1
| UNICEF INDONESIA
LAPORAN TAHUNAN INDONESIA
| 2013 ANNUAL REPORT 2013 |
1
LAPORAN TAHUNAN 2013 |
1
DAFTAR ISI 4
SEKAPUR SIRIH
7
KIPRAH UNICEF
8
MEMASTIKAN ANAK BERTAHAN HIDUP DAN BERKEMBANG
11
CERITA DARI LAPANGAN | LINGKAR LENGAN ATAS RUSU HANYA 10CM!
12
BERI ANAK MASA DEPAN CERAH LEWAT PENDIDIKAN
14
TUMBUH DI INDONESIA
16
CERITA DARI LAPANGAN | KINI AKU TAK PERLU MEMILIH
19
MEMBENDUNG PENYEBARAN HIV/AIDS
20
CERITA DARI LAPANGAN | MARKUS DAN HONAINYA
22
MELINDUNGI ANAK DARI KEKERASAN DAN PENGANIAYAAN
24
CERITA DARI LAPANGAN | DULU MURID-MURID
©UNICEF/Indonesia/2011
TAKUT PADA SAYA 26
TERIMA KASIH KAMI UNTUK PARA DONATUR
28
URUSAN ANAK URUSAN KITA SEMUA
“TAK SEHARUSNYA ORANG MENINGGAL KARENA MALARIA.”
Adelia adalah orang terakhir yang terjangkit malaria di Pulau Sabang
– Srikayanti – Relawan, membantu Adelia, 9 tahun, melawan malaria. ©UNICEF/Indonesia/2014
4
| UNICEF INDONESIA
SEKAPUR SIRIH Sahabat UNICEF, Saya punya banyak sekali cerita tentang apa yang sudah dikerjakan UNICEF dalam setahun terakhir. Izinkan saya mulai dari bulan Mei 2013 saat saya mengunjungi pulau Sabang, salah satu wilayah provinsi Aceh yang sangat terdampak tsunami tahun 2004. Karena bencana itulah kasus malaria di wilayah ini meningkat cukup drastis. Dalam kunjungan itulah saya bertemu dengan Adelia, 9 tahun, yang pada tahun 2011 menjadi orang terakhir yang terjangkit malaria di pulau Sabang. Ibunya bercerita bahwa di pulau tersebut semua orang pasti terjangkit malaria sekali dalam hidupnya. Namun kini wilayah itu telah bebas dari ancaman malaria berkat pembagian kelambu, tes darah yang sistematis, dan protokol kesehatan yang ketat. Pelajaran yang kami petik dari pengalaman di pulau Sabang sangat bermanfaat untuk diterapkan di wilayah-wilayah lain. Dan keberhasilan di Sabang itu tidak mungkin terjadi tanpa bantuan para donatur. Anda di antaranya! Terima kasih banyak! Kendati demikian, pencapaian yang luar biasa di pulau Sabang tidak boleh menjadikan kita semua lena. Masih banyak sekali pekerjaan rumah yang harus diselesaikan di Indonesia agar semua anak dapat tumbuh sehat, mendapatkan pendidikan yang baik, serta perlindungan yang memadai. Bayangkan saja, dalam setiap 3 menit seorang balita di Indonesia meninggal dunia. Angka ini masih harus ditambahkan dengan 400 anak Indonesia yang meninggal setiap tahun karena penyakit yang seyogianya bisa dicegah. Selain itu lebih dari 2 juta anak berusia antara 7 hingga 15 tahun tidak bersekolah. Memang betul masa kecil anak Indonesia bisa sangat berbeda satu sama lain. Anak yang tinggal di wilayah perkotaan dan pedesaan
©UNICEF/Indonesia/2009
menghayati masa kecilnya secara berbeda. Demikian pula mereka yang terlahir di keluarga kaya dan keluarga miskin. Menyikapi kenyataan itulah UNICEF berkomitmen untuk memastikan seluruh anak Indonesia merasakan manfaat kemajuan ekonomi negara yang luar biasa. Caranya dengan bekerjasama secara erat dengan pemerintah dan mitra-mitra lain untuk mendapatkan pengertian mendalam dan lebih baik mengenai permasalahan yang dialami anak Indonesia sehingga pada gilirannya bisa mengatasinya secara efektif. Kami memberi masukan mengenai masalah kebijakan, hukum, dan program-program untuk anak, bekerjasama