2
SUARA BENGKEL
EDISI NO.20/TAHUN XII/MINGGU II FEBRUARI/2014 Warga Kampus Ali Wardhana pun ikut larut dalam ingarbingar ini. Karena dua tahun lamanya, amunisi pembaharuangenerasi di Kampus STAN tercinta ini harus berjeda. Tahun 2013–2014 memang menjadi masa-masa yang unik di Kampus STAN. Yakni ketika penghuni dominan kampus ini adalah anak-anak beranjak dewasa; para mahasiswa baru tahun 2013 yang belum mengerti betul tentang pola dan aturan kebebasan berpendapat serta kemerdekaan berpikir. Belum memahami betul tentang tuntutan pengabdian kepada masyarakat.
“Kemerdekaan pikir beda.”
adalah kemerdekaan bagi mereka yang ber-
Suara Bengkel ini kami awali dengan sebuah kutipan seorangtokoh nasionalis Jerman, Rosa Luxemburg, yang mungkin mewakili bibit-bibit pemikiran baru, orang-orang baru, dalampergerakan dunia kampus khususnya di Kampus STAN. Di titik ini, proses panjang sudah terlewati.Dengan wajah sumringah setelah melewati alur ujian yang berliku dan berbatu, ribuan pemuda melangkah memasuki gerbang kampus pelat merah ini dengan predikat baru.Mahasiswa. Kedatangan mahasiswa-mahasiswa itu bersambut euforia.
Kondisi ini pun membuat semua elemen kampus di STAN harus melakukan penataan diri dari awal. Gerak kemahasiswaan STAN seperti terlahir kembali, dengan generasi tulen, tanpapengaruh, tanpa warisan budaya yang kadung membudaya, generasi yang menuntut para pelakunya untuk berpikir beda dan tak terbatas dalam berinovasi. Di sini, di Bengkel ini, Media Center STAN, sebagai Lembaga Pers Mahasiswa yang independen, juga tak luput dari proses tersebut. Di tengah hiruk pikuk masa perkuliahan akhir semester perdana bagi para mahasiswa baru, rasa syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang mengizinkan kami untuk menyelesaikan Tabloid Civitas Edisi Magang yang sekarang ada di hadapan Anda. Sungguh, menjadi suatu perjuangan yang menantang bagi kami para peserta Magang Media Center angkatan #16, untuk melaksanakan tugas keredaksian dengan mandiri untuk pertama kalinya, setelah transfer ilmu yang terlaksana selama berminggu-minggu—transfer ilmu yang
bahkan kini belum selesai. Hilir mudik kontributor, lingkaran-lingkaran diskusi, dan derap langkah para pewarta independen kampus mulai hidupkembali. Pun ditengah cuaca musim hujan yang tak menentu. Perjuangan menjadi semakin berlipat dengan padatnya jadwal pengganti yang menumpuk setelah ditunggak demi libur yang lebih panjang, ditambah tentir-tentir yang mulai menggeliat mendekati Ujian Akhir Semester (UAS). Dalam kondisi seperti ini, kami, para wartawan magang, memikul tantangan yang berlipat, yang senantiasa memerlukan pengorbanan yang lebih dari sekadar waktu luang—tetapi juga raga, pikiran, dan komitmen. Oleh karena itu, untuk kesekian kalinya, kami akan menyebutkan bahwa Tabloid Civitas Edisi Magang tampil dengan spesial, dengan pembaharuan di berbagai rubrik, seiring dengan wajah danpikiran baru di awak keredaksian Media Center STAN. Semoga di penghujung perkuliahan semester perdana ini, kita dapat senantiasa mengisi ulang semangat ini, untuk memperbaiki apa yang masih kurang, untuk membangun dengan lebih kuat, dan untuk bergerak menjawab tantangan pembaharuan. Dan yang paling utama, untuk berjuang atas tugas utama kita, untuk UAS kita, untuk indeks prestasi perdana, untuk pengabdian kita kepada masyarakat, untuk terus menunaikan sebuah amanah besar penuh dinamika di Kampus Ali Wardhana. Salam Pers Mahasiswa!
EDITORIAL
Susunan Redaksi
“Langkah manusia menjadi nyata saat bertindak, bukan berkata, belajar makna dari senyuman mereka, ”lirik lagu Dunia Sekitar dari Maliq d’Essential ini, jika kita telisik lebih dalam, memiliki makna yang mengena jika disandingkan dengan keadaan Indonesia yang saat ini sedang dirundung banyak bencana. Letusan gunung di Sinabung, gempa di Kebumen, tanah longsor di Sukabumi, hingga bencana teranyar saat ini, banjir—yang terjadi di mana-mana. Bencana tersebut memakan banyak korban secara fisik dan materi, menggerakkan hati nurani banyak pihak untuk turut berkontribusi demi mengembalikan senyuman dan semangat mereka lagi. Salah satunya adalah gerakan-gerakan sosial yang lahir di lingkungan kampus. Di STAN, kegiatan-kegiatan tersebut juga ada, cerminan bahwa jiwa sosial mahasiswa kampus pelat merah ini belum mati.
Pemimpin Umum Arief Kurniawan Kepala Kesekretariatan Muwardhani Wahyu Utami Pemimpin Redaksi Yayan Puji Riyanto Koordinator Peliputan Abdurrahman Imam Prasetyo Reporter Abdurrahman Imam Prasetyo, Aghnia Putri Ramadhani, Ahmad Fauzi, Ana Safitri, Aprilia Abriani, Ari Mahansen, Dessy Andasari Siregar, Diana Emeilia, Dita S. Fitirani, Hanif Ayu Savitri, Lidya Sholikhah Dewi, Majid Abdullah, Mega Dipta P, Mutiara Ni Mahdania, Nolaristi Ola, Nur Aini Shinta Dewi, Nurita A. Tyas, Rifaldi Panji S., Syarifatul Hidayati Desain dan Tata Letak Aghnia P. Ramadhani, Yuli Setyowati, Dessy Andasari Siregar Editor Ahmad Fauzi, Nurita A. Tyas, Desi Riana Prasetya Alamat Redaksi Kampus Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Jalan Merak H6, Perumahan Jurang Mangu Indah, Pondok Aren, Tangerang Selatan, Banten 15222. Surel: stan.mediacenter@ gmail.com
diterbitkan oleh:
www.mediacenterstan.com
Lirik lagu itu pula yang, mungkin, dapat mengingatkan kita untuk terus menyoroti pergerakan para wakil-wakil mahasiswa yang duduk dilembaga tinggi Keluarga Mahasiswa (KM) STAN. Gedung-gedung di kampus ini jadi saksi bisu janji-janji kampanye. Maka patutlah bagi yang bisa bersuara, untuk terus berpartisipasi, seraya mengamati janji-janji apa yang telah terealisasi di kepengurusan tahun 2013/2014, serta mengingatkan mereka jika ada amanah yang berpotensi tak tertunaikan. Apalagi, bergulirnya kegiatan kemahasiswaan ditopang oleh uang yang berasal dari kantong-kantong pribadi mahasiswa—yakni uang yang dibayarkan saat Daftar Ulang KM STAN. Edisi ini, Tabloid Civitas akan menghadirkan ulasan mengenai kepengurusan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STAN di bawah kepemimpinan Daeng Achmad dan Rino Romadhoni yang sudah berjalan sekitar setengah periode. Salah satunya adalah mengenai aliran dana hasildaftar ulang yang mencapai sepuluh digit angka, yang belum terdistribusi dengan baik, sehingga masih ada Unit Kegiatan Mahasiswa yang menarik dana dari anggotanya. Padahal, uang mahasiswa tersebut seharusnya terjamin kelancarannya untuk kembali dalam wujud kegiatan kemahasiswaan. Selain isu tersebut, kami juga mengangkat tentang perubahanAnggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) yang dulunya mengatur bahwa Wakil Presiden Mahasiswa BEM STAN harus berasaldarimahasiswa D-3. Selain isu tentang BEM, kami juga akan mengangkat
tentang rencana dibentuknya KM STAN Nasional sebagai pemersatu seluruh mahasiswa STAN di Indonesia pada rubrik Liputan Utama. Liputan Khusus akan mengangkat isu yang sering menjadi momok bagi kebanyakan mahasiswa baru Kampus STAN, yaitu serba-serbi drop out (DO). Dengan segala aturan tata tertib dan kebijakan ketat yang berlaku, STAN kabarnya menjadi sekolah tinggi kedinasan yang hobi men-DO mahasiswanya bila sudah berkaitan dengan nilai dan perilaku. Data statistik dan cara perhitungan indeks prestasi kami hadirkan pula di rubrik tersebut. Tabloid ini juga mencoba mengangkat sisi sosial dari penghuni dominan Kampus STAN: mahasiswa. Hiruk-pikuk donor darah, agenda-agenda kemanusiaan yang digalang oleh mahasiswa STAN, Gerakan STAN Bebas Rokok, hingga perspektif para dosen mengenai mahasiswa STAN angkatan 2013 kami tuangkan pula di tabloid ini. Kami juga mencoba melihat Capacity Building dari kacamata mahasiswa STAN. Pada artikel tersebut, kami hadir dengan data statistik dan bermaksud untuk mengulik manfaat serta pesan dan kesan para mahasiswa yang telah mengalaminya. Maharema dan Bambu Pelangi juga turut meramaikan pemberitaan di Tabloid Edisi Magang kali ini. Akhirnya, di tengah suasana persiapan Ujian Akhir Semester (UAS) pertama bagi angkatan 2013, reporter magang Media Center STAN—yang juga didominasi oleh angkatan 2013—mencoba mempersembahkan karya ini. Segenap keluarga Media Center STAN mengucapkan selamat menempuh UAS semester ganjil bagi yang merayakan. Semoga segala usaha terbaik yang dikerahkan dapat berbuah manis di akhir perjalanan.Tidak lupa pula kami mengingatkan untuk menyeimbangkan usaha dengan doa, sehingga sukses berhak menjadi milik kita semua. Terakhir, kami tutup catatan ini dengan sebuah kutipan. “Bila kamu tak tahan lelahnya belajar, maka kamu akan menanggung perihnya kebodohan.” (Imam Syafi’i) Selamat membaca!
SURAT PEMBACA
EDISI NO.20/TAHUN XII/MINGGU II FEBRUARI/2014
Apatis dan Mahasiswa Memasuki termin kedua perkuliahan di STAN dan mendapat amanah dalam sebuah organisasi di kampus membuat saya semakin peduli dengan kehidupan mahasiswa di kampus STAN. Salah satu isu yang setiap zaman muncul adalah isu tentang apatis. Apa itu apatis? Kenapa isu tersebut menjadi penting?
Apatis dalam Kamus Bahasa Indonesia Online diartikan sebagai acuh tak acuh, tidak peduli, dan masa bodoh. Rasanya dari definisi di atas sudah jelas mengapa begitu penting isu ini dalam kehidupan kampus—yang notabene dominasi geraknya berasal dari mahasiswa. Mahasiswa, makhluk yang paling berpendidikan, yang berwawasanluas, dan yang sekaligus akan sangat mengerikan jika memiliki sikap apatis terhadap hal-hal yang bersifat penting bagi masyarakat. Sikap apatis atau tidak peduli, apabila sudah terbiasa dilakukan semenjak dini, akan sangat mungkin terbawa hingga mahasiswa tersebut lulus. Apatis, padahal sudah waktunya berkontribusi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Ala bisa karena biasa. Bayangkan bagaimana hancurnya negara ini jika dipimpin oleh mereka yang tidak peduli dengan masyarakat, bangsa, dan negaranya. Ingat, bahwa mahasiswa adalah penyumbang terbesar pemimpin-pemimpin bangsa di dunia. Menjadi sebuah pertanyaan tersendiri, apa sebenarnya yang menyebabkan orang menjadi apatis? Biasanya, sikap apatis ini muncul akibat hilangnya kepercayaan atas potensi keberhasilan akans esuatu. Ketika seseorang tidak lagi memiliki rasa optimis akan adanya perubahan yang lebih baik yang dapat dicapai—atau dapat dikatakan orang itu telah hilang harapan—maka seseorang akan merasa tidak perlu melakukan apapun. Menurutnya usaha yang dilakukan akan berdampak sama saja, tidak menghasilkan manfaat atau perubahan positif, sehingga dalam perspektifnya, semua pekerjaan akan menjadi siasia. Kerja keras yang nihil hasil, mungkin itulah yang paling
banyak menyebabkan seseorang menjadi apatis. Biasanya seorang mahasiswa dicap sebagai apatis ketika dia tidak terlihat aktif mengikuti kegiatan atau organisasi di kampus. Namun, tidaklah boleh untuk menyatakan seseorang apatis dengan begitu mudah.Setiap orang mungkin memiliki sifat apatis terhadap kegiatan atau organisasi dengan tema-tema atau masalah-masalah tertentu. Seseorang yang apatis terhadap suatu kegiatan atau organisasi belum tentu apatis terhadap kegiatan atau organisasi lain. Seringkali kita hanya melihat seseorang dari sudut pandang yang sempit dan tidak mampu melihat kehidupan seseorang secara utuh. Padahal, bisa saja seorang mahasiswa menjadi apatis terhadap kegiatan internal kampus karena rasa optimis atau kepercayaan terhadap organisasi kampus— bahwa aspirasinya akan ditindaklanjuti—telah hilang. Bisa jadi dia mencari kegiatan atau organisasi di luar kampus yang dianggap mampu memenuhi aspirasinya. Selanjutnya, apa yang harus dilakukan untuk menanggulangi sikap apatis terhadap kegiatan–kegiatan yang ada di kampus? Sikap apatis sebagaimana disebutkan di atas muncul akibat adanya rasa tidak percaya bahwa keberhasilan akan sesuatu dapat dicapai. Maka, cara yang paling tepat untuk mengurangi sedikit demi sedikit hingga menghilangkan secara keseluruhan dari sikap apatis adalah dengan membangun kepercayaan mahasiswa selaku masyarakat kampus terhadap organisasi-organisasi kemahasiswaan yang ada. Kepercayaan dapat dibangun dengan komunikasi yang efektif antara mahasiswa, selaku masyarakat kampus, dan
mahasiswa, sebagai pelaksana pemerintahan dan kegiatan kampus. Komunikasi yang efektif akan mengurang irisiko salah paham maupun salah persepsi terhadap organisasi. Hal ini, pada akhirnya, diharapkan dapat menumbuhkan kepercayaan yang kuat bahwa organisasi dan para pelaksana di dalamnya dapat bekerja dengan baik—dan layak untuk dipercaya. Selain itu, yang paling utama, kepercayaan harus dibangun dengan aksin yata dalam meningkatkan kinerja organisasi. Sehingga organisasi tersebut layak untuk mendapatkan perhatian dari mahasiswa selaku pemangku kepentingan terbesar di kampus. Program dan kegiatan yang bagus, kemungkinan besar akan mempersulit orang untuk apatis, tidak tertarik, atau tidak berkonstribusi. Ini merupakan tantangan bagi para aktivis kampus untuk merancang dan menyajikan program kerja yang baik yang akan menarik minat mahasiswa. Dengan demikian, mengurangi “budaya” apatis adalah hal yang tidak mudah, tetapi juga tidak sulit. Apabila terdapat suatu pemahaman yang sama, bahwa apatis itu tidak baik, maka dapat kita sepakati bahwa mahasiswa adalah orang yang paling sulit untuk apatis karena tingkat pendidikan yang tinggi serta wawasan yang luas yang dimilikinya. P. Alhadi Sembiring Ketua Badan Legislatif Mahasiswa STAN 2013/2014
LENTERA
Orang yang “Mengerti” Menatap sudut kota tempat berjejalnya gedung-gedung pencakar langit yang selalu tampak hidup, ditambah dengan lalu lalang kendaraan yang seperti tak ada habisnya menyesaki lalu lintas kota, biasanya mengingatkan manusia pada satu hal bernama rutinitas. Sesuatu yang sudah mendarah daging, tidak dapat dipisahkan denyutnya dari kehidupan sehari-hari. Terjerat rutinitas yang seperti tak berujung dan nihil kata tamatnya, acap kali membuat siapapun merasa jemu. Merasa bahwa hidup adalah sesuatu yang stagnan dan statis. Bahwa hidup adalah kekosongan dinamika. Bahwa hidup yang diwarnai oleh perubahan-perubahan manis adalah utopia. Apalagi ketika rutinitastersebut tak diniatkan untuk bergerak ke arah yang lebih baik, akanmakin samarlah apa yang sebenarnyamenjaditujuanutama seorang manusia. Dengan rasa hidup yang makin hambar. Di era virtual ini, globalisasi dan pengaruhnya semakin mencengkeram jiwa para pribumi. Menjadikan banyak dari mereka berambisi untuk menjadi yang terdepan; pakar teknologi, orang intelek, maupun ilmuwan—yang memang sebenarnya dibutuhkan oleh Indonesia, bahkan oleh dunia. Oleh karenanya, persaingan ketat terjadi dimana-mana. Wajar. Tetapi ada sebuah gejala yang anomali, yakni ketika ilmu pengetahuan yang seharusnya membawa harapan, menjelma jadi sosok yang didefinisi sebagai gelar dan apresiasi semata. Ia dikejar penuh obsesi, gelar harus tinggi, agar mendapat kepuasan diri dan penghargaan dari orangorang di sekitarnya. Kemudian gejala anomali tersebut menjadi sudut pandang normal bagi orang-orang yang mempunyai ambisi untuk meraih sebuah kesempurnaan artifisial. Seseorang yang mengejar sebuah kesuksesan dalam paradigma sempit, dengan sekadar mengandalkan kecerdasan dan kepandaian, dan bahkan menyepelekan kebutuhan rohani—yang seharusnya menjadi faktor utama untuk tetap hidup dalam hidup. Hidup, dalam hari-hari yang sudah, sedang, atau akan dijalani.
terbentuk untuk menentukan, misal, siapa yang terpintar atau yang terkaya. Si pintar adalah mereka yang selalu mengumpulkan angka 9 dan 10 pada ujian-ujian sekolah. Si kaya adalah mereka yang berhasil mengumpulkan angka 0 sebanyak-banyaknya dibelakang angka 1,2,3, dan seterusnya, dalam brankas-brankas mereka.
yang berkualitas adalah, memang, orang-orang yang terdidik. Tetapi realitas pula yang mengatakan kepada kita bahwa terdidik saja tidak cukup. Pelaku penipuan tak jarang orang yang terdidik, koruptor terdidik, orang-orang jahat banyak yang terdidik. Sehingga benar, terdidik saja tidak pernah cukup.
