari penggerak turbin, penggerak mesin dan suar api akan menyebabkan penurunan kualitas udara di sekitarnya. b) Limbah cair dari bekas air formasi setelah
diolah untuk membuang minyak
bebasnya dan kemudian dibuang ke sungai akan berpotensi menurunkan kualitas air permukaan. c) Sampah padat yang berasal dari para pegawai dari dalam komplek BS/GPF bila tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan pencemaran lingkungan. 4.
Penyaluran Gas Melalui Pipa ke LNG Plant Pengiriman gas dari pipa BS/GPF dengan cara 2 (dua) alternatif berikut ini. Alternatif – 1 Pipa gas dari BS ke LNG Plant dibangun oleh Pertamina (PPGM). Pipa 16” dari BS Donggi bergabung dengan pipa 16” dari BS Matindok di junction yang terletak di Desa Nonong. Selanjutnya gas dikirim ke LNG Plant dengan pipa 18”. Alternatif – 2 Pipa dari BS ke LNG Plant digabung dengan pipa yang dibangun oleh MEDCO Tomori. Pip 16” dari BS Donggi bergabung di junction MEDCO di Desa Sinorang. Selanjutnya gas dikirim dengan pipa 32” ke LNG Plant. Pipa 16” dari BS Matindok bergabung dengan pipa 32” (trunkline ) MEDCO di junction di Desa Nonong. Produksi gas yang dikirim rata-rata 300 MMSCFD. Pada inlet pipa, terdapat custudy
meter untuk mengetahui jumlah gas yang dikirim. Jalur pipa gas dirancang sedemikian rupa, untuk melindungi pipa dan lingkungan dari bencana dan pencemaran, sedapat mungkin menghindari daerah-daerah yang padat pemukiman. Pipa diberi lapisan pembungkus (coating), pencegahan korosi dan ditanam dalam tanah untuk melindungi dari kemungkinan bocor akibat kerusakan. Aliran dan tekanan gas dipantau secara terus-menerus terhadap adanya indikasi kebocoran pipa. Apabila terdeteksi adanya gejala kebocoran, operator akan segera melaksanakan SOP yang telah ditentukan sesuai dengan jenis kejadian yang berlangsung, terutama tindakan pengamanan operasi dan sistem isolasi. Untuk kepentingan pembersihan dan keselamatan operasi teknis lainnya, di kedua ujung saluran gas dilengkapi pig launcher and receiver dan dilengkapi dengan venting.
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
II-101
PT PERTAMINA EP -PPGM
5. Pengangkutan Kondesat dan Sulfur dengan Transportasi Darat Kondensat dan sulfur yang berasal dari separator Block Station ditampung dalam Tangki Penampung sebelum diangkut ke Tangki Penampung Kondensat dan sulfur milik JOB Pertamina-Medco Tomori Sulawesi di Bajo, Sinorang. Jumlah tangki penampung yang dipakai sebanyak 2 buah yang dioperasikan secara bergantian. Minyak/ kondensat dan sulfur akan diangkut dari Block Station ke Bajo, Sinorang dengan menggunakan road
tank atau mobil tangki. Kegiatan pengangkutan kondensat dan sulfur melalui jalan darat dari fasilitas produksi gas dilakukan dengan menggunakan mobil tanki ke lokasi Tangki Penampung Kondensat dan sulfur milik JOB Pertamina-Medco Tomori Sulawesi di Bajo, Sinorang. Kegiatan ini akan menyebabkan gangguan kelancaran lalulintas berupa kecepatan laju di ruas jalan yang relatif sempit menjadi lebih lambat, dan karena muatan yang berat akan meningkatkan resiko kerusakan jalan dan jembatan. Selain itu resiko terhadap keselamatan berlalulintas juga menjadi lebih tinggi yang diantaranya ditandai dengan banyaknya terjadi kecelakaan lalulintas.
6. Pemeliharaan Fasilitas Produksi Kegiatan pemeliharaan fasilitas produksi waktunya secara berkala, tergantung dari masing-masing jenis peralatan produksi. Kegiatan pemeliharaan di fasilitas produksi gas antara lain: perawatan terhadap kompresor, generator, pompa, tangki timbun kondensat, tangki timbunan sulfur, sumur produksi dan pipa. Kegiatan pemeliharaan tersebut bertujuan untuk pembersihan kotoran, perbaikan dan atau penggantian. Perawatan tangki timbun akan dilakukan sekitar 10 tahun sekali, dan akan menghasilkan sludge . Penanganan terhadap sludge akan dilakukan dengan mengacu kepada Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya Beracun. Bahan kimia yang digunakan dalam kegiatan pemeliharaan peralatan dan pemrosesan air, diantaranya gas corrosion inhibiitor, gas dehydrator, reverses demulsifier, portable
water desinfectant (calcium hypochloride), potable water coagulant, potable water neutralizer (caustic soda) dan cleaner. Mitigasi dampak lingkungan akibat kebocoran pipa, telah disusun suatu rencana tanggap darurat (emergency response plan). Dengan
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
II-102
PT PERTAMINA EP -PPGM
prosedur tersebut, apabila diketahui kebocoran/pencemaran dapat ditanggulangi secara dini. Penggunaan bahan kimia dalam kegiatan pemeliharaan peralatan dan fasilitas pemrosesan gas seperti gas corrosion inhibitor, gas dehydrator, reverses demulsifier,
potable water desinfectant (calcium hypochloride), potable water coagulant, potable water neutralizer (caustic soda) dan cleaner yang bila tercuci kemudian mengalir ke badan air akan menyebabkan penurunan kualitas air di sekitar fasilitas produksi yang dipelihara.
D. Tahap Pasca Operasi 1. Penutupan Sumur Penutupan operasi sumur dilakukan dengan sumbat semen dan bridge plug dipasang sesuai dengan ketentuan dan dilakukan uji tekanan. Pada kegiatan ini jenis pekerjaannya mencakup antara lain: isolasi zona lubang terbuka, isolasi pada lubang terbuka, penyumbatan atau pengisolasian interval perforasi, penyumbatan tunggul selubung/linier, penyumbatan selubung 9”, pengujian sumbat, pemotongan dan pengangkatan selubung 9” yang tidak bersemen, pemotongan bagian atas casing sampai sekitar 5 m di bawah permukaan tanah dan mud line suspension diangkat, dan pemasangan sumbat semen permukaan (penutup). Laporan peninggalan sumur disampaikan ke BPMIGAS dan Ditjen MIGAS.
2. Penghentian Operasi Produksi Gas Penghentian operasi produksi dan penyaluran gas dilakukan dengan pembersihan pipa transmisi dari sisa gas dengan cara flarring sebelum penghentian operasi produksi gas. Sementara itu penutupan operasi BS/GPF dilakukan dengan mengikuti prosedur, untuk menjamin keamanan yang tinggi dan untuk menghindari bahaya semburan liar, tumpahan kondesat, kebakaran dan kecelakaan kerja. Elemen-elemen yang dapat menyebabkan adanya bahaya tersebut akan diidentifikasi dan tolok ukur pencegahan yang tepat dalam menerapkan standar dan kode yang berlaku. Laporan peninggalan sumur, jalur pipa, BS/GPF dan fasilitas lain disampaikan ke Ditjen MIGAS.
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
II-103
PT PERTAMINA EP -PPGM
3. Pembongkaran dan Demobilisasi Peralatan Pada saat selesainya masa operasi produksi gas (diperkirakan sekurang-kurangnya 20 tahun), peralatan, jaringan pipa dan fasilitas yang telah dipasang akan dibongkar dan dipindahkan ke tempat yang telah ditentukan. Pembongkaran pipa ini dimaksudkan bahwa dengan tidak dioperasionalkan lagi pipa untuk mengalirkan gas, dimungkinkan pipa akan kororosif dan dapat menyebabkan amblesnya permukaan tanah di atasnya yang sangat membahayakan bagi manusia, binatang dan komponen lingkungan lainya. Penanganan terhadap lahan bekas lokasi fasilitas yang telah dibongkar meliputi pengurugan kembali lobang bekas bongkaran pipa, pembersihan dan rehabilitasi lahan terbuka yang dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Laporan tentang peninggalan lokasi bekas peralatan, jaringan pipa dan fasilitas lainnya disampaikan kepada BPMIGAS dan Ditjen Migas. Demobilisasi peralatan diperkirakan akan berpotensi menimbulkan dampak terjadinya peningkatan kepadatan lalulintas yang mengakibatkan terganggunya kelancaran lalulintas, terjadinya kerusakan jalan dan jembatan yang dilalui kendaraan berat dan potensial adanya kecelakaan lalulintas. 4. Revegetasi Lahan bekas lokasi pipa dan fasilitas lain yang telah dibongkar diurug kembali, diratakan dan dibersihkan. Kemudian pada lahan tersebut dilakukan revegetasi dengan berbagai vegetasi lokal yang cepat tumbuh sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kegiatan revegetasi tersebut dapat menyebabkan tertutupnya kembali lahan bekas kegiatan dengan berbagai vegetasi sehingga akan dapat meningkatkan keanekaragaman flora dan fauna di lokasi tersebut. 5. Penglepasan Tenaga Kerja Pada akhir operasi produksi gas, tenaga kerja dilepaskan secara berangsur-angsur sampai dengan berakhirnya kontrak kerja di unit kerja masing-masing. Pelaksanaan penglepasan tenaga kerja sesuai dengan peraturan ketenagakerjaan yang berlaku. Kegiatan penglepasan tenaga kerja ini berpotensi menimbulkan dampak berupa hilangnya mata pencaharian penduduk dan pendapatan masyarakat, penurunan perekonomian lokal dan munculnya persepsi negatif masyarakat terkait akan adanya peningkatan angka pengangguran. Adapun ringkasan dari hasil telaahan kaitan antara komponen rencana kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap komponen lingkungan hidup disajikan pada tabel berikut.
