PENGARUH POLA PERGAULAN TERHADAP INTENSITAS BELAJAR SISWA DI MTSN SALATIGA 2011/2012
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh :
Muhammad Robitul Fa’la NIM : 11106092
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2012
ABSTRAK Fa’la, M. Robitul. 2012. Pengaruh Pola Pergaulan Siswa Terhadap Intensitas Belajar Siswa (Studi Kasus di Mts n Salatiga 2011/2012). Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing. Dr. H. M. Zulfa M, M. Ag Kata kunci : Pola pergaulan, intensitas belajar siswa. Perkembangan zaman seolah menuntun manusia untuk mengikutinya, karena itu banyak sekali orang yang terjerumus akan perkembangan itu. Bahkan dunia pendidikan yang mereka anggap bisa menjadi wadah untuk membawa dunia pergaulan positif seakan berubah menjadi ajang perkenalan sesama jenis hingga lain jenis untuk dilanjutkan kepada pergaulan yang kurang positif. Suasana tersebut sudah tidak bisa disalahka juga, karena itu semua tidak jauh karena lingkungan keluarga yang lebih percaya lingkungan pendidikan lebih bisa merubah anak mereka daripada dengan kasih sayang mereka. Padahal sebenarnya sudah banyak diketahui pergaulan yang kurang kontrol dari lingkungan keluarga bisa mengakibatkan sesuatu hal yang tidak diinginkan terjadi pada anak. Kebiasaan nongkrong, ngobrol hal yang tidak jelas, bahkan sampai pergaulan bebas mengarahkan mental anak menjadi rusak. Keadaan itu sudah pasti akan menggiring pada kurangnya perhatian mereka dalam dunia pendidikan. Dan apa yang terjadi, intensitas belajar merka akan turun. Namun berbeda apabila mereka mendapat perhatian lebih dari lingkungan keluarga yang mempunyai pengaruh besar pada mental mereka. Logikanya mental anak akan terbangun dengan baik, intensitas belajar mereka bahkan akan menjadi lebih semangat. Hasilnya sudah bisa ditebak, 90% pasti pola pergaulan tersebut membawa prestasi bagus pada mereka. Karena terdapat motivasi secara langsung maupun tidak langsung terhadap perkembangan mereka.
KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar No. 02 telp. (0298)323706 Fax (0298) 323433 Web site : www.stainsalatiga.ac.id Email :
[email protected]
DEKLARASI ﺑﺴﻢ ﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﯿﻢ Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan. Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggung jawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqosah skripsi. Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, 06 Januari 2012 Penulis,
M. Robitul Fa’la NIM : 111 06 092
KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar No. 02 telp. (0298)323706 Fax (0298) 323433 Web site : www.stainsalatiga.ac.id Email :
[email protected]
Dr. H. M. Zulfa M, M. Ag DOSEN STAIN SALATIGA NOTA PEMBIMBING Lamp : 3 eksemplar Hal
: Naskah skripsi Saudara M. ROBITUL FA’LA Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga di Salatiga Assalamu'alaikum. Wr. Wb. Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara: Nama
: M. ROBITUL FA’LA
NIM
: 111 06 092
Jurusan / Progdi : Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam Judul
: PENGARUH
POLA
PERGAULAN
TERHADAP
INTENSITAS BELAJAR SISWA DI MTS N SALATIGA 2011/2012
Dengan ini kami mohon skripsi Saudara tersebut di atas supaya segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian. Wassalamu'alaikum, wr, wb
Salatiga, 06 Januari 2012 Pembimbing
Dr. H. M. Zulfa M, M. Ag NIP. 19520430 197703 1 001
iii
MOTTO
“Tiada kata jerah dalam perjuangan” “Apa pun tugas hidup anda, lakukan dengan baik. Seseorang semestinya melakukan pekerjaannya sedemikian baik sehingga mereka yang masih hidup, yang sudah mati, dan yang belum lahir tidak mampu melakukannya lebih baik lagi.”
“Berani gagal itu kunci awal menuju pintu kesuksesan” “Keluarkan keringatmu sebanyak mungkin untuk cita-cita Mu kelak dihari esok”
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada : √ Bapak / Ibu tercinta yang telah memberikan bimbingan baik moral dan spiritual hingga terselesaikannya skripsi ini. √ Semua keluarga yeng telah memberikan
dorongan
dan
semangat. √ Tercinta dan terkasih istriku Heny Herawati, kaulah yang telah membuat hidupku berarti. √ My Best Friend, yang telah banyak
membantu
hingga
terselesaikannya skripsi ini.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang tak terhingga penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiq-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada kekasih pilihan Allah, Nabi Agung Muhammad
SAW yang telah membawa
agama kebenaran dan keadilan yaitu agama Islam kepada umatnya. Laporan skripsi ini disusun untuk memenuhi kewajiban dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam ilmu Tarbiyah. Adapun judul skripsi ini adalah “PENGARUH POLA PERGAULAN TERHADAP INTENSITAS BELAJAR SISWA (Studi Kasus Siswa Mts N Salatiga 2011 / 2012). Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik secara moril atau matriil. Untuk itu penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga. 2. Dra. Siti Asdiqoh, M. Si selaku Ketua Progdi PAI STAIN Salatiga yang telah merestui penulisan skripsi ini. 3. Dr. H. M. Zulfa M, M. Ag selaku pembimbing yang telah mengarahkan dan memberi petunjuk dalam penulisan skripsi ini. 4. Dra. Hj. Zayinatun, M. Pd selaku Kepala Sekolah Mts Negeri Salatiga yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian. 5. Semua teman-teman PAI Angkatan 2006, khususnya sahabat-sahabat ku yang terus memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini. 6. Semua teman-teman SSC (Stain Sport Club). 7. Tim Perpustakaan, terimakasih atas pelayanannya. 8. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Dalam laporan ini, sudah barang tentu masih banyak kekurangankekurangannya. Untuk itu penulis berharap adanya saran dan kritik dari berbagai pihak guna perbaikan dalam penulisan mendatang. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya demi vii
kemajuan ilmu pengetahuan di era mendatang. Amin………amin……… Ya Rabbal ‘Alamiin.
Salatiga, …… Penulis
M. ROBITUL FA’LA NIM : 111 06 092
viii
DAFTAR ISI halaman HALAMAN JUDUL ...................................................................................
i
DEKLARASI .............................................................................................
ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ...........................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................
iv
HALAMAN MOTTO .................................................................................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................
vi
KATA PENGANTAR ................................................................................
vii
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................
ix
DAFTAR ISI ...............................................................................................
x
DAFTAR TABEL .......................................................................................
xii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................
1
B. Rumusan Masalah ..................................................................
5
C. Tujuan Penelitian....................................................................
5
D. Hipotesis Penelitian ................................................................
5
E. Manfaat Penelitian…………………………………………….
6
F. Variabel Penelitian…………………………………………….
8
G. Definisi Operasional ..............................................................
8
H. Metode Penelitian ..................................................................
12
I. Sistematika Penulisan Skripsi ................................................
21
LANDASAN TEORI A. Pola Pergaulan Siswa ............................................................. ix
23
B. Intensitas Belajar Siswa .........................................................
35
C. Pengaruh Pola Pergaulan Terhadap Intensitas Belajar Siswa ..
59
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Keadaan Umum Mts Negeri Salatiga .....................................
65
B. Data Sarana dan Prasarana……………………………………
68
C. Keadaan Responden ...............................................................
70
BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Pertama ....................................................................
75
B. Analisis Kedua ......................................................................
79
C. Analisis Ketiga .......................................................................
82
D. Interpretasi Data ....................................................................
86
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...........................................................................
87
B. Saran .....................................................................................
88
C. Penutup .................................................................................
89
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
xii
LAMPIRAN-LAMPIRAN..............................................................................
xiii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
x
DAFTAR TABEL
TABEL I
VARIABEL PENELITIAN DAN ALAT PENGUMPULAN DATA ...................................................................................
17
TABEL II
PENYUSUNAN ANGKET ...................................................
18
TABEL III
DAFTAR GURU DAN KARYAWAN MTs NEGERI SALATIGA 2011/2012 .........................................................
67
TABEL IV
KEADAAN SISWA MTs NEGERI SALATIGA 2011/2012 .
69
TABEL V
KEADAAN RUANG DAN GEDUNG ...................................
69
TABEL VI
DATA RESPONDEN ............................................................
71
TABEL VII
JAWABAN
RESPONDEN
DARI
ANGKET
POLA
PERGAULAN SISWA...........................................................
72
TABEL VIII JAWABAN RESPONDEN DARI ANGKET INTENSITAS BELAJAR SISWA .................................................................
74
TABEL IX
JAWABAN ANGKET POLA PERGAULAN ........................
76
TABEL X
INTERVAL POLA PERGAULAN SISWA............................
78
TABEL XI
PROSENTASE POLA PERGAULAN SISWA.......................
78
TABEL XII
DATA INTENSITAS BELAJAR SISWA ..............................
79
TABEL XIII INTERVAL INTENSITAS BELAJAR SISWA .....................
81
TABEL XIV PROSENTASE
TINGKAT
INTENSITAS
BELAJAR
SISWA ................................................................................... TABEL XV
PENGARUH PERGAULAN TERHADAP INTENSITAS BELAJAR SISWA .................................................................
TABEL XV
81
TABEL
KERJA
KORELASI
PRODUCT
POLA
MOMENT
PERGAULAN
KOEFISIEN TERHADAP
INTENSITAS BELAJAR SISWA……………………………
xi
82
84
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: M. Robitul Fa’la
Tempat / Tgl. Lahir
: Kab. Semarang, 19 Januari 1988
Alamat
: Dsn. Singojayan Rt 01/02, Tingkir Tengah Salatiga
Jurusan / Progdi
: Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam
Pendidikan
: - SD Tingkir Tengah lulus tahun 2000 - SLTP Negeri 6 Salatiga lulus tahun 2003 - SMU Negeri 3 Salatiga lulus tahun 2006
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 06 Januari 2012 Penulis
M. Robitul Fa’la NIM : 111 06 092
xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman dari masa ke masa telah melahirkan banyak sekali teknologi super canggih yang sudah tersebar kesegala arah melalui berbagai media sebagai penghubung informasi perkembangan kemajuan tersebut. Namun kecanggihan atau kemajuan itu memunculkan hal-hal baru dari pola tingkah dan ragam pemikiran manusia. Kebanyakan dari manusia yang hidup dalam masa kecanggihan ini memanfaatkan hal tersebut untuk meraup materi sebanyak-banyaknya dengan tidak mengindahkan nilai-nilai ajaran agama. Dijelaskan dalam Alquran Allah SWT berfirman QS. Al-Hijr (15) 3:
Artinya: “Biarkanlah mereka (di dunia ini) Makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), Maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka)”.(Qs. Al- Hijr 15:3)
1
Abu Al-Ghifari berpendapat pula bahwa akibat dari itu semua muncul modemode yang cenderung menempatkan manusia pada nilai terendah yaitu setara dengan binatang (Al-Ghifari, 2003:5). Sementara itu esensi ajaran Islam adalah untuk membedakan manusia dari perangai yang baik dan perangai yang buruk, perangai yang baik karena bisikan malaikat, sedangkan perangai yang buruk dipengaruhi oleh bisikan setan. Kesadaran untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan
berlangsung seumur hidup yang dilaksanakan di dalam
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Sesuatu hal realitas yang bisa jadi tolak ukur adalah lembaga pendidikan pasti mengharapkan tercapainya tujuan pendidikan yang mana dapat membantu terwujudnya tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional adalah untuk membentuk kepribadian dan kemampuan anak. Untuk mencapai hal tersebut dapat melalui pendidikan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Karena itu, kebanyakan orang salah dalam berpendapat bahwa faktor pokok yang besar dalam mempengaruhi keberhasilan anak adalah dari sekolah, padahal kalau mau berfikir jernih dan obyektif, lingkungan masyarakat, teman bergaul, orang tua dan keluarga sangat besar pengaruhnya dalam keberhasilan belajar
anak mereka. Sehingga tidak muncul lagi
penilaian masyarakat terhadap lembaga pendidikan sebagai faktor utama yang berpengaruh menjadikan pola tingkah pergaulan dan kecerdasan akademis siswa. Sebab keberhasilan suatu lembaga pendidikan tidak hanya tergantung pada lembaga itu sendiri, melainkan peranan penting bagi keberhasilan anak 2
didalam menuntut ilmu bisa muncul dari kemampuan atau IQ anak, lingkungan tempat tinggal, keluarga, dan arahan orang tua. Keluarga, sekolah dan masyarakat merupakan pusat pendidikan, namun keluarga yang memberi pengaruh pertama kali, dan pusat pendidikan yang paling berpengaruh kepada pribadi masing-masing siswa. Seperti yang diterangkan dalam hadits sebagai berikut:
ْ َِﻣﺎ ِﻣ ْﻦ َﻣﻮْ ﻟُﻮْ ٍد اِ ٌﻻﯾُﻮْ ﻟَ ُﺪ َﻋﻠ َﻰ ْاﻟﻔ (ﺼ َﺮاﻧِﮫ اَوْ ﯾُ َﻤ ِﺠ َﺴﺎ ﻧِﮫ )رواه اﻟﺒﺨﺎر ِ َﻄ َﺮ ِة ﻓَﺎَ ﺑَ َﻮاهُ ﯾُﮭَ ِﻮ َدا ﻧِﮫ اَوْ ﯾُﻨ Artinya :“ setiap bayi tidaklah dilahirkan melainkan dalam keadaan fitrah (suci). Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi”(H.R. Bukhari, Terjemah hadis Shohih Muslim, Jilid 3-4, 1984: 243).
ُ َﺣ (ﺿ َﻌﮫُ َوﯾ ُﺤْ ِﺴﻦَ اَ َد ﺑَﮫ ُ ) روه اﻟﺒﯿﮭﻘﻰ ِ ْﻖ ْاﻟ َﻮﻟَ ِﺪ َﻋﻠ َﻰ َواﻟِ ِﺪه اَ ْن ﯾُﺤْ ِﺴﻦَ اِ ْﺳ َﻤﮫ ُ َوﯾُﺤْ ِﺴﻦَ َﻣﻮ Artinya: “Hak anak terhadap orang tua adalah agar orang tuanya membaguskan
namanya,
memperindah
tempatnya,
dan
memperbaiki pendidikannya” (H.R. Baihaqi, Makarimul akhlaq, hal. 443). Dari hadits diatas jelas sudah bahwa suasana dari lingkungan keluarga berpengaruh
besar
dalam
pembentukan
pola
pergaulan
dan
bisa
membangkitkan sebuah motivasi atau intensitas dalam meningkatkan intensitas akademis siswa.
3
Siswa dengan lingkungan keluarga yang tidak harmonis, masalah pergaulan anak kurang mendapat perhatian dari orang tua, dapat menyebabkan kemungkinan dari mereka ada yang terjerumus dalam lingkungan pergaulan yang kurang tepat. Siswa yang hidup dalam keluarga kacau tidak harmonis tersebut, biasanya akan kurang mendapat perhatian dan kasih sayang dari orang tua. Selanjutnya mudah hanyut dalam pergaulan lingkungannya. Jika lingkungan yang merupakan tempat bergabung dan teman sepergaulan tersebut itu jelek maka pengaruh jelek akan mempengaruhinya, seperti kurangnya adab dan sopan santun, malas belajar, suka minum-minuman keras dan menjadi pengguna narkoba yang berdampak jelek pada kelangsungan intensitas bahkan masa depan siswa Namun berbeda dengan keadaan keluarga yang harmonis, pergaulan anak akan lebih banyak diperhatikan, sehingga kemungkinan besar pola pergaulan sehat yang dijalani oleh anak. Situasi tersebut akan langsung berdampak positif pada kelangsungan intensitas belajar siswa dalam sekolahan yang secara tidak langsung mendapatkan motivasi dari keluarga dan lingkungan yang sehat. Dari penjelasan latar belakang di atas, maka penulis menulis judul dalam
penelitian
ini
yaitu:
”PENGARUH
POLA
PERGAULAN
TERHADAP INTENSITAS BELAJAR SISWA DI MTSN SALATIGA 2011/2012”.
