PROCEEDINGS ISSN- 2252-3936
Perkembangan Peran Akuntansi Dalam Bisnis Yang Profesional Bandung, 27 Maret 2012
SUSUNAN DEWAN REDAKSI Penanggung Jawab: Dr. H. Islahuzzaman, S.E., M.Si., Ak. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama Pengarah: Prof. Dr. Hj. Koesbandijah A.K., M.S., Ak. Prof. Dr. H. Karhi Nisjar Sarjudin, S.E., M.M., Ak. Prof. Dr. H. Mochammad Zain, Ak. Dr. H. Nuryaman., S.E., M.Si., Ak. Redaktur: Sendi Gusnandar Arnan, S.E., M.M., Ak. Erly Sherlita, S.E., M.Si., Ak. Rima Rachmawati, S.E., M.Si., Ak. Intan Oviantari, S.E., M.S.Ak., Ak. R. Wedi Rusnnawan Kusumah, S.E.,M.Si., Ak. Penelaah (Reviewer) 1. Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA. (Institut Teknologi Bandung) 2. Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini Yahya, S.E., Spec.Lic. (Universitas Padjadjaran) 3. Prof. Dr. Hj. Ria Ratna Ariawati, S.E., M.S. (Universitas Padjadjaran) 4. 5. 6.
Prof. Dr. Hamfri Djajadikerta, S.E., Akt., M.M. (Universitas Katolik Parahyangan) Prof. Dr. Ir. Harjanto Prabowo, M.M. (Universitas Bina Nusantara) Prof. Dr. Hiro Tugiman, Ak., QIA (Institut Manajemen Telkom)
7.
Dr. H. Islahuzzaman, S.E., M.Si., Ak. (Universitas Widyatama)
8. 9.
Dr. H. Nuryaman, S.E., M.Si., Ak. (Universitas Widyatama) Nugroho J. Setiadi, S.E., M.M., Ph.D. (Universitas Widyatama)
10. Dr. Sylvia Veronica Siregar (Universitas Indonesia) 11. Dr. Dwi Martani (Universitas Indonesia) Desain: 1. Arus Reka Prasetia, S.E., M.M., MBA 2. Ali Hamdani, S.ST. 3.
Windra Dawiwaha
PROCEEDINGS ISSN- 2252-3936
Perkembangan Peran Akuntansi Dalam Bisnis Yang Profesional Bandung, 27 Maret 2012
KATA PENGANTAR .................................................................................................................. ii SUSUNAN DEWAN REDAKSI................................................................................................. iv SUSUNAN PANITIA ...................................................................................................... DAFTAR ISI .............................................................................................................................. viii KEYNOTE SPEAKER Menteri PPN/Kepala BAPPENAS ......................................................... 1 INVITE SPEAKER Ketua BAPEPAM-LK.................................................................................. 5 INVITE SPEAKER Anggota DPN IAI ........................................................................................ 9 INVITE SPEAKER Kopertis Wilayah 4 Jabar Banten .............................................................. 16 INVITE SPEAKER Rektor Universitas Widyatama Bandung ................................................... 23 Pemakalah : 001-Good Corporate Governance dan Reaksi Investor terhadap Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Studi Pada Emiten Manufaktur di Bursa Efek Indonesia) Nuraini A Universitas Syiah Kuala ……………………………………………………………...
29 – 37
002-Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja Perusahaan dengan Kualitas Laba sebagai Variabel Intervening Meirrisa, Istianingsih Universitas Tarumanagara ……………………………………………………………
38 – 49
003-Pengaruh Penerapan Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Praktik Manajemen Laba Yoane Virginike Purbany, Ivan Aries Setiawan STIE STAN Indonesia Mandiri ………………………………………………………
50 – 59
004-Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuang dengan Economic Value Added (EVA) sebagai Indikator Pengukuran Kinerja Nyla Hidayati, Ivan Aries Setiawan STIE STAN Indonesia Mandiri ……………………………………………………….
60 – 69
005-Pengaruh Penerapan Corporate Governance terhadap Kualitas Akrual Aloysius Harry Mukti …………………………………………………………………
70 – 77
009-The Effect of Outside Directors On Board of Directors and Classification of Audit Firms Toward Earnings Management Yoga Tantular Rachman Universitas Widyatama ……………………………………………………………….
