1 PENGARUH SELF EFFICAC'Y TERHADAP KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SISWA TUNANETRA DAN TUNARUI~GU SMUN 66 JAKARTA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psiko...
PENGARUH SELF EFFICAC'Y TERHADAP KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SISWA TUNANETRA DAN TUNARUI~GU SMUN 66 JAKARTA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh:
Siti Hikmah
101070022987 Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1428 H/2007 M
PENGARUH SELF EFFICACY TERHADAP KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SISWA TUNANETRA DAN TUNARUNGU SMUN 66 JAKARTA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Disusun 0/eh :
Siti Hikmah
101070022987
Dibawah bimbingan Pembimbing U Pembimbing I
-· ura. Agustyawati M.P/1sil
lambang-Su yadi Ph.D
NIF': 132121898
~IP: 150 326891
FAKUL TAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1428 H/2007 M
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul PENGARUH SELF EFF/CACYTERHADAP KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SISWA TUNAl\IETRA DAN TUNA RUNGU DI SMUN 66 JAKARTA ini tel ah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 27 Februari 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi. 27 Februari 2007 Sidang Munaqasyah,
f{arya Sild!lrhana ini kup1Zrs1Zmbahkan untul\ 'l'l!Jah dan ibuku l!lreinta f{akak-kakal\IZU , adikku S!lrta k~ponakanku l1Zrsayang 'E>an R.~ alas eurnhan kasih sayangnya
ABSTRAKSI A) Fakultas Psikologi UIN Syahid Jakarta 13) Februari 2007 C) Siti Hikmah D) Pengaruh self efficacy terhadap komunikasi interpersonal pada siswa tunanetra dan tunarungu di SMUN 66 Jakarta E) +126 F) Setiap manusia dilahirkan oleh Allah SWT berbeda-beda. Setiap kekurangan pasti ditutupi oleh kelebihan yang lainnya. Menjadi seorang tunanetra dan tunarungu, bukanlah hambatan untuk dapat meraih cita-cita yang tinggi serta mampu dipandang sama oleh individu lainnya yang normal, termasuk untuk bersekolah di sekolah umum atau inklusi. Bersekolah di sE;kolah inklusi bagi siswa tunanetra dan tunarungu diharapkan mampu melakukan hubungan atau komunikasi interpersonal yang baik dengan siswa normal lainnya. Komunikasi interpersonal ini dapat terwujud jika dalam diri siswa tunanetra dan tunarungu terdapat keyakinan diri atau self efficacy. Menurut Bandura (1982) self efficacy adalahkeyal
tingkah laku, usaha yang dilakukan dan ketekunan berusaha, pola pikir dan reaksi emosional serta teori komunikasi interpersonal yan!g terdiri dari aspek mendengarkan atau memperhatikan, pernyataan, keterbukaan, kepekaan, dan umpan balik. Berdasarkan perolehan data dan analisa kasus, kesemua siswa tunanetra dan tunarungu yang menjadi responden penelitian, mempunyai self efficacy yang positif dan yang mempengaruhinya untuk berkomunil
KATA PENGANTAR Aharndulillahi Rabbil'alarnin, segala pujian hanya milik Allah maha pengasih dan maha penyayang. Puji serta syulwr penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, kernudahan, kesabaran, kesempatan dan waktu kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan baginda Rasulullah Muhammad SWT,telah menyarnpaikan kebenaran dan penerangan di muka bumi ini.
