perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KONTRIBUSI PELAKSANAAN TEACHING FACTORY DALAM MEMPERSIAPKAN LULUSAN MEMASUKI DUNIA KERJA SISWA SMK NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh: IKHSAN ZAINUDIN NIM K2507021
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA September 2012
commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini Nama
: Ikhsan Zainudin
NIM
: K. 2507021
Jurusan/ Program Studi
: PTK/ Pendidikan Teknik Mesin
Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “KONTRIBUSI PELAKSANAAN TEACHING FACTORY DALAM MEMPERSIAPKAN LULUSAN MEMASUKI DUNIA KERJA SISWA SMK NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012” ini benar-benar hasil karya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, september 2012 Penulis
Ikhsan Zainudin NIM. K2507021
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KONTRIBUSI PELAKSANAAN TEACHING FACTORY DALAM MEMPERSIAPKAN LULUSAN MEMASUKI DUNIA KERJA SISWA SMK NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012
Skripsi
Oleh : Ikhsan Zainudin K 2507021
Skripsi Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Teknik Mesin Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA September 2012
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguju Skripsi Fakultas Keguruan dan ILmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, September 2012
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Drs Suwachid, M.Pd, M.T.
Ngatou Rohman, S.Pd, M.Pd
NIP. 19500104 197903 1 001
NIP. 19800701 200501 1 001
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari
: …………………
Tanggal
: …………………
Tim Penguji Skripsi: Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Suharno, S.T, M.T.
_____________
Sekretaris
: Budi Harjanto, S.T., M.Eng
_____________
Anggota I
: Drs. Suwachid, M.Pd, M.T.
_____________
Anggota II
: Ngatou Rohman, S.Pd, M.Pd
_____________
Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret a.n. Dekan Pembantu Dekan I
Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si. NIP 1966 04 15 1991 03 1 002
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Ikhsan Zainudin. KONTRIBUSI PELAKSANAAN TEACHING FAKTORY DALAM MEMPERSIAPKAN LULUSAN MEMASUKI DUNIA KERJA SISWA SMK NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. September 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) Pelaksanaan teaching factory di SMK N 5 Surakarta, (2) Kontribusi pelaksanaan teaching factory dalam mempersiapkan lulusan memasuki dunia kerja siswa SMK N 5 Surakarta, (3) Kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan teaching factory dan usahausaha yang dilakukan dalam mengatasinya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan strategi yang digunakan adalah penelitian deskriptif tunggal terpancang. Sumber datanya adalah informan, tempat dan peristiwa, dokumen dan arsip. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sam ling p . Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, analisis dokumen dan arsip. Validitas data yang digunakan adalah triangulasi sumber dan metode. Teknik analisis data yang digunakan teknik analisis model interaktif meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pelaksanaan teaching factory di SMK N 5 Surakarta melalui tiga tahap, yaitu proses produksi, proses pemasaran, dan evaluasi. (2) Kontribusi pelaksanaan teaching factory yaitu menambah pengetahuan, kemampuan, pengalaman, disiplin, serta menumbuhkan sikap profesional siswa. (3) Dalam pelaksanaan teaching factory mengalami beberapa kendala antara lain (a) Waktu pelaksanaan teaching factory yang sangat sedikit, (b) Belum adanya tempat khusus pelaksanaan teaching factory (c) Jumlah tenaga pengajar, (d) Peran siswa kurang maksimal, (e). Struktur organisasi. Usaha yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut adalah (a) Memanfaatkan waktu luang siswa, (b) Penambahan tempat pelaksanaan teaching factory, (c) Penambahan jumlah tenaga pengajar, (d) Melakukan persiapan pelaksanaan teaching Factory dengan sebaik-baiknya serta menambah sarana dan prasarana teaching factory, (e) Memilih pengurus teaching factory yang mampu melaksanakan tugasnya dengan baik. Kata Kunci : Kontribusi, Teaching Factory, Siswa SMK, Dunia Kerja
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Ikhsan Zainudin. CONTRIBUTION OF TEACHING FACTORY IN PREPARING GRADUATES ENTERING THE WORLD OF WORK STUDENT SMK N 5 SURAKARTA ACADEMIC YEAR 2O11/2012. Thesis, Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University of Surakarta, September 2012. The purpose of this study is to determine (1) implementation of teaching factory in SMK N 5 Surakarta, (2) contribution implementation of teaching factory in preparing graduates to enter the world of work student of SMK N 5 Surakarta, (3) constraints faced in the implementation of the teaching factory and efforts were made to overcome. This research is a qulitative and strategis used are descriptive study single rooted. The source data consisted of informants, dokuments, places, and events. The sampling technique used was purposive sampling. The technique of collecting data through interviews, observations, and document analysis. The validity of the data used was the triangulation of sourch (data) and method. The data analysis technique used is interactive model analysis technique which include data reduction, presentation of data, and drawing conclusions. The results showed that (1) implementation of teaching factory in SMK N 5 Surakarta implemented through three stages of production processes, marketing processes, and evaluation. (2) Contribution teaching factory implementation among others to increase knowledge, skills, experience, and student discipline and cultivate students' professional attitude. (3) In the implementation of teaching factory, the SMK N 5 Surakarta having some problems, among others (a) execution time teaching factory are very few, (b) no special place teaching factory implementation, (c) number of teachers still lack, (d) the role student is less maxsimum, (e) the organizational structure. The efforts of the SMK N 5 Surakarta to overcome these obstacles (a) enjoy free time students, (b) additional space for the implementation of the teaching factory, (c) increasing the number of teachers, (d) prepare in the best implementation of teaching factory and adding infrastructure of teaching factory, (e) elect a teaching factory capable of carrying out their duties properly. Keywords : Contribution, Teaching Factory, Student SMK
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“ Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sungguh Allah bersama orang-orang yang sabar” (Q.S Al-Baqarah : 153)
“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap” ( QS. Alam Nashroh: 7-8)
“...Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orangorang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat...” (QS. Al Mujadilah: 11)
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Teriring syukur pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk : v Ayah dan Ibu Doamu yang selalu menyertaiku, kerja keras dan pengorbanan yang tiada henti dan kasih sayang yang tak ternilai. Semuanya membuatku tegar dan selalu optimis menjalani hidup. Tiada kasih sayang yang seindah dan setulus kasih sayangmu. v Keluarga Besarku Yang berada di Kuamang Kuning, Jambi maupun yang di Boyolali yang tak pernah lelah menyemangatiku hingga aku bisa berjalan sampai disini. v Sahabat dan Teman-teman PTM 2007 Terima kasih untuk semua kenangan dan kebersamaan kita. Semoga tidak cukup sampai disini tapi sampai kelak dihari tua. v Keluarga Besar Nadira Buktikan bahwa kita bisa, pantang menyerah, tuntaskanlah jalan dan impian kita. v Almamaterku Tercinta
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat, hidayah dan inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini. skripsi ini berjudul “Pengaruh Prestasi Praktik Kerja Industri dan Kewirausahaan Terhadap Minat Berwirausaha Siswa SMK Negeri 5 Surakarta”. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini mengalami hambatan dan kesulitan. Namun dengan bantuan dari berbagai pihak, hambatan dan kesulitan tersebut dapat teratasi. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang dengan sepenuh hati memberi bantuan, dorongan, dan motivasi, bimbingan dan pengarahan sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Ketua Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Ketua Pragram Studi Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Koordinator Skripsi Pendidikan Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Bapak Drs. Suwachid, M.Pd, M.T. selaku Dosen Pembimbing I, yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun proposal skripsi. 5. Bapak Ngatou Rohman, S.Pd, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II, yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun proposal skripsi. 6. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret Surakarta. 7. Segenap karyawan Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FKIP UNS. 8. Keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materiil. 9. Teman-teman Program Studi Pendidikan Teknik Mesin angkatan 2007.
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10. Kepada seluruh pihak yang telah membantu, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih atas dukungan dan kerjasamanya. Penulisan proposal skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kebaikan proposal ini sangat penulis harapkan. Akhirnya, semoga proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca sebagai
acuan
pelaksanaan
penelitian
dan
demi
semua
pihak
yang
memerlukannya. Semoga Alloh SWT senantiasa memberikan berkah maghfirah bagi kita semua. Amin.
Surakarta, 03 Agustus 2012
Penulis
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL....................................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................... ii HALAMAN PENGAJUAN .......................................................................... iii HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iv HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ v HALAMAN ABSTRAK............................................................................... vi HALAMAN HALAMAN MOTTO............................................................ viii HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... ix KATA PENGANTAR ................................................................................... x DAFTAR ISI ................................................................................................ xii DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xv DAFTAR TABEL ....................................................................................... xvi BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................... 1 B. Perumusan Masalah ........................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 4 D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 4 BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 6 1. Tinjauan Tentang SMK ................................................................ 6 a. Pengertian Pendidikan Kejuruan ............................................ 6 b. Kurikulum .............................................................................. 7 c. Tujuan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ........................ 9 2. Tinjauan Kesiapan Siswa SMK Memasuki Dunia Kerja ........... 11 a. Proses Belajar Mengajar ...................................................... 12 b. Teaching Factory ................................................................. 15 c. Tujuan Ujian dan Sertifikasi Keahlian ................................. 24 3. Dunia Kerja ................................................................................ 24
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Pengertian Dunia Kerja ........................................................ 24 b. Persyaratan dan Kualifikasi yang Dituntut Oleh Industri .... 27 B. Hasil Penelitian yang Relevan ......................................................... 31 C. Kerangka Berfikir ............................................................................ 32 BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan ...................................................... 36 B. Bentuk dan Strategi Penelitian ......................................................... 36 C. Sumber Data ..................................................................................... 38 D. Teknik Sampling .............................................................................. 39 E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 40 F. Validitas Data ................................................................................... 41 G. Analisis Data .................................................................................... 42 H. Prosedur Penelitian .......................................................................... 44 BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ............................................................. 47 1. Sejarah SMK N 5 Surakarta ....................................................... 47 2. Visi, Misi, Tujuan dan Nilai-Nilai Sekolah ............................... 47 3. Denah Gedung SMK Negeri 5 Surakarta ................................... 49 B. Deskripsi Permasalahan Penelitian .................................................. 49 1. Teaching Factory di SMK N 5 Surakarta .................................. 50 2. Kontribusi
Pelaksanaan
Teaching
Factory
Dalam
Mempersiapkan Lulusan Memasuki Dunia Kerja Siswa SMK N 5 Surakarta ............................................................................. 59 3. Kendala-kendala yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Teaching Factory di SMK N 5 Surakarta dan Usaha yang Dilakukan Untuk Mengatasi Kendala-kendala Tersebut ............................. 63 C. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori .................. 68 1. Pelaksanaan Teaching Factory di SMK N 5 Surakarta ............. 68 2. Kontribusi
Pelaksanaan
Teaching
Factory
Dalam
Mempersiapkan Lulusan Memasuki Dunia Kerja Siswa SMK N 5 Surakarta ............................................................................. 72
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Kendala-kendala yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Teaching Factory di SMK N 5 Surakarta dan Usaha yang Dilakukan Untuk Mengatasi Kendala-kendala Tersebut ............................. 73 BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN..................................... 74 A. Simpulan .......................................................................................... 74 B. Implikasa .......................................................................................... 77 C. Saran................................................................................................. 78
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 79 LAMPIRAN-LAMPIRAN
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1 Kerangka Berpikir ..................................................................................... 34 2 Model Analisis Interaktif .......................................................................... 43 3 Skema Prosedur Penelitian........................................................................ 45 4 Denah Bengkel Teknik Otomotif .............................................................. 65
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) ....................................................... 3 3 Jadwal pelaksanaan kegiatan penelitian.................................................... 36
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1.
Kisi-kisi Wawancara ............................................................................. 82
2.
Panduan Wawancara ............................................................................. 84
3.
Catatan Lapangan.................................................................................. 88
4.
Matrik Wawancara ............................................................................. 123
5.
Profil Sekolah...................................................................................... 129
6.
Dokumentasi Penelitian ...................................................................... 137
7.
Tata Tertib dan Sanksi Teaching Factory ........................................... 144
8.
Spesifikasi Teknis Auriga Esemka dan Pesona Esemka..................... 153
9.
Penelusuran Tamatan Siswa SMN 5 Surakarta .................................. 154
10. Piagam Kerja Sama ............................................................................. 155 11. Presentasi Seminar Proposal Skripsi................................................... 156 12. Surat Permohonan Izin Menyusun Skripsi ......................................... 157 13. Surat Keputusan Dekan FKIP tentang Izin Penyusunan Skripsi ........ 158 14. Surat Permohonan Izin penelitian ....................................................... 159 15. Surat Permohonan Izin Penelitian dari Dikpora ................................. 160
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bidang pendidikan mempunyai peranan penting dalam menyiapkan Sumber Daya Manusia yang berguna bagi pembangunan. Dalam rangka menyiapkan sumber daya manusia yang dapat berperan aktif dalam pembangunan, Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan secara terus menerus berupaya meningkatkan peranannya melalui berbagai kebijakan penyelenggaraan pendidikan. Kebijakan Pemerintah dalam bidang pendidikan tercantum dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor : 205/U/1999 Bab II yang berbunyi : Kebijakan Pelaksanaan Pendidikan Dasar dan Menengah, khususnya mengenai pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan , antara lain : 1. Meningkatkan daya tampung Sekolah Menengah Kejuruan Negeri melalui penambahan unit gedung baru, ruang teori perbaikan fasilitas pendidikan dan peningkatan penggunaan fasilitas pada Sekolah Menengah Kejuruan Swasta yang berstatus disamakan dan merintis penyelenggaraan kursus-kursus singkat dan program diploma pada Sekolah Menengah Kejuruan Swasta terpilih. 2. Melaksanakan penataan (reengineering) bidang keahlian SMK sesuai dengan potensi dan kebutuhan serta penelusuran tamatan. 3. Menyelesaikan penyesuain kurikulum SMK, pelaksanaan uji kompetensi,dan sertifikasi secara bertahap. 4. Peningkatan kerjasama industri melalui Pemberdayaan Majelis Pendidikan Sekolah (MPS) dan instansi lain dalam penelengaraan Pendidikan sistem ganda. 5. Mengupayakan peningkatan pemanfaatan fasilitas pendidikan yang ada serta melaksanakan perawatan dan perbaikan secara sistem.
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
6. Memantapkan standar mutu dan pendayagunaan sarana prasarana pendidikan melalui pembakuan dan koordinasi perencanaan, pemantapan, pelaksanaan, dan evakuasi dampak pelaksanaan. Disamping
kebijakan-kebijakan
tersebut,
pendidikan
yang
diselenggarakan harus dapat mengantisipasi tantangan era globalisasi. Era globalisasi adalah suatu era yang membawa dua dampak sekaligus pada bangsa, lembaga, bahkan pada individu, yaitu : terbukanya secara luas untuk saling bekerjasama dan terjadinya persaingan secara ketat dan semakin tajam. Berdasarkan Berita Resmi Statistik No. 33/05/Th. XV, 7 Mei 2012 Jumlah pengangguran pada Februari 2012 mencapai 7,6 juta orang, dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) cenderung menurun, dimana TPT Februari 2012 sebesar 6,32 persen turun dari TPT Agustus 2011 sebesar 6,56 persen dan TPT Februari 2011 sebesar 6,80 persen (2012 : 5). Pada bulan februari 2012, berdasarkan Berita Resmi Statistik No. 33/05/Th. XV, Tingkat Pengangguran Terbuka menurut pendidikan, pendidikan menengah masih tetap menempati posisi tertinggi, yaitu TPT Sekolah Menengah Atas sebesar 10,34 persen dan TPT Sekolah Menengah Kejuruan sebesar 9,51 persen (2012). Untuk merealisasikan visi tersebut, strategi yang dibuat ialah dengan peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana SMK, peningkatan jumlah dan kualitas tenaga pengajar dan kurikulum, menjalin kemitraan dengan DUDI, baik dalam hal meningkatkan kompetensi kurikulum maupun dalam hal kerja sama menyerap lulusan SMK, dan menerapkan model pembelajaran teaching Factory. Teaching Factory merupakan suatu konsep pembelajaran dalam keadaan yang sesungguhnya sehingga dapat menjembatani kesenjangan kompetensi antara kebutuhan industri dan pengetahuan sekolah. Teknologi pembelajaran yang inovatif dan praktik produktif merupakan konsep metode pendidikan yang berorientasi pada manajemen pengelolaan siswa dalam pembelajaran agar selaras dengan kebutuhan dunia industri. Melalui pelaksanaan teaching factory SMK Negeri 5 Surakarta mempersiapkan peserta didiknya menjadi lulusan yang siap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
kerja, cerdas, kompetitif dan memiliki kemampuan atau pengetahuan sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Pendidikan 2010 2011 Tertinggi Yang Februari Agustus Februari Agustus di Tamatkan SD Kebawah 3,71 3,81 3,37 3,56 SMP 7,55 7,45 7,83 8,37 SMA 11,90 11,90 12,17 10,66 SMK 13,81 11,87 10,00 10,43 Diploma I/II/III 15,71 12,78 11,59 7,16 Universitas 14,24 11,92 9,95 8,02 Jumlah 7,41 7,14 6,80 6,56 (Sumber: Berita Resmi Statistik No. 33/05/Th. XV, 2012 : 5)
2012 Februari 3,69 7,80 10,34 9,51 7,50 6,95 6,32
Pada saat ini SMK Negeri 5 Surakarta telah menerapkan program pembelajaran teaching factory, yaitu teaching factory dengan perakitan mesin perkakas/CNC dan perakitan sepeda motor KANZEN AURIGA. Hal ini membuktikan bahwa SMK Negeri 5 Surakarta serius dalam mempersiapkan peserta didiknya, agar dapat menghasilkan tamatan yang siap kerja sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Pelaksanaan teaching factory di SMK N 5 Surakarta pada program Teknik Otomotif dimulai sejak tahun 2008, dengan bekerjasama PT. Kanzen Motor Indonesia. Siswa SMK N 5 Surakarta melakukan perakitan kendaraan roda dua dengan komponen-komponen sepeda motor yang di suplay dari PT. Kanzen Motor Indonesia. Produk barang hasil teaching factory siswa Teknik Otomotif SMK N 5 Surakarta berupa kendaraan roda dua sepeda motor Kanzen PesonaEsemka dan Auriga-Esemka. Dari latar belakang masalah diatas, maka kasus yang diungkap dalam penelitian
ini
adalah
internal
lembaga.
Mengingat
pentingnya
untuk
mensukseskan tujuan dari pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yaitu mencetak tenaga kerja tingkat menengah melalui teaching factory maka perlu diketahui bagaimanakah pelaksanaan teaching factory serta konstribusi dari pelaksanaan teaching factory dalam mempersiapkan lulusan memasuki dunia kerja. Untuk itu penulis menetapkan judul penelitian “ Kontribusi Pelaksanaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
Teaching Factory Dalam Mempersiapkan Lulusan Memasuki Dunia Kerja Siswa SMK Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2011”.
