19
3 METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian
berjudul
“Model
Pengelolaan
Perikanan
Pelagis
secara
Berkelanjutan di PPN Prigi, Trenggalek, Jawa Timur” ini dilakukan di PPN Prigi, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Pengumpulan data di lapangan dilakukan selama lebih kurang 1,5 bulan yaitu pada bulan Februari-Maret 2011. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Lokasi penelitian. 3.2 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi lapangan. Teknik penelitian lapangan yang sistematis meliputi wawancara pribadi, observasi, pengarsipan data dan survei melalui kuesioner. Penulis tidak sepenuhnya mengacu pada hasil yang disampaikan responden, namun menggabungkan dengan teknik lain sehingga diperoleh pandangan yang luas sebelum membuat kesimpulan. Teknik studi lapangan yang paling spopuler melibatkan penggunaan kuesioner. Penggunaan kuesioner berguna untuk mengurangi penyimpangan dan dan memperluas cakupan responden yang terlibat (Ivancevich et al 2005).
20
Penelitian ini bertujuan merumuskan strategi pada model pengelolaan yang cocok untuk keberlanjutan perikanan tangkap di daerah tersebut. Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan wawancara stakeholder perikanan di Prigi menggunakan kuesioner. Data yang dikumpulkan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Jenis dan pengumpulan data Tujuan Penentuan ikan unggulan Menghitung potensi ikan unggulan Menghitung kelayakan usaha unit penangkapan ikan Memetakan persepsi stakeholder
Jenis Data
Cara Pengumpulan Data
Laporan Statistik PPN Prigi Laporan Statistik PPN Prigi
Data 5 tahun teakhir mengenai jenis dan produksi ikan, rata-rata musim ikan dalam satu tahun dan tujuan utama pemasaran Data 5 tahun terakhir mengenai jenis dan jumlah ikan yang didaratkan dan data jenis dan jumlah alat tangkap yang beroperasi
Data Primer
Nelayan pemilik kapal
Wawancara dengan nelayan mengenai investasi, pendapatan, pengeluaran pada tiap unit penangkap ikan yang dominan menanngkap ikan unggulan
Data Primer
stakeholder (nelayan, bakul/pedagang , pengelola)
Pengisisan kuesioner mengenai opini stakeholder terhadap kehidupan sosial perikanan tangkap di PPN Prigi serta hubungan antar stakeholder (pertanyaan selengkapnya dapat dilihat pada sub sub bab 3.3.4).
Data Sekunder Data Sekunder
Data Primer Menyusun model pengelolaan
Sumber Data
Data Sekunder
stakeholder (nelayan, bakul/pedagang , pengelola) Laporan Statistik PPN Prigi, executive summary PPN Prigi
Wawancara mengenai keadaan perikanan tangkap dari segi ekologi, ekonomi maupun sosial
Data penunjang mengenai perkembangan terbaru pada perikanan tangkap di PPN Prigi
Pengumpulan data untuk menganalisis keberlanjutan ekonomi dilakukan dengan metode purposive sampling, responden merupakan orang yang disarankan oleh pihak pelabuhan. Penggunaan metode ini dianggap lebih mudah untuk mewakili data karena rata-rata ukuran tiap unit alat tangkap hampir sama selain itu tidak semua pemilik kapal mudah dan mau untuk diwawancarai. Jumlah responden masing-masing 3 orang pemilik kapal dari tiap unit alat tangkap purse seine, pancing tonda, gillnet dan payang. Data primer juga dikumpulkan untuk analisis keberlanjutan sosial yang diambil dengan wawancara menggunakan kuesioner. Pengambilan data dilakukan dengan metode random. Penggunaan metode ini adalah agar dapat melihat sebaran persepsi dari tiap stakeholder.
21
Jumlah responden adalah 69 orang (10% dari tiap stakeholder) yang terdiri dari nelayan (alat tangkap purse seine, pancing tonda, gillnet dan payang), bakul/pedagang serta pengelola (pihak PPN Prigi, TPI, satker PSDKP, Perum PPS cabang Prigi dan Pol-Air). Khusus untuk nelayan, 10% dihitung dari jumlah kapal dengan asumsi persepsi nelayan dalam satu armada adalah sama. Data sekunder yang dikumpulkan berupa laporan statistik perikanan PPN Prigi yang digunakan untuk menganalisis keberlanjutan ekologi dan penentuan ikan unggulan. Selain itu data sekunder lain yang dikumpulkan adalah data BPS (2010) dan laporan-laporan mengenai kondisi PPN Prigi untuk mendukung penulisan.
