ANALISIS PADANAN PARTIKEL ~ DALAM BAHASA INDONESIA
(Studi Kasus Surah al-Baqarah)
Oleh NURMALASARI 102024024426
JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUIVlANIORA UIN SYARIF HIDAYATUJLLAH JAKARTA 1428 H / 2007 M
ANALISIS PADANAN PARTIKEL c.?" DALAM BAHASA INDONESIA
(Studi Kasus Surah al-Baqarah)
Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora Untuk Memenuhi Syarat-syarat mencapai Gelar Sarjana Sastra
Oleh:
NURMALASARI NIM. 102024024426
Di bawah bimbingan
Drs.
/
an Azizi, NIP. 150268589
JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1428 HI 2007 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul ANALISIS PADANAN PARTIKEL
~
DALAM
BAHASA INDONESIA (Studi Kasus Surah al-Baqarah) telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 06 Juni 2007. Slaipsi ini telah diterima sebagai salah satu sarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata (S I) pada Jurusan TiUjamah. Jakarta, 20 Juni 2007
Sidang MUllaqasyah Ketua Merangkap Anggota
Sekretaris Merangkap anggota
OJ
Drs. I1dnvan AZlzi, M. AgNIP. 150268 589
Ahmad Saekhlldin, M.Ag NIP. 150303001 Penguji
c
M,~m~~um NIP. 150370229
Pembimbing
~. NIP. 150268 589
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat serta salam tak lupa penulis curahkan kepada jul\iungan kita Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat dan keluarganya yang telah membawa kita semua menuju zaman yang penuh dengan Ilmu Pengetahuan. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Program Strata I (S I) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan ini, penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak penyusunan skripsi ini tidak dapat berhasil. Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dan membimbing dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada: I. Bapak Dr. H. Abdul Chaer, MA, Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN SyarifHidayatullah Jakarta. 2. Bapak Drs. Ikhwan Azizi, M.Ag, Ketua Jurusan Tmjamah sekaligus pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini. Dan telah meminjamkan buku reference sehingga memudahkan penulis untuk meneliti. 3. Bapak Ahmad Syaekhudin, M.Ag, Sekretaris Jurusan Tmjamah. 4. Staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan UI Depok, Perpustakaan Umum Gandaria dan Perpustakaan Iman Jama, yang telah memberikan fasilitas untuk memperoleh berbagai referensi yang dibutuhkan dalam penyusunan skripsi. 5. Kepada Ayahanda (H. Khozani) dan Ibunda (Hj. Maryati) penulis tercinta yang telah memberikan kasih sayang, cinta dan perhatiannya hingga memberikan semangat bagi penulis dan telah membiayai penulis hingga akhir perkuliahan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 6. Kepada abangku Abuy dan kakak-kakakku K' Bety makasih ya atas bantuannya dan K' Neneng yang telah memberikan semangat tiada henti dan nasehat-nasehat yang berarti bagi penulis serta adik-adikku tersayang Barok dan Sita terima kasih karena selalu memotivasi kakak dalam penyusunan skripsi ini. 7. Teman-teman dan sahabat-sahabat di Jurusan Tmjamah angkatan 2002, I-Ij, Shope, !eha, Ella, Hilda thanks ya atas motivasinya,. Tak ketinggalan tuk My best Fiend "Adiet" yang juga tak bosan-bosannya memotivasi dan menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi ini..
8. Serta berbagai pihak yang tidak dapat disebut satu persatu, terutama para dasen di Jurusan Tarjamah penulis ucapkan terima kasih yang setulustulusnya atas bimbingan dan pengajaran serta memberikan Ilmu Pengetahuannya selama masa kuliah. Penulis menyadari meskipun telah semaksimal mungkin berusaha dalam penyusunan shipsi ini, tentu masih banyak kekurangannya. Kritik dan saran yang membangun selalu penulis harapkan dalam penyempurnaan penulisan shipsi ini.
Jakarta, 30 Mei 2007
Penulis, Nurmalasari
Keterangan: 1. Kata sandang (JI ) al-/ditulis secara berbeda antara kata sandang yang ditulis oleh
huruf qamariyah dengan kata sandang yang diikuti oleh huruf syarnsiyah. a. Kata sandang yang diikuti oleh huruf qarnariyah ditransliterasikan sesum dengan bunyinya, yaitu aI-I b. Kata sandang yang diikuti oleh huruf syarnsiyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya yaitu huruf I-II diganti dengan huruf yang sarna dengan huruf Iangsung dengan kata sandang itu. 2. Saddah ditandai dengan huruf kernbar, contoh ~I I aI-jannatu/ 3. Setiap artikel dipisah dengan tandaminus (-) seperti I aI-jannah
DAFTARISI
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN
ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................
iii
PEDOMAN TRANSLITERASI
v
DAFTAR lSi........................................................................................................
vii
BABI
PENDAHULUAN..............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah
I
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah............................................ 5 C. Tujuan Penelitian
6
D. Metode Penelitian.......................................................................... 6 E. Sistematika Penulisan.................................................................... 6 BAB II
KERANGKA TEOR! PENERJEMAHAN.....................................
8
A. Gambaran Umum Penerjemahan
8
1. Definisi Penerjemahan
9
2. Metode Penerjemahan
II
3. PrinsipPeneljemahan
17
B. Penerjemahan al-Qur'an................................................................
19
I. Definisi Penerjemahan al-Qur·an............................................
19
2. Jenis Penerjemahan al-Qur·an................................................. 21
BAB III
3. Syarat Penerjemahan al-Qur'an...............................................
23
4. Cara Menerjemahkan al-Qur'an..............................................
26
WAW ASAN PREPOSISI
28
A. Preposisi dalam Bahasa Indonesia.
28
1. Pengertian preposisi
28
2. Bentuk-bentuk Preposisi dalam Bahasa Indonesia.................
31
B. Preposisi dalam Bahasa Arab
33
1. Telaah Partikel .;.:.. dalam bahasa Arab
39
2. Makna Partikel .;.:................................................................. 43 C. Klasifikasi Kata Tugas
BAB IV
BAB V
44
1.
Konjungsi
46
2.
Perbedaan Konjungsi dengan Preposisi
47
ANALISIS PARTIKEL .;.:.. DALAM SURAH AL-BAQARAH 51 A. ';':"lhattal sebagai harfii jarr
51
B. .;.:.. /hattal sebagai harfu nashab
52
c. .;.:.. Ihaltal sebagai harfii 'a/haf.......................
58
PENUTUP
A. Kesimpulan..
DAFTAR PUSTAKA
,........................... 60 60 63
ABSTRAK
Masalah preposisi dalam bahasa Indonesia cukup banyak mendapat perhatian dari buku-buku tata bahasa yang ada. Arti preposisi itu sendiri merupakan salah satu partikel yang berfungsi menghubungkan kata-kata atau bagian-bagian kalimat yang satu dengan kata atau kalimat yang lain. Dalam penelitian ini hanya menganalisis salah satu partikel bahasa Arab yaitu Ihattal
~
dalam padanannya ke dalam bahasa Indonesia. Analisis ini diambil dalam
surah al-Baqarah, dimaksudkan untuk membatasi ruang lingkup penelitian mengenai partikel ~. Pmiikel
~
dalam bahasa Arab dapat berfungsi sebagai harru jarr, halju
nashab, dan harjil 'alha! Partikel
~
berfungsi sebagai harru jarr, jika berkaitan
langsung dengan lafazh terakhir dan hanya menjarrkan isim zhahir serta mempunyai makna inlihtl al-ghayyah (akhir tujuan) seperti ila. Partikel ~ sebagai harji! nashab dengan ,) yang disimpan (,~) , dengan syarat ji 'il mudhari tersebut menunjukkan zaman isliqbal (masa yang akan datang). Ketika partikel
~
sebagai harjil 'alha,[, dengan syarat arti lafazh setelah
termasuk sebagian arti lafazh sebelum
~
~
, ma'lhufberupa isim zhahir, lebih mulia
daripada ma 'Ihuf 'alaih dan berupa mufi·ad. Ketika partikel
~
berfungsi sebagai halju jarr, hmjil nashab dan harfu
'alha/, terdapat adanya perbedaan dalam mengartikan ke dalam bahasa Indonesia. Ketiga fungsi partikel
~
ini sangat berpengaruh dalam memadankan arti partikel ~
ke dalam peneljemahan bahasa Indonesia. Padanan-padanan tersebut didapat berdasarkan konteks kalimat, gaya bahasa dan pemilihan diksi yang sesuai dengan bahasa sasaran.
BABI PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Menerjemahkan merupakan suatu kegiatan memindahkan maksud atau pesan bahasa sumbel' ke bahasa sasaran dengan padanan sedekat mungkin, sebagaimana yang dikemukakan oleh Nida dan Taber bahwa menerjemahkan berarti menciptakan padanan yang paling dekat dengan bahasa penerima terhadap bahasa sumber peliama dalam hal makna, dan kedua dalal11 hal gaya bahasanya, 1 al-Qur'an turun seCal'a berangsur-angsur l11embawa syariat menuju konteks peristiwa dan kejadiannya, Syariat tidak mungkin terlaksana sebelum alii dan maksud dari persoalan teks yang menggambarkan konteks peristiwa betulbetul bisa dipahami dan dimengerti secara komprehensif. Untuk itu, al-Qur'an perlu diterjel11ahkan ke dalam bahasa lain agar manusia l11emahami isi dan kandungannya, Dengan turunnya al-Qur'an, perbendaharaan kata clalam bahasa Arab menjacli luas clan kaya, ,Salah satunya aclalah preposisi yang merupakan salah satu unsur bahasa yang clapat clikategorikan sebagai pmiikel karena tidak bisa mengalami proses clerivasi,
I Suhcndar Yusuf, Teo,.i Te/jemah: Penganfar ke Arah Pendekaton Linguistik dan Sosiolinguislik, (Bandung: MandaI' Maju, 1994), h. 12
2
Alisyahbana mendefinisikan kata depan atau preposisi secara tradisional adalah,.."kata-kata yang menghubungkan kata benda dengan kata-kata yang lain serta menentukan sekali sifat perhubungan itu,"
2
Akan tetapi, penulis lain
Moeliono menyatakan "bahwa preposisi merupakan kata yang pada umumnya mendahului kata nominal dan tidak pernah terdapat di akhir kalimat." ] Masalah preposisi dalam bahasa Indonesia cukup banyak mendapat perhatian dari buku-buku tata bahasa yang ada. Sepanjang yang saya ketahui, tedalu bersifat tradisional dalam arti bahwa pembicaraan terbatas pada bentuk dan sedikit mengenai aspek semantik preposisi itu, Sering kali pemakai bahasa Indonesia kurang dapat menggunakan bentuk-bentuk preposisi seCal'a tepat dalam bahasa Indonesia. Usaha
menerjemahkan
pada
hakikatnya
mengandung
makna
memproduksi amanat atau pesan di dalam bahasa sumber dengan padanan yang paling wajar dan paling dekat dalam bahasa penerima, baik dari segi arti maupun dari segi gaya, Peneljemahan al-Qur'an sangat penting untuk menyampaikan berita yang terkandung dalam bahasa sumber (Bsu) ke dalam bahasa sasaran (Bsa), sehingga isi dalam bahasa sasman (Bsa) mendekati isi dalal11 bahasa sumber (Bsu). Dengan kala lain, l11akna dan gaya terjemahan hams sel11purna 4
2 Hans Lapoliwa, Frasa Preposisi dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Pcmbinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, 1992), h. 10 3
Ibid.