dengan mereka yang tinggal di daerah paling terpencil, memberi kesempatan pada kaum muda mengekspresikan diri serta mendiskusikan minat, perhatian, keprihatinan, dan gagasan mereka, hingga memanfaatkan solusi inovatif yang tahan lama guna menjawab tantangan pembangunan. Silakan baca cerita mengenai Markus dan anak muda Papua lainnya yang meski harus melewati jalan berliku akhirnya bisa mengenyam pendidikan lanjutan (halaman 20). Simak pula kisah Rusu yang terlahir dengan kondisi kekurangan gizi yang parah (halaman 11). Ada pula pengalaman guru yang mendapat pelatihan agar tidak lagi memberi hukuman fisik, dan sebaliknya mengajar dengan lebih melibatkan partisipasi murid di kelas (halaman 24). Semua ini hanya bisa terjadi berkat sumbangan para donatur ke UNICEF! Saya ucapkan terima kasih kepada pemerintah Indonesia, mitra masyarakat sipil di negara ini, dan terutama Anda, para donatur kami, baik perusahaan maupun perorangan, atas dukungan Anda terhadap UNICEF. Bersama kita membuat Indonesia sebuah tempat di mana setiap anak berharga.
Terima Kasih!
Angela Kearney Kepala Perwakilan UNICEF Indonesia
6
| UNICEF INDONESIA
LAPORAN TAHUNAN 2013 |
KIPRAH UNICEF
– Angela Kearney – Kepala Perwakilan UNICEF Indonesia
UNICEF berupaya mengatasi masalah pnemonia, diare, dan penyakit-penyakit pembunuh anak lainnya dengan memperkuat kapasitas penyedia layanan kesehatan setempat dan nasional.
UNICEF menggalakkan pemberian ASI eksklusif dan mendorong pemerintah mengeluarkan kebijakankebijakan baru guna menanggulangi masalah kurang gizi.
UNICEF mendorong kelompokkelompok masyarakat membangun fasilitas MCK mereka sendiri sebagai upaya menghentikan kebiasaan BAB sembarangan.
UNICEF mendorong pengembangan usia dini bagi anak-anak dari keluarga miskin agar siap bersekolah dan mampu mengembangkan potensi mereka. ©UNICEF/Indonesia/2012/Anne-Cécile Esteve
“ANAK YANG TUMBUH DAN BERKEMBANG DENGAN BAIK KEMUNGKINANNYA LEBIH BESAR UNTUK HIDUP LEBIH LAMA, MENYELESAIKAN SEKOLAH, DAN MENJADI ANGGOTA MASYARAKAT YANG PRODUKTIF”
UNICEF memanfaatkan pesan singkat SMS untuk meningkatkan kualitas ketrampilan konseling bidan-bidan dan mendorong mereka menjangkau lebih banyak lagi perempuan hamil.
UNICEF mengupayakan layanan konseling dan tes HIV lebih mudah diakses dan lebih sesuai bagi kaum muda.
UNICEF mendorong pemberlakuan akte kelahiran universal sehingga setiap anak dapat memiliki identitas serta dapat mengakses layanan-layanan yang tersedia.
7
8
| UNICEF INDONESIA
LAPORAN TAHUNAN 2013 |
9
MEMASTIKAN ANAK BERTAHAN HIDUP DAN BERKEMBANG Tahun 1990, 385.000 anak Indonesia meninggal sebelum berusia 5 tahun. Namun sejak saat itu angka itu berhasil diturunkan menjadi sekitar 190.000 per tahun.
gizi kronis. Kurang gizi kronis pada 1.000 hari pertama hidup seorang anak bisa menghambat pertumbuhan fisik dan kognitifnya, yang tidak dapat diperbaiki lagi di kemudian hari.
UNICEF dan mitra-mitranya terus mengupayakan solusi untuk menanggulangi penyakit-penyakit yang beresiko menjangkiti anak-anak, serta memperkuat layanan kesehatan yang telah ada. Ratusan ribu anak yang bisa saja meninggal jika angka kematian tetap sama dengan angka tahun 1990, berhasil diselamatkan karenanya.
