4
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Distribusi
2.1.1 Pengertian distribusi Salim (2000) mengemukakan bahwa dalam distribusi terdapat dua kategori, yaitu: 1.
Pemindahan bahan dan hasil produksi dengan menggunakan sarana disribusi; dan
2.
Mengangkut penumpang dari suatu tempat ke tempat lain. Berdasarkan kedua definisi tersebut, maka distribusi adalah proses
pemindahan hasil produksi dari suatu tempat ke tempat lain menggunakan alat distribusi. Menurut Mc Donald (1993) vide Malik (2006) Distribusi adalah istilah yang biasa digunakan dalam pemasaran untuk menjelaskan bagaimana suatu produk atau jasa dibuat secara fisik tersedia bagi konsumen. Distribusi meliputi kegiatan pergudangan, transportasi, persediaan dan penanganan pesanan. Selain itu Mc Donald menyebutkan bahwa distribusi merupakan elemen keempat dari pemasaran tradisional yang mengacu pada cara suatu produk atau layanan dirancang sedemikian rupa sehingga bisa didapatkan oleh pelanggan. Distribusi meliputi beberapa kegiatan seperti: pengawasan pencatatan, proses pemesanan dan transportasi. Lubis (2000) mengemukakan bahwa salah satu cara untuk mengembangkan pelabuhan perikanan melalui peningkatan usaha perikanan di pelabuhan yaitu dengan distribusi hasil perikanan, termasuk segala sarana dan prasarananya menunjang timbulnya industri perikanan. Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1983), tata niaga adalah tindakan atau kegiatan yang berhubungan dengan pergerakan barang atau jasa dari produsen sampai ke konsumen. Tujuan akhir dari tata niaga adalah menempatkan barangbarang ke tangan konsumen, untuk mencapainya perlu dilaksanakan kegiatan tata niaga yang dibangun berdasarkan arus barang yang meliputi proses pengumpulan (konsentrasi), proses pengimbangan (equalisasi) dan penyebaran (dispersi). Ciriciri distribusi hasil perikanan yaitu:
5
Sebagian besar dari hasil perikanan berupa bahan makanan yang dipasarkan dan diserap oleh konsumen akhir secara relatif stabil sepanjang tahun, sedangkan pemasarannya tergantung pada produksi yang sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim. 1)
Pada umumnya para pedagang pengumpul memberi kredit (advancced payment) kepada produsen (nelayan dan petani ikan) sebagai ikatan atau jaminan untuk mendapatkan bagian terbesar dari hasil perikanan pada waktu tertentu;
2)
Saluran tata niaga hasil perikanan pada umumnya terdiri dari produsen (nelayan dan petani ikan), pedagang perantara sebagai pengumpul, grosir, pedagang eceran dan konsumen;
3)
Pergerakan hasil perikanan berupa bahan makanan dari produsen sampai ke konsumen
pada
umumnya
meliputi
proses-proses
pengumpulan,
penimbangan dan penyebaran dimana proses pengumpulan adalah penting; 4)
Kedudukan terpenting dalam tata niaga hasil perikanan terletak pada para pedagang pengumpul dalam fungsinya sebagai pengumpul hasil tangkapan; dan
5)
Tata niaga hasil perikanan tertentu pada umumnya bersifat musiman, karena produksi berlangsung musiman dan ini jelas dapat dilihat pada perikanan laut.
2.1.2 Jenis distribusi Menurut Moeljanto (1992), distribusi ikan dibagi tiga kelompok, yaitu: 1)
Distribusi lewat jalan darat Distribusi lewat jalan darat menggunakan sarana distribusi berupa gerobak,
kereta api, truk terbuka atau truk boks yang dilengkapi unit pendingin mekanis. Pada distribusi ikan segar harus didinginkan sampai mendekati suhu 0ºC agar ikan dapat bertahan lebih dar 10 hari. Syarat untuk mempertahankan ini adalah ikan harus dikelilingi oleh hancuran es yang cukup halus dan kerendahan ruang tetap terjaga. 2)
Distribusi lewat laut Distribusi laut tidak jauh berbeda dengan distribusi didarat. Distribusi lewat
laut harus memiliki kontruksi palka pada kapal yang lebih baik karena goncangan-
6
goncangan di laut lebih sering terjadi, apalagi disaat cuaca buruk dan gelombang besar. 3)
Distribusi lewat udara Distribusi lewat udara hanya dapat dilakukan mengunakan pesawat terbang.