4
B. Rumusan Masalah Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana ragam pola pergaulan siswa MTs N Salatiga. 2. Bagaimana intensitas belajar siswa di MTs N Salatiga. 3. Adakah pola pergaulan siswa berpengaruh terhadap intensitas belajar siswa MTs N salatiga. C. Tujuan Penelitian Sesuai rumusan masalah di atas, penelitian ini memiliki tujuan untuk: 1. Mengetahui ragam pola pergaulan siswa MTs N Salatiga. 2. Mengetahui tingkat intensitas belajar siswa di MTs N Salatiga. 3. Mengetahui pengaruh pola pergaulan siswa terhadap intensitas belajar siswa MTs N salatiga. D. Hipotesis Penelitian Menurut Suharsimi (1987:67), “Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul”. Berdasarkan penelitian di atas, maka yang menjadi Hipotesis dalam penelitian ini adalah: “pola pergaulan siswa berpengaruh terhadap intensitas belajar siswa MTs N Salatiga”. 5
E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi yang jelas tentang ada tidaknya pengaruh pergaulan siswa terhadap intensitas siswa. Dari informasi tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis maupun secara teoritik, yaitu: 1. Manfaat Teoritis Melalui penelitian ini, Peneliti kemudian dapat mengetahui seberapa besar pengaruh pola pergaulan siswa terhadap intensitas siswa MTs N Salatiga. 2. Manfaat Praktis a. Manfaat Bagi Peneliti Melalui
penelitian ini,
penulis mulai mengerti begitu
pentingnya lingkungan dan pola pergaulan siswa untuk menentuakan maju mundurnya intensitas bahkan sampai masa depan siswa, sehingga perlu ada upaya lebih bagi pihak-pihak yang mempunyai hubungan dengan siswa membuat jalan, kasih sayang atau perhatian guna meningkatkan motivasi atau intensitas siswa agar dapat berhasil dalam intensitas dan setiap jalan yang siswa langkahkan kapanpun dan dimanapun itu.
6
b. Manfaat Bagi Sekolahan Dengan hasil penelitian ini, isi dari permasalahan penelitian dapat digunakan sebagai data dasar untuk menentukan pengembangan sekolah di masa mendatang. Menyadarkan semua pihak sekolah (langsung/tidak langsung) bahwa suasana dan pola pergaulan siswa dimana segala pengaruh baik buruk ada didalamnya, perlu dapat perhatian penting. Melihat hal tersebut mempunyai hubungan dengan manfaat dan tujuan pendidikan yaitu untuk melahirkan insan yang berakhlak karimah dan intelektual tinggi. c. Manfaat Bagi Guru dan Keluarga Hasil tulisan ini dapat dijadikan sebuah pacuan atau motivasi terutama bagi keluarga serta dukungan pula dari guru untuk lebih mengembangkan kreatifitasnya dalam upaya mencerdaskan anak bangsa dan mendidik mereka menuju akhlak yang mahmudah melalui ajaran pergaulan yang baik dan benar. d. Manfaat Bagi Masyarakat Penelitian ini bisa menjadi penggugah kesadaran masyarakat dan menjadi sebuah perhatian besar bahwa pola pergaulan siswa dari lingkungan masyarakat mempunyai andil besar pula dalam membentuk jiwa siswa yang baik atau buruk yang dapat berpengaruh dalam intensitas akdemis mereka dalam pencarian ilmu. 7
F. Variabel Penelitian Ada dua variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah: Pola pergaulan siswa, diberi symbol X. Kemudian variabel terikat dalam penelitian ini adalah intensitas belajar siswa MTs N Salatiga, yang selanjutnya diberi simbol Y. G. Definisi Operasional Judul penelitian kuantitatif ini adalah Pengaruh Pola Pergaulan Siswa terhadap Intensitas Belajar Siswa MTs N Salatiga tahun 2011-2012. Supaya tidak terjadi sebuah kekeliruan dalam pengertian dan penafsiran terhadap judul skripsi penelitian ini, dibawah penulis cantumkan penjelasan dari beberapa istilah judul tersebut, yaitu: 1. Pola Pergaulan Siswa Dari pengertian Kamus Umum Bahasa Indonesia bahwa: “pergaulan adalah 1. perihal bergaul; 2. kehidupan masyarakat” (emzul dan aprelia, 2007:339). Dan pengertian siswa menurut hamalik (1995:7) adalah, “anggota masyarakat yang disiapkan untuk menjadi anggota masyarakat yang lebih baik”. Dalam kontek pembahasan penelitian ini pergaulan siswa adalah sebuah komunikasi yang positif atau negatif antara individu dengan yang lain dimanapun tempatnya. Pergaulan yang dimaksud bisa mempengaruhi
8
keadaan perilaku dan jiwa seseorang terutama siswa yang dijadikan sebagai penelitian. Dari pengertian diatas, peneliti menarik sebuah indikator dalam pergaulan siswa yaitu perihal bergaul siswa dalam lingkungan pergaulan positif dan negatif. Perihal bergaul siswa dalam lingkungan pergaulan positif atau dengan kata lain yang membawa perubahan baik bagi mereka para remaja yang bergaul, biasanya diwujudkan melalui : a. Kenyamanan siswa dalam melakukan kegiatan belajar bersama. b. Siswa merasakan ketentraman bergaul di lingkungan sekolah dan masyarakat. c. Siswa tidak mengalami konflik dengan guru atau siswa yang lain. d. Siswa dapat merasakan kematangan yang diraih dalam proses belajar mengajar. Pendek kata pergaulan positif merupakan pergaulan yang membawa perubahan positif bagi diri sendiri maupun sekitar. Berbeda dengan indikator perihal bergaul siswa dalam lingkungan pergaulan negatif, ini membawa akibat buruk bagi diri remaja. Pergaulan negatif tercermin dari sikap remaja yang diluar tata aturan seperti: a. Siswa merasa kurang nyaman dalam proses belajar mengajar. 9
b. Suasana gaduh yang sering dirasakan siswa. c. Sering terjadi konflik dalam lingkungan siswa. d. Kurangnya siswa menerima pelajaran. Melalui media televisi, radio, koran, dan lainnya, hal-hal tersebut sudah tidak asing untuk dijumpai, dengan kata lain sudah banyak menimpa remaja kita. 2. Intensitas Belajar Kata intensitas berasal dari Bahasa Inggris yaitu intense yang berarti semangat, giat (John M. Echols, 1993: 326). Sedangkan menutrut Nurkholif Hazim (t.t: 191), bahwa: “Intensitas adalah kebulatan tenaga yang dikerahkan untuk suatu usaha”. Kamus Besar Bahasa Indonesia terdapat keterangan bahwa: “Intensitas adalah keadaan, tingkatan atau ukuran belajar yang memiliki frekuensi /jenjang waktu tertentu” (kamus besar bhs indo, 1989:335). Jadi intensitas secara sederhana dapat dirumuskan sebagai usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan penuh semangat untuk mencapai tujuan. Belajar adalah suatu aktivitas mental dan psikis yang berlangsung dalam
interaksi
aktif
dengan lingkungannya
yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap, perubahan ini bersifat konstan dan berbekas (Winkel, 1996:53). 10
Berdasarkan pengertian di atas tersebut variable intensitas belajar siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu keadaan, tingkatan atau ukuran belajar siswa yang memiliki frekuensi atau jenjang waktu tertentu Untuk mengetahui intensitas belajar siswa setelah melakukan perbuatan belajar selama waktu yang telah ditentukan bersama, guru perlu mengadakan evaluasi hasil belajar, bisa berupa: hasil ulangan tiap sub materi, keaktifan dalam kelas, hasil ulangan tengah dan ahir semerter . Melalui evaluasi hasil belajar tersebut, maka dapat dilihat intensitas belajar siswa yang dicapai selama mengikuti proses belajar mengajar. Bentuk penilaian untuk mengetahui tingkat intensitas siswa yang berlangsung dalam proses pembelajaran, seperti yang dijelaskan diatas adalah sebagai berikut: a. Melalui hasil ulangan yang diadakan setiap selesainya sub materi dijelaskan. b. Keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dalam kelas. c. Nilai tugas yang telah diberikan. d. Hasil ulangan tengah dan akhir semester.
11
H. Metode Penelitian Metodologi adalah pengetahuan tentang cara kerja atau berbagai cara, sedangkan penelitian
adalah usaha untuk menemukan dan menguji
kebenarannya suatu pengetahuan, usaha mana yang di lakukan dengan metode-metode ilmiah (Koentjoroningrat, 1986: 8). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat ilmiah dengan sistematis terhadap bagianbagian dan fenomena serta hubungan-hubungan yang benar terjadi dalam objek penelitain. Dalam penelitian ini peneliti bekerjasama dengan bererapa guru yang menjadi wali kelas untuk mendukung data seperti angket bisa disebar dan menemukan data yang fakta. 1. Penentuan Populasi Populasi adalah “seluruh penduduk yang dimaksudkan untuk diselidiki” (Sutrisno Hadi, 1997:220). Dalam penelitian ini populasi adalah seluruh objek atau penduduk atau apa saja yang dijadikan sumber data dalam sebuah penelitian. Populasi ini mencakup seluruh siswa Mts N Salatiga sejumlah 782 siswa. 2. Sampel Peneliti tidak mengambil seluruh populasi untuk dijadikan sampel akan tetapi mengambil sebagian dari populasi untuk dijadikan sampel. Menurut Arikunto (1989:67) “sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. 12
Dan dalam pengambilan jumlah sampel penelitian, peneliti merujuk kembali pendapat Arikunto (1989:120-121) sebagai berikut: “Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10–15 % atau 20–25 % atau lebih tergantung setidak-tidaknya dari kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan dana, sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data, besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang resikonya besar, tentu saja jika sampel besar, hasilnya akan lebih baik”. MTs N Salatiga terdapat 21 kelas dengan perincian sebagai berikut: a. Kelas VII berjumlah 7 kelas A-G dengan 274 siswa b. Kelas VIII berjumlah 7 kelas A-G dengan 268 siswa c. Kelas IX berjumlah 7 kelas A-G dengan 240 siswa Dari perincian di atas, kemudian penulis mengambil beberapa siswa atau sampel mewakili dari setiap kelas yaitu kelas VIII sebagai sampel penelitian dimana jumlah siswa yang akan dijadikan sampel penelitian menurut pedoman adalah 15% dari kelas VIII yaitu 268 adalah sebanyak 40 siswa, dengan rincian sebagai berikut: a. Kelas VIII A diambil sampel 6 siswa b. Kelas VIII B diambil sampel 6 siswa c. Kelas VIII C diambil sampel 6 siswa d. Kelas VIII D diambil sampel 6 siswa 13
e. Kelas VIII E diambil sampel 5 siswa f. Kelas VIII F diambil sampel 6 siswa g. Kelas VIII G diambil sampel 5 siswa Sampel penelitian yang telah ditentukan digunakan dalam menentukan subjek penelitian. Maka dalam penelitian ini Peneliti menggunakan Penelitian Sampel yaitu “penelitian yang dilakukan hanya terdapat sebagian saja atau wakil dari populasi, akan tetapi hasil penelitiannya berlaku bagi semua subjek yang populasi tergabung sebagai populasi” (Arikunto, 1990:209). 3. Lokasi dan Waktu Penelitian a. Lokasi Penelitian Untuk mendapatkan data-data yang dijadikan pendukung penelitian ini, peneliti menyebarkan angket kuisioner kepada siswa MTs N Salatiga yang sudah tercatat peneliti sebagia sampel supaya dapat diisi dengan jawaban mereka masing-masing. Kemudian peneliti mencari tambahan data yang diperoleh dari pencatatan profil atau dokumen sekolah dan wawancara Wakil Kepala Sekolah dan Guru-guru MTs N salatiga. b. Waktu Penelitian Kemudian penelitian ini berjalan ketika layaknya siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar rutin yang dilakukan dalam sekolah. 14
Untuk penyebaran angket dan penjelasannya, ketika awal masuk kelas setelah istirahat, sebelum guru memulai proses mengajarnya. Sedang dalam wawancara berlangsung pada Guru yang sedang dalam bebas tugas mengajar. 4. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendukung kelengkapan dalam penelitian ini adalah: a. Metode Observasi Salah satu metode pengumpul data adalah metode observasi yaitu penyelidikan yang dijalankan secara sistematik dan sengaja dilakukan dengan menggunakan alat indera terhadap kejadian dan langsung ditangkap pada waktu kejadian (Walgito, 1995:49). Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang dapat diamati secara langsung seperti letak geografis, keadaan lingkungan serta fasilitas-fasilitas lainnya. b. Metode Angket Menurut Arikunto (1991:124), yang dimaksud angket adalah: “Tehnik pengumpulan data yang diadakan dengan jalan mengajukan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui”.
15
Dalam penelitian metode ini digunakan untuk memperoleh data yang berhubungan dengan variabel pola pergaulan siswa dalam kehidupan sehari-hari dengan variabel intensitas siswa MTs N Salatiga. Metode angket yang digunakan adalah angket tertutup, dengan arti responden hanya tinggal memilih jawaban yang ada. c. Metode interview (wawancara) Interview dikenal pula dengan istilah wawancara adalah suatu proses tanya jawab lesan dalam mana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengar dengan telinga sendiri dari suaranya (Sukandarrumidi, 2004:8). Dengan metode ini, peneliti dapat secara langsung mengetahui keadaan pola pergaulan siswa baik atau buruknya dan pengaruhnya terhadap intensitas siswa melalui guru-guru dan siswa sendiri. Peneliti juga dapat mengetahui bagaimana keadaan masing-masing siswa, seperti dengan mengetahui salah satu dari siswa yang masih belum bisa seperti teman-teman yang lain dalam hal sikap atau dikenal dengan siswa yang nakal. d. Metode Dokumentasi “Dokumentasi adalah laporan tertulis dari suatu peristiwa dan ditulis dengan sengaja untuk menyimpan atau merekam keterangan mengenai peristiwa” (Surachmad, 1992:89).
16
Metode ini digunakan dalam penelitian untuk mengumpulkan data atau mencatat dokumen yang sudah tersedia di objek penelitian tentang situasi umum. 5. Instrumen Pengumpulan Data a. Angket Untuk mendapatkan data yang terkait dengan variabel penelitian, peneliti menggunakan angket yang disusun berdasarkan definisi operasional dan indikatornya. TABEL I Variabel penelitian dan alat pengumpulan data Variabel
Definisi operasional
Indikator
Alat pengumpul
1. Perihal bergaul siswa dalam lingkungan
Angket
pergaulan positif Perihal bergaul dalam
(kenyamanan,
pergaulan
lingkungan
ketentraman, bebas dari
siswa
yang
konflik, kematangan
X : Pola
dipilih
oleh siswa.
siswa, belajar bersama, organisasi remaja, bertukar pengalaman,
Angket
keaktifan dalam kelas) 17
2. Perihal bergaul siswa dalam lingkungan pergaulan negatif (kurang nyaman, gaduh, sering konflik, kurang menerima pelajaran, kebiasaan membolos dan merokok, datang terlambat, gaduh dalam kelas) 1. Tingkat pencapaian Hasil yang
intensitas belajar
Angket
telah dicapai Y : Intensitas Belajar Siswa
(dari yang telah
2. Nilai 8 – 10 untuk
dilakukan,
intensitas baik, 7 - 7,9
dikerjakan)
untuk nilai cukup dan 5 -
Angket
6,9 untuk intensitas buruk.