UNICEF bergandeng tangan dengan pemerintah menangani krisis kurang gizi kronis ini. Salah satunya dengan memprakarsai Scaling Up Nutrition (SUN), diluncurkan pada bulan Oktober 2013. Tujuan SUN menyatukan para pelaku utama menggalakkan pemberian ASI eksklusif, pengayaan mikronutrisi dan vitamin, serta kampanye edukasi masyarakat tentang gizi yang sehat, yang sukses meningkatkan kesadaran masyarakat akan pengaruh kurang gizi kronis dan betapa pentingnya gizi untuk kesehatan ibu anak.
Harus diingat penyebab paling mendasar dari hampir setengahnya angka kematian anak adalah gizi yang buruk, dan faktanya lebih dari 1 dari 3 anak di Indonesia menderita kurang
Diare juga faktor kunci yang lain atas angka kematian anak yang tinggi, yang utamanya disebabkan sanitasi yang buruk. Sampai kini sekitar 58 juta penduduk masih melakukan BAB sembarangan. Itu angka kedua tertinggi di seluruh dunia! Di tahun 2013, UNICEF memperdalam riset untuk lebih memahami perilaku, pengetahuan, dan kebiasaan masyarakat mengenai BAB sembarangan. Hasilnya membantu kami menemukan cara paling tepat untuk mengajak masyarakat menghentikan kebiasaan BAB di tempat terbuka, serta menganjurkan mereka mendirikan jamban atau toilet mereka sendiri.
“SETIAP ANAK– DI MANA PUN IA BERADA – PUNYA HAK YANG SAMA ATAS AWAL YANG SEHAT DAN AMAN DALAM HIDUPNYA.” – Anthony Lake – Direktur Eksekutif UNICEF
©UNICEF/Indonesia/11030459/Josh Estey
Penurunan angka kematian anak memang kemajuan yang penting, namun kematian satu orang anak saja tetap terlalu banyak. Dan saat inilah saat paling tepat untuk mengakhiri kematian anak yang seyogianya dapat dicegah, jika saja setiap anak mendapatkan imunisasi penuh di tahun pertama mereka. Di tahun 2013 UNICEF menyokong digulirkannya program imunisasi Pentavalen di 4 provinsi. Imunisasi Pentavalen ini melindungi anak dari 5 penyakit berbeda dengan hanya satu imunisasi saja, yaitu: difteria, tetanus, batuk rejan, hepatitis B, dan hemofilus influensa tipe B (Hib) yang mengakibatkan pnemonia serta meningitis.
CERITA DARI LAPANGAN 10 | UNICEF INDONESIA
LAPORAN TAHUNAN 2013 | 11
LINGKAR LENGAN ATAS RUSU HANYA 10CM! Bisakah ia bertahan hidup dengan kekurangan gizi kronis?
Rusu baru berusia beberapa bulan ketika ibunya, Maria Ordo Soka, membawanya ke program dukungan UNICEF berbasis masyarakat di Magepanda, kabupaten Sikka, provinsi NTT. Lingkar lengan atasnya yang hanya 10cm menandakan ia kekurangan gizi kronis yang bisa berujung kematian. Mungkin banyak yang bertanya-tanya betulkah kekurangan gizi begitu mematikan? Faktanya, di Indonesia lebih dari 400 anak meninggal dunia setiap hari karena berbagai penyakit yang – seyogianya – bisa disembuhkan. Namun kekurangan gizi kronis di bawah angka pertumbuhan rata-rata selalu menjadi penghalang penyembuhan sehingga menjadi penyebab mendasar kematian mereka. Di samping itu terbukti pula bahwa anak-anak yang selamat dari kekurangan gizi kronis lebih lambat dalam belajar, dan saat dewasa tidak seproduktif rekan-rekannya. Lantas, apa solusinya? Dengan sumbangan Anda, UNICEF beserta mitranya memastikan betul penyedia layanan kesehatan mengambil langkah-langkah memadai untuk menanggulangi masalah kekurangan gizi kronis, anemia, dan kelahiran bayi dengan berat badan rendah. Tidak ketinggalan pula digalakkannya pemberian ASI eksklusif di usia emas anak serta pemberian vitamin A dan mikronutrisi.
