PENDIDIKAN KARAKTER DI MADRASAH IBTIDAIYAH ASAS ISLAM KALIBENING KECAMATAN TINGKIR KOTA SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh : SITI ASTUTI NIM 11508015
JURUSAN TARBIYAH PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2012
PENDIDIKAN KARAKTER DI MADRASAH IBTIDAIYAH ASAS ISLAM KALIBENING KECAMATAN TINGKIR KOTA SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh : SITI ASTUTI NIM 11508015
JURUSAN TARBIYAH PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2012
KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp.(0298) 323706 Fax323433 Salatiga 50721 Website: www.stainsalatiga.ac.id E-mail:
[email protected]
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara: Nama
: Siti Astuti
NIM
: 11508015
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Judul
: PENDIDIKAN KARAKTER DI MADRASAH IBTIDAIYAH ASAS ISLAM KECAMATAN TINGKIR KOTA SALATIGA TAHUN 2012
telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, 20 Juli 2012 Pembimbing
Miftachur Rif’ah, M.Ag NIP. 19720308 199803 2 006
KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp.(0298) 323706 Fax323433 Salatiga 50721 Website: www.stainsalatiga.ac.id E-mail:
[email protected]
SKRIPSI PENDIDIKAN KARAKTER DI MADRASAH IBTIDAIYAH ASAS ISLAM KALIBENING KECAMATAN TINGKIR KOTA SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 DISUSUN OLEH SITI ASTUTI 11508015 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 22 September 2012 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji
: Suwardi, M.Pd NIP. 19670121 199903 1 002
Sekretaris Penguji
: Dra. Siti Zumrotun, M.Ag NIP. 19670115 199803 2 002
Penguji I
: Drs. Kastolani, M.Ag NIP. 19690612 199403 1 003
Penguji II
: Dr. Winarno, S.Si, M.Pd NIP. 19730526 199903 1 004
Penguji III
: Miftachur Rif’ah, M.Ag NIP. 19720308 199803 2 006 Salatiga, 22 September 2012 Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP. 19580827 198303 1 002
KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp.(0298) 323706 Fax323433 Salatiga 50721 Website: www.stainsalatiga.ac.id E-mail:
[email protected]
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Siti Astuti
NIM
: 11508015
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Salatiga, 20 Juli 2012 Yang menyatakan,
Siti Astuti NIM. 11508015
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“BERJUANG DAN TERUS BERJUANG UNTUK MEWUJUDKAN HARAPAN”
PERSEMBAHAN Teruntuk keluarga besarku tercinta, Guru-guru yang menjadi pahlawan dalam hidupku, Keluarga besar STAIN Salatiga, Keluarga besar MI Asas Islam Kalibening, Keluarga Besar Kos Nuruz Zahra dan Seluruh Teman-Teman Progdi PGMI.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya. Sehingga peneliti dapat menyelesaikan skrpsi dengan judul “Pendidikan Karakter di Madrasah Ibtidaiyah Asas Islam Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun 2012” sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Sholawat serta salam selalu peneliti haturkan kepada Nabi akhir zaman, junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang senantiasa kita teladani sebagai Uswatun Khasanah dalam segala ilmu. Selanjutnya peneliti sangat bersyukur dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Dan peneliti menyadari bahwa skripsi ini berhasil diselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu peneliti bermaksud memberikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah senantiasa membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu kepada : 1. Dr. Imam Sutomo, M. Ag, selaku ketua STAIN Salatiga. 2. Suwardi, M. Pd, selaku ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga. 3. Drs. Sumarno Widjadipa, M. Pd, selaku ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah STAIN Salatiga. 4. Miftachur Rif’ah, M. Ag, selaku dosen pembimbing skripsi. Beliau yang telah memberikan dukungan, bimbingan, arahan, dan ilmu kepada peneliti hingga skripsi ini dapat diselesaikan.
5. Seluruh dosen dan karyawan STAIN Salatiga yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. 6. Keluarga besar MI Asas Islam Kalibening yang telah memberi banyak bantuan dan dukungan dalam pembuatan skripsi ini. 7. Bapak dan Ibu tercinta yang telah senantiasa mendidik, memberikan motivasi dan mendoakan agar peneliti diberikan kelancaran dalam menyelesaikan skripsi ini. 8. Seluruh sahabat-sahabat seperjuangan “Mahasiswa Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Angkatan 2008” yang peneliti sayangi. 9. Sahabat-sahabat kos Nuruz Zahra yang peneliti sayangi, yang selalu ada dalam suka maupun duka. 10. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan, yang telah membantu proses pembuatan skripsi ini. Semoga kebaikan yang mereka berikan kepada peneliti diberikan balasan yang terbaik dan lebih baik oleh Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti dan pembaca pada umumnya.
Salatiga, 20 Juli 2012
Peneliti
ABSTRAK Astuti, Siti. 2012. Pendidikan Karakter di Madrasah Ibtidaiyah Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI). Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Pembimbing Miftakhur Rif’ah, M. Ag.
Kata Kunci: Pendidikan Karakter
Penelitian ini membahas Pendidikan Karakter di Madrasah Ibtidaiyah Asas Islam Kalibening dengan fokus penelitian (1) Bagaimanakah konsep pendidikan karakter di MI Asas Islam Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2011/2012?. (2) Bagaimana metode yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan karakter di MI Asas Islam Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2011/2012?. (3) Bagaimana hambatan yang dihadapi oleh Guru dalam pelaksanaan pendidikan karakter di MI Asas Islam Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2011/2012?. Guna menjawab pertanyaan tersebut peneliti melakukan penelitian kualitatif yaitu lebih menekankan kata-kata sebagai unit analisis, dibandingkan dengan angka-angka. Adapun penelitian kualitatif ini menggunakan pedoman wawancara, observasi dan dokumentasi untuk mencari dan mengumpulkan data yang dibutuhkan. Hasil Penelitian menunjukkan (1) Konsep pendidikan karakter di MI Asas Islam Kalibening yaitu pendidikan yang diharapkan anak itu mempunyai identitas mengenai tingkah laku supaya anak mengerti dan merubah tingkah lakunya dari yang tidak baik menjadi baik serta menyeimbangkan antara ranah afektif dan psikomotoriknya. Tujuannya pendidikan karakter yaitu mengetahui potensi yang dimiliki anak didik. (2) Metode yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan karakter di MI Asas Islam yaitu metode keteladanan dan pembiasaan. Metode keteladanan sangat sesuai dengan usia peserta didik di MI, apalagi untuk peserta didik kelas rendah, mereka cenderung meniru apa yang dilakukan orang yang ia lihat dan sulit membedakan perilaku yang pantas dan tidak pantas ditiru. Metode pembiasaan dilakukan setiap hari yaitu diantaranya dengan membiasakan membaca surat-surat pendek, asmaul husna sebelum KBM dan membiasakan shalat dzuhur berjama’ah. (3) Hambatan yang di hadapi dalam menerapkan pendidikan karakter sangat beraneka ragam bisa dari lingkungn keluarga, peserta didik sendiri, pengaruh teknologi, dan tenaga pendidik itu sendiri. Tetapi yang perlu di ingat bahwa setiap ada kesulitan pasti ada kemudahan, setiap ada hambatan pasti ada solusi yang dapat ditempuh untuk menyelesaikan hambatan tersebut.
DAFTAR ISI
SAMPUL .............................................................................................................. i LEMBAR BERLOGO .......................................................................................... ii JUDUL ................................................................................................................. iii PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................ iv PENGESAHAN KELULUSAN .......................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................................ vi MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... vii KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii ABSTRAK ........................................................................................................... x DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1 B. Fokus Penelitian ................................................................................ 6 C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 6 D. Kegunaan Penelitian .......................................................................... 7 1. Manfaat Teoritis ............................................................................ 7 2. Manfaat Praktis ............................................................................. 8 E. Penegasan Istilah ............................................................................... 9 F. Metode Penelitian .............................................................................. 11 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ................................................... 11 2. Kehadiran Peneliti ......................................................................... 11 3. Lokasi Penelitian ........................................................................... 12 4. Sumber Data ................................................................................. 12
5. Prosedur Pengumpulan Data ......................................................... 13 6. Analisis Data ................................................................................. 16 7. Pengecekan Keabsahan Data ........................................................ 17 8. Tahap-Tahap Penelitian ................................................................ 18 G. Sistematika Penulisan ........................................................................ 19 1. Bagian Awal ................................................................................. 19 2. Bagian Inti ..................................................................................... 20 3. Bagian Akhir ................................................................................. 21
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Karakter .......................................................................... 22 1. Pendidikan Karakter ..................................................................... 22 2. Pentingnya Pendidikan Karakter .................................................. 24 3. Konsep Pendidikan Karakter ........................................................ 26 B. Pendidikan Karakter di Lembaga Pendidikan Indonesia ................... 33 C. Pendidikan Karakter di Madrasah ..................................................... 35 1. Madrasah Sebagai Lembaga Pendidikan ...................................... 35 2. Penerapan Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar ....................... 36 3. Ragam Metode Pendidikan Karakter ............................................ 39
BAB III PAPARAN DATA DAN HASIL TEMUAN A. Kondisi Umum MI Asas Islam Kalibening....................................... 42 1. Letak Geografis ........................................................................... 42 2. Sejarah Berdiri MI Asas Islam Kalibening .................................
43
3. Profil Madrasah ........................................................................... 43 4. Ciri Khas dan Keunggulan .......................................................... 45 B. Pendidikan Karakter di MI Asas Islam Kalibening .........................
46
1. Konsep Pendidikan Karakter ......................................................
47
a. Kebijakan Pelaksanaan Pendidikan Karakter .........................
47
b. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Karakter ..........................
48
c. Prioritas Pendidikan Karakter ................................................. 49 d. Hasil Pendidikan Karakter ...................................................... 51 2. Metode Pendidikan Karakter ......................................................
52
a. Pelaksanaan Pendidikan Karakter ........................................... 52 b. Metode yang digunakan .......................................................... 56 c. Teknik Penilaian .....................................................................
57
3. Faktor Penghambat dan Solusi Pendidikan Karakter .................. 59
BAB IV PEMBAHASAN A. Konsep Pendidikan Karakter di MI Asas Islam Kalibening ..........
61
B. Metode Pendidikan Karakter di MI Asas Islam Kalibening ..........
63
C. Faktor Penghambat dan Solusi Pendidikan Karakter di MI Asas Islam Kalibening ............................................................................
66
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ....................................................................................... 68 B. Saran ................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PEULIS
69
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada pasal 3 menyebutkan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Hidayatullah, 2009: 12). Tujuan pendidikan nasional itu merupakan rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Oleh karena itu, rumusan tujuan pendidikan nasional menjadi dasar dalam mengembangkan karakter bangsa. Beberapa faktor penyebab rendahnya pendidikan karakter adalah: Pertama, sistem pendidikan yang kurang menekankan pendidikan karakter, tetapi lebih menekankan pengembangan intelektual, misalnya sistem evaluasi pendidikan yang hanya menekankan aspek kognitif atau akademik, seperti Ujian Nasional (UN). Kedua, kondisi lingkungan yang kurang mendukung pembangunan karakter yang baik (Hidayatullah, 2010:17).
Menanggapi hal tersebut, Sumarni (2004:117) berpendapat bahwa banyak sekolah sekarang ini yang mulai kesulitan untuk mencari murid, untuk mensiasati hal itu sekolah akhirnya berlomba-lomba dalam segala hal termasuk berlomba-lomba dalam hasil akademik, hal itu semata-mata juga karena tuntutan lingkungan. Persoalan tersebut menunjukkan bahwa orientasi pembangunan nasional ke arah terbentuknya jati diri bangsa yang disiplin, jujur, beretos kerja tinggi, serta berkarakter baik kenyataannya belum dapat diwujudkan bahkan cenderung menurun. Mencermati persoalan demikian, orang kemudian berpaling dari pendidikan. Pendidikan nasional dianggap telah gagal dalam membentuk karakter bangsa. Seperti yang telah dikemukakan oleh Adhim (2006:15) Banyak anak yang rapuh jiwanya, padahal mereka tinggal di rumah-rumah yang kokoh bangunannya. Berbagai alternatif penyelesaian diajukan seperti membuat peraturan undang-undang, peningkatan upaya pelaksanaan dan penerapan hukum yang lebih kuat. Alternatif lain yang banyak dikemukakan untuk mengatasi masalah pendidikan karakter itu adalah lembaga pendidikan. Salah
satu
lembaga
pendidikan
adalah
sekolah.
Sekolah
menyelenggarakan proses belajar mengajar untuk membimbing, mendidik, melatih, dan mengembangkan kemampuan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan, antara
lain yaitu menjadikan manusia yang berbudi luhur.
Membentuk karakter tidak semudah memberi nasihat, tidak semudah memberi instruksi, tetapi memerlukan kesabaran, pembiasaan dan pengulangan.
Mengingat pentingnya karakter dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang kuat, maka perlu adanya pendidikan karakter. Pendidikan karakter harus menyertai semua aspek kehidupan termasuk lembaga pendidikan. Idealnya pembentukan pendidikan karakter diterapkan diseluruh aspek kehidupan, termasuk kehidupan sekolah. Dalam hadits diriwayatkan:
ﻠﹸﻘﹰﺎ ﺧﻢﻬﻨﺴﺎ ﺃﹶﺣﺎﻧﻤ ﺇﹺﻳﻦﻨﹺﻴﻣﺆﻞﹸ ﺍﻟﹾﻤﺃﹶﻛﹾﻤ
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya diantara mereka.” (HR Tirmidzi dari Abu Hurairah ).
Jika ternyata baiknya akhlak menjadikan sempurnanya iman, maka tidak ada alasan bagi sekolah kita untuk menomor duakan keseriusan dalam upaya pembentukan akhlak atau karakter dibanding keseriusan mengejar keunggulan teknologi. Bahkan yakinlah, bahwa jika anak didik kita memiliki akhlak atau karakter yang baik, insyaallah merekapun akan lebih mudah kita pacu untuk mengejar prestasi lainnya (http://lapdaassalam.com).
Pendidikan karakter kini menjadi sorotan tajam masyarakat. Sorotan itu mengenai berbagai aspek kehidupan, tertuang dalam berbagai tulisan di media cetak, wawancara, dialog, dan gelar wicara di media elektronik. Selain di media massa, para pemuka masyarakat, para pengamat pendidikan, dan
pengamat sosial berbicara mengenai persoalan pendidikan karakter di berbagai forum seminar, baik pada tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di masyarakat seperti korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perusakan, perkelahian, kehidupan ekonomi yang konsumtif, kehidupan politik yang tidak produktif, dan sebagainya menjadi topik pembahasan hangat di media massa, seminar, dan di berbagai kesempatan.
Hasil riset The Wahid Institute mencatat pelanggaran kemanusiaan yaitu pelanggaran kebebasan beragama meningkat 45% (2009:35 kasus; 2010:64 kasus), Intoleransi dan diskriminasi meningkat 31% (2009:93 kasus; 2010:135 kasus), kekerasan terhadap perempuan (2010); 295.836 kasus. 1/3nya kekerasan seksual (kurang lebih 28 perempuan perhari menjadi korbannya), konflik antar suku dan atas nama agama kembali muncul seperti di ambon dan papua (Baidan, 2011:2).
Herien Puspitasari dalam Disertasi Doktor IPB, mempublikasikan hasil penelitiannya di Kompas Cyber Media 18/05/2006 yang dilaksanakan pada tahun 2002-2003, dengan menggunakan responden sejumlah 667 siswa kelas 2 SMA dan SMK di Bogor menghasilkan data yang mencengangkan, dari 667 responden tersebut, tidak kurang dari 10 persen para responden sudah melakukan hubungan seks bebas!. Jumlah pengguna narkoba di lingkungan pelajar SD, SMP, dan SMA pada tahun 2006 mencapai 15.662 anak (Shintawati: http://pejuangbisnis.blogspot.com).
Hasil survei lain yang juga menyatakan, satu dari empat remaja Indonesia melakukan hubungan seksual pranikah dan membuktikan 62,7% remaja kehilangan perawan saat masih duduk dibangku SMP, dan bahkan 21,2% diantaranya berbuat ekstrim, yakni pernah melakukan aborsi. Aborsi dilakukan sebagai jalan keluar dari akibat dan perilaku seks bebas. Penelitian LSM Sahabat Anak dan Remaja Indonesia (Sahara) Bandung antara tahun 2000-2002, remaja yang melakukan seks pra nikah, 72,9% hamil, dan 91,5% diantaranya mengaku telah melakukan aborsi lebih dari satu kali (Wibowo, 2012:9). Pendidikan karakter merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kepribadian, akhlak mulia, dan budi pekerti sehingga karakter tersebut terbentuk dan menjadi ciri khas peserta didik (Dirjen Dikdasmen, 2010:37). Berbeda dengan pendapat tersebut, Suyanto (Dirjen Dikdasmen, 2010:37) berpendapat bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). MI Asas Islam adalah salah satu Madrasah Ibtidaiyah unggulan di kota Salatiga. Banyak kejuaraan yang telah diraih MI Asas Islam, terbukti dengan banyaknya penghargaan yang diraih oleh Madrasah tersebut. Meskipun begitu, hasil survey yang dilakukan pada tanggal 10 Mei 2012 ditemukan kesulitan seorang guru dalam menerapkan dan memperbaiki karakter pada siswanya. Berdasarkan paparan masalah tersebut, peneliti melakukan kegiatan penelitian
yang
berjudul
PENDIDIKAN
KARAKTER
DI
MADRASAH
IBTIDAIYAH ASAS ISLAM KALIBENING KECAMATAN TINGKIR KOTA SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2011/2012.
