HUBUNGAN HIGIENE PERORANGAN DAN ASPEK SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN DEMAM TIFOID DI RUMAH SAKIT TK.III R.W. MONGISIDI MANADO Divana Batubuaya*, Budi T. Ratag*, Windy Wariki* * Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK Demam tifoid merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella thypi. Penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan terutama di Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan higiene perorangan dan aspek sosial ekonomi dengan kejadian demam tifoid di Rumah Sakit Tk.III. R.W Mongisidi Manado. Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan desain case control. Populasi kasus dalam penelitian ini adalah seluruh penderita demam tifoid pada bulan Januari-April 2017, sedangkan populasi kontrol adalah bukan penderita demam tifoid. Sampel diambil dengan jumlah 56 kelompok kasus dan 56 kelompok kontrol. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara terpimpin, dengan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data, sedangkan teknik uji statistik menggunakan uji Chi square. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan antara kebiasaan mencuci tangan sebelum makan (p= 0,000;OR=12,273; 95%CI=5,016-30,026), ada hubungan antara kebiasaan makan di luar rumah (p= 0,000;OR=16,628; 95%CI=2,35611,824), ada hubungan antara pekerjaan responden (p= 0,008;OR=5,278; 95%CI=2,093132,131) dan ada hubungan antara pendapatan kepala keluarga (p= 0,001;OR=3,644; 95%CI=1,648-8,060) dengan kejadian demam tifoid di Rumah Sakit Tk.III. R.W. Mongisidi Manado. Aspek higiene perorangan dan sosial ekonomi memegang peran penting dalam kejadian demam tifoid pada pasien di Rumah Sakit Tk.III R.W. Mongisidi Manado. Kata kunci: demam tifoid, higiene perorangan, aspek sosial ekonomi ABSTRACT Typhoid fever is a disease caused by Salmonella thypi bacteria. The disease is still a health problem in developing countries, including Indonesia. The purpose of this study was to analyze the relationship of personal hygiene and socio-economic aspects with the incident of typhoid fever in R.W Mongisidi Level III Hospital Manado. This research was an observational research with case control design. The population of cases in this study were all patients with typhoid fever in January to April 2017, while the control population were those who are not typhoid fever patients. As many as 56 samples as case group and 56 samples as control group were taken. Data were collected using interview method, with questioner as data instrument, while statistical test technique was done using Chi square test. The results of this study showed relationship between hand washing before eating habits (p = 0,000; OR = 12,273; 95% CI = 5,016-30,026), relationship between outdoor eating habits (p = 0,000; OR = 16,628; 95% CI = 2,356-11,824), relation between respondent's job (p = 0,008; OR = 5,278; 95% CI = 2,093-132,131) and relationship between head of household income (p = 0,001; OR = 3,644; 95% CI = 1,648 - 8,060) with the occurrence of typhoid fever in R.W. Mongisidi Level III Hospital Manado. Aspects of individual hygiene and socio-economic plays an important role in the incidence of typhoid fever in patients in R.W. Mongisidi Level III Hospital Manado. Keywords: Typhoid fever, personal hygiene, socio-economic aspect
1
PENDAHULUAN
sebanyak 320 penderita (Profil Rumah Sakit
Demam tifoid atau Thypus abdominalis
Tk. III R.W. Mongisidi Manado, 2016).
merupakan penyakit infeksi akut yang
Higiene perorangan terdiri dari
menginfeksi usus halus dan terkadang terjadi
kebiasaan mencuci tangan sebelum makan
pada aliran darah yang disebabkan oleh
dan kebiasaan makan di luar rumah.
bakteri Salmonella thypi (Zulkoni, 2011).
Penelitian sebelumnya oleh Sari (2013) dan
Kebersihan
higiene
Paputungan (2016) menyatakan bahwa ada
perorangan, kemiskinan, daerah pertanian,
hubungan antara higiene perorangan dengan
peternakan serta kebiasaan menggunakan
kejadian
tinja untuk pupuk merupakan faktor-faktor
penelitian oleh Triono (2015) mendapatkan
yang
bahwa ada hubungan antara kebiasaan
dapat
lingkungan
hidup,
meningkatkan
penyebaran
penyakit.
demam
tifoid.