78 – 90
Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan dengan Economic Value Added (EVA) sebagai Indikator Pengukuran Kinerja (Studi Pada Perusahaan Keuangan di Indonesia) Nyla Hidayati
[email protected] STIE STAN Indonesia Mandiri Bandung Ivan Aries Setiawan
[email protected] STIE STAN Indonesia Mandiri Bandung ABSTRACT This research on corporate governance was conducted in order to find empirical evidence on the effect of good corporate governance to the financial performance of the financial companies in Indonesia. The population of this study were all financial companies listed on the Indonesia Stock Exchange (BEI). Using purposive sampling technique, sample of 15 financial companies in the banking and investment sector was obtained over the period of 2008 until 2010. Indicators of Good Corporate Governance in the study were the commissioners board, board of directors, independent commissioners, audit committees and managerial ownership. Financial performance was measured by Economic Value Added (EVA). Multiple regression analysis was used to test the hypotheses The results of this study found that only the board of commissioners had a significant effect on financial performance, while the board of directors, independent commissioners, audit committees and managerial ownership has no significant effect on financial performance. Keyword: Good Corporate Governance, Corporate Financial Performance, Economic Value Added (EVA) I. Pendahuluan Pasar modal adalah bursa keuangan untuk saham dan utang jangka panjang (Weston dan Brigham, 1990:73). Untuk mempertahankan keberadaannya, perusahaan-perusahaan membutukan pasar modal. Di pasar modal ini para investor dan para peminjam dapat melakukan transaksi keuangan. Dalam strategi pengembangan umum pasar modal di Indonesia yang dikeluarkan oleh Badan Pengawasan Pasar Modal (Bapepam), disadari salah satu penyebab rentannya perusahaan-perusahaan di Indonesia terhadap gejolak perekonomian adalah lemahnya penerapan Good Corporate Governance (GCG) dalam pengelolaan perusahaan (Sutedi, 2011:1). Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) dapat diartikan sebagai suatu proses yang digunakan oleh perusahaan untuk meningkatkan kualitas laba dengan memperhatikan kepentingan stakeholders yang berlandaskan peraturan undang-undang dan norma yang berlaku. Laba merupakan suatu indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja operasional perusahaan (Trinanda, 2010). Pengukuran kinerja merupakan analisis data serta pengendalian bagi perusahaan. Kinerja merupakan suatu usaha formal yang dilaksanakan perusahaan untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas dari aktivitas perusahaan yang telah dilaksanakan pada periode waktu tertentu. Kinerja suatu perusahaan dapat dilihat melalui laporan keuangan perusahaan tersebut. Dari laporan keuangan tersebut, dapat diketahui keadaan finansial dan hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan selama periode tertentu. Secara formal, produk akhir dari hasil pengukuran kinerja diwujudkan dalam suatu laporan yang disebut laporan kinerja (Paradita dan Nurzaimah, 2009). Salah satu jenis laporan keuangan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan untuk suatu periode tertentu adalah laporan laba rugi. Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, seperti pemegang saham, investor, kreditor, masyarakat maupun pihak-pihak lainnya. Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan dimasa yang akan datang dibandingkan dengan pemilik (pemegang saham). Oleh karena itu sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Akan tetapi informasi yang disampaikan terkadang tidak sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya. Kondisi ini dikenal sebagai asimetri informasi (information asymmetric) (Haris dalam Ujiyhanto dan Pramuka, 2007). Adanya asimetri informasi (information asymmetric) memungkinkan mereka untuk mengambil keputusan dan kebijakan yang kurang bermanfaat bagi perusahaan. Adanya kondisi ini menimbulkan tata kelola perusahaan yang kurang sehat karena tidak adanya keterbukaan dari manajemen untuk mengungkapkan hasil kinerjanya kepada prinsipal sebagai pemilik perusahaan. Berdasarkan kondisi semacam ini, dibutuhkan sistem tata kelola yang baik pada perusahaan yang disebut dengan Good Corporate Governance (GCG) (Arifin, 2005). Penerapan konsep Good Corporate Governance (GCG) diharapkan memberikan kepercayaan terhadap agen (manajemen) dalam mengelola kekayaan pemilik (investor), dan pemilik menjadi lebih yakin bahwa agen tidak akan melakukan suatu kecurangan untuk kesejahteraan agen. Good Corporate Governance (GCG) merupakan suatu mekanisme pengelolaan yang didasarkan pada teori keagenan. Teori keagenan (agency theory), merupakan hubungan agensi ketika satu orang atau lebih (pemberi kerja/principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut (Jensen dan Meckling, 1976). Penelitian mengenai hubungan Good Corporate Governance (GCG) terhadap kinerja keuangan telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian terdahulu menyebutkan bahwa penerapan Good Corporate Governance (GCG) mempunyai pengaruh positif
1