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
II-104
PT PERTAMINA EP -PPGM
Tabel 2.27. Ringkasan Kaitan Komponen Rencana Kegiatan “Bagian Hulu” dengan Dampak Lingkungan yang Mungkin Timbul Lokasi No Komponen kegiatan yang menimbulkan dampak Komponen Kegiatan A. Tahap Prakonstruksi 1. Pembebasan lahan dan tanam Areal untuk sumur pengembangan, tumbuh fasilitas produksi gas, dan jalur pipa gas . 2. Penerimaan tenaga kerja Khususnya Kecamatan Toili Barat, setempat Toili, Batui, Kintom dan Kabupaten Banggai umumnya. B. Tahap Konstruksi 1. Mobilisasi dan demobilisasi Jalan raya dari dan ke pelabuhan peralatan, material dan tenaga bongkar muat material menuju kerja areal untuk sumur pengembangan fasilitas produksi gas, dan jalur pipa gas. 2. Pembukaan dan pematangan Sekitar areal sumur lahan pengembangan, fasilitas produksi gas, dan jalur pipa gas.
3.
4.a
4.b
5.
Jenis dampak potensial yang Ditimbulkan Perubahan, perubahan pola kepemilikan lahan penduduk, fungsi lahan proses sosial, perubahan sikap dan persepsi masyarakat. peningkatan pendapatan masyarakat, proses sosial, perubahan sikap dan persepsi, terbuka kesempatan berusaha.
kebisingan, getaran, peningkatan kadar debu, mempengaruhi transportasi darat: gangguan kelancaran lalulintas, gangguan keselamatan berlalulintas, kerusakan jalan dan jembatan dan perubahan sikap dan persepsi masyarakat. Perubahan iklim mikro, perubahan bentang lahan, peningkatan debit aliran air permukaan, peningkatan erosi, kebisingan, peningkatan kadar debu, penurunan kualitas sanitasi lingkungan, gangguan pola aliran air irigasi dan sungai yang terpotong jalur pipa gas, gangguan lalulintas jalan yang terpotong jalur pipa, pengurangan penutupan lahan oleh vegetasi, penurunan flora dan satwa liar, perubahan kualitas air tanah dangkal, perubahan sikap dan persepsi masyarakat, terbukanya kesempatan berusaha. Kegiatan konstruksi fasilitas Sekitar sumur pengembangan, Penurunan kualitas udara, peningkatan produksi gas (BS – GPF) BS-GPF di 2 lokasi (Donggi dan kebisingan, penurunan kualitas air permukaan, Matindok), 1 BS di Sukamaju. penurunan debit air sungai sekitar lokasi hydrotest, penurunan biota air tawar, penurunan kualitas sanitasi lingkungan, peningkatan pendapatan masyarakat, perubahan sikap dan persepsi masyarakat, terbukanya peluang berusaha, Kegiatan pemasangan pipa Sekitar jalur pipa gas di darat: MS Gangguan lalulintas penduduk, kebisingan, penyalur gas di darat di Minahaki – BS/GPF Donggi; peningkatan kadar debu, penurunan kualitas (Alternatif-1 dan 2) BS/GPF Donggi – LNG Plant; udara, penurunan kualitas air permukaan, BS/GPF Matindok – junction ke penurunan biota air tawar, peningkatan erosi, pipa 28” yg menuju LNG Plant penurunan debit sungai di sekitar kegiatan hydrotest, gangguan pada sistem irigasi dan drainase, penurunan kualitas sanitasi lingkungan, perubahan sikap dan persepsi masyarakat, terbukanya kesempatan berusaha. Kegiatan pemasangan pipa Sekitar pantai SM Bakiriang. Penurunan kualitas udara lokal, penurunan lepas pantai kualitas air laut, penurunan biota air laut, rusaknya pantai sebagai tempat bertelur burung Maleo, rusaknya terumbu karang, perubahan sikap dan persepsi masyarakat, terbuka kesempatan berusaha. Penglepasan tenaga kerja Areal sumur, BS-GPF, pemasangan Penurunan kesempatan kerja, penurunan pipa gas kesempatan berusaha, penurunan pendapatan masyarakat dan sikap dan persepsi negatif masyarakat
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
II-105
PT PERTAMINA EP -PPGM
Tabel 2.27. Lanjutan Komponen kegiatan yang Lokasi Jenis dampak potensial yang menimbulkan dampak Komponen Kegiatan Ditimbulkan C. Tahap Operasi 1. Penerimaan tenaga kerja Khususnya Kecamatan Toili Barat, peningkatan pendapatan masyarakat, perToili, Batui, Kintom dan Kabupaten tumbuhan ekonomi lokal, gangguan proses Banggai umumnya. sosial, perubahan sikap dan persepsi, terbukanya kesempatan berusaha 2. Kegiatan pemboran sumur Sekitar lokasi sumur Penurunan kualitas udara lokal, penurunan pengembangan pengembangan di Donggi, kualitas air permukaan, penurunan biota air Minahaki, Matindok, Sukamaju dan tawar, perubahan sikap dan persepsi Maleoraja masyarakat, terbuka kesempatan berusaha 3 Operasi produksi gas di BS- Sekitar 2 lokasi BS-GPF di Donggi Perubahan iklim mikro, penurunan kualitas air GPF dan Matindok permukaan, penurunan vegetasi dan komunitas satwa liar, penurunan kualitas udara, kebisingan, penurunan tingkat kesehatan masyarakat, pendapatan masyarakat, terbukanya kesempatan berusaha, gangguan proses sosial, pelapisan sosial, perubahan sikap dan persepsi masyarakat 4. Penyaluran gas melalui pipa Sekitar jalur pipa gas Perubahan sikap dan persepsi masyarakat 5. Pengangkutan kondensat dan Sepanjang jalan raya dari BS-GPF Mempengaruhi transportasi darat yaitu: sulfur dengan transportasi Matindok dan Donggi ke Tangki kelancaran lalulintas, keselamatan lalulintas, darat Penampung di Bajo kerusakan jalan dan jembatan 6. Pemeliharaan fasilitas produksi Sekitar sumur pengembangan, 2 Penurunan kualitas air permukaan, perubahan BS-GPF di Donggi dan Matindok sikap dan persepsi masyarakat dan BS di Sukamaju D. Tahap Pasca Operasi 1. Penutupan Sumur Lokasi sumur pengembangan –– 2. Penghentian operasi produksi Sekitar BS-GPF di Donggi dan Penurunan kebisingan, peningkatan kualitas gas Matindok udara, peningkatan kualitas air permukaan, penurunan kepadatan lalulintas, perubahan sikap dan persepsi masyarakat 3. Pembongkaran dan Di tapak BS-GPF dan jalan raya di Gangguan pada transportasi darat yaitu: demobilisasi peralatan sekitar lokasi yang dilalui keselamatan dan kelancaran lalulintas di jalan pengangkutan perlatan tersebut raya dan peningkatan resiko kerusakan jalan raya dan jembatan, perubahan sikap dan persepsi masyarakat 4. Revegetasi Lokasi bekas tapak sumur, BS-GPF Peningkatan penutupan lahan oleh vegetasi, dan jalur pipa. peningkatan populasi satwa liar 5. Penglepasan tenaga kerja Khususnya Kecamatan Toili Barat, Peningkatan pengangguran, penurunan Toili, Batui, Kintom dan Kabupaten pendapatan masyarakat, penurunan kesempatan Banggai umumnya berusaha, perubahan sikap dan persepsi masyarakat
No
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
II-106
PT PERTAMINA EP -PPGM
2.3.2. Kegiatan Bagian Hilir A. Tahap Prakonstruksi Komponen rencana kegiatan pada tahap prakonstruksi kegiatan bagian hilir yang berpotensi menimbulkan dampak adalah kegiatan pembebasan lahan dan tanam tumbuh dan penerimaan tenaga kerja. 1. Pembebasan Lahan dan Tanam Tumbuh Pada lokasi
untuk pembangunan kilang LNG dan Pelabuhan Khusus serta fasilitas
lainnya akan dilakukan pembebasan lahan dan tanam tumbuh. Lahan yang akan digunakan diusahakan bukan lahan permukiman. Luas lahan yang akan dibebaskan meliputi untuk kilang LNG ± 300 Ha termasuk lahan untuk pelabuhan/Pelabuhan Khusus beserta fasilitas pendukungnya. Proses pembebasan lahan dan pemberian kompensasi tanam tumbuh akan dilaksanakan melalui panitia sembilan. Kegiatan ini berpotensi akan menimbulkan persepsi masyarakat terhadap rencana kegiatan. Pengadaan lahan yang akan dilakukan pada tahap kegiatan ini akan dilakukan secara jual-beli, sesuai dengan kesepakatan bersama. Kegiatan ini diprakirakan akan memunculkan dampak berupa terjadinya perubahan fungsi lahan, perubahan jenis/ sumber mata pencaharian penduduk dan perubahan pola kepemilikan lahan penduduk. Pengadaan lahan ini akan meningkatkan pendapatan/penghasilan masyarakat setempat, khususnya para pemilik lahan. Peningkatan pendapatan ini akan dapat menimbulkan persepsi positif bagi para pemiliknya, namun sebaliknya apabila dalam kegiatan pengadaan lahan tersebut tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pemilik lahan, akan berpotensi memunculkan konflik sosial di masyarakat yang pada akhirnya akan dapat menyebabkan munculnya persepsi negatif masyarakat terhadap rencana kegiatan. 2. Penerimaan Tenaga Kerja Tenaga Kerja konstruksi harus orang Indonesia, dengan pengecualian yang sangat terbatas di mana diperlukan kecakapan spesialis dan yang tidak tersedia di Indonesia. Pelaksanaan rekrutmen tenaga kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. Personil setempat yang telah memenuhi kualifikasi untuk pekerjaan tertentu akan direkrut. Ada kemungkinan sejumlah tenaga kerja akan didatangkan dari daerah lain bila tenaga dengan kualifikasi yang sama tidak dapat dipenuhi dari penduduk lokal. Selama masa konstruksi akan dibangun dan dioperasikan
camps untuk menyediakan tempat tinggal, makanan, air, perawatan medis, dan kebutuhan penting pekerja yang lain.