B. Fokus Penelitian Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah konsep pendidikan karakter di MI Asas Islam Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2011/2012? 2. Bagaimana metode yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan karakter di MI Asas Islam Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2011/2012? 3. Bagaimana hambatan yang dihadapi oleh Guru dalam pelaksanaan pendidikan karakter di MI Asas Islam Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2011/2012?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas maka dapat disusun tujuan penelitian sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui konsep pendidikan karakter di MI Asas Islam Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2011/2012.
2. Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan karakter di MI Asas Islam Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2011/2012. 3. Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi oleh Guru dalam pelaksanaan pendidikan karakter di MI Asas Islam Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2011/2012.
D. Kegunaan Penelitian 1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai berikut : a. Bahan kajian bagi Kepala Madrasah mengenai pelaksanaan pendidikan karakter di Madrasah. b. Memberikan bahan kajian kepada semua guru, khususnya guru di MI Asas Islam Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga akan pentingnya pelaksanaan pendidikan karakter di Sekolah atau Madrasah, sehingga guru mampu mengarahkan peserta didik baik di lingkungan Madrasah maupun di luar Madrasah. c. Pengembangan ilmu hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian lebih lanjut, khususnya mengenai pelaksanaan pendidikan karakter di Madrasah. d. Sebagai khasanah pengetahuan bagi pembaca dan bahan referensi bagi penelitian lain yang melakukan penelitian sejenis atau lanjutan.
2. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai berikut: a. Bagi Madrasah Dengan mengetahui pentingnya pelaksanaan pendidikan karakter, hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam rangka pembinaan dan pengembangan karakter peserta didik di MI Asas Islam Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. b. Bagi Siswa Dengan adanya pendidikan karakter di Madrasah diharapkan siswa dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam lingkungan keluarga, lingkungan Madrasah, maupun lingkungan masyarakat. c. Bagi pendidik Sebagai sumber tambahan wawasan dan introspeksi sudah sampai sejauh mana peran guru dalam pelaksanaan pendidikan karakter bagi siswanya di lingkungan Madrasah maupun di luar Madrasah. d. Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dengan terjun langsung ke lapangan dan memberikan pengalaman belajar yang menumbuhkan kemampuan dan ketrampilan meneliti serta pengetahuan yang lebih mendalam terutama pada bidang yang dikaji.
E. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahan dalam mengartikan istilah, maka perlu ditegaskan beberapa istilah sebagai berikut : 1. Pendidikan Karakter a. Pendidikan adalah proses internalisasi budaya ke dalam diri seseorang
dan
massyarakat
sehingga
membuat
orang
dan
masyarakat jadi beradab (Dirjen Dikdasmen, 2010:36).
b. Karakter adalah watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008:521). c. Pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil (Dirjen Dikdasmen, 2010:37-38). Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter dalam penelitian ini adalah proses penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah ke dalam diri seseorang dan masyarakat, sehingga membuat orang dan masyarakat menjadi beradab, bermoral, brakhlak atau berbudi pekerti luhur, serta memiliki kepribadian khusus yang menjadi pendorong dan penggerak serta yang membedakan dengan
individu lain. Adapun dalam penelitian ini, peneliti lebih fokus pada metode yang digunakan oleh guru-guru di MI Asas Islam dalam melaksanaan pendidikan karakter di MI Asas Islam Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2011/2012. 2. Madrasah Ibtidaiyah (MI) Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah didasarkan pada keputusan Mentri Agama RI No. 1993 tentang Madrasah Ibtidaiyah (MI) tanggal 22 Desember 1993. Secara definisi, lembaga ini ditetapkan dalam pasal 1 bab 1 yang menyatakan bahwa: MI adalah Sekolah Dasar yang berciri khas Agama Islam yang menyelenggarakan proram pendidikan enam tahun. Ditegaskan pula dalam pasal 3 ayat (1) bahwa MI merupakan satuan pendidikan dalam bentuk Sekolah Dasar yang berciri khas Agama Islam yang menyelenggarakan pendidikan bagi anak usia 6-12 tahun (Riyadi, 2006:93-94). Jadi, dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa Madrasah Ibtidaiyah (MI) adalah suatu lembaga pendidikan yang menjadikan mata pelajaran agama Islam sebagai mata pelajaran dasar disamping mata pelajaran umum. Juga ditegaskan dengan jelas bahwa eksistensi Madrasah Ibtidaiyah setingkat dengan Sekolah Dasar.
F. Metode Penelitian Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini meliputi jenis penelitian, lokasi penelitian, teknik pengumpulan data, keabsahan data dan analisis data. 1. Pendekatan dan Jenis penelitian Pendekatan dan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian kualitatif, karena penelitian ini bersifat deskriptif dan naturalistik dengan tujuan untuk mencari dan menemukan pengertian atau pemahaman tentang fenomena dalam satu layar yang berkonteks khusus (Moleong, 2008:5). Daymon dan Immy (2008:23) berpendapat bahwa penelitian kualitatif lebih menekankan kata-kata sebagai unit analisis dibandingkan dengan angka-angka. 2. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian ini, peneliti sangat berperan penting yaitu sebagai pengamat guna mengetahui proses pelaksanaan pendidikan karakter yang mencakup konsep pendidikan karakter, metode yang digunakan, hambatan dan solusi yang ditempuh oleh MI Asas Islam Kalibening. Peneliti juga berperan sebagai pengumpul data-data yang dibutuhkan dalam penelitian. Penulis akan berusaha mengumpulkan setiap data-data yang diperlukan dalam penelitian yang berhubungan dengan pelaksanaan pendidikan karakter di MI Asas Islam Kalibening.
3. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MI Asas Islam Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. Adapun alasan penulis melakukan penelitian di Madrasah tersebut diantaranya adalah MI tersebut sudah menerapkan pendidikan karakter di Madrasah, dimana para siswa didik tidak hanya mengedepankan hasil akademik atau kecerdasan Intelektual saja tetapi juga mengedepankan hasil tingkah laku atau budi pekerti yang luhur. Selain itu, lokasi Madrasah yang tidak terlalu jauh dengan peneliti, sehingga memudahkan peneliti untuk mencari data yang dibutuhkan dalam penelitian. 4. Sumber Data Data yang akan terkumpul melalui penelitian ini adalah data yang yang sesuai dengan fokus penelitian yaitu mengenai konsep pendidikan karakter di MI Asas Islam Kalibening, metode yang digunakan, serta hambatan dan solusi yang ditempuh dalam pelaksanaan pendidikan karakter. Menurut Sugiyono (2011:225) bila dilihat dari
sumber
datanya maka
penngumpulan data dapat mengunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data dan sumber sekunder yaitu sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Adapun sumber data yang diambil yaitu:
a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan secara langsung oleh peneliti dari lapangan. Data ini disebut juga data asli atau data baru. Sumber langsung diperoleh dengan cara observasi dan mewawancarai guru-guru, kepala sekolah MI Asas Islam serta serta tak menutupi kemungkinan yaitu orang-orang yang berkaitan dalam pendidikan karakter di MI Asas Islam Kalibening. b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti dari sumber-sumber yang telah ada. Data sekunder disebut juga data tersedia atau sumber tertulis. Data sekunder berasal dari sumber buku, majalah ilmiah, dokumen pribadi, dokumen resmi, arsip, dan lain-lain. Data tersebut berguna untuk melengkapi data primer. 5. Prosedur Pengumpulan data Adapun metode-metode penelitian yang penulis pergunakan untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan adalah sebagai berikut : a. Metode interview (wawancara) Interview (wawancara) menurut Esterberg merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam (Sugiyono, 2011:231). Dalam penelitian ini yang menjadi obyek wawancara adalah guru kelas MI Asas Islam Kalibening, guru mata pelajaran Aqidah Akhlak, dan guru mata pelajaran Matematika, guru kelas. Hal ini dikarenakan mata pelajaran aqidah akhlak identik dengan agama, sedangkan mata pelajaran matematika adalah pengetahuan umum, guru kelas merupakan perpaduan antara pendidikan agama dan umum. Maka dari itu peneliti ingin mengetahui perbedaan penerapan pendidikan karakter pada peserta didiknya dengan melihat latar belakang tersebut. b. Metode observasi Menurut Daymon dan Immy (2008:321) mengatakan bahwa observasi menyaratkan pencatatan dan perekaman sistematis mengenai sebuah peristiwa, artefak-artefak, dan perilaku-perilaku informan yang terjadi dalam situasi tertentu, bukan seperti yang belakangan mereka ingat, diceritakan kembali, dan digeneralisasikan oleh partisipan itu sendiri. Menurut Sugiyono (2011:227-228) observasi dibagi menjadi tiga yaitu pertama, observasi partisipatif yaitu peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Kedua, observasi terus terang atau tersamar, yaitu peneliti dalam mengumpulkan data menyatakan terus
terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan. Ketiga, observasi tak berstruktur yaitu observasi dilakukan dengan tidak berstruktur karena fokus penelitian belum jelas, observasi tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Observasi dalam penelitian ini yaitu observasi terus terang atau samar.
Tujuannya
yaitu
untuk
memperoleh
gambaran
tentang
pelaksanaan pendidikan karakter di MI Asas Islam Kalibening, sehingga membantu peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut di MI Asas Islam Kalibening. c. Dokumentasi Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup dan sketsa. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung dan film. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2011:240).
Dokumen dibagi menjadi dua yaitu dokumen internal dan dokumen eksternal. Dokumen internal berupa memo, pengumuman, instruksi, aturan suatu lembaga masyarakat tertentu yang digunakan dalam kalangan sendiri. Termasuk didalamnya risalah atau laporan rapat, keputusan pemimpin kantor, dan semacamnya. Dokumen demikian dapat menyajikan informasi tentang keadaan, aturan, disiplin, dan dapat memberikan petunjuk tentang gaya kepamimpinan. Sedangkan dokumen eksternal berisi bahan-bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu lembaga sosial, misalnya majalah, buletin, pernyataan, dan berita yang disiarkan kepada media massa. Dokumen eksternal dapat dimanfaatkan untuk menelaah konteks sosial, kepemimpinan, dan lain-lain (Moleong, 2008:219). Dokumen dalam penelitian ini yaitu mengumpulkan data tentang sejarah, foto-foto kegiatan yang mencerminkan pendidikan karakter serta dokumen internal dan eksternal. Tujuannya untuk mengetahui tentang keadaan, aturan, kedisiplinan, gaya kepemimpinan dan informasi yang dihasilkan oleh lembaga sosial tentang MI Asas Islam Kalibening. 6. Analisis data Data yang telah dikumpulkan dalam kegiatan penelitian ini selanjutnya dianalisis supaya bisa diambil kesimpulan atau pengertian. Adapun metode analisis yang penulis gunakan adalah metode analisis deskriptif. Sugiyono berpendapat bahwa analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan,
dan setelah selesai di lapangan. Analisis data kualitatif bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis (Sugiyono, 2011:245). Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak berdasarkan data yang terkumpul. Bila berdasarkan data yang dapat dikumpulkan secara berulang-ulang dengan teknik tringulasi, ternyata hipotesis diterima, maka hipotesis tersebut berkembang menjadi teori. 7. Pengecekkan Keabsahan Data Dalam menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan menurut Moleong (2008:324) yaitu: Pertama, kriteria derajat kepercayaan berfungsi melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai dan mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang diteliti. Kedua, kriteria keteralihan yaitu sebagai persoalan empiris bergantung pada kesamaan antara konteks pengirim dan penerima. Untuk melakukan pengalihan tersebut seorang peneliti hendaknya mencari dan mengumpulkan kejadian empiris tentang kesamaan konteks dan peneliti bertanggung jawa untuk menyediakan data deskriptif secukupnya jika ia ingin membuat keputusan tentang pengalihan tersebut. Ketiga, kriteria kebergantungan
yaitu peninjauan dari segi bahwa konsep itu memperhitungkan segalagalanya yaitu yang ada pada reliabilitas itu sendiri ditambah faktor-faktor lainnya yang tersangkut serta bagaimana hal itu akan dibicarakan dalam konteks pemeriksaan. Keempat, kriteria kepastian berasal dari konsep objektivitas menurut nonkualitatif. Nonkualitatif menetapkan objektivitas dari segi kesepakatan antar subjek. Di sini pemastian bahwa sesuatu itu objektif atau tidak bergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap pandangan, pendapat, dan penemuan seseorang. 8. Tahap-Tahap Penelitian Tahap pertama
ialah mengetahui sesuatu yang perlu diketahui.
Tahap ini dinamakan tahap ”orientasi dan memperoleh gambaran umum”. Dengan pengetahuan dasar penulis tentang situasi lapangan berdasarkan bahan yang dipelajari dengan berbagai sumber, pada tahap ini penulis harus mengadakan pendekatan secara terbuka kepada responden. Tujuan pada tahap ini memperoleh informasi atau data awal. Tahap kedua ialah tahap ”eksplorasi fokus”. Pada tahap ini penulis menyediakan waktu untuk menyusun ”petunjuk” memperoleh data seperti petunjuk wawancara dan pengamatan. Pada tahap inilah pengumpulan data dilaksanakan, kemudian dianalisis dan diikuti dengan laporan hasil analisis data yang dilakukan. Tahap ketiga ialah tahap pengecekan dan pemeriksaan keabsahan data. Pada tahap ini bisaanya diadakan penghalusan data yang dilakukan
pada subyek dan informan. Jika terdapat ketidaksesuaian maka perlu diadakan perbaikan. Tahap keempat ialah tahap merancang penulisan. Tahap ini hendaknya dijelaskan pada rancangan penulisan walaupun tidak dilakukan secara rinci. Jadwal untuk setiap tahap harus diperkirakan secara tepat, karena akan menjadi pegangan dalam menyelesaikan secara keseluruhan penulisan selanjutnya. Berdasarkan penjelasan diatas, maka tahap-tahap penulisan yang akan dilaksanakan adalah mulai dari penyerahan surat perizinan penulisan kepada MI Asas Islam Kalibening. Setelah melewati proses tadi barulah penulis bisa melaksanakan observasi, melakukan wawancara dengan responden dan mengumpulkan hasil dokumentasi sebagaimana yang telah direncanakan. G. Sistematika Penulisan Isi dan sistematika skripsi penelitian kualitatif dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir. 1. Bagian Awal Cakupan bagian awal meliputi: Sampul, lembar berlogo, judul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto, persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, dan daftar lampiran.
2. Bagian Inti Dalam bagian inti penelitian ini, penulis membagi menjadi lima bab yang saling berkaitan dan dapat dijelaskan sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah, Fokus Penelitian, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian (Pendekatan dan Jenis Penelitian, Lokasi Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Instrumen Pengumpulan Data, Keabsahan Data, Analisis Data) dan Sistematika Penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA Pendidikan Karakter (Pengertian Pendidikan Karakter, Pentingnya Pendidikan Karakter, Konsep Pendidikan Karakter), Pendidikan Karakter di Lembaga Pendidikan Indonesia dan Pendidikan karakter di Madrasah Ibtidaiyah (sejarah singkat Madrasah ibtidaiyah dan penerapan pendidikan karakter di Madrasah, metode pendidikan karakter). BAB III HASIL PENELITIAN Pemaparan hasil penelitian berisi tentang gambaran umum MI Asas Islam Kalibening dan hasil wawancara dengan guru yang menjadi responden dalam penelitian. Gambaran umum MI Asas Islam Kalibening mencakup Profil Madrasah, Letak Geografis, Sejarah singkat Madrasah, Prestasi Madrasah. Hasil wawancara dengan guru mencakup Konsep Pendidikan Karakter di MI Asas
Islam Kalibening, Metode Pendidikan Karakter di MI Asas Islam Kalibening, Faktor Penghambat dan Solusi Pendidikan Karakter di MI Asas Islam Kalibening. BAB IV PEMBAHASAN Berisi tentang pembahasan hasil penelitian pada bab III dengan berpedoman pada kajian pustaka pada bab II mengenai konsep pendidikan karakter di MI Asas Islam Kalibening, metode pendidikan karakter di MI Asas Islam Kalibening, dan Faktor penghambat serta solusi yang ditempuh guru dalam melaksanakan pendidikan karakter di MI Asas Islam Kalibening. BAB V PENUTUP Berisi kesimpulan dan saran. 3. Bagian Akhir Berisi daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan data riwayat hidup peneliti.
BAB II PENDIDIKAN KARAKTER
A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Pendidikan adalah proses internalisasi budaya ke dalam diri seseorang dan masyarakat sehingga membuat orang dan masyarakat jadi beradab (Dirjen Dikdasmen, 2010:36). Pendidikan bukan merupakan sarana transfer ilmu pengetahuan saja, tetapi lebih luas lagi yakni sebagai sarana pembudayaan dan penyaluran nilai. Anak harus mendapatkan pendidikan yang menyentuh dasar kemanusiaan. Dimensi kemanusiaan itu mencakup sekurang-kurangnya tiga hal paling mendasar, yaitu: a. Afektif yang tercrmin pada kualitas keimanan, ketaqwaan, akhlak mulia serta kepribadian unggul. b. Kognitif
yang
intelektualitas
tercermin untuk
pada
menggali
kapasitas dan
pikir
dan
daya
mengembangkan
serta
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. c. Psikomotorik yang tercermin pada kemampuan mengembangkan ketrampilan teknis, kecakapan praktis, dan kompetensi kinestetis.