terhadap kinerja keuangan antara lain: (1) Weir et al (2000) menyatakan bahwa adanya pengaruh yang positif antara komisaris independen dengan kinerja keuangan karena dengan adanya dewan komisaris akan lebih mudah dalam memonitor tindakan dewan. (2) Sam’ani (2008) melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa variabel dewan komisaris, dewan direksi dan komite audit berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. (3) Wardani (2008) melakukan penelitian dengan hasil menunjukkan bahwa Corporate Governance berpengaruh positif terhadap nilai kinerja pasar perusahaan. (4) Mulyati (2011) melakukan penelitian dengan hasil menunjukkan bahwa kepemilikan manajerian dan komite audit yang berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Namun penelitian yang dilakukan Wulandari (2006) menunjukkan bahwa jumlah dewan direktur, komisaris independen dan kepemilikan manajerial memiliki pengaruh yang tidak segnifikan terhadap kinerja perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Dalton et al (1999) juga menyatakan bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah mekanisme corporate governance, dalam hal ini dewan komisaris, dewan direksi, komisaris independen, komite audit dan kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris bahwa mekanisme corporate governance, dalam hal ini dewan komisaris, dewan direksi, komisaris independen, komite audit dan kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan teori, terutama kajian akuntansi keuangan mengenai corporate governance dan konsekuensinya terhadap kinerja keuangan yang dilaporkan. Temuan penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat dalam memberikan masukan kepada para pemakai laporan keuangan dan praktisi penyelenggara perusahaan dalam memahami mekanisme corporate governance serta praktik. II. Review Literature dan Pengembangan Hipotesis Pengertian Good Corporate Governance menurut Komite Cadburry, adalah prinsip yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan serta kewenangan perusahaan dalam memberikan pertanggungjawabannya kepada para shareholders. dalam penelitan ini Good Corporate Governance dapat di ukur dengan dewan komisaris, dewan direksi, komisaris independen, komite audit dan kepemilikan manajerial. Dalam suatu perusahaan, dewan memegang peranan yang signifikan dalam penentuan strategi perusahaan. Indonesia merupakan negara yang menggunakan sistem two tier, yang terdiri dari dewan komisaris dan dewan direksi. Dewan komisaris merupakan pihak yang melakukan fungsi monitoring terhadap kinerja manajemen (Wardani, 2008). Secara umum dewan komisaris ditugaskan dan diberi tanggung jawab atas pengawasan kualitas informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Selain mensupervisi dan memberi nasihat pada dewan direksi sesuai dengan UU No. 1 tahun 1995, fungsi dewan komisaris yang lain sesuai dengan yang dinyatakan dalam National Code for Good Corporate Governance 2001 dalam Wardani, 2008 adalah memastikan bahwa perusahaan telah melakukan tanggung jawab sosial dan mempertimbangkan kepentingan berbagai stakeholder perusahaan sebaik memonitor efektifitas pelaksanaan good corporate governance. Sam’ani (2008) melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa variabel dewan komisaris, dewan direksi dan komite audit berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Fama dan Jensen (1983), Jensen (1993), Xie et al (2003), Cornett et al (2006) dan Sam’ani (2008). Dengan adanya pemisahan peran antara pemegang saham sebagai prinsipal dengan manajer sebagai agennya, maka manajer pada akhirnya akan memiliki hak pengendalian yang signifikan dalam hal bagaimana mereka mengalokasikan dana investor (Jensen & Meckling, 1976). Selain itu Mizruchi (1983) juga menjelaskan bahwa dewan merupakan pusat dari pengendalian dalam perusahaan, dan dewan ini merupakan penanggung jawab utama dalam tingkat kesehatan dan keberhasilan perusahaan secara jangka panjang. Dewan direksi dalam suatu perusahaan akan menentukan kebijakan yang akan diambil atau strategi perusahaan tersebut secara jangka pendek maupun jangka panjang. Hermalin dan Weisbach (2003) melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa dewan direksi berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja perusahaan. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh serta Lipton dan Lorsch (1992). Keberadaan komisaris independen diatur dalam peraturan BAPEPAM No: KEP-315/BEJ/06-2000 yang disempurnakan dengan surat keputusan No: KEP-339/BEJ/07-2001 yang menyatakan bahwa setiap perusahaan publik harus membentuk komisaris independen yang anggotanya paling sedikit 30% dari jumlah keseluruhan anggota dewan komisaris. Dewan yang terdiri dari dewan komisaris independen yang lebih besar memiliki kontrol yang kuat atas keputusan manajerial. Chtourou et al (2001) melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa komisaris independen berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh dan Xie et al (2003). Komite audit yang bertanggung jawab untuk mengawasi laporan keuangan, mengawasi audit eksternal, dan mengamati sistem pengendalian internal (termasuk audit internal). Pengendalian internal dapat mengurangi sifat opportunistic manajemen yang melakukan manajemen laba (earnings management) dengan cara mengawasi laporan keuangan dan melakukan pengawasan pada audit eksternal. Price Waterhouse (1980) dalam Mc.Mullen (1996) menyatakan bahwa investor, analis dan regulator menganggap komite audit memberikan kontribusi dalam kualitas pelaporan keuangan. Komite audit meningkatkan integritas dan kredibilitas pelaporan keuangan melalui pengawasan atas proses pelaporan termasuk sistem pengendalian internal dan penggunaan prinsip akuntansi berterima umum dan mengawasi proses audit secara keseluruhan. Xie et al (2003) melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa komite audit berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja perusahaan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Veronica dan Bachtiar (2004) dan Sam’ani (2008). Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berhasil menjadi mekanisme untuk mengurangi masalah keagenan dari manajer dengan pemegang saham dengan menyelaraskan kepentingan-kepentingan manajer dengan pemegang saham. Sehingga permasalahan keagenan dapat diasumsikan akan hilang apabila seorang manajer dianggap sebagai seorang pemilik. Semakin meningkat proporsi kepemilikan saham manajerial maka semakin baik kinerja perusahaan. Penelitian ini menemukan bahwa kepentingan manajer dengan pemegang saham eksternal dapat disatukan jika kepemilikan saham oleh manajer diperbesar sehingga manajer tidak akan memanipulasi laba untuk kepentingannya. Faccio dan Ameziane (1999) yang menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Dari pembahasan-pembahasan di atas maka hipótesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H1 : Dewan Komisaris berpengaruh positif terhadap Kinerja Keuangan.
