BAB IV STRATEGI
4.1. Strategi Komunikasi 4.1.1. Pendekatan Rasional Melalui buku cerita ini, anak-anak mendapatkan pengetahuan lebih jauh
mengenai
cerita
rakyat
Indonesia,
antara
lain
cerita
kepahlawanan, mitos, legenda, dan lainnya. Pendekatan rasional lain yang mendukung adalah dengan menyusun buku kumpulan cerita menjadi buku berseri dengan tujuan agar anak-anak lebih fokus pada satu cerita. Diharapkan anak-anak akan lebih mudah menyerap esensi cerita yang terfokus.Hal ini juga didukung penulis buku pada saat wawancara bahwa untuk kepentingan pendidikan. 4.1.2. Pendekatan Moral Cerita rakyat yang disampaikan selalu memberikan nilai moral yang terkandung di dalamnya.Anak-anak yang sering membaca cerita ini secara tidak langsung selalu menerima pesan moral dari cerita dan dapat memahaminya tanpa anak tersebut merasa digurui. 4.1.3. Pendekatan Emosional Buku ini selain memberikan pengalaman estetik dari segi visual, warna cerah, dan tampilan halaman, juga memberi nilai tambah berupa pop-up dengan upaya menghasilkan nilai yang baru. Nilai tersebut adalah buku yang disajikan dalam bentuk tiga dimensi, sehingga lebih menarik dan dapat memperkaya imajinasi melalui pengelihatan dan sentuhan (bagian dari panca indera).
4.2. Strategi Kreatif 4.2.1. Keywords Berdasarkan analisa serta data dan informasi yang diperoleh penulis, dapat disusun beberapa kata kunci yang mengarahkan desain buku yang akan dibuat. Kata-kata tersebut antara lain:
1. Interaktif Setelah mengalami beberapa proses analisa dan pengumpulan data, dapat disimpulkan bahwa anak-anak lebih menyukai buku yang tidak hanya dua dimensi. Mereka menyukai buku dengan tampilan tiga dimensi atau memiliki elemen lain yang dapat berinteraksi dengan beberapa panca indera mereka. Oleh karena itu, interaktif desain buku yang dimaksud akan menampilkan elemen tiga dimensi atau elemen interaktif lain yang memperkuat tampilan visual yang cocok untuk anakanak. 2. Kebudayaan Selain cerita yang berlatar belakang budaya Indonesia, penulis bermaksud membuat desain buku yang juga mengandung budaya Indonesia.Penulis akan memasukkan nilai estetik dari budaya Indonesia melalui elemen warna, rumah adat, dan ornamen.
4.3. Strategi Visual 4.3.1. Penjelasan Umum Buku cerita rakyat akan dipisah menjadi berseri sesuai dengan provinsi
asal
masing-masing
cerita
rakyat
serta
memiliki
kemasannya. Setiap cerita memiliki halaman pop-up antara 6 sampai 8 cerita sesuai dengan panjang cerita. Jumlah pop-up yang dibuat keduanya kebetulan berjumlah 7 spread. Setiap buku cerita akan dijilid menggunakan hard cover. Setiap buku memiliki format bentuk buku pop-up dengan inside booklet yang berisikan alur cerita serta ilustrasi atau pop-up tambahan. Buku yang dibuat adalah satu buku Semangka Emas yang keseluruhan halamannya dibuat dan tiga judul lain yaitu Asal Mula Pulau Berlumbak, Batu Menangis, dan Sungai Kawat yang masingmasing terdapat satu halaman didalamnya. Selain layout dan warna, setiap bagian pembuka buku cerita juga akan menyertakan penjelasan berupa peta mengenai wilayah cerita rakyat tersebut berasal.
Gambar 4.1. Ketiga cerita lainnya yang telah dibuat hard cover.
Bagian kulit buku (cover), dibuat berlayer bertujuan agar pada saat dipajang di rak display, maka buku ini akan menjadi lebih menonjol dibandingkan buku lainnya. Hal tersebut juga membuat orang mengetahui bahwa buku ini merupakan buku interaktif.