Berbagai persoalan yang dihadapi oleh bangsa kita dewasa ini semakin
mendorong
memprioritaskan
semangat
pendidikan
dan
karakter
upaya sebagai
pemerintah dasar
untuk
pembangunan
pendidikan. Semangat itu secara implisit ditegaskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2015, di mana Pemerintah menjadikan pembangunan karakter sebagai salah satu program prioritas pembangunan nasional (Puskurbuk, 2011:1). Menurut Baidan, karakter adalah sifat dasar (watak), jati diri atau kepribadian seseorang atau sekelompok orang yang membedakannya dengan yang lain (Baidan, 2011:1). Hidayatullah juga menyatakan bahwa karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang menjadi pendorong dan penggerak serta yang membedakan dengan individu lain. Seseorang dikatakan berkarakter jika telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam hidupnya (Hidayatullah, 2010:16). Sedangkan akhlak, moral, dan perilaku adalah wujud dari karakter yang ada di dalam diri seseorang (Baidan, 2011:1). Jadi, pendidikan karakter merupakan usaha sadar dan terencana guna mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kepribadian, akhlak mulia, dan budi pekerti sehingga karakter ini terbentuk dan menjadi ciri khas peserta didik tersebut (Dirjen Dikdasmen, 2010:36).
2. Pentingnya Pendidikan Karakter Menurut Ellen G. White pembangunan karakter adalah usaha paling penting yang pernah diberikan kepada manusia. Mengingat pentingnya karakter dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang kuat, maka perlunya pendidikan karakter yang dilakukan dengan tepat. Dapat dikatakan bahwa pembentukan karakter merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Oleh karena itu, pendidikan karakter harus menyertai semua aspek kehidupan termasuk lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan, khususnya sekolah dipandang sebagai tempat yang strategis untuk membentuk karakter siswa. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik dalam segala ucapan, sikap, dan perilakunya mencerminkan karakter yang baik dan kuat (Hidayatullah, 2009:12). Ada dua pendapat tentang pembentukkan atau pembangunan karakter. Di suatu sisi, berpendapat bahwa karakter merupakan sifat bawaan dari lahir yang tidak dapat atau sulit diubah. Di sisi lain, berpendapat bahwa karakter dapat diubah atau dididik melalui pendidikan. Terlepas dari pendapat tersebut, penulis sependapat pada pendapat yang kedua, yaitu bahwa karakter dapat diubah melalui pendidikan. Hal ini dapat dibuktikan dengan firman Allah SWT :
ª! $#yŠ#u‘r&!#sŒÎ)ur 3öN ÍkŦ àÿRr'Î/ $tB (#rçŽÉitóム4Ó®Lym BQ öqs)Î/ $tB çŽÉitóムŸw ©! $#žc
Î)
ÇÊÊÈ @A #ur ` ÏB ¾ÏmÏRrߊ ` ÏiB O ßgs9 $tBur 4¼çms9 ¨ŠttB Ÿx sù #[äþqß™ 5Q öqs)Î/
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia (Ar Ra’d/13: 11).
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menggarisbawahi lima hal dasar yang menjadi tujuan Gerakan Nasional Pendidikan Karakter. Gerakan tersebut diharapkan menciptakan manusia Indonesia yang unggul dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kelima hal dasar tersebut adalah: pertama, manusia Indonesia harus bermoral, berahlak, dan berperilaku baik. Oleh karena itu masyarakat diimbau menjadi masyarakat religius yang anti kekerasan. Kedua, bangsa Indonesia menjadi bangsa yang cerdas dan rasional. Berpengetahuan dan memiliki daya nalar tinggi. Ketiga, bangsa Indonesia menjadi bangsa yang inovatif dan mengejar kemajuan serta bekerja keras mengubah keadaan. "Negara tak akan berubah kalau kita tak mengubahnya," kata Yudhoyono saat menyampaikan sambutan dalam Puncak Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) dan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas), Jumat (20/5/2011) malam, di Hall D Pekan Raya Jakarta, Kemayoran. Keempat, memperkuat semangat harus bisa. Seberat apapun masalah yang dihadapi jawabannya selalu ada. Kelima, manusia Indonesia harus menjadi patriot sejati yang mencintai bangsa dan negara serta tanah airnya.
Yudhoyono sangat berharap pendidikan karakter yang ditanamkan sejak dini akan berdampak positif pada tahun-tahun mendatang, dengan muncul dan lahirnya manusia Indonesia yang unggul. Dengan demikian, Indonesia bisa mengejar ketertinggalannya (http://nasional.kompas.com). Sudarminta merumuskan pentingnya pendidikan moral atau karakter di sekolah yaitu: a. Bagi siswa sekolah dasar dan menengah, sekolah adalah tempat dalam proses pembiasaan diri, mengenal dan mematuhi aturan bersama dan proses pembentukan identitas diri. b. Sekolah adalah tempat sosialisasi kedua setelah keluarga. Di tempat ini para siswa dirangsang pertumbuhan moral atau karakternya karena berhadapan dengan cara bernalar dan bertindak yang mungkin berbeda dengan apa yang selama ini dipelajari dari keluarga. c. Pendidikan di sekolah merupakan proses pembudayaan subyek didik. Maka sebagai proses pembudayaan seharusnya memuat pedidikan moral atau karakter (Dirjen Dikdasmen, 2010:20-21). 3. Konsep Pendidikan Karakter Berbagai alternatif guna mengatasi krisis karakter, memang sudah dilakukan pemerintah serta stakeholders. Seperti membuat peraturan, undang-undang, peningkatan upaya pelaksanaan dan penerapan hukum yang lebih kuat. Alternatif lain yang dikemukakan untuk mengatasi, paling tidak
mengurangi, masalah budaya dan karakter bangsa yang dibicarakan itu adalah melalui pendidiakan karakter (Wibowo, 2012:17). Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah individu yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya (perasaannya). Hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pedidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda (http://elementary-education-schools.blogspot.com). Proses pendidikan karakter didasarkan pada totalitas psikologis yang mencakup seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, psikomotorik) dan fungsi totalitas sosiokultural dalam konteks interaksi dalam keluarga, satuan pendidikan dan masyarakat (Puskurbuk, 2011:4). Kualitas dari pendidikan mulai dari tingkat dasar juga ditentukan oleh kaum pengajar untuk peserta didiknya. Dengan pendidikan yang memadai maka mampu membentuk calon pengajar yang memadai pula (Umaya, 2010: 33). Pendidikan karakter bangsa bisa dilakukan dengan pembiasaan nilai–nilai luhur kepada peserta didik dan membiasakan mereka dengan kebiasaan yang sesuai dengan karakter kebangsaan. Berikut 18 nilai-
nilai karakter menurut Kemendiknas sebagai bahan untuk menerapkan pendidikan karakter (Wibowo, 2012:100-104).
Tabel 2. 3 Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter Bangsa
NO
KARAKTER
1
Religius
2
Jujur
3
Toleransi
INDIKATOR KELAS Sikap dan perilaku · Berdoa sebelum dan · Merayakan hari-hari yang patuh dalam sesudah pelajaran. besar keagamaan. melaksanakan · Memberikan ajaran agama yang · Memiliki fasilitas yang kesempatan kepada dianutnya, toleran dapat digunakan untuk semua peserta didik terhadap beribadah. untuk melaksanakan pelaksanaan ibadah · Memberikan kesempatan ibadah. agama lain, serta kepada semua peserta hidup rukun dengan didik untuk pemeluk agama melaksanakan ibadah. lain. · Menyediakan fasilitas tempat · Menyediakan fasilitas temuan barang tempat temuan barang hilang. hilang. · Tempat · Tranparansi laporan Perilaku yang pengumuman barang keuangan dan penilaian didasarkan pada temuan atau hilang. sekolah secara berkala. upaya menjadikan · Tranparansi laporan dirinya sebagai · Menyediakan kantin keuangan dan orang yang selalu kejujuran. penilaian kelas dapat dipercaya · Menyediakan kotak secara berkala. dalam perkataan, saran dan pengaduan. · Larangan tindakan, dan · Larangan membawa menyontek. pekerjaan. fasilitas komunikasi pada saat ulangan atau ujian. DESKRIPSI
INDIKATOR SEKOLAH
· Menghargai dan memberikan perlakuan yang sama terhadap Sikap dan tindakan seluruh warga sekolah yang menghargai tanpa membedakan perbedaan agama, suku, agama, ras, suku, etnis, golongan, status sosial, pendapat, sikap, status ekonomi, dan dan tindakan orang kemampuan khas. lain yang berbeda · Memberikan perlakuan dari dirinya. yang sama terhadap stakeholder tanpa membedakan suku,
· Memberikan pelayanan yang sama terhadap seluruh warga kelas tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial, dan status ekonomi. · Memberikan pelayanan terhadap anak berkebutuhan khusus.
agama, ras, golongan, status sosial, dan status ekonomi.
4
5
6
Disiplin
Kerja Keras
Kreatif
· Memiliki catatan kehadiran. · Memberikan penghargaan kepada warga sekolah yang disiplin. · Memiliki tata tertib Tindakan yang sekolah. menunjukkan · Membiasakan warga perilaku tertib dan sekolah untuk patuh pada berbagai berdisiplin. ketentuan dan · Menegakkan aturan peraturan. dengan memberikan sanksi secara adil bagi pelanggar tata tertib sekolah. · Menyediakan peralatan praktik sesuai program studi keahlian (SMK).
· Bekerja dalam kelompok yang berbeda. · Membiasakan hadir tepat waktu. · Membiasakan mematuhi aturan. · Menggunakan pakaian praktik sesuai dengan program studi keahliannya (SMK). · Penyimpanan dan pengeluaran alat dan bahan (sesuai program studi keahlian) (SMK).
· Menciptakan suasana · Menciptakan suasana kompetisi yang sehat. kompetisi yang sehat. · Menciptakan suasana sekolah yang menantang · Menciptakan kondisi Perilaku yang dan memacu untuk etos kerja, pantang menunjukkan upaya bekerja keras. menyerah, dan daya sungguh-sungguh tahan belajar. · Memiliki pajangan dalam mengatasi tentang slogan atau · Mencipatakan berbagai hambatan suasana belajar yang motto tentang kerja. belajar, tugas dan memacu daya tahan menyelesaikan kerja. tugas dengan · Memiliki pajangan sebaik-baiknya. tentang slogan atau motto tentang giat bekerja dan belajar.
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
· Menciptakan situasi yang menumbuhkan daya berpikir dan bertindak kreatif.
· Menciptakan situasi belajar yang bisa menumbuhkan daya pikir dan bertindak kreatif. · Pemberian tugas yang menantang munculnya karyakarya baru baik yang autentik maupun modifikasi.
7
8
9
10
Mandiri
Demokratis
Rasa Ingin Tahu
Semangat Kebangsaan
Sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
· Menciptakan situasi sekolah yang membangun kemandirian peserta didik.
· Menciptakan suasana kelas yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja mandiri.
· Mengambil keputusan kelas secara bersama melalui musyawarah dan mufakat. · Melibatkan warga · Pemilihan sekolah dalam setiap kepengurusan kelas pengambilan keputusan. secara terbuka. · Menciptakan suasana · Seluruh produk sekolah yang menerima kebijakan melalui perbedaan. musyawarah dan · Pemilihan kepengurusan mufakat. OSIS secara terbuka. · Mengimplementasika n model-model pembelajaran yang dialogis dan interaktif.
· Menyediakan media komunikasi atau informasi (media cetak Sikap dan tindakan atau media yang selalu elektronik) untuk berupaya untuk berekspresi bagi warga mengetahui lebih sekolah. mendalam dan · Memfasilitasi warga meluas dari sesuatu sekolah untuk yang dipelajari, bereksplorasi dalam dilihat, dan pendidikan, ilmu didengar. pengetahuan, teknologi, dan budaya.
· Menciptakan suasana kelas yang mengundang rasa ingin tahu. · Eksplorasi lingkungan secara terprogram. · Tersedia media komunikasi atau informasi (media cetak atau media elektronik).
· Melakukan upacara rutin · Bekerja sama dengan sekolah. teman sekelas yang · Melakukan upacara hari- berbeda suku, etnis, Cara berpikir, status sosialhari besar nasional. bertindak, dan ekonomi. berwawasan yang · Menyelenggarakan · Mendiskusikan harimenempatkan peringatan hari hari besar nasional. kepentingan bangsa kepahlawanan nasional. dan negara di atas · Memiliki program kepentingan diri melakukan kunjungan ke dan tempat bersejarah. kelompoknya. · Mengikuti lomba pada hari besar nasional. ·
11
12
13
14
Cinta Tanah Air
Menghargai Prestasi
· Menggunakan produk · Memajangkan: foto buatan dalam negeri. presiden dan wakil Cara berpikir, B Menyediakan presiden, bendera bersikap, dan informasi (dari sumber negara, lambang berbuat yang cetak, elektronik) negara, peta menunjukkan tentang kekayaan alam Indonesia, gambar kesetiaan, dan budaya Indonesia. kehidupan kepedulian, dan masyarakat penghargaan yang · Menggunakan bahasa Indonesia Indonesia yang baik dan tinggi terhadap · Menggunakan bahasa, lingkungan benar. produk buatan dalam fisik, sosial, negeri. budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui, dan menghormati keberhasilan orang lain.
· Memberikan penghargaan atas hasil prestasi kepada warga sekolah. · Memajang tanda-tanda penghargaan prestasi.
· Suasana sekolah yang memudahkan terjadinya interaksi antarwarga sekolah. · Berkomunikasi dengan bahasa yang santun. · Saling menghargai dan menjaga kehormatan. · Pergaulan dengan cinta kasih dan rela berkorban.
Bersahabat/Komuniktif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
Cinta Damai
· Menciptakan suasana sekolah dan bekerja yang nyaman, tenteram, Sikap, perkataan, dan harmonis. dan tindakan yang · Membiasakan perilaku menyebabkan orang warga sekolah yang anti lain merasa senang kekerasan. dan aman atas · Membiasakan perilaku kehadiran dirinya warga sekolah yang tidak bias gender. · Perilaku seluruh warga
· Memberikan penghargaan atas hasil karya peserta didik. · Memajang tandatanda penghargaan prestasi. · Menciptakan suasana pembelajaran untuk memotivasi peserta didik berprestasi.
· Pengaturan kelas yang memudahkan terjadinya interaksi peserta didik. · Pembelajaran yang dialogis. · Guru mendengarkan keluhan-keluhan peserta didik. · Dalam berkomunikasi, guru tidak menjaga jarak dengan peserta didik. · Menciptakan suasana kelas yang damai. · Membiasakan perilaku warga sekolah yang anti kekerasan. · Pembelajaran yang tidak bias gender. · Kekerabatan di kelas yang penuh kasih
sekolah yang penuh kasih sayang.
15
16
17
Gemar Membaca
Peduli Lingkungan
Peduli Sosial
sayang.
· Program wajib baca. · Frekuensi kunjungan perpustakaan. Kebiasaan · Menyediakan fasilitas menyediakan waktu dan suasana untuk membaca menyenangkan untuk berbagai bacaan membaca. yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
· Daftar buku atau tulisan yang dibaca peserta didik. · Frekuensi kunjungan perpustakaan. · Saling tukar bacaan. · Pembelajaran yang memotivasi anak menggunakan referensi.
· Pembiasaan memelihara kebersihan dan kelestarian lingkungan sekolah. · Tersedia tempat pembuangan sampah dan tempat cuci tangan. · Menyediakan kamar mandi dan air bersih. · Pembiasaan hemat energi. Sikap dan tindakan · Membuat biopori di area yang selalu berupaya mencegah sekolah. kerusakan pada · Membangun saluran lingkungan alam di pembuangan air limbah sekitarnya dan dengan baik. mengembangkan · Melakukan pembiasaan upaya-upaya untuk memisahkan jenis memperbaiki sampah organik dan kerusakan alam anorganik. yang sudah terjadi. · Penugasan pembuatan kompos dari sampah organik. · Penanganan limbah hasil praktik (SMK). · Menyediakan peralatan kebersihan. · Membuat tandon penyimpanan air. · Memrogramkan cinta bersih lingkungan. Sikap dan tindakan · Memfasilitasi kegiatan bersifat sosial. yang selalu ingin memberi bantuan · Melakukan aksi sosial. pada orang lain dan · Menyediakan fasilitas masyarakat yang untuk menyumbang.
· Memelihara lingkungan kelas. · Tersedia tempat pembuangan sampah di dalam kelas. · Pembiasaan hemat energi. · Memasang stiker perintah mematikan lampu dan menutup kran air pada setiap ruangan apabila selesai digunakan (SMK).
· Berempati kepada sesama teman kelas. · Melakukan aksi sosial. · Membangun
membutuhkan.
18
Tanggung jawab
kerukunan warga kelas.
