11.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyaradan Kayu
Menurut Elias (1 988) penyaradan (minor transportation) adalah suatu proses memindahkan kayu bulatllog yang dimulai pada saat kayu diikatkan pada rantai atau tali penyarad di tempat tebangan kemudian disarad ke tempat tujuannya (TPnJlanding, tepi sungai, tepi jalan re1 atau tepi jalan mobil) dan berakhir setelah kayu dilepaskan dari mntai/tali penyamd.
Cara-cara penyaradan yang dikenal
secam umum hiigga saat ini terdiri dari :
1. Pemikulan dan penarikan kayu oleh manusia 2. Penyaradan dengan bantuan daya penarik binatang (sapi, gajah, kuda atau kerbau) 3. Penyamdan dengan gaya berat gmvitasi
4. Penyaradan dengan traktor 5. Penyamdan dengan kabel
6: Penyamdan dengan balon
7. Penyamdan dengan pesawat udam (helikopter). Sistem kuda-kuda merupakan penyaradan dengan penarikan kayu bulat yang menggunakan tenaga manusia. Kayu bulat yang akan disarad diletakkan di atas alat yang terbuat dari kayu yang disebut kuda-kuda, sehingga disebut penyamdan dengan sistem kuda-kuda. Penyamdan dengan sistem kuda-kuda di hutan mwa Indonesia pada umumnya menggunakan short-woodsystem dan long-wood system. Hal ini dapat dimengerti karena penyamdan dengan sistem kuda-kuda merupakan
penyaradan yang termasuk sistem manual yang hanya menggunakan tenaga otot manusia untuk menarik kayu ke luar dari dalam hutan.
Sehingga pekerjaan
penyaradan ini rnerupakan pekerjaan yang sangat berat. Pada umumnya hanya orang-orang tertentu saja yang mampu menge rjakan pekerjaan tersebut dengan baik, misalnya para penyarad kayu di hutan rawa yang berasal dari daerah Kalimantan Barat (Elias, 1998). Kagiatan penyaradan di hutan rawa tropika Indonesia terdiri dari tiga tahap, yaitu :membuat betau, membuat jalan sarad dan menyarad kayu. Betau merupakan tempat pengumpulan kayu yang telah disarad yang terletak dekat jalan re1 berukuran 15 x 3.5 meter. Betau terdiri dari susunan kayu bulat berdiameter 15-20 cm yang disusun rnelintang dan membujur menyempai anak tangga. Jumlah betau dalam 1 petak tebang (100 ha) sebanyak 8 - 12 buah tergantung potensi kayu. Kayu di betau disusun rapi untuk memudahkan kegiatan pengukuran dan penomoran serta pernuatan kayu ke atas Ion untuk pengangkutan jarak jauh dengan loko traksi. Secara umum siklus k e j a penyaradan dengan sistem kuda-kuda terdiri dari beberapa elemen kerja, yaitu berjalan menuju kayu yang akan disarad, memuat, menyarad, membongkar dan menyusun atau menumpuk kayu di betau (Elias, 1998). Letoumeau (1 975) menyatakan bahwa penyaradan di hutan rawa dilakukan dengan alat yang disebut kuda-kuda. Kayu dimuat ke atas kuda-kuda kemudian di dorong dan ditarik di atas jalan sarad yang terbuat dari cabang-cabang kayu melintang terhadap arah penyaradan. Keuntungan penyaradan dengan sistem kudakuda adalah :
-
Padat karya sehingga banyak menyerap tenaga kej a
-
Biaya relatif lebih murah jika dibandingkan dengan cara penyaradan lainnya
-
lnvestasi awal rendah
-
Sederhana dan tidak memerlukan tenaga terlatih
-
Tidak peka terhadap perubahan cuaca
- Pengawasan minimal Sedangkan kelemahan penyaradan dengan sistem kuda-kuda adalah :
- Tenaga kerja yang mau beke j a di hutan rawa sulit untuk didapat
-
Produktivitas rendah karena dilakukan secara manual
-
Produktivitas tidak teratur karenadipengaruhi oleh kecenderungan peke j a untuk berpindah-pindah.
-
Kondisi tegakan tinggal yang rusak akibat penggunaan pohon dengan diameter kecil untuk pembuatan jalan rel.
