111. METODOLOGI PENELLTIAN 3.1. Kerangka Pemikiran
Perbedaan struktur sosial dan posisi individu di dalam struktur sosial, dan perbedaan stok kepercayaan dan norma sebagai aset kolektif menimbulkan variasi dalam akses terhadap kepercayaan dan norma, sehingga menyebabkan defisit modal sosial dan returnnya yang berakibat pada ketidakmerataan modal sosial (Lin 2001). Ketidakmerataan modal sosial mendorong pembentukan kabupaten baru, sehingga diharapkan dapat mengurangi ketidakmerataan modal sosial, karena dapat mendorong mobilisasi modal sosial. Mobilisasi modal sosial dapat meningkatkan stok modal sosial sehingga memfasilitasi tindakan instrumental, yang dapat menghasilkan return ekonomi dalam bentuk kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi wilayah. Karena pembentukan kabupaten baru dapat meningkatkan stok modal sosial, maka dapat mengatasi penyebab dasar polarisasi sosial sebagaimana ditegaskan oleh Killerby (2001), dan meningkatkan stok kepercayaan dan norma sehingga dapat mengurangi penyebab dasar ketidakmerataan modal sosial sebagaimana ditegaskan oleh Lin (2001). Kerangka hububungan antara peningkatan stok modal sosial sebagai dampak pembentukan kabupaten baru dengan peningkatan kinerja ekonomi, dibangun dengan mengacu kepada Knack dan Keefer (1997) dan Putnam (1993), sedangkan hubungannya
dengan
peningkatan kesejahteraan masyarakat, mengacu kepada Lin (2001), Grootaert dan Bastelaer (2002), serta Grootaert et a1 (1999). Kepercayaan dan norma dapat berpengaruh secara langsung terhadap perbaikan kinerja ekonomi wilayah. Masyarakat yang memiliki saling percaya yang kuat, memiliki insentif yang lebih besar untuk melakukan inovasi dan mengakumulasikan modal fisik dan manusia.
Sedangkan norma dapat
menghalangi kepentingan pribadi yang sempit, dan mengarahkan orang untuk memberikan kontribusi terhadap kepentingan umum dalam berbagai cara (Knack dan Keefer (1997). Sehubungan perbedaan dalam struktur sosial dan posisi
individu di dalam struktur sosial, Putnam (1993) menemukan bahwa wilayah dengan modal sosial yang lebih besar memperlihatkan kinerja ekonomi yang lebih tinggi. Tampaknya konsep mobilisasi modal sosial dapat diterapkan untuk menghubungkan dampak pembentukan kabupaten baru terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat (Lin 2001). Informasi yang tidak sempurna merupakan salah satu penyebab kemiskinan, sehingga meningkatnya partisipasi individu di dalam jaringan sosial dan sikap saling percaya dapat mengurangi biaya informasi, meningkatkan akses terhadap informasi dan sumberdaya, serta mengontrol perilaku menyimpang dari individu (Grootaert dan Bastaeler 2002). Secara empirik, stok modal sosial yang meliputi kepadatan organisasi, heterogenitas keanggotaan, dan partisipasi dalam pengambilan keputusan berkorelasi positif dengan kesejahteraan rumah tangga (Grootaert et a1 1999). Oleh karena itu, diduga wilayah dengan stok modal sosial yang tinggi akan memiliki laju pertumbuhan ekonomi wilayah dan peluang peningkatan kesejahteraan masyarakat yang lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah yang memiliki stok modal sosial yang rendah. Secara skematik, kerangka pemikiran disajikan di dalam Gambar 3.