Berdasarkan
makan diluar rumah dengan kejadian demam
Negara maju diperkirakan 5.700
tifoid.. Hasil penelitian Artanti (2013)
kasus terjadi setiap tahunnya, demam tifoid
menyatakan bahwa ada hubungan status
masih umum di negara berkembang dimana
sosial ekonomi keluarga dengan kejadian
hal itu memengaruhi sekitar 21.5 juta orang
demam tifoid. Keadaan sosial ekonomi yang
per tahun (CDC, 2013). Secara global
termasuk didalamnya adalah pendapatan
diperkirakan setiap tahunnya terjadi sekitar
kepala keluarga dapat mempengaruhi status
21 juta kasus dan 222.000 menyebabkan
kesehatan
seseorang.
kematian. Demam tifoid menjadi penyebab
memiliki
pendapatan
utama terjadinya mortalitas dan morbiditas
menengah ke atas, dengan keluarga yang
di negara-negara berpenghasilan rendah dan
memiliki pendapatan dengan kategori bawah
menengah (WHO, 2016).
akan memiliki perbedaan masalah kesehatan
Profil kesehatan Indonesia tahun
Keluarga dalam
yang kategori
(Notoatmodjo, 2010).
2010 menunjukan angka kejadian demam tifoid yang meninggal dunia ada 274 kasus
METODE PENELITIAN
(Depkes RI, 2010). Penyakit ini tersebar di
Jenis penelitian ini merupakan penelitian
seluruh wilayah dengan jumlah yang tidak
kuantitatif dengan desain penelitian case
berbeda jauh antar daerah. Penderita Demam
control study. Penelitian dilaksanakan di
tifoid di Indonesia cenderung meningkat
Rumah
setiap tahun dengan rata-rata 800 per
Manado pada bulan Mei sampai bulan Juni
100.000 penduduk. (Depkes RI. 2013).
tahun 2017. Populasi kasus dan kontrol
Sakit
Tk.III.
R.W.
Mongisidi
Demam tifoid di Rumah Sakit Tk.
dalam penelitian ini adalah seluruh penderita
III R.W. Mongisidi Manado merupakan
demam tifoid dan bukan penderita demam
salah satu dari sepuluh penyakit terbanyak
tifoid
pada pasien rawat jalan. Jumlah penderita
Sampel
pada tahun 2014 sebanyak 265 penderita,
responden
kelompok
kasus
pada tahun 2015 berjumlah 44 penderita dan
responden
kelompok
kontrol.
pada tahun 2016
pengumpulan
mengalami peningkatan
2
pada
bulan
diambil
data
Januari-April dengan
yaitu
2017.
jumlah dan
56 56
Metode
wawancara
terpimpin
dengan
kuesioner
sebagai
makan yang baik ada 54 responden (49,0%)
instrumen pengumpulan data. Data yang
sedangkan
yang
memiliki
diperoleh kemudian dianalisis menggunakan
mencuci tangan sebelum makan kurang baik
uji chi-square dengan derajat kepercayaan
ada 58 responden (51,0%). Pada kelompok
(Convidence Interval) 95% dan α sebesar
kasus dari 56 responden terdapat 11
0,05 atau 5%.
responden
(21,0%)
yang
kebiasaan
memilliki
kebiasaan mencuci tangan sebelum makan HASIL DAN PEMBAHASAN
yang baik. Hasil uji statistik menggunakan
Hubungan Kebiasaan Mencuci Tangan
uji Chi-square menunjukan bahwa terdapat
Sebelum
hubungan antara kebiasaan mencuci tangan
Makan
Dengan
Kejadian
Demam Tifoid
sebelum makan dengan kejadian demam
Penularan bakteri Salmonella typhi salah
tifoid di Rumah Sakit Tk.III R.W. Mongisidi
satunya melalui jari tangan atau kuku.
Manado. Nilai Odds Ratio (OR) = 12,273
Apabila
lebih dari 1
orang
tersebut
kurang
dimana
responden
yang
memperhatikan kebersihan dirinya seperti
memiliki kebiasaan mencuci tangan sebelum
mencuci
tangan
makan.
