111.
METODOLOGI PENELITlAN
3.1 Batasan Operasional
Konsep dasar yang digunakan dalam penelitian ini secara operasional chdefinisikan sebagai berikut: 1.
Buah-buahan adalah komolti ekonomi yang berasal dari lahan pertanian dan hutan yang ditanami buah-buahan.
2.
Buah-buahan yang akan dianalisis sistem pemasarannya adalah buah Pisang (Musa spp.), Rambutan (Nephellium lappaceum), Mangga (Mungivera indica), Durian (Durio zbethinus Murr.), Duku (Lansium domesticum Correa), dan Jeruk (Citrus sp.). Pemilihan jenis buah-buahan tersebut berdasarkan jenis buahbuahan yang mendominasi pasar buah di Propinsi Lampung.
3.
Pedagang pengumpul adalah pedagang yang langsung membeli atau mengurnpulkan buah-buahan dari beberapa petani untuk dijual kembali pada pedagang grosir, pedagang pengecer, dan industri pengolahan buah.
4.
Pedagang grosir adalah pedagang buah-buahan di daerah pusat konsumsi yang melayani penjualan secara grosir kepada pedagang pengecer, industri pengolahan buah, dan konsumen akhir.
5.
Pedagang pengecer adalah pedagang yang menjual secara eceran kepada konsumen akhir.
6.
Industri pengolahan buah adalah industri yang mengolah buah-buahan dan menjual buah hasil olahannya kepada konsumen akhir.
21 7.
Konsumen akhir adalah orang atau lembaga yang membeli buah-buahan untuk dikonsumsi sendiri.
8.
Biaya pemasaran adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalarn proses pemasaran meliputi biaya angkutan, pajak, penyusutan, dan lainnya, dengan satuan bervariasi tergantungjenis buah, yaitu Rpkg, Rplsisir, atau Rphutir.
9.
Harga jual petani adalah harga jual buah-buahan di tingkat petani kepada pedagang pengumpul, pedagang grosir, pedagang pengecer, dan industri pengolahan buah, dengan satuan bervarihi tergantung jenis buah, yaitu Rpkg, Rp/sisir, atau Rphutir.
10. Harga jual pedagang pengumpul adalah harga jual buah-buahan di tingkat
pedagang pengumpul kepada pedagang grosir, pedagang pengecer, dan industri pengolahan buah, dengan satuan bervariasi tergantung jenis buah, yaitu Rpkg, Rplsisir, atau Rphutir.
11.
Harga jual h a n g grosir adalah harga jual bd-buahan di tingkat grosir kepada pedagang pengecer, dan industri pengolahan buah, dengan satuan bervariasi tergantung jenis buah, yaitu Rpkg, Rplsisir, atau Rphutir.
12.
Harga jual pengecer adalah harga jual buah-buahan di tingkat pedagang pengecer kepada industri pengolahan buah dan konsumen akhir, dengan satuan bervariasi tergantung jenis buah, yaitu Rpkg, Rp/sisir, atau Rphutir.
13.
Harga jual industri adalah harga jual buah-buahan yang telah Qolah & tingkat industri kepada konsumen akhir, dengan satuan bervariasi tergantung jenis buah, yaitu Rpkg, Rplsisir, atau Rphutir.
22 14.
Harga beli konsumen akhir adalah harga buah-buahan yang diterima konsurnen akhir pada waktu transaksi jual beli, dengan satuan bervariasi tergantung jenis buah, yaitu Rpkg, Rp/sisir, atau Rphutir.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi Penelitian mencakup wilayah Propinsi Lampung yang difokuskan pada daerah-daerah sentra produksi buah-buahan. Pengambilan data primer clan sekunder dilakukan selarna dua bulan, Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive sampling). Kabupaten, kecamatan, dan desa yang dipilih adalah daerah-
daerah yang merupakan sentra produksi buah-buahan di Propinsi Lampung, Tabel 1. Lokasi Penelitian Pemasaran Buah di Propinsi Lampung
No. 1.
2. 3.
Kabupaten Lampung Selatan
Kecamatan Padang Cermin
Lampung Timur Lampung Barat
Natar Ketibung Pekalongan Pesisir Tengah Batu Brak Sumber Jaya
4.
Lampung Utara
5.
Way Kanan Tulang Bawang
6. 7.
,.
8.
