PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF KAITANNYA DENGAN ATTACHMENJ. ANTARA !BU BEKERJA DAN BAYI
Disusun Oleh :
Zilfanny
103070029123
Skripsi yang Ditulis untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
FAKUL TAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1428 H / 2007 M
ABSTRAK (A) Fakultas Psikologi (B) September 2007 (C) Zilfanny (D) Pemberian ASI Eksklusif Kaitannya dengan Attachment Antara Jbu Bekerja dan Bayi (E) hal i-97 (F) Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap kelekatan dan hubungan emosional yang terjalin antara seorang ibu bekerja dan bayinya melalui pemberian ASI eksklusif. Yang di maksud dengan ASI (air susu ibu) eksklusif adalah pemberian air susu ibu selama empat sampai enam bulan tanpa cairan tambahan apapun. Kelekatan merupakan suatu ikatan emosional yang kuat yang dikembangkan anak melalui interaksinya dengan orang yang mempunyai arti khusus dalam kehidupannya, biasanya orang tua. Hubungan ini akan bertahan cukup lama dalam rentang kehidupan manusia yang diawali dengan kelekatan anak pada ibu atau figur Jain pengganti ibu. Kelekatan sendiri memiliki empat fase penting sesuai dengan perkembangan anak, yaitu Preattachment (fase yang dimulai dengan variasi sinyal-sinyal, seperti menggenggam, tersenyum atau menangis), Attachment is Making (fase dimana bayi mulai berespon lain, mulai mengalami distres, dan mulai dapat membedakan orang Jain), Specific, clear-cut attachment (fase dimana bayi mulai menunjukkan kekesalan bila ditinggalkan oleh orang yang dipercaya), Goal-coordinated partnership (anak mulai melakukan negosisai dengan pengasuh). Responden penelitian ini adalah empat orang ibu yang bekerja diluar rumah dengan waktu kerja selama delapan jam sehari, lima hari dalam seminggu. Pengambilan responden dilakukan dengan dengan metode purposive sampling, dimana responden yang dipilih hanyalan yang memenuhi kriteria yang dibuat peneliti. Keempat responden ini memiliki bidang pekerjaan yang berbeda-beda dengan latar belakang sosial ekonomi yang juga berbeda. Alasan bekerja yang mereka kemukakan juga bervariasi. Penelitian ini dilakukan melalui proses wawancara dan observasi yang dilakukan paling sedikit tiga kali. Wawancara dilakukan dengan metode deep intervieuw yang bertujuan untuk mengungkap segala hal yang sedang diteliti. Pertanyaan dibuat sejumlah lima puluh dengan teknik probbing atau penggalian lanjutan bila di perlukan saat wawancara berlangsung. Observasi
dilakukan sebagai kegiatan wawancara. Dimana dalam proses observasi, peneliti dapat melihat secara langsung kebenaran cerita yang diungkapkan responden dalam wawancara. Hasil yang didapat oleh peneliti bahwa proses pemberian ASI eksklusif dapat menciptakan, membangun dan memelihara kelekatan antara ibu yang bekerja di luar rumah dengan bayinya. Selain itu juga dapat meningkatkan daya tahan tubuh, kecerdasan baik fisik maupun emosi. Penelitian ini memiliki banyak keterbatasan. Untuk itu disarankan agar pada penelitian selanjutnya waktu yang digunakan lebih lama dan pertanyaan yang diajukan lebih mendalam. (G) Sumber-sumber yang digunakan sebagai acuan serta landasan teori dalam penelitian ini adalah 18 buah buku, 7 buah website, 3 buah jurnal, dan 3 buah harian ibukota sejak tahun 1953-2007.
Kata yang paling indah di bibir umat manusia adalah kata 'mama' ' dan panggilan paling indah adalah 'mamaku'. lni adalah kata penuh harapan dan cinta, kata manis dan baik yang keluar dari kedalaman hati. Doa dan ridho orangtua adalah lagu hati yang membimbing ke arah singgasana Tuhan meskipun ditingkah oleh suara ribuan orang yang sedang meratap. (Khalil Gibran)
Untuk mama, papa, ade, yang dira ..
& Sebagai kado ulang tahun ke 22 untukku .. (180907)
PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF KAITANNYA DENGAN ATTACHMENT ANTARA IBU BEKERJA DAN BAYI
Skipsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh: ZILFANNY
NIM: 103070029123
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1428 H / 2007 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF KAITANNYA DENGAN ATTACHMENT ANTARA IBU BEKERJA DAN BAYI telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 19 September 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.
Jakarta, 19 September 2007 Sidang Munaqasyah Ketua M rangkap Anggota,
Sekert,,;e
;
M~gk•p
#
Aoggote
~Qd
~;~ah, M.Si
Ora. Zahrotun NIP. 150238773"
Ora. Nett
Anggota:
Peog"jlt~.
Penguji II
Neneng Tati Sumiati, M.Si.Psi NIP. 150300679
Ora. NIP. 15023877
Pembimbing I
Pembimbing II
(
M.Si
Zahr~1n
M.Si
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil alamin, segala puji hanya bagi Allah SWT, atas segala rahmat, berkah dan ridho-Nya yang selalu menyertai rangkaian proses penulisan skripsi ini. Salawat dan salam kepada baginda Rasulullah SAW.
Terselesaikannya skripsi ini juga tak lepas dari dorongan serta bantuan berbagai pihak, yang telah membentu kelancaran selama psoses penulisan. Untuk itu penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak tersebut.
Untuk mama, papa, ade, yang dira terimakasih atas segala pengorbanannya baik moril maupun materi. Terimakasih untuk kehangatan, canda dan tawa dalam keluarga ini. (special for my /uvly mom, /love u so much, kekuatanmu inspirasiku). Tak lupa untuk almh. Jidah, terima kasih karena telah meninggalkan sesuatu yang sangat berharga yaitu, kebersamaan, cinta dan kasih sayang.
Seluruh dosen, dekan, Ora. Netty Harttati, M.Si , staf akademik, dan perpustakaan. Terimakasih atas kesempatan dan bantuan yang diberikan kepada peneliti selama empat tahun terakhir ini.
Kepada dua orang ibu yang senantiasa membimbing proses penulisan skripsi ini hingga selesai, Ora. Zahrotun Nihayah, M.Si dan Solicha, S.Ag, terima kasih atas kesabarannya kepada peneliti.
lbu S, ibu H, ibu L, ibu D, empat orang ibu luar biasa yang telah bersedia meluangkan waklunya dan berbagi ilmu serta pengalaman kepada penelili.
Sahabat-sahabalku "Power Rangers", Nia, Ina, Wulan, Lita. Terima kasih lelah menjadi sahabat tempat berbagi suka dan duka. I love u all.
Teman-leman seperjuangan, kelas C angkalan 2003 , Ajeng, Zora, Andin, Yoga, Ira, juga Fira. Terima kasih alas dorongan semangal dan do'anya.
Alfi Indra, seseorang yang menjadi tempal mencurahkan isi hati. Terima kasih alas kasih sayang, dukungan, doa, serta keikhlasannya. Semoga semuanya letap ada dan kita bisa membangun impian bersama.
Hanya Allah SWT yang dapal membalas semua kebaikan dan keikhlasan hati kalian.
Tidak ada penelitian dengan hasil yang sempurna. Oleh karena itu, peneliti sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti sendiri dan pembacanya sesuai dengan tujuan pembuatan.
Jakarta, September 2007
Peneliti
DAFTAR ISi
Halaman ABSTRAK ............................................................................................... . LEMBAR PERSEMBAHAN ..................................................................... iii LEM BAR PERSETUJUAN ....................................................................... iv LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ v KATA PENGANTAR ................................................................................ vi DAFTAR ISi .. .. .... .... .. ..... .... ... .... ..... ..... .. ... .... ..... ... .. . ....... .. .. .... ... ... ... ... ... ... x DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 . Latar Belakang Masalah ............................................................ 1 1.2. ldentifikasi Masalah ................................................................... 8 1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..................................... 9 1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 9 1.5. Sistematika Penulisan .............................................................. 1O
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Teori .......................................................................... 12 2.1.1. Air Susu lbu (ASI) ....................................................... 12
2.1.1.1. Komponen ASI .............................................. 15 2.1.1.2. ASI dalam Pandangan Islam ......................... 18 2.1.2. Att.achment (Kelekatan) ............................................. 20 2.1.2.1. Ciri Khas, Jenis dan Tahapan Attachment ... 20 2.1.2.2. Faktor-faktor dalam Attachment ................... 28 2.1.3. Bayi ............................................................................ 31 2.1.4. lbu Bekerja ................................................................. 36 2.1.4.1. lbu Bekerja dalam Pandangan Islam ............ 39 2.2 Kerangka Berpikir ..................................................................... 42
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Pendekatan Penelitian ............................................................. 45 3.2. Subjek Penelitian ..................................................................... 46 3.3. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 47 3.4. lnstrumen Pengumpulan Data ................................................ 47 3.5. Tahap Pelaksanaan Penelitian ............................................... 48 3.6. Anal is is Data . .. .. .. . .. . .. .. .. .. .. .. . .. . .. .. .. .. . .. .. . .. .. .. .. . .. .. .. . .. ... 48
BAB 4 HASIL DAN ANALISIS DATA
4.1. Gamba ran Um um Subjek ............................................. 49 4.2. Analisis Intra Subjek ................................................... 50 4.2.1. Analisis Subjek 1............................................. 50
4.2.2. Analisis Subjek 2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 58 4.2.3. Analisis Subjek 3 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 66 4.2.4. Analisis Subjek 4 ............................................. 74 4.3. Perbandingan Antar Subjek ................................................... 83 4.4. Analisis Perbandingan Antar Subjek ................................ 89
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1. Kesirnpulan ............................................................................ 93 5.2. Diskusi ................................................................................... 93 5.3. Saran ..................................................................................... 96 DAFTAR PUSTAKA LAMPI RAN
DAFTAR LAMPIRAN
1. Data Kontrol Subjek 2. Pedoman Wawancara 3. Pedoman Observasi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Bagi bayi, ibulah sumber kehidupan yang menghubungkannya dengan dunia luar. Selama empat bulan pertama hidupnya, hanya Air Susu lbulah (ASI) yang dibutuhkannya. ASI merangsang pertumbuhan emosi dan fisiknya. Saat ibu memberikan ASI, ibu telah memberinya kasih sayang yang terbesar, imunisasi terbaik, gizi terlengkap, minuman tersehat dan air kehidupan.
ASI merupakan wujud curahan kasih sayang ibu pada buah hatinya. Dalam Alqur'an Allah Swr berfirman: "Para ibu hendaklah menyusukan anak-
anaknya se/ama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempumakan penyusuan ... " (QS, Al Baqarah, 2:233)
Menyusui adalah suatu proses alamiah. Berjuta-juta ibu di seluruh dunia behasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku panduan khusus mengenai ASI. Bahkan ibu yang buta huruf pun dapat menyusui anaknya dengan baik. Walaupun demikian, dalam lingkungan kebudayaan kita saat ini melakukan hal yang alamiah tidaklah selalu mudah.
2
Seiring perkembangan zaman, banyak sekali terjadi pergeseran-pergeseran dalam masyarakat. Kemajuan teknologi dan perkembangan ilmu pengetahuan sedikit demi sedikit menghilangkan budaya lama dan hal-hal penting dalam kehidupan sehari-hari, begitu juga dengan pemberian ASI eksklusif seorang ibu kepada bayinya.
Kualitas hidup balita di Indonesia belakangan ini terpantau menurun drastis. Kondisi tersebut ditengarai erat kaitannya dengan penurunan tingkat pemberian ASL Berdasarkan Survei Dasar Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003 angka pemberian ASI eksklusif hanya 5!5, 1 persen. Angka itu cenderung menurun menjadi 40 persen selama enam bulan (Koran Tempo, 2005).
Yang dimaksud dengan pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lainnya, seperti air putih maupun obat-obatan. Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama empat bulan, tetapi bila mungkin sampai enam bulan dan setelah itu dapat diberikan makanan tambahan lainnya (Utami Rusli, 2000).
Para ibu di zaman modern sekarang ini memiliki kecenderungan untuk tidak menyusui bayinya. Banyak alasan yang diungkapkan, di antaranya adalah tidak bisa berdiet kalau harus menyusui, takut bentuk payudara tidak indah
3
lagi dan sebagainya. Padahal terdapat hasil penelitian bahwa menyusui adalah salah satu cara diet alami. Dr. Partiwi (Nakita, 2006) mengatakan bahwa ASI eksklusif adalah diet alami bagi ibu. Dengan rnemberikan ASI eksklusif, berat badan ibu yang bertambah selama hamil akan segera kembali mendekati berat semula. Naiknya hormon oksitosin selama menyusui, menyebabkan kontraksi semua otot polos, termasuk otot-otot rahim. Jika ini terjadi terus menerus, nilainya kurang lebih sama dengan senam perut.
Alasan lain yang sering dikemukakan adalah pekerjaan. lbu yang bekerja di luar rumah cenderung tidak menyusui bayinya dan menjadikan pekerjaan sebagai alasannya. Padahal sesungguhnya, hal tersebut dapat dengan mudah diatasi. Seorang ibu, baik yang bekerja maupun tidak bekerja sejatinya memiliki beberapa tu gas utama, diantaranya rnerawat janin dalam kandungan, melahirkan, menyusui, memperhatikan, mengelola dan mengurus anak (Semiawan, 1996). Bagi ibu yang bekerja di luar rumah pemberian ASI eksklusif dapat tetap dilakukan, dengan cara memberikan ASI perah atau pompa pada bayi saat ibu bekerja. Manfaat yang dapat diperoleh dari pemerahan ASI di antaranya adalah agar bayi tetap memperoleh ASI saat ibunya bekerja dan menjaga kelangsungan persediaan ASI (Utami Rusli, 2000).
4
Hal lain yang tidak kalah penting adalah bagaimana hubungan batin yang terjadi antara ibu dan bayi saat proses menyusui. Proses menyusui sendiri, bukan hanya sekedar memberikan ASI yang berkualitas, tetapi juga menyusui merupakan proses yang melibatkan dua belah pihak, bahkan tiga belah pihak:suami-istri dan anak. Saat disusui, bayi beracla clalam dekapan ibu clan ini akan merangsang terbentuknya emosi antara kecluanya Kegiatan menyusui merupakan moment yang sangat ideal untuk membangun kontak batin yang erat, melalui kelekatan fisik clan kontak mata yang intensif. Proses ini membutuhkan "hati" yang tenang clan penuh kasih, karena procluksi ASI akan terpengaruh oleh faktor fisik clan emosional (http://www.epsikologi.com).
Memberikan ASI secara eksklusif merupakan keuntungan bagi semua; bayi akan lebih sehat, cerdas dan berkepribaclian baik, ibu akan lebih sehat dan menarik. Terjalinnya kemesraan dan kasih sayang antara ibu clan bayi merupakan keuntungan awal clari proses menyusui. Bagi bayi, ticlak ada yang lebih berharga clari ASI yang cliberikan oleh sang ibu. ASI
ya~g
tak
ternilai harganya, selain meningkatkan kesehatan clan kepanclaian secara optimal, juga clapat meningkatkan kepekaan emosinya. Ticlak acla susu buatan manusia yang clapat menclekati apalagi menyamai keuntungan alami yang diberikan oleh ASI.
5
Penelitian juga membuktikan bahwa kedekatan emosional ibu dan bayinya sangatlah penting. Adanya gangguan dalam hubungan ernosional ibu dan bayi dapat mempengaruhi perkembangan si anak kelak (Sinar Tani, 1997).
Attachment atau kelekatan sendiri berarti adanya perasaan cinta dan kasih sayang yang terjadi antara ibu dan bayi (http://wwww.wikipedia.com/attachment). Kelekatan dan keterikatan yang terjadi saat menyusui merupakan kejadian yang mengagumkan. Bagaimana bayi yang sejatinya belum mengerti apa-apa akan bisa merasakan kelembutan dan kehangatan seorang ibu.
ASI eksklusif juga sangat berguna bagi kesehatan bayi. Kematian karena penyakit pernapasan 2-5 kali lebih banyak pada bayi yang hanya diberikan susu formula. Penyakit radang telinga juga lebih sering menyerang pada bayi yang diberi susu formula. Selain itu ASI juga berpengaruh besar terhadap kecerdasan bayi. Kecerdasan ini dipengaruhi oleh dua faktor, genetika dan lingkungan. Yang dimaksud dengan faktor genetika adalah faktor yang diturunkan oleh orang tua dan merupakan modal dasar yang tidak dapat dimanipulasi. Sedangkan faktor lingkungan adalah faktor pertumbuhan fisik biomedis otak (asuh), stimulasi atau rangsangan pendidikan (asah dan kebutuhan perkembangan emosional dan spiritual (asih).
