TINJAUAN PUSTAKA DAN KERAmKA PMIKIRAN
11, Pada
umumnya,
studi-studi
tentang gerak penduduk
di
IndonLesia menekankan pada gerak penduduk permanen, yakni migrasi
antar
propinsi,
transmigrasi.
migrasi desa-kota,
Beberapa di
antara studi tersebut
sebeluh tahun 1970, antara lain (
1955 1, Utomo
McNicoll
(
(
urbanisasi
1957 1, Cunningham
oleh .(
dan
dilakukan
Pelzer (1945), Heeren
1958 1, Wertheim
(
1958) dan
1968).
Studi gerak penduduk yang bersifat sementara mulai
ada
f
di
Indonesia sesudah tahun 1970-an dan hampir semuanya ber-
lokasi di Jawa. sementara di dan
Sampai
sekarang, penelitian gerak penduduk
Sulawesi Selatan, kalaupun ada, sangat
belum banyak dikenal, antara lain
Forbes (1978, 1979).
Jenis
yang dilakukan
langka oleh
gerak penduduk ini belum banyak
mendapat perhatian para peneliti, baik oleh penellti-peneliti Indonesia maupun peneliti-peneliti asing. rut beberapa
Padahal, menu-
studi gerak penduduk yang dilaksanakan di Jawa
(Koentjaraningrat,
1975;
Hugo,
1975, 1978a; Hantra, 1978;
Rusli, 1978; Effendi, 1986), bentuk gerak penduduk sementara lebih banyak terjadi dibandingkan dengan bentuk gerak penduduk permanen. Urgensi
penelitian gerak
penduduk
sementara
ini terletak pada kemungkinan ditemukannya berbagai implikasi
kebijakan yang berguna bagi p d b a n g u n a n regional dan pe-
desaan
.
Oleh permanen
karena
studi
ini mencakup baik
maupun sementara, maka
gerak
sumber-sumber
yang ditelaah di sini mencakup pula keduanya.
penduduk
kepustakaan
1.
Konsep Gerak Penduduk dalarm Beberapa Penelitfan Salah satu masalah dalam penelitian gerak penduduk adatidak adanya suatu batasan yang baku tentang gerak pen-
lah
duduk dan Jenis-Jenisnya. dalam
Batasan-batasan yang konvensional
banyak kasus senantiasa
ruan-g.
melibatkan dimensi waktu dan
xT'
nigrasi, misalnya, selalu melibatkan pengertian per-
plndahan penduduk dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Dimensi ruang ini dapat berupa unit-unit administrasi dukuh, desa, kabupaten, kota atau grafis, yaitu
daerah
propinsi; ataukah unit-unit geo-
pegunungan-dataran, pedalaman-pantai; Adapun menurut dimensi waktu,
atau berdasarkan blok sensus.
periode gerak perpindahan penduduk beragam pula,
dari hanya
beberapa Jam sampai puluhan tahun (U. N.,
Nampaknya,
penggunaan dimensi waktu ini dalam penduduk
1970).
menetapkan batasan gerak
dapat lebih membingungkan daripada dimensi
ruang.
Masing-masing penulis menggunakan selang waktu yang berbedabeda, sesuai dengan kepentingan dan tujuan penulisannya. Pada
Tabel
2.1 disajikan
beberapa
hasil
penelitian
gerak penduduk di dunia ke-tiga dengan selang waktu dan unit keruangan Prothero
(spatial
undt)
dan Chapman, 1985).
yang
digunakan
Pada
tabel
(dikutip tersebut
dari
nampak
bahwa untuk komutasi menggunakan selang waktu lima atau enam Jam
sampai lima bulan.
.
Sirkulasi atau
osllasi dalam
arti
gerak secara teratur (rutin) menggunakan variasi selang waktu
dari tiap hari sampai
sirkular, variasi
kurang dari tiga
waktunya dari
bulan.
nigrasi
satu hari sampai 14 tahun.
Adapun migrasi atau pindah, variasi
waktunya
bergerak dari
Tabel 2.1.
Indmesia, 1973 Due% .hR d (m11w
Waktu dan Bentuk-bentuk Cerak Penduduk di Dunia Ke-tiga
Perjalam tmhr (rutin) ke den deri tenpat-3 8bJ 8ekllah ( t i W psrlu setlap M i ]
Indamia, l97!5-1%'0 Mninggalkan CWI Rlclh:JersT~~@ cselara8-24@ (-I 19ell
-
v me- Tiephsi sapai st+ Termems k T 0 ninggellcan desa sa- ninggalkm dees ag k m p b q y a 0 krlm pal 0 bula bulrn
-
ke lwrsdw PerpirWm tsp& 8 ja sapai S d W rangkrrcangyel b tinggal selivlerrpllu- mphrmm8 1 bri, totapi kabali mgya 1 tehun hm dalaWl(uwg 1 Ger&
m .
Lglayeia, 1 m SecaretgtrtU'~~ Dm: klanten Utm ningplkan Qse, te (ml19811 ttpi -11 seJw-
-
-m
keli ti@ mingy
VmmJ,1918-1910 Pullu Tagm 1-4 Irnl
-
Tewrenerus P- T e r m m m me- Tiep mingg sapei 1 ninggallran dasa sac ninggallcan desa e pai 12 Man di sa12 tdw ping ktq renjadi bulm, -1 bise mggota naMglgge H l i leg1 ke Qsa di d m
Perpi sacam teratar Pggi uttrk llskhr I (rutin) urhW rakb -kes I heri senpel lmng tulm, tatrpi dmgm deri 1 bulm rdtaduntrlrlcabali
ma
bak Tiap h a i rutin swtape @la rakaud un- pai n i m i 'perretrk lcaball, wap1 nen' heyavlltkvs)ng
m
m, 1m1-19n mita6,aeeo 1-(
-
1m1
Liberia, lW0 hUillba
(SMITH, 1!477l
(@R@ls Cimlatim'). Neniqgallcan dese sepai 24 jm
m-31 flagmg, abiStm6i
(Vwllhlla, Wg'atim8). Yeniftaelkan k a n i w sagei 3 tulrn e$u kmg
-
(@8al Rsaanmt Wgmtlm' &I tebp keball). pgpi U)trk bebmqm tulm
hem pasti mglk beh bqmt tinqgsl, tid& -1 keuE 11 UIUImJmgm
Kmg deri 3 bulm sapel a m pest i llmgm t+ tinggal
Heningqlka desa Ilengubjl tapat ting- Tiap k i s ~ vrWc rPkhr 6dQJ- p e l a e c e r e p m m m m # d l ~ t i n g mH h 'mYa 24 p a l m peranen ja fhtl& lebih dari I tdm, Sbbh. 24 ja I tulm Lmgten : I t u l m ltehun
-
< Bersambung
i
16
Tabel 2.1
b i t , 1971 Oess:h (NJWJI, 19151
Ti$, hart afa~ln~gal-
-
Ican desa untuk beIcerja ata~pendidik
.
( Sambungan
I l e n i ~ l k a n d a s a ~m- t c r p a t t i w 5 - 6 3 8 1 24 gel se~ere-, tahn dongn ndW rdrsiu40ta)m Icebal i
cIu-l ja
m
-
8-1
W
stlWbw.24jalwln
Lms-tenr: ' W Imn
-
P$ut )Br W i m 1PCl~
Dm: $mlm i l k si uE# Irelad
Wak hwlan s e m I(lrbalj sstalah p e Tepat tlnggil dl lu- T i m abe slang rutin UIU rioQ pggi deri & w dess s l a a arc w e k t u p g #uars @ t !n i s a
(nus, frml
-
Theilenb, 1976-lPn 8 Jim 5 hrlan p e ~ l h : Rqlinsi Chi- gi tiap b i / t i a p ang n i n q ~ ~ lbe&+ w (81WWRA dm a, aekolh, m i EMRD, 1981 J u r i m vrhk bdwja, blsnls kgibat
-
Weninggt3lknn dm i ningp m i 14 te MI totapt tetrp rebl8yai tvahmgge di desa dm SE& ra -1% balm
hbdes
Sumber:
~~i
mp
bih tepat ti-1
&@i rlye 1 mingy sapel aperpindahen utlaka (tot81 disgl-] relalul pdmlnan, m i
P r o t h e r o , R . M a n s e l l dan Chapman, Murray. 1985. C i r c u l a t i a n in T h i r d U o r l d C o u n t r i e s . R o u t l e d g e & Kegan P a u l , London. p . 89.
satu
minggu
sampai terjadinya
Damikian beragamnya
selang
perpindahan
waktu yang
yang
menetap.
digunakan, sehingea
sulit untuk menciptakan batasan yang baku bagi masing-masing bentuk gerak penduduk tersebut yang bebas dari dimensi waktu tumpang-tindih.
yang saling "pemanen"
Oleh karena itu, batas
dan "sementara" dalam studi-studi gerak penduduk
senantiasa menjadi bahan perdebatan yang menarik. Prothero (1975)menyarankan tidaknya
antara
suatv
Could dan
agar batas antara permanen
gerak perpindahan penduduk ditentukan
dan oleh
I
hasrat atav keinginan yang bersangkutan.
