JURNAL PENGANTAR SR4099 TUGAS AKHIR SENI RUPA (STUDIO SENI LUKIS) SEMESTER II – 2011/2012
“IDENTITAS PALSU” Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menempuh pendidikan Program Sarjana Strata Satu (S1)
Disusun Oleh : Aurora Benita 17006029
Dosen Pembimbing : Drs. Oco Santoso, M.Sn
STUDIO SENI LUKIS PROGRAM STUDI SENI RUPA FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2012
Jurnal Tingkat Sarjana Bidang Seni Rupa
IDENTITAS PALSU Aurora Benita Drs. Oco Santoso, M. Sn Program Studi Sarjana Seni Rupa, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB Email:
[email protected]
KataKunci :identitas palsu, cat air dan kertas.
Abstrak Identitas adalah sesuatu yang berkarakteristik berbeda setiap manusia tergantung entitas manusia yang dibawa secara lahiriah, identitas yang merupakan bentuk identifikasi dari entitas adalah sesuatu yang bisa di rekonstruksi oleh masing-masing sesuai keinginan dan kecenderungan sosial nya.Dalam pengerjaan Tugas Akhir ini, penulis mencoba untuk menghadirkan kembali keindahan identitas palsu yang dibuat sebagai cara adaptasi dengan lingkungan sosialnya yang kadang terlupakan oleh manusia.Keindahan yang sajikan oleh segala kecenderungan manusia, yang dibuat manusia agar diterima oleh lingkup sosial nya.Hasil pengerjaan karya adalah cat air di atas kertas sebagai penggambaran objek-objek yang ada dari alam bawah dasar, sebagai tujuan untuk menemukan entitas asli penulis.
Abstract Identity is characteristhic, each humans have a different form of identity, depends on human entity carried outwardly. Identity was an identifical form of entity, was a reconstrucktional form depend on his and her interest and social trends.The use of watercolour on paper in this final assignment are the result of representating the object that are formed inside the subconcius mind for the sake of finding the original entities of the author.On this final assignment, writer try to represent the beauty of false identity which made as a way to adapt with his and her social stratum, that sometimes forgotten by human beings. The beauty from human desire, all of their options and decision to survive in their social stratum. The artworks are water colour on paper as visualization of object from subconciousness, as result to find true entity
1. Pendahuluan Hidup manusia tidak bisa lepas dari pencitraan, dimulai dari saat membuka mata dan menutup mata, begitu dekat mereka ada di kehidupan kita membuat pencitraan menjadi sangat penting dan sangat dekat, oleh karena itu pencitraan menjadi sebuah konsumsi masal yang digunakan sebagai alat persuasi, narasi, terapi, apropriasi, dll. Merupakan hal yang tidak bisa kita hindari adalah seberapa besar pengaruh imaji terhadap tindakan kita menghadapi dan menyikapi sesuatu, besar nya kontribusi imaji yang di hadirkan kedepan mata kita dimulai sedari kecil hingga sekarang mempengaruhi terbentuknya tingkah laku dan identitas. Pengaruh akan identitas yang terbentuk dari imaji tersebut senantiasa akan diwariskan turun temurun melalui generasi oleh manusia meskipun akan mengalami perubahan, dari sini lah manusia akan mengetahui apa itu tradisi, norma, hukum yang berlaku dan nilai-nilai kehidupan. Tradisi, norma, nilai yang nantinya akan diwariskan bukan tak mungkin berisi muatan-muatan yang belum teregenerasi sehingga pewarisan tradisi, norma, dan nilai tidak akan fit lagi jika diaplikasikan pada kehidupan yang sekarang. Entitas dari generasi terbaru akan merasakan pengaruh dari pewarisan ini, sehingga bukan tak mungkin akan terjadi penguburan entitas untuk membentuk identitas baru, agar bisa bertahan pada kehidupan sosial yang sekarang. Penulis beranggapan jika identitas baru dapat dibuat dengan cara seperti itu maka identitas palsu akan bermunculan. Identitas palsu dibuat untuk berbagai kepentingan baik maupun buruk, sengaja ataupun tidak disengaja, penulis beranggapan jika konstruksi identitas palsu menjadi hal yang sangat lumrah dan harus dilakukan jika ingin tetap bertahan di kehidupan sosial yang selalu berubah. Berbagai cara dilakukan manusia untuk mencari entitas asli dirinya, mungkin seperti apa yang disebut pencarian jati diri, penulis menjadikan kekaryaan tugas akhir ini menjadi terapi untuk menemukan entitas awalnya dan sebagai response dari permasalahan identitas palsu, metode yang dilakukan adalah dengan memilih objek yang diserahkan kepada alam bawah sadar atau secara intuitif, dengan menghindari resiko menghadir kan memori kebendaan yang dipunya yang mungkin saja telah bermuatan identitas palsu.Paparan yang telah disebutkan di atas menjadi inspirasi penulis dalam membuat tugas akhir ini yang berjudul “Identitas Palsu” sebagai syarat pelengkap Tugas Akhir Seni Lukis SR 4099.