18
b. Penyusunan angket TABEL II Penyusunan Angket Variabel
Indikator
Jumlah
Butir
Butir
soal
13
1-13
6
14-19
1. Perihal bergaul siswa dalam lingkungan pergaulan positif (kenyamanan, ketentraman, bebas dari konflik, kematangan siswa, belajar bersama, organisasi remaja, bertukar pengalaman, keaktifan dalam X : Pola
kelas)
pergaulan siswa
2. Perihal bergaul siswa dalam lingkungan pergaulan negatif (kurang aman, nyaman, tentram, ramah, sering gaduh, sering konflik, kurang menerima pelajaran, kebiasaan membolos dan merokok, datang terlambat, gaduh dalam kelas)
19
1. Tingkat pencapaian intensitas Y : Intensitas
3
20-22
3
23-25
2. Nilai 8 – 10 untuk intensitas
Belajar
baik, 7 - 7,9 untuk nilai intensitas
Siswa
cukup dan 5 - 6,9 untuk intensitas buruk.
6. Metode Analisis Data a. Analisis pendahuluan Analisa ini untuk menghitung skor masing-masing variabel secara terpisah, sehingga diketahui ciri masing-masing variabel penelitian. Analisis ini menggunakan rumus prosentase :
P
F x 100 % N
Keterangan: P
= Prosentase perolehan
F
= Frekuensi mentah
N
= Jumlah total responden.
b. Analisis lanjutan Analisis ini untuk mengetahui adakah pengaruh pola pergaulan siswa terhadap intensitas
siswa. Analisis ini menggunakan rumus
product moment, yaitu: 20
rxy
Nx
Nxy (x)(y ) 2
Keterangan : rxy
(x) 2 Ny 2 (y ) 2
=
Koefisien antara variabel x dan variabel y
xy
=
Perkalian antara x dan y
x
=
Variabel independent yaitu pola pergaulan siswa
y
=
Variabel dependent yaitu intensitas siswa.
N
=
Jumlah populasi
=
Sigma.
(Arikunto, 1990:425).
I. Sistematika Penulisan Skripsi Ruang lingkup pembahasan skripsi ini berkisar pada masalah pola pergaulan siswa terhadap intensitas siswa, sistematika yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah dimulai dari bab muka skripsi yang meliputi: halaman judul, nota pembimbing, halaman pengesahan, kata pengantar, motto, dan daftar isi. Selanjutnya bab isi atau batang tubuh skripsi meliputi : BAB I
: Bab pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesisi penelitian, manfaat penelitan, variabel penelitian, definisi operasional, metode penelitian, sistematika penulisan skripsi.
BAB II : Landasan Teori A. Pola Pergaulan yang meliputi : 1. Pengertian Pola Pergaulan. 2. Ragam Pola Pergaulan. 21
3. Dampak pergaulan. B. Intensitas Siswa, yang meliputi : 1. Pengertian Intensitas Siswa. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intensitas 3. Faktor yang Menumbuhkan Intensitas 4. Fungsi Intensitas 5. Prinsip-prinsip Intensitas C. Pengaruh Pola Pergaulan Siswa Terhadap Intensitas Siswa. BAB III : Laporan Hasil Penelitian Pada bab ini akan dilaporkan hasil pengumpulan data tentang pola pergaulan siswa yang mempengaruhi intensitas siswa. Dan laporan mengenai lembaga yang dijadikan tempat penelitian. BAB IV : Analisis Data A. Analisis data tentang pola pergaulan siswa B. Analisis data tentang intensitas siswa. C. Analisis data tentang pengaruh pola pergaulan siswa terhadap intensitas belajar siswa. D. Interpretasi data. BAB V : Penutup Mengakhiri penulisan skripsi pada bab kelima akan diuraikan mengenai kesimpulan akhir dari hasil penelitian, saran-saran dan kata penutup. 22
BAB II LANDASAN TEORI A. Pola Pergaulan Siswa 1. Pengertian Pola Pergaulan Pergaulan adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang segala hal yang berhubungan dengan orang lain yaitu proses terjadinya hubungan atau interaksi antar individu satu dengan yang lain, individu dengan kelompok maupun kelompok dengan kelompok, dengan kata lain pergaulan adalah hidup untuk berteman, kebersamaan atau hidup bermasyarakat. Beberapa pendapat mengemukakan pengertian dari pergaulan menurut cara pandang mereka masing-masing. Adapun definisi pergaulan menurut para tokoh adalah sebagai berikut: a. Menurut Daliman (1997:14), "Pergaulan adalah kontak antara orang yang satu dengan lainnya atau interaksi antara person dengan person lain". Terjadi kontak antara satu orang dengan orang lain maupun interaksi sosial antara person satu dengan person lain dalam pergaulan sehari-hari dan interaksi tersebut tidak lepas adanya proses saling mempengaruhi. Pergaulan merupakan hubungan antar individu maupun kelompok secara langsung sehingga akan memberi pengaruh bagi remaja dalam bertingkah laku dalam kehidupan.
23
b. Menurut Soedomo Hadi (2005:63), "Pergaulan adalah kontak langsung antara individu satu dengan individu yang lain, termasuk didalamnya antar pendidik dan anak didik". Dalam hal ini pergaulan meliputi tingkah laku individu yang saling berinteraksi satu sama lain dalam jangka waktu tertentu. Pergaulan tersebut akan terjadi interaksi sosial dimana interaksi sosial tersebut berasal dari semua kehidupan sosial, sehingga tanpa interaksi sosial tidak akan ada kehidupan bersama. Dari pengertian di atas dapat penulis simpulkan bahwa pergaulan merupakan proses dimana individu saling bertemu dan saling berinteraksi serta timbal balik memberikan pengaruh satu sama lain dengan jangka waktu yang bisa membentuk jalinan persahabatan atau pertemanan bahkan menjadi lawan atau musuh. Jalinan persahabatan ini membuat mereka dapat merasakan sosialisasi dengan orang lain dan saling merasakan kehangatan dalam interaksi dengan sesamanya, dan dari perselisihan atau permusuhan mereka bisa mengerti liku perbedaan pendapat dari setiap individu, diharapkan bisa mengerti bagaimana cara menghadapi atau mengatasi perbedaan tersebut. Setiap manusia tidak bisa lepas dari interaksi sosial sering atau jarang, karena secara naluri setiap individu mempunyai dorongan untuk bergaul dengan orang lain. Dorongan
ini
dalam
kehidupan
sehari-hari
terwujud
dengan
adanya
saling
berkomunikasi, saling berkunjung, mengadakan hubungan sosial maupun hubungan antar pribadi, dalam pergaulan tersebut akan memunculkan interaksi sosial pula. Oleh karena itu tanpa adanya interaksi sosial tidak akan ada kehidupan bersama. Interaksi sosial masing-masing remaja tidaklah sama dalam hal erat dan seringnya hubungan. Semakin kuat hubungannya semakin besar pula pergaulan antar individu. 24
Sudah tidak mungkin dipungkiri lagi bahwa pergaulan seorang remaja merupakan hal yang penting dalam masa remaja tersebut, karena dalam pergaulan ini masing individu akan menentukan arah kehidupan remajanya dan sangat berpengaruh terhadap citra diri remajanya. Dalam pergaulan akan menjadikan remaja menjadi lebih dekat dengan lingkungan dan teman-temannya, karena mereka menganggap bahwa pergaulan dapat memahami keinginannya sehingga mereka ingin menghabiskan waktunya bersama teman-temannya dalam bergaul. Namun seperti yang telah dijelaskan lingkungan juga bisa membawa arus remaja kedalam pergaulan yang mengakibatkan rusaknya moral mereka. Dari pandangan lain, remaja dalam bergaul akan merasa diberi status dan memperoleh simpati lebih dari teman-temannya daripada mereka harus berpikir sendiri dalam setiap langkahnya. 2. Macam-macam Pergaulan Dari jaman sebelum modern saat ini, pergaulan sudah banyak sekali perbedaan ragam pola jalan dan akibat dari pergaulan tersebut. Apalagi era modern saat ini pergaulan sudah sangat berkembang dengan perubahan positif dan negatifnya. Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis mencoba memaparkan macam-macam dari pola pergaulan menurut berbagai pakar. Dimulai dari Septina (2006:17-18), menurutnya secara umum pergaulan ada dua macam, yaitu:
25
a. Pergaulan Paedagogis Pergaulan Paedagogis adalah suatu pergaulan yang memuat kemungkinan dibutuhkan untuk pekerjaan mendidik. Didalamnya terdapat proses pendidikan, karena mengandung unsur pendidik dan orang yang dididik. Contoh pergaulan paedagogis yaitu: 1) Pergaulan antara anak dengan orang yang lebih dewasa. Dari pergaulan antar anak dengan orang dewasa, jiwa anak yang lebih cenderung meniru akan mendapatkan banyak pelajaran dari pola tingkah dan pengalaman orang dewasa. 2) Pergaulan antara murid dengan guru. Mengandung pendidikan, itulah hasil yang tidak jauh pasti akan diraih murid ketika bergaull dengan guru mereka yang statusnya jelas sebagai sumber hidup dalam meraih ilmu pendidikan. b. Pergaulan non paedagogis Pergaulan non paedagogis merupakan suatu pergaulan yang tidak memuat kemungkinan yang dibutuhkan untuk pekerjaan mendidik. Didalamnya tidak ada unsur pendidik dan orang yang dididik.
26
Contoh pergaulan non paedagogis: 1) Pergaulan antara orang dewasa dengan orang dewasa. Orang dewasa dengan dewasa atau bisa dikata teman satu angkatan, pergaulan mereka akan dilihat lebih cenderung kedalam jiwa emosi dan foyafoya. Sehingga kemungkinan besar hal seperti ini mengakibatkan lingkungan pergaulan yang tidak baik. 2) Pergaulan antara anak dengan anak. Jiwa anak yang masih mengarah meniru orang yang lebih dewasa membuat pergaulan anak dengan anak menjadi pergaulan yang menggambarkan hanya hiburan. Tidak dapat naluri jiwa anak tersebut dipungkiri dan dipaksa untuk anak dengan anak bisa mengarah dalam pergaulan pendidikan. Pergaulan sehari-hari dapat dibedakan pula dalam berbagai dasar, bisa dilihat dari menurut siapa yang terlibat dalam pergaulan, bidangnya, dan menurut rentangan antara lain: a. Menurut siapa yang terlibat dalam pergaulan itu maka pergaulan dapat di bedakan menjadi: 1) Pergaulan anak dengan anak 2) Pergaulan anak dengan orang dewasa 3) Peragulan orang dewasa dengan orang dewasa
27
b. Dipandang dari bidangnya, maka pergaulan dapat di bedakan menjadi: 1) Pergaulan yang bersifat ekonomis 2) Pergaulan yang bersifat seni 3) Pergaulan yang bersifat paedagogis c. Ditinjau
dari
pergaulan
itu,
dapat
digunakan
rentangan-rentangan
untuk
membedakannya menjadi: 1) Pergaulan ekonomis dan tidak ekonomis 2) Pergaulan seni dan bukan seni 3) Pergaulan paedagogis dan tidak paedagiogis Sedang menurut Reza fahmi (2010) dalam tulisan blognya berpendapat bahwa pergaulan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu: a. Pergaulan Positif Pergaulan positif adalah pergaulan yang dilakukan oleh seorang remaja yang sesuai dengan aturan, norma dan agama. Dari pergaulan tersebut akan memberikan banyak manfaat yang positif pula. Manfaat pergaulan positif tersebut seperti: 1) Membentuk jati diri yang baik. 2) Mampu membedakan antara yang baik dan buruk. 3) Meningkatkan rasa sosial terhadap sesamanya. 4) Memiliki watak dan sifat yang baik. 5) Mampu mengendalikan emosi. 6) Dapat berguna bagi keluarga, masyarakat bangsa dan negara. 28
b. Pergaulan Negatif Pergaulan negatif atau sering disebut juga sebagai pergaulan bebas adalah kebalikan dari pergaulan positif yaitu pergaulan yang tidak sesuai dengan aturan, norma dan agama. Pergaulan negatif dapat berdampak buruk, yaitu: 1) Terbentuknya jati diri yang buruk. 2) Tidak bisa membedakan yang baik dan buruk. 3) Tidak bisa mengendalikan emosi. 4) Tidak mau diatur dan tidak tahu aturan. 5) Bertindak semaunya sendiri. Kapankan pergaulan bisa berubah atau dialihkan menjadi pergaulan yang mengarah dalam nilai positif pendidikan?. Pertanyaan tersebut dapat terjawab dengan baik bilamana dalam situasi itu berlangsung suatu pengaruh yang positif yang berasal dari orang tua sebagai pengaruh terbesar pergaulan yang ditunjukan kepada anak didik. Kemudian tidak kalah pentingnya pengaruh atau dukungan dari lingkungan sekitar anak tersebut. Karena dengan perhatian dan dukungan tersebut bisa memantau dan memberikan beberapa nasehat agar tetap anak menuju dalam koridor positif dalam pergaulan sehari-hari mereka.
29
3. Lingkungan yang mempengaruhi pergaulan Lingkungan sangat punya andil besar dalam mempengaruhi baik buruknya pergaulan remaja terutama siswa yang menjadi objek dalam penelitian ini. Karena lingkungan merupakan faktor paling besar dalam pembentukan karakter seseorang, namun bukan berarti karakter seseorang hanya dibentuk oleh lingkungan. Oleh karena itu, benarlah yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam katakan bahwa agama seseorang itu tergantung lingkungan pergaulannya.
اﻟﻤﺮء ﻋﻠﻰ دﯾﻦ ﺧﻠﯿﻠﮫ ﻓﻠﯿﻨﻈﺮ أﺣﺪﻛﻢ ﻣﻦ ﯾﺨﺎﻟﻞ Artinya : “Agama Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 927) Lingkungan pergaulan siswa dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut: a. Lingkungan keluarga Keluarga merupakan kelompok primer yang paling penting di dalam masyarakat. Keluarga terdiri dari suami, istri dan anak yang belum dewasa (Abu Ahmadi, 1999:239). Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan manusia, tempat dimana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya (Gerungan, 2004:195).