B. Ergonorni
Ergonomi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata ergos yang berarti kej a dan nomos yang berarti aturan (Morgan, 1989). Menurut Staaf dan Wiksten (1984) ergonomi adalah ilmu tentang cara k e j a dan cara pengukuran produktivitas keja. Sedangkan menurut Suma'mur( 1967) ergonomi mempakan penerapan ilmuilmu biologis tentang manusia bersama-sama dengan ilmu teknik dan teknologi untuk mencapai penyesuaian satu sama lainnya secara optimal antara manusia dan peke jaannya, dengan tolok ukur kenyamanan dan efisiensi kerja.
Ergonomi dapat membantu dalam mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan keseimbangan beban k e j a dan pengamh-pengamh yang timbul akibat melakukan aktivitas k e j a tertentu.
Tujuan utamanya adalah untuk menjamin
keamanan dan kenyamanan k e j a yang berarti pula meningkatkan produktivitas kej a (Suma'mur, 1989). Menurut Suma'mur (1989), tujuan yang hendak dicapai dengan ergonomi meliputi empat hal, yaitu : a. Efisiensi keja, merupakan usaha untuk menciptakan hubungan kej a sedemikian rupa sehingga tercapai keadaan tepat guna, yaitu diperoleh hasil k e j a yang maksimal dengan tenaga seminimal mun&m. b. Kesehatan keja, artinya hubungan tersebut dirancang untuk mencegah kemungkinan tejadinya penyakit akibat ke ja. c. Keseiamatan keja, mempakan perencanaan hubungan k e j a yang sedemikian rupa sehingga terjamin suatu sistem pengamanan terhadap kemungkinan tejadinya kecelakaan keja d. Kenyamanan keja, merupakan usaha untuk menciptakan hubungan k e j a antara manusia dengan lingkungan kejanya agar diperoleh kenyamanan bagi peke ja, termasuk di dalamnya terhindamya kelelahan.
C. Tenaga Manusia
Kemampuan maksimal seseorang dalam melakukan pekejaan tergantung pada konsumsi makanan sehari-hari akan gizi, keadaan gizi dan fisik orang tersebut (Mc. Ardle, 1991).
Kebutuhan tenaga atau energi sehari yang diperlukan oleh seorang laki-laki berumur antara 20 - 39 tahun adalah 2299.9 kalori per hari untuk melakukan pekerjaan ringan dan 2530.0 kalori per hari untuk melakukan pekejaan sedang. Untuk laki-laki berumur antara 40 - 59 tahun, kebutuhan energi untuk melakukan pekerjaan ringan dan sedang masing-masing adalah 2245.5 dan 2470.0 kalori per hari (Singleton, 1972). Disamping jenis aktivitas, kebutuhan energi seseorang juga dipengaruhi oleh umur, berat badan, iklim dan bentuk kegiatan yang berhubungan dengan kebudayaan. Pada dasamya pengeluaran energi seseorang dapat dibedakan dalam dua segi, peitama pengeluaran tenaga total tubuh atau Iaju metabolisme, dan yang kedua adalah pengeluaran tenaga mekanis.
Tenaga mekanis ini bempa tenaga yang
dikeluarkan otot untuk melakukan k e j a fisik. Besamya kapasitas tenaga mekanis yang dapat dikeluarkan seseorang dalam melakukan suatu aktivitas kerja tergantung dari lamanya melakukan keja, usia, jenis kelamin dan ukuran tubuh.