· Membuat laporan setiap kegiatan yang dilakukan Sikap dan perilaku dalam bentuk lisan seseorang untuk maupun tertulis. · Pelaksanaan tugas melaksanakan tugas · Melakukan tugas tanpa piket secara teratur. dan kewajibannya, disuruh. · Peran serta aktif yang seharusnya dia dalam kegiatan · Menunjukkan prakarsa lakukan, terhadap sekolah. untuk mengatasi diri sendiri, masalah dalam lingkup · Mengajukan usul masyarakat, terdekat. pemecahan masalah. lingkungan (alam, · Menghindarkan sosial dan budaya), kecurangan dalam negara dan Tuhan pelaksanaan tugas. Yang Maha Esa.
B. Pendidikan Karakter di Lembaga Pendidikan Indonesia Bangsa kita ini sebenarnya kaya akan ajaran dan nilai-nilai luhur yang bisa diinternalisasikan dalam pendidikan karakter. Hampir setiap suku bangsa di negeri ini, secara turun temurun mengajarkan nilai-nilai yag mereka percaya sebagai sesuatu yang luhur kepada generasi penerusnya, agar menjadi manusia yang berkarakter dan sempurna (Wibowo, 2012:37). Sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama muslim, tentu saja kita tidak mungkin meniru cara-cara yang dilakukan oleh negara lain, karena nilai-nilai islam diyakini sebagai pembentuk karakter dan sekaligus bisa menjadi dasar nilai bagi masyarakat majemuk. Meskipun demikian, kita tidak dapat memaksakan nilai-nilai agama menjadi rujukkan utama dalam perumusan pendidikan karakter nasional, namun bisa mempertemukan titik nilai-nilai universal antar agama dalam hal pembentukan karakter bangsa yang
berwujud pada penghormatan terhadap nilai-nilai keutamaan seperti nilai kejujuran, kerja keras, sikap kesatria, tanggung jawab, semangat pengorbanan, dan komitmen pembelaan terhadap kaum lemah dan tertindas, bisa diakui sebagai nilai-nilai universal yang mulia (Baidan, 2011:10). Sekolah mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melakukan pendidikan moral dan pembentukan karakter. Selanjutnya para pakar pendidikan memandang pendidikan nilai, moral atau karakter bukan sekedar tugas dan tanggung jawab tetapi juga merupakan suatu usaha yang menjadi prioritas.
Masyarakat
Indonesia
dituntut
untuk
menyadari,
bahwa
pembentukkan karakter dan watak atau kepribadian sangat penting, bahkan sangat mendesak dan mutlak adanya (tidak boleh ditawar lagi). Hal ini cukup beralasan, karena adanya krisis yang terus berkelanjutan yang melanda bangsa dan negara kita sampai saat ini belum ada solusi secara jelas dan tegas (Dirjen Dikdasmen, 2010:18). Terlepas dari berbagai kekurangan dalam praktik pendidikan di Indonesia, apabila dilihat dari standar nasional pendidikan yang menjadi acuan pengembangan KTSP, implementasi pembelajaran dan penilaian di Sekolah, tujuan pendidikan di sekolah sebenarnya dapat dicapai dengan baik. Pembinaan karakter juga termasuk dalam materi yang harus diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari (wibowo, 2012:62).
Sekolah merupakan tempat yang strategis dalam pembinaan karakter, bahkan nomor dua setelah keluarga. Pendidikan karakter di sekolah sulit berhasil bila sulit membangun kerjasama antara lingkungan pendidikan siswa baik dirumah, di sekolah atau disekitarnya tidak ada kesinambungan dan keharmonisan. Wujud pendidikan karakter di sekolah selain melalui pembelajaran akhlak dan integrasi nilai-nilai agama pada semua mata pelajaran, juga dilakukan pembiasaan di sekolah terutama disiplin diri yang merupakan tindak lanjut dari kegiatan pembelajaran dan pelatihan yang dilakukan sekolah (Dirjen Dikdasmen, 2010:41-42).
C. Pendidikan Karakter di Madrasah Ibtidaiyah 1. Madrasah Sebagai Lembaga Pendidikan Dalam peta dunia pendidikan di Indonesia, Madrasah memang bukan merupakan produk asli Nusantara. Sebagaimana ditunjukkan oleh kata “Madrasah” itu sendirii, ia berasal dari bahasa Arab yang secara harfiah berarti “sekolah” (Soyomukti, 2008:105). Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah didasarkan pada keputusan Mentri Agama RI No. 1993 tentang Madrasah Ibtidaiyah (MI) tanggal 22 Desember 1993. Secara definisi, lembaga ini ditetapkan dalam pasal 1 bab 1 yang menyatakan bahwa: MI adalah Sekolah Dasar yang berciri khas Agama Islam yang menyelenggarakan proram pendidikan enam tahun. Ditegaskan pula dalam pasal 3 ayat (1) bahwa MI merupakan satuan
pendidikan dalam bentuk Sekolah Dasar yang berciri khas Agama Islam yang menyelenggarakan pendidikan bagi anak usia 6-12 tahun. Tujuan dilaksanakannya pendidikan MI dinyatakan dalam Bab II ayat (1) yakni: pertama, mendidik murid agar menjadi manusia Muslim manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila. Kedua, memberi bekal kemampuan yang diperlukan bagi murid untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Ketiga, memberi kemampuan dasar untuk hidup dalam masyarakat dan mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungan (Riyadi, 2006:93-94). 2. Penerapan
Pendidikan
Karakter
di
Sekolah
Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah Penerapan pendidikan karakter di sekolah dasar dilakukan pada ranah pembelajaran (kegiatan pembelajaran), pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar, kegiatan ko-kurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler, serta kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat. Adapun penjelasan masing-masing ranah tersebut adalah sebagai berikut: a. Kegiatan Pembelajaran Penerapan pendidikan karakter pada pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan strategi yang tepat. Strategi yang tepat adalah strategi yang menggunakan pendekatan kontekstual. Alasan penggunaan strategi kontekstual adalah bahwa strategi tersebut dapat mengajak siswa menghubungkan atau mengaitkan materi yang dipelajari
dengan dunia nyata. Dengan dapat mengajak menghubungkan materi yang dipelajari dengan dunia nyata, berati siswa diharapkan dapat mencari hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pendekatan itu, siswa lebih memiliki hasil yang komprehensif tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi pada tataran afektif, serta psikomotoriknya (Puskurbuk, 2011:8). b. Pengembangan Budaya Sekolah dan Pusat Kegiatan Belajar Pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar dilakukan melalui kegiatan pengembangan diri, yaitu kegiatan rutin, kegiatan spontan, keteladanan, dan, pengkondisian. Adapun hal-hal tersebut adalah sebagai berikut. 1) Kegiatan rutin Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang rutin atau ajeg dilakukan setiap saat. Kegiatan rutin dapat juga berarti kegiatan yang dilakukan siswa secara terus menerus dan konsisten setiap saat (Puskurbuk, 2011:8). Beberapa contoh kegiatan rutin antara lain kegiatan upacara hari Senin, upacara besar kenegaraan, pemeriksaan kebersihan badan, piket kelas, shalat berjamaah, berbaris ketika masuk kelas,
berdoa sebelum pelajaran dimulai
dan diakhiri,
dan
mengucapkan salam apabila bertemu guru, tenaga pendidik, dan teman.
2) Kegiatan spontan Kegiatan spontan dapat juga disebut kegiatan insidental. Kegiatan ini dilakukan secara spontan tanpa perencanaan terlebih dahulu. Contoh kegiatan ini adalah mengumpulkan sumbangan ketika ada teman yang terkena musibah atau sumbangan untuk masyarakat ketika terjadi bencana. 3) Keteladanan Keteladanan merupakan sikap “menjadi contoh”. Sikap menjadi contoh merupakan perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan dan siswa dalam memberikan contoh melalui tindakantindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi siswa lain (Puskurbuk, 2011:8). Contoh kegiatan ini misalnya guru menjadi contoh pribadi yang bersih, rapi, ramah, dan supel. 4) Pengkondisian Pengkondisian berkaitan dengan upaya sekolah untuk menata lingkungan
fisik
maupun
nonfisik demi terciptanya
suasana
mendukung terlaksananya pendidikan karakter. Kegiatan menata lingkungan fisik misalnya adalah mengkondisikan toilet yang bersih, tempat sampah, halaman yang hijau dengan pepohonan, poster katakata bijak yang dipajang di lorong sekolah dan di dalam kelas (Puskurbuk, 2011:8). Sedangkan pengkondisian lingkungan nonfisik misalnya mengelola konflik antar guru supaya tidak menjurus kepada perpecahan, atau bahkan menghilangkan konflik tersebut.
c. Kegiatan ko-kurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler Kegiatan ko-kurikuler dan ekstra kurikuler merupakan kegiatankegiatan di luar kegiatan pembelajaran. Meskipun di luar kegiatan pembelajaran, guru dapat juga mengintegrasikannya dalam pembelajaran. Kegiatan-kegiatan ini sebenarnya sudah mendukung pelaksanaan pendidikan karakter. Namun demikian tetap diperlukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang baik atau merevitalisasi kegiatan-kegiatan ko-kurikuler dan ekstra kurikuler tersebut agar dapat melaksanakan pendidikan karakter kepada siswa. d. Kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat Kegiatan ini merupakan kegiatan penunjang pendidikan karakter yang
ada
di
sekolah.
rumah
(keluarga)
dan
masyarakat
merupakan partner penting suksesnya pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah. pelaksanaan pendidikan karakter sebaik apapun, kalau tidak didukung oleh lingkungan keluarga dan masyarakat akan sia-sia. Dalam kegiatan ini, sekolah dapat mengupayakan terciptanya keselarasan antara karakter yang dikembangkan di sekolah dengan pembiasaan di rumah dan masyarakat (Puskurbuk, 2011:8). 3. Ragam Metode Pendidikan Karakter a. Metode Hiwar atau Percakapan Meode hiwar atau (dialog) ialah percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih melalui tanya jawab mengenai satu topik, dan dengan sengaja diarahkan kepada satu tujuan yang dikehendaki. Dalam
proses pendidikan metode hiwar mempunyai dampak yang sangat mendalam terhadap jiwa pendengaratau pembaca yang mengikuti topik percakapan dengan seksama dan penuh perhatian (Gunawan, 2012:88). b. Metode Qishah atau cerita Menurut Al-Razzi, qishah merupakan penelusuran terhadap kejadian masa lalu. Dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah, kisah sebagai metode pendukung pelaksanaan pendidikan memiliki peranan yang sangat penting, karena dalam kisah-kisah terdapat berbagai keteladanan dan edukasi (Gunawan, 2012:89). c. Metode Amtsal atau Perumpamaan Cara penggunaan metode amtsal ini hampir sama dengan metode kisah, yaitu dengan berceramah (berkisah atau membacakan kisah atau membacakan teks. Metode perumpamaan ini baik digunakan oleh para guru dalam mengajari peserta didiknya terutama dalam menanamkan karakter pada mereka (Gunawan, 2012:91). d. Metode Uswah atau keteladanan Dalam penanaman karakter kepada peserta didik di sekolah, keteladanan merupakan metode yang lebih efektif dan efisien. Karena peserta didik (terutama siswa pada usia pendidikan dasar dan menengah) pada umumnya cenderung meneladani (meniru) guru atau pendidiknya. Hal ini memang karena secara psikologis siswa memang senang meniru, tidak saja yang baik, bahkan yang jeleknya pun mereka tiru (Gunawan, 2012:91).
e. Metode Pembiasaan Pembiasaan adalah sesuatu yang disengaja dilakukan secara berulangulang agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan. Oleh karenanya, menurut para pakar, metode ini sangat efektif dalam rangka pembinaan karakter dan kepribadian anak (Gunawan, 2012:93). f. Metode ‘Ibrah dan Mau’idah Kedua kata tersebut memiliki perbedaan dari segi makna. ‘Ibrah berarti suatu kondisi psikis yang menyampaikan manusia kepada intisari sesuatu yang
disaksikan,
dihadapi
dengan
menggunakan
nalar
yang
menyebabkan hati mengakuinya. Adapun kata mau’idhoh ialah nasihat yang lembut yang diterima oleh hati dengan cara menjelaskan pahala atau ancamannya (Gunawan, 2012:96). g. Metode Tarqhib dan Tarhib (Janji dan Ancaman) Tarqhib ialah janji terhadap kesenangan, kenikmatan akhirat yang disertai dengan bujukkan. Tarhib ialah ancaman karena dosa yang dilakukan.Tarqhib dan tarhib bertujuan agar orang mematuhi aturan Allah. Akan tetapi keduanya mempunyai titik tekan yang berbeda. Tarqhib agar melakukan kebaikan yang diperintahkan Allah, sedang tarhib agar menjauhi perbuatan jelek yang dilarang oleh Allah (Gunawan, 2012:96).
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Kondisi Umum MI Asas Islam Kalibening 1. Letak Geografis MI Asas Islam terletak di Kelurahan kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga yaitu tepatnya di Jalan Ja’far Sodiq No 17 Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. Berdasarkan hasil observasi batas wilayah kalibening sebelah Utara adalah Dusun Genggong dan Dusun Nglumpit Kelurahan Sidorejo Kidul Kecamatan Tingkir, sebelah Timur adalah Dusun Kalilondo Kelurahan Sidorejo Kidul Kecamatan Tingkir, Sebelah Selatan adalah Dusun Tegalsari Kelurahan Kalibening Kecamatan Tingkir, sebelah Barat adalah Dusun Ngrasak Kelurahan Ledok Kecamatan Argomulyo (P/LG/01). Kelurahan Kalibening terletak di perbatasan Kota Salatiga, akan tetapi
dusun kalibening merupakan dusun yang sangat strategis dalam
bidang kependidikan. Hal ini didukung dengan adanya berbagai macam lembaga pendidikan diantaranya terdapat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-Kanak (TK), Madrasah Diniah (sekolah sore dan sekolah malam), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Pondok pesantren, Qaryah Thayyibah (P/LG/02).
2. Sejarah berdirinya MI Asas Islam MI Asas Islam terletak di Kelurahan Kalibening Kota Salatiga dan Kalibening sebelumnya ikut ke dalam wilayah Kabupaten Semarang bukan kota 2
madya. MI ini berdiri pada tanah seluas 3135 m . MI Asas Islam berdiri pada
tahun 1589 dan diberi nama MI Asas Islam Kalibening. MI Asas Islam berdiri dibawah naungan yayasan Asas Islam yang dipimpin oleh Bapak H. Hamim, SH. MH.
3. Profil Madrasah MI Asas Islam Kalibening, Kec. Tingkir, Kota Salatiga berdiri di bawah naungan Yayasan Asas Islam, Madrasah ini memiliki 12 orang guru pengajar dan 1 orang karyawan serta 19. Berdasarkan hasil observasi Madrasah ini merupakan bangunan tingkat dua mempunyai 9 ruang kelas untuk Kegiatan Belajar Mengajar, satu ruang kantor, UKS, kamar mandi dan mushola. peserta didik yang dibagi menjadi 9 kelas. Madrasah ini berdiri tahun 1959. Data profil Madrasah secara lengkap yang diambil dari dokumentasi Madrasah yaitu sebagai berikut (D/PM/1) : a. Identitas Sekolah Nama Sekolah
: MI Asas Islam
Alamat
: Kalibening
Kecamatan
: Tingkir
Kota
: Salatiga
Propinsi
: Jawa Tengah
Yayasan
: Yayasan Pendidikan Asas Islam
Status
: Swasta
NSM
: 111233730005
NSB
: 01870820612201
Tahun berdiri
: 1959
Status Tanah
: Hak Pakai
Luas Tanah
: 3135 m2
Nama Kepala Madrasah
: Musriatun
b. Visi Misi dan Tujuan 1) VISI Terwujudnya layanan pendidikan dan pengajaran sesuai dengan amanat agama, Pancasila dan UUD 1945. 2) MISI a) Melaksanakan pembelajaran PAKEM b) Memberikan pembinaan dalam menghadapi lomba c) Menyampaikan pemahaman Al-Qur’an dan Hadits d) Meningkatkan akhlakul karimah peserta didik e) Melaksanakan pembiasaan kegiatan beribadah 3) Tujuan a) Membangun sekolah murah yang berkualitas b) Membentuk peserta didik yang beriman, berilmu, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti yang luhur. c) Meningkatkan peserta didik
yang berkepribadian,
mandiri,
tangguh, cerdas, terampil, disiplin, kreatif, bertanggung jawab serta berorientasi ke masa depan.