4
Rochayah Machali, PedomCln bagi Penerjemah, (Jakarta: PT. Grafindo. 2000), h. 5
3
al-Qur'an diturunkan dengan bahasa Arab, untuk itu setiap muslim mempunyai keinginan untuk dapat membaca dan memahami al-Qur'an dalam bahasanya yang asli. Tetapi, karena tiap orang itu tidak mempunyai kemampuan atau kesempatan yang sama, maka diperlukan terjemahan al-Qur'an dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia. Teljemahan ini merupakan salah satu cara untuk masyarakat muslim non Arab yang belum memahami al-Qur'an, disebabkan oleh kesulitan bahasa.
o~w;)
Jjjl\
~
Pmiikel haifa memiliki tiga keadaan, yaitu hal/a dapat menjarkan isim zhahir, menjarkan masdar muawwal, dan harfu 'alhqf
Menjarkan isim zhahir yaitu posisi makna dan keljanya sama seperti ita. Contoh:
" Malam ilu (penuh) kesejahleraan sampat lerbitfajar." (QS. AI-Qadr/97: 5)
5 Muhammad Ali Sulthan, al- 'Adawat an-Nahwl)lah, (Suria: Daal' ash-Shamaai, 2000), h. 42 (, Ibid.
4
Partikel haifa yang berfungsi sebagai halfu nashab, yaitu menashabkan fi'if
mudhari dengan 0 1 yang disimpan (. ~), dengan syarat fi'if mudhari'
tersebut menunjukkan zaman istiqbal (masa yang akan datang). Contoh:
... Serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) selzingga berkatalah Rasul dari orang-orang yag beriman bersamanya: Bilakah datangnya pertolongan Allah? ". (QS. AI-Baqarah: 214) Di samping, partikel haifa dapat berfungsi sebagai harfu jarr dan halfu nashab, haifa juga berfungsi sebagai harfu 'atha/, yang mana posisi ma'thuf hams mengikuti ma'thuf 'alaih. Baik dalam bentuk merafakan, menashabkan atau menjarrkan. Contoh:
"Manusia akan mati balzkan para Nabi" Sehubungan 'athaf, ada tiga istilah yang periu diketahui: 1.) Half 'athaf ini sudah jelas, yaitu semacam konjungsi. 2.) Ma'thuf, yaitu kata yang diathajkan / disambung kepada kata sebelumnya / tegasnya kata yang jatuh setelah half 'athaf 3.) Ma'thuf ' alaih, yaitu kata pellama yang lctaknya lebih awal dan menjadi tempat bcrathaf/ yang diikuti oleh ma 'thuf Dari ketiga fungsi di atas, kita dapat melihat adanya perbedaan makna partikel hatta dalam padanan bahasa Indonesia. Hal ini I11cnandakan banyaknya l11akna dalal11 l11engartikan partikel hatta, sesuai dengan l11aksud kalimat itu
5
sendiri. Partikel halla mempunyai banyak malma yang mana hal ini juga sangat berpengaruh dalam peneljemahan bahasa Indonesia. Dari contoh-contoh dan uraian di atas, jelas bahwa har{l/ halla berfungsi dapat menjarrkan isim, dapat menashabkanfi 'il mudhari, dan dapat sebagai harfu 'alhaj Berdasarkan
latar
belakang
"ANALISIS PADANAN PARTIKEL
di
atas
~
penulis
mengangkat judul:
DALAM BAHASA INDONESIA
(STUDI KASUS SURAH AL-BAQARAH}".
B. Pembatasan dan Pcrumusan Masalah
Berdasarkan judul di atas, penulis hanya akan menganalisis salah satu pm1ikel bahasa Arab, yaitu /hallal. Analisis inipun hanya dibatasi dalam alQur'an khususnya surah al-Baqm·ah, karena dalam surah ini banyak terdapat penggunaan partikel /halla/ yang maknanya sangat beragam. Adapun permasalahan yang akan penulis bahas adalah sebagai berikut: 1. Apa peran kedudukan pm1ikel /halla/ ? 2. Makna apa saja yang dimiliki partikel /halla/ dalam smah al-Baqarah?
6
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang penulis kemukakan di atas, . tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: I. Mengetahui peran kedudukan partikel /hattal. 2. Mengetahui makna partikel /hattal yang terkandung dalam surah al-Baqarah.
D. Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan ini bersifat kajian pustaka (Librmy Research). Sedangkan metode yang penulis gunakan adalah deskriptiJ analisis, yaitu dengan cara membuat deskripsi atau gambaran mengenai partikel ke
dalam
bahasa
Indonesia,
sehingga
~
memberikan
dalam padanannya
kejelasan
terhadap
permasalahan-permasalahan yang diteliti. Dalam penelitian ini yang dilakukan pertama-tama adalah pencarian data yaitu dengan mencari terjemahan yang mengandung partikel /hatta/ . Setelah data diperoleh, dicatat dan diklasifikasikan berdasarkan partikel yang mengikutinya, maim data itu dianalisis, sehingga permasalahan-permasalahan yang ada teljawab.
E. Sistematika Penulisall Sistematika penulisan skripsi yang penulis gunakan, mengacu kepada "l'cdoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi" yang disusun oleh Tim UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang cliterbitkan oleh Hikmah Syahicl lnclah Jakarta tahun 2000.
7
Skripsi ini terdiri dari lima bab: Bab I
Berupa pendahuluan yang terdiri dari lalar ,belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tlljuan penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II
Berupa kerangka teori yang mencangkup teori penerjemahan secara llmum, dan penerjemahan al-Qur'an,
Bab III
Berupa wawasan preposisi, preposisi dalam bahasa Indonesia, preposisi dalam bahasa Arab dan klasifikasi kala tllgas.
BablY
Berupa analisis padanan partikel /hatta/ dalam bahasa Indonesia yang terdapat dalam surah al-Baqarah.
Bab Y
Berupa penlltllp yang mencangkup kesimpulan.
BABII KERANGKA TEORI PENERJEMA.HAN
A. Gambaran Umum Pcncrjcmahan
Memasuki dunia penerjemahan sama atiinya dengan mengenal sesuatu yang unik dan menarik. Dikatakan unik karena peminat untuk menjadi penerjemah sampat saat ini masih bisa dikatakan sedikit. Menerjemahkan membutuhkan kerja keras, ketelitian, dan kesabaran untuk mendapatkan hasil yang maksimal, karena bahasa yang dihadapi adalah bahasa asing. Dikatakan menarik karena banyak hal baru yang kita temui untuk menambah wawasan serta informasi. Melalui terjemahan, segala sesuatu yang belum kita ketahui dan kita kenaI dapat segera terungkap jelas. Membicarakan tentang penerjemahan juga kiranya patut dimulai dengan perumusan tentang definisi penerjemahan itu sendiri. Dalam bidang penerjemahan terdapat istilah translation dan interpretation yang digunakan dalam konteks yang berbeda. Meskipun kedua istilah ilu fokus pada peralihan pesan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran. Pada umumnya, istilah translation mengacu pada peralihan pcsan teliulis dan lisan. Namun jika istilah tersebut dibahas secm'a bersamaan, maka istilah translation menunjukkan pada peralihan pesan tertuEs dan istilah interpretation
mengacn hanya pada peralihan pesan lisan. Perin pula dibedakan antara kata
9
penerjemahan dengan teljemahan sebagai padanan dari translation. Kata penerjel11ahan mengandung pengertian proses,. alih pesan sedangkan kata terjemahan artinya hasil dari suatu penerjemahan.
1. Definisi Penerjemahan
Penerjemahan atau translation selama ini didefinisikan melalui berbagai cara dengan latar belakang teori dan pendekatan yang berbeda-beda dari berbagai segi, baik segi semantik (kemaknaan) l11aupun linguistik (kebahasaan) dan sebagainya. SeCffi'a lebih sederhana, menerjemahkan dapa! didefinisikan sebagai l11emindahkan suatu amanat dari bahasa sumber ke dalam bahasa penerima (sasaran) dengan pertffil1a-tal11a l11engungkapkan l11aknanya dan kedua l11engungkapkan gaya bahasanya. 1 SeCffi'a luas, tcrjel11ah dapat diartikan sebagai "semua kegiatan manusia dalam mengalihkan pesan atau makna, baik verbal ataupun non verbal, dari suatu bentuk ke bentuk yang lainnya". Dalam pengertian yang lebih sempit, teljemah diartikan sebagai "suatu proses pengalihan pesan yang terdapat di dalam teks bahasa pertama atau bahasa sumber (source language) dengan padanannya di dalal11 bahasa kedua atau bahasa sasaran (target language),,2
A. Widyamartaya, Seni Menerjelllahkan, (Yogyakarla: Kanisiu" 1994), Cet.4, h. II Suhendra Yusuf, Teori Terjemah: Pengantar ke Arah Pendekatall Lingldslik dan Sosia/inguis/ik. (Bandung: MandaI' Maju, 1994), h. 3 I
2
10
Menurut Eugene A. Nida dan Charles R. Taber, seperti yang dikutip oleh A. Widyamartaya, mendefinisikan penerjemahan bahwa: "Translating consist ofreproducing in the receptor language the closest natural equivalent ofthe source language message, first in the terms of meaning and secondly in terms of style". (Meneljemahkan berarti menciptakan padanan yang dekat
dalam bahasa penerima terhadap pesan bahasa sumber, pertama dalam hal makna, kedua pada gaya bahasa).3 Menerjemahkan bukanlah menuliskan pikiran-pikirannya sendiri, betapapun baiknya. Peneljemahan bukan pula menyadur, dengan pengertian menyadur sebagai pengungkapan kembali amanat dari suatu karya dengan meninggalkan detail-detailnya tanpa harus mempertahankan gaya bahasanya dan tidak harus ke dalam bahasa lain. Selain memahami apa itu menerjemahkan dan apa yang harns dihasilkan dalam terjemahannya, seorang peneljemah hendaknya mengetahui bahwa kegiatan meneljemahkan itu kompleks, merupakan suatu proses, terdiri dari serangkaian kegiatan unsur sebagai unsur integralnya 4 Menurnt Newmark sepelii yang dikutip Rochayah Machali, terjemah adalah "readering the meaning ofa text into another language in the way that
3 A. Widyamartaya, Loc. Cit " Ibid. h. 14
II
the author intended the text" (meneljemahkan makna suatu teks ke dalam bahasa lain sesuai dengan yang.dimaksudkan pengarang). 5 Dari berbagai definisi terjemah di atas dapat disimpulkan bahwa terjemah merupakan seni tentang memindahkan makna dan gaya bahasa dari satu bahasa ke bahasa yang lain, di mana pembaca yang berbahasa sasaran melihat teks teljemahan dan merasakannya seperti mehhat pembicara aslinya. 6
2. Metode Penerjemahan
Ada dua metode penerjemahan menurut Newmark seperti yang dikutip oleh Rochayah Machali 7, yaitu (I) metode yang mel11berikan penekanan terhadap bahasa sUl11ber (Bsu); (2) metode yang memberikan penekanan terhadap bahasa sasaran (Bsa). Dalal11 metode jenis yang pertama, peneljel11ah berupaya mewujudkan kembali dengan setepat-tepatnya makna kontekstual Bsu, l11eskipun dijul11pai hambatan sintaksis dan sel11antis pada Bsa (yakni hambatan bentuk dan malcna). Dalam metode kedua, peneIjel11ah berupaya l11enghasilkan dal11pak yang relatif sama dengan yang diharapkan oleh penulis asli terhadap pembaca versi Bsu.
5 Rochayah Machali, Pee/oman Bag! Peneljemah, (Jakarta: Grafindo, 2000), h. 5 (, Achmad Satari Ismail, Diktat Dasar-Dasar Menterjemah (Teor! dan Aplikasinya Dalam Penel)enwhan Arab-Indonesia), h. 4 7 Rochayah Machali, Gp. Cil., h. 49
12
Dalam penerjemahan
pembahasan ini Newmark hanya menjelaskan metode yang cccdisesuaikan
dengan
kepetltingan
dan
praktik
penerjemahan yang sering dilakukan dalam konteks Indonesia. (l) Peneljemahan kata-demi-kata
Dalam metode penerjemahan ini biasanya kata-kata Bsa langsung diletakkan di bawah versi Bsu. Kata-kata dalam Bsu diterjemahkan di luar konteks, dan kata-kata yang bersifat kultural (ll1isalnya kata 'tempe') dipindahkan apa adanya. Umumnya metode ini dipergunakan sebagai tahapan prapenerjemahan (sebagai gloss) pada penerjemahan teks yang sangat sukar atau untuk memahami mekanisme Bsu. Jadi, dalam proses penerjemahan, metode ini dapat terjadi pada tahap analisis atau tahap awal pengalihan. Contoh:
'Membeli pedagang hasil pertanian' Namun, perlu diingat bahwa metode peneljemahan semaeam ini mel11punyai kegunaan atau tujuan khusus, dan dalam praktik penerjemahan di Indonesia tidak lazil11 digunakan sebagai l11etode peneljemahan seeara umum. (2) Penerjemahan harfiah Konstruksi gramatikal Bsu diem'ikan padanannya yang terdekat dalam Bsa, tetapi
pene~jemahan
leksikal atau kata-katatlya dilakukan terpisah
dari konteks. Metode ini dapat digunakan sebagai metode pada tahap awal pengalihan,
bukan
sebagai
metode
yang
lazim.