B.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pelaksanaan teaching factory di SMK Negeri 5 Suarakarta? 2. Bagaimanakah
konstribusi
pelaksanaan
teaching
factory
dalam
mempersiapkan lulusan memasuki dunia kerja siswa SMK Negeri 5 Surakarta? 3. Adakah kendala-kendala yang dihadapi dalam kontribusi pelaksanaan teaching factory di SMK Negeri 5 Surakarta dan usaha yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut?
C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah penelitian tersebut diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut : 1. Mendiskripsikan tentang pelaksanaan teaching factory yaitu perakitan kendaraan roda dua dan roda empat di SMK N 5 Surakarta. 2. Mengetahui Kontribusi pelaksanaan teaching factory dalam mempersiapkan lulusan memasuki dunia kerja siswa SMK Negeri 5 Surakarta. 3. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan teaching factory yaitu perakitan kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat di SMK Negeri 5 Surakarta dan usaha mengatasinya.
D. Manfaat Penelitian Secara umum manfaat penelitian adalah menjawab masalah yang ada. Penelitian ini diharapkan member manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Sebagai bahan referensi dan acuan bagi penelitian yang berkaitan dengan Kontribusi Pelaksanaan Teaching Factory di SMK.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
2. Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah. Sebagai bahan pertimbangan dalam mengefektifkan kesiapan siswa dalam menghadapi dunia kerja di SMK terutama menyangkut kualitas lulusan siswa. b. Bagi Dunia Kerja / Dunia Industri Sebagai masukan bagi dunia kerja/dunia industri yang menjadi institusi pasangan untuk semakin meningkatkan peran sertanya dalam pelaksanaan teaching factory bagi siswa SMK Negeri 5 surakarta pada khususnya. c. Sebagai bahan untuk menambah khasanah pustaka dan sebagai salah satu
sumber bagi peneliti selanjutnya. d. Bagi Program Pendidikan Teknik Mesin Universitas Sebelas maret
Sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam mengefektifkan kesiapan mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja terutama menyangkut kualitas lulusan mahasiswa program Pendidikan Teknik Mesin UNS.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka
1. Tinjauan Tentang SMK a. Pengertian Pendidikan Kejuruan Pendidikan di Indonesia dibagi menjadi dua jalur, yaitu jalur prndidikan sekolah dan luar sekolah. Jalur pendidikan sekolah dilasanakan oleh lembaga formal, dilakukan disekolah melalui kegiatan belajar mengajar yang terprogram secara teratur, berjenjang, berkesinambungan dan memakan waktu yang lama. Jalur pendidikan luar sekolah adalah pendidikan yang diselenggarakan diluar sekolah baik dilembagakan maupun tidak, bahan yang diajarkan bersifat praktis (ketrampilan) dan dirasakan kebutuhan pada saat sekarang. Menurut UUSPN pasal 11 ayat 1, “jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan umum, kjuruan, luarbiasa, keagamaan, akademik dan pendidikan professional. Menurut penjelasan atas UUSPN, pasal 11 ayat 1,”… pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mengandung misi untuk mendidik dan membelajarkan anak agar mempunyai kemampuan akademis dan ketrampilan yang siap untuk terjun dilapangan kerja.” Sedangkan House Commite on Education and Labour menyatakan bahwa : Pendidikan kejuruan adalah suatu bentuk pengembangan bakat, pendidikan dasar ketrampilan dan kebiasaan yang mengarah pada dunia kerja yang dipandang sebagai latihan ketrampilan.Program kejuruan merupakan program pengembangan dan bukan program terminal, mempersiapkan siswa kepada pilihan maksimal untuk melanjutkan studi atau mendapatkan pekerjaan. (Oemar Hamalik, 1992 : 24) Sedangkan definisi pendidikan kejuruan menurut Arikunto “Sebagai pendidikan khusus yang direncanakan untuk menyiapkan peserta didik untuk memasuki dunia kerja tertentu” (1998 : 18). Berdasarkan pernyataan tersebut di atas dapat diartikan bahwa pendidikan kejuruan memiliki peran untuk menyiapkan peserta didik agar siap kerja di lingkungan tingkat menengah, baik bekerja secara mandiri maupun
commit to user 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
mengisi lowongan pekerjaan yang ada. Sehingga tujuan dalam pendidikan kejuruan secara garis besar membimbing siswa agar memiliki skill yang memadai dapat tercapai. Oleh karena itu, arah pengembangan pendidikan kejuruan diorientasikan pada pemenuhan permintaan pasar kerja, meskipun tidak menutup kemungkinan peserta didik melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Pendidikan kejuruan merupakan bentuk pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu. Pernyataan tersebut mengandung
pengertian
bahwa
setiap
institusi
yang
menyelenggarakan
pendidikan kejuruan harus berkomitmen menjadikan tamatannya mampu bekerja dalam bidang tertentu. Pengertian mampu dalam hal ini bisa berarti mampu memilih karir sesuai dengan bakat, minat serta kesempatan yang ada, mampu memasuki dunia kerja , mampu berkompetisi serta mampu mengembangkan diri. Berdasarkan pernyataan tersebut di atas dapat diartikan bahwa pendidikan kejuruan adalah pendidikan pada jenjang menengah yang lebih mengutamakan pengembangan kemampuan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu sesuai dengan kemampuan yang dimiliki untuk berkompetisi di dunia kerja.
b. Kurikulum SMK Kurikulum SMK dalam menyiapkan siswa didiknya agar menjadi tamatan yang siap kerja dikelompokkan menjadi tiga program yaitu : normative, adaptif, dan produktif. Adapun penjelasannya sebagai berikut :
1) Program Normatif Program
normatif
merupakan
kelompok
diklat
yang
berfungsi
membentuk peserta didik menjadi pribadi utuh, yang memiliki norma-norma kehidupan sebagai mahluk individu maupun mahluk sosial (anggota masyarakat) baik sebagai warga Negara Indonesia maupu sebagai warga dunia. Program ini berisi mata diklat yang menitikberatkan pada norma, sikap, dan prilaku yang harus diajarkan, ditanamkan dan dilatihkan pada peserta didik. Mata diklat ini meliputi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Sejarah Nasional dan Umum.
2) Program Adaptif Program adaptif merupakan kelompok mata diklat yang berfungsi membentuk peserta didik sebagai individu agar memiliki dasar pengetahuan yang luas dan kuat untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Program ini berisi mata diklat yang lebih menitikberatkan pada pemberian kesempatan kepada peserta didik untuk memahami dan menguasai konsep dan prinsip dasar ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari sebagai landasan untuk bekerja. Mata diklat ini meliputi Matematika, Bahasa Inggris, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial,KKPI, dan Kewirausahaan.
3) Program Produktif Program produktif merupakan kelompok mata diklat yang berfungsi membekali peserta didik agar memiliki kompetensi kerja sesuai dengan standar di dunia kerja. Program produktif bersifat melayani permintaan pasar kerja, karena itu lebih banyak ditentukan oleh dunia usaha atau industri atau asosiasi profesi. Kelompok Mata Pelajara produktif adalah kelompok mata diklat yang berfungsi membekali peserta didik agar memiliki kompetensi kerja sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Dalam hal SKKNI belum ada, maka digunakan standar kompetensi yang disepakati oleh forum yang di anggap mewakili dunia usaha/industri atau asosiasi profesi. Program produktif bersifat melayani permintaan pasar kerja, karena itu lebih banyak ditentukan oleh dunia usaha / industri atau asosiasi profesi. Program produktif diajarkan secara spesifik sesuai dengan kebutuhan tiap program keahlian. Adapun mata diklat ini pada program keahlian teknik mesin meliputi Gambar Teknik, Pengetahuan Dasar Teknik Mesin (PDTM), Motor Bakar, Kelistrikan Otomotif, dan lain-lain. Pada dasarnya penyusunan kurikulum SMK merupakan suatu proses dalam merencanakan, mengorganisasi, mengimplementasikan, dan mengevaluasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
keseluruhan kegiatan pembelajaran baik disekolah maupun di institusi pasangan. Pengelompokan kurikulum di atas dapat diartikan sebagai upaya SMK dalam menetapkan kompetensi yang harus dikuasai tamatan sesuai dengan tuntutan dunia pasar kerja, menentukan materi pembelajaran yang harus dipelajari, serta menentukan kegiatan dan pengalaman belajar yang harus dilalui oleh peserta didik. Dengan demikian peserta didik diharapkan dapat menguasai pengetahuan, mengembangkan ketrampilan, dan menanamkan sikap professional sesuai dengan tuntutan dunia kerja.
c. Tujuan Sekolah Menengah Kejuruan Adapun secara umum tujuan dari Sekolah Menengah Kejuruan yang tercantum dalam GBPP, yaitu bahwa pendidikan menengah kejuruan sebagai bagian dari pendidikan menengah dalam system pendidikan nasional yang bertujuan : 1) Menyiapkan
siswa untuk
memasuki lapangan
kerja serta dapat
mengembangkan sikap professional dalam bidangnya masing-masing. 2) Menyiapkan siswa agar mampu memilih karier, mampu berkompetensi dan mampu mengembangkan diri dibidangnya masing-masing. 3) Menyiapkan siswa untuk mengisi tenaga kerja tingkat menengah yang mandiri (bekerja untuk diri sendiri) dan atau untuk mengisi kebutuhan dunia kerja dibidangnya masing-masing. 4) Menyiapkan tamatan agar menjadi warga Negara yang produktif, adaptif, dan
kreatif,
khususnya
dibidangnya
masing-masing
(Kuriulum
SMK,GBPP, 1998). Menurut penjelasan atas UU No. 20 Tahun Pendidikan Nasional
pasal
15,
2003 tentang sistem
merupakan pendidikan menengah
yang
mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Adapun tujuan pendidikan menengah kejuruan sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
1) Tujuan Umum a) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Tuhan Yang Maha Esa. b) Mengembangkan potensi peserta didik, agar menjadi warga Negara yang berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab. c) Mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki wawasan kebangsaan, memahami, dan menghargai keanekaragaman budaya bangsa Indonesia. d) Mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kepedulian terhadap lingkungan hidup, serta memanfaatkan sumber daya alam dengan efektif dan efisien.
2) Tujuan Khusus a) Menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya. b) Menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karir, ulet, dan gigih dalam
berkompetensi,
beradaptasi
di
lingkungan
kerja,
dan
mengembangkan sikap professional dalam bidang keahlian yang diminati. c) Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, agar mampu mengembangkan diri dikemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih baik. d) Membekali peserta didik dengan kompetensi-kompetensi yang sesuai dengan program
keahlian
yang dipilih. (Depdiknas-Kurikulum
SMK,2004 : 7) Untuk merealisasika tujuan-tujuan tersebut di atas, SMK Negeri 5 Surakarta merealisasikan kegiatan-kegiatan belajar atau teaching factory. Teaching factory merupakan suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
professional yang menjembatani kesenjangan kompetensi antara kebutuhan industri dan pengetahuan sekolah. Memadukan secara sistematik dan sinkron program pendidikan di sekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan teaching factory, menciptakan tamatan sebagai warga Negara yang baik, berahlak mulia, mampu beradaptasi dengan lingkungan, dan mampu memasuki dunia kerja sebagai tenaga kerja tingkat menengah.
2. Tinjauan Kesiapan Siswa SMK Memasuki Dunia Kerja Seperti telah kita ketahui bahwa pendidikan yang diselenggarakan harus dapat mengantisipasi tantangan era globalisasi pada SMK khususnya dan sekolah pada umumnya. Proses globalisai mengakibatkan restrukturasi dunia di sertai banjir informasi yang berdampak terhadap kehidupan nyata. Kita adalah bagian dari masyarakat informasi (information based society) yang memberikan peluang partisipasi
(participation
opportunity)
dan
produktivitas
sehingga
dapat
berkonstribusi terhadap perkembangan keluarga, masyarakat dan bangsa. Menurut Semiawan R.Chony atau Human Capacity Development (HCD) adalah hasil interaksai antar individu dan masyarakat yang memiliki peluang berpartisipasi “terkait dengan itu adalah masalah jenis kelamin, rakyat di daerah terpencil dan rakyat miskin yang memiliki kendala partisipasi” (1998 : 9). Perkembangan kemampuan manusia terkait erat dengan peluang partisipasi karena mewakili perangkat masukan (set of input) yang menumbuh kembangkan kemampuan manusia. Karena kondisi yang berubah-ubah terus menerus, diperlukan bukan saja pemahaman, tetapi tindakan dan refleksi (action and reflection) terhadap tuntutan zaman. Untuk itu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dituntut untuk fleksibel, terbuka, berfikir kreatif, berfikir kritis, ketangkasan yang bersifat komplek namun cermat, yang terkait dengan media informasi yang semakin canggih, kepekaan dan kemampuan mengidentifikasikan dan mengatasi masalah, serta kemampuan kerja sama antar manusia adalah tuntutan terhadap sekolah terutama di SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) untuk dikembangkan. Kesiapan menurut Simpson yang dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono adalah “kemampuan penempatan diri dalam keadaan dimana akan terjadi suatu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
gerakan atau rangkain gerakan” (1994:29). Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia Edisi ke dua mengartikan “kesiapan adalah sedia sudah sedia, disediakan (tinggal memakai atau menggunakan saja), terampil dan professional serta dapat langsug (tanpa latihan lagi) menjalankan pekerjaan” (1996:934). Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kesiapan merupakan suatu titik kematangan dimana seseorang dapat menempatkan diri dan memiliki kemampuan jasmani dan rohani untuk melakukan suatu gerakan. Dengan demikian kesiapan siswa SMK berarti siswa SMK telah memiliki kematangan dan kemampuan jasmani serta rohani dalam melakukan suatu gerakan yang akan dijalaninya setelah ia lulus nanti. Kesiapan siswa SMK dapat diketahui melalui pendidikan system ganda, proses belajar mengajar, teaching factory dan uji sertifikasi keahlian. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Proses Belajar Mengajar 1) Pengertian Proses Menurut Muh. Uzer Usman, “Proses merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama lainnya saling berhubungan (interdependent) dalam ikatan untuk mencapai tujuan” (2001 : 5). Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa proses adalah urutan langkah yang menyangkut tingkah laku atau perbuatan dimana satu sama lain saling berhubungan (interdependent) dalam ikatan untuk mencapai suatu tujuan.
2) Pengertian Belajar Beberapa ahli telah mencoba merumuskan atau membuat tafsiran tentang belajar. Seringkali pula rumusan dan tafsiran mereka itu berbeda satu sama lain. Sebagai landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan belajar, terlebih dahulu akan beberapa definisi para ilmuwan yang dikutip dari buku psikologi pendidikan M. Ngalim Purwanto (1997: 84) sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
a) Gagne dalam buku The Conditions of Learning (1997) menyatakan bahwa: “Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi
siswa
sedemikian
rupa
sehingga
perbuatannya
(performancenya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.” b) Morgan dalam buku Introduction of Psycology (1978) mengemukakan : “Belajar adalah setiap perbuatan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.” c) Witherrington, dalam buku Educational Psycology mengemukakan : “Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.” d) Cronbach dalam bukunya Educational Psycology menyatakan : “Learning is shown by change in behavior as a result of experience.” (Cronbach, 1954: 47). Dengan demikian, belajar yang efektif adalah melalui pengalaman. Dalam proses belajar, seseorang berinteraksi langsung dengan objek belajar dengan menggunakan semua alat inderanya. e) Oemar Hamalik mendefinisikan belajar (learning) merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai dari pengalaman dan latihan. (Oemar Hamalik, 1990: 60). Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas, dapat dikemukakan adanya beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian tentang belajar, yaitu bahwa : a) Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk. b) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman. c) Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap, harus merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
Dengan demikian dapat diartikan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku pada diri seseorang, dimana perubahan tingkah laku ini timbul sebagai akibat dari latihan-latihan yang dialaminya secara terorganisir.