Apabila ada hasrat
khusys dari masing-masing orang sebelum meninggalkan asal, misalnya lah
pindah
tempat
sementara, maka perpindahan itu ada-
sirkulasi, bukan migrasi.
Sebaliknya, Coldstein (1980)
menganggap bahna hasrat atau keinginan dapat diJadikan dasar yang
sangat berbahaya uatuk membedakan antara
bentuk-bentuk
gerak
migrasi
penduduk lainnya, setidak-tidaknya
dan di
Asia Tenggara. Tidak ada jaminan, bahna perpindahan yang dulunya dimaksudkan menjadi menetap. la
hanya untuk sementara, pada Sebaliknya, banyak
kenyataannya
perpindahan yang semu-
direncanakan sebagai perpindahan menetap berubah menjadi
sementara karena kecewa tujuannya tidak tercapai. Henurut
Goldstein ( 1 9 8 0 ) ,
tidak
adanya kriteria
baku tersebut tidak meniadakan pentingnya memberikan
yang perha-
tian kepada semua bentuk perpindahan yang tidak tercakup dalam jenis-jenis pertanyaan sensus atau statistik registrasi. Pengetahuan tentang gerak penduduk sementara, khususnya sirkulasi dan komutasi, perlu
dikembangkan terus.
Apalagi su-
dah semakin banyak bukti, bahwa gerak penduduk sementara ini
semakin lazim terjadi, bukan hanya di negara-negara yang lebih maJu, tetapi di
negara-negara yang kurang maju pun
ge-
jala ini semakin menonjol (Liu dan Speare, 1973; Hugo, 1975, 1978a; Mantra, 1978
).
Dalam studi ini, dimensi ruang dan waktu digunakan juga untuk menetapkan batasan gerak penduduk permanen dan tara.
Untuk dimensi ruang, digunakan
semen-
batas desa tempat ke-
lahiran; sedangkan untuk dimensi waktu digunakan batas 1 hari sampai 1 tahun untuk gerak sementara (komutasi:
maksimum
I
1 hari, dan
sirkulasi: maksimum 1 tahun).
Namun
demikian,
hasrat atau keinginan sebelum perpindahan tetap diperhitungkan.
Seseorang
golongkan
yang menyatakan **pfndah permanen" tetap di-
*'plndah seroentara" kalau jangka waktunya
dari 1 tahun.
Sebaliknya, seseorang
yang
kurang
menyatakan **pin-
dah sewentara" tetapi jangka.waktu perpindahannya sudah lebihi 1 tahun, apalagi kalau
me-
sudah beberapa tahun atau pu-
luhan tahun, digolongkan "pindah
permanen".
Hal ini dimak-
sudkan untuk menghindari kelemahan-kelemahan penggunaan pernyataan
"hasrat berpfndah" sebagaimana yang diuraikan
Goldstein (1980) di depan. rak
penduduk
pada Bab I I I
2.
Batasan tentang jenis-jenis
yang digunakan dalam studi ini dapat ( "Metodologi"
oleh ge-
dilihat
).
Gerak Penduduk dan Pembangunan Suatu persoalan bary yang cukup meluas tetapi b e l w ba-
nyak
adalah
dikaji
di Indonesia, khususnya
kaitan antara keglatan-kegiatan
di Sulawesi pembangunan
Selatan, dengan
gerak penduduk.
Namun, beberapa
studi di negara-negara du-
nia ke-tiga lainnya, dan dl Jawa
khususnya, dapat dijadikan
sebagai sumber acuan dalam penyusunan kerangka pemikiran bagi studi gerak penduduk dan pembangunan regional dan pedesaan di Sulawesi Selatan. Dalam pembangunan gap
pertanian, beberapa penulis mengang-
bahwa modernisasi pertanian membawa akibat berkurangnya
permintaan akan tenaga kerja di hingga
menimbulkan gerak
bidang pertanian sawah, se-
penduduk keluar.
Betulkah
demi-
I
Visaria (di dalam Simmons et al.,
kian ? bahwa
apabila
1977) menjelaskan,
pengaruh penggantian buruh oleh adanya
per-
ubahan teknik melebihi pengaruh penciptaan kesempatan kerja, maka migrasi pasti akan terjadi.
Lebih jauh dikatakan, bah-
wa gerak penduduk amat tergantung pada status pemilikan nah.
ta-
Inovasi pertanian menjadi insentif tambahan bagi pami-
lik tanah untuk tetap
tinggal di desa.
Akan tetapi, bagai-
mana
dengan buruh-buruh tani yang pekerjaannya diambil alih
oleh
mesin-mesin yang
petani-petani
sesudah
Visaria percaya, bahwa petani-petani tak
di India telah melakukan gerak "Revolusi Hijau".
dl Philiplna, dengan
penduduk
internal
Castillo (1972) mencatat, bahwa
pengecualian epada varietas padi dengan
hasil panen tinggi, inovasi pertanian mempengaruhi
dengan
penyewa yang hubungan penyewaannya diputuskan
oleh pemiliknya ? bertanah
lebih efisien; dan bagaimana
tidak cukup ekstensif
partisipasi angkatan kerja.
Daerah-daerah de-
ngan "rasio buruh/tanahW* yang sesuai dengan yang diperlukan, burvh tani dibayar
dengan upah yang
lebih tinggi, sehingga
meningkatkan ekonomi bagi kebanyakan buruh setempat (Simmons
et al.,
1977 1.
Barraclough
dan
Domike
(
1966) menyatakan,
bahwa pada suatu "hacienda" seluas 15.000 ha di Equador yang dimiliki oleh orang Swedia, setengah dari telah
dikirim keluar
penduduk setempat
ketika pertanian tersebut diubah men-
jadi salah satu pertanian yang paling efisien di negeri tersebut (Simmons et a1 bahwa
., 1977
meningkatkan
).
Betapa pun
teori mengatakan,
teknologi pertanian dapat
meningkatkan
pula migrasi k e luar, namun tidak sepenuhnya dapat diterima. 1
Beberapa peneliti dari Amerika Latin menunjukkan, dernisasi
bahwa moo
pertanian dapat mempunyai pengaruh yang berlawan-
an.
D e Filippo (1974), misalnya, menganggap bahwa pemupukan
dan
irigasi menjadikan tanah-tanah marginal yang ada
alami la.
meng-
pengolahan yang memerlukan pekerja yang meningkat puDemikian pula
Punjab,
Sinha (1973) menyatakan, bahwa di daerah
India, modernisasi pertanian dapat menimbulkan per-
mintaan tenaga kerja pedesaan yang lebih meningkat
et al.,
(Simmons
1977).
Dari
beberapa studi
di Indonesia, khususnya di
Jawa,
dapat pula diketahui pengaruh modernisasi pertanian terhadap gerak penduduk. (
1974, 1982 )
McGee
(
Beberapa
, Birowo
1982),
Rusli
(
penulis, misalnya
1974 1, Sinaga (
19821,
(
Mantra
Collier et al.
1977 ), Nurmanaf (
dan
1981 ),
(
1980 1,
Bandiono
(19821, menganggap bahwa modernisasi pertanian di Jawa telah merangsang
gerak penduduk ke luar desa, terutama bagi peta-
ni-petani gurem dan petani-petani tak bertanah.
Mereka per-
caya, bahwa modernisasi pertanian telah mengakibatkan polarisas1
atau
konsentragi
pemilikan
tanah
pertanian
pada
petani-petani kaya.