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
II-107
PT PERTAMINA EP -PPGM
Tenaga kerja untuk pembangunan kilang LNG dan Pelabuhan Khusus serta fasilitas lainnya diperkirakan membutuhkan ± 3000 pekerja dengan berbagai macam keahlian (skill), dengan perincian tenaga skill sebanyak ± 1015 orang dan tenaga
unskill sebanyak ± 1950 orang. Jumlah, persyaratan dan spesifikasi kebutuhan tenaga untuk pembangunan Kilang LNG dan Pelabuhan Khusus beserta fasilitas pendukungnya disajikan pada tabel berikut.
Tabel 2.28. Kebutuhan Spesifikasi dan Jumlah Tenaga Kerja Pembangunan Kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan Fasilitas Pendukung Spesifikasi
Jumlah
Total
1. Tenaga Un-Skill a. Penjaga malam
110
b. Office boy
50
c. Pembantu rumah tangga
50
d. Tukang gali
540
e. Pembantu tukang pekerjan sipil
540
f. Tukang-tukang pekerjaan sipil
400
g. Tukang las pipa air
130
h. Sopir kendaraan penumpang
130 Jumlah
1950
2. Tenaga Skill a. Engineer project
270
b. Drafter
110
c. Foremen
170
d. Operator alat berat
130
e. Operator mesin berputar
130
f. Mekanik
130
g. Sopir kendaraan berat
110
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
Jumlah
1015
Total
3000
II-108
PT PERTAMINA EP -PPGM
Diperkirakan bahwa akan ada 3000 lebih personil di lokasi pada saat aktivitas konstruksi Kilang LNG puncak, yang akan bertambah secara bertahap, kemudian akan berkurang dengan selesainya pekerjaan. Pemrakarsa menyadari bahwa angkatan kerja sebesar ini perlu dikelola dengan ketat seperti berikut ini: a) Pedoman yang komperhensif bagi Kesehatan, Keselamatan dan Perlindungan Lingkungan. b) Pedoman yang komprehensif bagi hubungan masyarakat. c) Orientasi lokasi pada saat kedatangan. d) Kesejahteraan camp, penetapan standard minimum yang dapat diterima. e) Cek kesehatan pra-kerja, skrining terhadap obat-obatan terlarang dan alkohol dan uji petik. f)
Fasilitas rekreasi camp.
g) Penyediaan fasilitas penunjang medis yang memadai, dan rencana tanggap darurat. h) Persyaratan jam kerja di lokasi dan cuti pulang ke rumah. i)
Transportasi di lokasi.
j)
Fasilitas Ibadah.
k) Pengelolaan limbah camp dan konstruksi. l)
Keamanan dan perlindungan masyarakat setempat.
m) Hubungan dengan masyarakat setempat. Hal-hal tersebut di atas akan dirinci dalam dokumen lingkup kerja Pertamina EP untuk ditaati sub-kontraktor. Pemrakarsa juga akan memastikan bahwa para sub-kontraktor tingkat bawah dan tenaga kerja terampil menyadari dan tunduk terhadap aturan dan prosedur yang berlaku.
Pengelola camp yang ahli dan berpengalaman luas akan
dipekerjakan oleh kontraktor Pertamina EP untuk melaksanakan hal tersebut di atas, sesuai standard yang ditetapkan Pemrakarsa.
Dengan melihat tingkat kebutuhan tenaga kerja yang akan dilibatkan dalam kegiatan pembangunan kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan prasarana serta fasilitas lainnya, maka kemungkinan besar tenaga kerja untuk tahap kegiatan ini tidak akan cukup bila hanya dipenuhi dari tenaga kerja yang berasal dari penduduk lokal, mengingat untuk kegiatan ini sangat banyak membutuhkan tenaga kerja yang harus memiliki kualifikasi dan sertifikasi tertentu. Oleh karena itu berkaitan dengan kenyataan di atas, dampak
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
II-109
PT PERTAMINA EP -PPGM
potensial yang akan muncul yaitu berupa kecemburuan sosial bagi tenaga kerja lokal yang tidak dapat dilibatkan sebagai tenaga kerja, sedangkan pada sisi lain akan muncul dampak potensial berupa munculnya persepsi positif terhadap kegiatan proyek karena penduduk lokal dapat dilibatkan sebagai tenaga kerja dan kemungkinan adanya kesempatan berusaha untuk memenuhi keperluan hidup pada pekerja. B. Tahap Konstruksi Selama keseluruhan kegiatan konstruksi, suatu program akan dilaksanakan untuk mengawasi pembuangan limbah konstruksi dengan cara yang sesuai dengan aturan dan peraturan lingkungan hidup Indonesia. Pemrakarsa akan mengadakan perencanaan sebagai program pemantauan untuk memastikan dilaksanakannya aturan dan peraturan tersebut. Komponen kegiatan pada tahap konstruksi dan limbah spesifik serta dampakdampak yang diperkirakan akan timbul akan dibahas di bawah ini. 1. Mobilisasi dan Demobilisasi Peralatan, Material dan Tenaga Kerja Kegiatan pengangkutan alat dan bahan serta tenaga kerja untuk pembangunan kilang LNG dan fasilitas Pelabuhan Khusus akan menggunakan jasa angkutan laut dan darat ke lokasi rencana kegiatan pembangunan kilang LNG. Peralatan dan material yang diangkut volumenya sangat besar. Tipikal peralatan utama bagi konstruksi Kilang LNG, Pelabuhan Khusus berikut fasilitas yang terkait disajikan dalam Tabel 2.29. Pengaturan mobilisasi dan demobilisasi yang tepat dari jenis peralatan, kuantitas puncak, total jangka waktu di lokasi, dan sumber peralatan konstruksi akan tergantung pada strategi pelaksanaan konstruksi yang tepat dari kontraktor utama, jadwal dan ketersediaan peralatan.
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
II-110
PT PERTAMINA EP -PPGM
Tabel 2.29. Peralatan Konstruksi Kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan Fasilitas Pendukungnya Uraian Ambulans
Backhoe/loaders Bus Kompresor udara, 100 cfm sampai 600cfm Derek, 15 ton kebawah Derek, 22 ton sampai 40 ton Derek, 50 ton Derek, 110 ton Derek, 225 ton Derek, 1200 ton Tower Crane Forklif Generator, 220 kW ke bawah Generator, 360 kW Generator, 1.0MVA Lampu, kilang dan menara Prime movers Tangker Bahan Bakar Tangker Air Traktor/truk Trailer Truk Mesin Las, diesel Mesin Las, listrik
Kuantitas Puncak 2 2 100 16 10 15 10 6 3 1 1 10 4 6 8 6 10 2 2 10 30 30 80 65
Kegiatan mobilisasi dan demobilisasi peralatan berat dan material yang melalui jalur darat akan banyak diangkut dengan kendaraan berbadan besar dan melampaui kelas jalan akan menimbulkan dampak peningkatan kebisingan, getaran dan kadar debu ke lingkungan sekitar, gangguan kelancaran lalu lintas setempat, keselamatan pengguna jalan, kerusakan jalan dan jembatan serta mengganggu aktivitas penduduk.
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
II-111
PT PERTAMINA EP -PPGM
2. Pembukaan dan Pematangan Lahan Kegiatan pembukaan dan pematangan lahan mencakup: a) Penebangan dan pembersihan pohon dan semak belukar pada lokasi tapak proyek, yang luasnya sesuai dengan keperluan peruntukan lahannya. b) Perataan dan penimbunan pada lokasi tapak kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya.
Kegiatan pembukaan dan pematangan lahan akan berakibat terbentuknya limbahlimbah berikut ini: 1) Pembukaan - Perataan dan Pengerasan Lahan-Pembukaan untuk fasilitas (base
camp, jalan, laydown area ) akan dilaksanakan dengan penebangan dan perataan sedikitnya footprint yang diperlukan untuk mendukung pekerjaan yang sedang berlangsung secara aman. Diantisipsi bahwa tidak akan mendatangkan bahan untuk pengurukan. Pemotongan lebih, apabila ada akan disimpan di lokasi atau dibuang di suatu daerah offsite yang ditunjuk. 2) Pengerukan - Pengerukan mungkin diperlukan untuk pembangunan Pelabuhan Khusus dalam Kilang LNG. Apabila hal tersebut diperlukan, maka bahan pengerukannya akan ditimbun di darat sebagai daerah barang bekas untuk digunakan kembali di mana mungkin. 3) Limbah sanitasi - Limbah sanitasi yang berasal dari camp pekerja akan dikelola di lokasi. 4) Sampah - Limbah Padat yang berasal dari camp pekerja akan ditimbun di dalam tempat pengurukan di lokasi. 5) Gas Buang dari Mesin Diesel – Tenaga listrik untuk camp pekerja akan dipasok oleh generator yang digerakkan mesin diesel.