Jika
makan kurang baik berisiko 12,273 kali
kotor
saat
lebih besar menderita demam tifoid dari
melakukan proses pengolahan sampai pada
pada responden yang memiliki kebiasaan
mengkonsumsi makanan, maka tubuh sangat
mencuci tangan sebelum makan baik. Hal
berisiko terkena kuman penyakit (Zulkoni,
ini dikarenakan sebagian responden merasa
2011).
malas mencuci tangan karena mereka yakin
Tabel 1. Hubungan Kebiasaan Mencuci
tangan mereka bersih dari kotoran dan
Tangan Sebelum Makan Dengan Kejadian
sebagian responden juga tidak terbiasa selalu
Demam Tifoid
mencuci tangan sebelum makan.
menggunakan
sebelum
tangan
yang
Kebiasaa
Kelompok
n
Responden
Mencuci Tangan
Kasus n
%
Total
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Sari (2013) memperoleh bahwa
Kontrol N
%
ada n
%
hubungan
yang
bermakna
antara
kebiasaan mencuci tangan sebelum makan
Sebelum
(p=0,001 OR= 2,857 95%CI= 1,140-7,161)
Makan
dengan kejadian demam tifoid di Kabupaten
Kurang
45
79,0
14
25,0
58
51,0
Baik
11
21,0
42
75,0
54
49,0
didapatkan bahwa kebiasaan mencuci tangan
Total
56
100,
56
100,
11
100,0
sebelum makan merupakan salah satu faktor
0
2
baik
Paputungan
0
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa 112
responden
penelitian,
Hasil
penelitian
(2016),
Karim
lain
oleh (2015),
risiko pemicu terjadinya demam tifoid.
p value=0,000 ; OR=12,273 ; (5,016-30,026)
dari
Boyolali.
yang
memiliki kebiasaan mencuci tangan sebelum
3
Hubungan Antara Kebiasaan Makan di
dapatkan nilai p=0,000 dan OR=16,628
Luar Rumah Dengan Kejadian Demam
menunjukan
Tifoid
kebiasaan makan diluar rumah dengan
Tabel 2. Hubungan Kebiasaan Makan di
kejadian demam tifoid.
Luar Rumah Dengan Kejadian Demam
aan Makan
hubungan
antara
Hasil penelitian Pramitasari (2013)
Tifoid Kebias
adanya
memperoleh hasil bahwa ada hubungan Kelompok Responden Kasus N
%
antara variabel kebiasaan makan di luar
Total
rumah
Kontrol n
%
n
dengan
kejadian
demam
tifoid
dengan nilai OR=7,765 dan 95%CI=3,135–
%
di Luar
19,231 yang berarti bahwa responden yang
Rumah
memiliki kebiasaan makan di luar rumah
Ya
40
71,4
18
32,1
58
51,8
mempunyai risiko untuk terkena Demam
Tidak
16
28,6
38
67,9
54
48,2
Tifoid 7.765 kali besar dari pada responden
Total
56
100,
56
100,
112
100,0
yang tidak memiliki kebiasaan makan di luar
0
rumah.
0
p value=0,000 ; OR=16,628 ; (2,356-11,824)
Penularan tifus dapat terjadi dimana
Kebiasaan jajan makanan di luar
saja dan kapan saja, biasanya terjadi melalui
rumah menjadi salah satu faktor risiko
konsumsi makanan di luar rumah atau di
kejadian demam tifoid. Penularan demam
tempat-tempat umum, apabila makanan atau
tifoid dapat terjadi ketika seseorang makan
minuman yang dikonsumsi kurang bersih.
di tempat umum, ketika makan di luar
Secara
apalagi di tempat-tempat umum biasanya
kemungkinan tercemar Salmonella thyphi,
terdapat lalat yang beterbangan dimana-
maka setiap individu harus memperhatikan
mana bahkan hinggap di makanan. Lalat-
kualitas makanan dan minuman yang akan
lalat tersebut dapat menularkan Salmonella
dikonsumsi.
thyphi dengan cara lalat yang sebelumnya
karena
hinggap di feses atau muntah penderita
penderita tifus laten (tersembunyi) pada saat
demam tifoid kemudian hinggap di makanan
memasak
yang akan dikonsumsi (Padila, 2013).
(Addin A, 2009).