Di samping itu,
modernisasi
pertanian
mempengaruhi pula kegiatan-kegiatan pertanian
lainnya,
salnya
mengakibatkan
sistem tebasan dalam musim panen
perubahan
dan
mi-
pola hubungan antara petani kaya dan petani gurem
dan petani tak bertanah. ^Menurut Mantra (19811, inovasi-inovasi di sektor pertanian
secara konsekuen telah mengurangi kesempatan bagi
tani-petani
pe-
tak bertanah dan petani-petani gurem untuk
kerja sebagai petani bagi hasil
selama musim panen.
be-
Sistem
tebasan
yang mengontrakkan pemanedan padi kepada orang luar
menjadi
meluas
di Jawa dan penggunaan buruh
wanita
dalam
penggilingan padi telah berkurang karena mekanisasi. Henurut penduduk
Collier et 81.
dari
30 persen
pedesaan di Jawa sangat tergantung pada
pekerjaan
sebagal buruh tani.
kini terancam kehi-
Mereka itulah yang
langan kesempatan kerja sistem tebasan
(19741, lebih
pada musim panen, dengan
yang baru (Collier et sl.,
19741.
munculnya Bukan ha-
nya tebasan yang berpengaruh terhadap kesempatan kerja, juga akibat
penggantian
yang labih besar. yang
bekerja
ani-ani dengan sabit Menurut
untuk
perkiraan
membawa
pengaruh
mereka, jumlah
panen dengan alat
sabit
orang
ternyata
56
persen lebih kecil daripada jumlah orang yang bekerja dengan menggunakan ani-ani di desa yang pertama dan 43 persen lebih kecil
di
rata-rata
desa
82
Pada
kedua
179 orang dan 143 orang dari
telah bekerja yang
yang ke-dua.
untuk
panen
dengan
desa
tersebut,
masing-masing
alat ant-anlt aedangkan
bekerJa denean aabit m a r l n p m a r i n g hanya 78 oran6 orans.
desa
Dalam kedua kesenpatan i t u ,
den
para panabas Gelah
melakukan panen.
pembatasan
jumlah o r a n g yang
Lebih p e n t i n g l a g i , masalah pembatasan
tong padi i n i i a l a h ,
bahwa
jumlah
buruh
panen.
J i k a mereka
besar
tani
lagi
Nampaknya,
j u m l a h penduduk d e s a (
manfaat
dari
musim
o r a n g y a n g sama, rnaka
menggunakan
kesempatan
j u m l a h pemo-
yang b e r a r t i makin membatasi
yang b i s a menarik
memperoleh k e s e m p a t a n k e r j a
dalam
p e n e b a s menggunakan o r a n g - o r a n g
y a n g sama p a d a s e t i a p p a n e n a n ,
bih
serta
ikut
yang
C o l l i e r et a1
tidak
le-
mungkin
., 1 9 7 4 1.
k e r j a d i pedesaan semakin berkuI
rang, terutama pertanian.
b a g i golongan buruh perhitungan
Hasil
yang b e k e r j a b i
Sinaga .(I9771
bidang
menunjukkan,
bahwa d i Desa T u k d a n a , I n d r a m a y u , s e b u a h t r a k t o r b i s a membebaskan 2 210 h a r i o r a n g k e r j a ( H O K ) p e r t a h u n .
Adapun c o n t o h
l a i n yang menunjukkan pengurangan kesempatan k e r j a , m i s a l n y a
huller
y a n g m e n g g a n t i k a n t e n a g a penumbuk p a d i ,
sistem
nyiang
p a d i yang t a d i n y a hanya mencabut rumput
saja
diganti
dengan
alat landak,
g a n t i dengan a r i t Menurut
(
Nurmanaf,
Birowo
me-
telah
cara p a n e n d e n g a n a n i - a n 1 d i 1 9 8 0 1.
(19741, p a d a
umwnnya penanaman
unggul meningkatkan penggunaan t e n a g a k e r j a .
bibit
P e t a n i yang lu-
a s u s a h a t a n i n y a t e r g o l o n g s e d a n g d i S u l a w e s i S e l a t a n d a n Sumatera Utara J e l a s m e n u n j u k k a n , bahwa p a d i u n g g u l memerlukan lebih
banyak t e n a g a d a r i p a d a p a d i l o k a l .
n i h u n g g u l PB5, C 4 dalam
dan l a i n - l a i n n y a ,
cara panen, yang
Dengan a d a n y a be-
t e r j a d i p u l a perubahan
m e n u r u t pengamatan d i b e b e r a p a d e s a
telah menyebabkan pengurangan kesempatan kerja dan menimbulkan
ketegangan-ketegangan
sosial.
Juga, penggunaan huller
yang semakin meluas telah melepaskan banyak tenaga kerja daerah pedesaan .Sebagai
( Birowo,
1974 )
di
.
akibat adanya modernisasi pertanian
tersebut,
kesempatan kerja dapat bertambah atau berkurang dan keaejahpetani-petani gurem dan tunakisma relatif tetap, se-
teraan baliknya
petani-petani kaya
semakin kaya.
Akibatnya,
ke-
senjangan antara kedua kelompok sosdal-ekonomi itv tetap besar.
Hal
ini
telah mendorong petani gurem dan
untuk mencari kesempatan bertentangan dengan daan
upah
kerja di luar desa.
hipotesis
tunakisma
Kenyataan ini
Todaro (19781, bahwa perbe-
di kota dan di desa sebagai
salah
satu
faktor
penyebab migrasi dapat diperkecil melalui pembangunan pertanian dan pembangunan pedesaan terpadu. Beberapa penulis lainnya, misalnya Booth (1977); Geertz 1984 ) ;
Budiono
anggapan
bahwa
(
pergeserrn
(
1982 ) ;
naurer
(
1984 1 ; Husken
modernisasi pertanian
tidak
(
1984 1, ber-
mengakibatkan
tenaga kerJa (labor displrcfng) seperti yang te-
1ah dikemukakan oleh beberapa penulis yang telah disebutkan. Akan tetapi, pembangunan pertanian itu berhasil meningkatkan
.
pendapatan petanl di daerah pedesaan, sehingga mempunyai peluang
yang
lebih besar untuk pergi ke kota
tambahan pendapatan. hubungan tingkat
akibat gerak
Apalagi dengan
pembangunan
penduduk
Leinbach, 1983).
mencari
semakin lancarnya per-
infrastruktur
semakin
untuk
menlngkat
mengakibatkan (Hugo,
1981;
Menurut
Booth
(
< 19821,
1977) dan Budiono et al.
patan kerja pada pertanian padi sawah di Jawa telah kat
dengan
penanaman
adanya perluasan proyek irigasi dua kali setahun.
Demikian pula
kesem-
meqing-
dengan
sistem (19841,
Ceertz
beranggapan bahwa perkiraan tentang dampak negatif dari kanisasi
me-
pertanian di Jawa kurang tepat karena kenyataannya
kesempatan kerja berarti
bagi buruh tani tidaklah berkurang
secara
sebagaimana yang telah diduga oleh penulis lainnya. pergeseran tenaga kerja oleh traktor tangan
Perkiraan
nam-
I
paknya sangat berlebihan jika dilihat penggunaannya di Indonesia (0,02 ha),
dan
adalah sangat kecil jika dibandingkan
dengan Philipina (0,9 ha), (
1,4 ha)
(lihat Manning,
Sri Lanka (1,O ha) dan 1985).
Secara m u m ,
Thailand
pembangunan
pertanian mempunyai pengaruh terhadap peningkatan pendapatan di
daerah
mendorong
pedesaan (World Bank,
1985).
mana
telah
rumahtangga pedesaan mempunyai kesanggupan
mengirim anggota keluarganya untuk pasaran kerja di perkotaan. sejak
Hal
tahun
1979
1983; Manning 19861,
kesempatan
Peningkatan pendapatan pedesaan
terutama karena
kerja di bidang pertanian
memanfaatkan
untuk
padi
pertumbuhan
sawah
kesempatan
(Lluch dan Hazumdar,
sebagai hasil dari
meningkatnya pro-
duksi per hektar akibat adanya inovasi pertanian. Dari nyata
studi-studi yang telah edikemukakan di atas, ter-
bahwa jenis kegiatan pembangunan di daerah
khususnya pembangunan
pertanian, yang berbeda mempunyai im-
plikasi yang berbeda pula terhadap gerak penduduk. pmbangunan jadinya
pedesaan,
Kegiatan
tertentu mempunyai dampak yang mempercepat ter-
migrasi,
sedangkan
kegiatan
lainnya
cenderung
memperlambat terjadinya-gerak penduduk desa-kota.