Wacana bahwa kualitas adalah nomor satu memang sudah digembar-gemborkan sedari dulu.Tapi, sejauh ini, wacana tersebut serasa tidak dicamkan sama sekali dalam pengaplikasian laku pada kehidupan sehari-hari.
Orang-orang terdidik itu harus pula menyandang predikat sebagai orang yang “mengerti”.
Padahal mereka yang mempunyai paradigma sedemikian rupa harusnya menyadari, bahwa pseudo success syndrome (menghipnotis diri sendiri dengan kesuksesan semu) sangat membahayakan dan berakibat fatal jika tidak segera diganti. Ya, diganti. Mengganti paradigma kesuksesan yang sering kali terdefinisikan sesederhana kata-kata benda. Karena sejatinya, paradigma adalah cetak biru seseorang. Terlampau sulit untuk diubah. Tetapi untuk diganti oleh sesuatu yang lebih baik, demi memperbaiki sudut pandang, demi mencapai standar pribadi yang berkualitas, agar dapat menjadi “seseorang” dan pribadi yang siap pakai, kenapa tidak? Apa salahnya mengubah cetak biru diri? Apakah keengganan itu disebabkan karena sudah terlalu pelit untuk menebar benih-benih kebaikan dan kebermanfaatan untuk orang-orang disekitarnya? *** Pertanyaan yang lantas timbul kemudian adalah, siapa yang layak disebut memiliki kepribadian yang berkualitas? Apa indikatornya? Apa penanda-penandanya?
Terlebih lagi, dewasa ini, dalam aspek kehidupan yang tidak sedikit, kuantitas meraja. Mendominasi. Merebut posisi paling atas yang seharusnya dihuni oleh kualitas. Kuantitas memang diperlukan. Tetapi tidak seharusnya prestisi kualitas tergerus oleh keberadaan kuantitas yang sedikit banyak mengandalkan angka sebagai tolak ukur.
Apakah mereka yang senang berjalan sambil mengangkat dagu, dan merasa berhak atas segalanya? Ataukah seseorang yang ambisius dengan segala impian tak terbendung yang harus dicapai tanpa peduli bagaimanapun caranya? Apakah ia yang dalam pandangannya, segala yang ia lakukan adalah benar dan tidak dapat diganggu gugat? Atau ia yang mencukupkan diri dengan memiliki gelarinsinyur atau lulus dari strata tiga?
Perspektif yang hanya angka-angka kemudian malah
Realitas menjawab bahwa kebanyakan dari orang-orang
Orang yang mengerti. Seperti mereka, yang cemerlang dalam hal menyelamatkan diri dari kecongkakan intelektualitas. Mereka, yang cukup rendah hati untuk mengganti sudut pandang yang keliru. Mereka, yang sudi untuk selalu berekstrospeksi diri dalam hal memaafkan dan menghadapi, dalam hal tertawa pada diri sendiri—bukan menertawakan orang lain. Mereka, yang tidak meng-aku-aku-kan diri. Mereka, yang mengetahui kelemahan-kelemahan dirinya dan tetap mau menerima serta bersyukur penuh karenanya. Mereka, yang rela berbagi dan tidak menyakiti. Mereka, yangsekali lagi, menjaga pengembaraan mereka untuk menemukan jati diri dan hakikat mereka sebagai seorang makhluk. Mereka yang tak mengejar kesuksesan palsu, sehingga tiap detak rutinitasnya berjalan—berlari, berkobar dengan ruh optimisme yang mendobrak batas-batas kejemuan. Merekalah orang-orang yang berkualitas, yang pantas mendapatkan peringkat pertama di sekolah kehidupan.
3
4
EDISI NO.20/TAHUN XII/MINGGU II FEBRUARI/2014
LIPUTAN UTAMA
Perputaran Dana Mahasiswa Daftar Ulang Keluarga Mahasiswa STAN (DU KM STAN) dan Studi Perdana Memasuki Kampus (Dinamika) untuk mahasiswa STAN angkatan 2013/2014 telah terlaksana empat bulan silam dengan kerja sama antara Lembaga dengan mahasiswa STAN. Salah satu tujuan diadakannya DU KM STAN adalah untuk menghimpun iuran wajib dari mahasiswa baru yang dipungut sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) KM STAN. Di sisi lain, Dinamika diselenggarakan untuk memperkenalkan mahasiswa baru kepada Kampus STAN dan lingkungannya. Acara orientasi mahasiswa baru tersebut juga termasuk tentang tata cara berpenampilan, berkuliah, etika bergaul, hingga kegiatan non-akademis.
Sehari setelah Dinamika, yakni pada tanggal 28 September 2013, acara bertajuk Elkam Fest langsung digelar guna menarik minat para mahasiswa dan mahasiswi baru (maba dan miba) untuk berpartisipasi aktif dalam segenap kegiatan elemen kampus. Dari sana, maba dan miba diharapkan mendapatkan gambaran tentang kegiatan non-akademis yang sesuai dengan passion-nya, untuk kemudian dapat aktif di dalamnya. Saat perkuliahan dimulai, rekrutmen terbuka organisasiorganisasi kemahasiswaan pun bermunculan. Seiring waktu, setelah melalui berbagai tahap penyeleksian, kepengurusan organisasi-organisasi mahasiswa di STAN—yang sebagian sempat vakum beberapa waktu—juga mulai terbentuk. Kini, warga STAN dapat melihat kampusnya yang mulai ramai kembali dengan kegiatan-kegiatan mahasiswa.
KM STAN dan dikelola oleh Andy. Per bulan November 2013, telah terkumpul profit giro sebesar Rp9.481.602,19. Profit ini tidak dimasukkan ke dalam unsur penerimaan, tetapi akan dijadikan pengurang untuk iuran mahasiswa baru di tahun mendatang. Transfer Dana KM STAN Mekanisme pengajuan dan pencairan dana untuk kegiatan operasional maupun kegiatan rutin tiap elkam diawali dengan menyerahkan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) ke BLM. Setelah itu, BLM akan membentuk tim yang berasal dari Badan Audit Kemahasiswaan (BAK) STAN untuk mengaudit laporan tersebut.
Kegiatan-kegiatan tersebut tentunya tidak bergulir begitu saja. Ada persiapanpersiapan, kegiatan operasional, dan juga eksekusi-eksekusi yang membutuhkan biaya—yang mungkin tidak sedikit. Maka seharusnya timbul pertanyaan, dari mana biaya kegiatan-kegiatan tersebut berasal? Bagaimana pertanggungjawabannya? Tentang muasal dana, tentu dana yang dihimpun pada saat DU KM STAN memberikan sumbangsih besar dalam perputaran kegiatan mahasiswa di KM STAN. Seperti yang tertera dalam Ketetapan Badan Legislatif Mahasiswa (Tap BLM) STAN Nomor 016/TAP.02/BLM/IX/2013, pada penerimaan mahasiswa 2013 lalu, program D-3 nonKepabeanan dan Cukai dikenai iuran sebesar Rp698.000,00, sedangkan D3 Kepabeanan dan Cukai sebesar Rp987.000,00 serta D-1 sebesar Rp414.000,00. Iuran tersebut nantinya akan diperuntukkan bagi bergulirnya kegiatan-kegiatan mahasiswa STAN selama masa perkuliahan. Dana tersebut juga termasuk untuk pembuatan jas almamater. Angka Dari Mana? Bendahara Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STAN 2013/2014 yang juga merangkap Bendahara KM STAN, Andy Wijaya, menuturkan kepada reporter Civitas, bahwa dengan asumsi 90% mahasiswa baru melakukan iuran, estimasi dana yang diperoleh KM STAN adalah sekitar Rp1,5 miliar. “Realisasi di lapangan, (dana yang terkumpul) sekitar Rp1,9 miliar, dengan total mahasiswa D-1 dan D-3 yang mendaftar ulang sebanyak 3.146 orang,” tutur Andy. Dana yang terkumpul tersebut kemudian akan dialokasikan untuk semua kegiatan mahasiswa selama tiga tahun bagi D-3 dan satu tahun bagi D-1. Untuk pengalokasian per elemen kampus (elkam), menurut Andy, masih ada yang belum tepat. Karena, mekanisme pembagian anggaran per elkam saat ini dilakukan dengan penentuan tarif, yang nantinya dikalikan dengan jumlah mahasiswa, seperti pada sistem penjatahan. Menurut Andy, yang seharusnya terjadi adalah setiap elkam mengajukan rancangan anggaran belanja untuk periode satu tahun pada saat Elkam Union dan pembahasan APB-P (Anggaran Pendapatan dan Belanja Perubahan). “Jadi, berapa (rupiah uang) yang dibutuhkan (oleh) tiap elkamnya, lalu (itu yang) didistribusikan (atau dibebankan) ke mahasiswa.” ujar Andy. Pada praktiknya, setiap elkam mempunyai proporsi yang berbeda, tergantung berapa jumlah yang dibutuhkan selama satu periode dan jumlah partisipan. Iuran yang dibayarkan oleh mahasiswa D-3 otomatis berjumlah lebih besar karena keikutsertaan dalam kegiatan di kampus lebih lama daripada mahasiswa D-1. Untuk tahun anggaran 2013/2014, dana yang telah terkumpul disimpan dalam bentuk giro di Bank Muamalat, atas nama
Untuk Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang berada di bawah BEM, tindak lanjutnya berupa pengajuan kebutuhan selama setahun. Kementerian Keuangan BEM dan kementerian yang membawahi UKM tersebut nantinya akan menyepakati serta memproporsionalkan dana yang akan ditransfer sesuai dengan kebutuhan UKM tersebut, tentunya dengan mempertimbangkan anggaran yang tersedia. Akan tetapi, berbeda halnya dengan Badan Otonom (BO). BO yang merupakan Badan Kelengkapan langsung di bawah BLM, sistem penganggarannya terbilang unik. STAN Pencinta Alam (Stapala), STAN Music Community (SMC), STAN English Club (SEC), dan Koperasi Mahasiswa (Kopma) yang merupakan anggota BO saat ini, mempunyai kuasa untuk menarik iuran dari anggotanya, selain mendapat transfer dari KM STAN—yang penggunaannya dibatasi. Bagi BO, dana dari KM STAN hanya dapat digunakan atau diajukan jika kegiatan yang memakai dana KM STAN itu bersifat mencakup semua mahasiswa, bukan hanya anggota mereka saja. “Jadi, kalau didanai pakai dana KM STAN, (BO) itu harus membuat acara yang terbuka untuk umum (mahasiswa STAN).” tambah Andy. Kemudiaan dalam berkegiatan, kegiatan operasional BEM menurut Andy ditanggung oleh anggota BEM STAN sendiri, misalnya dalam hal konsumsi saat rapat. Pengajuan dana untuk kebutuhan natura seperti jaket dan kaos pun tidak disetujui olehnya. Menurutnya, tidak ada anggaran untuk menyejahterakan anggota BEM, karena semua dana yang terkumpul dari mahasiswa pada akhirnya akan kembal kepada mahasiwa dalam bentuk non-natura. “Seperti membayar pajak, namun tidak memaksa. Mahasiswa akan merasakan manfaatnya dan bukan dalam bentuk feedback langsung.” tambah Andy. Lebih jelas, uang yang telah dipungut dari mahasiswa saat daftar ulang akan dinikmati dalam bentuk kegiatan-kegiatan. Penyerapan dana KM STAN tahun ini direncanakan sejumlah Rp1.388.906.862,41 yang meliputi anggaran untuk DU dan Dinamika yang telah terlaksana, jas almamater, seragam untuk mahasiswa Spesialisasi Kepabeanan dan Cukai, serta
transfer ke elkam-elkam. Menilik DU KM STAN dan Dinamika, dari Rp483 juta yang dianggarkan, hanya digunakan sebesar Rp345 juta. Sehingga seharusnya masih tersisa anggaran sebanyak Rp138 juta. Menanggapi sisa anggaran yang belum terpakai, BLM STAN melaksanakan Sidang Paripurna membahas perubahan anggaran bagi elkam-elkam agar sisa dana tersebut dapat termanfaatkan. Mengenai Himpunan Mahasiswa Spesialisasi (HMS) yang dibekukan hingga satu periode, Andy mengatakan bahwa anggaran untuk HMS tersebut tetap ada. Dana tersebut tepatnya digunakan untuk pembinaan HMS di bawah Kementerian PPSDM (Pendidikan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia ) BEM. Karena direncanakan, HMS tersebut akan terbentuk kembali setelah diadakannya Pemilihan Raya (Pemira) untuk memilih Ketua dan Wakil Ketua HMS sesuai dengan AD/ART KM STAN Bab IX tentang Himpunan Mahasiswa Spesialisasi Pasal 26 Ayat (2). Pembinaan yang telah dilakukan tersebut telah menyerap dana sebesar Rp31.870.000,00 dan telah menghasilkan pembentukan kepengurusan sementara untuk semua spesialisasi. Jumlah yang sudah terpakai ini, menurut Andy, adalah jatah untuk tiga tahun. Bila Pemira diadakan kembali dan terbentuk Ketua dan Wakil Ketua HM di tiap Spesialisasi, maka akan ada anggaran untuk kegiatan keseluruhan HMS tersebut sejumlah Rp24 juta. Andy menambahkan, “Data ini adalah data bergerak. Yang artinya masih terus dibahas dan dapat berubah.” Dari kepengurusan terdahulu, BEM mendapatkan keuntungan sebesar Rp5 juta terkait dengan investasi peternakan lele yang disinyalir sudah ada sejak enam hingga tujuh tahun silam. Investasi yang menelan biaya hingga Rp90 juta tersebut sayangnya tidak memiliki bukti tertulis. “Tidak ada proses dokumentasi dalam hal ini,” ujar Andy. Andy berencana melakukan reklasifikasi, yakni dana yang telah dikeluarkan tersebut dianggap piutang dan bukan investasi. Sehingga Rp85 juta yang tersisa bisa secepatnya dikembalikan. Jika jumlah tersebut berhasil dikembalikan ke kas KM STAN, maka akan dimasukkan ke dalam pendapatan lain-lain dan dijadikan subsidi iuran untuk mahasiswa baru tahun selanjutnya. Selain peternakan lele, BEM STAN juga pernah berinvestasi dinar (mata uang emas), yang menurut Andy agak keliru karena pembelian dinar dilakukan saat harganya sedang mahal. “Saat ini harga dinar sedang turun.” Selain investasi yang telah dilakukan, Kementerian Keuangan periode ini juga berniat membentuk Badan Usaha BEM berupa gerai fotokopi. BEM berusaha merangkul Kopma untuk bekerja sama, namun Kopma memiliki pertimbangan lain, salah satunya yaitu kedudukan Kopma saat ini sebagai BO yang setara dengan BEM. Di kepengurusan ini juga terdapat wacana mengenai uang mahasiswa yang drop out (DO) di tengah perkuliahan, Menurut Andy, uang anak tersebut seharusnya dikembalikan secara proporsional. Mengenai hal ini, mekanisme pengembalian akan diatur lebih lanjut. Mengenai transparansi dana yang didengungkan oleh mahasiswa yang ingin mengetahui kejelasan alokasi dana KM STAN, Andy menyatakan bahwa informasi tersebut dapat diakses melalui laman resmi BEM STAN. “Rencana alokasi dan dana yang terpakai dapat dilihat di web,” pungkasnya. [Dita Sesylia F./Mutiara Ni M.]
LIPUTAN UTAMA
EDISI NO.20/TAHUN XII/MINGGU II FEBRUARI/2014
KM Spesialisasi adalah Cikal Bakal HMS?
tuk melakukan kegiatan—penyelenggaraan kegiatan internal spesialisasi jelas mengalami kesulitandan terkesan tidak terwadahi.
Setelah hampir lima bulan sejak dibekukan lewat Ketetapan Badan Legislatif Mahasiswa (BLM) Nomor 009/TAP.02/BLM/ VIII/2013, yang merupakan hasil revisi dari Ketetapan BLM Nomor 003/TAP.02/BLM/IV/2013, kini bibit Himpunan Mahasiswa Spesialisasi (HMS) mulai tumbuh kembali.
Pembekuan HMS menurut Li’ilzam Nur, Wakil Ketua I BLM 2012/2013, disebabkan oleh ketiadaan penerimaan mahasiswa jenjang D-3 selama dua tahun berturut-turut di STAN pada waktu itu. Peristiwa tersebut menyebabkan kekosongan dua generasi sehingga personel yang dapat meneruskan kepengurusan HMS pun menjadi tidak ada. Oleh karena itu, BLM bersepakat untuk membuat ketetapan pembubaran dan pendirian ulang Badan Kelengkapan Keluarga Mahasiswa (BK KM) STAN. Keputusan yang dibuat juga telah mempertimbangkan ketiadaan dana operasional untuk keberlangsungan HMS di masa itu. Sejak dibekukannya HMS—yang notabene merupakanwadah dan payung organisasi bagimahasiswadi tiap spesialisasiun-
Sebagai contoh, Arifin Aziz Nur Hidayat, selaku Ketua Keluarga Mahasiswa Diploma I Pajak, menyuarakan pendapatnya bahwa ketiadaan payung organisasi—yang juga berarti ketiadaan aliran dana dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)—merupakan kesulitan yang dialami ketika hendak melaksanakan kegiatan di spesialisasinya. “Itu masalah yang paling utama dalam berkegiatan, tapi kita tidak kehabisan akal. Untung teman-teman saya kreatif. Mereka, sejak Pekma (Pekan Mahasiswa) kemarin, teman-teman jualan air dan sebagainya.” Pembinaan KM Spesialisasi Kini, HMS berada di bawah pembinaan KementerianPengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Mahasiswa (PPSDM) BEM STAN, dengan nama Keluarga Mahasiswa (KM) Spesialisasi. Alhadi Sembiring, Ketua BLM STAN 2013/2014 beropini, “Pembinaan HMS, (merupakan) pembinaan kesiapan teman-teman tingkat 1 untuk melanjutkan (kepengurusan) HMS.” Namun, ketika dilakukan konfirmasi, pihak yang dibina malah mengutarakan kebingungannya. Ahmad SinggihFebriyanto, Ketua KM Akuntansi, contohnya. Ketika ditemui oleh Civitas Januari lalu, Singgih merasa tidak mengetahui perihal posisi KM Akuntansi sekarang. Singgih beralasan bahwa kini KM Akuntansi tidak bisa menggunakan AD/ART Himpunan Mahasiswa Akuntansi (Himas) karena tengah dibekukan, dan juga tidak mungkin menggunakan AD/ART BEM STAN sebab KM
Akuntansi tidak termasuk dalam unit kemahasiswaan yang dibawahi oleh BEM STAN seperti halnya UKM. Cairnya HMS Dalam beberapa bulan kedepan, yakni di antara bulan Mei atau Juni 2014, Pemilihan Raya (Pemira) akan diadakanserentak untuk memilih anggota BLM, Presiden Mahasiswa (Presma) dan Wakil Presiden Mahasiswa (wapresma), sertaKetua dan Wakil Ketua HMS. Dengan diadakannya Pemira yang salah satu kegiatannya memilih Ketua dan Wakil Ketua HMS, Hadi menuturkan, “Nanti mungkin akan ada Tap (Ketetapan) khusus yang mengatur itu (terkait pembekuan HMS). Walaupun sebenarnya, otomatis (dalam pembekuan HMS di) suatu periode ketika ada periode selanjutnya (yang meneruskan), (HMS) otomatis cair.” Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa setelah Pemira, kabinet HMS dapat dibentuk dan status HMS akan aktif kembali untukmengakomodasi kegiatan yang ada di masing-masing spesialisasi yang ditanganinya. Namun perlu diketahui, setelah diadakannya Pemira, bukan berarti pengurus KM Spesialisasi yang sekarang akan serta merta menjadi bagian dari pengurus HMS. Sebab perekrutan anggota HMS akan bergantung terhadap kebijakan Ketua HMS terpilih, dengan persetujuan BLM. Walaupun begitu, apresiasi tetap harus diberikan kepada pengurus KM Spesialisasi saat ini, sebab mereka telah menunjukkan kepeduliannya terhadap kehidupan gerak mahasiswa di STAN. [Abdurrahman Imam P./Majid A.]