Sebagai
proses
peneljemahan awal, l11etode ini dapat l11embantu peneljemah l11elihat masalah yang harus diatasi. Metode peneljel11ahan harfiah ini biasa
13
disebut juga sebagai penerjemahan Faithful Translation. s Hal ini didasarkan pada konsepsi bahwa penerjemah hendaknya berlaku setia kepada naskah aslinya, atau sejalan dengan bentuk naskah aslinya.
Contoh: '"
.'
J
lj~J~ 'Aku telah berdiri dengan benar-benar berdiri'
(3) Penerjemahan setia Penerjemahan setia mencoba mereproduksi rnakna kontekstual Bsu dengan masih dibatasi oleh struktur gramatikalnya. Di sini kata-kata yang bermuatan budaya dialihbahasakan, tetapi penyirnpangan dari segi tata bahasa dan pilihan kata masih tetap dibiarkan. Penetjemahan ini berpegang teguh pada maksud dan tujuan Bsu, sehingga hasil terjemahan kadang-kadang terasa kaku dan seringkali asing. Contoh:
'Shalat yang paling penting adalah shalat lima sehari-hari' (4) Penetjemahan semantis Apabila
dibandingkan
dengan
metode
penetjemahan
setia,
penetjemahan semantis lebih luwes, sedangkan penetjemahan setia lebih kaku dan tidak berkompromi dengan kaidah Bsa. l3erbcda dengan
8
Nurachman Hanafi, Teor; dan Sen; Meneljemahkon (Ende Nusa Indah, 1986), h. S6
14
penerjemahan
setia,
penerjemahan
semantis
harus
pula
mempertimbangkan unsur estetika teks BSu dengan mengkompromikan makna selama masih dalam batas kewajaran. Selain itu, kata yang hanya sedikit bermuatan budaya dapat diterjemahkan dengan kata yang netral atau istilah yang fungsional. Bila dibandingkan dengan penerjemahan setia, penerjemahan semantis lebih fleksibel, sedangkan penerjemahan setia lebih terikat oleh Bsu. Contoh:
'Shalat yang paling penting adalah shalat lima wak1.u dalam sehari-hari' Keempat metode di atas adalah metode yang lebih berorientasi a1.au lebih menekankan bahasa sumber. Selain melalui penekanan kepada Bsu seperti dijelaskan di atas, metode penerjemahan c1apat lebih ditekankan kepacla Bsa. Ini bermii bahwa selain pertimbangan kewacanaan, penerjemah juga mempertimbangkan hal-hal lain yang berkaitan dengan bahasa sasaran. Beriku1. penerjemahan yang lebih menekankan bahasa sasaran (Bsa). (1) Penerjemahan bebas
Metode ini merupakan penerjemahan yang mengutamakan isi dan mengorbankan ben1.uk teks BSu. Biasanya, metode ini berbentuk sebuah parafrase yang clapat lebih panjang alau lebih penclek clari aslinya. Metocle ini sering clipakai cli kalangan media massa. Contob:
15
'"
/
__
J
0 ....
JJ:;~ . ;: '1) ;) '1 !~~~\ J;; ~~\ 'Resiko ditanggung pembeli' Metode ini mempunyai kegunaan yang sangat khusus. Seorang penerjemah seyogyanya berhati-hati dalam memilih l11etode
1111
sebagai
metode
apa
tujuan
penerjemahannya
serta
memikirkan
kapan
dan
penerjemahannya.
(2) Penerjemahan idiomatik Metode ini bertujuan mereproduksi pesan dalal11 teks BSu, tetapi sering dengan l11enggunakan kesan keahaban dan ungkapan idiomatik yang tidak didapati pada versi aslinya. Dengan del11ikian, banyak terjadi distorsi nuansa makna. Contoh: "
J:\:~o.;: '1)
,,__
;) '1
r~~\
J
J;;
0,,-
~~\
'Barang yang sudah dibeli tidak dapat dikembalikan'
(3) Penerjemahan komunikatif Metode ini l11engupayakan reproduksi l11akna kontekstual yang del11ikian rupa, sehingga baik aspek kebahasaan maupun aspek isi langsung dapat dimengerti oleh pembaca. Oleh karcna itu, vcrsi Bsa-nya pun
langsung
belieril11a.
Sesuai
clengan
nal11anya,
l11etocle
1Il1
16
memperhatikan prinsip-prinsip komunikasi, yaitu khalayak pembaca dan tujuan penerjemahan. Contoh:
'Mereka tuli, bisu, buta sehingga tiada dapat kembali' (QS. AI-Baqarah/2: 18)
Dari metode peneljemahan di atas, ada yang bersifat umum dan ada pula yang bersifat khusus. Yang sifatnya khusus, khusus pula penggunaan dan tujuan penggunaannya. Menurut Newmark dari metode-metode yang bersifat umum, hanya metode semantis, idiomatis dan komunikatif yang memenuhi tujuan-tujuan utama penerjemahan, yaitu demi ketepatan dan efisiensi sebuah teks. Secara umum dapat dikatakan bahwa metode peneljemahan semantis dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat kebahasaan penulis teks asli, penerjemahan idiomatis lebih terkesan kealaaban s<,dangkan penerjemahan komunikatif lebih memperhatikan tingkat kebahasaan pembaca. Penerjemahan semantis
sering dipakai
dalam menerjemahkan teks
yang ekspresif,
peneljemahan idiomatis lebih senng digunakan dalam bentuk ungkapan scdangkan metodc komunikatif untuk teks yang informatif atau vokatif (yang bersifat imbauan)9
9
Rochayah Machali. Op. Cil. h.50-56
17
3. Prinsip-Prinsip Penerjemahan
Para ahli teljemah memberikan prinsip-prim:ip dasar penerjemahan secara berbeda-beda, namun menurut Solihin Bunyamin Ahmad penerjemah yang baik ialah penerjemah yang memiliki kriteria sebagai berikut: 10 a) Menguasai makna kedua bahasa, yaitu bahasa asal dan bahasa terj el11ah. b) Mengetahui redaksi kedua bahasa dengan spesifikasinya. c) Hasil terjemah bisa l11ewakili seluruh malcna dan l11aksud yang tertuang dalam bahasa asal. d) Bisa l11enerjemah kembali bahasa tel:jemah ke dalam bahasa asal dengan benar. e) Redaksi bahasa teljemah tidak terpengaruh oleh redaksi bahasa asal, sehingga tidak terlihat kalau bahasa yang ditel:iel11ah itu dari bahasa Arab atau laitmya. f) Memperhatikan delik-delik l11alcna dan kadar el11osional sesuar dengan bahasa asal yang diterjemahkannya. g) Memiliki kal11us-kal11us yang saling l11elengkapi. h) Menjaga kejujuran secara ilmiah. i) Mel11iliki pengetahuan yang cukup tentang bidang yang diterjemahkarmya. j) Yang paling penting penerjemah senantiasa ildllas karena Allah dalal11 penerjemahannya. Menurut AI-Zarqany dalam bukunya Manahilu al-b/an fi Ularni alQur 'an
seperti
yang dikutip oleh Ismail
Lubis tentarlg persyaratan
peneljel11ahan antara lain: I. Peneljel11ahan harus sesuai dengan konteks bahasa sUl11ber (Bsu) dan konteks bahasa sasaran (Bsa). 2. Pcnel:jel11ahan harus sesuai dengan gaya bahasa ;;umber (Bsu) clan gaya bahasa sasaran (Bsa). 10 Solihin Bunyumin Ahmad, liletode Granada Sistem 8 Jam, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2000), h. 25
18
3. Penerjemahan hams seSUaJ dengan em khas bahasa sumber (Bsu) dan gaya bahasa sasaran (Bsa).ll
Menurut Ian Finlay (1971), seperti yang dikutip oleh Suhendar Yusuf. Seorang peneljemah haruslah: I. Memiliki pengetahuan bahasa sumber yang sempuma dan up-to date. 2. Memahami materi yang akan
dite~iemahkannya.
3. Mengetahui terminologi-terminologi padanan tel:jel11ahnya di dalal11 bahasa sasaran. 4. Berkel11al11puaJl l11engekspresikan dan l11engapresiasikan serta l11erasakan gaya, iral11a, nuansa selia register kedua bahasa yaitu bahasa sUl11ber dan bahasa sasaran. Hal del11ikian akan sangat l11el11bantu l11enciptakan 'mood' atau kedaan yang diinginkan penulis aslinya. 12 Prinsip penerjemahan di atas sudah dianggap oleh penulis mewakili prinsip-prinsip peneljemahan yang ditawarkan oleh penulis lainnya. Karena dengan pengetahllan yang dimiliki oleh penerjemah baik dari bahasa sumber atall bahasa sasaran hasil teljemahannyaplln akan sesuai dengan tlljuan yang ingin disampaikan pengarang aslinya.
II Ismail Lubis, Falsifikasi Teljemahan al-Qur'an Departemen Agamo Edisi 1990, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 200 I), h. 62 12 Slihendar Ylisuf, Op. Cit. h. 67
19
B. Penerjemahan al-Qur'an 1. Definisi Penerjemahanal-Qur'an
Kata
4.;:; adalah masdar yang dibentuk dari kata 4:; -~~ -~:;
J-i.1 wL...l; .~ = ~I r+jJ ~ yang berarti menafsirkan sesuatu pembicaraan dengan menggunakan bahasa yang lain.
13
Secara harfiah, terjemah berarti
menyalin atau memindahkan suatu pembicaraan dari satu bahasa ke bahasa lain atau mengalihbahasakan. Teljemahan berarti salinan bahasa atau alih bahasa dari suatu bahasa ke bahasa lain.
14
Kata teljemah dalam tuturan bahasa Arab meliputi berbagai makna, bahkan pengertian kata yang satu ini seringkali tergantung pada situasi di mana kata itu diucapkan. Pengertian-pengertian yang dijangkau oleh ungkapan kata tmjamah, antara lain: 15 I.) Menyampaikan
pembicaraan
kepada
orang
yang
belum
pernah
menenmanya. 2.) Menjelaskan pembicaraan dengan memakai bahasa pembicaraan itu sendiri. 3.) Menjelaskan pembicaraan
dengan memakai
bahasa selain bahasa
pembicaraml itu.
Lois Ma'lour, AI-MlIl1jidfl al-Llighah \Va '01- 'A lam, (Beirut: Daar al-Mashriq. 2002), h. 60 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), h. 1047 15 Rifa'at Syauqi Nawawi dan M.Ali Hasan, Penganfar lImli T({!s'ir, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), h. 169 13
14
20
4.) Mengalih pembicaraan dari satu bahasa ke bahasa lain. Singkatnya alih bahasa. Berdasarkan beberapa arti di atas, pada intinya teljemah mengandung arti penjelasan. Kata terjemah dapat diperluas untuk setiap ungkapan yang membutuhkan penjelasan itu. Jadi, teljemah adalah merull1uskan ll1akna pembicaraan yang terkandung dalam suatu bahasa dengan pembicaraan lain, melainkan bahasa yang lain, lengkap semua ll1akna dan ll1aksudnya. Seharusnya pengungkapan makna yang terkandung dalall1 suatu bahasa itu diusahakan sesuai dengan makna yang dikehendaki oleh pell1buatnya. Tidak jarang teljadi, terjell1ahan dilakukan, tetapi pengungkapan ll1aknanya tidak berhasil, karena tidak jarang pula penerjell1ah sendiri tidak ll1enguasai materi ll1akna yang disajikan dalam bahasa yang Ia teljemahkan. Seorang pakar ulall1a al-Qur'an dari Universitas Al-Azhar Mesir, Muhammad Husayn Al-Dzhahabi ll1ell1berikan definisi tersendiri ll1engenai penel:jell1ahan al-Qur'an. Pertama, ll1engalihkan atau memindahkan suatu pembicaraan dari suatu bahasa ke bahasa lain tanpa mcnerangkan makna dari bahasa asal yang diterjemahkan. Kedua, menafsirkan suatu pembicaraan dengan menerangkan maksud yang terkandung di dalamnya dengan menggunakan bahasa lain. 16
16
Muhammad Husayn AI-Dzahabi, AI-Taft!r \Va al-Mufassinl/1, (H: lpn, 1976), Jilid I, h. 23
21
Menurut Muhammad Ali Asy-Shabuni Terjemah al-Qur'an berarti memindahkan al-Qur'an pada bahasa lain yang bukan bahasa Arab dan mencetak terjemahan ke dalam beberapa naskah, agar dapat dibaca orang yang tidak mengerti bahasa Arab sehingga dapat l11emahami maksud kitab Allah dengan perantara terjemahan..