Mesin-mesin tersebut akan dilengkapi
pengendali emisi baku dan akan menggunakan solar berkadar belerang rendah guna meminimasi emisi sulfur dioksida. 6) Emisi knalpot Mesin dan Kendaraan – Pengoperasian peralatan konstruksi dan kendaraan personil akan menghasilkan emisi knalpot dalam jumlah kecil. 7) Pembukaan, Perataan dan Pemadatan Lahan – Pembukaan, Perataan dan Pemadatan untuk Kilang LNG Induk dan fasilitas terkait akan dilaksanakan dengan cara:
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
II-112
PT PERTAMINA EP -PPGM
a) Pemotongan dan pengambilan footprint minimum untuk menopang pekerjaan yang sedang berlangsung secara aman. Kurang-lebih 1.600.000 meter kubik material harus dipotong untuk mempersiapkan lokasi kilang LNG, di mana mayoritas material yang dipotong terkait dengan persiapan tempat tangki penimbun LNG. b) Pengurukan dan pemadatan bidang tanah yang rendah untuk mendapatkan daerah yang rata yang diperlukan untuk tapak bangunan berbagai
fasilitas.
Tanah yang hasil pemotongan digunakan untuk menguruk, sehingga dampak lingkungan akibat sisa meterial tanah dapat diminimasi. Kegiatan pembukaan dan pematangan lahan akan berakibat dampak negatif berikut ini: e) Pembukaan, Perataan dan Pengerasan Lahan - Pembukaan untuk lokasi jalan masuk pemasangan pipa, Kilang LNG dan fasilitas (base camp, jalan, laydown area) akan dilaksanakan dengan penebangan dan perataan untuk footprint yang diperlukan untuk medukung pekerjaan yang sedang berlangsung secara aman. Kegiatan ini akan menyebabkan pengurangan penutupan lahan oleh vegetasi sehingga dapat merubah ikim mikro, mempercepat aliran air permukaan setempat, menambah resiko erosi, menimbulkan debu, kebisingan dari mesin-mesin yang digunakan. f)
Pengerukan – Pengerukan mungkin diperlukan untuk pembangunan Pelabuhan Khusus dalam Kilang LNG. Kegiatan ini akan menimbulkan erosi dan kekeruhan di air laut untuk sementara.
g) Keberadaan tenaga kerja di camp-camp dalam waktu yang relatif lama akan berpengaruh pada sanitasi lingkungan dan sampah padat. Selain itu gas buang dari mesin diesel di camp menyebabkan penurunan kualitas udara lokal. h) Limbah Sanitasi – Limbah sanitasi yang berasal dari camp pekerja akan dikelola sesuai dengan pengolahan limbah domestik. i)
Pembersihan jalur untuk pipa yang memotong saluran irigasi dan sungai kecil akan berpotensi mengganggu aliran air;
j)
Pembersihan dan pematangan lahan yang memotong jalan berpotensi akan mengganggu lalulintas kendaraan penduduk.
Adapun dampak positifnya berupa peluang berusaha apabila masyarakat sekitar ada yang berminat untuk membuka usaha misalnya membuka warung makan, menjadi pemasok bahan mentah untuk rumah makan, membuka toko kelontong, dan sebagainya untuk memenuhi kebutuhan para pekerja.
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
II-113
PT PERTAMINA EP -PPGM
3. Konstruksi Kompleks Kilang LNG dan Pelabuhan Khusus Kegiatan kontruksi Kilang LNG dan Pelabuhan Khusus beserta fasilitas pendukungnya meliputi: a) Pembangunan camp konstruksi b) Pengembangan daerah laydown kontruksi dan jalan akses sementara c) Aktivitas konstruksi sipil (pekerjaan tanah, jalan, saluran pembuangan, fondasi dan gedung) d) Pemasangan baja struktural e) Pemasangan tangki LNG f)
Fabrikasi dan instalasi pipa.
g) Instalasi peralatan h) Instalasi junction box, circuit dan kabel listrik/instrumen i)
Pendirian gedung CPP
j)
Pendirian gedung kilang
k) Uji coba mekanis sistim peralatan/pemipaan l)
Pendirian bangunan fasilitas terkait Kilang LNG seperti Pelabuhan Khusus dan fasilitas pendukungnya
m) Aktivitas pra-komisioning. Pekerjaan konstruksi lokasi akan dibagi menjadi lingkup bidang khusus, seperti Marine,
train LNG, Utilities, Offsites, tangki LNG, dan sebagainya. Secara tipikal, pekerjaan ini akan mencakup: a) Pekerjaan sipil (pekerjaan tanah, jalan, saluran pembuangan, fondasi dan pekerjaan beton, serta Pelabuhan Khusus) b) Pemasangan rangka baja c) Instalasi dan uji coba pemipaan d) Instalasi peralatan e) Listrik dan instrumentasi f)
Isolasi
Guna meminimasi pekerjaan di lokasi dan guna mengoptimasi biaya dan jadwal, maka akan banyak digunakan pra-fabrikasi, pra-perakitan dan modulisasi pemipaan, peralatan dan bangunan. Untuk tujuan ini, akan digunakan bengkel-bengkel di dekat lokasi atau jauh dari lokasi. Secara tipikal hal ini akan mencakup yang berikut ini:
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
II-114
PT PERTAMINA EP -PPGM
a) Rangka baja struktural b) Fabrikasi spool pipa c) Pra-isolasi pipa dan peralatan d) Sand-blasting dan pengecatan e) Penggunaan unit yang skid mounted (peralatan, pipa, listrik, dsb) f)
Pra-fabrikasi dan instalasi rak pipa
g) Bangunan modular Tanggung jawab atas konstruksi kilang LNG dan fasilitas Pelabuhan Khusus (marine
fasility) akan ditugaskan kepada kontraktor EPC Pelaksanaan proyek akan didasarkan pada pasokan material sebanyak mungkin yang tersedia dari Indonesia, dan pelaksanaan pekerjaan dengan menggunakan tenaga kerja lokal. Hampir semua keperluan sumber daya seperti peralatan, material, jasa-jasa dan tenaga kerja Kontraktor tersedia di Indonesia, namun kemungkinan besar tidak tersedia di sekitar proyek, misalnya dalam penyediaan bahan bakar, pelumas, dan beberapa material konstruksi. Pasir, agregat, dan papan kayu mungkin tersedia dari sumbersumber di Kabupaten Banggai dan sekitarnya. Kegiatan Konstruksi Kilang LNG serta fasilitas terkait di darat berpotensi menimbulkan dampak positif berikut ini: a) Berdampak positif berupa peluang berusaha apabila masyarakat sekitar ada yang berminat untuk membuka usaha misalnya membuka warung makan, menjadi pemasok bahan mentah untuk rumah makan, membuka toko kelontong, dan sebagainya untuk memenuhi kebutuhan para pekerja. b) Munculnya persepsi positif masyarakat, karena dengan akan dipasangnya jaringan listrik beserta peralatannya, masyarakat beranggapan bahwa meskipun hanya terbatas pada penerangan jalan akses ke lokasi Kilang LNG dan Pelabuhan Khusus, masyarakat sedikit banyak akan dapat ikut mendapatkan manfaat dari adanya penerangan listrik tersebut. Selain dampak positif, pembangunan Kilang LNG dan fasilitas Pelabuhan Khusus diperkirakan akan menimbulkan limbah berikut:
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
II-115
PT PERTAMINA EP -PPGM
a) Limbah Sanitasi – Limbah Sanitasi yang ditimbulkan camp konstruksi akan diolah dalam sebuah kilang pengolahan paket di lokasi sebelum dibuang. b) Sampah – Limbah padat yang berasal dari camp perintis akan dibuang di tempat pengurukan atau pembakaran sampah di lokasi. c) Gas buang dari Mesin Diesel – Tenaga listrik untuk camp akan dipasok oleh generator yang digerakkan mesin diesel.
Mesin-mesin tersebut akan dilengkapi
pengendali emisi standard dan akan mempergunakan BBM berkadar sulfur rendah guna meminimasi emisi sulfur dioksida. d) Gas buang Mesin dan Kendaraan – Pengoperasian peralatan konstruksi dan kendaraan personil hanya akan menimbulkan emisi knalpot dalam jumlah kecil. e) Kelebihan Konstruksi Surplus – Kelebihan (surplus) material konstruksi seperti bahan isolasi, bahan cat, bekas pemotongan baja akan ditampung, diklasifikasi dan dibuang di luar lokasi. f)
Limpasan air hujan – Aliran air hujan untuk tempat-tempat yang bersih akan dibiarkan mengalir sebagai air permukaan atau melalui selokan alamiah atau buatan ke kuala. Aliran air dari tempat-tempat yang cenderung terkena kontaminasi akan dialirkan ke sebuah bak penampung. Air yang tertampung dalam bak tersebut akan di tes sebelum pembuangan akhir. Apabila dari hasil tes diketahui dapat dibuang langsung, maka isi bak-bak tersebut akan dilepas ke kuala.