2
H2 : Dewan Direksi berpengaruh positif terhadap Kinerja Keuangan. H3 : Komisaris Independen berpengaruh positif terhadap Kinerja Keuangan. H4 : Komite Audit berpengaruh positif terhadap Kinerja Keuangan. H5 : Kepemilikan Manajerial berpengaruh positif terhadap Kinerja Keuangan. III. Metode Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan-perusahaan keuangan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI). Terdapat populasi sebanyak 71 (tujuh puluh satu) perusahaan keuangan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 15 (lima belas) perusahaan keuangan, yang dipilih dengan metode purposive sampling. Dengan kriteria perusahaan keuangan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2008-2010 dan mempublikasikan laporan keuangan tahun 2008-2010 secara lengkap dan konsisten. Data diperoleh dengan mengakses website masing-masing perusahaan. Pengukuran Variabel 1. Variabel Dependen, yaitu kinerja keuangan yang diukur dengan Economic Value Added (EVA). Penetuan nilai Economic Value Added (EVA) menurut Tunggal, 2001 dalam scribd.com adalah sebagai berikut: a. b.
c.
Menghitung NOPAT (Net Operating After Tax) NOPAT = Laba (Rugi) – Pajak Menghitung Invested Capital
Menghitung WACC (Weighted Average Cost of Capital) WACC = [(D x rd (1 – tax) + (E x re)] Dimana:
d. e. f.
2.
Menghitung Capital Charges Capital Changes (CC) = WACC x IC Menghitung Economic Value Added (EVA) EVA = NOPAT – CC Relatif Economic Value Added (EVA)
Variabel Independen, yaitu Good Corporate Governance dapat diukur dengan dewan komisaris, dewan direksi, komisaris independen, komite audit dan kepemilikan manajerial. a. Dewan Komisaris Ukuran dewan komisaris merupakan jumlah anggota dewan komisaris perusahaan (Beiner et al, 2003). Ukuran dewan komisaris diukur dengan menggunakan indicator jumlah anggota dewan komisaris suatu perusahaan, baik komisaris independen maupun komisaris non-independen.
b.
c.
Dewan Direksi Variabel ini diatur sebagai variabel dummy dengan kriteria yang mengacu pada penelitian Jensen, 1993 bahwa perusahaan dengan jumlah dewan direksi 1-7 orang diberi skala 1 (diduga optimal dalam mengontrol manajemen) dan perusahaan yang mempunyai jumlah dewan direksi >7 orang diberi skala 0 (diduga tidak optimal dalam mengontrol manajemen). Komisaris Independen Komisaris independen dapat diukur dengan menggunakan persentase jumlah dewan komisaris independen terhadap jumlah total komisaris yang ada dalam susunan dewan komisaris perusahaan (Nasution dan Setiawan, 2007).
3
d.
Komite Audit Komite audit bertanggung jawab untuk mengawasi laporan keuangan, mengawasi audit eksternal, dan mengamati sistem pengendalian internal (termasuk audit internal) dapat mengurangi sifat opportunistic manajemen yang melakukan manajemen laba (earnings management) dengan cara mengawasi laporan keuangan dan melakukan pengawasan pada audit eksternal. Komite audit diukur dengan jumlah anggota komite audit (Sam’ani, 2008).
e.
3.
4.
Kepemilikan Manajerial Jumlah kepemilikan manajerial sebagian besar kurang dari 1%, sehingga variasi jumlah kepemilikan manajerial tidak banyak, sehingga variabel ini menggunakan dummy, yaitu 0 jika tidak terdapat kepemilikan manajerial, dan 1 jika terdapat kepemilikan manajerial (Herawaty, 2008). Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik dalam penelitian ini adalah dengan melakukan uji multikolonieritas dilihat dari nilai tolerance dan Variane Inflation Factor (VIF), uji autokorelasi yaitu dengan Uji Dorbin-Watson (DW test), uji heteroskedastisitas digunakan dua cara yaitu dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya dan uji glejser, uji normalitas yaitu dengan menggunakan grafik histogram dan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S), dan uji linearitas yaitu dengan menggunakan uji Durbin-Watson (D-W). Pengujian Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini diuji menggunakan model regresi berganda dan menggunakan alat bantu software SPSS.V.17.0. Adapun model regresinya adalah sebagai berikut: Y = a + b1 Dewan Komisaris (DK) + b2 Dewan Direksi (DD) + b3 Komisaris Independen (KI) + b4 Komite Audit (KA) + b5 Kepemilikan Manajerial (KM) + e Dimana:
Y = Kinerja Keuangan a = Konstanta b1 – b5 = Koefisien regresi dari setiap variabel independen e = Kesalahan/gangguan Pengujian lainnya yang mendukung pengujian hipotesis yaitu Uji t, untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui tingkat kebenaran prediksi dari pengujian regresi yang dilakukan, maka dilakukan pencarian nilai koefisien determinasi (R 2). Koefisien ini akan menunjukkan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. IV.