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini tak mungkin dapat terselesaikan tanpa bantuan pihak-pihak terkait. Oleh karena itu izinkan penulis berterirnakasih kepada rnereka yang telah banyak membantu, mernbirnbing, mendukung, menasehati, menghibur, dan menernani dalam menyelesaikan skripsi ini. 1. Kepada kedua orang tuaku tercinta. Ayah Musa H.M dan lbu Khaeriyah. Terirnakasih atas segala doa-doanya, kesabarannya, dukungannya, dan cinta kasih yang diberikan kepada penulis selama ini semoga Allah SWT selalu menyayangi dan meridhaimu sepanjang hayat. Maafkan penulis karena baru saat ini mempersembahkan hadiah sederhana ini meskipun telah lama tertunda. 2. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatu!lah Dra. Hj. Netty Hartati, M.Si. para pembantu dekan, seluruh dosen serta seluruh staff dan karyawan fakultas psikologi UIN yang telah membantu penulis selama menjadi mahasiswa psikologi UIN. 3. Bapak Bambang Suryadi Ph.D selaku pembimbing I, dan lbu Dra. Agustyawati. M.Phil,Sne selaku pembimbing skripsi II skripsi ini yang telah
sabar membimbing serta dengan tulus dan ikhlas memberikan banyak bimbingan kepada penulis. 4. Kakak-kakakku tersayang, ka' Fitri dan ka' Rico atas si,gala dukungan moril dan materinya selama penyusunan skripsi ini, ka' iko dan mas wiwid, adikku samwil terimakasih dengan sabar menjadi sasaran ke£1elisahan penulis selama ini, serta keponakan mafi, bang Noufal, dan de' Farah yang membuat hari-hari penulis penuh senyum. 5. Ramdhan Syafei, terimakasih untuk selalu menemani penulis dan mendengarkan segala keluh kesahku.
6. Bapak Suparno dan guru-guru di SMUN 66 Pondok Labu, terimakasih bersedia menerima penulis di sana. Aris dan keluarga, Azizah dan keluarga, Fitri dan keluarga, serta Dimas dan keluarg, "terimaka:sih banyak ya ... ". 7. Sahabatku Irma yang selalu ada untuk penulis serta Vinanya yang selalu membuat penulis tertawa dan bahagia. Saeni terimakasih untuk dukungannya, lndi ayo semangat, kak Melok yang bersedia membantu penulis, dan semua teman-teman angkatan 2001 khususnya kelas B yang memberikan pengalaman indah selama menjadi mahasiswa . Temanteman KKN Parakansalak, teman-teman PKL Sumida angk. 2005.Dan seluruh teman-teman yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana layaknya, baik dari segi bahasa maupun materi yang
tertu;~ng
di dalamnya.
Besar harapan penulis, skripsi ini dapat berguna untuk menambah wawasan baru yang lebih luas bagi pembaca sekalian.
Jakarta, Februari 2007 Penulis
DAFTAR ISi Halarnan Judul ................................................................................... . Halaman Persetujuan ........................................................................ . Ha la man Pengesahan ...................................................................... .. Motto ................................................................................................... Dedikasi .............................................................................................. Abstraksi ............................................................................................. Kata Pengantar .................................................................................. . Daftar lsi ............................................................................................ . Daftar Tabel ....................................................................................... . Daftar Lampiran ................................................................................. .
ii iii iv iv v vii ix xii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1.1. Latar belakang .................................................................... . 1.2. ldentifikasi rnasalah ............................................................ . 1.3. Batasan dan rurnusan masalah .......................................... . 1.3.1. Pembatasan masalah ............................................... .. 1.3.2. Perumusan masalah .................................................. . 1.4. Tujuan dan manfaat penelitian ............................................ . 1.4.1. Tujuan penelitian ...................................................... . 1.4.2. Manfaat penelitian .................................................... . 1.4.2.1. Manfaat teoritis ............................................. .. 1.4.2.2. Manfaat praktis .............................................. . 1.5. Sistematika penulisan ......................................................... .