Sebaliknya jika
diketahui tidak cocok untuk dibuang langsung, maka air tersebut akan diolah terlebih dahulu sebelum dibuang. g) Tumpahan-tumpahan umum – Tempat-tempat yang menggunakan atau menyimpan bahan bakar atau cat akan diberi pembatas untuk mencegah aliran air masuk/keluar, dan semua mesin yang digerakkan diesel akan diperlengkapi dengan
drip trays.
Tumpahan-tumpahan dari tempat penyimpanan dan drip pans akan
dibuang dengan absorben kering atau disiram menuju ke sebuah tempat penampungan (sump) untuk dibuang dikemudian hari. h) Tumpahan tidak sengaja jenis material bahan bakar atau cat – Tumpahan dikumpulkan untuk pembuangan akhir. i)
Puing dari Pembuangan Bebatuan – Puing bebatuan akan ditimbun di suatu tempat urukan tanah yang ditentukan di darat yang lebih dalam.
j)
Limbah Sanitasi – Air limbah sanitasi akan dikumpulkan dan diolah sampai standard yang berlaku sebelum dibuang ke laut.
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
II-116
PT PERTAMINA EP -PPGM
k) Serbaneka – Berbagai barang, seperti bahan sea-fastening, panel grating, tali baja, dan sebagainya mungkin akan terjatuh ke dalam laut secara tidak sengaja. l)
Gangguan kelancaran lalulintas dan keselamatan berlalulintas bagi pada pengguna jalan yang melintasi jalan raya yang berdampingan dengan calon lokasi Kilang LNG dan demaga.
Dalam pekerjaan ini, pengerukan kanal sementara di dataran berlumpur ke pantai mungkin diperlukan guna memungkinkan pembongkaran peralatan sampai dibangunnya dok cargo permanen dan/atau untuk memungkinkan pembangunan LNG pipeway
trestle . Jalan urugan padat digunakan di air dangkal (0-2 m pada air pasang) di dok cargo atau trestle LNG. Jalan tersebut akan ditempatkan dan dirancang supaya tidak menganggu proses alami pesisir di pantai. Di air yang lebih dalam akan digunakan trestles terbuka. Jetty LNG, kepala jetty, tempat tambatan dan berthing dolphins yang akan dibangun mempunyai spesifkasi. Secara ringkas, gambaran kondisi awal perairan calon lokasi pembangunan kilang LNG dan Pelabuhan Khusus adalah: 1. kedalaman perairan –20 meter (CD-20, pada detail desain) dicapai pada jarak sekitar 50 meter sampai dengan 100 meter. 2. Tides range berkisar antara 100–120 cm, dengan tipe pasang surut semidiurnal (dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari) 3. Studi gelombang visual menunjukkan tingi gelombang, H relatif kecil, yaitu berkisar antara 0.1 hingga 0,5 m. 4. Berdasarkan studi data angin (sumber bandara Bubung, Luwuk) diketahui bahwa kecepatan angin rerata harian 3–6 knot, dengan arah dominan dari Barat. Kecepatan angin maksimum 3–27 knot, dengan arah angin dominan dari arah Selatan. Dengan metode SMB maka diketahui tinggi gelombang maksimum sebesar 1.5 m, yang akan terjadi pada saat musim angin timur pada bulan April-Agustus. 5. Survei arus 25 jam (pada kedalaman –20 meter) dan studi arus surfzone (dengan metode float tracking) antara Tanjung Uling dan Tanjung Kanali menunjukkan arusnya cukup kecil berkisar antara 01 sampai 0,9 m/detik. 6. Survei sedimen layang dan sedimen pantai memerlihatkan bahwa lokasi rencana pelabuhan sedikit mengalamai sedimentasi, kecuali daerah daerah yang merupakan muara sungai. Untuk daerah Uso, Tanjung Kanali dan Tanjung Uling sedimen pantai berupa pasir kasar.
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
II-117
PT PERTAMINA EP -PPGM
Arah Gelombang Dominan (dari Selatan) Potensial Longshore Drift
1 LNG Loading Jetty 2 MOF
1
2
Gambar 2.36. Arah Gelombang Dominan dan Potensial Longshore Drift Di Sekitar Lokasi Kilang dan Pelabuhan Khusus
Berdasarkan tata letak (layout) marine facilities yang akan dibangun berupa LNG Loading Jetty (no. 1) dan MOF, Material Off Loading (no. 2) sebagaimana gambar di atas, diketahui bahwa trestle akan terletak/dibangun pada kedalaman antara –7,5 m sampai dengan –15 m. Jenis struktur berupa tiang pancang/pilar (Steel pipe pile D = 1100) dengan jarak antara 16 m dan 18 m untuk LNG Loading Jetty (no. 1) dan D = 800 dengan jarak 4,5 – 5 m untuk MOF (no. 2) (lihat gambar). Berdasarkan fakta-fakta ini dan data di atas maka dapat disampaikan sebagai berikut: 1. Bangunan jetty (baik no. 1 maupun no. 2) terletak di daerah perairan yang cukup dalam, dan terhubung ke darat/pantai secara tidak langsung karena masih memberi ruang bagi pergerakan sedimen sejajar pantai (potential longshore drift). Artinya sedimen yang terangkut sebagai akibat proses pantai di daerah gelombang pecah (breaking zone, seandainya ada) masih dapat bergerak ke upstream (barat) maupun
downstream (timur). Meskipun kehadiran pilar-pilar jetty sedikit banyak akan
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
II-118
PT PERTAMINA EP -PPGM
merubah rezim arus (sehingga terjadi gangguan transpor sedimen sejajar pantai), tetapi proses gangguan ini dalam waktu singkat tidak cukup signifikan dalam mengganggu transpor sedimen. Dengan demikian kecil kemungkinan terjadinya erosi di satu sisi dan sedimentasi disisi lain. 2. Berdasarkan data hidro-oseanografi di atas kontribusi sedimen tegak lurus ke arah pantai (offshore-onshore sediment) hampir tidak ada, mengingat juga memang pada jarak 100 m dari pantai kedalaman laut berkisar –50 m, termasuk laut dalam sehingga pergerakan gelombang permukaan sudah tidak mempengaruhi pergerakan dasar laut. 3. Berdasarkan ke dua poin di atas dapat disimpulkan tata-letak dan disain konstruksi marine facilities di Padang-Uso ini cukup aman bagi lingkungan sekitarnya terhadapa bahaya erosi/abrasi. Secara ringkas, maka program konstruksi Pelabuhan Khusus di komplek LNG mencakup lingkup kerja berikut ini: a) Mobilisasi kontraktor konstruksi marine di lokasi b) Mendirikan pangkalan konstruksi dan wilayah kerja di sepanjang pantai c) Membuat jembatan dok cargo dan tempat tambat. d) Membangun jetty LNG, kepala jetty, tempat tambatan dan berthing dolphins e) Membuat dan menempatkan jetty head superstructure f)
Mengubah pangkalan konstruksi marine untuk operasi marine
4. Penglepasan Tenaga Kerja Pada alkhir periode pembangunan kilang LNG dan fasilitas Pelabuhan Khusus, banyak tenaga kerja dilepaskan secara berangsur-angsur sampai dengan berakhirnya kontrak kerja di unit kerja masing-masing. Pelaksanaan penglepasan tenaga kerja sesuai dengan peraturan ketenagakerjaan yang berlaku. Kegiatan penglepasan tenaga kerja ini berpotensi menimbulkan dampak berupa hilangnya mata pencaharian penduduk dan pendapatan masyarakat, penurunan perekonomian lokal negatif
masyarakat
sehubungan
nantinya
akan
serta munculnya persepsi
terjadi
peningkatan
angka
pengangguran.
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
II-119
PT PERTAMINA EP -PPGM
C. Tahap Operasi 1. Penerimaan Tenaga Kerja Tenaga kerja untuk operasional kilang LNG dan Pelabuhan Khusus cukup banyak, sebagian merupakan tenaga ahli dengan skill yang cukup tinggi sampai sangat tinggi, dan sebagian lainnya bukan tenaga ahli. Pelaksanaan penerimaan tenaga kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sementara itu jumlah personil yang dibutuhkan untuk mengoperasikan kegiatan satu
train awal kilang LNG dan fasilitas darat terkait diperkirakan 300 personil yang meliputi tenaga skill seperti operator kilang ± 35 orang, petugas keamanan ± 45 orang dan tenaga nonskill diantaranya cleaning service ± 200 orang. Jumlah personil yang dibutuhkan pada tahap operasi ini lebih kecil bila dibandingkan dengan tahap konstruksi. Dengan melihat tingkat kebutuhan tenaga kerja yang akan dilibatkan dalam kegiatan mengoperasikan Kilang LNG dan Pelabuhan Khusus, maka kemungkinan tidak akan cukup bila hanya dipenuhi dari tenaga kerja yang berasal dari penduduk lokal, mengingat untuk kegiatan ini sangat banyak membutuhkan tenaga kerja yang harus memiliki spesifikasi, kualifikasi dan sertifikasi tertentu. Pelaksanaan rekrutmen tenaga kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berkaitan dengan kenyataan di atas, diprakirakan dampak potensial yang akan muncul yaitu berupa kecemburuan sosial bagi tenaga kerja lokal yang tidak dapat dilibatkan sebagai tenaga kerja, sedangkan pada sisi lain akan muncul persepsi positif terhadap kegiatan proyek karena sebagian penduduk lokal dapat dilibatkan sebagai tenaga kerja, dan menggerakkan ekonomi lokal karena terbukanya kesempatan berusaha. 2. Operasional Kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan fasilitas Pendukungnya Operasional Kilang LNG terdiri dari satu train dengan kapasitas produksi sebesar 2 juta metrik ton LNG per tahun, membutuhkan gas sebesar lebih kurang 335 MMSCFD, yang pada awalnya akan didapatkan dari dua lapangan gas yaitu Matindok dan Senoro. Berikut diuraikan hasil limbah yang berasal dari pengoperasian Kilang LNG dan fasilitas pendukungnya, berupa limbah mengandung gas, limbah cair dan limbah padat.
