PENGARUH IHSG, SBI, INFLASI, DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP KINERJA REKSA DANA SAHAM (PERIODE 2004 – 2006) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: AMIRUL MU’MININ NIM: 102081026078
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Abdul Hamid, MS NIP: 131 474 891
Indo Yama Nasarudin, SE. MAB NIP: 150 317 593
JURUSAN MANAJEMEN KEUANGAN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1428 H/2007 M
87
Hari ini Kamis tanggal Delapan Februari Dua Ribu Tujuh telah dilakukan ujian komprehensif atas nama Amirul Mu’minin, NIM: 102081026078, dengan judul skripsi: “PENGARUH IHSG, SBI, INFLASI DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP KINERJA REKSA DANA SAHAM” (PERIODE 2004-2006). Memperhatikan hasil dan kemampuan keilmuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, April 2007
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Dr. Ahmad Rodoni, MM Ketua
Indo Yama Nasarudin, SE. MAB Sekretaris
Dr. Abdul Hamid, MS Penguji Ahli
88
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama Lengkap Tempat Tanggal Lahir Agama Alamat Telepon
: : : :
Amirul Mu’minin Pulomerak, 16 Juni 1984 Islam Jl. Yos Sudarso No.12 Kp. Sekong RT 01/02 Desa Lebak Gede Kec. Pulomerak Cilegon-Banten 42439 : 085694920233 atau (0254) 8577012
Pendidikan: ¾ ¾ ¾ ¾
SDN Lebak Gede (Tahun 1990 – 1996) MTsN Pulomerak (Tahun 1996 – 1999) SMU Muhamadiyah Cilegon (Tahun 1999 – 2002) Jurusan Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2002- 2007)
89
ABSTRACT The research aims to understand the effects of the Composite Index, RiskFree Interest, inflation, and Rupiah exchange rate to the performance of stock funds. The research uses data of weekly net asset value of the stock funds listed in Bapepam, monthly data of Composite Indeks from Jakarta Stock Exchange, and monthly data from Risk-Free Interest, inflation, Rupiah exchange rate that are obtained from the monthly report in Indonesian Bank With the method of purposive sampling, from 34 stock funds listed in Bapepam, there are 15 stock funds that are chosen, active, and used as sample in the years of research. Statistical examination used in the research is multiple regression examination, in which the stock funds as dependent-variable and variable of Composite Indeks, Risk-Free Interest, inflation and Rupiah exchange rate become independent variable with the level of significance 5%. The result of the research suggests that variable of Composite Index and Inflation affect significantly the performance of the stock funds. Inflation becomes the most important variables that influences the performance of stock fund and the variable of Rupiah exchange rate does not effect. Keyword: performance of stock fund, risk, composite index, risk-free interest, inflation, rupiah exchange rate.
90
ABSTRAKSI Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Suku Bunga Bebas Risiko (SBI), inflasi dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Kinerja Reksa Dana Saham. Penelitian ini menggunakan data Nilai Aktiva Bersih (NAB) mingguan Reksa Dana Saham yang terdaftar di Bapepam. Serta data bulanan IHSG dari BEJ dan data bulanan SBI, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah yang diperoleh dari laporan bulanan Bank Indonesia. Dengan menggunakan metode purposive sampling, dari 34 reksa dana saham yang terdaftar di Bapepam, terpilih 15 reksa dana saham yang masih aktif dan selalu ada selama tahun penelitian untuk dianalisis sebagai sampel. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji regresi berganda dimana kinerja reksa dana saham sebagai variabel dependen dan variabel IHSG, SBI, Inflasi serta Nilai Tukar Rupiah menjadi variabel independen dengan level signifikansi sebesar 5%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel IHSG dan Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja reksa dana saham. Inflasi menjadi variabel paling dominan mempengaruhi kinerja reksa dana saham sedangkan variabel nilai tukar rupiah tidak berpengaruh. Kata kunci: kinerja reksa dana, risiko, IHSG, SBI, inflasi, dan nilai tukar rupiah
91
KATA PENGANTAR
ﺑﺴﻢ اﷲ ا ﻟﺮﺣﻤﻦ ا ﻟﺮﺣﻴﻢ Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam. Yang maha pengasih lagi penyayang. Yang menguasai hari pembalasan. Hanya Allah yang kami sembah dan hanya kepada Allah kami mohon pertolongan. Tunjukkan kami jalan yang lurus. Yaitu jalan yang Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan jalan mereka yang Engkau murkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat. Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan, karena pengetahuan dan kemampuan yang penulis
miliki sangat terbatas, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik serta tanggapan dari semua pihak demi penyempurnaan skripsi ini. Tentu saja ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada orang-orang yang telah ambil bagian dalam terlaksananya skripsi ini, semoga mereka selalu dalam lindungan-Nya. ¾ Kedua orang tua tercinta, mamehanda Kalyubi serta Ibunda Hamdah yang telah memberikan dukungan dan do’a yang tak pernah sedikitpun terlupakan dan sangat besar bagi penulis, baik dukungan materil maupun dukungan moril sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. ¾ Bapak Dr. Abdul Hamid MS, selaku Dosen Pembimbing I yang selalu memberikan teladan dan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini. Setiap kali penulis melihatnya selalu ada motivasi yang terpancar. ¾ Bapak Indo Yama Nasarudin SE., MAB., selaku Dosen Pembimbing II yang sudah banyak meluangkan waktunya buat penulis untuk konsultasi. Kritikan dan sarannya sangat bermanfaat. ¾ Bapak Dr. Ahmad Rodoni Ir., MM selaku ketua jurusan manajemen yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai. ¾ Bapak Drs. Moh. Faisal Badrun, MBA. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
92
¾ Teman terbaik yang pernah kumiliki selama kuliah, Edi Hidayat SE (Ethoy) thanks banget saran dan kritik membangunnya. Makasih juga motornya yaa... Semua kebaikanmu pasti akan selalu kuingat. Semoga Allah membalas perbuatan baikmu. ¾ Teman-temanku angkatan 2002 jurusan manajemen keuangan dan pemasaran, terutame same nyang punye mampang Opik pikur, Nina ethoy, Cak Habib, Eka katro, Ncek Rusydi, Muhammad (jambul), YanSri, Bang iLL Riau, Vandanels, Cup Rin, Ubay, Paul Subhan, Double Bangka Arip ‘n Usup, Dien’s, Double Lukman, Fauzan, Malek, Apuy, Pak SBY (Samsul Bambang Yudhoyono), Mar gope, Willi, Ndutna, Nita asdos, Amza, Jumi, Umaidi, Pak Iman dan Pak Cahyo (Bapepam) yang telah memberikan doa dan motivasi serta informasi selama penulis menuntut ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. ¾ Special thanks to ‘kepoh (amv3 1617)’ yang selalu cerewet kasih masukan dan motivasi serta tidak henti-hentinya mendoakan penulis sampai terselesaikannya skripsi ini. Semoga atas segala bantuan serta budi baik mereka selama ini mendapatkan balasan yang setimpal dari ALLAH SWT. Mudah-mudahan skripsi ini sedikit banyak dapat memberikan sumbangan pikiran dan saran dalam lingkungan akademisi.
Jakarta, April 2007
Penulis
93
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................ i ABSTRACT ...................................................................................................... ii ABSTRAKSI..................................................................................................... iii KATA PENGANTAR...................................................................................... iv DAFTAR ISI..................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix DAFTAR GAMBAR........................................................................................ x BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian .................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ............................................................. 6 C. Pembatasan Masalah ............................................................ 6 D. Perumusan Masalah ............................................................. 7 E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Investasi ............................................................................... 9 1. Pengertian Investasi ....................................................... 9 2. Jenis-jenis Investasi........................................................ 10 3. Tujuan Investasi ............................................................. 11 B. Pengertian Tingkat Return dan Risiko ................................. 12 1. Rate of Return dan Expected Return Investasi............... 12 2. Rate of Return dan Expected Rate of Return Portofolio
14
3. Risiko Investasi dan Risiko Portofolio........................... 15 C. Pengertian IHSG, SBI, Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah ....... 21 1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ........................ 21 2. Nilai Tukar ..................................................................... 24 3. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) ..................................... 24
94
4. Inflasi ............................................................................. 25 D. Reksa Dana .......................................................................... 28 1. Pengertian Reksa Dana .................................................. 28 2. Manfaat Investasi di Reksa Dana................................... 30 3. Risiko Investasi di Reksa Dana...................................... 31 E. Bentuk, Sifat dan Jenis Reksa Dana..................................... 34 1. Bentuk Reksa Dana ........................................................ 34 2. Sifat Reksa Dana ............................................................ 35 3. Jenis Reksa Dana ........................................................... 36 F. Mengukur Kinerja Reksa Dana............................................ 38 1. Nilai Aktiva Bersih ........................................................ 38 2. Mengukur Kinerja Reksa Dana Dengan Metode Differential Return with risk measure by standard deviation......................................................................... 40 G. Penelitian Terdahulu ............................................................ 42 H. Kerangka Pemikiran............................................................. 45 I. Hipotesis............................................................................... 48 BAB III
METODE PENELITIAN DAN ANALISIS A. Ruang Lingkup Penelitian.................................................... 50 B. Metode Penentuan Sampel................................................... 50 C. Metode Pengumpulan Data .................................................. 51 D. Metode Analisis ................................................................... 52 E. Operasional Variabel Penelitian........................................... 59
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian......................... 61 1. Sejarah Singkat Bapepam .............................................. 61 2. Gambaran Umum Reksa Dana....................................... 63 B. Analisis dan Pembahasan..................................................... 65 1. Analisa Kinerja Reksa Dana .......................................... 65 2. Return dan Standar Deviasi Reksa Dana ....................... 66
95
3. Differential Return With Risk is Measured by Standar Deviation ........................................................................ 68 4. Deskriptif Variabel......................................................... 71 5. Pengujian Asumsi Klasik ............................................... 74 a. Uji Normalitas.......................................................... 74 b. Uji Multikolinieritas................................................. 76 c. Uji Autokorelasi ....................................................... 77 d. Uji Heteroskedastisitas............................................. 78 6. Pengujian Statistik.......................................................... 79 a. Pengujian Koefisien Determinasi (R2) ..................... 79 b. Pengaruh Variabel IHSG, SBI, Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Kinerja Reksa Dana (Uji F)......... 80 c. Pengaruh Variabel IHSG, SBI, Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Kinerja Reksa Dana secara Parsial (Uji T) ...................................................................... 80 d. Pengujian Koefisien Regresi .................................... 81 BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan .......................................................................... 83 B. Implikasi............................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 85 LAMPIRAN...................................................................................................... 87
96
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Reksa Dana di Indonesia sudah berada pada usia sepuluh tahun. Bapepam (1997: 5) mengemukakan bahwa menurut Undang-Undang Pasar Modal Pasal 1 ayat (27) Reksa Dana (Investment Fund atau Mutual Fund) dapat diartikan sebagai suatu wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi. Yang dimaksud portofolio efek adalah kumpulan (kombinasi) surat berharga atau efek yang dikelola. Sedangkan manajer investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio efek tersebut. Menurut Bapepam (1997: 1) keberadan Reksa Dana sendiri sebenarnya telah dimulai sejak diaktifkannya kembali Pasar Modal Indonesia, tepatnya sejak tanggal 10 Agustus 1977, meskipun pada saat itu belum lahir peraturan khusus mengenai Reksa Dana. Baru kemudian pada tahun 1990 pemerintah mengeluarkan SK MenKeu Nomor 1548 yang intinya mengizinkan pelaku pasar modal untuk menerbitkan Reksa Dana walaupun masih terbatas bagi Reksa Dana berbentuk perseroan yang bersifat tertutup (closed-end fund). Kondisi tersebut kurang mendapat sambutan dari para Manajer Investasi untuk membentuk Reksa Dana. Berikut data statistik perkembangan Reksa Dana
97
berdasarkan pernyataan efektif Badan Pengawas Pasar Modal dari tahun 1996 sampai dengan Desember 2006. Tabel 1.1 Data Statistik Perkembangan Reksa Dana Periode 1996-2006 DATA STATISTIK PERKEMBANGAN REKSA DANA Periode
Jumlah (kumulatif)
NAB Rp (Juta)
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
25 77 81 81 94 108 131 186 246 331 382
2.782.322,5 4.916.604,8 2.992.171,4 4.974.105,0 5.515.954,1 8.003.769,8 46.613.833,24 69.477.719,75 104.037.824,63 29.405.732,22 44.470.317,92
Pemegang Saham/ Unit Penyertaan 2.441 20.234 15.482 24.127 39.487 51.723 125.82 171.712 299.063 254.660 192.621
Jumlah Saham/ Unit Penyertaan yang Beredar 2.942.232.210,518 6.007.373.758,547 3.680.892.097,256 4.349.952.950,816 5.006.049.769,659 7.303.771.880,360 41.655.523.049,213 60.020.745.572,816 85.061.930.436,029 21.262.143.379,980 32.640.147.419,610
Sumber: Bapepam
Dilihat dari tabel 1.1 Nilai Aktiva Bersih pada (NAB) tahun 1996 sampai dengan 1997 perkembangan Reksa Dana mengalami kenaikan yang cukup baik. Menurut Investor (9-22 Agustus 2005 edisi: 129), Reksa Dana sempat ditinggal pemodal pada tahun 1998 ketika krisis. Saat itu harga unit Reksa Dana menurun karena anjloknya pasar saham dan pasar surat utang. Setelah itu meskipun setiap tahun terjadi penambahan jumlah Reksa Dana, pemodal yang terjangkau masih terbatas di sekitar Ibukota Jakarta. Manajer Investasi tak punya kemampuan besar untuk membuka jalur pemasaran. Babak baru pertumbuhan industri Reksa Dana dimulai pada tahun 2002 dengan aktifnya bank menjadi agen penjual Reksa Dana. Reksa Dana Pendapatan Tetap mulai marak diterbitkan. Bank lebih tertarik memasarkan
98
Reksa Dana Pendapatan Tetap, karena dinilai tak terlalu berisiko, sesuai dengan karakteristik para penyimpanan di Bank. Menurut Investor (9-22 Agustus 2005 edisi: 129), akhir tahun 2002, pertumbuhan Reksa Dana mencatat angka spektakuler, 48,2% yang ditandai naiknya Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana menjadi Rp 46,6 triliun dibandingkan tahun sebelumnya Rp 8,0 triliun. NAB tertinggi tercatat di tahun 2004, senilai Rp 104 triliun dan akhirnya jatuh ke posisi Rp 44 triliun per Desember 2006. Industri Reksa Dana mulai terpuruk sejak tahun 2005, di mana Reksa Dana semakin mengalami tekanan berat belakangan ini karena berbagai persoalan yang terkait antara satu dengan lainnya. Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana terus berkurang drastis, bahkan jauh tertinggal dibandingkan posisi Desember 2004. Berdasarkan data Badan Pengawas Pasar Modal, pada awal tahun 2005 total Nilai Aktiva Bersih (NAB) sebesar Rp 108,22 triliun. Pada akhir tahun turun drastis menjadi Rp 29,4 triliun hingga akhirnya NAB mentok dengan nilai 44 triliun pada akhir tahun 2006. Menurut Kontan (Juli 2005: 41) ada empat jenis Reksa Dana yang tersedia saat ini, yaitu Reksa Dana Pasar Uang, Reksa Dana Pendapatan Tetap, Reksa Dana Saham dan Reksa Dana Campuran. Reksa Dana Pasar Uang banyak mengalokasikan investasi dalam produk-produk berjangka waktu pendek kurang dari 1 tahun atau yang sering disebut produk pasar uang seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Deposito Berjangka, Obligasi yang berjangka waktu kurang dari 1 tahun.
99
Menurut Kontan (Juli 2005: 41) Reksa Dana Pendapatan Tetap pada umumnya menginvestasikan sebagian besar dananya di obligasi pemerintah. Tidak seperti Reksa Dana Pasar Uang, obligasi yang diinvestasikan berjangka waktu lebih dari 1 tahun. Reksa Dana jenis ini memiliki potensi tingkat pengembalian yang lebih tinggi dibandingkan dengan Reksa Dana Pasar Uang. Reksa Dana Saham risikonya lebih tinggi dibandingkan dua jenis Reksa Dana sebelumnya namun Reksa Dana Saham ini menghasilkan pengembalian yang tinggi. Tingginya risiko tersebut dikarenakan sifat harga saham yang lebih berfluktuasi. Tapi sebaliknya dalam jangka panjang tingkat pengembaliannya lebih tinggi dibandingkan jenis lainnya. Menurut Bapepam (1997: 10) Reksa Dana Campuran melakukan investasi dalam Efek bersifat Ekuitas dan Efek bersifat utang yang perbandingannya tidak termasuk Reksa Dana Pendapatan Tetap dan Saham. Bapepam (1997: 26) menyatakan bahwa fluktuasi NAB sangat dipengaruhi oleh jenis Reksa Dana itu sendiri. Reksa Dana Saham tentunya dapat lebih berfluktuasi dibandingkan Reksa Dana Obligasi atau jenis lainnya karena sebagian besar portofolionya diinvestasikan pada saham yang sifatnya fluktuatif. Menurut Bapepam (1997: 5) sama halnya dengan sarana investasi lainnya, Reksa Dana selain menghasilkan tingkat keuntungan tertentu (return) juga mengandung unsur risiko (risk) yang patut dipertimbangkan. Hanya bedanya, risiko yang terkandung dapat diperkecil (dikurangi) karena investasi
100
tersebut didiversifikasi atau disebar dalam bentuk portofolio yang menjadi ciri utama Reksa Dana. Menurut Bapepam (1997: 14) setiap jenis Reksa Dana selalu mengandung risiko investasi walaupun besarnya berbeda-beda. Semakin tinggi hasil pengembalian (return) yang diharapkan maka makin tinggi pula risikonya. Ada empat faktor yang diduga mempengaruhi kinerja Reksa Dana yaitu Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga Bebas Risiko Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Keempat faktor tersebut secara teoritis sangat berkaitan dengan kinerja portofolio Reksa Dana sehingga diharapkan bisa menjadi indikator kuat bagi investor dalam mengetahui tingkat kinerja dari masing-masing portofolio Reksa Dana. Melihat keempat faktor tersebut antara IHSG, Suku Bunga Bebas Risiko, Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah yang berkaitan terhadap kinerja portofolio Reksa Dana, maka penulis ingin melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui keeratan hubungan tersebut melalui pembahasan dalam skripsi ini dengan judul Pengaruh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Suku Bunga Bebas Risiko Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Kinerja Reksa Dana Saham Periode 2004 – 2006.
