9
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agroindustri Kerapu Budi Daya Agroindustri adalah kegiatan usaha yang memproses bahan nabati atau hewani.
Proses tersebut mencakup perubahan dan pengawetan melalui
perwakilan fisik atau kimiawi, penyimpanan, pengemasan, dan distribusi. Produk yang dihasilkan dari agroindustri dapat merupakan produk akhir siap dikonsumsi atau digunakan oleh manusia, atau sebagai produk yang merupakan bahan baku untuk industri lain (Austin 1992).
Perikanan adalah semua kegiatan yang
berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Selanjutnya disebutkan
bahwa
pembudidayaan
adalah
kegiatan
untuk
memelihara,
membesarkan, dan/atau membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan terkontrol (Undang Undang RI No 31 /2004, tentang Perikanan). Pemanfaatan sumberdaya ikan terdiri atas kegiatan penangkapan (fishing) dan kegiatan budi daya (aquaculture). Berdasarkan habitat tempat produksi, usaha aquakultur dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu budi daya perikanan berbasis daratan (land based aquaculture) dan budi daya perikanan berbasis laut (marine based aquaculture).
Berdasarkan sistem produksinya, budi daya
dibedakan menjadi budi daya tradisional, budi daya semi intensif dan budi daya intensif (Dahuri 2003). Pembudidayaan ikan adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan, dan/atau membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannya (Undang Undang RI No 31 /2004, tentang Perikanan). Selanjutnya undang-undang tersebut menjelaskan bahwa pengelolaan perikanan adalah semua upaya, termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan,
konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi
sumber daya ikan, dan implementasi serta penegakkan hukum dari peraturan perundang-undangan di bidang perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumber daya hayati perairan dan tujuan yang disepakati.
10 Menurut Sadovy et al. (2003), industri perikanan kerapu yang berkembang di kawasan indo-pasifik terdiri atas (1) penangkapan ikan kerapu hidup di terumbu karang, (2) pembesaran (grow out) di dalam karamba ikan kerapu berukuran kecil (under size) hasil tangkapan di laut hingga ukuran konsumsi, dan (3) akuakultur (budi daya) siklus penuh (full-cycle aquaculture), yaitu pemeliharaan ikan sejak dari telur hasil pengembangbiakan di pembenihan hingga ukuran konsumsi.
Pomeroy (2002)
menjelaskan bahwa budi daya
kerapu berkembang pesat di berbagai daerah di Indonesia. Hal ini ditunjukkan oleh meningkatnya kegiatan usaha budi daya karamba dengan tingkat pertumbuhan 16 persen selama tahun 1990-an. Daerah utama pembesaran kerapu di Indonesia adalah Aceh, Sumatera Utara (Nias dan Sibolga), Kepulauan Riau, Pulau Bangka, Lampung, Jawa Barat, Karimunjawa (Jateng), Teluk Saleh (NTB), Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Tenggara. Budi daya kerapu di Indonesia dicirikan dengan digunakannya benih asal tangkapan di alam dan penggunaan ikan rucah sebagai pakan. Penggunaan benih asal hatchery masih sangat terbatas, meskipun penggunaannya terus berkembang. Kerapu terutama dipelihara di dalam karamba jaring apung dan beberapa dilakukan di kolam dengan jaring apung berukuran kecil, tetapi semakin terbatasnya lahan untuk kolam membatasi perkembangannya (Sadovy et al. 2000). Produktivitas usaha pembenihan kerapu masih dicirikan oleh tingkat kelulusan hidup (survival rate) atau sintasan yang masih sangat rendah, yaitu rata-rata hanya 4% (Rimmer 2000). Sementara itu pada usaha pembesaran masih banyak menghadapi kematian yang tinggi akibat serangan penyakit dan suplai pakan yang masih menggunakan ikan rucah karena belum berkembangnya industri pakan buatan khusus untuk kerapu. Johnson (1995) menunjukkan bahwa manajemen perikanan sering melibatkan interaksi rumit antara proses biologis, lingkungan yang bervariasi, kelompok pengguna yang berbeda, dan tujuan manajemen yang bertentangan. Manajemen dapat didefinisikan sebagai proses penganalisaan risiko dan keuntungan dari barbagai alternatif tindakan, kemudian menetapkan tindakan mana yang perlu dilaksanakan untuk mencapai tujuan manajemen.