3.3 Metode Analisis Data Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis skoring untuk menentukan ikan unggulan, prioritas kelayakan usaha alat penangkap ikan serta penentuan fokus model pengelolaan yang digunakan, analisis potensi sumberdaya ikan unggulan menggunakan surplus production model (SPM), analisis kelayakan usaha menggunakan cashflow dan investment criteria, analisis persepsi stakeholder menggunakan perceptual map dengan diskriminan ganda serta analisis perumusan strategi menggunakan strength weaknesses opportunities threats (SWOT) dan balanced scorecard. Tujuan akhir dari penelitian ini adalah analisis perumusan strategi menggunakan strength weaknesses opportunities threats (SWOT), dilanjutkan dengan penentuan kebijakan jangka pendek untuk mendukung kebijakan jangka panjang menggunakan balanced scorecard. Analisis lainnya merupakan analisis pendukung untuk membuat perumusan strategi. 3.3.1 Analisis penentuan jenis ikan unggulan Ikan unggulan adalah spesies target yang lebih diinginkan oleh stakeholder karena memiliki beberapa kelebihan. Ikan unggulan yang dianalisis pada penelitian ini didasarkan pada kondisi yang ada saat ini. Suatu jenis ikan tidak selamanya menjadi unggulan yang utamanya dipengaruhi oleh permintaan pasar. Ikan yang dipilih menjadi unggulan dalam penelitian ini adalah yang memiliki produksi > 100 ton/tahun dan selalu tersedia dalam 5 tahun terakhir.
22
Asumsi awal ini digunakan karena produksi dan kontinuitas produk sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pasar. Terdapat enam jenis ikan yang masuk dalam kategori tersebut, yaitu: tongkol, layang, tuna, layur, lemuru dan cakalang. Penentuan urutan prioritas ikan unggulan di PPN Prigi dihitung dengan menggunakan analisis skoring. Metode ini dapat digunakan untuk menilai beberapa aspek yang dianalisis dengan satuan yang berbeda. Penilaian beberapa kriteria (variabel) secara bersama menggunakan standardisasi nilai. Kriteria yang digunakan antara lain adalah produksi ikan, kontinuitas, nilai produksi dan tujuan utama pemasaran, keempatnya dianggap paling berpengaruh terhadap keunggulan jenis ikan. Setiap kriteria diberikan nilai dari yang tertinggi hingga terendah. Hal ini menunjukkan tingkat kualitas dari suatu satuan kriteria, selain itu dilakukan standardisasi nilai menggunakan fungsi nilai (Haluan & Nurani 1988). Standardisasi dengan fungsi nilai dapat dilakukan dengan rumus: 0
V (x) = 1
0
dimana: V (x) = fungsi nilai dari variabel x X0
= nilai terendah dari kriteria x
X1
= nilai tertinggi dari kriteria x Fungsi V menunjukkan urutan prioritas. Alternatif ikan unggulan yang
memiliki nilai V tertinggi merupakan ikan unggulan terpilih dari PPN Prigi. 3.3.2 Keberlanjutan ekologi: potensi ikan unggulan Keberlanjutan ekologi merupakan hal dasar yang harus dilakukan dalam suatu konsep pembangunan keberlanjutan. Ekologi dalam perikanan tangkap merupakan hubungan timbal balik antara sumberdaya yang tersedia dengan pemanfaatan sumberdaya yang dilakukan oleh manusia. Kajian stok sumberdaya perikanan menjadi penting untuk mengetahui berapa potensi ikan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Tujuan penggunaan model produksi surplus adalah untuk menentukan tingkat upaya optimum, yaitu suatu upaya yang dapat menghasilkan hasil tangkapan maksimum yang lestari tanpa mempengaruhi produktivitas stok secara
23
jangka panjang (MSY). Model produksi surplus yang lebih sering digunakan adalah model Schaefer (Sparre dan Venema 1999). Model Schaefer menghubungkan antara hasil tangkapan per-upaya penangkapan dengan upaya penangkapan sebagai berikut : …………………………………………………………(1) CPUE = a − bE Hubungan antara upaya penangkapan dengan hasil tangkapan adalah :