Metro Bandar Lampung
Abung Barat Muara Sungkai Pakuan Ratu Banjar Agung Tanjung Raya Metro Pusat Tanjung Karang Barat Teluk Betung Barat
Desa Hanura Sidodadi Haduyang Tanjung A m g Pekalongan Pahungan Sukanegara Sukabumi Pekon Balak Cipta Waras Gunung Terang Gunung Besar Hujan Mas Karang Rejo Tegal Mukti Moris Jaya Tanjung Sari Yosomulyo Beringin Raya Batu Putu
1
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan meliputi data tentang kondisi pemasaran buah-buahan di Propinsi Lampung. Data tersebut meliputi data primer dan data sekunder. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari surnbernya. Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode survey, observasi, pengamatan, atau wawancara terstruktur terhadap pelaku pemasaran buah-buahan, clan industri yang berbahan baku buah-buahan. Data sekunder adalah data yang telah tersedia dalam bentuk catatan tertulis. Data sekunder dikumpulkan melalui penelusuran pustaka atau laporan yang terdapat pada instansi terkait, antara lain d~ Badan Pusat Statistik, Kanwil Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Kantor Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, dan Kanwil Kehutanan dan Perkebunan Propinsi Lampung. 3.4 Metode Penarikan Sampel Penelitian ini menggunakan tiga kelompok responden, yaitu petani, pedagang (lembaga pemasaran), dan industri pengolahan buah-buahan. Penarikan sampel petani dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa pada agroforestri, petani tidak secara khusus menanam buah-buahan, tetapi campuran dengan tanarnan lainnya dan hanya berupa lahan pekarangan atau hutan saja, serta tidak semua pohon buah-
buahan yang dimiliki petani produksinya untuk dijual. Sehingga sampel petani yang diambil merupakan petani yang memiliki tanaman buah-buahan dan produksinya sebagian besar dijual. Jurnlah petani yang dijadikan sampel per desa, yaitu 25 orang.
24 Penarikan sampel pedagang dilakukan secara purposive melalui sumber pembelian buah-buahan, sebanyak 5 orang per kecamatan. Unit sampel tidak dibuat per desa dengan pertimbangan bahwa tidak semua desa terdapat pedagang buahbuahan, terkadang pedagang berasal dari desa lain atau kecarnatan lain, maka jumlah sampel ditentukan per kecamatan. Metode ini dilakukan dengan cara menelusuri pedagang yang terlibat dalam proses pemasaran buah-buahan dari desa penelitian, mulai dari tingkat petani sampai tingkat pedagang akhir. Unit sampel yang dipilih adalah pedagang buah-buahan yang telah cukup dikenal dan lama berkecimpung dalam usaha jual beli buah-buahan. Penentuan dilakukan secara sengaja untuk menghmdari unit sampel yang hanya menjual jenis buah yang sama dengan pedagang lain dan Qlcuasai oleh satu orang atau sekelompok orang yang sama. 3.5 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif yang berupa wawancara dan pengamatan di lapangan terhadap keadaan lokasi, keadaan petani, saluran pemasaran, struktur pasar dan pennasalahan pemasaran buahbuahan. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan untuk melihat keragaan pasar yang didekati dengan analisis marjin pemasaran serta penyebarannya. Efisiensi pemasaran akan dilihat melalui analisis organisasi pasar, analisis m q i n pemasaran, analisis korelasi harga, dan analisis elastisitas transmisi harga. Permasalahan pemasaran dianalisis secara desknptif kualitatif berdasarkan data dan pengamatan di lapangan.
3.5.1 Analisis marjin pemasaran
Margin pemasaran adalah perbedaan harga yang dibayar oleh konsumen akhir untuk suatu produk dengan harga yang diterima produsen untuk produk yang sama. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut: Mji = Psi- Phi, atau
Mji =
bli + IT i,
atau
Total marjin pemasaran (M) secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
Keterangan:
M,, Psi Pb, b, Mj Pr Pf
marjin lembaga pemasaran tingkat ke-i = harga penjualan lembaga pemasaran tingkat ke-i = harga pembelian lembaga pemasaran tingkat ke-i = biaya pemasaran lembaga pemasaran tingkat ke-i = keuntungan lembaga pemasaran tingkat ke-i = total marjin pemasaran = harga di tingkat konsumen = harga di tingkat produsen =
3.5.2 Analisis keterpaduan pasar
Pengertian dari model keterpaduan pasar adalah sampai seberapa jauh pembentukan harga suatu komoditi pada suatu tingkat lembaga pemasaran dipengaruhi oleh harga di tingkat lembaga pemasaran lainnya. Pengaruh ini dapat diduga melalui analisis korelasi harga dan elastisitas transmisi harga (Et).