4.3.2. Tipografi Jenis huruf atau typeface yang digunakan dalam buku ini ada dua.Keluarga huruf Jegeg digunakan untuk judul buku serta drop cap untuk setiap awalan teks dalam sebuah halaman.Huruf ini dipilih untuk menjadi judul buku serta drop cap karena huruf ini memiliki bentuk atau struktur yang menyerupai atau terinspirasi dari huruf kuno Indonesia.Bentuk organis yang diadopsi huruf ini mengesankan Indonesia serta etnik. Keluarga huruf yang dipilih untuk dijadikan teks adalah ITC Souvenir Std. Berdasarkan kriteria pemilihan huruf untuk anak-anak dan tingkat keterbacaan yang baik oleh Illene dan Danton Sihombing, huruf ini termasuk dalam kriteria yang baik seperti yang sudah dibahas sebelumnya pada Bab III, analisa tipografi. Berikut ini akan disertakan huruf yang akan digunakan serta contohnya dalam teks dan judul. a.
Jegeg Huruf ini dibuat dengan tujuan menampilkan sebuah huruf yag bertemakan Indonesia. Huruf ini dibuat oleh Andre seorang mahasiswa Desain Komunikasi Visual Univeritas Pelita Harapan
dalam rangka menyelesaikan tugas Ujian Akhir Semester Tipografi 3.Hasil akhir dari huruf ini sesuai dengan tujuan pembuatannya yaitu menunjukkan ciri ke-Indonesia-an.
b.
Averia Averia
merupakan
sebuah
huruf
yang
dibuat
dengan
menggunakan referensi dari 725 font yang ada di komputer dan membandingkan satu sama lain serta merata-rata ukuran, stem, counter, dan lainnya. Namun, yang membuat huruf ini bukan seorang desainer. Tujuannya membuat huruf ini untuk menjadi salah satu pilihan dibandingkan banyaknya huruf dalam sebuah komputer yang bahkan ratusan atau ribuan huruf itu layak atau cocok untuk digunakan.
c.
Contoh aplikasi untuk judul Contoh menggunakan ukuran 30 pt dengan kerning 30 pt.
d.
Contoh aplikasi untuk drop cap dan teks Jenis huruf Jegeg disesuaikan dengan kebutuhan, Averia berukuran 12 pt dengan kerning 4 pt.
4.3.3. Ilustrasi Ilustrasi merupakan salah satu elemen penting dalam sebuah buku bacaan untuk anak-anak. Perry Nodleman, dalam buku Lukens menuliskan bahwa gambar atau ilustrasi bersama dengan teks bekerja sama menjelaskan isi buku. Namun, anak-anak lebih mudah dan tertarik untuk membaca buku dengan gambar yang lebih banyak dari tulisan.
Illustrasi
menjelaskan
lebih
banyak
dibandingkan
tulisan.(Lukens 2003, 41). Setelah menganalisa beberapa referensi visual yang disukai anak-anak, dan didukung oleh penjelasan Hedgepeth dan Nissal dalam bukunya, (2006, 6) bahwa anak-anak menyukai karakter yang
sederhana, belum mempermasalahkan proporsi tubuh, dantidak mempermasalahkan binatang yang berbicara. Gaya ilustrasi yang digunakan adalah kartun sesuai dengan artis acuan Barbara yang merupakan seorang desainer utama di sebuah Graphic House utama di Italy yang terbiasa membuat ilustrasi untuk buku Fairytale untuk anak-anak. Ilustrasi yang digunakan juga mengaplikasikan penggabungan budaya ilustrasi yang berasal dari Italia dengan unsur ornamen khas Indonesia (khususnya Kalimantan).Hal ini merupakan pengaplikasian key words kebudayaan serta ornamen hasil dari mind mapping dari key words tersebut.