2.3.1. Pengertian tunanetra .............. ....................... ..... ....... 38 2.3.2. Klasifikasi anak tunanetra .............................. ..... ....... 39 2.3.3. Karakteristik siswa tunanetra ......................... .... ....... 42 2.4. Tunarungu .................................................................... ....... 46 2.4.1. Pengertian tunarungu ..................................... .... ....... 46 2.4 .. 2. Klasifikasi anak tunarungu ................................. ....... 47 2.4.3. Penyebab ketunarunguan................................... ....... 48 2.4.4. Karakteristik tunarungu ....................................... ....... 49 2.5. Sekolah inklusi.............................................................. ....... 53 2.5.1. Pengertian .......................................................... ....... 53 2.5.2. Model pendidikan inklusi di Indonesia................. ....... 54 2.5.2.1. Alternatif penempatan........................... ....... 54 2.5.2.2. Komponen yang perlu di persiapkan.. .. .. ..... .. 56 2.6. Remaja ......................................................................... ....... 57 2.6.1. Pengertian remaja.... ... ...... ... .............. ... ............ .. ..... .. 57 2.6.2. Self efficacy dan komunikasi interpersonal rernaja terhadap penyesuaian Diri di Lingkungan Sekolah............. ....... 60 2.7. Kerangka berfikir........................................................... ....... 62 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 3.1. Jen is penelitian ................................................................... . 3.1.1. Pendekatan penelitian ............................................. .. 3.1.2. Metode penelitian ..................................................... . 3.2. Subyek penelitian ............................................................... . 3.2.1. Teknik pengambilan subyek ..................................... . 3.2.2. Karakteristik subyek .................................................. . 3.3. Pengurnpulan data .............................................................. . 3.3.1. Metode dan instrumen penelitian ............................. .. 3.4.2. Alat bantu pengumpulan data ................................... . 3.4. Teknik analisa data ............................................................ .. 3.5. Prosedur penelitian ............................................................. . 3.5.1. Prosedur persiapan penelitian .................................. . 3.5.2. Prosedur pelaksanaa penelitian ............................... .. BAB IV PRESENTASI DAN ANALISA DATA .................................. . 4.1. Gambaran um um subyek .................................................. .. 4.2. Observasi dan wawancara .................................................. . 4.3. Analisa individual subyek .................................................... . 4.3.1. Kasus Andi. ............................................................... . 4.3.2. Kasus lcha ............................................................... ..
64-75 64 64 65 66 66
6] 67 67 .•
71 72 73 73 74
76-116 76 78 79 79
89
4. 3. 3. Kasus Bayu ............................................................. .. 4.3.4. Kasus Ind ah ............................................................. . 4.4. Perbandingan kasus .......................................................... .. BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ................................. . 5.1. Kesimpulan .......................................................................... 5.2. Diskusi ................................................................................ . 5.3. Saran .................................................................................. . DAFTAR PUSTAKA LAMPI RAN
4. Gambaran komunikasi interpersonal antar kasus.................... .......
116
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran ·1. Pernyataan kesediaan Lampiran 2 Lembar Observasi Lampiran 3. Panduan wawancara self efficacy Lampiran 4 Panduan Wawancara Komunikasi Interpersonal Lampiran 5. Surat keterangan penelitian dari SMUN 66 Jakarta
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah
Manusia diciptakan oleh Allah SWT berbeda-beda. Baik clari segi fisik maupun psikis mereka. Kelebihan dan kekurangan pasti terdapat didalam diri manusia. Jika mau disadari bahwa kekurangan dalam diri manusia selalu ditutupi oleh kelebihan-kelebihan yang lain. Seperti pada penderita tunane!ra dan tunarungu meskipun mereka tidak dapat melihat dan berbicara mereka mempunyai l<elebihan pada penciuman, pendengaran, dan penglihatan yang tajam.
Tunanetra adalah anak yang mengalami gangguan daya penglihatannya berupa kebutaan menyeluruh atau sebagian, dan walaupun telah diberi pertolongan dengan alat-alat bantu khusus, mereka masih tetap memerlukan pendidikan khusus. Anak tunarungu adalah anak yang tidak mampu menclengar dan hal ini tampak dalam wicara atau bunyi-bunyi lain, dalam derajat frekuensi dan intensitas.
Ketika siswa berkebutuhan khusus mempunyai kecerdasan yang optimal dan sama seperti anak-anak normal lainnya. Bersekolah disekolah khusus
2
seperti SLB tidak memuaskan dirinya, karena SLB biasanya hanya memberikan suatu praktek-praktek keahlian saja. Bahkan seorang guru SLB tunanetra di Yogyakarta bernama SetiadiPurwanta yang juga penderita tunanetra mengatakan (seperti dikutip Jacinta Rini, 2004) bahwa SLB merupakan proses diskriminasi bagi siswa berkelainan.