Oleh
ka-
rena dampak dari kegiatan-kegiatan pembangunan saling berlawanan terhadap gerak penduduk, menyebabkan generalisasi yang umum sukar dibuat (Rhoda, 1979). Menurut Rhoda (1979), di samping atan- pembangunan
adanya beberapa kegi-
pertanian yang mempunyai
terhadap
migrasi desa-kota, ada juga yang
positif.
Kegiatan-kegiatan
dorong
pembangunan
dampak
negatif
mempunyai dampak pedesaan yang men-
terjadinya gerak penduduk keluar (dalam jangka
pan-
I
jang), walaupun pada awal kegiatan (jangka pendek) dampaknya kecil, adalah: (1)
Revolusi Hijau;
(2) Traktorisasi dan mekanisasi pertanian lainnya;
(3) Bantuan kredit dan penyuluhan pertanian; (4)
Pembangunan kesempatan kerja di luar pertanian;
(5)
Pembangunan pendidikan di daerah pedesaan;
(6)
Program-program pekerjaan umum di pedesaan;
( 7 ) Proyek-proyek pembangunan jalan desa; dan (8)
Proyek-proyek dari Badan Pembangunan Internasi~nal. Sebaliknya, kegiatan-kegiatan pembangunan pedesaan yang
dapat mengurangi gerak penduduk keluar adalah:
<1
Landreform;
(2) Pengendalian
sistem penyakapan dan penetapan sewa mak-
simum atas tanah pertanian; (3)
Proyek irigasi;
(4)
tistrik masuk desa;
(5)
Program Keluarga Berencana;
( 6 ) Program penyediaan air bersih; dan
(7) Peningkatan
pelayanan kesehatan
(Rhoda,
1979;
Hugo,
1985b). Akhirnya, Rhoda (1979) berkesimpulan bahwa: (
1
Dampak
)
kegiatan-kegiatan pemba&unan
terhadap
migrasi
.desa-kota adalah kompleks (rumit) dan tidak dapat dibp-
at generalisasi yang luas; (2) Pada
umumnya, kegiatan-kegiatan pembangunan di
daerah
pedesaan tidak dapat dibenarkan kalau kegiatan tersebut dikatakan mengurangi migrasi desa-kota. Bahkan, Kols dan Lewison (1983), di dalam Hugo, (1985b) menemukan,
bahwa pembangunan pedesaan
mungkin lebih berha-
sil dalam mengembangkan alternatif pola-pola gerak seperti komutasi, sirkulasi
atau migrasi
penduduk
ke kota-kota
ke-
cil daripada menghentikan sama sekali migrasi keluar. nenurut Fuller et al. (19831, hubungan
antara
migrasi
dan pembangunan adalah kompleks (rumit) dan saling mempengaruhi.
Tingkat
dan arah
pola-pola pembangunan
migrasi desa-kota dipengaruhi oleh
pedesaan dan perkotaan.
tesis in1 akan membahas
hubungan antara
Bagian akhir
pembangunan, gerhk
penduduk dan implikasi kebijakan yang diharapkan berguna bagl perencanaan pembangunan regional dan pedesaan di
Sulawe-
si Selatan. Pembangunan pedesaan lainnya, antara kesempatan
kerja di luar
pedesaan, peningkatan
lain pengembangan
pertanian, pembangunan
prasarana
pelayanan sosial pedesaan, yaitu pen-
didikan, pelayanan kesehatan
dan keluarga
berencana, dapat
.
mempunyai dampak yang positif dan negatif bagi gerak
pendu-
duk desa-kota. Beberapa studi,
misalnya yang
dilakukan oleh Leinbach
(19831, Lluch dan Mazumdar, (19831, menjelaskan bahwa
gram-program karya,
pekerjaan umum pedesaan, misalnya proyek padat
memperluas
kesempatan kerja di luar
pertanian
penduduk pedesaan di Jawa.
Proyek
padat
ini selama berlangsungnya (yang biasanya dalam
waktu
mendorong karya
pro-
singkat)
gerak
menyerap banyak tenaga kerja, *
baik yang
dan
terampil
f
maupun yang tidak terampil. Karenanya, dalam langsungnya proyek,
waktu
singkat, terutama
mengurangi
selama ber-
gerak penduduk k e luar desa
dan bahkan kemudian dapat merangsang terjadinya gerak pendyduk kota-desa (Rhoda, 1979; Fuller et al., Effendi, 1986). rikan sang
1983; Hugo, 1985;
Pekerjaan di luar pertanian tersebut membe-
pengalaman dan keterampilan kerja yang dapat
merang-
gerak penduduk desa-kota dalam jangka panjang
sesudah
proyek berakhir.
Pada umumnya
proyek padat karya berkaitan
dengan pembangunan infrastruktur (prasarana). Pmbangunan meningkatkan
prasarana perhubungan, yattu
integrasi desa-kota
dan mengurangi
antara terhadap migrasi desa-kota. berapa
negara
Ghana, Mexico
dunia
ke-tiga
dan Peru) telah
desa-kota (Rhoda, 1979). luasan
rintangan
Pembangunan Jalan di be-
(mfaalnya
Turki,
Thailand,
mendorong terjadinya migrasi
Menurut Fuller et al.
dan peningatan jalan desa merupakan
dalam program
jalan-Jalan,
pembangunan pedesaan.
(
1983), per-
kegiatan
utama
Peningkatan jalan desa
dapat meningka kan perluas
pendapatan pedesaan, mendorong dan
mem-
komersialisasi pertanian serta peningkatan produksi
pertanian.
Dengan
demikian, orang-orang
desa akan semakin
seri'ng melakukan perjalanan ke kota dengan ongkos yang lebih murah
dan lebih cepat.
meningkat, karena
Migrasi desa-kota
menjadi
semakin
integrasi desa-kota semakin baik
(Fuller
et al., 1983). Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) di In-
Dalam donesia,
prioritas utama pembangunan prasarana perekonomian f
diberikan kepada peningkatan sistem perhubungan darat, bangunan
jalan dan jembatan.
Repelita
I
(
1969/1970-1974/1975
pusat
pembangunan perhubungan;
masing
ditujukan
sedangkan dan
1978/1979
Repelita I I I
duduk,
(
Hugo
(1981), dalam
kira-kira 21 persen
untuk
dalam
19 persen dan 15,5
pembangunan
Menurut
pen-
pembangunan
Repelita
11
prasarana (1974/1975-
masing-
1978/1979-1983/1984 )
persen.
dana
Peningkatan
prasarana
itu meningkatkan tidak hanya tingkat gerak pen-
tetapi
juga .memungkinkan melakukan
perjalanan
ke
tempat tujuan yang lebih jauh dan meningkatkan arys informasf desa-kota. luas,
Dalam konteks perubahan struktural yang lebih
peningkatan sektor transportasi merupakan suatu unsur
t
dari dan
penetrasi kapital yang mengakibatkan perubahan ekonomi, seperti halnya
dengan gerak
penduduk
sosial (Hugo,
1981 1.
Pembangunan untuk meningkatkan pelayanan sosial pedesaan
secara langsung berkaitan dengan kesejahteraan
pedesaan.
korelasl
Studi-studi
tentang migrasi
penduduk
menunjukkan
adanya
yang kuat antara tingkat pendidikan formal
dengan
tingkat migrasl. dengan
Pendidikan formal
keterampilan yang lebih sesuai dl kota-kota daripada
di daerah pedesaan. lah
Akibatnya, mereka
yang besar ke kota.
katkan arus
berpindah dalam jum-
pendidikan formal di daerah pedesaan
tamat pada tingkat
k e kota.
dapat
menahan
Akan tetapi,
apabila
pendidikan tertentu (misalnya
atau SLP), maka tingkat migrasi k e kota meningkat. itu,
rena
mening-
Pembangunan yang berusaha
perpindahan anak muda
telah
mempersiapkan anak muda
SD
Oleh ka-
pembangunan pendidikan forma.1 di daerah pedesaan f
mempunyai
dampak positif yang kuat terhadap
kota (Rhoda, 1979; Fuller et al., Program
migrasi
desa-
1983; Effendi, 1986).
peningkatan pelayanan kesehatan bertujuan pula
untuk meningkatkan kualitas hidup.
Keberhasilan program ini
dapat meningkatkan produktivitas kerja dan tingkat pendapatan,
yang
selanJutnya
dapat meningkatkan
atau
mengurangi
tingkat migrasi desa-kota, ,tergantung pada situasi 1979;
Hugo,
1983 1; sedangkan Program
Berencana d& daerah pedesaan diharapkan dapat ber-
Keluarga kaitan
1981 ; Fuller, et al.,
dengan tingkat migrasi desa-kota yang
dalam Jangka lama (Rhoda, 1979; Fuller et al., 3.