30
Soejono
Soekanto
dalam
buku
‘Sosiologi
Keluarga’
(1990:70)
mengemukakan pendapatnya tentang peranan keluarga bagi seorang anak, yaitu: “Didalam keadaan yang normal, maka lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak adalah orang tuanya, saudara-saudaranya, serta mungkin kerabat dekatnya yang tinggal serumah. Melalui lingkungan itulah anak mengenal dunia sekitarnya dan pola pergaulan hidup yang berlaku sehari-hari; melalui lingkungan itulah anak mengalami proses sosialisasi awal”. Sudah dikenal khalayak umum bahwa lingkungan keuarga bisa dikatakan awal terbentuknya jiwa seseorang, dimana dengan jiwa tersebut bisa membentengi dari pergaulan buruk ataupun malah memberikan contoh tidak baik untuk secara tidak langsung menggiring seseorang dalam pergaulan buruk. Dalam lingkungan keluarga ada hal-hal yang perlu diperhatikan, antara lain: 1) Status sosial ekonomi Keadaan sosial ekonomi orang tua yang baik memungkinkan terpenuhinya kebutuhan belajar anak dengan baik. Dengan fasilitas belajar yang memadai, anak akan lebih giat belajar sehingga memperoleh intensitas belajar yang baik. Sedang dalam keadaan sosial ekonomi yang kurang, bisa menjadi batu ganjalan dalam mendukung fasilitas dan motivasi anak belajar, dan berpengaruh pula dalam pergaulan baik buruk anak. Umumnya bagi keluarga dengan keadaan ekonomi kurang menyebabkan pola pikir anak menjadi pekerja dan nongkrong bukan berpikir belajar lagi. Seorang anak yang dibesarkan dengan kondisi perekonomian yang cukup maka dia akan mempunyai kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan 31
diri. Dalam hal ini status sosial ekonomi sebuah keluarga bukanlah faktor mutlak dalam perkembangan sosial manusia. Namun paling tidak hal ini memberi sumbangan bagi perkembangan sosial seseorang. Bisa saja seorang anak dilahirkan ditengah-tengah keluarga yang berkecukupan namun tidak harmonis, tentunya ini tidak akan menguntungkan bagi perkembangan sosial seorang anak. 2) Suasana keluarga Suasana keluarga yang positif bagi pola pergaulan anak yang dipilih adalah keadaan yang menyebabkan anak atau remaja merasa dirinya aman atau damai bila berada di tengah keluarga tersebut. Adanya percekcokan antara anggota keluarga akan mengakibatkan terganggunya suasana harmonis dalam keluarga, sehingga anak malas berada di rumah dan malas pula dalam berkonsentrasi di dalam proses pembelajaran maupun di luar pembelajaran. Akibatnya mereka lebih cenderung melarikan diri dari pergaulan negatif. 3) Pola asuh orang tua Pola asuh yang demokratis akan lebih menguntungkan bagi perkembangan anak, karena mereka merasa diakui eksistensinya. Pola asuh orang tua akan mempengaruhi tingkat percaya diri anak, anak yang percaya dirinya tinggi akan mendorong kreatifitas dan inisiatif dalam dirinya untuk memecahkan setiap persoalan dalam interaksi social sehari-hari secara mandiri. Cara-cara dan sikap orang tua dalam pergaulannya memegang peranan yang cukup penting dalam perkembangan sosial seorang anak. Beberapa 32
penelitian telah membuktikan hal ini dan didapati kesimpulan sebagai berikut: Makin otoriter orang tuanya, makin berkuurang ketidaktaatan, tetapi makin banyak timbul ciri-ciri pasivitas, kurangnya inisiatif, tidak dapat merencanakan sesuatu, daya tahan berkurang dan penakut. Sebaliknya sikap demokratis dari orang tua menimbulkan cirri-ciri berinisiatif, tidak penakut, lebih giat dan lebih bertujuan, namun juga menimbulkan kemungkinan berkembangnya ketidaktaatan dan tidak mau menyesuaikan diri. Bila orang tua terlalu melindungi anak-anaknya maka akan timbul ketergantungan kepada orang tua. Bila orang tua mengembangkan sikap penolakan terhadap anaknya, maka akan timbul ciri-ciri agresivitas dan tingkah laku bermusuhan pada anak tersebut dan juga gejala-gejala menyeleweng seperti berdusta dan mencuri. 4) Dukungan keluarga Pengertian dan perhatian keluarga, baik itu orang tua maupun saudaranya terhadap pergaulan anak terlihat pada dukungan mental yang diberikan kepada anak. Jika anak menemui pergaula yang tidak baik, keluarga yang baik akan bias langsung mengarahkan untuk menuju pergaulan baik. b. Lingkungan Sekolah Sekolah merupakan tempat dimana anak melakukan kegiatan belajar secara terarah dan terprogram dengan
baik. Dilingkungan sekolah ini, anak diajarai
33
mengerti hal-hal dalam pergaulan yang baik dan buruk. Hal-hal yang perlu diperhatikan di lingkungan sekolah antara lain: 1) Hubungan harmonis guru dengan murid Dalam hal ini guru sebagai sumber belajar juga menjadi pendidik anak untuk membimbing mereka dalam akhlak yang baik melalui pergaulan baik. 2) Hubungan harmonis murid dengan murid Kekompakan, keharmonisan, jiwa persahabatan antar murid menghasilkan hal positif dimana masing murid merasakan tali persaudaraan, sehingga suasana kenyamanan tersebut menggiring jiwa segar dalam berpikir dan mengerti bahwa pergaulan yang mereka rasakan adalah pergaulan yang positif. c. Lingkungan Masyarakat Di dalam masyarakat anak memperoleh pengalaman-pengalaman baru yang belum mereka dapatkan di rumah maupun di sekolah. Hal-hal yang mempengaruhi pergaulan perlu diperhatikan di lingkungan masyarakat antara lain: 1) Kegiatan kemasyarakatan Hidup dalam bermasyarakat ada banyak kegiatan kemasyarakatan, seperti gotong royong, karang taruna, dan kegiatan sosial lain yang melibatkan anak. Kondisi tersebut bisa mendidik anak untuk mengenal pergaulan yang bertanggungjawab terhadap kehidupan sosial dilingkungannya.
34
2) Teman bergaul Kebiasaan bergaul yang memikirkan manfaat ruginya dari teman sepergaulan akan mempengaruhi kebiasaan perilaku dan sikap baik anak. Sikap dan perilaku teman sepergaulan juga akan mempengaruhi semangat belajar anak. Untuk itu anak harus selektif dalam memilih teman bergaul di lingkungan masyarakat dengan pengawasan dan pengarahan yang baik dari orang tua. 3) Media massa Dalam aktivitas sehari-hari anak tidak lepas dari pengaruh media massa. Media massa dapat berupa: televisi, radio, koran, majalah, tabloid dan lain-lain. Pengaruh itu bisa positif atau negatif, perlu adanya pengawasan yang baik dari guru dan orang tua, agar pemikiran anak tentang belajar tidak terganggu dengan adanya media massa. Serta adanya pembekalan pada individu anak tentaang positif negatifnya media masa bagi mereka. B. Intensitas Belajar Siswa 1. Pengertian Intensitas Kata intensitas berasal dari Bahasa Inggris yaitu intense yang berarti semangat, giat (John M. Echols, 1993: 326). Diterangkan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (Surayin, 2008: 424), “Intensitas adalah tingkat keseringan atau biasa disebut dengan frekuensi”. Sedangkan menurut para pakar, intensitas dapat diartikan sebagai berikut:
35
a. Menurut Surayin (2007:174), Intensitas ialah kesungguhan untuk mendapatkan
efek yang maksimal. b. Menurut M. Dahlan Al Barry (1994:265), Intensitas adalah kemampuan/ kekuatan/ gigih- tindakannya, kehebatannya. c. Menurut Nurkholif Hazim (t.t: 191), bahwa, Intensitas adalah kebulatan tenaga yang dikerahkan untuk suatu usaha. Pengertian intensitas juga mencakup perilaku yang bersikap rutinitas dalam aktivitas artinya seseorang yang memiliki semangat yang tinggi maka ia ak an melakukan perbuatan secara sering atau rutin . Jadi intensitas secara sederhana dapat dirumuskan sebagai usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan penuh semangat untuk mencapai tujuan. Seseorang yang belajar dengan semangat yang tinggi, maka akan menunjukan hasil yang baik, sebagaimana pendapat Sadirman A.M.(1996: 85), yang menyatakan bahwa intensitas belajar siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian tujuan belajarnya yakni meningkatkan intensitasnya. Intensitas sangat erat kaitannya dengan motivasi, antara keduanya tidak dapat dipisahkan sebab untuk terjadinya itensitas belajar atau semangat belajar harus didahului dengan adanya motivasi dai siswa itu sendiri. Sebagaimana Sardiman AM.(1996: 84), Menyatakan: Belajar diperlukan adanya intensitas atau semangat yang tinggi terutama didasarkan adanya motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas balajar siswa.
36
2. Pengertian Belajar. Sangat sulit untuk menentukan pengertian belajar secara objektif, sebab banyak sekali para ahli mengemukakan masalah pengertian belajar yang berbeda-beda, tapi pada prinsipnya tidak menyimpang dari pengertian yang sesungguhnya. Untuk lebih jelasnya penulis akan mengemukakan beberapa pendapat tentang pengertian belajar antara lain : a. Menurut Oemar Hamalik (1995:36), belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. b. Menurut Magaret E. Bell Gredler (1994:1), belajar adalah proses yang memperoleh berbagai kecakapan, ketrampilan dan sikap. c. Menurut Gage (1989:11), belajar adalah suatu proses dimana suatu organisasi berubah perlakunya sebagai akibat pengalaman. d. Menurut Slameto (1991:2), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. e. Wittig dalam bukunya Psychologi of learning mendefinisikan tentang belajar. Bahwa belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman (Muhibbin Syah, 1995:90).
f. Menurut Syah (1995: 111), tahapan perubahan perilaku kognitif. afektif, dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju daripada keadaan sebelumnya. 37
g. Menurut Setiawati (1993:4), belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya, sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya. h. Menurut Arifin (1989:169), Belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat pengalaman dan latihan. Dalam Al Qur'an dijelaskan betapa pentingnya belajar ilmu pengetahuan baik pengetahuan yang sifatnya umum maupun agama, sebagaimana firman Allah dalam surat al-`alaq ayat I yang berbunyi:
Artinya: “ bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,”
Dan terdapat dalam firman Allah SWT (Surat Al- Mujadalah, ayat 11) :
……
Artinya: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”.
Melihat sangat pentingnya belajar muncullah bermacam-macam kegiatan belajar yang memiliki corak yang berbeda antara satu dengan lainya, baik dalam aspek materi dan metodenya maupun dalam aspek tujuan dan perubahan tingkah laku yang diharapkan.
38
Keanekaragaman macam-macam belajar ini muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan manusia yang juga bermacam-macam. Macam-macam belajar tersebut menurut Syah (1995 : 124) dapat penulis kemukakan sebagai berikut:
a. Belajar abstrak Belajar yang menggunakan cara-cara berfikir abstrak.
b. Belajar ketrampilan Belajar menggunakan gerakan motorik yakni yang berhuhungan dengan uraturat syaraf atau otot (neuromucular).
c. Belajar sosial Belajar memahami masalah-masalah dan tekni-teknik untuk memecahkan masalah.
d. Belajar pemecahan masalah Belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berfikir secara sistematis, logis, teratur dan teliti.
e. Belajar rasional Belajar menggunakan kemampuan berfikir secara logis dan rasional (sesuai dengan akal sehat). 39
f. Belajar kebiasaan Proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan yang telah ada.
g. Belajar apresiasi Belajar mempertimbangkan (Judgment) arti penting atau nilai suatu objek.
h. Belajar pengetahuan Belajar dengan melakukan penyelidikan mendalam terhadap subjek pengetahuan tertentu. Macam-macam belajar menurut Nasution (1982 : 61) dapat penulis sampaikan sebagai berikut:
a. Belajar berdasarkan pengarnatan (Sensory Type of Learning) b. Belajar berdasarkan gerak (Motor Type of Learning) c. Belajar berdasarkan hafalan (Memori Type of Learning) d. Belajar berdasarkan emosi (Emotional Type learning) Adanya macam-macam belajar yang begitu kompleks memberi gambaran bahwa dalam proses belajar mengajar hal tersebut sangat penting agar siswa dalam memperhatikan dan menangkap pengetahuan dari guru bisa dengan berbagai variasi belajar. Tidak hanya itu, belajar juga mempunyai faktor yang dapat mempengaruhi baik turunnya semangat belajar. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat dikategorikan sebagai berikut: 40
a. Faktor Intern Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun menurut Lilik Sriyanti (2003:7), “faktor intern dibagi menjadi dua yaitu faktor psikologis dan faktor fisik”. 1) Faktor Psikologis a) Kecerdasan/Intelegensi Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Adakalanya perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar. Menurut Slameto (1991:57), Intelegensi adalah: “Kecakapan yang terdiri dari dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat”. 41
Sedangkan pendapat Sriyanti (2003:7), “Tinggi rendahnya intelegensi siswa akan mempengaruhi hasil belajar”. Dari masing-masing pendapat tersebut jelas bahwa intelegensi punya pengaruh besar dalam kemajuan belajar, semakin tinggi intelegensi siswa akan leih berhasil atau lebih cepat menerima pelajaran dari pada anak yang memiliki intelegensi rendah. b) Faktor Bakat Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (1986:28) bahwa “bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan-kesanggupan tertentu.”. Sriyanti (2003:8) menyatakan, “Bakat merupakan kemampuan potensi pada anak, yang akan menjadi aktual jika sudah melalui proses belajar/latihan”. Dari pendapat di atas jelas bahwa tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat dimilikinya yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya intensitas belajar bidang-bidang studi tertentu. c) Faktor Minat Minat adalah kecenderungan yang tepat untuk memperhatikan dan mengenang
beberapa
kegiatan,
(Slameto,
1991:59).
Jika
seseorang
mempunyai minat tersebut dapat dijadikan sebagai jalan lebar untuk lebih 42
memperhatikan hal yang diminati, dalam hal ini belajar yang menjadi sesuatu yang diminati. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Untuk menambah minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah siswa diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya. d) Motivasi Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar sorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar. Sriyanti (2003:8) berpendapat, “Motivasi diartikan sebagai suatu kekuatan yang berasal dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut melakukan suatu perbuatan”. Sedangkan Woodworth mengatakan bahwa a motive is a set predisposes the individual of certain activities and for seeking certain goals, yang berarti bahwa suatu motivasi adalah suatu set yang dapat membuat seseorang untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk 43
mencapai tujuan (Pasaribu, Simanjuntak, 1984:50). Motivasi yang kuat dibutuhkan siswa untuk lebih dapat mendorong dirinya dalam hasil belajar yang memuuaskan. e) Kematangan Kematangan adalah sebuah titik dimana pikiran bisa memandang suatu hal dalam sudut pandang yang bermacam-macam dan dapat mengambil sebuah pilihan positif dari macam sudut pandang tersebut. Slameto (1991:60) mengartikan kematangan sebagai berikut: “Suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya
sudah
siap
untuk
melaksanakan
kecakapan
baru.
Kematangan bukan berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran. Dengan kata lain anak yang sudah siap (matang) belum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar. Belajarnya akan lebih berhasil ika anak sudah siap (matang). Jadi kemajuan baru untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajar”. 2) Faktor Fisik a) Faktor Kesehatan Kondisi fisik yang sehat sangat dibutuhkan bagi setiap individu dimanapun berada. Apalagi bagi siswa dalam mencari ilmu atau kegiatan
44
belajar sehari-hari, dibutuhkan sekali kesehatan fisik agar dapat mendukung pembelajaran yang bagus. b) Faktor kelelahan Diterangkan oleh Slameto (1991:61) bahwa kelelahan pada seseorang dapat dipisahkan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh. Sedang kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. c) Cacat Tubuh Cacat tubuh adalah sebuah kekurangan anggota tubuh seseorang yang terlihat oleh mata. Hal ini dilihat dalam pendidikan dapat juga menjadi sebuah faktor yang mempengaruhi semangat individu dalam belajar. Biasanya uuntuk mengatasi cacat tubuh ini penyandang bisa melakukan aktivitas belajar mengajar di pendidikan khusus atau diusahakan alat Bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh cacat tubuhnya tersebut. b. Faktor Eksternal Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi intensitas belajar yang sifatnya dari luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan sebagainya. Diterangkan oleh Suryabrata (1990:249-250), faktor eksternal dapat digolongkan sebagai berikut:
45
1) Faktor non sosial Adapun yang digolongkan ke dalam faktor ini adalah keadaan udara, cuaca, waktu, tempat, alat-alat yang dipakai untuk belajar dan sebagainya. 2) Faktor sosial Adalah faktor manusia (sesama manusia), baik manusia itu ada, maupun kehadirannya itu dapat disimpulkan, jadi tidak langsung hadir. Kehadiran seseorang pada waktu belajar seringkali mengganggu aktivitas belajarnya. Menurut Slameto (1991:62) faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah “keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat.” 1) Faktor keluarga Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. 2) Faktor sekolah Faktor ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.
46
3) Faktor masyarakat Pengaruh ini terjadi karena pergaulan siswa dalam masyarakat seperti, kegiatan siswa dalam masyarakat, media masa, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat. Sedangkan menurut Roestiyah (1986:151-155), faktor eksternal dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1) Faktor yang datang dari sekolah, meliputi: a) Interaksi guru dan murid b) Media pendidikan c) Cara penyajian d) Metode belajar e) Keadaan gedung f) Kurikulum 2) Faktor yang datang dari keluarga, meliputi: a) Cara mendidik b) Suasana keluarga c) Perhatian orang tua d) Keadaan sosial ekonomi e) Latar belakang kebudayaan 3) Faktor yang datang dari masyarakat, meliputi: a) Media massa b) Teman pergaulan 47
c) Kegiatan lain d) Cara hidup lingkungan. Dari uraian di atas dapat simpulkan bahwa faktor internal maupun eksternal secara umum dapat mempengaruhi seseorang dalam proses belajar mengajar, termasuk dalam usaha mencapai intensitas belajarnya. Adapun yang dimaksud mempengaruhi disini adalah faktor-faktor tersebut dapat mendorong atau mendukung seseorang dalam proses belajar bahkan sebaliknya. c. Faktor Pendekatan Belajar Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa untuk menunjang keefektifan dan efisiensi dalam proses pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar. Selain faktor yang mempengaruhi belajar, ada beberapa cara untuk menumbuhkan intensitas dalam kegiatan belajar di sekolah, antara lain: a. Memberi angka Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai angka, nilai yang baik, sehingga yang dikejar siswa adalah nilai ulangan atau nilai-nilai raport yang angkanya baikbaik. Angka-angka yang baik itu merupakan motivasi yang kuat untuk belajar.