Dalam suatu sistem pasar terpadu yang efisien akan terlihat adanya korelasi positif yang tinggi sepanjang waktu dari beberapa pasar. 3.5.2.1 Analisis koefisien korelasi harga
Analisis korelasi merupakan pengukuran statistik tingkat hubungan antara dua variabel yang berguna untuk mengetahui tingkat kebebasannya. Korelasi harga diukur melalui analisis statistik regresi sederhana dengan menggunakan data berkala (time series data) berupa data harga bulanan di tingkat petani (Pf)clan di tingkat konsurnen (P,). Koefisien korelasi harga, secara matematis &pat dituliskan sebagai berikut:
Keterangan: r = koefisien korelasi harga n = jumlah pengamatan Jika dari hasil perhitungan diperoleh angka koefisien harga (r) mendekati satu, maka ini menunjukkan keeratan hubungan harga pada kedua tingkat pasar tersebut dan begitu pula sebaliknya. 3.5.2.2 Analisis elastisitas transmisi harga
Analisis elastisitas transmisi harga bertujuan untuk mengetahui hubungan antara harga di tingkat produsen dengan harga di tingkat pedagang pengecer. Melalui hubungan tersebut secara tidak langsung &pat diperlurakan bagaimana keefebfan suatu informasi pasar dan dapat dipergunakan untuk melihat bagaimana bentuk
struktur pasar komoditas buah-buahan di Propinsi Lampung, apakah bersaing sempurna atau tidak, serta bagaimana efisiensi sistem pemasarannya. Elastisitas transmisi harga sebagai nisbah perubahan relatif harga di tingkat produsen (Pf) terhadap perubahan relatif harga & tingkat pedagang (P,).
Untuk
melihat elastisitas transmisi harga yang terjadi pada setiap saluran pemasaran dipergunakan rumus sebagai berikut:
Karena harga di tingkat produsen (P3 linier terhadap harga di tingkat konsurnen (P,) atau secara matematis:
Jadi:
Keterangan: ET 6
=
p
=
P, Pf
=
=
=
Elastisitas transmisi harga Diferensial Koefisien regresi atau slope Harga pada tingkat pengecer Harga pada tingkat petani
28
Kriteria pengukuran pada analisis elastisitas harga transmisi harga (Hasyim, 1994) adalah: 1. Jika ET = 1, berarti: a. Marjin pemasarannya tidak dipengaruhi oleh harga & tingkat konsumen b. Pasar yang dihadapi oleh seluruh pelaku pemasaran merupakan pasar yang bersaing sempurna c. Sistem pemasaran telah efisien.
2. Jika ET > 1, berarti laju perubahan harga di tingkat petani lebih besar daripada laju perubahan harga di tingkat konsumen. Artinya pasar yang dihadapi oleh pelaku pemasaran bersaing tidak sempurna, yaitu terdapat kekuatan monopsoni atau oligopsoni da1am sistem pemasaran berlangsung tidak efisien. 3. Jika ET < 1, berarti laju perubahan harga d~tingkat petani lebih kecil danpada
laju perubahan harga di tingkat konsumen, artinya pasar yang dihadapi oleh pelaku pemasaran bersaing tidak sempurna.
Dengan kata lain sistem
pemasaran berlangsung tidak efisien. 3.5.3 Analisis organisasi pasar 3.5.3.1 Strukturpasar
Parameter yang digunakan untuk analisis pasar, yaitu: (1) jumlah lembaga pemasaran &lam suatu pasar, (2) distribusi lembaga pemasaran dalam berbagai ukuran dan konsentrasi, (3) jenis-jenis produk yang dipasarkan, (4) kebebasan lembaga pernasaran lain untuk keluar masuk pasar.
3.5.3.2 Pertlaku pasar Perilaku pasar buah-buahan dapat dianalisis dengan mengamati praktek penjualan dan pembelian, sistem penentuan dan pembayaran harga, kerjasama antara lembaga pemasaran serta praktek-praktek lainnya.
3.5.3.3 Keragaan pasar Keragaan pasar buah-buahan dianalisis dengan menggunakan marjin pemasaran
dan penyebarannya serta pengaruh struktur pasar dan perilaku pasar yang berkenaan dengan harga & tiap lembaga pernasaran, biaya pemasaran, marjin pemasaran atau analisis keragaan pasar ini &pat menggunakan parameter efisiensi pemasaran yang terdiri clan efisiensi penentuan harga dan efisiensi biaya.