Salah satu
cara untuk memahami hubungan yang kompleks dan pengaruhnya terhadap manajemen adalah melalui simulasi dan pemodelan. Berbagai jenis model yang
11 telah tersedia antara lain (1) population dynamics, (2) peraturan penangkapan (3) pengkajian resiko (4) analisis keputusan, (5) bioenergetik (6) fate of contaminants, dan (7) kualitas air. Erdmann dan Pet-Soede (1996) menjelaskan bahwa perdagangan ikan karang hidup terjadi karena adanya permintaan yang tinggi di pasaran Hong Kong, Singapura, Taiwan, Cina, dan sentra pecinan lainnya untuk memperoleh ikan yang benar-benar segar, yaitu dengan memilih ikan hidup dari akuarium restoran beberapa menit sebelum dimakan. Jenis ikan ini dihargai sangat tinggi bukan hanya karena kesegarannya dan rasanya, tetapi juga karena reputasinya dalam membangkitkan kejantanan (virility) dan mempertahankan kesehatan jasmani. Aspek negatif dari perdagangan ikan karang hidup adalah rusaknya terumbu karang karena penangkapan ikan yang menggunakan sodium cyanide. Rimmer M et al. (1997) menyatakan bahwa pemasaran ikan laut di Hong Kong lebih dari 220.000 ton per tahun, dan pasar saat ini untuk ikan karang hidup berkualitas tinggi diperkirakan sebesar 1.600 – 1.700 ton per tahun. Besarnya permintaan ini akan meningkat dua kali lipat setiap 6 tahun. Stok ikan karang yang ditangkap dari laut untuk memasok permintaan ikan karang hidup di pasar Asia dilaporkan sangat berkurang karena ”overfishing” dan penggunaan cara penangkapan yang tidak berkelanjutan seperti penggunaan sianida (Johannes dan Riepen 1995). 2.2 Rancangbangun Model Sistem Dinamis Menurut Eriyatno (1999) model didefinisikan sebagai suatu perwakilan atau abstraksi dari sebuah objek atau situasi aktual. Model memperlihatkan hubungan-hubungan langsung maupun tidak langsung serta kaitan timbal-balik dalam istilah sebab-akibat. Oleh karena suatu model adalah suatu abstraksi dari realitas, maka pada wujudnya kurang kompleks daripada realitas itu sendiri. Model dikatakan lengkap apabila dapat mewakili berbagai aspek dari realitas yang sedang dikaji. Marimin (2005) menyatakan bahwa sistem adalah suatu kesatuan usaha yang terdiri atas bagian-bagian yang berkaitan satu sama lain yang berusaha mencapai suatu tujuan dalam suatu lingkungan yang kompleks. Ditinjau dari komponen input, proses, output, suatu sistem dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu sistem analisis, sistem desain, dan sistem kontrol. Pendekatan
12 sistem adalah suatu pendekatan analisis organisatoris yang menggunakan ciri-ciri sistem sebagai titik tolak analisis. Selanjutnya Eriyatno (1999) menyatakan bahwa sistem merupakan totalitas himpunan hubungan yang mempunyai struktur dalam nilai posisional serta matra dimensional terutama dimensi ruang dan waktu. Oleh karena itu, setiap pendekatan kesisteman selalu mengutamakan kajian tentang struktur sistem baik yang bersifat penjelasan maupun sebagai dukungan kebijakan. Metodologi sistem pada dasarnya melalui enam tahap analisis sebelum sintesa (rekayasa), meliputi: (1) analisis kebutuhan, (2) identifikasi sistem, (3) formulasi masalah, (4) pembentukan alternatif sistem, (5) determinasi dari realisasi fisik, sosial dan politik, (6) penentuan kelayakan ekonomi dan keuangan (finansial). Sistem dinamis adalah suatu metode analisis masalah yang melibatkan aspek waktu sebagai faktor penting. Metode ini mempelajari sejauh mana suatu sistem dapat dipertahankan atau memperoleh manfaat dari adanya goncangan (perubahan) dari dunia luar yang menerpa sistem tersebut.