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa responden yang tidak memiliki kebiasaan makan di luar rumah ada 54 responden (48,2%) sedangkan yang memiliki kebiasaan makan di luar rumah ada 58 responden (51,8%). Pada kelompok kasus dari 56 responden terdapat 16 responden (28,6%) yang tidak memilliki kebiasaan makan di luar rumah. Berdasarkan analisis tabulasi silang menggunakan Chi square di
4
umum,
untuk
memperkecil
Penularan juga disebabkan
makanan
kurang
yang
disajikan
menjaga
oleh
kebersihan
Hubungan Antara Pekerjaan Responden
merupakan jumlah responden terbanyak
Dengan Kejadian Demam Tifoid
pada pasien demam tifoid. Hasil penelitian
Tabel 3. Hubungan Pekerjaan Responden
lain dari Burhan (2015) didapatkan bahwa
Dengan Kejadian Demam Tifoid
jumlah penderita demam tifoid yang paling
Pekerjaa
Kelompok
n
Responden
Respond
Kas
en
us
banyak memiliki status pekerjaan sebagai
Total
siswa/mahasiswa. Berhubungan dengan usia anak-anak, terdapat hasil penelitian lain dari
Kontrol
Raflizar (2010) bahwa kejadian demam
n
%
n
%
n
%
Beresiko
55
98,2
43
76,8
98
87,5
Kurang
1
1,8
13
23,2
14
12,5
tifoid berisiko diderita oleh anak-anak berusia ≤ 14 tahun dengan nilai OR=1,677. Penyakit demam tifoid ini banyak diderita anak usia sekolah, usia remaja dan
Beresiko Total
56
100,
56
100,
11
0
2
0
100,0
dewasa muda dimana dimana kelompok ini mempunyai kebiasaan ruang lingkup gerak yang
p value=0,008 ; OR=5,278 (2,093-132,131)
tinggi,
sehingga
dimungkinkan
Hasil penelitian menunjukan bahwa
kelompok ini mengenal jajanan diluar
dari 112 responden penelitian, responden
rumah, sedang tempat jajan tersebut belum
yang memiliki pekerjaan yang kurang
tentu terjamin kebersihannya.
beresiko
ada
sedangkan
14
yang
responden
(12,5%)
memiliki
Hubungan Pendapatan Kepala Keluarga
pekerjaan
beresiko ada 98 responden (87,5%). Pada
Dengan Kejadian Demam Tifoid
kelompok kasus dari 56 responden terdapat
Status
1
memilliki
kemampuan seseorang dalam memenuhi
pekerjaan yang kurang beresiko. Hasil uji
sarana dan prasarana yang digunakan dalam
statistik
mempertahankan
responden
(1,8%)
menggunaka
menunjukan
bahwa
yang
uji
Chi-square
terdapat
hubungan
sosial
ekonomi
mempengaruhi
kebersihan
diri.
Kebersihan diri sangat mempengaruhi status
antara pekerjaan responden dengan kejadian
kesehatan
demam tifoid di Rumah Sakit Tk.III R.W.
masyarakat dengan status sosial ekonomi
Mongisidi Manado. Nilai Odds Ratio (OR) =
yang rendah tidak mengutamakan perawatan
5,278 dimana responden yang memiliki
diri
pekerjaan sebagai Siswa/Mahasiswa berisiko
higiene pribadi mereka rendah dan dapat
5,278 kali lebih besar menderita demam
mengakibatkan
tifoid dari pada responden yang memiliki
kesehatan mereka (Rejeki, 2015).
pekerjaan selain Siswa/Mahasiswa. Hasil penelitian Chairudin (2016) menyatakan
bahwa
terdapat
hubungan
antara pekerjaan responden dengan kejadian demam responden
tifoid
didapatkan
sebagai
pekerjaan
Siswa/Mahasiswa
5
atau
seseorang.
kebersihan
Pada
dirinya,
menurunnya
umumnya
sehingga
derajat
Tabel 4. Hubungan Pendapatan Kepala
antara pendapatan kepala keluarga dengan
Keluarga Dengan Kejadian Demam Tifoid
kejadian demam tifoid dengan OR= 8,800
Pendapat
Kelompok Responden
an
Kasus
Kepala
n
dan 95%CI=1,349 957,426 yang berarti
Total
bahwa responden yang memiliki pendapatan
Kontrol
%
n
%
n
kepala keluarga yang rendah mempunyai
%
risiko untuk terkena demam tifoid 2,204 kali
Keluarga Rendah
41
73,2
24
42,9
65
58,0
besar dari pada responden yang memiliki
Tinggi
15
26,8
32
57,1
47
42,0
pendapatan kepala keluarga yang tinggi.