17
Dari berbagai definisi di atas kiranya dapat diambil kesimpulan bahwa terjemah adalah menyalin atau mengalihbahasakan serangkaian pembicaraan dari suatu bahasa ke bahasa lain, dengan maksud agar inti pembicaraan bahasa asal yang diterjemahkan dapat dipahami oleh orang-orang yang tidak l11al11pu l11emahami langsung bahasa asal yang diterjemahkan. 2. Jenis-Jenis Penerjemahan al-Qur'an
Kata terjemah dapat dipergunakan pada dua ani,
18
yaitu:
a) Teljemah harfiah, adalah teljemah yang dalam pengungkapan makna se1alu terikat dengan suasana kata perkata yang ada pada bahasa pertama dan makna-makna yang terungkap hanya berupa makna kosa kata. Dalam praktiknya, peneljemah harfiah menyoroti kata per kata yang ada, lalu memahaminya satu per satu, kemudian diberikan l11aknanya dalam bahasa terjemah sesuatu dengan perimbangan kata, walaupun makna yang
17 Muhammad Ali Asy Shabuni, Pengantar Study AI-QuI' 'an lat-7Ybyan), Teljemahan Muhammad Chudlori Umar dan Muhammad Matsna, (Bandung: Al Ma'arif, 1984), h. 276 18 Rifa'al Syauqi Nawawi dan M. Ali Hasan, 01'. Cit., h. 173-174
22
dikehendaki ternyata menyimpang dari "pesan" bahasa pertama, mengingat adanya perbedaan-perbedaan dalanllanggam bahasa. Muhammad Husayn Al-Dzahabi membagi terjemahan harfiyah
1m
dalam dua bagian, yaitu: I. Teljemahan harfiyah bi al-milsl, yaitu terjemahan yang dilakukan apa
adanya,
terikat dengan susunan dan struktur bahasa asal yang
diterjemahkan. Terjemahan ini sama juga dengan metode Newmark yaitu pada penerjemahan kata demi kata dan penerjemahan harfiah. 2. Teljemahan harfiyah bighairi al-milsl, pada dasarnya sama dengan teljemahan tadi, hanya saja sedikit lebih longgar keterikatannya dengan susunan dan struktur bahasa asal yang akan diterjemahkan. 19 Terjemahan ini sama dengan metode Newmark yaitu pada pene:Jjemahan setia.
b) Terjemah lafsiriyah, adalah teljemah yang dalam mengungkapkan makna tidak terikat dengan susunan kata perkata yang ada dalam bahasa pertama, tetapi yang penting ialah bagaimana mengungkapkan makna-malma yang dikehendaki dengan sebaik-baiknya. Terjemahan ini sal11a dengan metode Newmark yaitu pada penerjemahan semantik, idiomatik dan komunikatif. Oleh karena itu terjemah ini disebut pula "lel:jel11ah ma'nawiyah". Disebut terjel11ah tafsiriyah, karena dalam penggal11baran atau pengungkapan
19
Muhammad Husayn AI-Dzahabi, Gp. Cil., h. 24
23
makna-makna yang dikehendaki itu menjadikannya serupa dengan tafsir, walaupun sebenarnya ia bukan tafsir. Dalam praktiicnya, penerjemah tafsiriyah berusaha menangkap makna atau pengeliian yang ditunjuk oleh ungkapan-ungkapan kalimat bahasa peliama, kemudian pengertian itu fa tuangkan ke dalam bahasa
te~jemah,
sesuai maksud penutumya, tanpa memaksakan diri untuk mencari makna kata perkata yang ada dalam bahasa pertama. 3. Syarat-Syarat Penerjemahan al-Qur'an
Beberapa hal yang harus dipenuhi dalam tetjemah, baik harfiyah maupun tafsiriyah sebagai berikut:
20
a.) Penerjemah hendaknya memahami benar persoalan-persoalan yang ada dalam dua bahasa, baik bahasa peliama (yang diteljemah) maupun bahasa terjemahnya. b.) Penerjemah benar-benar mengetahui tentang gaya dan pola-pola kalimat serta ciri-ciri khusus dari kedua bahasa. c.) Dalam terjemahan terpenuhi atau tercermin semua makna dan maksud yang dikehendaki oleh bahasa yang pertama dcngan mantap. d.) Hendaknya wujud atau bentuk terjemah itu benar-benar lepas dari bahasa pertama, sehingga tak ada lagi kata atau lafazh bahasa pertama yang masih melekat dalam bahasa terjemah.
20
Rifa'at Syallqi Nawawi dan M. Ali Hasan, 01'. Cit., h. 175
24
Khusus mengenai terjemah tafsiriyah untuk al-Qur'an, AI-Dzahaby mengemukakan beberapa syarat sebagai berikue' a.) Terjemah harus dilakukan menurut persyaratan tafsir, dengan bersandar kepada hadits-hadits Nabi, Ilmu Bahasa Arab dan prinsip-prinsip syariat Islam. Maka dalam mengungkapkan makna al-Qur'an penerjemah mesti berpegang pula pada penjelasan yang diberikan orang Arab yang juga bersandar pada hal-hal tersebut. Jika semata-mata mengandalkan pikiran atau berpegang pada penjelasan yang tidak bersandar pada prinsip-prinsip atau pokok-pokok di atas, maka teljemahan yang demikian tidak boleh. Demikian pula dalam hal menafsirkan tidak boleh sekiranya tak bersanclar pada pokok-pokok itu. b.) Penerjemah tidak berkecendelUngan pada akidah yang justru berlawanan dengan akidah yang dibawa al-Qur'an. Inipun merupakan syarat bagi mufasir. Sekiranya pcnerjemah mempunyai kecenderungan akidah sepelii itu, niscaya hal itu akan mempengaruhi pikirannya. Jika ia seorang mufasir maim ia akan menafsirkan al-Qur'an setara dengan dorongan nafsunya, dan sekiranya ia penerjemah, maka ia akan menerjemah setingkat dengan kecenderungannya itu. Keduanya pasti jauh dari sinar dan hidayah al-Qur'an.
21
Ibid., h. 175-176
25
c.) Penerjemah mengetahui benar dengan mendalam tentang dzauq dari kedua bahasa, baik yang diteljemahkan (al-Qur'an) maupun bahasa terjemahnya, mengetahui rahasia-rahasianya, mengerti segi persoalan, bentuk, gaya dan pola serta dalalah keduanya.
d.) Ayat al-Qur'an ditulis terlebih dahulu, lalu ditangkap bagaimana tafsimya, setelah itu bam dikemukakan terjemah tafsiriyahnya, sehingga tidak ada dugaan bahwa teljemah itu sebagai teljemah harfiyah al-Qur'an. Untuk terjemah harfiyah, di samping syarat-syarat di atas disyaratkan pula dua syarat berikut ini, yaitu: 22 a.) Adanya kosakata-kosakata yang sempurna oalam bahasa terjemah sarna dengan kosakata-kosakata bahasa asli. b.) Hams adanya persesuaian kedua bahasa mengenai kata ganti dan kalimat penghubung yang menghubungkan antara satu jumlah dengan jumlah yang lain untuk menyusun kalimat. Di antara syarat-syarat menerjemahkan al-Qur'an di atas dapat disimpulkan bahwa setiap penerjemah yang ingin meneljemahkan al-Qur'an hams memiliki kemampuan atau skill baik dari segi uslubnya maupun dari segi makna dan tujuan aslinya.
" Muhammad Ali Ash-Shabuni, 01'. Cit., h. 277
26
4. Cara Menerjemahkan al-Qur'an
Pada dasarnya penerjemahan al-Qur'an ada dua cara, yaitu secara harfiyah dan seCal'a ma'nawiyah atau tafsiriyah. Teljemah harfiyah adalah memindahkan pengertian dari suatu bahasa ke bahasa lain sambil tetap memelihara susunan dan sekalian makna asli yang terkandung dalam apa yang diterjemahkan. Teljemah secara ma'nawiyah atau tafsiriyah aclalah menerangkan atau menjelaskan makna yang terkandung dalam suatu buku dengan bahasa lain tanpa memperhatikan susunan dan jalan bahasa aslinya serta tanpa memperhatikan sekalian makna yang dimaksudnya. Menurut H. Datuk Tombak Alam, cara
23
mene~jemahkan
al-Qur'an
harus melalui beberapa tahapan, yaitu: Tahapan pertama, yaitu menerjemahkan secara harfiyah dan menurut langgam Sllsunan bahasa Arabnya yang sudah tentu tidak cocok dengan susunan bahasa Indonesia yang bailc Hal ini dilakukan pada tahap pertama sllpaya dalam penerjemahan dapat mengenal kedudukan dan hukum katakata itu. Tahapan kedua, yaitu mulai menerjemahkan dengan susunan bahasa Indonesia yang baik dengan menambah kata-kata lain yang tidak ada dalam bahasa Al-qur' an.
13
Universitas Islam Indonesia, Mukaddimah AI-QuI' 'an dan Tajj;irnya, (Yogyakarta: Dana
Bhakti Wakaf, 1991), h. 50
27
Tahapan ketiga, yaitu membuang beberapa kata yang ada dalam alQur'an di dalam terjemahan. Tahapan keempat, yaitu menggeser atau menyusun kalimatnya dalam terjemahan, agar terjemahan tersebut dapat dimengelii. tahap ini boleh dipergunakan jika diperlukan. Jika seorang penerjemah ingin teljemahannya baik, maka tahap ini hams dipenuhi.