Menurut Setiadi (dalam Jacinta Rini, 2004) anak-anak itu bersekolah, tapi apa yang bisa mereka dapat. Akan jadi apa mereka, apakah hanya akan jadi tukang pijat. Dunia pendidikan formal, dimata Setia, sering menampilkan salah satu bentuk diskriminasi yang paling mencolok. la meyakini, tanpa proses pembelajaran yang baik pola eksklusif rehabi/itat.if yang diterapkan pemerintah, misalnya pada sekolah sejenis SLB, hanya menjadi sebentuk iso/asi bagi anal<-anak yang dikatakan cacat (dalam Jacinta Rini,2004).
Pemerataan kesempatan belajar bagi anak berkebutuhan khusus dilandasi pernyataan Deklarasi Salamanca tahun 1994 oleh para menteri pendidikan se-dunia. Pernyataan Salamanca ini merupakan perluasan tujuan Education For All (EFA) yang dikumandangkan UNESCO (Direktorat Pendidikan Luar
Biasa, 2003). Deklarasi Salamanca menekankan bahwa selama memungkinkan, semua anak seyogyanya belajar bersama-sama tanpa memandang kesulitan ataupun perbedaan yang mungkin ada pada mereka, Sebagai bagian dari umat manusia yang mempunyai tata pergaulan
3
intemasional. Di Indonesia, penerapan pendidil
Pendidikan inklusi adalah pendidikan yang mengikutsertakan anak berkelainan di kelas regu/er bersama dengan anak-anak lainnya juga melibatkan seluruh peserta didik tanpa terkecuali. Jadi bukan hanya anak yang perlu dipersiapkan dalarn pola ini, tetapi juga
oran~1
tua, guru, dan
sarana yang ada. Anak-anak bukan hanya belajar dari ouru dan orang tua, mereka juga belajar dari pergaulan dan teman-temannya. Jadi, jangan mencabut mereka dari dunia yang senyatanya, dunia yang apa adanya.
Ketika anak tunanetra dan tunarungu dapat bersekolah di sekolah inklusi, tentu mereka dihadapkan untuk beradaptasi dan bersosial dengan lingkungan yang normal. Terutarna jika mereka harus
b1~rgaul
dengan
teman-teman mereka yang normal. Disini telah terjadi adanya hubungan komunikasi interpersonal. Menurut Hasan Basri (dalam Jalaludin Rakhmat,
1995) kornunikasi interpersonal adalah sebagai proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi, atau proses penyampaian
4
pikiran, perasaan, kemauan dan penolakan diri tentang sesuatu dan menjadi sarana mengekspresikan diri.
Komunikasi interpersonal merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang langsung (De Vito, 1997). lnformasi tidak selalu diperoleh melalui komunikasi verbal. Tetapi juga memb•entuk kesan dari petunjuk proksemik, kinesik, para linguistik, dan ertifaktua/ (Jalaludin Rahmat, 2000). Yaitu dapat melalui gerak jari, tangan, penampilan di!.
Ketika mereka bersekolah disekolah umum (inklusi), tentu mereka melakukan komunikasi atau hubungan dengan teman-teman mereka yang normal. Dalam berkomunikasi interpersonal dengan teman-teman mereka yang normal, tentu siswa tunarungu dan tunanetra membutuhkan adanya keyakinan diri. Kepercayaan diri dan keyakinan diri dapat menjadi modal utama mereka, agar mereka mampu menyesuaikan diri dengan individu normal lainnya. Menurut A.A Schneiders (1988) bilamana seseorang dapat menerima keadaan dirinya sendiri, maka ia juga mudah menerima keadaan orang lain termasuk kekurangan atau hal-hal yang positif dari orang tersebut. Singgih Gunarsah (2001) juga menyebutkan bahwa sebelum seseorang dapat menerima diri sendiri, ia harus mengenal terlebih dahulu kemampuan
5
serta keterbatasannya, sehingga ia mudah mengatasi kE9sukaran yang dialaminya dalam usaha untuk menyesuaikan diri terhaclap lingkungannya.