Gambar 4.2. Contoh ilustrasi buku cerita yang berjudul Semangka Emas.
Penggambaran karakter dari tokoh yang dibuat disesuaikan dengan cerita rakyat yang diangkat. Contohnya pada cerita pertama yang berjudul Semangka Emas memiliki dua tokoh utama kakak beradik yang bernama Dermawan dan Muzakir.Keduanya memiliki sifat yang bertolak belakang, yaitu dermawan dan pelit.Hal tersebut terlihat dari cerita yang menggambarkan perbuatan dan akibat yang diperoleh dari tindakan mereka masing-masing.Perbedaan karakter dibuat dengan perbedaan postur tubuh serta bentuk mata karakter. Setiap cerita yang dibuat akan ditonjolkan perbedaan seperti pada cerita pertama yang bertujuan agar anak-anak lebih mudah mengenal dan membedakan tokoh cerita rakyat tersebut. Selain dari proporsi, tokoh-tokoh tersebut juga menggunakan warna yang cukup
jauh berbeda agar perbedaan karakter satu dengan lainnya dapat lebih terlihat jelas.
4.3.4. Ragam Hias Kalimantan Barat Kalimantan Barat merupakan sebuah daerah dengan banyak suku-suku.Salah satunya adalah Dayak.Suku Dayak sendiri pun masih memiliki berbagai macam rumpun.Di Kalimantan Barat yang terkenal adalah dengan sebutan suku Iban Dayak.Ornamen yang digunakan untuk cerita pertama adalah ragam hias dari kain tenun Sambas yang terkenal.
Gambar 4.3. Kain tenun Sambas Sumber: www.melayuonline.com
Motif kain tenun Sambas memang berbagai macam bahkan saat ini berkembang hingga ratusan.Akan tetapi, bentuk dasar dari motif ini adalah pucuk rebung yang memiliki arti mendalam.Pertama, pucuk rebung merupakan bagian dari bambu yang terus tumbuh, maka diharapkan orang Sambas tetap berusaha untuk terus maju.Selanjutnya, orang Sambas harus terus berpikiran lurus selayaknya rebung yang terus tumbuh lurus hingga menjulang tinggi.Terakhir, setelah memncapai puncak tertinggi hendaknya tidak
sombong dan arogan seperti pohon bambu yang selalu merunduk saat tinggi.
Gambar 4.4. Motif pucuk rebung Sumber: www.melayuonline.com
4.3.5. Warna Anak-anak, erat kaitannya dengan warna.Mereka cenderung menyukai warna cerah seperti yang dikemukakan oleh Hurlock dalam bukunya. Pengaplikasian warna cerah akan digabungkan dengan warna ornamen khas Kalimantan Barat. Selain untuk memperkenalkan budaya Kalimantan Barat, hal ini juga bertujuan untuk menggabungkan budaya asing (gaya menggambar) dengan ciri khas budaya Indonesia, salah satunya ornamen tersebut.
4.3.6. Margin dan Grid Buku interaktif ini menggunakan dua macam grid, yaitu grid untuk master spread dan grid untuk inside booklet. Jenis grid yang digunakan untuk master spread adalah Hirarkial grid. Hirarkial grid ini berfungsi untuk mengatur peletakan teks dalam buku.Sedangkan, untuk inside booklet menggunakan sistem grid tiga kolom atau mo (Samara 2002, 29). Ukuran margin untuk buku ini antara lain: 1.
Master spread Margin yang digunakan untuk atas, bawah, kiri, dan kanan adalah 0.5 cm. Margin ini sama untuk semua bagian karena ini berfungsi hanya untuk menjadi pembatas bagi peletakan teks.
2.
Inside booklet a.
Potrait (10.5 x 14 cm) 1. Margin atas
: 2 cm
2. Margin bawah
: 1.5 cm
3. Margin luar
: 1 cm
4. Margin dalam
: 1 cm
Gambar 4.5. Contoh Inside booklet potrait
b.