C = aE − bE 2 …………………………………………………………...(2) Nilai intersep (a) dan slope (b) diduga dengan model-model penduga parameter biologi dari persamaan produksi Schaefer yaitu: (1) Equilibrium Schaefer
ht = qkEt −
q 2k Et ………………………………………………………(3) r
(2) Disequilibrium Schaefer
U t +1 − U t −1 r = r − U t − qEt 2U t kq
……………………………………….……(4)
(3) Schnute
U r U + U t +1 Et + Et +1 Ln t +1 = r − t − q ………………….............(5) 2 2 kq U t (4) Walter-Hilborn
U t +1 r − 1 = r − U t − qEt Ut kq
…………………………………………...........(6)
(5) Clark, Yoshimoto, dan Pooley (CYP) Ln(Ut +1 ) =
q 2r 2−r ln(qk ) + (E t + E t +1 ) ln(Ut ) − 2+r (2 + r ) 2+r
.........................................(7)
Keterangan : ht
= hasil tangkapan pada periode t,
Ut
= CPUE pada waktu t,
Ut+1 = CPUE pada waktu t+1, Et
= upaya penangkapan (effort) pada waktu t,
Et+1 = upaya penangkapan (effort) pada waktu t+1, k
= konstanta daya dukung perairan,
q
= konstanta kemampuan alat tangkap,
r
= konstanta pertumbuhan alami (intrinsik).
24
Kelima model yang dikemukakan diatas, dipilih yang terbaik (best fit). Penilaian ini berdasarkan kesesuaian tanda dalam persamaan, pendekatan dengan koefisien determinasi (R2) terbesar dan model yang memiliki nilai validasi mendekati nol. (1) nilai a dan b didapat melalui persamaan :
a = qk ……………………………………………………………………(8)
q 2k b= ………………………………………………………………….(9) r (2) jumlah upaya penangkapan optimum yang diperlukan untuk mendapatkan hasil tangkapan lestari diperoleh dengan menurunkan persamaan dari hubungan antara upaya penangkapan dengan hasil tangkapan, yaitu :
dC = aE − 2bE ……………………………………...…………………(10) dE Sehingga diperoleh persamaan
Eopt =
a ………………………………………………………….……(11) 2b
(3) Hasil tangkapan maksimum lestari (MSY) diperoleh:
C MSY
a2 = …………………………………………………………..…..(12) 4b
3.3.3 Keberlanjutan ekonomi: kelayakan unit penangkapan ikan Manusia tidak terlepas dari masalah ekonomi yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidup. Perikanan tangkap membutuhkan keberlanjutan ekonomi agar dapat memenuhi kebutuhan hidup stakeholder dan konsumen. Keberlanjutan ekonomi perikanan tangkap di PPN Prigi pada penelitian ini dikaji dengan menghitung kelayakan usaha unit penangkapan ikan yang dominan menangkap ikan unggulan. Kelayakan usaha akan dihitung dengan analisis finansial cashflow dan analisis investment criteria. 1) Analisis finansial cashflow Perhitungan cashflow menggambarkan semua penerimaan dan pengeluaran perusahaan selama jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. Alat analisis cashflow yang digunakan, antara lain (Hernanto 1989):
25
(1) Analisis keuntungan digunakan untuk menghitung jumlah keuntungan yang diperoleh dalam suatu usaha. Jika
bernilai negatif artinya usaha mengalami
kerugian. = TR – TC dimana: = keuntungan/laba TR
= total pendapatan
TC
= total biaya
(2) Revenue cost ratio (R/C) merupakan perbandingan pendapatan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan untuk menentukan layak atau tidaknya usaha yang dijalankan pada saat ini. R/C = pendapatan/biaya kriteria: R/C ratio < 1 usaha tidak layak R/C ratio = 1 usaha impas R/C ratio > 1 usaha layak (3) Payback period (PP) adalah adalah perhitungan untuk mengetahui dalam kurun waktu berapa lama nilai investasi akan kembali, sehingga penghitungannya menggunakan rumus: PP =
( )
2) Analisis investment criteria Menurut Kadariah et al (1999) profitabilitas dapat dihitung dengan metode discounted cash flow. Metode ini memperhatikan nilai waktu uang (time value of money) karena uang memiliki time preference (skala waktu). (1) Future value (FV) atau nilai dimasa akan datang Rumus: FV = PV x (1+i)n Compounding Factor : (1+i)n Compounding factor adalah suatu bilangan yang dapat digunakan untuk mengalikan suatu jumlah pada waktu sekarang (PV) sehingga dapat diketahui jumlah di waktu yang akan datang (FV).