6
Pada aspek asuh, kecerdasan sangat berhubungan dengan pertumbuhan otak. Untuk pertumbuhan ini yang terpenting adalah kecukupan nutrisi dan ASI eksklusif merupakan nutrisi terbaik secara kualitas dan kuantitas saat masa lompatan pertumbuhan otak bayi, yaitu usia 0-6 bulan.
Penelitian yang dilakukan di New Zeland pad a tahun 1998 terhadap 1000 anak selama 18 tahun menunjukkan hasil bahwa anak yang diberi ASI mempunyai IQ dan mencapai tingkat akademik yang lebih tinggi. Hasil penelitian ini juga menunjukkan orang yang disusui kurang dari satu bulan mempunyai IQ lima pain lebih rendah daripada yang disusui setidaknya tujuh sampai sembilan bulan (Republika, 2005).
Dalam hal perkembangan emosi, pemberian ASI eksklusif tidak kalah memegang peran. Seperti yang telah diungkapkan di alas bahwa pemberian ASI dapat meningkatkan kepekaan emosi pada bayi. Dalam proses menyusui terdapat ungkapan cinta antara ibu dan bayi. Saling menatap dan belaian yang ibu berikan akan memberikan rasa aman dan menumbuhkan kecintaan. Sentuhan antara kulit ibu dan bayi, yang juga dapat membuat bayi merasakan detak jantung ibu akan memberikan pengalaman tersendiri pada anak. Semua kejadian menyenangkan ini tidak akan dialami oleh bayi bila ia hanya menerima asupan susu yang berasal dari botol. Karena untuk meningkatkan perkembangan kognitif dan emosional bayi dibutuhkan perilaku memberikan ASI yang konsisten dengan memberikan perhatian dan
7
perasaan nyaman. Sebaliknya fenomena yang terjadi saat ini bayi duduk di kursi bayi dengan botol susu tersedia dan bayi akan memegang sendiri botol susunya tersebut. Akibat dari tindakan itu sangat tidak memungkinkan adanya kegiatan menyusui antara ibu dan bayi, sementara kegiatan tersebut harus ada kontak fisik agar terbentuk apa yang dinamal
attachment.
Jadi jelaslah disini bahwa pada saat menyusui, di
sampin~1
bayi memperoleh
kenikmatan dari air susu itu sendiri, ia pun merasakan kehangatan kasih sayang yang diperoleh dari belaian ataupun sentuhan ibu. Sebaliknya dari pihak bayi pun respon-respon yang diberikan sebagai balasan terhadap rangsang yang diterima bagi si ibu dirasakan sebagai suatu kesenangan. Reaksi emosi secara timbal balik ini merupakan suatu dasar yang baik bagi perkembangan emosi anak. Lebih mengagumkannya lagi adalah ternyata ibu bekerja pun dapat tetap melakukan pemberian ASI eksklusif untuk bayinya. Fenomena inilah yang sangat menarik bagi penulis untuk melihat lebih jauh "Pemberian ASI Eksklusif Kaitannya dengan Attachment antara lbu Bekerja dan Bayi".
8
1.2. ldentifikasi Masalah Dalam penelitian ini, penulis mengidentifikasi beberapa masalah, yaitu: 1. Bagaimana pengetahuan para ibu mengenai ASI eksklusif? 2. Sejauh mana pengetahuan para ibu mengenai attachment? 3. Apa saja manfaat yang diperoleh dari pemberian ASI ekskusif, bail< untuk ibu maupun bayi ? 4. Apakah pemberian ASI eksklusif dapat menciptakan kelekatan emosi antara ibu dan bayi ?
1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.3.1. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini, penulis memberikan batasan masalah pada pemberian ASI eksklusif yaitu memberikan ASI saja tanpa tambahan makanan lainnya selama 4 sampai 6 bulan. Hal ini kemudian dilakukan untuk mengetahui peran pemberian ASI tersebut pada bayi yang berusia 6 sampai 12 bulan yang ibunya berkerja selama kurang lebih tujuh jam per hari, lima hari dalam seminggu.
9
1.3.2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah bagaimana peran pemberian ASI eksklusif terhadap terciptanya kelekatan antara ibu bekerja dan bayi ?
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kaitan pemberian ASI eksklusif terhadap attachment antara ibu bekerja dan bayi.
Bila tujuan penelitian dapat tercapai, maka hasil penelitian akan memiliki manfaat teoritis dan praktis.
Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk mengernbangkan ilmu pengetahuan tentang ASI, keajaiban dan manfaatnya terutama bagi terciptanya kelekatan dari proses pemberian ASI eksklusif antara ibu yang berkerja dengan bayinya.
10
Manfaat praktis
1. Bila pemberian ASI eksklusif dan kaitannya dengan kelekatan antara ibu dan bayi dapat ditemukan, maka akan bermanfaat untuk meningkatkan dan mengembangkan kelekatan emosi diantara keduanya. 2. Bila ibu bekerja dapat tetap memberikan ASI eksklusif kepada bayinya maka akan membuka pandangan bagi para ibu lainnya yang juga bekerja di luar rumah. 3. Bila pemberian ASI eksklusif dan kaitannya dengan kelekatan antara ibu dan bayi ditemukan, maka dapat bermanfaat untuk mengajak para ibu lainnya agar menyusui bayinya.
1.5. Sistematika Penulisan Penelitian ini terdiri dari 5 bab, yang masing-masing bab berisi beberapa hal, yaitu: Bab 1 : Pendahuluan, yang membahas latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan. Bab 2 : Kajian pustaka, yang membahas ASI, teori-teori kelakatan, ibu bekerja,dan pemberian ASI dari perspektif Islam serta kerangka berpikir. Bab 3 : Metodologi penelitian, berisi pendekatan penelitian, subjek
11
penelitian, metode pengumpulan data, instrumen pengumpulan data, analisis data dan prosedur penelitian. Bab 4 : Hasil penelitian, yang menguraikan analisis antar subjek dan intra subjek. Bab 5 : Penutup, yang berisi kesimpulan, diskusi dan saran
BAB2 KAJIAN PUSTAKA
2.1. Deskripsi Teoritik 2.1.1. Air Susu lbu (ASI)
Air susu ibu (ASI) adalah sebuah cairan tanpa tanding ciptaan Allah untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan penyakit. Keseimbangan zat-zat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air susunya memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang masih muda (http://www. harunyahya .com/indo/artikel/082 .htm).
Bayi membutuhkan nutrisi yang tepat, perasaan cinta, pendorong dan sistem kekebalan tubuh. ASI memenuhi semuanya. Pemberian ASI merupakan awal yang sangat baik dalam hidup bayi. ASI sangat alami dan merupakan dasar dalam proses kehidupan (World Health Organization, 1979).
ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 4-6 bulan tanpa dicampur dengan apapun, termasuk air bening, vitamin dan obat. Bayi yang sakit dan terpaksa harus diberi obat berarti sudah tidak mendapat ASI eksklusif lagi.
13
Namun perlu dipahami, pada dasarnya bayi tipis kemungkinan sakit bila em pat atau enam bu Ian pertama dalam kehidupannya mendapat ASI eksklusif secara benar. Sebab zat antibodi yang terkandung dalam ASI sedemikian sempurna sehingga bisa membentengi bayi dari penyakit apapun (Partiwi, 2006).
Kolostrum atau ASI yang dihasilkan pada beberapa hari pertama setelah kelahiran sangat penting bagi kekebalan tubuh bayi. la tidak dapat digantikan oleh susu formula manapun. Menurut Krisnatuti dan Yenrina, ASI merupakan makanan paling cocok bagi bayi karena memiliki nilai gizi paling tinggi dibanding dengan makanan yang berasal dari hewan, seperti susu sapi atau kambing. Pemberian ASI secara penuh sangat dianjurkan oleh para ahli gizi di seluruh dunia. Tidak satupun susu buatan manusia atau susu formula yang dapat menggantikan perlindungan kekebalan tubuh seorang bayi seperti yang diperoleh dari kolostrum. Kolostrum ini berwarna kekuningkuningan, sangat baik dikonsumsi oleh bayi karena mengandung zat-zat yang berfungsi untuk kekebalan tubuh bayi ( Alfiah K.A & M. Ridwan,2004).
llmu biologi sendiri menganggap bahwa ASI sangat di butuhkan bayi dalam perkembangan otak dan tubuhnya. Sebab, akan memperbaiki dan mempertahankan sistem kekebalan tubuh. lni bisa ditemukan pada air susu ibu pertama yang keluar atau colustrum, yang meningkatkan produksi antibodi, menjadi anti-oksidan dan anti radikal bebas (free radicals) yang
14
akan menghancurkan plasma sel. Selain itu, kadar 3,5 - 4,5 persen lemak menjadi sumber utama ASI dalam kandungan nutrien. Kemudian karbohidrat, yang kandungan utamanya adalah laktose, kadarnya paling tinggi dibanding susu mamalia lain (7%). Protein, dengan kadar 0,9 persen. ASI mengandung garam dan mineral lebih rendah dibanding susu sapi. ASI cukup banyak mengandung vitamin yang diperlukan bayi. Yaitu, vitamin K yang berfungsi sebagai katalisator pada proses pembekuan darah, dengan jumlah yang cukup, dan mudah diserap, juga mengandung vitamin Edan D. Selanjutnya, ASI juga mengandung zat protektif. Yaitu flora normal akibat bakteri Laktobacilus sp. yang berfungsi mengubah laktose menjadi asam laktat dan asam asetat. Keduanya bersifat asam dalam pencernaan, yang mampu menghambat pertumbuhan mikro organisme, seperti bakteri E.Coli. juga laktoferin, yaitu protein yang berkaitan dengan zat besi. Dengan mengikat zat besi, maka laktoferin bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan kuman tertentu. Kemudian ASI juga mengandung enzim yang dapat memecah dinding bakteri (Lizozim). Antistreptokokus, yang melindungi bayi dari infeksi kuman tertentu. Antibodi, yang dapat mencegah bakteri patogen dan enterovirus masuk kedalam usus (http://www.kajian-muslimah.blogspot.com).
15
2.1.1.1. Komposisi ASI
ASI memiliki perbedaan komposisi dari menit ke menit. ASI yang keluar pada lima menit pertama dinamakan foremik. Foremik mempunyai komposisi yang berbeda dengan ASI yang keluar kemudian (hindmilk). Foremilk lebih encer. Hindmilk mengandung lemak 4-5 kali lebih banyak dibanding foremilk. Diduga hindmilk inilah yang mengenyangkan bayi (Utami
l~oesli,
2000).
Lemak ASI adalah komponen yang dapat berubah-ubah kadarnya. Kadar lemak bervariasi disesuaikan dengan kebutuhan kalori untuk bayi yang sedang tumbuh. Perubahan kadar lemak ini terjadi secara otomatis, dapat menyesuaikan diri dengan jumlah kalori yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bayi dari hari ke hari. Bahkan pada hari yang sama kadar lemak ASI pada waktu yang berbeda tidak sama. Selain menjamin mendapatkan jumlah lemak yang cukup, ASI juga akan menjamin bayi mendapatkan jenis lemak yang tepat untuk pertumbuhan dan perkembangan. Lemak ASI akan mudah dicerna dan diserap oleh bayi, karena ASI juga mengandung enzim lipase yang mencerna lemak sehingga hanya sedikit lemak yang tidak diserap. Susu formula tidak mengandung enzim, sebab enzim akan hancur bila dipanaskan. ltu sebabnya bayi akan kesukaran menyerap lemak susu formula (Partiwi, 2006)
16
Lemak utama ASI adalah lemak ikatan panjang (omega-3, omega-6, DHA, arachidonic acid) suatu asam lemak esensial yang merupakan komponen penting untuk myelinisasi (Bonnie Worthington, 1993). Myelinisasi adalah pembentukan selaput isolasi yang mengelilingi serabut saraf yang akan membantu rangsangan menjalar lebih cepat. Lemak ini sedikit atau tdak ada pada susu sapi, padahal amat penting untuk pertumbuhan otak.
Komponen lemak berikutnya yang penting adalah kolesterol. Kolesterol juga meningkatkan pertumbuhan otak bayi. Kandungan kolesterol ASI tergolong tinggi, sedangkan dalam susu sapi hanya sedikit. Penelitian menunjuukkan bahwa bayi yang diberi ASI eksklusif akan mempunyai kadar kolesterol yang lebih tinggi. Pada saat pertumbuhan otak yang cepat maka diperlukan l
Karbohidrat utama ASI adalah laktosa (gula). ASI mengandung lebih banyak laktosa dibanding dengan susu mamalia lainnya atau sekitar 20-30% lebih banyak dari susu sapi. Laktosa sangat diperlukan untuk pertumbuhan otak. Salah satu produk dari laktosa adalah galaktosa yang merupakan makanan vital bagi jaringan otak yang sedang tumbuh. Laktosa juga meningkatkan penyerapan kalsium yang sangat penting untuk pertumbuhan tulang,
17
meningkatkan pertumbuhan bakteri usus yang baik, yaitu Lactobaci/us blifidus. Laktosa oleh fermentasi akan diubah menjadi asam laktat. Danya asam laktat ini memberikan suasana di dalam usus bayi dan suasanan asam ini berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya.
Protein adalah bahan baku untuk tumbuh. Kualitas protein sangat penting selama tahun pertama kehidupan bayi. Susu sapi dan ASI mengandung dua macam proten utama, yaitu whey dan casein. Whey adalah protein yang halus, lembut dan mudah dicerna. Casein adalah protein yang bentuknya kasar, bergumpal, dan sukar dicerna oleh usus bayi. Protein ASI yang utama adalah whey, sedangkan protein susu sapi yang utama adalah casein. Rasia whey dan casein pada ASI adalah 60:40, sedangkan pada susu sapi adalal 20:80.
ASI mengandung a/fa-laktalbumin yang dapat melindungi usus bayi dari alegri. Selain itu juga mengandung taurine yaitu protein otak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak, susunan saraf dan pertumbuhan retina, Lysosyme yaitu protein spesial yang akan menghancurkan racun berbahaya (Utami Roesli, 2000).
18
2.1.1.2. ASI dalam Pandangan Islam
"Para ibu hendak/ah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempumakan penyusuan ... " (QS, Al Baqarah, 2:233)
Ayat ini menyerukan kepada para ibu agar menyusui bayinya. Firman Allah ini telah ada ribuan tahun yang lalu sebelum kampanye pemberian ASI eksklusif yang baru-baru digalakkan.
Perintah Allah ini diserukan karena Allah SWT telah menyiapkan banyak manfaat yang dapat diambil dari ASI itu sendiri dan proses pemberiannya. Fakta tentang peran penting yang dimainkan ASI terhadap kesehatan bayi berubah seiring dengan tahapan-tahapan yang dilalui bayi dan jenis zat-zat makanan yang dibutuhkan pada tahapan tertentu. Kandungan ASI berubah guna memenuhi kebutuhan yang sangat khusus ini. ASI, yang selalu siap setiap saat dan selalu berada pada suhu yang paling sesuai, memainkan peran utama dalam perkembangan otak karena gula dan lemak yang dikandungnya. Di samping itu, unsur-unsur seperti kalsium yang dimilikinya berperan besar dalam perkembangan tulang-tulang bayi. Meskipun disebut sebagai susu, cairan ajaib ini sebenarnya sebagian besarnya tersusun atas air. lni adalah ciri terpenting, sebab selain makanan,
19
bayi juga membutuhkan cairan dalam bentuk air. Keadaan yang benar-benar bersih dan sehat mungkin tidak bisa dimunculkan pada air atau bahan makanan, selain pada ASI. Namun ASI - sedikitnya 90% adalah air - , memenuhi kebutuhan bayi akan air dalam cara yang paling bersih dan sehat.
Sebenarnya sang ibu bukanlah yang memutuskan untuk membuat ASI, sumber zat makanan terbaik bagi bayi yang lemah yang rnemerlukan makanan di dalam tubuhnya. Sang ibu bukan pula yang menentukan beragam kadar gizi yang dikandung ASI. Allah Yang Mahakuasa-lah, Yang mengetahui kebutuhan setiap makhluk hidup dan memperlihatkan kasih sayang kepadanya, Yang menciptakan ASI untuk bayi cli dalam tubuh sang ibu.
Betapa mulia seorang ibu yang memberikan ASI kepacla bayinya dan ayah yang mendorong di belakangnya, sehingga Allah menurunkan ayat : Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kemba/imu. (QS. Luqman, 31:14)
20
2.1.2. Attachment (Kelekatan)
Dalam kehidupan seorang anak, orang tua mempunyai arti yang sangat penting pada awal kehidupan, hubungan antara anak dan ibu sangat menentukan perkembangan selanjutnya, terutama untuk kesehatan mental anak kecil atau bagi hubungan yang berkesinambungan hangat dan erat dengan ibu ( atau orang lain pengganti ibu permanen ), akan menimbulkan kepuasan atau kebahagian bagi kedua bela pihak. Hubungan yang demikian merupakan bentuk kelekatan pada awal - awal kehidupan individu.
lstilah attachment atau kelekatan untuk pertamakalinya dikemukakan oleh seorang psikolog dari lnggris bernama John Bowlby. Kelekatan merupakan suatu ikatan emosional yang kuat yang dikembangkan anak melalui interaksinya dengan orang yang mempunyai arti khusus dalam kehidupannya, biasanya orang tua. Hubungan ini akan bertahan cukup lama dalam rentang kehidupan manusia yang diawali dengan kelekatan anak pada ibu atau figur lain pengganti ibu (John Bowlby, 1953).