Semua ini bisa terjadi berkat donatur seperti Anda. Kematian anak yang seyogianya bisa dicegah kini betul-betul bisa dicegah. Kesempatan itu begitu besarnya kini, lebih besar daripada sebelumnya. Rusu selamat dan tetap hidup. Sumbangan Anda yang menerus meneguhkan lebih banyak lagi anak seperti Rusu yang bisa bertahan hidup dan tumbuh seperti seharusnya.
©UNICEF/Indonesia/2012/Anne-Cécile Esteve
Bisa bertahankah Rusu? Bisa. Dan kini di usia 11 bulan lingkar lengan atasnya telah menjadi 12,5cm yang artinya kesehatannya telah berkembang ke arah yang lebih baik. Ibunya pun lega, Rusu lolos dari lubang jarum!
14 | UNICEF INDONESIA 12
BERI ANAK MASA DEPAN CERAH LEWAT PENDIDIKAN
13 LAPORAN ANNUAL TAHUNAN REPORT 2013 | 15
“DELAPAN TAHUN PERTAMA MERUPAKAN FASE PERKEMBANGAN PALING PENTING DALAM HIDUP ANAK.”
Kurang setengah anak usia 3-6 tahun – kebanyakan di wilayah perkotaan – mengikuti program pengembangan dan pendidikan usia dini. Padahal tanpa persiapan memadai justru akan timbul dampak negatif saat anak mulai sekolah yang seringkali berujung pada putus sekolah dini di sekolah dasar dan perkembangan yang buruk. Penelitian UNICEF mengenai kesiapan sekolah menunjukkan fakta bahwa anak dengan persiapan selama paling tidak 1,5 tahun memiliki kemungkinan lebih besar untuk berhasil di sekolah daripada mereka yang tidak mendapatkan pendidikan dini. Berangkat dari situlah UNICEF pada tahun 2013 mendukung penuh didirikannya sejumlah pusat pengembangan usia dini di beberapa provinsi di Indonesia, yaitu di Aceh, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, NTB dan NTT.
Hasilnya adalah ditandatanganinya sebuah keputusan oleh presiden RI mengenai HI-ECD yang sebelumnya telah disahkan oleh 7 kementrian. Dengan keputusan ini terbuka kesempatan luas untuk mendirikan layanan terintegrasi serupa di seluruh negeri. Paket layanan tersebut mencakup pembelajaran dini, layanan kesehatan seperti vaksinasi dan perlindungan yang melibatkan pekerja sosial. Agar implementasi keputusan tersebut benar-benar dilaksanakan dengan baik, UNICEF kini giat mendukung pemerintah tingkat nasional dan daerah.
©UNICEF/Indonesia/2014
UNICEF juga terus menerus mendorong pemerintah meningkatkan investasinya untuk pengembangan anak usia dini (PAUD) yang holistik dan terintegrasi (HI-ECD, holistic integrated early childhood development). Artinya adalah layanan tersebut seyogianya memadukan pendidikan dini anak dengan layanan kesehatan, gizi, dan perlindungan.
14 | UNICEF INDONESIA
LAPORAN TAHUNAN 2013 | 15
96%
TUMBUH DI INDONESIA
anak usia 7-12 tahun bersekolah di sekolah dasar.
TANTANGAN DI DEPAN MATA
Kemungkinan anak-anak keluarga termiskin tidak bersekol ah 9
44% pengguna narkoba suntik memiliki pengetahuan komprehensif tentang penyebaran dan pencegahan HIV. 11
17% KELAHIRAN tidak didampingi tenaga kesehatan terlatih. 1
1 DARI 25 ANAK
Di kalangan penduduk termiskin,
LIMA KALI LEBIH BESAR daripada anak-anak keluarga lebih mampu.
10
HANYA 14% pengguna narkoba suntik usia 15-19 tahun yang memiliki pengetahuan komprehensif tentang 12 penyebaran dan pencegahan HIV. keluarga termiskin memiliki akte kelahiran.14
memiliki akte kelahiran.13
42% KELAHIRAN tidak didampingi tenaga kesehatan terlatih. 2
DI 6 PROVINSI INDONESIA TIMUR 1 DARI 14 ANAK MENINGGAL DIBAWAH USIA 5 TAHUN 4
MENINGGAL
DI BAWAH USIA 5 TAHUN 3
41% orang Indonesia tidak menggunakan toilet atau fasilitas 5 sanitasi yang telah ditingkatkan lainnya.