26
(2) Present value (PV): Rumus: PV= FV / (1+i)n Discount Factor : 1/ (1+i)n Discount Factor ialah bilangan yang dapat digunakan untuk mengalikan suatu jumlah di waktu yang akan datang (FV) supaya menjadi nilai sekarang (PV). Kriteria penilaian investasi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi 3 hal, yaitu (Kadariah et al 1999 dan Gray et al 2005): (1) Net present value (NPV) bertujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh selama umur ekonomis proyek.
NPV merupakan selisih
antara nilai sekarang dari penerimaan dengan nilai sekarang dari pengeluaran pada tingkat bunga tertentu, yang dinyatakan dengan rumus: =1 (1
)
dimana : Bt
= manfaat (penerimaan) bruto pada tahun ke-t (Rp)
Ct
= biaya bruto pada tahun ke-t (Rp)
i
= tingkat suku bunga (%)
t
= periode investasi (i = 1, 2, 3, ..., n)
kriteria: NPV > 0, berarti usaha layak/menguntungkan NPV = 0, berarti usaha mengembalikan biaya yang dikeluarkan/impas NPV < 0, berarti usaha tidak layak/rugi. (2) Internal rate of return (IRR) adalah tingkat suku bunga dari suatu usaha dalam jangka waktu tertentu yang membuat NPV dari usaha sama dengan nol, dinyatakan dengan rumus: IRR = i1 +
1 1+
(i2-i1) 2
kriteria: IRR > i, berarti usaha layak IRR < i, berarti usaha tidak layak/rugi. (3) Net benefit cost ratio (Net B/C) adalah untuk mengetahui berapa besarnya penerimaan dibandingkan dengan pengeluaran selama umur ekonomis
27
proyek. Net B/C merupakan perbandingan antara total nilai sekarang dari penerimaan bersih yang bersifat positif (Bt–≤Ct > 0) dengan total nilai sekarang dari penerimaan yang bersifat negatif (Bt – Ct < 0), dengan rumus: =1 (1+ )
Net B/C =
=1 (1+ )
dimana: kriteria:
=1 (1+ )
>0
dan
=1 (1+ )
>0
Net B/C > 1, berarti usaha layak/menguntungkan Net B/C = 1, berarti usaha pulang pokok/impas Net B/C < 1, berarti usaha tidak layak/rugi
3.3.4 Keberlanjutan sosial: persepsi stakeholder Keberlanjutan secara sosial diartikan sebagai sistem yang mampu mencapai kesetaraan, menyediakan layanan sosial termasuk kesehatan, pendidikan, gender, dan akuntabilitas politik (Fauzi 2004). Keberlanjutan dalam perikanan tangkap perlu memperhatikan kesetaraan pencapaian tujuan yang diharapkan oleh stakeholder maupun pihak pemerintah sebagai pengelola. Keberlanjutan sosial dalam penelitian ini dikaji dengan mendeskripsikan persepsi stakeholder. Perceptual
map
diperlukan
untuk
mengelompokkan
dan
mengetahui
kecenderungan responden berada pada kelompok yang sama atau tidak. Analisis diskriminan ganda digunakan untuk memprediksi keanggotaan dari tiap responden yang dikategorikan berdasarkan usia, pendidikan dan pekerjaan dengan hasil akhir perceptual map. Perceptual map dihitung dengan software SPSS. Langkah-langkah pembuatan analisis diskriminan menurut Simamora (2005) adalah 1) merumuskan masalah; 2) mengestimasi koefisien fungsi diskriminan; 3) memastikan signifikansi determinan; 4) menginterpretasi hasil; dan 5) menguji signifikansi analisis diskriminan. Model analisis diskriminan ganda adalah persamaan yang menunjukkan kombinasi linier dari berbagai variabel independen. Pertanyaan yang digunakan untuk melihat persepsi stakeholder dalam atribut sosial berjumlah 7. Pertanyaan yang diajukan yaitu mengenai: kejelasan penangkapan (x1), konflik antar nelayan (x2), keberadaan organisasi (x3), hubungan antar stakeholder (x4), kemudahan
28
akses pelabuhan (x5), peningkatan pelayanan pelabuhan (x6) dan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan (x7). Jumlah persamaan sama dengan jumlah variabel dependen dikurangi 1, dengan persamaan sebagai berikut: D1 = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + . . . + bkXk dimana: D1