101
B. Identifikasi Masalah Peneliti mengidentifikasi beberapa masalah yang ada pada penelitian ini, yaitu sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi kinerja Reksa Dana Saham selama periode 2004-2006. 2. Mengidentifikasi tingkat hasil dan risiko Reksa Dana Saham selama periode 2004-2006. 3. Mengidentifikasi pengaruh IHSG, Suku Bunga Bebas Risiko (SBI), Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Kinerja Reksa Dana selama periode 2004 – 2006.
C. Pembatasan Masalah Jenis Reksa Dana terdiri dari Reksa Dana Pendapatan Tetap, Reksa Dana Pasar Uang, Reksa Dana Campuran dan Reksa Dana Saham. Namun dalam penulisan ini, penulis melakukan penelitian kepada Reksa Dana Saham karena tingkat risiko dan return pada Reksa Dana Saham lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat risiko Jenis Reksa Dana lainnya, maka penulis membatasi masalah dalam skripsi ini sebagai berikut: 1.
Tingkat hasil (return) Reksa Dana Saham selama periode 2004-2006?
2.
Tingkat risiko (risk) Reksa Dana Saham selama periode 2004-2006?
3.
Pengaruh IHSG, Suku Bunga Bebas Risiko (SBI), Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah dengan Reksa Dana Saham selama periode 2004-2006 diukur dengan metode Differential Return with risk measure by standar deviation?
102
D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah dalam skripsi sebagai berikut: 1. Apakah terdapat pengaruh secara simultan dan parsial dari IHSG, Suku Bunga Bebas Risiko (SBI), Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Kinerja Reksa Dana Saham selama periode 2004-2006? 2. Variabel apa yang paling dominan mempengaruhi Kinerja Reksa Dana Saham?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk menganalisis apakah IHSG, Suku Bunga Bebas Risiko (SBI), Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah mempengaruhi kinerja Reksa Dana Saham. b. Untuk
menganalisis
variabel
mana
yang
paling
dominan
mempengaruhi kinerja Reksa Dana Saham. 2. Manfaat Penelitian
a. Bagi Para Pemodal Bagi para pemodal sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan keputusan investasi di pasar modal. Hal ini karena investor atau calon investor yang diharapkan mampu menentukan Reksa Dana yang akan dipilih sebagai investasi. b. Bagi Akademisi
103
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu dan bisa menjadi salah satu bahan referensi, pemecahan masalah perkembangan pengetahuan mengenai IHSG, Nilai Tukar Rupiah, Inflasi, Suku Bunga Bebas Risiko dan Reksa Dana. c. Bagi Penulis Sebagai bahan penyusunan skripsi juga bermanfaat dalam memperluas pandangan serta lebih memahami investasi pada Reksa Dana.
104
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Investasi 1. Pengertian Investasi
Secara umum kegiatan investasi adalah segala bentuk kegiatan menanamkan dana baik oleh perorangan maupun perusahaan, untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar dari pengorbanan yang sudah dilakukan. Kegiatan tersebut beragam jenisnya, dimulai dengan kegiatan investasi yang sederhana seperti membeli emas atau deposito, sampai yang paling kompleks dan rumit seperti kegiatan investasi pada industri multidisiplin yang bernilai miliaran dollar. Untuk lebih jelasnya, maka penulis akan mengemukakan beberapa pengertian investasi menurut para pakar, diantaranya: Menurut Eduardus Tandelilin (2001: 3) investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Sementara menurut Jogiyanto (1998: 5) investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu. Dari beberapa pengertian investasi di atas dapat disimpulkan bahwa investasi adalah upaya pemanfaatan dana sekarang (current funds) untuk memperoleh dana yang besar pada masa yang akan datang. Dana yang
105
lebih besar di masa datang itu diperoleh melalui beberapa kompensasi, yaitu: a. Waktu tunggu atau periode waktu menunda konsumsi b. Nilai tukar mata uang akibat inflasi c. Ketidakpastian dari investasi itu sendiri (risk premium) 2. Jenis-Jenis Investasi Menurut Jogiyanto (1998: 6) investasi ke dalam aktiva keuangan dapat berupa investasi langsung dan investasi tidak langsung. Investasi langsung dilakukan dengan membeli langsung aktiva keuangan dari suatu perusahaan baik melalui perantara atau dengan cara yang lain. Sebaliknya investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli saham dari perusahaan investasi yang mempunyai portofolio aktiva-aktiva keuangan dari perusahaan-perusahaan lain. Gambar 2.1 menunjukkan investasi langsung dan tidak langsung. investasi tidak langsung Investor
investasi langsung Perusahaan Investasi
Aktiva-aktiva Keuangan
investasi langsung
Gambar 2.1 Investasi langsung dan investasi tidak langsung Sumber: Jogiyanto (1998: 7)
106
a. Investasi Langsung Menurut Jogiyanto (1998: 7) investasi langsung dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang dapat diperjual-belikan di pasar uang (money market), pasar modal (capital market), atau di pasar turunan (derivative market). Investasi Langsung juga dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang tidak dapat diperjual-belikan. b. Investasi Tidak Langsung Menurut Jogiyanto (1998: 8) investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli surat-surat berharga dari perusahaan investasi. Perusahaan investasi adalah perusahaan yang menyediakan jasa keuangan dengan cara menjual sahamnya ke publik dan menggunakan dana yang diperoleh untuk diinvestasikan ke dalam portofolionya. 3. Tujuan Investasi Tujuan
melakukan
investasi
pada
dasarnya
adalah
untuk
menghasilkan sejumlah uang. Tetapi pernyataan tersebut nampaknya terlalu sederhana, sehingga perlu mencari jawaban yang lebih tepat tentang tujuan berinvestasi. Seperti telah disinggung di atas, tujuan investasi yang lebih
luas
adalah
untuk
meningkatkan
kesejahteraan
investor.
Kesejahteraan dalam hal ini adalah kesejahteraan moneter, yang bisa diukur dengan penjumlahan pendapatan saat ini ditambah nilai saat ini pendapatan masa datang.
B.
Pengertian Tingkat Return dan Risiko 1.
Rate of Return dan Expected Return Investasi
107
Menurut Jogiyanto (1998: 85) return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang. Dalam konteks manajemen investasi, perlu dibedakan antara return yang diharapkan (expected return) dan return yang terjadi (realized return). Return yang diharapkan merupakan tingkat return yang diantisipasi investor di masa datang. Sedangkan return yang terjadi atau return aktual merupakan tingkat return yang telah diperoleh investor pada masa lalu. Ketika investor menginvestasikan dananya, dia akan mensyaratkan tingkat return yang sesungguhnya dia terima. Antara tingkat return yang diharapkan dan tingkat return aktual yang diperoleh investor dari investasi yang dilakukan mungkin saja berbeda. Perbedaan antara return yang diharapkan dengan return yang benar– benar diterima (aktual) merupakan risiko yang harus selalu dipertimbangkan dalam proses investasi. Sehingga dalam berinvestasi, di samping memperhatikan return, investor harus selalu mempertimbangkan tingkat risiko suatu investasi. Menurut Jogiyanto (1998: 86) return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode yang tertentu. Return total sering disebut dengan return saja. Return total terdiri dari capital gain (loss) dan yield, dapat dirumuskan sebagai berikut:
............................................................2.1
R = Capital gain (loss) + Yield
Capital gain atau capital loss merupakan selisih dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu, dirumuskan sebagai berikut:
Capital Gain atau Capital Loss = Pt – Pt-1
............................................................2.2 Pt-1
Yield merupakan presentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi. Menurut Jogiyanto return ekspektasi (expected return) dapat dihitung dengan mengalikan masingmasing hasil masa depan (out come) dengan probabilitas kejadiannya dalam menjumlah semua produk perkalian tersebut. Secara sistematis, return ekspektasi dapat dirumuskan sebagai berikut:
n E (R) = ∑ (Ri . pi) ..................................................................2.3
i=1 Dimana : E(R)
= Perolehan diekspektasi suatu aktiva atau sekuritas
Ri
= Hasil masa depan ke i
pi
= Probabilitas hasil masa depan ke i
n
= Jumlah dari hasil masa depan
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Expected rate of return adalah rata–rata tertimbang dari semua pengembalian hasil (return) yang mungkin diperoleh dengan menggunakan probabilitas sebagai bobotnya. 2.
Rate of Return Portofolio dan Expected Rate of Return Portofolio Menurut Jogiyanto (1998: 113) return realisasi portofolio (portfolio realized return) merupakan return rata-rata tertimbang dari return-return realisasi masing-masing sekuritas tunggal di dalam portofolio tersebut. Secara sistematis, return realisasi portofolio dapat ditulis sebagai berikut:
n
108
Rp = ∑ (wi . Ri)
....................................................................2.4
i=1
Dimana: Rp = return realisasi portofolio wi = Porsi dari sekuritas i terhadap seluruh sekuritas di portofolio Ri = Return realisasi dari sekuritas ke i
n
= Jumlah dari sekuritas tunggal
Sedangkan return ekspektasi portofolio (portfolio expected return) merupakan rata-rata tertimbang dari return-return ekspektasi masing-masing sekuritas tunggal di dalam portofolio. Return Ekspektasi portofolio dapat dinyatakan secara sistematis sebagai berikut:
n E (Rp) = ∑ [wi . E(Ri)]
............................................................................................................2.5
i=1
Dimana :
3.
E (Rp)
= Return ekspektasi dari portofolio
E (Ri)
= Return ekspektasi dari sekuritas ke i
Risiko Investasi dan Risiko Portofolio Menurut Jogiyanto (1998: 98) hanya menghitung return saja untuk suatu investasi tidaklah cukup. Risiko dari investasi juga perlu diperhitungkan. Return dan risiko merupkan dua hal yang tidak terpisah, karena pertimbangan suatu investasi merupakan trade-off dari kedua faktor ini. Return dan risiko mempunyai hubungan yang positif, semakin besar risiko yang harus ditanggung semakin besar pula return yang harus dikompensasikan. Risiko sering dihubungkan dengan penyimpangan atau deviasi dari outcome yang diterima dengan yang diekspektasi. Suad Husnan (1998: 19) menyatakan bahwa dalam teori portofolio, risiko dinyatakan sebagai kemungkinan keuntungan menyimpang dari yang diharapkan. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa risiko merupakan suatu kondisi dimana return yang akan diperoleh tidak diketahui secara pasti sebelumnya dan ada kemungkinan return yang diperoleh akan menyimpang dari return yang yang diharapkan. Menurut Lukas (1994: 4) risiko investasi dapat dibagi menjadi dua yaitu risiko sistematis (systematic risk) dan risiko tidak sistematis (unsystematic risk). Risiko sistematis adalah risiko yang disebabkan oleh faktor– faktor secara bersamaan mempengaruhi semua harga asset, misalnya perubahan sistem atau kondisi ekonomi, politik dan perubahan lingkungan sosial yang berpengaruh terhadap perusahaan atau industri secara keseluruhan dan tidak mungkin dapat dihindari. Risiko sistematis sering disebut risiko pasar (market risk) risiko sistematis ini dapat dibagi atas: 1.
Market Risk Risiko yang disebabkan kondisi pasar yang berfluktuasi dimana harga suatu sekuritas sangat berfluktuasi melebihi perkiraan yang wajar.
2.
Interest Rate Risk Risiko yang disebabkan oleh perubahan tingkat bunga pasar yang dapat mempengaruhi harga sekuritas.
3.
Purchasing Power Risk Risiko yang disebabkan oleh inflasi sehingga menyebabkan daya beli masyarakat menurun.
109
Sedangkan risiko tidak sistematis adalah risiko yang bersifat unit terhadap suatu perusahaan atau industri, misalnya kesalahan manajemen, penemuan baru, perubahan selera konsumen terhadap barang dan jasa dari suatu perusahaan atau industri tertentu. Sehingga risiko ini sering disebut unique risk. Menurut Lukas (1994: 4) Unsystematic risk disebabkan oleh: 1.
Management Risk Yaitu risiko kegagalan dari manajemen dalam menjalankan perusahaan yang disebabkan oleh ketidakmampuan memperkirakan kemungkinan yang akan terjadi pada masa yang akan datang sehingga perusahaan kehilangan supplier, pangsa pasar yang menurun, pemogokan buruh dan lain-lain.
2.
Financial Risk Yaitu risiko yang diakibatkan penggunanan hutang perusahaan sehingga menyebabkan biaya bunga meningkat.
3.
Industrial Risk Yaitu risiko yang diakibatkan oleh industri itu sendiri, hal ini hanya berpengaruh pada industri yang bersangkutan.
Systematic risk ditambah unsystematic risk merupakan total risk dan yang menjadi pertimbangan manajer investasi dalam mengambil keputusan investasi. Unsystematic risk dapat dikurangi dan diantisipasi dengan melakukan diversifikasi, sedangkan systematic risk adalah risiko yang tidak dapat dihilangkan. Diversifikasi berarti investasi dilakukan pada berbagai macam sekuritas atau aktiva. Bila hal ini dilakukan berarti melakukan portofolio investasi. Risiko investasi dapat diukur dengan standar deviasi, yang rumusnya adalah sebagai berikut:
n SD (σ) =
∑ Pi (Ri – E (Ri))² i=
............................................................2.6
1
Dimana : Pi
= Probabilitas terjadinya peristiwa ke-1
R
= Rate of Return
E (R)
= Expected Rate of Return
Rumus di atas digunakan jika probabilitas kejadian tidak sama untuk semua peristiwa. Sedangkan apabila probabilitas kejadian setiap peristiwa sama maka perhitungannya dapat dirumuskan sebagai berikut:
n ∑ [(Ri) – E (Ri)]² SD (σ) =
..................................................................2.7
i =1
N
Menurut Jogiyanto (1998: 116) risiko portofolio adalah varian return sekuritas–sekuritas yang membentuk portofolio tersebut. Salah satu pengukur risiko adalah deviasi standar (standard deviation) atau varian (variance) yang merupakan kudrat dari deviasi standar. Risiko yang diukur dengan ukuran ini mengukur risiko dari seberapa besar nilai tiap-tiap item menyimpang dari rata-ratanya. Risiko portofolio dapat diukur dengan besarnya deviasi standar atau varian yang dinotasikan dengan σ p².
110
Rumus matematikanya adalah sebagai berikut:
σp ² =
X²xσ²x + X²yσ²y + 2XxYyCovx
..........................................2.8
Dimana :
σp
= Standar deviasi portofolio
Xx
= Proporsi dana yang ditanamkan dalam saham x
Xy
= Proporsi dana yang ditanamkan dalam saham y
Covxy
= Kovarian x dan y
Dalam mengukur risiko portofolio harus dicari covariance antara sekuritas yang tergantung dalam portofolio. Hal ini karena portofolio merupakan gabungan dari beberapa sekuritas sehingga risiko yang terjadi merupakan interaksi antara risiko–risiko sekuritas yang membentuknya. Besarnya return kovarians tergantung pada pola return masing-masing saham. Bila return saham tersebut bergerak dengan pola yang sama maka covariance-nya berupa kalian dua angka positif atau dua angka negatif sehingga hasilnya berupa angka positif yang besar. Rumus dari covariance adalah sebagai berikut:
Cov xy = ρ xyσ xσ y Covariance dapat distandarisasikan dengan cara membaginya dengan hasil perkalian deviasi standar masing–masing sekuritas yang dirumuskan sebagai berikut:
ρ xy =
Cov xy
σ xσy
.......................................................................2.9
Dimana :
ρ xy
= Koefisien korelasi saham X dan saham Y yang merupakan covariance antara keduanya yang distandarisasi. Nilainya berkisar antara -1 sampai dengan +1.
Koefisien korelasi menunjukkan bagaimana suatu variabel bergerak bersama dengan variabel lainnya. Korelasi ini bukan merupakan hubungan sebab akibat. Bila terdapat korelasi negative antara dua sekuritas maka jika nilai suatu variabel naik akan menyebabkan nilai variabel lainnya akan turun, begitu juga sebaliknya bila terdapat korelasi positif naiknya nilai suatu sekuritas akan menyebabkan sekuritas lainnya juga naik. Selain tergantung terhadap covariance, hubungan antara dua sekuritas dipengaruhi oleh standar deviasi dari tiap sekuritas. Standar deviasi ini merupakan ukuran yang menunjukkan nilai penyimpangan dari tingkat keuntungan sekuritas yang diharapkan. Standar deviasi dari portofolio dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
σp
= X²xσ²x + X²yσ²y + 2XxYy (ρxyσxσy)
................2.10
Dimana :
111
σp
= Standar deviasi portofolio
Xx
= Proporsi dana yang ditanamkan dalam saham x
Xy
= Proporsi dana yang ditanamkan dalam saham y
ρxy
= Koefisien korelasi sekuritas x dan y
σx
= Standar deviasi sekuritas x
σy
= Standar deviasi sekuritas y
Rumus deviasi standar portofolio di atas digunakan bila hanya terdapat dua sekuritas. Dalam portofolio yang terdiri dari sekuritas atau lebih, rumus yang digunakan adalah:
N
σp²
= ∑ Xi²σi² + ∑
i=1 C.
N ....................................................................................2.11
i=1
Pengertian IHSG, SBI, Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah 1.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indeks harga saham tidak ubahnya seperti sebuah barometer ataupun termometer yang ada di rumah kita. Fungsinya sangat penting karena dapat memberikan ukuran yang dapat membantu kita melihat situasi bagaimanakah saat ini yang terjadi. Indeks Harga Saham menjadi barometer kesehatan pasar modal yang dapat menggambarkan kondisi bursa efek yang terjadi. Menurut Vonny Dwiyanti (1998: 54) Indeks Harga Saham merupakan ringkasan dari dampak simultan dan kompleks atau berbagai macam yang berpengaruh, terutama fenomena-fenomen ekonomi. Sementara menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin (2001: 95) Indeks Harga Saham merupakan indikator utama yang menggambarkan pergerakan harga saham. Sedangkan menurut Jogiyanto (1998: 48) Indeks Harga Saham Gabungan adalah suatu indeks yang meliputi pergerakan-pergerakan harga untuk saham biasa dan saham preferen. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan Indeks Harga Saham sebenarnya merupakan angka Indeks Harga Saham yang telah disusun dan dihitung sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan untuk membandingkan kegiatan atau peristiwa, bisa berupa perubahan harga saham, dari waktu ke waktu. Di pasar modal sebuah indeks diharapkan memiliki lima fungsi yaitu: (1) sebagai indikator trend pasar, (2) sebagai indikator tingkat keuntungan, (3) sebagai tolak ukur (benchmark) kinerja suatu portofolio, (4) memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif, (5) memfasilitasi berkembangnya produk derivatif. Ada beberapa macam pendekatan atau metode penghitungan yang digunakan untuk menghitung indeks, yaitu: (1) Menghitung rata-rata (arithmetic mean) harga saham yang masuk dalam anggota indeks, (2) Menghitung (geometric mean) dari indeks individual saham yang masuk anggota indeks, (3) Menghitung ratarata tertimbang nilai pasar. Umumnya semua indeks harga saham gabungan (composite) menggunakan metode rata-rata tertimbang termasuk di Bursa Efek Jakarta. Di Bursa Efek Jakarta terdapat 5 (lima) jenis indeks, antara lain: a.
