PENELITIAN MODEL ANGKUTAN MASSAL YANG COCOK DI DAERAH PERKOTAAN Balitbang bekerjasama dengan PT Karsa Haryamulya Jl.Imam Bonjol 190 Semarang RINGKASAN Pendahuluan Berdasarkan kebijakan Pemerintah Pusat, pembangunan transportasi diarahkan pada pemantapan sistem transportasi nasional yang maju dan andal sesuai dengan peranannya sebagai urat nadi kehidupan ekonomi, sosial, budaya, politik dan pertahanan keamanan serta untuk memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa. Selanjutnya juga dinyatakan, bahwa penetapan sistem angkutan massal dikembangkan untuk daerah perkotaan. Berdasarkan arahan-arahan yang diberikan itu, tujuan perencanaan transportasi di wilayah perkotaan dalam jangka panjang dirumuskan sebagai berikut “ Penataan dan mengembangkan angkutan umum perkotaan yang terjangkau dengan memperhatikan tata ruang, fungsi dan mutu lingkungan hidup, sehingga kawasan pemukiman maupun pusat-pusat produksi, jasa perdagangan. Sedang di wilayah kota raya dan kota besar perlu dikembangkan transportasi missal cepat yang tertib, aman, lancer, nyaman, dan efisien serta terjangkau agar tercipta sstem transportasi perkotaan yang seimbang dan terpadu “ Pada saat ini, penerapan dari kebijakan transportasi perkotaan di atas ternyata belum semuanya dapat diterapkan di daerah, karena banyaknya kendala di lapangan. Sebagai gambaran keruwetan arus lalu lintas di kota-kota besar, seperti kota Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, Medan, Makasar, Bandung, Bogor dan Semarang, salah satunya akibat kebijakan angkutan umum massal yang kurang tepat, yaitu beroperasinya kendaraan angkutan umum dimensi kecil di kawasan kota.
Perumusan masalahnya adalah sebagai berikut : Untuk kawasan Jawa Tengah, ada jalur jalan yang perlu dipikirkan untuk dikembangkan sistim angkutan massal yaitu jalur arteri primer yang menghubungkan Kota Semarang dengan Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak, Ungaran-Salatiga dan Purwodadi. Tetapi secara keseluruhan juga harus dapat menata sistem transportasi massal di wilayah Kedungsepur (Kendal – Demak – Ungaran – Semarang – Salatiga dan Purwodadi). Karena wilayah ini merupakan wilayah pengembangan regional yang cukup strategis untuk Kota Metropolitan Semarang. Daerah sekitarnya sebagai daerah pendukung segala aktivitas yang ada di Semarang, sehingga sudah selayaknya dapat dihubungkan dengan jaringan angkutan missal yang nantinya dapat memberikan nilai tambah dan mempercepat pertumbuhan seluruh daerah itu. Saat ini peran dan fungsi jalan sudah tidak sesuai lagi, karena melayani lalulintas lokal jarak dekat yang sangat besar. Kondisi itu menyebabkan kelancaran arus lalulintas di ruas itu sering terganggu, terutama saat pagi hari ketika para pekerja berangkat menuju kearah kota dan kawasan industri yang tersebar di ruas jalan itu dan sore hari di saat pekerja pulang ke rumah masing-masing. Selain gangguan kelancaran, juga terdapat gangguan keselamatan pengguna jalan, mengingat ruas jalan itu merupakan jalan arteri primer yang melayani lalulintas regional (jarak jauh) dengan prosentase kendaraan berat cukup besar dan memerlukan kecepatan yang cukup tinggi. Tujuan Penelitiannya adalah mengkaji jenis angkutan massal yang sesuai untuk melayani pergerakan orang dijalur Kendal, Demak, Ungaran, Semarang, Salatiga dan Purwodadi yang menghasilkan pergerakan orang yang lancar, aman, nyaman, dan efisien, terjangkau oleh daya beli seluruh kelompok masyarakat namun tetap mampu memelihara kelangsungan penyelenggaraan perhubungan,dapat mengurangi kemacetan dan gangguan lalu lintas jalan, sekaligus dapat memelihara kualitas lingkungan hidup.