KM STAN Nasional
Proyek Besar Pemersatu Mahasiswa STAN se-Nusantara Sebuah peninggalan besar dari para aktivis Kampus STAN di tahun 2013 untuk mahasiswa baru STAN, yang bisa menjadi tumpuan asa bagi para mahasiswa STAN ke depannya, terutama para mahasiswa yang berharap STAN menjadi “Satu”.
Tidak dapat dipungkiri, STAN merupakan sekolah tinggi kedinasan yang terdesentralisasi dan memiliki kampus yang tersebar di sebelas Balai Diklat Keuangan (BDK) di daerah, di Pusdiklat Bea dan Cukai Rawamangun tempat bernaungnya D-3 Spesialisasi Kepabeanan dan Cukai, serta di kampus utama STAN yakni Kampus Ali Wardhana, Jurangmangu, Tangerang Selatan. Penerimaan mahasiswa D-3 Reguler sempat terhenti di tahun 2011 dan 2012. Kemudian, ketika penerimaan mahasiswa baru D-3 Reguler dan D-1 tahun 2013 dibuka, ternyata jumlah mahasiswa yang diterima dapat dikatakan terbanyak dalam sejarah penerimaan mahasiswa baru STAN. Jumlah mahasiswa D-3 Reguler dan D-1 yang diterima pada Ujian Saringan Masuk (USM) STAN pada tahun 2013 mencapai kurang lebih lima ribu mahasiswa, dengan 1800-an mahasiswanya berada pada BDK-BDK di daerah di seluruh Indonesia. Dengan jumlah penerimaan yang demikian besar, mahasiswa angkatan 2013 otomatis menjadi penghuni dominan di Kampus STAN Ali Wardhana. Yang menjadi sorotan kini— bahkan sejak dulu—adalah, bahwa mahasiswa STAN bukan hanya mahasiswa yang bertempat kuliah di Bintaro. Mahasiswa yang terjaring dari USM STAN dan bertempat kuliah di BDKBDK se-Indonesia, maupun di Kampus Frans Seda Rawamangun, juga merupakan mahasiswa STAN. Persebaran mahasiswa STAN di seluruh Indonesia tersebut, mau tak mau, menjadi sebuah kendala tersendiri sehingga hampir sepanjang tahun, tidak ada satu kegiatan besar yang melibatkan mahasiswa STAN seluruh Indonesia. Wadah yang memungkinkan mahasiswa STAN se-Indonesia untuk bersinergi juga masih nihil. Atas dasar itulah, pengurus-pengurus elemen kampus STAN yang terlibat dalam Rapat Akbar Keluarga Mahasiswa (RAKM) STAN yang dilaksanakan pada masa-masa sebelum USM STAN 2013 berlangsung, membicarakan dengan serius adanya agenda untuk menyatukan seluruh mahasiswa STAN di Indonesia ke dalam satu naungan KM STAN Nasional. Rencananya, KM STAN Nasional ini akan menaungi berbagai elemen kampus dan badan kelengkapan kampus sehingga dapat terintegrasi, bersatu, dan saling berhubungan.
Warisan amanah dari mahasiswa angkatan sebelumnya ini kemudian menjadi agenda besar yang kini dibahas dengan serius oleh Badan Legislatif Mahasiswa (BLM) STAN bersama dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), serta perwakilan berbagai elemen kampus. Agenda persatuan struktur KM STAN ini di dukung penuh oleh Sekretariat STAN yang diwakili oleh Agus Sunarya dan Chairul Denyl Setiawan sebagai Kepala Subbidang Pengembangan Pendidikan Pembantu Akuntan. “Yang paling urgent saat ini adalah pembentukan struktur KM STAN Nasional, Karena sampai saat ini, badan kelengkapan STAN, baik itu BLM, BEM, LPM (Lembaga Pers Mahasiswa), BAK (Badan Audit Kemahasiswaan), dan lain-lain, masih berkutat hanya di Kampus STAN Ali Wardhana, di Jurangmangu saja,” ungkap Ketua BLM STAN 2013/2014, Alhadi Sembiring. Sehubungan dengan salah satu poin di Anggaran Rumah Tangga (ART) KM STAN, khususnya Bab I tentang Keanggotaan KM STAN, yakni bahwa anggota KM STAN adalah setiap mahasiswa STAN yang berkedudukan di Kampus STAN Ali Wardhana, Jurangmangu, para petinggi elemen Kampus STAN kemudian ingin mengubah klausul tersebut. Keinginan revisi muncul supaya dalam aturan yang memayungi KM STAN tersebut, tidak ada perbedaan hak di antara setiap mahasiswa STAN karena masalah lokasi dan jarak. Keseriusan BLM sebagai pemegang mandat dan wewenang mengubah AD/ART STAN coba ditunjukkan dengan adanya kajian-kajian serta focus group discussion (FGD) tentang pendirian KM STAN Nasional ini. Acara tersebut dihadiri oleh berbagai petinggi elemen Kampus STAN, seperti BEM, Himpunan Mahasiswa Spesialisasi, BDK Cimahi, dan Chairul Denyl Setiawan, Kepala Subbidang Pengembangan Pendidikan Pembantu Akuntan serta Agus Sunarya sebagai perwakilan dari lembaga. Ketua BLM menargetkan bahwa pada Mei tahun ini, konsep mengenai struktur KM STAN Nasional tersebut sudah rampung dan siap diterapkan di periode selanjutnya. Rencana yang paling dekat, BLM akan mengadakan FGD yang lebih mendalam dengan BAK untuk konsep pengawasan serta
audit secara nasional. Selain itu, struktur KM STAN Nasional juga akan dibahas bersama dengan ketua kelas dan ketua angkatan di setiap spesialisasi. Penyusunan struktur KM STAN Nasional tersebut bertujuan untuk membuat setiap mahasiswa STAN memiliki hak dan kesempatan yang sama dalam mengembangkan dirinya melalui elemen kampus—yang sampai saat ini memang masih terpusat di Kampus STAN Ali Wardhana saja. Rancangan Struktur KM STAN Nasional Sejauh ini, hasil dari FGD yang telah dilaksanakan oleh BLM menghasilkan empat opsi mengenai model struktur KM STAN Nasional. Opsi-opsi tersebut nantinya akan diajukan dan dipilih menjadi model inti dari struktur KM STAN Nasional. Perlu diketahui Opsi model KM STAN Nasional: bahwa pemben1. Mengacu pada Negara tukan KM STAN 2. FederasiMengacu pada Negara 3. Otonom (seperti Indonesia)Mengacu Nasional tersebut berlatar belakang pada Model Kementerian (Eselon I) 4. Model Koordinasi Murni (Sederhana) keinginan STAN untuk segera memperoleh akreditasi. Salah satu persyaratan guna mendapatkan akreditasi adalah kegiatan kemahasiswaan STAN yang terorganisasi dan terintegrasi dengan lembaga, baik dari sisi pendanaan maupun keterlibatan lembaga di dalamnya. Seharusnya, dengan terobosan-terobosan yang sedang dilakukan oleh duet Lembaga dan KM STAN, mahasiswa dapat meminimalisasi ketidakpeduliannya terhadap gerakan kemahasiswaan. Karena apresiasi terhadap prestasi di bidang akademis maupun non akademis sudah lebih matang dan lebih terlihat ketimbang pada tahun-tahun sebelumnya. Sehingga, paradigma bahwa berkuliah tidak melulu sekadar mendapat indeks prestasi tinggi, lebih didukung dengan iklim organisasi di Kampus STAN. [Abdurrahman Imam Prasetyo]
Terpisahnya Korps Mahasiswa Bea Cukai dari KM STAN Jika dilihat dari sejarahnya, dahulu mahasiswa STAN dari seluruh spesialisasi melakukan kegiatan belajar mengajar di Kampus STAN Bintaro. Saat itu, mahasiswa tampil seragam dengan atribut tambahan berupa dasi bagi Spesialisasi Kepabeanan dan Cukai. Memasuki tahun ajaran 2006/2007, mahasiswa D-3 Spesialisasi Kepabeanan dan Cukai dipindahkan ke Pusdiklat Bea Cukai, Rawamangun. Kepindahan mahasiswa Kepabeanan dan Cukai ke kampus yang kemudian dijuluki Kampus Frans Seda tersebut disebabkan karena para dosen yang mengajar spesialisasi tersebut merasakan jarak yang cukup jauh jika harus bolakbalik Rawamangun-Bintaro tiap harinya. Maka, berdasarkan pasal 1 ART KM STAN, mahasiswa D-3 Spesialisasi Kepabeanan dan Cukai tidak lagi menjadi anggota KM STAN, dengan alasan kedudukannya sudah tidak lagi di Kampus Ali Wardhana. “Keanggotaan KM STAN itu (sampai saat ini) masih (ditentukan) berdasarkan lokasi. Nah, (hal) itu yang menurut kita kurang tepat. Maka dari itu, tahun ini BLM punya amanah besar untuk menyusun struktur KM STAN Nasional,” tutur Ketua BLM. [Abdurrahman Imam Prasetyo] .
5
6
LIPUTAN KHUSUS
EDISI NO.20/TAHUN XII/MINGGU II FEBRUARI/2014
DO Hantui Angkatan Baru STAN Tak terasa, empat bulan sudah sejak pendaftaran ulang dilakukan oleh mahasiswa baru STAN angkatan tahun 2013. Setelah dua periode kampus ini tidak membuka penerimaan mahasiswa baru jenjang D-3, wajah-wajahbaru—dengan semangatnya yang baru pula—akhirnya menghiasi dan meramaikan Kampus Ali Wardhana. Namun, dibalik semangat itu, tersirat pula kegelisahan para mahasiswa atas adanya sebuah sistem yang diterapkan di kampus. Trade-off antara jaminan dan fasilitas yang diberikan oleh STAN dengan konsekuensi-konsekuensi dan tata tertib ketat yang harus dipatuhi jelas ada. Salah satunya adalah sistem drop out (DO), yakni penghilangan status mahasiswa STAN bagi mahasiswa yang tidak memenuhi ketentuan yang telah diberikan oleh pihak kampus. Standardisasi Indeks Prestasi (IP) “STAN itu sebagai lembaga punya peraturan disiplin. Pasti semua universitas pun ada,” Begitulah pernyataan dari Budiasih Widiastuti, Kepala Subbidang Tatalaksana Pendidikan Ajun Akuntan, ketika ditemui di Gedung A lantai 2. Ia juga menambahkan, terkait status STAN sebagai Perguruan Tinggi Kedinasan, peraturan mengenai kehadiran juga harus ada. Untuk terhindar dari DO, jumlah maksimal ketidakhadiran harus di bawah 20% atau tiga kali pertemuan per mata kuliah. Untuk mahasiswa yang mengikuti lomba, dispensasi hanya akan diberikan jika lomba yang dimaksud adalah usulan dari pihak Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STAN yang telah disetujui oleh Direktur STAN. Terkait IP, Budiasih menuturkan kemungkinan naiknya standardisasi IP pada tahun ini. Jika sebelumnya IP untuk semester ganjil wajib di atas 2,4 dan IP Kumulatif semester genap wajib di atas 2,75, tahun ini IP minimal yang diterapkan oleh STAN adalah 2,6 untuk semester ganjil dan IP Kumulatif semester genap tetap sebesar 2,75. Hal senada juga dikonfirmasi oleh Pelaksana Subbidang Tata Laksana Pendidikan Akuntan, Ardes Sitanggang, saat ditemui di Gedung B lantai 2. Ardes mengatakan bahwa informasi tentang kenaikan standar IP akan dicantumkan di dalam Buku Putih, yakni buku yang berisi segala peraturan di STAN—yang prosesnya masih dalam tahap untuk disetujui.
belum ditetapkan dan masih dalam proses penyusunan. Peraturan baru ini rencananya akan ditetapkan setelah mahasiswa mulai memasuki semester 2, yakni mulai dari tahun 2014. Transparansi nilai Transparansi nilai hasil ujian mahasiswa STAN dinilai mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah mahasiswa bisa mengetahui nilai hasil ujiannya secara transparan. Sedangkan kekurangannya adalah mereka tidak bisa dibantu dengan nilai tugas lainnya jika nilaiUTS atau UAS-nya tidak mencukupi standar kelulusan. “Kalau transparansi nilai sudah berjalan, rapat kelulusan tidak akan diadakan lagi.Jadi, transparansi nilai diutamakan untuk nilai UTS saja biar bisa memperbaiki nilainya,” tutur Ardes. Ardes menyarankan, jika nilai hasil UTS belum diumumkan, mahasiswa harus segera menanyakannya kepada dosen yang bersangkutan, karena nilai tersebut memang harus diumumkan. Sedangkan transparansi nilai UAS, memang belum ada, karena melalui rapat dosen, mahasiswa masih bisa dibantu dengan nilai keaktifan di kelas jika memang nilainyaUAS-nya tidak memenuhi standar yang telah dibicarakan dalam bahasan sebelumya. Rapat Kelulusan Selain memenuhi standar IP, masih ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, seperti tidak memperoleh nilai D pada Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK), Mata Kuliah Perilaku Berkarya (MPB), dan Mata Kuliah Keahlian Berkarya (MKB) dan tidak memperoleh lebih dari dua nilai D pada Mata Kuliah Keilmuan dan Keterampilan (MKK) dan Mata Kuliah Berkehidupan Bermasyarakat (MBB).
Jadi, selama belum disahkan, standar IP yang dipakai masih mengikuti peraturan lama. Menurut Ardes, menaikkan standar IP itu berisiko sehingga harus dilakukan secara bertahap.
Jika ada seorang mahasiswa yang mendapatkan nilai D, maka pihak Sekretariat akan menghubungi dosen yang bersangkutan untuk mengonfirmasi nilai tersebut. Kemudian, di Rapat Kelulusan, dosen yang bersangkutan akan dikonfirmasi lagi perihal nilai tersebut. Dosen berwenang untuk menambah nilai yang kurang dengan nilai aktivitas lainnya—sehingga mahasiswa diharapkan untuk aktif di kelas. Sebagai catatan, di dalam rapat itu tidak ada nilai yang naik secara ekstrem.
Pelanggaran Kedisiplinan
Pengumuman IP
Selain syarat mengenai IP dan persentase kehadiran, faktor lain yang dapat menyebabkan seorang mahasiswa menanggalkan statusnya sebagai mahasiswa STAN adalah pelanggaran kedisiplinan.
Mengenai metode pengumuman IP, sebenarnya portal mahasiswa sudahdapat berfungsi. Namun, mahasiswa memang belum mendapatkan akun portal mahasiswa, disebabkan karena STAN sedangmemperbaiki sistem informasinya secara besar-besaran. Selain itu, untuk tahun ini portal mahasiswa juga masih belum dapat difungsikan untuk tempat pengunduhan hasil IP.
Sama halnya seperti IP, peraturan mengenai pelanggaran kedisiplinan rencananya juga akandicantumkan di dalam buku putih. Jika dahulu Buku Putih hanya mencantumkan klausul sebatas pelanggaran kedisiplinan, sekarang kriteriakriteria pelanggaran kedisiplinan juga akan dibuat. Misalnya kriteria seperti DO untukmahasiswa D-1 dengan lima kali pelanggaran atau sepuluh kali pelanggaran untukmahasiswa D-3. Pelanggaran tersebut juga sudah didefinisikan tingkatannya yakni mulai dari pelanggaran ringan, sedang, sampai berat, sehingga tidak serta merta jika melakukan pelanggaran langsung diganjar dengan DO. Ketentuan pasti mengenai pelanggaran kedisiplinan masih
Sementara ini, pengumuman IP dapat diunduh di link yang diumumkan lewat media-media online milik STAN, dengan format pdf yang dikelompokkan per spesialisasi, sehingga mahasiswa yang satu dapat melihat nilai mahasiswa yang lain. Indeks prestasi biasanya keluar pada saat 3-4 hari menjelang masuknya kuliah semester baru. [Ari/Dessy/Lidya/Rivaldi]
Perhitungan Indeks Prestasi (IP) no.
nilai angka
nilai huruf
nilai prestasi
1
90—100
A
4,00
2
80—89
A-
3,70
3
75—79
B+
3,30
4
70—74
B
3,00
5
66—69
B-
2,70
6
61—65
C+
2,30
7
56—60
C
2,00
8
41—55
D
1,00
9
0—40
E
0
Perhitungan IP didasarkan pada nilai UTS, UAS, dan nilai keaktifan di kelas. Untuk UTS dan UAS memiliki bobot 40%, sedangkan untuk keaktifan memiliki bobot 20%. Cara menghitungnya adalah dengan mengalikan nilai UTS, UAS, dan keaktifan di masing-masing mata kuliah dengan bobotnya, lalu dijumlah. Hasilnya kemudian dikonversikan kedalam huruf. Masing-masing huruf mempunyai bobot IP tersendiri. Misalnya A mempunyai bobot IP 4,00, A- mempunyai bobot 3,70, dan seterusnya. Nilai bobot tersebut lalu dikalikan dengan jumlah Sistem Kredit Semester (SKS) per mata kuliah. Masing-masing mata kuliah dihitung dengan cara yang sama, kemudian seluruhnya dijumlahkan dan dibagi jumlah seluruh SKS pada semester itu.