= skor diskriminan
b
= koefisien diskriminan atau bobot
X
= prediktor atau variabel independen Model fungsi-fungsi yang digunakan dapat dipercaya akurat jika nilai hit
ratio > proportional chance criterion. Hit ratio adalah persentase responden yang kelompoknya dapat diprediksi secara tepat, sedangkan
proportional chance
criterion adalah kesempatan klasifikasi dari setiap grup yang memiliki grup berukuran tidak sama (Simamora 2005). Rumus perhitungan nilai proportional chance criterion adalah sebagai berikut: CPRO = p12 + p22 + pn2 dimana: CPRO
= proportional chance criterion
p12, p22, pn2
= proporsi responden pada tiap grup
Pada persepsi berdasarkan usia, jumlah grup dibagi berdasarkan distribusi frekuensi dari data usia responden. Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam distribusi frekuensi untuk data kuantitatif yaitu jumlah kelas, lebar kelas dan batas kelas (Supranto 2000). Jumlah kelas ditentukan dengan rumus: k = 1+3,322 log n dimana: k n
= banyak kelas = jumlah observasi
Sedangkan rumus untuk menentukan interval/lebar kelas adalah: c= dimana: c
= perkiraan lebar kelas
k
= jumlah kelas
Xn
= nilai observasi terbesar
X1
= nilai observasi terkecil
1
29
3.3.5
Model pengelolaan berkelanjutan Pembangunan berkelanjutan harus didukung pengelolaan yang baik. Salah
satu cara pengelolan perikanan tangkap adalah perumusan strategi yang tepat dan sesuai untuk suatu daerah. Perumusan model pengelolaan perikanan berkelanjutan yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari perumusan strategi menggunakan SWOT. Selanjutnya perumusan strategi jangka panjang dan jangka pendek sebagai tolok ukur keberhasilan menggunakan analisis balanced scorecard. 1) Fokus model pengelolaan Sebelum membuat
perumusan
strategi, pertama ditentukan model
pengelolaan yang paling cocok menjadi fokus di Prigi. Model yang diperhitungkan merupakan matriks kombinasi dari ikan unggulan dengan alat penangkap ikan dominan di PPN Prigi, sehingga terdapat 20 kombinasi model (hasil dari kombinasi 5 jenis ikan dan 4 jenis unit alat penangkap ikan). Analisis yang digunakan untuk membuat alternatif kebijakan diawali dengan membuat matriks kombinasi antara ikan unggulan dengan unit penangkapan ikan. Matriks kombinasi dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Matriks kombinasi model yang akan dikembangkan API
A
Jenis ikan
B
C
1
A1
B1
C1
2
A2
B2
C2
dst
dst
Keterangan: A, B, C, dst 1,2, dst
= jenis alat penangkap ikan = jenis ikan unggulan
Analisis skoring merupakan analisis selanjutnya untuk menentukan prioritas model pengelolaan. Skoring didasarkan pada skor ikan unggulan, skor potensi dan pemanfaatan ikan (ekologi) dan skor kelayakan usaha tiap alat tangkap (ekonomi). Keberlanjutan sosial tidak diperhitungkan karena diasumsikan memiliki nilai yang sama untuk semua kombinasi model.
30
2) Perumusan strategi pengelolaan Analisis yang digunakan untuk membuat perumusan strategi adalah analisis SWOT. Dasar pembuatan SWOT adalah hasil pengamatan dan wawancara yang kemudian dibagi menjadi dua analisis, yaitu analisis internal yang terdiri dari faktor kekuatan dan kelemahan serta analisis eksternal yang terdiri dari faktor peluang dan ancaman. Dari faktor-faktor tersebut dibuat matriks Internal Factors Analysis Summary (IFAS) dan External Factors Analysis Summary (EFAS) seperti Tabel 3. Tabel 3 Pembuatan matriks IFAS Faktor Internal 1.
Bobot
Rating
Bobot*Rating
Kekuatan
............... ............... 2.