Total
56
100,
56
100,
11
100,
Hasil penelitian Raflizar (2010) menyatakan
0
2
0
0
bahwa
sosial
ekonomi
mempengaruhi
terjadinya kejadian demam tifoid.
p value= 0,001 ; OR=3,644 (1,648-8,060)
Penghasilan keluarga merupakan
Hasil analisis distribusi menunjukan penelitian,
faktor yang mempengaruhi asupan makanan
responden yang memiliki pendapatan kepala
dan penyakit Infeksi yang berperan langung
keluarga yang tinggi ada 47 responden
terhadap status gizi, penghasilan keluarga
(42,0%)
mempengaruhi
bahwa
dari
112
responden
sedangkan
yang
memiliki
fasilitas
perumahan,
pendapatan kepala keluarga yang rendah ada
penyediaan air bersih dan sanitasi yang pada
65 responden (58,0%). Pada kelompok kasus
dasarnya
dari 56 responden terdapat 15 responden
timbulnya penyakit infeksi. Keadaan sosial
(26,8%) yang memilliki pendapatan kepala
ekonomi yang termasuk didalamnya adalah
keluarga yang rendah. Hasil uji statistik
pendapatan
menggunaka uji Chi-square menunjukan
mempengaruhi status kesehatan seseorang.
bahwa terdapat hubungan antara pekerjaan
Keluarga yang memiliki pendapatan dalam
responden dengan kejadian demam tifoid di
kategori menengah ke atas, dengan keluarga
Rumah
Mongisidi
yang memiliki pendapatan dengan kategori
Manado. Nilai Odds Ratio (OR) = 3,644
bawah akan memiliki perbedaan masalah
lebih dari 1
kesehatan (Notoatmodjo, 2010).
Sakit
Tk.III
dimana
R.W.
responden
yang
sangat
kepala
berperan
keluarga
terhadap
dapat
memiliki pendapatan kepala keluarga yang rendah berisiko 3,644 kali lebih besar
KESIMPULAN
menderita demam tifoid dari pada responden
1. Ada hubungan antara kebiasaan mencuci
yang memiliki pendapatan kepala keluarga
tangan sebelum makan dengan kejadian
yang tinggi.
demam tifoid di Rumah Sakit TK.III R.W. Mongisidi Manado.
Hasil penelitian ini sejalan hasil
2. Ada hubungan antara kebiasaan makan
penelitian Artanti (2013) di Puskesmas Kedungmundu hubungan higiene
Kota
antara perorangan,
tentang
di luar rumah dengan kejadian demam
sanitasi
lingkungan,
tifoid di Rumah Sakit TK.III R.W.
dan
karakteristik
Mongisidi Manado.
Semarang
3. Ada
individu dengan kejadian demam tifoid
hubungan
antara
pekerjaan
responden dengan kejadian demam tifoid
memperoleh hasil bahwa ada hubungan
6
di Rumah Sakit TK.III R.W. Mongisidi
tangan dan kebiasaan makan di luar
Manado.
rumah.
4. Ada hubungan antara pendapatan kepala keluarga dengan kejadian demam tifoid
DAFTAR PUSTAKA
di Rumah Sakit TK.III R.W. Mongisidi
Addin
Manado.
A,
2009,
Pencegahan
Penanggulangan
dan
Penyakit,
Bandung: PT. Puri Delco Artanti NW. 2013. Hubungan Antara
SARAN 1. Bagi penderita demam tifoid, harus lebih meningkatkan melakukan
dan
kesadaran
dalam
menjaga
higiene
Sanitasi
Lingkungan,
Higiene
Perorangan, Dan Karakteristik Individu
Dengan
Kejadian
perorangan seperti kebiasaan mencuci
Demam Tifoid Di Wilayah Kerja
tangan, karena tangan yang bersih akan
Puskesmas Kedungmundu Kota
mencegah penularan penyakit seperti
Semarang Tahun 2012. Skripsi.
diare, typus, kolera disentri, kecacingan,
Semarang:
penyakit
kulit. Cuci
Kesehatan Masyarakat Fakultas
berguna
untuk
tangan sangat
membunuh
kuman
Ilmu
Ilmu Keolahragaan Universitas
penyakit ditangan
Negeri Semarang
2. Harus lebih memperhatikan kualitas makanan dan
Jurusan
minuman
Burhan NA. 2015. Karakteristik Pasien
yang akan
Penderita Demam Tifoid Pada
dikonsumsi.
