ANALISIS PENGARUH CELEBRITY INVOLVEMENT DAN DESTINATION PERCEPTIONS (AFFECTIVE IMAGE, COGNITIVE IMAGE, DAN FAMILIARITY) TERHADAP INTENTION TO VISIT KOREA SELATAN (STUDI KASUS: FANS HALLYU (KOREAN WAVE) DI INDONESIA) Yanthi Andhita, Dwi Widiastri Manajemen Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk memahami area penelitian khususnya bidang leisure dan tourism. Dikatakan dalam studi ini bahwa suatu fandom selebriti merupakan bentuk baru dari kegiatan leisure. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan Structural Equation Modeling dengan program LISREL 8.8. Hasil menguatkan hubungan beberapa hipotesis dalam model yang diajukan. Tingkat keterlibatan selebriti positif berpengaruh pada keakraban dengan destinasi dan keinginan untuk mengunjungi destinasi. Citra dan keakraban dari destinasi juga positif terkait dengan keinginan untuk berkunjung. Hubungan positif antara citra afektif dan kognitif secara empiris mendukung. Namun, bertentangan dengan harapan, hubungan antara keterlibatan selebriti dan citra dari destinasi tidak didukung secara empiris. This research was conducted to help understand this under-researched area particularly in the field of leisure and tourism. It is argued in this study that the celebrity fandom is a novel form of leisure/tourism activity, which should be understood in relation to other leisure and tourism constructs. Structural Equation Modeling with LISREL 8.8 program has been used to process the data. The results corroborated several hypothesized relationships within the proposed model. The level of celebrity involvement positively affected destination familiarity and visitation intention. Destination images and familiarity were also positively related to visitation intentions. The positive association between affective images and cognitive images was empirically supported as well. However, contrary to the expectation, the posited relationship between celebrity involvement and destination images was not empirically supported.
Kata kunci: celebrity involvement; destination familiarity; destination image; korean wave; visitation intention
Analisis pengaruh..., Yanthi Andhita, FEB UI, 2012
PENDAHULUAN Media massa seperti televisi, radio, majalah dan koran merupakan bagian tak terpisahkan dari masyarakat modern yang memainkan peran sentral dalam membentuk sikap dan perilaku masyarakat. Khususnya, kekuatan media audiovisual dalam membangun dan mengatur pola pikir individu yang kontemporer karena perintah signifikan mereka dalam menyebarkan informasi dan terus-menerus menciptakan gambaran dan ideologi. Selebriti adalah citra budaya dalam media massa yang dapat mendorong suatu aktivitas di masyarakat. Sejumlah komentator budaya berusaha untuk memahami muncul dan populernya selebriti merupakan suatu modernitas karakteristik budaya seperti narsisme dan otherdirectedness (Lasch 1979; Riesman 1950; Rojek 1995). Tidak bisa dipungkiri, saat ini tengah berlangsung Korean Wave. Hal ini mengacu pada popularitas tayangan hiburan Korea Selatan yang meningkat secara signifikan di seluruh dunia tak terkecuali di Indonesia. Meluasnya Korean Wave ini tidak bisa dilepaskan dari peran media massa yang secara sadar maupun tidak telah membantu terjadinya aliran budaya ini. Bisa dikatakan bahwa karena media massa-lah, Korean Wave dapat memasuki semua sudut negara-negara Asia tak terkecuali Amerika dan Eropa. Oleh karena itu, penelitian ini ditujukan untuk mengetahui apakah ada pengaruhnya antara celebrity fan involvement dengan intentions to visit destination yang mana disimbolkan oleh seorang selebriti. Persepsi mengenai destinasi tersebut adalah image yang merupakan evaluasi dari dimensi afeksi dan kognisi, familiarity, dan keinginan untuk mengunjungi tempat dimana selebriti