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey dan kajian literatur, baik untuk data sekunder maupun data primer yang dibutuhkan dalam penelitian.
Hasil dan Pembahasan Jaringan sistem transportasi yang melayani wilayah Kedungsepur hanya terdapat transportasi darat, yaitu jalan dan jalan rel. Moda transportasi yang terdapat di wilayah itu masih terkonsentrasikan pada pelayanan moda jalan. Kondisi jaringan transportasi yang ada pada wilayah studi hampir semuanya dapat dilalui dengan menggunakan moda jalan maupun jalan rel. Pada jaringan jalan rel Semarang-Demak saat ini memiliki kondisi tidak aktif dikarenakan sudah banyak yang tertutup tanah/jalan dan hilang. Jaringan transportasi baik jalan maupun jalan rel terfokus di Kota Semarang untuk melayani daerah sub urban lainnya. Jaringan transportasi kereta api masih kurang sinergis dibandingkan jaringan transportasi jalan. Kenyataan itu disebabkan banyaknya jaringan jalan rel yang tidak aktif. Apabila melihat sejarah masa lalu jaringan jalan rel di Jawa Tengah di wilayah Kedungsepur memiliki jaringan jalan rel yang saling terhubung antar zona-zona yang direncanakan. Jaringan kereta api itu ada yang masih aktif sebagai pelayanan perjalanan antar daerah pada wilayah Kedungsepur. Namun jalur-jalur itu belum digunakan secara optimum sebagai pelayanan komuter di wilayah itu. Sinergi pelayanan jalur-jalur ini belum terlihat nyata. Ini diakibatkan masih terdapat jalur-jalur potensial yang tidak aktif. Masih sedikit kereta yang melayani stasiun-stasiun yang terdapat di wilayah Kedungsepur sendiri juga merupakan problem tersendiri. Kondisi ini menyebabkan pelayanan transportasi di wilayah ini mayoritas menggunakan angkutan umum dibandingkan angkutan kereta api.
Kesimpulan dan Saran Kesimpulan 1. Kinerja angkutan umum yang ada saat ini masih berada di bawah harapan dari pengguna jasa, hal ini didapatkan dari perbandingan kinerja dengan harapan masih di bawah 100 persen. 2. Transportasi wilayah Kedungsepur didominasi angkutan pribadi berkisar 90 % dibandingkan angkutan umum 10%. Proporsi moda transportasi pada wilayah Kedungsepur diberikan 54 % untuk angkutan mobil, sepeda motor 37%, 6 % untuk bus besar dan 3 % untuk bus sedang/kecil. 3. Hasil permodelan untuk wilayah Kedungsepur memberikan skenario alternatif transportasi kereta api untuk mendukung angkutan umum massal selain bus memberikan proporsi pangsa pasar sebesar 35 % dari angkutan jalan yang ada akan beralih pada angkutan kereta api. 4. Rata – rata tanggapan dari responden yang berdasarkan survey kuesioner setuju untuk
pengembangan
angkutan
kereta
api
regional
khususnya
wilayah
Kedungsepur. 5. Berdasarkan kemungkinan pemilihan moda berdasarkan responden memberikan kemungkinan beralih moda berkisar 40% sampai 60% untuk pemilihan angkutan kereta api di wilayah Kedungsepur dengan pemilihan jenis kereta gabungan KA ekonomi dengan bisnis dan KA ekonomi. Kecuali untuk angkutan Semarang – Ungaran angkutan umum yang diinginkan menggunakan angkutan busway dan bus patas dengan proposi pemilihan sebesar 39% dan 37%. 6. Untuk transportasi dalam kota Semarang, kendaraan jenis sepeda motor mendominasi tiap-tiap ruas jalan dengan proporsi rata-rata sekitar 45% dari ruas jalan yang ditinjau. Untuk angkutan bus memiliki kontribusi rata-rata untuk jaringan tersebut sebesar 4 % saja dan angkutan kota sebesar 13%. Sedangkan
untuk kendaraan pribadi jenis mobil memiliki proporsi sebesar 28% dan sisa lainnya dimiliki angkutan barang dan tak bermotor. 7. Jumlah penumpang bus rata-rata per hari yang tercatat berdasarkan hasil survey yang dilakukan Dinas Perhubungan Kota Semarang pada tahun 2004 pada angkutan bus dan telah diolah diperoleh perkiraan penumpang harian rata-rata untuk angkutan umum bus berkisar 272.255 penumpang perhari. 8. Jumlah pergerakan penumpang dalam satu hari untuk wilayah Kota Semarang diprediksi sebesar 4.140.997 pergerakan penumpang. 9. Dari hasil survey wawancara yang dilakukan dengan pihak operator, pada dasarnya mereka keberatan dengan kondisi saat ini karena penumpang turun namun pembiayaan naik melalui naiknya uang setoran. Dengan adanya hal tersebut pada dasarnya operator kurang menyetujui untuk adanya penambahan moda maupun armada baru yang dapat menjadi kompetitor didalam bisnis angkutan umum. 10. Dari hasil survey perumahan dan survey di dalam angkutan umum memberikan bahwa sebagian besar masyarakat setuju dan pemilihan utama angkutan yang menjadi pilihan dari responden adalah busway.