KATA MAHASISWA “Jadi, DO ini kita semua takut ya, tetapi harusnya kita berpikir positif mengenai DO. Kalau kita ikuti aturan, kita belajar sesuai keharusan, DO itu mitos sebenarnya. Enggak usah takutlah dengan yang namanya DO. Saya yakin semua mahasiswa STAN hebat-hebat kok.” Nanda Cahyo Kuncoro, Mahasiswa D-1 Kepabeanan dan Cukai “DO adalah suatu hal yang sangat mengerikan, terutama bagi kami, bagi kita semua mahasiswa STAN. Bagaimana tidak menakutkan, apabila IP atau IPK kurang dari nilai yang ditentukan, (akan muncul) surat pernyataan DO. Rasa kecewa dan malu sudah menunggu di ujung jalan. Tetapi tahukah kalian? Ketika kita terlalu memikirkan ketakutan akan DO dan tenggelam di dalamnya, pikiran kita akan selalu terganggu dan kesuksesan pun akan sulit diraih. Untuk itu, relaks sajalah dan jalani kehidupan kampus dengan segenap hati dan penuh rasa percaya diri. Karena apabila kita telah berusaha semaksimal yang kita mampu, Tuhan tak akan berpaling dan mengkhianati perjuangan kita. Seandainya kemungkinan terburuk muncul pun, Dia yang bisa membolak-balikkan hidup dan hati kita dalam sekejap pun, pasti memiliki rencana lain yang lebih indah.” Arlie Irham Yusdika, Mahasiswa D-3 Penilai “Semua anak STAN itu pintar. Jadi, yang drop out itu bukan karena dia bodoh, tetapi karena malas, meremehkan mata kuliah tertentu, gugup waktu ujian, atau absen. Sebenarnya peraturan-peraturan yang dibuat di STAN itu tidak sulit, nantinya peraturan seperti kedisiplinan ini akan berguna ketika kita bekerja nanti.” Ardiles Panggabean, Mahasiwa D-4 BPKP
KAMI MENANTANG ANDA! untuk berkarya di Tabloid Civitas
>> opini, wacana, artikel, surat pembaca, cerpen, karikatur, dll kirim ke
[email protected] dan hubungi 08998712252 (Majid) Bagi karya yang terpilh dan akan dimuat di produk selanjutnya, akan dihubungi lebih lanjut
ALA DOSEN
EDISI NO.20/TAHUN XII/MINGGU II FEBRUARI/2014
Mahasiswa STAN Angkatan 2013 di Mata Dosen... Budiasih Widyastuti
Dosen Pengantar Akuntansi
Sekarang saya ingin bertanya, bagaimana pendapat Anda sebagai mahasiswa mengenai kegunaan waktu? Apakah waktu merupakan sesuatu yang tersedia secara cuma-cuma, sehingga dapat dibiarkan berlalu begitu saja tanpa digunakan untuk melakukan kegiatan yang berguna? Saya ingin sampaikan bahwa setiap kita harus dapat mengelola diri sendiri. Salah satu yang perlu diperhatikan dalam mengelola diri sendiri adalah mengelola waktu. Mengelola waktu artinya memiliki rencana, mengisi waktu dengan kegiatan yang berguna, dan mengevaluasi pengelolaan waktu di masa lalu agar dapat membuat perencanaan serta dapat melakukan apa-apa yang lebih baik di masa mendatang. Perlu disyukuri, Anda memiliki waktu satu tahun untuk D-1 atau tiga tahun untuk D-3 serta memiliki peran sebagai mahasiswa STAN. Itu adalah waktu yang cukup untuk bisa digunakan seoptimal mungkin untuk mengembangkan diri sebagai individu, terlepas dari kenyataan bahwa setelah
“Kuliah Saja Tidak Cukup”
lulus, mahasiswa akan langsung memperoleh kerja, khususnya di Kementerian Keuangan. Anda harus dapat menilai diri sendiri, bagaimana kemampuan Anda dalam menguasai seluruh mata kuliah pada setiap semester. Dimulai dari mengenali kemampuan sendiri, Anda dapat memperkirakan jumlah waktu yang dibutuhkan untuk meningkatkan penguasaan materi, agar Anda dapat mencapai indeks prestasi memuaskan. Setelah itu, Anda dapat memperkirakan jumlah waktu yang dapat digunakan untuk mengembangkan diri pada bidang lain selain mata kuliah yang sedang Anda pelajari. Nah, selain mengikuti kegiatan rutin perkuliahan, mengisi waktu dan melakukan kegiatan yang berguna dapat Anda lakukan dengan cara mengikuti organisasi di lingkungan kampus, ataupun organisasi selain di lingkungan kampus.
Harapan saya, Anda tidak merasa cukup hanya dengan melakukan kegiatan belajar mengajar tatap muka, terstruktur, dan mandiri sesuai dengan kurikulum di program diploma dan spesialisasi masing-masing. Tetapi Anda juga selalu bersemangat mengembangkan diri melalui media apapun dan di manapun, baik di lingkungan kampus dengan elemen-elemen yang tersedia, maupun di lingkungan luar kampus. Juga agar Anda pada setiap kesempatan, dalam semua segi kehidupan, mengaplikasikan apa yang sudah dipelajari, agar dapat memiliki perilaku yang unggul dan bermanfaat bagi orang banyak. [Ari Mahansen]
Kementerian Keuangan memiliki nilai-nilai yang dijadikan sebagai dasar panduan berperilaku bagi seluruh pegawainya. Nilai-nilai tersebut adalah integritas, profesionalisme, sinergi, pelayanan, dan kesempurnaan. Untuk bisa berperilaku sesuai dengan nilai-nilai tersebut, Anda dan kita semua harus terus mengembangkan diri, menambah pengetahuan, keterampilan, ataupun mengasah sikap dan perilaku, yang biasanya melekat dengan istilah softskill.
Ahmad Riduan
Dosen Pengantar Ilmu Ekonomi
“Mahasiswa Harus Lebih Kritis” Jika melihat mahasiswa STAN tahun ini, saya melihat ada perubahan besar dalam hal kebaikan, salah satunya dari aspek kesantunan. Saya tidak tahu program apa yang diberlakukan STAN tahun ini hingga terjadi kemajuan semacam itu. Jika dibandingkan dengan tahun 2010, tahun 2013—tahun di mana saya mulai kembali mendapatkan penugasan mengajar—terdapat perbedaan yang jauh lebih baik, seperti menyapa—walaupun itu hanya hal yang sederhana—tetapi sangat terasa bahwa mahasiswa sekarang terlihat lebih santun. Ada beberapa mahasiswa yang mempunyai paradigma bahwa kuliah hanya perlu mengejar indeks prestasi (IP), tak perlu banyak tingkah—saya cenderung mengistilahkannya penurut. Sistem belajar demikian memang tidak selalu tepat. Mahasiswa harus kritis, tidak hanya menerima apa yang diberikan, tetapi juga mengkritisinya demi hal yang lebih baik. Kritis, dalam arti bukan terhadap peraturan yang berlaku, sebab peraturan merupakan hal yang berbeda, seperti persyaratan bahwa kuliah harus memenuhi minimal beberapa kali pertemuan, itu berlaku sebagai standardisasi. Di luar itu, mahasiswa harus lebih bisa mengembangkan diri (seperti dengan ikut terlibat di organisasi kemahasiswaan dan membentuk kelompok belajar). Mahasiswa harus dapat menerapkan cara belajar ilmiah untuk mengatasi
suatu permasalahan atau pokok pelajaran. Sehingga cara belajar mahasiswa tidak lagi dengan metode dicekoki, tetapi mahasiswanya yang harus aktif. Mahasiswa harus lebih kritis supaya proses belajar dapat berjalan lebih interaktif. Mengenai drop out (DO), pengalaman saya beberapa tahun mengajar, DO sebenarnya tidak perlu dikhawatirkan. Dengan mempelajari materi terlebih dahulu, ditambah kemauan belajar dengan teman-temannya, mengerjakan penugasan yang diberikan pengajar—hingga kesempatan tatap muka menjadi optimal—hal tersebut sudah cukup untuk menghindarkan mahasiswa dari ancaman DO. Lagipula standar yang diminta juga tidak terlalu tinggi, justru cenderung standar sekali. Takut DO sebetulnya adalah sebuah kesalahan. Atasi rasa takut itu dengan metode belajar yang benar. Memang takut boleh, tetapi harus dikelola dengan cara memperbaiki metode belajar dan menjadikan hal tersebut sebagai motivasi. Intinya melakukan pengelolaan atas diri sendiri.
berguna di dunia kerja. Tambahan dari saya, mahasiswa sebagai agent of change harus siap. Sebab tugas ke depannya semakin ketat. Mahasiswa STAN sebagai calon punggawa keuangan negara diharapkan mampu membawa perubahan dan menerapkan nilai kesempurnaan. Dunia kerja memiliki tuntutan yang lebih besar dibandingkan dengan sekarang. Maka dari itu, mempersiapkan diri adalah hal yang mutlak dilakukan. [Majid Abdullah]
Bagi mahasiswa yang sudah dapat mengelola dan bahkan mengembangkan soft skill-nya, itu bagus. Memang pengembangan itu sulit dimunculkan dalam kurikulum kita, tetapi manajemen teman-teman, misal dalam mengelola waktu dan mengembangkan soft skill, nantinya akan
Rini Adiati
Dosen Bahasa Indonesia
“Mahasiswa Wajib Tingkatkan Mutu”
Menurut pendapat saya, sah-sah saja jika ada mahasiswa yang mempunyai pemikiran seperti (sekadar mengejar indeks prestasi standar)itu. Karena mungkin, mereka melihat kenyataan yang ada bahwa mencari pekerjaan itu
tidak mudah. Akan tetapi, hal itu harus diikuti dengan usaha agar mendapat nilai yang baik untuk meningkatkan mutu mahasiswa itu sendiri, jangan asal cari aman saja. Kita memang tidak dapat memaksakan kepada mahasiswa yang tidak suka atau tidak berminat terhadap organisasi ataupun (tidak berminat untuk) bersosialisasi di dalam lingkungan kampus.Wajar saja kalau mereka mempunyai rasa takut yang mendalam sehingga mengabaikan kehidupan bersosialisasi. Tidak salah memang, tapi alangkah lebih baiknya jika mahasiswa itu mau bersosialisasi setidaknya dengan orang-orang yang ada disekitarnya.
Harapan dan pesan saya untuk mahasiswa yang tergolong aktif dalam berbagai kegiatan dan organisasi di luar perkuliahan, adalah agar tidak sekali-kali mengabaikan pelajaran. Bagaimanapun juga, dunia perkuliahan yang ditempuh saat ini menjadi penentu bagi (mahasiswa) untuk mendapat pekerjaan kedepannya. [Nurita Aprilianing Tyas]
7
8
EDISI NO.20/TAHUN XII/MINGGU II FEBRUARI/2014
WAWANCARA
Chatib Basri: Lulusan STAN Harap Jaga Integritas Pada sebuah kesempatan, reporter Civitas berhasil mewawancarai Menteri Keuangan, Chatib Basri, yang saat itu sedang menghadiri helatan Wisuda STAN 2013. Bagi angkatan 2010, Chatib sempat menjadi trending topic karena konferensi yang dihadirinya di luar negeri, menyebabkan pelaksanaan wisuda diundur. Tetapi permintaan maaf terbuka yang disampaikannya ketika memberikan sambutan pada acara wisuda tersebut, membuat Chatib mendapatkan tempat tersendiri bagi mahasiswa STAN, khususnya di angkatan 2010. Berikut kutipan wawancaranya.
Apakah lulusan STAN masih menjadi prioritas bagi pasokan sumber daya manusia di Kementerian Keuangan? Saya kira iya. Karena tadi Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan juga menyampaikan, bahwa setelah tamat di sini, (pihak STAN) kemudian akan mengajukan lamaran ke Sekretariat Jenderal. Tapi tentunya juga, kualitas (sumber daya manusia) STAN di masa depan, harus (dipilih) yang terbaik, sehingga (Kementerian Keuangan) mampu berkompetisi dengan lembaga lain.
menjaga integritas, kemudian memperbaiki sistem. Tanpa sistem yang baik, tanpa integritas yang baik, darimanapun lembaga pendidikan Anda, maka kompetensi teknis (yang tanpa disertai dengan integritas) itu (yang) akhirnya menjadi ancaman di sana.
yang) juga berguna untuk bangsa dan negara. [Kontributor: Hanif/Ricky/Thuya]
Apa harapan Anda untuk segenap lulusan STAN?
Bagaimana pendapat Anda tentang alumni STAN dan koruptor?
Di kampus ini sudah ada pendidikan kompetensi teknis yang baik, mudah-mudahan mereka (lulusan STAN) nanti bisa mendedikasikan apa yang sudah dipelajari disini (STAN). (Termasuk) di dalam kerjanya nanti di Kementerian Keuangan atau pun di instansi yang lain.
Saya kira, soal korupsi bukan (untuk) dikaitkan dengan institusinya, dimanapun itu. Yang paling penting adalah
Jaga integritas, juga kepercayaan yang diberikan. Tetap terus bikin bangga institusinya, orang tua, dan (jadilah lulusan
MOTIF
Bambu Pelangi: Melatih Empati, Memupuk Rasa Peduli Bambu Pelangi, salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa(UKM) di bawah Kementerian Sosial Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STAN yang bergerak di bidang sosialkhususnya pendidikan, berfokus untuk mendidik dan mengajar anak-anak kurang mampu dan anak putus sekolah di daerah Lapak Sarmili. Sebagai salah satu UKM yang memfokuskan diri di bidang pendidikan, Bambu Pelangi rutin mengadakan kegiatan belajar mengajar. Pengajarnya berasal dari mahasiswaSTAN yang memiliki jiwa sosial dan niat yang kuat untuk memajukan pendidikan anak-anak Indonesia. Merekamengajar siswa dari jenjang SD sampai SMP, serta anak-anak yang putus sekolah karena dipaksa kondisi, misalnya karena membantu orang tua bekerja. Bertempat di sebuah gubuk kecil yang dibangun pada tahun 2009 dan di sebuah musala di Lapak Sarmili, Bambu Pelangi memusatkan kegiatan-kegiatan mereka bersama siswa didiknya. Pada mulanya, Bambu Pelangi hanya mengajarkan mata pelajaran umum. Tetapi kini, bahan ajar di Bambu Pelangi sudah mulai berkembang dengan diajarkannya keterampilan seperti di bidang musik, kerajinan tangan, drama, senitari, dan juga sastra. Mata pelajaran umum diajarkan tiap Sabtu sore sedangkan untuk pelajaran keterampilan dan seni diajarkan tiap Minggu pagi. Karya yang dihasilkan dari mata pelajaran keterampilan dan seni, nantinya diharapkan dapat dipentaskan dan juga dipamerkan ke khalayak umum.
Baru-baru ini,Bambu Pelangi telah melakukan pergantian kepengurusan.Jabatan ketua yang sebelumnya dipegang oleh Donny Adwin Juliarto, sekarang dipegang oleh Ian Adriansyah, mahasiswa D-3 Pajak. Di bawah tampuk kepemimpinannya, Ian dan tim telah menyusun beberapa agenda yang akan dilaksanakan oleh Bambu Pelangi beberapa bulan ke depan. Diantaranya adalah pameran hasil keterampilan siswa didik Bambu Pelangi, pelatihan mengajar, penggalangan dana untuk siswa didik Bambu Pelangi, dan pemberian beasiswa bagi siswa didik yang memiliki prestasi di kelas didik Bambu Pelangi. Untuk agenda pelatihan mengajar, Bambu Pelangi akan memberikan wadah bagi mahasiswa STAN maupun mahasiswa dari perguruan tinggi lain mengenai cara mengajar yang baik. Rencananya, Bambu Pelangi akan bekerja sama dengan Gerakan Indonesia Mengajar dan Gerakan Indonesia Menyala untuk menyukseskan agenda tersebut. Ketika ditanyai tentang kesan selama menjadi pengajar Bambu Pelangi, Ian menjelaskan bahwa dirinya sangat senang bisa bergabung dengan Bambu Pelangi. Walaupun begitu, Ian tak memungkiri bahwa ada sedikit kendala dalam proses belajar mengajar
selama ini. Kendala ini biasanya terjadi karena tempat mengajar yang berlumpur dan buku-buku yang basah ketika banjir datang. Tetapi di luar semua itu, Ian menuturkan bahwa dirinya mendapatkan banyak pelajaran berharga dari para siswa didik dan dari kehidupan yang mereka jalani. “Harapan saya ke depan, mahasiswa STAN bisa memiliki jiwa sosial yang tinggi, mau melihat keadaan masyarakat sekitar yang lebih rendah dalam segi ekonomi, dan memupuk rasa peduli ke mereka. Karena dengan begitu, kita lebih bisa mensyukuri apa yang kita dapatkan sekarang,” papar Ian. Nama Bambu Pelangi terilhami dari gubuk belajar mereka yang memang terbuat dari bambu. Kata pelangi sendiri terinspirasi dari film dan novel best seller, Laskar Pelangi, yang sedang booming pada waktu Bambu Pelangi didirikan. [Ahmad Fauzi]
SELIDIK
EDISI NO.20/TAHUN XII/MINGGU II FEBRUARI/2014
Capacity Building, Lagi?