2.1.2.1. Ciri Khas , Jenis dan Tahapan Attachment (Kelekatan)
Bowlby menyebutkan terdapat empat ciri khas dari kelekatan, yaitu :
1. Pemeliharaan kelekatan
21
Pemeliharaan kelekatan ini biasanya diikuti oleh keinginan untuk selalu dekat dengan orang-orang terdekat dalam keluarga.
2. Tempat berlindung
Untuk menciptakan kelekatan dibutuhkan tempat berlindung yang nyaman bagi anak.
3. Keamanan
Dalam proses membangun kelekatan dibutuhkan juga kemanan agar anak dapat mengemmbangkan kretivitasnya di bawah lingkungan yang aman.
4. Jauh dari hal-hal yang dapat menimbulkan sires.
Agar dapat tercipta sebuah kelekatan emosional yang baik, anak-anak sedapat mungkin harus dijauhkan dari hal-hal atau keadaan yang dapat menimbulkan stres(http://www.psychology.about.com/od/loveandatraction/ss/attachmen tstyle_ 1.htm).
Menurut Ainsworth pada dasamya ada dua jenis kelekatan yang dikelompokkan menjadi dua kategori berdasarkan perkembangan rasa aman dalam hubungan kelekatan, yaitu gaya kelekatan aman dan gaya kelekatan
22
tidak aman. Dalam kategori jenis attachment tidak aman dibagi menjadi dua kelompok, yaitu jenis attachment aman menghindar dan jenis attachment cemas. Karakteristik yang dimiliki masing - masing jenis attachment akan mengarahkan pada kemampuan berinteraksi dari setiap individu. Adapun jenis attachment yang dimaksud oleh Ainsworth, adalah :
a. Attachment aman. Karakteristik dari jenis attachment ini, individu mengembangkan model mental mengenai orang lain sebagai orang yang bersahabat, dapat dipercaya, responsif dan penuh kasih sayang dan memandang diri sendiri sebagai orang yang berharga. Model mental semacam ini akan memberikan pengaruh yang positif terhadap bentuk bentuk hubungan dengan lingkungan.
b. Attachment menghindar. Karakteristik dari attachment jenis ini, individu mengembangkan model mental dirinya sebagai orang skeptis, curiga dan memandang orang lain sebagai orang yang tidak dipercaya. Model mental seperti ini membuat individu dalam hubungan dengan orang lain bersikap sukar mempercayai orang lain dan menutup cliri. lndividu dengan model mental demikian, merasa cemas bila ada orang lain yang berusaha semakin dekat kepadanya, mereka tidak percaya pada ketersediaan orang lain, merasa tidak nyaman dengan kedekatan dan keintiman serta takut ditinggal.
23
c. Attachment cemas. Karakteristik dari jenis attachment ini, individu mengembangkan model mental dirinya sebagai orang yang kurang pengertian, kurang percaya din dan merasa kurang berharga dan menganggap orang lain, ti.dak mempunyai rasa menolong dan sulit dimengerti. Dalam berhubungan dengan orang lain individu mempunyai ketakutan untuk ditinggalkan atau tidak dicintai oranglain (http://www.psychology.about.com/od/loveandatraction/ss/attachmentstyl e_2.htm).
Selama ini orang seringkali menyamakan attachment dengan ketergantungan (dependency), padahal sesungguhnya kedua istilah tersebut mengandung pengertian yang berbeda. Ketergantungan anak pada figur tertentu timbul karena tidak adanya rasa aman. Anak tidak dapat melakukan otonomi jika tidak mendapatkan rasa aman. Hal inilah yang akan menimbulkan ketergantungan pada figur tertentu (Faw dalam Ervika, 2000). Adapun ciri kelekatan adalah memberikan kepercayaan pada orang lain yang dapat memberikan ketenangan.
Para ahli psikologi perkembangan dewasa ini makin menilai secara kritis pentingnya attachment (positif) antara anak dengan orangtua. Attachment adalah sebuah proses berkembangnya ikatan emosional secara resiprokal (timbal balik) antara bayi atau anak dengan pengasuh (orangtua). Attachment yang baik dan sehat dialami seorang bayi yang menerima kasih
24
sayang yang stabil dari kehadiran orangtua yang konsisten; sehingga bayi atau anak dapat merasakan sentuhan hangat, gerakan lernbut, kontak mata yang penuh kasih dan senyuman orangtua (http://www.epsikolog i. com/anak).
Bayi sangat memerlukan attachment atau kedekatan dengan orang-orang terdekat di sekitarnya. Menurut penelitian, bayi yang tidak mendapatkan perhatian dan jarang diberikan stimulus yang dapat melatih rangsang dan responnya akan mengalami keterlambatan dalam proses berpikir, berbicara dan hubungan sosialnya (Jo Douglas, 1993).
Hubungan bayi dan orangtua dimulai dengan satu set sinyal-sinyal bawaan yang membawa orangtua terutama ibu ke sisi bayi. Seiring berjalannya waktu, hubungan afeksi antara ibu dan bayi berkembang melalui dukungan dari kapasitas emosional dan kognitif bayi dan pengasuhan ibu yang responsif dan sensitif. Tahap perkembangan attachment dibagi menjadi empat tahap( Bowlby dalam Berk, 1994), yaitu :
1. Preattachment phase (0-6 minggu)
Fase ini dimulai dengan adanya suatu variasi sinyal-sinyal seperti menggenggam, tersenyum, mengangis dan menatap tajam pada mata orangtua. Hal-ha! tersebut membantu bayi untuk mengadakan kontak langsung dengan manusia dewasa. Ketika orang dewasa merespon, bayi
25
rnernbujuknya untuk tetap berada di dekatnya. Bayi rnerasa nyarnan ketika diangkat, dibelai dan berbicara dengan halus. Bayi dapat rnengenali suara dan bau ibu tetapi beleurn terbentuk kedekatan dengan ibunya. Hal ini dapat dibuktikan, ketika bayi ditinggal dengan orang asing, bayi tidak protes.
2. The "attachment in making" phase (6 rninggu sarnpai 6-8 bulan)
Dalarn tahap ini, bayi rnulai berespon berbeda terhadap pengasuh yang dikenal dan orang asiang. Ketika bayi berinteraksi dengan orang tuanya dan rnengalarni kelegaan dari distress, bayi belajar bahwa perilaku rnereka rnernpengaruhi perilaku orang lain yang berada di sekitar rnereka. Akibatnya bayi rnengernbangkan keinginan bahwa pengasuh akan rnerespon keika dipanggil. Pada fase ini bayi tidak akan protes apabila dipisahkan dari orang tua walaupun bayi rnarnpu rnengenali dan mernbedakan ibu dengan orang yang tidak dikenal.
3. "The clear-cut" attachment phase (6-8 bulan sarnpai 18-24 bulan)
Pada fase ini, attachment dapat terlihat dengan jelas karena pada fase ini bayi menunjukka separation anxiety. Bayi sangat kesal ketika orang tua yang rnereka percaya rneninggalkan mereka. Separation anxiety muncul secara universal di seluruh dunia pada usia 6 bulan sarnpai sekitar 15 bulan. Selain memprotes kepergian orang tua, bayi dan batita biasanya
26
akan secara sengaja melakukan sesuatu untuk mempertahankan kehadiran ibu. Biasanya bayi akan mendekati, mengikuti dan menaiki pundak ibu apabila orang lain hadir. Bayi menggunakan ibu sebagai secure base untuk mengeksplorasi dan bertualang dalam lingkungan sekitarnya dan kembali kepada ibu untuk mendapatkan dukungan emosi yang dibutuhkan bayi.
4. Formation of a reciprocal relationship (18-24 bulan dan seterusnya)
Mendekati usia dua tahun, perkembangan representasi dan bahasa membuat batita dapat mengerti beberapa factor yang mempengaruhi kedatangan, kepergian dan memprediksi kembalinya orang tua yang secara langsung mengurangi prates perpisahan. Pada fase ni, anak akan mulai melakukan negosiasi dengan pengasuh, menggunakan permintaan atau bujukan untuk mengalihkan tujuan ibu dan mengurangi penggunaan merangkak, mendekati atau keinginan dipeluk ibu.
Freud (dalam Anima Media Psikologi Indonesia, 1988-1990) mengemukakan bahwa kehidupan emosi pada tahun-tahun pertama kehidupan anak harus berlangsung dengan baik agar tidak menimbulkan masalah setelah dewasa.
Adapun beberapa manfaat dari hubungan attachment antara anak-orangtua, yaitu:
27
1. Membangun rasa percaya diri
Perhatian dan kasih sayang orang tua yang stabil, menumbuhkan keyakinan bahwa dirinya berharga bagi orang lain. Jaminan adanya perhatian orang tua yang stabil, membuat anak belajar percaya pada orang lain.
2. Kemampuan membina hubungan yang hangat
Hubungan yang diperoleh anak dari orang tua, menjadi pelajaran baginya untuk kelak diterapkan dalam kehidupannya setelah dewasa. Attachment yang hangat, menjadi tolok ukur dalam membentuk hubungan dengan teman hidup dan sesamanya. Namun hubungan yang buruk, menjadi pengalaman traumatis baginya sehingga menghalangi kemampuan membina hubungan yang stabil dan harmonis dengan orang lain.
3. Mengasihi sesama dan peduli pada orang lain
Anak yang tumbuh dalam hubungan kelekatan yang hangat, akan memiliki sensitivitas atau kepekaan yang tinggi terhadap kebutuhan sekitarnya. Dia mempunyai kepedulian yang tinggi dan kebutuhan untuk membantu kesusahan orang lain
4. Disiplin
l~~~:-------~l 'J·' Nl>""'ri· ''i'1 ,.. •'Ii it'll
I- ..,,.,,__....,.,.,_., ........ ...____ ·~-- ...... _..,.
--~""' "'"'~''='--
28
I'I
K ·=- l
Attachmentdengan anak, membuat orang tua dapat memahami anak sehingga lebih mudah memberikan arahan secara lebih proporsional, empatik, penuh kesabaran dan pengertian yang dalam. Anak juga akan belajar mengembangkan kesadaran diri, dari sikap orangtua yang menghargai anak. Sikap menghukum hanya akan menyakiti harga diri anak dan tidak mendorong kesadaran diri. Anak patuh karena takut
5. Pertumbuhan intelektual dan psikologis
Bentuk attachment yang terjalin, kelak mempengaruhi pertumbuhan fisik, intelektual dan kognitif serta perkembangan psikologis anak (http:www.epsikolog i. com/anak).
2.1.2.2. Faktor-faktor dalam attachment
Pola pengasuhan dalam rangka menciptakan attachment mengajak orangtua untuk menerima dan memenuhi kebutuhan akan ketergantungan bayi kepada orang tua. Sears (dalam Brooks, 2001) mendeskripsikan lima hal utama dalam attachment, yaitu :
1, Membetuk bonding dengan bayi saat baru lahir
Bonding menurut Sears (2001) adalah hubungan emosional yang berkembang antara ibu dan bayi saat bayi baru lahir. Pada masa ini disebut sebagai masa sensitif yang penting untuk mengembangkan
29
kedekatan antara ibu dan bayi. Dengan dibentuknya bonding ibu dapat memberikan kasih sayang kepada bayi luar dan dalam.
2. Breastfeeding Sentuhan adalah hal yang penting untuk bertahan hiclup dan kelekatan (attachment). Dari berbagai penelitian eksperimen pada bayi manusia dan hewan, baik hewan dan manusia gagal untuk bertahan hidup atau mati tanpa adanya sentuhan dari hewan atau manusia dewasa. Menyusui adalah suatu langkah nyata bagi ibu dan bayi. Kontak fisik dan menyusui dipercaya membentuk attachment aman. Sentuhan membantu menyeimbangkan suhu tubuh bayi, pernapasan dan membentuk hubungan parenting antara ibu dan anak yang dapat dipelajari satu dengan yang lain (Breazeale, 2001).
Kegiatan menyusui lebih kondusif dalam pengasuhan clan lebih responsif clibandingkan dengan menyusui melalui botol. Bayi yang berusia kurang dari 6 bulan mempunyai memory span Oangka waktu mengingat) kurang dari satu menit. Jika menggunakan botol susu maka ibu membutuhkan waktu untuk mempersiapkan. Akibatnya mereka tidak dapat memenuhi sinyal atau tanda distres dari bayi secara cepat. Salah satu hal yang menimbulkan keterlambatan untuk menyusui adalah pengaturan pakaian ibu untuk memudahkan bayi menemukan payudara ibu (breazeale, 2001).
30
3. Cos/eeping (tidur bersama)
Pola bayi tidur sendiri adalah salah satu prinsip masyarakat barat. Padahal pada saat tidur bersama, bayi merasakan dirinya sebagai perpanjangan natural dari ibu mereka untuk tahun pertama dan kedua kehidupan. lbu menyediakan waktunya untuk membangunkan dan rnenidurkan bayi (Breazeale, 2001 ).
4. Baby wearing (menggendong bayi)
Baby wearing digunakan sebagai suatu menciptakan bonding antara orangtua dan bayi. selain itu juga sebagai cara untuk meningkatkan responsivitas orangtua
5. Tangisan bayi sebagai sinyal yang penting
Setiap bayi dilengkapi dengan kemampuan untuk memberi sinyal kepada orang lain untuk memenuhi kebutuhannya yang disebut tangisan. Setiap ibu mengembangkan jaringan yang dibutuhkan untuk menerima sinyalsinyal dari bayi. Tangisan itu sebagai cara komunikasi antara ibu dan bayi. ada tiga tipe tangisan, yaitu :
a. Pola dasar, biasanya berhubungan dengan beberapa faktor seperti lapar, dimulai dari titik ritmik dan intensitas lembut tetapi semakin lama semakin ritmik dan keras.
31
b. Tangisan marah, dikarakteristikan dengan hubungan kelanjutan sementara dari pola dasar tetapi dapat dibedakan dari perbedaan tiap fase komponen. c. Tangisan sakit, datang secara mendadak dimulai dengan teriakan kencang dari awal dan dibuat dengan tangisan yang panjang dan diikuti dengan fase diam yang panjang, kemudian diikuti dengan suatu tarikan napas yang cepat.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan attachment adalah suatu hubungan emosional atau hubungan yang bersifat afektif antara satu individu dengan individu lainnya yang mempunyai arti khusus, dalam hal ini biasanya hubungan ditujukan pada ibu atau pengasuhnya. Hubungan yang dibina bersifat timbal balik, bertahan cukup lama dan memberikan rasa aman walaupun figur lekat tidak tampak dalam pandangan anak.
2.1.3. Bayi
Dalam rentang kehidupan, masa bayi adalah dasar periode kehidupan yang sesungguhnya. Masa bayi ini berlangsung dua minggu setelah kelahiran hingga usia dua tahun pertama, karena pada saat ini banyak pola perilaku, sikap dan pola ekspresi emosi terbentuk.
32
Adapun ciri-ciri masa bayi (Hurlock, 1980) diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Masa bayi adalah periode terbentuknya pola perilaku, sikap dan pola ekspresi emosi 2. Masa bayi adalah masa dimana pertumbuhan dan perubahan berjalan pesat 3. Masa bayi adalah permulaan sosialisasi 4. Masa bayi merupakan permulaan kreativitas 5. Masa bayi adalah permulaan berkembangnya peran seks
Bayi menurut tahap perkembangan psikososial Erikson (Hurlock, 1980) dimulai dari lahir sampai usia 1 tahun . Adapun tahapan perkembangan psikososial tersebut adalah sebagai berikut (Calvin S. Hall, 1993):
1. Kepercayaan Dasar versus Kecurigaan Dasar (oral) ; 0-1 tahun
Erikson menyebut tahap ini sebagai masa pembentukan. Bayi membentuk rasa percaya terhadap orang-orang dan objek-objek yang ada di sekitar diri mereka. Rasa percaya itu membutuhkan perasaan nyaman dan mengurangi perasaan takut dan cemas terhadap masa yang akan datang.
Kepercayaan meliputi orientasi positif terhadap diri sendiri, dunia dan orang lain. Sementara ketidakpercayaan dimanifestasikan dengan
33
perasaan negatif seperti ketakutan dan ketidakamanan. Menurut Erikson, ketika kebutuhan bayi dapat dipenuhi secara konsisten dan efektif, anak merasa terpuaskan dan mengangap dunia mereka merupakan tempat yang aman. Bayi lebih mudah mempercayai pengasuh karena konsistensi perhatian dan pemberian perasaan akan kepercayaan dari bayi.