Saran Saran dari penelitian model angkutan missal yang cocok untuk perkotaan diberikan sebagai berikut : 1. Pengembangan angkutan kereta api yang melayani wilayah Kedungsapur sebagai angkutan alternatif. Pengembangan itu dapat dengan mengembangkan angkutan kereta api lintas Semarang – Demak, Weleri – Semarang – Gambringan (Purwodadi), Weleri – Semarang – Gundi dan Semarang – Kendal – Kalibodri. 2. Untuk jalur Semarang – Ungaran pengembangan angkutan bus lebih ditekankan dengan menggunakan bus line yang menggunakan bus sedang/kecil.
3. Angkutan bus yang melayani wilayah diluar Kota Semarang (AKDP/AKAP) yang melalui jalur Semarang – Ungaran diusulkan untuk berhenti di Terminal Bawen, sehingga terminal Bawen menjadi terminal terpadu yang selanjutnya terjadi transit moda dengan angkutan bus yang melaynai dalam kota dapat juga dengan menggunakan bus priority atau dengan konsep mini busway. 4. Pengembangan angkutan massal di dalam Kota Semarang sendiri dengan menggunakan konsep bus yang ada dengan mengoptimalkan armada yang masih layak serta peremajaan bus. Konsep penataan dengan menggunakan sistem bus priority maupun busway/bus line dengan menggunakan angkutan massal bus melalui koridor yang jalur utama. 5. Angkutan kota digunakan untuk angkutan cabang maupun rating yang berfungsi sebagai feeder dari perumahan atau tempat lainnya yang tidak dilewati jalur utama angkutan massal. 6. Pengembangan terminal di pinggir Kota Semarang dengan mengembangkan Terminal Penggaron, Terminal Mangkang, Terminal Terboyo dan pengembangan pool terminal dalam Kota yang dalam hal ini diusulkan daerah Jurnatan. 7. Kebijakan pengembangan angkutan massal tersebut tidak dapat berdiri sendiri untuk dapat sukses tanpa diimbangi kebijakan lainnya antara lain penekanan penggunaan kendaraan pribadi dengan pemberlakuan tariff parker mahal, road pricing, penataan parkir, dan sebagainya. Penataan konsep pemberlakukan angkutan umum yang ada ke depannya diusulkan dengan menggunakan konsep buy the service dengan menggunakan konsorsium untuk dapat memudahkan mengontrol angkutan umum dalam satu atap. 8. Untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pelayanan angkutan umum yang bersifat massal diperlukan political will (keinginan politis) dan komitmen yang kuat dari penguasa setempat. Oleh sebab itu masih diperlukan kajian lanjutan
untuk menentukan tahapan dan perencanaan rinci jalur busway dan angkutan kereta api kelas ekonomi.
Hak Cipta © 2004 Balitbang Prov. Jateng Jl. Imam Bonjol No. 190 Semarang 50132 Telp : (024) 3540025, Fax : (024) 3560505 Email :
[email protected]