2. Proses Studi Kreatif Tema kekaryaan ini adalah, mencoba menghadirkan kembali perbincangan tentang identitas, mengerucut pada identitas palsu yang merupakan hasil dari identitas yang mengalami proses adaptasi. Proses ini bisa dibilang hal yang lumrah dan dilakukan oleh semua manusia. Kepentingan proses ini dilakukan agar manusia bisa bertahan hidup di lingkungan sosialnya. Penulis sebagai pemerhati dan manusia yang melakukan hal tersebut mencoba merepresentasikan fenomena Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1|2
ini dengan penggambaran realita yang mirip dengan nature, dengan cara merekonstruksi masing-masing objek yang diambil merunut dari proses berkarya penulis. Adaptasi adalah kemampuan manusia untuk mengubah daya guna sesuatu, menjadi daya guna yang baru, yang bias di gunakan setelah nya. Proses menyerap tanda baru untuk dicocokkan dengan identitas kita dan mengubah nya menjadi tanda yang lebih baru lagi. Adaptasi membuat ruang tidak terlihat yang dibuat manusia yang disebut microcosmos, ruang ini terdiri dari tanda-tanda atau hal-hal yang diinginkan manusia tergantung entitas dan identitas yang dipunya.Microcosmos sangat bergantung pada identitas yang terbentuk, identitas adalah sesuatu yang berkembang namun bersifat terbatas. Identitas merupakan entitas yang bias di identifikasi, berisi tanda-tanda yang dikonsumsi yang membentuk form yang bias dikenali dan di kelompokkan. Karena identitas merupakan sesuatu yang selalu berkembang dan direkonstruksi bukan tak mungkin manusia membentuk identitas palsu jika proses adaptasi tidak berjalan sempurna, atau jika manusia menolak kedatangannya tanda baru tersebut. Identitas palsu menjadi sesuatu yang sangat lumrah bila kita hidup di masa kini, keadaan dimana pertukaran budaya berlangsung sangat cepat dan cenderung searah.Fenomena inilah yang diangkat penulis sebagai bentuk perayaan dan mengingatkan kembali jika adaptasi merupakan sebuah itikad baik yang dilakukan dan pembentukan ruang microcosmos terjadi dengan baik dan benar merunut kriteria masing-masing. Maka keadaan sebuah sosial, akan berkembang secara dinamis dan terarah. Pada kekaryaan ini penulis menggunakan estetika dari Jepang, yaitu wabi sabi. Wabi sabi merupakan cara pandang masyarakat negara Jepang tentang estetika.Wabi yang berarti kesendirian hidup di dunia, ditolak oleh sosial.Sedangkan sabi berarti tenang, bersandar.Namun dari kesemua literatur yang penulis baca berbagai arti yang dipadankan dengan wabi sabi.Arti yang paling jelas dari wabi-sabi adalah pengangkatan sisi misterius dari hal-hal bersifat sepi untuk alasan estetis. Melalui pengalaman estetis ini, penulis mencoba menghadirkan keindahan identitas palsu yang berlaku seperti pisau bermata dua, jika tidak dilakukan mungkin lingkup social tidak akan menerima kita, tapi jika dilakukan sedikit demi sedikit entitas lahiriah yang dibawa terkubur dan hilang. Pada kekaryaan Tugas Akhir ini penulis mencoba merepresentasikan keindahan dari proses adaptasi yang timpang sehingga membentuk identitas palsu. Dengan cara penggambaran bentuk realis dari sketsa keseharian penulis, yang merupakan sketsa hasil dari pertukaran tanda yang dilakukan penulis setiap hari.Dari