Akses ke fasilitas sanitasi yang telah ditingkatkan di wilayah pedesaan setengah kali lebih tinggi daripada wilayah perkotaan. 6
Every Child Counts, The State of the World's Children in Numbers 2014
1
2
Ibid
Indonesia Demographic and Health Survey 2012
4
Riskesdas 2010
Every Child Counts, The State of the World's Children in Numbers 2014
5
6
Ibid
Every Child Counts, The State of the World's Children in Numbers 2014
7
7
8
8
Ibid
Indonesian Ministry of Education and Culture
9
10 Indonesian Socio Economic Survey 2011
Indonesia's Integrated Biological and Behavioural Surveillance Survey 2011
11
12
Ibid
Indonesia Demographic and Health Survey 2012 13
14
Ibid
©UNICEF/Indonesia/NYHQ2013-0906/Ferguson
3
CERITA DARI LAPANGAN 16 | UNICEF INDONESIA
LAPORAN TAHUNAN 2013 | 17
"KINI AKU TAK PERLU MEMILIH" Layanan terpadu kesehatan dan pendidikan di Sulawesi
Mana yang lebih penting? Kesehatan atau pendidikan? Ibu Murni dulu terpaksa harus memilih satu saja di antaranya untuk anaknya, Aswan, yang berusia 5 tahun. Aswan biasa mengikuti PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) yang hanya memungkinkannya pergi ke posyandu (pos pelayanan terpadu) untuk imunisasi dan cek pertumbuhan sekali saja dalam sebulan. Kini tidak lagi. Apa yang diperlukannya, yaitu layanan pendidikan dan kesehatan, bisa didapatkannya di satu tempat saja, di Pusat Pengembangan Anak Usia Dini Siola Matahari, kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat. “Kami selalu dikasih vitamin oleh guru dan kesehatan kami dicek,” cerita Aswan saat ditanya. UNICEF telah dan akan terus bekerjasama dengan pemerintah setempat untuk memastikan pusat-pusat Pengembangan Anak Usia Dini mampu menyediakan layanan menyeluruh, lengkap, dan terpadu bagi seluruh siswa.
Untuk sukses yang telah kami capai bersama, kami ucapkan terima kasih tak terhingga kepada seluruh donatur yang telah membantu kami mengintegrasikan layanan kesehatan dan pendidikan.
Anak-anak di Pusat PAUD di Aceh Besar
©UNICEF/Indonesia/2014
Sekarang guru Aswan mengecek tinggi dan berat badan murid-murid secara teratur serta memonitor pertumbuhan dan perkembangan mereka.
18 | UNICEF INDONESIA
LAPORAN TAHUNAN 2013 | 19
MEMBENDUNG PENYEBARAN HIV/AIDS Indonesia adalah 1 dari 9 negara di dunia di mana angka penderita HIV/AIDS masih terus meningkat, dan yang beresiko khususnya adalah kaum muda. Untuk menjajaki pengaruh HIV pada populasi kaum muda usia 15-24 tahun, pada 2013 UNICEF bekerjasama dengan Komisi Nasional Penanggulangan AIDS melakukan analisis pada data yang ada. Dari kajian tersebut pusat epidemi adalah pengguna narkoba, pekerja seks, pria yang berhubungan seks dengan pria dan transjender. Ternyata golongan kaum muda inilah yang memiliki tingkat pengetahuan dan pemahaman terendah tentang bagaimana mencegah penularan HIV.