48
b. Saingan/Kompetisi Adanya saingan dalam mencapai hasil belajar, siswa akan terpacu motivasinya dalam belajar. c. Hadiah Hadiah dapat juga dikatakan sebagai penumbuh intensitas, karena dengan memberi hadiah siswa akan terpacu dalam belajar. Suasana kompetisi dalam belajar akan terbangun dengan baik sehingga menumbuhkan semangat besar bagi siswa. d. Memberi ulangan Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan adanya ulangan. Siswa mengetahui bahwa ulangan tersebut seagai tolak ukur kemampuan mereka, sehingga rasa tidak mau kalah dengan yang lain akan terbangun. e. Ego/Involvemen Ego ini bisa menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasa pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan, sehingga siswa bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri. f. Pujian Apabila ada siswa yang sukses berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik untuk belajar.
49
g. Hukuman Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi untuk belajar. Dan akan menjadi sebuah alat yang menyadarkan siswa untuk lebih terjun dalam kompetensi meraih keberhasilan belajar dengan siswa lain. 3. Pengertian Intensitas Belajar. Dari pengertian-pengertian Intensitas dan Belajar di atas, penulis mulai mengerti akan pengertian dari Intensitas Belajar. Intensitas belajar adalah kesungguhan seseorang berkaitan dengan tingkah laku sebagai akibat bertambahnya pengetahuan dan ketrampilan serta sikap pada diri seseorang. 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Intensitas dalam belajar siswa. Intensitas belajar mempunyai beberapa faktor yang mempengaruhinya pula. Menurut Oemar Hamalik (2007:109) faktor dari intensitas belajar adalah : a. Kegiatan belajar yang dilakukan b. Latihan atau ulangan, artinya siswa akan intensif belajar jika ada ulangan atau latihan. c. Kepuasan dan kesenangan. Seseorang intensif belajar karena dengan belajar seseorang memperoleh kepuasan atau kesenangan. d. Pengalaman masa lampau e. Kesiapan dan kesediaan belajar
50
f. Minat dan Usaha Sedangkan menurut Kurt Singer (1987: 92) faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas balajar siswa, adalah: a. Adanya keterkaitan dengan realitas kehidupan b. Harus mempertimbangkan minat pribadi si murid c. Memberikan kepercayaan pada murid untuk giat sendiri d. Materi yang diberikan harus bersifat praktis e. Adanya peran serta dan keterlibatan siswa. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa intensitas atau semangat yang tinggi yang dilakukan siswa untuk belajar baik dikelas atau dalam kegiatan belajar privat akan sangat berpengaruh terhadap presatasi belajar mereka. 5. Indikator Intensitas dalam belajar siswa. a. Motivasi Menurut Gletmen dan Reber yang dikutip Muhibbin Syah (1994: 136) bahwa pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme (baik manusia maupun hewan) yang mendorongnya untiuk melakukan sesuatu. Disini motivasi berarti pemasok daya untuk berbuat atau bertingkah laku secara terarah. Hal ini sejalan dengan pendapat M.C. Donal yang memberikan pengertian bahwa “Motivasi adalah perubahan energi di dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya reaksi untuk mencapai tujuan”. (Sardiman A.M 1992: 173). 51
Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah keadaan yang berasal dari dalam diri individu yang dapat melakukan tindakan belajar, termasuk didalamnyan adalah perasaan menyukai materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah hal atau keadaan yang mendorong untuk melakukan tindakan karena adanya rangsangan dari luar individu, pujian , dan hadiah atau peraturan sekolah, suri tauladan orang tua, guru dan seterusnya, merupakan contoh konkrit motivasi ekstrinsik yang dapat mendorong siswa untuk belajar. Dalam hal ini Sadirman A.M. (1990: 84-85), mengemukakan bahwa fungsi motivasi dalam belajar adalah untuk mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dicapai; Jadi, fungsi motivasi dalam belajar dalah: 1) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai; 2) Mendorong manusia untuk berbuat. 3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatanperbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Dengan demikian, cukup jelaslah bahwa motivasi itu akan mendorong seseorang yang belajar untuk memperoleh hasil belajar yang optimal. Dengan kata lain, bahwa dengan adanya usaha yang tekun yang terutama didasari adanya motivasi, 52
maka seseorang yang belajar itu akan dapat mencapai intensitas yang baik. Intensitas meotivasi seseorang peserta didik/mahasiswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian intensitas belajar. b. Durasi kegiatan Durasi kegiatan yaitu berapa lamanya kemampuan penggunaan untuk melakukan kegiatan. Dari indicator ini dapat dipahami bahwa motivasi akan terlihat dari kemampuan seseorang menggunakan waktunya untuk melakukan kegiatan. Yaitu dengan lamanya siswa menyediakan waktu untuk belajar setiap harinya. c. Frekuensi kegiatan Frekuensi dapat diartikan dengan kekerapan atau kejarangan kerapnya (Porwadarminta, 1984: 283), frekuensi yang dimaksud adalah seringnya kegiatan itu dilaksanakan dalam periode waktu tertentu. Misalnya dengan seringnya siswa melakukan belajar baik disekolah maupun diluar sekolah. d. Presentasi Presentasi yang dimaksud adalah gairah, keinginan atau harapan yang keras yaitu maksud, rencana, cita-cita atau sasaran, target dan idolanya yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan. Ini bisa dilihat dari keinginan yang kuat bagi siswa untuk belajar. e. Arah sikap Sikap sebagai suatu kesiapan pada diri seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal yang bersifat positif ataupun negative. Dalam bentuknya 53
yang negativ akan terdapat kecendrungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, bahkan tidak menyukai objek tertentu. Sedangkan dalam bentuknya yang positif kecendrungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, dan mengharapkan objek tertentu. Contohnya, apabila siswa menyenangi materi tertentu maka dengan sedirinya siswa akan mempelajari dengan baik. Sedangkan apabila tidak menyukai materi tertentu maka siswa tidak akan mempelajari kesan acuh tak acuh. f. Minat Minat timbul apabila individu tertari pada sesuatu karena sesuai dengan kebutuhannya atau merasakan bahwa sesuatu yang akan digeluti memiliki makna bagi dirinya, Slamteo (1998: 182) mengatakan bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penermiaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar dirinya. Sedangkan menurut Kartini Kartono (1990:112) mengatakan bahwa minat merupakan moment dari kecendrungan yang terarah dan intensif kepada suatu objek yang dianggap penting. Minat ini erat kaitannya dengan kepribadian dan selalu mengandung unsur afektif, kognitif, dan kemauan. Ini memberikan pengertian bahwa individu tertarik dan kecendrungan pada suatu objek secara terus menerus, hingga pengalaman psikisnya lainnya terabaikan. Hal ini sejalan dengan pendapat Usman Efendi (1985: 122) menyatakan bahwa minat timbul apabila individu tertarik kepada sesuatu karena sesuai dengan
54
kebutuhannya atau merasakan bahwa sesuatu yang akan dipelajari dirasakan bermakna bagi dirinya. Minat juga dapat diartikan sebagai kecendrungan jiwa kepada sesuatu, karena kita merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu pada umumnya disertai dengan perasaan senang akan sesuatu itu (Ahmad D. Marimba, 1989: 79). Hal ini senada dengan pendapat Muhibbin Syah (1995: 136) yang menyatakan bahwa minat adalah kecendrungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. W.S. Winkel (1991: 105), mendefinisikan minat sebagai kecendrungan subjek yang menetap untuk merasa tertarik pada mata pelajaran atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang. Disamping adanya ketertarikan yang disadari individu, minat juga ditunjukkan oleh adanya rasa lebih suka pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh (Slameto, 1998: 180), seseorang memiliki minat terhadap sesuatu akan merasa senang dan cenderung memusatkan perhatian terhadap objek atau kegiatan yang diminatinya. Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa minat adalah kemauan, perhatian, hasrat dan kecenderungan individu untuk aktif melakukan kegiatan dalam rangka mencapai tujuan. Minat erat kaitannya dengan merasa senang seseorang terhadap sesuatu. Minat juga merupakan hasrat atau keinginan individu terhadap sesuatu objek untuk memenuhi kebutuhan psikis maupun fisik, sehingga individu dapat menikmati hal yang diinginkan.
55
Adapun ciri-ciri siswa yang mempunyai minat tinggi adalah : 1) Pemusatan perhatian Pemusatan perhatian dapat mempengaruhi terhadap intensitas. Sebab dengan perhatian siswa terhadap materi dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang studi tertentu. Umpamanya, seorang siswa yang menaruh perhatian besar terhadap matematika akan meusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa lainnya. Kemudian, karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang meingkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai intensitas yang diinginkan. 2) Keingintahuan Kadar keingintahuan siswa dalam belajar dapat terlihat dari partisipasinya ketika kegiatan itu berlangsung. Misalnya ketika kegiatan itu berlangsung, siswa aktif untuk berperan dalam latihan dengan selalu mengikuti kegiatan tersebut atau bertanya. Ketika dalam suatu hal yang belum dipahami dan juga mampu mengomentari terhadap suatu permasalahan. 3) Kebutuhan Siswa yang merasa butuh dan tertarik atau menaruh minat pada suatu kegiatan atau pelajaran maka ia akan selalu menekuni kegiatan itu dengan giat belajar baik pada waktu acara formal maupun diluar acara formal. Misalnya apabila siswa merasa butuh pada pelajaran maka, siswa itu akan berusaha dengan cara apapun juga. 56
g. Aktivitas Aktivitas
diartikan
sebagai
suatu
kegiatan
yang
mendorong
atau
membangkitkan potensi-potensi yang dimiliki oleh seorang anak. Sertiap gerak yang dilakukan secara sadar oleh seorang dapat dikatakan sebagai aktivitas. Aktivitas merupakan cirri dari manusia, demikian pula dalam proses belajar mengajar itu sendiri merupakan sejumlah aktivitas yang sedang berlangsung. Itulah sebabnya prinsip atau azas yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar aktivitas W.J.S Poerdarminta (1985: 26) bahwa aktivitas sebagai atau kesibukan. Pada dasarnya aktivitas dipandang sebagai sarana kelangsungan pengajaran, memiliki bobot dan kualitas dalam proses belajar mengajar, sehingga mempengaruhi keberhasilan belajarnya serta dapat membangkitkan potensi-pontensi anak dalam berbagai pekerjaan yang mereka senangi dan mewujudkan kecendrungan kepribadian mereka sesuai dengan kesiapannya, membangkitkan kesenangan, gairah dan optimisme. J.J Rouseau yang dikutif oleh Sadirman A.M (2001: 94) memberikan penjelasan bahwa segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, dengan faslitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun takhnis. Ini menunjukkan setiap orang yang belajar harus aktif sendiri, tanpa ada aktifitas maka proses belajar mengajar tidak mungkin terjadi. Berdasarkan uraian yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dalam kegiatan belajar mengajar subjek didik atau siswa harus aktif berbuat dengan kata lain
57
bahwa belajar sangat diperlukan adanya aktifitas karena tanpa adanya aktifitas belajar itu tidak mungkin berlangsung dengan baik. Ada beberapa aktifitas siswa sewaktu berlangsungnya suatu kegiatan yaitu: 1) Membaca Membaca merupakan aktifitas belajar. Belajar merupakan set maka belajar atau membaca untuk keperluan belajar harus menggunakan set, maka belajar atau membaca untuk keperluan belajar harus menggunakan set. Misalnya dengan mulai memperhatikan judul bab, topic-topik utama, dengan berorientasi kepada tujuan dan keperluan (Wasty Sumanto, 1990: 110). 2) Bertanya Bertanya merupakan proses aktif, bila siswa tidak atau bahkan kurang dilibatkan maka hasil belajar yang dicapai akan rendah. Bentuk keterlibatan siswa itu misalnya, dengan bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami atau menjawab pertanyaan yang diajukan. 3) Mencatat Mencatat erat kaitannya sebagai aktivitas belajar adalah mencatat yang didorong oleh kebutuhan dan tujuan, dengan menggunakan set tertentu agar catatannya itu berguna.
58
4) Mengingat Mengingat yang termasuk aktivitas belajar adalah mengingat yang didadasari untuk suatu tujuan, misalnya menghafal suatu materi 5) Latihan Latihan termasuk aktivitas belajar, orang yang melaksanakan latihan tentunya mempunyai dorongan untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat mengembangkan suatu aspek pada dirinya. Dalam latihan terjadi interaksi yang interaktif antara subjek dengan lingkungannya hasil belajar akan berupa pengalamannya
yang
dapat
mengubah
dirinya
yang
kemudian
akan
mempengaruhi terhadap lingkungan sekitarnya. 6) Mendengarkan Dalam proses belajar mengajar seorang guru sering menggunakan metode ceramah dalam penyampaian materi disamping metode lainnya. Dalam hal ini, tugas pokok siswa ketika guru sedang menyampaikan materi adalah mendengarkan yang didorong oleh minat dan tujuan. Untuk memahami suatu materi seseorang siswa tidak hanya dipengaruhi oleh kerajinan saja tetapi dipengaruhi juga oleh ketelitian dan ketekunan seseorang siswa dalam mendengarkan materi yang disampaikan.
59
C. Pengaruh Pola Pergaulan Siswa Terhadap Intensitas Belajar. Sesungguhnya ketika kita hidup disuatu komunitas hanya ada dua kemungkinan yang terjadi yaitu mempengaruhi atau dipengaruhi. Jika kita tidak mempengaruhi lingkungan sekitar kita, maka pasti kitalah yang akan terpengaruh oleh lingkungan yang ada. Tidak ada pilihan lain dalam hal ini, artinya tidak mungkin ada seorang yang berada disuatu lingkungan dan dia tidak mempengaruhi dan tidak dipengaruhi. Hiruk pikuk budaya luar negeri sekarang ini mempunyai pengaruh besar dalam budaya asli negara ini. Remaja lebih suka bergaya ala budaya barat dari pada harus memandang sopan santun yang diterapkan dalam budaya negara ini. Bahkan remaja sekarang ini lebih memandang budaya negara sendiri sebagai budaya yang ketinggalan jaman. Dari permasalahan tersebutlah banyak korban budaya barat menjadi salah dalam melangkahkan kaki mereka dalam menyongsong masa depan yang panjang. Kalau sudah seperti itu, tidak bisa kita saling menyalahkan atas kejadian tersebut. Lebih baik dengan keadaan yang mengarah pada pergaulan negatif itu mendapatkan perhatian lebih agar dapat diperbaiki untuk menjadi pergaulan positif. Lingkungan pergaulan, mulai dari sinilah pengaruh besar dalam mengatur arah anak remaja dalam memilih pergaulan positif atau buruk. Awal dari lingkungan keluarga yang mempunyai andil besar dalam mempengaruhi jiwa remaja, kemudian sekolah yang mendidik dampak positif dan negatif pergaulan, serta masyarakat yang secara tidak langsung mengajarkan jiwa solidaritas, tanggung jawab, amanah sehingga bisa membantu untuk mengerti bagaimanakan pergaulan positif atau negatif itu. 60
Pergaulan merupakan interaksi antara dua individu atau lebih yang saling mempengaruhi satu sama lain. Lingkungan pergaulan yang positif atau baik dapat membantu seseorang dalam menjalani hidupnya agar tidak terjerumus pada hal-hal yang tidak diinginkan. Begitu pula bagi diri seorang siswa, lingkungan pergaulan yang baik akan mempengaruhi dia untuk memberikan perhatian yang lebih baik pada kegiatan belajarnya agar intensitas belajarnya optimal. Seperti yang dijelaskan diatas bahwa jiwa kedewasaan siswa dipengaruhi dari bagaimana siswa tersebut memilih lngkungan pergaulan. Pengaruh lingkungan positif atau negatif pun bisa berimbas pada intensitas siswa, dimana adanya pergaulan positif akan memberikan sebuah dorongan semangat dalam situasi belajar siswa sehingga kemungkinan besar siswa mendapat intensitas belajar yang bagus. Begitu pula pengaruh negatif siswa akan didapatkan dari pergaulan negatif mereka sehari-hari. Siswa menjadi malas, sering bolos, tidur di kelas, gaduh, merokok, pergaulan bebas lain jenis dan sifat negatif lain yang berasal dari pergaulan negatif pastinya akan memberikan dampak sangat negatif dalam jiwa belajar siswa. Secara otomatis dengan keadaan seperti itu, maka intensitas belajar siswa akan menurun bahkan bisa dikatakan gagal pada ahirnya. Perhatian, dukungan lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat akan sangat dibutuhkan dalam memantau dan menuntun siswa dalam pergaulan positif dengan harapan intensitas belajar positif pula terhadap siswa. Karena lepas dari pantauan tersebut pergaulan negative menunggu dan lebih cepat pengaruhnya daripada pergaulan positif.