Landscape( 12 x 8 cm) 1. Margin atas
:1 cm
2. Margin bawah
: 0.7 cm
3. Margin luar
: 1 cm
4. Margin dalam
: 1.5 cm
Gambar 4.6. Contoh Inside booklet landscape
4.3.7. Elemen pop-up Buku ini menggunakan elemen pop-up sebagai elemen utama yang menjadi pendukung selain elemen gafis lainnya.Penggunaan pop-up dapat memberikan hiburan tresendiri kepada pembacanya karena terjadi sebuah interaksi pada saat pembaca membuka setiap halamannya.Hal ini menjadi sebuah nilai tambah pada buku pop-up dibandingkan dengan buku cerita biasa. Elemen pop-up yang digunakan dalam buku ini, antara lain: 1. Box and cylinder Kotak seperti kubus atau silinder yang muncul dari tengah permukaan spread saat buku dibuka.
Gambar 4.7. Contoh halaman dengan elemen box.Terdapat rumah yang muncul di tengah halaman ketika halaman dibuka.
2. Flap or lift the flap Bentuk paling sederhana dalam pop-up atau movable book.Saat sebuah kertas ilustrasi yang ditempelkan dibalik, sebuah gambar yang tersembunyi ditemukan. 3. Floating layers or platforms
Bagian ini akan lebih mudah dimengerti apabila dilihat dari samping. Kertas yang pendukung yang berengsel ganda pada ilustrasi di halaman yang membuat ilusi bahwa ilustrasi tersebut mengapung di atas kertas.
Gambar 4.8. Contoh halaman dengan elemen floating layers or platforms.Elemen ini pasti digunakan pada setiap peta di halaman pertama setiap buku.
4. Leporello Sebuah buku lipatan akordeon dari sebuah kertas panjang yang dilipat secara zig zag atau bentuk concertina (alat musik).
Gambar 4.8. Contoh halaman dengan elemen leporello yang digabungkan dengan tunnel book.Elemen ini dibagian kanan bawah halaman.Terdapat sebuah lubang kecil yang ditutupi untuk mengintip bagian dalam.
5. Pull-tab Tab kertas yang digeser dapat berupa kertas atau pita yang ditarik atau didorong untuk menunjukkan gambar baru. Tab juga dapat berupa pop-up yang aktif. Sebuah figure yang bergerak saat menggeser atau mendorong seperti penari yang berayun, anjing duduk, dan robot bergerak. 6. Tunnel book or peep-show Serial dari kertas panel yang dipotong atau engsel satu dibelakang bagian lainnya, yang membuat ilusi dari kedalaman dan perspektif seperti melihat sebuah lorong. 7. V-fold Bentuk ini merupakan adaptasi dari bentuk yang paling sering dipikirkan pada saat mereka mendengar kata pop-up.Elemen pop-up ditempelkan menghadap halaman dan terbuka pada saat buku dibuka, dan menutup kembali pada saat halaman tersebut dibalik kembali.
4.4. Strategi Media Media yang digunakan berupa buku interaktif dengan sampul hard cover yang berukuran 21cmx 28cm. Bagian dalam buku berukuran 20.5 cm x 27 cm. Setiap halaman buku terdapat inside booklet yang berisikan cerita dan ilustrasi atau pop-up dalam ukuran yang lebih kecil. Jenis kertas yang digunakan untuk dasar halaman adalah kertas Coronado Nature Stipple 270 gsm. Kertas ini cukup tebal untuk menjaga struktur kertas tetap kaku sehingga pop-up dapat berdiri dengan tegak serta dasar halaman tidak melengkung saat harus menarik mekanisme kertas yang cukup berat dan rumit. Kertas yang digunakan untuk pop-up itu sendiri adalah Coronado Nature Stripple 216 gsm.Kertas yang digunakan untuk pop-up itu sendiri juga menggunakan kertas tebal agar konstruksinya tidak melengkung dan diharapkan dapat bergerak dengan sempurna.