DK DD KI KA KM KK
N
Mean
45 45 45 45 45 45
5.3333 .5333 .5287 3.9778 .3111 -.0362
Hasil Penelitian Dan Pembahasan Tabel 1 Statistik Deskriptif Variabel Koefisien Korelasi SD DK DD KI KA 1 -.076 1.82159 .569** .418** .137 .50452 1 -.493** .569** 1 .13195 .137 .012 -.076 .012 1.32268 1 ** .418 .46818 .493** .232 * .275 .306 .01761 -.045 -.400** .541** .150 * -.326
KM
KK
.275 -.045 .306* .232 1 .273
.541** -.326* .150 -.400** .273 1
Uji Asumsi Klasik Tabel 2 Diagnosa Koefisien Uji Multikolonieritas
Dilihat dari tabel diatas, hasil perhitungan nilai Tolerance menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai Tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95%. Hasil
4
perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama tidak ada satu variabel dependen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolonieritas antar variabel independen dalam penelitian ini. Tabel 3 Uji Durbin – Watson (DW test)
Dari tabel 3 di atas dapat nilai Durbin – Watson sebesar 1,876. Nilai ini akan kita bandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikansi 5%, jumlah sampel (n) 45 dan jumlah variabel independen 5 (k = 5). Oleh karena nilai Durbin – Watson 1,876 lebih besar dari batas atas (du) 1,776 dan kurang dari 4 – 1,776 (4 – du) yaitu 2,224, maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini tidak terdapat autokorelasi positif atau negatif atau dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi. Gambar 1 Plot Uji Heteroskedastisitas
Tabel 4 Uji Heteroskedastisitas – Uji Glejser
Dilihat dari gambar 1, terlihat bahwa titik-titik menyerbar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi. Hal ini juga didukung melalui uji Glejser pada tabel 4 bahwa nilai probabilitas signifikansi dari masing-masing variabel independen tidak ada yang signifikan. Sesuai dengan ketentuan yang telah diungkapkan pada pembahasan sebelumnya bahwa probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5%, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa dalam model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas.
5
Tabel 5 One-Sample K-S test
Dengan melihat tampilan grafik historigram maupun grafik normal plot pada gambar di atas, maka dapat disimpulan bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi yang tidak menceng dan normal serta pada grafik normal plot terlihat titiktitik menyebar disekitar garis diagonal, maka diperoleh kesimpulan dari kedua grafik ini menunjukkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas. Sedangkan besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0,925 dan signifikansi pada 0,359. Nilai signifikansi ini lebih besar dari nilai signifikansi sacara statistik (0,359 > 0,05). Hal ini berarti data residual terdistribusi secara normal. Dari data dalam tabel 3 dapat dilihat Durbin – Watson model utama 1,876 berada lebih besar dari batas atas (du) 1,776 dan kurang dari 4 – 1,776 (4 – du) yaitu 2,224, maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini tidak ada autokorelasi positif atau negatif atau dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi pada model utama dan model persamaan utama adalah benar. Pengujian Hipotesis Tabel 6 Uji Signifikansi Simultan
Dari tabel 6 di atas tingkat probabilitas sebesar 0,001 jauh lebih kecil dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa dewan komisaris, dewan direksi, komisaris independen, komite audit dan kepemilikan manajerial secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang di ukur dengan Economic Value Added (EVA). Tabel 7 Uji Signifikansi Parameter Individual
Berdasarkan tabel 7 di atas terlihat bahwa nilai probabilitas signifikansi variabel dewan komisaris sebesar 0,013 lebih kecil dari 0,05 atau taraf kepercayaan 5% (signifikan), maka hipotesis pertama dapat di konfimasi. Nilai probabilitas signifikansi variabel dewan direksi sebesar 0,846 lebih besar dari 0,05 atau taraf kepercayaan 5% (tidak signifikan), maka hipotesis kedua tidak dapat di konfimasi. Nilai probabilitas signifikansi variabel komisaris independen sebesar 0,079 lebih besar dari 0,05 atau taraf kepercayaan 5% (tidak signifikan), maka hipotesis ketiga tidak dapat di konfimasi. Nilai probabilitas signifikansi variabel komite audit sebesar 0,297 lebih besar dari 0,05 atau taraf kepercayaan 5% (tidak signifikan), maka hipotesis keempat tidak dapat di konfimasi. Nilai probabilitas signifikansi variabel kepemilikan manajerial sebesar 0,182 lebih besar dari 0,05 atau taraf kepercayaan 5% (tidak signifikan), maka hipotesis kelima tidak dapat di konfimasi. Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa variabel dewan komisaris berpengaruh terhadap kinerja keuangan pada tingkat signifikansi 5%. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa dewan komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan dapat dikonfirmasi. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fama dan Jensen (1983),
6