3) Pengertian Mengajar Pada dasarnya mengajar merupakan tugas utama dari seorang guru sebagai pendidik. Mengajar merupakan suatu perbuatan yang bersifat unik dan sederhana. Dikatakan unik karena hal ini berkenaan dengan manusia yang belajar yakni siswa dan yang mengajar adalah guru. Sederhana karena mengajar dilaksanakan dalam keadaan praktis dikehidupan sehari-hari, mudah dihayati oleh siapa saja dan pada prinsipnya mengajar adalah membimbing siswa dalam proses belajar mengajar. Menurut Slameto, “mengajar adalah penyerahan kebudayaan berupa pengalaman dan kecakapan kepada anak didik kita” (1995: 29). Adapun defenisi lain di negara-negara modern yang sudah maju mengatakan bahwa mengajar adalah bimbingan kepada siswa dalam proses belajar. Defenisi ini menunjukkan bahwa yang aktif adalah siswa, yang mengalami proses belajar. Guru hanya membimbing, menunjukkan jalan dengan memperhitungkan kepribadian siswa. Kesempatan untuk berbuat dan aktif berpikir lebih banyak diberikan kepada siswa. Mengajar didefinisikan oleh Sudjana, “Sebagai alat yang direncanakan melalui pengaturan dan penyediaan kondisi yang memungkinkan siswa melakukan berbagai kegiatan belajar seoptimal mungkin” (2000: 37). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah suatu kegiatan membimbing dan mengorganisasikan lingkungan sekitar anak didik, agar tercipta lingkungan belajar yang kondusif yang memungkinkan terjadinya proses belajar yang optimal. 4) Pengertian Proses Belajar Mengajar Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan formal dengan guru sebagai pemeran utamanya. Dalam proses belajar mengajar sebagian besar hasil belajar peserta didik ditentukan oleh peranan guru sebagai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
pembimbing dalam kegiatan belajar siswa. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola proses belajar mengajar sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal. Menurut Muh Uzer Usman, “Proses belajar mengajar adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbale balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu” ( 2001 : 4). Sedangkan menurut Djago Tarigan, “Proses belajar mengajar yaitu suatu proses kegiatan dalam rangka perencanaan, pelaksanaan, dan pengealuasian program pengajaran” (1990 : 38) Berdasarkan kedua pendapat tersebut diatas peneliti menyimpulkan bahwa proses belajar mengajar adalah suatau kesatuan kegiatan yang tidak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar, dan antara kedua kegiatan ini terjadi interaksi edukatif yang saling menunjang dan melibatkan komponen proses belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar terdapat tiga kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program pengajaran. Kegiatan ini melibatkan komponen proses belajar mengajar. komponen proses belajar mengajar meliputi : Siswa, Guru, Tujuan, Bahan, Metode, Media, Evaluasi (Djago Tarigan, 1990 : 40)
b. Teaching Factory 1) Pengertian Teaching Factory Teaching Factory adalah suatu konsep pembelajaran dalam suasana sesungguhnya, sehingga dapat menjembatani kesenjangan kompetensi antara kebutuhan industri dan pengetahuan sekolah. Teknologi pembelajaran yang inovatif dan praktek produktif merupakan konsep metode pendidikan yang berorientasi pada manajemen pengelolaan siswa dalam pembelajaran agar selaras dengan kebutuhan dunia industri. (Brosur IGI, 2007). Pembelajaran
keahlian
atau
ketrampilan
yang
dirancang
dan
dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar bekerja yang sesungguhnya (real job) untuk menghasilkan barang atau jasa yang sesuai dengan tuntutan pasar atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
konsumen. Dengan kata lain barang yang diproduksi dapat berupa hasil produksi yang dapat dijual atau yang dapat digunakan oleh masyarakat, sekolah atau konsumen. Teaching factory sebagai salah satu strategi pembelajaran memiliki beberapa tujuan. Dalam makalah yang dipublikasikan American Society for Engineering Education Annual Conference and Exposition, Alptekin, et al menyatakan bahwa tujuan teaching factory ialah: a) to graduate better professionals by providing leading edge concepts in modern manufacturing, enabling them to effectively compete in today's industry b) to enhance the current curriculum that will focus on modern manufacturing concepts c) to demonstrate viable solutions to the dynamics of technological challenges across the entire integrated business enterprise d) to transfer technology and information from and to partner companies as well as local companies, with student activities, team projects and senior p rojects as the primary vehicle (2001: 1) Menghasilkan lulusan yang professional di bidangnya, mengembangkan kurikulum yang fokus pada konsep modern, mendemonstrasikan solusi yang tepat untuk tantangan yang dihadapi dunia industri, serta transfer teknologi dari industri yang menjadi partner dengan siswa dan institusi pendidikan. Sementara pengembangan teaching factory di Penn State Univesity, The University of Puerto Rico-Mayagues, The University of Washington, dan Sandia Natinal Labs bertujuan untuk a) Learning factories at each patner institution integrally coupled to tho curriculum for hands-on exprince in design, manufacturing, and product realization. b) A practice-based enginering curriculum which balances analytical and theorytical knowledge with manufacturing, desaign, businiess realities, and profesional skill (Jorgensen, et al. 2995: 2). Memberikan pengalaman nyata dalam desain, manufaktur, dan realisasi produk yang dirancang serta mengembangkan sebuah kurikulum yang memiliki keseimbangan antara pengetahuan teori dan analisis dengan manufaktur, perancangan, kegiatan bisnis, dan ketrampilan yang professional.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
Program Teaching Factory (TEFA) merupakan perpaduan pembelajaran yang sudah ada yaitu Competency Based Training (CBT) dan Production Based Training (PBT), dalam pengertiannya bahwa suatu proses keahlian atau keterampilan (life skill) dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar bekerja yang sesungguhnya untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan tuntutan pasar/ konsumen. Dalam konsep sederhana Teaching factory merupakan pengembangan dari unit produksi yang sudah dilaksanakan di SMK –SMK. Sebenarnya konsep teaching factory merupakan salah satu bentuk pengembangan dari sekolah kejuruan menjadi model sekolah produksi. Menurut Greinert dan Weimann dalam Heru Subroto (2004), terdapat tiga model dasar sekolah produksi, yaitu: 1) Sekolah produksi sederhana (Dereinwickelte produktionsschullyp Training Cum production);
2)
Sekolah
produksi
yang
berkembang
(Der
einwickelte
produktionsschullyp) dan 3) Sekolah produksi yang berkembang dalam bentuk pabrik sebagai tempat belajar (Der einwickelte produktionsschullyp inform der Lernfabrik Prroduktion Training Corporation). Model yang ketiga, yaitu Sekolah produksi yang berkembang dalam bentuk pabrik sebagai tempat belajar (Der einwickelte produktionsschullyp inform der Lernfabrik Prroduktion Training Corporation) selanjutnya dikenal dengan Teaching factory Model.Penyelenggaraan model ini memadukan sepenuhnya antara belajar dan bekerja, tidak lagi memisahkan antara tempat penyampaian materi teori dan tempat materi produksi (praktik). Pelaksanaan teaching factory di sekolah menengah kejuruan di Indonesia menurut Moerwishmadhi yaitu dengan mendirikan unit usaha atau perusahaan di dalam sekolah (2009). Unit usaha atau pabrik tersebutberproduksi untuk menghasilkan barang dan jasa yang memenuhi standar kualitas sehingga dapat diterima oleh masyarakat atau konsumen. Dengan kegiatan produksi yang bisa menghasilkan barang atau jasa yang memiliki nilai jual, SMK dapat secara luas mengembangkan
potensinya
untuk
menggali sumber-sumber pembiayaan
sekaligus merupakan sumber belajar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
Adapun dalam proses pembentukan struktur organisasi manajemen produksi kecil akan disusun sesuai bentuk struktur organisasi di pabrik serta keterlibatan siswa yang bertugas dalam jangka waktu selama satu tahun akan dipandu oleh guru produktif yang bertindak sebagai konsultan, assesor serta fasilitator. Beberapa bagian dalam rencana pelaksanaan pekerjaan tersebut meliputi : kesiapan ruang produksi beserta peralatan dan bahan pendukung, tenaga penjualan/ pemasaran, tenaga pembelian, pengelola gudang, kasir dan bagian administrasi produksi serta pekerjanya. Tidak sedikit lembaga pendidikan kejuruan yang senantiasa berusaha dan bekerja secara optimal dalam memotivasi dan merespon penyaluran alumninya, baik sebagai tenaga kerja yang mengisi lingkup pekerjaan maupun yang membuka lapangan kerja sendiri. Namun karena minimnya informasi akan peluang kerja merupakan kendala dan kenyataan pahit yang harus diterima bagi jajaran sekolah yang berada di daerah jauh dari kegiatan bursa kerja/ bisnis. Dengan adanya program teaching factory merupakan langkah positip yang ditawarkan melalui kebijakan pemerintah guna mengembangkan jiwa enterpreneur, dengan harapan tamatan sekolah menengah kejuruan (SMK) mampu menjadi aset daerah dan bukan menjadi beban daerah. Pembelajaran berbasis produksi dalam paradigma lama hanya mengutamakan kualitas produk barang atau jasa tetapi hasil dari produksi tersebut tidak ada dipakai atau di pasarkan hanya semata – mata untuk menghasilkan nilai dalam proses belajar mengajar.
2) Model Pembelajaran Teaching Factory Pengajaran
teaching
factory
sebagai
suatu
pendekatan
yang
menggabungkan belajar dan lingkungan kerja yang realistis dan muncul pengalaman
belajar
yang
relevan.
Ini
adalah
proses
praktek
yang,
mengintegrasikan aplikasi berorientasi pelatihan dengan pendekatan pemecahan masalah. Teaching Factory adalah sebuah konsep pembelajaran yang bertujuan untuk mengenalkan gambaran industri secara langsung pada siswa sehingga memungkinkan mereka untuk belajar memahami, mengeksplorasi dan memiliki
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
pengalaman secara jelas dengan operasi penuh seperti industri. Siswa akan mudah memahami pembelajaran yang diberikan oleh guru
dan siswa dapat berlatih
proses, cara, atau pengoperasaian secara real time. Dengan cara ini keterampilan siswa dapat dikembangkan dan dapat memberikan kepercayaan yang lebih baik dari apa yang telah siswa pelajari dengan menggunakan pendekatan student center. Banyak manfaat yang di dapat dari pelaksanaan konsep teaching factory, menurut Yahya dan Muhamad diantaranya adalah : a) Proses belajar menjadi lebih efektif bagi siswa karena mengekspos ke lingkungan yang realistis. b) Meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran juga sikap dan pola piker guru dan siswa. c) Para siswa akan terbiasa dengan sifat multidisiplin dan rekayasa seperti diindustri. d) Memastikan bahwa siswa dapat memahami, menggunakan, memelihara atau memperbaiki berbagai peralatan dan mesin di lantai pabrik, terlepas dari pekerjaan utama mereka.Siswa akan belajar dan mengambil tanggung jawab untuk berkomunikasi dengan seorang pelanggan, perencanaan dan penjadwalan bekerja dengan baik dan memastikan kualitas yang dicapai sebagaiman disyaratkan oleh spesifikasi order . e) Siswa memungkinkan untuk berhubungan erat dengan aspek pekerjaan studi mereka dan mengurangi kesenjangan antara kebutuhan industri dan pelatihan. f) Peneliti atau fakultas juga sepenuhnya dapat memanfaatkan penggunaan Teaching Factory untuk penelitian dan kegiatan pendidikan. g) Kerjasama aktif dengan industri juga dapat mempertahankan relevansi dan dengan demikian memungkinkan untuk mendapatkan keuntung dari teknologi terbaru. Selain itu guru dan siswa mengalami-proyek nyata dalam kehidupan dan mengamati standar industri. h) Perusahaan multinasional dan organisasi lainnya akan memberikan dana bantuan khusus untuk membantu teaching factory membangun citra mereka sebagai pusat keterampilan belajar kepada siapa pun. i) Konsep yang tidak hanya menggabungkan teknologi yang terbaru tetapi juga proses dan teknologi konvensional sebelumnya selain menunjukkan kemajuan teknologi yang berharga (2010: 5). Tujuan dari model pembelajaran teaching factory dilandasi oleh tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tahun 2006 (KTSP), model pembelajaran yang berbasis produksi dan pembelajaran di dunia kerja, dukungan mutu pendidikan dan latihan yang berorentasi hubungan sekolah dengan dunia industri
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
dan dunia usaha menerapkan unit produksi di sekolah. Landasan lain adalah semakin mahalnya biaya bahan praktik siswa, peralatan yang harus terpelihara dalam
kondisi standar, motivasi untuk meningkatkan kesejahteraan bagi warga
sekolah serta menimbulkan kepercayaan diri dan juga kebanggaan bagi lulusannya. Secara umum pembelajaran dengan model pembelajaran teaching factory ini bertujuan untuk melatih siswa untuk mencapai ketepatan waktu, kualitas yang dituntut oleh industri, mempersiapkan siswa sesuai dengan kompetensi keahliannya, menanamkan mental kerja dengan
beradaptasi secara langsung
dengan kondisi dan situasi industri, menguasai kemampuan manajerial dan mampu menghasilkan produk jadi yang mempunyai standar mutu industri.
3) Manajemen Teaching Factory Manajemen teaching factory yang dimaksudkan adalah kegiatan pengelolaan teaching factory. Ricky W. Griffin
mendefinisikan manajemen
sebagai, “sebuah proses perencanaan, pengorganisasian dan pengkoordinasian, serta pengawasan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien” (2006). Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal. Dengan pengertian tersebut, fungsi manajemen kemudian dikelompokkan menjadi tiga meliputi: perencanaan (planning), pelaksanaan (organizing) , dan pengawasan (controlling).
a) Perencanaan (planning) Suharsimi Arikunto
menjelaskan bahwa, “perencanaan adalah proses
mempersiapkan rangkaian pengambilan keputusan untuk dilakukannya tindakan dalam
mencapai
tujuan-tujuan
organisasi”
(1988).
Adapun
aspek-aspek
perencanaan meliputi : 1) apa yang akan dilakukan; 2) siapa yang melakukan; 3) kapan dilakukan; 4) dimana dilakukan; 5) bagaimana dilakukan; dan 6) apa saja yang diperlukan agar tercapai tujuan secara maksimal. Perencanaan bertujuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
untuk 1) sebagai standarpengawasan; 2) mengetahui kapan pelaksanaan dan selesainya suatu kegiatan; 3) mengetahui siapa saja yang terlibat, baik kualifikasi maupun kuantitasnya; 4) mendapatkan kegiatan-kegiatan yang sistematis termasuk biaya dan kualitas pekerjaan; 5) meminimalkan kegiatan-kegiatan yang tidak produktif dan menghemat biaya, tenaga, dan waktu; 6) memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai kegiatan pekerjaan; 7) menyerasikan dan memadukan beberapa subkegiatan; 8) mendeteksi hambatan kesulitan yang bakal ditemui; dan 9) mengarahkan pada pencapaian tujuan (Husaini : 2006).
b) Pelaksanaan (organizing) Pengorganisasian adalah kegiatan mengidentifikasi dan memadukan sumber-sumber yang diperlukan ke dalam kegiatan yang akan dilakukan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Sudjana,2000). Sumber-sumber itu meliputi tenaga manusia, fasilitas, alat-alat, dan biaya yang tersedia atau dapat disediakan. Pengorganisasian menekankan pentingnya tingkah laku orang-orang yang diberikan peranan dan tugas. Pengaturan tingkah laku orang-orang yang diberikan peranan dan tugas dapat dilakukan dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi wewenang, integrasi, dan koordinasi dalam bagan organisasi. Organisasi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dengan organisasi yang baik akan membantu terwujudnya tujuan secara efektif.
c) Pengawasan (controlling) Pengawasan merupakan suatu proses yang harus dilakukan secara sistematis dan rasional sesuai dengan pedoman-pedoman yang telah dimiliki (seperti rencana, tujuan, dan petunjuk-petunjuk umum organisasi). Proses pengawasan meliputi kegiatan penentuan tujuan yang pragmatis, menetapkan standar “performance”, mengadakan pengamatan terhadap kegiatan-kegiatan, mengadakan koreksi atau modifikasi terhadap segala bentuk penyimpangan yang terjadi (Burhanuddin : 1994)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
4) Faktor Pendukung Teaching Factory Secara garis besar faktor penting yang menentukan berjalan atau tidaknya program teaching factory di sekolah adalah faktor sekolah dan guru. Untuk meningkatkan kompetensi siswa SMK, pemerintah menargetkan 70 persen SMK di Indonesia memenuhi Standar Nasional Pendidikan (SNP) serta berakreditasi minimal B.
a)
Faktor Sekolah Sekolah merupakan lembaga formal yang diizinkan untuk mengadakan
proses kegiatan belajar mengajar (KBM). Sekolah bersama dengan dinas pendidikan
mengembangkan
kurikulum
sesuai
dengan
perkembangan
pengetahuan dan kebutuhan dunia kerja. Sejalan dengan hal tersebut muncul strategi-strategi baru untuk meningkatkan kualitas sekolah, diantaranya dengan teaching factory. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) melalui dinas pendidikan terkait memberikan bantuan kepada SMK berupa kemudahan izin untuk menyelenggarakan pendidikan berbasis produksi dan pengakuan standar mutu atas produk-produk yang dihasilkan SMK, selain itu dinas pendidikan juga membantu pengembangan keahlian yang diterapkan di SMK. Dengan keaktifan dari pihak sekolah memungkinkan teaching factory berjalan dengan baik tidak hanya dari segi pendidikan, tetapi juga dari dunia usaha.
b) Faktor Guru Guru adalah nahkoda dikelas saat proses belajar, karena guru adalah orang yang paling tahu tentang kondisi saat itu dan bagaimana tindakan yang harus dilakukan. Teaching factory memerlukan perhatian yang serius dari semua pihak yang terlibat agar tujuan yang ditetapkan dapat terlaksana. Guru memiliki tanggung jawab yang besar dalam hal ini, selain sebagai konsultan, asesor dan fasilitator guru juga memiliki tanggung jawab moral kepada siswanya untuk memberikan yang terbaik kepada mereka baik dari segi pengetahuan maupun ketrampilan yang diajarkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
5) Elemen teaching factory Teaching factory merupakan suatu konsep pembelajaran pada tingkat yang sesungguhnya, untuk itu ada beberapa elemen penting dalam teaching factory yang perlu dikembangkan yaitu :
a) Standar Kompetensi Standar kompetensi yang dikembangkan dalam teaching factory adalah kompetensi- kompetensi yang dibutuhkan dalam dunia industri. Dengan pengajaran yang berbasis kompetensi pada industry diharapkan siswa siap menghadapi tuntutan kebutuhan kompetensi dunia industri. Kompetensi tersebut ditimbulkan dari interaksi dalam menyelesaikan problem industri.
b) Siswa Penggolongan siswa teaching factory adalah berdasarkan kualitas akademis dan bakat/minat. Siswa dengan kualitas yang seimbang antara akademis dan ketrampilan bakat/minat memperoleh prosentase yang besar untuk masuk dalam program ini.Siswa yang kurang dalam dua hal tersebut direkomendasikan untuk mengambil bagian yang termudah.
c)
Media belajar Teaching Factory menggunakan pekerjaan produksi sebagai media untuk
proses pembelajaran. Pekerjaan produksi dapat berupa industrial order atau standar produk. Produk ini harus dipahami terlebih dahulu oleh instruktur sebagai media untuk pengembangan kompetensi melalui fungsi produk, dimensi, toleransi, dan waktu penyelesaian.
d) Perlengkapan dan peralatan Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah: (1) Pemeliharaan perlengkapan dan peralatan yang optimal (2) Investasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
(3) Manfaatkan untuk memfasilitasi pengembangan kompetensi siswa bersamaan dengan penyelesaian pekerjaan “Production” pada tingkat kualitas terbaik.
c. Tujuan Ujian dan Sertifikasi Keahlian Menurut GBPP kurikulum SMK, ujian dan sertifikasi keahlian bertujuan untuk : 1) Memberi pengakuan dan penghargaan terhadap keahlian yang dimiliki peserta baik yang diperoleh melalui proses pendidikan dan pelatihan di SMK, maupun yang diperoleh di luar proses tersebut. 2) Mendorong peserta untuk meraih penguasaan kompetensi terstandar, sehingga mudah untuk dipasarkan. 3) Memacu SMK untuk melaksanakan pendidikan dan pelatihan dengan mutu standar (1997:17). 3. Dunia Kerja a. Pengertian Dunia Kerja Dunia kerja terdiri dari dua kata yaitu dunia dan kerja. Menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer (1991:372):
“ Dunia adalah lingkungan atau
lapangan kehidupan”. Sedangkan “Kerja adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencari nafkah atau kegiatan melakukan sesuatu”. Berdasarkan pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa dunia kerja adalah suatu lingkungan yang mana terjadi kegiatan melakukan sesuatu dengan maksud mencari nafkah. Dalam membahas dunia kerja kita tidak akan terlepas dari masalah pekerjaan. Yang dimaksud dengan pekerjaan adalah kegiatan manusia untuk memperoleh pendapatan. Menurut Suroto, “Pekerjaan adalah setiap kegiatan yang menghasilkan barang/jasa bagi diri sendiri atau orang lain, baik orang yang melakukan dibayar atau tidak” (1992:15). Setiap manusia akan selalu membutuhkan pekerjaan guna melangsungkan hidupnya karena pekerjaan merupakan sarana bagi kita untuk mendapatkan pendapatan guna memenuhi kebutuhan pokok atau kebutuhan sehari-harinya, disamping juga ada unsur-unsur pribadi lainnya seperti untuk mengaktualisasi diri, menguji kemampuan diri juga sekaligus kita mungkin dapat melayani orang lain melalui jasa kita atau dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
apa yang kita kerjakan dalam pekerjaan kita. Bekerja mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang diakhiri dengan karya yang dapat dinikmati. Dapat pula diartikan bekerja adalah aktivitas manusia baik itu fisik maupun mental dan dasarnya adalah bawaan dan mempunyai tujuan untuk mendapatkan kepuasaan. Faktor pendorong penting yang menyebabkan manusia bekerja adalah adanya kebutuhan yang harus dipenuhi. Dunia kerja pada saat ini sarat dengan kompetisi. Adapun pengertian kompetisi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “Pertandingan yang mengharuskan semua pihak untuk saling bersaing”. Jadi di dunia kerja setiap orang dituntut untuk saling bersaing demi mendapatkan apa yang mereka inginkan dalam kehidupannya. Di masa sekarang ini usaha untuk mendapatkan pekerjaan bukanlah suatu hal yang mudah, apalagi dalam kondisi negara saat ini. Saat ini jumlah tenaga kerja jauh lebih besar dibandingkan dengan kesempatan kerja yang tersedia. Hal ini menuntut orang untuk bersaing dan berlomba dalam memasuki pasar kerja. Berikut akan dijelaskan mengenai faktor yang mempengaruhi dinamika pasar kerja.