Ketika kebutuhan bayi tidak dapat diidentifikasikan, mungkin dunia sepertinya kacau dan tidak dapat diprediksi. Bayi merasa terganggu dan tidak diperhatikan apabila kebutuhan akan ASI dan pelukan ibu melalui tangisan tidak terpenuhi. Apabila tangisan dibiarkan terlalu lama, maka bayi akan mempersepsikan dan memandang bahwa dunia ini mengasingkan dirinya.
2. Otonomi versus Perasaan Malu dan Keragu-raguan (anal); 1-3 tahun
Pada tahap ini anak mempelajari apakah yang diharapkan dari dirinya, kewajiban-kewajiban dan hak-haknya disertai pembatasan yang dikenakan pada dirinya. Perjuangan anak terhadap pengalamanpengalaman baru yang lebih beroriantasi pada kegiatan menimbulkan sejenis tuntutan ganda pada anak, yaitu tuntutan untuk mengontrol diri sendiri dan menerima kontrol dari orang lain dalam ;lingkungan. Keberhasilan anak dalam mengontrol segala sesuatu dalam lingkungannya dapat mengembangkan perasaan otonominya.
34
3. lnisiatif versus Kesalahan (falik); 3-6 tahun
Seiring dengan timbulnya rasa percaya, anak mulai bereksperimen dengan orang-orang baru dalam lingkungannya. lnisiatif atau perasaan ingin tahu (ambisi) dan tanggung jawab anak, berkembang ketika orang tua mendukungnya. Bahayanya adalah ketika orangtua menuntut kontrol diri yang berlebihan dari si anak, yang malah akan menjadi overcontrol, dan jika tidak terpenuhi akan menimbulkan perasaan bersalah.
4. Kerajinan versus inferioritas (laten) ; 6-11 tahun
Di sekolah, anak mengembangkan kemampuannya dalam bekerja dan bekerjasama dengan orang lain. Rasa rendah diri berkembang ketika ada pengalaman buruk di rumah, sekolah atau dengan teman sebaya.
5. ldentitas versus Kekacauan identitas (genital) ; remaja
Remaja mencoba untuk mencari jawaban dari pertanyaan siapa aku? dan dimana tempatku dalam lingkungan? Nilai-nilai yang dipilih remaja serta tujuan-tujuan yang akan mereka capai pada akhirnya membawanya pada pencarian jati diri. Tetapi dampak negatifnya yang akan keluar adalah kebingungan akan aturan-aturan masa depan yang menuntut kedewasaan.
6. Keintiman versus lsolasi (dewasa muda)
35
Setelah pertanyaan atas identitas terus berlangsung, orang-orang muda (dewasa) akan menjalin sebuah keakraban dengan orang Jain. Karena perjanjian ataupun keputusan yang tergesa-gesa, beberapa orang tidak dapat membentuk hubungan yang dekat dan akan cenderung mengisolasi diri dengan kegagalannya itu.
7. Generativitas versus Stagnasi (dewasa madya)
Generativitas berarti siap memelihara dan memberikan sesuatu kepada generasi selanjutnya. Orang yang gaga! dalam hal ini akan merasa ada kekosongan dalam sebuah pencapaian.
8. lntegritas versus Keputusasaan (dewasa akhir)
lntergitas adalah suatu keadaan yang dicapai seseorang setelah memelihara benda-benda dan orang-orang dan juga setelah berhasil menyesuaikan diri dengan keberhasilan-keberhasilan maupun kegagalankegagalan dalam hidup. Lawannya adalah keputusasaan tertentu dalam menghadapi perubahan-perubahan siklus kehidupan terhadap kondisi sosial dan historis, ditambah lagi kefanaan hidup menghadapi kematian.
Berdasarkan tahapan perkembangan psikososial Erikson, tugas tahapan perkembangan pertama bayi adalah memperoleh rasa percaya dan tidak tidak percaya. Basic trust adalah suatu esensi kepercayaan terhadap orang
36
lain dan merupakan perasaan dasar akan kepercayaan mereka melalui persaan bahwa orang lain menerima dirinya dan melelui pengenalan terhadap keinginan mengenali tubuh mereka sendiri (Miller, 1993). Basic trust ini pula yang nantinya sangat menentukan tugas perkembagan sosial individu seseorang.
2.1.4. lbu Bekerja Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karir adalah ·1. Perkembangan dan kemajuan dalam kehidupan, pekerjaan, jabatan; 2. Pekerjaan yang memberikan harapan untuk maju (Tim Penyusun, 1999).
Panji Anoraga mengatakan "Bekerja apa saja asal mendatangkan suatu kemajuan dalam kehidupannya, itulah karir" (Anoraga, 2001). Sedangkan H. M. Atho Mudzhar (dalam Anoraga, 2001) mengatakan wanita karir adalah wanita yang bekerja untuk mengembangkan karir dan wanita yang berpendidikan cukup tinggi serta mempunyai status yang c:ukup tinggi dalam pekerjaannya dan cukup berhasil dalam berkarir.
Menurut Vuuren (dalam Setiasih), seorang ibu dikatakan bekerja apabila mendapatkan penghasilan atau gaji, setelah mengerjakan tugas-tugasnya. Para ibu yang bekerja mempunyai jadual tertentu sehingga waktu untuk
37
suami dan anak-anaknya menjadi terbatas. Sedangkan Soedarto (dalam Sumargo, 1995) mendefinisikan ibu bekerja sebagai ibu yang memiliki kegiatan secara publik (bekerja di luar pekerjaan domestik) dan mempunyai jadual tertentu untuk mengembangkan hidupnya, baik secara fisik maupun psikis (Jurnal Psikodinamik, 2005).
Ki Hajar Dewantoro dalam bukunya soal wanita mengatakan bahwa fungsi wanita yang terpenting dalam keluarga adalah sebagai ibu. Wanita sebagai pemangku keturunan pada pertama kalinya berkewajiban menunaikan tugasnya yang paling mulia (Notopuro, 1997).
Dalam kehidupan kaum wanita, ada 3 peredaran masa yang pasti ditempuh, yaitu:
1. Wanita sebagai puteri, yaitu pada waktu masih dalam keadaan anak-anak dan tengah menerima didikan dari ibu dan bapaknya, serta masih berada di bawah perawatan dan pemeliharaan mereka berdua, sehingga ia menjadi seorang remaja putri, gadis, dan pemudi. 2. Wanita sebagai istri, yaitu pada saat mereka sudah dinikahi secara sah oleh seorang lelaki. Pada masa ini, mereka dilepaskan oleh kewajiban orang tuanya, lalu mengikuti suaminya. Dan pada masa ini pula, mereka mau tidak mau harus menjabat kepala pengurus rumah tangga.
38
3. Wanita sebagai ibu. Pada masa ini wanita apabila ia telah menikah dengan perkawinan yang sah, pada umumnya selalu mempunyai keturunan, melahirkan anak, dan anak yang dilahirkan akan memanggil ia 'ibu'. lbu si anak, ibu yang selalu menyusui dan memelihara dirinya sehingga anak itu dewasa sampai menjadi orang.
Menurut Conny Semiawan (1996), wanita sebagai ibu mempunyai tugastugas sebagai berikut:
1. Merawat janin dalam kandungan 2. Melahirkan anak 3. Menyusui anak 4. Memperhatikan anak 5. Mengelola dan mengurus anak (Semiawan, 1996)
Kelompok Studi Wanita FISIP UI (1990) berpendapat bahwa seorang ibu bekerja adalah seorang ibu yang baik secara langsung maupun tidak langsung mendapatkan penghasilan dalam bentuk uang atau barang, mengeluarkan energi dan menghabiskan waktu. Pengertian ibu bekerja adalah ibu yang memiliki dua peran, yaitu sebagai ibu rumah tangga sekaligus juga bekerja di luar rumah untuk memperoleh pendapatan. Perbedaannya dengan ibu tidak bekerja atau ibu berperan tunggal adalah ibu
39
berperan tunggal hanya melakukan tugas tertentu yang mempunyai hubungan dengan rumah tangga.
Seorang ibu yang bekerja sudah pasti tidak dapat lagi rnemberikan seluruh waktunya untuk keluarga terutama dalam pengasuhan anak-anaknya. Pada masa itu diperlukan penyesuaian diri terhadap perubahan peran yang terjadi dan di dalam setiap keluarga penyesuaian berlangsung secara unik. Alternatif penyesuaian yang dilakukan keluarga dengan ibu bekerja menurut Brooks (1991) ad a Iah sebagai berikut :
1. Mengatur jadwal kerja yang berbeda antara suami dan istri sehingga memungkinkan salah satu pihak berada di rumah. 2. Mengurangi jam bekerja agar masih terdapat banyak waktu untuk mengurus keluarga. 3. Mengatur agar suami bekerja di rumah semantara istri dapat bekerja di luar rumah. 4. Menggunakan bantuan pengasuh lain sementara ibu bekerja. Metode ini paling umum digunakan pada keluarga dengan ibu bekerja.
2.1.4.1. lbu Bekerja dalam Pandangan Islam
Salah satu ciri khas dai diakuinya emansipasi wanita dan meterialisme barat adalah gemarnya kaum wanita pergi keluar rumah untuk melakukan
40
pekerjaan yang lazimnya dilakukan oleh kaum laki-laki. Bahkan hampir di setiap sektor kehidupan, kaum wanita turut ambil bagian di dalamnya.
Dengan tegas Islam mengatur bahwa wanita bekerja di dalam rumah, mengurus dan mendidik anak dengan sebaik-baiknya tanpa menghilangkan haknya untuk bermasyarakat. Kaum laki-laki bekerja di luar rumah, mengusahakan dan menjamin segala kebutuhan hidup yang diperlukan dalam berumah tangga. Hal ini dimaksudkan agar tercipta keharmonisan dan kebahagiaan wanita (istri) dan pria (suami) itu sendiri secara kaffah.
Islam menegaskan bahwa wanita dan pia adalah sama dalam menjalankan hak dan kewajiban sebagai seorang manusia yang terhormat. Pada saat yang sama Islam bahkan menempatkan wanita pada posisinya yang mampu memberikan motivasi dan dorongan sekaligus menjadi teman yang setia bagi pria (suami) selamanya (lkhwan Hamdani, 2003). Hanya saja Islam dengan penuh kebijaksanaan dan keadilannya sudah mengatur jenis-jenis pekerjaan yang layak dikerjakan oleh wanita dan pria sesuai dengan penciptaan dan kodratnya masing-masing.
Dalam Islam, bekerja di luar rumah bagi wanita yang telah berkeluarga terdapat aturan-aturan tertentu, diantaranya: 1. Harus sesuai syariat, maksudnya tidak boleh bekerja untuk pekerjaan yang melanggar syariat Islam.
41
2. Harus berpegang pada adab-adab yang disyariatkan. Di dalam bekerja, hendaklah berbicara sopan, dan semua gerak-gerik harus berpegangan pada aturan dan adab-adab yang lslami. Selain itu, juga harus menutup aura!, perhiasan dan kehormatannya. 3. Menggunakan busana yang sopan dan menutup aura!. 4. Tidak menelantarkan tugas pokoknya di rumah. Pekerjaan wanita di rumah, mengurus anak-anak dan melayani suami adalah pekerjaan yang tidak dapat digantikan oleh orang lain. Dari berbagai penelitian membuktikan, anak-anak
yan~J
berhasil adalah
mereka yang mendapat curahan kasih sayang ibunya. Anak-anak yang tumbuh dalam pendidikan ibunya, akan menjadi generasi yang tangguh, dibandingkan mereka yang kering kasih sayang. Pola pendidikan dari seorang ibu terhadap anaknya pada saat dia kecil, akan membentuk karakter anak tersebut, misalnya saja jika seorang ibu senantiasa penuh kasih sayang dan perhatian terhadap anaknya, maka anak akan tumbuh menjadi orang yang penuh kasih sayang terhadap orang lain. 5. Mendapat izin dari suami. Segala sesuatu yang hendak dilakukannya seorang wanita yang telah menikah haruslah dengan seizin suaminya. Apalagi hendak melakukan pekerjaan di luar rumah. Hal ini tidak lain karena izin dari suami juga berarti ridho dari Allah SWT.
44
memperdengarkan ayat-ayat suci Al-Qur'an. Sehingga ayat-ayat suci itu langsung menjadi pelajaran bagi si anak.
Bekerja di luar rumah bukan merupakan alasan bagi ibu untuk tidak menyusui bayinya. Agar ASI bisa bertahan lama maka A81 tersebut bisa disimpan dalam termos es yang bisa bertahan selama 24 jam, dalam kondisi di udara luar ASI bisa bertahan enam hingga delapan jam. Bahkan jika disimpan dalam lemari es dapat bertahan 2x24 jam dan di freezer bisa bertahan sampai tiga bulan.
Proses pemberian ASI eksklusif ditambah dengan faktor-faktor lain, seperti bonding, cosleeping, babywearing dan tangisan akan menciptakan sebuah hubungan atau attachment yang positif bagi ibu dan bayi.
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Pendekatan Penelitian Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus karena ingin menggali informasi lebih dalam masingmasing responden. Penelitian kualitatif pada hakekatnya adalah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya (Nasution dalam Sugiyono, 2005). Dengan digunakan metode kualitatif, maka data yang clidapat akan lebih lengkap. lebih mendalam. kredibel dan bermakna sehingf1a tujuan penelitian dapat dicapai. Fakta-fakta yang tidak tampak oleh indera akan ditemukan melalui metocle kualitatif ini.
1.2.
Subjek Penelitian
Subjek diambil secara purpossive karena peneliti telah memiliki pengetahuan khusus mengenai suatu kelompok dalam memilih subjek yang merepresentasikan populasi kelompok tersebut (Sugiyono, 2005). Karakteristik subjek penelitian ini adalah :
46
1. lbu bekerja; dengan jam kerja 7-8 jam per hari, 5 hari dalam seminggu Hal ini erat kaitaanya dengan sejauh mana usaha para ibu yang bekerja di luar rumah dalam memberikan ASI eksklusif dan menciptakan attachment dengan bayinya.
2. Status pernikahan ; menikah, dengan usia pernikahan maksimal 5 tahun Pada pernikahan di bawah 5 tahun, biasanya para ibu masih memikirkan penampilan pribadi karena usia si ibu sendiri yang juga masih muda. 3. Bayi; berumur 6-12 bulan Karena bayi pada usia ini, sudah memasuki tahap attachment in making dan the clear-cut attachmment phase dimana proses attachmentnya sudah dapat terlihat dengan jelas. 4. Suami bekerja Hal ini guna melihat sejauh mana dukungan suami dalam proses pemberian ASI eksklusif dan terciptanya attachment antara ibu dan bayi. 5. Memberikan ASI eksklusif selama 4-6 bulan Untuk melihat alasan dan manfaat dari pemberian ASI eksklusif yang dirasakan. Jumlah subjek yang akan dijadikan responden adalah sebanyak empat orang dengan alasan agar peneliti dapat membuat analisis intra subjek dan antarsubjek.
47
3.3. Metode Pengumpulan Data Sumber dan teknik pengumpulan data dalam penelitian disesuaikan dengan fokus dan tujuan penelitian. Dalam penelitian kualitatif, sampel sumber data dipilih, dan mengutamakan perspektif emic yang artinya mementingkan pandangan informan atau responden, yakni bagaimana rnereka memandang dan menafsirkan dunia dari kacamatanya sendiri. Peneliti tidak bisa memaksakan kehendaknya untuk mendapatkan data yang diinginkan. Sesuai dengan fokus penelitian, maka yang dijadikan surnber data dan teknik pengumpulan data adalah seperti berikut ini : 1. Wawancara : Untuk mendapatkan gambaran dan data tentang pengetahuan ibu akan ASI, kandungan serta manfaatnya, sumber datanya adalah ibu itu sendiri. 2. Observasi: Untuk mendapatkan gambaran secara langsung tentang proses kelekatan, dan memperkuat data dari hasil wawancara.
3.4. lnstrumen Penelitian Dalam penelitian ini instrumen penelitian yang utama adalah peneliti sendiri, namun setelah fokus penelitian menjadi jelas mungkin akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat digunakan untuk menjaring data, mempertajam serta melengkapi data hasil pengamatan dan
48
observasi. lnstrumen yang digunakan antara lain: pedoman wawancara, lembar observasi, tape recorder, dan buku catatan.
3.5. Tahap Pelaksanaan Penelitian 1. Tahap persiapan Tahap ini digunakan peneliti untuk membuat pedoman wawancara umum dengan kalimat pertanyaan yang lengkap dan melakukan pendekatan serta janji kepada para responden untuk melakukan wawancara dan observasi. Pada tahap ini juga diikuti dengan pengurusan administratif yang diperlukan dalam proses wawancara dan observasi diantaranya surat keterangan dari pihak kampus. 2. Tahap pelaksanaan Pada tahap ini sudah dimulai penelitian yang dilakul
3.6. Analisis Data Tahap analisis data yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut: 1. Memindahkan hasil rekaman dari tape recorder ke dalam bentuk verbatim 2. Menganalisis masing-masing jawaban responden 3. Menganalisis perbandingan antar responden.