(Rhoda,
lebih
rendah
1983).
Penelitian Gerak Penduduk Penelitian
maupun sementara.
ini mencakup baik gerak
penduduk
permanen
Oleh karena itu, sumber-sumber kepustaka-
an yang akan ditelaah di sini mencakup pula keduanya. Lineton (1975) dalam studinya membahas pola-pola migrasi
orang
daarah
Bugis Paswnpe' Ugl ' (perantau Bugis
di Indonesia,
antara lain Kalimantan
ke Timur
berbagai (dekat
Samarinda dan Pasir),
Kalimantan Selatan,
Kalimantan Barat
(terutama Pontianak), Tanjung Priok, Jambi dan Riau. Pascudpe'
U g i ' tersebut memiliki pemukiman tetap di
Semena-
Pescudpe'
Ugf ' ini
terutama di
njung Malaya,
Negeri Johor.
hanya sekedar meninggalkan Tana Ugl '
bukan karena
Bahkan
( daerah
Bugis 1
alasan-alasan ketidakpuasan akan sistem sosial, kul-
tural dan politik pada waktu itu, tetapi Juga karena alasanalasan ekonomi, yaitu ingin Dengan
perahu
mengembangkan perdagangan laut.
" p i n i s i ", mereka memanfaatkan
timur menuju ke arah Selat Malaka. enam
setelah barat.
Sampai sekarang jenis mobilitas ini tetap berlangsung.
menetap
gerak perpindahan orang Bugis dan Makassar di
Hasanuddin, 1669.
daerah tujuan menjadi lebih besar sejak Raja Gowa,
Demikian juga
tidak aman sesudah
ditaklukan oleh Belanda pada situasi daerah
berbagai kawasan
pemukiman-pemukiman Nusantara.
Sultan tahun
pada tahun 1950
-
Kahar Muzakkar (McNicoll, 19681,
banyak p a s a m p e D membawa serta
membentuk
untuk
Sulawesi Selatan yang
kemerdekaan, terutama
karena pemberontakan
menyebabkan dan
muson
perpindahan mereka ini masih tergolong gerak sementa-
Arus
1965
kembali
bulan kemudian dengan memanfaatkaq angin muson
Gerak ra.
Mereka
angin
keluarga
baru yang
mereka
tersebar
di
Perantau-perantau Bugis-Makas-
sar memberi warna tersendiri terhadap persebaran penduduk di kawasan Nusantara ini (Mantra, 1984 1. Hasil analisis Sensus Penduduk 1971 dan 1980 memberikan banyak keterangan tentang arus migrasi menetap di Indonesia.
Jika
tahun 1971 arus migran ke luar dari
Sulawesi
Selatan
memilih
Jambi
sebagai t6juan
utama,
maka tahun 1980 pro-'
(BPS,
pinsi tujuan utama mereka beralih ke Kalimantan Timur 1984).
Pergeseran daerah
tujuan migrasi ini erat kaitannya
dengan dibukanya proyek-proyek penebangan kayu di Kalimantan Timur. Faktor ekonomi menjadi semakin besar pengaruhnya atas gejala gerak penduduk ini. Dari penelitian Hugo (1978a), merupakan utama
ternyata faktor
ekonomi
pengaruh ( i n d e p e n d e n t v a r i a b l e ) yang ter-
peubah
mempengaruhi pola gerak penduduk sebagai peubah
pengaruh ( d e p e n d e n t v a r i a b l e ) .
ter-
Faktor ekonomi ini tercermin
dari adanya tekanan-tekanan penduduk di pedesaan dan
adanya
untuk memperoleh kehidupan yang layak di
tempat
kesempatan lain.
Namun diakuinya, bahwa tidak selamanya faktor ekonomi
ini menjadi dominan untuk menentukan terjadinya gerak penduduk.
Hugo
mengakui
ngaruh terhadap misalnya:
(1)
adanya peubah antara yang dapat berpe-
perilaku gerak penduduk.
Peubah antara itu
derajat keragu-raguan yang bertalian
dengan
perpindahan, (2) hubungan-hubungan normatif masyarakat desa, dan
( 3 ) karakteristik perorangan
migran
keragu-raguan, misalnya, ditentukan
oleh
sendiri. sifat
Derajat
sumber dan
8
ketepatan informasi yang berkenaan dengan berbagai kesempatan di daerah tujuan.
Kalau informasi dinilai dapat diperca-
ya, terutama dari keluarga d e k a t d a n mempunyai kenalan, maka akan
meningkatkan
arus perpindahan penduduk ke
luar
dari
desa. Dalam penelitian ini, ditelusuri peranan faktor ekonomi sebagai
peubah
bebas,
di samping
berbagai
faktor
lain
sebagai
peubah antara yang mempengaruhi perilaku gerak pen-
duduk di Sulawesi Selatan. (1978a) menemukan juga, bahua
kebanyakan
orang-
yang berpindah ( m o v e r s 1 terserap di kota pada
sektor
Hugo orang
informal melalui bantuan keluarga mereka di kota.
Kebanyak-
an
hubungan-
orang
yang
hubungan kuat
pindah ke kota tetap
memelihara
Hal ini tidak hanya
dengan desa asal mereka.
mempengaruhi keputusan-keputusan mobilitas orang-orang lainnya, tetapi juga mempunyai pepgaruh penting pada an sosial-ekonomi
dan ide-ide
barang-barang hasil
rumahtangga
dari gerak penduduk.
desa.
desa keada-
Terjadi aliran
uang,
dari kota k e desa sebagai
suatu
Ketergantungan ekonomi sebagian
rumahtangga desa pada pendapatan di kota ditunjukkan sebagai suatu peranan m o v e r yang penting dan potensial sebagai blang perubahan sosial (agent o f socf a1 c h a n g e s 1 . Mantra sawah
di
Kadirojo
(
1981
)
dalam
penelitiannya pada masyarakat padi
Daerah Istimewa Yogyakarta, (Sleman >
dan
Piring
dengan
kasus
(Bantu1 ) , mengidentifikasi
kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi seseorang untuk dah
atau menetap
penelitian
tinggal di dalam dukuh.
tersebut,
kekuatan
dukuh
berpin-
Di kedua
daerah
sentrifugal (kekuatan
yang
mendorong orang meninggalkan daerahnya) timbul karena adanya perasaan
ketidakpuasan
penduduk* dalam
bidang
kurang kesempatan kerja dan terbatasnya fasilitas an.
Sempitnya
pertanian, pendidik-
rata-rata pemilikan tanah mengakibatkan ha-
silnya tidak mencukupi kebutuhan hidup sekeluarga,
walaupun
dengan menggunakan teknologi silan keluarga,
baru.
Untuk
menambah pengha-
penduduk beruqaha m e n ~ a r ipekerjaan 6 1 luar
desa. Kekuatan
aentripetal ygng menahan penduduk tatap ting-
gal dl desa adalah: raPn
yang
kwupul";
Ikatan kekeluargaan dan
1
semboyan "mangan ora mrngan
erat, dengan (2)
Sistem
persauda-
gotongroyong
weton
yang kuat, yakni
tiap
warga desa merasa mempunyai tugas moral yntuk saling membantu dan tidak perlu khawatir akan mati kqlqparan; likan tanah memberikan status tidggi, ninggalkan
desa untuk
batin dengan
yang
karena itu enggan me-
menetap di daerah lain;
(42
Ikatan
leluhur mereka, untuk solaly mengunjungi makam
mereka pada setiap Ruah dan Lebaran; port
Pemi-
(3)
tinggi apabila
mereka (Mantra, 1981 )
dibandingkan
dengan
trans-
pendapatan
.
Dengan adanya dua kan pada keadaan yang
dan ( 5 ) Ongkos
kekuatan tersebut, penduduk bihadapsering sulit dipecahkan, yaitu apakah
tetep tinggal di desa dengan keadarn ekonomi yan8 sulit keterbatasan fasilitas pendidikan, atsukah
dan
berpindah ke da-
erah lain, yang berarti meninggalkan sawah-ladang dan berpisah
dengan sanak keluarga.
Di K a 6 i r ~ J gban Piring, dilemma
tersebut diatasi dengan mengadakan gerak penduduk yrng tidak menetap, yaitu bentuk
kompromi
*'ngleju" dan
sir!culasi.