d) Menumbuhkan semangat patriotik dan cinta tanah air (D/KP/01). 4. Ciri Khas dan Keunggulan MI Asas Islam adalah salah satu lembaga pendidikan yang berciri khas Agama Islam yang menyelenggarakan program pendidikan enam tahun. Dari hasil observasi peneliti di MI Asas Islam, banyak kegiatan yang dilakukan peserta didik diluar Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di kelas misalnya kegiatan ekstrakurikuler setelah pulang sekolah. Hal ini bertujuan untuk membentuk karakter peserta didik sesuai dengan potensinya masingmasing. Banyak keunggulan dan kejuaraan di MI Asas Islam Kalibening, diantaranya Grup drumband MI Asas Islam Kalibening Kecamatan Tingkir Salatiga dinobatkan sebagai juara satu kategori drumband, saat mengikuti Pawai Taaruf menyambut 1 Muharam, Minggu, 27 November 2011. Masih banyak lagi prestasi-prestasi lomba yang telah diraih oleh MI Asas Islam. Berikut data
prestasi lomba siswa yang telah terlaksana pada tahun 2012 (D/CK/01): Tabel 3.4 Data Prestasi Lomba Siswa Tahun 2012
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9
NAMA Aulia Dila Fareza Farhan Mulya Aq Minhatul Maula Anisa Rizki Utami Anisa Sekar Basuki Afuza Lukianata Aulia Dela Fareza Farhan Mulya Aq Mila Minhatul M
KLS
L/P
5 5 5 5 4 4 5 5 5
P L P P P P P L P
JENIS LOMB A Muratal Muratal MTQ CCQ CCQ CCQ Muratal Muratal MTQ
TANGGAL PELAKSANAAN
KET
31 Januari 2012 31 Januari 2012 31 Januari 2012 31 Januari 2012 31 Januari 2012 31 Januari 2012 7 Februari 2012 7 Februari 2012 7 Februari 2012
Juara 1 Juara 1 Juara 1 Juara 3 Juara 3 Juara 3 Juara 2 Juara 1 Juara 1
Dalam Ujian Nasional tahun pelajaran 2011/2012, MI Asas Islam Kalibening menempati Rangking 2 tingkat kecamatan dan Rangking 11 tingkat Kota Salatiga. (D/CK/02) berikut hasil Nilai Akhir (NA) dari Ujian Nasional (UN) dan Nilai Sekolah (NS) pada tahun pelajaran 2011/2012:
Tabel 3.5 Data Nilai Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2011/2012
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
NAMA Naila Khalwati Nawa Rohman. A Zida Azza. A M. Syahrul. M Afanda Ayu Aziz Farid Abdul Kholik Dyah Ayu Nuraini Afinda Ayu Aziz M. Wahyu S. N. R M. Munib Afiya Khoirina Deni Abdul Rozaq Silfi Rizkiah Nisrinaa Nur A. A M. Ilham Solikul I Toyib Benanto Siti Mar’atus. S Asna Afifatunisa Khotibul Umam
B.INDO
MTK
IPA
JUMLAH
8,4 7,8 7,8 7,7 7,5 7,3 8,4 7,1 8,3 6,9 8,4 8,2 8,8 5,5 7,3 6,9 7,5 7,9 7,4
8,7 7,9 8,3 9,3 8,4 8,4 8,8 8,0 7,6 7,3 6,8 8,3 9,3 7,6 8,8 7,9 8,5 9,1 8,0
8,4 7,9 8,5 8,0 7,3 7,5 8,2 7,0 9,0 6,9 7,6 7,2 9,3 8,4 8,9 8,4 8,0 8,3 8,4
25,5 23,6 24,6 25,0 25,0 23,2 25,4 22,1 24,9 21,1 22,8 23,7 27,4 21,5 25,0 23,2 24,0 25,3 23,8
RATARATA 8,5 7,9 8,2 8,3 7,7 7,7 8,5 7,4 8,3 7,0 7,6 7,9 9,1 7,2 8,3 7,7 8,0 8,4 7,9
B. Pendidikan Karakter di MI Asas Islam Kalibening Hasil temuan peneliti melalui wawancara, observasi dan dokumentasi mengenai pendidikan karakter yang memuat konsep pendidikan karakter, metode pendidikan karakter dan penghambat pendidikan karakter di MI Asas Islam Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga dapat dijabarkan sebagai berikut:
KET L L L L L L L L L L L L L L L L L L L
1. Konsep Pendidikan Karakter Konsep pendidikan karakter disini masih dibagi lagi menjadi 4 yaitu: a. Kebijakan Pelaksanaan Pendidikan Karakter Dari beberapa guru yang menjadi responden dalam penelitian ini, ada guru yang belum mengerti dan paham mengenai kebijakan pemerintah untuk menerapkan karakter di suatu lembaga pendidikan karena memang jarang membuka situs di internet. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara berikut ini mengenai kapan responden mengetaui adanyanya kebijakan pendidikan karakter: “Saya tahunya baru tadi siang sekitar jam 09.00-12.00 itupun karena ikut seminar Upaya Peningkatan Pengembangan Karir Guru di aula kampus 1 STAIN Salatiga, dan belum pernah tahu sebelumnya karena memang jarang membuka situs di
internet”
(W/GK/KK/26-06-
2012/19.57-20.58/R1). Meskipun begitu ada beberapa guru yang mengatakan sudah lama mengetahui adanya kebijakan mengenai pendidikan karakter, seperti yang dikemukakan responden dibawah ini: “Saya mengetahui kebijakan itu ketika workshop KKG dari bantuan Blockgrent khusus guru kelas 4 dan guru penjaskes 8 kali pertemuan tanggal 15 Nov 2011 sampai 7 Februari 2012”(W/GMM/KK/27-062012/26.05-17.30/R2).
Pada umumnya guru mengetahuui adanya kebijakan pendidikan karakter yaitu dari seminar ataupun workshop seperti hasil wawancara berikut ini: “Saya tahu dari Ikut seminar dengan tema Upaya Peningkatan Karir Guru di aula Kampus 1 STAIN Salatiga” (W/GK/KK/26-06-2012/19.5720.58/R1). Dari hasil wawancara dengan responden yang lain: “Dari workshop KKG dari bantuan Blockgrent khusus guru kelas 4 dan guru penjaskes, kebetulan kelas 4 yang dapat saya, dan penjaskes oleh guru yang lain” (W/GMM/KK/27-06-2012/26.05-17.30/R2). Dari hasil wawancara dengan responden yang lain: “Dari workshop dan diteruskan dengan KKG baik KKG dari Diknas maupun Kemenag (W/GMA/KK/27-06-2012/19.50-21.08/R3). b. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Karakter Pendidikan karakter identik dengan tingkah laku yang baik, tingkah laku anak pada zaman ini tentu berbeda dengan tingkah laku anak dulu pada umumnya. Anak sekarang lebih terpengaruh terhadap teknologi yang semakin berkembang seperti televisi, handphone, komputer dan Internet yang mudah mereka temui dan miliki karena memang harganya relatif murah dan terjangkau (P/KK/01). Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan salah satu responden: “Pendidikan karakter yaitu sebuah upaya untuk merubah tingkah laku anak didik setelah kita mengetahui tingkah laku anak didik saat ini
sangat berbeda dengan tingkah laku anak didik tahun 1990an” (W/GK/KK/26-06-2012/19.57-20.58/R1). Dari hasil wawancara responden yang lain: “Pendidikan karakter yaitu pendidikan yang diharapkan anak itu mempunyai identitas mengenai tingkah laku supaya anak mengerti dan merubah tingkah lakunya dari yang tidak baik menjadi baik” (W/GMA/KK/27-06-2012/19.50-21.08/R3). Tujuan Pendidikan karakter itu sendiri yaitu menyeimbangkan antara nilai akademik dan nilai kepribadian peserta didik. Jadi tidak hanya nilai akademiknya saja yang menjadi prioritas guru, akan tetapi pola pikir dan tingkah laku yang baik juga harus diutamakan. Seperti yang dikemukakan oleh responden berikut ini: “Pendidikan karakter itu mengubah pola pikir guru supaya dapat diterapkan pada peserta didiknya terutama ranah afektif dan psikomotoriknya karena keberhasilan akademik tidak hanya dilihat hasil nilai akademiknya yang bagus tetapi juga tingkah lakunya, jadi peserta didik tidak hanya cerdas dalam akademik saja tetapi juga tingkah lakunya” (W/GM/KK/27-06-2012/26.05-17.30/R2). Selain itu dengan diterapkannya karakter guru akan mengetahui petensi yang dimiliki peserta didik. Seperti hasil wawancara berikut: Tujuannya pendidikan karakter yaitu mengetahui potensi yang dimiliki anak didik” (W/GMA/KK/11/27-06-2012/19.50-21.08/R3). c. Prioritas Pendidikan Karakter di Mi Asas Islam Kalibening
Pada dasarnya Madrasah Ibtidaiyah (MI) adalah lembaga pendidikan yang berciri khas Agama Islam. Sehingga tak dipungkiri lulusan dari Madrasah diharapkan mempunyai bekal agama yang baik dan sikap (perilaku) yang baik pula. Oleh sebab itu MI Asas Islam mengutamakan nilai religius, jujur, disiplin dan peduli sosial. Sebagaimana hasil wawancara berikut: “Karena di Madrasah jadi ya nilai religiusnya yang menjadi prioritas, karena kita hidup membutuhkan orang lain berarti nilai peduli sasialnya yang harus kita utamakan, jika di kelas yang sering saya sampaikan itu adalah rukun dan cinta damai. Mungkin nilai nilai tersebut tidak langsung bisa diterima oleh mereka jadi dua nilai itu yang saya utamakan” (W/GK/KK/26-06-2012/19.57-20.58/R1). Dari hasil wawancara dengan responden yang lain: “Nilai karakter yang menjadi prioritas adalah religius, kejujuran dan disiplin. Religius dalam bentuk IMTAK, Kejujuran dalam bentuk percaya diri disiplin dalam bentuk disiplin waktu” (W/GMM/KK/27-062012/26.05-17.30/R2). Bukti nyata dari penerapan nilai religius di MI Asas Islam yaitu setiap pagi sebelum pembelajaran dimulai yaitu jam 07.00 siswa dan guru masing-masing kelas mengadakan kegiatan rutin (pembiasaan) yaitu menghafal surat pendek (Juz 30 dalam Al-Qur’an) dan menghafal Asmaul Husna. Hal itu bertujuan agar lulusan MI Asas Islam dapat menghasilkan peserta didik yang religius dan mempunyai bekal untuk
agamanya. Selain hafalan, peserta didik juga dibiasakan untuk salat dzuhur berjama’ah di mushala MI Asas Islam bersama guru-guru dan karyawan. Hal ini untuk membiasakan melatih peserta didik agar melaksanakan salat tepat waktu dan mengutamakan sebuah kewajiban (P/KK/02). d. Hasil Pendidikan Karakter Pendidikan karakter sangat berpengaruh bagi peserta didik. Akan tetapi, guru harus pandai-pandai mencari cara agar peserta didik mau menuruti apa yang menjadi tujuan pembentukkan karakter seorang guru. Guru harus bisa menyesuaikan peserta didik, bukan sebaliknya. Sebagaimana hasil wawancara berikut ini: “Meskipun
penerapan
karakter
secara
besar-besaran
belum
dilaksanakan. Tapi itu pasti ada perubahan. Tapi anak sekarang beda dengan anak dulu karena lingkungan dan media jadi anak lebih manut pada media kayak televisi. Insyaallah jika diterapkan betul-betul bisa berubah. Tetapi kita harus mengikuti cara-cara dia yang dia sukai saat itu dan tidak mengikuti cara-cara kita dalam arti tidak memaksakan kehendak (W/GK/KK/26-06-2012/19.57-20.58/R1). Dari hasil wawancara dengan responden yang lain: “Ya pasti ada perubahan mbak setelah diterapkannya karakter. Peningkatan prestasi maupun tingkah laku semakin baik. Sebenarnya
anak yang bodoh kan gak ada to mbak dan semua kembali kepada gurunya” (W/GMA/KK/27-06-2012/19.50-21.08/R3).
2. Metode Pendidikan Karakter Metode pendidikan karakter disini mencakup tiga hal yaitu pelaksanaan pendidikan karakter, metode yang digunakan dan teknik penilaian pendidikan karakter. Kedua hal tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Pelaksanaan Pendidikan Karakter MI Asas Islam menggunakan kurikulum Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) . Dalam kurikulum, silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP)
sudah
dikembangkan
dan
diintegrasikan pendidikan karakter. Seperti hasil wawancara berikut ini: “Pendidikan karakter sudah terintegrasikan dalam kurikulum sejak tahun 2011, sedangkan silabus dan RPP menyesuaikan kurikulum” (W/GMM/MK/27-06-2012/26.05-17.30/R2). Selain pengintegrasian ke dalam kurikulum, silabus dan RPP, pendidikan
karakter
juga
diintegrasikan
melalui
kegiatan
pengembangan diri. Berikut data kegiatan pengembangan diri yang dilakukan di MI Asas Islam meliputi: 1) Kegiatan ekstrakurikuler terdiri dari:
a) Kewiraan Pramuka b) Drum Baand c) Olah Raga (1)Tenis Meja (2)Atletik (3)Bulutangkis d) Seni (1) Seni Tari (2) Seni Musik 2) Kegiatan Pembiasaan a) Pembiasaan rutin Merupakan proses pembentukan dan penanaman ajaran Islam meliputi: (1) Salat berjama’ah (2) Hafalan surat pendek (3) Baca Tulis Al-Qur’an b) Pembiasaan Terprogram Merupakan proses pembentukkan akhlak dan pengalaman ajaran Islam, meliputi kegiatan: a) Pesantren Kilat Ramadhan b) Pembayaran zakat, infaq, sadaqoh c) Pelaksanaan Idul Qurban
d) Pelaksanaan Pekan Maulid Nabi 3) Kegiatan Kteladanan a) Pembinaan ketertiban pakaian seragam anak sekolah b) Pembinaan kedisplinan c) Penanaman budaya minat baca d) Penanaman budaya keteladanan (1) Penanaman budaya bersih diri (2) Penanaman budaya bersih lingkungan dan sekolah (3) Penanaman budaya lingkungan hijau (4) Cuci tangan pakai sabun (5) Jabat tangan 4) Kegiatan Nasionalisme dan Patriotisme a) Peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia b) Peringatan Hari Pahlawan c) Peringatan Hari Pendidikan Nasional 5) Pembiasaan dan bimbingan bagi calon siswa teladan dan siswa peserta olimpiade MIPA. 6) Outdoor Learning and Training a) Kunjungan belajar b) Outbound (D/MK/01) Sedangkan progaram kelas yang digunakan oleh guru pada umumnya adalah adab atau sopan santun baik kepada orang tua
peserta didik, kepada guru dan antar peserta didik. Sebagaimana hasil wawancara dengan responden berikut: “Yang saya inginkan anak-anak itu bisa bahasa ‘nggeh dan mboten’ itu aja mbak, jika lebih dari itu ya tidak masalah palah lebih bagus. karena anak sekarang khususnya di daerah jawa itu sulit sekali” (W/GK/MK/26-06-2012/19.57-20.58/R1). Dari hasil wawancara dengan responden yang lain: “Ya itu mengenai adab (kebiasaan) anak dengan ortu, anak sesama anak, anak dengan guru, karena mata pelajaran Aqidah Akhlak kan penerapan. Jadi menerapkan anak terhadap lingkungan yaitu anak dengan orang tua, anak dengan sesama anak dan anak dengan guru” (W/GMA/MK/27-06-2012/19.50-21.08/R3). Hal itu didukung dengan hasil pengamatan bahwa, setiap pagi guru-guru di MI Asas Islam Kalibening menyambut dan menyalami siswa yang berangkat ke Madrasah. Hal ini bertujuan untuk mendisiplinkan siswa agar tepat waktu ketika datang ke Madrasah serta mempererat tali persaudaraan antara guru dan wali murid yang mengantarkan ke Madrasah. Interaksi sosial yang baik terjadi di Madrasah ini. Siswa di MI Asas Islam Kalibening, Kec. Tingkir, Kota Salatiga sangat mentaati tata tertib Madrasah dan mempunyai rasa hormat yang tinggi kepada para guru dan karyawan di Madrasah (P/KK/03).
Kedisiplinan sangat diutamakan dalam Madrasah ini, sehingga anak diharapkan tidak hanya pandai dalam akademik saja, akan tetapi juga dapat merubah tingkah laku peserta didik. Sebagaimana hasil wawancara berikut: “Kalau saya lebih saya tekankan kedisiplinannya. Disiplin kan banyak ada tekun, tenanan dan tegas sehingga anak tidak hanya pintar dalam nilai tetapi juga perubahan tingkah laku, dan sukses UN. Asal UN Sukses asal nilainya bagus kan tinggal pilih mau sekolah dimana kedepannya” (W/GMM/MK/27-06-2012/26.05-17.30/R2). b. Metode
yang
Digunakan
dalam
Pelaksanaan
Pendidikan
Karakter. Metode yang digunakan dalam penerapan pendidikan karakter di MI Asas Islam Kalibening yaitu menggunakan keteladanan. Tujuannya agar peserta didik mudah dalam menerima dan meniru perilaku yang baik yang dilakukan guru sehingga lama-kelamaan karakter dapat terbentuk dengan sendirinya. “Kalau saya lebih cenderung ke contoh langsung yaitu keteladanan, karena saya ada di kelas rendah ketika saya ngomong banyak itu malah gak diperhatikan jika kecontoh langsung malah lebih digugu” (W/GK/MK/26-06-2012/19.57-20.58/R1). Dari hasil wawancara responden yang lain:
“Keteladanan,
kedisiplinan
dan
mematuhi
peraturan
juga”
(W/GMA/MK/27-06-2012/19.50-21.08/R3). Kegiatan keteladanan di MI Asas Islam meliputi ketertiban berpakaian, kedisiplinan, budaya keteladanan yang memberikan contoh yang baik bagi siswa seperti penanaman budaya bersih diri, penanaman budaya lingkungan hijau, jabat tangan dan cuci tangan (P/MK/01). c. Teknik Penilaian Pendidikan Karakter Teknik penilaian pendidikan karakter dengan cara pengamatan keseharian peserta didik dan menggunakan jenis penilaian non tes. Sebagaimana hasil wawancara berikut: “Penilaian dilakukan dalam mata pelajaran Aqidah Aklak, karena penilaian karakter peserta didik tidak bisa diukur dengan angka maka teknik penilaiannya menggunakan non tes atau dengan pengamatan” (W/GK/MK/26-06-2012/19.57-20.58/R1). Dari hasil wawancara dengan responden yang lain: “Penilaian menggunakan penilaian non tes dengan observasi. Kalau gurunya rumahnya satu desa dengan muridnya kan bisa mengamati dirumah bahkan bisa 24 jam” (W/GMM/MK/27-06-2012/26.0517.30/R2).