24
", Datuk Tombak Alam, Metode Menerjemahkan al-Qur 'an ai-Karim 100 Kali Pandai, (Jakm1a: Rineka Cipta, 1992), h. 19
EAEUI WAWASAN PREPOSISI
A. Prcposisi dalam Bahasa Indoncsia 1. Pcngcrtian P,'cposisi
Menurut Harimurti Kridalaksana preposisi adalah kategori yang terletak di depan kategori lain (terutama nomina) sehingga terbentuk frase eksosentris direktif.25 Menurut Abdul Chaer preposisi adalah kata a.t.au gabungan kata yang berfungsi menghubungkan kata atau frase sehingga terbentuk sebuah frase eksosentris, yakni frase yang lazim menduduki fungsi keterangan di dalam kalimat.26 Contoh: Kami baru datang dari Medan. Kelompok kata dari Medan adalah frase eksosentrik yang menduduki fungsi keterangan di dalam kalimat tersebut. Kata tugas dari yang merupakan unsur pertama dari frase tersebut adalah sebuah preposisi. Hampir semua buku tata bahasa Indonesia membicarakan masalah kata depan. Istilah yang digunakan untuk menyebutnyapun berbeda-beda. Sutan Takdir Alisyahbana memakai istilah kata sambung, S. Zaenuddin, Soetan Moehal11l11ad Zain dan Slal11et Muljana I11cnggunakan istilah kata perangkai, LR. Poedjawijatna dan P.J. Zoetl11ulder, Tardjan Hadidjaja,
25 Harimurti Kridalaksana, Kelas Kala da/am Bahasa Indonesia., (Jakm1a: Gramedia Pustaka Utama, 2005), Cet. 4, h. 95 26 Abdul elmer, Penggunaan Preposisi dan Konjungsi Bahasa Indonesia, (Flores: Nusa Indah, 1990), h. 23
29
C.A. Mees dan Gorys Keraf menggunakan istilah kata depan dan Madong Lubis memakai istilah preposisi. Menumt Sutan Takdir Alisyahbana dalam bukunya Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia mengartikan preposisi atau kata depan adalah kata-kata yang menghubungkan kata benda dengan
kata-kata yang lain serta
menentukan sekali sifat perhubungan itU. 27 Untuk membahas preposisi, maka kita tidak terlepas dari pertikel. Partikel atau kata tugas sebenarnya istilah tua yang dipakai untuk menyebut sekelompok atau segolongan kata yang tidak mengalami infleksi. Partikel untuk menyebutkan golongan-golongan kata yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai subjek atau predikat. Jadi, preposisi itu termasuk ke dalam golongan partikel karena tidak bisa berdiri sendiri sebagai subjek, predikat maupun objek dan juga tidak mengalami perubahan bentuk ketika Ia bersambung dengan kalimat lain. 28 Preposisi masuk ke dalam goIongan partikel, maka Ia tidak mempunyai makna leksikal tetapi hanya mempunyai makna gramatikal. Artinya Ia bam dapat dipahami apabila telah dirangkaikan dengan bentuk lain seperti dengan nomina, verba atau adjektif dalam suatu kalimat. Preposisi masuk kelas partikel, maka seCaI'a otomatis Ia menduduki fungsi feriferaI
27 Sutan Takdir Alisyahbana, Tatabahasa Earll Bahasa Indones;a, (Jakarta: Dian Rakyat, 1986), Cet.32, h. 86 28 GOIys Keraf, Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia, (Jakana: Gramedia widia Sarana, 1991), h. 105
30
kalimat. Karena itu preposisi hanya berfungsi menghubungkan fungsi-fungsi utama sebuah kalimat dan dari sudut.oSemantik hanya mengandung konsep relasional. 29 Wojowasito menyatakan fungsi preposlsl, yaitu menentukan sifat hubungan dengan kelompok kata yang mendahuluinya, sedangkan preposisi itu sendiri tidak mempunyai makna leksikal. Contoh, di dalam klausa ia
berada di kamar menentukan sifat relasi dengan kata berada. Wojowasito dalanl bukunya Pengantar Sintaksis Indonesia, menentukan kata depan berdasarkan ciri sintaksis, bahwa kata golongan ini memiliki fungsi adverbial dan biasanya terletak di lIluka kata benda. 30 Alwi menyatakan bahwa preposisi yang di:,ebut kata depan jika ditinjau dari pelaku selllantisnya menandai berbagai hubungan makna antara konstituen di depan preposisi tersebut dengan konstituen di belakangnya. Jika ditinjau dari perilaku sintaksisnya preposisi berada di depan nomina, adjektiva atau adverbia sehingga terbentuk frasa preposisional. Jika ditinjau dari segi bentuknya, preposisi ada dua macam, yaitu preposisi tunggal dan preposisi majellluk. Alwi lIlenyatakan bahwa preposisi yang masuk ke dalam kelompok penanda hubungan waktu adalah preposisi pada, hingga, sampai, sejak, . k d an menJe . Iang. 31 semenJa,
Ibid. Toshio Suenobu, "Frasa Preposisional Temporal Bahasa Indonesia", Tesis, Depok: FIB Fakullas Sastra, 200 I, h. 13 JI Ibid. 29
30
31
2. Bentuk-Bentuk Preposisi dalam Bahasa Indonesia Harimurti Kridalaksana membagi preposisi menjadi 3 jenis, yaitu: 32 1). Preposisi dasar, yang sebagai preposisi tidak dapat mengalami proses
morfologis. Contoh: di, ke, dan dari. 2). Preposisi turunan, yang terbagi lagi atas: a) Gabungan preposisi dan preposisi. Contoh: - daripada
menandai hubunglill perbandingan
- kepada
menandai
hubungan
arah
ke
suatu
tempat - oleh karena, oleh sebab
menandai hubungan penyebaban
- sampai dengan/ke
menandai hubungan batas waktu
- selain dari
menandai hubungan perkecualian
b) Gabungan preposisi dan non-preposisi. Contoh: di atas
- ke dekat
- dari balik
di bawah
- ke depan
- dari san1ping
di muka
- ke dalam
- dari luar
di belakang
- ke luar
- dari tengah
di tengah
- ke tengah
3). Preposisi yang berasal dari kategori lain, misalnya pada, tanpa, dan sebagainya.
J2
l-Iarimurti Kridalaksana, Op. Cit, h. 95
32
Jika ditinjau dari segi bentuknya, preposisi terbagi menjadi dua, yaitu: 33 I) Preposisi Monomorfemis Preposisi monomorfemis adalah preposisi yang terdiri hanya atas satu morfem dan karena itu tidak dapat diperkecil lagi bentuknya. Berikut adalah preposisi dalam bahasa Indonesia beserta beberapa fungsinya. Bagi, untuk, buat, guna
=
dari
=
menandai hubungan peruntukan menandai
hubungan
asal,
arah
dari
suatu tempat atau milik dengan
=
menandai hubungan kesertaan atau cara
di
menandai hubungan tempat berada
karena, sebab
menandai hubungan sebab
ke
menandai hubungan arah menuju suatu tempat
oleh
menandai hubungan
pelaku atau yang
dianggap pelaku pada
menandai hubungan tempat atau waktu
tentang
=
menandai hubungan ihwal peristiwa
sejak
=
menandai hubungan waktu dari saat yang satu ke saat yang lain.
33 Hasan Alwi, et. ai, Tala Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka dan Yogyaka,1a: Gadjah Mada University Press, 1988), Cet. I, h. 230-231
33
2). Preposisi Polimorfemis Preposisi polimorfemis terdiri atas dua macam: a.) Yang dibentuk dengan memakai afiks, contohnya selama dan
bagaikan. b.) Yang dibentuk dengan menggabungkan dua kata atau lebih, contohnya
selain dari dan sampai dengan/ke. Moeliono mengelompokkan preposisi sebagaic bagian dari partikel. Menurut dia preposisi dibagi menjadi tiga, yaitu preposisi direktif (di, ke,
dari), preposisi agentif (oleh) dan preposisi penunjuk orang (para, si, hang, sang dan dang).34
B. Preposisi dalam Bahasa Arab Preposisi (kata depan) dalam bahasa Arab disebut juga dengan hmfu
jarr. 35 Hmfu jarr disebut juga dengan preposisi karena dapat berfungsi sebagai kata depan atau kata sambung di samping fungsi-fungsi lainnya, dan tentu saja hal ini dilihat dari segi makna. Musthafa AI-Ghulayayn di samping menggunakan istilah harf al·jan· dan
halfal-khafdi, juga menggunakan istilah harf al-idhGfah, karena pmtikel-partikel ini menghubungkan makna fi 'il atau verba yang mendahuluinya dengan makna
)., Ibid. 35 Muhammad Ali al-Khulli, Mll 'jam lim al-Llighah al-Nazari, (Beirut: Librarie du Liban, 1982), h. 224
34
isim atau nomina yang mengikutinya. 36 Kehadiran preposisi memang dibutuhkan
karena verba tersebut tidak bisa langsung diikuti oleh nomina objek atau maf'ul bih, sehingga untuk menghubungkan verba tersebut dengan nomina objek
setelahnya disisipi harfal-jarr. Abdullah Abbas Nadwi berpendapat bahwa harf al-jarr dalam bahasa Arab sarna dengan partikel kata depan dalarn bahasa Indonesia kata yang mengikuti kata depan mengalami kasus genetif. Oleh karena itu humf akhirnya berharakat kasrah. 37 Abdullah Abbas Nadwi membagi kata depan menjadi 2, yaitu: 38 I). Kata depan yang tidak dapat dipisahkan, terdiri atas satu huruf yang selalu terikat dengan kata berikutnya. Contoh: (a) ;:.41\ ( di, oleh, dengan, dsb) Kata kerja yang menyatakan arti mulai, melekat, meraih disusun dengan
~,contohnya:
,\\
'W
' f':.
('Dengan nama Allah ').
''Dan lelah kami berikan kepadanya beberapa gudung harIa, yang kuncikuncinya saja lerlalu beral dibawa aleft sejumlah orang-orang yang kual" .(AI-QhasashI28: 76)
(b) ;:. \.:i.l\ (demi), hanya digunakan dalam sumpah dengan nama Allah Yang MaIm Kuasa. 36 Musthafa AI-Ghulayaini, Jami el-Duri/s al- 'Arabiyyah, (Beirut: Al-Maktabah e1-' Asyariyah, 1997), h. 241 37 Abdullah Abbas Nadwi, Be/ajar Mudah Bahasa A/-Qur 'an, (Bandung: Mizan, 1992), Cet. 3, h. 171 38 Ibid. J
35
Contohnya:
'Dan demi Allah! Aku sesungguhnya akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu '. (AI-Anbiya/21: 57) (c») 1)1 (demi), untuk suatu sumpah.
• <J }1.Jlj
Contohnya:
,.O\j
'Demi langit dan yang datang pada malam hari '. (At-Thariq/86: 1)
(d) j (untuk, karena), kata depan yang menyatakan datif dan berarti milik.
Contohnya:
'Milik Allah apa pun yang di langit dan di bumi' (AI-Baqarah/2: 284) (e) 0
\501 (seperti) __
Contolmya:
.'
(b) Jlmempunyai 3 arti, yaitu:
*
Jl (sampai)
Contohnya:
__
;;;
,,-
J3 ~1.5' ? j.J\ ~j
'Dan laki-laki tidak seperti perempuan '. (AI-Imran/3: 36)
2) Kata depan yang terpisah
0....
36
'Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam tiba '. (AI-Baqarah/2: 187)
*' Jl (ke). Contolmya:
Clf
I)
(\ :\V/
* Dengan akhiran ~~ (kepadanya), :}~ (kepadaku) ~
Contohnya:
~JJ\ ~\ ~ /
'"
'"
'Kepada-Nya lah naik perkataan yang baik '(Fatir/35: 10)
'Kemudian kepada-ku lah kamu kembali'. (AI-Imran/3: 55) (b) <.S"" (hingga) Contohnya:
'Hingga apabila Rasul-Rasul hilang harapan (putus asa) '. (Yusufll2: 110) (c) ~ (di atas, atas, kepada) Contohnya:
(l
'"
4l '"
,,-
37
'Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu'. (AI-Baqarah/2: 109)
(d) ,y- (dari, tentang, dengan) Contolmya:
'Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh '.(AI-Isra/17: 85)
(e)
J
(di dalam, pada) dengan akhiran
Contolmya:
'Sesungguhnya dalam diri Rasulullah itu terdapat suri teladan yang baik' (AI- Ahzab/33: 21)
(1) i f (dari), sering dipertukarkan dengan ,y- dan digunakan dengan akhiran,
seperti ~ (darinya laki-Iaki / darinya (benda)), ls-" (dariku), L;,., (dari kami). Contolmya:
'Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan ke cahaya'. (AI-Baqarah/2: 257) (g) b
,.l.. (sejak), kata depan ini tidak digunakan dengan akhiran, kadang-
kadang diikuti oleh kata benda. Contohnya:
'Aku tidak melihatmu sejak hari jum 'at'. 39 39
Ibid., h. 179
38
Ada sejumlah kata benda yang digunakan sebagai kata depan, meskipun tidak disetujui oleh ahli tatabahasa bahasa Arab. Beberapa pengamng Barat menggolongkannya ke dalam kata depan sejati, namun demikian partikel-partikel ini berguna dalam mempelajari Al_qur'an. 4o Contoh:
'Sesungguhnya para Rasul tidak takut di hadapall-ku '. (An-NamI/27: 10) (b) C' (bersama)
J;:L.aJ\ c: .iJ!\ 0) '"'
(\0"1 :'\/0,;..)1)
/
'"'
f;J
'Sesungguhnya Allah bersama Orang-orang sabar', (AI-Baqarahl2: 153) (c )
~
(di sisi, di, pada)
6.J-\/~..:J\ ~ ~~li 'lJ /0
(\ '\ \ : '\/0';")1)
Q/
_Il:
/;'"
'Danjanganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram '. (AI-Baqarahl2: 191) Wright menjelaskan bahwa pada awalnya preposisi bahasa Arab merupakan
penanda relasi
tempat,
kemudian terjadi
pergeseran,41
yakni
pergeseran menjadi relasi waktu dan menjadi bermacam-macal11 relasi ideal yang disusun dalal11 relasi lokal yang dil11ilikinya. Selanjutnya relasi ideal tersebut 40
41
tbid" 11, 179-180
W.Wright, A Grammar a/the Arabic Language, (London: Cambridge University Press,
1951),11,129
39
dibagi lagi menjadi bentuk sederhana dan bentuk gabungan. Preposisi bentuk sederhana dibagi menjaditiga kelas, yaitu: (1) Preposisi yang berfungsi sebagai penanda gerakan clari atau menjauh dari suatu tempat, yaitu Iminl 'keluar dari' atau 'dari' dan I 'ani 'menjauh dari'. (2) Preposisi yang berfungsi sebagai penanda gerakan menuju suatu tempat, yaitu: <.11 'ke', L$>" 'sampai', dan
.I
'ke'.
/
(3) Preposisi yang berfungsi sebagai penanda letak atau t'empat berada, yaitu: 'di', atau 'di dalam',
~
'pada', 'di', 'oleh' atau 'dengan',
'bersama', is..I..i 'paela', 'milik', atau 'elengan', dan
c:
J
'elengan' atau
J.>' ' eli atas'.