BAB4 HASIL DAN ANALISIS DATA
4.1. Gambaran Umum Subjek Karakteristik
1
2
3
4
Usia lbu
33 tahun
28 tahun
29tahun
27 tahun
Usia suami
30 tahun
37 tahun
29 tahun
35 tahun
Islam
Islam
Islam
Islam
03
81
8'1
81
8taf
Akunting
PN8
Dokter
Subjek
Agama Pendidikan terakhir subjek Pekerjaan subjek
Akunting Jam kerja
8 jam/ hari
8 jam/ hari
8 jam/ hari
8 jam/hari
Pekerjaan suami
Wartawan
Karyawan
Karyawan
Wiraswasta
7 bulan
1O bu Ian
11 bulan
11 bulan
Usia bayi
50
4.2. Analisis Intra Subjek 4.2.1. Analisi Subjek 1
4.2.1.1. Gambaran Kehidupan Subjek
Subjek berinisial ibu S ini memiliki dua orang anak laki-laki. Sehari-hari ibu S bekerja di sebuah perusahaan di daeah Jakarta Utara yang letaknya cukup jauh dari tempat tinggalnya yaitu di daerah Jakarta Selatan. lbu S bekerja mulai pukul sembilan pagi hing9a pukul empat sore. Hal ini berarti bahwa setiap harinya ibu S meninggalkan anakanaknya kurang lebih selama delapan jam, lima hari dalam satu minggu ditambah lagi selama lima jam di hari Sabtu. Selama bekerja, ibu S meninggalkan bayinya pada seorang pengasuh yang diawasi langsung oleh nenek si bayi.
Rumah tempat tinggal mereka dapat dikatakan cukup ramai karena sejumlah penghuni yang menempatinya. Di rumah tersebut terdapat tiga keluarga, yaitu orang tua ibu S, adik ibu S beserta suami dan anaknya, dan juga ibu S sendiri dengan sumi serta anak-anaknya ditambah lagi dengan seorang pembantu rumah tangga. lbu S dan keluarga tetap memilih tinggal dirumah tersebut karena ia dan suaminya belum memiliki cukup uang untuk membeli rumah sendiri ataupun mengontrak.
51
4.2.1.2.
Alasan lbu Bekerja
lbu S sudah bekerja sejak lama, sebelum ia berumah tanggga. Karena itulah ia sangat mencintai pekerjaannya. Menurut penuturan ibu S sebenarnya alasan utama yang sangat mendasar untuk tetap mempertahankan pekerjaannya walaupun telah memiliki dua orang anak yang masih kecil yang sedang membutuhkan banyak perhatian adalah karena faktor ekonomi. "Ka/au saya nggak kerja ya dari mana bisa beli susu mba? Ka/au dari ayahnya sendiri masih be/um cukup."
4.2.1.3.
Fleksibilitas Waktu dan lama bekerja
lbu S bekerja selama delapan jam per hari lima hari dalam seminggu dan tambahan di hari sabtu selama lima jam. Untuk itu setiap harinya ibu S meninggalkan bayinya kurang lebih sembilan jam
den!~an
waktu tempuh
perjalanan dari rumah menuju kantor. Dan selama itu ibu S meninggalkan bayinya pada seorang pembantu rumah tangga dan juga nenek si bayi. Menurut penuturan ibu S, perusahaan tempatnya bekerja saat ini memiliki toleransi yang cukup tinggi terhadap kehidupan berumah tangganya. Artinya setiap kali anaknya sakit, pihak perusahaan dengan mudah memberikan izin cuti kepada ibu S. Hal itu tidak lain karena ibu S telah lama mengabdikan dirinya pada perusahaan tersebut.
52
4.2.1.4.
Faktor Komitmen dan Kepuasan Pekerjaan
lbu S memiliki komitmen yang tinggi dengan suami dan pekerjaannya saat ini . Artinya pekerjaannya saat ini tidak akan mengganggu keluarganya. Jam kerja ibu S sedapat mungkin tidak lebih dari delapan jam sehari. Untuk kegiatan di luar pekerjaan ibu S akan selalu membawa serta bayinya. Sampai saat ini ibu S merasa cukup puas dengan pekerjaan dan kegiatan sehari-hari lain yang ia kerjakan. Karena kepuasan itulah maka ibu S tidak merasa berat dan terbebani dengan peran gandanya saat ini.
4.2.1.5.
Dukungan Suami
Dalam bekerja ibu S mendapat dukungan penuh dari sang suami. Faktor ekonomi jugalah yang membuat suami ibu S tetap rnemberikan izin kepadanya untuk bekerja walaupun telah memiliki dua orang anak yang masih kecil. Bentuk dukungan yang diberikan oleh sang suami adalah dengan pengaturan waktu bekerja diantara mereka. Suami ibu S yang berprofesi sebagai seorang wartawan dengan jam kerja yang tidak sama setiap harinya seringkali ikut membantu mengasuh anaknya saat ibu S bekerja. Hal ini karena suami ibu S beberapa hari dalam seminggu bertugas di siang sampai malam hari.
53
Dukungan suami ibu S juga sangat besar pada proses pemberian ASI eksklusif yang dijalani. Cara yang dilakukan adalah dengan memperhatikan asupan gizi yang diterima oleh ibu S clan dukungan moril dimana suami ibu S senantiasa menjaga perasaan ibu S agar senantiasa gembira.
4.2.1.6.
Gambaran Mengenai ASI dan Attachment (Kelekatan)
lbu S memberikan ASI eksklusif kepada bayinya selama enam bulan. Dengan jumlah dan waktu pemberian ASI ticlak dibatasi. Sesering apapun bayi menginginkan ASI, ibu S akan memberikannya secara langsung. Alasan ibu S memberikan ASI eksklusif adalah untuk ketahanan tubuh bayi karena ASI merupakan yang terbaik dan bayi itu sendiripun belum membutuhkan makanan secara langsung selama enam bulan pertama kehidupannya. Dengan menyusui berat badan ibu S bisa cepat turun seperti sedia kala tanpa harus melakukan diet. Jadi menurut ibu S, salah jika banyak orang yang berpendapat kalau dengan memberikan ASI tubuh si ibu akan bertambah gemuk. lbu S mengatakan "Ngga ada hubungannya gemuk dengan AS/. Justru ka/au ibu tidak memberikan AS/, berat badannya akan susah turun." Memberikan ASI juga merupakan cara KB alami.
54
Selama ibu S bekerja pemberian ASI dilakukan dengan menggunakan botol. ASI di peras untuk kemudian disimpan dalam botol. Setiap hari ibu S meninggalkan ASlnya sebanyak empat botol untuk bayinya. ASI sejumlah itu menurut ibu S sudah cukup, karena sebelum ibu S berangkat kerja pukul 9 pagi, bayinya sudah minum ASI langsung dari ibu S sampai kenyang.
lbu S menuturkan bahwa ia senang sekali dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Karena anak merupakan amanah dan anjuran memberikan ASI ada dalam Al-Qur'an. Tidak semua ibu dapat memberikan ASI pada bayinya. Dari sisi ekonomi, ibu S merasakan manfaat yang besar dari pemberian ASI. Menurutnya jika bayi diberikan susu formula, maka orangtua harus mengeluarkan biaya sebesar Rp 300.000 - Rp 400.000 per bulan. Pemberian ASI juga sangat praktis. Kapanpun dan dimanapun jika kondisinya memungkinkan, ASI dapat diberikan. Tidak perlu mencuci botol ataupun menyiapkan segala peralatannya.
Yang tak kalah penting dari itu semua adalah hubungan kedekatan yang makin erat, yang terjalin antara keduanya melalui proses pemberian ASL Dari proses itu terjalin ikatan batin yang era! diantara keduanya. Menurut cerita pengalaman yang dirasakan oleh ibu S, ia merasa sangat dekat dengan bayinya, ada semacam ikatan emosional yang sulit untuk
55
digambarkan. Pada saat ia menyusui bayinya dan bayinya menatap ataupun meraba-raba dan mengelus-elus wajah ibu S adalah saat-saat yang membahagiakan. Proses pemberian ASI juga dapat menjadi salah satu meia pembelajaran dini bagi bayi. lbu bisa bercerita, memperdengarkan ayat-ayat suci Al-Qur'an ataupun mengenalkan organorgan disekitar wajahnya. lbu S mengatakan dengan rnemperdengarkan ayat-ayat Al-Our' an kepada bayinya sambil menyusui, bayinya menjadi lebih tenang.
Figur terdekat bagi bayi hampir dapat dipastikan adalah ibunya. f<arena hampir semua kebutuhan bayi dipenuhi oleh ibu. Untuk bayi ibu S, ada banyak figur lain yang saat ini dekat dengan bayinya. Selain ayah dan ibu si bayi, juga ada kakak, nenek, si mba' atau pembantu rumah tangganya, om dan tante serta sepupunya. Hal ini karena sampai saat ini ibu S masih tinggal dengan ibu dan keluarga adiknya. Tetapi sejauh ini figur selain ibu S yang memiliki peran besar dalam pengasuhan bayi adalah nenek dan si mba'. Peran mereka adalah mengasuh bayi pacla saat ibu S bekerja diluar rumah dan saat ibu S sudah kembali di rumahnya peran nenek dan mba' akan banyak berkurang. f<arena ibu S menginginkan ia yang sepenuhnya mengasuh bayinya clan bayi pun tidak akan mau lagi diasuh oleh orang lain pada saat ia sdah melihat ibu S ada di rumah.
56
Menurut ibu S kelekatan antara dirinya dan bayi terjadi begitu saja tanpa ia sadari bagaimana terciptanya. Yang ia sadari paling besar pengaruhnya terhadap kelekatan itu adalah pemberian ASI eksklusif. Rangkaian proses menyusui itu memberikan rasa aman dan nyaman bagi bayi. Kepercayaan yang sangat besar digantungkan pada ibu S. Karena rasa nyaman itulah, bayi ibu S akan menangis bila ditinggalkan atau paling tidak menampakkan wajah muram. lbu S menuturkan "Ngga tega rasanya kalau udah lihat muka anak memelas kaya' gitu. Jadi merasa bersalah udah ninggalkan anak''. Walaupun si anak belum mengerti, tetapi ibu S selalu berusaa menjelaskan kepada bayinya kalau ia akan pergi unuk bekerja mencari uang dan akan kembali la(Ji. Hal ini dilkukan semata-mata untuk menanamkan rasa percaya pada anak akan ibunya.
Dari semua pengalaman kelekatan dengan bayi, ibu S merasakan manfaatnya antara lain, kepekaan dalam diri si bayi. Bayi ibu S sensitif dan peka sekkali terhadap keadaan dirinya. Contohnya apabila ada sedikit aja ketidaknyamanan bayi akan menangis atau merengek. Hal ini sesuai dengan tugas perkembangan bayi ibu S, dimana pada tahap ini adalah awal pembentukan rasa percaya (trust vs mistrust). Bayi mulai mengembangkan rasa percayanya dan akan merengek bila orang lain ataupun lingkungan sekitar yang ia percayai bertindak tidak sesuai dengan keinginannya.
57
4.2.1.7.
Hubungan Attachment (Kelekatan) dengan lbu Bekerja
Diakui ibu S keputusannya untuk tetap bekerja walaupun memiliki seorang bayi terkandang menjadi sebuah dilema. Bera! rasanya setiap kali harus meninggalkan bayinya seharian. Rasa khawatir acap kali menghantuinya. Tetapi seiring berjalannya waktu ibu S sudah mulai bisa mengatasi hal tersebut. Menurut pengakuan ibu S sampai saat ini ia tetaplah orang terdekat dan yang pertama kali di cari oleh bayinya. Hal ini tidak lain adalah karena ibu S memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Karena dari pemberian ASI itulah terjalin hubungan batin yang erat antara ibu dan bayi. Walaupun saat ibu S bekerja bayinya mendapatkan ASI melalui botol, tetapi pada saat ibu S berada di rumah bayi ibu S tidak mau lagi meminum ASI dalam botol. Hal seperti ini sangat menggembirakan ibu S karena seolah bayi yang belum lancar berbicara itu mengatakan kalau ia tidak ingin jauh lagi dari ibunya.
4.2.1.8.
Hambatan-hambatan yang ditemui
Hambatan yang dirasakan oleh ibu S lebih kepada rasa khawatir kepada bayinya dan rasa bersalah karena tidak memiliki waktu yang banyak bersamanya. Apalagi jika mendadak ibu S harus berada di kantor lebih lama ataupun jalanan yang macet yang menghambat ibu S untuk cepat tiba di rumah.
58
4.2.2. 4.2.2.1.
Analisis Subjek 2
Gambaran Kehidupan Subjek
lbu H adalah seorang wanita karir dengan satu orang putri berusia 10 bulan. Sehari-harinya ia bekerja di sebuah perusahaan di daerah Jakarta Selatan sebagai akunting. Jarak dari rumah ibu H
den~1an
kantor tidak
begitu jauh dan ibu H selalu mengendarai sepeda motornya sendiri. Setiap hari ibu H meninggalkan rumah mulai pukul 07.:30- 17.00. Dalam jangka waktu tersebut berarti ia harus meninggalkan bayinya. Dalam pengasuhannya ibu H dibantu oleh ibunya atau nenek dari bayi. Sang nenek tinggal di rumah ibu H bersama suami ibu H. Hanya saja setiap akhir pekan sang nenek pulang ke rumahnya untuk bertemu dengan suaminya atau kakek si bayi. Begitu seterusnya rutinitas yang di jalani keluarga ini sampai si bayi berusia 7 bulan.
lbu H berasal dari keluarga yang berkecukupan. Oran9tuanya adalah cukup berada. Walaupun saat ini ibu H dan suaminya memilih untuk tidak tinggal di rumah orangtuanya dan mengontrak sebuah rumah mungil dengan alasan agar mandiri. Rumah tinggal ibu H didiami oleh empat orang, yaitu ibu H, suami ibu H, bayinya dan nenek. Berada di rumah ibu H cukup nyaman, karena rumah itu dilengkapi dengan pendingin
59
ruangan. lbu H dan suami masing-masing memiliki satu buah kendaraan roda dua yang sehari-hari digunakan untuk pergi ke kantor.
4.2.2.2.
Alasan lbu Bekerja
Sudah sejak lama ibu menjalani profesi sebagai wanita karir. Di kantor yang sama ini, ia sudah beberapa kali naik jabatan dan terakhrir ia memegang jabatan sebagai seorang akunting. Alasan yang paling mendasar dari ibu H untuk tetap mempertahankan pek.erjaannya walaupun telah memiliki seorang bayi adalah untuk memanfaatkan ilmu yang didapatkan sewaktu di bangku kuliah. lbu H menuturkan "Sayang
mba, udah kuliah cape-cape kuliah masa ilmunya ga o'i pake? Trusjuga kalau punya uang sendiri kan mau beli apa-apa enak, ga usah nunggu jatah dari suami''.
Jika dilihat dari sudut pandang ekonomi keluarga, sebenarnya ibu H tidak perlu bekerja. Karena suaminya sudah dapat memenuhi segala kebutuhan rumah tangganya, walaupun tidak berlebihan. Tetapi disini ibu H hanya menginginkan aktualisasi dirinya sebagai seorang manusia.
4.2.2.3.
Fleksibilitas Wak.tu dan Lama Bekerja
Waktu kerja ibu H adalah selama delapan jam per hari, lima hari dalam seminngu. Jarak yang cukup dekat antara rumah dan kantor dan juga
60
penggunaan kendaraan sendiri membuat waktu tempuh yang di gunakan tidaklah lama. Selama bekerja ibu H meninggalkan bayinya dengan sang nenek dan seorang pembantu rumah tangga.
Karena jarak dan waktu tempuh yang pendek antara rumah dan kantor, ibu H dapat pulang ke rum ah saat jam istirahat kantor untuk menemui bayinya dan menyusuinya. Perusahaan tempat ibu H bekerja juga cukup toleran atas keadaan ibu H saat ini. Artinya ibu H akan lebih mudah untuk mendapatkan izin atau semacam dispensasi bila sesuatu terjadi dengan bayinya.
4.2.2.4.
Faktor Komitmen dan Kepuasan Kerja
Dalam keputusannya untuk tetap berkarir walaupun telah memiliki bayi, ibu H memiliki komitmen yang tinggi baik untuk perusahaan tempat ia bekerja maupun untuk keluarga. lbu H selalu berusaha untuk profeional dalam bekerja. Tetapi ia juga tidak meninggalkan begitu saja tanggung jawabnya terhadap keluarga. Kepuasan dalam bekerja di dapatkan ibu H dari perusahaannya dan juga dari dukungan suami. Selain itu juga karena pekerjaan bukanlah sebuah beban bagi ibu H. Tidak ada tanggung jawab dalam hal ekonomi. Bekerja hanyalah sebuah kepuasan batin dalam rangka pemanfaatan ilmu.