Jensen (1993) dan Sam’ani (2008). Hubungan antara dewan komisaris dengan kinerja keuangan didukung oleh perspektif fungsi pelayanan dan kontrol yang dapat diberikan oleh dewan komisaris. Fungsi pelayanan menyatakan bahwa dewan komisaris dapat memberikan konsultasi dan nasehat kepada manajemen dan direksi. Dengan menekankan pada fungsi aktivitas dewan komisaris tersebut, peran keahlian atau konseling yang diberikan oleh dewan komisaris merupakan suatu jasa yang berkualitas bagi manajemen dan perusahaan yang tidak dapat diberikan oleh pasar (Fama dan Jensen, 1983). Fungsi kontrol yang dilakukan oleh dewan (komisaris) diambil dari teori agensi. Dari perspektif teori agensi, dewan komisaris mewakili mekanisme internal utama untuk mengontrol perilaku oportunistik manajemen sehingga dapat membantu menyelaraskan kepentingan pemegang saham dan manajer (Jensen, 1993). Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa variabel dewan direksi tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan pada tingkat signifikansi 5%. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa dewan direksi berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan tidak dapat dikonfirmasi. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Beiner et al (2003) dan Wulandari (2006). Hasil penelitian mengenai jumlah dewan direksi yang menghasilkan nilai negatif terhadap kinerja keuangan, menunjukkan bahwa dengan menambah jumlah dewan direksi maka semakin mengurangi nilai economic value added (EVA) atau kinerja keuangan perusahaan. Hal tersebut membuat para pemegang saham lebih berhati-hati dalam memilih jumlah optimal dewan direktur dikarenakan juga jika memperbesar jumlah dewan direktur akan berpengaruh pada peningkatan biaya agensi. Selain itu, terdapat kecenderungan bahwa pemegang saham hanya mempertimbangkan faktor return yang mereka peroleh mengakibatkan kurangnya perhatian serta pengawasan pada kinerja manajemen perusahaan (Wulandari, 2006), sehingga sangat mungkin terjadinya penyimpangan yang dilakukan manajemen (dewan direksi). Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa variabel komisaris independen tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan pada tingkat signifikansi 5%. Dengan demikian hipótesis yang menyatakan bahwa komisaris independen berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan tidak dapat dikonfirmasi. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Siregar dan Utama (2005), Beiner et al (2003) dan Wulandari (2006). Siregar dan Utama (2005) menyatakan bahwa pengangkatan dewan komisaris independen oleh perusahaan mungkin hanya dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja tapi tidak dimaksudkan untuk menegakkan Good Corporate Governance (GCG) di dalam perusahaan. Selain itu juga para pemegang saham yang menganggap komisaris independen tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai perusahaan mereka. Hal inilah yang membuat para pemegang saham belum dapat melihat segi positif adanya komisaris independen. Hasil pengujian hipotesis keempat menunjukkan bahwa variabel komite audit tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan pada tingkat signifikansi 5%. Dengan demikian hipótesis yang menyatakan bahwa komite audit berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan tidak dapat dikonfirmasi. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dalton et al (1999) dan Anggraini (2010). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komite audit menjadi tidak efektif jika ukurannya terlalu kecil atau terlalu besar. Argumen ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Dalton et al. (1999) yang menunjukkan bahwa komite audit dengan jumlah anggota besar cenderung kehilangan fokus dan kurang partisipatif dibandingkan dengan ukuran yang lebih kecil. Semakin banyak anggota komite audit terkadang malah menyulitkan kesepakatan keputusan dalam melakukan kinerjanya. Namun di lain pihak, komite audit dengan jumlah anggota kecil kekurangan keragaman keterampilan dan pengetahuan sehingga menjadi tidak efektif. Selain itu juga, proses penunjukkan anggota komite audit masih belum jelas dan terbuka sehingga tingkat independensi komite audit masih patut diragukan. Kemudian adanya ketentuan anggota komite audit kemungkinan menyebabkan keberadaan anggota komite audit pada perusahaan di Indonesia hanya sekedar memenuhi ketentuan regulasi dan menghindari sanksi yang ada sehingga belum efektif dalam menjalankan fungsinya (Anggraini, 2010). Hasil pengujian hipotesis kelima menunjukkan bahwa variabel kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan pada tingkat signifikansi 5%. Dengan demikian hipótesis yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan tidak dapat dikonfirmasi. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sujoko & Soebiantoro (2007) dan Rustendi & Jimmi (2008) yang menyatakan bahwa semakin besar kepemilikan manajerial, informasi cepat diketahui oleh pemilik perusahaan (manajemen). Sedangkan pihak lain mengetahuinya setelah laporan keuangan dipublikasikan, maka tercermin bahwa keputusan pemilik merupakan keputusan manajer. Adanya kondisi ini menimbulkan menimbulkan tata kelola perusahaan yang kurang sehat karena memungkinkan manajer mengambil keputusan atau kebijakan yang kurang bermanfaat bagi perusahaan. Tabel 8 Koefisien Determinasi Model Regresi