Indeks Individual, menggunakan indeks harga masing-masing saham terhadap harga dasarnya.
b. Indeks Harga Saham Sektoral, menggunakan semua saham yang termasuk dalam masing-masing sektor. c.
Indeks LQ 45, menggunakan 45 saham yang terpilih berdasarkan likuiditas perdagangan saham dan disesuaikan setiap enam bulan (setiap awal bulan Febuari dan Agustus).
d.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menggunakan semua saham yang tercatat sebagai komponen penghitungan indeks.
e.
Indeks Syariah atau JII (Jakarta Islamic Index), JII merupakan indeks terakhir yang dikembangkan oleh BEJ bekerja sama dengan Dana Reksa Invesment Management. Indeks ini merupakan indeks yang mengakomodasi syariah investasi dalam Islam atau Indeks yang berdasarkan syariah Islam.
112
Sedangkan yang dimaksud dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menurut Vonny Dwiyanti (1999: 55) adalah angka yang menunjukkan situasi pasar efek secara umum karena G adalah gabungan dari seluruh saham. Kemudian menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin (2001: 96) Indeks Harga Saham Gabungan adalah sekumpulan semua saham yang tercatat sebagai komponen perhitungan indeks.
2.
Nilai Tukar Menurut Salvatore Dominick (1997: 140) kar atau sering disebut dengan kurs adalah jumlah atau harga mata uang domestik dari mata uang luar negeri (asing). Kurs ini dipertahankan sama di semua pasar melalui arbitrase. Arbitrase valuta asing adalah pembelian mata uang asing bila harganya rendah dan menjualnya bilamana harganya tinggi. Suatu Penurunan dalam nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing disebut dengan depresiasi. Sedangkan kenaikan dalam nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing disebut apresiasi. Karena mata uang suatu negara dapat didepresiasi terhadap mata uang dan apresiasi terhadap yang lain maka biasanya dapat dihitung suatu kurs efektif. Kurs efektif merupakan rata-rata tertimbang dari nilai tukar mata uang suatu negara. Pada umumnya kurs ditentukan oleh perpotongan kurva permintaan pasar dan kurva penawaran dari mata uang asing tersebut.
3.
Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Menurut Alfred A Stoneir dan Douglas C Haque (1984) salah satu instrumen moneter yang dapat mempengaruhi atau memotivasi masyarakat maupun pengusaha untuk menabung dan melakukan investasi adalah suku bunga. Penyataan ini sesuai dengan pendapat yang mendefinisikan suku bunga sebagai determinan penting kedua dari volume investasi yang dilakukan dalam suatu periode, sedangkan determinan yang pertama adalah efisiensi modal marginal. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) pertama kali diterbitkan pada tahun 1970 dengan sasaran utama menciptakan instrumen yang diperdagangkan antar bank pada tahun 1971, setelah bank–bank diizinkan menerbitkan sertifikat deposito maka SBI tidak diterbitkan karena sertifikat deposito mampu menggantikan SBI. Sejalan dengan perubahan pendekatan kebijakan moneter pemerintah terutama setelah deregulasi perbankan 1 Juni 1983 maka Bank Indonesia kembali menerbitkan SBI sebagai instrumen dalam melakukan kebijakan operasi terbuka, terutama untuk tujuan konstraksi moneter BI (1999). Berdasarkan SK Direksi BI No.31/67/KEP/DIR tertanggal 23 Juli 1998 tentang penerbitan SBI serta intervensi rupiah yakni Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga atas petunjuk dalam rupiah yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai pengakuan hutang berjangka waktu pendek dengan sistem diskonto.
4.
Inflasi Menurut Sadono Sukirno (1994: 15) inflasi didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Tingkat inflasi (persentasi kenaikan harga) berbeda dari suatu periode ke periode lainnya, dan berbeda pula dari satu negara ke negara lainnya. Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus menerus. Dalam praktek, inflasi bisa diamati dengan mengamati gerak dari indeks harga. Tetapi di sini harus diperhitungkan ada tidaknya “suppressed inflation” atau inflasi yang ditutupi, yang pada suatu waktu akan timbul dan menunjukkan dirinya karena harga-harga resmi makin tidak relevan bagi kenyataan. Terdapat beberapa cara menggolongkan inflasi. Penggolongan pertama, didasarkan atas parah tidaknya inflasi tersebut. Di sini kita bedakan beberapa macam inflasi: •
Inflasi ringan (di bawah 10% setahun)
•
Inflasi sedang (antara 10-30% setahun)
•
Inflasi berat (antara 30-100% setahun)
•
Hiperinflasi (di atas 100% setahun)
Penggolongan yang kedua adalah atas dasar sebab musabab awal dari inflasi. Atas dasar ini dibedakan dua macam inflasi: 1.
Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu kuat. Inflasi semacam ini disebut demand inflation
2.
Inflasi yang timbul karena kenaikan ongkos produksi. Ini disebut cost inflation Penggolongan ketiga adalah berdasarkan asal dari inflasi, yaitu:
113
a.
Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation), misalnya karena defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang baru, panen yang gagal dan sebgainya.
b.
Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation), adalah inflasi yang timbul karena kenaikan hargaharga (inflasi) di luar negeri atau di negara-negara langganan berdagang negara kita.
Muana Nanga (2001: 241) menjelaskan inflasi adalah suatu gejala dimana tingkat harga umum mengalami kenaikan secara terus menerus. Terdapat tiga teori utama mengenai inflasi menurut Muana Nanga (2001: 252-254) yaitu Teori Kuantitas, Teori Keynes, dan Teori Strukturalis. Teori Kuantitas mengenai inflasi mengatakan bahwa penyebab utama dari inflasi adalah pertambahan jumlah uang beredar dan psikologi masyarakat mengenai kenaikan harga-harga di masa mendatang. Tambahan jumlah uang beredar sebesar x% bisa menumbuhkan inflasi kurang dari x%, sama dengan x% atau lebih besar dari x%, tergantung kepada apakah masyarakat tidak mengharapkan harga naik lagi, akan naik tetapi lebih buruk daripada sekaran atau masa-masa lampau, atau akan naik cepat dari sekarang, atau masa-masa lampau. Teori Keynes mengatakan bahwa inflasi terjadi karena masyarakat hidup di luar batas kemampuan ekonomisnya. Teori ini menyoroti bagaimana perebutan rejeki antara golongan-golongan masyarakat bisa menimbulkan permintaan agregat yang lebih daripada jumlah barang yang tersedia (yaitu apabila timbul “inflation gap”). Selama inflationary gap tetap ada, selam itu pula proses inflasi berkelanjutan. Teori ini menarik karena meyoroti peranan sistem distribusi pendapatan dalam proses inflasi, dan menyarankan hubungan antara inflasi dan faktor-faktor non ekonomis. Teori strukturalis adalah teori inflasi “jangka panjang” karena menyoroti sebab-sebab inflasi yangberasal dari kekuatan struktur ekonomi, khususnya ketegaran suplai bahan makanan dan barang-barang ekspor. Karena sebab-sebab struktural pertambahan produksi barang-barang ini terlalu lambat dibanding dengan pertumbuhan kebutuhannya, sehingga menaikkan harga bahan makanan dan kelangkaan devisa. Akibat selanjutnya adalah kenaikan harga-harga lain sehingga terjadi inflasi. Inflasi semacam ini tidak bisa diobati hanya dengan misalnya mengurangi jumlah uang beredar, tetapi harus diobati dengan pembangunan sektor bahan makanan dan ekspor. Laju inflasi (Lipsey G. Richard dkk. 1995) dapat diukur dari perubahan IHK, yaitu indeks harga konsumen yang merupakan indeks harga dari barang yang selalu digunakan para konsumen dengan memakai indeks harga tahun sebelumnya sebagai tahun dasar.
Laju inflasi = IHKt – IHKt-1 x 100% IHKt-1
D.
Reksa Dana
1. Pengertian Reksa Dana Menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy M Fakhruddin (2001: 148) Reksa Dana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atau investasi mereka. Umumnya, Reksa Dana diartikan sebagai wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi.
114
Mengacu kepada undang-undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27) bahwa Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Sementara menurut beberapa pendapat para ahli, diantaranya menurut Eduardus Tandelilin (2001: 20) Reksa Dana adalah sertifikat yang menjelaskan bahwa pemiliknya menitipkan sejumlah dana kepada perusahaan Reksa Dana, untuk digunakan sebagai modal berinvestasi baik di pasar modal maupun di pasar uang. Reksa Dana juga merupakan suatu wadah berinvestasi secara kolektif untuk ditempatkan dalam portofolio berdasarkan kebijakan investasi yang ditetapkan oleh Manajer Investasi. (Bapepam, 1997: 5). Kegiatan investasi Reksa Dana dapat ditempatkan pada berbagai instrumen efek, baik di pasar uang, pasar modal, maupun gabungan dari keduanya. Selain itu juga dapat dikhususkan pada efek yang mewakili sektor dan industri tertentu seperti manufaktur, keuangan, infrastruktur, dan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa Reksa Dana bersifat fleksibel karena mampu memberikan berbagai pilihan dan alternatif bagi para investor sesuai dengan tujuan dan kebutuhannya dalam berinvestasi. Sama halnya dengan sarana investasi lainnya, Reksa Dana selain menghasilkan tingkat keuntungan tertentu (return) juga mengandung unsur risiko (risk) yang patut dipertimbangkan. Hanya bedanya, risiko yang terkandung dapat diperkecil (dikurangi) karena investasi tersebut
115
didiversifikasi atau disebar dalam bentuk portofolio, yang menjadi ciri utama dari Reksa Dana. (Bapepam, 1997: 5) 2. Manfaat Investasi di Reksa Dana Menurut Eko P. Pratomo (2004: 37) banyak instrumen investasi yang tersedia di pasar namun kita sulit untuk berinvestasi ke dalam instrumen tersebut karena berbagai kendala. Reksa Dana sebagai salah satu instrumen investasi memudahkan kendala tersebut. Dengan Reksa Dana investor dapat memperoleh manfaat antara lain: a. Akses ke dalam instrumen investasi yang beragam. b. Pengelolaan portofolio investasi yang profesional oleh manajer investasi dan Bank Kustodian. c. Diversifikasi investasi dengan biaya yang rendah. Melalui dana yang terkumpul dari sekian banyak investor, Reksa Dana dapat berinvestasi ke berbagai jenis instrumen dari berbagai perusahaan. d. Likuiditas yang relatif tinggi. Dalam kondisi normal, Reksa Dana dapat dibeli dan dicairkan (dijual kembali) setiap hari kerja. e. Potensi hasil investasi yang tinggi dalam jangka panjang. f. Manfaat bebas pajak untuk instrumen investasi tertentu (saat ini investasi dalam obligasi). 3. Risiko Investasi di Reksa Dana Investasi dalam Reksa Dana akan memiliki komposisi dan hasil yang sesuai dengan karakteristik risiko dari surat berharga yang terdapat dalam portofolio efek Reksa Dana tersebut.
116
a. Risiko Penurunan Nilai Saham Reksa Dana yang memiliki portofolio saham akan memiliki karakteristik risiko sejalan dengan kepemilikannya, khususnya risiko penurunan nilai modal (capital loss). Namun sejalan dengan itu Reksa Dana juga memiliki peluang memperoleh hasil yang tinggi akibat peningkatan nilai (capital again). Secara umum harga saham akan cenderung menurun bila: 1. Kinerja (tingkat keuntungan) perusahaan yang menerbitkan saham diperkirakan akan menurun dapat disebabkan oleh kondisi internal maupun eksternal. 2. Daya saing terhadap alternative investasi lain (misalnya investasi di pasar uang) menurun, khususnya bila suku bunga simpanan meningkat. 3. Aktivitas serta likuiditas perdagangan saham di bursa menurun disebabkan karena berkurangnya permintaan, penawaran maupun karena berkurangnya likuiditas secara umum (misalnya akibat kebijakan uang ketat). 4. Daya tarik investasi saham terhadap dominant player, disebabkan oleh perubahan ketentuan dan peraturan pemerintah maupun karena penurunan nilai tukar terhadap mata uang yang dipakai oleh
dominant player dalam membukukan nilai investasinya. b. Risiko Penurunan Nilai Efek Hutang
117
Bila portofolio Reksa Dana dibatasi, sebagian besar hanya dapat berisi obligasi, surat pengakuan hutang, surat berharga komersial dan tanda bukti hutang maka risiko dan peluang hasil investasi pada Reksa Dana identik dengan risiko dan peluang hasil investasi pada bank umum, yaitu: 1. Risiko penurunan pendapatan akibat menurunnya suku bunga, baik secara absolut (bila bunga mengembang) ataupun secara relatif (bila bunga ditentukan tetap atau fixed sedangkan tingkat suku bunga pasar meningkat). 2. Risiko
kredit
akibat
ketidakmampuan
atau
berkurangnya
kemampuan penerbit surat berharga untuk mengembalikan pokok pinjamannya. 3. Risiko penurunan nilai pasar dari efek hutang tersebut baik karena pendapatan bunga relatif lebih rendah dari suku bunga pasar karena penurunan
kapasitas
kredit
penerbitnya
maupun
karena
berkurangnya likuiditas pasar (misalnya akibat kebijakan uang ketat). c. Risiko Penurunan Nilai Efek Pasar Uang Pada Reksa Dana yang membatasi diri hanya menanamkan dananya dalam efek pasar uang dan efek hutang yang jatuh tempo kurang dari 12 bulan ataupun pada Reksa Dana jenis lain yang selalu membutuhkan likuiditas sehingga harus menempatkan sebagian dananya dalam efek pasar uang, risiko penurunan nilainya adalah:
118
1. Risiko
kredit
akibat
ketidakmampuan
atau
berkurangnya
kemampuan penerbit surat berharga untuk mengembalikan pokok pinjamannya, dikarenakan akibat kondisi internal maupun akibat perubahan kondisi eksternal. 2. Risiko menurunnya harga pasar wajar surat beharga. 3. Risiko perubahan nilai tukar mata uang asing bila ditanamkan dalam efek pasar uang dalam valuta asing. d. Risiko berkurangnya Nilai Aktiva Bersih Per Unit Penyertaan (NAB/unit) Menurut Eko Priyo Pratomo & Ubaidillah Nugraha (2004: 84) berkurangnya NAB/Unit dari harga NAB /Unit pada saat investor membeli merupakan indikator kerugian bagi investor. Turunnya harga NAB/Unit disebabkan oleh turunnya nilai atau harga efek-efek yang dimiliki Reksa Dana. Penyebab utama dari turunnya harga efek-efek antara lain: 1. Perubahan kondisi ekonomi, politik termasuk juga kondisi sosial (adanya bencana dll). Dan keamanan di dalam dan luar negeri yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Terjadi wanprestasi (default) dari emiten, penerbit surat berharga atau pihak yang terlibat dalam transaksi dan pengelolaan investasi dalam memenuhi kewajibannya. Kebangkrutan atau dilikuidasinya suatau perusahaan akan berpotensi goyahnya perusahaan dalam memenuhi kewajibannya.
119
E. Bentuk, Sifat dan Jenis Reksa Dana 1. Bentuk Reksa Dana Menurut Eko P Pratomo (2004: 4) di Indonesia, sesuai peraturan yang berlaku, terdapat dua bentuk hukum Reksa Dana, yakni Reksa Dana berbentuk Perseroan Terbatas (PT. Reksa Dana) dan Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (Reksa Dana KIK). a. Reksa Dana Berbentuk Perseroan (Corporate Type) Dalam bentuk Reksa Dana ini, perusahaan penerbit Reksa Dana menghimpun dana dengan menjual saham, dan selanjutnya dana dari hasil penjualan tersebut diinvestasikan pada berbagai jenis Efek yang diperdagangkan di pasar modal maupun pasar uang. b. Reksa Dana berbentuk KIK (Contractual Type) Kontrak Investasi Kolektif adalah kontrak yang dibuat antara Manajer Investasi dan Bank Kustodian yang juga mengikat pemegang Unit Penyertaan sebagai investor. Melalui kontrak ini Manajer Investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio kolektif dan Bank Kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan dan administrasi investasi kolektif. Dana yang terkumpul dari banyak investor yang kemudian akan dikelola dan diinvestasikan oleh Manajer Investasi ke dalam suatu portofolio investasi menjadi kekayaan Reksa Dana dan menjadi milik investor secara kolektif.
120
2. Sifat Reksa Dana Jika dilihat dari sifatnya, Reksa Dana dapat dibedakan menjadi dua yaitu: a. Reksa Dana Tertutup Menurut Bapepam (1997: 8) Reksa Dana Tertutup adalah Reksa Dana yang tidak dapat membeli kembali saham-saham yang telah dijual kepada Pemodal. Dengan kata lain, pemegang saham tidak dapat menjual kembali sahammya kepada Manajer Investasi. Apabila pemilik saham hendak menjual sahamnya, hal ini harus dilaksanakan melalui Bursa Efek tempat saham Reksa Dana tersebut dicatatkan. Harga pasar dari saham Reksa Dana Tertutup ini berubah-rubah dipengaruhi kekuatan permintaan dan penawaran, sama halnya dengan
fluktuasi harga (kurs) saham perusahaan publik b. Reksa Dana Terbuka Yaitu Reksa Dana yang menawarkan dan membeli kembali saham-sahamnya dari pemodal sampai sejumlah modal yang sudah dikeluarkan. Pemegang saham/unit Reksa Dana yang bersifat terbuka ini dapat menjual kembali saham/unit penyertaannya setiap saat apabila diinginkan. Manajer Investasi Reksa Dana, melalui Bank Kustodian, wajib membelinya sesuai dengan NAB per saham/unit pada saat tersebut.