Dari hasil wawancara dengan responden yang lain: “Jadi penilainnya itu penilaian harian melalui observasi. Jika anak punya nilai bagus tapi tingkah lakunya jelek ya sama aja” (W/GMA/MK/27-06-2012/19.50-21.08/R3). Penilaian Karakter peserta didik dapat berpengaruh terhadap hasil akademik peserta didik sebagaimana hasil wawancara berikut: “Pasti, dan bisa jadi tolak ukur ketika kenaikan kelas atau pengambilan raport. Misalnya kemarin itu ada peserta didik yang nilainya 99 tapi ternyata sama bapak ibu guru tidak punya sopan santun itu bisa jadi pertimbangan atau sebaliknya nilainya biasa biasa saja atau mungkin jelek tetapi tingkah lakunya bagus itu juga bisa menjadi pertimbangan oleh Madrasah” (W/GK/MK/26-06-2012/19.57-20.58/R1).
Dari hasil wawancara dengan responden yang lain: “Kalau di UN tidak, tetapi kalau di kenaikan kelas iya. Misal ada anak yang memang IQ nya kurang tapi perilakunya bagus maka kita mempertimbangkan untuk menaikkan ke kelas atasnya. Seseorang kan gak tahu kalau sekarang kurang siapa tahu setelah naik kelas bisa berubah” (W/GMM/MK/27-06-2012/26.05-17.30/R2). Dari hasil wawancara dengan responden yang lain:
“Nilai tidak diambil dari nilai harian saja termasuk juga ada nilai pengamatan.
Walaupun
nilainya
bagus
tetapi
nyolongan,
ngomongnya jelek masak mau dinaikka mbk, karena MI kan membentuk calon2 muslim sejati jadi bukan hanya mengejar akademiknya saja” (W/GMA/MK/27-06-2012/19.50-21.08/R3). Terlepas dari hasil wawancara tersebut, siswa dinyatakan naik kelas ke tingkat atasnya bila memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut: 1) Menyelesaikan seluruh program pembelajaran pada dua semester pada kelas yang diikuti, 2) Jumlah mata pelajaran yang belum tuntas (dibawah KKM) tidak boleh lebih 25% dari jumlah mata pelajaran yang diajarkan dikelasnya masing-masing. 3) Memiliki nilai minimal baik pada aspek kepribadian (D/MK/02). 3. Faktor Penghambat dan Solusi dalam Pendidikan Karakter Faktor penghambat yang dimaksud disini yaitu faktor-faktor yang menjadi penghalang seseorang guru dalam melakukan suatu tindakan yaitu menerapkan pendidikan karakter di Madrasah. Faktor-faktor yang menjadi penghambat pendidikan karakter pada umumnya bersumber dari lingkungan keluarga, teman sebaya, kurangnya sosialisasi dan kurangnya media dalam pembelajaran. Sebagaimana hasil wawancara dengan beberapa responden berikut ini:
“Kalau penghambatnya luar biasa. Bisa jadi media, lingkungan sekitar, lingkungan keluarga dan teman-teman. Lingkungan keluarga misalnya Bapaknya gak perhatian ibunya menggebu-gebu padahal dia takut sama bapak, orang tua yang pasrah bongkokan pada Madrasah, orang tuanya disibukkan dengan aktifitas sehari-hari sehingga lupa dengan kewajiban sebagai orang tua. Dalam lingkungan sekolah setiap guru berbeda beda pendapat, misal wajib menggunakan kromo, menggunakan bahasa indonesia, ada temen dari guru ‘tergantung wong tuwone neng ngomah ki oleh nyetel jam piro’, padahal tidak dipungkiri anak-anak itu suka nonton tv. Solusi di kelas yaitu menerapkan apa yang saya bisa, hambatan di rumah disampaikan orang tua boleh nonton tv tapi pilih chanel yang mendidik dan beri waktu yang tepat untuk menonton televisi” (W/GK/PK/26-06-2012/19.57-20.58/R1). Dari hasil wawancara responden yang lain: “Pengaruh lingkungan yanng kurang nyaman bagi peserta didik solusinya yaitu mengarahkan peserta didik dan diberi sangsi yang mendidik dan tidak menyakiti secara fisik. Dalam aqidah akhlak saya sering memberi sangsi yang tidak disiplin untuk membawa asmaul husna saya beri satu satu dan meminta membaca di depan kelas dengan suara yang lantang. Jika tidak mengerjakan PR saya beri tugas untuk menulis ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan materi yang saya ajarkan dan ditandatangani oleh orang tua dan guru ngajinya” (W/GMA/PK/27-06-2012/19.50-21.08/R3).
Dari hasil wawancara responden yang lain: “Yang pertama bahan praktek sebagai media untuk memperkuat karakter peserta didik, solusinya biasanya saya membuat media sendiri dari rumah. Yang kedua kurangnya sosialisasi, biasanya ada guru yang mencarikan atau mendonloadkan dari internet” (W/GMM/PK/27-06-2012/26.0517.30/R2).
BAB IV PEMBAHASAN
A. Konsep Pendidikan Karakter di MI Asas Islam Kalibening Pendidikan karakter menurut Thomas Lickona adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras dan sebagainya (Gunawan, 23:2012). Pendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila. Di samping itu, berbagai persoalan yang dihadapi oleh bangsa kita dewasa ini makin mendorong semangat dan upaya pemerintah untuk memprioritaskan pendidikan karakter sebagai dasar pembangunan pendidikan. Semangat itu secara implisit ditegaskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2015, di mana Pemerintah menjadikan pembangunan karakter sebagai salah satu program prioritas pembangunan nasional (Puskurbuk, 2011:1). Hasil penelitian di MI Asas Islam mengenai konsep pendidikan karakter yaitu sebagian guru sudah paham mengenai konsep pendidikan karakter, meskipun begitu peneliti juga menemukan guru yang tingkat kepahaman
terhadap pendidikan karakter masih kurang. Berdasarkan hasil penelitian, ada dua kemungkinan hal itu bisa terjadi yaitu kurangnya sosialisasi dan rasa ingin tahu guru rendah. Meskipun begitu, guru harus aktif mencari info terupdate baik dari berita di tv, majalah, koran, internet, radio dan lain-lain, sehingga guru paham tentang konsep pendidikan karakter dan mampu mengembangkan dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di Madrasah. Pendidikan karakter merupakan usaha sadar dan terencana guna mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kepribadian, akhlak mulia, dan budi pekerti sehingga karakter ini terbentuk dan menjadi ciri khas peserta didik tersebut (Dirjen Dikdasmen, 2010:36). Pendidikan karakter di MI Asas Islam Kalibening yaitu pendidikan yang diharapkan anak itu mempunyai identitas mengenai tingkah laku supaya anak mengerti dan merubah tingkah lakunya dari yang tidak baik menjadi baik serta menyeimbangkan antara ranah afektif dan psikomotoriknya. Tujuannya pendidikan karakter yaitu mengetahui potensi yang dimiliki anak didik. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tingkat kepahaman guru terhadap konsep pendidikan karakter sudah sesuai. Akan tetapi masih ada beberapa guru yang belum terlalu paham dan mengerti dikarenakan kurangnya sosialisasi dan rendahnya kemauan guru untuk mencari berita mengenai kebijakan-kebijakan yang baru. Solusi yang dapat ditempuh yaitu bertanya kepada yang lebih tahu dan paham tentang pendidikan karakter, dan mencari tahu melalui media-media yang dapat memberikan informasi
mengenai konsep pendidikan karakter yang sebenarnya. Dengan begitu guru mempunyai bekal untuk menerapakan pendidikan karakter dengan lebih baik lagi. B. Metode Pendidikan Karakter di MI Asas Islam Kalibening Metode pendidikan karakter disini mencakup pengintegrasian, metode yang digunakan dan teknik penilaian pendidikan karakter di MI Asas Islam Kalibening. Guru dan sekolah perlu mengintegrasikan nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Silabus dan Rencana Program Pembelajaran (RPP) yang sudah ada (Wibowo, 2012:83). Berdasarkan hasil penelitian, MI Asas Islam menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan sudah mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Silabus dan Rencana Program Pembelajaran (RPP) Sebagaimana hasil wawancara berikut: “Pendidikan karakter sudah terintegrasikan dalam kurikulum sejak tahun 2011,
sedangkan
silabus
dan
RPP
menyesuaikan
kurikulum”
(W/GMM/MK/27-06-2012/26.05-17.30/R2). Selain pengintegrasian ke dalam kurikulum, silabus dan RPP, Perencanaan dan pelaksanaan pendidikan karakter pada peserta didik juga diintegrasikan dalam program pengembangan diri seperti kegiatan pembiasaan rutin,
pembiasaan
terprogram,
kegiatan
keteladanan
dan
Kegiatan
Nasionalisme dan Patriotisme. Pengintegrasian juga dilakukan pada mata pelajaran Mulok Sekolah yaitu Bahasa Jawa dan bahasa Inggris Berdasarkan hasil penelitian, metode pendidikan karakter yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan karakter yaitu menggunakan keteladanan. Tujuannya agar peserta didik mudah dalam menerima dan meniru perilaku yang baik yang dilakukan guru sehingga lama-kelamaan karakter dapat terbentuk dengan sendirinya. Hal itu sesuai dengan pendapat Wibowo (2012:89) Jika guru dan tenaga kependidikan yang lain menghendaki agar peserta didik berperilaku atau bersikap sesuai dengan nilai-nilai karakter maka guru dan tenaga kependidikan yang lain adalah orang pertama dan utama memberikan contoh perilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai itu. Untuk mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan pendidikan karakter di satuan pendidikan dilakukan melalui berbagai program penilaian dengan membandingkan kondisi awal dengan pencapaian dalam waktu tertentu. Penilaian keberhasilan tersebut dilakukan melalui langkah-langkah berikut: 1. Menetapkan indikator dari nilai-nilai yang ditetapkan atau disepakati 2. Menyusun berbagai instrumen penilaian 3. Melakukan pencatatan terhadap pencapaian indikator 4. Melakukan analisis dan evaluasi 5. Melakukan tindak lanjut (Puskurbuk, 2011:10).
Guru di MI Asas Islam sudah menetapkan indikator dari nilai-nilai penidikan karakter sesuai dengan teori pada bab II. Jenis penilaian pendidikan karakter yang dilakukan di MI Asas Islam yaitu penilaian non tes dengan melakukan pengamatan dan pencatatan tingkah laku peserta didik di lingkungan sekolah maupun luar sekolah. Dengan begitu guru dapat melakukan penilaian dan mengevaluasi peserta didik sehingga dapat melakukan tindak lanjut dari hasil evaluasi seperti memberi semangat bagi peserta didik, mengingatkan jika ada penyelewengan dari nilai-nilai karakter, memberi sangsi yang mendidik dan lain-lain. Berdasarkan hasil temuan peneliti di atas, dapat disimpulkan bahwa pengintegrasian pendidikan karakter di MI Asas Islam sudah baik, hasil penelitian menunjukkan bahwa Madrasah telah mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Kegiatan Pengembangan Diri dan Mata Pelajaran Mulok Sekolah. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan karakter di MI Asas Islam yaitu keteladanan. Metode keteladanan sangat sesuai dengan usia peserta didik di MI, apalagi untuk peserta didik kelas rendah, mereka cenderung meniru apa yang dilakukan orang yang ia lihat dan sulit membedakan perilaku yang pantas dan tidak pantas ditiru. Maka dari itu guru harus memberi contoh berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai pendidikan karakter jika ingin membentuk karakter anak didiknya.
Penilaian di Pendidikan Karakter sudah sesuai dengan langkah-langkah penilaian keberhasilan Jenis penilaian pendidikan karakter yang dilakukan di MI Asas Islam yaitu penilaian non tes dengan melakukan pengamatan dan pencatatan tingkah laku peserta didik di lingkungan sekolah maupun luar sekolah. Dengan begitu guru dapat melakukan penilaian dan evaluasi sehingga guru dapat melakukan tindak lanjut seperti memberi semangat, mengingatkan, mengarahkan dan lain-lain.
C. Faktor penghambat dan solusi dalam penerapan pendidikan karakter di MI Asas Islam Kalibening Hambatan dalam penerapan pendidikan karakter berarti hal-hal yang menjadi penghalang dalam penerapan pendidikan karakter. Hambatan pendidikan karakter di MI Asas Islam yaitu berasal dari lingkungan keluarga peserta didik yang kurang mendukung, pengaruh teman sebaya, pengaruh teknologi, perbedaan pendapat antar guru, media pembelajaran yang kurang lengkap, dan kurangnya sosialisasi mengenai pendidikan karakter di MI Asas Islam. Untuk mengatasi hal itu MI Asas Islam melakukan berbagai solusi diantaranya pada lingkungan keluarga peserta didik, guru menyampaikan apa yang menjadi masalah peserta didik kepada orang tua dan mengarahkan peserta didik beserta orang tuanya sesuai dengan problem yang dihadapi masingmasiing peserta didik, membuat media sendiri dari rumah, mengikuti program
seminar atau workshop, selain itu juga bisa bertanya pada orang yang lebih tahu, banyak membaca buku dan mencari di internet. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, hambatan yang di hadapi dalam menerapkan pendidikan karakter sangat beraneka ragam bisa dari lingkungn keluarga, peserta didik sendiri, pengaruh teknologi, dan tenaga pendidik itu sendiri. Tetapi yang perlu di ingat bahwa setiap ada kesulitan pasti ada kemudahan, setiap ada hambatan pasti ada solusi yang dapat ditempuh untuk menyelesaikan hambatan tersebut.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang berpedoman pada kajian pustaka, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Konsep pendidikan karakterdi MI Asas Islam Kalibening yaitu pendidikan yang diharapkan anak itu mempunyai identitas mengenai tingkah laku supaya anak mengerti dan merubah tingkah lakunya dari yang tidak baik menjadi
baik
serta
menyeimbangkan
antara
ranah
afektif
dan
psikomotoriknya. Tujuannya pendidikan karakter yaitu mengetahui potensi yang dimiliki anak didik. 2. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan karakter di MI Asas Islam yaitu metode keteladanan dan metode pembiasaan. Metode keteladanan sangat sesuai dengan usia peserta didik di MI, apalagi untuk peserta didik kelas rendah, mereka cenderung meniru apa yang dilakukan orang yang ia lihat dan sulit membedakan perilaku yang pantas dan tidak pantas ditiru. Maka dari itu guru harus memberi contoh berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai pendidikan karakter jika ingin membentuk karakter anak didiknya. Metode pembiasaan di MI Asas Islam diantaranya yaitu membaca dan menghafal Asmaul Husna dan surat-surat pendek serta salat dzuhur berjamaah. Pembiasaan disini bertujuan untuk membiasakan
hal-hal yang baik pada peserta didik, sehingga kebiasaan itu lama-lama melekat dan menjadi karakter peserta didik. 3. Hambatan yang di hadapi dalam menerapkan pendidikan karakter sangat beraneka ragam yaitu berasal dari lingkungan keluarga, peserta didik sendiri, pengaruh teknologi, dan tenaga pendidik itu sendiri. Tetapi yang perlu di ingat bahwa setiap ada kesulitan pasti ada kemudahan, setiap ada hambatan pasti ada solusi yang dapat ditempuh untuk menyelesaikan hambatan tersebut. B. Saran 1. Bagi MI Asas Islam Kalibening Tingkatkan kualitas MI Asas Islam dengan mencetak generasi yang unggul, yang beriman, bertaqwa, profesional, dan berkarakter, sebagaimana tujuan pendidikan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. 2. Bagi Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau Sekolah Dasar (SD) lainnya Mengingat pentingnya karakter bagi generasi selanjutnya, maka seorang pendidik harus membiasakan diri sendiri dan peserta didiknya untuk berlaku sesuai nilai-nilai karakter. Karakter tidak terbentuk secara instan, tetapi harus dilatih secara serius dan terus menerus agar tujuan penerapan pendidikan karakter dapat tercapai dengan maksimal. 3. Bagi Orang tua/Wali Murid Sudah semestinya orang tua sadar bahwa keberhasilan pendidikan karakter juga tergantung pada pendidikan dalam keluarga. Karena keluarga
adalah lembaga pendidikan non formal yang pertama dan utama bagi anak didik. Keberhasilan pendidikan karakter dalam keluarga akan memuluskan pendidikan karakter di suatu lembaga pendidikan. Sebaliknya, kegagalan pendidikan karakter dalam keluarga akan menyulitkan pendidikan karakter di suatu lembaga pendidikan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA Adhim, Muhammad Fauzil. 2006. Positive Parenting. Bandung: PT Mizan Pustaka. Aziz, Nasru Alam & Indra. 2011. Lima Tujuan Gerakan Pendidikan Karakter (Online), (http://nasional.kompas.com/read/2011/05/20/22021725/Lima. Tujuan. Gerakan.Pendidikan.Karakter diakses tanggal 26 Juni 2012). Badan Penelitian dan pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan. 2011. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional. Baidan, Nasharuddin. 2011. Pendidikan Karakter Berspektif Teologis Filosofis. Makalah Disajikan dalam Seminar Nasional Peran Perguruan Tinggi dalam Membentuk Karakter Bangsa, IAIN Surakarta,15 November. Bungin, Burhan. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Daymon, Christine dan Immy Holloway. 2008. Metode-Metode Riset Kualitatif Dalam Public Relations & Marketing Communications. Bandung : PT Bentang Pustaka. Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. 2010. Model Pembinaan Pendidikan Karakter di Lingkungan Sekolah. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional. Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter (Konsep dan Implementasi). Bandung: Alfabeta. Hidayatullah, M. Furqon. 2009. Guru Sejati: Membangun Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas. Surakarta: Yuma Pustaka. 2010. Pendidikan Karakter Membangun Peradaban Bangsa. Surakarta: Yuma Pressido. Mulkhan, Abdul Munir. 2011. Membangun Karakter Bangsa Mengelola Perguruan Tinggi sebagai Wahana Pembelajar. Makalah Disajikan dalam Seminar Nasional Peran Perguruan Tinggi dalam Membentuk Karakter Bangsa, IAIN Surakarta, 15 November. Riyadi, Ahmad Ali. 2006. Politik Pendidikan (Menggugat Birokrasi Pendidikan Nasional. Jogjakarta: Ar-Ruzz.