Pesawat terbang adalah sarana distribusi yang paling cepat bila dibandingkan dengan sarana distribusi darat dan laut, tetapi biayanya paling besar. Oleh karena itu distribusi lewat udara tepat untuk mengangkut hasil tangkapan yang harganya mahal, dan memerlukan waktu yang singkat agar cepat sampai ditempat tujuan. Pendistribusian melalui udara hanya dilakukan pada saat-saat tertentu yang sekiranya harus menggunakan pesawat terbang. 2.1.3 Unsur-unsur distribusi Siregar (1990) mengemukakan bahwa terdapat tiga hal yang menjadi persyaratan bagi berlangsungnya proses distribusi, yaitu: 1)
Ada muatan yang diangkut;
2)
Tersedianya kendaraan sebagai angkutannya; dan
3)
Ada jalan yang dilalui. Pada pelaksanakan kegiatan distribusi diperlukan dua jenis peralatan yang
merupakan unsur-unsur transportasi (Siregar, 1990), yaitu: 1)
Sarana angkutan, berupa peralatan yang dipakai untuk mengangkut barang, dan menampungnya yang digerakan oleh mesin motor atau pergerakan lainnya.
2)
Prasarana angkutan , terdiri dari; a.
Jalanan sebagai tempat pergerakan sarana angkutan.
b.
Terminal sebagai tempat memberikan pelayanan kepada penumpang dalam perjalanan, barang dalam pengiriman dan kendaraan sebelum dan sesudah melakukan operasi.
Menurut Warpani (1990), distribusi diperlukan karena sumber kebutuhan manusia tidak sembarang tempat. Selain itu, bahan baku tersebut harus melalui tahapan produk yang lokasinya tidak selalu di lokasi manusia sebagai konsumen. Kesenjangan jarak antara lokasi produksi, dan lokasi konsumen tersebutlah yang melahirkan distribusi.
7
Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1983), ada beberapa hal yang perlu diketahui dalam distribusi ikan yaitu mengenai pola saluran pemasaran. Pada proses pemasaran hasil tangkapan ini dapat melibatkan beberapa golongan perantara, seperti: 1.
Tengkulak desa;
2.
Pedagang pengumpul di pasar lokal;
3.
Pedagang besar (grosir);
4.
Agen;
5.
Pedagang eceran; dan
6.
Eksportir.
2.1.4 Saluran dan skema distribusi Menurut Swastha dan Ibnu Sukotjo (2000) vide Malik (2006), Saluran distribusi untuk suatu barang adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang tersebut dari produsen ke konsumen. Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1986), yang dimaksud saluran distribusi adalah rangkaian pedagang yang menyalurkan barang-barangnya dari produsen ke konsumen melalui jual beli. Kotler (1992), terdapat empat macam saluran distribusi : 1.
Saluran tingkat nol (produsen-konsumen), disebut pula saluran pemasaran langsung terdiri dari produsen yang menjual langsung kepada konsumen. Tiga cara penting dalam penjualan langsung adalah penjualan dari rumah ke rumah, penjualan lewat toko perusahaan.
2.
Saluran tingkat satu (produsen-pengecer-konsumen), mempunyai satu perantara penjualan. Dalam pasar konsumen, perantara itu sekaligus merupakan pengecer. Dalam pasar industri sering kali ia bertindak sebagai agen penjualan atau makelar.
3.
Saluran tingkat dua (produsen-grosir-pengecer-konsumen), mempunyai dua perantara penjualan. Dalam pasar konsumen, mereka merupakan grosir atau pedagang besar dan sekaligus pengecer. Dalam pasar industri mereka mungkin merupakan sebuah penyalur tunggal dan penyalur industri.
4.