Bumi Perkemahan Cibubur menjadi tempat para calon punggawa keuangan negara dilatih bak militer oleh Kopassus. Capacity building, nama pelatihan tersebut, seakan tak ada habisnya untuk diulas kembali. Walau waktu pelaksanaannya adalah Desember tahun lalu, kenangan dan kesan tentang kegiatan tersebut seakan sulit dilupakan oleh para pesertanya. Mahasiswa STAN sebagai peserta capacity buildingtentu memiliki segudang cerita. Selidik pada kesempatan ini mencoba mewadahi aspirasi mahasiswa dengan menyelisik pendapat para mahasiwa tentang capacity building. Bagaimana kesan tentang acara tersebut? Apa saran dan harapan mereka untuk penyelenggaraan selanjutnya? Hal-hal tersebut sepertinya menarik untuk dicari tahu lebih lanjut.
perbedaan konsep capacity building sangat mungkin dilakukan, “Jadi bisa kita sesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan pelaksanaan capacity building itu sendiri,” tuturnya. Ketika ditanya apakah mau merasakan capacity building lagi, 80,5% responden menyatakan tidak mau lagi diadakan untuk angkatan 2013 dengan alasan beragam. Namun, bila dirangkum, 80,5% responden beralasan bahwa mahasiswa merasa sudah cukup bisa menerapkan apa yang diajarkan para pelatih. Sementara itu, sebanyak 41,6% responden bersedia mengikutinya kembali, sementara 57.6% lainnya enggan. Namun kesediaan ini juga bersyarat, yaitu jika diwajibkan olehpihak sekretariat.
Selidik kali ini menggunakan metode sampling dengan menyebarkan lima ratus lembar kuesioner kepada mahasiswa dari seluruh spesialisasi yang mengikuti capacity building Desember lalu. Adapun kuesioner yang kembali dan memenuhi syarat untuk dijadikan data adalah 375 lembar atau 75% dengan error sampling sebesar 5%.
Terkait penyampaian saran, Sekretariat sudah membuka pintu untuk saran-saran membangun dari para mahasiswa. Segala yang disajikan dalam capacity building yang lalu menurut pihak Sekretariatsudah memiliki manajemen risiko yang telah dipertimbangkan matang-matang. Sehingga, masalah ketidaknyamanan secara personal dengan elemen capacity building, menurut Sekretariat, sudah dipertimbangkan dengan baik sebelumnya.
Mengenai kesan mahasiswa terhadap capacity building, ternyata sebesar 78% responden menyatakan bahwa capacity building meninggalkan kesan baik bagi mereka. Secara rinci, para responden mengemukakan pendapat bahwa capacity building membuat para pesertanya bisa berkenalan dengan teman-teman baru dari berbagai spesialisasi. Capacity building juga membuat mereka dapat belajar baris-berbaris, memiliki pengalaman baru yang unik seperti merayap di lumpur, hingga merasakan betapa berharganya waktu ketika diperintahkan makan dalam dua puluh hitungan.
Ketika responden ditanyai pendapatnya mengenai seberapa sering capacity building dilaksanakan untuk satu angkatan, 69% responden menjawab agar capacity building sekali untuk satu angkatan. Sebanyak 12% berpendapat agar capacity bulding dilaksanakan dua semester sekali. Sementara persentase terkecil sejumlah 3% memilih satu semester sekali. Di samping itu, 16% responden memiliki opsi lain, diantaranya penyelenggaraan tiap caturwulandan juga pendapat untuk menyelenggarakan capacity building sebanyak dua kali, yakni di tingkat I dan nanti, saat mengikuti orientasi kerja.
Di sisi lain, 22% responden menyatakan tidak memiliki kesan yang baik mengenai capacity building. Mereka berpendapat bahwa capacity building membuat mereka merasa tidak nyaman ketika malam dan hujan datang. Saat malam, mereka harus melawan rasa dingin hingga menggigil. Saat hujan, mereka harus melawan rembesan air dari rerumputan dan tetesan hujan dari tenda. Lebih buruk lagi jika tenda mereka banjir dan air hujan membawa cacing.
Meski enggan mengikuti capacity buildinglagi, sejumlah 89,6% responden mengakui bahwa terjadi perubahan-perubahan positif pada diri mereka setelah mengikuti capacity building. Perubahan-perubahan yang dimaksud antara lain menyoal peningkatan kedisiplinan, kemampuan menghargai waktu, dan kepekaan terhadap lingkungan. Segelintir responden juga menganggap naiknya nafsu makan dan meningkatnya kecepatan makan sebagai perubahan positif pada diri mereka setelah keikutsertaan dalam capacity building.
Kesan-kesan baik yang didapat para mahasiswa datang dari berbagai pihak. Sebanyak 35.2% responden menyatakan kesan baik yang mereka maksud berasal dari teman sekelompok. Menyusul di bawahnya, kesan baik tersebut berasal dari para pelatih, yaitu sebesar 28%. Kemudian21.6% responden memilih opsi lainnya atau memilih lebih dari satu pilihan. Sedangkan 14.9% sisanya tidak menjawab. Terakhir, sebanyak 0,3% mahasiswa menyatakan bahwa kesan baik itu berasal dari pihak Sekretariat. Mahasiswa yang merasa kurang memiliki kesan baik terhadap capacity building memberikan saran. Saran-saran dengan suara terbanyak diantaranya adalah perbaikan kamar mandi agar kebersihanbadansertasanitasi tidak terganggu. Selain itu, responden juga menyarankan untuk meminjam tenda yang tahan air. Ada juga saran yang meminta pelatih agar lebih toleran dan mengerti keadaan mahasiswa. Ada juga saran unik yang berhasil dihimpun, seperti usulan agar pada capacity building mendatang, penyelenggaraannya dapat mengadaptasi konsep survival, misal, mahasiswa harus memasak makanannya sendiri. Dalam satu kesempatan wawancara dengan Ardes Martua Yudito Sitanggang, Pelaksana Bidang Akademis Pendidikan Akuntan,
Dari kacamata positif, data tersebut bercerita bahwa efek baik dari keikutsertaan mahasiswa dalam capacity building bisa dirasakan secara nyata. Selain itu, ratarata responden juga bercerita bahwa memiliki kawankawan baru dari berbagai spesialisasi adalah hal yang menyenangkan. Menilik hasil Selidik, dapat dikatakan bahwa capacity building Desember lalu telah mampu memenuhi beberapa indikator-indikator keberhasilan pembangunan karakter mahasiswa STAN, di antaranya jika melihat perubahan positif yang para responden rasakan. Tetapi untuk mengadakannya lagi, pada angkatan yang sama, dengan konsep dan cara yang sama, tampaknya masih perlu dikaji apakah mampu memberikan perubahan positif yang lebih dahsyat dari penyelenggaraan kali pertama. Atau jangan-jangan, penyelenggaraan kali kedua, ketiga, dan selanjutnya, malah jadi ritual yang tak memberikan apa-apa. Jadi, akankah capacity building diadakan lagi untuk angkatan 2013? [Aprillia A./Mega D.P.]
Komentar Pilihan Redaksi Apakah anda akan mengikuti capacity building lagi jika acara itu diadakan kembali? Mengapa? “Tidak, karena Capacity Building membuat badan saya lecet-lecet, pegal-pegal, dan berkutu air.” “Iya. Apa ruginya? Sudah dididik, makan gratis pula.” “Tidak. Capacity Building memang manis untuk dikenang, tapi pahit untuk diulang.” “Iya. Kalau Sekretariat sudah memutuskan, bisa apa lagi?” “Iya. Lumayan, hemat uang jajan.” “Iya, karena saya bisa sekalian berolahraga.” “Tidak. Saya sudah membuang banyak pakaian dikarenakan Capacity Building.”
9
10
EDISI NO.20/TAHUN XII/MINGGU II FEBRUARI/2014
RAGAM MAHASISWA
Rayakan Hari Pabean Internasional, STAN Gelar Acara Donor Darah Rabu (15-01-2014) STAN menggelar acara donor darah masal di Student Center (SC). Acara ini diadakan bertepatan dengan Hari Pabean Internasional yang ke-62 dan bertemakan Communication: Sharing Information for Better Coorporation, yang ditetapkan oleh World Customs Organization (WCI). Acara ini dibuka pada pukul 09.00 WIB dengan sambutan dari Sekretaris Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC), Iyan Rubiyanto, serta Direktur Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN), Kusmanadji. Latar belakang diadakannya kegiatan ini adalah keinginan STAN dalam mewujudkan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yang meliputipendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Selain sebagai wujud perayaan Hari Pabean Internasional, kegiatan donor darah tersebut merupakan ajang yang tepat untuk mewujudkan nilai ke-3Tridharma Perguruan Tinggi, yaitu pengabdian masyarakat. Penyelenggaraan donor darah tersebut merupakan kerjasama dari tiga lembaga, yaitu DJBC, STAN, danPalang Merah Indonesia (PMI). “Kerjasama dari ketiga lembaga ini merupakan triple institution, seperti mengamalkan salah satu nilai-nilai Kementerian Keuangan yaitu sinergi. Diibaratkan, jika tidak ada PMI maupun DJBC, maka acara ini tidak bisa berlangsung dengan lancar,” tutur Ali Tafriji, Kepala Subbidang Pengembangan Pendidikan Ajun Akuntan. Acara yang digalang sebagai wadah kontribusi kepada sesama lewat kegiatan kemanusiaan tersebut juga melibatkan masyarakat luas sebagai peserta. “Kita berharap PMI terbantu, masyarakat juga terbantu. Tujuannya bukan untuk mencari sensasi atau yang lain, walaupun acara ini formal namun tetap harus ada Surat Keputusannya, ada publikasinya, dan kegiatan ini harus bisa dipertanggungjawabkan. Tujuan sosial-kemanusiaan, tetapi aspek formalnya kita lakukan,” tambah Ali Tafriji. Menurut Iyan Rubianto, Sekretaris DJBC, tema Communication: Sharing Information for Better Cooperationyang diambil dimaksudkan tidak hanya untuk mempererat hubungan DJBC dengan administrasi pabean negara lain, namun juga untukberkomunikasi dengan kementerian/lembaga lainnya, stakeholder, dan masyarakat luas. DJBC juga ingin meyakinkan publik bahwa institusi ini berbeda dibanding masa lalu—bahwa DJBCtelah bertransformasi melalui program reformasi birokrasi yang telah dicanangkan oleh Kementerian Keuangan. Komunikasi dengan masyarakat luas diharapkan tidak hanya terbatas pada hal-hal bidang tugas yang dilaksanakan sehari-hari.“Komunikasi dengan masyarakat juga dapat dilaksanakan dengan cara meningkatkan rasa kepedulian kita terhadap sesama. Oleh karena itu, pada kesempatan ini DJBC berinisiatif untuk menyelenggarakan kegiatan donor darah sebagai wujud kepedulian DJBC,” jelas Iyan. Berbeda dengan tahun sebelumnya yang hanya dilakukan dikantor pusat, tahun ini donor darahdiselenggarakan di seluruh Indonesia. Jumlah calon pendonor yang terdaftar adalah sebanyak 6.564 orang. Di Jakarta sendiri terdapat 3.573 calon pendonor yang dilaksanakan di lima tempat, antara lain di Kantor Pusat DJBC dan di STAN. “Pelaksanaan donor darah pada tahun ini terasa sangat
istimewa karena ini pertama kalinya DJBC menyelenggarakan kegiatan donor darah serentak di seluruh unit kerja dan didukung oleh unit kerja terkait. (Dengan acara ini) saya berharap bahwa komunikasi dengan masyarakat tidak berhenti dengan donor darah, tetapi tetap berlanjut (dan) berkesinambungan.”harap Sekretaris Direktorat Jenderal Bea dan Cukai ini. Acara ini mendatangkan lima unit PMI dari berbagai daerah, yaitu Tangerang Selatan, Tangerang Kota, Depok, Garut, dan Serang. Pendistribusian darah dibagi atas janji permintaan setiap PMI—serta menyesuaikan dengan luas wilayah daerah terkait. Garut menyediakan lima ratus kantong darah, Tangerang Kota seratus kantong, Serang tiga ratus kantong, sedangkan Depok dan Tangerang Selatan menyediakan sekitar 100-200 kantong darah. Di STAN sendiri, animo mahasiswa STAN terlihat cukup baik denganterdaftarnya 2.100mahasiswa menjadi pendonor darah melalui registrasi yang dilakukan oleh semua ketua kelas dari seluruh spesialiasasi. Setelah dilakukan pengecekan oleh panitia yang terdiri dari SpesialisasiKepabeanan dan Cukaiserta Korps Suka Rela (KSR), yang memenuhi persyaratan awal sebagai pendonor darah berjumlah sekitar 1.926 orang. Sebelum melakukan donor darah, para pendonor terlebih dahulu melakukan registrasi dan mengisi formpendaftaran. Setelah itu mereka akan menjalani serangkaian tes sepertiukur berat badan, tes tekanan darah, tes darah untuk pengecekan hemoglobin dan golongan darah. Jika berdasarkan tes tersebut mereka dinilai memenuhi persyaratan untuk mendonorkan darah, para pendonor bisa langsung menemui petugas PMI untuk melakukan donor. Mahasiswa STAN Belum Terbiasa Donor Darah Setelah menjalani serangkaian tes, mahasiswa yang akhirnya dapat mendonorkan darahnya adalah sekitar 1.200 mahasiswa. “Terbilang banyak sekali teman-teman mahasiswa yang gugur ketika cek tensi tekanan darah dan hemoglobin. Banyak juga yang gugur karena kurang tidur sebelum pelaksanaan donor darah,” ungkap Nanda Cahyo selaku Koordinator Pelaksana. Setelah selesai melakukan donor darah, banyak pendonor, terutama mahasiswa, yang merasakan efek dari donor darah seperti pusing, mual, dan muntah. Pihak PMI mengatakan, efek tersebut akan muncul pada orang yang belum terbiasa donor darah. Lebih lanjut, mereka membandingkan dengan efek olahraga bagi orang yang tidak terbiasa berolahraga. Setelah diwawancara, para mahasiswa pendonor kali ini memang banyak yang baru pertama kali mengikuti donor darah. “Saya sempat pusing dan pucat karena tubuh kaget. Setelah minum teh dan istirahat agak lama, kembali pulih.
Ini merupakan pengalaman donor yang pertama. Saya ingin menolong orang lain yang membutuhkan darah walaupun orang tua tidak mengizinkan,” ungkap Revita Maiowa, mahasiswa kelas 1-AM Spesialisasi Akuntansi. Pengalaman serupa juga dirasakan oleh mahasiswi Akuntansi kelas 1-V, Eli Kusumawardhani. “Ingin ikut donor darah soalnya ingin mencari pengalaman, karena sebelumnyabelum pernah donor (darah). Rasanya senang dan lega sekali setelah donor darah, harapannya sih kegiatannya dilakukan secara rutin. Pelayanan sudah baik, hanya terlalu lama menunggu.” Menurut PMI, donor darah sebaiknya dilakukan tiap tiga bulan sekali. Mereka yang telah melakukan donor darah sebanyak lima puluh atauseratus kali nantinya akan diberi apresiasi oleh pemimpin daerah, seperti bupati dan wali kota. Pada akhir acara, jumlah kantong darah yang terkumpul sebanyak 1.226 kantong dari mahasiswa dan pegawaipegawai STAN. Menurut Ali Tafriji, panitia tidak memiliki target pencapaian kantong, namun sebagai informasi, PMI membawa 1.500 kantong darah. “Kita terlebih dahulu menawari PMI kesanggupan berapa kantong yang dijanjikan untuk dibawa.” “Sebenarnya, dengan pencapaian kantong darah yang banyak itu dalam waktu kurang dari satu hari, kita bisa masuk dalam catatan rekor. Namun setelah dikonfirmasi, ini merupakan murni kegiatan sosial-kemanusiaan, jadi tidak ada (pencatatan) rekor Muri. (Selain itu) bukan masalah (jika) Sekolah Tinggi Akuntansi Negara tidak memecahkan rekor,” ungkapnya. Mengenai penyelenggaraan acara sendiri, banyak mahasiswa yang mempertanyakan tentang keseriusan pengadaan acara tersebut, mengingat bahwa kegiatan perkuliahan pada hari itu tidak diliburkan. Terkait hal itu, Ali Tafriji mengharapkan kegiatan perkuliahan yang lebih efektifkarena pada saat itu, perkuliahan sudah masuk minggu keempat. Sehingga keputusan akhir adalah untuk meliburkan kegiatan perkuliahan yang berlangsung dari pukul 8.00hingga pukul14.00 saja. Selain donor darah massal, Hari Pabean Internasiona l ke-62 juga dimeriahkan oleh lomba paduan suara, lomba fotografi, dan banyak acara lainnya. Lomba paduan suara ini dikhususkan untuk tingkat perguruan tinggi dimana STAN juga mengirimkan wakilnya lewat Vocawardhana. Sekitar Rp111 juta dikucurkan untuk perayaan Hari Pabean Internasional tersebut. Banyaknya kantong darah sendiri, setelah dikumpulkan dari lima tempat, mencapai 1.901.050 cc yang menurut pihak DJBC sudah memenuhi target. [Diana/Aghnia/Ana]
STAN Pencinta Alam: Antara Alam dan Risiko Siapa yang tak kenal STAN Pencinta Alam (Stapala)? Sebagai pencinta alam, kegiatan Stapala cenderung ekstrem dan berisiko di kalangan mahasiswa awam. Di media-media lokal pun, kegiatan yang berhubungan dengan pencinta alam santer dengan kabar tak sedap. Dengan latar belakang yang demikian, tak heran jika kegiatan Stapala masih mengundang banyak pertanyaan dari mahasiswa non-Stapala. Stapala merupakan wadah bagimahasiswa-mahasiswa STAN yang suka bertualang di alam bebas. Bertempat di Posko Stapala, Perumahan Dosen Nomor 23, Puspita Hapsari, Ketua Umum Stapala 2013, mengutarakan beberapa hal terkait organisasi yang dipimpinnya.
jika tak berbicara tentang manajemen risiko. Karena kegiatan alam tersebut dapat dikatakan cukup menantang bahaya.
Bukan rahasia lagi bahwa kegiatan pencinta alam pasti berhubungan dengan kegiatan menelusuri alam. Seperti halnya, hiking, caving, dan arus deras. Tetapi bagi Stapala, selain kegiatan fisik seperti yang disebutkan sebelumnya, Stapala juga menyelenggarakan kegiatan sosial. Kegiatan sosial tersebut misalnya membantu korban banjir, mengadakan donor darah nasional—seperti yang dilakukan pada tahun 2012, serentak di 33 provinsi—dan mengadakan buka puasa bersama dengan anak panti asuhan.“Kegiatan Stapala itu luas cakupannya, tidak hanya sekadar kegiatanalam, namun juga kegiatan sosial.” ujar Puspita.