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
II-120
PT PERTAMINA EP -PPGM
1) Limbah Mengandung Gas a) Emisi limbah dari penggerak turbin gas – Penggerak utama untuk kompresor pendingin pada Unit Pendingin/Pencair dan pembangkit tenaga utama kilang adalah turbin gas. Limbah dari turbin akan dilepas ke udara terbuka. b) Emisi limbah dari penggerak diesel – Pompa air-pemadam-kebakaran darurat cadangan dan pembangkit tenaga darurat akan digerakkan oleh diesel. Penggerak-diesel darurat cadangan hanya akan dipakai jika motor atau penggerak-turbin gas utama tidak bekerja (seperti, selama tidak ada tenaga listrik). Kapal-tunda, kapal-kapal lain, mobil, bus, truk, crane dan peralatan perawatan lain juga akan digerakkan dengan diesel. Bahan bakar diesel bersulfur rendah akan dipakai, dengan pengawasan emisinya sesuai dengan standar yang berlaku. Limbah dari penggerak diesel tersebut akan dilepas ke udara terbuka. c) Gas cerobong dari pemanas hot oil – Hot Oil berfungsi sebagai sumber medium pemanas di unit proses kilang. Gas cerobong dari pemanas tersebut akan dilepas ke udara terbuka. d) Emisi suar api (flare stack) – Suar api didisain untuk menangani dua proses, yaitu untuk mengatur dan membuang gas ringan tekanan tinggi dalam kondisi tidak normal atau darurat, dan untuk Penglepasan dan mengaburkan gas buang yang di dalamnya masih mengandung partikel gas masam yang mengandung CO2 rendah. Emisi dapat meningkat secara signifikan selama operasi tidak normal, namun jangka waktunya pendek. Perkiraan dari emisi yang mengandung gas dari operasi Kilang LNG disajikan pada Tabel 2.30. Perkiraan emisi ini harus dianggap sebagai permulaan, tergantung pada verifikasi dan perbaikan yang mungkin ada sejalan dengan perbaikan disain fasilitas. Emisi pada masa datang akan meningkat secara proporsional sejalan dengan meningkatnya jumlah train.
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
II-121
PT PERTAMINA EP -PPGM
Tabel 2.30. Emisi Udara Kilang LNG Emisi yang Diperkirakan (metrik ton per tahun) SO NO Total Sulfur (sebagai (sebagai CO (sebagai H2S) SOx) NOx)
Sumber
Gas Limbah MRU Penggerak Turbin Gas untuk Kompresor Pendingin Penggerak Turbin Gas untuk Pembangkitan Tenaga Listrik
--
--
3.23 x 4
40
50
600
0.83 x 4
--
20
600
0.30 x 4
--
2) Limbah Cair a) Air limbah kontak langsung adalah air yang berasal dari operasi atau peralatan dimana air berhubungan langsung dengan cairan pengolahan (air pengolahan). Air limbah kontak langsung akan dialirkan di IPAL untuk diolah sampai sesuai dengan standar mutu aliran yang berlaku sebelum dialirkan ke sungai. b) Limbah kimia basah – Limbah asam dan alkalin basah dari sistem utility akan dialirkan melalui sistem pengumpul terpisah ke kolam netralisasi untuk penyesuaian pH-nya sebelum diteruskan ke Effluent Treatment Unit sebelum dibuang. c) Limbah pengeringan permukaan dari daerah unit pengolahan dan penyimpanan (air hujan, air pencucian, dan sebagainya) - Limbah pengeringan permukaan dari daerah unit pengolahan dan penyimpanan yang terancam pencemaran potensial akan dikumpulkan dan diteruskan ke Effluent Treatment Unit sebelum dibuang. Limbah pengeringan dari daerah yang bersih dan tidak mengandung polutan akan langsung dialirkan ke saluran dan diteruskan ke sungai. d) Limbah Domestik Cair – Limbah dari Kakus akan diproses dalam septic tank. Sementara
limbah
dari kamar mandi, air dari dapur langsung dialirkan ke
sungai. 3) Limbah Padat a) Limbah Padat Industri – Saringan molekul bekas, filter karbon dan damar pengganti ion dan dipan bekas akan dikumpulkan sementara sebelum ditangani lebih lanjut. Karbon aktif tercemar merkuri dari MRU akan dikumpulkan sementara dalam fasilitas penyimpanan limbah B3 dan dibuang ke luar ke fasilitas pengolahan limbah berbahaya yang telah disetujui atau dikembalikan ke
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
II-122
PT PERTAMINA EP -PPGM
pabrikan katalis untuk diproses ulang. Bahan kimia yang berasal dari bahanbahan yang digunakan untuk proses atau sisa proses seperti filter-filter bekas, potongan waste baskets, besi, kawat, lampu, aki, drum plastik bekas kemasan bahan kimia, oli bekas, dan bermacam-macam limbah padat lain dari kegiatan pembersihan tanki, exchanger dsb dikumpulkan dan ditampung sementara pada lokasi penyimpanan limabh B3 sementara, dan kemudian akan ditangani lebih lanjut oleh pihak ketiga yang mempunyai ijin pengelolaan limbah B3. b) Limbah Domestik Padat – Limbah padat organik yang mudah dibakar dikumpulkan di tempat pembuangan sementara (TPS) dan selanjutnya dibuang di tempat pembuangan akhir (TPA) yang telah ditentukan kemudian dibakar. Bahan sampah padat umum yang tidak mudah busuk seperti gelas, plastik, fiber akan dikumpulkan dalam tong yang memadai dan ditampung di tempat penimbunan untuk sementara, kemudian akan ditangani lebih lanjut. 3. Pemeliharaan Fasilitas Produksi Kegiatan pemeliharaan fasilitas produksi waktunya secara berkala, tergantung dari masing-masing jenis peralatan produksi. Kegiatan pemeliharaan di fasilitas produksi gas antara lain: perawatan terhadap unit proses (fasilitas penerima gas, fasilitas pemurnian gas, fasilitas pencairan gas alam), fasilitas offsite dan fasilitas kebutuhan utilitas yang meliputi sistem pembangkit tenaga listrik, distribusi bahan bakar, sistem udara bertekanan kilang dan peralatan, sistem nitrogen, sistem suplai air dan sistem pencegahan kebakaran. Kegiatan pemeliharaan tersebut dilakukan secara rutin/berkala dan bertujuan untuk pembersihan kotoran, perbaikan dan atau penggantian. Limbah B3 dari hasil pemeliharaan fasilitas produksi akan ditangani dengan mengacu kepada Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya Beracun. Bahan kimia yang digunakan dalam kegiatan pemeliharaan fasilitas produksi, diantaranya gas
corrosion inhibiitor, gas dehydrator, reverses demulsifier, portable water desinfectant (calcium hypochloride), potable water coagulant, potable water neutralizer (caustic soda) dan cleaner.
Bahan-bahan kimia tersebut bila tercuci kemudian mengalir ke
badan air akan menyebabkan penurunan kualitas air disekitarnya. Mitigasi dampak lingkungan akibat kebocoran fasilitas produksi, telah disusun suatu rencana tanggap darurat (emergency response plan). Dengan prosedur tersebut, apabila diketahui kebocoran/pencemaran dapat ditanggulangi secara dini.
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
II-123
PT PERTAMINA EP -PPGM
D. Tahap Pasca Operasi 1. Penghentian Operasi Kilang LNG Setelah operasional produksi gas dari BS/GPF berhenti, maka akan diikuti penghentian operasional kilang LNG. Penghentian operasional kilang LNG dilakukan dengan mengikuti prosedur untuk menjamin keamanan yang tinggi diantaranya untuk menghindari bahaya semburan liar, kebakaran dan kecelakaan kerja. Elemen-elemen yang dapat menyebabkan adanya bahaya tersebut akan diidentifikasi dan digunakan tolok ukur pencegahan yang tepat dalam menerapkan standar dan kode yang berlaku. Laporan peninggalan Kilang LNG serta fasilitas lain disampaikan ke Ditjen MIGAS. 2. Pembongkaran dan Demobilisasi Peralatan Kilang dan Pelabuhan Khusus Pada saat selesainya masa operasi kilang LNG (diperkirakan sekurang-kurangnya 20 tahun), peralatan dan fasilitas yang telah dipasang akan dibongkar dan dipindahkan ke tempat yang telah ditentukan. Penanganan terhadap lahan bekas lokasi kilang LNG dan fasilitas lainnya yang telah dibongkar meliputi pengrataan kembali lahan bekas bongkaran bangunan, pembersihan dan rehabilitasi lahan terbuka akan dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Laporan tentang peninggalan lokasi bekas kilang LNG dan fasilitas lainnya disampaikan kepada Ditjen Migas. Kegiatan ini diprakirakan akan menyebabkan turunnya kualitas udara dan meningkatkan kebisingan. Demobilisasi peralatan diperkirakan akan berpotensi menimbulkan dampak terjadinya peningkatan kepadatan lalulintas yang berakibat pada gangguan kelancaran lalulintas, gangguan keselamatan berlalulintas dan dampak terjadinya kerusakan jalan darat dan jembatan yang dilalui kendaraan berat. 3. Revegetasi Lahan bekas lokasi kilang LNG dan fasilitas lainnya yang telah dibongkar, dibersihkan dan kemudian dilakukan revegetasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Revegetasi dilakukan dengan menanam berbagai vegetasi lokal yang mudah tumbuh. Kegiatan revegetasi tersebut diharapkan akan dapat menyebabkan penutupan lahan oleh berbagai vegetasi dapat meningkat sehingga diharapkan keanekaragaman flora dan satwa dapat ditingkatkan.