Sistem dinamis
berhubungan dengan perilaku suatu sistem yang berubah menurut waktu, dengan tujuan menjelaskan dan memahami bagaimana umpan balik (feedback) informasi mempengaruhi perilaku sistem tersebut, dan mendesain struktur umpan balik informasi serta kebijakan pengontrolan yang tepat melalui simulasi dan optimalisasi sistem dengan menggunakan model kualitatif dan model kuantitatif. (Coyle 1995). Menurut System Dynamic Society (2005), sistem dinamis adalah suatu metodologi untuk mempelajari dan mengelola sistem umpan balik yang kompleks seperti yang ditemukan pada sistem bisnis dan sistem sosial lainnya. Metodologi sistem dinamik tersebut mencakup (1) identifikasi masalah, (2) mengembangkan hipotesis dinamis menjelaskan penyebab timbulnya masalah, (3) membangun model simulasi komputer untuk sistem tersebut pada akar permasalahannya, (4) menguji model untuk meyakinkan bahwa model tersebut mereproduksi perilaku yang sama pada dunia nyata, (5) melengkapi dan menguji model alternatif kebijakan yang dapat memecahkan masalah, dan (6) mengimplementasikan pemecahan masalah.
Tahapan tersebut biasanya melalui proses review untuk
memperbaiki tahap sebelumnya. Sistem dinamik dapat diterapkan pada bidangbidang (1) perencanaan korporat dan disain kebijakan, (2) manajemen dan
13 kebijakan publik, (3) modeling biologi dan medika, (4) energi dan lingkungan, (5) pengembangan teori pada ilmu pengetahuan alam dan sosial, (6) pengambilan keputusan dinamik dan (7) dinamik nonlinear yang kompleks. STELLA merupakan salah satu software yang dapat digunakan untuk analisis sistem dinamis yang menggunakan simbol-simbol (ikon) grafis yang mudah dimengerti. Ikon-ikon yang digunakan terdiri atas: stok (stock), aliran (flows),
pengubah (converter) dan penghubung (connectors) (Gambar 3).
Kesemua ikon tersebut mewakili semua bagian yang mempengaruhi perilaku sistem. STELLA didesain untuk memudahkan proses pengembangan model, penspesifikasian model, mengotomatiskan proses komputasi, dan dengan mudah menghasilkan output dalam bentuk grafik atau angka ( Ruth and Linholm 2001). FLOW STOCK
CONNECTOR
CONVERTER
Gambar 3 Simbol-simbol yang digunakan dalam pemrograman STELLA. Selain STELLA, dapat juga digunakan POWERSIM STUDIO untuk pemrograman sistem dinamis yang karakteristik dan cara pengoperasian yang agak mirip antara keduanya. Dalam Powersim Studio peristilahan untuk simbolsimbol yang digunakan adalah sebagai berikut: FLOW
LEVEL
LINKS
CONSTANT VARIABLE
Gambar 4 Simbol-simbol yang digunakan dalam pemrograman POWERSIM STUDIO.
14 Powersim adalah paket pemodelan sistem dinamis secara grafikal yang berbasis Windows. Paket pemodelan ini didukung dengan fasilitas untuk menggambarkan diagram alir (flow diagram) dan diagram sebab-akibat (causal loop diagram). Persamaan (equation) yang menghubungkan antar variabel dalam model dapat dibuat dengan panduan yang ada dalam paket dan ditampilkan secara visual dalam bentuk grafik.
Hasil simulasi dapat ditampilkan dalam
bentuk animasi, angka maupun grafik.
Perubahan parameter untuk proses
simlulasi dapat dilakukan dengan menggunakan tobol geser (slider button), tombol tekan (push button), maupun tombol radio (radio button) (Coyle 1995). Dengan menggunakan program Powersim Studio dapat dilakukan berbagai operasi simulasi dengan merubah parameter tertentu untuk mencapai tujuan tertentu,
optimisasi yang mengoptimalkan variabel penentu (prime decision
variable) untuk mencapai tujuan, pengkajian risiko (risk assessment) atau disebut juga dengan analisis sensitivitas, dan manajemen risiko yang merupakan kombinasi dari optimisasi dan pengkajian risiko (www.powersim.com). 2.3 Rantai Pasokan Rantai pasokan (Supply chain) adalah
suatu sistem dimana pelaku-
pelakunya yang terdiri atas pemasok bahan baku, fasilitas produksi, jasa distribusi, dan pelanggan dihubungkan (linked) satu dengan lainnya melalui aliran material ke depan (feed-forward flow) dan aliran informasi ke belakang (feedback flow) (Stevens 1989 yang diacu dalam Angerhover and Angelides 2000). Menurut Angerhofer dan Angelides (2000), ada 6 jenis sistem aliran dalam rantai pasokan, yaitu (1) aliran informasi, (2) aliran material, (3) aliran order, (4) aliran uang, (5) aliran tenaga kerja, dan (6) aliran peralatan modal (capital equipment). Selanjutnya dijelaskan oleh Akkermans et al. (1999) yang diacu dalam Angerhover and Angelides (2000), bahwa dalam manajemen rantai pasokan dipersyaratkan adanya (1) keterlibatan multiple eselon, proses dan fungsi organisasi, (2) menggambarkan secara jelas fokus pada koordinasi dan/atau integrasi, (3) ditujukan pada peningkatan secara simultan pelayanan terhadap konsumen dan keuntungan (profitabilitas). Austin (1992) menyatakan bahwa ada 4 keterkaitan yang harus dalam sistem agroindustri, yaitu (1) keterkaitan rantai produksi, (2) keterkaitan
15 kebijakan makro-mikro, (3) keterkaitan institusional dan (4) keterkaitan internasional.