itu berada. TINJAUAN PUSTAKA Celebrity Involvement Celebrity involvement merupakan bentuk dari hubungan parasosial di mana audiens menjadi terobsesi terhadap selebriti (McCuctheon, Ashe, Houran, dan Maltby, 2003). Hasil penelitian yang dilakukan Ashe dan McCuctheon (2003) mengungkapkan bahwa celebrity involvement lebih banyak terjadi pada remaja ataupun dewasa muda dibandingkan pada usia yang lebih tua. Sosialisasi ke dalam kelompok fans (fandom) yang memuja selebriti merupakan hal penting yang umum dilakukan untuk menjadi seorang fans selebriti seutuhnya (McCutcheon, Lange, dan Houran, 2002). Tidak jarang celebrity involvement ini dianggap sesuatu yang menghibur bagi audiens (McCutcheon, Maltby, Houran dan Ashe, 2004). Ketika audiens melihat atau 2
Analisis pengaruh..., Yanthi Andhita, FEB UI, 2012
mendengar selebriti di dalam media, audiens akan merasa hal tersebut sebagai sesuatu yang menghibur dan menyenangkan. Selebriti juga dapat menginspirasi dan menjadi role model bagi fans, baik secara positif maupun negatif. Cognitive Image Evaluasi kognitif merujuk pada kepercayaan atau pengetahuan tentang suatu objek. Komponen kognitif merupakan pengetahuan tentang ojektif dari suatu tempat. Gartner (1993) mengajukan bahwa komponen kognitif ini berkaitan dengan pikiran atau rasio individu yang dihubungkan dengan konsekuensi yang dihasilkan oleh tingkah laku tertentu. Hal ini berhubungan dengan belief seseorang mengenai segala sesuatu, baik negatif maupun positif tentang objek sikap. Affective Image Evaluasi afektif merupakan perasaan yang menyertai suatu objek. Menurut Hanyu (1993), pengertian afektif merujuk pada penghargaan terhadap kualitas afeksi dari lingkungan. Komponen afektif menjelaskan evaluasi dan perasaan seseorang terhadap objek. Perbedaan dan hubungan antara citra kognitif dan afektif telah dibahas lebih mendalam pada berbagai model pengambilan keputusan konsumen. Mayo dan Jarvis (1981) melakukan konseptualisasi model pengambilan keputusan dengan penekanan khusus pada sikap atau citra suatu destinasi. Dalam model tersebut, konsumen membentuk perasaannya sebagai fungsi dari kepercayaan dan opini. Familiarity Belch (2009) mengatakan bahwa familiarity berarti receiver telah memiliki pengetahuan mengenai objek tertentu. Objek yang dikenal dengan baik oleh konsumen mempengaruhi keyakinan konsumen pada objek tersebut yang selanjutnya dapat mempengaruhi keinginan untuk mengunakan objek tersebut. Studi terbaru cenderung memperlakukan konsep familiarity sebagai multidimensi (Baloglu 2001; Kerstetter dan Cho 2004; Kim dan Richardson 2003; Prentice 2004). Baloglu, sebagai contoh membagi familiarity ke dalam dua dimensi yaitu, informational dan experiential. Dimensi informational mengacu pada sumber informasi yang digunakan untuk mengunjungi destinasi sementara dimensi experiential merupakan perpanjangan dari pengalaman terdahulu (kunjungan sebelumnya) dengan destinasi. Prentice (2004) memperluas pendapat Baloglu dengan memberikan lima dimensi dari familiarity yaitu, informational, experiential, 3
Analisis pengaruh..., Yanthi Andhita, FEB UI, 2012
proximate, self-described, and educational. Untuk dimensi informational dan experiential dimaknai sama seperti Baloglu. Dimensi proximate mengacu pada perbedaan budaya yang dapat diukur dari kebangsaan seseorang. Hal ini didasari oleh dugaan bahwa pengunjung dengan kebangsaan yang berbeda dapat merasakan destinasi yang sama secara berbeda. Dimensi self-described mengacu pada semacam familiarity yang dapat dibangun melalui hubungan keluarga atau warisan etnis dengan destinasi. Dan terakhir, dimensi educational mengindikasikan tingkat eksposur seseorang pada berbagai media populer (seperti, novel dan puisi) yang dihasilkan oleh penulis dari destinasi.