sketsa tersebut penulis menulis menggambar kejadian-kejadian keseharian yang menurut penulis timpang ataupun unik. Pemilihan objek menjadi sangat penting pada kekeryaan ini, realitas yang akan dihadirkan kepada masyarakat luas, haruslah realitas yang mendekati arti hakiki.Selarasnya tidak mengandung tanda yang telah terkonsumsi yang telah berubah menjadi identitas palsu.Menurut S Pierce yang melakukan kajian penerimaan tanda manusia: representamen yang dikecap oleh panca idera diolah dalam pikiran manusia berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya dalam bentuk objek memaknai melalui interpretant. Bekal pengetahuan yang dimiliki seseorang turut menentukan isi dari objek.(Peirce’s Theory of Communicationand Its ContemporaryRelevance Ahti-Veikko Pietarinen hal 87-88) Dari kajian tersebut kita bisa mengetahui jika memori berperan aktif pada saat mata mendapatkan rangsangan dari mata, untuk meidentifikasi apakah visual yang dilihat merupakan tanda yang baru atau tanda yang pernah terekam memori. Pertimbangan imaji yang akan divisualisasikan di kekaryaan sangat mengamdalkan fase ke2 pengalaman visual manusia menentukan kecenderungan dari bentuk form warna yang gunakan untuk membuat karya. Pada fase kedua inilah proses yang penting, memori berperan aktif untuk mempertimbangkan tindakan. Melalui fase inilah seniman mempertimbangkan visual karya yang akan dihasilkan, memakai warna seperti apa, bentuk apa, dan teknis yang seperti apa. Adalah sebuah kecenderungan manusia untuk meniru dan mengimitasi sebuah fenomena visual, kecenderungan ini pula yang membuat manusia percaya diri dalam menilai karya seni karena dapat dengan mudah membandingkan visual yang ditawarkan dengan keadaan sebenarnya. (Diktat kuliah, Irma Damajanti, Penciptaan Seni halaman 3-4). Seni sebagai representasi merupakan kejujuran dari apa yang terlihat oleh mata, menngambarkan dengan intensi apa ada nya yang dilihat oleh mata. Sebagian orang beranggapan representasi yang akurat merupakan dasar seni rupa, hal ini dapat dilihat dari lukisan tertua di dunia di Paris Perancis bernama Las Caux, merupakan lukisan tertua yang sangat representasional. (Diktat kuliah, Irma Damajanti, Penciptaan Seni halaman 5-6) Kekaryaan 2 dimensional dapat menciptakan ilusi.Ilusi disini berarti representasi yang dihadirkan di atas bidang 2 dimensional ini adalah tiruan dari bentuk-bentuk asli wujud kebendaan.Yang bisa dimodifikasi dan di konstruksi ulang sesuai kepentingan. Representasi yang digunakan penulis adalah representasi dari alam bawah sadar yang bisaanya menghasilkan Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1 | 3
Jurnal Tingkat Sarjana Bidang Seni Rupa
bentuk-bentuk abstrak yang cenderung tidak jelas, disini penulis mencoba merepresentasikan bentuk asli dari form yang dihadirkan gambar intuitif (alam bawah sadar) penulis
Gambar 1:Foto contoh sketsa objek sumber : dokumentasi pribadi Pemilihan sketsa yang akan dipindahkan menjadi lukisan cat air di atas kertas, dilakukan secara acak tanpa merunut suatu waktu. Setalah menentukan sketsa yang dipilih, diadakan sesi foto untuk mengambil imaji kebendaan dari figur nature.Seperti manusia, barang-barang keseharian, dll.