Hal ini
antara tetav berdiam di daerah
berpindah ke daerah lain.
asal
atau
Konflik antsrg kedua kekuatan ini
juga didapati di 14 desa di Jawa Barat ~ l a hHugo Suharso (1978)mengemukakan sama
merypakan
dengan yang d i k m u k a k a n gleh
(
1978a 1.
salah aatu hipoteqia Hugo dan
Mantra,
yen@ yaitu
motif
ekonomi merupakan dasar utama terjadinya
penduduk di Jawa,
khvsusnya perpindahan dari
perpindahan
daerah
pede-
saan menuju k e kota. Dalam hipotesisnya yang lain dikatakan, di antara sekisn banyak faktor yang mempengaruhi per-
bahwa
pindahan
penduduk
pendorong
(push
dari
daerah pedesaan
factor) merupakan
ke
kvnci
utama terjedinya urbanisasi di Jawa.
kota,
faktor
penyebab
paling
d l dalgm
Akan tetapi,
analisis
regresi ganda yang
ternyata
faktor pemilikan tanah pertanian merupakan
yang
paling
dilakukan oleh Suharso (19781,
Hugo (1978a)
lemah pengaruhnya.
faktor
dan
Mantra
(1981)melihat bahwa faktor pemilikan tanah merupakan
faktor
yang menyebabkan keengganan untuk berpindah
suatu ke luar
dari desa; sedangken menurut Suharso (1978) faktor pemilikan tanah pertanian memang-dapat mengurangi keinginan untuk pindah
k e kota,
akan tetapi kenyataan juga menunjukkan
bahwa
keinginan pindah k e kota tidak hanya datang dari mereka yang. tidak memiliki tanah pertanian, mereka
melainkan Juga datang
yang mempunyai ataupun menguasal
tanah
dari
pertanian.
Hanya saJa, di antara keduanya terdapat perbedaan motif yang mendasari kepindahan k e kota. Sama
halnya dengan Hugo, Suharso
( 1 9 8 3 ) menemukan pula, bahwa faktor
maupun
Wirosuhardjo
adanya teman atau kelu-
arga
di kota merupakan faktor yahg sangat kuat
bagi
terjadinya
bahwa
migrasi
penduduk desa
ke
pengaruhnya
kota.
Diduga,
faktor-faktor ini pun mempunyai peranan penting
gerak penduduk di Sulawesi Selatan.
bagi
4,
Kerangka Pemikirsn Sasaran studi ini adalah
komvnitas padi sawah, di mana
status sosial-ekonomi didasarkan atas pemilikan tgnah pertanian.
Pemilikan tanah dijadikan dasar
alasan.
Pertama, luas pemilikan tanah
analiqis karena
dua
relatif lebih bersi-
fat tetap daripada luas tanah garapan yang dapat berubah setiap musim.
Ke-dua, pemilikan
tanah
berkaitan erat dengan
status sosial, yang pada gilirannya turut mempengaruhi perilaku ekonomi, budaya
dan politik (cf. Wiradi den Mekali da-
lam Kasryno, 1984) dan termasuk pGla perilaku gerak spatialnya.
Untuk itu
gurm
atau
sedang
Siapa
<0,5
dibedakan atas: petani
petani marginal
-
1 ha 1, dan
t a k b e r f e n a h , petanf 0,5
(kurang dari
petanf l u a s
(
ha), petani
lebih dari
1
ha).
di antara kelas sosial-ekonomi tersebut yang memiliki
tingkat gersk penduduk yang paling tinggi 3 Cerak
penduduk
pada komunitas padi sawah di
Sulawesi
Selatan dengan keempat lapisan sosial-ekonomi atas daser pemilikan tanah tersebut dapat dianalisis secara makro den mikro.
Pada analisis secara makro, ditelusuri tentang volume,
arah, tahapan, jarak
dan pola
gerak penduduk.
analisis secara mikro, ditelusuri tentang ses
pengambilan keputusan untuk melakukan
Teori push-pull
Adapun pada
mgtivasi dan pr9gerak
pendudulg.
.
f a c t o r dan keseimpatan-antora dengan penekan-
an pada faktor ekonomi, yaitu
mencari kerja/nafkah dan fgk-
tor pendidikan merupakan alasan penting yang digunakan sebagai kerangka analisis. Penelitian ini berusaha mengungkapkan dan membandingkan hasil-haril
penelitian mengenai gerak penduduk di
berbaqgi
daerah, yang menempatksn modernisasi pertanian sebagai salah satu determinan bagi gerak penduduk. Baik Hugo, Mantra, maupun bahwa
Wirosuhardjo telah menemukan
f a k t ~ r adanya $eman atau kerabat di
faktor
yang sangat kuat pengaruhnya bagi
penduduk desa ke kota.
Diduga,
kota
merupakan
terjadinya
gerak
faktor ini pun
bahwa
mem-
punyai peranan penting bagi gerak penduduk di Sulawesi Selatan.
Faktor suku bangsa atau kelompok etnik dengan adat dan
budayanya
masing-masing
mempunyai pengaruh yang besar pula
bagi terjadinya gerak penduduk pok
etnik
di Sulawesi Selatan.
Bugis dan Makasar terkenal
mobil
dan
Kelommemiliki
kebiasaan atau kegemaran merantau, oleh Lineton (1975) diaebut
P a s m p e ' Ugl
(dalam yang
'.
Kelompok etnik lainnya,
yaity
ha1 ini Toraja Sa'dan) juga memiliki gerak cukup tinggi. nereka telah
Tqraja penduduk
menyebar ke berbagai pulau
di Indonesia dan telah berintegrasi dengan kebudayaan daerah pantai (Titus, faktor
1978).
kebudayaan dan
Dalam
penentuan
daerah penelitian,
kelompok etnik tersebut akan dijadi/
kan
salah satu bahan pertimbangan karena kemungkinan
besar
mempunyai pengaruh terhadap gerak penduduk Sulawesi Selatan, terutama di kalangan komunitas sawah. Gerak penduduk, selain dapat dijadikan
sebagai
peubah
tak bebas yang dipengaruhi oleh peubah-peubah yang telah disebutkan di atas, dapat juga
dijadikan sebagai peubah bebas
yang mempengaruhi terjadinya perubahan-perubahan sosial ekonomi
pada masyarakat
dan
pedesaan, komunitas padi sawah dan
lebih khusus lagi pada rumahtangga mover.
Berdasarkan atas telaahan pustaka teraebut di atas hasil pengamatan penulis di
dan
daerah penelitian, maka sebagai
kerangka konsepsional, disusunlah
sebuah model seperti yang
disajikan pada Gambar 1. nasalah penduduk, pesat,
akan
khususnya
pertambahan penduduk yang
memperbesar tekanan pada pola penggunaan tanah
di pedesaan serta akan mengakibatkan makin menyempitnya luas pemilikan tanah,
khususnya tanah pertanian padi sawah.
kanan yang demikian, nya,
Te-
makin hari makin bertambah intensitas-
seirama dengan makin bertambah banyaknya jumlah penduTanah yang
duk pedesaan.
dimiliki dan diusahakan oleh
Usaha perluasan melalui eks-
tiap keluarga semakin sempit. tensifikasi topografi
tidak
daerah
se-
mungkin lagi, dan hanya akan
berhubung dengan
keadaan
mengganggu
atau
merusak
sejalan dengan
tingkat
kawasan ekosistem lain. Pemilikan teknologi tanian petani.
tanah
pertanian
rendah,
yang sempit,
yang sudah menyebabkan
tidak dapat mencukupi
kebutuhan
per-
keluarga
Sudah barang tentu, ha1 ini mengakibatkan pendapat-
an petani sangat rendah. tanian
produksi
Atau
sebaliknya,
teknqlogi
per-
yang tinggi menyebabkan berkurangnya pelqang bekerja
dan berusaha di daerah padi sawah.
.