121
Bapepam (1997: 8) menyatakan bahwa menurut peraturan, pembayaran atas penjualan kembali (redemption) harus dilakukan sesegera mungkin dan tidak boleh lebih lama dari 7 (tujuh) hari bursa sejak diminta penjualan kembali oleh investor pemegang saham/unit. Dari penjelasan Reksa Dana berdasarkan sifatnya, dapat disimpulkan karakterisitik dari Reksa Dana tertutup dan terbuka yaitu:
Tabel 2.1 Karakteristik Reksa Dana Berdasarkan Sifatnya PT. Reksa Dana Tertutup Menjual sahamnya pada penawaran umum perdana sampai batas modal dasar Saham Reksa Dana dicatatkan di Bursa Efek Investor tidak dapat menjual kembali saham yang dimilikinya kepada Reksa Dana tetapi kepada investor lain melalui bursa
PT. Reksa Dana Terbuka Menjual sahamnya secara terus menerus sepanjang ada pemodal yang membeli Saham Reksa Dana tidak perlu dicatat di bursa efek
Investor dapat menjual kembali saham yang dimilikinya kepada Reksa Dana Harga jual/ beli saham antara PT. Reksa Dana dengan Harga Jual/beli saham investor didasarkan atas Nilai tergantung penawaran dan aktiva Bersih (NAB) per permintaan antar investor di saham yang dihitung oleh bursa Bank Kustodian. Sumber: Eko P Pritomo & Ubaidillah Nugraha (2004: 46)
3. Jenis Reksa Dana Dari sisi peraturan Bapepam, Reksa Dana Indonesia dibagi dalam 4 (empat) jenis kategori, yakni Reksa Dana Pasar Uang, Reksa Dana Pendapatan Tetap, Reksa Dana Saham, dan Reksa Dana Campuran. Pengkategorian jenis Reksa Dana di sini memang berdasarkan kategori instrumen dimana Reksa Dana melakukan investasi. a. Reksa Dana Pasar Uang (Money Market Funds)
122
Reksa Dana Pasar Uang merupakan Reksa Dana dengan tingkat risiko paling rendah. Di lain pihak, potensi keuntungan Reksa Dana ini juga terbatas. Hasil investasi Reksa Dana pasar uang umumnya sangat mirip dengan tingkat suku bunga deposito, karena hampir sebagian besar portofolio investasi Reksa Dana Pasar Uang terdiri dari deposito. b. Reksa Dana Pendapatan Tetap (Fixed Income Funds) Reksa Dana Pendapatan Tetap (RDPT) adalah Reksa Dana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari portofolio yang dikelolanya ke dalam efek bersifat hutang. Reksa Dana ini memiliki risiko yang relatif lebih besar dari Reksa Dana Pasar Uang. Tujuannya adalah untuk menghasilkan tingkat pengembalian yang stabil. RDPT juga menjadi pilihan menarik bagi investor individu, khususnya yang ingin berinvestasi pada obligasi. c. Reksa Dana Saham (Equity Funds) Reksa Dana Saham (RDS) adalah Reksa Dana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari portofolio yang dikelolanya ke dalam efek bersifat ekuitas (saham). Walaupun risikonya lebih tinggi dibandingkan dua jenis Reksa Dana sebelumnya, namun Reksa Dana Saham ini menghasilkan tingkat pengembalian yang tinggi. Tingginya risiko tersebut dikarenakan sifat harga saham yang lebih berfluktuasi. Tapi sebaliknya, dalam jangka panjang, tingkat pengembaliannya lebih tinggi dibandingkan jenis lainnya. Jenis ini
123
sesuai untuk investor yang mempunyai jangka waktu investasi (time
horizon) yang panjang. d. Reksa Dana Campuran (Discretionary Funds) Reksa Dana ini melakukan investasi dalam Efek bersifat Ekuitas dan Efek bersifat Utang yang perbandingannya tidak termasuk Reksa Dana Pendapatan Tetap dan Saham di atas. Reksa Dana jenis ini berisiko moderat dengan tingkat pengembalian yang relatif lebih tinggi daripada Reksa Dana Pendapatan Tetap. Tabel 2.2 Jenis dan Karakteristik Reksa Dana Jenis Pasar Uang Karakteristik Risiko Tujuan
Terendah Likuiditas dan mempertahank an nilai modal
Pendapatan Tetap Rendah Pendapatan yang stabil
Saham Tinggi Pertumbuh an harga saham/unit dalam jangka panjang
Campuran Moderat Pertumbuhan harga dan pendapatan
Sumber: Buku Panduan Bapepam (1997: 10)
F.
Mengukur Kinerja Reksa Dana 1. Nilai Aktiva Bersih (NAB)
Sumber informasi utama dalam pengukuran kinerja Reksa Dana adalah Nilai Aktiva Bersih Per Unit Penyertaan (NAB/Unit) atau harga per unit yang selalu dipublikasikan di harian bisnis. Perubahan NAB/Unit menjadi indikator kinerja investasi suatu Reksa Dana.
124
Beberapa publikasi mengenai kinerja mencoba mengolah kembali data NAB/Unit untuk memperoleh gambaran kinerja Reksa Dana misalnya sejak awal diterbitkan, sepanjang tahun berjalan, atau tiga bulan terakhir. Istilah NAB tidak bisa dipisahkan dari Reksa Dana karena istilah ini merupakan salah satu tolak ukur dalam memantau hasil dari suatu Reksa Dana. Menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin (2001: 160) Nilai Aktiva Bersih (NAB) atau net asset value (NAV) merupakan alat ukur kinerja Reksa Dana. Nilai Aktiva Bersih berasal dari nilai portofolio Reksa Dana yang bersangkutan. Nilai Aktiva Bersih (NAB) merupakan jumlah aktiva setelah dikurangi kewajiban-kewajiban yang ada. Sedangkan NAB Per Unit Penyertaan merupakan jumlah NAB dibagi dengan jumlah nilai Unit Penyertaan yang beredar (outstanding). Bagi Investor, NAB/unit memiliki beberapa fungsi, antara lain: 1. Sebagai harga beli atau jual pada saat Investor membeli atau menjual unit penyertaan suatu Reksa Dana. 2. Sebagai indikator hasil (untung atau rugi) investasi yang dilakukan di Reksa Dana dan penentu nilai investasi yang dimiliki pada suatu saat. 3. Sebagai sarana untuk mengetahui kinerja historis Reksa Dana yang dimiliki investor. 4. Sebagai sarana untuk membandingkan kinerja historis Reksa Dana yang satu dan Reksa Dana yang lain.
125
Dari penjelasan di atas, dapat dimengerti jika nilai NAB akan mengalami kenaikan atau penurunan, karena nilai NAB tersebut sangat tergantung akan kinerja asset yang merupakan portofolio Reksa Dana tersebut. Kalau harga pasar asset-aset suatu Reksa Dana mengalami kenaikan, maka NABnya tentu akan mengalami kenaikan, demikian juga sebaliknya. 2. Mengukur Kinerja Dengan Metode Differential Return with Risk Measured by Standard Deviation Menurut Farid Harianto & Siswanto Sudomo (2001: 595) konsep yang digunakan adalah garis pasar modal (capital market line, CML). Bila kita bisa mengidentifikasi tingkat keuntungan suatu portofolio dengan tingkat keuntungan yang terletak pada CML, untuk standar deviasi yang sama disebut Differential Return. Bila tingkat keuntungan suatu portofolio lebih besar dari tingkat keuntungan yang ada pada CML, maka differential
return-nya positif. Apabila sebaliknya, bila tingkat keuntungan suatu portofolio lebih kecil dari tingkat keuntungan yang ada pada CML maka
differential return-nya negatif. Portofolio yang baik adalah portofolio yang mempunyai differential return yang positif dan terbesar.
Rp
Differential Return
CML
126
A
.
A
.
M. portofolio pasar pada CML
Rf
σp Gambar 2.2 Penentuan Differential Return with Risk is Measured by Standar Deviation Sumber: Farid Harianto & Siswanto Sudomo (2001: 596)
Untuk menghitung differential return, bila slope yang meng hubungkan Rf dan M yaitu:
Rm − R f
untuk intercept-nya adalah Rf,
σ
maka:
⎡ Rm − Rf Rp = R f + ⎢ ⎢⎣ σ m
⎤ ⎥σ p ⎥⎦
..……………………….2.12
Dimana: Rp = expected Return dari portofolio yang terletak pada CML Rm = expected return market
σm = standar deviation market
σp = standar deviation portofolio Dengan menggunakan metode ini portofolio Reksa Dana disusun dari nilai tertinggi. Differential return tertinggi merupakan portofolio yang terbaik.
127
G. Penelitian Terdahulu Farid Harianto & Siswanto Sudomo (2001: 591) menyatakan bahwa salah satu cara membandingkan kinerja suatu portofolio (biasanya diwakili oleh mutual funds) adalah dengan membandingkannya dengan portofolio lain yang mempunyai risiko kurang lebih sama. Suatu portofolio yang memberikan tingkat keuntungan lebih tinggi belum tentu lebih baik kalau ternyata juga mempunyai risiko yang lebih tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Friend, Blume dan Crocket dan dikutip oleh Elton dan Gruber (1991: 645), menunjukkan hasil sebagai berikut: Tabel 2.3 Perbandingan kinerja mutual funds dengan portofolio yang dipilih secara acak, variance dipakai sebagai ukuran risiko, selama (Januari 1960-Juni 1968) Risiko
Risiko rendah Risiko sedang Risiko tinggi
Jumlah dalam Sampel Mutual Portofolio
Rata-rata variance Mutual Portofolio secara Funds acak
Rata-rata keuntungan Mutual Portofolio Secara Funds acak
Funds
Secara acak
43
62
0,00120
0,00118
0,102
0,128
25
51
0,00182
0,00184
0,118
0,142
18
50
0,00280
0,00279
0,138
0,162
Sumber: Elton & Gruber (1991: 645)
Tabel tersebut menunjukkan bahwa ukuran risiko yang digunakan adalah variance (yaitu bentuk kuadrat dari deviasi standar) tingkat keuntungan portofolio. Mutual funds, yaitu portofolio yang dikelola oleh managed investment companies (artinya para professional), dibandingkan
portofolio yang secara acak. Perbandingan dilakukan atas dasar rata-rata variance yang kurang lebih sama, dan dikelompokkan sebagai risiko
rendah, sedang dan tinggi. Perhatikan bahwa rata-rata variance dalam kelompok risiko yang sama, antara mutual funds dan portofolio yang
128
dipilih secara acak dan dihitung dengan bobot yang sama (equally weighted), kurang lebih juga sama. Tetapi bila kita perhatikan dua kolom
yang terakhir, ternyata rata-rata tingkat keuntungan mutual funds selalu lebih rendah bila dibandingkan dengan tingkat keuntungan portofolioportofolio yang dipilih secara acak. Hal ini mengundang pertanyaan tentang kemampuan para manajer Reksa Dana dalam mengelola dana yang dipercayakan kepada mereka. Cara yang sama dilakukan untuk beta sebagai ukuran risiko oleh penelitian-penelitian yang sama, yang juga dikutip oleh Elton dan Gruber (1995: 635). Hasilnya disajikan pada tabel 2.5. Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa pemilihan portofolio secara acak dengan bobot yang sama ternyata juga menghasilkan tingkat keuntungan yang lebih tinggi pada kelompok beta yang kurang lebih sama. Tabel 2.4 Perbandingan kinerja mutual funds dengan portofolio yang dipilih secara acak, Beta dipakai sebagai ukuran risiko (Januari 1960-Juni 1968) Risiko Rendah (β=0,5 - 0,7) Sedang (β=0,7 - 0,9) Tinggi
Jumlah dalam sampel Mutual Portofolio Funds secara acak 28 17
Rata-rata variance Mutual Portofolio Funds secara acak 0,641 0,642
Rata-rata keuntungan Mutual Portofolio Funds Secara acak 0,091 0,128
53
59
0,786
0,8
0,106
0,131
22
22
0,992
0,992
0,135
0,137
(β=0,9 - 1,1)
Sumber: Elton & Gruber (1995: 635)
Guntur Irianto (2001) meneliti tentang pengaruh bunga deposito, kurs mata uang rupiah terhadap dollar dan harga emas terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dengan periode penelitian 1 juni 1998-30 juni 2000. Dengan menggunakan metode analisis regresi berganda,
129
diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa bunga deposito dan kurs berpengaruh negatif secara signifikan tehadap IHSG. Kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang saling substitusi dengan bursa efek. Sedangkan harga emas berpengaruh positif serta signifikan terhadap IHSG. Penelitian yang dilakukan oleh Essi Asiyah (2005) tentang Pengaruh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Suku Bunga Bebas Risiko Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan Nilai Tukar Rupiah Tehadap Kinerja Reksa Dana Periode 2004-2005, dengan menggunakan regresi berganda dan pengujian statistik dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Dari penelitian diperoleh gambaran bahwa kinerja Reksa Dana dengan menggunakan metode Differential Return with Risk is Measured by Standard Deviation dipengaruhi oleh Indeks Harga Saham Gabungan
dan Suku Bunga Risiko SBI. 2. Indeks Harga Saham Gabungan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja Reksa Dana yang diperoleh dengan menggunakan Differential Return with Risk is Measured by Standard Deviation.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai pengaruh IHSG terhadap kinerja Reksa Dana dengan menggunakan metode evaluasi kinerja Reksa Dana berkorelasi positif dan signifikan mempengaruhi kinerja Reksa Dana. 3. Suku Bunga SBI mempengaruhi secara signifikan kinerja Reksa Dana ditunjukkan oleh nilai signifikan sebesar 0.00
130
4. Nilai Kurs ternyata tidak signifikan mempengaruhi kinerja ReksaDana.
H. Kerangka Pemikiran Menurut Eduardus Tandelilin (2001: 3) investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Secara garis besar investasi dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu investasi dalam aktiva rill (asset riil) dan investasi dalam aktiva keuangan (asset financial). Sebagai contoh investasi aktiva rill adalah investasi berupa gedung, mesin, pabrik, saluran distribusi baru dan sebagainya. Sedangkan contoh untuk investasi dalam aktiva keuangan adalah pembelian sertifikat deposito, saham, reksa dana dan obligasi dengan tujuan mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang. Menurut Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 pasal 1 ayat (27), Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan (kembali) dalam portofolio efek (saham, obligasi) oleh manager investasi untuk meraih keuntungan dan kemudian memberikan hasil (return) kepada pemodal atas penyertaan dananya. Tujuan reksa dana yang umumnya dalah pertumbuhan (growth), pendapatan (income) serta sasaran keseimbangan atau campuran (balanced). Dalam Penelitian ini, variabel-variabel independen yang dipilih untuk diteliti adalah inflasi, nilai tukar rupiah, suku bunga bebas risiko Sertifikat
131
Bank Indonesia (SBI) dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Keempat faktor tersebut secara teoritis sangat berkaitan dengan kinerja portofolio Reksa Dana sehingga diharapkan bisa menjadi indikator kuat bagi investor dalam mengetahui tingkat kinerja dari masing-masing portofolio Reksa Dana. Untuk itu hipotesa mengenai pengaruh keempat faktor tersebut terhadap kinerja Reksa Dana perlu dilakukan sehingga investor mempunyai dasar yang kuat dalam pengambilan keputusan. Nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, terutama terhadap US Dollar Amerika seringkali dianggap sebagai salah satu indikator dalam perekonomian bangsa. Ketidakstabilan nilai tukar rupiah terhadap dollar di Indonesia seringkali dianggap sebagai indikator ketidakstabilan perekonomian bangsa kita. Hal ini tentu mempengaruhi pada perdagangan saham di pasar bursa dan mempengaruhi perdagangan Reksa Dana di Indonesia yang juga akan mempengaruhi pada keputusan investor untuk melakukan transaksi. IHSG merupakan indikator penting yang menggambarkan situasi pasar yang sebenarnya dimana return dan risiko pasar tersebut dihitung. Return portofolio diharapkan meningkat jika Indeks Harga Saham Gabungan cenderung meningkat demikian juga sebaliknya return tersebut menurun jika IHSG cenderung menurun. Adanya inflasi akan berdampak besar terhadap perekonomian suatu negara. Pada saat terjadi inflasi, harga barang-barang cenderung naik, maka hal ini menyebabkan meningkatnya biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan. Peningkatan biaya produksi menyebabkan harga jual produk
132
meningkat sehingga akan mengurangi kuantitas produkyang dijual akibatnya laba
menurun.
Dengan
menurunnya
kinerja
keuangan
perusahaan,
menyebabkan deviden yang dibagikan kepada pemegang saham berkurang sehingga investor enggan untuk mempertahankan kepemilikannya atas saham perusahaan, yang akhirnya berakibat pada penurunan indeks harga saham sebagai indikator kinerja pasar modal. Faktor lain yang diduga mempengaruhi kinerja portofolio adalah tingkat suku bunga bebas risiko SBI dimana return portofolio cenderung berkurang jika suku bunga bebas risiko SBI meningkat, sebaliknya return portofolio akan bertambah jika suku bunga bebas risiko menurun. Hal tersebut kemungkinan dipengaruhi oleh kecenderungan pasar untuk menghindari risiko yang tinggi. Melihat hubungan yang cukup erat antara inflasi, nilai tukar rupiah, suku bunga bebas risiko SBI dan IHSG tersebut terhadap kinerja portofolio Reksa Dana, untuk mengetahui keeratan hubungan keempat faktor tersebut dengan Reksa Dana, maka penulis dapat menggambarkan penelitian ini sebagai berikut. Untuk memperjelas bagaimana mekanisme dalam Penulisan ini, maka penulis akan menyajikan dalam bentuk gambar sebagai berikut:
133
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Pengaruh IHSG, Suku Bunga Bebas Risiko SBI, Nilai Tukar Rupiah, dan Inflasi Terhadap Kinerja Reksa Dana Saham
IHSG (X1)
SBI (X2)
NTR (X3)
REKSA DANA SAHAM (Y)
INF (X4)
I. Hipotesis Sesuai dengan kerangka pemikiran dan untuk memberi arah pada proses penelitian, di dalam penelitian ini akan diuji hipotesis sebagai berikut: Ho1 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari IHSG terhadap kinerja reksa dana Ha1 : Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari IHSG terhadap kinerja reksa dana. Ho2 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari suku bunga bebas risiko SBI terhadap kinerja reksa dana.