Semakin
berat suatu beban k e j a maka semakin tinggi energi yang dibutuhkan, akan mengakibatkan pernapasan sem&in cepat dalam rangka memenuhi kebutuhan oksigen yang semakin meningkat (Singleton,
1972) dan Pancel (1993)
menggolongkan tingkat pekejaan manusia berdasarkan kebutuhan tenaga dan oksigen seperti pada tabel berikut :
Tabel 1. Hubungan Antara Tingkat Beban Kerja dengan Pengeluaran Energi
Sumber :American Industrial Hygiene Association C.1. Pengukuran Tenaga Manusia Laju metabolisme berhubungan langsung dengan besamya tenaga yang dikeluarkan sehingga pengeluaran tenaga dapat dihitung dengan dasar prinsip metabolisme. Pengukuran dapat dihitung berdasarkan parameterparameter yang menunjukkan laju metabolisme antara lain :konsumsi oksigen pemafasan, jumlah COz pemafasan, denyut jantung, suhu tubuh dan kadangkadang dapat didekati dengan ritme pemafasan (Herodian, dkk, 1991). Menurut Passmore dan Robson (dalam Mc. Cormick, 1970) ada dua rnetode pengukuran tenaga rnanusia, yaitu metode langsung dan tidak langsung. Prinsip yang digunakan pada metode langsung berdasarkan atas kesetaraan antara panas dengan energi (Prinsip Kalorimeter). Pada metode ini pengukuran dilakukan di sebuah ruangan yang dilengkapi dengan fasilitas k e j a dan peralatan tertentu. Ruangan ini memungkinkan untuk mengukur panas yang dikeluarkan rnanusia selarna penelitian. Panas yang dikeluarkan diserap oleh air yang bersirkulasi dalam pipa-pipa di sekeliling ruangan tersebut. Total panas, konsumsi O2 dan COz yang dihasilkan dapat diukur
dengan cermat dan dikonversi menjadi energi yang dibutuhkan saat melakukan kerja di dalam ruangan tersebut. Metode pengukuran langsung ini umumnya hanya digunakan di laboratorium. Metode tidak langsung digunakan untuk pengukuran berbagai aktivitas di lapangan, dimana metode langsung tidak dapat digunakan. Dalam ha1 ini energi yang dibutuhkan diduga dari jumlah konsumsi oksigen yang dibutuhkan dalam melakukan kerja pada kondisi aerobik. Pengukuran dapat dilakukan langsung dengan menghitung jumlah konsumsi oksigen untuk sample pekerjaan selama beberapa waktu, yaitu dengan pengukuran
0 2
dan
C 0 2 hasil pernapasan, dengan pengukuran denyut jantung atau dengan pengukuran suhu tubuh. Mc. Cormick (1970) menyatakan bahwa beban kerja fisik yang dilakukan seseorang dapat diukur berdasarkan tiga variabel, yaitu banyaknya Oz yang dikonsumsi tubuh pada kondisi aerob, denyut jantung dan suhu tubuh. Cam termudah untuk melakukan pengukuran beban kerja fisik adalah melalui pengukuran denyut jantung. Dalam berbagai kej a yang dilakukan, denyut jantung meningkat sesuai dengan meningkatny:: beban kerja (Astrand dan Rodahl, 1971). Pengukuran denyut jantung cukup mudah dan tepat, sehingga cocok untuk pengukuran kegiatan di lapangan (Hayashi, Moriizumi dan Jin, 1977). Peralatan yang digunakan pada metode tidak langsung adalah Heart
Rate Monitor dan peralatan pendukung lainnya. Untuk mengkonversi denyut
jantung menjadi oksigen dihitung dengan menggunakan rumus berikut (Tarwotjo dkk, 1976) :
Y dimana : Y X
= =
=
-0.6510 + 0.0138 x
laju konsumsi oksigen (literlmenit) puisa denyut jantung yang temkur (pulsafrnenit)
Untuk mengkonversi dari oksigen ke energi (tenaga) adaiah dengan mengalikan laju konsumsi oksigen dengan W a r konversi, dengan asumsi nilai RQ berbandingan kadar C02 dengan
02
sisa pemafasan) 0.76.
Sehingga faktor konversi yang dipakai adalah 4.75 kkallliter 02.Nilai RQ yang dipakai 0.71
-
0.80 (berdasarkan campuran makanan yang dikonsumsi
rata-rata orang Indonesia). Denyut jantung mempunyai korelasi yang tinggi dengan penggunaan energi (konsumsi oksigen), tetapi denyut jantung tidak hanya dipengaruhi oleh beban kerja fisik saja, melainkan dipengaruhi pula oleh beban kerja mental.
Karena ha1 ini, maka banyak peneliti menganggap bahwa
pengukuran denyut jantung bukanlah metode yang tepat untuk menentukan beban kerja fisik. (Herodian, 1997). Hal ini menunjukkan bahwa untuk mengetahui beban kerja dengan pengukuran denyut jantung membutuhkan suatu kalibrasi. Salah satu metode yang dapat dipergunakan untuk kalibrasi denyut jant~mgadalah dengan mempergunakan metode step test. Step test memiliki komponen pengukuran yang mudah, selalu tersedia di mana saja dan kapan saja (Herodian, 1997). Metode ini dapat mengusahakan selang yang pasti
dari beban k e j a dengan mengubah tinggi ataupun intensitas langkah. Menumt Hayashi, Morizumi dan Jin (1997), denyut jantung sebanding dengan konsumsi oksigen.