Sebagai akibatnya, masyarakat pedesaan, khususnya L p u nitas padi sawah, mengalihkan perhatiannya ke sektor ekonomi lainnya di luar pertanian, antara lain industri rumahtangea, jaaa-jaaa, tetapi,
perdagangan atau
karena
sektor kegiatan lainnya.
peluang-peluang
bekerja
dan
berusaha
Akgn di
sektor
non-pertanian
tersebut sangat
daerah pedesaan, maka tingkat
terbatas
pendapatan tetap
sskali
di
rendah, dan
menyebabkan banyak di antara penduduk desa yang pergi mencari nafkah k e tempat-tempat lain. ke
luar desa,
Terjadilah
gerak pendudyk
baik dalam bentuk komutasi, sirkulasi maypun
migr'asi, Pari
segi lain,
kesadaran masyarakat akan
pentingnya
pendidikan akibat sentuhan-sentuhan dari luar, mengakibatkan orang
yang bisa membaca dan
ini dapat meningkatkan
menulis
bertambah.
aspirasi &ndidikan,
Kwampuan
sehlnggq pendi-
dikan
merupakan suatu kebutuhan pokok.
tuhan
akan pendidikan yang meningkat itu tidak dapat terpe-
nuhi
karena
Akan tetapi,
kurangnya fasilitas pendidikan di
keby-
desa.
Aki-
batnya, terjadi gerak ke luar desa menuju tempat-tempat atau kota-kota bahna
yang memiliki fasilitas
yang
dimaksud.
Dibuga,
tingkat melek huruf yang tinggi mempengaruhi
tingkat
gerak penduduk. Pranata
sosial
yang berbentuk
upacara-upacara
adat,
terutama upacara kematian pada masyarakat Toraja dan upacara perkawinan akibatkan menyebabkan tutan
pada masyarakat sistem
Bugis dan Nakassar, dapat meng-
perhutangan yang
turun tarnurun, sehingga
semakin rendahnya kualitas hidup Qi Qesa.
ini mendorong
penduduk ke luar
Tun-
desa, pergi
mencari
Pemerintah
(seperti
nafkah ke tempat lain. Selain pajak-pajak manfaatnya
itu,
kebijakan-kebijakan
dan pungutan-pungutan lain) yang tidak disadari oleh masyarakat desa (petani)
dianggap
uebagal
salah satu sebab yang mengurangi penghasilan mereka (Todaro,
1978).
Karena itu, faktor
ini diduga besar peranannya ter-
hadap tingkat gerak penduduk pada komunitas padi sawah. Semakin pedesaan
majunya
hubungan transportasi
antara
daerah
dengan berbagai daerah tujuan gerak penduduk,
nyebabkan
arus komutasi,
sirkulasi
dan
migrasi
me-
penduduk
semakin besar pula. Informasi menentukan
tentang
daerah tujuan sangat penting
pilihan ke daerah atau kota mana
movers
dalam pergi.
Faktor ada atau tidaknya keluarga atau teman di daerah tujuan, mempengaruhi tingkat kebenaran informasi yang diperoleh, yang ke
selanjutnya mempengaruhi tingkat gerak penduduk menuju daerah
keluarga
tersebut. di
daerah
Faktor ada atau tidaknya tujuan
lebih
bersifat
teman
atau
sebagai
pull
factor. Dari
model konsepsional itu,
bebas yang masing-masing mewakili lam
model.
Model itu sendiri
satu sistem. (1)
diturunkan tujuh
peubah
subsistem yang ada di da-
secara keseluruhan merupakan
Ketujuh peubah tersebut adalah:
Luas pemilikan tanah pertanian padi sawah (dalam satuan hektar).
Nampaknya, makin
dlmiliki oleh rumahtangga,
sempit tanah pertanian yang makin tinggi
.
oleh tanah
penduduknya.
Hal itu disebabkan
yang
akan memberikan hasil yang
sempit
tingkat gerak pertanian
rendah
pula;
petani sempit sulit untuk melaksanakan inovasi pertanian.
Sebagaimana
bahwa luas tanah
dikemukakan oleh
Hadisaputro (19751,
garapan yang sempit, selain berakibat
terhadap kemiskinan petani dan tidak eflsien bagi usaha
tani,
juga
dapat menjadi
f a k t o r penghambat p e n e r a p a n
teknologi baru pertanian. dah, pendapatan rumahtangga d a p a t mencukupi
h a s i l p e r t a n i a n ren-
Karena
menjadi rendah pula, t i d a k
kebutuhan rumahtangga.
m i yang bersumber
T e k a n a n ekono-
d a r i s e m p i t n y a t,anah p e r t a n i a n , . m e n -
d o r o n g t e r j a d i n y a g e r a k penduduk k e l u a r d e s a n y a
untuk
mencari nafkah k e tempat l a i n .
(2) B e s a r n y a
rumahtangga,
termasuk
anggota
rumahtangga
yang s e j a k 10 t a h u n yang l a l u bertempat t i n g g a l d i k o t a a t a u d l d a e r a h l a i n . Makin b a s a ' r tangga,
j u m l a h a n g g o t a rumah-
m a k i n s u l i t k e h i d u p a n ekonomi r u m a h t a n g g a .
Hal
i t u mendorong t i n g k a t g e r a k penduduk r u m a h t a n g g a m e n j a d i l e b i h meningkat; bertempat
sedangkan a n g g o t a rumahtangga yang
t i n g g a l d i k o t a a t a u d i daerah l a i n s e j a k 10
t a h u n yang l a l u , l e b i h banyak merupakan sumber informa-
si m e n g e n a i p e n g a l a m a n d a n m o b i l i t a s n y a d i d a e r a h baru.
Adanya k e l u a r g a
a t a u teman d i
yang
kota a t a u d i desa
l a i n merupakan f a k t o r yang s a n g a t k u a t pengaruhnya b a g i
t e r j a d i n y a g e r a k penduduk
( Hugo,
Makln b e s a r rumahtangga,
termasuk yang b e r t e m p r t t f n g -
gal
dl
19781 Suharso,
daerah l a i n s e j a k 10 tahun
yan6
l a 1 u,
1 9 7 8 1.
makl n
b e s a r pule t i n g k a t gerak penduduknya.
(3) T i n g k a t m e l e k h u r u f r u m a h t a n g g a .
Kemampuan membaca d a n
m e n u l i s b e r f u n g s i s e b a g a i r o d a penggerak d i dalam t r a n -
sisi m e n u j u s u a t u m a s y a r a k a t modern. A p a b i l a k e b a n y a k a n orang
d i dalam s u a t u masyarakat menjadi
d a n m e n u l i s , maka
mampu membaca
m e r e k a c e n d e r u n g menumbuhkan
segala
macam keinginan baru dan mengembangkan cara untuk memenuhinya (Lerner, 1978).
Akan tetapi, oleh
karena ter-
batasnya fasilitas pendidikan di daerah pedesaan, mereka tidak segan-segan mebiarkan anak-anaknya untuk pergi melanjutkan
pendidikan di kota-kota atau daerah
lain.
ti n g k ~ m t elek huruf
rruaah
makin t i n g g i
Di duga, bahwa
t a n g g s , yang d a p a t hadap
m e n c e m f n k a n a s p f r a s i o r a n g t u a ter-
ti ng-
pendf d i k a n anak-anaknya, m a k i n ti n g g i p u l a
k a t g e r a k penduduknya.
Peluang
f
bekerja dan berusaha di luar sektor
pertanian
di daerah pedesaan dapat diketahui dari ada atau adanya
anggota rumahtangga yang bekerja atau Makfn
pada sektor tersebut. berusaha
i
penduduk.
n
maka a k a n
tinggal
di
Sebaliknya, bekerja
s e n a k i n rendah t i n g k a t gerak
menahan penduduk untuk tetap juga
besar.
berslfat sentrifugal kalau
dan berusaha itu menjadi kecil.
p e l u e n g b e k e r j a dan b e r u s a h a d i l u a r
maki n
lebih bersifat
desa selama peluang tersebut dapat
berusaha
b e s a r p e l u a n g b e k e r j a den
Dengan kata lain, peubah ini
sentripetal, karena dapat
tidak
peluang
Plakfn
kecil
sektor pertanisn,
besar t i n g k a t g e r a k penduduk.
Teknologi
pertanian.
Berbagai studi tentang
pengaruh
teknologi (inovasi) pertanianoterhadap kebutuhan tenaga kerja menunjukkan adanya pengurangan (penyempitan) tenaga kerja untuk jenis inovasi tertentu dan adanya butuhan
tenaga
kerja
inovasi
yang lain.
yang lebih banyak
Namun
demikian, perlu
untuk
kejenis
ditelusuri
juga bagaimana pengaruh inovasi pertanian ini
terhadap
kebutuhan di
tenaga kerja di
daerah
Sulawesi Selatan, khususnya
pertanian padi sawah.
Untuk sementara
di-
duga, bahwa m a k f n t fn g g f ti n g k a t f n o v a s f p e r t a n f a n , mak fn (6)
ti n g g f p u l a g e r a k penduduk ke 1 u a r d e s a .