Nilai koefisien determinasi digunakan untuk menunjukkan prosentase tingkat kebenaran prediksi dari pengujian regresi yang dilakukan di atas menunjukkan besarnya R2 adalan 0,313. Hal ini berarti 31,3% variasi variabel kinerja keuangan yang diukur dengan Economic Value Added (EVA) dapat dijelaskan oleh variabel dependen (dewan komisaris, dewan direksi, komisaris independen, komite audit dan kepemilikan manajerial), sedangkan sisanya 68,7% dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model. Dari hasil perhitungan diatas, maka diperoleh persamaan matematis dari penelitian ini adalah sebagai berikut : EVA = -0,085 + 0,004DK – 0,001DD + 0,032KI + 0,002KA + 0,007KM + e Se 0,012 0,006 0,018 0,002 0,005 t 2,602 -0,196 1,803 1,058 1,358 R2 0,313
7
V. Kesimpulan dan Keterbatasan Kesimpulan Berdasarkan pembahasan atas hasil penelitian terhadap 45 sampel data dan dari 15 perusahaan keuangan di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), maka dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama variabel dewan komisaris, dewan direksi, komisaris independen, komite audit dan kepemilikan manajerial berpengaruh secara signifikan yaitu sebesar 0,001 terhadap kinerja keuangan dengan indikator Economic Value Added (EVA). Sedangkan secara parsial dengan taraf kepercayaan 5% diperoleh nilai signifikan dewan komisaris sebesar 0,013, dewan direksi sebesar 0,846, komisaris independen sebesar 0,079, komite audit sebesar 0,297 dan kepemilikan manajerial sebesar 0,182. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari kelima variabel indikator Good Corporate Governance, hanya dewan komisaris yang secara signifikan berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan dengan indikator Economic Value Added (EVA). Keterbatasan Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan yang mungkin mempengaruhi hasil penelitian. Adapun beberapa keterbatas adalah: (1) Jumlah pengamatan yang digunakan di dalam penelitian ini relatif sedikit dan periode yang pendek, yakni terbatas pada perusahaan keuangan yang terdaftar di (Bursa Efek Indonesia) BEI dari tahun 2008 hingga 2010. (2) Indikator yang digunakan dalam penelitian ini masih terbatas pada lima variabel saja yaitu dewan komisaris, dewan direksi, komisaris independen, komite audit dan kepemilikan manajerial. (3) Karakteristik komisaris independen dan komite audit secara spesifik tidak disertakan, misalnya kompetensi, keahlian, latar belakang pendidikan, pengalaman komisaris independen dan komite audit. (4) Hasil juga menunjukkan pengaruh variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen, yakni hanya sebesar 31,3% dan sisanya sebesar 68,7% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi. DAFTAR REFERENSI Anggraini, Tifani Vota, 2010. Pengaruh Karakteristik Komite Audit Terhadap Financial Distress. Skripsi Ekonomi Universitas Dipenogoro: Semarang. Arifin, 2005. Peran Akuntan dalam Menegakkan Prinsip Good Corporate Governance pada Perusahaan di Indonesia (Tinjauan Perspektif Teori Keagenan). Universitas Dipenogoro: Semarang. Beiner, S et al, 2003. Is Board Size an Independent Corporate Governance Mechanism?. Working Paper. Financial Valuation and Risk Management. Chtourous. Marrakachi, Jean Bedard and Louucie Courteau, 2001, Corporate Governanca and Earning Management, Working paper, http:/papers,ssrn.com. Cornett M. M, J. Marcuss, Saunders dan Tehranian H., 2006. Earnings Management, Corporate Governance, and True Financial Performance. http://papers.ssrn.com/ Dalton, Dan R. et al, 1999. Number of Directors and Financial Performance: A Meta – Analysis. The Academy of Management Journal Vol. 42, No. 6 (Dec., 1999), pp. 674-686. Faccio dan Ameziane, 1999, Managerial Ownership, board Structure and Firm Value: TheuK Evidence, JEL Classification, http://
[email protected] Fama, Eugene F dan Michael C. Jensen, 1983. Separation of Osnership and Control, Jurnal Ekonomi. Chicago University: Amerika. Ghozali, Imam, 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. Universitas Dipenogoro: Semarang. Herawaty, Vinola, 2008. Peran Praktek Corporate Governance sebagai Moderating Variabel dari Pengaruh Earnings Management terhadap Nilai Perusahaan. Universitas Trisakti: Jakarta. Hermalin, Benjamin E. dan Michael S. Weisbach, 2003. Boards of Directors as an Undogenously Determined Institution: A Survey of The Economic Literature. FRBNY Economic: Policy Review. Jensen, Michael C. dan William H. Meckling, 1976. Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure, Jurnal Akuntansi. Harvard Business School: Inggris. Jensen, Michael C., 1993. The Modern Industrial Revolution, Exit, And The Failure Of Internal Control Systems. Jurnal Akuntansi. Harvard Business School: Inggris. Lipton, M. dan J. Lorsch, 1992. “A Modest Proposal for Improved Corporate Governance”, Business Lawyer, Vol. 48, Issue 1, Nov92, pp. 59-78. Mizruchi, M. S. 1983. Who Control Whom? An Examination of the Relation between Management and boards of Directors in Large American Corporation. Academy of Management Review, 8, 426-435.