I. Telaah Pal'tikel
~
dalam Bahasa Arab
Partikel
~
memiliki tiga fungsi, yaitu elapat berfungsi sebagai harfu
jarr, harjil nashab dan hatfu 'athaj42 Partikel
~
tielak dapat menj'ar-kan kecuali lafazh yang menunjukkan
makna akhir tujuan atau yang muttashil elengan akhir tujuan 43 Seperti paela ayat eli bawah ini:
" Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbitfajar. "(QS. AI-Qadr/97: 5)
42
Muhammad Ali Sultan, al-Adawat an-Nahwiyah, (Suria: Daar al-Shamaai, 2000), eeL 1,
h.42 43 Bahaud Din Abdullah Ibnu 'Aqil, Alfiyyah Syarah 1bl11/ 'Aqil, Terjemahan Bahrun Abu Bakar (Bandung: Sinal' Baru Algensindo, 2000), Cet. 3, h. 477
40
Kadang-kadang inti maksud yang terletak setelah
~
itu juga masuk
dalam pengertian yang dimaksudkan oleh lajazh sebelumnya. Contoh:
"Aku lelah memberikan haria melalui umatku hingga uang dirham terakhir yang saya miliki" 44 Dan kadang-kadang belum atau tidak masuk ke dalam pengertian yang dimaksudkan oleh lafazh sebelumnya. Seperti dalam c:ontoh surah al-Baqarah ayat 187 di bawah ini.
" Makan dan minumlah kamu sehingga jelas bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu jajar. " (QS. AI-Baqarahl2: 187) Dalam ayat tersebut dimaksudkan bahwa oratlg yang berpuasa tidak boleh makan dan minum bila fajar telah tampak terbit. Jadi lajazh yang terletak setelah ~ tidak masuk dalam pengertian lajazh yang sebelumnya. Sebagian ulama tata bahasa mengira bahwa lafazh yang terletak setelah
~
tentu telah masuk ke dalam pengertian lajazh yang sebelumnya
dalam segala keadaan. Sebagian yang lain berpendapat bahwa lajazh itu tidak masuk kepada pengertian sebelumnya bagaimanapun kondisinya. Namun yang benar adalah bisa masuk ke dalam pengertian sebelumnya. Contoh:
4·' Musthafa al-Ghulayayn, Op.
Cit, h. 175
4!
~f~?~\~~f ~
'Aku hrakan ikan ini Izingga kepalanya'
;,a;jl ?~4J\ Ix" ~:r~
'Aku berjalan di siang ini Izingga waktu ashar,45 Partike!
~
ketika
berfungsi
sebagai
hwfu
'athaf sedikit
pemakaiannya. Syarat untuk mengathafkan dengannya hendaknya ma'thuJ berupa isim zhahir, laJazh yang diathafkan merupakan bagian dari laJazh sebelumnya, hendaknya ma'thuJ lebih mulia daripada ma'thuJ 'alaih dan hendaknya ma 'thuJberupa muji-od bukanjumlah. Contoh:
'Manusia pasti mati balzkan para nabi'
'Para jamaah haji itu telah datang balzkan jamaah haji yang berjalan kaki punjuga datang'
46
Namun demikian, ada hal-hal yang merupakan ketentuan khusus yang berlaku dalam tata bahasa Arab sehubungan dengan 'athqf, yakni dua kata yang diathafkan atau disambung satu sama lain keadaan bunyinya hams sejajar atau serasi. Artinya raja dengan rafa, nashab dengan nashab, majrur dengan majrur dan seterusnya. Kata yang bisa diathafkan itu bukan sekedar
45
46
Ibid. h. 176 Ibid. h. 245
42
isim
den~an
isim, melainkan juga fi'il dengan fi'il, asal jangan dicanlpur
misalnya isim diathafkan dengan fi 'il atau sebaliknya fl 'il disambung dengan isim. 47 Partikel ~ ketika berfungsi sebagai harfu nashab, yaitu huruf yang menashabkanfi'il mudhari' dengan
01yang disimpan (0">4 ,;"
4),
dengan syaratfi'il mudhari' tersebut menunjukkan zaman is/iqbal (masa yang akan datang). Maksudnya istiqbal jika dikaitkan dengan waktu yang diucapkmillya atau jika dikaitkan dengan lafal sebelumnya. Kemudian apabila fi'il tersebut menunjukkan istiqbal, maka fi'il mudhari' tersebut wajib dibaca manshub, karena fi'il tersebut berarti menunjukkan istiqbal yang hakiki. Contoh:
'Puasalah hingga ma/ahari /erbenam ,.48 Jadi terbenamnya matahari di sini adalah bam akan terjadi setelah diucapkan (~) dan setelah berpuasa (r~\) . Apabila istiqbal itu hanya dikaitkan dengan waktu bicara saja, makafi 'il mudhan 'tersebut boleh dibaca manshub dan marfu'. Contoh: J.
(\It:
J....
0
J.
0
,/o.AJI) ... J~}\ J~? \)J)j) <
'... Ser/a digoncangkan (dengan bermacam-macam berka/alah Rasul... ' (AI-Baqarah/2: 214)
cobaan)
sehingga
·17
Imam Bawani, Tata Bahasa Bahasa Arab Tingkat Permulaan, (Surabaya: AI-Ikhlas, 1987),
48
Musthafa AI-Ghulayaini, Gp. Cit., h. 181
h.251
43
Lafal
J y4
dalam ayat tersebut di atas dapat dibaca manshub dengan
0\ yang disimpan (o~) jika dipandang bahwa pekeljaan di sini baru akan datang setelah ucapan Rasul, dan boleh dibaca marfu' lanpa menyimpan huruf
, nashab 01
karena fi'il mudhari' tersebut tidak menunjukkan arti istiqbal,
sebab ucapan Rasul sudah terjadijauh sebelum meriwayatkan ucapannya. 49
2.) Makna Partikel
~
Makna partikel
~
pada dasarnya yaitu intihd'al-ghayyah (akhir
tujuan). Menurut Musthafa Al-Ghulayayn telah dijelaskan bahwa ketika berfungsi sebagai harfu jarr, maka partikel (r ~':II)
seperti
~
~
mempunyai makna kesudahan
u-l! ,50 dan padanan dalam bahasa Indonesia menggunak811 kata
'sampai' atau 'hingga'. Para ahli tatabahasa lebih banyak mengartikan
~
sesuai dengan
maksud kalimat itu sendiri ketika berfungsi sebagai hwju 'athaf Berikut makna
~
yang dapat diartikan dengan kata bahkan atau termasuk, seperti
dalam contoh di bawah ini:
'Parajamaah haji itu telah datang baltkan jamaah haji yang beljalan kaki pun juga datang' 49 50
Ibid. Ibid., h. 175
44
'Setiap binatang buas haram, termasuk gajah' .51
Ketika preposisi
. termasuk dalam bagian hart yang menashabkan fi'il, maka wi (.~) yang berada setelah . harus dihilangkan. Makna .
pada contoh di bawah ini termasuk dalam harfu jarr yang bermakna atau yang bermakna (supaya) J.ik:ill
,52
~J
(ke)
contohnya:
'Mereka menjawab: Kami akan tetap menyembah patung anak lembu ini, hingga Musa kembali kepada kami '. (QS. Thaha/20: 91)
* c.S"" yang bermakna ta'lil 'Takutlah kepada Allah supaya mencapai ridha-Nya '. 53
C. Klasifikasi Kata Tugas
Seperti telah kita ketahui dalam buku tatabahasa Bahasa Indonesia bahwa dalam bahasa Indonesia memiliki empat keIas kata, yakni: verba, nomina, adjektiva, dan adverbia. Oi samping keempat kelas itu, masih ada kelas kata lain
51 Abu Bakar Muhammad, Tala Bahasa Bahasa Arab, (Slirabaya: AI-Ikhlas, 1982), h. 271 " Musthafa Al-Ghlilayayn, Gp. Cit, h. 180 53 Ibid.
45
yang mempunyai ciri khusus. Jenis khusus itu dinamakan kata tugas. Kata seperti: dan, ke, karena, dan dari, termasuk dalam kelas kata tugas 54
Berbeda dengan kata dalam keempat kelas yang di atas, kata tugas hanya mempunyai arti gramatikal, tetapi tidak memiliki arti leksikal. Hal ini berarti bahwa arti suatu kata tugas ditentukan bukan oleh kata itu secara lepas, tetapi oleh kaitannya dengan kata lain dalam frasa atau kalimat. Kata tugas seperti dan atau ke barn akan mempunyai arti apabila dirangkai dengan kata lain untuk menjadi, misalnya, ayah dan ibu, ke pasar. 55 Ciri lain dari kata tugas adalah hampir sel11ua kata tugas tidak dapat mengalal11i pembahan bentuk. Jika dari verba datang kita dapat mengubahnya l11enjadi mendatangi, mendatangkan, kedatangan, dari kata tugas seperti dan dan dari kita tidak dapat menurunkan kata lain. Beberapa perkecualian adalah untuk beberapa kata tugas seperti sebab, sampai, dan oleh yang dapat berubah menjadi kata lain: menyebabkan, menyampaikan, memperoleh. 56
Dengan ciri-ciri di atas dapatlah disimpulkan bahwa. kata tugas adalah kata atau gabungan kata yang tugasnya semata-l11ata l11el11ungkinkan kata lain berperanan dalal11 kalil11at 57 Berdasarkan peranannya dalam frasa atau kalimat, kata tugas dibagi l11enjadi lima kelompok, yaitu: preposisi, konjungsi, inteljeksi, artikel dan
54 55
56 57
Hasan Alwi, et aI., Op. Cit, h. 229 Ibid. Ibid. Ibid., h. 230
46
partikel. Narnun dalarn penelitian ini penulis hanya rnenjelaskan preposisi dan konjungsi saja, karena dalarn pernakai bahasa sepanjang yang penulis ketahui terkadang rnasih sulit rnernbedakan antara preposisi dengan kor\iungsi.
1. Konjungsi Menurut Harirnurti Kridalaksana, Konjungsi adalah kategori yang berfungsi untuk rneluaskan satuan yang lain dalarn konstruksi hipotaktis, dan selalu rnenghubungkan dua satuan lain atau lebih dalarn konstruksi. 58 Sedangkan rnenurut Anton M. Moeliono konjungsi atau kata sambung adalah kata tugas yang rnenghubungkan dua klausa atau \ebih. Kata seperti dan, kalau, dan a/au adalah kata konjungsi.
59
Contoh: (I) Dewi sedang mernbaca dan adiknya sedang bennain catur.
(2) Saya mau pergi kalau pekerjaan rumah saya selesai. Dari contoh di atas tarnpak bahwa yang dihubungkan oleh konjungsi adalah klausa. Meskipun demikian kita ketahui pula ada konjungsi yang juga dapat menghubungkan dua kata atau frasa. Konjungsi seperti dan ser/a a/au dapat pula mernbentuk frasa seperti Andi dan An/a, Hidup a/au mati. Jika kita kernbali kepada preposisi ada pula yang dapat bertindak sebagai konjungsi.
58
Har;murti Kridalaksana, Op. Cit., h. 102
59
Hasan Alwi, et aI., Op. Cit., h. 235
47
Preposisi sepelii sebab, karena, dan sejak dapat menghubungkan kata maupun klausa. Contoh: (3) Dia tidak kuliah karena hujan deras. (4) Dia sudah dapat membaca sejak dia berumur lima tahun. Dari uraian di atas jelaslah bahwa ada kata yang mempunyai keanggotaan ganda, yakni sebagai preposisi maupun :;ebagai konjungsi. Jika kata itu dipakai sebagai pembentuk frasa, malca statusnya adalah preposisi. Jika yang dihubungkan adalah klausa, maka statusnya berubah menjadi konjungsi.