Gambar 2: Foto bagian-bagian tubuh untuk sketsa Sumber: dokumentasi pribadi
Gambar 3:Foto bagian-bagian tubuh untuk sketsa Sumber: dokumentasi pribadi Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1|4
Setelah sesi foto selesai proses edit komputer dimulai untuk mendekati kesamaan dengan sketsa yang dipunya.
Gambar 4:Hasil dari proses editing Sumber: dokumentasi pribadi Setelah proses edit selesai, dilanjutkan dengan proses tracing dan penyiapan warna. Teknik cat air yang digunakan yaitu, wet on wet, wet on dry, wet and alcohol.
Gambar 4: proses tracing dan penyiapan warna Sumber: dokumentasi pribadi Karya yang dihasilkan adalah, lukisan cat air di atas kertas berukuran 200x150cm. Pengarapan teknik yang digunakan adalah realism. Sebagai acuan untuk menggambarkan realitas yang sebenar-benarnya, seperti apa yang di tangkap panca indra kita.Penulis merasa sangat dekat dengan medium cat air. Medium ini penulis kenal dimulai dari 9 tahun yang lalu, pada kekaryaan ini penulis memanfaatkan kecenderungan cat air untuk menegaskan bentuk dari sebuah form tertutup untuk menjelaskan objek yang digambar dari warna putih back ground. Dan mendukung dari penggunaan ruang kosong yang memang memiliki porsi besar di kekaryaan penulis.Ilusi ini menegaskan fokus karya kepada objek yang di gambar, dan ruang kosong yang besar untuk lebih menegaskan hal tersebut.Selain itu karena cat air merupakan medium waterbase sehingga memiliki tingkat keenceran yang mengikat sempurna dengan pigmen warna.Lelehan yang terjadi ketika mengontrol penyebaran cat air, menciptakan efek yang berbeda setiap kali pengaplikasian.Memerlukan kontrol ekstra untuk menegaskan sebuah bidang yang yang ingin di beri warna lebih kuat atau hanya samar2. Penggambaran bentuk dari objek, meskipun dengan perlakuan sama (intensitas pigmen, air, dan kuas yang dipakai) akan menghasilkan lelehan yang berbeda, dan konsentrasi cat di suatu area yang berbeda pula, memanfaatkan dari efek tersebut akan menghasilkan penggarapan objek yang berbeda satu sama lain. Meskipun memakai warna yang sama pada 2 objek yang berbeda kontrol konsentrasi warna akan berbeda pula, garis yang menghasilkan cat yang lebih tebal (hasil dari penyebaran air yang menggumpal), memberikan ketegasan sendiri sehingga bisa di anggap outline, namun area yang cat nya tidak tebal akan menghasilkan warna pucat, yang berguna untuk menegaskan pencahayaan.
Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1 | 5
Jurnal Tingkat Sarjana Bidang Seni Rupa
Banyak yang menggunakan medium cat air hanya sebatas karya studi dan karya sketsa yang nanti di pindahkan ke karya yang lebih besar seperti cat minyak, tempera, dll.Memanfaatkan kemudahan seperti cat air lebih cepat kering medium pencampur nya mudah di dapatkan dimana2 yaitu air. Namun di Inggris saat Kerajaan Ingris tumbuh dan kebutuhan untuk melukis landscape menjadi banyak. Pemilihan medium yang mudah dibawa, efektif, para topografer ini memakai cat air sebagai medium utama, menghasilkan teknik akurasi, kualitas estetik, tone warna cemerlang, sekaligus efektif. Dan untuk merayakan keberhasilan topografer membuat peta akurat dengan medium cat air ini, di buatlah Royal Academy, yang memimpin cara penggunaan dan pemanfaatan cat air realis. Masa ini disebut sebagai Golden Age of English Watercolour.Yang membuat inggris mendapat sebutan the Watercolor Kingdom. Penjabaran tentang arti dari lukisan cat air yang menjadi konvensi The Golden Age of British Watercolours 1750-1850 exhibition review (2005:4-5).Lukisan adalah perikatan dari pigmen warna dan medium (bisa minyak, air, ataupun yang lain) dan diaplikasikan kepada bidang 2D.Dengan memakai konvensi ini penulis beranggapan kesalahpahaman konvensi di Indonesia yang sering kali menyebutkan karya yang bermedium cat air adalah sebuah gambar, bukan sebuah lukisan. Anggapan tersebut bukan tanpa sebab karena cat air tidak memiliki tingkat kematangan warna, seperti cat minyak. Dan karena keektifitasan nya seniman cenderung membutuhkan nilai jual cat air ini untuk membuat karya sketsa yang cepat dan berubahubah.