61
Seperti yang telah diterangkan diatas, terdapat faktor lingkungan yang menjadi pengaruh intensitas belajar siswa. Faktor tersebut bisa dimasukkan dalam lingkungan pergaulan yang mempengaruhi intensitas siswa, seperti: 1. Lingkungan keluarga. Keluarga adalah lingkungan sosial pertama yang dikenal oleh seorang siswa. Suasana keluarga yang kondusif bagi siswa untuk belajar, tentu bisa meningkatkan intensitas siswa itu sendiri. Sebaliknya, bila dalam keluarga itu sendiri tercipta suasana yang tidak mendukung siswa untuk belajar, tentu saja intensitas siswa di sekolah tidak akan bagus. Berikut adalah beberapa langkah agar siswa semangat belajar dari segi lingkungan keluarga. a) Akan lebih baik orang tua atau saudara, selalu memberi semangat dan motivasi dalam bentuk apapun agar siswa menjadi giat dalam belajar. b) Suasana rumah tangga yang harmonis juga berpengaruh terhadap intensitas belajar siswa. Keadaan keluarga dimana ayah dan ibu yang selalu bertengkar, akan membuat siswa menjadi malas untuk belajar di rumah dan lebih memilih untuk keluar jalanjalan untuk mengusir rasa kesal. c) Keluarga yang sudah dibiasakan menerapkan disiplin pada anak pasti akan sangat bermanfaat. Anak akan tumbuh menjadi siswa yang disiplin dan tentu saja intensitas belajarnya akan meningkat.
62
d) Kekompakan, akur, tali kasih sayang yang besar membawa jiwa anak akan merasa lebih dimengerti dan akan termotivasi dalam segala hal yang akan mereka jalankan termasuk dalam kegiatan belajarnya. Pengaruh lingkungan terhadap intensitas belajar siswa dari segi keluarga adalah yang paling besar. Lingkungan keluargalah awal dimulai pola tingkah, kebiasaan dan tanggung jawab dari seorang anak. Jadi, hendaknya keharmonisan antar anggota keluarga bisa terjaga. Ini sangat berpengaruh pada mental seorang siswa dalam proses belajarnya. 2. Lingkungan Sekolah Pengaruh lingkungan ini terhadap intensitas belajar siswa cukup besar, karena sekolah adalah lingkungan sosial kedua setelah keluarga yang akan dikenal oleh siswa. Berikut ini adalah hal-hal yang akan mempengaruhi intensitas belajar siswa dari segi lingkungan sekolah. a. Dukungan secara tidak langsung dari lengkapnya fasilitas sekolah akan membuat siswa termotivasi untuk belajar. Fasilitas yang dimaksud misalnya perpustakaan dengan buku yang lengkap, laboratorium dengan peralatan yang memadai, atau fasilitas computer bila perlu. b. Teman-teman siswa di sekolah yang punya sifat rajin atau telah memiliki intensitas bagus, tentu akan mendorong siswa untuk meningkatkan intensitasnya dengan tujuan bisa setara atau bahkan melebihi teman-temannya.
63
c. Sekolah yang baik adalah sekolah yang memiliki guru-guru yang berkualitas. Mulai dari cara mengajarnya, cara memberi motivasi, atau cara mereka memberi perhatian pada siswa-siswanya. Hal ini tentu memberi pengaruh besar terhadap intensitas siswa. 3. Lingkungan Pergaulan (Teman) Pengaruh lingkungan terhadap intensitas belajar memang sangat besar, apalagi bila menyangkut lingkungan pergaulan siswa itu sendiri. Jika siswa bisa memilih pergaulan yang tepat, tentu tidak masalah, tapi terkadang siswa banyak yang terjebak dalam pergaulan yang tidak baik, yang akhirnya berujung pada penurunan intensitas mereka di sekolah. Contohnya bergaul dengan teman yang suka malas belajar, suka bermain game, teman dengan gaya hidup mewah yang melupakan pendidikan, dan masih banyak lagi. Hal-hal negatif seperti itu hanya akan membuat siswa menjadi lupa akan kepentingan belajar. Untuk menghindari hal-hal seperti ini, kontrol orangtua sebagai orang terdekat dengan siswa sangatlah diperlukan. Perhatikan putra-putri Anda setiap saat, kontrol bagaimana perkembangan mereka di sekolah, perhatikan juga siapa saja teman-temannya, apakah mereka membawa dampak baik atau buruk.
64
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Keadaan Umum MTs Negeri Salatiga 1. Identitas Madrasah Nama Madrasah
: MTs Negeri Salatiga
No. Statistik Madrasah
: 21.1.33.73.01.001
Alamat
: Jl. Tegalrejo 1 Salatiga Telp. (0298) 323950
Tahun Berdiri
: 1978
Tahun Penegerian
: 1978
Nama Kepala Madrasah
: Dra. Hj. Zayinatun, Mpd Tmt (sejak) Februari 2011
2. Sejarah Singkat Madrasah Dengan adanya Keputusan Menteri Agama RI tanggal 16 Maret 1978 nomor: 16 th. 1978 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Madrasah Tsanawiyah Negeri, maka sejak Tahun Pelajaran 1978/1979 tepatnya tanggal 1 Januari 1978 PGAN 6 Th Salatiga diubah menjadi: a. MTs N Salatiga, dengan siswa kelas I, II, III PGAN 6 Th. b. PGAN Salatiga dengan siswa kelas IV, V, VI PGAN 6 Th. Pada saat awal perubahan tersebut hingga tanggal 1 Januari 1980, Kepala MTs N Salatiga dan PGAN Salatiga masih dirangkap oleh Bapak Sofwan Achmadi, BA. Sebagai tindak lanjut, maka berdasarkan SK
65
Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama Prop. Jateng tanggal 1 Januari 1980 Bapak Endro Parwono diangkat sebagai kepala MTs N Salatiga. Meskipun MTs N dan PGAN Salatiga secara resmi telah terpisah statusnya, dan masing-masing telah memiliki Kepala Sekolah yang berbeda, namun kedua sekolah ini masih dalam satu atap sejak tahun 1980 s/d 1986 dengan alamat Jl. KH. Wahid Hasyim No. 12 Salatiga. Setelah MTs N Salatiga memiliki gedung sendiri, maka sejak Th. Pelajaran 1986/ 1987 MTs N Salatiga menempati gedung baru dengan alamat Jl. Tegalrejo I Salatiga hingga sekarang. 3. Letak Geografis MTs N Salatiga berlokasi di Jl. Tegalrejo 1 Salatiga. Adapun batas-batasnya adalah sebagai berikut : a. Sebeleh Utara
: Jalan Raya Solo-Semarang
b. Sebelah Selatan
: Perumahan Tegalrejo
c. Sebelah Barat
: Jalan perumahan Tegalrejo
d. Sebelah Timur
: Rumah penduduk
Berdasarkan batas-batas wilayah di atas, maka dapat kita lihat bahwa tempat ini sangat strategis untuk proses belajar mengajar, karena lokasinya yang mudah dijangkau oleh umum dan alat transportasi. 4. Struktur Organisasi Untuk melaksanakan tugas agar bisa berjalan dengan baik, maka diperlukan beberapa komponen yang saling mendukung dan bekerja sama. dalam bentuk struktur organisasi sebagai berikut:
66
TABEL III DAFTAR GURU DAN KARYAWAN MTs Negeri Salatiga NO
NAMA
NIP
JABATAN
1
Dra. Hj. Zayinatun, M. Pd
195412101979032011
Kepala Madrasah
2
Siti Maimunah, S. Pd
195512191979032001
Wakil Kepala Bidang Sarana Prasarana
3
Syafe'i, S.Pd
195508081983031005
Wakil Kepala Bidang Kurikulum
4
Alizar, JS
150222102
Koordinator Ketertiban
5
Nur Hidayati, S.Ag
150221895
Pembina Perpustakaan
6
Aini Dharyati. BA
150225784
Wali Kelas VII F
7
Supangat, S. Pd
195902041993031002
Wakil Kepala Bidang Humas
8
Drs. Widodo Mulyo
150272514
Pembina OSIS/Wali Kelas IX D
9
Drs. Faisal BS, M. Ag
150272090
Wakil Kepala Bidang Kesiswaaan
10
Indri Astuti DS, S.Pd
132140067
Guru
11
Eko Firatno, A.Md
132142695
Pengelola Lab. Bahasa/Wali Kelas IX E
12
Suyanto, S.Pd
132140408
Pengelola Koperasi/Wali Kelas IX F
13 14
Dra. Nur Laila Abdul Latif Muslich
150275615 150256831
Pembina UKS dan PMR/Wali Kelas VIII D
15
Munjayanah, S.Pd
150275526
Pembina Ketrampilan/Wali Kelas VII E
16
Sri Hidayati.
150267351
Pembina Olah Raga/Wali Kelas VIII G
17
Dra. Arini
150294928
Wali Kelas VIII B
18
Dra. Nunuk Samiasih
150294625
Petugas Pengelola Data Kurikulum/Guru BK
19
Umar Faruq. BA
150253110
Pembina Pramuka/Wali Kelas IX C
20
Miftah Syarifudin, S.Si
150329953
Wali Kelas IX B/Guru BK
21
Dra. Dihlis Zuna'im
150329945
Pembina Pramuka/Wali Kelas VII C
22
Muti'ah Setyowati, S.Ag
150329940
Guru/Piket
23
Triyanto, S.Pd
500119732
Pembina Kesenian
24
Heni Haswarini, S.Pd
150360537
Guru
25
Rita Budiarti, S.Pd
150374359
Guru BK
26
Drs. Tulusmono, S.Pd
150359653
Wali Kelas VII F
27
Muhammad Taufiq, S.Pd
150360542
Wali Kelas VIII C/Guru BK
28
Nida Usholha, S.Pd
150359644
Pembina Pramuka/Guru BK
29
M Shobirun, S.Pd
150359652
Pembina Pramuka
30
Siti Riayah, S.Pd
150359642
Wali Kelas VIII A
31
Ida Widminingsih, S.Ag
150359645
Guru/Piket
32
Nova Zaeni. N, S.Pdi
150383701
Guru
33
Munawar, S.Ag
150383701
Wali Kelas VII A
34
Sri Haryati
131116890
Wali Kelas VIII E
35
Drs. Syariful Hadi
150286584
Peng. Lab. Kmptr/Wali Kelas VIID/Guru BK
Pembina Laboraturium IPA/Wali Kelas IX A
67
NO
NAMA
NIP
JABATAN
36
Dra. Mulyani
150289142
Wali Kelas VII B/Guru BK
37
Feviana, S
150359643
Guru Bk
38
Lis Arifah, S.Ag
Guru Bantu Depag/Piket
39
Budi Latiful T. SE
Guru Bantu Depag/Piket
40
Atik Prasetyowati, S.Pd
41
Nuning Widyani, S.Pd
42
Zahara Lulu'ah, S.Pd
Guru Bantu Depag/Piket
43
Ismiyati, S.Pdi
Guru Bantu Depag/Piket
44
Zuly Kurniawati, S.Pdi
Guru Bantu Depag
45
Dra. Ernawati Susanti
Guru Bantu Depag/Piket
46
Henry Johan Sutanti, SH
196907241994032001
Kepal Urusan Tata Usaha
47
Shofiyah
195808041981032003
Bendahara Pengeluaran
48
Sulimah
150206906
Pembantu Kearsipan dan Admin Umum
49
Erniyati
150241969
50 51
M. Arif Rahman Yuliastuti P. SE
150357792
Urs. Up dan Inv barang + Sabmin Urs. Up dan Inv barang + Sabmin
52
Siti Sufrotun
Pemb. Bend Komite/BOS. Pemb Dftr Gaji Komp + Agenda + Pengajaran
53
Wahyu Nurseno
Pemb. Bend. Peng. SPM. SAKPA. UAKPB.
54 55
Zahroni Syarifuddin Sena A. S Hi
Ptgs Prpstk, Keamanan dan Kebersihan
56
Ari Suryani
57
Khundori
Pemb. Petugas Koperasi Siswa Pemb Umum, Kbrshn dan Pnjg malam, Keamanan
58
Sugeng Purnomo
59
Agus Rahmat Y. S. Pd
60
Drs. H. Makhasim
61
Suparno
Pengelola Lab. Bahasa 500137876
Wali Kelas VII G
Pemb. Bend BP3/Komite
Ptgs Prpstk, Keamanan dan Kebersihan 150221345
Pembina PMR/UKS Ketua BP3/ Majelis Madrasah Satpam dan Penjaga Malam
Lampiran: Surat Keputusan Kepala MTs N Salatiga B. Data Sarana dan Prasarana 1. Data Tanah dan Bangunan a. Jumlah tanah yang dimiliki 6270
.
b. Jumlah tanah yang telah bersertifikat 6270 c. Luas bangunan seluruhnya 2561
.
.