Beban k e j a dapat diketahui dengan
mengkalibrasi kurva antara denyut jantung dan beban kej a yang ditetapkan sebelum melakukan kerja Dengan demikian metode ini dapat menganalisa ketidakstabilan denyut jantung seseorang. Faktor-faktor individual seperti umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan hams diperhatikan untuk menentukan karakteristik orang atau individu yang diukur. Semakin banyak objek yang dianalisa akan semakin baik hasil yang diperoleh. Setiap objek yang akan diukur denyut jantungnya pada saat bekeja, hams dikalibrasi terlebih dahulu yaitu dengan cara menaiki atau menuruni kotak kayu dengan frekwensi ulangan yang berbeda.
D. Faal Kerja Faal k e j a merupakan bagian ilmu yang mempelajari anatomi atau mekanisme kej a tubuh manusia. Bekej a secara faal dapat diartikan sebagai suatu kejasama dalam koordinasi yang sebaik-baiknya dari alat indra, otak, dan susunan syaraf pusat dan perifer serta otot. Selain itu jantung, paru-paru dan hati serta organ tubuh lainnya juga tumt berperan pada saat tubuh melakukan kerja, sebab otot-otot yang sedang bekerja memerlukan suplai makanan dan oksigen yang dihasilkan melalui metabolisme tubuh (Suma'mur, 1976). Makin berat kerja yang dilakukan oleh otot, semakin besar pula energi yang dibutuhkan.
Keadaan tersebut menyebabkan konsumsi oksigen pada udara
pemafasan dapat digunakan sebagai indikator besarnya beban kerja yang dilakukan oleh tubuh. Disamping itu, kecepatan denyut jantung dan peningkatan suhu tubuh dapat juga dijadikan parameter tingkat beban kerja sebab jantung merupakan pompa yang mengalirkan darah sebagai pembawa sari makanan,
02
dan CO2 pada proses
metabolisme (Suma'mur, 1976).
E. Kelelahan dan Periode Istirahat
Kelelahan adalah peristiwa penurunan efisiensi dan berkurangnya kekuatan bertahan.
Secara umum kelelahan dapat dibagai menjadi dua bagian, yaitu :
kelelahan psikologi dan kelelahan fisiologi (Singleton, 1972). Kelelahan fisiologi berhubungan dengan kebutuhan energi otot dan pembuangan sisa metabolisme.
Kelelahan psikologi menyebabkan penurunan
kemampuan yang dicirikan oleh penurunan hasil keja, kecepatan k e j a dan adanya peningkatan kesalahan. Terdapat beberapa tipe kelelahan bukan ototi (Sastrowinoto, 1985) :
a.
Lelah disebabkan oleh ketegangan pada organ visual (lelah visual)
b.
Lelah karena ketegangan fisik di semua organ (lelah fisik umum)
c.
Lelah disebabkan oleh kerja mental (lelah mental)
d. Lelah k a n a tegangan lewat satu sisi dari fungsi psikometer (lelah syaraf) e.
Lelah dikarenakan kerja yang monoton atau lingkungan yang menjemukan
f.
Lelah karena sejumlah faktor yang terus-menerus membuat lelah (lelah kronis).
Lamanya periode istirahat tergantung pada lamanya melakukan k e j a atau tingkat laju metabolisme. Lamanya waktu istirahat 1 waktu pemulihan dihitung dengan menggunakan mmus dari Mc. Cormick (1970) sebagai berikut :
T x (K- S) R
=
K - 1.5 dimana : R T K S
= = = =
lamanya waktu istilahat (menit) lamanya melakukan kerja (menit) mta-rata pengeluaran tenaga tubuh (kkallmenit) tetapan yang besamya 3, 4, 5 atau 6 (kkawmenit) biasanya dipakai 4 kkallmenit Menurut Suma'mur (1967), lamanya waktu istirahat tergantung dari
lamanya melakukan k e j a dan waktu kerja (pagi, siang, sore) dan besarnya beban keja. Pada beban k e j a yang berat, semakin sering waktu istirahat dengan waktu yang singkat semakin baik dibandingkan dengan kej a terusmenerus dan istirahat dengan waktu yang panjang. Lamanya waktu istirahat dapat dihitung dengan rumus :
dimana :tp = waktu istirahat (menit) M = pengeluamn tenaga tubuh (kkallmenit) Tb = lama k e j a (menit) Dengan rumus ini, pengeluaran tenaga sebesar 4.2 kkallmenit tidak memerlukan waktu pemulihan.