1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Pada hakikatnya setiap kegiatan manusia selalu menghadapi berbagai
macam kemungkinan atau dengan kata lain setiap manusia selalu menghadapi ketidakpastian yang dapat menimbulkan kerugian atau keuntungan. Ketidakpastian yang dapat menimbulkan kerugian tersebut disebut dengan risiko. Salah satu upaya manusia untuk menanggulangi setiap risiko yang akan dihadapinya adalah dengan jalan mengadakan perjanjian pelimpahan risiko dengan pihak lain. Perjanjian seperti itu disebut dengan perjanjian asuransi atau pertanggungan. Penanggung atau perusahaan asuransi yang kegiatannya menerima pelimpahan risiko dari pihak lain tentu saja memiliki beban risiko yang lebih berat dibandingkan dengan pihak tertanggung. Hal ini disebabkan karena selain penanggung harus membayar kerugian apabila terjadi klaim, penanggung juga harus meneruskan kegiatan usahanya sendiri. Oleh karena itu menurut pasal 271 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, perusahaan asuransi diperbolehkan untuk mengalihkan sebagian atau seluruh risiko yang diterima olehnya untuk dialihkan kembali pada perusahaan asuransi lainnya. Upaya untuk mengalihkan risiko antara suatu perusahaan asuransi kepada perusahaan reasuransi disebut dengan reasuransi. Dalam rangka mengelola risiko, perusahaan asuransi perlu menentukan bentuk dan metode reasuransi yang tepat. Seperti halnya pada bisnis di sektor lain, maka bisnis asuransi juga memiliki risiko kerugian. Oleh karena itu, dalam upaya
Universitas Indonesia Metode reasuransi..., Randitya Eko Adhitama, FHUI, 2009
2
menangani risiko tersebut perusahaan dapat menggunakan beberapa cara, yaitu dengan cara menanggung risiko, memperkecil risiko, atau mengalihkan risiko melalui asuransi. Pada umumnya, perusahaan asuransi dalam menangani risikonya menggunakan cara risk sharing, yaitu dengan reasuransi atau mempertanggungkan kembali risiko yang tidak mungkin mereka tanggung sendiri kepada reasuradur (penanggung ulang/perusahaan reasuransi). Jaminan atau perlindungan reasuransi sangat diperlukan karena berbagai macam alasan, salah satu alasan yang terpenting adalah alasan keamanan (security). Proses pertanggungan inilah yang disebut dengan reasuransi, dengan kata lain reasuransi adalah asuransinya perusahaan asuransi yang berarti bahwa risiko diluar kapasitas mereka dipindahkan kepada reasuradur. Dalam hal melakukan perjanjian reasuransi, terdapat beberapa metode yang dapat digunakan, salah satunya adalah metode quota share treaty.
1.2. POKOK PERMASALAHAN Dari uraian yang telah dikemukakan, maka muncul beberapa pokok permasalahan sebagai berikut: 1.
Bagaimana
perlindungan
hukum
bagi
nasabah
(tertanggung)
apabila
perusahaan asuransi (penanggung) yang mengadakan perjanjian dengan perusahaan reasuransi dengan menggunakan metode quota share treaty, dikenakan sanksi berupa pembekuan usaha oleh pihak regulator? 2.
Apa tanggung jawab perusahaan asuransi (penanggung) dalam hal melakukan pelanggaran terhadap klausula ”claim cooperation clause” yang tercantum dalam perjanjian reasuransi dengan menggunakan metode quota share treaty dalam penanganan klaim?
Universitas Indonesia Metode reasuransi..., Randitya Eko Adhitama, FHUI, 2009
3
1.3. TUJUAN PENELITIAN Adapun penulisan skripsi ini mempunyai tujuan sebagai berikut, yaitu: 1.
Untuk mengetahui perlindungan hukum bagi nasabah (tertanggung) apabila perusahaan asuransi (penanggung) yang mengadakan perjanjian dengan perusahaan reasuransi dengan menggunakan metode quota share treaty, dikenakan sanksi berupa pembekuan usaha oleh pihak regulator.
2.
Untuk mengetahui tanggung jawab perusahaan asuransi (penanggung) dalam hal melakukan pelanggaran terhadap klausula ”claim cooperation clause” yang tercantum dalam perjanjian reasuransi dengan menggunakan metode quota share treaty dalam penanganan klaim.
1.4. KERANGKA KONSEPSIONAL Demi tercapainya kesamaan pengertian dan tujuan, diperlukan suatu kerangka konsepsional yang dapat memberikan batasan-batasan atau definisidefinisi mengenai istilah-istilah yang dipakai, yaitu antara lain: 1. Perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu dari pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu.1 2. Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.2
1
Prof. Subekti, S.H., Hukum Perjanjian (Jakarta: Intermasa, 2002), hal. 1.