©UNICEF/Indonesia/29080730/Josh Estey
Kajian tersebut juga menemukan fakta adanya hambatan dan rintangan yang membuat kaum muda ini kesulitan mengakses layanan pencegahan dan perawatan. Saat ini UNICEF sedang dalam proses mengembangkan program pemeriksaan, perawatan dan pengobatan yang mudah dan luwes bagi kaum muda. Tak lupa UNICEF berupaya memastikan agar ibu hamil dan menyusui yang terinfeksi HIV atau AIDS tidak lantas meneruskan virus tersebut ke anaknya. Tidak hanya itu, UNICEF berusaha menjamin setiap perempuan hamil dites HIV dan sifilis, serta diberi pengobatan dan perawatan memadai, juga bantuan, jika diperlukan. Di provinsi Papua dan Papua Barat, HIV telah menyebar di masyarakat umum. Untuk menyetop penyebaran lebih luas di sini UNICEF memberdayakan dan membekali kaum muda dengan pengetahuan dan ketrampilan agar mereka tidak lagi rentan terhadap infeksi HIV. Dengan sekolah-sekolah dan para guru kami juga melakukan kerja sama untuk mengedukasi para murid mengenai bahaya HIV/AIDS. Pun dengan mereka yang tidak bersekolah kami mengadakan kerja sama.
CERITA DARI LAPANGAN 20 | UNICEF INDONESIA
LAPORAN TAHUNAN 2013 | 21
MARKUS DAN HONAINYA Jalan berliku menuju pendidikan lanjutan di provinsi Papua
honai – memainkan peranan penting untuk membawa, meneruskan, dan menjaga tradisi serta nilai-nilai hidup mereka di desa. Selain itu ketua honai juga menetapkan dan menjalankan peraturan serta memastikan penghuni yang sakit dibawa ke dokter. Tidak mudah hidup di asrama-asrama ini. Jamban saja tidak ada sehingga mereka harus memanfaatkan sungai dekat situ untuk MCK. Untuk makan pun sulit. Yang lebih tua biasanya menarik becak yang hasilnya dipakai untuk makan sehari-hari. “Kami hanya makan sekali di malam hari,” demikian kata Markus. “Mereka yang telat harus menunggu sampai malam keesokannya. Membantu sekali sih, biasanya semua datang tepat waktu karenanya.” Lembaga Swadaya Masyarakat Yasumat, Yayasan Sosial untuk Masyarakat Terpencil, membantu anak-anak muda itu dengan memberi pendidikan kesehatan dan juga mengadakan diskusi-diskusi mengenai HIV di asrama-asrama tersebut.
Tetap sehat setelah meninggalkan rumah Advis untuk kaum muda Papua agar terhindar dari HIV ©UNICEF/Indonesia/2013/Michael Klaus
Empat tahun sudah sejak kali terakhir Markus bertemu kedua orangtuanya. Dan sedikitnya baru setahun lagi ia bisa pulang ke desanya, Kalbok, sebuah desa terpencil yang harus ditempuh dengan 10 hari berjalan kaki di dataran tinggi provinsi Papua. Di usianya yang ke-18 Markus duduk di kelas 12, dan ia sadar betul ia tidak bisa bersekolah jika tetap tinggal di desanya. Telah banyak kemajuan yang dialami Markus dalam 4 tahun terakhir ini, misalnya saja ia kini ketua honainya di Megapura. Honai adalah pondok tradisional besar yang berfungsi sebagai asrama bagi sekitar 50 remaja dan dewasa. Biasanya mereka yang tinggal di situ sedang mengikuti pendidikan lanjutan atau pelatihan dari lembagalembaga profesional di sekitar Wamena, jantung provinsi Papua di timur Indonesia. Satu-satunya pilihan bagi penduduk wilayah untuk mendapatkan pendidikan lanjutan adalah meningalkan desa mereka yang miskin yang terletak di wilayah pegunungan. Di kota tempat menuntut ilmu, umumnya mereka yang berasal dari suku yang sama tinggal dalam satu honai, di mana ketua honai seperti Markus – yang dipilih oleh penghuni
Tidak mudah bicara soal kesehatan reproduksi dan seks aman di wilayah yang penduduknya sangat konservatif ini, namun demikian hal tersebut tetap saja mutlak harus dilakukan. Tahu kenapa? Kenyataannya adalah kurang dari 10% dari penduduk usia 1018 tahun yang mengerti secara lengkap dan menyeluruh tentang penyebaran HIV. Sesungguhnya penyebaran HIV hanyalah satu dari banyak permasalahan yang dihadapi anak-anak dan remaja di provinsi Papua dan Papua Barat. Tahun 2012 lampau UNICEF dan pemerinta provinsi setempat mengadakan Kajian pada Kebijakan dan Program Pemuda, di mana kaum muda diundang dan diminta mengungkapkan tantangan yang mereka hadapi di bidang kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan perlindungan. Didasari temuan pada kajian tersebut, serta advokasi dari UNICEF, pemerintah provinsi Papua Barat dalam sebuah kesempatan tingkat tinggi tanggal 25 Juni di ibukota provinsi, Manokwari, menegaskan komitmennya untuk merancang kebijakan yang komprehensif bagi kaum muda. Bila terlaksana, hal ini akan menjadi yang pertama.