Saluran
tingkat
tiga
(produsen-grosir-distributor-pengecer-konsumen),
mempunyai tiga perantara penjualan. Masalah pengawasan semakin
8
meningkat sesuai dengan angka tingkat saluran, walaupun biasanya produsen tersebut hanya berhubungan dengan saluran yang berdekatan dengannya. Produsen
Agen
Pedagang besar
Pengecer
Pengecer
Agen
Pedagang besar
Pengecer
Pengecer
Konsumen Sumber : (Pieter, 1983 vide Firman, 2009)
Gambar 1 Diagram saluran pemasaran barang-barang konsumsi Hanafiah dan Saepuddin (1983) mengemukakan bahwa panjang pendeknya saluran distribusi yang dilalui oleh suatu hasil perikanan tergantung pada beberapa faktor antar lain: 1)
Jarak antara produsen dan konsumen; semakin jauh jarak antara produsen dan konsumen biasanya makin panjang saluran yang ditempuh oleh produk;
2)
Cepat tidaknya produk rusak; produk yang cepat rusak harus cepat diterima oleh konsumen, dengan demikian produk menghendaki saluran yang cepat dan pendek;
3)
Skala produksi; bila produksi dalam ukuran kecil maka jumlah produk yang dihasilkan berukuran kecil pula; dan
4)
Posisi keuangan pengusaha; produsen yang posisi keuangannya kuat cenderung untuk memperpendek saluran distribusi. Pedagang yang
9
keuangannya kuat akan dapat melakukan fungsi distribusi lebih banyak dibandingkan dengan pedagang yang posisi keuangannya lebih lemah. Disrtibusi yang baik adalah yang mampu mengantarkan produk kepada konsumen pada kondisi yang dapat diterima dengan biaya yang minimum, sekalipun tujuan ini hanya sedikit memberikan petunjuk aktual, tidak ada sistem distribusi
yang
sekaligus
memaksimalkan
pelayanan
pelanggan
dan
meminimalkan biaya distribusi. Pelayanan pelanggan maksimal berarti persediaan yang besar, transportasi yang lebih baik, banyak gudang dan akan menaikan biaya distribusi, sedangkan biaya transportasi yang murah, persediaan yang sedikit dan sedikit gudang (Kotler, 1992) 2.1.5 Lembaga distribusi Lembaga pemberi jasa adalah lembaga yang memberi jasa atau fasilitas untuk memperlancar fungsi tata niaga yang dilakukan produsen atau pedagang perantara seperti bank, usaha pengangkutan (Hanafiah dan Saefuddin, 1983). Kegiatan distribusi terlibat berbagai pihak yang menyelenggarakan kegiatan atau fungsi distribusi untuk menempatkan barang-barang dari produsen ke konsumen. Badan-badan yang menyelenggarakan kegiatan atau fungsi-fungsi tata niaga dari produsen sampai ke konsumen disebut lembaga distribusi, termasuk dalam tata niaga ini adalah golongan produsen , pedagang perantara dan lembaga pemberi jasa (Hanafiah dan Saefuddin, 1983). 2.2
Pasar
2.2.1 Pengertian pasar Menurut Umar (2007), Pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli, atau saling bertemunya antara kekuatan permintaan dan penawaran untuk membentuk suatu harga. Selain istilah tersebut pasar merupakan sekelompok orang yang diorganisasikan untuk melakukan tawar menawar, sehingga dengan demikian terbentuk harga. Salah seorang ahli pemasaran mengemukakan pengertian yang lain tentang pasar, yakni kumpulan orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk belanja, dan kemauan untuk membelanjakan. Jadi ada tiga faktor yang menunjang terjadinya pasar, yaitu orang
10
dengan segala keinginannya, daya belinya, serta tingkah laku dalam pembeliannya. 2.2.2 Fungsi pemasaran Hanafiah dan Saefuddin (1986) mengemukakan bahwa proses penyampaian barang dari tingkat produsen ke tingkat konsumen banyak kegiatan berbeda, kegiatan itu disebut sebagai fungsi-fungsi pemasaran, fungsi ini dilaksanakan oleh nelayan, lembaga pemasaran dan lembaga pemberi jasa. Fungsi-fungsi pemasaran dikelompokan menjadi tiga fungsi pemasaran yaitu: 1)
Fungsi pertukaran adalah kegiatan yang berhubuangan dengan perpindahan hak milik dari barang dan jasa yang dipasarkan. Fungsi ini dibedakan menjadi fungsi pembelian dan fungsi penjualan.
2)
Fungsi fisik adalah semua tindakan yang berhubungan langsung dengan barang dan jasa sehingga proses tersebut menimbulkan kegunaan tempat, bentuk dan waktu. Fungsi ini dibedakan menjadi fungsi penyimpanan dan funsi pengangkutan.
3)
Funsi fasilitas adalah tindakan untuk memperlancar proses terjadinya pertukaran dan fungsi fisik yang menjadi antara produsen dan konsumen. Fungsi ini dibedakan menjadi fungsi standarisasi dan grading, fungsi penanggungan resiko, fungsi pembiayaan dan fungsi informasi pasar.
2.2.3 Pemetaan pemasaran Pemetaan pemasaran merupakan kegiatan yang meliputi pemetaan wilayah pasar secara geografis baik dalam bentuk batas-batas geografis maupun luas arealnya. Kegiatan pemasaran juga mencakup pemetaan kuantitatif (banyaknya jenis ikan yang ditangani, asal produk dan kemana saja produk itu dijual, pemetaan harga dan lalu lintas. Kegiatan pemetaan ini berguna untuk mengetahui bagaimana nelayan, petani ikan dan petani pada umumnya mengkatkan produksi sesuai dengan pemesanan dan permintaan, bagaimana keadaan pemasaran dan cara-cara memperbaikinya dalam menghadapi pemesanan. 2.2.4 Informasi pasar Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1983), informasi pasar berfungsi sebagai:
11
1)
Pengumpulan informasi (fakta-fakta dan gejala-gejala yang timbul sekitar arus hasil tangkapan di pasar);
2)
Komunikasi (penyampaian serta penyebaran informasi kepada pihak yang membutuhkan);
3)
Penafsiran/interpretasi secara hati-hati atas informasi sehubungan dengan problema yang dipecahkan oleh pihak yang bersangkutan; dan
4)
Pengambilan keputusan sesuai dengan rencana dan kebijakan perusahaan, badan atau orang yang bersangkutan.