134
Ha2 : Terdapat Pengaruh yang signifikan secara parsial dari suku bunga bebas risiko SBI terhadap kinerja reksa dana. Ho3 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari inflasi terhadap kinerja reksa dana. Ha3 : Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari inflasi terhadap kinerja reksa dana. H o4
:
Tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari nilai tukar rupiah terhadap kinerja reksa dana.
Ha4 : Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari nilai tukar rupiah terhadap kinerja reksa dana. Ho5 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari IHSG, suku bunga bebas risiko SBI, inflasi, nilai tukar rupiah terhadap kinerja reksa dana. Ha5 : Terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari IHSG, suku bunga bebas risiko SBI, inflasi, dan nilai tukar rupiah terhadap kinerja reksa dana.
135
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif yaitu dimana penulis langsung melakukan penelitian pada tiga lokasi yaitu Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM), Bank Indonesia dan Bursa Efek Jakarta. Penelitian dilakukan dimulai dari pengumpulan data yang berhubungan langsung dengan objek penelitian, menginventarisasikan, mengolah data hingga akhirnya diperoleh gambaran yang jelas tentang pokok permasalahan yang diteliti. Ruang lingkup penelitian ini adalah melihat pengaruh variabel Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Suku Bunga Bebas Risiko SBI, Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Kinerja Reksa Dana Saham yang dicerminkan pada Nilai Aktiva Bersihnya (NAB), periode Januari 2004 sampai dengan Desember 2006.
B.
Metode Penentuan Sampel Teknik yang digunakan dalam penentuan sampel ini adalah purposive sampling yang berdasarkan judgement sampling. Purposive sampling adalah
teknik pemilihan sampel secara tidak acak dan didasarkan pada tujuan tertentu (Indrianto dan Supomo, 1999). Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Indeks Harga Saham Gabungan, Suku Bunga Bebas Risiko (SBI), inflasi dan Nilai Tukar Rupiah terhadap kinerja Reksa Dana Saham yang tercatat di Bapepam. Oleh karena itu, maka sampel yang
136
digunakan adalah Reksa Dana Saham yang tercatat di Bapepam. Hal tersebut sesuai dengan teknik purposive sampling metode judgement sampling. Sampel penelitian ini diambil dari Reksa Dana Saham yang terdaftar di Bapepam. Dari 144 Reksa Dana Saham yang terdaftar di Bapepam selama periode Januari 2004 sampai Desember 2006, hanya 15 Reksa Dana Saham yang terpilih sebagai sampel penelitian. Oleh karena Reksa Dana Saham yang tercatat di Bapepam dimungkinkan terjadi perubahan di setiap periodenya, maka sampel penelitian ini diambil dengan kriteria: 1. Semua Reksa Dana Saham yang terdaftar di Bapepam selama Januari 2004 sampai dengan Desember 2006. 2. Semua Reksa Dana Saham yang selalu ada dan masih aktif selama Januari 2004 sampai dengan Desember 2006. 3. Reksa Dana Saham yang telah menerbitkan laporan keuangan mulai Januari 2004 sampai dengan Desember 2006
C.
Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dan dianalisis dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang telah tersedia dan tidak perlu dikumpulkan lagi. Data-data sekunder yang digunakan penulis adalah datadata yang berhubungan langsung dengan penelitian yang dilaksanakan dan bersumber dari terbitan-terbitan Bursa Efek Jakarta, Bapepam dan Bank Indonesia.
137
Informasi Utama yang digunakan sebagai data penelitian adalah Nilai Aktiva Bersih (NAB/Unit) Reksa Dana Saham, data mengenai tingkat suku bunga bebas risiko dalam hal ini penulis memilih tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia dari Bank Indonesia berdasarkan laporan bulanan terbitan Bank Indonesia. Penulis memilih SBI sebagai tingkat suku bunga bebas risiko dengan anggapan bahwa Bank Indonesia yang mengeluarkan SBI dapat dipastikan akan melunasi kewajibannya pada saat jatuh tempo. Jadi investasi yang dilakukan pada SBI benar-benar bebas risiko. Disertai Data mengenai perkembangan Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah pada periode Januari 2004 sampai dengan Desember 2006.
D.
Metode Analisis Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1. Mendata Reksa Dana-Reksa Dana yang termasuk dalam Reksa Dana Saham selama periode Januari 2004 sampai dengan Desember 2006. Reksa Dana yang akan menjadi objek penelitian adalah Reksa Dana Saham yang berturut-turut ada selama periode Januari 2004 sampai dengan Desember 2006. 2. Menghitung Return dan Risiko dari masing-masing Reksa Dana. Dalam penelitian ini, maka penulis akan menggunakan program Microsoft Excel untuk membantu dalam proses penghitungan return dan risiko masingmasing Reksa Dana.
a) Menghitung Return dari Reksa Dana:
138
NAVt − NAVt −1 NAVt −1
Dimana: NAVt = Net Asset Value (NAB) pada periode t NAVt-1 = Net Asset Value (NAB) periode sebelum t b) Menghitung Risiko dari Reksa Dana:
∑ (x − x)
2
σp =
(n − 1)
3. Evaluasi Kinerja Reksa Dana Setelah didapatkan variabel-variabel yang dibutuhkan untuk penghitungan kinerja Reksa Dana, maka dilakukan evaluasi kinerja portofolio dengan menggunakan metode Differential Return with Risk Measure by Standar Deviation.
Rumusnya yaitu: ⎛ Rm − R f Rp = R f + ⎜ ⎜ σm ⎝
⎞ ⎟σ ⎟ p ⎠
4. Melakukan pengukuran dan pengujian untuk mengetahui signifikan pengaruh IHSG, suku bunga bebas risiko SBI, inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap kinerja Reksa Dana yang dihitung dengan metode Differential Return with Risk Measured by Standar Deviation. Dalam
Pengukuran dan pengujian ini digunakan analisis regresi berganda. Dimana kinerja merupakan variabel terikat (Y) dan faktor-faktor IHSG, SBI, inflasi dan nilai tukar rupiah sebagai variabel bebas (X). Setelah
139
dilakukan pengumpulan ternyata diperoleh gambaran bahwa data tidak normal dan salah satu variabel dependen terdapat multikolinieritas. Oleh karena itu, penulis merasa perlu mengeluarkan variabel tersebut dari model regresi sehingga diperoleh model terbaik. Dan selanjutnya akan diolah dengan menggunakan software SPSS Release 11.0 for Windows. 5. Pengujian Asumsi Klasik Dalam penggunaan analisis regresi agar menunjukkan hubungan yang valid atau tidak bias maka perlu pengujian asumsi klasik pada model regresi yang digunakan. Adapun asumsi dasar yang harus dipenuhi antara lain: a) Uji Normalitas Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Menurut Singgih Santoso (2000: 214), ada beberapa cara mendeteksi normalitas dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusannya adalah: 1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan megikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas, 2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
140
b) Multikolinieritas Istilah kolinieritas ganda (multicolinearity) diciptakan oleh Ranger Frish di dalam bukunya “Statistikcal Confluence Analysis by Means of Complete Regression Systems” artinya istilah itu berarti adanya
hubungan linier yang sempurna atau eksak (perfect or exact) di antara variabel-variabel bebas dalam model regresi (J. Supranto, 1983). Uji multikolinieritas digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya hubungan antar beberapa atau semua variabel independen dalam model regresi. Multikolinieritas merupakan keadaan dimana satu atau lebih variabel independen dinyatakan sebagai kondisi linier dengan variabel lainnya. Artinya bahwa jika diantara peubah-peubah bebas yang digunakan sama sekali tidak berkorelasi satu dengan yang lain maka bias dikatakan bahwa tidak terjadi multikolinieritas. Untuk menguji asumsi multikolinieritas dapat digunakan VIF (Variance Inflation Factor), dimana Gujarati (2003) mengatakan bila nilai VIF
lebih dari 10 berarti terdapat kolinieritas sangat tinggi dan sebaiknya apabila nilai VIF lebih kecil dari 10 maka tidak terjadi multikolinieritas. c) Uji Autokorelasi Istilah autokorelasi (Autocorrelation) menurut Maurice G. Kendall and William R. Bukland, A Dictionary of Statistical Term: “Correlation between members of series of observation ordered in time (as in timeseries data) or space (as in cross sectional data)”. Jadi autokorelasi
merupakan korelasi antara anggota seri observasi yang disusun menurut
141
urutan waktu (seperti data time series) atau menurut urutan tempat (seperti data cross sectional ) atau korelasi pada dirinya sendiri. Autokorelasi dapat didefinisikan pula terjadinya korelasi di antara data pengamatan sebelumnya, dengan kata lain bahwa munculnya suatu data dipengaruhi
oleh
data
sebelumnya.
Untuk
mendeteksi
terjadi
autokorelasi atau tidak dapat dilihat melalui nilai Durbin Watson (DW). Menurut Singgih Santoso (2000: 216) ada beberapa cara mendeteksi adanya autokorelasi diantaranya: 1) Angka Durbin Watson (DW) di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif 2) Angka Dubin Watson (DW) diantara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi 3) Angka Durbin Watson (DW) di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif d) Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah suatu keadaan dimana varian dari kesalahan pengganggu tidak konstan untuk semua nilai variabel bebas (J. Supranto, 1983). Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan
ke
pengamatan
yang
lain
tetap,
maka
disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model
142
yang
baik
adalah
homoskedastisitas
atau
tidak
terjadi
heteroskedastisitas. Menurut Singgih Santoso (2000: 208) ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik, dimana sumbu X adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di studentized, rinciannya antara lain adalah: 1) Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk suatu pola tertentu
yang
teratur
(bergelombang,
melebar
kemudian
menyempit), maka telah terjadi heteroskedastisitas. 2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di
bawah
angka
0
pada
sumbu
Y,
maka
tidak
terjadi
heteroskedastisitas. 6. Pengujian Statistik a) Uji Koefisien Determinasi (R2) Uji koefisien determinasi ditujukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen yang dilihat melalui adjusted R Square karena variabel independennya lebih dari 2.
143
b) Uji F (Uji secara simultan) Uji F dilakukan untuk melihat kemaknaan dari hasil model regresi tersebut. Bila nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel atau tingkat signifikannya lebih kecil dari 5% (α : 5%= 0.05) maka hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa variabel independen mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen secara simultan. c) Uji T (Uji secara parsial) Uji t digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Bila Thitung lebih besar dari Ttabel atau nilai signifikan T < α : 5% (0.05) maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa terdapat pengaruh signifikan secara parsial variabel independen terhadap variabel dependen. d) Pengujian Regresi Untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen digunakan model regresi berganda dengan persamaan sebagai berikut: Y = a + b1(IHSG) + b2(SBI) + b3(INF) + b4(NTR) + εi Dimana: Y
: Kinerja Reksa Dana
a
: Intercept
b1, b2, b3, b4 : Koefisien regresi variabel IHSG
: Indeks Harga Saham Gabungan
144
E.
SBI
: Suku Bunga Bebas Risiko Bank Indonesia
INF
: Inflasi
NTR
: Nilai Tukar Rupiah
Operasional Variabel Penelitian
Di dalam pengujian Pengaruh Indeks Harga Saham Gabungan, Suku Bunga bebas Risiko (SBI), Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Kinerja Reksa Dana, khususnya Reksa Dana Saham, dimana data yang digunakan adalah data-data selama periode Januari 2004 sampai dengan Desember 2006 variabel-variabel yang digunakan sebagai berikut: 1. Variabel dependen yaitu variabel utama atau variabel terikat dimana yang menjadi perhatian peneliti. Karena tujuan penelitian ini adalah menjelaskan atau memprediksi variabelitas dari variabel dependen. Dalam hal ini yang menjadi variabel dependen (Y) adalah Kinerja Reksa Dana, khususnya Reksa Dana Saham selama periode 2004 sampai dengan 2006. 2. Variabel independen yaitu variabel bebas yang mempengaruhi variabel dependen. Dalam hal ini yang menjadi variabel independen adalah faktorfaktor IHSG (X1), suku bunga bebas risiko (X2), inflasi (X3), dan nilai tukar rupiah (X4).
145
Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian No I
II
Nama Variabel Variabel Terikat Kinerja Reksa Dana Saham (Y)
Variabel Bebas 1.IHSG (X1)
2.Suku Bunga Bebas Risiko SBI (X2) 3.Inflasi (X3) 4.Nilai Tukar Rupiah (X4)
Konsep Variabel
Sumber Data
Ukuran
Indikator yang menunjukkan baik buruknya kinerja Reksa Dana Sahamyang dilihat dari NAB.
Data Reksa Dana di Bapepam.
Rasio
Indikator yang menunjukkan kecenderungan pergerakan harga seluruh saham di Bursa Efek Jakarta. Tingkat suku bunga yang relative tidak berisiko. Indikator yang menunjukkan kenaikan harga. Nilai tukar rupiah terhadap US Dollar.
Data Indeks Harga Saham Gabungan di BEJ.
Rasio
Data suku bunga deposito/Sertifikat Bank Indonesia. Data Iinflasi dari Bank Indonesia.
Rasio
Data nilai tukar rupiah terhadap US Dollar di Bank Indonesia.
Rasio
Rasio
Sumber: Data Olahan
146
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat Bapepam Pasar modal merupakan indikator kemajuan perekonomian suatu negara serta menunjang perekonomian suatu negara yang bersangkutan. Dalam perekonomian suatu negara, sumber dana bagi pembiayaan perusahaan sangat terbatas, maka perlu dicarikan sumber pembiayaan yang bersifat jangka panjang. Sisi lain dengan adanya pasar modal adalah semakin banyaknya perusahaan yang akan go public, yang berarti sebagian saham perusahaan tersebut akan ikut dimiliki oleh masyarakat luas, dan secara makro ekonomi merupakan pemerataan pendapatan. Jika makin banyak perusahaan yang go public, bararti semakin tinggi kualitas yang dihasilkan oleh perusahaan. Jelaslah
pemerintah
mempunyai
tujuan
untuk
merangsang
pertumbuhan bursa efek sehingga dapatmenyelenggarakan kegiatan perdagagan yang teratur, wajar, dan efisien serta dapat bersaing secara sehat. Segala peraturan yang berkaitan dengan kegiatan bursa efek yang dikeluarkan pemerintah harus disetujui oleh Bapepam.
147
Tugas Badan Pengawas Pasar Modal Menurut Keppres No. 53 Tahun 1990 tentang pasar modal adalah: a. mengikuti perkembangan dan mengatur pasar modal sehingga efek dapat ditawarkan dan diperdagangkan secara teratur dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal masyarakat umum. b. Melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap lembaga-lembaga berikut: 1) Bursa Efek 2) Lembaga Kliring 3) Reksa Dana 4) Perusahaan efek perorangan 5) Lembaga Penunjang Pasar Modal yaitu tempat penitipan harta, biro administrasi efek, wali amanat atau penanggung 6) Propesi Penunjang Pasar Modal c. Memberi pendapat kepada Menteri Keuangan mengenai pasar modal. Bapepam sebagai lembaga penagawas pasar modal wajib menetapkan ketentuan bagi terjaminnya pelaksanaan efek secara tertib dan wajar dalam rangka melindungi pemodal dan masyarakat seperti berikut ini: 1) Keterbukaan informasi tentang transaksi efek di bursa efek oleh perusahaan efek dan semua pihak. 2) Penyimpanan catatan dan laporan yang diberikan oleh pihak yang telah memperoleh izin usaha, izin perorangan, persetujuan atau pendapatan propesi
148
3) Penjatahan efek, dalam hal terdapat kelebihan jumlah permintaan pada suatu penawaran umum. 2. Gambaran Umum Reksa Dana Reksa Dana merupakan salah satu altrernatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil atau pemodal yang tidak ingin menanggung risiko tinggi. Reksa dana dirancang sebagai wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat yang mempunyai modal, pengetahuan dan waktu yang terbatas. Karenanya, reksa dana diharapkan mampu
meningkatkan
peran
pemodal
lokal
mengingat
aktivitas
perdagangan di Bursa Efek (BEJ) masih didominasi oleh investor asing. Dalam Undang-undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27) telah diberikan definisi mengenai reksa dana. Reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam bentuk portofolio efek oleh manajer investasi. Dalam definisi tersebut terkandung tiga unsur penting. Pertama, adanya
dana
dari
masyarakat
pemodal.
Kedua,
dana
tersebut
diinvestasikan dalam portofolio efek, dan ketiga, dana tersebut dikelola oleh manajer investasi. Dana yang dikelola atau portofolio dalam reksa dana itu adalah milik bersama para pemodal. Manajer investasi merupakan pihak yang dipercayakan untuk mengelola. Ada beberapa manfaat yang diperoleh pemodal jika melakukan investasi dalam reksa dana. Pertama, pemodal walaupun tidak memiliki
149
dana yang cukup besar dapat melakukan diversifikasi investasi dalam efek, sehingga dapat memperkecil risiko. Setiap investasi memang mengandung risiko. Investasi dalam efek di pasar modal mempunyai risiko yang lebih besar dibanding dengan menempatkan dana dalam deposito. Untuk memperkecil risiko investasi dalam efek hendaknya dilakukan divesifikasi. Artinya melakukan investasi tidak dalam satu macam efek atau saham, tetapi dalam berbagai macam efek. Untuk melakukan diversifikasi itu, pemodal harus memiliki dana yang cukup. Pemodal yang memiliki modal terbatas tidak mungkin melakukan diversifikasi. Oleh karena itu, adalah lebih baik melakukan investasi dalam reksa dana. Kedua, reksa dana mempermudah pemodal untuk melakukan investasi di pasar modal. Memilih saham-saham yang baik untuk dibeli bukan merupakan pekerjaan mudah, melainkan memerlukan pengetahuan tersendiri. Tidak semua pemodal memiliki pengetahuan tersebut. Padahal mungkin saja orang yang tidak memiliki pengetahuan khusus itu, ingin menanamkan dananya dalam saham atau efek. Ketiga, dengan menempatkan dana dalam reksa dana berarti dana pemodal tersebut akan dikelola oleh pihak yang profesional yaitu manajer investasi. Dengan demikian, pemodal tidak perlu lagi berpikir sepanjang hari untuk memilih efek yang akan dijadikan portofolio investasinya, karena hal itu sudah dilakukan oleh manajer investasi.