Stapala memanajemen risiko yang mungkin dihadapi dengan mengadakan pendidikan dan pelatihan (diklat) yang diadakan khusus untuk anggota Stapala, sebagai tahapan untuk memperoleh identitas keanggotaan. Dengan begitu, anggota Stapala sudah dibina dan diberi pengetahuan dan pelatihan tentang bagaimana berkegiatan di alam bebas dengan aman, atau mengenai peralatan apa saja yang dibutuhkan sebelum, selama, dan sesudah berkegiatan, serta bagaimana menggunakannya. Apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh anggota Stapala selama berkegiatan di alam terbuka juga sudah ditanamkan sejak awal. “Kalaupun sudah menjadi anggota, (kami juga) selalu saling menekankan hal itu dan tetap berbagi ilmu,” tambah Puspita.
Tetapi jika berbicara tentang kegiatan Stapala yang berhubungan langsung dengan alam, seperti pendakian gunung, susur gua, atau pun arus jeram, maka tak lengkap
Selain bertukar pendapat di antara sesama anggota, Stapala juga sering berkoordinasi dengan organisasimahasiswapencintaalamlain untuk berkegiatan,
latihan bersama, ataupun sekadar saling sharing.Dengan iklim yang demikian, keanggotaan Stapala dibentuk untuk solid dan mengusung semangat kekeluargaan. “Yang ditekankan (dalam Stapala adalah untuk) saling jaga. Apalagi untuk caving dan arus deras ya, (kami) selalu (melakukannya) bertim,” paparnya. Antisipasi yang demikian membuat Stapala tidak pernah menemui hal-hal yang tak diinginkan seperti hilang berhari-hari saat pendakian, atau pun hal-hal fatal yang lain, hingga saat ini. Risiko memang selalu ada dimana pun dan kapanpun kita berkegiatan. Karena itu, Puspita menuturkan, bahwa anggota Stapala selalu mempersiapkan sebaik mungkin segala sesuatunya sebelum berkegiatan, baik secara teknis, maupun nonteknis. [Nurita Aprilianing Tyas]
RAGAM MAHASISWA
EDISI NO.20/TAHUN XII/MINGGU II FEBRUARI/2014
11
Ramai-Ramai Lompat Pagar Student Center Sejak halaman di Student Center (SC) dipagari, akses mahasiswa maupun warga sekitar, terutama yang berdomisili di Kalimongso, memang lebih tak praktis. Dari Gang Setia, untuk menuju kawasan Ceger, mereka harus mengikuti trek yang telah dibuat, sehingga jaraknya akan lebih jauh ketimbang dengan melalui tangga kecil yang dulu dibuat untuk menghubungkan Gang Setia dan SC.
Ketidakpraktisan tersebut kemudian diakali oleh para warga dan mahasiswa STAN sendiri, yakni dengan melompati pagar SC yang memang rendah tersebut, untuk berjalan dari atau menuju ke kawasan Kalimongso. Aksi lompat pagar tersebut dilakukan dengan alasan yang rata-rata seragam, yakni keengganan untuk berjalan memutar lebih jauh. Pertanyaan tentang alasan Lembaga memagari sekeliling SC pun berseliweran. Tetapi, pertanyaan tersebut acap kali tidak terjawab. Oleh karena itu, reporter Civitasmencoba mengulik tentang pemagaran bangunan SC ini. Berdasarkan informasi dari pihak STAN, pagar SC dibangun dengan rujukan master plan yang telah dibuat. Selain itu, pembangunan pagar di sekitar SC juga bertujuan untuk memperketat keamanan di STAN. Sebenarnya, jika menilik pada sejarah yang ada, upaya pihak STAN untuk memperketat keamanan lingkungan Kampus Ali Wardhana ini tak hanya dengan membuat pagar di SCsaja. Sebagai sebuah kampus besar, STAN masih tergolong sangat terbuka untuk umum. Apalagi keadaan kampus sebelum tahun 2008.Saat itu keadaan kampus ini masih sangat memprihatinkan. Bahkan, sekolah tinggi yang bernaung di bawah Kementerian Keuangan ini masih dijadikan jalan pintas penghubung Jalan Raya Ceger dengan Jalan Raya Bintaro. Karena begitu terbukanya keadaan STAN, kampus ini jadi rawan dengan aksi kriminalitas sehingga keadaan saat itu pun sangat tidak kondusif untuk belajar. Melihat keadaan tersebut, pihak STAN mulai memperketat keamanan lingkungan kampus dengan melakukan pembangunan secara bertahap, seperti pembangunan pagar tembok sekeliling STAN, gerbang depan, gerbang belakang, pembangunan bendungan, serta beberapa pembangunan lainnya. Awalnya, pembangunan pagar tembok tersebut hendak menutup total sekeliling STAN, termasuk menutup Gang Sarmili dan Gang Setia. Tetapi hal tersebut menuai protes warga sekitarkarena pada komitmen awal, STAN akan mempersilakan warga untuk membuat akses di kedua daerah tersebut.
Meski belum bisa melakukan penutupan akses luar secara total, pihak STAN tetap berbenah diri memperketat keamanan, salah satunya dengan membangun pagar di sekeliling SC. Pemberian pagar itu pun masih tergolong antisipasi keamanan yang ringan, karena pada awalnya, pihak kampus merencanakan untuk membuat parit di sekitar SC. Mempertimbangkan kemungkinan reaksi keras dari warga, pembuatan parit tersebut diganti dengan pembangunan pagar di sekeliling SC. Hanya saja, sejak dibangunnya pagar di sekeliling SC, banyak mahasiswa yang masih tertangkap basah saat melompati pagar tersebut. Sanksi yang didapatkan pun beragam. Mulai dari hukuman push up hingga penyitaan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM). Saat diklarifikasi mengenai kejadian tersebut, pihak keamanan, yaitu Satpam STAN, membenarkan adanya penindakan bagi mahasiswa yang melompat pagar. Mahasiswa yang tertangkap melompati pagar tersebut kemudian diminta KTM-nya. Tindakan lebih lanjutnya, pihak keamanan STAN akan mendata nama-nama mahasiswa yang melompat pagar tersebut di daftar pelanggaran. Data tersebut masih disimpan sebagai data intern pihak keamanan STAN dan belum dilaporkan sebagai pertimbanganyang dapat memengaruhi nilai akademis mahasiswa tersebut. Tetapi, apabila mahasiswa tersebut masih melakukan pelanggaran yang sama, ada kemungkinan pelanggaran tersebut akan dilaporkan ke pihak Sekretariat STAN.
seharusnya mampu membedakan mana perbuatan yang patut dan mana yang tidak patut untuk dilakukan. Secara logika, mahasiswa harusnya paham bahwa dengan dibangunnya pagar tersebut menandakan bahwa sisi tersebut tidak boleh dilalui. Pihak akademis menjelaskan bahwa perbuatan melompat pagar bisa saja digunakan sebagai pertimbangan nilai akademis. Karena, walaupun hanya pelanggaran sederhana, perbuatan tersebut dapat menjadi titik awal pelanggaranpelanggaran yang selanjutnya. “Awalnya melompat pagar, lalu menjebol pagar, dan mahasiswa tersebut bisa jadi menghancurkan pagar. Jika ketika menjadi mahasiswa saja sudah bertindak demikian, bagaimana nanti saat sudah bekerja? Dia mungkin akan berani melompati birokrasi, memalsukan tanda tangan, bahkan korupsi.” tutur Ardes Martua Yudito Sitanggang, Pelaksana Bidang Akademis Pendidikan Akuntansaat diwawancara. Mempertimbangkan hal tersebut, mahasiswa STAN akan terus dilatih untuk menanamkan sikap disiplin sebab saat terjun di dunia kerja, disiplin adalah hal yang utama. Oleh karena itu, mahasiswa STAN harus membiasakan disiplin mulai hal-hal kecil. Sebab hal yang besar berawal dari hal yang kecil. Satu mahasiswa saja yang melakukan kesalahan, satu angkatan akan dinilai buruk. Satu alumnus STAN saja yang berbuat buruk, seluruh alumni STAN dinilai buruk. Maka mulai dari menjadi mahasiswa hingga bekerja, seyogyanya mahasiswa STAN selalu menjaga nama baik almamater ini. [Ana S./Syarifatul H.]
Tindakan pihak keamanan terhadap mahasiswa yang melompat pagar pun masih berupa peringatan saja. Apabila ada hukuman fisik yang dikenakan pada mahasiswa, tindakan tersebut merupakan bentuk kejengkelan dari petugas yang sedang berada di tempat kejadian. Setelah dicatat dan diberi peringatan, KTM yang disita dapat diambil lagi oleh mahasiswa yang bersangkutan. Perbuatan melompat pagar yang dilakukan para mahasiswa tersebut tentunya sangat disayangkan. Sebab, mahasiswa
Voca Wardhana Choir: Tanggung Jawab dari Kemenangan Menjadi sebuah keniscayaan bagi setiap perkumpulan manusia untuk memiliki cita-cita tinggi yang ingin dicapai. Begitu juga dengan Voca Wardhana Choir, paduan suara mahasiswa Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) ini sedang gencar-gencarnya menata dirinya (lagi) dari awal.
Sejak dibentuk pada tanggal 26 Oktober 2010, Voca Wardhana Choir telah menjadi salah satu penyalur minat dan bakat mahasiswa STAN. Meski usianya yang masih terbilang muda, Voca Wardhana Choir telahmampu menunjukkan prestasinya. Tujuan awalnya yang hanya sebagai tempat penyalur minat dan bakatmahasiswa pun berubah menjadi keinginan untuk lebihmengasah kemampuan dalam kompetisi. Paduan suara mahasiswa seperti telah menjadi suatu bagian wajib dibanyak perguruan tinggi di negeri, begitu pula denganVocaWardhana. Dalam menjaga eksistensinya, VocaWardhana telah melakukan perekrutan anggota pada bulan Oktober lalu. Dari seleksi yang telah dilaksanakan, terpilihlah 76 mahasiswa dari D-1 dan D-3 yang dikelompokkan dalam kelompok suara, yakni alto, sopran, tenor, dan bas. Seperti kebanyakan elemen kampus di kampus STAN, pergantian kepengurusan dengan segera juga dialamioleh Voca Wardhana. Dengan bergantinya kepengurusan (yang hanya dianggotai oleh mahasiswa baru) tak ayal membuat Voca Wardhana seperti terlahir kembali. Dengan semangat itulah Voca Wardhana mulai menata dirinya, mengasah diri dengan tampil pada acara-acara kampus seperti di Reuni Ikanas dan Pekan Mahasiswa.Dari acara-acara itulah terbesit keinginan untuk menguji diri lewat event yang lebih besar dan menantang lagi. Tak disangka informasi datang di bulan Desember. Yakni tentang kompetisi paduan suara antar perguruan tinggi dan kalangan umum tingkat nasional dalam rangka Hari Pabean Internasional yang diadakan di akhir bulan Januari. Dengan
anggota yang seluruhnya baru, Voca Wardhana mulai bersiap.Terdapat lebihdari dua puluh kelompok paduan suara yang ikut meramaikan persaingan di kompetisi tersebut. Jika melihat dari tiga tahun usianya, ini merupakan kompetisi tingkat nasional pertama yang diikuti. Sejakterbentuknya, Voca Wardhana telah mengadakan dua konser dengan tajuk Voice (Voca In Concert). Dari yang mulanya hanya kegiatan di lingkungan Kampus STAN, pelan-pelan Voca Wardhana melangkahkan kakinya ke kompetisi nasional. Apa yang membuat Voca Wardhana Choir yang notabene seluruhnya dianggotai oleh mahasiswa baru untuk berani berkompetisi? Menurut Luky Arjundarmawan, Ketua Voca Wardhana Choir, “Kompetisi bagi paduan suara itu hal yang wajib.Kita tidak akan bisa berkembang tanpa kompetisi.” Dari sanalah mereka meyakini bahwa jika sebuah paduan suara hanya berkutat dengan acara di lingkungan kampus, maka kualitas dari sebuah paduan suara tidak akan bisameningkat. Oleh karena itu mereka berani mengikuti kompetisi itu. Selain itu, mereka juga ingin meraih prestasi yang membanggakan. Dengan begitu, ujarnya, “Voca Wardhana bisa menjadi nama lain STAN. Jadi STAN dikenal bukan hanyakarena STAN, tetapi juga karena Voca Wardhana-nya,” tutur Luky saat diwawancarai 3 Februari lalu. Dengan beranggotakan mahasiswa baru, Voca Wardhana mempersiapkan seluruhnya secara mandiri. Mereka mendatangkan pelatih yang tak lain juga menjadi konduktor bagi Voca Wardhana di kompetisi tersebut. Latihan setiap hari pun dijalani demi menghadapi kompetisi nasional pertamanya,“Jika masih jelek kita latihan tiap hari, kalau sudah baik kita kasih jeda,” jelas Luky.
Akhirnya, dalam kompetisi tersebut, Voca Wardhana meraih Juara Harapan I. Menurut Luky, dirinya merasa itu sepadan sekali dengan apa yang mereka siapkan. Dia optimis kalau ke depannya Voca Wardhana mampu meraih yang lebih dari semula, lewat kompetisi untukmeningkatkan kemampuan dan Konser Voca Wardhana di kampus STAN. Kini, Voca Wardhana Choir, sebuah elemen kampus yang bergerak di bidang seni musik dan seni suara, telah menjadi tumpuan STAN dalam meraih prestasi. Dengan prestasinya di kompetisi pertama yang diikuti di tingkatNasional, Voca Wardhana diharapkan mampu meraih prestasi-prestasi lainnya di bidang paduan suara. “Piala yang kita dapatkan kemarin bukan hanya sebuah kemenangan, tetapi sebuah tanggung jawab.Piala yang sudah kita dapat menjadikan kita berusaha untuk mencari pasangan piala yang lain,”tutupLuky. [Majid Abdullah]
12
RAGAM MAHASISWA
EDISI NO.20/TAHUN XII/MINGGU II FEBRUARI/2014
Saatnya STAN Peduli Belakangan ini sering terlihat aksi penggalangan dana di lingkungan Kampus Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN). Berlatar belakang pengabdian masyarakat yang menjadi salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi, para mahasiswa STAN mencoba menggunakan potensi yang dimiliki untuk membantu orang-orang yang membutuhkan. (BEM) STAN mengadakan Charity in Unity, yakni sebuah aksi penggalangan dana yang bertempat di Gedung G. Berbagai acara hiburan seperti stand up comedy, penampilan grup musik, dan pembacaan puisi pun disuguhkan. Selain uang, BEM STAN juga
Aksi sosial yang dilakukan oleh mahasiswa dari beberapa elemen kampus ini ditujukan untuk membantu korban bencana. Seperti yang diketahui, di awal tahun 2014 ini, banyak bencana yang melanda Indonesia, seperti banjir tahunan Jakarta, banjir bandang Manado,gunung meletus di Sinabung, Sumatera Utara. Kepedulian tersebut tak hanya ditujukan untuk merangkul korban bencana, mahasiswa STAN juga mencoba untuk membantu sekolah pemulung di daerah Kemang, Jakarta Selatan. Tepatnya Jumat, 24 Januari 2014, Badan Eksekutif Mahasiswa
menampungbantuan berupa barang. “Kita sebagai mahasiswa tidak boleh tinggal diam. Kita punya masyarakat di sini. Kita punya potensi. Apabila barangbarang kita dikumpulkan, paling tidak (kita dapat) sedikit membantu korban banjir itu,” ujar Wakil Presiden Mahasiswa BEM STAN, Rino Romadhoni.
Community (SMC). Dana yang berhasil dihimpun oleh BEM STAN, Mafos, dan SMC kemudian diserahkan ke Stapala dan KSR untuk disalurkan kepada korban bencana. Tak mau ketinggalan, Keluarga Mahasiswa Kebendaharaan Negara (KM KBN)juga melakukan aksi sosial bagi anakanak kurang mampu di daerah Kemang, Jakarta Selatan. Penggalangan dana dimulai pada Sabtu, 18 Januari 2014. Bermodalkan gitar, panitia yang tergabung dalam Caring and Sharing (CAS) bernyanyi berkeliling kampus dari pukul setengah delapan pagi. Meski pada awalnya sempat terhenti beberapa saat karena hujan, tetapi aksi penggalangan dana tetap berlanjut. Sabtu, 25 Januari 2014, panitia CAS dan beberapa perwakilan dari KM KBN bertolak ke Cipete Utara dan memulai aksinya. Setelah salat zuhur dan makan siang bersama anak-anak, berbagai permainan seperti melukis kaus, cerita edukatif, hingga lomba cerdas cermat berhadiah digelar. Purwanti selaku Ibu RT 05/06 Cipete Utara, Kebayoran Baru, mengaku senang atas kegiatan sosial dari perguruan tinggi yang baru pertama kali diadakan di kampungnya ini.“Anakanak kelihatannya juga senang,”ujarnya.Kepala sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di daerah tersebut, Ani, menambahkan, kegiatan sosial seperti itu bisa memotivasi anak-anak untuk belajar, walau bukan melalui pendidikan formal. Semoga kepedulian ini terus berlanjut dan menular di kalangan mahasiswa STAN.
Dalam acara ini, pihak BEM STAN menggandeng organisasi STAN Pecinta Alam (Stapala), Korps Suka Rela (KSR), Mahasiswa Fotografi STAN (Mafos), danSTAN Music
[Lidya Sholikhah Dewi]
Proyek KSPK: Mewujudkan STAN Bebas Rokok Kapita Selekta Pengembangan Kepribadian (KSPK) adalah mata kuliah yang dimaksudkan untuk membentuk pribadi mahasiswa sesuai dengan karakter, bakat, dan potensi. Mata kuliah ini juga menekankan sikap kepedulian terhadap lingkungan sekitar. KSPK merupakan salah satu mata kuliah wajib di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN), yang pada semester awal tahun akademik 2013/2014 dijadikan mata kuliah bagi mahasiswa D-1 dan D-3 Pajak.