Salwanida, Felisha. 2010. Merencanakan Kecerdasan dan Karakter Anak Sejak Dalam Kandungan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group. Shintawati, 2011. Pendidikan Berbasis Karakter, (online), (http://pejuangbisnis.blogspot.com/, diakses tanggal 26 juni 2012). Sumarni. 2004. Bunda ... Ajarilah aku!. Yogyakarta: Sahabat Setia. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suyomukti, Nurani. 2008. Pendidikan Berperspektif Globalisasi. Jogjakarta: ArRuzz Media. Umaya, Nazla Maharani. Edisi 129/th.x/Oktober 2010, Kaum Pedagogis yang berkarakter. Derap Guru, hlm. 33. Wibowo, Agus. 2012. Pendidikan Karakter (Strategi Membangun Karakter Bangsa Peradaban). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. W.J.S Poerwadarminta. 2008. Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi ke-3. Jakarta: Balai Pustaka. http://elementary-education-schools.blogspot.com/2011/08/all-about-elementaryeducation-in.html: Konsep Pendidikan Karakter.
KODE PENELITIAN PENDIDIKAN KARAKTER DI MADRASAH IBTIDAIYAH ASAS ISLAM KALIBENING KECAMATAN TINGKIR KOTA SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 1. Responden KODE GK GMM GMA
JABATAN Guru Kelas Guru Mata Pelajaran Matematika Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
KODE W P D
METODE PENELITIAN Wawancara Observasi/Pengamatan Dokumentasi
2. Metode
3. Media Penyimpanan Data KODE R T F
PENYIMPANAN DATA Rekaman Foto File
KODE LG SM PM CK KK MK PK
KETERANGAN Letak Geografis Sejarah MI Asas Islam Profil Madrasah Ciri Khas dan Keunggulan Konsep Pendidikan Karakter Metode Pendidikan Karakter Faktor Penghambat Pendidikan Karakter
4. Kategori
PEDOMAN WAWANCARA PENDIDIKAN KARAKTER DI MADRASAH IBTIDAIYAH ASAS ISLAM KALIBENING KECAMATAN TINGKIR KOTA SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Kode Responden
:
Kode Data
:
Hari/Tanggal
:
Waktu
:
1. Kapan Bapak/Ibu mengetahui adanya kebijakan untuk melaksanakan pendidikan karakter? 2. Dari mana Bapak/Ibu mengetahui adanya kebijakan pendidikan karakter ? 3. Apakah Bapak/Ibu pernah mengikuti pelatihan misalnya workshop, seminar tentang pendidikan karakter? 4. Menurut Bapak/Ibu, apa itu pendidikan karakter dan apa tujuan dari penerapan pendidikan karakter itu ? 5. Nilai-nilai Karakter apa yang menjadi prioritas di MI Asas Islam Pak/Bu ? 6. Sejak dilaksanakan Pendidikan Karakter di MI Asas Islam, perubahanperubahan apakah yang telah terjadi Pak/Bu? 7. Apa metode yang digunakan oleh bapak/ibu dalam menerapkan pendidikan karakter pada siswa?
8. Apakah Pendidikan Karakter di MI Asas Islam sudah terdokumentasikan dalam KTSP Pak/Bu? 9. Apakah
Bapak/Ibu
mengembangkan
silabus
yang
mengintegrasikan
pendidikan karakter? 10. Apakah Bapak/Ibu mengembangkan RPP yang mengintegrasikan pendidikan karakter? 11. Adakah program kelas yang telah dilaksanakan MI Asas Islam untuk melaksanakan pendidikan karakter Pak/Bu? 12. Bagaimana teknik penilaian Pendidikan Karakter di MI Asas Islam
ini
Pak/Bu? menggunakan jenis penilaian apa Pak/Bu? 13. Apakah penilaian Karakter peserta didik menentukan hasil akademik peserta didik Pak/Bu? 14. Faktor-faktor apa yang menjadi pendukung pelaksanaan pendidikan karakter yang dihadapi oleh Bapak/Ibu selaku Kepala Madrasah/Guru Kelas/Guru Mapel? 15. Faktor-faktor yang menjadi penghambat pelaksanaan pendidikan karakter yang dihadapi oleh bapak selaku Kepala Madrasah/Guru Kelas/Guru Mapel? dan bagaimana solusi yang ditempuh mengatasi hambatan terssebut pak?
TRANSKIP WAWANCARA PENDIDIKAN KARAKTER DI MADRASAH IBTIDAIYAH ASAS ISLAM KALIBENING KECAMATAN TINGKIR KOTA SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Kode Responden
: GK
Kode Data
: W/GK/R1
Hari/Tanggal
: Selasa, 26 Juni 2012
Waktu
: 19.57 sampai 20.58
1. Kapan Bapak/Ibu mengetahui adanya kebijakan untuk melaksanakan pendidikan karakter? “Baru tadi siang sekitar jam 09.00-12.00 itupun karena ikut seminar Upaya Peningkatan Pengembangan Karir Guru di aula kampus 1 STAIN Salatiga, dan belum pernah tahu sebelumnya karena memang jarang membuka situs di internet” (W/GK/KK/26-06-2012/19.57-20.58/R1). 2. Dari mana Bapak/Ibu mengetahui adanya kebijakan pendidikan karakter ? “Dari Ikut seminar seminar dengan tema Upaya Peningkatan Karir Guru di aula Kampus 1 STAIN Salatiga” (W/GK/KK/26-06-2012/19.57-20.58/R1).
3. Apakah Bapak/Ibu pernah mengikuti pelatihan misalnya workshop, seminar tentang pendidikan karakter? “Pernah” (W/GK/KK/26-06-2012/19.57-20.58/R1). 4. Menurut Bapak/Ibu, apa itu pendidikan karakter dan apa tujuan dari penerapan pendidikan karakter itu ? “Pendidikan karakter yaitu sebuah upaya untuk merubah tingkah laku anak didik setelah kita mengetahui tingkah laku anak didik saat ini sangat berbeda dengan tingkah laku anak didik tahun 1990an. Tujuannya ya merubah tingkah laku itu, dari yang tidak baik menjadi baik” (W/GK/KK/26-06-2012/19.5720.58/R1). 5. Nilai-nilai Karakter apa yang menjadi prioritas di MI Asas Islam Pak/Bu ? “Karna di Madrasah jadi ya nilai religiusnya, karena kita hidup membutuhkan orang lain berarti nilai peduli sasialnya yang harus kita utamakan, jika di kelas yang sering saya sampaikan itu adalah rukun dan cinta damai. Mungkin nilai nilai tersebut tidak langsung bisa diterima oleh mereka jadi dua nilai itu yang saya utamakan” (W/GK/KK/26-06-2012/19.57-20.58/R1). 6. Sejak dilaksanakan Pendidikan Karakter di MI Asas Islam, perubahanperubahan apakah yang telah terjadi Pak/Bu? “Pasti ada, yang penerapan besar-besaran kan belum. Tapi itu pasti ada perubahan. Tapi anak sekarang beda dengan anak dulu karena lingkungan dan media jadi anak lebih manut pada media kayak televisi. Insyaallah jika diterapkan betul-betul bisa berubah. Tetapi kita harus mengikuti cara-cara dia
yang dia sukai saat itu dan tidak mengikuti cara-cara kita dalam arti tidak memaksakan kehendak (W/GK/KK/26-06-2012/19.57-20.58/R1). 7. Apa metode yang digunakan oleh bapak/ibu dalam menerapkan pendidikan karakter pada siswa? “Kalau saya lebih cenderung ke contoh langsung yaitu keteladanan, karena saya ada di kelas rendah ketika saya ngomong banyak itu malah gak diperhatikan jika kecontoh langsung malah lebih digugu” (W/GK/MK/26-062012/19.57-20.58/R1). 8. Apakah Pendidikan Karakter di MI Asas Islam sudah terdokumentasikan dalam KTSP Pak/Bu? “Sudah seperti yang jenengan katakan dalam RPP tadi tapi untuk judul utama atau poin utama itu kan belum” (W/GK/MK/26-06-2012/19.57-20.58/R1) 9. Apakah
Bapak/Ibu
mengembangkan
silabus
yang
mengintegrasikan
pendidikan karakter? “Sudah
karena
menyesuaikan
Kurikulumnya
mbak”(W/GK/MK/26-06-
2012/19.57-20.58/R1) 10. Apakah Bapak/Ibu mengembangkan RPP yang mengintegrasikan pendidikan karakter? “Iya ada, karena RPP kan menyesuaikan dengan silabus”(W/GK/MK/26-062012/19.57-20.58/R1). 11. Adakah program kelas yang telah dilaksanakan MI Asas Islam untuk melaksanakan pendidikan karakter Pak/Bu?
“Yang saya inginkan anak-anak itu bisa bahasa geh dan boten itu aja mbak, jika lebih dari itu ya tidak masalah palah lebih bagus. karena anak sekarang khususnya didaerah jawa itu sulit sekali” (W/GK/MK/26-06-2012/19.5720.58/R1). 12. Bagaimana teknik penilaian Pendidikan Karakter di MI Asas Islam
ini
Pak/Bu? menggunakan jenis penilaian apa Pak/Bu? “Dalam mata pelajaran akidah aklak. Karena penilaian karakter peserta didik tidak bisa diukur dengan angka maka teknik penilaiannya menggunakan non tes atau dengan pengamatan” (W/GK/MK/26-06-2012/19.57-20.58/R1). 13. Apakah penilaian Karakter peserta didik menentukan hasil akademik peserta didik Pak/Bu? “Pasti, dan bisa jadi tolak ukur ketika kenaikan kelas atau pengambilan rapot. Misalnya kemarin itu ada peserta didik yang nilainya 99 tapi ternyata sama bapak ibu guru tidak punya sopan santun itu bisa jadi pertimbangan atau sebaliknya nilainya biasa biasa saja atau mungkin jelek tetapi tingkah lakunya bagus itu juga bisa menjadi pertimbangan oleh Madrasah” (W/GK/MK/26-06-2012/19.57-
20.58/R1). 14. Faktor-faktor apa yang menjadi pendukung pelaksanaan pendidikan karakter yang dihadapi oleh Bapak/Ibu selaku Kepala Madrasah/Guru Kelas/Guru Mapel? “Langsung dari bapak ibu guru yaitu saling bahu membahu, bekerja sama untuk merubah karakter peserta didik” 20.58/R1).
(W/GK/PK/26-06-2012/19.57-
15. Faktor-faktor yang menjadi penghambat pelaksanaan pendidikan karakter yang dihadapi oleh bapak selaku Kepala Madrasah/Guru Kelas/Guru Mapel? dan bagaimana solusi yang ditempuh mengatasi hambatan terssebut pak? “Kalau penghambatnya luar biasa. Bisa jadi media, lingkungan sekitar, lingkungan keluarga dan teman-teman. Lingkungan keluarga misalnya Bapaknya gak perhatian ibunya menggebu-gebu padahal dia takut sama bapak, orang tua yang pasrah bongkokan pada Madrasah, orang tuanya disibukkan dengan aktifitas sehari-hari sehingga lupa dengan kewajiban sebagai orang tua. Dalam lingkungan sekolah setiap guru berbeda beda pendapat misal wajib menggunakan kromo, menggunakan bahasa indonesia, ada temen dari guru “tergantung wong tuwone neng ngomah ki oleh nyetel jam piro, padahal tidak dipungkiri anak-anak itu suka nonton tv. Solusi di kelas yaitu menerapkan apa yang saya bisa, hambatan di rumah disampaikan orang tua boleh nonton tv tapi pilih chanel yang mendidik dan beri waktu yang tepat untuk menonton televisi” (W/GK/PK/26-06-2012/19.57-20.58/R1).
REDUKSI DATA PENDIDIKAN KARAKTER DI MADRASAH IBTIDAIYAH ASAS ISLAM KALIBENING KECAMATAN TINGKIR KOTA SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Kode Responden
: GK
Kode Data
: W/GK/R1
Hari/Tanggal
: Selasa, 26 Juni 2012
Waktu
: 19.57 sampai 20.58
“Baru tadi siang sekitar jam 09.00-12.00 itupun karena ikut seminar Upaya Peningkatan Pengembangan Karir Guru di aula kampus 1 STAIN Salatiga, dan belum pernah tahu sebelumnya karena memang jarang membuka situs di internet” (W/GK/KK/26-06-2012/19.57-20.58/R1).
“Pendidikan karakter yaitu sebuah upaya untuk merubah tingkah laku anak didik setelah kita mengetahui tingkah laku anak didik saat ini sangat berbeda dengan tingkah laku anak didik tahun 1990an. Tujuannya ya merubah tingkah laku itu, dari yang tidak baik menjadi baik” (W/GK/KK/26-06-2012/19.57-20.58/R1).
“Karna di Madrasah jadi ya nilai religiusnya, karena kita hidup membutuhkan orang lain berarti nilai peduli sasialnya yang harus kita utamakan, jika di kelas
yang sering saya sampaikan itu adalah rukun dan cinta damai. Mungkin nilai nilai tersebut tidak langsung bisa diterima oleh mereka jadi dua nilai itu yang saya utamakan” (W/GK/KK/26-06-2012/19.57-20.58/R1).
“Pasti ada, yang penerapan besar-besaran kan belum. Tapi itu pasti ada perubahan. Tapi anak sekarang beda dengan anak dulu karena lingkungan dan media jadi anak lebih manut pada media kayak televisi. Insyaallah jika diterapkan betul-betul bisa berubah. Tetapi kita harus mengikuti cara-cara dia yang dia sukai saat itu dan tidak mengikuti cara-cara kita dalam arti tidak memaksakan kehendak (W/GK/KK/26-06-2012/19.57-20.58/R1).
“Kalau saya lebih cenderung ke contoh langsung yaitu keteladanan, karena saya ada di kelas rendah ketika saya ngomong banyak itu malah gak diperhatikan jika kecontoh langsung malah lebih digugu” (W/GK/MK/26-06-2012/19.57-20.58/R1).
“Yang saya inginkan anak-anak itu bisa bahasa geh dan boten itu aja mbak, jika lebih dari itu ya tidak masalah palah lebih bagus. karena anak sekarang khususnya didaerah jawa itu sulit sekali” (W/GK/MK/26-06-2012/19.5720.58/R1).
“Teknik penilaian pendidikan karakter yaitu ada pada mata pelajaran akidah aklak. Karena penilaian karakter peserta didik tidak bisa diukur dengan angka maka teknik penilaiannya menggunakan non tes atau dengan pengamatan” (W/GK/MK/26-06-2012/19.57-20.58/R1).
“Pasti, dan bisa jadi tolak ukur ketika kenaikan kelas atau pengambilan rapot. Misalnya kemarin itu ada peserta didik yang nilainya 99 tapi ternyata sama bapak ibu guru tidak punya sopan santun itu bisa jadi pertimbangan atau sebaliknya nilainya biasa biasa saja atau mungkin jelek tetapi tingkah lakunya bagus itu juga bisa menjadi pertimbangan oleh Madrasah” (W/GK/MK/26-06-2012/19.57-20.58/R1).
“Langsung dari bapak ibu guru yaitu saling bahu membahu, bekerja sama untuk merubah karakter peserta didik” (W/GK/PK/26-06-2012/19.57-20.58/R1).
“Kalau penghambatnya luar biasa. Bisa jadi media, lingkungan sekitar, lingkungan keluarga dan teman-teman. Lingkungan keluarga misalnya Bapaknya gak perhatian ibunya menggebu-gebu padahal dia takut sama bapak, orang tua yang pasrah bongkokan pada Madrasah, orang tuanya disibukkan dengan aktifitas sehari-hari sehingga lupa dengan kewajiban sebagai orang tua. Dalam lingkungan sekolah setiap guru berbeda beda pendapat misal wajib menggunakan kromo, menggunakan bahasa indonesia, ada temen dari guru “tergantung wong tuwone neng ngomah ki oleh nyetel jam piro, padahal tidak dipungkiri anak-anak itu suka nonton tv. Solusi di kelas yaitu menerapkan apa yang saya bisa, hambatan di rumah disampaikan orang tua boleh nonton tv tapi pilih chanel yang mendidik dan beri waktu yang tepat untuk menonton televisi” (W/GK/PK/26-062012/19.57-20.58/R1).