Keterkaitan rantai produksi terdiri atas bermacam tahap
operasional aliran bahan sejak dari tempat produksi, melalui unit pengolahan hingga sampai ke konsumen. Keterkaitan kebijakan makro-mikro merupakan pengaruh ganda dari kebijakan makro pemerintah (seperti pajak, kredit, subsidi, dan lain-lain) terhadap operasional pada agroindustri (teknologi, harga, kualitas, dan lain-lain).
Keterkaitan institusional, mencakup hubungan antar berbagai
kelembagaan yang beroperasi dan berinteraksi dengan rantai produksi agroindustri hasil laut;
Keterkaitan internasional, mencakup kegiatan pasar
dalam dan luar negeri dimana produk agroindustri berfungsi. Penerapan simulasi sistem dinamik dalam bidang manajemen rantai pasokan dapat dilakukan untuk mendiagnosa masalah dan mengevaluasi pemecahan masalah, mengoptimalkan operasi, dan memitigasi faktor risiko (GoldSim Technology Group LLC 2004).
Simulasi model dinamis rantai
pasokan pada umumnya dapat digunakan dalam kategori sebagai berikut: (1) optimisasi, (2) analisis keputusan, (3) evaluasi diagnostik, (4) manajemen risiko, dan (5) perencanaan proyek. Aliansi strategis pada dasarnya merupakan kolaborasi atau kemitraan sinergis antara dua atau multi pihak dalam bidang-bidang spesifik yang dinilai strategis. Aliansi strategis umumnya dilakukan untuk satu atau beberapa alasan sebagai berikut: (1) meningkatkan peluang keuntungan, (2) mencapai keunggulan yang terkait dengan skala, jangkauan, dan kecepatan, (3) meningkatkan penetrasi pasar, (4) meningkatkan daya saing dalam pasara domestik dan/atau global, (5) meningkatkan pengembangan produk, (6) mengembangkan peluang bisnis baru melalui produk dan jasa baru, (7) memperluas pengembangan pasar,
(8)
meningkatkan ekspor, (9) diversifikasi, (10) menciptakan bisnis baru, dan (11) mengurangi biaya (Taufik 2004). 2.4 Rantai Nilai Porter (1994) mengembangkan konsep rantai nilai (value chain) yang digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor yang menentukan keberhasilan suatu perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Faktor-faktor tersebut dibagi dalam aktivitas utama dan aktivitas pendukung seperti dapat dilihat pada Gambar 5.
16
Aktivitas Pendukung
Infrastruktur Perusahaan Manajemen Sumberdaya Manusia Margin
Pengembangan Teknologi Pembelian Logistik Ke Dalam
Operasi
Logistik ke Luar
Pemasaran
Pelayanan Margin
Aktivitas Utama
Gambar 5 Rantai Nilai Generik (Porter 1994). Aktivitas utama terdiri atas kegiatan-kegiatan sebagai berikut: (1) Logistik ke dalam yang meliputi penerimaan, penanganan bahan, penggudangan, pengendalian, penjadwalan kendaraan pengangkut, dan pengembalian barang kepada pemasok. (2) Operasi, merupakan kegiatan untuk mengubah masukan menjadi produk akhir, seperti produksi, pengemasan, perakitan, pemeliharaan peralatan, pengujian, dan operasi fasilitas. (3) Logistik ke luar, terdiri atas kegiatan pengumpulan, penyimpanan, dan distribusi produk kepada pembeli yang meliputi penggudangan barang jadi, operasi kendaraan, pengiriman, pemasaran pesanan, dan penjadwalan. (4) Pemasaran dan penjualan yang meliputi penyediaan sarana yang memungkinkan pembeli terpengaruh untuk melakukan pembelian seperti periklanan, promosi, penyediaan tenaga penjual, pemilihan saluran penjualan, hubungan dengan penyalur, dan penetapan harga. (5) Pelayanan, meliputi kegiatan untuk meningkatkan atau mempertahankan nilai produk yang meliputi pemasangan, reparasi, penyediaan suku cadang, dan penyesuaian produk. Aktivitas pendukung terdiri atas kegiatan-kegiatan sebagai berikut: (1) Pembelian, yang mencakup fungsi pembelian masukan yang digunakan dalam dalam rantai nilai perusahaan. (2) Pengembangan teknologi, yang meliputi seluruh teknologi yang dipakai dalam setiap titik pada rantai nilai perusahaan.