Menurut Marmah Hadi, salah satu dosen KSPK, nilai utama dalam mata kuliah KSPK adalah aktivitas, bukan berdasarkan nilai ujian tertulis. Aktivitas yang dimaksud adalah kegiatan yang dapat meningkatkan kesadaran mahasiswa dan masyarakat terhadap sesuatu yang bernadakan kepentingan sosial. Jadi, menurut Marmah, poin utama yang ditekankan dalam mata kuliah tersebut adalah proses pengerjaan tugas dan kualitas pengerjaannya. Tiap tahunnya, mahasiswa akan diberi proyek untuk mengembangkan kepedulian sosialnya. Tema besar yang diangkat di semester ini adalah mengenai peningkatan kesadaran akan ancaman bahaya rokok. Proyek ini bersifat tahunan, yang artinya akan ada evaluasi di akhir semester— yang diusahakan untuk ditindaklanjuti pada proyek tahun berikutnya. Khusus tema ini, yang sering disebut-sebut sebagai Gerakan STAN Anti Rokok, Marmah berharap dapat dilanjutkan pada proyek tahun-tahun berikutnya, agar gaungnya tetap terasa dan membekas, tentunya dengan gaya, suasana, dan sentuhan yang berbeda. Meski dikenal dengan tajuk Gerakan STAN Anti Rokok, proyek KSPK tahun ini, menurut Marmah, tidak lantas menjadikan STAN sebagai sponsor bagi gerakan melawan rokok, “Ini adalah bagian dari pendidikan,” ungkapnya. Metode pengerjaan proyek diserahkan sepenuhnya kepada mahasiswa. Mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok dari tiap kelasnya. Kelompok inilah yang bertanggung jawab untuk membuat kegiatan yang dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya rokok.
Kegiatan yang akan dilakukan dapat berupa sosialiasi, pembuatan artikel, sharinginformasimelalui media sosial, pembuatan film dokumenter,dan seminar. Kebutuhan untuk pengerjaan proyek diusahakan untuk mendapat dukungan dari STAN, yang artinya, tidak semua kegiatan akan disetujui.
penyakit.” Jaminan kesehatan yang diberikan pemerintah baru-baru ini juga cukup merisaukan. Anggaran belanja yang dikeluarkan dari APBN tentu akan banyak digunakan untuk mengobati orang-orang yang “membeli” penyakitnya sendiri.
Pengajuan proposal kebutuhan kepada pihak Sekretariat STAN akan terlebih dahulu diverifikasi. Laporan Terakhir, Marmah berharap mahasiswa STAN dapat menjadi pertanggungjawaban (LPJ) pun harus diserahkan setiap pionir untuk membebaskan Indonesia dari rokok. “(Sehingga habis berbelanja. Sejauh ini, menurut Marmah, dari empat proyek ini) tidak hanya (berpengaruh) di STAN, tetapi juga di kelas yang dibimbing, belum ada yang mengajukan proposal. Indonesia.” tutupnya. “Ada banyak kegiatan yang tidak membutuhkan biaya yang besar, bahkan tanpa biaya, contohnya sharing melalui media [Mutiara Ni M./Nur Aini Shinta D.] sosial (dan) pembuatan film dokumenter,” tambahnya. Sasaran dari program ini adalah anak-anak SD dan SMP yang rata-rata sudah mengenal dan mengonsumsi rokok di usianya yang masih dini. Saat ditanya lebih lanjut mengapa memilih tema bahaya merokok untuk proyek tahun ini, Marmah mencoba menjelaskan melalui perspektif ekonomi. Dari data yang ia peroleh, tiap tahun produksi rokok di Indonesia menyentuh angka 225 miliar batang. Dengan estimasi harga per batangnya adalah Rp1000, dapat diasumsikan bahwa tiap tahunnya rakyat Indonesia “membakar” uang sebanyak Rp225 triliun. Angka tersebut sangat besar, mengingat mayoritas konsumen rokok di Indonesia adalah tukang becak, tukang ojek, kuli, dan masyarakat dengan penghasilan menengah ke bawah. “Bayangkan, Rp225 triliun habis untuk membeli
LINTAS KAMPUS
EDISI NO.20/TAHUN XII/MINGGU II FEBRUARI/2014
13
KTM Kini dan Nanti Kartu Tanda MahasAswa(KTM) menjadi benda wajib yang harus dibawa mahasiswa STAN jika ingin memasuki gedung-gedung perkuliahan. KTM, selain menjadi kartu identitas, juga berfungsi sebagai tanda diakuinya sang pemilik sebagai mahasiswa STAN.
“Selama kalian menjadi mahasiswa, itulah KTP-mu di kampus ini. Kalau ada KTM, berarti punya NPM (Nomor Pokok Mahasiswa). Kalau ada KTM dan NPM, kalian diakui sebagai mahasiswa STAN. Karena itulah, KTM yang hilang harus segera dilaporkan dan diganti,” tutur Ardes Martua Yudito Sitanggang, Pelaksana Bidang Akademis Pendidikan Akuntan. “Sekarang, tanpa KTM kalian tidak bisa masuk ke Gedung I dan Gedung J, kan?” lanjutnya. Begitu pula untuk mengikuti ujian, baik Ujian Tengah Semester (UTS) maupun Ujian Akhir Semester (UAS), KTM menjadi prasyarat yang harus dibawa peserta. Tanpa KTM, mahasiswa yang bersangkutan tidak diperkenankan mengikuti ujian.Padahal nilai dalam ujian akan mempengaruhi indeks prestasi—yang nantinya akan menjadi pertimbangan dalam kebijakan lulus atau drop out. Kartu perpustakaan yang dulunya terpisah dengan KTM kini telah terintegrasi. Mahasiswa hanya diperbolehkan meminjam buku apabila dapat menunjukan KTM. Sebab, pengisian data mahasiswa peminjam hanya dapat dimasukkandengan memindaibarcode yang tertera pada KTM. Selain itu, agar dapat masuk area baca di Gedung P lantai 2, mahasiswa harus mengisi data terlebih dahulu, yang salah satunya adalah data NPM.Setelah mengisi daftar kunjung, KTM harus ditinggal di meja petugas perpustakaan sebagai jaminan agar mahasiswa dapat masuk ke dalam ruang tersebut.Secara umum memang KTM STAN sudah cukup baik dan futuristis. Namun pengembangan fungsi KTM STAN seharusnya tidak terhenti sampai di sini, menilik bahwa di kampus lain, KTM telah terintegrasi dengan kartu
Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Mengenai hal tersebut, Ardes menuturkan bahwa pengembangan fungsi KTM yang bisa digunakan sebagai kartu ATM telah diproyeksikan sejak kini. “Namun realisasi sampai saat ini memang baru sampai integrasi kartu perpustakaan,”jelasnya Ardes. Realisasi KTM yang terintegrasi dengan kartu ATM telah lebih dahulu dilakukan oleh Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS). Sekolah kedinasan lain yang telah mengintegrasikan KTM-nya dengan kartu perpustakaan dan kartu ATM adalah Akademi Meteorologi dan Geofisika (AMG).
absen mahasiswa tidak akan dilakukan secara manual seperti saat ini. Untuk menunjukkan kehadiran, mahasiswa dan dosen hanya perlu memindai KTM atau kartu pengajar. Selain efisiensi, hal ini juga diharapkan mampu meminimalisasi kecurangan. Dengan berjalannya sistem perkuliahan berbasis teknologi informasi, diharapkan kedisiplinan dan integritas warga STAN akan semakin meningkat. [Mega D.P./Syarifatul H.]
Realisasi NPM STAN untuk dapat menjadi nomor rekening dan KTM STAN sebagai kartu ATM sudah dalam tahap diskusi dengan bank-bank yang potensial, tetapi kendalanya masih menyoal dana dan prioritas pembangunan. Tetapi di luar hal-hal tersebut, jika diperhatikan, ada satu penanda pada KTM STAN yang belum tentu dimiliki oleh semua KTM di sekolah kedinasan maupun universitas lain, yaitubarcode. Barcode ini berguna untuk pemindaian di perpustakaan ketika mahasiswa ingin meminjam buku, mengembalikan buku pinjaman, atau memperpanjang waktu peminjaman buku. Bukan hanya itu, barcode di masa depan dimungkinkan akan menjadi sarana pendukung SistemInformasiKampus (Sisfokampus). Pemindaian KTM dengan barcode tidak hanya dilakukan untuk kegiatan perpustakaan, namun juga evaluasi kehadiran mahasiswa dan dosen di kelas. Kelak,
Menimbang Keberadaan ATM Center di STAN Zaman berganti. Kini, mayoritas orang memilih untuk tidak lagi menyimpan banyak uang tunai dalam dompetnya. Sistem transfer uang makin simpel dengan berkembangnya layanan bank. Tarik tunai pun semakin mudah dengan menjamurnya keberadaan mesin anjungan tunai mandiri (ATM). Berkaitan dengan kehidupan kampus, mahasiswa STAN tentunya tak luput dari perkembangan gaya hidup tersebut. Mesin ATM dirasa vital karena mampu mencairkan uang dalam waktu yang singkat, yang nantinya digunakan untuk kelancaran transaksi barang dan jasa. Begitu pula bagi mahasiswa STAN, apalagi dengan komposisi mahasiswa yang didominasi oleh para perantau. Komposisi tersebut menuntut keberadaan mesin ATM yang mudah dijangkau, karena biasanya mahasiswa STAN dikirimi biaya oleh orang tua maupun wali di kampung halaman melalui transfer via bank. Namun sayang, tidak ada ATM Center di kawasan kampus pencetak punggawa keuangan negara ini. Sehingga, jika ingin melakukan tarik tunai, mahasiswa harus pergi ke pusat perbelanjaan maupun minimarket terdekat, yakni di kawasan Ceger atau Bintaro. Selain itu, mahasiswa dapat sesekali mengandalkan mobil ATM dari Bank Mandiri yang secaranomad dan periodikterparkir di sekitar Bendungan. Saat reporter Civitas mengonfirmasi mengenai kemungkinan pembangunan ATM Center di STAN, Kepala Subbagian Kepegawaiandan Peralatan STAN, Pratin, menyatakan bahwa keberadaan ATM Centersudah diidamkan sedari dulu. Hanya saja keberlangsungan dan kondisi STAN sempat kurang mendukung, sehingga memaksa pihak berwenang untuk menurunkan prioritas perencanaan pengadaan ATM Center. Dari wawancara tersebut, di dapat empat poin penting mengenai perencanaan ATM Centerdi Kampus STAN. Master Plan STAN Belum Terwujud Master plan adalah rencana pembangunan STAN ke depan, termasuk pembangunan gedung dan tata letaknya. Pembangunan-pembangunan yang ada di STAN nantinya akan mengacu pada master plan. Berkaitan dengan hal ini, ATM Centersudah masuk di pembicaraantentang master plan tersebut. Tetapi, masih terdapat beberapa pro-kontra yang menyebabkan belum adanya letak strategis untuk ATM
Centerdalam master plantersebut. Belum Ada Kerja Sama Selama Pratin menjabat, belum pernah ada surat dari pihak bank yang menawarkan diri untuk bekerja samadengan STAN, dalam hal ini terkait pembangunan ATM Center. Hal tersebut dipicu oleh peran bank sebagai perusahaan, yang mau tak mau akan mempertimbangkan mengenai omzet, lokasi, tarif, dan peredaran uang di STAN. Perlu diketahui bahwa lahan STAN adalah fasilitas negara yang kini menggunakan sistem sewa dan memiliki peraturan. Maka, semua pengajuan kerja samapenggunaan lahan akan dikaji, dan apabila diterima akan dikenakan tarif sesuaiyang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Baru dan Hanya Bank Mandiri Menurut Pratin yang juga merupakan alumnus STAN, dahulu sempat terdapat Kantor Kas Bank Mandiri di lingkungan STAN. Mengingat bahwa mahasiswa tingkat II di zaman itu sudah diangkat sebagai Pegawai—yang sudah menerima gaji—maka peredaran uang di STAN cukup besar waktu itu. Ditambah lagi, pada tahun 2005—2006, Bank Mandiri terpilih sebagai bank operasional pemerintah, yang secara tidak langsung membuat seluruh pegawai menjadi nasabah. Kedua hal tersebut meyakinkan Bank Mandiri untuk tetap beroperasi di lingkungan STAN, meski akhirnya harus menutup kantor kas yang tidak berstatus resmi itu, dan kini menggunakan mobil keliling. Butuh Data Spesifik Pratin mengaku bahwa pembangunan ATM Center di kawasan STAN masih membutuhkan acuan berupa data spesifikdari penggunanya, yakni mahasiswa STAN, mengenai perlu atau tidaknya pembangunan ATM Center. Sehingga nantinya pembangunan ATM Center benar-benar didasarkan pada kebutuhan mahasiswa. Pihak STAN hingga kini belum memiliki data yang mendukung pembangunan ATM Centeruntuk dapat diajukan ke pemimpin dan perbankan. Pratin memandang, apabila rencana ini benar ingin
direalisasikan, maka pengumpulan data tersebut mutlak diperlukan. Lepas dari pro dan kontra yang ada serta prosedur-prosedur yang belum terpenuhi, pembangunan ATM Center di STAN memang masih perlu dikaji lagi kegunaannya. Sehingga pembangunan yang terjadi bukanlah pembangunan yang asal tanpa alasan yang tepat. Tetapi kembali lagi, yang dapat menjawab apakah ATM Center di lingkungan kampus itu perlu atau tidak, sesungguhnya ada di kubu mahasiswa— sebagai personel terbanyak yang menghidupkan Kampus Ali Wardhana. Tetapi tentu, eksekusi dan kebijakan pembangunan ATM Center tetap ada di pihak Lembaga. [Dita Sesylia Fitriani]
14
OPINI
EDISI NO.20/TAHUN XII/MINGGU II FEBRUARI/2014
Badan Eksekutif Mahasiswa yang Berperan(g) Oleh: Rino Romadhoni “Didik rakyat dengan pergerakan, didik penguasa dengan perlawanan.”
Ada satu kata yang saya garis bawahi dari kutipan Kartodikromo (1935) di atas. Pergerakan. Pergerakan berarti memindahkan objek dari satu tempat ke tempat yang lain, atau dalam konteks ini, dari kondisi yang tidak ideaal ke kondisi yang ideal. Sebuah pergerakan, apapun tujuannya, membutuhkan satu sistem terstruktur untuk mengelola sumber daya ke dalam satu ritme yang berkiblat pada sebuah cita-cita perubahan. Begitupun dengan pergerakan mahasiswa. Mahasiswa yang terkenal akan idealismenya secara otomatis mengemban tugas luhur untuk mendidik rakyat dengan pergerakan. Tentu, hal yang akan sulit terwujud ketika mahasiswa memilih untuk berjuang sendiri-sendiri. Maka mahasiswa pun berkumpul, lalu mencari bentuk yang tepat untuk berorganisasi. Ya, masih teringat bagaimana cikal bakal organisasi kampus, Organisasi Mahasiswa Intra Kampus, telah mengalami beberapa perubahan, baik atas alasan praktis atau alasan politis—untuk normalisasi kehidupan kampus. Mulai dari Dewan Mahasiswa, berubah menjadi Senat Mahasiswa, hingga sekarang menjadi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Apa sebenarnya peran BEM? Sebelum lebih jauh membicarakan tentang apa sebenar-benarnya BEM, izinkan saya bicara soal persepsi. Pertama, persepsi mahasiswa non-BEM kepada BEM itu sendiri. BEM seringkali dianggap sebagai sekumpulan mahasiswa yang tidak biasa, doyan bikin acara, ngomongin politik, sambil melakukan jual beli investasi kekuasaan masa depan. Kedua, persepsi dari masyarakat. Telah tertanam di dalam masyarakat bahwa BEM adalah representasi pars pro toto sebuah almamater, sekumpulan mahasiswa yang rajin mengkaji kasus lalu mengatur suhu aksi, yang seringkali berujung pada produksi eksternalitas negatif; perusakan fasilitas umum, penutupan jalan, polusi. “Aksi-aksi basi biar diliput televisi. Ini lagi pada latihan perang?” cibir seorang kawan. Beberapa persepsi yang timbul disebabkan karena masyarakat melihat BEM hanya dari satu sudut pandang, yang membuat masyarakat menafikan peran sebenarnya BEM. Padahal apabila ditilik lebih jauh,begitu banyak tugas pokok dan fungsi BEM sebagai koordinator pergerakan yang diimplementasikan ke dalam kegiatan-kegiatan.Dengan kata
lain, aksi-aksi yang (sayangnya) mendapat porsi terbesar dalam ekspos media sejatinya hanyalah sekelumit dari sekian banyak urusan BEM. Di sini saya mencoba mengangkat opini tentang apa sebenarnya peran BEM. Sebagai organisasi pemerintahan kampus, BEM dipimpin oleh seorang ketua yang terpilih dari sebuah proses pemilihan langsung. Ketua yang terpilih akan menggunakan amanah yang diembannya untuk melakukan kegiatan pengembangan, pergerakan, dan politik mahasiswa sesuai dengan janji-janji kampanye dengan tetap berpegang pada Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga(AD/ART) Keluarga Mahasiswa. Hal ini tentu dengan pengawasan yang melekat dari Badan Legislatif Mahasiswa (BLM) yang merepresentasikan aspirasi seluruh mahasiswa. Dalam perannya mengembangkan kegiatan intern, BEM memiliki tiga tujuan. Pertama, menunjang softskill minat dan bakat yang mahasiswa. Ambillah contoh, di BEM STAN sendiri terdapat Kementerian Pembinaan Olahraga, Kementerian Seni dan Budaya, dan Kementerian Pendidikan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (PPSDM). Masing-masing kementerian memiliki tanggung jawab untuk menjalankan program kerja yang dapat menunjang minat dan bakat mahasiswa baik dalam bidang olahraga, seni budaya, dan iklim keilmiahan, dengan tetap melakukan pembinaan terhadap Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Tujuan kedua adalah menyoal kesejahteraan mahasiswa yang dikoordinasi oleh bidang sosial. Ketiga, untuk menjembatani seluruh civitas akademika intern kampus, mulai dari organisasi kemahasiswaan, pengajar, karyawan, dan juga mahasiswa itu sendiri. Kemudian dalam perannya mengembangkan kegiatan eksternal, BEM bertanggungjawab menjalin hubungan baik dengan organisasi kemahasiswaan lainnya. Misalnya BEM STAN dalam hubungannya dengan BEM Seluruh Indonesia (BEM SI) dan Forum Mahasiswa Kedinasan Indonesia (FMKI), yang seringkali berkoordinasi dalam satu ritme untuk menjalankan aksi. Kajian strategis biasanya menjadi hal yang tak terpisahkan di sini, mengingat sebelum memulai aksi, mahasiswa dalam semangatnya menjadi agent of change harus cerdas memposisikan diri. Selain itu dalam semangat menjunjung salah satu butir Tri Dharma Perguruan Tinggi,
yaitu pengabdian masyarakat, BEM juga dapat melakukan kegiatan sosial seperti bakti sosial, penggalangan dana untuk korban bencana, dusun binaan, dan sebagainya. Selain bidang-bidang yang dipaparkan di atas, dalam menjalankan roda pemerintahannya, Badan Eksekutif Mahasiswa juga membutuhkan dukungan kesekretariatan dan kebendaharaan. Adanya pengawasan internal juga mutlak diperlukan untuk memastikan BEM yang akuntabel, andal, dan tetap di lajur yang benar. Sehingga ada ilmu lain yang ditawarkan di sini; administrasi, manajemen keuangan, dan audit kinerja. Maka menjadi jelaslah, bahwa BEM bukanlah sekumpulan mahasiswa yang doyan “berperang”, namun BEM adalah sebuah organisasi yang memegang peran dalam penyaluran minat dan bakat mahasiswa, pelayanan mahasiswa, pengabdian masyarakat, dan yang paling berat; menyuarakan kepentingan rakyat. Dalam mengemban tugas berat ini, BEM harus selalu menjadi organisasi yang merangkul, bersahabat, tanpa disetir oleh kepentingan-kepentingan oknum atau organisasi tertentu. Jangan sampai mahasiswa yang digadang-gadang sebagai agent of change, social control,dan iron stock hanya menjadi harapan klise tanpa makna hanya karena memperjuangkan kepentingan-kepentingan itu. BEM harus menjadi koordinator utama pergerakan mahasiswa dengan bahan bakar idealisme, yang berangkat dari kaum-kaum yang tertindas, suara-suara yang menginginkan keadilan, dan cita-cita luhur untuk perubahan. “Masih terlalu banyak mahasiswa yang bermental sok kuasa. Merintih kalau ditekan, tetapi menindas kalau berkuasa. Mementingkan golongan, ormas, teman seideologi, dan lain-lain. Setiap tahun datang adik-adik saya dari sekolah menengah. Mereka akan jadi korban-korban baru untuk ditipu oleh tokoh-tokoh mahasiswa semacam tadi.” –Soe Hok Gie Penulis adalah Wakil Presiden Mahasiswa BEM STAN 2013/2014
SEPUTAR KAMPUS Di Balik Tabir Wacana Accounting Festival Niat baik yang dipelopori Keluarga Mahasiswa (KM) Akuntansi STAN kali ini dibumbui isu tidak sedap. KM Akuntansi berencana mengadakan Accounting Festival, yakni serangkaian acara yang bertujuan membangun kreativitas, kekompakan, kesepahaman, solidaritas, dan rasa nasionalisme dengan sasaran seluruh mahasiswa, anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STAN, dan Sekretariat Ajun Akuntan. Namun, sebelum kegiatan ini terealisasi, berhembus kabar bahwa dana yang diajukan oleh KM STAN, yakni sebesar Rp 30 juta, ditolak oleh BEM dan terkoreksi menjadi Rp5 juta. Hal ini membuat mahasiswa spesialisasi tersebut bertanyatanya tentang aliran dana yang dikumpulkan saat Daftar Ulang KM STAN yang katanya mencapai angka Rp 1,9 miliar. Isu ini memaksa BEM STAN menelan pil pahit, karena Kementerian Keuangan BEM STAN, selaku pengelola dana tersebut, dipertanyakan kinerja pengelolaan dananya. Kementerian Keuangan BEM STAN dinilai pelit dalam menganggarkan dana untuk acara yang sasarannya lebih dari seribu orang. Dinilai krusial, pihak BEM STAN pun langsung mengadakanpublic hearing bersama perwakilan Badan Legislatif Mahasiswa (BLM) dan Ketua KM Akuntansi untuk mengonfirmasi perihal tersebut. Saat dimintai keterangan, Menteri Keuangan BEM STAN, Andy Wijaya, membenarkan bahwa uang yang masuk ke kantong KM STAN dari iuran Daftar UlangKM STAN adalah sebesar Rp1,9 miliar. Dana tersebut dianggarkan untuk tiga tahunkedepan. Untuk triwulan ini, telah dianggarkan Rp 31.870.000 untuk pembinaan HMS—yang kini direpresentasikan oleh KM Spesialisasi—dan Rp24.000.000 untuk belanja HMS. Andy juga menegaskan bahwa dalam pengelolaan dana, pihaknya tidak berjalan sendirian. Dalam hal ini, BEM butuh persetujuan BLM untuk mencairkan dana.