Keyakinan diri dapat disebut juga clengan self efficacy. Self efficacy yaitu keyakinan seseorang bahwa dirinya akan mampu melafi:sanakan tingkah laku yang dibutuhkan dalam suatu tugas yang berarti keyakinan individu pada kemampuan yang dimiliki dalam menghadapi dan mengatasi situasi tertentu. Anak tunanetra dan tunarungu yang mampu mengatasi hambatan tersebut dan mampu menyelesaikan tugas tersebut, tidal< pantang menyerah menunjukkan bahwa self efficacy mereka tinggi. Sedangkan pad a anal< tunanetra dan tunarungu yang mudah menyerah dan tidal< mampu mengatasi hambatan-hambatan yang di hadapinya menunjukkan SE9/f efficacy mereka rend ah.
Dalam pergaulan dengan lingkungan yang berbeda tentu dibutuhkan kesiapan mental dan konsep diri. Keyakinan diri atau self efficacy pada siswa berkelainan dalam hal ini siswa tunanetra dan tunarungu di sekolah inklusi haruslah tinggi. Karena ketika harus bergaul dengan teman-teman yang normal, guru yang normal, maupun orang-orang di sekitar lingkungan sekolah, mereka tidal< minder atau rendah diri. Terutama ketika siswa tunanetra dan tunarungu bersekolah di sekolah inklusi d:an dalam tahap
6
remaja, tentu self efficacy yang tinggi diperlukan agar mereka mampu bergaul atau berkomunikasi interpersonal dengan baik.
Pada masa perkembangan, usia memasuki sekolah menengah dan lanjutan berada pada masa remaja, antara usia 12 -18 tahun (Monks & Rahayu, 2001). Dalam mempersiapkan diri untuk masa dewasa, remaja harus belajar bergaul dengan teman sebaya dan tidal< sebaya, sejenis maupun tidal< sejenis. Tugas perkembangan ini selalu ditunjang oleh hasil perkembangan lainnya. Salah satunya adalah adanya suatu penyesuaian diri pada remaja. MenurutAA. Scheiders (1988) penyesuaian diri adalah reaksi seseorang terhadap ransangan-ransangan dari dalam diri sendiri maupun reaksi seseorang terhadap situasi yang berasal dari lingkungannya.
Pada masa remaja terjadi keinginan bergaul atau berteman yang sangat besar. Disekolah keinginan ini sangat dipenuhi, karena disekolah remaja menemui teman-teman mereka yang sebaya dan orang-orang yang tidal< sebaya dengan mereka. Begitupun yang terjadi pada siswa tunanetra dan tunarungu yang sedang mengalami masa remaja, dan bersekolah di sekolah inklusi. Keyakinan diri yang tinggi dituntut untuk mampu menyesuaikan diri di lingkungan yang sangat berbeda dengan mereka, karena di sekolah inklusi mereka menemui teman-teman dan orang yang normal, yang tidal< bernasib sama dengan mereka, yaitu tidal< meyandang cacat netna dan cacat rungu.
7
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti
Pengaruh self efficacy pada siswa tunanetra dan tunanmgu terhadap komunikasi interperscmalnya di SMU Negeri 66 Jakarta..