1) Tenaga kerja (manpower) Tenaga kerja adalah daya manusia untuk melakukan pekerjaan. Pengertian umum tersebut sesuai dengan pengertian tenaga kerja yang dimuat dalam UU Pokok Ketenagakerjaan No. 14 tahun 2003 yaitu “Seseorang yang mampu melakukan pekerjaan dengan baik guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat”. Sebagian dari jumlah penduduk usia kerja yang mempunyai pekerjaan dan yang tidak mempunyai pekerjaan tetapi secara aktif atau pasif mencari pekerjaan disebut angkatan kerja. Dengan kata lain juga dapat dikatakan bahwa angkatan kerja ialah bagian penduduk yang mampu dan bersedia melakukan pekerjaan.
2) Kesempatan Kerja (employment) dan lowongan (vacancy) Istilah employment dalam bahasa inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti menggunakan dalam suatu proses atau mempekerjakan, atau usaha
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
memberikan pekerjaan disertai sumber penghidupan. Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan atau keadaan penggunaan tenaga kerja. Penggunaan istilah employment sehari-hari biasa dinyatakan dengan jumlah orang yang dimaksudkan sejumlah yang ada dalam pekerjaan atau mempunyai pekerjaan. Pengertian istilah ini mempunyai dua unsur yaitu lapangan/kesempatan kerja dan orang yang dipekerjakan/ yang melakukan pekerjaan tersebut. Menurut Yudo Swasono & Endang Sulistyaningsih “Kesempatan kerja (employment) mengandung pengertian lapangan pekerjaan dan lapangan untuk bekerja, yang ada dari suatu kegiatan ekonomi (produksi)” (1987:20). Dengan demikian kesempatan kerja adalah termasuk lapangan kerja yang masih lowong dan yang sudah di duduki. Dari yang masih lowong tersebut (yang mengandung arti adanya kesempatan) menimbulkan kebutuhan akan tenaga kerja. Kebutuhan tenaga kerja yang secara riil diperlukan oleh perusahaan/lembaga penerima kerja pada tingkat upah, posisi dan syarat tertentu melalui advertensi dan lain-lain itulah yang dinamakan lowongan (vacancy). Berdasarkan pada Modul Bursa Kerja 4 A, “Lowongan pekerjaan adalah pekerjaan yang belum ada atau belum cukup jumlah orang yang melaksanakannya, terjadi karena perluasaan usaha, perubahan teknik berproduksi atau karena ada tenaga kerja yang karena sesuatu hal berhenti dari pekerjaannya dan harus diisi dengan tenaga baru” (2001:4). Apabila jumlah angkatan kerja lebih besar dari jumlah lowongan yang tersedia maka akan timbul pengangguran.Pengangguran adalah orang yang mampu bekerja tetapi tidak mempunyai pekerjaan, dan ingin bekerja baik secara aktif maupun pasif mencari pekerjaan. Sedangkan pengangguran adalah kejadian atau keadaan orang sedang menganggur. Dalam pengertian makro ekonomis pengangguran adalah sebagian dari angkatan kerja yang sedang tidak mempunyai pekerjaan. Dalam pengertian mikro, pengangguran adalah keadaan seseorang yang mampu dan mau melakukan pekerjaan tetapi sedang tidak mempunyai pekerjaan (Suroto, 1992). Untuk SMK, dunia kerja bagi siswa didiknya lebih difokuskan kepada dunia usaha industri. Tuntutan dunia industri saat ini, tenaga kerja haruslah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
terampil dan ahli dalam bidang tertentu yang didasari oleh ilmu pengetahuan yang cukup. Hal ini dikarenakan semua dunia usaha industri menginginkan produk yang dihasilkan dapat bermutu dan dapat diterima masyarakat. Kegiatan dunia usaha industri adalah mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Dalam proses pengolahan inilah sangat dibutuhkan tenaga kerja profesional. Untuk lulusan SMK sebagai tenaga kerja tingkat menengah biasanya akan mengisi lowongan kerja di sektor usaha industri sebagai tenaga kerja pengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau mengerjakan tugas-tugas administrasi di perusahaan tempatnya bekerja.
b. Persyaratan dan Kualifikasi yang Dituntut Oleh Industri/Perusahaan Menurut Randall S. Schuller dan Sussan E. Jackson, “Kategori utama perusahaan dalam memilih karyawan yang akan bekerja pada perusahaan adalah : 1) Pengetahuan, keterampilan dan kemampuan 2) Kepribadian, minat dan kesukaan” (1997:287). Peralatan bantu yang dapat digunakan untuk menilai pengetahuan, keterampilan, kemampuan, pengalaman, dan kepribadian pelamar adalah dengan cara mengadakan tes-tes penerimaan. Menurut T. Hani Handoko, “Jenis tes penerimaan yang dilakukan oleh perusahaan untuk menentukan karyawan yang memenuhi syarat untuk bekerja pada perusahaan meliputi tes psikologi, tes pengetahuan, dan performance test” (1995:89).
1) Tes psikologi (Psycological Test) Tes psikologi adalah berbagai peralatan tes yang mengukur atau menguji kepribadian atau tempramen, bakat, minat, kecerdasan, dan keinginan berprestasi. Bentuk tes ini mencakup : a) Tes Kecerdasan Tes kecerdasan dilakukan untuk menguji kemampuan mental pelamar dalam hal daya pikir secara menyeluruh dan logis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
b) Tes Kepribadian Hasil
dari
tes
kepribadian
akan
mencerminkan
kesediaan
bekerjasama, sifat kepemimpinan dan unsur-unsur kepribadian lainnya. c) Tes Bakat Tes bakat dilakukan untuk mengukur kemampuan potensial yang dapat dikembangkan. d) Tes Minat Tes minat dilakukan untuk mengukur antusiasme pelamar terhadap suatu jenis pekerjaan. e) Tes Prestasi Tes prestasi dilakukan untuk mengukur kemampuan para pelamar selama ia mengikuti kegiatan pendidikan di bangku sekolah.
2) Tes Pengetahuan (Knowledge Test) Tes pengetahuan dilakukan untuk menguji informasi atau pengetahuan yang dimiliki para pelamar. Pengetahuan yang diujikan harus sesuai dengan kebutuhan untuk melaksanakan pekerjaan.
3) Performance test Yaitu bentuk tes yang mengukur kemampuan para pelamar untuk melaksanakan beberapa bagian pekerjaan yang akan dipegangnya. Sebagai contoh tes mengetik untuk calon pengetik. Berdasarkan kedua pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa persyaratan-persyaratan yang dituntut oleh perusahaan adalah : a) Persyaratan umum Persyaratan umum adalah persyaratan yang digunakan secara umum untuk setiap calon tenaga kerja. Persyaratan umum itu antara lain : usia, jenis kelamin, dan status.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
b) Persyaratan khusus Persyaratan khusus antara lain meliputi : kemampuan, keahlian, pengalaman, kepribadian, serta minat dan kesukaan. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :
(1) Kemampuan Menurut Stephen P. Robbins, “Kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan” (1996:92). Kemampuan tersusun dalam dua perangkat faktor, yaitu : (a) Kemampuan Intelektual Menurut Stephen P. Robbins, “Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang diperlukan untuk mengerjakan kegiatan mental” (1996:85).
Biasanya
pembuktian
kemampuan
intelektual
ini
menggunakan tes IQ atau tes intelegensi. Apabila intelegensinya tinggi maka segala kegiatan mental maupun pengetahuan akan dapat dijalaninya dengan mudah. (b) Kemampuan Fisik Menurut P. Robbins, “Kemampuan fisik adalah kemampuan yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan,
kekuatan
dan
keterampilan
serupa”
(1996:83).
Kemampuan fisik benar-benar menjadi persyaratan utama yang dituntut oleh dunia kerja karena tanpa memiliki kemampuan fisik maka calon tenaga kerja tidak akan bisa menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya. Calon tenaga kerja harus mempunyai stamina, cekatan dan kuat. Kemampuan fisik yang menjadi persyaratan utama sebuah instansi perusahaan meliputi : (a) Sehat jasmani dan rohani (b) Bukan pengguna narkoba atau alkohol (c) Tidak terkena penyakit AIDS/ virus HIV (d) Keahlian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
(2) Pengetahuan Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang di dapat di sekolah tempat calon tenaga kerja melakukan kegiatan pendidikan. Bagi perusahaan atau instansi pemerintah, persyaratan ini dibuktikan dengan ijazah yang mereka peroleh dari sekolah. Kadang-kadang dalam tes memasuki dunia kerja baik tertulis maupun lisan yang harus dikuasai bukan hanya materi yang diperoleh dari sekolah saja melainkan mereka harus mengerti perkembangan jaman serta memiliki pengalaman yang luas.
(3) Pengalaman Untuk para lulusan Sekolah Menengah Kejuruan sebagai tenaga kerja tingkat menengah, persyaratan pengalaman kerja bisa didapatkan melalui program pendidikan sistem ganda yang diselenggarakan sekolah dengan dunia kerja. Pembuktian pengalaman tersebut menggunakan sertifikasi keahlian. Dengan menggunakan sertifikasi keahlian dapat diketahui sejauhmana kemampuan dan pengalaman kerja yang didapatkan oleh para calon tenaga kerja.
(4) Kepribadian Menurut Stephen P. Robbins “Kepribadian adalah total jumlah dari caracara dalam mana seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan orang-orang lain” (1996:85). Menurut Randall S. Schuller dan Sussan E. Jackson “Kepribadian mengacu pada campuran unik sejumlah karakteristik yang mendefinisikan seseorang dan menentukan pola interaksinya dengan lingkungan” (1997:300). Berdasarkan kedua pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan karakteristik seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain dengan lingkungan di sekitarnya.
(5) Minat dan kesukaan Minat dan kesukaan tercermin dari perilaku orang yang atas pekerjaan yang dilakukan secara sukarela. Biasanya orang akan lebih puas dan lebih menjalankan tugasnya secara memuaskan jika pekerjaan sesuai dengan minat dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
kesukaan mereka. Minat dan kesukaan digunakan sebagai dasar untuk memutuskan jenis pekerjaan atau karier yang cocok bagi seorang calon tenaga kerja. B. Hasil Penelitian yang Relevan 1. Sudiyanto, yoga Guntur Sampurno dan Ibnu siswanto, (2011) dengan judul Teaching Factory di SMK ST. Mikael Surakarta menyimpulkan bahwa a. Pelaksanaan teaching factory di SMK St. Mikael Surakarta melalui perencanaan dengan pembuatan rencana jangka panjang, menengah, dan pendek, pelaksanaan dengan mengintegrasikan ke dalam kurikulum sehingga melibatkan semua siswa, serta pengawasan dengan melakukan koordinasi rutin dan form penilaian untuk semua siswa, karyawan, dan guru b. Faktor pendukung pelaksanaan teaching factory di SMK St. Mikael Surakarta ialah budaya atau kultur yang baik, sumber daya manusia yang berkompeten dibidangnya, dan fasilitas
peralatan yang memadai.
Sedangkan faktor penghambatnya ialah: belum adanya ruang atau bangunan khusus untuk unit produksi dan belum adanya karyawan yang khusus mengelola unit produksi 2.
Ibnu Siswanto (2011) Pelaksanaan Teaching Factory untuk Meningkatkan Kempetensi dan Jiwa Kewirausahaan Siswa Sekolah Menengah Kejuruan menyimpulkan
bahwa
Teaching
factory
dapat
berkontribusi
dalam
meningkatkan kompetensi siswa SMK dengan cara: a. mengusahakan 1 siswa 1 media pada saat praktik b. mengkondisikan
praktik
yang
dilakukan
siswa
supaya
mampu
menghasilkan produk yang berkualitas c. menerapkan standar sesuai dengan yang ada di industri dalam setiap praktik yang dijalani siswa d. memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada siswa untuk mempraktikkan keterampilan yang dimilikinya dalam kegiatan teaching factory.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
Sedangkan teaching factory dapat berkontribusi dalam meningkatkan jiwa kewirausahaan siswa dengan melibatkan siswa secara langsung dalam keseluruhan proses usaha mulai dari perencanaan, produksi, dan pemasaran. 3.
Ibnu
Siswanto
penelitian
yang berjudul
Faktor
Pendukung dan
Penghambat Pelaksanaan Teaching Factory di SMK RSBI Daerah Istimewa Yogyakarta menyimpulkan bahwa : Faktor pendukung yang dimiliki pada umumnya ialah, adanya sumber permodalan berupa hibah, Fasilitas peralatan produksi, Kemampuan guru, Pameran oleh pemerintah daerah. Sedangkan faktor penghambatnya ialah, Manajemen operasional, Kurangnya kerjasama dengan industri, Sifat program yang berupa proyek, Kompetensi siswa, Pemasaran, Banyaknya program keahlian. Menyimpulkan bahwa : a. Faktor pendukung dalam pelaksanaan teaching factory adalah adanya fasilitas peralatan yang memadai, kemampuan guru yang berkompeten di bidang teaching factory, pameran oleh pemerintah daerah, serta adanya sumber permodalan berupa hibah. b. Faktor penghambat pelaksanaan teaching factory ialah manajemen operasional, kurangnya kerja sama dengan industri, kompetensi siswa, pemasaran, sifat program yang berupa proyek, ruang pelaksanaan teaching factory. c. Teaching factory dapat berkontribusi dalam meningkatkan kompetensi dengan cara satu siswa satu media praktik, menerapkan standar sesuai yang ada di industri, memberikan kesempatan lebih banyak kepada siswa pada saat praktik, mengkondisikan praktik untuk menghasilkan barang yang berkualitas. d. Teaching factory dapat meningkatkan jiwa kewirausahaan siswa dengan melibatkan siswa secara langsung dalam keseluruhan proses usaha. C. Kerangka Berfikir Kerangka berfikir dalam penelitian diawali dengan bentuk penelitian yang mengacu pada deskripsi lapangan serta out put pendidikan yang berlangsung
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
di dalam obyek penelitian. Dalam hal ini adalah konstribusi pelaksanaan teaching factory dalam mempersiapkan lulusan memasuki dunia kerja di SMK Negeri 5 Surakarta. Data yang akan diperoleh nanti secara subtansial akan dipergunakan sebagai balikan bagi pengembangan pendidikan menengah kejuruan serta pemberdayaan komponen pendidikan dalam ikut mengentaskan pengangguran. Teaching factory merupakan latihan profesionalisme siswa dengan memberikan gambaran industri kepada siswa secara langsung sehingga memungkinkan siswa untuk belajar memahami, mengeksplorasi, dan memiliki pengalaman secara jelas dengan operasi penuh seperti industri. Teaching factory melatih siswa untuk mencapai ketepatan waktu, kualitas yang dituntut industri, mempersiapkan siswa dengan kompetensi keahliannya, menanamkan mental kerja dengan beradaptasi secara langsung dengan kondisi dan situasi industri, menguasai manajerial dan mampu menghasilkan produk jadi yang mempunyai standar mutu industri. Proses belajar mengajar di sekolah merupakan serangkaian kegiatan guru dan siswa, dimana dalam kegiatan tersebut terdapat interaksi edukatif yang saling menunjang. Pada kegiatan ini, guru memegang peranan penting dalam mencapai keberhasilan proses belajar mengajar dimana keberhasilan tersebut dapat diketahui dari hasil hasil penelitian yang tertuang dalam buku laporan pendidikan (rapor). Ujian
sertifikasi
merupakan
upaya
pemberian
pengakuan
dan
penghargaan atas kompetisi yang telah dimiliki siswa setelah mengikuti proses pengujian keahlian yang mengacu pada standar keahlian yang berlaku di dunia kerja. Berdasarkan hasil penilaian ujian dan sertifikasi keahlian ini, maka dapat ditentukan tingkat kesiapan siswa dalam memasuki dunia kerja. Pelaksanaan teaching factory dalam mempersiapkan lulusan memasuki dunia kerja siswa, khususnya di SMK Negeri 5 Surakarta merupakan sebuah sistem
pembelajaran memiliki komponen-komponen di dalamnya. Masing-
masing komponen saling berkorelasi dan berinteraksi dalam melaksanakan teaching factory dalam
mempersiapkan lulusan memasuki dunia kerja.
Permasalahan yang pertama kali antara lain adalah bagaimana mendapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
gambaran secara detail atau konstribusi pelaksanaan teaching factory dalam mempersiapkan lulusan memasuki dunia kerja. Dari hasil pengamatan tersebut kemudian memberikan solusi-solusi atau masukan baik sebagai pemecahan masalah yang ada maupun ide-ide dalam mengembangkan sistem pendidikan model tersebut. Semua itu dengan harapan nantinya akan terbentuk suatu model sekolah kejuruan yang benar-benar mampu mengentaskan pengangguran serta mendapatkan hasil/lulusan SMK yang berkompetisi dan memiliki daya saing tinggi. Untuk memudahkan pemahaman kerangka pemikiran penelitian, maka digambarkan skema kerangka pemikiran sebagai berikut : SMK
Penyiapan Siswa Agar Siap Berkompetisi di Dunia Kerja
Proses Belajar Mengajar
Pelaksanaan Teaching Factory
Uji Sertifikasi Keahlian
Lulusan Siap kerja
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1.
Tempat Penelitian Tempat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah SMK
Negeri 5 Surakarta yang beralamat di Jl. Lanut Adisucipto No. 42, Surakarta, hal ini bertujuan untuk memperoleh data-data yang mendukung demi tercapainya tujuan penelitian ini. Karena SMK Negeri 5 Surakarta memiliki data-data yang dibutuhkan untuk penelitian ini, yaitu tentang pelaksanaan teaching factory yang berupa perakitan kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat.
2.
Waktu Penelitian
Tabel 3.1 Jadwal pelaksanaan kegiatan penelitian
NO
Waktu Kegiatan
Pelaksanaan
1
Pengajuan Judul
Januari 2012
2
Penyusunan Proposal
Februari 2012
3
Seminar Proposal
30 Maret 2012
4
Izin Penelitian
April 2012 –Mei 2012
5
Pelaksanaan penelitian
Mei 2012 – juli 2012
6
Analisis Data
Juli 2012
7
Penyusunan Laporan
Agustus 2012 – Oktober 2012
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian Dalam penelitian ini digunakan bentuk penelitian kualitatif yaitu merupakan suatu penelitian untuk mencari kebenaran secara ilmiah dan
commit to user 36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37 memandang obyek secara keseluruhan berdasarkan atas fenomena ilmiah dan digunakan sebagai dasar untuk mengamati, mengumpulkan informasi. “Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dan kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya” (Moleong, 2001:3). Sanapsiah Faisal mengemukakan bahwa : “Bentuk penelitian kualitatif berusaha untuk memahami makna yang mendasari tingkah laku partisipan, mendeskripsikan tata dan interaksi yang komplek dari partisipan, memahami keadaan yang terbatas jumlahnya dengan focus yang mendalam dan rinci, deskripsi dan konklusi yang kaya akan konteks” (1990 : 22). Dalam penelitian kualitatif, tidak dilakukan perbandingan antara variable-variabel yang ada. Dalam penelitian ini yang penting adalah kemampuan penelitian dalam menterjemahkan data yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan studi kepustakaan atau dokumen guna menentukan tinggi rendahnya hasil penelitian. Dalam penelitian ini penulis metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Penelitian ini berusaha menggambarkan atau melukiskan keadaan obyek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya yaitu tentang bagaimana kesiapan siswa Menengah Kejuruan (SMK) dalam berkompetisi didunia kerja.