22 | UNICEF INDONESIA
LAPORAN TAHUNAN 2013 | 23
MELINDUNGI ANAK DARI KEKERASAN DAN PERLAKUAN SALAH Menandai Hari Anak Sedunia pada 20 November 2013 Indonesia menggabungkan diri dalam gerakan global #ENDviolence against Children, atau #HENTIKANkekerasan terhadap anak. Sejauh ini Indonesia, negara dengan penduduk 250 juta di mana sepertiganya adalah anak di bawah usia 18 tahun, tidak memiliki data nasional yang akurat mengenai tingkat kekerasan terhadap anak-anak. Tapi hasil riset yang ada sungguh suram dan buram. Contohnya di Papua, hasil riset tahun 2011 menunjukkan 2/3 anak di bawah usia 15 tahun pernah dihukum secara fisik. Bahkan seperempat dari responden menyatakan hukuman fisik tersebut seringkali sangat keras.
Sebagai jawaban atas kekerasan terhadap anak UNICEF menjalankan sejumlah program untuk mencegahnya. Misalnya di Papua, UNICEF mendorong program sekolah aman yang mendesak guru-guru menggunakan metode untuk mencapai disiplin nirkekerasan di dalam kelas.
#HENTIK ANkekerasan
©UNICEF/Indonesia/2011/Ardiles Rante
Kala peluncuran #ENDviolence against Children atau #HENTIKANkekerasan terhadap anak, ketua Forum Anak Nasional, I Gede Respa Pranayogas, menyoroti pentingnya mewujudkan lingkungan yang aman bagi anak di keluarga, masyarakat, dan sekolah, di mana anak bisa merasa aman sehingga berani angkat bicara menentang kekerasan tanpa takut akan pembalasan sesudahnya.
CERITA DARI LAPANGAN 24 | UNICEF INDONESIA
LAPORAN TAHUNAN 2013 | 25
“DULU MURID-MURID TAKUT PADA SAYA” Menyetop hukuman fisik
“Saya biasa memukul murid ketika mereka saya anggap nakal atau tidak memperhatikan pelajaran,” kenang Darius Naki Sogho, guru kelas 5 di provinsi Papua. “Dulu murid-murid takut pada saya.” Tetapi itu sudah tidak terjadi lagi. Perubahan itu terjadi setelah Bapak Naki Sogho menjadi salah satu peserta dari 28 guru yang mengikuti pelatihan Disiplin Positif di tahun 2013 sebagai upaya menerapkan cara baru berinteraksi dengan murid. Pendekatan Disiplin Positif yang diaktifkan bersama oleh UNICEF dan pemerintah setempat ini bertujuan menghentikan hukuman fisik serta perilaku kasar dan keras dalam ruang-ruang kelas.
Pak Guru mendampingi murid-murid belajar di kelas di Jayapura, Indonesia
©UNICEF/Indonesia/29080730/Josh Estey
“Biasanya dulu mereka sangat takut dan tegang saat saya bicara,” imbuh bapak Naki Sogho lagi, “tapi kini tampaknya mereka menikmati cara saya mengajar. Karena saya sekarang lebih santai dalam kelas, dan saya coba memotivasi mereka, dan seringkali juga bercanda agar suasana tidak kaku dan tegang.”
26 | UNICEF INDONESIA
LAPORAN TAHUNAN 2013 | 27
UNICEF INDONESIA | Rangkuman Penerimaan Laporan Tahunan – 2013 TABEL DONATUR
Penerimaan 2013 (dalam US$)
1. Donator Perorangan di Indonesia
TERIMA KASIH KAMI UNTUK PARA DONATUR
Pendekar Anak (dari 41,875 donatur bulanan) Donasi satu kali
5,498,038 8,885 5,506,923
2. Mitra Perusahaan di Indonesia
Kami ucapkan terima kasih kepada pemerintah para donatur, baik perusahaan maupun perorangan, atas dukungan Anda terhadap UNICEF untuk meningkatkan kualitas hidup anak. Bersama kita membuat Indonesia sebuah tempat di mana setiap anak berharga.