3. Hasil Studi dan Pembahasan Media yang dipakai penulis adalah cat air di atas kertas, dengan 2 ukuran kertas dan 2 series karya. Series pertama berukuran besar (2mx1,5m) berjumlah 9 karya, series kedua berukuran medium (65cmx58cm) berjumlah 7 karya. Kertas yang digunakan adalah kertas canson montval 300g/m2 dan cat air yang digunakan adalah cat air Rembrandt dan winsor and newton artist series. Karya ini merupakan bentuk perayaan dari fenomena adaptasi yang dilakukan manusia.Karya ini menjelaskan ruang microcosmos yang penulis bentuk dan ketimpangan sosial yang dilihat sebagai imbas dari identitas palsu.Karya ini berdiri sebagai subyek penulis. Sehingga melalui proses kekaryaan ini penulis berharap dapat menemukan entitas awal nya dari membaca kecenderungan objek, dan elemen estetis yang ditemukan di karya penulis. Di kekaryaan Tugas Akhir ini penulis menawarkan perjalanan melintas ruang microcosmos penulis.Membagi identifikasi tanda yang dikonsumsi penulis setiap hari, sehingga dapat teridetifikasi pada jalur mana penulis hidup dan berkarya. Penggunaan media 2 dimensi, menjadi kunci penting penghantar pesan dan sebagai media yang dapat direkontruksi kembali, menawarkan bahasa yang kaya akan interpretasi. Namun masih memiliki jalur pembacaan, agar senantiasa menghadirkan tanda-tanda baru yang valid dan memiliki makna yang dapat di pertanggungjawabkan.Salah satu peran seniman adalah sebagai salah satu pembuat tanda baru. Melalui konvensi ini hendaknya seniman selalu bertanggung dengan apa yang ia representasikan pada karyanya.
Gambar 4 “What’s the Future Holds I Don’t Know #5”, 200 x 150 cm, watercolour on paper Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1|6
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Gambar 5 “What’s the Future Holds I Don’t Know #6”, 200 x 150 cm, watercolour on paper (Sumber : Dokumentasi Pribadi) Penggunaan cat air pada kekaryaan ini menawarkan makna yang lebih luas bagi lingkup seni yang ada sekarang.Memperkaya medium seni, pembahasan, dan pembacaan.Menawarkan wacana baru dalam pembahasaan genre realism. Melalui jalan kekaryaan ini penulis, ingin mencoba menemukan entitas asli nya dengan membaca kecenderungan objek dan elemn estetis yang dipilih, penghadiran objek menjadi sangat penting pada kekaryaan ini.Membangun fokus untuk memberi batasan tegas perjalanan microcosmos yang ditawarkan kepada apresiator.Karya ini termasuk karya personal yang berangkat dari tendensi diri terhadap fenomena sosial, yang membentuk penulis. Sebagai objek perayaan dari banyak nya cara yang digunakan manusia untuk bertahan hidup.