68
2. Ruang dan Gedung a. Keadaan Siswa Siswa MTs N Salatiga pada tahun ajaran 2010/2011 secara keseluruhan berjumlah 782 siswa, yang terdiri dari 386 siswa laki-laki dan 396 siswa perempuan. Dengan penjelasan sebagai berikut: TABEL IV Keadaan Siswa MTs N Salatiga Tahun 2011/2012 KELAS
JENIS KELAMIN JUMLAH JUMLAH KELAS SISWA LAKI-LAKI PEREMPUAN
VII
7
274
135
139
VIII
7
268
136
132
IX
7
240
115
125
JUMLAH
21
782
386
396
b. Keadaan Ruang dan Gedung Demi menunjang lancarnya proses pendidikan, dibutuhkan sarana prasarana yang baik dan sesuai, salah satunya adalah gedung sebagai tempat proses belajar mengajar serta kegiatan lain dalam sekolahan berlangsung. Keadaan ruang dan gedung sekolah MTs N Salatiga yang memiliki 32 gedung, dengan perincian sebagai berikut: TABEL V Keadaan Ruang dan Gedung No 1 2 3
Jenis Ruang Kelas Ruang Kantor Ruang Kepala
Lokal 21 1 1
Kondisi Kekurangan Baik Rusak 1900 x 72 x 54 x m2
69
Kondisi Baik Buruk X
No
Jenis
Lokal
m2
4
Ruang Guru Ruang Perpustakaan Ruang Lab. komputer Ruang Lab. IPA Ruang Lab. Bahasa
1
96
1
100
X
1
72
X
1 1
100 100
X X
1
100
x
1 1 1 x 1 1 2 1
144 56 4 3212 2x2 3x3 2x2 2x2
x
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Ruang Ketrampilan Ruang Aula Ruang Mushola Ruang UKS Halaman/Upacara Ruang Musik Ruang Koperasi Ruang Kantin Ruang Satpam
Kurang luas Kurang luas Kurang luas Kurang luas
X X X X X X
Kekurangan
Jadi satu R. OSIS Kurang luas Kurang luas Kurang luas
x
C. Keadaan Responden 1. Data Responden Data nama responden pada penelitian ini adalah nama-nama beberapa perwakilan (pilihan) siswa Kelas VIII MTs N Salatiga. Perwakilan itu didapat melalui persentase dari populasi seperti yang dijelaskan pada bab I yaitu di antara 10 – 15%. Didalam penelitian ini peneliti mengambil 15% dari 268 jumlah siswa kelas VIII, sehingga ditemukan 40 siswa sebagai sampel dengan rincian sebagai berikut: 1) Kelas VIII A =
* 15 = 6,3
2) Kelas VIII B =
* 15 = 6,15
3) Kelas VIII C =
* 15 = 6,15
70
4) Kelas VIII D =
* 15 = 6
5) Kelas VIII E =
* 15 = 4,8 = 5
6) Kelas VIII A =
* 15 = 6
7) Kelas VIII A =
* 15 = 4,8 = 5
Berikut adalah nama-nama siswa yang telah terpilih menjadi sampel dalam penelitian ini: TABEL VI DATA RESPONDEN NO
Nama Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
AGUS ARDI PRASTYO ALDHA .G ANA PUJI S.W ANI FARIKHAH AYU RINA P. S BADRUL MUNIR R BASYIR CHOHIMI BUSAERI CHOLISTA AULIA F DANU A. S DEWI LEJAR SAYATI DYAH EKA LESTARI FAIZ ASIFUDDIN FEBRI RAMADANI GRIFMA ULIN N HAAFIZ WINARDANY HANIF M. H HANY NUR HAYATI IFAH SOFIATI LORENA ROSITA SARI MARDHIANA
Jenis Kelamin L P L P P P P L L L P L P P L L P L L P P P P
71
NO
Nama Responden
22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
MELINDA A. A M. AFIFUDIN M. HAIDAR A M. IBNU MUBAROQ M. SYAIFUL M. SYARIFUDIN NADIA SELA A NISSA FANDY NUR HADI RYAN SAHLI KOIRUL A SALSHABINA A. N SAUSAN AIDA K SOHAN A.A SUMAIYAH TURFIYAH TRI MURTI USWATUN KH YULI ADITYA P
Jenis Kelamin L P P L L L L L P P L L L P P L L P P P L
2. Jawaban Angket Pola Pergaulan Siswa. Adapun hasil penyebaran angket Pola Pergaulan Siswa Mts N Salatiga sebanyak 19 pertanyaan dapat dilihat dari tabel berikut: TABEL VII Jawaban Responden dari Angket Pola Pergaulan Siswa NO 1 2 3 4 5 6 7
1 B B B B B B B
2 B B B B A B B
3 B B B B B B B
4 A A B B B B A
5 B B C C B B B
6 A B B B A B A
7 C B B B B A C
JAWABAN HALAMAN 8 9 10 11 12 B D D D B A C C C C B C C C C B C C C C A C D D B A C C B B B D D D D
13 A C A A C A A
14 D D D D C D D
15 D D D D C C B
16 D D D D D C D
17 B C D D B D C
72
18 C C A A B C B
19 B B B B B B D
NO 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
1 A C B B C B B B C B B A C A B B C A A B C D C B A A B B B B B A C
2 A C B C D B A C C B B A C B C B B A A A B B C A A A D B C B B B B
3 A B A B B C B B B C B B C B B B B A B C B C C B A B B A D B C B C
4 A D B C A B B B C C B A C A B A B A B B B D C B A A B A B B D B B
5 A B C B B B B B C C B B C B C B C B A C B C C A A B B B D B D B B
6 A C C C C A A A B B B A B A C A B A A C B C B C A A B B C B A C B
7 A B C B B C B B C C B A C B B B B A B B B B C B A A B B D A B A C
JAWABAN HALAMAN 8 9 10 11 12 A D D B A B C C B B B C D D C C C D D C B C C D C B C C C C A C D D B B C C C B A D C B D B C D D C A C D A C A C B A C A D C C B A C D C C C C C D B A C D B C B C C A C A C D D B B C C B A B C B C C A C C C C B C C C C A D C C B D C C D C A D D C A A C B A C B D C C B B C C B B A C D D B A C C C C A C B A D B C D C C B D D C B
13 A C C C C A C B C B C C B B B C B C C B A B B C A C B A C C D C D
14 D D C B D D D D D C D D D D A B D D D D D C B C D D D B B B D D D
15 C D C C D C D C D C D C C D C C D B B D D D C C C C D C D B D C C
16 D D D D D C D D D D D D D D D D D D D D D C C D D D D D D D C D D
17 C B B B D B D C B C C B D B B C C B B C D B B C B B D D B B D D D
3. Jawaban Angket Intensitas Belajar Siswa Adapun hasil penyebaran angket intensitas belajar siswa juga disebarkan melalui siswa-siswi Kelas VIII MTs N Salatiga yang dipilih beberapa orang tiap kelasnya. Hasil jawaban pertanyaan tersebut dapat dilihat dari tabel berikut:
73
18 A C B B B C B A C B B A A A B B B B B A C B C A A B B A B B A A C
19 B B B B B B D C B B D B B B B B B A B C B B B D B B D C A B B B B
TABEL VIII Jawaban Responden dari Angket Intensitas Belajar Siswa NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
JAWABAN HALAMAN 20 21 22 23 24 25 C C C C A B C B C B B B C B B C B B C B B B B B C B C B B B C C C B B C C B C B A B C A B B B A C B C B B B C B C B A B C C C B B C C A C B B A C B C B B B C B C C C A B B B B A B C C C C B A C B C B A B C B B B B B B A B B B B C B C C B C C A C C B B B A B B B B B A C B B A C A B B B A B A B B B A C B C C B B C B B B A B C A B B B B C B C C B C C C C C C B D C B C B B B A B A B A B A C B A A C B B B A B B A B B B B C D C B B B C A C B B C C C B B A A C B B B B A D B C B B B
JUMLAH A B C 1 1 4 0 4 2 0 4 2 0 5 1 0 4 2 0 2 4 1 3 2 2 3 1 0 4 2 1 3 2 0 2 4 2 2 2 0 4 2 1 1 4 1 5 0 1 1 4 1 3 2 0 5 1 1 5 0 0 2 4 1 2 3 1 5 0 2 3 1 2 3 1 2 4 0 0 3 3 1 4 1 1 4 1 0 2 4 0 1 5 0 3 3 3 3 0 3 2 1 1 4 1 1 5 0 0 3 3 1 2 3 2 2 2 1 4 1 0 4 2
74
BAB IV ANALISIS DATA
Setelah data terkumpul, maka langkah yang penulis tempuh selanjutnya adalah menganalisa data. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh jawabanjawaban dari pokok permasalahan yang ditanyakan. Adapun dalam tujuan penelitian ini, sebagaimana telah disebutkan dalam bab pendahuluan yaitu : 1. Mengetahui ragam pola pergaulan siswa MTs N Salatiga. 2. Mengetahui pengaruh pola pergaulan siswa terhadap intensitas belajar siswa MTs N salatiga. Dalam analisis data ini, penulis membaginya menjadi beberapa tahap, yaitu sebagai berikut : A. Analisis Pertama Analisis pertama yaitu tentang pengaruh pola pergaulan. Data tentang pola pergaulan diperoleh dari penyebaran angket yang terdiri dari 19 pertanyaan, yaitu 13 pertanyaan untuk pola pergaulan positif dan 6 pertanyaan untuk pola pergaulan negatif. Data tentang pola pergaulan siswa diperoleh dari penyebaran angket dengan jumlah 19 pertanyaan. Masing-masing pertanyaan tersebut disediakan empat alternatif jawaban dengan bobot nilai sebagai berikut : 1. Nilai jawaban angket pergaulan positif dari nomor 1 - 13 a. Alternatif jawaban A dengan nilai 3
75
b. Alternatif jawaban B dengan nilai 2 c. Alternatif jawaban C dan D dengan nilai 1 2. Nilai jawaban angket pergaulan negatif dari nomor 14 - 19 a. Alternatif jawaban A dengan nilai 1 b. Alternatif jawaban B dengan nilai 2 c. Alternatif jawaban C dan D dengan nilai 3 Sedangkan nomor pertanyaan 18 berbeda dalam pemberian nilai bobot, yaitu : a. Alternatif jawaban A dengan nilai 3 b. Alternatif jawaban B dengan nilai 2 c. Alternatif jawaban C dan D dengan nilai 1
TABEL IX JAWABAN ANGKET POLA PERGAULAN NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 2 2 2 2 2 2 2 3 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2
2 2 2 2 2 3 2 2 3 1 2 1 1 2 3 1 1 2 2
3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 1 2 2 2 1 2
4 3 3 2 2 2 2 3 3 1 2 1 3 2 2 2 1 1 2
5 2 2 1 1 2 2 2 3 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2
6 3 2 2 2 3 2 3 3 1 1 1 1 3 3 3 2 2 2
7 1 2 2 2 2 3 1 3 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2
8 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 2 2 3 2 3 2 3
NOMOR ITEM 9 10 11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 3
12 2 1 1 1 2 2 1 3 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1
13 3 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 3 1 2 1 2 1
14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3
15 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
16 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
17 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 2 3 3
76
18 1 1 3 3 2 1 2 3 1 2 2 2 1 2 3 1 2 2
19 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3
NO 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
1 3 1 3 2 2 1 3 3 2 1 1 1 2 3 3 2 2 2 2 2 3 1
2 3 1 2 1 2 2 3 3 3 2 2 1 3 3 3 1 2 1 2 2 2 2
3 2 1 2 2 2 2 3 2 1 2 1 1 2 3 2 2 3 1 2 1 2 1
4 3 1 3 2 3 2 3 2 2 2 1 1 2 3 3 2 3 2 2 1 2 2
5 2 1 2 1 2 1 2 3 1 2 1 1 3 3 2 2 2 1 2 1 2 2
6 3 2 3 1 3 2 3 3 1 2 1 2 1 3 3 2 2 1 2 3 1 2
7 3 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 1 2 3 3 2 2 1 3 2 3 1
8 3 3 3 1 3 2 3 2 2 3 2 3 1 3 3 2 2 3 3 3 2 2
NOMOR ITEM 9 10 11 1 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 3 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 3 1 1 1 1 1 1
12 1 2 1 2 1 1 2 3 1 1 1 2 1 3 1 2 2 2 1 1 1 2
13 1 2 2 2 1 2 1 1 2 3 2 2 1 3 1 2 3 1 1 1 1 1
14 3 3 3 1 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3
15 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3
16 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
17 2 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3
Setelah data terkumpul, langkah penulis selanjutnya adalah : 1. Mencari Interval Pola Pergaulan Siswa Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai terendah adalah 19 dan nilai tertinggi adalah 57. Kemudian diintervalkan dengan rumus :
i
( xt xr ) 1 Ki
Keterangan : i
: Interval ideal
xr : Nilai terendah ideal i
=
xt : Nilai tertinggi ideal Ki : Kelas Interval
(57 19) 1 39 = = 13 3 3
77
18 3 3 3 2 2 2 2 2 3 1 2 1 3 3 2 2 3 2 2 3 3 1
19 2 2 2 2 2 2 1 2 3 2 2 2 3 2 2 3 3 1 2 2 2 2
Kemudian dimasukkan ke dalam tabel untuk mengetahui berapa besar kontribusi Pola Pergaulan siswa : TABEL X INTERVAL POLA PERGAULAN SISWA Nilai Interval
Jumlah Siswa
Nilai Nominasi
45 - 57
4
A
32 - 44
33
B
19 - 31
3
C
2. Mencari Prosentase Masing-masing Kategori a. Kategori A
=
4 x 100 % 40
= 10 %
b. Kategori B
=
33 x 100 % 40
= 82,5 %
c. Kategori C
=
3 x 100 % 40
= 7,5 %
Untuk lebih jelasnya disajikan dalam tabel berikut ini : TABEL XI PROSENTASE POLA PERGAULAN SISWA No
Tingkat Pergaulan
Frekuensi
Prosentase
1
Baik
4
10 %
2
Sedang
33
82,5 %
3
Kurang Baik
3
7,5 %
Jumlah
40
100 %
78
Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa pola pergaulan siswa Mts N Salatiga termasuk kategori sedang, karena yang termasuk kategori baik adalah 10 % dan kategori kurang baik adalah 7,5 %, sedangkan kategori sedang adalah 82,5 %. B. Analisis Kedua Analisi kedua yaitu intensitas belajar siswa. Data tentang intensitas belajar siswa diperoleh dari penyebaran soal yang terdiri dari 6 pertanyaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
TABEL XII DATA INTENSITAS BELAJAR SISWA NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
JAWABAN HALAMAN 20
21
22
23
24
25
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 2
1 2 2 2 2 1 2 3 2 2 1 3 2 2 2 1 2 2 3 2 3 3 3
1 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 1 2 1
1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 1 2 2
3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 1 3 2 3 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 1 2 3 2 2 1 3 2 3 2 3 2 2 2 1 2 2 3
TOTAL 9 10 10 11 10 8 11 13 10 11 8 12 10 9 13 9 11 11 13 8 10 13 13
79
NO 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
20 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1
JAWABAN HALAMAN 21 22 23 24 3 2 2 2 3 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 3 2 3 2 3 1 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 1 1 2 2 3 1 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2
25 3 3 2 2 2 1 2 2 3 3 2 2 2 1 3 3 2
TOTAL 13 14 9 12 12 8 7 9 15 14 12 13 9 10 12 12 10
Setelah data tentang intensitas belajar terkumpul, langkah penulis selanjutnya adalah : 1. Mencari Interval Intensitas Belajar Siswa Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai terendah adalah 6 dan nilai tertinggi adalah 18. Untuk mencari tingkat intensitas tinggi, sedang, dan rendah maka penulis menggunakan rumus interval sebagai berikut : i
( xt xr ) 1 Ki
=
(18 6) 1 3
=
13 3
= 4,3 =4
80
Kemudian dimasukkan ke dalam tabel untuk mengetahui tingkat Intensitas Belajar Siswa : TABEL XIII INTERVAL INTENSITAS BELAJAR SISWA Nilai Interval
Jumlah Siswa
Nilai Nominasi
14 - 18
3
A
10 - 13
26
B
6-9
11
C
2. Mencari Prosentase Masing-masing Kategori a. Kategori A
=
3 x 100 % 40
= 7,5 %
b. Kategori B
=
26 x 100 % 40
= 65 %
c. Kategori C
=
11 x 100 % 40
= 27,5 %
Untuk lebih jelasnya disajikan dalam tabel berikut ini : TABEL XIV PROSENTASE TINGKAT INTENSITAS BELAJAR SISWA No
Tingkat Prestasi Belajar
Frekuensi
Prosentase
1
Tinggi
3
7,5 %
2
Sedang
26
65 %
3
Rendah
11
27,5 %
40
100 %
Jumlah
81
Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa tingkat intensitas belajar siswa-siswi Mts N Salatiga tahun pelajaran 2010/ 2011 termasuk kategori sedang, karena yang termasuk
kategori tinggi adalah
7,5 %,
kategori rendah adalah 27,5 %, sedangkan kategori sedang adalah 65 %. C. Analisis Ketiga Analisi ketiga yaitu pola pergaulan terhadap intensitas belajar siswa. Dalam penyajian data pada bab ini akan dikorelasikan dalam tabel koefisien korelasi dimana pola pergaulan siswa sebagai variabel x dan intensitas belajar siswa sebagai variabel y. Untuk lebih jelasnya penulis sajikan dalam tabel berikut ini : TABEL XV PENGARUH PERGAULAN TERHADAP INTENSITAS BELAJAR SISWA NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
X 39 38 39 39 42 42 40 51 33 34 31 35 36 42 41 32
Y 9 10 10 11 10 8 11 13 10 11 8 12 10 9 13 9
NO 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
X 42 32 40 38 42 42 39 38 32 31 39 49 45 39 44 31
Y 10 13 13 13 14 9 12 12 8 7 9 15 14 12 13 9 82
NO 17 18 19 20
X 34 41 46 35
Y 11 11 13 8
NO 37 38 39 40
X 36 40 39 34
Y 10 12 12 10
Untuk melakukan analisis tentang pengaruh pola pergaulan terhadap intensitas belajar siswa, maka penulis menggunakan teknik analisa statistik. Dalam hal ini penulis menggunakan rumus product moment sebagai berikut :
rxy
Nx
Nxy (x)(y ) 2
(x) 2 Ny 2 (y ) 2
Keterangan : rxy
= Koefisien antara variabel x dan variabel y
xy
= Perkalian antara x dan y
x
= Variabel independent yaitu pola pergaulan siswa
y
= Variabel dependent yaitu intensitas belajar siswa.