8
McMullen, D.A., 1996. Audit Committee Performance: An Investigation of the Consequences Associated with Audit Commites. Auditing: A Journal of Practice & Theory, Vol. 15, No. 1 p. 88-103. Mulyati, Siti Murni, 2011. Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2009. Skripsi Akuntansi. Universitas negeri semarang: Semarang. Nasution, Marihot dan Doddy Setiawan, 2007. Pengaruh Corporate Governance terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia, Simposium Nasional Akuntansi X. Universitas Hasanudin: Makasar. Paradita, Dita dan Nurzaimah. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Yang Termasuk Kelompok Sepuluh Besar Menurut Corporate Governance Perception Index (CGPI), Jurnal Akuntansi. Fakulitas Ekonomi Universitas Sumatera Utara: Medan. Rustendi, Tedi dan Farid Jimmi, 2008. Pengaruh Hutang dan Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur (Survey Pada Perusahaan Manufaktur Yang Tercatat Di Bursa Efek Jakarta). Jurnal Akuntansi. Universitas Siliwangi: Tasikmalaya. Sam’ani, 2008. Pengaruh Good Corporate Governance dan Leverage Terhadap Kinerja Keuangan pada Perbankan yang Terdaftar di Bursa Effek Indonesia (BEI) tahun 2004-2007. Tesis Manajemen Universitas Dipenogoro Semarang. Siregar, Sylvia Veronica dan Siddharta Utama, 2006. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan dan Praktek Corporate Governance terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Manajement), Jurnal Akuntansi. Universitas Indonesia: Jakarta. _______ dan Yanivi S. Bachtiar. 2004. Good Corporate Governance Information Asymetry and Earnings Management. Artikel yang Dipresentasikan pada Simposium Nasional Akuntansi 7 Denpasar tanggal 2 -3 Desember 2004 Sujoko dan Ugy Soebiantoro, 2007. Pengaruh Kepemilikan Saham, Leverage, Faktor Intern dan Faktor Ekstern terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Ekonomi Manajemen dan Kewirausahaan. Universitas Keristen Petra: Surabaya. Sutedi, Adrian, 2011. Good Corporate Governance. Jakarta: Sinar Grafika. Trinanda, Didin Mukodim, 2010. Effect Of Application Of Corporate Governance On The Financial Performance Of Banking Sector Companies. Jurnal Akuntansi. Universitas Gunadarma: Jakarta. Ujiyantho dan Pramuka, 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan (Studi pada Perusahaan Go Publik Sektor Manufaktur), Jurnal Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar. Wardani, Diah Kusuma, 2008. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan di Indonesia, skripsi Akuntansi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Weir, Charlie, et al, 2000. Performance Effects of Appointing other firms’ Executive Directors to Corporate Boards. The British Academy: Inggris. Weston, J. Fred dan Eugene F. Brigham, 1990. Dasar-dasar Manajemen Keuangan jilid 1, Jakarta: Erlangga. Wulandari, Ndaruningpuri, 2006. Pengaruh Indikator Mekanisme Corporate Governance Terhadap Perusahaan Publik di Indonesia, Jurnal Ekonomi. STIE Pena: Semarang. Xie, Biao, Wallace N Davidson III, and Peter J. Dadalt. 2003. Earnings Management and Corporate Governance: The Role of The Board and The Audit Committee. Journal of Corporate Finance Volume 9 Juni: 295-316 www.duniainvestasi.com/bei/prices/stock (akses, 8 Desember 2011) www.scribd.com/doc/51626462/cara-menghitung-eva (akses, 24 Desember 2011) PENULIS : 1. NYLA HIDAYATI Mahasiswi Program Studi Akuntansi S1 STIE STAN Indonesia Mandiri Bandung email :
[email protected] phone : 08562436634
2.
IVAN ARIES SETIAWAN Dosen Tetap Program Studi Manajemen S1 STIE STAN Indonesia Mandiri Bandung email :
[email protected] phone : 081320984400
9