150
Pada dasarnya, bila pemodal menempatkan dananya dalam tabungan, maka itu berarti dana tersebut akan dikelola oleh bank dimana dana tersebut ditempatkan. Demikian juga halnya apabila pemodal melakukan investasi dalam reksa dana, atau membeli unit penyertaan reksa dana. Dananya yang ditanamkan di reksa dana akan dikelola oleh manajer investasi. Jika ditempatkan di bank, pemodal tidak perlu tahu kemana dananya akan dialokasikan oleh bank. Pemodal akan menerima bunga dari bank atas penempatan dana tersebut. Sedangkan bila membeli saham reksa dana atau unit penyertaan reksa dana, pemodal akan mendapat gambaran dari manajer investasi melalui prospektuske mana dana itu akan dialokasikan. Misalnya, sebagian akan dibelikan obligasi, sebagian dibelikan saham, dan sebagian akan dibelikan instrumen pasar uang.
B. Analisis Dan Pembahasan 1. Analisis Kinerja Reksa Dana Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reksa dana-reksa dana yang tergolong dalam reksa dana saham. Alasan penulis memilih reksa dana yang tergolong dalam jenis reksa dana saham adalah karena reksa dana saham memiliki tingkat risiko dan tingkat hasil yang paling tinggi bila dibandingkan dengan jenis-jenis reksa dana lainnya. Adapun reksa dana-reksa dana yang diikutkan dalam penelitian ini adalah reksa dana-reksa dana saham yang selalu ada dan aktif selama 3
151
tahun pengamatan, yaitu Januari 2004 sampai dengan Desember 2006, yang dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut: Tabel 4.1 Daftar Reksa Dana yang Terdaftar Selama Tiga Tahun (Januari 2004 sampai dengan Desember 2006) No Nama Reksa Dana 1 ABN Amro Ind. Dana Saham 2 Arjuna 3 Bahana Dana Prima 4 BIG Nusantara 5 BIMA 6 BNI Dana Berkembang 7 Danareksa Mawar 8 Dana Megah Kapital (Trim Capital) 9 Master Dinamis (Billis Super Dinamika) 10 Nikko Saham Nusantara 11 Panin Dana Maksima 12 Phinisi Dana Saham 13 Rencana Cerdas 14 Schroder Dana Prestasi Plus 15 Si Dana Saham Sumber: Data olahan
Adapun dari reksa dana saham tersebut akan dilihat nilai aktiva bersih (NAB) mingguan masing-masing reksa dana selama periode penelitian yaitu tiga tahun. Data lainnya yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), tingkat suku bunga bebas risiko Bank Indonesia, inflasi dan nilai tukar rupiah. Tingkat suku bunga bebas risiko Bank Indonesia, inflasi dan nilai tukar rupiah perbulan diperoleh dari Statistik Ekonomi Keuangan Bank Indonesia, periode 2004 sampai dengan 2006. sedangkan IHSG diperoleh dari Bursa Efek Jakarta. 2. Return dan Standar Deviasi Reksa Dana Dalam perhitungan return dan standar deviasi reksa dana, penulis menggunakan program microsoft excel untuk memudahkan perhitungan-
152
perhitungan return dan standar deviasi masing-masing reksa dana saham perbulan. Dalam penelitian ini akan diperoleh nilai return dan standar deviasi yang diperoleh untuk masing-masing reksa dana saham dengan menggunakan metode differential Return with risk is measured by Standar Deviation. Return diperoleh dari perhitungan Nilai Aktiva Bersih Per Unit
(NAB/Unit) mingguan yaitu dengan cara NAB/Unit pada minggu ke-t dikurangi NAB/Unit pada minggu sebelum t dan dibagi dengan NAB/Unit pada minggu sebelum t, kemudian dicari rata-rata return-nya. Sedangkan standar deviasi diperoleh dengan menggunakan formula yang telah disebutkan dalam metode analisis pada bab tiga (untuk mempermudah penulis menggunakan program microsoft excel). Setelah diperoleh standar deviasi untuk masing-masing reksa dana saham perbulan, maka dipilih standar deviasi tertinggi untuk dijadikan sebagai sampel penelitian selanjutnya. Tabel 4.2 akan memperlihatkan nilai return dan standar deviasi untuk masing-masing reksa dana yang kinerja reksa dana tersebut terpilih untuk penelitian.
153
Tabel 4.2 Hasil Return dan Standar Deviasi No Periode Nama Reksa Dana 1 2004-01 Rencana Cerdas 2 2004-02 Dana Megah Kapital (Trim Capital) 3 2004-03 BNI Dana Berkembang 4 2004-04 Phinisi Dana Saham 5 2004-05 BIMA 6 2004-06 Rencana Cerdas 7 2004-07 BNI Dana Berkembang 8 2004-08 BIMA 9 2004-09 Phinisi Dana Saham 10 2004-10 BNI Dana Berkembang 11 2004-11 Nikko Saham Nusantara 12 2004-12 Nikko Saham Nusantara 13 2005-01 Dana Megah Kapital (Trim Capital) 14 2005-02 BIG Nusantara 15 2005-03 BIG Nusantara 16 2005-04 BIG Nusantara 17 2005-05 BIG Nusantara 18 2005-06 BIG Nusantara 19 2005-07 Panin Dana Maksima 20 2005-08 Panin Dana Maksima 21 2005-09 Arjuna 22 2005-10 BIG Nusantara 23 2005-11 Dana Megah Kapital (Trim Capital) 24 2005-12 Dana Megah Kapital (Trim Capital) 25 2006-01 Danareksa Mawar 26 2006-02 BIMA 27 2006-03 Dana Megah Kapital (Trim Capital) 28 2006-04 Bahana Dana Prima 29 2006-05 BNI Dana Berkembang 30 2006-06 Master Dinamis (Billis Super Dinamika) 31 2006-07 BIMA 32 2006-08 Dana Megah Kapital (Trim Capital) 33 2006-09 BIMA 34 2006-10 Nikko Saham Nusantara 35 2006-11 Master Dinamis (Billis Super Dinamika) 36 2006-12 Panin Dana Maksima Sumber: Data Olahan
Return 0,0418 0,0099 -0,0172 0,0333 -0,1311 -0,0085 0,0242 -0,0174 0,0196 0,0145 0,0170 0,0159 0,0143 -0,0009 -0,0183 0,0270 -0,0213 -0,0086 0,0160 -0,0063 0,0543 0,0011 0,0360 0,0145 0,0273 -0,0427 0,0200 0,0353 -0,0218 0,0421 0,1630 0,0168 -0,2520 0,0187 0,0178 0,0169
SD 0,0452 0,0345 0,0457 0,0316 0,2624 0,0389 0,0393 0,0275 0,0278 0,0241 0,0356 0,0427 0,0431 0,0280 0,0377 0,0356 0,0248 0,0352 0,0326 0,0314 0,0789 0,0955 0,0326 0,0309 0,0545 0,0854 0,0336 0,0403 0,0763 0,3603 0,3518 0,0341 0,4987 0,0154 0,0124 0,0270
3. Differential Return With Risk is Measured by Standar Deviation
154
Dalam pemilihan reksa dana ini didasarkan pada reksa dana yang mempunyai kinerja terbaik untuk teori Differential Return with Risk is Measured by Standar Deviation. Untuk setiap periode penelitian yaitu
setiap bulannya mulai Januari 2004 sampai dengan Desember 2006 yang terdiri dari 36 bulan penelitian, diambil 1 (satu) reksa dana yang pada evaluasi kinerja reksa dana memiliki kinerja terbaik menurut penelitian. Reksa dana yang dihitung kinerja untuk setiap bulannya terdiri dari 15 reksa dana seperti yang telah dikemukakan dalam sub bab A. Berdasarkan hasil perhitungan, dipilih differential return yang paling besar karena semakin besar differential returnnya, maka kinerja portofolio yang diperoleh melalui model tertentu masih lebih baik bila dibandingkan dengan portofolio yang terletak pada CML. Tabel 4.3 akan memperlihatkan nilai kinerja menurut metode Differential Retuen with Risk is Measured by Standar Deviation yang
terpilih untuk penelitian ini selama periode Januari 2004 sampai dengan Desember 2006.
155
Tabel 4.3 Daftar kinerja reksa dana berdasarkan Differential Return with Risk is Measured by Standar Deviation yang terpilih untuk penelitian Periode Januari 2004 s.d Desember 2006 No. Periode 1 2004-01 2 2004-02 3 2004-03 4 2004-04 5 2004-05 6 2004-06 7 2004-07 8 2004-08 9 2004-09 10 2004-10 11 2004-11 12 2004-12 13 2005-01 14 2005-02 15 2005-03 16 2005-04 17 2005-05 18 2005-06 19 2005-07 20 2005-08 21 2005-09 22 2005-10 23 2005-11 24 2005-12 25 2006-01 26 2006-02 27 2006-03 28 2006-04 29 2006-05 30 2006-06 31 2006-07 32 2006-08 33 2006-09 34 2006-10 35 2006-11 36 2006-12 Sumber: Data Olahan
Nama Reksa Dana Rencana Cerdas Dana Megah Kapital (Trim Capital) BNI Dana Berkembang Phinisi Dana Saham BIMA Rencana Cerdas BNI Dana Berkembang BIMA Phinisi Dana Saham BNI Dana Berkembang Nikko Saham Nusantara Nikko Saham Nusantara Dana Megah Kapital (Trim Capital) BIG Nusantara BIG Nusantara BIG Nusantara BIG Nusantara BIG Nusantara Panin Dana Maksima Panin Dana Maksima Arjuna BIG Nusantara Dana Megah Kapital (Trim Capital) Dana Megah Kapital (Trim Capital) Danareksa Mawar BIMA Dana Megah Kapital (Trim Capital) Bahana Dana Prima BNI Dana Berkembang Master Dinamis (Billis Super Dinamika) BIMA Dana Megah Kapital (Trim Capital) BIMA Nikko Saham Nusantara Master Dinamis (Billis Super Dinamika) Panin Dana Maksima
Kinerja 8,033 7,612 7,595 7,451 8,326 7,489 7,511 7,475 7,496 7,503 7,546 7,594 7,585 7,537 7,585 7,836 8,045 8,385 8,615 9,630 10,303 11,366 12,375 12,869 12,959 13,067 12,859 12,895 12,792 13,881 13,598 11,881 13,162 10,809 10,298 9,854
156
Setelah diperoleh kinerja (differential return), langkah selanjutnya adalah masuk ke dalam uji regresi dengan menggunakan program SPSS release 11.0 for windows. Adapun yang menjadi variabel terikatnya
(variabel dependen) adalah kinerja, sedangkan yang menjadi variabel bebasnya ( variabel independen) adalah IHSG, SBI, inflasi, dan nilai tukar rupiah. 4. Deskriptif Variabel Berdasarkan hasil perhitungan, dapat dijelaskan variabel-variabel yang terdapat pada model regresi berganda seperti pada tabel berikut. Tabel 4.4 Nilai Rata-rata Kinerja, IHSG, SBI, Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah Pertahun Periode Januari 2004 s.d Desember 2006 TAHUN IHSG 2004 805,69 2005 1089,73 2006 1442,93 Sumber: Data Olahan
SBI 0,619 0,765 0,986
MEAN Inflasi Nilai Tukar 0,505 8985,42 0,867 9750,58 1,111 9141,25
Kinerja 7,636 9,344 12,338
a. Variabel Dependen (Kinerja Reksa Dana Saham) Berdasarkan tabel 4.4 di atas yang diperoleh dari pengumpulan data tahunan periode Januari 2004 sampai dengan Desember 2006, nilai ratarata kinerja reksa dana saham untuk tahun 2004 adalah sebesar 7,636. Sedangkan pada tahun 2005 rata-rata kinerja reksa dana saham adalah sebesar 9,344. Kemudian pada tahun 2006 meningkat menjadi 12,338. Dapat diambil kesimpulan bahwa setiap tahunnya yang dimulai dari tahun 2004 sampai 2006 nilai rata-rata kinerja reksa dana saham
157
mengalami peningkatan. Dan nilai rata-rata tertinggi terjadi pada tahun 2006 dengan angka 12,338.
b. Variabel Independen 1). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indeks harga saham tidak ubahnya seperti sebuah barometer ataupun termometer yang ada di rumah kita. Fungsinya sangat penting karena dapat memberikan ukuran yang dapat membantu kita melihat situasi bagaimanakah saat ini yang terjadi. Indeks harga saham menjadi barometer kesehatan pasar modal yang dapat menggambarkan kondisi bursa efek yang terjadi. Pada tabel 4.4 di atas dapat kita lihat nilai ratarata Indeks Harga Saham Gabungan setiap tahun yang dimulai dari tahun 2004 sampai dengan 2006. Selama tiga tahun pengamatan nilai rata-rata IHSG untuk tahun 2004 adalah sebesar 805,69; kemudian mengalami perubahan di tahun 2005 sebesar 1089,73; dan pada tahun berikutnya meningkat sebesar 1442,93. Nilai rata-rata tertinggi selama tiga tahun pengamatan tersebut terjadi pada tahun 2006. 2). Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Suku Bunga Bebas Risiko (SBI) merupakan salah satu instrumen moneter yang dapat mempengaruhi atau memotivasi masyarakat maupun pengusaha untuk menabung dan melakukan investasi. Tingkat suku bunga berpengaruh secara nyata dan negatif terhadap kinerja pasar
158
modal (Rini Dwi Astuti). Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan dengan naiknya
bunga
SBI,
masyarakat
akan
lebih
tertarik
untuk
menginvestasikan dananya di sektor perbankan dengan harapan mendapatkan keuntungan bunga yang lebih besar. Akibatnya terjadi pergeseran komposisi investasi masyarakat, yaitu investasi jangka pendek di perbankan yang lebih besar dibandingkan dengan investasi jangka panjang di pasar modal. Sehingga investasi dana masyarakat di pasar modal akan turun. Pada tabel 4.4 dijelaskan bahwa nilai rata-rata tingkat suku bunga SBI pertahun untuk tahun 2004 adalah sebesar 0,6 persen. Sedangkan pada tahun 2005 sebesar 0,7 persen. Kemudian mengalami peningkatan di tahun 2006 sebesar 0,9 persen. Dapat diambil kesimpulan bahwa nilai rata-rata suku bunga setiap tahunnya meningkat. Ini artinya para investor akan lebih memilih investasi di sektor perbankan. 3). Inflasi Inflasi berpengaruh terhadap pergerakan harga saham melalui return pasar (I. Sutopo dan Sudarto: 1999). Hal ini menunjukkan bahwa secara agregatif naiknya inflasi akan menurunkan return pasar atau indeks pasar. Pada tabel 4.4 diterangkan bahwa nilai rata-rata inflasi pertahun pada tahun 2004 adalah sebesar 0,5 persen. Meningkat lagi di tahun berikutnya yaitu tahun 2005 sebesar 0,8 persen. Sampai pada tahun 2006 nilai rata-rata inflasi sebesar 1,1 persen. 4). Nilai Tukar Rupiah
159
Variabel nilai tukar rupiah juga berpengaruh secara negatif terhadap pasar modal (Rini Dwi Astuti: 2001). Dengan naiknya nilai kurs rupiah terhadap dollar Amerika akan menyebabkan turunnya investor dalam menanamkan dananya di pasar modal. Karena investasi, khususnya di pasar modal relatif lebih mahal dengan nilai Dollar yang sama membutuhkan jumlah rupiah yang lebih banyak. Berdasarkan tabel 4.4 dapat diambil kesimpulan bahwa nilai ratarata nilai tukar rupiah pertahun untuk tahun 2004 adalah sebesar 8985,42. Tahun 2005 meningkat sebesar 9750,58. Sedangkan pada tahun 2006 nilainya turun sebesar 9141,25. 5. Pengujian Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Setelah dilakukan pengolahan data dengan menggunakan SPSS 11.0 for windows ternyata diketahui data tidak terdistribusi secara normal
dan salah satu variabel independen (yaitu variabel SBI) terdapat gejala multikolinieritas.
Oleh
karena
itu
penulis
mencoba
dengan
mengeluarkan variabel tersebut dari model persamaan regresi. Dapat dilihat pada gambar berikut.