Intention to Visit Peter dan Olson (2005) mengatakan bahwa sikap konsumen terhadap suatu objek akan menimbulkan keinginan (intention) untuk memiliki produk tersebut. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, intention yang dimaksud adalah keinginan perilaku (behavioral intention) karena peneliti ingin mengukur keinginan seseorang untuk berkunjung ke tempat atau destinasi dimana seorang selebriti yang dipuja dan diidolakan berada. Intention to visit terjadi sebelum kunjungan dimana biasanya disebabkan karena konsumen berhasil mengevaluasi stimuli (contohnya atribut-atribut pada produk) dan kemudian mencocokannya dengan keinginan konsumen terhadap produk tersebut. Summers (2006) mengatakan bahwa person’s behavioural intention ditentukan oleh dua faktor yaitu individual attitude toward the behaviour dan subjective norms. METODE PENELITIAN Kerangka dan Hipotesis Penelitian
Sumber: S. Lee et al. (2008). Celebrity fan involvement and destination perceptions. Journal of Tourism Research, 35, 809-832.
4
Analisis pengaruh..., Yanthi Andhita, FEB UI, 2012
Celebrity Involvement dan Hubungannya dengan Intention to Visit H1: tingkat keterlibatan selebritas Korea Selatan (celebrity involvement) memiliki dampak positif terhadap keinginan untuk mengunjungi Korea Selatan (intention to visit destination). Celebrity Involvement dan Hubungannya dengan Affective Image dan Cognitive Image H2a: tingkat keterlibatan selebritas Korea Selatan (celebrity involvement) memiliki dampak positif terhadap citra afektif (affective image) dari Korea Selatan. H2b: tingkat keterlibatan selebritas Korea Selatan (celebrity involvement) memiliki dampak positif terhadap citra kognitif (cognitive image) dari Korea Selatan. H3: citra kognitif dan afektif (cognitive dan affective images) dari Korea Selatan memiliki hubungan yang positif. Affective Image dan Cognitive Image dan Hubungannya dengan Intention to Visit H4a: semakin baik citra afektif (affective image) dari Korea Selatan, semakin tinggi keinginan untuk mengunjungi Korea Selatan (intention to visit destination). H4b: semakin baik citra kognitif (cognitive image) dari Korea Selatan, semakin tinggi keinginan untuk mengunjungi Korea Selatan (intention to visit destination). Celebrity Involvement dan Hubungannya dengan Familiarity H5: tingkat keterlibatan selebritas Korea Selatan (celebrity involvement) memiliki hubungan yang positif dengan familiarity mengenai Korea Selatan. Familiarity dan Hubungannya dengan Affective Image dan Cognitive Image H6a: tingkat familiarity mengenai Korea Selatan memiliki hubungan yang positif dengan citra afektif (affective image) dari Korea Selatan. H6b: tingkat familiarity mengenai Korea Selatan memiliki hubungan yang positif dengan citra kognitif (cognitive image) dari Korea Selatan. Familiarity dan Hubungannya dengan Intention to Visit
5
Analisis pengaruh..., Yanthi Andhita, FEB UI, 2012
H7: tingkat familiarity mengenai Korea Selatan memiliki hubungan yang positif dengan keinginan untuk mengunjungi Korea Selatan (intention to visit destination). Metode Pengumpulan Data dan Sampling Dalam penelitian ini, terdapat dua jenis data yang akan dikumpulkan yaitu data primer dan data sekunder. 1. Data primer akan didapatkan dari penelitian lapangan terhadap 200 responden dengan melalui kuesioner. 2. Data sekunder akan dikumpulkan dari berbagai sumber eksternal seperti jurnal, serta artikel-artikel dari internet, buku, koran dan majalah terkait mengenai objek penelitian ini. Kuesioner akan diisi sendiri oleh responden (self-administered questionnaire). Metode sampling yang akan digunakan adalah non-probability sampling, yaitu teknik pengambilan sampling yang tidak menggunakan prosedur kesempatan untuk memilih. Teknik nonprobability sampling yang digunakan adalah dengan teknik convenience sampling. Metode tersebut artinya responden dipilih oleh peneliti karena mereka berada pada tempat dan waktu yang tepat sesuai ruang lingkup penelitian ini (Maholtra, 2007).