2. Strategi Penelitian Strategi dapat diartikan cara atau siasat berdasarkan rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran atau maksud tertentu. Dalam penelitian ini, strategi yang dipilih akan digunakan untuk mengamati, mengumpulkan informasi dan untuk menyajikan analisis hasil penelitian sekaligus akan mendukung cara penelitian sampling atau cuplikan serta pemilihan instrument penelitian yang akan digunakan untuk mengumpulkan informasi. Dalam penelitian ini menggunakan strategi tunggal terpancang. Hal ini berarti bahwa penelitian ini berusaha memfokuskan pada satu pemecahan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38 masalah. Dalam menjawab permasalahan tersebut penulis menggambarkan atau mendeskripsikan data dan informasi yang diperoleh dari wawancara, observasi, serta kepustakaan dan dokumen kedalam kalimat-kalimat tertulis ataupun lisan dari informan dan keadaan yang ada Penelitian ini disebut tunggal artinya hanya difokuskan pada satu permasalahan saja yaitu mempersiapkan siswa SMK dalam memasuki dunia kerja. Penelitian ini disebut terpancang artinya penulis terjun kelapangan sudah memiliki bekal yang berupa asumsi-asumsi atau teori yang sudah ada.
C. Sumber Data Menurut Lofland dan Lofland sebagaimana yang dikutip Moleong, “Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain” (2001:112). Artinya sumber data delam penelitian kualitatif adalah manusia, tingkah laku, dokumen serta benda-benda lainnya. Sumber data dalam penelitian ini adalah:
1. Informan Menurut Moleong, “Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian” (2001:90). Jadi informan harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian dan dapat memberi informasi yang tepat kepada peneliti. Orang tersebut adalah kepala sekolah, guru, siswa, pimpinan institusi pasangan.
2. Tempat dan Peristiwa Tempat dan peristiwa menjadi sumber data karena dalam pengamatan harus sesuai dengan konteks dan situasi sosial yang melibatkan tempat, pelaku dan peristiwa. Tempat dan peristiwa yang digunakan sebagai sumber data pada penelitian ini adalah peristiwa di SMK Negeri 5 Surakarta dan di institusi pasangan tempat pelaksanaan teaching factory.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
3. Dokumen dan Arsip Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Dokumen adalah surat tertulis atau tercetak yang dapat dipakai sebagai bukti atau keterangan” (1997:211). Sedangkan arsip menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Dokumen tertulis yang mempunyai nilai historis, disimpan dan dipelihara khusus untuk referensi” (1997:49). Dokumen dan arsip yang digunakan dalam penelitian ini adalah data siswa peserta teaching factory, daftar nilai PBM, prakerin serta uji kompetensi, daftar inventaris sekolah, data guru dan karyawan SMK Negeri 5 Surakarta serta dokumen lainnya yang berkaitan dengan tujuan penelitian.
D. Teknik Sampling Teknik sampling digunakan untuk menyeleksi dan memfokuskan permasalahan agar pemilihan sampel lebih mengarah pada tujuan penelitian. Pengambilan sampel data penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dalam menggali informasi dari informan. Teknik ini dilakukan karena sampel yang diambil oleh peneliti adalah yang dianggap dapat mewakili informasi dan dipandang mampu menangkap kedalaman data. Data yang dikumpulkan didasarkan atas kebutuhan dan keperluan penelitian dengan memilih informan yang dianggap mengetahui dan dapat dipercaya menjadi sumber data yang mantap dan mengetahui masalah secara mendalam. Sehingga data yang didapat benar-benar dapat dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan kebutuhan penulis. Dengan menggunakan teknik purposive sampling artinya apabila penelelitian yang dilakukan telah cukup maka penelitian dihentikan kemudian peneliti membuat laporan hasil penelitian. Peneliti hanya memilih informan yang dianggap benar-benar menguasai permasalahan yang peneliti kaji, peneliti hanya mengamati kondisi lokasi yang relevan dengan permasalahan yang dikaji. Dalam melaksanakan penelitian tentang kontribusi pelaksanaan teaching factory dalam mempersiapkan lulusan memasuki dunia kerja,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40 informan yang akan diwawancarai yaitu : kepala sekolah, ketua program, guru, institusi pasangan dan siswa. Informan-informan tersebut yang dianggap benarbenar menguasai permasalahan tentang pelaksanaan teaching factory di SMK N 5 Surakarta.
E. Teknik Pengumpulan Data Sesuai dengan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, maka teknik pengumpulan data yang digunakan antara lain :
1. Wawancara Menurut Lexy J. Moleong, “Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua belah pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewe) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu” (2001:135). Estenberg dalam Sugiyono mengemukakan, “Tiga jenis wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semistruktur, dan tidak terstruktur” (2010: 233). Dalam Penelitian ini penulis menggunakan jenis wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur (structured interview) dan wawancara tak berstruktur. Wawancara terstruktur digunakan bila telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh, sedangkan wawancara tak terstruktur digunakan dalam penelitian pendahuluan atau penelitian yang lebih mendalam tentang subyek yang diteliti.
2. Observasi Dalam teknik ini penulis melakukan pengamatan secara langsung pada tempat dan obyek yang diamati, yaitu SMK Negeri 5 Surakarta dengan berperan secara pasif. Peneliti mengamati, memahami dan mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan obyek penelitian yang meliputi berbagai kegiatan dan peristiwa yang terjadi. Untuk mendapatkan data yang valid, pengamatan dilakukan beberapa kali di tempat yang sama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
3. Dokumentasi Dalam teknik ini penulis mengumpulkan data dan menganalisis dokumen dan arsip serta benda-benda lainnya yang terdapat pada obyek penelitian yang berkaitan dengan masalah yang diteliti yaitu tentang konstribusi pelaksanaan teaching factory dalam mempersiapkan lulusan memasuki dunia kerja.
F. Validitas Data Dalam
penelitian,
untuk
mendapatkan
keabsahan
data,
diperlukan teknik pemeriksaan data yang didasarkan atas jumlah tertentu. Sutopo mengemukakan, “Validitas data merupakan jaminan bagi kemantapan kesimpulan dan tafsir makna sebagai hasil penelitian” (2002:77). Penelitian ini menggunakan trianggulasi untuk menjamin validitas data. Trianggulasi merupakan cara yang paling umum digunakan untuk memperoleh tingkat kepercayaan data. Menurut Moleong, “Trianggulasi
adalah
teknik
pemeriksaan
keabsahan
data
yang
memanfaatkan sesuatu diluar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut” (2000:178). Patton seperti yang dikutip noleh Sutopo (2002:78) dalam trianggulasi membedakan 4 macam
teknik trianggulasi sebagai cara untuk
meningkatkan validitas data dalam penelitian kualitatif, yaitu triangulasi data, triangulasi metode, triangulasi peneliti dan triangulasi teori. Jenis trianggulasi yang digunakan untuk mencapai validitas dalam penelitian ini adalah trianggulasi sumber dan trianggulasi metode. Dalam trianggulasi sumber, peneliti menggunakan beberapa narasumber yang berbeda untuk mengumpulkan data atau informasi sejenis, sehingga informasi yang diperoleh dari narasumber satu dapat dibandingkan dengan informasi yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42 diperoleh dari narasumber lain. Dalam trianggulasi metode, data hasil wawancara dilakukan uji keabsahan dengan sumber data hasil pengamatan atau juga dengan data
dokumentasi
sehingga
diharapkan
mutu
dari
keseluruhan
proses
pengumpulan data dalam penelitian ini menjadi valid/absah.
1. Trianggulasi Data (Sumber) Cara ini mengarahkan penulis agar dalam mengumpulkan data, peneliti wajib menggunakan beragam sumber data yang tersedia, artinya data yang sama/sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari berbagai sumber data yang berbeda. 2. Trianggulasi Metode Trianggulasi metode dilakukan dengan mengumpulkan data sejenis tapi dengan metode/ teknik pengumpulan data yang berbeda, dalam teknik ini ditekankan pada penggunaan metode pengumpulan data yang berbeda, dan diusahakan mengarah pada sumber data yang sama untuk menguji kemantapan informasinya. Dengan menggunakan metode yang berbeda untuk suatu informasi yang sama, peneliti dapat menarik kesimpulan atas data yang digali secara lebih mantap.
G. Analisis Data Analisis data dalam penelitian kualitatif biasanya dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data sampai diperoleh suatu kesimpulan. Menurut Moleong, “Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat ditemukan hipotesis kerja seperti yang disarankan data” (2001:28). Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan model teknik analisis Interaktif, yang dimulai dari tahap pengumpulan data, kemudian Reduksi data, penyajian data dan Penarikan kesimpulan.
1. Pengumpulan Data
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43 Proses analisis data dimulai dengan pengumpulan data. Langkah pengumpulan data ini sesuai dengan teknik pengumpulan data pada penelitian ini yang telah diuraikan sebelumnya, yaitu wawancara, observasi dan analisis dokumen. Pengumpulan data dilakukan selama data belum memadai dan akan dihentikan apabila data telah memadai untuk dapat dilakukan penarikan kesimpulan. 2. Reduksi Data Langkah ini dilakukan setelah proses pengumpulan data. Kegiatan reduksi data dilakukan selama penelitian dilaksanakan dengan cara menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga penarikan kesimpulan akhir dari penelitian dapat dilakukan dengan mudah.
3. Penyajian Data Proses selanjutnya adalah penyajian data, yaitu mengorganisir informasi secara sistematis untuk mempermudah dalam menggabungkan, dan merangkai keterikatan antar data dalam menyusun penggambaran proses dan fenomena yang ada pada obyek penelitian. Dengan data yang tersaji akhirnya peneliti akan dapat menginterpretasikan fenomena yang ada dan membandingkan fenomena tersebut dengan teori yang relevan.
4. Penarikan Kesimpulan Penarikan
kesimpulan
merupakan
langkah
analisis
data
yang
dilaksanakan segera setelah data diperoleh. Kesimpulan yang diambil mula-mula masih belum jelas dan masih bersifat sementara, tetapi kemudian meningkat sampai pada kesimpulan yang mantap yaitu pernyataan yang telah memiliki landasan yang kuat. Dalam penelitian ini, kegiatan, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan bekerja secara siklus. Artinya kegiatan-kegiatan tersebut merupakan sesuatu yang saling terjalin pada sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data di lapangan. Pada waktu pengumpulan data sudah berakhir,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44 penulis berusaha untuk menarik kesimpulan berdasarkan semua hal yang didapat dalam kegiatan reduksi data maupun penyajian data. Apabila kesimpulan tersebut dirasa kurang mantap karena kurangnya rumusan reduksi maupun penyajian data atau mengalami kesulitan dalam penarikan kesimpulannya, maka penulis kembali melakukan kegiatan pengumpulan data sampai diperoleh data yang dapat dianalisis dan menghasilkan kesimpulan yang mantap. Untuk lebih jelasnya teknik analisis tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Pengumpulan data
Penyajian data
Reduksi data
Penarikan Kesimpulan/verifikasi
Gambar 3.1. Model Analisis Interaktif Sumber : Mathew B. Miles dan D. Michael Huberman Terjemah Tjetjep Rohendi Rohidi 1992:20
H. Prosedur Penelitian Guna mempermudah penulisan laporan penelitian, perlu ditetapkan prosedur penelitian dimana didalamnya dideskripsikan berbagai langkah-langkah kegiatan yang dilakukan secara sistematis dalam penelitian. Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Studi Pendahuluan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45 Studi pendahuluan dilakukan sebelum penyusunan proposal dan pengurusan ijin penelitian. Pada tahap ini penulis belum memulai mengumpulkan data. Kegiatan yang dilakukan meliputi orientasi lapangan untuk pengenalan kondisi obyek penelitian serta untuk mempersiapkan fisik dan mental penulis. Studi pendahuluan ini penting guna pengenalan dan pembentukan pemahaman awal penulis terhadap fokus dan obyek penelitian agar ketika penulis benar-benar terjun ke lapangan dapat menentukan cara masuk yang tepat ke obyek untuk mendukung kelancaran pelaksanaan penelitian.
2. Tahap Pra Lapangan Pada tahap ini dilakukan berbagai kegiatan sebelum penulis terjun ke lapangan seperti penyusunan proposal penelitian termasuk pengurusan ijin penelitian dan persiapan pelaksanaan penelitian di lapangan. Persiapan yang dimaksud antara lain meliputi berbagai perlengkapan yang digunakan seperti alat tulis, alat perekam, rancangan biaya, dan pengaturan perjalanan.
3. Tahap Lapangan Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pengumpulan data yang diperlukan. Bersamaan dengan proses pengumpulan data tersebut berlangsung pula proses analisis awal.
4. Tahap Analisis Data Pada
tahap
ini
penulis
membaca,
menelaah,
menafsirkan,
mengklasifikasikan serta menginterprestasikan data yang diperoleh untuk mengambil kesimpulan. Analisis yang dilakukan merupakan analisis akhir dimana peneliti membandingkan data yang diperoleh dilapangan dengan teori yang relevan. Selanjutnya, berdasarkan analisis tadi dilakukan penarikan kesimpulan.
5. Tahap Penyusunan Laporan Penelitian Tahap ini merupakan tahap akhir dari penelitian yang hasilnya berupa laporan penelitian berikutnya penggandaannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
Secara singkat prosedur dalam penelitian dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut : Mulai
Persiapan Pelaksanaan
Proposal
Pengumpulan Data Dan Analisis Awal
Analisis Akhir
Penarikan Kesimpulan
Penulisan Laporan
Penggandaan Laporan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
Selesai
Gambar 3.2 Skema Prosedur Penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi penelitian
1. Sejarah SMK Negeri 5 Surakarta Sekolah menengah kejuruan 5 Surakarta, dirintis sejak tahun 1962. Sekolah Menengah Kejuruan 5 Surakarta mula-mula berstatus Swasta dan terletak di Purwanegaran, dulu Sekolah Teknik Negeri 1 yang sekarang Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 15 Surakarta. Pada saat itu Sekolah Teknologi Menengah merupakan Sekolah Teknologi Menengah Persiapan Negeri di Purwanegaran berdasarkan SK Menteri Pendidikan RI No.8065/ Dirpt/ RI tanggal 7 Agustus 65 Statusnya di Negerikan terdiri dari dua Jurusan, yaitu Mesin dan Bangunan Gedung. Dengan adanya pemberontakan G.30 S/PKI maka pada tahun 1965 Sekolah Tinggi Menengah Negeri Purwanegaran pindah ke Jayanegaran, kemudian pada tahun 1966 Sekolah Teknologi Menengah Negeri Purwanegaran diubah namanya menjadi Sekolah Teknologi Menengah Negeri 2 Surakarta yang terletak dijalan LU. Adi Sucipto No.10 Surakarta. Dengan adanya Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tentang perubahan Nomenklatur SMKTA menjadi SMK serta Organisasi dan Tata Kerja SMK, Nomor : 036/O/1997 tanggal 7 Maret 1997 yang dulunya Sekolah Teknologi Menengah Negeri 2 Surakarta menjadi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 5 Surakarta dan Jalannya berubah nomor menjadi 42.
2. Visi, Misi, Tujuan dan Nilai-Nilai Sekolah Sebagai sekolah negeri SMK N 5 Surakarta berusaha membantu pemerintah baik tingkat daerah maupun pusat dalam mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkarakter sebagai iron stock yang unggul terutama 47
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48
di tingkat menengah demi terwujudnya tujuan pendidikan nasional melalui visi, misi, tujuan, kebijakan mutu dan etos kerja sekolah, SMK N 5 memiliki visi dan misi sebagai acuan kerja untuk meraih hasil yang terbaik.
a)
Visi: Menciptakan teknisi tingkat menengah yang profesional.
b)
Misi:
1) Mendidik dan melatih peserta didik yang berkarakter. 2) Mendidik dan melatih peserta didik sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. 3) Mendidik dan melatih peserta didik agar memiliki karakter enterpreneur. 4) Mewujudkan sekolah sebagai wadah pengembangan daya kreatif dan inovatif. 5) Mewujudkan sekolah berstandard Internasional. 6) Memberikan pelayanan prima pada pelanggan. 7) Mewujudkan SMK model.
c) 1)
Tujuan: Menyiapkan peserta didik yang cakap, mampu memahami dan menerapkan budi pekerti luhur.
2)
Menyiapkan
peserta
didik
untuk
memasuki
dunia
kerja
serta
mengembangkan sikap profesional 3)
Menyiapkan peserta didik dalam memilih karier, berkompetensi dan mengembangkan sikap mandiri.
4)
Menyiapkan tenaga kerja untuk mengisi kebutuhan dunia usaha/industri.
5)
Menyiapkan peserta didik agar mampu bersaing untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang leebih tinggi.
6)
Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan rekayasa teknologi.
7)
Menyiapkan dan melaksanakan komponen – komponen persyaratan sekolah berstandard Internasional.
8)
Merumuskan dan melaksanakan kebutuhan dan harapan pelanggan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49
9)
Menjadikan tempat praktek bersama dengan SMK lain.
10) Menjadikan tempat pelatihan kerja, memberikan pelatihan ketrampilan bagi masyarakat setempat. 11) Memiliki mitra dengan industri lokal, Nasional dan Internasional. 12) Menyelenggarakan program pendidikan karakter bangsa. 13) Menyelenggarakan praktek kewirausahaan, teaching factroy/business center dan bermitra dengan industri. 14) Mewujudkan sarana dan prasarana minimal sesuai dengan standard dunia industri serta sesuai dengan kemajuan teknologi.
d)
Nilai-Nilai Sekolah Menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan dan kegotongroyongan.