2. Pcrbedaan Konjungsi dengan Prcposisi
Konjungsi dan preposisi termasuk pada golongan kata non-referensial. Referen bentuk kata itu ditentukan oleh hubungan antarsatuan lingual yang menjadi unsur-unsurnya. Moeliono memasukkan konjungsi dan preposisi ke dalam golongan partikel atau kata tugas. Sedangkan menurut Harimurti Kridalaksana segolongan kata itu hanya mempunyai makna gramatikal, tidak memiliki makna leksikal 60 Alisyahbana memasukkan preposisi sebagai bagian dari kata sambung atau konjungsi. Meskipun begitu, dia tetap membedakan preposisi dengan
(,0 Sri Nardiati, er. ai, Konjllngsi Slibordinati[ dolam Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengcmbangan Bahasa, 1996), CeL2, h. 11
48
konjungsi. Menurutnya, preposisi menyatakan hubungan kata benda dengan kata-kata lain dalam kalimat, sedangkan konjungsi menghubungkan kata maupun kalimat dengan kata lain atau kalimat lain. la juga menegaskan bahwa preposisi menghubungkan kata yang senantiasa merupakan keterangan dan preposisi itu dapat ll1enjadi bagian dari keterangan subjek, keterangan objek dan keterangan predikat. 61 Menurut Ramlan, ada perbedaan antara preposisi dan konjungsi. Preposisi tidak berfungsi sebagai penanda hubungan antarkalimat sederhana dalam kalimat luas, tetapi hanya sebagai penanda
rela~;i
antara kata atau frasa
tertentu dengan kata atau frasa lain dalam kalill1at, atau dalall1 frasa yang lebih luas dari sebuah frasa preposisional. Konjungsi selain ll1enandai hubungan antara kata dengan kata atau antara kata dengan frasa atau antara frasa dengan frasa, konjungsi juga dapat menjadi penghubung antar- kalimat sederhana dalam kalimat luas. 62 Di samping kalimat sederhana, terdapat kalilllat luas. Kalilllat sederhana adalah kalilllat yang terdiri dari satu objek dan satu predikat, baik disertai objek, pelengkap atau keterangan, sedangkan kalilllat luas terdiri dari dua klausa atau lebih, yang dihubungkan dengan kata-kata telientu sebagai penghubungnya. Kata-kata tertentu yang berfungsi sebagai penghubung
61 Toshio Suenobu, "Frasa Preposisional Temporal Bahasa Indonesia", Tes,,', Depok: FIB Fakulias Saslra, 2001, h. 12 62
Ibid.
49
klausa dalam kalimat luas inilah yang disebut sebagai kata penghubung atau konjungsi. 63 Jadi perbedaan antara preposisi atau kata depan dengan konjungsi atau kata penghubung ialah bahwa kata depan berfungsi sebagai penanda dalam frase eksosentrik, sedangkan kata penghubung berfungsi sebagai penghubung klausa dalam kalimat luas. 64 Contoh: Kata bagi dan di dalam kalimat (I) Dewan keamanan PBB berhasil menyetujui resolusi bagi gencatan senjata
diLondon. Pada contoh kalimat di atas merupakan kata depan, karena kedua kata itu merupakan penanda dalam frase eksosentrik. Sedangkan kata dan dan lalu dalam kalimat (2) Ditanamnya tanaman itu, dan dalam waktu yang singkat bunga emas sudah berkembang biak. (3) Supir menoleh ke belakang, lalu mencoba memutar mobilnya. Merupakan kata penghubung, karena berfungsi l11enghubungkan klausa dalam kalil11at luas. Kata dan menghubungkan klausa Ditanamnya tanal11an itu dengan klausa Dalam waktu yang singkat bunga emas sudah berkel11bang biak, dan kata lalu l11enghubungkan klausa Supir l11enoleh ke belakang dengan klausa (Supir) l11encoba l11emutar mobilnya.
6J 64
Gorys Keraf, 01'. Cil., h. 25 Ibid.
50
Dari uralan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa cara kita membedakan antara penggunaan preposisidengan konjungsi yaitu dilihat dari kalimat itu sendiri, mana yang terdapat frase atau klausa. Jika kalimat itu mengandung frase,
maka dinamakan preposisi clan jika kalimat itu
menganclung klausa maka dinamakan konjungsi.
BABlV ANALISlS PARTIKEL ~'DALAM SURAH AL-BAQARAH
Pada bab ini akan dibahas struktur kalimat yang di dalamnya terdapat partikel <.i=. Sumber data tersebut diambil dari al-Qur'an surah al-Baqarah terbitan Departemen Agama Rl. Penulis berusaha untuk menjelaskan partikel
<.i= ini berdasarkan fungsi dan maknanya. Data yang penul is temukan terdapat 14 partikel <.i=. Partikel <.i= ini akan dibagi berdasarkan fungsinya.
A. <.i= Berfungsi sebagai Hmju Jarr Seperti yang telah penulis kemukakan pada BAB I bahwa partikel <.i= dapat berfungsi sebagai harfu jarr. Di dalam surah al-Baqarah tidak terdapat partikel <.i= yang berfungsi sebagai harfu jarr, karena partikel <.i= dapat berfungsi sebagai hmfu jarr apabila di akhir kalimat. Seperti yang terdapat dalam surah alQadr/97: 5 '"
(0 :W / )..lAJI)
C"-O
~\ ~
__
".
J-:'" ~ (yG
"Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbitfajar". (QS. AI-Qadr/97: 5)
Partikel <.i= pada ayat di atas berfungsi sebagai har{it jarr dengan padanan makna dalam bahasa Indonesia menggunakan kata 'sampai', karena partikel <.i= yang berfungsi sebagai har{it jarr mempunyai makna kesudahan
ul! yang menyatakan waktu .
(~~':II)
seperti
52
B. ~ Berfungsi sebagai Haifu Nashab
Ketika
~
berfungsh'sebagai harfu yang menashabkan fi'il mudhari'
dengan 6 i yang disimpan (.~), dengan syarat fi'il mudhari' tersebut menunjukkan zaman istiqbal (masa yang akan datang), Di dalam surah alBaqarah partikel
~
yang berfungsi sebagai harfu nashab terdiri dari 13 ayat.
Berikut ayat-ayatnya:
"Dan (ingatlah), ketilw kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang, karena itu kamu disambar halilintar, sedang kau menyaksikannya",(QS, AI-Baqarah/2: 55) Pada ayat 55 dalam surah AI-Baqarah di atas, partikel
~
tersebut
termasuk yang berfungsi sebagai menashabkan fi'il mudhari yaitu pada lafazh
<sJ fi'il
mudhari manshub bi fathah muqaddarah, Padanan makna dalam bahasa
Indonesia pada ayat di atas mengandung partikel
~
yang diartikan dengan kata
"sebelum", hal ini berarti partikel tersebut menandai hubungan waktu, Karena kelompok Bani Israil tidak mau beriman sebelum mereka rnelihat Allah, ~
"J.,
(\ .~: '( / .';)1) o;~
/.
'"
.(\)\ d~ Ji;" \~\J \~~ ... J..-
/
"", Maka maajkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya ",(QS, Al-Baqarah/2: 109)
53
Pada ayat 109 partike1 mudhari' yaitu pada'dafazh
~
di atas berfungsi sebagai menashabkan ji 'il
;;\;1 bi fathah zhahirah. Dalam bahasa Indonesia
diartikan dengan kata "sampai" yang mana partike1 tersebut menyatakan waktu apabi1a kita (umat Islam) diperintahkan untuk memaafkan segala kesalahan mereka (orang kafir) sampai Allah mendatangkan perintah-Nya.
"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hillgga kamu mengikuti agama mereka".(QS. Al-Baqarahl2: 120)
Patiikel
~
pada ayat di atas diartikan dalam bahasa Indonesia dengan
kata "hingga", yang mana hal itu menatldakan hubungan waktu serta banyaknya makna untuk partikel
~
yang berfungsi sebagai hGlfu nashab. Pada partikel
tersebut menashabkanji 'il mudhari' tf1' bi fathah zhahirah. karena orang Yahudi dan Nasrani akan senang kepada kita hingga kita (umat Islam) mengikuti agama mereka.
" ... Dan makan minumlah hillgga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitufajar". (Al-Baqarah/2: 187)
Pada ayat 187 di atas penggunaan pat·tikel ~ berfungsi menashabkanji'il mudhari' pada lafazh ~ bi fathah zhahirah. Dalam ayat tersebut partikel ~
54
diartikan dengan kata "hingga", yang mana hal ini menandakan hubungan waktu , karena pada ayat.di,atas termasuk dalamfi 'il nashab yang bermakna ila.
"Dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu ". (QS. AI-Baqarahl2: 191)
Pada ayat 191 di atas partikel
~.menashabkanfi'il
mudhari' pada kata
.,tiL>; bi hazfin nun. Pada partikel ~ di atas mengandung alii "kecuali", karena
partikel ayat di atas menandai hubungan perkecualian yaitu Allah melarang kita (umat Muslim) untuk tidak memerangi orang kafir di masjidil Haram kecuali jika mereka memerangi kita.
"Dan perangilah mereka itu, sehitlgga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah ". (QS. AI-Baqarahl2: 193) Pada ayat di atas (193) partikel
~
menashabkan fi'il mudhari' pada
lafazh ~ bi fathah zhahirah. partikel ~ tersebut diartikan berbeda dengan ayat-ayat sebelumnya yaitu dengan kata "sehingga", karena pada partikel tersebut menyatakan sebab akibat, yang bermii Kaum muslim diperintahkan oleh Allah untuk memerangi kaum musyrik sehingga tidak ada lagi fitnah. '"
(\'1\:
" () /
~ /o~l) ~ ~Jl,\
J
/.
C:F? ~C:, ~~ \~ 'J) ... J
).
}
{T
"''''
" ... Dan janganlah kamu mencukur kepalamu sebelulIl korban sampai di tempat penyembelihanJ1ya '. (AI-Baqarahl2: 196)
55
~
menashabkanfi'il mudhari' yaitu pada
lafazh ~bi Jathah zhahirah. partikel
~ di atas diartikan dengan kata
Pada ayat 196 di atas pmtikel
'sebelum', karena partikel tersebut menyatakan hubungan waktu yang berarti kita dilarang untuk mencukur rmnbut sebelum hewan korban sampai di tempet penyembe1ihannya.
" ... Serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehi/lgga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya. Bilakah datangnya perlolongan Allah? ". (Al-Baqarah/2: 214) Partikel
~
dalmn surah al-Baqarah ayat 214 menashabkanfi 'il mudhari'
pada lafazh J~ bi Jathah zhahirah, yang diartikan dengan kata "sehingga", karena pmtikel tersebut menyatakan sebab akibat, yang berarti Allah menguji dengan berbagai cobaan sehingga Rasul bertanya-tanya kapankah datangnya pertolongan Allah.
"Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup". (QS. Al-Baqarah/2: 217) Partikel
~
pada ayat di atas (217) dimtikan "sampai" yang menyatakan
hubungan waktu batas akhir dan menashabkanfi'il mudhari' pada lafazh \J~:H bi
hazfin nun, karenafi 'il mudhari di atas tennasuk af'dlul khamsah. Jikafi 'il af'dlul khamsah tersebut dalam keadaan raja, maka ditandai dengan huruf nun, dan jika
56
dalam keadaan nashab dan jazm, maka ditandai dengan membuang huruf nun. Maksud ayat di atas, umat Nasrani terus memerangi kita (umat Islam) sampai mereka mengembalikan kita kepada agamanya.
}
"....
/
......
... -:;~ -:
.,-,
/.
,,}o
,,-
0-- ;?:- G~ ':''YJ ::rJ; J? ol5';;J.II~ 'Jj ~I IJ.lj ~;.:.:. 0-- #:- ;)..~ ~j I:;'J; J? ,~;;J.\ I~ J.lj ~I J.lj 45';.:.:.
,,-
';:;'"
J
,.,
-"
...,.,
,p/
".
'"
/.
,.,
Jo
".
",....
.-
(H \: \' Ii.;..,!!)
"Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mu'min lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang mu!>yrik (dengan wanita-wanita mu'min) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mu'min lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu". (QS. AL-Baqarah/2: 221) Berbeda pada ayat-ayat sebelumnya, dalam ayat 221 surah al-Baqarah di atas terdapat dua penggunaan partikel .;:. yang masing-masing menashabkanfi'it
mudhari' pada lafazh ::".~ fi'it mudhari mabni 'alas sukun dan lafazh \:A<~ bi haz/in nun. Partikel';:' masing-masing di atas diartikan c1engan kata "sebelum", yang mana hal ini menandakan hubungan waktu. Pada ayat di atas
Allah
memerintahkan kepada kita (umat muslim) untuk tidak menikahi wanita musyrik sebelum mereka beriman.
(\'H: \' Ii.;..,!!)
0~€k ?
"Mereka bertanya kepadamu tenlang haidh. Katakanlah: ·'Haidh itu adalah kotoran ". Oleh sebab ilu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanila di waktu
57
haidh; Dan janganlah kamu mendekati mereka sebelufII mereka bersuci". (QS. Al-Baqarah/2: 222) Pada ayat 222 di atas partikel
~
menashabkanfi'il mudhari pada lafazh
()~ fi'il mudhari mabni 'alas sukun yang diartikan dengan kata "sebelum",
karena pada partikel ayat di atas menunjukkan hubungan waktu yaitu Allah memerintahkan kepada kita untuk tidak mendekati wanita sebelum mereka suci.