Disinggung mengenai isu pelitnya anggaran untuk Accounting Festival, Andy mengatakan bahwa hingga konfirmasi ini dibuat, pihak penyelenggara belum menyerahkan proposal. Keberadaan acara pun masih dalam tahap pembahasan bersama Kementerian Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Mahasiswa (PPSDM) BEM yang kini menaungi KM Akuntansi. Andy bahkan terheran-heran mengenai isupelitnya pencairan dana, sampai santer terbilang nominal Rp 5 juta. Ketua KM Akuntansi, Ahmad Singgih, ketika ditemui Civitas, mengiyakan bahwa pihaknya belum menyerahkan proposal pada BEM. Kesalahpahaman yang beredar tersebut, setelah ditelusuri, berawal dari keterbukaan Singgih sebagai Ketua KM Akuntansi kepada ketua kelas sejak awalmenjabat, mengenai ide penyelenggaraan Accounting Festival beserta estimasi dana yang diperkirakan adalah sekitar Rp30 juta— kini angkanya menjadi Rp 31.771.000. Dalam pembicaraan itu, Singgih menyebutkan bahwa posisi penyelenggara masih kekurangan dana, dan berinisiatif melakukan kegiatan untuk menutupi hal itu. Dia juga menambahkan bahwa anggaran tidak mencukupi bukan karena ditolak BEM, melainkan karena fakta bahwa BEM tidak akan
menyubsidi secara keseluruhan kebutuhan acara tersebut, sehingga sisanya harus diperjuangkan sendiri oleh piha penyelenggara. Saat dikonfirmasi mengenai “nominal Rp5 juta”, Singgih pun terheran-heran karena dalam forum diskusi bersama ketua kelas sekalipun, Singgih tidak pernah menyinggung mengenai estimasi dana yang disetujui BEM. Sehingga dapatdikatakan, isu bahwa BEM mengalirkan Rp5 juta untuk kelancaran acara Accounting Festival tidak dapat ditelusuri dan tidak benar. Accounting Festival sendiri belum dapatdipastikan penyelenggaraannya karena masih dalam pembahasan dengan PPSDM BEM STAN. [DitaSesyliaFitriani]
OPINI
EDISI NO.20/TAHUN XII/MINGGU II FEBRUARI/2014
15
Spesialisasi Penilai Butuh Identitas Tersendiri (?) Oleh: Arlie Irham Yusdika, Ketua Kelas Penilai Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) adalah sekolah kedinasan yang bergerak di bidang keuangan. Kampus Ali Wardhana tercinta ini, sesuai dengan namanya, didominasi oleh mahasiswa Kalung Biru, yakni Spesialisasi Akuntansi, yang persentasenya mencapai 43% dari keseluruhan mahasiswa program diploma(prodip) 3. Dengan melihat persentase ini, dapat diasumsikan bahwa jika kita menemui dua kelompok mahasiswa di kawasan kampus, maka salah satunya pasti dari Spesialisasi Akuntansi. Di posisi kedua dengan perbedaan sekitar sepuluh persen, ada mahasiswa Kalung Kuning, Spesialisasi Pajak. Spesialisasi yang memiliki dua prodip, yaitu D-1 dan D-3 ini, mengisi hampir 30% populasi mahasiswa di Kampus STAN. Meskipun hanya 30%, tetapi—bila dirasa—kemanapun kita berkeliling Kampus STAN, para mahasiswa Kalung Kuning ini juga selalu ada dimana-mana. Mereka yang kuat, berbadan tegap, dan berotot baja, yang terkenal akan rutinitas latihan fisiknya, mahasiswa Kalung Cokelat alias Spesialisasi Kepabeanan dan Cukai menempati posisi ketiga dengan persentase 11,5%. Jumlah itu belum ditambah dengan mereka yang bermukim di Rawamangun, yakni sekitar 4,7%. Sehingga total mahasiswa Kalung Cokelat adalah sekitar 16%. Dari total enam spesialisasi, posisi keempat ditempati oleh mahasiswa Kalung Merah, SpesialisasiKebendaharaan Negara, yang mahasiswa D-1-nya merupakan teman-teman dari Indonesia bagian timur. Untuk D-3 sendiri,Spesialisasi Kebendaharaan Negara (KN) memiliki total persentase sebesar 8%.Sehingga bila digabung dengan D-1, kurang lebih persentasenya bisa mencapai 10%. Mahasiswa Kalung Hijau, yakni Spesialisasi Pengurusan Piutang dan Lelang Negara (PPLN), menempati posisi kelima dalam konstelasispesialisasi di Kampus STAN. Dengan jumlah 44 mahasiswa atau kurang lebih 1,4% dari total populasi, spesialisasi ini memiliki dua kelas dengan 22 mahasiswa per kelas. Pemegang posisi terakhir selama tiga tahun, dengan jumlahnya yang tak mencapai satu kelompok Dinamika sekalipun, yang dulu dikenal dengan sebutan PBB, berkalung kuning namun bukan Spesialisasi Pajak, adalah Spesialisasi Penilai. Spesialisasi ini memiliki 28 mahasiswa, atau kurang
CIVIKOM
dari 1% dari total populasi mahasiswa STAN. Berbicara tentang mahasiswa Kalung-Kuning-yang-bukanPajak, setiap tahun persentase mahasiswa spesialisasi ini selalu berkurang. Ambil contoh, pada angkatan 2009 terdapat lima kelas dan pada angkatan 2010 hanya terdapat satu kelas dengan jumlah 36 mahasiswa.Kini?Mahasiswa PenilaiGenerasi Matahari, angkatan 2013, hanya memiliki satu kelas dengan jumlah 28 orang saja. Apakah penurunan jumlah mahasiswaini hanyalah kebetulan semata? Siapa yang tahu. Permasalahan seperti jumlah populasi hanyalah satu dari banyak hal yang menjadi dilema mahasiswa Penilai. Persoalan lain yang kemudian muncul adalah warna kalung dan kartu tanda mahasiswa yang dikenakan. Dua benda ini sering kali memicu kesalahpahaman rekognisi yang berujung pada timbulnya kalimat pertanyaan seperti, “Lah kalian bukan Spesialisasi Pajak, tetapi kenapa warna kalungnya kuning kayak pajak?” Andai kami tahu jawabannya, pasti kami akan dengan senang hati menjawabnya. Selain kesalahan rekognisi antara mahasiswa Penilai dan Pajak, sering kali orang juga salah mengira bahwa Spesialisasi Penilai dan PPLNadalah satu kesatuan yang sama. Mungkin memang sama-sama memiliki sedikit mahasiswa, tetapi tetap saja dua spesialisasi tersebut berbeda. Bunyi pertanyaan yang naik ke permukaan biasanya adalah, “Loh, bukannya Penilai sama PPLN itu sama? Penilai Piutang danLelang Negara,kan?” Mungkin kita masih perlu berkenalan dengan STAN lebih jauh, sehingga kita bisa hafal di luar kepala bahwa sebenarnya PPLN adalah PengurusanPiutang danLelang Negara, bukan PenilaiPiutang dan Lelang Negara.
Baru-baru ini pun, ada sebuah kejadian yang mahasiswa Penilai rasakan. Insiden ini tentunya membuat para mahasiswanya bersedih karena seolah “terlupakan” oleh lembaga sendiri. Kejadian tersebut terjadi ketika pengambilan buku yang dipinjamkan oleh Lembaga kepada para mahasiswa. Alangkah terkejutnya para mahasiswa Spesialisasi Penilai saatitu, ketika tak satupunnama perwakilanD-3 Penilai dapat ditemukan di atas kertas contact person untuk pengambilan buku tersebut. Dari sekian banyak spesialisasi, mulai D-1, D-3, hingga D-4, semuanya memiliki perwakilan yang mengatur pengambilan buku, hanya Spesialisasi Penilai saja yang tak tertulis disana. Mungkin ini hanya kesalahan sistem, kesalahan pengetikan, kekhilafan dari seorang manusia, ataupun kesalahpahaman yang lainnya—karena tidak mungkin ada “orang tua” yang melupakan anaknya sendiri. Dari kejadian tersebut, saya berpikir tentang sebuah jalan keluar untuk meminimalisasi kekeliruan semacam ini ke depannya. Mungkin, Lembaga dapat memberikan kartu identitas yang berbeda, sehingga dapat mengakhiri keabuabuan mahasiswa Penilai dimata umum. Karena, jika mahasiswa Penilai diberikan identitas tersendiri, yang khusus seperti spesialisasi lainnya, maka spesialisasi dengan sedikit anggota ini akan lebih mudah dibedakan dan diingat oleh mahasiswa dan segenap warga STAN. Selain itu, penyematan identitas khusus untuk mahasiswa Penilai, seperti warna kalung dan KTM yang berbeda dari spesialisasi lainnya, dapat menghindari kesalahpahaman yang lebih krusial yang ditakutkan akan memicu hal-hal yang tidak diinginkan. Demi kebaikan bersama, demi kemajuan STAN kedepannya.
KLITIK Anggaran DU untuk KM STAN kemarin ada 1,9 M *Alangkah baiknya disumbangkan untuk mereka yang ditimpa bencana
Standar IP semester ganjil naik jadi 2,75 * Woles aja keleus Bagaimana nasib KM BC?
* KM STAN : “gak ada yang perlu dijelasin lagi, KITA PUTUS !!!”
SC dipagari...
*Kandang kambing ???
Kalo tau donor darah dapat bingkisan, gue ikut *Siapa suruh semalam begadang. Padahal gue jg begadang. Hahaha...
Hidupkan budaya senyum, salam, sapa !
*Selamat pagi !!! (bibir senyum, gigi mengering)
PERSPEKTIF MAHASISWA
Macabre Apa tidak ada arti dalam suatu peristiwa makan-memakan dalam dunia animalia ini? Adakah haru disana, hingga ia harus dirayakan dalam nyanyi?
Menurut Ibu, hanya orang kurang kerjaan yang menyanyi tentang ulat yang dimakan burung. Nyanyian itu, harusnya, mengandung suatu arti yang bisa dihayati, memiliki nyawa untuk diresapi nilai-nilainya. Bukan hal yang main-main, atau sepele. Menurutku, ini lagu mengandung semua yang diingkarkan ibu. Apa tidak ada arti dalam suatu peristiwa makan-memakan dalam dunia animalia ini? Adakah haru disana, hingga ia harus dirayakan dalam nyanyi? Arti, makna, isi, dari satu karya seni--ekspresi jiwa manusia-tentulah takkan pernah jauh-jauh dari masalah interpretasi. Tiap orang yang terpapar estetik, tentu akan bereaksi tergantung cerapan dan perspektif seninya. Ibu belum lihat konser mereka saat menyanyikan lagu “sepele” itu. Betapa dalam dan menghayatinya, serta terbiusnya si vokalis dalam demam revelasi. Dinyanyikannya dengan begitu rupa selama sepuluh menit, sebuah tragik dari ulat yang dimakan burung. Seekor ulat menggeliat, kakinya tercerabut dari dahan, menuju paruh seekor burung. Dia merelakan dirinya dimakan, untuk hidup makhluk yang lain. Dia mati, agar yang lain hidup. Lebih simpatik lagi, dia rela nyawanya hilang, demi memanjangkan umur makhluk yang memangsanya barang beberapa jam, atau menit saja. Untuk lagi, makhluk-makhluk seperti dirinya, akan diserahkan kembali nyawanya, demi
memanjangkan hidup makhluk itu. Tidakkah menyedihkan hidup seorang makhluk. Untuk melanjutkan hidupnya, dia harus membunuh makhluk lain. Hidupnya adalah atas kematian yang lain. Makan, adalah juga suatu kejadian pengorbanan tak henti-henti, dalam upacara hidup. Dengan teramat miskin kesedihan dan penghayatannya. Lagu ini mengingatkan kembali akan kodrat eksistensi suatu organisme: dia harus senantiasa makan. Dalam makan, ada kematian. Dan dalam kematian, ada eufemisme (penghalusan) akan pengorbanan: seakan-akan ayam, sapi, kambing, bahkan sayur dan beras yang kita tiap hari mangsa, mengorbankan eksistensinya demi betahnya nyawa kita bertahta di tubuh daging ini. Muncul, lalu, sebuah gigantisme ego: atas jenis kitalah berkorban seluruh eksistensi di dunia ini: bahwa dunia ini diciptakan untuk manusia. Dengan bertekuk pada antroposentrisme ini, haru akan maut yang mengambang di mulut dihilangkan. Tak ada lagi derita akan kepemilikan daging. Daging adalah bukti dosa. Kepemilikan daging oleh manusia, begitu bunyi tafsir kitab samawi, adalah hukuman dari pelanggaran manusia di suwarga. Oleh karena itu, manusia dihadiahi kematian. Dan untuk membebat kematian di diri manusia, diciptakan daging: dengannya kematian tak putusputus untuk terus menghidupi kefanaan hidup.
Ada tiga lagu Dir en Grey, mengenai proses hidup yang membunuh: Macabre (Sanagi No Yume Wa Ageha No Hane), Blossoming Beelzebub, dan Warsaw no Gensou. Musik dengan nuansa yang cekam, gelap, berat, psikotik, seakan menyedot telinga untuk dirasuki esensi mitikalnya, menjadi distraksi-cumrekreasi dalam masa-masa belajar menjelang ujian ini. Ini adalah yang pesawat penerima saya tangkap dari pemancaran Macabre. Hidup adalah derita eksistensi yang tega dan tanpa rasa mencaplok kehidupan lain. Makan, adalah lambang dari ketakterhindaran kefanaan dan derita. Yayan Puji Riyanto Pemimpin Redaksi Media Center STAN
BIDIK
Saat bara kebaikan membakar hatimu dan mematangkan nalurimu Disitulah bermuara segala sesuatunya Saat memberi tak butuh teori dan retorika apalagi nama Saat getar dan lirih suara mereka tak akan lagi terdengar Disitulah harapan-harapan atasmu membuhul menggapai lapisan
Sumber Foto: Dokumentasi Media Center STAN Teks: Fauzi
SEKILAS