N
= Jumlah populasi
= Sigma. Untuk mengerjakan rumus di atas, dicari terlebih dahulu unsur-unsur
yang mewakili rumus tersebut melalui tabel berikut ini :
83
TABEL XVI TABEL KERJA PRODUCT MOMENT KOEFISIEN KORELASI POLA PERGAULAN TERHADAP INTENSITAS BELAJAR SISWA NO
X
Y
X²
Y²
XY
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
39 38 39 39 42 42 40 51 33 34 31 35 36 42 41 32 34 41 46 35 42 32 40 38 42 42 39 38 32 31 39 49 45
9 10 10 11 10 8 11 13 10 11 8 12 10 9 13 9 11 11 13 8 10 13 13 13 14 9 12 12 8 7 9 15 14
1521
81
351
1444
100
380
1521
100
390
1521
121
429
1764
100
420
1764
64
336
1600
121
440
2601
169
663
1089
100
330
1156
121
374
961
64
248
1225
144
420
1296
100
360
1764
81
378
1681
169
533
1024
81
288
1156
121
374
1681
121
451
2116
169
598
1225
64
280
1764
100
420
1024
169
416
1600
169
520
1444
169
494
1764
196
588
1764
81
378
1521
144
468
1444
144
456
1024
64
256
961
49
217
1521
81
351
2401
225
735
2025
196
630
84
NO 34 35 36 37 38 39 40 Σ
X 39 44 31 36 40 39 34
Y 12 13 9 10 12 12 10
1542
434
X²
Y²
XY
1521
144
468
1936
169
572
961
81
279
1296
100
360
1600
144
480
1521
144
468
1156
100
340
60358
4860
16939
x
: 1542
y
: 434
xy
: 16939
x2
: 60358
y2
: 4860
N
: 40
( x)2
: 2377764
( y)2 : 188356
α 5 % : 0,312 α 1 % : 0,403
rxy
=
=
=
=
=
=
N .x
N .xy (x)(y ) 2
(x) 2 N .y 2 (y ) 2
40.16939 (1542)(434)
40.60358 237776440.4860 188356 677560 669228
2414320 2377764194400 188356 8332 (36556)(6044)
8332 220944464 8332 14864,2
= 0,56
85
D. Interpretasi Data Setelah data dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi product moment diperoleh nilai rxy sebesar 0,56, kemudian dibandingkan dengan tabel r product moment dengan N : 40. Pada taraf signifikansi 1 % sebesar 0,403, sedangkan pada taraf signifikansi 5 % sebesar 0,312. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa nilai rxy lebih besar dari nilai tabel r product moment pada taraf signifikansi 1 %, sehingga hipotesis diterima dan sangat meyakinkan. Ini berarti hipotesis “Ada pengaruh pola pergaulan terhadap intensitas belajar siswa dapat diterima”.
86
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah penulis menguraikan mengenai pengaruh pola pergaulan terhadap intensitas belajar siswa, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pengaruh pola pergaulan siswa termasuk dalam kategori sedang, terbukti dari 40 responden dapat dikelompokkan sebagai berikut : -
Tergolong dalam kategori baik ada 4 siswa atau 10 %.
-
Tergolong dalam kategori sedang ada 33 siswa atau 82,5 %.
-
Tergolong dalam kategori kurang baik ada 3 siswa atau 7,5 %.
2. Intensitas belajar siswa tergolong dalam kategori sedang, terbukti dari 40 responden dapat dikelompokkan sebagai berikut : -
Tergolong kategori tinggi ada 3 siswa atau 7,5 %
-
Tergolong kategori sedang ada 26 siswa atau 65 %
-
Tergolong kategori rendah ada 11 siswa atau 27,5 %.
3. Berdasarkan analisa dengan menggunakan korelasi product moment diperoleh nilai rxy sebesar 0,56. Hal ini berarti hasil rxy lebih besar dari rxy tabel (0,56 > 0,403) dalam taraf signifikansi 1 %. Jadi hipotesa yang berbunyi “Ada pengaruh pola pergaulan terhadap intensitas belajar siswa Mts Negeri Salatiga Tahun pelajaran 2011 / 2012” diterima.
87
B. Saran-saran Dari hasil penelitian di atas, menunjukkan Pengaruh Pola Pergaulan Terhadap Intensitas Belajar Siswa termasuk dalam kategori sedang, yang berarti perlu adanya upaya peningkatan yang lebih baik dari sebelumnya. Oleh karena itu penulis akan menyampaikan beberapa sumbangan pemikiran sebagai saran untuk meningkatkan intensitas siswa ke arah yang lebih baik : 1. Orang Tua a. Orang tua hendaknya lebih memberikan perhatian terhadap pergaulan anaknya sehari-hari sehingga terhindar dari pola pergaulan yang tidak diinginkan. b. Orang tua hendaknya lebih anaknya
agar
dapat
memberikan ruang komunikasi untuk
terjalin
kedekatan
keluarga
yang
bisa
menumbuhkan sikap positif dari tauladan orang tua kepada anak. c. Orang tua hendaknya selalu membimbing dan memperhatikan anaknya dalam belajar. d. Orang tua hendaknya memberikan motivasi anaknya dalam belajar, sehingga anak dapat mencapai apa yang dicita-citakan. e. Orang tua hendaknya menganjurkan pada anaknya untuk mengikuti bimbingan-bimbingan belajar agar dapat memperoleh prestasi yang bagus. 2. Guru a. Memberikan penyuluhan positif negatifnya pola pergaulan-pergaulan yang ada dilingkungan mereka.
88
b. Banyak memberikan contoh dampak-dampak pergaulan yang ada di lingkungan siswa. c. Lebih kreatif dalam mengembangkan pola mengajarnya menuju pembelajaran aktif. d. Sering memperhatikan siswa dalam individunya untuk mendapat proses intensitas atau motivasi belajar. 3. Kepala Sekolah a. Mengajak semua elemen yang bersangkutan dengan siswa untuk membentuk pribadi siswa pada pergaulan positif. b. Agar lebih meningkatkan sarana / alat dalam proses belajar mengajar. c. Meningkatkan kerja sama dengan berbagai unsur (instansi atau orang tua siswa). d. Menganjurkan kepada guru / wali kelas untuk selalu meningkatkan kualitas pengetahuan dan ketrampilan guna menunjang kemajuan sekolah. 4. Siswa a. Hendaknya bisa mengerti apa dampak-dampak dari pola pergaulan yang ada di sekitar lingkungannya. b. Hendaknya lebih menyadari tentang pengaruh pergaulan-pergaulan di sekitarnya. c. Hendaknya siswa menyadari bahwa belajar merupakan tanggung jawabnya, maka hendaknya semua tugas dan kewajiban dilaksanakan sebaik-baiknya.
89
d. Patuhilah tata tertib yang ada di sekolah agar proses belajar mengajar berjalan dengan lancar. e. Kepada para siswa hendaknya agar selalu memperhatikan tingkah laku mereka serta mengamalkan ajaran agama dengan benar supaya dapat terhindar dari tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma-norma, baik yang berlaku di sekolah maupun masyarakat. C. Penutup Dengan mengucapkan rasa syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat, inayah dan hidayahNya sehinga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini walaupun mungkin isinya belum dapat memenuhi yang semestinya karena penulis yakin bahwa dalam penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Hal ini karena keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak khususnya pembaca guna memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada dan kiranya dapat menjadi bahan pertimbangan bagi penentuan langkah penulisan selanjutnya. Harapan penulis semoga kekurangan yang ada tidak mengurangi arti kegunaan yang penulis maksut. Akhirnya, hanya ucapan terima kasih yang dapat penulis haturkan kepada semua pihak yang telah ikut membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Akhirnya dengan teriring salam, semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin.
90
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu, Psikologi Sosial, Rineka Cipta, Jakarta, 1999. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, 1998. Arifin, Zaenal, Evaluasi Intruksional; Prinsip,Teknik, Prosedur, Gema Karya, Bandung, 1988. Arifin,
Zaenal, Pendekatan dalam Proses Roesdakarya, Bandung, 1989.
Belajar
Mengajar,
Remaja
Bahar, Ratna Wilis, Teori-teori Belajar, Erlangga, Jakarta, 1989. Daliman, Ilmu Pendidikan, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Press. Surakarta , 1997. Depag RI, Al-Qur'an dan terjemahnya, CV. Toha Putra, Semarang, 1989. Depdikbud, kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1994. E. Bell Gedler, Margaret, Belajar dan Membelajarkan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1994. emzul dan aprelia, 2007 Gerungan, W.A, Dipl. Psych. Psikologi Sosial, Refika Aditama, Jakarta, 2004. Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta, 1995. Hadi, Sutrisno, Metodologi Research II, Yayasan Penerbitan Fak. Psikologi UGM, Yogyakarta, 1997. , http://belajardisit.blogspot.com/ Hadi, Soedomo, Pendidikan (Suatu Pengantar), Surakarta: UNS Press, 2005. Pasaribu, I.L., B. Simanjuntak, Proses Belajar Mengajar, Tarsito, Bandung, 1983. H. Friyer, Douglas, Edwin R. Henry, Charles P. Sparks, General Psychology, Bernas and Nobel Inc, New York, 1954. Ita wulan, Septina, Hubungan antara kepribadian dan lingkungan pergaulan dengan prestasi belajar siswa,Surakarta, 2006.
N.K., Roestiyah, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, Bina Aksara, Jakarta, 1986. Nasution, S, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta, Kanisius, 1982. Poerwadarminta, W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1982. Simanjuntak, Psikologi Kepribadian, Bandung, Tarsito, 1984. Singers, Kurt, Membina Hasrat Belajar di Sekolah, Bandung, Remaja Karya, 1987. Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta, 1991. Setiawati, Lilis, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, Remaja Roesdakarya, Bandung, 1993. Sriyanti, Lilik, Psikologi Pendidikan (Suatu Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar), STAIN Salatiga Press, Salatiga, 2003. Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1991. Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 2004. Sumanto, Wasty, Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, Jakarta, Rineka Cipta, 1990. Surayin, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Yogyakarta, yrama widya, 2008. Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Rajawali Press, Jakarta, 1990. Syah, Muhibbin, Psikologi Pendekatan Baru, Remaja Karya Bandung, 1995. Walgito, Bimo, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Andi Offset, Yogyakarta, 1995 Winkel, WS., Psikologi Pengajaran, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1987.
DAFTAR ANGKET A. Identitas Nama
:
NIS
:
Kelas
:
B. Petunjuk 1. Bacalah dengan baik pertanyaan-pertanyaan yang ada ! 2. Berikan tanda silang (X) pada salah satu jawaban ! 3. Jawablah dengan jujur sesuai dengan hati nurani Anda ! 4. Angket ini tidak mempengaruhi nilai Anda. C. Daftar Pertanyaan 1. Apakah Anda merasakan keamanan dalam pergaulan di sekolah ? a. Ya, secara keseluruhan b. Ya, Sebagian besar c. Hanya sebagian kecil saja d. Keseluruhan tidak 2. Apakah Anda merasakan keamanan dalam pergaulan di luar sekolah ? a. Ya, secara keseluruhan b. Ya, Sebagian besar c. Hanya sebagian kecil saja d. Keseluruhan tidak 3. Apakah Anda merasakan kenyamanan dalam pergaulan di sekolah ? a. Ya, secara keseluruhan b. Ya, Sebagian besar c. Hanya sebagian kecil saja d. Keseluruhan tidak
4. Apakah Anda merasakan kenyamanan dalam pergaulan di luar sekolah ? a. Ya, secara keseluruhan b. Ya, Sebagian besar c. Hanya sebagian kecil saja d. Keseluruhan tidak 5. Apakah Anda merasakan ketentraman dalam pergaulan di sekolah ? a. Ya, secara keseluruhan b. Ya, Sebagian besar c. Hanya sebagian kecil saja d. Keseluruhan tidak 6. Apakah Anda merasakan ketentraman dalam pergaulan di luar sekolah ? a. Ya, secara keseluruhan b. Ya, Sebagian besar c. Hanya sebagian kecil saja d. Keseluruhan tidak 7. Apakah Anda merasakan keramahan dalam pergaulan di sekolah ? a. Ya, secara keseluruhan b. Ya, Sebagian besar c. Hanya sebagian kecil saja d. Keseluruhan tidak 8. Apakah Anda merasakan keramahan dalam pergaulan di luar sekolah ? a. Ya, secara keseluruhan b. Ya, Sebagian besar c. Hanya sebagian kecil saja d. Keseluruhan tidak 9. Apakah Anda mempunyai jadwal kegiatan belajar bersama dengan teman dalam jam sekolah ? a. Selalu b. Sering c. Kadang d. Tidak pernah
10. Apakah Anda mempunyai jadwal kegiatan belajar bersama dengan teman diluar jam sekolah ? a. Selalu b. Sering c. Kadang d. Tidak pernah 11. Apakah Anda mengikuti organisasi remaja di lingkungan luar sekolah ? a. Selalu b. Sering c. Kadang -kadang d. Tidak pernah 12. Apakah bertukar pengalaman dengan teman dapat menimbulkan dampak positif bagi Anda ? a. Ya, secara keseluruhan b. Ya, sebagian besar c. Tidak pasti (kadang ya, kadang tidak) d. Hanya sedikit 13. Apakah Anda ikut aktif mendukung berhasilnya pembelajaran (dalam arti tidak mengganggu) dalam kelas? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang sekali 14. Apakah Anda pernah tidak mengikuti pembelajaran tanpa ijin di sekolahan? a. Sering b. Kadang-kadang c. Jarang sekali d. Tidak pernah
15. Pernahkah Anda datang terlambat ke sekolah ? a. Selalu b. Sering c. Jarang sekali d. Tidak pernah 16. Apakah Anda merokok ? a. Sering b. Kadang-kadang c. Jarang sekali d. Tidak pernah 17. Apakah Anda membuat gaduh didalam proses belajar di kelas ? a. Sering b. Kadang-kadang c. Jarang sekali d. Tidak pernah 18. Apa Anda memperhatikan penjelasan guru waktu pembelajaran di kelas? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang sekali 19. Apakah Anda merasa bosan dalam penjelasan guru di kelas? a. Sering b. Kadang-kadang c. Jarang sekali d. Tidak pernah 20. Apakah Anda memperoleh hasil baik dari ulangan yang diadakan setiap selesainya sub materi yang dijelaskan ? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang sekali
21. Apakah Anda aktif dalam memperhatikan, menanggapi penjelasan, dan bertanya dalam proses pembelajaran ? a. Sering b. Kadang-kadang c. Jarang sekali d. Tidak pernah 22. Apakah Anda selalu mengerjakan tugas yang dikerjakan oleh guru dengan baik ? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang sekali 23. Sampai manakah rata-rata tingkat hasil intensitas belajar Anda capai dalam UTS ? a. Nilai 8 - 10 b. Nilai 7 -79 c. Nilai 5 – 6,9 d. Nilai < 5 24. Sampai manakah rata-rata tingkat hasil intensitas belajar Anda capai dalam UAS ? a. Nilai 8 - 10 b. Nilai 7 -79 c. Nilai 5 – 6,9 d. Nilai < 5 25. Bagaimanakah pencapaian tingkat intensitas belajar Anda ? a. Baik b. Cukup c. Kurang d. Kurang sekali