61
4.2.2.5.
Dukungan Suami
Suami ibu H juga seorang pekerja dengan jam kerja yang sama. Sejak awal, suami ibu H mendukung keputusan ibu H untuk tetap bekerja walaupun telah memiliki seorang bayi. Bentuk dukungan suami yang besar salah satunya adalah dengan membelikan ibu H sebuah sepeda motor yang dapat digunakan sebagai sarana transportasi sehari-hari dari rumah menuju kantor. Hal ini dilakukan guna mengefisiensikan waktu sedimikian rupa agar ibO H tidak meninggalkan bayinya terlalu lama. Bagi suami ibu H, pekerjaan ibu H sebenarnya tidaklah terlalu berdampak besar bagi ekonomi keluarganya. Karena semua kebutuhan dapat dipenuhi oleh suami ibu H. Hanya saja suami ibu H mengerti akan kebutuhan dan kepuasan batin yang dirasakan jika ia rnembiarkan istrinya bekerja.
4.2.2.6.
Gambaran Mengenai ASI dan Attachment (Kelekatan)
Selama enam bulan penuh, lbu H memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Pemberian ASlnya tidak dibatasi. Selama ibu H berada di rumah, kapanpun bayinya mengingkan ASI, ibu H akan selalu memberikannya. Alasannya adalah karena ASI sangat baik untuk pertumbuhan anak, untuk rangsangan otaknya dan ju9a untuk kekebalan tubuh. lbu H dikaruniai ASI yang berlimpah oleh Allah SWT. Untuk itulah
62
ia terus menerus memberikan ASlnya. Sampai saat ini pun, di usianya yang sudah sepuluh bulan, bayi ibu H belum mau jika di berikan susu formula. Jadi sampai saat ini bayi ibu H masih minum ASI di samping makanan tambahan lainnya.
Dengan memberikan ASI eksklusif bayi ibu H tidak pernah sakit yang serius. Sejak lahir sampai sekarang berusia sepuluh bulan, ibu H dan bayinya hanya pergi ke dokter untuk imunisasi. Jika bayinya terserang flu, ibu H tidak memberikan obat apapun, hanya menggunakan uap panas yang dibuat dari air panas yang di campur dengan minyak telon. Hal ini dilakukan sesuai anjuran dokter yang di rasakan manfaatnya dapat melegakan pernapasan si bayi.
Selama ibu H bekerja, pemberian ASI dilakukan dengan menggunakan botol susu. Tetapi karena jarak antara rumah dan kator yang cukup dekat, ibu H selalu menyempatkan diri pulang ke rumah saat jam istirahat makan siang. Selain itu, ibu H juga menyimpan ASlnya di dalam botol untuk diberikan pada bayinya saat ia bekerja. Pagi hari saat hendak berangkat bekerja, ibu H sudah menyusui bayinya sampai kenyang. Kemudian menyimpan satu botol untuk diberikan sekitar pukul 10.00 dan pada pukul 12.00-13.00 ibu H pulang ke rumah untuk menyusui lagi dan menyimpan satu botol lagi untuk diberikan sekitar pukul 15.00. Begitu
63
seterusnya. Selama berada di rumah, ibu H akan memberikan ASI sebanyak-bayaknya sampai bayinya puas.
lbu H menuturkan bahwa ia sangat bahagia dan bangga pada dirinya sendiri dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. lbu H juga menambahkan jika program pemberian ASI eksklusif harus digalakkan. Hal ini semata-mata untuk kepentingan si bayi. Pemberian ASI juga sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT. Dari sisi ekonomi, ibu H juga merasakan manfaat yang besar. "AS/ itu kan gratis mba,
ekonomis, praktis, higienis lagi. Jadi pengeluaran rumah tangga /ebih kecil."
Dari semua manfaat yang di rasakan ibu H, ada manfaat besar lainnya yang dirasakan ibu H yaitu terciptanya hubungan batin dengan bayinya. Kedekatan yang terjalin dapat dirasakan dan dilihat dari pancaran mata juga gerakan mata saat proses menyusui. lkatan emosional yang kuat saat ini telah terjalin antara ibu H dan bayinya. Untuk tetap memlihara kelekatan dengan bayinya, sampai saat ini ibu H tetap memilih untuk tidur dalam satu tempat tidur yang sama. Salah satu alasan lainnya agar lebeih mudah bila bayi lapar dan ibu H harus menyusuinya pada malam hari.
65
Menurut ibu H, pemberian ASI sangat membantu dalam terciptanya kedekatan dengan bayi. Karena ibu H memiliki pengalaman unik dengan bayinya. Terkadang ibu H merasa jika bayinya hanya membutuhl
4.2.2.8.
Hambatan-hambatan yang ditemui
Dalam prakteknya sehari-hari, menjalani peran ganda sebagi ibu rumah tangga sekaligus wanita karir, seringkali ditemukan beberapa hambatan. Salah satu yang dirasal
66
pekerjaannya secara profesional, sedangkan di lain pihak ia tidak dapat berhenti memikirkan bayinya. Untuk mengantisipasi harnbatan-hambatan semacam ini, salah satu cara yang digunakan ibu H aclalah dengan memperbanayak persediaan AS! yang sudah diperas bagi sang buah hati.
4.2.3. Analilis Subjek 3
4.2.3.1. Gambaran Kehidupan Subjek
lbu L adalah seorang wanita karir di salah satu instansi pemerintahan di Jakarta. la memiliki seorang putri berusia sebelas bulan. Jam kerja ibu L dimulai pada pukul 08.00-16.00. Jarak antara rumah menuju kantor ibu L cukup jauh dan biasanya ditempuh dalam waktu kurang lebih 40 menit dengan menggunakan mobil pribadi yang dikendarai sendiri oleh ibu L.
Setiap hari, sampai bayinya berusia enam bulan, ibu L selalu membawa serta bayinya dan seorang pembantu untuk menemani ke kantor. Hal ini di lakukan karena di kantornya terdapat sebuah tempat penitipan anak atau day care. Di day care inilah ibu L dan beberapa karyawan lainnya yang juga memiliki bayi ataupun balita menitipkan anaknya selama
67
bekerja. Jadi ibu L tetap dapat memantau anaknya walaupun sedang bekerja dan pemberian ASI eksklusif dapat berjalan dengan sempurna.
lbu L beserta suami dan bayinya saat ini masih tinggal bersama orang tua serta adik-adik ibu L yang masih kuliah. Tempat tinggal mereka cukup besar dan nyaman. Semua penghuninya memiliki ruangan pribadi masing-masing. Bayi ibu L pun memiliki ruangan bermain yang cukup. Sebenarnya ibu L dan suaminya telah memiliki rumah pribadi, tetapi mereka memilih untuk tetap tinggal dengan orangtua clengan alasan agar ada yang menemani bayinya jika sewaktu-waktu ibu L harus meninggalkannya untuk urusan pekerjaan. lbu L sendiri mengakui kalau ia sangat bergantung pada ibunya untuk urusan mengus bayinya.
4.2.3.2. Alasan lbu Bekerja
Sejak beberapa tahun sebelum menikah, ibu L telah bekerja pada instansi pemerintahan ini dan menjadi seorang PNS (Pegawai Negeri Sipil). Karena itulah sampai ia menikah dan memiliki seorang bayi ia pun tetap mempunyai ikatan kerja dengan instansi pemerintahan ini. Alasan utama untuk mempertahankan pekerjaan ini adalah untuk mengaplikasikan ilmu yang di dapatnya saat di bangku kuliah dan juga karena ikatan sebagi PNS. Untuk alasan ekonomi sebenarna tidak menjadi alasan utama. Tetapi tidak bisa dipungkiri juga kalau
68
pekerjaannya saat ini sedikit banyak berpengaruh juga terhadap ekonomi rumah tangganya dan terutama untuk pemenuhan kebutuhan pribadi ibu L sendiri. lbu L berkomentar " Ka/au kita kerja, setidaknya punya uang sendiri buat beli baju, sepatu, tas. Ya, namanya juga p19rempuan banyak kebutuhannya. Jadi ngga perlu nunggu uang dari suami."
4.2.3.3. Fleksibilitas Waktu dan Lama Bekerja
Sebenarnya jam kerja ibu L sama dengan wanita karir lain pada umumnya. Tetapi yang membedakan adalah ia selalu turut serta membawa bayinya ke kantor dan dapat memantau setiap perkembangan bayinya. Hal ini dirasakan sangat membantu. lbu L mengaku ia menjadi lebih tenang dalam bekerja, karena ia tidak harus meninggalkan bayinya sendiri di rumah.
Fleksibilitas yang diberikan perusahaan terhadap ibu L adalah kelonggaran waktu apabila bayi ibu L menangis ataupun ia harus menyusui. Jarak antara ruang kerja dan day care yanfJ cukup dekat hanya beda lantai membuat ibu L dapat lebih sering rnembagi waktu untuk anak dan pekerjaannya.
69
4.2.3.4. Faktor Komitmen dan Kepuasan Pekerjaan
lbu L memiliki komitmen yang tinggi terhadap pekerjaan dan juga keluarganya terutama pada saat sekarang ia telah mernpunyai bayi. Waktu kerja yang telah di jalani oleh ibu L saat ini
ticla~:
akan mengurangi
waktunya dalam melihat dan mengikuti perkembangan dan pertumbuhan anaknya. lbu L juga cukup puas dengan kebijakan perusahaannya, dimana ia diizinkan untuk bekerja sambil tetap memperhatikan bayinya.
4.2.3.5. Dukungan Suami
Untuk urusan pekerjaan, ibu L mendapat dukungan penuh dari suaminya. Bentuk dukungan yang diberikan lebih banyak pada dukungan moril agar ibu L dapat membagi waktu. Suami ibu L juga sangat memperhatikan gizi dan kesehatan ibu L agar dapat terus memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Karena pada dasarnya faktor ekonorni bukanlah hal utama yang di cari dari pekerjaan ibu L.
4.2.3.6. Gambaran Mengenai ASI dan Attachment (Kelekatan)
Bayi ibu L menclapatkan ASI eksklusif selama enam bulan penuh. Selama itu pula ibu L selalu membawa serta anaknya untuk ke kantor dan dititipkan pada sebuah day care. Pemberian ASI ticlak di batasi. Pada saat bekerja ibu L akan menyusui paling tidak dua sampai tiga jam sekali.
70
Hal ini dilakukan karena ibu L ingin selalu memberikan yang terbaik bagi buah hatinya. !bu L memberikan alasan bahwa dengan memberikan AS! daya tahan tubuh bayinya menjadi lebih tinggi. Bayi ibu L jug a menjadi lebih pandai. Pada usia bayi belum genap empat bulan, ia sudah dapat merespon stimulus-stimulus kecil saperti pada saat ibu L mengajaknya berbicara ataupun saat ibu L melantunkan ayat-ayat Al- Qur'an sambil menyusui. Pada usia enam bulan bayi ibu L sudah mengenali orangorang sekitarnya dan mulai memilih dengan siapa ia mau di gendong, bermain dan lain sebagainya. !bu L menambahkan "SE1karang anak saya sudah seba/as bu/an dan mulai lancar jalannya. Sudah bisa memanggil
saya mi, dari kata umi. Sa ya rasa semua itu juga tidak terlepas dari AS/."
Selama kurun waktu pemberian ASI eksklusif, ibu L tidak pernah memeras ASlnya untuk disimpan ke dalam botol dan di berikan pada bayinya. Karena kemanapun ibu L pergi ia akan selalu membawa serta bayinya, terutama saat ke kantor. lbu L mengaku sangat senang karena ASlnya berlimpah. Sampai-sampai seringkali ia kerepotan sendiri dengan banyaknya AS! itu. Pada saat seperti inilah ia baru akan menampung ASlnya. Hal ini semata-mata di lakukan agar bayinya tidak tersedak bila seclang menyusu.
lbu L juga menambahkan dengan memberikan AS! berat badannya yang sempat melonjak saat hamil dapat dengan cepat susut mendekati normal
71
tanpa harus susah payah berdiet. Selain itu bila di lihat dari sudut pandang ekomoni, dengan memberikan ASI berarti penghematan terhadap pengeluaran rumah tangga karena tidak perlu membeli susu formula.
Hal lain yang tidak dapat diabaikan dari pemberian ASI adalah terciptanya hubungan batin dan emosional antara ibu dan bayi. Menurut ibu L, pada saat memberikan ASI, bayi akan merasakan dekapan hangat dan perasaan sayang yang tercurah dari ibunya. Salin,g menatap antara ibu dan bayi akan membuahkan perasaan bahagia yang tak terkira. Perkembangan motorik juga dapat dilatih pada saat menyusui. Bayi belajar meraba-raba wajah ibunya mulai mengamati wajah ibunya dan menyimpannya dalam ingatan. Pengalaman emosional ini dirasakan sangat besar artinya bagi ibu L. Kedekatan yang te1jalin pada saat proses menyusui merupakan salah satu bekal bagi si bayi l<elak. lbu L berkomentar "Ka/au saya ngga memberi AS/ mungkin ngga akan ada
kedekatan seperti sekarang. Anak saya maunya nempel terus." Dari proses menyusui ini juga, tumbuh rasa percaya pacla bayi akan ibunya. Sehingga bila ibu pergi meninggalkan bayinya, si bayi akan merengek ataupun menangis layaknya sebuah permohonan agar ibunya tidal< pergi. Melalui l<elekatan ini ibu L juga mengajari bayinya akan rasa percaya diri. Dengan keaamanan dan kenyamanan yang diberikan oleh ibu L, bayi ibu
72
L merasa terlindungi di tengah-tengah orang yang mencintainya, sehingga ia merasa lebih percaya diri.
4.2.3.7.
Hubungan Kelekatan dengan lbu Bekerja
Bagi ibu L tidak ada masalah antara pekerjaannya sebagai wanita karir dengan kedekatannya dengan bayinya. Artinya pekerjaannya saat ini tidak mengganggu hubungan kedekatannya dengan bayi apalagi selama proses pemberian ASI eksklusifnya. Hal ini tidak lain jug a karena kebijakan kantornya yang mnyediakan tempet penitipan anak atau day
care bagi pegawainya yang memiliki bayi seperti ibu L. Walaupun sedikit lelah karena harus sering-sering bolak-balik dari ruang kerja menuju day
care, tetapi tidak masalah bagi ibu L. Hal ini dilakukan demi rasa cintanya yang besar terhadap anaknya.
Menu rut ibu L jika di buat sebuah prosentase waktu kebersamaan ia dan bayinya pada saat jam kantor adalah sebesar 50 persen. Karena paling tidak setiap du jam sekali ia akan menemui bayinya untuk disusui dan saat istirahat makan siang, seluruh waktunya untuk si bayi.
73
4.2.3.8. Hambatan-hambatan yang ditemui
Tidak ada hambatan berarti yang dialami ibu L dalam proses pemberian ASI eksklusifnya. Dari pribadi ibu L, ia memang bertekad sejak awal untuk memberikan yang terbaik bagi bayinya. lbu L juga sangat bersyukur karena orang-orag terdekatnya seperti suami, ibu serta adik-adiknya juga sangat mendukung niatnya itu. Mereka selalu memberikan dukungan yang diperlukan seperti asupan gizi dan juga dukungan moril.
Hambatan yang cukup berarti menurut ibu L adalah apabila saat di kantor ia harus menghadiri sebuah rapat sedangkan saat itu adalah waktunya untuk menyusui. Hal ini tentulah membuat ibu L gelisah. Di satu sisi ia harus konsentrasi terhadap rapat yang ia hadiri tetapi di sisi lain bayinya telah menanti. Di saat-saat seperti ini ibu L hanya bisa pasrah dan berdoa kepada Allah SWT. lbu L berkata "Ka/au sudah dalam situasi sepetti itu ya tinggal berdoa aja/ah. Mudah-mudahan rapatnya cepat seesai."
Hambatan justru dirasakan ibu L akhir-akhir ini dimana ibu L sering mendapatkan tugas keluar kota dalam waktu dua sampai tiga hari dan harus meninggalkan bayinya, walaupun saat ini bayi ibu L sudah diberikan makanan tambahan lain selain ASI. Tetapi ibu L tetap merasa sangat bersalah setiap kali harus pergi dan meniggalkan bayinya pada suami dan ibunya. Konsekuensi yang harus diterima ibu L adalah
74
kemanjaan bayinya yang luar biasa pada saat ibu L berada di rumah. Terlihat ada kekhawatiran dari si bayi kalu ibunya akan pergi meninggalkannya. Untuk itu si bayi punya cara jitu untuk mengikat ibunya tetap berada di dekatnya. Dengan merajuk dan meren!Jek manja serta tidak mau bermain atau digendong dengan orang lain.