3. Denah Gedung SMK Negeri 5 Surakarta Gedung SMK Negeri 5 Surakarta terletak di Jln LU. Adi Sucipto no.42 Surakarta. Dilihat dari keberadaannya, lokasi SMK Negeri 5 Surakarta dekat dengan Lembaga Pendidikan lainnya, sehingga dapat dikatakan terletak di lingkungan komplek sekolah, baik negeri maupun swasta. Hal ini dapat menjadi motivasi tersendiri bagi siswa karena letak dipinggir jalan raya, maka transportasi mudah dijangkau, baik kendaraan umum maupun kendaraan pribadi. SMK Negeri 5 Surakarta menempati areal tanah seluas 22530 m2 yang terdiri dari gedung dan halaman. Karena luasnya yang mencukupi maka sangat menunjang kegiatan belajar mengajar. B. Deskripsi Permasalahan Penelitian Sejalan dengan permasalahan yang penulis kaji yaitu tentang kontribusi pelaksanaan teaching factory dalam mempersiapkan lulusan memasuki dunia kerja siswa SMK N 5 Surakarta, maka untuk memberikan gambaran mengenai data yang berkaitan dengan permasalahan tersebut dapat dilihat dari pelaksanaan teaching factory di SMK N 5 Surakarta. Pelaksanaan teaching factory di SMK N 5 Surakarta untuk mempersiapkan siswa memasuki dunia kerja beserta kontribusi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50
pelaksanaan teaching factory dalam mempersiapkan lulusan memasuki dunia kerja siswa SMK N 5 Surakarta dan kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan teaching factory serta usaha yang dilakukan untuk mengatasi hambatan/kendala tersebut. Mengenai gambaran data penelitian tersebut, dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Teaching Factory di SMK N 5 Surakarta Teaching factory merupakan pelatihan yang langsung dilakukan dalam rangka mengaplikasikan pengetahuan, sikap, keterampilan siswa. Pembelajaran dan pelatihannya dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar bekerja yang sesungguhnya untuk menghasilkan barang atau jasa yang sesuai dengan tuntutan pasar atau konsumen. Pada
hakekatnya pendidikan
kejuruan
adalah pendidikan
yang
diharapkan membentuk para peserta didiknya untuk menjadi para usahawan baru di masa depan sesuai dengan bidang keahliannya. Pendidikan merupakan proses pembelajaran bagi peserta didik untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan dan sikap.Teaching factory ini diterapkan untuk mempersiapkan siswa/lulusan SMK N 5 Surakarta memasuki dunia kerja ditingkat menengah. Teaching factory merupakan komponen pendidikan yang langsung berhubungan dengan perolehan pengetahuan dan keahlian yang diperlukan oleh peserta didik. Teaching factory dapat menyiapkan peserta didik dengan keterampilan dan keahlian yang diperlukan dalam dunia kerja, diharapkan peserta didik akan mempunyai kesempatan yang lebih baik dalam dunia kerja dan berfungsi dalam masyarakat serta dapat memperbaiki hidup dan kehidupanya di masa depan. Pelaksanaan teaching factory di SMK N 5 Surakarta melalui beberapa tahap yaitu ; persiapan pelaksanaan teaching factory, proses produksi, proses pemasaran atau hasil produksi, evaluasi dan penilaian. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51
a. Persiapan Pelaksanaan Teaching Factory Tahap persiapan merupakan tahap dimana siswa dibekali keterampilan sesuai dengan program keahlian masing-masing berdasrkan kompetensi atau keahliannya. Dalam pelaksanaan teaching factory di SMK N 5 Surakarta Program Teknik Otomotif yaitu perakitan kendaraan roda dua dan perakitan kendaraan roda empat, guru teaching factory terlebih dahulu mendapat pelatihan perakitan untuk menguasai materi tentang perakitan kendaraan roda dua atau perakitan kendaraan roda empat. Guru melakukan pelatihan di PT KANZEN Indonesia di karawang, dalam pelaksanaan teaching factory di SMK N 5 Surakarta bekerjasama dengan PT KANZEN Indonesia yaitu perakitan kendaraan roda dua. Sedangkan untuk perakitan kendaraan roda empat di SMK N 5 Surakarta belum bisa dilaksanakan dengan sebagaimana mestinya, dikarenakan masih ada beberapa faktor yang menghambat atau menjadi kendala dalam pelaksanaan perakitan kendaraan roda empat tersebut. Guru setelah menguasai materi pelatihan perakitan kendaraan roda dua di PT. KANZEN Indonesia, selanjutnya membimbing peserta didik SMK N 5 Surakarta program Teknik Otomotif untuk melakukan perakitan kendaraan roda dua. Hal itu senada dengan pernyataan informan 4 wawancara pada tanggal 20 juni 2012 dan pernyataan informan 7 pada wawancara pada tanggal 6 Agustus 2012 yang menyatakan bahwa sebelum kegiatan teaching factory dilaksanakan, guru dibimbing terlebih dahulu untuk menguasai materi-materi tentang perakitan kendaraan roda dua atau roda empat, setelah selesai melakukan pelatihan guru menyampaikan materi perakitan kendaraan roda dua atau roda empat kepada siswa SMK N 5 Surakarta. Dalam pelaksanaan awal teaching factory yaitu perakitan kendaraan roda dua guru masih di dampingi oleh pihak konsultan dan asesor dari PT. KANZEN Motor Indonesia untuk melakukan pembimbingan. Setelah guru atau pembimbing menguasai sepenuhnya materi tentang perakitan kendaraan roda dua, konsultan dan asesor dari pihak PT. KANZEN Motor Indonesia tidak lagi mendampingi guru dalam pembimbingan melakukan perakitan kendaraan roda dua.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52
Pelaksanaan teaching factory harus didasari bahwa peserta teaching factory telah menguasai program keahlian sesuai program diklat masing-masing. Maka pelaksanaan teaching factory di SMK N 5 Surakarta dilaksanakan oleh peserta yang telah mendapatkan pembelajaran program keahlian yaitu kelas XII . Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan formal yang melibatkan komponen belajar mengajar yaitu guru, siswa, tujuan, bahan, metode, media dan evaluasi. Apabila PBM berjalan dengan baik maka akan diperoleh hasil yang maksimal dan dapat menunjang kesiapan siswa untuk berkompetisi di dunia kerja. Oleh karena itu harus ada koordinasi yang baik antar komponen-komponen tersebut. SMK N 5 Surakarta dalam kegiatan PBM juga mengadakan sinkronisasi kurikulum dengan DUDI, sinkronisasi ini mencakup tentang ketentuan-ketentuan kompetensi yang harus dipelajari di sekolah dan yang harus dipelajari di dunia usaha/industri, sehingga lebih diarahkan dalam upaya pencapain belajar. Tujuan diadakannya sinkronisasi kurikulum ini adalah untuk mengetahui perkembangan dan tuntutan dunia kerja. Hal tersebut senada dengan pernyataan informan 1 pada wawancara tanggal 14 juni 2012 dan informan 4 pada wawancara tanggal 20 juni 2012 bahwa PBM di SMK N 5 Surakarta terutama progam teknik otomotif selalu searching dengan bengkel-bengkel, mekanik-mekanik dan dunia usaha atau dunia industri untuk mengetahui kompetensi yang dibutuhkan di dunia kerja atau dunia industri. Upaya sinkronisasi juga harus sesuai dengan profil kompetensi tamatan untuk masing-masing tamatan. Dengan adanya teaching factory, merupakan salah satu upaya SMK N 5 Surakarta untuk memenuhi kompetensi yang dibutuhkan dunia kerja yang harus dikuasai oleh siswa. Sebelum PBM berlangsung pihak SMK N 5 Surakarta membuat perencanaan dan persiapan Proses Belajar Mengajar. Adapun perencanaan dan persiapan tersebut meliputi kegiatan: 1) Menjelang tahun pelajaran baru wakil kepala sekolah bidang kurikulum bersama stafnya menyusun dan mensosialisasikan kalender pendidikan untuk kegiatan guru satu semester dan satu tahun.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53
2) Setiap guru menyusun rencana PBM dan membuat satuan acara pembelajaran yang harus disyahkan oleh wakil kepala sekolah bidang kurikulum. Dengan perencanaan dan persiapan proses belajar mengajar yang baik dan matang, diharapkan dapat mendukung kelancaran PBM di SMK N 5 Surakarta, dan diperoleh hasil belajar yang maksimal bagi siswa. Penentuan bahan dan materi yang tepat akan berpengaruh pada pencapain tujuan PBM. Penetapan tujuan tujuan harus mengacu pada kompetensi yang akan dicapai setelah peserta didik menyelesaikan suatu pembelajaran. Tujuan PBM meliputi 3 ranah yaitu, ranah kognitif, afektif, psikomotorik. Ranah kognitif mengacu pada peningkatan pengetauan, ingatan, dan kemampuan intelektual siswa. Ranah afektif mengacu pada perubahan sikap, nilai, perasaan, dan
minat,
sedangkan
ranah
psikomotorik
mengacu
pada
peningkatan
keterampilan. Metode yang digunakan dalam PBM di SMK N 5 Surakarta selalu menggunakan sistem yang bervariasi dan selalu dikembangkan sendiri oleh setiap guru pengampu mata diklat. Disamping itu penentuan metode harus sesuai dengan materi yang diajarkan. Menurut informan 1 pada wawancara tanggal 14 juni 2012 dan informan 3 wawancara pada tanggal 10 juni 2012 yang menyatakan bahwa metode pembelajaran yang dilakukan di SMK N 5 Surakarta bervariasi sesuai dengan mata diklat atau mata pelajaran yang akan di sampaikan, adakalanya menggunakan metode diskusi, ceramah, praktek yang semua itu bertujuan agar materi-materi yang disampaikan lebih di mengerti oleh siswa. Hal senada juga diperkuat oleh informan 4 pada wawancara tanggal 20 juni 2012 yang menyatakan. bahwa metode belajar yang digunakan oleh guru di SMK N 5 Surakarta memang bervariasi sesuai dengan mata pelajaran yang mereka ajarkan. Evaluasi yang dilaksanakan oleh pihak SMK N 5 Surakarta meliputi evaluasi formatif yang diadakan setiap selesai materi bab atau sub bab, evaluasi sumatif yang dilaksanakan setiap akhir semester dan ujian akhir nasional. Sedangkan untuk evaluasi penguasaan kompetensi melalui adanya ujian kompetensi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54
Siswa yang disertakan dalam program teaching factory adalah siswa SMK N 5 Surakarta yang telah dianggap cukup memiliki keterampilan dasar untuk dapat diikutkan
dalam lini produksi yaitu siswa kelas XII. Dalam
pelaksanaan pembimbingan perakitan kendaraan roda dua tidak dilakukan satu kelas sekaligus melainkan melalui beberapa tahap : 1) Mula-mula guru mengambil dua siswa tiap kelas. Sedangkan di program Teknik Otomotif kelas XII terbagi menjadi tiga kelas, sehingga jumlah awal siswa yang melakukan pelatihan perakitan kendaraan roda dua adalah enam orang. Enam siswa tersebut melakukan pelatihan terlebih dahulu dengan tujuan enam siswa ini yang nantinya akan menjadi tim ahli di masing-masing kelas. Secara tidak langsung enam siswa ini adalah siswa yang berprestasi di masing-masing kelasnya. 2) Kemudian guru membentuk kelompok di setiap masing-masing kelas. Setiap kelompok berjumlah kurang lebih lima hingga sepuluh orang. Dalam melakukan pelatihan perakitan kendaraan roda dua, setiap kelompok akan dibimbing oleh tim ahli yang berasal dari kelasnya masing-masing dengan didampingi guru sebagai konsultan dan asesor.
b. Pelaksanaan Teaching Factory di SMK N 5 Surakarta Pada tahap ini siswa program teknik otomotif kelas XII SMK N 5 Surakarta mulai melakukan kegiatan teaching factory yaitu perakitan kendaraan roda dua atau roda empat. Disini siswa mempraktekkan keterampilan dasar yang terdapat dalam program praktek dasar kejuruan yang sudah dibekalkan dari sekolah untuk disesuaikan dengan aktivitas kerja di teaching factory yang hampir sama dengan kondisi dunia kerja yang sebenarnya. Waktu pelaksanaan teaching fatory untuk program teknik otomotif di SMK N 5 Surakarta dilaksanakan setelah siswa memasuki tingkatan kelas XII, pada semester gasal dan genap. Pelaksanaan perakitan kendaraan ada dalam mata pelajaran Mulok. Mula-mula guru mengambil enam siswa. Sedangkan di program Teknik Otomotif kelas XII terbagi menjadi tiga kelas, dan setiap kelas guru
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55
mengambil dua orang siswa yang paling berprestasi untuk melakukan pelatihan perakitan kendaraan roda dua atau roda empat, dengan tujuan enam siswa ini yang nantinya akan menjadi tim ahli di masing-masing kelas. Pembimbingan pelatihan ini dilakukan sebagai pengganti praktek kerja industri. Enam siswa tersebut tidak melaksanakan praktek kerja industri di dunia kerja, melainkan melaksanakan pelatihan assembling kendaraan roda dua atau roda empat, sedangkan siswa kelas XI yang lain melakukan praktek kerja industri di dunia kerja atau dunia industri. Waktu pelaksanaan pelatihan assembling sama dengan waktu pelaksanaan praktek kerja industri yang dilaksanakan siswa kelas XI lainnya. Pada saat siswa sudah kelas XII, terdapat mata pelajaran Mulok yang materinya berisi tentang pelaksanaan perakitan kendaraan roda dua atau roda empat. Dalam pelaksanaannya siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok berjumlah lima sampai sepuluh orang. Pada saat pelaksanaan pembimbingan perakitan kendaraan roda dua atau roda empat guru dibantu oleh tim ahli yang telah dibentuk yaitu siswa yang telah melakukan pelatihan perakitan. Materi dalam pelaksanaan teaching factory disesuaikan dengan pekerjaan yang akan dilakukan, yaitu semua yang berkaitan tentang perakitan kendaraan roda dua atau kendaraan roda empat. Sebelum siswa melakukan pekerjaan (assembling), terlebih dahulu dilakukan pertemuan awal sebagai pendalaman materi yang berkaitan dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan. Kesiapan siswa SMK N 5 Surakarta dalam memasuki dunia kerja ditinjau dari pelaksanaan teaching factory, siswa SMK N 5 Surakarta telah memiliki kesiapan untuk memasuki dunia kerja. Terutama dengan pelaksanaan teaching factory diharapkan siswa mempunyai kesiapan untuk memasuki dunia kerja, karena selama praktek di teaching factory siswa SMK N 5 Surakarta sudah bisa mengetahui tentang lingkungan kerja yang sebenarnya. Materi-materi serta peraturan yang ada di teaching factory disesuaikan dengan kondisi dunia kerja
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56
yang sebenarnya. Sehingga setelah lulus siswa sudah terbiasa dengan keadaan lingkungan kerja yang sebenarnya. Pelaksanaan teaching factory di bagi menjadi tiga tahap yaitu : proses produksi, proses pemasaran atau hasil produksi, dan evaluasi.
1) Proses Produksi Pada tahap proses produksi ini adalah perakitan kendaraan roda dua yaitu perakitan sepeda motor Kanzen AURIGA-ESEMKA dan PESONAESEMKA. Proses produksi kendaraan roda dua ini segala spare part disuplay dari pihak PT. KANZEN Motor Indonesia. Sedangkan proses perakitannya dilakukan oleh siswa-siswa SMK N 5 Surakarta. Sebelum melaksanakan perakitan, pihak dari SMK N 5 Surakarta mengajukan proposal ke PT. KANZEN Motor Indonesia untuk mendapatkan spare part dari sepeda motor AURIGA-ESEMKA dan PESONA-ESEMKA. Setelah proposal disetujui dan spare part
telah dikirim, proses perakitan
kendaraan roda dua tersebut baru bisa dilakukan. Pertama kali pelaksanaan praktek perakitan siswa tidak langsung melakukan perakitan dari komponen-komponen terurai menjadi sebuah kendaraan utuh. Disini siswa diberikan pelatihan dan pendalaman materi tentang pekerjaan yang akan dilakukan. Mula-mula siswa melepas komponen-komponen kendaraan yang sudah jadi dan mengidentifikasinya. Setelah itu siswa melakukan ketahapan berikutnya yaitu, melakukan perakitan dengan petunjuk yang ada sesuai dengan SOP pelaksanaan perakitan. Pelaksanaan teaching factory di SMK N 5 Surakarta di Program Teknik Otomotif keadaan dan peraturan yang digunakan disesuaikan dengan keadaan dunia kerja yang sesungguhnya. Sehingga siswa dituntut layaknya sebagai seorang tenaga kerja yang sesungguhnya. Posisi siswa disini adalah sebagai mekanik, yang tugasnya melaksanakan kegiatan berupa perawatan, perbaikan, penggantian atau pembuatan produk berdasarkan pesanan konsumen. Dalam pelaksanaannya siswa tidak dibiarkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57
berjalan sendiri, tapi masih didampingi oleh guru. Adapun skema pelaksanaan proses produksi adalah : a) Order dari konsumen diadministrasikan oleh bagian administrasi dan diserahkan kepada bagian ketua. Hasil dari ketua dikalkulasi harga diserahkan kembali ke ketua program. Ketua program menyetujui dan mengesahkan hasil perencanaan setelah mendapat persetujuan dari konsultan dan fasilitator. b) Hasil perencanaan diserahkan kepada guru sesuai pesanan. Tugas lain dari ketua program adalah menerima hasil penilaian pekerjaan dari guru dan juga membuat laporan hasil pekerjaan yang akan diserahkan kepada konsultan. c) Guru membagi tugas kepada kepala regu untuk mengerjakan pesanan sesuai dengan jumlah siswa dan bagian masing – masing. Pada proses ini guru memberikan target waktu penyelesaian pekerjaan. d) Kepala regu menganalisa pesanan dan memberikan tugas pekerjaan kepada siswa. Selama dalam proses produksi ini kepala regu setiap saat mengecek hasil pekerjaan dan melaporkan hasil pekerjaan kepada guru. 2) Proses Pemasaran atau Hasil produksi Pemasaran adalah suatu proses social dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai kepada pihak lain (Kotler, 1997). Menurut W Stanton pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan pembeli maupun pembeli potensial. Setelah perakitan kendaraan roda dua AURIGA-ESEMKA atau PESONA-ESEMKA telah selesai. Kendaraan roda dua tersebut siap dipasarkan setelah melalui beberapa tahap uji kelayakan yang akan dilakukan oleh guru dan konsultan dari pihak PT.KANZEN Motor Indonesia. Apabila produk perakitan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58
kendaraan roda dua tersebut lulus uji kelayakan, produk tersebut telah siap untuk dipasarkan. Adapun pemasaran hasil produksi melalui beberapa tahap yaitu: a) Produk barang yang sudah jadi dicek ulang oleh guru. Kesesuaian produk barang pesanan dan standar mutu produk harus disetujui oleh konsultan sebelum proses pemasaran. b) Bagian administrasi mendata kuantitas produk barang c) Bagian pemasaran menjual produk barang kepada konsumen sesuai kesepakatan yang telah disetujui bersama. Apabila dalam bentuk pesanan maka bagian pemasaran menanyakan mutu dan jumlah barang kepada pemesan dan dibuat laporan. Produk barang yang dibuat tanpa ada pesanan maka bagian pemasaran bertugas menjual produk barang itu kepada konsumen d) Setiap hasil penjualan harus dilaporkan kepada ketua program melalui bagian administrasi. 3) Evaluasi dan Penilaian Evaluasi pada dasarnya proses untuk menentukan tujuan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan - tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa. Proses evaluasi dilakukan setelah siswa selesai melakukan perakitan kendaraan roda dua. Evaluasi atau penilaian dilakukan dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan berdasarkan kompetensi pekerjaan. Adapun proses evaluasi yang dilakukan di SMK N 5 Surakarta melalui beberapa tahapan sebagai berukut : a) Setiap hasil pekerjaan yang telah dicek kualitasnya diserahkan kepada ketua program untuk diperiksa kualitasnya kepada konsultan. b) Setiap pekerjaan yang dilakukan oleh siswa dinilai oleh guru. c) Tahapan penilaian ini guru bertindak sebagai asesor bagi siswa. Penilaian guru diserahkan kepada bagian administrasi dan dilanjutkan ketua program.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59
d) Penilaian yang diberikan kepada siswa adalah penilaian dalam bentuk lembar penilaian kompetensi yang harus diisi setelah pekerjaan dan standar kompetensi atau keahlian selesai. Dalam penilaian, lembar penilaian kompetensi dibawa oleh siswa dan diberikan kepada asesor setiap melakukan penilaian. e) Pengumuman nilai dilakukan setiap akhir pekerjaan sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan, dalam melakukan penilaian terhadap hasil kerja siswa meliputi beberapa aspek yaitu, pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja siswa saat melaksanakan pekerjaan. 2. Kontribusi Pelaksanaan
Teaching Factory dalam Mempersiapkan
Lulusan Memasuki Dunia Kerja Siswa SMK N 5 Surakarta
a. Pengetahuan Dengan adanya teaching factory di SMK N 5 Surakarta yaitu perakitan kendaraan roda dua dan service kendaraan roda dua, membuat siswa mempunyai pengetahuan secara langsung tentang pekerjaan-pekerjaan di dunia kerja/industri secara nyata. Menurut pendapat informan 5 dan informan 6 wawancara pada tanggal 7 juni 2012 menyatakan bahwa kegiatan teaching factory di SMK N 5 Surakarta dapat menambah pengetahuan siswa dan dapat dijadikan bekal siswa setelah lulus nanti. Hal senada juga diperkuat oleh informan 2 wawancara pada tanggal 14 juni 2012 yang menyatakan bahwa di teaching factory dilakukan pembinaan skill dan kompetensi yang pendekatannya sudah ke dunia industri. Ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan siswa tentang dunia kerja.