160
Gambar 4.1 (Data Output sebelum SBI dikeluarkan dari model) Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: KINERJA 1,0
Expected Cum Prob
,8
,5
,3
0,0 0,0
,3
,5
,8
1,0
Observed Cum Prob
Gambar 4.2 (Data Output setelah SBI dikeluarkan dari model)
161
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: KINERJA 1,0
Expected Cum Prob
,8
,5
,3
0,0 0,0
,3
,5
,8
1,0
Observed Cum Prob
Dari gambar 4.1 dan gambar 4.2 dapat diambil kesimpulan bahwa data pada gambar 4.1 tidak terdistribusi secara normal. Data tersebut adalah data sebelum SBI dikeluarkan dari model regresi. Terlihat bahwa data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis diagonal. Setelah SBI dikeluarkan dari model persamaan regresi, terlihat pada gambar 4.2 ternyata data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas dan penelitian dapat dilanjutkan. b. Uji Multikolinieritas Telah dijelaskan sebelumnya bahwa salah satu variabel independen (yaitu variabel SBI) terjadi gejala multikolinieritas. Oleh karena itu, penulis mengeluarkan variabel tersebut dari model regresi dengan
162
maksud untuk mendapatkan model terbaik. Adapun tabelnya sebagai berikut: Tabel 4.5 (Data Output sebelum SBI dikeluarkan dari model)
Tabel 4.6 (Data Output setelah SBI dikeluarkan dari model)
1
1
a
Coefficients Collinearity Statistics Model Tolerance VIF (Constant) IHSG 0,824 1,214 INFLASI 0,743 1,346 Coefficients Collinearity Statistics Model Tolerance VIF (Constant) IHSG 0,370 2,706 SBI 0,091 11,041 INF 0,129 7,746 NTR 0,838 1,193 Dependent Variable: KINERJA
163
a
NTR 0,892 1,120 Dependent Variable: KINERJA
Dari hasil uji multikolinieritas ternyata variabel SBI terdapat gejala multikolinieritas (tabel 4.5) dengan nilai VIF (variance inflation factor) sebesar 11,041 yang berarti jika nilai VIF lebih besar dari 10
maka
dikatakan
variabel
tersebut
mempunyai
masalah
multikolinieritas. Oleh karena itu penulis mencoba mengeluarkan variabel tersebut dari penelitian dan hasilnya terlihat pada tabel 4.6. Dari tabel 4.6 diperoleh nilai VIF kurang dari 10 (Gujarati: 2003) yang berarti tidak terdapat gejala multikolinieritas antar variabel dependen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa berdasarkan nilai VIF, model regresi yang dibuat layak untuk digunakan dalam penelitian. c. Uji Autokorelasi Tabel 4.7 Model 1 a b
Model Summary Change Statistics R Square Change F Change df1 df2 0,904 100,346 3 32 Predictors: (Constant), NTR, IHSG, INFLASI Dependent Variable: KINERJA
Durbin-Watson Sig. F Change 0,000
1,175
Berdasakan tabel 4.7 di atas, diperoleh nilai Durbin Watson (DW) adalah sebesar 1,175 dimana nilai tersebut berada diantara -2 sampai +2. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala autokorelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada
164
periode t-1 (sebelumnya) pada model regresi yang dibuat dalam penelitian ini (Singgih Santoso: 2000: 216). d. Uji Heteroskedastisitas Gambar 4.3 Scatterplot Dependent Variable: KINERJA Regression Studentized Residual
3 2 1 0 -1 -2 -3 -1,5
-1,0
-,5
0,0
,5
1,0
1,5
2,0
Regression Standardized Predicted Value
Berdasarkan gambar 4.3, terlihat titik-titik menyebar secara acak atau tidak membentuk pola tertentu yang jelas atau teratur, serta tersebar baik diatas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi gejala heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi yang disajikan layak dijadikan alat untuk memprediksi kinerja reksa dana. Dari hasil pengujian asumsi klasik di atas, setelah penulis mengeluarkan variabel SBI dari model, ternyata tidak ditemukan adanya gejala multikolinieritas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas yang berarti. Hal ini menunjukkan bahwa estimator dalam persamaan regresi efisien dan masing-masing estimator satu sama lainnya tidak
165
mempunyai hubungan yang cukup kuat untuk saling mempengaruhi, atau hubungan tersebut acak/random, tidak berpola, sehingga model regresi yang disajikan merupakan model yang layak dijadikan alat untuk memprediksi sampel yang ada. 6. Pengujian Statistik a. Pengujian Koefisien Determinasi (R2) Tabel 4.8 Model 1 a b
Model Summary R R Square Adjusted R Square 0,951 0,904 0,895 Predictors: (Constant), NTR, IHSG, INFLASI Dependent Variable: KINERJA
Dari tabel Model Summary di atas, diperoleh nilai koefisien determinasi yang disesuaikan adalah sebesar 0,895 yang berarti sebanyak 89,5 persen variasi atau perubahan kinerja reksa dana dapat dijelaskan oleh perubahan atau variasi dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), SBI, inflasi dan Nilai Tukar Rupiah.
b. Pengaruh Variabel IHSG, SBI, Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Kinerja Reksa Dana (Uji F) Tabel 4.9
1
Model Regression Residual Total
Sum of Squares 178,556 18,980 197,537
ANOVA df 3 32 35
Mean Square 59,519 0,593
F 100,346
Sig. 0,000
166
a b
Predictors: (Constant), NTR, IHSG, INFLASI Dependent Variable: KINERJA
Pada pengujian secara simultan (Uji F) diperoleh Fhitung sebesar 100,35 dimana nilai tersebut lebih besar dari Ftabel sebesar 2,84 dan Fsign sebesar 0,000 lebih kecil dari alpha 0,05. Hal ini berarti bahwa secara bersama-sama (simultan) terdapat pengaruh variabel IHSG, SBI, inflasi, dan nilai tukar rupiah terhadap kinerja reksa dana. Hasil penelitian ini mendukung hipotesis alternatif (Ha) pada hipotesis kelima yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel IHSG, SBI, inflasi, dan nilai tukar rupiah terhadap kinerja reksa dana secara simultan. c. Pengaruh Variabel IHSG, SBI, inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Kinerja Reksa Dana Secara Parsial Tabel 4.10
1
a
Unstandardized Coefficients Model B Std. Error (Constant) 7,545 2,824 IHSG 0,003 0,000 INFLASI 4,687 0,386 NTR -0,001 0,000 Dependent Variable: KINERJA
Coefficients Standardized Coefficients Beta 0,355 0,772 -0,100
t
Sig.
2,672 5,875 12,140 -1,716
0,012 0,000 0,000 0,096
Dari tabel koefisien diperoleh untuk variabel IHSG memiliki thitung sebesar 5,875 dan nilai signifikan sebesar 0,000. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa variabel IHSG terdapat pengaruh yang signifikan dimana nilai thitung lebih besar dari ttabel (5,875 > 1,69) dan nilai signifikansi lebih kecil dari alpha (0,000 < 0,05), maka menolak Ho
167
dan menerima Ha. Nilai koefisien inflasi memiliki thitung sebesar 12,140 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Jadi dapat diambil kesimpulan bawa variabel Inflasi juga berpengaruh signifikan dimana nilai thitung lebih besar dari ttabel (12,140 > 1,69) dan nilai signifikansi lebih kecil dari alpha (0,000 < 0,05), maka menolak Ho dan menerima Ha. Sedangkan koefisien Nilai Tukar Rupiah memiliki thitung sebesar -1,716 dengan nilai signifikansi sebesar 0,096. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa variabel Nilai Tukar Rupiah tidak berpengaruh signifikan dimana thitung lebih kecil dari ttabel (-1,716 < 1,69) dan nilai signifikansi lebih besar dari alpha (0,096 > 0,05), maka kesimpulan yang dapat diambil adalah menerima Ho dan menolak Ha. Nilai ttabel untuk uji ini adalah sebesar 1,69 yang diperoleh dengan alpha 5% dan df sebesar 35 (n-1). d. Pengujian Koefisien Regresi Dari persamaan Y = 7,545 + 0,003 X1 + 4,687 X2 dapat dijelaskan bahwa: 1). Indeks Harga Saham Gabungan berpengaruh positif secara signifikan terhadap kinerja reksa dana sebesar 0,003 yang berarti jika IHSG mengalami peningkatan sebesar 1 maka akan meningkatkan kinerja reksa dana sebesar 0,003 dan begitu juga sebaliknya dengan asumsi variabel lain tetap. 2). Inflasi berpengaruh positif secara signifikan terhadap kinerja reksa dana sebesar 4,687 yang berarti jika inflasi mengalami peningkatan
168
sebesar 1% maka akan meningkatkan kinerja reksa dana sebesar 4,687 dan begitupun sebaliknya dengan asumsi variabel lain tetap. 3). Variabel yang paling dominan mempengaruhi kinerja reksa dana adalah variabel Inflasi. Artinya variabel ini mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap baik buruknya kinerja reksa dana saham. Hal ini menunjukkan bahwa secara agregatif naiknya inflasi akan menurunkan return pasar atau indeks pasar. Hampir sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Essi Asiyah (2005) bahwa variabel Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Suku Bunga Bebas Risiko (SBI) berpengaruh positif terhadap kinerja reksa dana saham. Dalam penelitiannya, ia hanya memasukkan tiga variabel yaitu IHSG, SBI dan Nilai Tukar Rupiah. Sedangkan dalam penelitian ini, penulis menambah satu variabel makro yaitu inflasi dimana variabel tersebut secara signifikan menjadi variabel yang paling dominan mempengaruhi kinerja reksa dana saham.
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
169
Berdasarkan analisis pengaruh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Suku Bunga Bebas Risiko SBI, Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah terhadap kinerja Reksa Dana Saham dari bulan Januari 2004 sampai dengan Desember 2006 dengan menggunakan regresi berganda dan pengujian statistik dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan penelitian diperoleh gambaran bahwa diantara variabel independen terdapat gejala multikolinieritas sehingga penulis merasa perlu mengeluarkan salah satu variabel tersebut (dalam hal ini variabel SBI yang dikeluarkan) dari model persamaan regresi dengan maksud untuk mendapatkan model persamaan yang terbaik. 2. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran bahwa kinerja reksa dana saham dipengaruhi oleh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Inflasi dengan nilai signifikansi masing-masing sebesar 0,000. 3. Nilai Tukar Rupiah ternyata tidak signifikan mempengaruhi kinerja reksa dana dengan nilai signifikansi sebesar 0,096 yang berarti lebih besar dari alpha 0,05 sehingga kita tidak dapat memasukkan variabel ini sebagai parameter dalam mengelola reksa dana. 4. Variabel inflasi menjadi variabel yang paling dominan mempengaruhi kinerja reksa dana saham. B. Implikasi 1. Dengan melihat perilaku data selama periode penelitian, analisis lebih lanjut dapat dilakukan dengan membagi periode penelitian menjadi dua bagian yaitu periode dimana suku bunga SBI meningkat tajam dan
170
periode dimana suku bunga SBI berangsur turun. Dengan melakukan pemisahan tersebut diharapkan hasil perhitungan yang diperoleh lebih menggambarkan situasi sebenarnya. 2. Dalam penelitian selanjutnya juga sebaiknya periode penelitian juga dibuat labih lama, sehingga akan diperoleh hasil penelitian yang lebih baik. 3. Kepada para investor disarankan untuk menggunakan variabel IHSG dan Inflasi sebagai parameter kinerja reksa dana.
LAMPIRAN Daftar Reksa Dana Saham yang Terdaftar Selama Periode Januari 2004 s.d Desember 2006
171
No Nama Reksa Dana 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
ABN Amro Ind. Dana Saham Arjuna Bahana Dana Prima BIG Nusantara BIMA BNI Dana Berkembang Danareksa Mawar Dana Megah Kapital (Trim Capital) Master Dinamis (Billis Super Dinamika) Nikko Saham Nusantara Panin Dana Maksima Phinisi Dana Saham Rencana Cerdas Schroder Dana Prestasi Plus Si Dana Saham
Daftar Nilai Return Dan Standar Deviasi Tertinggi Perbulan Periode Januari 2004 s.d Desember 2006 No. Periode 1 2 3 4
2004-01 2004-02 2004-03 2004-04
Nama Reksa Dana Rencana Cerdas Dana Megah Kapital (Trim Capital) BNI Dana Berkembang Phinisi Dana Saham
Return
Std Dev.
0,0418 0,0099 -0,0172 0,0333
0,0452 0,0345 0,0457 0,0316
172
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
2004-05 2004-06 2004-07 2004-08 2004-09 2004-10 2004-11 2004-12 2005-01 2005-02 2005-03 2005-04 2005-05 2005-06 2005-07 2005-08 2005-09 2005-10 2005-11 2005-12 2006-01 2006-02 2006-03 2006-04 2006-05 2006-06 2006-07 2006-08 2006-09 2006-10 2006-11 2006-12
BIMA Rencana Cerdas BNI Dana Berkembang BIMA Phinisi Dana Saham BNI Dana Berkembang Nikko Saham Nusantara Nikko Saham Nusantara Dana Megah Kapital (Trim Capital) BIG Nusantara BIG Nusantara BIG Nusantara BIG Nusantara BIG Nusantara Panin Dana Maksima Panin Dana Maksima Arjuna BIG Nusantara Dana Megah Kapital (Trim Capital) Dana Megah Kapital (Trim Capital) Danareksa Mawar BIMA Dana Megah Kapital (Trim Capital) Bahana Dana Prima BNI Dana Berkembang Master Dinamis (Billis Super Dinamika) BIMA Dana Megah Kapital (Trim Capital) BIMA Nikko Saham Nusantara Master Dinamis (Billis Super Dinamika) Panin Dana Maksima
-0,1311 -0,0085 0,0242 -0,0174 0,0196 0,0145 0,0170 0,0159 0,0143 -0,0009 -0,0183 0,0270 -0,0213 -0,0086 0,0160 -0,0063 0,0543 0,0011 0,0360 0,0145 0,0273 -0,0427 0,0200 0,0353 -0,0218 0,0421 0,1630 0,0168 -0,2520 0,0187 0,0178 0,0169
0,2624 0,0389 0,0393 0,0275 0,0278 0,0241 0,0356 0,0427 0,0431 0,0280 0,0377 0,0356 0,0248 0,0352 0,0326 0,0314 0,0789 0,0955 0,0326 0,0309 0,0545 0,0854 0,0336 0,0403 0,0763 0,3603 0,3518 0,0341 0,4987 0,0154 0,0124 0,0270
Daftar Kinerja Reksa Dana Berdasarkan Differential Return With Risk By Standar Deviation Yang Terpilih Untuk Penelitian Periode Januari 2004 s.d Desember 2006 No. 1 2 3 4
Periode 2004-01 2004-02 2004-03 2004-04
Nama Reksa Dana Rencana Cerdas Dana Megah Kapital (Trim Capital) BNI Dana Berkembang Phinisi Dana Saham
Kinerja 8,033 7,612 7,595 7,451
173
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
2004-05 2004-06 2004-07 2004-08 2004-09 2004-10 2004-11 2004-12 2005-01 2005-02 2005-03 2005-04 2005-05 2005-06 2005-07 2005-08 2005-09 2005-10 2005-11 2005-12 2006-01 2006-02 2006-03 2006-04 2006-05 2006-06 2006-07 2006-08 2006-09 2006-10 2006-11 2006-12
BIMA Rencana Cerdas BNI Dana Berkembang BIMA Phinisi Dana Saham BNI Dana Berkembang Nikko Saham Nusantara Nikko Saham Nusantara Dana Megah Kapital (Trim Capital) BIG Nusantara BIG Nusantara BIG Nusantara BIG Nusantara BIG Nusantara Panin Dana Maksima Panin Dana Maksima Arjuna BIG Nusantara Dana Megah Kapital (Trim Capital) Dana Megah Kapital (Trim Capital) Danareksa Mawar BIMA Dana Megah Kapital (Trim Capital) Bahana Dana Prima BNI Dana Berkembang Master Dinamis (Billis Super Dinamika) BIMA Dana Megah Kapital (Trim Capital) BIMA Nikko Saham Nusantara Master Dinamis (Billis Super Dinamika) Panin Dana Maksima
8,326 7,489 7,511 7,475 7,496 7,503 7,546 7,594 7,585 7,537 7,585 7,836 8,045 8,385 8,615 9,630 10,303 11,366 12,375 12,869 12,959 13,067 12,859 12,895 12,792 13,881 13,598 11,881 13,162 10,809 10,298 9,854
Daftar IHSG, SBI, Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah Selama Periode Januari 2004 s.d Desember 2006 No. 1 2 3 4 5
Periode 2004-01 2004-02 2004-03 2004-04 2004-05
IHSG 752,93 761,08 735,68 783,41 732,52
SBI (%) 0,66 0,62 0,62 0,61 0,61
INF (%) 0,40 0,38 0,43 0,49 0,54
NTR 8441 8447 8587 8661 9210
174
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