"Kemudian jika si Suami mentalaknya (sesudah talak yang kedua), maka perempuan itu tidak halal lagi baginya ltingga dia kawin dengan suami yang lain ". (QS. Al-Baqarah/2: 230) Pada ayat 230 surah al-Baqarah di atas partikel mudhari
&
~
menashabkan fi'il
bi fathah zhahirah, yang diartikan dengan kata 'hingga'. Hal ini
menandai hubungan waktu, Jika si Suami sudah talak kedua maka perempuan tidak halallagi baginya hingga dia kawin dengan suami yang lain.
"Dan janganlah kamu bel' 'azam (bertetap hati) ul1tuk berakad nikah sebelufII habis 'iddahnya ". (QS. Al-Baqarah/2: 235) Sedangkan pada ayat 235 surah al-Baqarah di atas partikel dengan kata "sebelum", yang menashabkanfi'il mudhari'
~
&;.;. bi fathah
diartikan zhahirah,
karena pada preposisi tersebut menyatakan hubungan waktu, janganlah lelaki berakad nikah sebelum perempuan itu habis 'iddahnya.
58
Dari ketiga belas ayat dalam surah al-Baqarah yang mengandung partikel
u.:i:>. di atas, partikel tersebut berfungsi sebagai harfu nashab yaitu menashabkan fi'il mudhari '. Dari penggunaan makna partikel tersebut dapat kila lihat adanya perbedaan padanan dalam bahasa Indonesia, yang mana hal ini menunjukkan bahwa banyaknya makna untuk patiikel u.:i:>. yang berfungsi sebagai harfu nashab.
c. u.:i:>. Berfungsi sebagai Harju 'Athaf Selain u.:i:>. berfungsi sebagai hmiu jarr dan harfu nashab, u.:i:>. juga dapat berfungsi sebagai hmiu 'athaf Di dalam surah al-Baqarah preposisi u.:i:>. yang berfungsi sebagai harfu 'athaf hanya terdapat satu ayat.
(\ • \': \' /0 ~I)
J"
P
....
'" ."
~
"'r!-
'"
J
/.
G:/ \11 '})~ ? II'
....
"'....
....
.b-\ r::
::r 0w.;.;c;j... ';1/
... "Keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelulIl mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab Uu janganlah kamu kafir ". (QS. AI-Baqarah/2: 102) Pada ayat di alas penggunaan partikel u.:i:>. berf1.mgsi sebagai hmiu 'athaf, karena pada lafazh
~ji;
dialhafkan pada lafazh wl...k:!. Padanan makna dalam
bahasa Indonesia pada ayat di alas dengan menggunakan kata "sebelum", karena pada lafazh sesudah u.:i:>. termasuk bagian dari lafazh sebelum u.:i:>. . Dari 14 ayat penggunaan paIiikel u.:i:>. dalciin surah al-Baqarah di alas, kita dapat melihat adanya perbedaan dalam menerjemahkan atau memadankan makna partikel u.:i:>. ke dalam bahasa Indonesia. Padanan-padanan tersebut didapat
59
berdasarkan konteks kalimat, gaya bahasa dan pemilihan diksi yang sesuai dengan bahasa sasaran. Kesimpulan yang didapat dari analisis beberapa ayat di atas bahwa penggunaan padanan makna partikel
~
dalam bahasa Indonesia dapat
dipadankan dengan makna "sebelum", "sehingga", "sampai", "hingga", dan "kecuali". Hal ini menandakan bahwa banyaknya variasi rnakna partikel ~ yang terdapat dalam surah al-Baqarah serta kemampuan penerjemah itu sendiri dalam menerjemaWcan ayat-ayat al-Qur'an.
BABV
PENUTUP A. KESIMPULAN Dalam bab I telah disebutkan bahwa analisis kasus yang diteliti adalah dalam al-Qur'an surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat. Pemilihan analisis ini dimaksudkan untuk membatasi ruang lingkup penelitian mengenai preposisi. Secara khusus, pemilihan kasus ini dimaksudkan untuk lebih mengenal sifat dan bentuk terjemahan al-Qur'an dilihat dari sudut preposisi. Setelah penulis melakukan analisis terhadap ayat-ayat pada surah alBaqarah, maka dari kerangka teori dan analisa yang telah penulis uraikan, dapat diambil kesimpulan bahwa preposisi merupakan salah satu partikel yang berfungsi menghubungkan kata-kata atau bagian-bagian kalimat yang satu dengan kata atau kalimat yang lain. Preposisi (kata depan) di dalam bahasa Arab disebut juga dengan harfu jarr, karena hmfu jarr dapat berfungsi sebagai kata depan atan kata sanlbung di
samping fungsi-fungsi lainnya, dan tentu saja hal ini dilihat dari segi makna, dan terlepas dari segi analisis peran dalam gramatikal Arab. Pm1ikel
~
di dalam bahasa Arab dapat berfnngsi sebagai hmfu jarr,
har[u nashab dan harfil 'athaf
61
Partikel~
sebagai harju jarr, jika berkaitan langsung dengan lafazh
terakhir dan hanya dapat menjarkan isim zhahir serta mempl1nyai makna intihd
al- ghayyah (akhir tl1jl1an) seperti ita. Partikel ~ berfungsi sebagai harju nashab, yang menashabkan fi'it
mudhari' dengan wi yang disimpan (.~), dengan syaratfi 'it mudhari' tersebl1t menunjl1kkan zaman istiqbal (masa yang akan datang). Partikel
~
berfungsi sebagai harfil 'athaj (kata atan kalimat yang terletak
setelah kata sambl1ng). Lafazh ~ bisa berlakl1 sebagai harfu 'athaj dengan syarat arti lajazh setelalmya tersebut termasl1k sebagian arti lajazh sebell1m ~ , hendaknya ma'thuj berupa isim zhahir, hendaknya ma 'thzif lebih ml1lia daripada
ma 'thuj 'alaih dan hendaknya ma 'tlnifberupa mufi'od bl1kan jumlah. Ketika preposisi ~ berfl1ngsi sebagai hmju jarr, harju nashab dan harju
'athaf, terdapat adanya perbedaan dalam mengartikan ke dalam bahasa Indonesia. Jadi, makna dalam ketiga fl1ngsi partikel ~ sangat berpengaruh dalam penerjemahan bahasa Indonesia, yang dalam hal ini malcna ketiga contoh fungsi tersebl1t berbeda-beda. Pada sl1rah al-Baqarah setelah penl1lis teliti tidak terdapat penggl1naan partikel
~
sebagai harfil jarr, karena
kalimat. Penggl1naan partikel
~
~
tidak dapat menjarkan kecl1ali di akhir
sebagai harju nashab di dalam surah al-Baqarah
terdiri dari tigabelas ayat, yaitl1 terdapat pada ayat 55, 109, 120, 187, 191, 193, 196,214,217,221,222,230, dan 235. Dalam ayat tersebl1t arti dari penggl1naan partikcl
~
berbeda-beda, yaitl1 5 ayat menggl1nakan arti "sebelum", 2 ayat
62
menggunakan arti "sehingga", 2 ayat menggunakan mti "sampai", 3 ayat menggunakan arti "hingga", dan 1 ayat menggunakan mti "kecuali". Sedangkan penggunaan partikel
~
sebagai harfu 'athaf di dalmn surah al-Baqarah terdiri
dari 1 ayat, yaitu terdapat pada ayat 102 dengan menggunakan arti "sebelum". Padanan-padanan tersebut didapat berdasarkan konteks kalimat, gaya bahasa dan pemilihan diksi yang sesuai dengan bahasa sasaran. Dari analisis di atas dapat dibuat tabel frekuensi penggunaan partikel
~
dan padanannya dalam bahasa Indonesia dengan hitungan persen sebagai berikut:
No.
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Padanan
Sebelum Sehingga Sampai Hingga Kecuali Sebelum
Jumlah kasus 14 partikel dalam 14 ayat
Kehadiran (%)
Berfungsi sebagai
5 2 2 3 1 1
35 % 14% 14 % 21 % 8% 8%
Harfu nashab Harfu nashab Harfu nashab Harfu nashab Harfu nashab Harfu athaf
DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Solihin Bunyamin, Metode Granada Sistem 8 Jam Bisa Menerjemahkan alQur 'an, Jakarta: Pustaka Panjimas, 2000 Alam, Datuk Tombak, Metode Menerjemahkan al-Qur'an aI-Karim 100 Kali Pandai, Jakarta: Rineka Cipta, 1992 AI-Dzahabi, Muhammad Husayn, Al-Tajsfr wa al-Mufassirun, tt:tpn, 1976 AI-Ghulayaini, Mushthafa, Jami' el Durus al- 'Arabiyyah, Beirut: al-Maktabah 'Asyariyah, 1997, Jilid II, & III, Cet. 1 AI-Khulli, Muhammad Ali, Mu 'jam al-Lughah al-Nazari, Beirut: Librarie du Liban, 1982 Alisyahbana, Sutan Takdir, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia, Jakarta: Dian Rakyat, 1986, Cet. 32 AI-Qathtan, Manna'Khalil, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur'an, Terjemahan Mudzakir AS, Jakarta: Pustaka Litera Antal' Nusa, 1996, Cet. 3 Alwi, Hasan, dkk, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka dan Yogya: Gadjah Mada University Press, 1988, Cet. 1 Asy-Shabuni, Muhammad Ali, Pengantar Study al-Qur 'an (at-Tibyan), Terjemahan Muhammad Chudlori Umar dan Muhammad Matsna, Bandung: AI-Ma'arif, 1984 Bawani, Imam, Tata Bahasa Bahasa Arab Tingkat Permulaan, Surabaya: Al-Ikhlas, 1987 Chaer, Abdul, Penggunaan Preposisi dan Konjungsi Bahasa Indonesia, Ende Flores: Nusa lndah, 1990 Depag Rl, Al-Qur 'an dan Tel]'emahannya, Jakarta: Toha Putra Semarang, 1989 Depdikbud, kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1997 Hanafi, Nuraclm1an, Teori dan Seni Menel]'emahkan, Ende: Nusa lndah, 1986 Ibnu Aqil, Bahaud Din Abdullah, Alfiyyah Syarah Ibnu 'Aqil 1 dan 2, Terjemahan Bahrun Abu Bakar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2000
64 Keraf, Gorys, Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia, Jakarta: Gramedia Widia Sarana, 1991 Krida1aksana, Harimurti, Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994, Cet. 1 Lapoliwa, Hans, Frasa Preposisi dalam Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, 1992 Lubis, Ismail, Fa1sifikasi Terjemahan al-Qur 'an Depag Edisi 1990, Yogyakarta: Tiara Waeana Yogya, 2001 Maeha1i, Roehayah, Pedoman Bagi Penerjemah, Jakarta: Gramedia, 2000 Ma'louf, Lois, Al-Munjidfi al-Lughah wa al- 'Alam, Beirut: Daar a1-Mashriq, 2002 Muhammad, Abu Bakar, Tata Bahasa Bahasa Arab, Surabaya: Al-Ikhlas, 1982 Nadwi, Abdullah Abbas, Belajar Mudah Bahasa Al-Quran, Bandung: Mizan, 1992, eet. 3 Nawawi, Rifa'at Syauqi, dan Hasan, M. Ali, Pengantar Ilmu tafsir, Jakarta: Bulan Bintang, 1992, Cet. 2 Nardiati, Sri, dkk, Konjungsi Subordinatif Dalam Bahasa indonesia, Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1996 Suenobu, Toshio, "Frasa Preposisiona1 Temporal Bahasa Indonesia", Tesis, Depok: FIB Fak Sastra, 2001 Sultan, Muhammad Ali, al-Adawat an-Nahwiyah, Suria: Daar a1-Shamaai, 2000, Cet.l Universitas Islam Indonesia, Mukaddimah al-Qur'an dan Tafsirnya, Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1991 Widyamartaya., A, Seni Menerjemahkan, Yogyakarta: Kanisius, 1994, Cet. 4 Wright, W., Grammar o/the Arabic Language, London: Cambridge University Press, 1951,Vo1.2 Yusuf, Suhendra, Teori Teljemah (Pengantar ke Arah Pendekatan Linguistik dan Sosioliguistik, Bandung: Mandar Maju, 1994, eet. 1 Ismail, Ahmad Satori, Diktat Dasar-Dasar Menteljemah (Teori dan Aplikasinya dalam Penerjemahan Arab Indonesia