Metode Analisa Data Metode yang akan digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah teknik structural equation model (SEM). Akan tetapi, sebelum pengolahan data dilakukan dengan teknik tersebut, peneliti akan mengolah terlebih dahulu kelayakan dari kuesioner yang akan disebarkan dengan menguji validitas dan reliabilitas dari kuesioner tersebut. Tahap ini umumnya dinamakan pretesting. Pada tahap pretesting ini, kuesioner akan disebarkan pada sekelompok kecil responden yang biasanya berjumlah 15-30 orang dengan tujuan untuk melihat apakah responden mengerti akan setiap pertanyaan yang diajukan, adakah kesalahan penulisan, adakah pertanyaan-pertanyaan yang memiliki makna ganda dan lain sebagainya (Maholtra, 2007). Reliabilitas mengarah kepada tingkat dimana suatu skala memberikan hasil yang konsisten apabila dilakukan pengukuran ulang. Suatu pengukuran dapat dikatakan reliable secara sempurna apabila pengukuran tersebut bebas dari random error
6
Analisis pengaruh..., Yanthi Andhita, FEB UI, 2012
atau XR = 0.
Dengan
dilakukannya pengujian reliabilitas, maka akan didapatkan instrumen alat ukur penelitian yang dapat diandalkan untuk menguji data-data yang ada (Malhotra, 2007). Validitas suatu skala dapat didefinisikan sebagai tingkat dimana perbedaan dari suatu skala yang diamati menunjukkan perbedaan yang sesungguhnya diantara karakteristik objek yang diukur daripada sistematik atau random error (Malhotra, 2007). Validitas yang sempurna mengharuskan tidak adanya error dalam suatu pengukuran (XO = XT, XR = 0, XS = 0) (Malhotra, 2007). Pengukuran validitas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah construct validity. Tipe pengukuran construct validity yang akan digunakan adalah convergent validity dan discriminant validity (Malhotra, 2007). Convergent validity adalah tingkat dimana suatu skala berkolerasi positif dengan pengukuran yang lain untuk suatu konsep yang sama. Discriminant validity adalah tingkat dimana suatu pengukuran tidak berkolerasi dengan konsep lain yang memang seharusnya berbeda (Malhotra, 2007).
HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah melakukan perhitungan dan analisis terhadap Confirmatory Factor Analysis (CFA), maka dapat diukur laten score untuk masing-masing variabel laten. Analisis terhadap model struktural mencakup: Uji Kecocokan Keseluruhan Model dan Analisis Hubungan Kausal. Uji Keseluruhan Model (Goodness Of Fit) Parameter Statistik Chi-Square P- value Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) Normed Fit Index (NFI) Non-Normed Fit Index (NNFI) Comparative Fit Index (CFI) Incremental Fit Index (IFI) Relative Fit Index (RFI) Goodness of Fit Index (GFI) Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) Critical N (CN)
Nilai
Cut Value
Kesimpulan
1626,16
Nilai yang kecil
Poor Fit
0,00 0,086
≤ 0,05 ≤ 0,08
Poor Fit Marginal Fit
0,92 0,95 0,95 0,95 0,92 0,70 0,66 81,83
≥ 0,90 ≥ 0,90 ≥ 0,90 ≥ 0,90 ≥ 0,90 ≥ 0,90 ≥ 0,90 ≥ 200
Good Fit Good Fit Good Fit Good Fit Good Fit Poor Fit Poor Fit Poor Fit
Dari analisis terhadap kecocokan keseluruhan model di atas, dapat dilihat bahwa terdapat lima ukuran goodness of fit yang menunjukkan kecocokan yang baik (good fit). Sehingga dapat disimpulkan bahwa kecocokan keseluruhan model adalah baik. 7