4.2.4. Analisis Subjek 4
4.2.4.1. Gambaran Kehidupan Subjek
lbu D bersal dari keluarga dengan tingkat ekonomi menengah ke atas. Hal ini dapat terlihat dari rumah tempat tinggalnya saat ini dimana ia dan suaminya memiliki rumah pribadi yang bisa dikatakan besar untuk sebuah keluarga muda. Selain itu latar belakang pendidikannya dan pekerjaannya saat ini lebih memperkuat asumsi tersebut. lbu D adalah seorang dokter yang menamatkan pendidikanya di sebuah universitas swasta terkemuka di Jakarta. Rumah tinggalnya saat ini dihuni oleh empat orang, yaitu ibu D beserta suami dan bayinya serta seorang pembantu rumah tangga yang merangkap pengasuh bayi.
Usia bayi ibu D sekarang adalah 10 bulan. Saat ini ia dan seorang kerabatnya membuka praktek dokter di rumahnya. Praktek di rumahnya
75
itu dijalankan usai ia berpraktek di sebuah rumah sakit pemerintah pada pagi hari, yaitu sejak pukul 08.00-11.00. Untuk itu setiap harinya ibu D meninggalkan bayinya di rumah pada seorang pengasuh selama tiga sampai empat jam. Jarak dari tempat tinggal dan rumah sakit yang tidak begitu jauh membuat waktu tempuhnya lebih pendek. :Setalah makan siang atau sekitar pukul 13.00 barulah ia membuka praktek dirumahnya sampai pukul 16.00. Rutinitas ini dijalani ibu D selama lima hari dalam seminggu. Di tempat prakteknya ia menyediakan satu kamar khusus sebagai tempat bermain bagi bayinya sehingga ia bisa menemani pada saat tidak ada pasien.
4.2.4.2. Alasan lbu Bekerja
Menjadi seorang dokter adalah impian ibu D sejak kecil. Bukan main senangnya saat impian itu menjadi kenyataan. ltulah alasan utamanya mengapa ibu D tetap berkarir walaupun telah berkeluarga serta memiliki seorang bayi. Selain itu tempat kerjanya yang lebih banyak dirumah sehingga dapat terus memantau perkembangan anaknya juga menjadi pertimbangan lain. lbu D berkata "Jadi dokter itu cita-cita saya sejak keci/. Alhamdilil/ah sekarang jadi kenyataan. Seka rang tingga/ aplikasi ilmunya."
r-·--· --·--··----·-····-·····---···---,
I
o;ii,:p,>:11 1;~·ri:11;1f!1·1, M '· _,i; 1 . ,_J -"'' "F1_,l-~"~ ·";,",
.I
I iJIN 3'11UllF
76
,lA\H\Rlf.1 I
l___,..........-........._., ......._,.,_,__.___,,.J
4.2.4.3. Fleksibilitas Waktu dan Lama Bekerja
Waktu kerja ibu D cukup fleksibel. Dalam sehari ia hanya meninggalkan anaknya selama kurang lebih tiga jam dan selebihnya ia bekerja di rumah sambil bermain dengan anaknya. Bila dilihat jam kerja ibu D sama dengan kebanyakan wanita karir pada umumnya, yaitu delapan jam sehari. Hanya saja tempat kerjanya yang berada di rurnah membuat waktu itu tidak terasa panjang. la selalu berusaha untuk mengefisienkan waktu yang ada agar dapat sebanyak mungkin berinteraksi dengan bayinya. lbu D berkata "Saya selalu berusaha untuk tidak lama-lama
berada di rumah sakit. Maksudnya kalau jam prakteknya sudah selesai ya sudah. Penginnya selalu cepat pulang. Kangen sama anak"
4.2.4.4. Faktor Komitmen dan Kepuasan Pekerjaan
Komitmen ibu D dalam karir dan keluarga cukup tinggi. Saal ini ia sudah merasa puas dengan apa yang ia kerjakan dan dapatkan. Lagi-lagi semua itu karena fleksibilitas waktu kerjanya. Anak dan keluarga tetap menjadi prioritas utama bagi ibu D disamping amanah yang ia pegang untuk melayani masyarakat.
77
4.2.4.5. Dukungan Suami
Profesi ibu D sebagai dokter sangat didukung oleh suaminya. Walaupun pada saat ibu D selesai cuti melahirkan suaminya sempat sedikit keberatan jika istrinya bekerja lagi sementara mereka memiliki bayi. Tetapi setelah didiskusikan, suaminya akhirnya mengmti. lbu D berkata "Suami saya agak sedikit over protect sama saya. Jadi dia khawatir sekali kalau saya kerja sepanjang hari nanti sakit dan ngga bisa merawat anak".
Bentuk dukungan yang diberikan suami adalah dengan memberikan asupan gizi yang lengkap agar ibu D tetap bisa memberikan ASI eksklusif walaupun bekerja. Dengan setia suami ibu D mengantar dan menjemputnya dari rumah sakit tempatnya praktek. Membuatkan sebuah ruangan bermain untuk bayinya di tempat ibu D bekerja adalah bentuk dukungan lain. Semua ini dilakukan agar ibu D lebih tenang dalam bekerja sehingga produksi ASI yang diberikan kepada bayinya dapat maksimal.
4.2.4.6. Gambaran Mengenai ASI dan Attachment (Kelekatan)
lbu D hanya dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sampai usia empat bulan. Hal ini dikarenakan produksi ASlnya yang tidak banyak apalagi saat bayinya berusia empat bulan. Awalnya ibu D tetap menginginkan untuk memberikan AS! eksklusifnya sambil berusaha keras
78
agar produksi ASlnya terus bertambah. Namun karena ia merasa bayinya masih saja lapar, maka ia memutuskan untuk memberikan makanan tambahan lainnya dan susu formula walaupun ASI tetap diberikan.
Pemberian ASI oleh ibu D tidak pernah dibatasi. Kapanpun si bayi menginginkan akan diberikan. Setiap harinya ibu D berangkat pada pukul 07.30 dan saat itu bayinya sudah ia susui terlebih dahulu sampai kenyang. Pada saat ibu D bekerja, ASI diberikan melalui botol dan hanya satu sampai dua kali. Biasanya ibu D memeras ASlnya pada malam hari dan disimpan dalam lemari es untuk diberikan keesokkan harinya pada sang buah hati. ASI itu diberikan antara pukul 09.00-10.00 dan setelah ibu D kembali ke rumah, sekitar pukul 11.30, bayinya akan di berikan ASI secara langsung. Selanjutnya ibu D akan menyusui kapanpun bayinya lapar karena setelah siang hari sampai seterusnya ibu D bekerja di rum ah.
Di tempat praktek ibu D, disediakan sebuah ruangan f;husus bagi bayinya untuk bermain-main dan apabila ibu D sedang tidak ada pasien, dapat dipastikan ia selalu berada disana bersama bayinya untuk menyusui dan menemani bermain. Banyak sekali manfaat yang dirasakan ibu D dari pemberian ASI, baik bagi ibu D sendiri maupun bagi bayinya. Dengan latar belakang pendidikan sebagai dokter tentunya ibu D sudah paham betul akan nilai gizi yang terdapat dalam ASL Tetapi menurut ibu D
80
Pada saat ibu D pergi bekerja, pengasuhan bayinya dibantu oleh seorang pembantu rumah tangga. Peran si mba' ini hanya sebatas pada saat ibu D bekerja terutama pada pagi hari saat ibu D praktek cli rumah sakit dan pada siang harinya saat ibu D berpraktek di rumah, pengasuhan oleh si mba sepenuhnya di bawah pengawasan ibu D. Selain itu ibu D juga dibantu oleh suaminya. Bayi ibu D juga cukup dekat dengan ayahnya. Pekerjaan ayahnya sebagai wiraswasta dengan jam kE:lrja yang fleksibel memungkinkannya untuk lebih sering menengok ataupun sedikit bercanda dengan bayinya pada siang hari.
lbu D selalu berusaha untuk menjaga dan memelihara hubungan kelekatannya dengan bayi. Menyusui merupakan salah satu cara memelihara kelekatan yang dilakukan oleh ibu D. Saat sekarang tidak lagi memberikan ASI eksklusif, ibu D tetap memelihara kelekatan tersebut dengan cara selalu memberi perhatian yang cukup, melayani segala keperluan bayi sendiri dan meninimalisir peran pembantu rumah tangga dalam pengasuhan bayi. Semua ini dilakukan agar bayi dapat merasa aman dan nyaman berada di dekat iu dan ayahnya sehingga apabila ditinggalkan bayi tidak akan menangis karena ia akan percaya kalau orangtuanya pasti kembali lagi untuknya.
Sejak awal kelahiran, ibu D sudah menciptakan kelekatan dengan bayinya. Beberapa saat setelah melahirkan, ibu D langsung menyusui
81
bayinya. Sehingga ibu D dan bayinya menjadi sangat dekat. Pengasuhan yang dilakukan sendiri pada awal kelahiran, tanpa bantuan orang lain juga salah satu faktor pendukung terciptanya kelekatan antara ibu D dan bayinya. Bentuk kecemasan yang ditunjukkan oleh si bayi pada saat ditinggalka oleh ibu D adalah dengan merengek atau menangis. Tetapi ibu D selalu berusaha untuk berbicara ataupun pamit pada bayinya bila ingin pergi bekerja walaupun bayinya belum sepenuhnya mengerti apa yang ibu D ucapkan. lni dilakukan untuk menanamkan rasa percaya pada bayinya. Dari kelekatan yang terjadi diantara dirinya dan bayinya, ibu D merasakan manfaat lain yaitu disiplin pada bayinya. lni terjadi karena rutinitas yang sama yang dilakukan setiap harinya oleh ibu D. Secara tidak langsung mendisiplinkan bayinya. Bayi ibu D saat ini sudah paham dan mengerti kalau pada jam-jam tertentu ibunya akan meninggalkannya untuk pergi bekerja. Kegiatan ini juga mengajari anak untuk percaya pada orang terdekatnya terutama ibu, berkaitan dengan tugas perkembangan bayi, trust-mistrust.
4.2.4.7. Hubungan Attachment (Kelekatan) dengan lbu Bekerja
Pekerjaan ibu D saat ini dirasakan tidak terlalu mengganggu hubungannya dengan keluarga terutama dengan bayinya. lbu D tetap dapat memberikan ASI eksklusifnya walaupun sambil bekerja. Lokasi kerja yang lebih banyak di rumah dirasakan sangat besar manfaatnya
82
demi menjaga hubungan kedekatan dengan bayinya. Fleksibilitas waktu yang dimiliki ibu D juga menjadi faktor pendukung lain dalam kebrhasilannya memberikan ASI eksklusif dan membangun hubungan emosional yang baik dengan bayinya.
4.2.4.8. Hambatan-hambatan yang ditemui
Satu hal yang yang terkadang dirasakan ibu D menjadi hambatan dalam proses pemberian ASI eksklusifnya adalah bila ia sedang dibanjiri pasien, baik itu di rumah sakit maupun di rumahnya. Pada saat itu ibu D merasa serba salah.
Di satu sisi pasien-pasien itu sangat membutuhkan
bantuannya sebagi seorang dokter. Tetapi di sisi lain ia juga tidak bisa mengabaikan panggilan hatinya sebagi seorang ibu, dimana ia memiliki bayi yang juga sangat membutuhkannya.
lbu D menyadari kalau semua itu adalah konsekuensi dari pilihan yang ia jalani. Profesinya sebagai dokter menuntutnya untuk selalu siaga kapanpun. Sebagai ibu rumah tangga ia pun memiliki tanggung jawab yang tidak kalah besarnya. Tetapi menurut ibu D, sejauh ini hambatanhambatan seperti itu dapat ia atasi dengan baik berkat bantuan suaminya, seorang wiraswatawan yang memiliki waktu yang fleksibel.
83
4.3. Perbandingan Antar Subjek
INo I
Aspek perbandingan
I
Subjek 1
I
Subjek 2
I
Subjek 3
I
Subjek 4
l I
1
Lama pemberian ASI eksklusif 6 bulan
2
Alasan memberikan ASI
a) Menyusui
6 buian ~)
Untuk
6 bulan a) Untuk
4 bulan ~)
Untuk
eksklusif alam jangka waktu
dianjurkan
perkemba
kesehatan
kekebalan
tersebut
dalam Al-
ngan otak
dan
tubuh anak
Qur'an
dan daya
kecerdasan
tubuh anak
anak
b) Agar lebih
b) Agar anak
)) Untuk
::>) Agar anak
dekat dengan
merasa
membangun
dekat dengan
anak
dekatdan
kedekatan
ibu
nyaman
dengan anak
dengan ibu
I
84
) Lebih i menghemat
f)
ASI
f)
ASI berlimpah
f)ASI sedikit I dan tidak
berlimpah
pengeluaran
mencukupi
rumah tangga dan ASI
\
I
I
I
mencukupi
'3
I Manfaat ASI bagi ibu dan
la)
Bagi ibu, dapat
bayi
I
lebih sehat,
ibu cepat
satu cara KB
tidak mudah
kembali
alami
sakit kepala
normal
mudah sakit
I Manfaat ASI secara
) Berat badan
menjadi salah
) Bayi tidak
4
) lbu menjadi
Bayi menjadi
b) Bayi menjadi b) Bayi menjadi sangat aktif
lebih sehat
dan ceria
dan gemuk
Bayidanibu
Bayi dan ibu
r)
lbu menjadi lebih sehat
b) Bayi menjadi lebih pandai
Tedapat ikatan
85
psikologis
5
Frekuensi pemberian ASI
lebih dekat
menjadi sangat
menjadi lebih
emosional yang
dengan ibu
dekat secara
dekat secara
kuat antara ibu
secara emosi
emosi
emosi
dan bayi
Tidak dibatasi
Tidak dibatasi
Tidak dibatasi
Pemanfaatan
Aktualisasi diri
Pemanfaatan
I Tidak dibatasi
pada saat di rumah
6
Alasan paling mendasar untuk
Ekonomi
bekerja
7
ilmu
ilmu
Pemberian ASI pada saat
Melalui botol,
Melalui botol
Menyusui secara
Melalui botol
bekerja
kurang lebih
sebanyak dua
langsung karena
sebanyak satu
sebanyak empat
kali masing-
bayi dibawa ke
kali pada pagi
kali
masing pada
kantor dan
hari dan
pagi dan sore
dititipkan pada
selanjutnya
hari.
day care yang
menyusui cara
Sedangkan
berada di kantor
langsung
I
86
pada siang
I
karena tempat
hari, ibu akan
kerja ibu
pulang ke
berada I rumah
I rumah
I
itu
untuk
I
I
I
menyusui sendiri bayinya
8
Pengasuh lain selain ibu
Nenek dan
Nenek
pebantu rumah
Pengasuh bayi
Pembantu
dan nenek
rumah tangga
tangga
9
Cara mempertahankan
Makan makanan
Makan
Makan makanan
Makan
produksi ASI
bergizi dan
makanan
bergizi dan
makanan
menyusui
bergizi
sesering
bergizi,
sesering mungkin
kapanpun, tidak
mungkin
sesering
berdiet dan
menyusui
mungkin
87
sesering
menyusui
mungkin memberikan
I
I 10
I AS! Dukungan ayah
I
I
I
Pembagian waktu
Memberi
Menyediakan
Membantu
kerja, serta
dukungan
makanan bergizi
mengasuh bayi
dukungan moril
moral dan
bagi ibu dan bayi
saat ibu
dan materi
materi bagi ibu
serta meberi
bekerja,
dan bayi
dukungan moril
dukungan moril
dan materi
dan materi
kepadaibu
11
Hambatan-hambatan
Jarak antara
Bila ada rapat
Bila ditugaskan
Bila sedang
rumah dan kantor
di kantor
ke luar daerah,
banyak pasien,
yangjauh
sehingga tidak
sehingga harus
sehingga tidak
00 00
--
~
-"' - "' c
iii'
c
=r
::J
OJ
::i-
3
OJ
::J
'<
OJ ::J
(j)
0
c c
-0 OJ
0. OJ (/)
OJ OJ
0. OJ
-0
OJ
-0
c
OJ ::J
co
~
~.
CT
3
':5.
::J
OJ
::J
'< OJ
5·
co co OJ
"" OJ ::J
CT OJ
':5. ::J
'< OJ
3
-0
-
::iOJ
7" OJ ::J
0.
OJ -0 OJ
-
89
4.3.1. Analisis Perbandingan Antar Subjek Empat orang responden diatas memiliki beragam jawaban dan alasan seputar ASI eksklusif, menyusui serta kedektan mereka dengan bayinya dan tak lupa juga tentang peran ganda mereka sebagai ibu rumah tangga sekaligus wanita karir. Masing-masing responden memiliki alasan yang kuat atas apa yang mereka lakukan dalam proses pemberian l\si eksklusif dan pilihan untuk tetap bekerja.