2.3
Pelabuhan Perikanan
2.3.1 Definisi dan klasifikasi pelabuhan perikanan Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang perikanan, pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan perikanan. Pengklasifikasian pelabuhan perikanan dibuat untuk mempermudah khususnya dalam pengelolaan pelabuhan dan pengembangan pelabuhan pada umumnya. Setiap negara memiliki kriteria sendiri dalam menentukan klasifikasi pelabuhan perikanan, hal ini tergantung dari tipe pengelolaan yang dipakai, kondisi ekonomi, politik, budaya, dan tujuan prioritas pengembangan dari negara yang bersangkutan (Lubis, 2005). 2.3.2 Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Menurut Suboko (2000) vide Fitrian (2008), Pelabuhan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) adalah
suatu pusat kegiatan perikanan dan berfungsi
sebagai prasarana untuk meningkatkan fasilitas pelayanan kegiatan perikanan dalam berbagai aspek, yaitu: 1)
Pelayanan pada industri perikanan. a. Tempat berlabuh kapal perikanan. b. Tempat pendaratan ikan hasil tangkapan.
12
c. Tempat untuk memperlancar kegiatan-kegiatan kapal perikanan. d. Pusat pemasaran dan distribusi hasil perikanan. e. Pusat penanganan dan pengolahan mutu hasil perikanan. f. Kawasan industri yang disediakan di PPI menjadi tempat untuk mendirikan pabrik-pabrik pengolahan, pabrik es, dan sarana komersial oleh swasta/industri. 2)
Sebagai instrumen pemerintah dalam pembinaan usaha perikanan. a. Sebagai
pelayanan
administrasi
pemerintah
seperti
pembayaran
pungutan. b. Pusat pelaksanaan penyuluhan dan pengumpulan data perikanan. c. Tempat pelaksanaan pengawasan sumberdaya ikan. d. Pusat pengembangan masyarakat nelayan. Usaha yang menunjang peningkatan perikanan produksi perikanan laut, adalah dengan tersedianya parasarana ”Pelabuhan Perikanan” mempunyai arti yang sangat penting. Selanjutnya berkaitan dengan pengembangan agribisnis perikanan, tersedianya pelabuhan perikanan atau pangkalan pendaratan ikan mempunyai peranan sebagai berikut: 1)
Meningkatkan keterkaitan fungsional antar sub sistem dalam suatu agribisnis perikanan;
2)
Meningkatkan aktifitas ekonomi pedesaan khususnya desa pantai;
3)
Menunjang tumbuhnya usaha perikanan skala besar dan skala kecil; dan
4)
Menunjang terwujudnya sentra produksi perikanan dalam di suatu wilayah.
2.3.3 Potensi perikanan Kabupaten Indramayu Menurut Fitrian (2008), mengemukakan bahwa Indramayu merupakan daerah perikanan di utara Jawa Barat ynag produktif. Selain sumberdaya alam lainnya, hasil tangkapan ikan nelayan Kabupaten Indramayu memiliki kontribusi cukup besar terhadap PAD. Enam kabupaten atau kota yang lokasinya berada pada Pesisir Utara Jawa Barat, Kabupaten Indramayu merupakan penghasil ikan laut paling besar dibandingkan dengan daerah perikanan Pesisir Utara Jawa Barat lainnya yaitu sekitar 58,74% dari total produksi ikan utara Jawa Barat berasal dari Indramayu.
13
Jenis ikan laut yang didaratkan di Indramayu antara lain adalah layang (Decapterus sp.), bawal hitam (Farmio niger), kembung (Rastrelliger sp.), selar, tembang (Sardinella sp.), bawal putih (Pampus argentus), tongkol (Euthynus sp.), lemuru (Clupea longiceps), tengiri (Skomberomerus cammersoni), layur (Trichiurus sp.), teri nasi (Stelopherus indicus), petek (Leiognathus sp.), manyung (Arius sp.), cucut (Carchias sp.), pari (Dasyatis sp.), kakap (Lutjanus sp.), ikan terbang (Cypsilurus arcticeps), blanak (Mugil cephalus), kurau (Eleutheronema tetradactylum).