Gambar 3. Skematik Kerangka Pemikiran
3.2, Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran, maka hipotesis utama penelitian adalah pembentukan kabupaten baru berdampak positif terhadap peningkatan stok modal sosial dan pertumbuhan ekonomi wilayah. 3.3. Metode Penelitian 3.3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian lapangan dilaksanakan di Kecamatan Nubatukan (Kelurahan Lewoleba Tengah dan Lewoleba Timur) dan Kecamatan Ile Ape (Desa Laranwutun dan Desa Petuntawa) Kabupaten Lembata selama enam bulan, yaitu mulai Bulan September 2005 sampai dengan Bulan Maret 2006. 3.3.2. Metode Penarikan Sampel
Sampel penelitian adalah rumahtangga yang dipilih dengan menggunakan teknik penarikan sampel secara bertahap. Tahap pertama adalah penentuan secara sengaja dua desdkelurahan sampel di setiap kecamatan dengan pertimbangan satu desalkelurahan berada di wilayah pusat kecamatan, sedangkan satu desdkelurahan lainnya tidak berada di wilayah pusat kecamatan. Tahap selanjutnya penentuan secara sengaja dua dusun1RW sampel di masing-masing desakelurahan dengan pertimbangan satu dusun/RW dekat dengan pantai dan satu dusunIRW Iainnya jauh dengan pantai, sehingga diperoleh empat dusun dan empat RW. Tahap terakhir penarikan sampel rumahtangga secara acak. Jumlah sampel acak rumahtangga ditentukan dengan kuota 10 rumahtangga untuk tiap-tiap dusun/RW sampel sehingga total rumahtangga sampel adalah 80 rumahtangga. 3.3.3. Jenis d a n Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data primer adalah data cross section modal sosial, diperoleh melalui wawancara terstruktur menggunakan kuisioner dan wawancara mendalam dengan informan kunci. Sedangkan data sekunder adalah data panel meliputi PDRB Atas Dasar Harga Konstan 1993 (ADHK 1993) Kabupaten Flores Timur tahun 1994
sampai dengan 1998, dan PDRB ADHK 1993 Provinsi NTT tahun 1994 sampai dengan 2003, serta PDRB ADHK 1993 Kabupaten Lembata tahun 1998 sampai dengan 2004. Data sekunder diperoleh dari Kantor Bappeda Kabupaten Lembata dan BPS Kabupaten Lembata serta BPS Provinsi NTT. 3.3.4. Metode Analisis Data 3.3.4.1. Analisis Stok Existing Modal Sosial
Analisis modal sosial yang ada pada saat penelitian dilaksanakan (kondisi
existing), dimulai dengan menghitung indeks komposit modal sosial untuk mengetahui stok existing modal sosial dengan menggunakan rumus sebagairnana disajikan di dalam Lampiran 3, dilanjutkan dengan median indeks modal sosial untuk mengetahui perbandingan stok modal sosial antara kedua kecamatan. 3.3.4.2. Analisis Dampak Pembeutukan Pemupukan Modal Sosial
Kabupaten
Baru
terhadap
Analisis diawali dengan uji beda dua proporsi untuk mengetahui dampak pembentukan kabupaten baru terhadap peningkatan stok modal sosial di masingmasing kecamatan. Selanjutnya, analisis korelasi antara peningkatan stok modal sosial dengan peningkatan kesejahteraan rumahtangga, dan regresi model logit (Thomas 1997), dengan menggunakan dua model yang berbeda, yaitu dengan model agregat dan model disagregat dari modal sosial. Model agregat artinya data indeks tunggal modal sosial, sedangkan model disagregat menggunakan data indeks dimensi struktural, dimensi kognitif, dan aksi kolektif. Uji kebaikan model menggunakan chi-sqzrare pada Hosn~erand Len~eshowTest, dilanjutkan dengan uji hipotesis untuk mengetahui pengaruh peningkatan stok modal sosial secara agregat dan disgregat terhadap peningkatan kesejahteraan rumahtangga. Model logit disajikan di dalam Lampiran 4. 3.3.4.3. Analisis Dampak Pembentukan Pertumbuhan Ekonomi Wilayah
Kabupaten
Baru
terhadap
Analisis diawali dengan menghitung rataan pertumbuhan ekonomi wilayah di kedua kecamatan dalam periode sebelum pembentukan kabupaten baru, periode
pembentukan kabupaten baru secara dejztre, dan periode pembentukan kabupaten baru secara defacto. Selanjutnya menghitung dampak pembentukan kabupaten baru terhadap peningkatan laju rataan pertumbuhan ekonomi wilayah, meliputi dampak dejztre, dampak defacto, dan dampak total.
3.3.5. Definisi Operasional a. Modal sosial adalah kekuatan sosial yang terdapat di dalam suatu komunitas rukun warga (RW) atau dusun, tertambat pada struktur sosial mikro, yang telah dimanfaatkan atau telah dinilai sebagai modal oleh individu-individu di dalam sebuah rumahtangga untuk dapat meningkatkan kesejahteraan rumahtangganya sendiri maupun untuk mengatur pemanfaatan sumberdaya yang terdapat di wilayah kecamatannya. b. Dimensi struktural adalah asosiasi lokal dan peranan komunitas di dalam meningkatkan kesejahteraan rumahtangganya dan mengatasi masalah yang dihadapi rumahtangga-rumahtangga yang berada di dalam sebuah komunitas RW atau dusun. c. Dimensi kognitif adalah pengetahuan individu-individu di dalam sebuah rumahtangga mengenai kekuatan sosial yang terdapat di dalam komunitasnya yang dapat dijadikan modal untuk membangun kepercayaan, kerjasama, kesetiakawanan, serta menyelesaikan konflik di dalam komunitas RW atau dusun. d, Aksi kolektif adalah output dari pemanfaatan maupun pengetahuan individuindividu di dalam sebuah rumahtangga mengenai kekuatan-kekuatan sosial. e. Komunitas adalah rukun warga (RW) untuk wilayah perkotaan dan dusun untuk wilayah perdesaaan. Definisi operasional, pengukuran variabel, dan tahap pengolahan data secara lebih rinci disajikan di dalam Lampiran 1.