2
Ibid.
Universitas Indonesia Metode reasuransi..., Randitya Eko Adhitama, FHUI, 2009
4
3. Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih; dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.3 4. Risiko
adalah
kemungkinan
diinginkan/diharapkan
terjadi,
terjadinya atau
suatu
peristiwa
peristiwa
atau
yang
tidak
keadaan
yang
diinginkan/diharapkan tidak terjadi, keadaan itu lazim dikatakan sebagai kehilangan sebagai penurunan atau pemusnahan nilai ekonomi.4 5. Pengalihan risiko adalah suatu proses dimana seseorang yang menghadapi risiko meminta orang lain untuk menerima risiko itu. 6. Quota share treaty adalah suatu perjanjian reasuransi dengan suatu persentase tertentu dari masing-masing dan setiap risiko yang diterima oleh penanggung pertama harus dialokasikan kepada penanggung ulang.5 7. Retensi sendiri adalah jumlah atau sebagian daripada risiko dimana perusahaan asuransi
bertanggung
jawab
untuk
menahannya
untuk
pos-pos
sendiri/perkiraan sendiri dalam perusahaan.6
3
Indonesia, Undang-undang tentang Usaha Perasuransian. UU No. 2 Tahun 1992, pasal 1.
4
Dr. Sri Rejeki Hartono, S.H., Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi (Jakarta: Sinar Grafika, 1995), hal. 61. 5
Ibid. , hal. 177.
6
Ibid. , hal. 203.
Universitas Indonesia Metode reasuransi..., Randitya Eko Adhitama, FHUI, 2009
5
1.5.
METODE PENELITIAN Untuk memudahkan pengertian dalam memperoleh data, maka dalam
menyusun skripsi ini penulis menggunakan metode deskriptif, yaitu suatu uraian yang dimaksudkan untuk memperjelas masalah. Dalam menyusun skripsi ini, penulis menggunakan berbagai macam data untuk memudahkan pembahasan, untuk memperoleh data-data tersebut maka penulis melakukan beberapa macam cara, yaitu: 1.
Penelitian Kepustakaan. Penelitian ini dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari berbagai literatur atau buku-buku ilmiah, peraturan perundangundangan, media cetak, dan media elektronik khususnya media internet.
2.
Penelitian Lapangan. Penelitian ini dilakukan dengan cara mewawancarai para narasumber yaitu pihak-pihak yang terkait dengan permasalahan yang sedang dibahas.
1.6.
SISTEMATIKA PENULISAN Keseluruhan skripsi ini disusun dengan sistematika sebagai berikut: BAB 1
PENDAHULUAN.
Berisi
latar
belakang
permasalahan,
pokok
permasalahan, tujuan penelitian, kerangka konsepsional, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB 2
TINJAUAN MENGENAI HUKUM PERJANJIAN. Berisi definisi perjanjian dan perikatan, hubungan antara perjanjian dengan perikatan, bentuk-bentuk
perikatan,
syarat-syarat
sahnya
suatu
perjanjian,
Universitas Indonesia Metode reasuransi..., Randitya Eko Adhitama, FHUI, 2009
6
pelaksanaan suatu perjanjian, wanprestasi suatu perjanjian dan akibatakibatnya, dan hal-hal yang dapat menghapuskan perikatan.
BAB 3
TINJAUAN UMUM MENGENAI REASURANSI. Dalam bab ini dibahas tentang sejarah perkembangan reasuransi, pengertian reasuransi, prinsip-prinsip reasuransi, pelaku reasuransi, fungsi dan tujuan reasuransi, retensi sendiri, metode reasuransi/bentuk reasuransi.
BAB 4
PEMBAHASAN MENGENAI METODE REASURANSI QUOTA SHARE TREATY DITINJAU DARI HUKUM PERJANJIAN. Terdiri dari
pembahasan
mengenai
perlindungan
hukum
bagi
nasabah
(tertanggung)
apabila
perusahaan
asuransi
(penanggung)
mengadakan
perjanjian
dengan
perusahaan
reasuransi
yang dengan
menggunakan metode quota share treaty, dikenakan sanksi berupa pembekuan usaha oleh pihak regulator dan mengenai tanggung jawab perusahaan asuransi (penanggung) dalam hal melakukan pelanggaran terhadap klausula ”claim cooperation clause” yang tercantum dalam perjanjian reasuransi dengan menggunakan metode quota share treaty dalam penanganan klaim.
BAB 5
PENUTUP. Pada bab terakhir terdapat kesimpulan dari keseluruhan penulisan serta saran-saran dari penulis.
Universitas Indonesia Metode reasuransi..., Randitya Eko Adhitama, FHUI, 2009