17 (3) Manajemen sumber daya manusia, meliputi kegiatan penerimaan, pelatihan, pengembangan, promosi dan kompensasi karyawan. (4) Infrastruktur
perusahaan
meliputi
manajemen
umum,
perencanaan,
keuangan, hukum, hubungan dengan pemerintah, manajemen mutu, dan sebagainya. 2.5 Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process) AHP merupakan metode yang digunakan untuk menstrukturkan suatu situasi yang kompleks, mengidentifikasi kriteria dan faktornya, mengukur interaksi antar sesamanya dan mensintesis semua informasi untuk memperoleh berbagai prioritas (Saaty 1993). memecahkan
masalah
kualitatif
Metode ini dimaksudkan untuk membantu yang
kompleks
dengan
menggunakan
perhitungan kuantitatif, melalui pengekpresian masalah dimaksud dalam kerangka berpikir yang terorganisir, sehingga dimugkinkan dilakukannya proses pengambilan keputusan secara efektif (Eriyatno dan Sofyar 2007). Menurut Marimin (2004) prinsip kerja AHP adalah:
(1) Penyusunan
hierarki, di mana permasalahan yang akan diselesaikan diuraikan menjadi unsurunsurnya, yaitu kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hierarki. (2) Penentuan prioritas, di mana untuk setiap kriteria dan alternatif dilakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparison), kemudian nilai-nilai perbandingan relatif diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif. Baik kriteria kualitatif maupun kriteria kuantitatif dapat dibandingkan sesuai dengan judgement yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas. (3) Konsistensi logis, di mana semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis. 2.6 Analisis Kelayakan Finansial Analisis kelayakan finansial dilaksanakan untuk mengetahui apakah suatu proyek layak secara finansial untuk dijalankan. Metode yang digunakan untuk mengukur kelayakan tersebut sesuai yang ditulis oleh Gittinger (1986) dengan uraian sebagai berikut: (1) Payback Period Metode ini digunakan untuk mengetahui seberapa lama jangka waktu yang diperlukan agar investasi bisa kembali.
Cara yang digunakan adalah
18 dengan mengakumulasikan aliran kas hingga mencapai nilai positif. Pada saat nilai kumulatif tersebut positif berarti pengeluaran proyek telah tertutupi. (2) Net Present Value (NPV) Metode ini mendiskontokan seluruh aliran kas, baik aliran kas masuk maupun aliran kas keluar, pada basis waktu sekarang. Untuk menghitung ini ditentukan faktor pendiskon yaitu, biaya modal. NPV adalah jumlah dari seluruh aliran kas yang telah didiskontokan. Ukuran kelayakan adalah apabila NPV lebih besar dari nol (positif) yang berarti bahwa proyek tersebut menguntungkan atau dapat diterima. (3) Internal Rate of Return (IRR) IRR merupakan nilai tingkat bunga yang menunjukkan bahwa jumlah nilai sekarang netto (NPV) sama dengan jumlah seluruh ongkos investasi proyek, atau dengan perkataan lain IRR adalah suatu tingkat bunga, di mana seluruh aliran kas bersih setelah ditransformasikan dengan nilai sekarangnya (present value) sama jumlahnya dengan investment cost (initial cost). (4) Rasio Biaya Manfaat Metode ini sering disebut juga dengan B/C ratio. membandingkan atau
membagi antara penerimaan
Metode ini
proyek yang telah
didiskontokan dengan pengeluaran proyek yang telah didiskontokan juga. Ukurannya adalah apabila nilai B/C < 1 maka proyek ini merugi atau dapat ditolak. (5) Break Even Point (BEP) BEP adalah jumlah unit penjualan di mana keuntungannya adalah nol. BEP merupakan analisis pulang pokok yang dapat digunakan untuk analisis perencanaan laba.