Dewasa Di Rumah Sakit Umum
3. Bagi penderita demam tifoid dengan
Daerah Daya Kota Makassar
berbagai jenis pekerjaan yang berbeda-
Perode Januari-Desember 2014.
beda,
Skripsi. Makassar: Program Studi
tetap
harus
memperhatikan
menjaga
dan
kebiasaan-kebiasaan
Pendidikan
Dokter
Umum
yang dilakukan saat berada di tempat
Fakultas Kedokteran Universitas
kerja seperti kebiasaan mencuci tangan,
Hasanuddin Makassar
mengkonsumsi jajanan di luar rumah
Centers
for
Disease
Control
and
yang dapat terjamin kebersihan dari
Prevention. 2013. Typhoid Fever.
makanan
National Center for Emerging
sampai
tempat
makanan
tersebut.
and Zoonotic Infectious Diseases
4. Berhubungan dengan kejadian demam
Chairudin BC, Kalesaran A, Rattu J.
tifoid terbanyak pada kelompok umur
2016. Hubungan Antara Higiene
anak-anak (5-10 tahun), menjadi bahan
Pribadi, Aspek Sosial Ekonomi
masukan
dalam
Dengan Kejadian Demam Tifoid
terhadap
Di RSUD Noongan. Fakultas
untuk
meningkatkan
orang
tua
pengawasan
anak-anak terutama yang berhubungan
Kesehatan
dengan
Universitas
higiene
perorangan
yang
Manado
didalamnya yaitu kebiasaan mencuci
7
Masyarakat Sam
Ratulangi
Depkes
RI.
2010.
Indonesia.
Profil
Jakarta:
Kesehatan
Rejeki S, 2015. Sanitasi hygiene dan K3
Departemen
(Kesehatan & Keselamatan Kerja,
Kesehatan Republik Indonesia
Bandung: Rekayasa Sains
Depkes RI. 2013. Sistematika Pedoman
Sari YW. 2013. Faktor Kebiasaan Dan
Pengendalian Penyakit Demam Tifoid.
Sanitasi
Jakarta:
Jendral
Dengan Kejadian Demam Thypoid Di
Pengendalian Penyakit & Penyehatan
Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak
Lingkungan
Kabupaten Boyolali. Artikel Publikasi
Direktorat
Karim Z, Arsin AA, Ansar J. 2015.
Ilmiah
Lingkungan
Program
Studi
Hubunganya
Kesehatan
Hubungan Personal Hygiene Dengan
Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan
Kejadian Demam Tifoid Pada Anak Di
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Puskesmas Epidemiologi
Galut.
Departemen
Triono A. 2015. Hubungan Antara Higiene
Kesehatan
Perorangan, Kondisi Jamban Keluarga
Fakultas
Masyarakat Universitas Hasanuddin Notoadmojo,
S.
2010.
Ilmu
Dan Informasi Yang Diterimadengan
Perilaku
Kejadian Demam Tifoid Di Wilayah
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Padila.
2013.
Asuhan
Kerja Puskesmas Nogosari Boyolali.
Keperawatan
Naskah
Publikasi
Program
Studi
Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha
Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu
Medika
Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Paputungan W, Rombot D , Akili RH. 2016. Hubungan Antara Perilaku
Surakarta
Hidup
World Health Organization. 2016. Call for
Bersih Dan Sehat Dengan Kejadian
nomination of experts to serve on the
Demam Tifoid Di Wilayah Kerja
Strategic Advisory Group of Experts
Puskesmas Upai Kota Kotamobagu
on immunization (SAGE) Working
Tahun 2015. PHARMACON Jurnal
Group
Ilmiah Farmasi. Vol 5 No 2 Mei 2016
Immunization
Pramitasari
OP.
2013.
Faktor
Risiko
on
Typhoid Vaccines
Vaccines. and
Bioligicals: WHO
Kejadian Penyakit Demam Tifoid Pada
Zulkoni A. 2011. Parasitologi. Yogyakarta:
Penderita Yang Dirawat Di Rumah
Nuha Medika
Sakit Umum Daerah Ungaran. FKM UNDIP Profil Rumkit Tk. III R.W. Mongisidi Manado 2016 Raflizar, Herawati M. 2010. Hubungan Faktor Determinan Dengan Kejadian Tifoid Dipulau Jawa. Jurnal Ekologi Kesehatan. Vol 9, No 4
8