1.2. ldentifikasi Masalah Untuk lebih memudahkan penulis dalam meneliti masal<:1h ini maka dibuat identifikasi masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah self efficacy pada siswa tunanetra1 dan tunarungu di SMUN 66 Jakarta (sekolah inklusi)? 2. Bagaimana komunikasi interpersonal pacla siswa tunanetra dan tunarungu di SMUN 66 Jakarta (sekolah inklusi)? 3. Adal
1.3. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah 1.3.1. Pembatasan Masalah Agar masalah yang diteliti lebih terarah maka penulis me1mbatasi masalah sebagai berikut:
8
1. Sekolah inklusi adalah sekolah yang menempatkan anak berl<elainan tingkat ringan, sedang, dan berat secara penuh di kelas reguler. 2. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara dua orang yang berlawanan antara siswa ketunaan dengan siswa normal lainnya secara akrab, terjadi tanya jawab diantaranya, terdapat usaha sating memahami dan disertai oleh segala macam lambang yang melengkapi kata demi kata sehingga timbul pengertian yang serasi diantara kedua belah pihak yang terlibat. Dalam hal ini adalah komunikasi interpersonal antara siswa tunanetra dan siswa tunarungu terhadap siswa normal lainnya 3. Self efficacy adalah keyakinan individu atas kemampuannya untuk mengatasi dan melakukan perilaku dalam situasi yang membingungkan, tak terduga dan mengandung tekanan. Yaitu kemampuan anak tunanetra dan tunarungu ketika1 menghadapi suatu hambatan yaitu komunikasi dengan teman atau lawan komunikasinya yang normal. 4. Siswa Tunanetra adalah siswa yang memiliki keterbatasan indera penglihatannya meskipun mereka diberikan alat bantu khusus mereka masih memerlukan pelayanan khusus dalam pendidikan. Dan siswa tunarungu adalah siswa yang mengalami keterbatasan pada indera pendengaran dan wicaranya. Dalam penelitian ini siswa tunanetra dan tunarungu tanpa disertai gangguan mental.
9
5. Ramaja adalah masa transisi pada tahap perkembangan seseorang dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. IVlasa remaja berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun. Pada penelitian ini peneliti melihat pada masa remaja madya, diantara masa ini adalah masa seseorang mengecam pendidikan menengah atas.
1.3.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian masalah diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah apakah ada pengaruh self efficacy terhadap komunikasi interpersonal pada siswa tunanetra dan tunarungu SMU Negeri 66 Jakarta?
1.4. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujw:m Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh self efficacy terhadap komunikasi interpersonal pada siswa tunarungu dan tunanetra di SMUN Negeri 66 Jakarta ( sekolah inklusi).
1.4.2. Manfaat Penelitian
1.4.2.1. Manfaat Teoritis Dapat memberikan gambaran mengenai self efficacy pada siswa tunanetra dan tunarungu dapat mempengaruhi mereka ketika harus berkomunikasi
10
interpersonal dengan lingkungannya di sekolah inklusi, khususnya dengan orang-orang disekitar mereka yang normal. Serta dapat menambah dan memperkaya khasanah keilmuan psikologi.
1.4.2.2. Manfaat Praktis Dapat memberikan sumbangsih bagi para guru yang mengajar di sekolah inklusi dalam mendidik para siswanya khususnya siswa tunarungu dan tunanetra yaitu self efficacy mereka terhadap komunikasi interpersonalnya. Dan kepada para siswa tunarungu dan tunanetra ketika memaharni self efficacy mereka yang positif guna menciptakan komunikasi interpersonal yang baik. Hal ini sangatlah penting bagi setiap individu khususnya siswa tunarungu dan tunanetra di dalam menyelami perkembangan kehidupan selanjutnya, sehingga diharapkan para siswa tersebut dapat tumbuh dan berkembang menjadi individu dewasa yang lebih realistii> dan bermanfaat bagi semua.
1.5. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan pada skripsi ini berpedornan pada sistematika penulisan American Psychological Assosiation (APA) style. Untuk memudahkan penulisan skripsi ini, penulis menyusunnya dalam bentuk beberapa bab sebagai berikut:
11
Bab 1 pendahuluan : Berisi latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan laporan.
Bab 2. landasan teori: Berisi teori self efficacy, komunil
Bab 3 metodologi penelitian: Berisi jenis penelitian, subyek penelitian, pengumpulan data, , teknik analisa data, dan prosedur penelitian
Bab 4 hasil penelitian: Berisi laporan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti.
Bab 5 kesimpulan: Berisi kesimpulan, diskusi dan saran.