Untuk lama pemberian ASI eksklusif tiga dari empat orang responden menyusui selama enam bulan karena ASI mereka dianugerahi ASI yang cukup bahkan berlimpah. Sedangkan untuk satu orang responden yang hanya menyusui selama empat bulan memiliki alasan karena ASlnya tidak mencukupi jika diberikan selama enam bulan tanpa tambahan makanan apapun. Bagi keempat responden tersebut, pemberian ASI bagi bayi mereka tidak pernah dibatasi. Kapanpun bayi lapar para ibu akan selalu siap menyusui bayinya. Hal ini dilakukan karena para ibu tersebut ingin memberikan yang terbaik bagi bayi mereka. Karena anak adalah amanah yang harus dijaga dengan baik dan anjuran untuk menyusui sendiri ada dalam Al-Qur'an. Dengan memberikan ASI eksklusif bayi daya tahan tubuh bayi menjadi lebih kuat, tidak mudah terserang penyakit. Perkembangan otak bayi juga menjadi lebih baik dengan ASI. Bayi menjadi lebih cerdas, ceria
90
dan aktif. Bila dilihat dari sudut pandang ekonomi, memberikan ASI eksklusif merupakan sebuah penghematan dalam rumah tangga. Bagi para ibu sendiri, menyusui mendatangkan manfaat khusus. Karena ternyata menyusui merupakan cara diet yang alami bagi para ibu yang berat badannya naik saat hamil. Para ibu juga merasakan kalau selama menyusui tubuh mereka menjadi lebih sehat, tidak lagi mudah sakit kepala.
Satu hal penting lainnya dari pemberian ASI eksklusif adalah terciptanya kelekatan antara ibu dan bayi. Kelekatan ini dapat diciptakan, dibangun serta dipertahankan lewat proses menyusui. Dari proses ini akan terjalin ikatan emosional yang kuat antara ibu dan bayi. Perasaan kasih sayang yang dicurahkan ibu pada saat menyusui akan memberikan rasa nyaman dan aman pada bayi. Semua responden mengungkapkan jika mereka dekat sekali dengan bayinya. Bayi akan merengek ataupun menangis jika ditinggalkan oleh ibunya.
Semua responden adalah wanita karir. Rata-rata mereka bekerja minimal delapan jam sehari. Mereka memiliki alasan tersendiri untuk tetap bekerja walaupun memiliki bayi. Responden pertama mengungkapkan jika faktor ekonomilah yang menjadi alasan utama ia tetap bekerja. Lain halnya dengan responden kedua dan keempat yang berasalasan pekerjaannya saat ini adalah sarana untuk memanfaatkan ilmu yang telah mereka dapatkan saat di
92
oleh subjek 1 yang mengatakan bahwa jarak rumah dan kantor yang jauh menjadi hambatan terbesar. Kemacetan kota Jakarta membuat waktu tempuh semakin panjang dan membuat terlambat tiba di rumah. Urusan kantor seperti rapat atau pertemuan-pertemuan lain menjadi hambatan dan kadang membuat para ibu ini gelisah dan merasa bersalah karena harus meninggalkan bayinya ataupun tidak bisa menyusui bayinya. Tetapi sampai saat ini semua hambatan-hambatan itu dapat dilalui dengan baik dengan cara berbeda oleh masing-masing ibu. Semua ini tidak lain adalah karena tekad mereka untuk memberikan yang terbaik bagi bayinya.
BAB5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Penelitian yang telah dilakukan ini memberikan kesimpulan bahwa pemberian ASI (air susu ibu) eksklusif dapat meningkatkan kelekatan antara ibu dan bayi sekalipun ibu tersebut sehari-harinya bekerja di luar rumah. Hasil yang didapat mengungkapkan jika pemberian ASI tetap dapat dilakukan selama ibu bekerja, dengan bantuan figur lain pengganti ibu. Pemberian ASI itu dapat dilakukan melalui botol susu. Manfaat paling besar yang dirasakan oleh para responden adalah kedekatan emosi yang terjalin diantara mereka dan bayinya berkat pemberian ASI eksklusif ini.
5.2. Diskusi Dari hasil penelitian di dapat bahwa pemberian ASI eksklusif memiliki peranan penting dalam meningkatkan hubungan kelekatan antara ibu dan bayi.
94
Teori John Bowlby mengemukakan bahwa kelekatan m1:irupakan suatu ikatan emosional yang kuat yang dikembangkan anak melalui interaksinya dengan orang yang mempunyai arti khusus dalam kehidupannya, biasanya orang tua. Hubungan ini akan bertahan cukup lama dalam rentang kehidupan manusia yang diawali dengan kelekatan anak pada ibu atau figur lain pengganti ibu (John Bowlby, 1953).
Attachment sendiri terdiri dari empat fase sesuai dengan usia. Fase itu terdiri dari Preattachment (fase yang dimulai dengan varisi sinyal-sinyal, seperti menggenggam, tersenyum atau menangis), Attachment is Making (fase dimana bayi mulai berespon lain, mulai mengalami clistres, clan mulai dapat membedakan orang lain), Specific, clear-cut attachment (fase dimana bayi mulai menunjukkan kekesalan bila ditinggalkan oleh orang yang dipercaya), Goal-coordinated partnership (anak mulai melakukan negosisai dengan pengasuh).
Dalam penelitian ini media perantara yang digunakan untuk menciptakan sebuah kelekatan adalah pemberian ASI eksklusif yang berarti pemberian ASI yang di lakukan selama empat sampai enam bulan penuh tanpa tambahan cairan lainnya. Sasaran penelitian ini adalah seorang ibu yang memiliki peran ganda, sebagai ibu rumah tangga sekaligus wanita karir. Hal ini bertujuan untuk melihat sejauh mana para ibu tersebut dapat menciptakan
97
3. Keberhasilan proses pemberian ASI eksklusif tidak lepas dari peran dan dukungan ayah. Untuk itu seorang ayah sangat diharapkan dapat memberi dukungan materi maupun moral bagi istri clan bayinya. 4. lnstansi pemerintah mapun perusahaan swasta henclaknya memberi dukungan bagi para karyawannya yang sedang menyusui. Salah satu caranya adalah clengan menyediakan day care atau tempat penitipan anak selama ibu bekerja. 5. Kepada pemerintah hendaknya memberikan aturan khusus bagi ibu hamil ataupun menyusui yang juga merupakan wanita karir. Hal ini berkaitan clengan pengembangan sumber claya manusia untuk keberhasilan pembangunan bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Alfiah Kulsum&M.Ridwan. 2004. Catalan KASIH BUNDA Pengalaman Mengasuh Bayi Dengan Cinta. Bandung;Mizan Ari Nuratman.2004. Gambaran Attachment Parenting lbu Bekerja Terhadap Bayi Usia 12-18 bulan. Skripsi. Jakarta:Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Bowlby, John. 1953. Child Care and The Growth of Love.London:Penguin Books Berk L E. 2004. Infants Children and Adolescents 5th edition, International Edition. London:Pearson Brooks J. The Process of Parenting Comp
3rd ed.
California:Mayfield Publishing
Conny Semiawan. 1996. Kiprah Wanita Islam dalam Keluarga Karir dan Masyarakat. Jakarta:Pustaka Antara Douglas, Jo.1993.Psychology and Nursing Children. London:The British Psychological Society Eka Ervika.2000. Kelekatan (Attachment) Pada Anak. Tesis. Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara. http://www.usu.com/tesis/pdf Hardjo Notoputro.1997. Psikologi Ketja. Jakarta:Ghalia Indonesia Hurlock, Elizabeth.1980. Psikologi Perkembangan. Edisi kelima. Jakarta:Erlangga lkhwan Hamdani. 2003. Wanita Karir dalam Islam. Jakarta:Nur lnsan Kelompok Studi Wanita. 1990. Wanita Karir dalam Keluarga. Jakarta : Fakultas llmu Sosial dan llmu Politik Universitas Indonesia Miller, P. 1993. Theories of Developmental Psycology 3rd ed. New York:W.H Freeman&Company
Panji Anoraga. 2001. Psikologi Kerja. Jakarta:PT. Rineka Cipta Papila, DE&Feldman, RD. 2001. Human Development 8th ed. Boston:McGraw-Hill Companies Partiwi. 2006. Panduan Memberi AS/ Eksk/usif. Jakarta: Nakita
Setiasih. 2005. Deskripsi Tentang lbu Bekerja. Jurnal Psikodinamik vol.7 no.1. Surabaya : Fakultas Psikologi Universitas Surabaya
Sri Naumi.1990. Pentingnya Pemberian ASI Bagi Perkembangan Emosi dan Sosial Anak. Jumal Anima Media Psiko/ogi Indonesia vol 3-5 no 12. Surabaya:Fakultas Psikologi Universitas Surabaya Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kua/itatif. BAndung:Alfabeta
Utami Roesli. 2000. Mengena/ AS/ Eksklusif. Depok : Trubus Agriwidya
TE Breazeale. 2001. Attachment Parenting. http://www. visi. com/2jlb/thesis. html
Tim Penyusun Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud ,
Worthington, Bonnie&S.R Williams. 1993. Nutrition in Pregnancy and Lactation. 5th ed. London:Mosby
-----------. 1979. Breastfeeding. Switzerland:WHO -----------. 28 Februari 2005. Perlunya Hukum Positif untuk AS/ Eksklusif 6 bu/an. Jakarta : Koran Tempo -----------. 19 Desember 2004. Mengasuh Si Bayi Lewat F'emberian AS/. Jakarta : Republika
- -Tani -. 1997. membina Hubungan Emosional /bu dan Bayi. Jakarta;Sinar ------------. 2007. Cairan Ajaib : Air Susu /bu. http:l/www.harunyahya.com/indo/artikel/082.htm -----------. 2006. Attachment Theory from Wil
LAMPI RAN DATA KONTROL 1. usia subjek 2. usia suami
3. agama
4. pendidikan terakhir subjek 5. pekerjaan subjek
6. jam kerja 7-. pekerjaan suami
PEDOMAN WAWANCARA
ASI 1. lntensitas -
Apakah ibu memberikan ASI eksklusif kepada bayinya? Berapa lama ibu memberikan ASI pada bayinya?
-
Apakah alasan ibu memberikan ASI selama itu ?
-
Adakah waktu khusus dalam memberikan ASI kepada bayi ? Bagaimana frekuensi pemberian ASI pada bayinya? Bagaimana pemberian ASI saat ibu bekerja ?
2. Cara Bagaimana cara ibu memberikan ASI kepada bayi, apakah langsung atau dengan botol susu ?
Pada saat memberikan ASI apa yang ibu lakukan, misalnya mendongeng atau mengaji ? 3. Perasaan, persepsi Bisakah ibu ceritakan bagaimana perasaan ibu ketika sedang memberikan ASI pada bayi ? Bagaimana persepsi ibu dengan ibu yang menyusui maupun tidak? 4. Manfaat Apa saja manfaat yang dapat ibu rasakan dari pemberian ASI, baik dari sisi ekonomi, sosial, maupun waktu? Adakah manfaat psikologis yang ibu rasakan dari pemberian ASI? 5. Upaya produktivitas Bagaimana cara ibu mempertahankan banyaknya produksi ASI?
ATTACHMENT lndikator dari attachment : 1. Kelekatan dan ikatan emosional a. Arti orangtua terutama ibu bagi bayi - Bagaimana hubungan antara ibu dengan bayi saat ini ? - Dapatkah ibu menceritakan bentuk-bentuk ikatan emosional yang ibu rasakan dengan bayi ? b. lnteraksi antara orangtua dengan bayi - Bagaimana sikap ayah dengan bayi ? - Bagaimana bentuk interaksi atau sikap orang-orang terdekat yang ada di rumah dengan bayi ? - Ketika menyusui ibu memberikannya dengan cara menggendong atau di dalam box bayi ? - Dengan siapa bayi ibu tidur, apakah di dalam kamar yang terpisah atau satu kamar dengan ayah ibu?
c. Figur ibu dan figur pengganti lainnya - Siapa sajakah sosok yang menjadi orang-orang terdekat dari bayi ? - Apakah ibu memiliki pembantu atau baby sitter ? - Sejauh apakah peran pembantu atau baby sitter dalam melayani keperluan bayi sehari-hari ? - Adakah orang lain selain pembantu atau baby sitter yang berperan dalam mengasuh bayi ? - Bagaimanakah penerimaan bayi terhadap figur selain ibu ? - Sejauh apa peran figur pengganti terhadap kehidupan bayi ?
2. Pemeliharaan kelekatan a. Bagaimana memelihara kelekatan - Bagaimana ibu menjaga dan memelihara hubungan dengan bayi? - Menurut ibu faktor apa saja yang mempengaruhi hubungan ibu dengan bayi saat ini? b. Menciptakan tempat berlindung yang nyaman dan aman bagi bayi - Apa saja yang ibu lakukan untuk menciptakan rasa aman dan nyaman bagi bayi?
3. Gaya kelekatan a. kelekatan aman - Bagaimanakah ibu menciptakan kedekatan atau kelekatan yang aman dan nyaman bagi bayi ? b. kelekatan menghindar - Apakah bayi ibu pernah menghindari ibu, bagaimana bentuknya apa sebab dan bagaimana ibu menanganinya? c. kelekatan cemas - Bagaimanakah reksi bayi ibu ketika ditinggalkan ?
4. tahap perkembangan kelekatan a. preattachment phase - Dapatkah ibu menceritakan proses kedekatakan yang terjadi pada awal-awal kelahiran bayi ? b. the "attachment in making" phase - Bagaimana ibu menanamkan dan mengembangkan rasa percaya pada bayi? c. "the clear-cut" attachment phase Bagaimana reaksi bayi ketika menunjukkan kecemasan saat ditinggalkan ? Apa saja bentuk-bentuk kecemasan yang ditunjukkan bayi ? Bagaimana reaksi ibu ketika anak menunjukkan kecemasan ? d. formation of a reciprocal relationship - Bagaimana ibu membangun ikatan afeksional pada bayi ?
5. manfaat kelekatan - Dapatkah ibu menjelaskan manfaat apa saja yang ibu rasakan dari kelekatan yang terjalin, baik untuk ibu maupun bayi ? a. membangun rasa percaya diri b. kemampuan membina hubungan yang hangat c. mengasihi sesama dan peduli dengan orang lain d. disiplin e. pertumbuhan intelektual dan psikologis
IBU BEKERJA
lndikator ibu bekerja 1. Bekerja di luar rumah dan mendapatkan penghasilan Dapatkah ibu menceritakan mengenai pekerjaan ibu saat ini ? Bagaimana perasaan ibu mengenai pekerjaan ibu saat ini ?
2. Motivasi bekerja Hal-ha! apa sajakah yang melatarbelakangi ibu untuk bekerja diluar rumah? Bagaimana dukungan orang-orang terdekat ibu dalam keputusan untuk bekerja ? 3. Peran ganda Bagaimana usaha ibu dalam menjalankan peran ganda, sebai seorang ibu sekaligus pekerja ? -
Apa saja kesulitan yang ibu rasakan ketika kembali bekerja setelah melahirkan ?
-
Adakah perasaan bersalah ketika ibu meninggalkan bayi dengan orang lain saat bekerja ?
4. Penyesuaian yang dilakukan seorang ibu yang bekerja di luar rumah Berapa lama ibu meninggalkan bayi ketika bekerja ? Siapa saja yang terlibat dalam pengasuhan bayi baik selama ibu bekerja di luar rumah maupun saat ibu berada di rumah ? -
Apa saja yang ibu lakukan untuk mempertahankan kelekatan dengan bayi selama ibu bekerja di luar rumah ? Ketika ibu bekerja, bagaimana dengan pemberian J\Slnya, apakah dipompa atau disimpan dalam lemari es ? Bagaimana cara mempertahankan kelekatan dengan bayi jika pemberian ASI dilakukan melalui botol susu ?
PEDOMAN OBSERVASI No
Kegiatan yang Di observasi
1.
lbu menyusui bayinya
2.
lbu dan bayi terlihat nyaman saat proses menyusui
3.
Bayi dalam keadaan sehat
4.
Bayi terlihat aktif dan merespon orang-orang di sekitarnya
5.
Bayi selalau mencari perhatian ibunya saat ibu berbicara dengan orang lain
6.
Bayi selalu ingin dipeluk oleh ibunya
7.
Bayi mengerti ungkapan kasih sayang ibunya
8.
lbu dibantu oleh orang lain saat bayinya rewel
9.
Keadaan rumah nyaman untuk bayi
10.
Ayah bayi menemani bayinya saat bermain
11.
Bayi menangis ketika ibu pergi meninggalkannya
12.
Bayi terlihat menerima dan nyaman dengan figur lain selain ibunya
13.
lbu terlihat berusaha untuk menenagkan bayinya saat menangis
Ya
Tidak