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
II-124
PT PERTAMINA EP -PPGM
4. Penglepasan Tenaga Kerja Pada akhir operasi kilang LNG dan fasilitas lainnya, tenaga kerja dilepaskan secara berangsur-angsur sampai dengan berakhirnya kontrak kerja di unit kerja masingmasing.
Pelaksanaan
penglepasan
tenaga
kerja
sesuai
dengan
peraturan
ketenagakerjaan yang berlaku. Kegiatan penglepasan tenaga kerja ini berpotensi menimbulkan dampak berupa hilangnya mata pencaharian penduduk, pendapatan masyarakat, dan munculnya persepsi negatif masyarakat sehubungan nantinya akan meningkatkan angka pengangguran. Adapun ringkasan dari hasil telaahan kaitan antara komponen rencana kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap komponen lingkungan hidup disajikan pada tabel berikut.
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
II-125
PT PERTAMINA EP -PPGM
Tabel 2.31. Ringkasan Kaitan Komponen Rencana Kegiatan “Bagian Hilir” dengan Dampak Lingkungan yang Mungkin Timbul No
Komponen kegiatan yang menimbulkan dampak
Lokasi Komponen Kegiatan
Jenis dampak potensial yang Ditimbulkan
A. Tahap Prakonstruksi a. Pembebasan lahan dan tanam Areal untuk tapak lokasi kilang Perubahan pola kepemilikan lahan penduduk, tumbuh LNG, Pelabuhan Khusus dan gangguan proses sosial, perubahan fungsi lahan, fasilitas pendukungnya perubahan sikap dan persepsi masyarakat 2. Penerimaan tenaga kerja
Khususnya Kecamatan Batui, peningkatan pendapatan masyarakat, proses Kintom dan Kabupaten Banggai sosial, perubahan sikap dan persepsi, terbuka umumnya kesempatan berusaha
B. Tahap Konstruksi 1. Mobilisasi dan demobilisasi Jalan raya dari dan ke pelabuhan Kebisingan, getaran, peningkatan kadar debu, peralatan, material dan tenaga bongkar muat material menuju mempengaruhi transportasi darat: kelancaran kerja areal kilang LNG dan Pelabuhan dan keselamatan lalulintas, menimbulkan Khusus kerusakan jalan raya, meningkatkan resiko kecelakaan lalulintas, perubahan sikap dan persepsi masyarakat 2. Pembukaan dan pematangan Sekitar areal lokasi pembangunan Perubahan iklim mikro, peningkatan debit aliran lahan kilang LNG, Pelabuhan Khusus dan air permukaan, peningkatan erosi, kebisingan, fasilitas pendukungnya peningkatan kadar debu, penurunan kualitas sanitasi lingkungan, pengurangan penutupan lahan oleh vegetasi, penurunan flora dan satwa liar, perubahan sikap dan persepsi masyarakat, terbukanya kesempatan berusaha, penurunan kualitas air laut, penurunan komunitas biota air laut. 3. Konstruksi kompleks Kilang Area lokasi Kilang LNG, Pelabuhan Penurunan kualitas udara, peningkatan kadar LNG dan Pelabuhan Khusus Khusus dan fasilitas pendukungnya debu, kebisingan, meningkatkan erosi, : peningkatan pendapatan masyarakat, Alternatif-1 : Desa Uso, Batui munculnya pelapisan sosial, perubahan sikap Alternatif-2 : Desa Padang, Kintom dan persepsi masyarakat, terbukanya peluang berusaha, penurunan kualitas air laut, penurunan biota air laut, penurunan kualitas sanitasi lingkungan dan tingkat kesehatan masyarakat 4. Penglepasan tenaga kerja
Khususnya Kecamatan Batui, Peningkatan pengangguran, penurunan Kintom dan Kabupaten Banggai pendapatan masyarakat, penurunan kesempatan umumnya berusaha, perubahan sikap dan persepsi masyarakat
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
II-126
PT PERTAMINA EP -PPGM
Tabel 2.31. Lanjutan No
Komponen kegiatan yang menimbulkan dampak
C. Tahap Operasi 1. Penerimaan tenaga kerja
Lokasi Komponen Kegiatan
Jenis dampak potensial yang Ditimbulkan
Khususnya Kecamatan Batui, Peningkatan pendapatan masyarakat, gangguan Kintom dan Kabupaten Banggai proses sosial, perubahan sikap dan persepsi, terbukanya kesempatan berusaha umumnya
2. Operasional Kilang LNG, Sekitar lokasi Kilang LNG, Perubahan iklim mikro, penurunan kualitas air Pelabuhan Khusus dan fasilitas Pelabuhan Khusus dan fasilitas permukaan, penurunan kualitas udara, pendukung pendukungnya kebisingan, gangguan keselamatan pelayaran, penurunan sanitasi lingkungan, pendapatan masyarakat, terbukanya lesempatan berusaha, gangguan kesehatan masyarakat, proses sosial, pelapisan sosial, perubahan sikap dan persepsi masyarakat, penurunan kualitas air laut, penurunan biota air laut 3. Pemeliharaan fasilitas produksi Area lokasi kilang LNG, Pelabuhan Penurunan kualitas air permukaan, penurunan Khusus dan fasilitas pendukungnya kualitas air luat, penurunan biota air tawar dan air laut, peningkatan pendapatan masyarakat D. Tahap Pasca Operasi 1. Penghentian operasi Kilang Lokasi Kilang LNG, Pelabuhan Penurunan kebisingan, peningkatan kualitas LNG Khusus dan fasilitas pendukung udara, peningkatan kualitas air permukaan, peningkatan kualitas air laut, penurunan gangguan keselamatan pelayaran, perubahan sikap dan persepsi masyarakat 2. Pembongkaran dan demo- Di tapak Kilang LNG, Pelabuhan Gangguan pada transportasi darat yaitu: bilisasi peralatan (kilang LNG Khusus dan fasilitas pendukung kelancaran dan keselamatan lalulintas jalan raya dan Pelabuhan Khusus) dan peningkatan resiko kerusakan jalan raya, perubahan sikap dan persepsi masyarakat, penurunan kualitas sanitasi lingkungan 3. Revegetasi Di tapak Kilang LNG serta Peningkatan penutupan lahan oleh vegetasi, Pelabuhan Khusus dan sekitarnya peningkatan populasi satwa liar di Butui. 3. Penglepasan tenaga kerja Khususnya Kecamatan Batui, Peningkatan pengangguran, penurunan Kintom dan Kabupaten Banggai pendapatan masyarakat, penurunan kesempatan umumnya berusaha, perubahan sikap dan persepsi masyarakat
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
II-127
PT PERTAMINA EP -PPGM
2.4.
ALTERNATIF-ALTERNATIF YANG DIKAJI DALAM ANDAL
A. Alternatif Jalur Trunkline Dari BS-GPF Donggi ke LNG Plant Jalur pipa trunkline dari BS-GPF Donggi ke LNG Plant akan dibuat 3 (tiga) jalur alternatif yaitu: a. Jalur alternatif–1
yaitu pemasangan pipa trunkline dari BS-GPF Donggi melintasi SM
Bakiriang berdampingan jalan provinsi, penggelaran pipa ditanam sedalam 2 meter kemudian ditimbun kembali. Teknik pemasangan pipa secara umum sama dengan perlakuan normal, dengan ketentuan: Penggunaan alat berat seminimal mungkin Galian lubang pipa tidak ditinggal lama, segera setelah sambungan pipa selesai, pipa segera ditanam dan lubang galian ditimbun kembali Tidak bekerja pada malam hari Tidak ada jalan inspeksi khusus untuk pipa melainkan menggunakan jalan provinsi yang telah ada b. Jalur alternatif–2 yaitu pemasangan pipa melintasi SM Bakiriang dilakukan dengan sistem pemboran horizontal atau Horizontal Directional Drilling (HDD). Pipa dimasukkan ke dalam tanah dengan dibor secara horizontal sebelum masuk SM Bakiriang. Oleh karena lahan SM Bakiriang yang akan dilalui sepanjang 3 km maka di setiap jarak ± 1 km akan ada lahan yang dipakai untuk penyambungan dan pemboran. Diperlukan lahan ± 2 ha untuk area kerja drilling pada segmen berikutnya dan penyambungan pipa. c.