TRANSKIP WAWANCARA PENDIDIKAN KARAKTER DI MADRASAH IBTIDAIYAH ASAS ISLAM KALIBENING KECAMATAN TINGKIR KOTA SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Kode Responden
: GMM
Kode Data
: W/GMM/R2
Hari/Tanggal
: Rabu, 27 Juni 2012
Waktu
: 16.05 Sampai17.30
1. Kapan Bapak/Ibu mengetahui adanya kebijakan untuk melaksanakan pendidikan karakter? “Ketika workshop KKG dari bantuan Blogren khusus guru kelas 4 dan guru penjaskes 8 kali pertemuan tanggal 15 Nov 2011 sampai 7 Februari 2012”(W/GMM/KK/27-06-2012/16.05-17.30/R2). 2. Dari mana Bapak/Ibu mengetahui adanya kebijakan pendidikan karakter? “Dari workshop KKG dari bantuan Blogren khusus guru kelas 4 dan guru penjaskes, kebetulan kelas 4 yang dapat saya, dan penjaskes oleh guru yang lain” (W/GMM/KK/27-06-2012/16.05-17.30/R2).
3. Apakah Bapak/Ibu pernah mengikuti pelatihan misalnya workshop, seminar tentang pendidikan karakter? “Ya pernah, ketika workshop KKG dari bantuan Blogren khusus guru kelas 4 dan guru penjaskes” (W/GMM/KK/27-06-2012/16.05-17.30/R2). 4. Menurut Bapak/Ibu, apa itu pendidikan karakter dan apa tujuan dari penerapan pendidikan karakter itu? “Pendidikan karakter yaitu mengubah pola pikir guru supaya dapat diterapkan pada peserta didiknya terutama ranah afektif dan psikomotoriknya karena keberhasilan akademik tidak hanya dilihat hasil nilai akademiknya yang bagus tetapi juga tingkah lakunya. Tujuanya peserta didik tidak hanya cerdas dalam akademik saja tetapi juga tingkah lakunya” (W/GMM/KK/27-062012/16.05-17.30/R2). 5. Nilai-nilai Karakter apa yang menjadi prioritas di MI Asas Islam Pak/Bu? “Religius, kejujuran dan disiplin. Religius dalam bentuk IMTAK, Kejujuran dalam bentuk percaya diri
disiplin dalam bentuk disiplin
waktu”
(W/GMM/KK/27-06-2012/16.05-17.30/R2). 6. Sejak dilaksanakan Pendidikan Karakter di MI Asas Islam, perubahanperubahan apakah yang telah terjadi Pak/Bu? “Menurut saya itu sama seperti dulu, karena RPP kan yang bawa gurunya jadi peserta didik tidak tahu karakter apa yang diberikan pada mereka” (W/GMM/KK/27-06-2012/16.05-17.30/R2).
7. Apa metode yang digunakan oleh bapak/ibu dalam menerapkan pendidikan karakter pada siswa?p “Metode keteladanan” (W/GMM/MK/27-06-2012/16.05-17.30/R2). 8. Apakah Pendidikan Karakter di MI Asas Islam sudah terdokumentasikan dalam KTSP Pak/Bu? “Pengintegrasian ke dalam kurikulum Sudah sejak tahun 2011, yang lain menyesuaikan” (W/GMM/MK/27-06-2012/16.05-17.30/R2). 9. Apakah
Bapak/Ibu
mengembangkan
silabus
yang
mengintegrasikan
pendidikan karakter? “Silabus adakarakternya mulai tahun 2011” (W/GMMMK/27-06-2012/16.0517.30/R2). 10. Apakah Bapak/Ibu mengembangkan RPP yang mengintegrasikan pendidikan karakter? “Ya pasti, seperti yang anda buat ketika PPL itu” (W/GMM/MK/27-062012/16.05-17.30/R2). 11. Adakah program kelas yang telah dilaksanakan MI Asas Islam untuk melaksanakan pendidikan karakter Pak/Bu? “Kalu saya lebih saya tekankan kedisiplinannya. Disiplin kan banyak ada tekun, tenanan dan tegas sehingga anak tidak hanya pintar dalam nilai tetapi
juga perubahan tingkah laku, dan sukses UN. Asal UN Sukses asal nilainya bagus kan tinggal pilih mau sekolah dimana kedepannya” (W/GMM/MK/2706-2012/16.05-17.30/R2). 12. Bagaimana teknik penilaian Pendidikan Karakter di MI Asas Islam ini Pak/Bu? menggunakan jenis penilaian apa Pak/Bu? “Non tes dengan observasi. Kalau gurunya rumahnya datu desa dengan muridnya
kan
bisa
mengamati
dirumah
bahkan
bisa
24
jam”
(W/GMM/MK/27-06-2012/16.05-17.30/R2). 13. Apakah penilaian Karakter peserta didik menentukan hasil akademik peserta didik Pak/Bu? “Kalau di UN tidak, tetapi kalau di kenaikan kelas iya. Misal ada anak yang memang IQ nya kurang tapi perilakunya bagus maka kita mempertimbangkan untuk menaikkan kelas. Seseorang kan gak tahu kalau sekarang kurang siapa tahu setelah naik kelas bisa berubah” (W/GMM/MK/27-06-2012/16.0517.30/R2). 14. Faktor-faktor apa yang menjadi pendukung pelaksanaan pendidikan karakter yang dihadapi oleh Bapak/Ibu selaku Kepala Madrasah/Guru Kelas/Guru Mapel? “Faktor keluarga dan lingkungan sekolah” (W/GMM/PK/27-06-2012/16.0517.30/R2).
15. Faktor-faktor yang menjadi penghambat pelaksanaan pendidikan karakter yang dihadapi oleh bapak selaku Kepala Madrasah/Guru Kelas/Guru Mapel? dan bagaimana solusi yang ditempuh mengatasi hambatan terssebut pak? “Yang pertama bahan praktek sebagai media untuk memperkuat karakter peserta didik, solusinya biasanya saya membuat media sendiri dari rumah. Yang kedua kurangnya sosialisasi, biasanya ada guru yang mencarikan atau mendonloadkan dari internet” (W/GMM/PK/27-06-2012/16.05-17.30/R2).
REDUKSI DATA PENDIDIKAN KARAKTER DI MADRASAH IBTIDAIYAH ASAS ISLAM KALIBENING KECAMATAN TINGKIR KOTA SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Kode Responden
: GMM
Kode Data
: W/GMM/R2
Hari/Tanggal
: Rabu, 27 Juni 2012
Waktu
: 16.05 Sampai17.30
“Ketika workshop KKG dari bantuan Blogren khusus guru kelas 4 dan guru penjaskes 8 kali pertemuan tanggal 15 Nov 2011 sampai 7 Februari 2012”(W/GMM/KK/27-06-2012/16.05-17.30/R2). “Pendidikan karakter yaitu mengubah pola pikir guru supaya dapat diterapkan pada peserta didiknya terutama ranah afektif dan psikomotoriknya karena keberhasilan akademik tidak hanya dilihat hasil nilai akademiknya yang bagus tetapi juga tingkah lakunya. Tujuanya peserta didik tidak hanya cerdas dalam akademik saja tetapi juga tingkah lakunya” (W/GMM/KK/27-06-2012/16.0517.30/R2). “Nilai karakter yang menjadi prioritas yaitu nilai religius, kejujuran dan disiplin. Religius dalam bentuk IMTAK, Kejujuran dalam bentuk percaya diri disiplin dalam bentuk disiplin waktu” (W/GMM/KK/27-06-2012/16.05-17.30/R2).
“Pengintegrasian ke dalam kurikulum Sudah sejak tahun 2011, yang lain menyesuaikan” (W/GMM/MK/27-06-2012/16.05-17.30/R2). “Kalau saya lebih saya tekankan kedisiplinannya. Disiplin kan banyak ada tekun, tenanan dan tegas sehingga anak tidak hanya pintar dalam nilai tetapi juga perubahan tingkah laku, dan sukses UN. Asal UN Sukses asal nilainya bagus kan tinggal pilih mau sekolah dimana kedepannya” (W/GMM/MK/27-06-2012/16.0517.30/R2). “Penilaian menggunakan penilaian non tes dengan observasi. Kalau gurunya rumahnya datu desa dengan muridnya kan bisa mengamati dirumah bahkan bisa 24 jam” (W/GMM/MK/27-06-2012/16.05-17.30/R2). “Kalau di UN tidak, tetapi kalau di kenaikan kelas iya. Misal ada anak yang memang IQ nya kurang tapi perilakunya bagus maka kita mempertimbangkan untuk menaikkan kelas. Seseorang kan gak tahu kalau sekarang kurang siapa tahu setelah naik kelas bisa berubah” (W/GMM/MK/27-06-2012/16.0517.30/R2). “Yang pertama bahan praktek sebagai media untuk memperkuat karakter peserta didik, solusinya biasanya saya membuat media sendiri dari rumah. Yang kedua kurangnya sosialisasi, biasanya ada guru yang mencarikan atau mendonloadkan dari internet” (W/GMM/PK/27-06-2012/16.05-17.30/R2).
TRANSKIP WAWANCARA PENDIDIKAN KARAKTER DI MADRASAH IBTIDAIYAH ASAS ISLAM KALIBENING KECAMATAN TINGKIR KOTA SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Kode Responden
: GMA
Kode Data
: W/GMA/R3
Hari/Tanggal
: Rabu, 27 Juni 2012
Waktu
: 19.50-21.08
1. Kapan Bapak/Ibu mengetahui adanya kebijakan untuk melaksanakan pendidikan karakter? “Sudah lama sekali” (W/GMA/KK/27-06-2012/19.50-21.08/R3). 2. Dari mana Bapak/Ibu mengetahui adanya kebijakan pendidikan karakter ? “Dari worksop dan diteruskan dengan KKG baik KKG dari diknas maupun kemenag (W/GMA/KK/27-06-2012/19.50-21.08/R3). 3. Apakah Bapak/Ibu pernah mengikuti pelatihan misalnya workshop, seminar tentang pendidikan karakter? “Pernah. Worksop dan diteruskan dengan KKG baik KKG dari diknas maupun kemenag” (W/GMA/KK/27-06-2012/19.50-21.08/R3).
4. Menurut Bapak/Ibu, apa itu pendidikan karakter dan apa tujuan dari penerapan pendidikan karakter itu ? “Pendidikan karakter yaitu pendidikan yang diharapkan anak itu mempunyai identitas mengenai tingkah laku supaya anak mengerti dan merubah tingkah lakunya dari yang tidak baik menjadi baik. Tujuannya mengetahui potensi yang dimiliki anak (W/GMA/KK/27-06-2012/19.50-21.08/R3). 5. Nilai-nilai Karakter apa yang menjadi prioritas di MI Asas Islam Pak/Bu ? “Yang jelas religius dan kejujurannya” (W/GMA/KK/27-06-2012/19.5021.08/R3). 6. Sejak dilaksanakan Pendidikan Karakter di MI Asas Islam, perubahanperubahan apakah yang telah terjadi Pak/Bu? “Ya pasti itu mbak. Peningkatan prestasi maupun tingkah laku semakin baik. Sebenarnya anak yang bodoh kan gak ada to mbak dan semua kembali kepada gurunya” (W/GMA/KK/27-06-2012/19.50-21.08/R3). 7. Apa metode yang digunakan oleh bapak/ibu dalam menerapkan pendidikan karakter pada siswa? “Keteladanan, kedisiplinan dan mematuhi peraturan juga” (W/GMA/MK/2706-2012/19.50-21.08/R3). 8. Apakah Pendidikan Karakter di MI Asas Islam sudah terdokumentasikan dalam KTSP Pak/Bu? “Sudah” (W/GMA/MK/27-06-2012/19.50-21.08/R3).
9. Apakah
Bapak/Ibu
mengembangkan
silabus
yang
mengintegrasikan
pendidikan karakter? “Sudah” (W/GMA/MK/27-06-2012/19.50-21.08/R3). 10. Apakah Bapak/Ibu mengembangkan RPP yang mengintegrasikan pendidikan karakter? “Sudah” (W/GMA/MK/27-06-2012/19.50-21.08/R3). 11. Adakah program kelas yang telah dilaksanakan MI Asas Islam untuk melaksanakan pendidikan karakter Pak/Bu? “Ya itu mengenai adab (kebiasaan) anak dengan ortu, aanak sesama anak, anak dengan guru, karena mata pelajaran aqidah akhlak kan penerapan. Jadi menerapkan anak terhadap lingkungan yaitu anak dengan orang tua, anak dengan sesama anak dan anak dengan guru” (W/GMA/MK/27-062012/19.50-21.08/R3). 12. Bagaimana teknik penilaian Pendidikan Karakter di MI Asas Islam
ini
Pak/Bu? menggunakan jenis penilaian apa Pak/Bu? “Jadi penilainnya itu penilaian harian melalui observasi. Jika anak punya nilai bagus tapi tingkah lakunya jelek ya sama aja” (W/GMA/MK/27-062012/19.50-21.08/R3). 13. Apakah penilaian Karakter peserta didik menentukan hasil akademik peserta didik Pak/Bu?
“Nilai tidak diambil dari nilai harian saja termasuk juga ada nilai pengamatan. Walaupun nilainya bagus tetapi nyolongan, ngomongnya jelek masak mau dinaikka mbk, karena MI kan membentuk calon2 muslim sejati jadi bukan hanya mengejar akademiknya saja” (W/GMA/MK/27-062012/19.50-21.08/R3). 14. Faktor-faktor apa yang menjadi pendukung pelaksanaan pendidikan karakter yang dihadapi oleh Bapak/Ibu selaku Kepala Madrasah/Guru Kelas/Guru Mapel? “Dari semua pihak sangat mendukung” (W/GMA/PK/27-06-2012/19.5021.08/R3). 15. Faktor-faktor yang menjadi penghambat pelaksanaan pendidikan karakter yang dihadapi oleh bapak selaku Kepala Madrasah/Guru Kelas/Guru Mapel? dan bagaimana solusi yang ditempuh mengatasi hambatan terssebut pak? “Pengaruh lingkungan yanng kurang nyaman bagi peserta didik solusinya yaitu mengarahkan peserta didik dan diberi sangsi yang mendidik dan tidak menyakiti secara fisik. Dalam aqidah akhlak saya sering memberi sangsi yang tidak disiplin untuk membawa asmaul husna saya beri satu satu dan meminta membaca di depan kelas dengan suara yang lantang. Jika tidak mengerjakan PR saya beri tugas untuk menulis ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan materi yang saya ajarkan dan ditandatangani oleh orang tua dan guru ngajinya” (W/GMA/PK/27-06-2012/19.50-21.08/R3).
REDUKSI DATA PENDIDIKAN KARAKTER DI MADRASAH IBTIDAIYAH ASAS ISLAM KALIBENING KECAMATAN TINGKIR KOTA SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Kode Responden
: GMA
Kode Data
: W/GMA/R3
Hari/Tanggal
: Rabu, 27 Juni 2012
Waktu
: 19.50-21.08
“Dari worksop dan diteruskan dengan KKG baik KKG dari diknas maupun kemenag (W/GMA/KK/27-06-2012/19.50-21.08/R3). “Pendidikan karakter yaitu pendidikan yang diharapkan anak itu mempunyai identitas mengenai tingkah laku supaya anak mengerti dan merubah tingkah lakunya dari yang tidak baik menjadi baik. Tujuannya mengetahui potensi yang dimiliki anak (W/GMA/KK/27-06-2012/19.50-21.08/R3).
“Ya pasti itu mbak. Peningkatan prestasi maupun tingkah laku semakin baik. Sebenarnya anak yang bodoh kan gak ada to mbak dan semua kembali kepada gurunya” (W/GMA/KK/27-06-2012/19.50-21.08/R3).
“Keteladanan, kedisiplinan dan mematuhi peraturan juga” (W/GMA/MK/27-062012/19.50-21.08/R3).
“Jadi penilainnya itu penilaian harian melalui observasi. Jika anak punya nilai bagus tapi tingkah lakunya jelek ya sama aja” (W/GMA/MK/27-06-2012/19.5021.08/R3).
“Nilai tidak diambil dari nilai harian saja termasuk juga ada nilai pengamatan. Walaupun nilainya bagus tetapi nyolongan, ngomongnya jelek masak mau dinaikka mbk, karena MI kan membentuk calon2 muslim sejati jadi bukan hanya mengejar akademiknya saja” (W/GMA/MK/27-06-2012/19.50-21.08/R3). “Pengaruh lingkungan yanng kurang nyaman bagi peserta didik solusinya yaitu mengarahkan peserta didik dan diberi sangsi yang mendidik dan tidak menyakiti secara fisik. Dalam aqidah akhlak saya sering memberi sangsi yang tidak disiplin untuk membawa asmaul husna saya beri satu satu dan meminta membaca di depan kelas dengan suara yang lantang. Jika tidak mengerjakan PR saya beri tugas untuk menulis ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan materi yang saya ajarkan dan ditandatangani oleh orang tua dan guru ngajinya” (W/GMA/PK/2706-2012/19.50-21.08/R3).