Kebijakan Pemerintah yang langsung berpengaruh terhadap tingkat penghasilan petani, misalnya berbagai jenis pajak
dan
pungutan-pungutan lain
(
Todaro,
cf.
1978
).
Kebijakan ini dapat menjadi sumber keresahan masyarakat kalau
tidak diberikan penyuluhan-penyuluhan sebelumnya I
yang berkenaan dengan
kebijakan tersebut.
Di berbagai
tempat di Sulanesi Selatan, gerak penduduk ke luar desa terjadi karena alasan-alasan serupa
dapat
Diduga
1975).
pula, bahwa
kebijakan
(Suhartoko,
Pemerintah yang
langsung berpengaruh terhadap tingkat penghasilan petani akan berpengaruh pula terhadap tingkat gerak
Makfn
duk.
1a f n , m a k f n desa
b e s a r jumlah
p a j a k dan
b e s a r p u l a ti n g k a t
pendu-
pungutan-pungutan
g e r a k penduduk ke 1 u a r
.
(7) Faktor adat istiadat atau kultural,
Toraja
A1 uk
sangat
Todolo*
',
patuh terhadap kepercayaan walaupun
Kristen atau Islam. tian,
di mana masyarakat
mereka
telah
tradisional
memeluk
agama
Upacara adat, terutama pesta kema-
bagi masyarakat Toraja mengakibatkan sistem per-
hutangan
turun
temurun.
Adanya
kewajiban
mengikuti
A3 uk T o d o l o terdiri atas kata "a1 u k D D = aturan atau
adat istiadat yang tak boleh dilanggar, atau upacara; "to" = orang; dan " d o l o " = dahulu kala. Jadi, " A l u k Todolo" berarti agama/kepercayaan nenek moyang atau aturanaturan orang dahulu kala.
upacara tersebut, dengrn memberikan sumbanean babi a t a y kerbau
untuk dikorbankan, lebih mempersulit rumahtangga petani
ekonomi
padi sawah.
kehidupan
Desnikian pula
pada pesta perkawinan bagi masyarakat Bygis ban sar.
Karena
itu,
upacara-upacara
untuk dapak
adat
mencari nafkah lge kota makin
bahwa
tersebu%, atau
Mgkas-
berpartisigasi
dalam
terpaksa mereka harus
desa-desa
lain.
Diduga,
t i n g g i / b e s a r partisilpasi m e r ~ k a terhadap
upacara-upacara
adat,
sej a k 5 tahun I
terakhir,
makln
t i n g g i p u l a t i n g k a t g e r a k penduduknya. 5. (1)
Hipotesis Pola gerak penduduk yang paling penting atau yang dominan
di
Sulawesi Selatan adalah
penduduk
di dalam batas propinsi ( i n t r a r e g i o n a l
terjadi ment),
gerak
terutama
yang bersifat
sementara.
yang move-
Hipotesis
pertama terse'but dapat diperinci menjadi tiga hipotesis kerja sebagai berikut: (a)
Proporsi jumlah anggota rumahtangga yang berpindah di
dalam batas wilayah propinsi lebih besar dari-
pada yang berpindah k e luar propinsi. (b)
Proporsi jumlah anggota rumahtangga yang bersirkylasi
dan
berkomutasi lebih besar
daripada
yang
gementara sangat
ter-
berpindah menetap. (c
Baik migran menetap maupun
gantung pada faktor-faktor berikut:
1
>
2)
tingkat pendidikan jenls pekerJaan dl kota
3)
jarak antara desa dan kota
4)
adat, kelembagaan dan norma-norma yang ada
di
desa.
(2) Luas pemilikan tanah pertanian, besar keluarga, tingkat melek huruf di
luar
rumahtangga, peluang
bekerja dan berusaha
sektor pertanian, tingkat inovasi
pertanian,
Jumlah pengeluaran rumahtangga untuk berbagai kebiJakan Pemerintah upacara
dan partisipasi rumahtangga dalam
adat,
upacara-
berpengaruh nyata terhadap tingkat
dan
I
bentuk-bentuk gerak penduduk pada komunitas padi sawah. Hipotesis
ke-dua
ini dapat
diperinci
menjadi
tujuh
hipotesis kerja sebagai berikut: (a)
Semakin sempit tinggi
pemilikan tanah pertanian, semakin
pula gerak penduduk rumahtangga pada komu-
nitas padi sawah. Selain itu, diduga adanya perbedaan
nyata antara gerak penduduk menurut klasifi-
kasi sosial-ekonomi berdasarkan luas pemilikan tanah dengan bentuk gerak penduduk (migrasi, lasi dan tahui terjadi
komutasi).
pada
Dengan
sirku-
demikian dapat dike-
lapisan luas pemilikan
tanah
gerak penduduk dengan pola tertentu
berapa (mi-
grasl, sirkulasi dan komutasi). (b)
Semakin
besar
rumahtangga
semakin
tinggi
tingkat gerak penduduk rumahtangga pada
pula
komunitas
padi sawah. (c)
Semakin
tinggi
tingkat melek huruf
rumahtangga,
aemakin tinggi pula tingkat gerak penduduk tangga pada komunitas padi sawah.
rumah-
(dl
Semakin kecil peluang bekerja dan berusaha di luar sektor pertanian, semakin rak
tinggi pula tingkat ge-
penduduk rumahtangga pada komunitas padi
sa-
wah. (el
Semakin tinggi tingkat
inovasi pertanian, semakin
tinggi pula tingkat gerak penduduk rumahtangga pada komunitas padi sawah. (f)
Semakin besar pengeluaran rumahtangga untuk berbagai
kebijakan
Pemerintah,
semakin
tinggi
pula
I
tingkat
gerak penduduk rumahtangga pada komunitas
padi sawah. (g)
Semakin besar partisipasi rumahtangga dalam upacara adat, semakin
tinggi pula tingkat gerak pendu-
duk rumahtangga pada komunitas padi,sawah. (3)
Modernisasi dan komersialisasi di daerah pedesaan dapat mendorong penduduk desa untuk bergerak terutama
k e daerah kota.
k e daerah lain,
Hipotesis ke-tiga ini dapat
diperinci menjadi tiga hipotesis kerja sebagai berikut: (a)
Ada pengaruh tingkat modernisasi dan komersialisasi
pertanian dan terhadap proporsi Jumlah anggota
rumahtangga yang bergerak k e daerah lain (sementara dan menetap). (b)
Tingkat
gerak penduduk* k e laur desa berbeda nyata
menurut tingkat inovasi (modernisasi) pertanian. (c)
Modernisasi melalui pembangunan pedesaan
mengaki-
batkan tingkat gerak penduduk ke luar desa mening-
kat.
Kegiatan
pembangunan
yang meningkat
dari
Repelita
ke
Repelita diikuti
oleh
meningkatnya
g e r a k penduduk k e l u a r d e s a . (4)
C e r a k penduduk m e n g a k i b a t k a n p e r u b a h a n s o s i a l d a n nomi d i d a e r a h
-
dan
eko-
pedesaan dan k o t a , t e r u t a m a pada migran
rumahtangganya.
H i p o t e s i s ke-empat
i n i dapat di-
uraikan menjadi t i g a h i p o t e s i s kerJa sebagai berikut:
< a ) Ada
hubungan a n t a r a t i n g k a t k e s e j a h t e r a a n
tangea
d i d e s a dengan a d a a t a u
tidaknya
rumahanggota
rumahtangga yang berpingah. (b)
Semakin b e s a r p r o p o r s i Jumlah a n g g o t a yang
rumahtangga
p e r g i mencari nafkah k e tempat l a i n
(kota),
semakin b e s a r pendapatan rumahtangga.
Cc)
Semakin b e s a r p r o p o r s i jumlah a n g g o t a yang
berpindah
rumahtangga
(menetap a t a u s e m e n t a r a ) , semakin
b e s a r ( t i n g g i ) p u l a p e r u b a h a n s o s i a l , y a n g tercermin dalam h a l : 1)
p r o p o r s i jumlah a n g g o t a rumahtangga yang d a p a t membac'a d a n m e n u l i s
2)
Jumlah k e l u a r g a yang kawin k e l u a r ( c a m p u r a n )
3)
k e c e p a t a n menerima u n s u r - u n s u r
pembaruan d a r i
luar 4)
k e t e r l i b a t a n d a l a m pembangunan d e s a .