4. Penutup / Kesimpulan Identitas adalah sesuatu yang memberi bentuk pada segala tindakan kita, dirancang dan direkonstruksi tergantung dengan keadaan social kita, melalui identitas lah kita merancang dan merumuskan diri. Melalui identitas lah kita dapat memprediksi kecenderungan manusia, mencoba merumuskan akan apa yang terjadi diakan datang, dengan mempelajari sampel identitas yang ada. Identitas bukan lah sesuatu yang tertutup.Identitas adalah sesuatu yang terbuka namun terbatas.Melengkapi diri nya merekonstruksi nya dengan jalan adaptasi. Proses adaptasi yang tidak sempurna menghasilkan identitas palsu, yang merupakan itikad baik dari seorang manusia semata-mata agar dapat bertahan hidup di sosialnya. Penguburan entitas yang dibawa sebagai imbas dari terlalu banyaknya identitas palsu yang dibuat dapat dicegah.Dengan lebih mengenali dan mengetahui diri sendiri, dan mau unutuk mengalami perubahan. Dengan proses kekaryaan kecenderungan menemukan entitas awal dapat dicari. Dengan melihat kecenderungan dari objek-objek, warna-warna, dan elemen estetika yang lain. Kecenderungan yang secara sengaja maupun tidak sengaja selalu muncul di karya.Pembacaan dan penyadaran dibutuhkan setelah menemukan kecenderungan tersebut. Dengan dibuatnya karya Tugas Akhir ini, penulis berharap adanya proses penemuan kembali dalam diri penulis serta berharap apresiator dapat merasakan ketimpangan yang terjadi di lingkup sosialnya seperti yang penulis rasakan. Bahasa visual merupakan bahasa yang lebih kaya akan muatan dibandingkan bahasa verbal. Interpretasi mungkin tidak selalu sama. Namun inti dari pembacaan karya pasti dapat terbaca.
Ucapan Terima Kasih Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1 | 7
Jurnal Tingkat Sarjana Bidang Seni Rupa
Artikel ini didasarkan kepadacatatan proses berkarya/perancangan dalam MK Tugas Akhir Program Studi Sarjana Seni Rupa FSRD ITB. Proses pelaksanaan Tugas Akhir ini disupervisi oleh Drs. Oco Santoso, M. Sn.
Daftar Pustaka
Yuliman, S. 2001. Dua Seni Rupa, Jakarta: Yayasan Kalam
West, S. 2004. Portraiture, new York: Oxford History of Art
Dempsey, A. 2002. Styles, School and Movement: an encyclopedic guide to modern art. London: Thames and Hudson
Robertson, J, McDaniel, C. 2010. Themes of Contemporary Art. New York: Oxford University Press
E-book:
The Golden Age of British Watercolor in the 18th and 19th Centuries By Dr. Patricia Crown
British Watercolour exhibition review
Concrete Insight:Art, the Unconscious, and Transformative Spontaneity
Portrait Painting in Watercolor
Survey Of Watercolor Painting In The 20th Century
A tribute to the first Invitational Exhibition of Contemporary International
Watermedia Masters
semua sumber berasal dari www.mediafire.com Website:
www.wikipedia.com
scholar.google.com
www.artcyclopedia.com
Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1|8
SURAT PERSETUJUAN PEMBIMBING TA Bersama surat ini saya sebagai pembimbing menyatakan telah memeriksa dan menyetujui Artikel yang ditulis oleh mahasiswa di bawah ini untuk diserahkan dan dipublikasikan sebagai syarat wisuda mahasiswa yang bersangkutan. diisi oleh mahasiswa
Nama Mahasiswa
Aurora Benita
NIM
17060029 Identitas Palsu
Judul Artikel
diisi oleh pembimbing
Nama Pembimbing
Drs. Oco Santoso, M. Sn. 1. Dikirim ke Jurnal Internal FSRD
Rekomendasi
2. Dikirim ke Jurnal Nasional Terakreditasi
Lingkari salah satu
3. Dikirim ke Jurnal Nasional Tidak Terakreditasi 4. Dikirim ke Seminar Nasional 5. Dikirim ke Jurnal Internasional Terindex Scopus 6. Dikirim ke Jurnal Internasional Tidak Terindex Scopus 7. Dikirim ke Seminar Internasional 8. Disimpan dalam bentuk Repositori
Bandung, ......./......./ 2012
Tanda Tangan Pembimbing : _______________________ Nama Jelas Pembimbing
: _______________________
Jurnal Tingkat Sarjana Seni Rupa No.1 | 9