b. Kemampuan Dengan adanya teaching factory yaitu perakitan kendaraan roda dua dan service kendaraan roda dua, menambah kemampuan siswa untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan di teaching factory yaitu merakit dan service kendaraan roda
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60
dua dengan baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan 2 wawancara pada tanggal 14 juni 2012 dan informan 4 wawancara pada tanggal 20 juni 2012 yang menyatakan bahwa kegiatan siswa dalam kegiatan perakitan dimulai dari komponen-komponen terurai menjadi sebuah kendaraan roda dua atau roda empat.
jadi mulai kegiatan perakitan pertama kali sampai nanti proses
pemeriksaan akhir, yaitu uji kelayakan produk siswa dilibatkan dengan didampingi guru. Hal senada juga di perkuat dengan pernyataan informan 7 wawancara pada tanggal 14 juli 2012 yang menyatakan bahwa awal siswa tidak langsung merakit dari komponen-komponen menjadi sebuah kendaraan melainkan dari kendaraan yang sudah jadi dilepas dan di identifikasi , kemudian dirangkai kembali menjadi sebuah kendaraan, baik itu sepeda motor atau mobil. Dengan adanya teaching factory yaitu kegiatan assembling dapat menambah kemampuan siswa yang sebelumnya belum bisa merakit kendaraan menjadi bisa dan mampu merakit kendaraan baik kendaraan roda dua maupun roda empat. Hanya di kegitan teaching factory ini siswa mendapatkan kemampuan merakit kendaraan roda dua atau roda empat.
c. Minat dan Kesukaan Minat adalah kemauan untuk melakukan sesuatu yang diinginkan. Sedangkan kesukaan adalah sesuatu yang dirasakan dalam diri seseorang yang timbul dari diri pribadi tanpa adanya paksaan dari pihak lain. Setelah siswa melaksanakan teaching factory, maka dengan sendirinya mereka akan mengetahui minat dan kesukaan dari pekerjaan itu. Dengan demikian pekerjaan di teaching factory dapat diselesaikan dengan baik, karena minat dan kesukaan dari dalam diri siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat informan 5 dan informan 6 wawancara pada tanggal 7 juni 2012 Yang menyatakan bahwa mereka sangat senang dengan adanya kegiatan perakitan yang dapat memberikan pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman yang dapat menjadi bekal untuk menghadapi dunia kerja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61
d. Pengalaman Pengalaman adalah guru yang paling baik. Dimana pengalaman setiap orang itu berbeda-beda, baik itu pengalaman hidup atau pengalaman pekerjaan. Dengan adanya pelaksanaan teaching factory yaitu perakitan kendaraan roda dua, mereka mempunyai pengalaman kerja secara nyata dan langsung seperti keadaan sebenarnya di dunia industri atau dunia kerja, sehingga pada waktu siswa terjun ke dunia kerja sudah siap, karena kegiatan, peraturan dan sanksi yang ada di teaching factory disesuaikan seperti kondisi dunia kerja yang sebenarnya. Hal ini sesuai dengan pendapat informan 2 pada tanggal 14 juli 2012 dan informan 4 wawancara pada tanggal 20 juni 2012 yang menyatakan bahwa setelah melakukan teaching factory siswa akan lebih siap dalam menghadapi dunia kerja, karena siswa sudah mempunyai pengalaman yang diperolah dari kegiatan teaching factory. Siswa juga akan lebih siap dalam mengahadapi dunia kerja, karena peraturan dan sanksi yang berlaku sudah disesuaikan dengan dunia kerja misalnya, adanya jam minus, yaitu jam ketidakhadiran dalam mengikuti pelatihan. Bila jumlah jam minus maksimum siswa melebihi aturan yang ditetapkan, maka siswa yang bersangkutan di wajibkan mengganti di waktu lain. Dengan adanya peraturan-peraturan dan sanksi yang diberlakukan di teaching factory akan menambah pengalaman siswa tentang kondisi dunia usaha atau dunia industri yang sesungguhnya, dan siswa akan lebih siap menghadapi keadaan seperti itu setelah lulus nanti.
e. Disiplin Disiplin artinya taat pada peratutan. Jika siswa sudah mentaati peraturan maka ia adalah siswa yang memiliki kedisiplinan. Dengan adanya teaching factory ini, siswa dituntut untuk disiplin terhadap peraturan yang ada di teaching factory yang telah disesuaikan dengan keadaan industri atau dunia kerja. Dengan adanya peraturan di teaching factory dan sanksi-sanksi maka dengan sendirinya kedisiplinan akan terbentuk pada diri siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat informan 6 wawancara pada tanggal 7 juni 2012 yang menyatakan bahwa siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62
lebih disiplin setelah melaksanakan kegitan teaching factory, karena peraturan yang ada sangat ketat sesuai dengan kondisi dunia kerja yang sesungguhnya. Peraturan dan sanksi yang ada di teaching factory memang seperti keadaan dunia kerja yang sesungguhnya. Mulai dari pakaian seragam praktik, rambut, kuku, jumlah jam minus, denda uang, ketidaktaatan kepada pimpinan dan lain sebagainya. Peraturan dan sanksi tersebut akan membuat siswa lebih disiplin dan menghargai waktu.
f. Kepribadian Dengan adanya teaching factory ini, dapat membentuk pribadi siswa untuk lebih baik dari sebelumnya. Karena siswa dididik untuk menjadi tenaga kerja tingkat menengah yang mempunyai kepribadian yang baik. Membentuk kepribadian mereka untuk berpikir lebih dewasa. Hal ini sesuai dengan pendapat informan 1 wawancara pada tanggal 14 juni 2012 yang menyatakan bahwa adanya usaha pembenahan kearah pribadi siswa, mental, agar siswa memang benar-benar menjadi tenaga kerja yang lebih siap, yang mampu bersaing di dunia kerja. Pada saat kegiatan teaching factory siswa juga dilatih untuk mempunyai kepribadian yang baik. Hal ini diperkuat dengan adanya peraturan yang mewajibkan siswa datang tepat waktu, berpakaian rapi, dilarang memakai antinganting atau aksesoris lain yang berlebihan, ketaatan kepada pimpinan dan lain sebagainya. Siswa juga dilatih untuk bersifat jujur misalnya, mencuri barangbarang teaching factory mengakibatkan siswa yang bersangkutan di kenai sanksi pencabutan mengikuti pelatihan dan dikeluarkan. Selain itu jika siswa terlibat perkelahian di lingkungan teaching factory atau diluar teaching factory (diketahui oleh staff/instruktur) siswa yang bersangkutan dikenai sanksi pencabutan mengikuti pelatihan (dikeluarkan).
g. Sikap professional Dengan adanya pelaksanaan teaching factory, siswa lebih siap untuk terjun ke dunia kerja, karena selama mereka teaching factory dilatih untuk bekerja
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63
secara professional. Ini sesuai dengan peraturan yang berlaku di teaching factory misalnya, datang tepat waktu, pekerjaan harus selesai tepat waktu, siswa harus taat kepada pimpinan, adanya jam minus maksimum, dikenai sanksi jika melakukan pelanggaran. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan informan 6 wawancara pada tanggal 7 juni 2012 yang menyatakan bahwa siswa dituntut bersikap profesional dalam melaksanakan pekerjaan di teaching factory.
3. Kendala-kendala yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Teaching Factory di SMK N 5 Surakarta dan Usaha yang Dilakukan Untuk Mengatasi Kendala-kendala Tersebut. Usaha
yang
dilakukan
SMK
N
5
Surakarta
dalam
rangka
mempersiapkan siswanya untuk berkompetisi di dunia kerja juga mengalami berbagai hambatan, adapun hambatan tersebut di antaranya adalah :
a. Waktu pelaksanaan Dalam pelaksanaan teaching factory membutuhkan waktu yang tidak sedikit, berhasil atau tidaknya pelaksanaan teaching factory juga sangat bergantung pada waktu yang tersedia. Pelaksanaan teaching factory di SMK N 5 Surakarta, waktu pelaksanaannya di gabungkan dengan proses pembelajaran. Sedangkan pelaksanaan teaching factory membutuhkan waktu yang benar-benar maksimal agar saat siswa terjun bisa benar-benar maksimal melaksanakan kegiatan di teaching factory. Kadang-kadang waktu pelaksanaan juga bersamaan dengan kegiatan rapat, pameran, expo. Kegiatan seperti ini yang paling sering menjadi kendala waktu pelaksanaan teaching factory. Usaha yang dilakukan SMK N 5 Surakarta untuk mengatasi hambatan tersebut dengan membentuk tim ahli yang berasal dari siswa itu sendiri. Mulamula guru mengambil dua siswa tiap kelas. Sedangkan di program Teknik Otomotif kelas XII terbagi menjadi tiga kelas, sehingga jumlah awal siswa yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64
melakukan pelatihan perakitan kendaraan roda dua adalah enam orang. Enam siswa tersebut melakukan pelatihan terlebih dahulu dengan tujuan enam siswa ini yang nantinya akan menjadi tim ahli di masing-masing kelas. Secara tidak langsung enam siswa ini adalah siswa yang paling berkompeten di masing-masing kelasnya. Enam orang siswa ini yang akan membimbing teman-teman satu kelasnya saat praktik. Jika ada waktu luang siswa akan belajar mandiri di teaching factory dengan dibimbing oleh tim ahli yang telah dibentuk, siswa akan meminta izin kepada guru dan guru akan memberikan izin dengan catatan dan pengecualian tertentu.
b. Tempat pelaksanaan teaching factory Tempat
pelaksanaan
teaching
factory
adalah
tempat
dimana
berlangsungnya proses pelaksanaan teaching factory yang merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan pelaksanaan teaching factory. Di SMK N 5 Surakarta tempat pelaksanaan teaching factory belum terpisah sepenuhnya dengan tempat pelaksanaan proses belajar mengajar. Masih ada sebagian yang tempatnya menjadi satu dengan proses belajar mengajar, sehingga penggunaan tempatnya bergantian antara proses belajar mengajar dengan pelaksanaan teaching factory. Sedangkan idealnya teaching factory mempunyai tempat khusus atau tersendiri dalam pelaksanaannya, agar proses pelaksanaannya berjalan dengan maksimal. Ruang pelaksanaan teaching factory di SMK N 5 Surakarta masih kurang luas, sehingga dalam pelaksanaannya hanya beberapa siswa saja yang bisa melakukan kegiatan assembling dalam ruangan tersebut, karena tidak bisa menampung siswa satu kelas sekaligus. Hal ini berdampak pada pemborosan waktu yang digunakan dalam pelaksanaan teaching factory.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65
Bengkel Kanzen Mushola
Bengkel Chasis Kelistrikan Otomotif
Bengkel
Bengkel Assembling Bengkel Motor Ruang Guru
Ruang Alat
Gambar 4.1. Denah Bengkel Teknik Otomotif
Usaha yang dilakukan SMK N 5 Surakarta untuk mengatasi hambatan tersebut adalah mengusulkan penambahan tempat untuk pelaksanaan teaching factory. Sehingga tempat antara pelaksanaan teaching factory dengan proses belajar mengajar terpisah dan mampu menampung lebih banyak siswa dalam melaksanakan praktik.
c. Tenaga pengajar Guru adalah pendidik professional dengan tugas utamanya didik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66
Beban mengajar guru di SMK N 5 Surakarta program teknik otomotif masih tinggi, karena memang jumlah guru atau tenaga pengajarnya yang masih sedikit atau masih kurang. Jumlah guru untuk jurusan teknik otomotif di SMK N 5 Surakarta pada tahun ajaran 2011/2012 berjumlah 12 guru. Adapun jumlah teknik otomotif mempunyai 289 siswa yang di bagi menjadi sembilan kelas yaitu, untuk kelas X dibagi menjadi tiga kelas, begitu pula untuk kelas XI dan XII. Sedangkan kompetensi produktif pembelajaran yang harus di sampaikan kepada siswa teknik otomotif
berjumlah
27
kompetensi
pembelajaran.
Sehingga
untuk
mengembangkan teaching factory masih sedikit mengalami kesulitan karena beban mengajar guru yang sangat tinggi. Dengan beban guru untuk mengajar pada proses belajar mengajar yang masih tinggi dan di tambah dengan beban untuk membimbing siswa di teaching factory, hal ini sangat menyulitkan guru untuk mengembangkan teaching factory. Usaha yang dilakukan pihak SMK N 5 surakarta untuk mengatasi hambatan tersebut adalah dengan mengusulkan penambahan Guru, sehingga beban mengajar guru ideal yaitu 24 jam dalam seminggu sesuai dengan yang di syaratkan pemerintah. Sehingga guru mempunyai waktu yang lebih untuk mengembangkan teaching factory.
d. Peran Siswa Peran siswa dalam teaching factory adalah melakukan perakitan kendaraan roda dua maupun roda empat, mulai dari komponen terurai menjadi barang yang siap di pasarkan. Peranan siswa dalam perakitan kendaraan roda dua atau roda empat yang terjadi di SMK N 5 Surakarta belum maksimal, sebagian besar pekerjaan perakitan masih dilakukan oleh guru pembimbing. Peran siswa hanya membantu dalam kegiatan perakitan, sehingga peranan siswa kurang maksimal dan manfaat serta pengalaman yang didapat tidak seperti yang diharapkan. Kompetensi dan pengalaman yang di dapat siswa pun tidak sama karena pekerjaan yang di lakukan setiap siswa tidak sama, hal ini terjadi karena
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67
kurangnya sarana dan prasarana pelaksanaan teaching factory dan kurangnnya persiapan dalam pelaksanaan teaching factory. Usaha yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut yaitu melakukan persiapan pelaksanaan kegiatan perakitan kendaraan roda dua maupun roda empat dengan matang agar pada saat pelaksanaan perakitan berjalan dengan baik yaitu dengan membuat administrasi pembelajaran seperti silabus, program tahunan atau program semester, dan rencana pelaksanaan pembelajaran, sehingga arah dan tujuan pembelajaran perakitan jelas dan terencana dengan baik. selain itu juga mengadakan penambahan sarana dan prasarana teaching factory agar pelaksanaannya berjalan sesuai dengan lancar.
e. Struktur Organisasi Teaching Factory Sebuah kegiatan terlaksana dengan baik karena adanya struktur organisasi yang berjalan dengan baik. Seperti halnya teaching factory, jika struktur organisasi tersusun dan berjalan dengan sebagaimana mestinya maka pelaksanaannya pun akan berjalan dengan baik pula, sehingga sasaran dan tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Struktur organisasi teaching factory di SMK N 5 Surakarta dalam pelaksanaan perakitan kendaraan roda dua maupun roda empat sudah tersusun dengan dengan baik, namun dalam pelaksanaannya belum berjalan sesuai yang diharapkan. Hal ini terjadi karena masih adanya staff yang merangkap tugas dalam pelaksanaan teaching factory yang seharusnya menjadi tugas dari staff yang lain, sebagai contoh ketua masih merangkap tugas dari bendahara atau humas (pemasaran) yang seharusnya sudah menjadi tugas dari orang lain. hal ini mengakibatkan pelaksanaan tidak berjalan dengan maksimal. Usaha untuk mengatasi kendala tersebut adalah dengan menyusun struktur organisasi dengan baik yaitu, memilih pengurus teaching factory yang benar-benar mampu dan bisa melaksanakan tugas yang diberikan dengan baik. Sehingga pada saat pelaksanan kegiatan teaching factory masing-masing
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68
pengurus mampu melaksanakan tugasnya secara maksimal, dan tidak terjadi lagi pengurus yang merangkap tugas yang bukan menjadi kewenangannya.
C. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori Berdasarkan
pada
permasalahan
yang
diteliti
yaitu
tentang
mempersiapkan lulusan SMK N 5 Surakarta memasuki dunia kerja maka dapat dilihat dari pelaksanaan teaching factory yang dilakukan di SMK N 5 Surakarta dalam mempersiapkan siswa untuk berkompetisi di duia kerja. Adapun pelaksanaan teaching factory di SMK N 5 Surakarta melalui tiga tahap yaitu, tahap proses produksi, pemasaran, dan tahap evaluasi. Apalagi hal tersebut telah dapat dikuasai siswa dan hasil yang dicapai sudah maksimal, maka dapat dikatakan siswa tersebut sudah mempunyai kesiapan dalam berkompetisi di dunia kerja. Karena dengan adanya pelaksanaan teaching factory mempunyai banyak manfaat diantaranya, pengetahuan, kemampuan untuk menegerjakan tugas-tugas yang ada di teaching factory dengan baik, kepribadian, pengalaman, disiplin yang tinggi, sikap professional. Akan tetapi pada kenyataannya dalam pelaksanaan teaching factory di SMK N 5 Surakarta masih mengalami beberapa hambatan, sehingga pihak SMK N 5 Surakarta berusaha untuk mengatasi hambatan tersebut dengan berbagai cara agar lulusannya dapat unggul berkompetisi di dunia kerja. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis dan berdasarkan perumusan masalah yang dihubungkan dengan kajian teori, dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut :
1. Pelaksanaan Teacing Factory di SMK N 5 Surakarta
a. Tahap persiapan Teaching Factory Tahap persiapan merupakan tahap tahap awal yang dilakukan SMK N 5 Surkarta untuk mempersiapkan guru dan siswa dalam mempersiapkan siswanya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69
dalam pelaksanaan teaching factory yang dilakukan melalui pelatihan bagi guru dan proses belajar mengajar bagi siswa di sekolah. Proses belajar mengajar merupakan kesatuan kegiatan yang tidak terpisahkan antara siswa yang belajar dengan guru yang mengajar, dan diantara kedua kegiatan ini terjadi interaksi edukatif yang saling menunjang dan melibatkan komponen belajar mengajar yaitu guru, siswa, tujuan, bahan, media, dan evaluasi. PBM yang dilaksanakan di SMK N 5 Surakarta juga sudah melibatkan komponen-komponen tersebut. Hal ini berarti PBM yang dilaksanakan di SMK N 5 Surkarta sudah sesuai dengan pendapat Djago Tarigan yang menyatakan bahwa komponen belajar meliputi : siswa, guru, tujuan, bahan, metode, media, dan evaluasi. Keberhasilan PBM tidak lepas dari peranan guru, untuk itu SMK N 5 Surakarta selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas gurunya baik dengan mengikutsertakan dalam penataran-penataran ataupun dengan pelatihan-pelatihan. Peranan guru dalam PBM di SMK N 5 Surakarta adalah sebagai pendidik, pengajar, pelatih, dan pemberi motivasi kepada siswa agar menjadi tamatan yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Siswa SMK N 5 Surakarta Program Teknik Otomotif dituntut untuk selalu berperan aktif dalam PBM diantaranya dengan adanya diskusi dan tanya jawab. Guru juga harus dapat menentukan tujuan, bahan/materi, metode mengajar, media yang digunakan dan evaluasi yang akan dilaksanakan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam PBM. Penentuan materi yang digunakan dalam PBM harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Penentuan materi PBM di SMK N 5 Surakarta juga selalu disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku dan disinkronkan dengan tuntutan dunia kerja. Penentuan bahan/materi dalam PBM juga berperan pada tujuan PBM, karena dalam menentukan tujuan PBM, guru SMK N 5 Surakarta selalu menyesuaikan dengan materi yang sedang diajarkan. Pelaksanaan PBM di SMK N 5 Surakarta sudah menggunakan metode yang bervariasi dan disesuaikan dengan kondisi siswa serta materi yang disampaikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70
Media yang digunakan dalam PBM harus dapat merangsang dan mempermudah keinginan siswa untuk belajar. Penentuan media yang digunakan PBM di SMK N 5 Surakarta selalu diupayakan untuk dapat mempermudah penyampaian materi pelajaran dan mempermudah siswa dalam belajar, sehingga guru-guru SMK N 5 Surakarta dapat menggunakan media yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Evaluasi yang dilaksanakan di SMK N 5 Surakarta meliputi evaluasi formatif, evaluasi sumatif, dan evaluasi penguasaan kompetensi. Hal tersebut membuktikan bahwa pelaksanaan evaluasi di SMK N 5 Surakarta sesuai dengan kurikulum yang berlaku bagi SMK . dimana evaluasi yang harus dilaksanakan bagi siswa SMK meliputi evaluasi formatif, sumatif, dan penguasaan kompetensi.
1) Proses Produksi Proses produksi atau proses perakitan kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat sudah berjalan dengan baik dan terorganisasi dengan rapi walaupun belum seratus persen seperti layaknya teaching factory yang ideal. Pada proses perakitan kendaraan roda dua sudah berjalan sejak tahun 2009. Siswa SMK N 5 Surakarta telah berhasil merakit sepeda motor Kanzen yaitu, pesona-esemka dan auriga-esemka. Kegiatan perakitan kendaraan roda dua dan roda empat di SMK N 5 Surakarta di masukkan dalam mata pelajaran muatan lokal dan kegiatan praktek kerja industri, namun untuk kegiatan perakitan sepeda motor Kanzen tidak mempunyai jadwal tetap, disebabkan perakitan sepeda motor kanzen dilakukan berdasarkan permintaan dari konsumen atau persediaan sepeda motor yang dihasilkan. Kegiatan proses produksi yang dilaksanakan di SMK N 5 Surakarta pada program teknik otomotif sudah berjalan cukup baik, dilihat dari skema pelaksanaan proses produksinya berjalan seperti layaknya sebuah dunia industri, walaupun tidak seratus persen kondisinya sama. Dengan adanya tata tertib dan peraturan ataupun sanksi yang diberlakukan
commit to user
layaknya sebuah
industri,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71
memberikan gambaran dan pengalaman dunia kerja atau dunia industri kepada siswa.
2) Proses Pemasaran atau Hasil Produksi Pembelajaran teaching factory merupakan pembelajaran keahlian yang dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar bekerja yang sesungguhnya untuk menghasilkan barang atau jasa yang sesuai dengan tuntutan pasar atau konsumen. Dengan kata lain barang yang diproduksi dapat berupa hasil produksi yang dapat dijual atau yang dapat digunakan oleh masyarakat, sekolah atau konsumen. Pada proses pemasaran barang yang dihasilkan dalam hal ini adalah sepeda motor Kanzen tidak bisa langsung dipasarkan, tapi masih harus melalui beberapa pengujian. Ini dilakukan untuk mengetahui kualitas dan kelayakan barang hasil produksi. Pengujian kualitas atau kelayakan sepeda motor Kanzen yang dilakukan di SMK N 5 Surakarta, yang pertama dilakukan oleh guru SMK N 5 Surakarta. Dan yang kedua dilakukan oleh konsultan dari pihak Kanzen. Hal ini dilakukan agar barang hasil produksi benar-benar layak untuk dipasarkan dan memenuhi standar mutu yang ditentukan. Dalam proses pemasaran hasil produksi yang terjadi di SMK N 5 Surakarta pada program teknik otomotif masih sepenuhnya dipegang oleh guru. Hal ini dilakukan karena belum adanya susunan organisasi yang terstruktur dengan baik. Sehingga siswa tidak banyak terlibat dalam kegiatan pemasaran hasil produksi.
3) Evaluasi dan penilaian Evaluasi pada dasarnya proses untuk menentukan sejauh mana tujuan tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa. Proses evaluasi dilaksanakan setelah perakitan selesai dilakukan. Evaluasi di sini tidak hanya untuk siswa tetapi kepada semua yang terlibat dalam kegiatan teaching factory yaitu guru ataupun ketua program. Dengan adanya evaluasi tersebut dapat diketahui sejauh mana
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72
keberhasilan dan perkembangan kegiatan teaching factory yang dilaksanakan di SMK N 5 Surakarta dan menjadi tolak ukur untuk pelaksanaan ke depannya nanti. Sedangkan evaluasi yang dilakukan untuk siswa, seperti evaluasi yang biasa dilakukan pada mata pelajaran praktek yang dilaksanakan di SMK N 5 Surakarta pada program teknik otomotif. Penilaian yang diberikan kepada siswa adalah penilaian dalam bentuk lembar penilaian kompetensi yang harus di isi setelah pekerjaan dan standar kompetensi atau keahlian selesai. Aspek-aspek yang dinilai adalah sikap kerja, pengetahuan, dan keterampilan. Dan hasil penilaian akan dicatat dalam buku rapor, karena kegiatan perakitan sepeda motor Kanzen masuk dalam mata pelajaran muatan lokal.
2. Konstribusi Pelaksanaan Teaching Factory dalam Mempersiapkan Lulusan Memasuki Dunia Kerja Siswa SMK N 5 Surakarta Berdasarkan data yang ada di lapangan, kontribusi pelaksanaan teaching factory meliputi : menambah pengetahuan siswa secara langsung tentang pekerjaan-pekerjaan
di
DUDI,
menambah
kemampuan
siswa
dalam
menyelesaikan tugas-tugas mereka mereka, berkepribadian baik, minat dan kesukaan dalam menghadapi tugas yang diberikan, menambah pengalaman siswa mengenai lingkungan kerja, menambah disiplin siswa, dan menumbuhkan sikap professional dalam melaksanakan berbagai pekerjaan yang diberikan. Hal ini berarti kontribusi pelaksanaan teaching factory yang dilaksanakan di SMK N 5 Surakarta sudah sesuai dengan pendapat randall S.Schuller dan Susan E. Jackson yang menyatakan bahwa kategori utama perusahaan dalam memilih karyawan yang akan bekerja di perusahaan, yaitu : pengetahuan, kemampuan, kepribadian, minat dan kesukaan, pengalaman, sikap professional.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73
3. Kendala-kendala Yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Teaching Factory di SMK N 5 Surakarta dan Usaha yang Dilakukan Untuk Mengatasi Kendala Tersebut Berdasarkan data yang ada di lapangan, hambatan yang dihadapi SMK N 5 Surakarta dalam mempersiapkan siswa didiknya agar siap berkompetisi di dunia kerja meliputi : waktu pelaksanaan teaching factory, tempat pelaksanaan teaching factory, jumlah guru, kurangnya peranan siswa, struktur organisasi teaching factory yang belum berjalan dengan baik. Pada dasarnya hambatan yang dialami SMK N 5 Surakarta untuk mempersiapkan siswa memasuki dunia kerja tersebut terkait dengan pelaksanaan teaching factory. Adapun usaha yang dilakukan SMK N 5 Surakarta untuk mengatasi hambatan tersebut antara lain : memanfaatkan waktu luang siswa untuk melaksanakan kegiatan teaching factory dengan mandiri yang di awasi dan dibimbing oleh tim ahli yang telah dibentuk dari siswa itu sendiri, mengusulkan penambahan tempat untuk pelaksanaan teaching factory agar terpisah dengan kegiatan pelaksanaan proses belajar mengajar, mengusulkan penambahan Guru agar beban mengajar guru ideal sesuai yang disyaratkan pemerintah, melakukan persiapan pelaksanaan teaching factory dengan matang, memilih pengurus teaching factory yang benar-benar mampu dan bisa melaksanakan tugas atau kewenangan yang diberikan dengan baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. SIMPULAN Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun kesimpulan yang dapat ditarik peneliti ini adalah sebagai berikut : 1. Pelaksanaan Teaching Factory di SMK N 5 Surakarta a. Persiapan Pelaksanaan Teaching Factory Tahap persiapan teaching factory di SMK N 5 Surakarta dilaksanakan dalam upaya untuk mempersiapkan siswa agar siap terjun ke teaching factory. Selain itu persiapan teaching factory dilaksanakan agar pelaksanaan berjalan dengan lancar sesuai yang diharapkan. b. Proses Produksi Pada tahap proses produksi siswa peserta teaching factory telah melakukan proses produksi yaitu perakitan kendaraan roda dua sepeda motor Kanzen. Disini siswa melaksanakan tugasnya yaitu sebagai mekanik merakit sepeda motor Kanzen sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan dengan dibimbing guru. c. Proses Pemasaran atau Hasil Produksi Pada proses pemasaran siswa tidak banyak terlibat. Hanya sesekali siswa diikutkan dalam uji kualitas barang hasil produksi. Sedangkan untuk proses pemasarannya sendiri sepenuhnya dikelola oleh guru dan staff SMK N 5 Surakarta program teknik otomotif. Hal ini di karenakan struktur organisasi yang tidak berjalan dengan semestinya. d. Evaluasi dan penilaian Evaluasi teaching factory di SMK N 5 Surakarta untuk barang hasil produksi yaitu perakitan sepeda motor Kanzen dilakukan oleh pihak konsultan Kanzen. Sedangkan untuk evaluasi dan penilaian siswa dilakukan oleh guru pembimbing. Aspek yang dinilai adalah sikap kerja, pengetahuan dan
commit to user 74
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75
keterampilan. Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan siswa maupun guru yang terlibat dalam pelaksanakan teaching factory. 2. Konstribusi Pelaksanaan Teaching Factory dalam Mempersiapkan Lulusan Memasuki Dunia Kerja Siswa SMK N 5 Surakarta. a. Pengatahuan Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang didapat siswa selama melaksanakan teaching factory perakitan kendaraan roda dua yaitu sepeda motor Kanzen. Dengan melaksanakan pekerjaan di teaching factory yang disesuaikan dengan kondisi dunia kerja yang sesungguhnya. b. Kemampuan Kemampuan merupakan kapasitas atau kesanggupan peserta teaching factory dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Dengan adanya teaching factory membuktikan bahwa siswa SMK N 5 Surakarta mampu untuk melaksanakan pekerjaan perakitan kendaraan roda dua. c. Kepribadian Kepribadian merupakan karakteristik seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya. Dengan adanya pelaksanaan teaching factory, maka terbentuklah kepribadian siswa untuk bekerja secara berhati-hati, teliti dan jujur. d. Minat dan Kesukaan Minat dan kesukaan tercermin dari perilaku seseorang atas pekerjaan yang harus dilaksanakan. Seseorang akan lebih puas dan senang melaksanakan pekerjaan jika pekerjaan tersebut sesuai dengan minat dan kesukaannya. Minat dan kesukaan dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan jenis pekerjaan yang cocok bagi seorang calon tenaga kerja. e. Pengalaman Pengalaman merupakan pengetahuan yang diperoleh seseorang karena mengalami suatu kegiatan. Bagi lulusan SMK N 5 Surakarta pengalaman dapat diperoleh melalui teaching factory perakitan kendaraan roda dua.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76
f. Disiplin Dengan adanya tata tertib yang berlaku di teaching factory, peserta teaching factory harus mematuhi peraturan yang berlaku. Dengan adanya peraturan yang berlaku tersebut dengan sendirinya dapat membentuk kedisiplinan siswa. g. Sikap Professional Sikap professional merupakan sikap yang mampu melakukan pekerjaan dengan keahlian dan keterampilan yang dimilikinya serta memiliki komitmen pribadi yang mendalam atas pekerjaannya tersebut. Dengan adanya teaching factory ini, dapat menumbuhkan sikap siswa SMK N 5 Surakarta untuk lebih loyal dan taat dalam melaksanakan tugas-tugas di teaching factory. 3. Kendala-kendala yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Teaching Factory di SMK N 5 Surakarta dan Usaha-usaha yang Dilakukan untuk Mengatasi Kendala –kendala Tersebut. a. Waktu Pelaksanaan Minimnya waktu yang tersedia untuk melaksanakan teaching factory, mengakibatkan pelaksanaan kegiatan teaching factory yaitu perakitan kendaraan roda dua tidak berjalan secara maksimal. Sehingga membuat guru kesulitan untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran sesuai yang direncanakan. Adapun usaha yang dilakukan untuk mengatasi hambatan ini adalah dengan membentuk tim ahli yang di ambil dari siswa sendiri untuk membimbing teman-temannya jika ada waktu luang, atau jika guru pembimbing tidak bisa hadir karena ada halangan. b. Tempat Pelaksanaan Teaching Factory Belum adanya tempat teaching factory khusus atau terpisah dari kegiatan proses belajar mengajar. Usaha untuk mengatasi hambatan ini adalah ketua program teknik otomotif mengusulkan untuk penambahan tempat teaching factory sehingga kegiatan teaching factory terpisah dari proses belajar mengajar. c. Tenaga Pengajar Kurangnya tenaga pengajar menyebabkan beban mengajar guru sangat tinggi, sehingga guru pembimbing dan staff yang terlibat hanya memiliki sedikit waktu untuk mengelola dan mengembangkan teaching factory. Usaha untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77
mengatasi hambatan ini adalah dengan mengusulkan penambahan tenaga pengajar di program teknik otomotif. d. Peran siswa Peranan siswa yang kurang maksimal dalam pelaksanaan perakitan kendaraan roda dua maupun roda empat mengakibatkan hasil dari pelaksanaan teaching factory hasilnya belum sesuai dengan tjuan yang diinginkan. Usaha untuk mengatasi hambatan ini adalah dengan melakukan persiapan pelaksanaan teaching factory dengan sebaik-baiknya serta melengkapi sarana dan prasarana pelaksanaan teaching factory. e. Struktur Organisasi Kurang maksimalnya peranan struktur organisasi dalam pelaksanaan teaching factory mengakibatkan administrasi pelaksanaan teaching factory tidak berjalan secara maksimal. Usaha untuk mengatasi hambatan ini adalah dengan memilih pengurus yang benar-benar mampu dan bisa melaksanakan tugasnya secara maksimal.
B. IMPLIKASI Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dan kesimpulan tentang kontribusi pelaksanaan teaching factory dalam mempersiapkan lulusan memasuki dunia kerja siswa SMK N 5 Surakarta dapat dikemukakan implikasi sebagai berikut : 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan teaching factory di SMK N 5 Surakarta dalam mempersiapkan lulusan siswa memasuki dunia kerja adalah dilakukannya dengan berbagai tahap antara lain : tahap persiapan, tahap produksi, tahap pemasaran dan tahap evaluasi. Dengan dilakukannya berbagai tahap ini membuktikan bahwa siswa SMK N 5 Surakarta sudah mempunyai pengalaman dan kemampuan merakit kendaraan sepeda motor seperti yang dilakukan di DUDI. Dengan dilaksanakannya teaching factory merupakan nilai tambah bagi siswa yang dapat meningkatkan kesiapan dan kelulusan SMK N 5 Surakarta untuk memasuki dunia kerja, sehingga masyarakat akan lebih percaya menyekolahkan anaknnya di SMK N 5 Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78
2. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dan ide-ide baru yang dapat digunakan sebagai pembaruan dunia kerja agar dapat meningkatkan peranannya dalam dunia pendidikan dalam rangka menciptakan lulusan yang berkualitas dan sesuai dengan tuntutan dunia kerja. 3. Hasil penelitian ini dapat membuktikan kepada masyarakat bahwa lulusan SMK N 5 Surakarta disamping mempunyai pengetahuan dan keterampilan tentang merakit kendaraan roda dua juga mempunyai pengalaman bekerja yang dapat digunakan sebagai bekal untuk berkompetisi di dunia kerja, sehingga para lulusan tersebut dapat menjadi sumber daya manusia yang unggul dan sanggup bersaing dengan para lulusan yang lain dalam berkompetisi di dunia kerja sebagai tenaga kerja tingkat menengah. Dengan demikian dunia kerja tidak perlu meragukan kemampuan lulusan SMK N 5 Surakarta program teknik otomotif.
C. SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh di lapangan ada beberapa saran dan masukan sebagai berikut : 1. Dalam melaksanakan teaching factory pihak sekolah sebaiknya membuat struktur pengelola teaching factory yang bisa bekerja dengan maksimal. 2. Dalam pelaksanaan perakitan setiap siswa mendapatkan pengalaman dan kompetensi yang sama. 3. Sekolah SMK N 5 Surakarta diharapkan menambah tenaga pengajar di program teknik otomotif dan menambah ruang pelaksanaan teaching factory. 4. Perencanaan waktu pelaksanaan teaching factory lebih teliti, agar tidak terjadi berbenturan dengan kegiatan sekolah lainnya. 5. Dalam pelaksanaan perakitan peranan siswa lebih di maksimalkan. 6. Untuk SMK lain pelaksanaan teaching factory dapat memberikan masukan dan ide-ide dalam mempersiapkan siswanya memasuki dunia kerja.
commit to user