Kelemahan
.............. .............. Total
1,0
Langkah-langkah pembuatan matriks IFAS dan EFAS adalah sebagai berikut: (1) pengisian faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan pada IFAS serta peluang dan ancaman pada EFAS; (2) pembobotan pada kolom 2 antara 0-1, nilai 1,0 untuk faktor yang dianggap sangat penting dan 0,0 untuk faktor yang dianggap tidak penting; (3) pemberian nilai rating pada kolom 3. Rating adalah pengaruh yang diberikan faktor, nilai 1 untuk pengaruh yang sangat kecil dan nilai 4 untuk pengaruh yang sangat besar; (4) kolom 4 adalah hasil perkalian bobot dan rating; (5) menjumlah total skor yang didapatkan dari kolom 4. Nilai total menunjukkan reaksi organisasi terhadap faktor internal dan eksternal. Nilai 1,00-1,99 menunjukkan posisi internal atau eksternalnya rendah, nilai 2,00-2,99 menunjukkan posisi internal atau eksternalnya rata-rata, sedangkan nilai 3,00-4,00 menunjukkan posisi internal atau eksternalnya kuat (Rangkuti, 2005). Setelah membuat matriks IFAS dan EFAS dilanjutkan dengan pembuatan matriks SWOT. Tabel 4 menggambarkan matriks SWOT. Langkah-langkah
31
pembuatan matriks SWOT adalah sebagai berikut: (1) merinci kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada kolom yang telah ada; dan (2) mencocokkan tiap pasang faktor sehingga terbentuk strategi SO, WO, ST dan WT dan mencatat semua strategi yang memungkinkan untuk dilaksanakan. Tabel 4 Matriks SWOT IFAS
EFAS
Strengths (S)
Weaknesses (W)
.....................
........................
.....................
........................
Strategi SO
Strategi WO
Strategi ST
Strategi WT
Opportunities (O) ............................. ............................. Threaths (T) ............................ ...........................
3) Tolok ukur keberhasilan strategi Tolok ukur keberhasilan strategi dianalisis dengan balanced scorecard. Balanced scorecard merupakan suatu sistem manajemen, pengukuran dan pengendalian yang secara tepat dan komprehensif dapat memberikan pemahaman kepada manajer tentang performa bisnis. Sistem balanced scorecard terdiri atas empat perspektif dilihat dari sisi internal dan eksternal. Sisi internal terdiri dari segi (1) finansial dan (2) bisnis internal, sedangkan sisi eksternal terdiri dari (3) pelanggan serta (4) pembelajaran dan pertumbuhan. Pengendalian perusahaan dapat dilakukan pada keempat perspektif tersebut dengan memfokuskan pada rasio-rasio kunci yang kritis dan strategis melalui target yang dapat dijangkau (Yuwono et al 2006 dalam Nurani 2011). Balanced scorecard bertujuan untuk mengukur kebijakan strategis yang diperoleh dari analisis SWOT, dimana dibuat tolok ukur operasional jangka pendek untuk mengukur keberhasilan jangka panjang. Langkah awal yang dilakukan dalam analisis balanced scorecard adalah menerjemahkan visi dan strategi, kemudian mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai tujuan dan ukuran strategis; merencanakan, menetapkan sasaran dan menyelaraskan berbagai inisiatif strategis; meningkatkan umpan balik dan pembelajaran strategis. Visi yang diemban dalam kasus ini adalah keberlanjutan perikanan tangkap di PPN
32
Prigi dengan menekankan pada model yang cocok dikembangkan, dengan misi mensejahterakan stakeholder dan rakyat dengan hasil perikanan. Berdasarkan strategi yang telah disusun, dibuat menjadi tolok ukur jangka pendek untuk mencapai tolok ukur jangka panjang sehingga dapat meraih strategi yang yang diharapkan. Tahap dalam penyusunan balanced scorecard (Nurani 2008), yaitu: (1) merinci visi berdasarkan masing-masing perspektif dan merumuskan stategi; (2) identifikasi faktor-faktor penting keberhasilan kinerja sistem; (3) mengembangkan tolok ukur, identifikasi sebab akibat dan menyusun keseimbangan sistem; (4) merinci scorecard dan tolok ukur unit sistem; (5) merumuskan tujuan-tujuan; dan (6) implementasi.