2004-06 2004-07 2004-08 2004-09 2004-10 2004-11 2004-12 2005-01 2005-02 2005-03 2005-04 2005-05 2005-06 2005-07 2005-08 2005-09 2005-10 2005-11 2005-12 2006-01 2006-02 2006-03 2006-04 2006-05 2006-06 2006-07 2006-08 2006-09 2006-10 2006-11 2006-12
732,40 756,98 754,70 820,13 860,49 977,77 1000,23 1045,44 1073,83 1080,17 1029,61 1088,17 1122,38 1182,30 1050,09 1079,28 1066,22 1096,64 1162,64 1232,32 1230,66 1322,97 1464,41 1330,00 1310,26 1351,65 1431,26 1534,62 1582,63 1718,96 1805,52
0,61 0,61 0,61 0,62 0,62 0,62 0,62 0,62 0,62 0,62 0,64 0,66 0,69 0,71 0,79 0,83 0,92 1,02 1,06 1,06 1,06 1,06 1,06 1,04 1,04 1,02 0,98 0,94 0,90 0,85 0,81
0,57 0,60 0,56 0,52 0,52 0,52 0,53 0,61 0,60 0,73 0,68 0,62 0,62 0,65 0,69 0,76 1,49 1,53 1,43 1,42 1,49 1,31 1,28 1,30 1,29 1,26 1,24 1,21 0,52 0,44 0,55
9415 9168 9328 9170 9090 9018 9290 9165 9260 9480 9570 9495 9713 9819 10240 10310 10090 10035 9830 9395 9230 9075 8775 9220 9300 9070 9100 9235 9110 9165 9020
175
Daftar Standar Deviasi Reksa Dana Saham Perbulan Tahun 2004 standar deviasi 2004
1 2
ABN AMRO D. SAHAM ARJUNA
3
BAHANA D. PRIMA
4
BIG NUSANTARA
5
BIMA
6
BNI D. BERKEMBANG
7
DANAREKSA MAWAR
8
DANA MEGAH KAPITAL
9
MASTER DINAMIS
10
NIKKO SHM NUSANTARA
11
PANIN MAKSIMA
12
PHINISI D. SAHAM
13
RENCANA CERDAS
14
SCHRODER D. PRESTASI PLUS
15
SI DANA SHM
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
Juli
Agu
Sept
Okt
Nop
Des
0,036 0,028 0,036 0,015 0,001 0,032 0,045 0,017 0,025 0,021 0,023 0,038 0,045 0,040 0,041 0,045
0,023 0,015 0,028 0,032 0,000 0,029 0,025 0,034 0,014 0,012 0,021 0,029 0,020 0,019 0,025 0,034
0,038 0,022 0,038 0,038 0,000 0,046 0,033 0,038 0,024 0,013 0,029 0,042 0,041 0,042 0,041 0,046
0,028 0,020 0,022 0,026 0,000 0,018 0,026 0,022 0,026 0,010 0,004 0,032 0,026 0,020 0,029 0,032
0,028 0,022 0,029 0,025 0,262 0,036 0,020 0,030 0,018 0,010 0,021 0,032 0,028 0,027 0,029 0,262
0,033 0,023 0,028 0,032 0,000 0,018 0,021 0,030 0,016 0,031 0,025 0,038 0,039 0,029 0,035 0,039
0,014 0,016 0,015 0,010 0,000 0,039 0,011 0,025 0,020 0,018 0,020 0,021 0,016 0,022 0,024 0,039
0,009 0,008 0,006 0,008 0,027 0,011 0,006 0,006 0,005 0,011 0,009 0,005 0,008 0,009 0,005 0,027
0,022 0,017 0,024 0,016 0,001 0,025 0,022 0,014 0,023 0,016 0,019 0,028 0,020 0,024 0,022 0,028
0,014 0,009 0,009 0,020 0,000 0,024 0,012 0,019 0,006 0,018 0,016 0,016 0,014 0,013 0,015 0,024
0,017 0,010 0,011 0,013 0,000 0,018 0,009 0,017 0,016 0,036 0,021 0,017 0,014 0,015 0,015 0,036
0,024 0,026 0,023 0,021 0,001 0,040 0,026 0,028 0,024 0,043 0,033 0,028 0,026 0,025 0,023 0,043
176
LANJUTAN Daftar Standar Deviasi Reksa Dana Saham Perbulan Tahun 2005 standar deviasi 2005
1 2
ABN AMRO D. SAHAM ARJUNA
3
BAHANA D. PRIMA
4
BIG NUSANTARA
5
BIMA
6
BNI D. BERKEMBANG
7
DANAREKSA MAWAR
8
DANA MEGAH KAPITAL
9
MASTER DINAMIS
10
NIKKO SHM NUSANTARA
11
PANIN MAKSIMA
12
PHINISI D. SAHAM
13
RENCANA CERDAS
14
SCHRODER D. PRESTASI PLUS
15
SI DANA SHM
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
Juli
Agu
Sept
Okt
Nop
Des
0,020 0,018 0,020 0,019 0,001 0,032 0,011 0,043 0,021 0,041 0,010 0,019 0,020 0,018 0,017 0,043
0,026 0,008 0,021 0,028 0,001 0,019 0,020 0,027 0,015 0,023 0,018 0,027 0,026 0,020 0,016 0,028
0,028 0,006 0,031 0,038 0,002 0,032 0,025 0,029 0,035 0,021 0,032 0,031 0,021 0,018 0,032 0,038
0,030 0,002 0,017 0,036 0,001 0,026 0,013 0,021 0,018 0,020 0,025 0,019 0,013 0,027 0,022 0,036
0,019 0,001 0,018 0,025 0,001 0,020 0,014 0,021 0,016 0,013 0,018 0,017 0,018 0,008 0,017 0,025
0,023 0,007 0,028 0,035 0,002 0,016 0,021 0,028 0,022 0,006 0,025 0,029 0,026 0,016 0,027 0,035
0,019 0,002 0,024 0,016 0,001 0,022 0,023 0,031 0,021 0,009 0,033 0,026 0,024 0,020 0,026 0,033
0,022 0,018 0,022 0,024 0,001 0,030 0,020 0,022 0,017 0,019 0,031 0,024 0,018 0,022 0,022 0,031
0,041 0,079 0,047 0,028 0,003 0,036 0,035 0,041 0,034 0,032 0,031 0,035 0,040 0,025 0,033 0,079
0,009 0,004 0,003 0,095 0,001 0,014 0,015 0,016 0,021 0,008 0,010 0,014 0,016 0,021 0,014 0,095
0,020 0,006 0,029 0,018 0,001 0,020 0,027 0,033 0,016 0,015 0,020 0,028 0,021 0,025 0,028 0,033
0,021 0,023 0,022 0,021 0,017 0,020 0,027 0,031 0,025 0,014 0,019 0,030 0,019 0,025 0,028 0,031
177
LANJUTAN Daftar Standar Deviasi Reksa Dana Saham Perbulan Tahun 2006 standar deviasi 2006 1
ABN AMRO D. SAHAM
2
ARJUNA
3
BAHANA D. PRIMA
4
BIG NUSANTARA
5
BIMA
6
BNI D. BERKEMBANG
7
DANAREKSA MAWAR
8
DANA MEGAH KAPITAL
9
MASTER DINAMIS
10
NIKKO SHM NUSANTARA
11
PANIN MAKSIMA
12
PHINISI D. SAHAM
13
RENCANA CERDAS
14
SCHRODER D. PRESTASI PLUS
15
SI DANA SHM
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
Juli
Agu
Sept
Okt
Nop
Des
0,029 0,003 0,031 0,021 0,008 0,028 0,055 0,042 0,035 0,020 0,030 0,032 0,027 0,031 0,037 0,055
0,026 0,006 0,013 0,033 0,085 0,026 0,010 0,023 0,021 0,006 0,019 0,019 0,019 0,013 0,019 0,085
0,020 0,000 0,029 0,015 0,001 0,026 0,032 0,034 0,022 0,021 0,017 0,026 0,028 0,018 0,025 0,034
0,033 0,003 0,040 0,011 0,002 0,026 0,023 0,033 0,019 0,029 0,025 0,034 0,034 0,030 0,033 0,040
0,059 0,004 0,057 0,038 0,057 0,076 0,062 0,065 0,045 0,038 0,048 0,052 0,056 0,056 0,069 0,076
0,036 0,004 0,038 0,132 0,285 0,039 0,034 0,032 0,360 0,015 0,027 0,037 0,036 0,043 0,037 0,360
0,027 0,002 0,025 0,016 0,352 0,032 0,027 0,033 0,023 0,010 0,021 0,028 0,022 0,028 0,031 0,352
0,023 0,000 0,024 0,005 0,003 0,028 0,025 0,034 0,023 0,020 0,021 0,026 0,026 0,015 0,026 0,034
0,013 0,000 0,018 0,028 0,499 0,015 0,016 0,017 0,013 0,010 0,022 0,016 0,014 0,016 0,015 0,499
0,012 0,000 0,015 0,010 0,000 0,006 0,010 0,012 0,011 0,015 0,011 0,009 0,015 0,001 0,010 0,015
0,010 0,001 0,009 0,008 0,000 0,010 0,011 0,008 0,012 0,007 0,010 0,012 0,010 0,012 0,005 0,012
0,004 0,001 0,006 0,018 0,000 0,018 0,004 0,008 0,005 0,007 0,027 0,006 0,013 0,014 0,022 0,027
178
Daftar Kinerja Reksa Dana Saham Dengan Menggunakan Differential Return With Risk By Standar Deviation Periode Januari 2004 s.d Desember 2006 TAHUN 2004 n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
Nama Reksa Dana RENCANA CERDAS DANA MEGAH KAPITAL BNI D. BERKEMBANG PHINISI D. SAHAM BIMA RENCANA CERDAS BNI D. BERKEMBANG BIMA PHINISI D. SAHAM BNI D. BERKEMBANG NIKKO SHM NUSANTARA NIKKO SHM NUSANTARA
σp 0,045 0,034 0,046 0,032 0,262 0,039 0,039 0,027 0,028 0,024 0,036 0,043
IHSG
SBI (%)
(Rm) 752,93 761,08 735,68 783,41 732,52 732,40 756,98 754,70 820,13 860,49 977,77 1000,23
(Rf) 0,66 0,62 0,62 0,61 0,61 0,61 0,61 0,61 0,62 0,62 0,62 0,62
Kinerja Reksa Dana NTR 8441 8447 8587 8661 9210 9415 9168 9328 9170 9090 9018 9290
INF (%) 0,40 0,38 0,43 0,49 0,54 0,57 0,60 0,56 0,52 0,52 0,52 0,53
( Rm -Rf)
( Rm -Rf)/σm
Rf+( Rm -Rf)/σm*σp
1112,13 1112,16 1112,16 1112,17 1112,17 1112,17 1112,17 1112,17 1112,16 1112,16 1112,16 1112,16
3,834 3,834 3,834 3,834 3,834 3,834 3,834 3,834 3,834 3,834 3,834 3,834
8,033 7,612 7,595 7,451 8,326 7,489 7,511 7,475 7,496 7,503 7,546 7,594
179
LANJUTAN Daftar Kinerja Reksa Dana Saham Dengan Menggunakan Differential Return With Risk By Standar Deviation Periode Januari 2004 s.d Desember 2006 TAHUN 2005 n 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
Nama Reksa Dana DANA MEGAH KAPITAL BIG NUSANTARA BIG NUSANTARA BIG NUSANTARA BIG NUSANTARA BIG NUSANTARA PANIN MAKSIMA PANIN MAKSIMA ARJUNA BIG NUSANTARA DANA MEGAH KAPITAL DANA MEGAH KAPITAL
σp 0,043 0,028 0,038 0,036 0,025 0,035 0,033 0,031 0,079 0,095 0,033 0,031
IHSG
SBI (%)
(Rm) 1045,44 1073,83 1080,17 1029,61 1088,17 1122,38 1182,30 1050,09 1079,28 1066,22 1096,64 1162,64
(Rf) 0,62 0,62 0,62 0,64 0,66 0,69 0,71 0,79 0,83 0,92 1,02 1,06
Kinerja Reksa Dana NTR 9165 9260 9480 9570 9495 9713 9819 10240 10310 10090 10035 9830
INF (%) 0,61 0,60 0,73 0,68 0,62 0,62 0,65 0,69 0,76 1,49 1,53 1,43
( Rm -Rf)
( Rm -Rf)/σm
Rf+( Rm -Rf)/σm*σp
1112,16 1112,16 1112,16 1112,14 1112,12 1112,09 1112,07 1111,99 1111,95 1111,86 1111,76 1111,72
3,834 3,834 3,834 3,834 3,834 3,834 3,834 3,834 3,834 3,833 3,833 3,833
7,585 7,537 7,585 7,836 8,045 8,385 8,615 9,630 10,303 11,366 12,375 12,869
180
LANJUTAN Daftar Kinerja Reksa Dana Saham Dengan Menggunakan Differential Return With Risk By Standar Deviation Periode Januari 2004 s.d Desember 2006 TAHUN 2006 n 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
IHSG Nama Reksa Dana DANAREKSA MAWAR BIMA DANA MEGAH KAPITAL BAHANA D. PRIMA BNI D. BERKEMBANG MASTER DINAMIS BIMA DANA MEGAH KAPITAL BIMA NIKKO SHM NUSANTARA MASTER DINAMIS PANIN MAKSIMA
σp 0,055 0,085 0,034 0,040 0,076 0,360 0,352 0,034 0,499 0,015 0,012 0,027
(Rm) 1232,32 1230,66 1322,97 1464,41 1330,00 1310,26 1351,65 1431,26 1534,62 1582,63 1718,96 1805,52
SBI (%) (Rf) 1,06 1,06 1,06 1,06 1,04 1,04 1,02 0,98 0,94 0,90 0,85 0,81
Kinerja Reksa Dana NTR 9395 9230 9075 8775 9220 9300 9070 9100 9235 9110 9165 9020
INF (%) 1,42 1,49 1,31 1,28 1,30 1,29 1,26 1,24 1,21 0,52 0,44 0,55
( Rm -Rf)
( Rm -Rf)/σm
Rf+( Rm -Rf)/σm*σp
1111,72 1111,72 1111,72 1111,72 1111,74 1111,74 1111,76 1111,80 1111,84 1111,88 1111,93 1111,97
3,833 3,833 3,833 3,833 3,833 3,833 3,833 3,833 3,833 3,833 3,834 3,834
12,959 13,067 12,859 12,895 12,792 13,881 13,598 11,881 13,162 10,809 10,298 9,854
Rm = 1112,79 σm= 290,05
181
HASIL OUTPUT SEBELUM VARIABEL SBI DI ELIMINASI DARI MODEL REGRESI Normal P -P P lot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: KINERJA 1,0
Expected CumProb
,8
,5
,3
0,0 0,0
,3
,5
,8
1,0
Observed Cum Prob
ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 192,309 5,228 197,537
df 4 31 35
Mean Square 48,077 ,169
F 285,101
Sig. ,000a
a. Predictors: (Constant), NTR, IHSG, INF, SBI b. Dependent Variable: KINERJA
Scatterplot Dependent Variable: KINERJA Regression Studentized Residual
4 3 2 1 0 -1 -2 -1,5
-1,0
-,5
0,0
,5
1,0
1,5
2,0
Regression Standardized Predicted Value
182
LANJUTAN HASIL OUTPUT SEBELUM VARIABEL SBI DI ELIMINASI DARI MODEL REGRESI Model Summaryb Change Statistics Model 1
R R Square ,987a ,974
Adjusted R Square ,970
Std. Error of the Estimate ,41065
R Square Change ,974
F Change 285,101
df1
df2 4
31
Sig. F Change ,000
Durbin-W atson 1,936
a. Predictors: (Constant), NTR, IHSG, INF, SBI b. Dependent Variable: KINERJA
Coefficientsa
Model 1
(Constant) IHSG SBI INF NTR
Unstandardized Coefficients B Std. Error 1,398 1,652 ,000 ,000 11,328 1,254 ,634 ,494 ,000 ,000
Standardized Coefficients Beta ,032 ,877 ,104 -,028
t ,846 ,676 9,031 1,283 -,889
Sig. ,404 ,504 ,000 ,209 ,381
Zero-order ,668 ,986 ,887 ,180
Correlations Partial ,121 ,851 ,225 -,158
Part ,020 ,264 ,037 -,026
Collinearity Statistics Tolerance VIF ,370 ,091 ,129 ,838
2,706 11,041 7,746 1,193
a. Dependent Variable: KINERJA
183
HASIL OUTPUT SETELAH VARIABEL SBI DI ELIMINASI DARI MODEL REGRESI Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: KINERJA 1,0
Expected Cum Prob
,8
,5
,3
0,0 0,0
,3
,5
,8
1,0
Observed Cum Prob
ANOVAb Model 1
Sum of Squares 178,556 18,980 197,537
Regression Residual Total
df 3 32 35
Mean Square 59,519 ,593
F 100,346
Sig. ,000a
a. Predictors: (Constant), NTR, IHSG, INF b. Dependent Variable: KINERJA
Scatterplot Dependent Variable: KINERJA Regression Studentized Residual
3 2 1 0 -1 -2 -3 -1,5
-1,0
-,5
0,0
,5
1,0
1,5
2,0
Regression Standardized Predicted Value
184
LANJUTAN HASIL OUTPUT SETELAH VARIABEL SBI DI ELIMINASI DARI MODEL REGRESI
Model Summaryb Change Statistics Model 1
R R Square ,951a ,904
Adjusted R Square ,895
Std. Error of the Estimate ,77015
R Square Change ,904
F Change 100,346
df1
df2 3
32
Sig. F Change ,000
Durbin-W atson 1,175
a. Predictors: (Constant), NTR, IHSG, INF b. Dependent Variable: KINERJA
Coefficientsa
Model 1
(Constant) IHSG INF NTR
Unstandardized Coefficients B Std. Error 7,545 2,824 ,003 ,000 4,687 ,386 -,001 ,000
Standardized Coefficients Beta ,355 ,772 -,100
t 2,672 5,875 12,140 -1,716
Sig. ,012 ,000 ,000 ,096
Zero-order ,668 ,887 ,180
Correlations Partial ,720 ,906 -,290
Part ,322 ,665 -,094
Collinearity Statistics Tolerance VIF ,824 ,743 ,892
1,214 1,346 1,120
a. Dependent Variable: KINERJA
185
DAFTAR PUSTAKA Bank Indonesia. “Sekilas Tentang Seritifikat Bank Indonesia”, Jakarta, 1999. Bapepam. “Apa dan Bagaimana yang Harus Anda Pahami Seputar Reksa Dana:
Panduan Reksa Dana”, Jakarta, Bapepam, Agustus 1997.
Bisnis Indonesia, Januari – Desember 2003.
Darmadji, Tjiptono dan Hendy M Fakhruddin. “Pasar Modal Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab”, edisi pertama, Jakarta, Salemba empat, 2001. Dominick Salvatore. “Teori dan Soal-Soal Ekonomi Internasional”, Edisi Ketiga, Jakarta, Erlangga, 1997. Dwiyanti, Vonny. “Wawasan Bursa Saham”, Edisi Pertama, Yogyakarta, Universitas Atma Jaya, 1999. Elton E.J and M.J. Gruber. “Modern Portofolio Theory and Investment Analysis”, Fifth edition, Canada, John Willey and Sons, Inc, 1995. Hady, Hamdy, DR., “Valas Untuk Manajer (Forex For Manager)”, Cetakan Keempat, Jakarta, Ghalia Indonesia, 2001. Harianto, Farid dan Siswanto Sudomo. “Perangkat dan Teknik Analisis Investasi di Pasar Modal Indonesia”, Jakarta, Bursa Efek, 2001. Husnan, Suad. “Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas”, Edisi Ketiga, Yogyakarta, Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN, 1998. Investor, 9 – 22 Agustus 2005. Irianto, Guntur. “Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI dan Kurs Dollar Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan”, Jurnal Manajemen Publik & Bisnis, hal 82-101, 2001. Jogiyanto H.M., “Teori Portofolio dan Analisis Investasi”, Yogyakarta, BPFE, 1998.
87
Kontan, 13 Juni 2005 Lipsey G. Richard, Steiner O. Peter, Purvis D. Douglas, Jaka Wasana, Bran, Doko Kir, “Pengantar Ekonomi Makro”, Edisi kedelapan, Erlangga. Madura, Jeff. “Manajemen Keuangan Internasional”, Jilid I, Edisi Keempat, Jakarta, Erlangga, 1997. Pratomo, Eko P. “Berwisata Kedunia Reksa Dana”, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2004. Pratomo, Eko Priyo dan Ubaidillah Nugraha. “Reksa Dana Solusi Perencanaan Investasi di Era Modern”, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2004. Sakhowi, Ahmad. “Analisis Pengaruh Perubahan Nilai Tukr Rupiah, Inflasi dan Tingkat Bunga Terhadap Kinerjaaham di BEJ”, Jurnal Ekonomi & Bisnis, vol.2, no.1, hal 1-16, 2004. Setiaatmadja, Lukas. “Manajemen Keuangan”, Edisi Pertama, Yogyakarta, Andi Offset, 1994. Setyaningsih, “Perbandingan Kinerja Reksa Dana di Indonesia Periode 19971999”, Jurnal Riset Ekonomi & Manajemen, vol.2, no.1, hal 53-71, Januari 2002. Siagian, Victor. “Analysis Of Stock Mutual Fund In Indonesia: 1998-2004”, Business and Entrepreneurial Review, vol.5, no.1, October 2005. Stoneir, A Alfred and Haque C Douglas. “Teori Ekonomi”, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1984. Tendelilin, Eduardus. “Analisis Yogyakarta, BPFE, 2001.
Investasi
dan
Manajemen
Portofolio”,
Wardhani, Ratna. “Kinerja Reksa Dana Saham di Indonesia: Komposisi Dari Kemampuan dan Gaya Manajer Investasi Serta Karakteristik Institusi”, Jurnal Keuangan & Perbankan, vol.1, no.1, 2004.
85