BCA - PT Bank Central Asia
101,367
Alfamart - PT Sumber Alfaria Trijaya
167,837
Indomaret - PT Indomarco Prismatama
118,016
Unilever Foundation - Indonesia
129,741
Bank Muamalat Matahari Department Store BII Finance
16.52%
Other Corporate Partners
24,337 9,347 10,196 6,168 567,009
DANA TEMATIS 3. Pemerintahan (donatur bilateral)
25.6%
DONATUR PERORANGAN DI INDONESIA
4.28%
MITRA GLOBAL
Australia Canada / GI European Commission/EC Japan Netherlands Norway
1,291,235 8,991 1,235,194 160,816 1,024,481 350,628
United Arab Emirates
1,018,790
USA-USAID
2,692,899 9,487,309
4. Komite Nasional UNICEF Australian Committee for UNICEF Ltd
146,959
German Committee for UNICEF
236,700
Swiss Committee for UNICEF
215,947
United Kingdom Committee for UNICEF
409,410
United States Fund for UNICEF
468,160 1,477,176
5. Mitra Global World Bank - Washington DC
6.87%
2.63%
KOMITE NASIONAL UNICEF
MITRA KORPORASI DI INDONESIA
The GAVI Fund
159,771 12,300
University of Notre Dame
468,092
Bill & Melinda Gates Foundation
123,399
UNFPA - USA
156,708
USA - CDC
1,016 921,286
44.1%
PEMERINTAHAN (DONATUR BILATERAL)
6. Dana Tematis
3,553,584 3,553,584
TOTAL PENERIMAAN 2013
21,513,287
28 | UNICEF INDONESIA
URUSAN ANAK URUSAN KITA SEMUA
"PT Sumber Alfaria Trijaya, Tbk pengelola Alfamart dan Alfamidi merasa bahagia dapat bekerja sama dengan UNICEF membantu meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat melalui Program Pencegahan dan Pemberantasan Malaria, serta membantu pemenuhan hak anak-anak dalam mendapatkan pendidikan yang layak melalui Program Pengembangkan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Indonesia. Kemitraan yang terjalin dapat berjalan dengan baik berkat penggalangan donasi konsumen di toko. Perusahaan berharap kerja sama ini dapat membantu meningkatkan kualitas hidup masyarakat khususnya anak-anak Indonesia menjadi lebih baik saat ini dan di masa depan."
Fenny Djoko Susanto, Presiden Direktur PT Sumber Alfaria Trijaya, Tbk:
"Unilever Indonesia percaya bahwa pendidikan terus menerus mengenai kesehatan, kebersihan, dan gizi akan membantu masyarakat Indonesia untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan mereka. UNICEF Indonesia memiliki keprihatinan yang sama dan bekerja pada program-program yang spesifik untuk meningkatkan sanitasi total berbasis masyarakat dan sanitasi sekolah.
"Sebagai bagian dan tanggung jawab sosial untuk masyarakat, Indomaret kembali bermitra dengan UNICEF. Hal ini dilandasi oleh kesamaan visi dan misi dalam membantu anak-anak usia dini untuk mendapatkan layanan holistic dan integratif. Upaya ini merupakan investasi penting bagi pengembangan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas."
Unilever Indonesia berharap kerjasama dengan UNICEF dapat menjadi model yang sukses yang dapat ditiru oleh program-program lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Ini merupakan perwujudan dari Sustainable Living Plan yang Unilever canangkan untuk masa depan lebih cerah bagi generasi Indonesia mendatang."
Wiwiek Yusuf Direktur Pemasaran PT Indomarco Prismatama
Sinta Kaniawati, General Manager Unilever Indonesia Foundation
32 | UNICEF INDONESIA
UNICEF World Trade Center 6, 10-11th Floor Jl. Jenderal Sudirman Kav. 31 Jakarta 12920, Indonesia Tel. (021) 2996 8000 Fax. (021) 571 1326 Email
[email protected] Website www.unicef.or.id unicefindonesia
@unicefindonesia