Jalur alternatif–3 yaitu pemasangan trunkline dari BS-GPF Donggi akan dilakukan melalui pantai SM Bakiriang sepanjang sekitar 4 km. Ditinjau dari sisi tingkat kesulitan teknis pemasangan dan biaya perawatan, jalur alternatif–3 relatif lebih mahal. Pada jalur alternatif-3 ini, tipe ekosistem pesisir adalah ekosistem mangrove, dan daerah pantai ini juga digunakan oleh burung Maleo untuk bertelur. Di samping itu terdapat terumbu karang di sekitar lokasi jalur alternatif-3.
Upaya ini dimaksudkan untuk meminimalkan dampak yang akan timbul di kawasan SM Bakiriang. Selain itu juga sebagai antisipasi terhadap SK Men.Hut No. 641/Kpts/ II/1997 tentang Perubahan Pasal 8 dan 18 SK Menhut No. 41/ Kpts/II/1996 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan yang menyatakan bahwa dengan alasan apapun bagi lahan Suaka Margasatwa
(SM) tidak dapat digunakan untuk kegiatan lain di lokasi
tersebut, meskipun realitanya
kondisi hutan di SM Bakiriang sekarang ini sudah banyak perambah liar.
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
II-128
PT PERTAMINA EP -PPGM
Untuk tetap dapat berperan serta dalam pembangunan Negara Republik Indonesia khususnya melalui sektor Pertambangan dan Energi dalam ikut serta memasukkan devisa negara lewat sektor gas, PT. Pertamina EP tetap berupaya untuk mengusahakan terselenggaranya dan terlaksananya proyek tersebut khususnya dalam pemasangan pipa gas (trunkline) dengan memilih alternatif-alternatif lain yaitu jalur alternatif-2 dan jalur alternatif-3 seperti diuraikan di atas, dengan maksud untuk menghindari gangguan dan meminimalkan dampak lingkungan negatif yang mungkin timbul pada lahan di Suaka Margasatwa Bakiriang. B. Alternatif lokasi LNG Plant dan Pelabuhan Khusus Sementara ini PPGM masih mengkaji dua kemungkinan lokasi LNG Plant dan Pelabuhan Khusus yaitu di Desa Uso (Kecamatan Batui) dan Desa Padang (Kecamatan Kintom). Oleh karena itu dalam kajian AMDAL ini dua rencana lokasi tersebut akan menjadi kajian alternatif. 2.5. KETERKAITAN RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN DENGAN KEGIATAN LAIN SEKITARNYA Areal rencana kegiatan secara administratif termasuk dalam 4 (empat) wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Toili Barat, Toili, Batui dan Kintom. Berikut ini adalah kegiatan masyarakat yang menonjol dalam pemanfaatan lahan di wilayah itu. Pemanfaatan lahan yang telah ada di sekitar rencana kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak pada rencana kegiatan atau sebaliknya, rencana kegiatan Pengembangan Gas Matindok berpotensi menimbulkan dampak pada kegiatan lain yang telah ada yang relevan tertuang di bawah ini. a. Pertambangan Eksplorasi Migas JOB Pertamina–Medco E&P Tomori Sulawesi di Senoro dan sekitarnya telah melakukan kegiatan eksplorasi migas, telah melakukan pemboran beberapa sumur. Oleh karena lokasi kegiatannya berhimpitan, jenis kegiatannya sejenis dan pengelolannya dilakukan juga oleh Pertamina, maka pemrakarsa akan melakukan koordinasi dan kerja sama saling mengun-tungkan antara JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi dengan PertaminaPPGM dalam melaksanakan kegiatan migas di wilayah tersebut.
Kegiatan ini potensial
menyebabkan turunnya kualitas udara, meningkatkan kebisingan, turunnya kualitas air permukaan, berkurangnya keanekaragaman flora-fauna, namun pada sisi yang lain, kegiatan ini berperan positif dalam meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar melalui berbagai kegiatan yang dapat diraih oleh penduduk lokal. Kedua kegiatan ini akan dapat memberikan kumulatif dampak yang lebih besar terhadap kondisi lingkungan disekitarnya.
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
II-129
PT PERTAMINA EP -PPGM
Eksplorasi Nikel Kegiatan pertambangan lain di sekitar lokasi kegiatan PPGM adalah nikel yang sejak 2 tahun lalu hingga saat ini masih dalam tahap eksplorasi. Lokasi pertambangan nikel tersebar di 10 desa yang meliputi Desa Batui (Kecamatan Batui), Desa Cendanapura, Tirtakencana, Kamiwangi, Piondo, Oelolu dan Karyamakmur (Kecamatan Toili), Desa Pasirlamba, Gunungkramat dan Lembahkramat yang terletak di Kecamatan Toili Barat; namun diantara lokasi-lokasi tersebut yang masuk dalam lingkup wilayah studi adalah pertambangan nikel di Desa Batui, Tirtakencana dan Kamiwangi. Luas kawasan yang dibuka untuk setiap lokasi ± 6000 ha dan kadar nikel rata-rata adalah 1,5%. Kegiatan ini potensial menimbulkan dampak negatif yaitu terjadinya erosi, sedimentasi, turunnya kualitas air permukaan dan berkurangnya keanekaragaman flora-fauna. Dampak positif yang akan muncul adalah terbukanya kesempatan kerja, kesempatan berusaha dan adanya kenaikan pendapatan masyarakat yang nantinya bersama-sama PPGM diharapkan secara signifikan akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya. b. Perkebunan Areal kerja perkebunan yang sebagian tanahnya akan terkena rencana pengembangan Lapangan Gas Matindok, termasuk jaringan pipa transmisi merupakan lahan perkebunan kelapa sawit yang dikelola oleh unit pengolahan milik PT Kirana Luwuk Sejati. Dalam upaya pemanfaatan lahan untuk pipa tersebut diperlukan perundingan segitiga antara pengelola perkebunan –
Pemerintah
Kabupaten
Banggai/Pusat
– Pertamina-PPGM. Kegiatan
perkebunan ini telah berdampak terhadap terjadinya perubahan penggunaan/pemanfaatan lahan yang sebelumnya merupakan kawasan hutan. Dampak yang lain adalah berkurangnya keanekaragaman flora-fauna, peningkatan erosi, disamping adanya peningkatan pendapatan masyarakat yang terlibat didalamnya. Dengan adanya kegiatan Pengembangan Gas Matindok, bila tidak ada upaya pengelolaan yang baik, kondisi lingkungan di sekitar kawasan perkebunan dapat semakin turun kualitasnya. c. Pertanian Kegiatan pertanian di sekitar lokasi Pengembangan Gas Matindok, khususnya lokasi sumursumur pengembangan adalah areal padi sawah yang diusahakan sangat intensif yaitu 3 kali setahun. Daerah ini merupakan kawasan lumbung padi untuk Kabupaten Banggai dengan tingkat pendapatan/kesejahteraan masyarakat cukup baik. Namun selain itu terdapat beberapa dampak negatif dari kegiatan pertanian ini, antara lain cenderung meningkatnya
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
II-130
PT PERTAMINA EP -PPGM
penggunaan berbagai bahan agrokimia seperti pupuk dan pestisida yang pada akhirnya dapat berdampak negatif terhadap manusia dan lingkungan di sekitarnya. Oleh karena itu berbagai upaya penyadaran perlu dilakukan agar penggunaan bahan agrokimia tidak terus meningkat. Kegiatan pemasangan jalur pipa gas yang memotong sistem irigasi persawahan baik teknis maupun non teknis di wilayah Kecamatan Toili Barat, Toili dan Batui berpotensi akan menimbulkan dampak negatif berupa perubahan sikap dan persepsi masyarakat terhadap Pertamina-PPGM. d. Tambak udang Di kawasan Kecamatan Batui terdapat usaha budidaya tambak udang yang cukup intensif. Kegiatan ini berperan dalam memberikan kontribusi penurunan kualitas air dan lahan disekitarnya sebagai akibat digunakannya berbagai pakan udang dan beraneka macam zat tumbuh untuk merangsang perkembangan udang secara intensif. Dengan adanya kegiatan Pengembangan Gas Matindok yang diantaranya potensial menurunkan kualitas air, dikhawatirkan kegiatan budidaya tambak udang ini akan dapat terkena dampaknya mengingat udang sangat peka terhadap perubahan kondisi lingkungan di sekitarnya. Oleh sebab itu perlu adanya upaya pengelolaan sebaik-baiknya agar kegiatan pengembangan gas ini seminimal mungkin berdampak terhadap lingkungan disekitarnya. e. Suaka Margasatwa Bakiriang Jalur pipa akan melewati kawasan Suaka Margasatwa Bakiriang (SMB). Walaupun kondisi di kawasan Suaka sudah diusahakan oleh penduduk untuk bercocok tanam bahkan telah dijadikan perkebunan kelapa sawit, namun secara de jure kawasan tersebut masih merupakan
kawasan
konservasi,
maka
Pertamina-PPGM
perlu
mengkoordinasikan
pemanfaatan sebagian lahan SMB dengan Menteri Kehutanan dan Perkebunan di tingkat pusat. Kegiatan Pengembangan Lapangan Gas Matindok sekecil apapun akan dapat berdampak negatif terhadap semakin turunnya keanekaragaman flora dan fauna didalamnya. Kegiatan lain di sekitar lokasi rencana kegiatan ini tergambar dalam Gambar 2.37.
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
II-131
PT PERTAMINA EP -PPGM
Gambar 2.37. PETA Kegiatan lain di sekitar lokasi rencana kegiatan
ANDAL Proyek Pengembangan Gas Matindok
II-132