Analisis pengaruh..., Yanthi Andhita, FEB UI, 2012
Analisis Hubungan Kausal Hasil estimasi semua hubungan kausal penelitian bisa dilihat pada hasil output LISREL berikut ini: Path Model Struktural (t-value)
Sumber: hasil output LISREL olahan peneliti
Dengan demikian berdasarkan estimasi hubungan kausal model penelitian diatas dapat dilakukan analisis hubungan kausal sebagai berikut: a. Nilai-t (t-value) dan Koefisien Persamaan Struktural Pada persamaan struktural (structural equations) dari output LISREL diperoleh t-value dan koefisien persamaan struktural seperti yang terangkum dalam tabel berikut ini: Hubungan Variabel
Estimate
T-value
Keterangan
Celebrity involvement → Intention to visit
0,46
10,38
Signifikan
8
Analisis pengaruh..., Yanthi Andhita, FEB UI, 2012
Celebrity involvement → Affective image
0,06
0,56
Tidak Signifikan
Celebrity involvement → Cognitive image
0,07
0,14
Tidak Signifikan
Affective image → Cognitive image
0,57
9,34
Signifikan
Affective image → Intention to visit
0,20
4,01
Signifikan
Cognitive image → Intention to visit
0,34
3,03
Signifikan
Celebrity involvement → Familiarity
0,49
11,89
Signifikan
Familiarity → Affective image
0,64
8,05
Signifikan
Familiarity → Cognitive image
0,23
2,90
Signifikan
Familiarity → Intention to visit
0,21
3,92
Signifikan
Goodness-of-fit indices Chi-square = 359.52, df = 66, p< .001 CFI = 0.96 NNFI = 0.94 SRMR = 0.05 2
R Familiarity = 48% Affective image = 43% Cognitive image = 51% Intention to visit = 56% Berdasarkan tabel diatas, dapat diidentifikasikan bahwa hanya terdapat dua hubungan variabel koefisien lintasan yang tidak signifikan karena memiliki t-value < 1,96. Sehingga dapat disimpulkan bahwa delapan hipotesis diterima. b. Koefisien Determinasi (R2) Berdasarkan reduced form equations output LISREL diatas dapat dilihat nilai R2 untuk masing-masing persamaan, dengan analisis sebagai berikut: 1. Celebrity Involvement menjelaskan 48,0% variance dari variabel Familiarity. Pengaruh Celebrity Involvement terhadap Familiarity memiliki R² = 0,48. Hal ini menunjukkan bahwa 48,0% varian dari Familiarity dapat dijelaskan oleh Celebrity Involvement sedangkan 52,0% lainnya dijelaskan oleh faktor lain. 2. Celebrity Involvement menjelaskan 43,0% variance dari variabel Affective Image. Pengaruh Celebrity Involvement terhadap Affective Image memiliki R² = 0,43. Hal ini 9
Analisis pengaruh..., Yanthi Andhita, FEB UI, 2012
menunjukkan bahwa 43,0% varian dari Affective Image dapat dijelaskan oleh Celebrity Involvement sedangkan 57,0% lainnya dijelaskan oleh faktor lain. 3. Celebrity Involvement menjelaskan 51,0% variance dari variabel Cognitive Image. Pengaruh Celebrity Involvement terhadap Cognitive Image memiliki R² = 0,51. Hal ini menunjukkan bahwa 51,0% varian dari Cognitive Image dapat dijelaskan oleh Celebrity Involvement sedangkan 49,0% lainnya dijelaskan oleh faktor lain. 4. Celebrity Involvement menjelaskan 56,0% variance dari variabel Intention to Visit. Pengaruh Celebrity Involvement terhadap Intention to Visit memiliki R² = 0,56. Hal ini menunjukkan bahwa 56,0% varian dari Intention to Visit dapat dijelaskan oleh Celebrity Involvement sedangkan 44,0% lainnya dijelaskan oleh faktor lain.
Pengujian Hipotesis Dalam penelitian ini terdapat sepuluh buah hipotesis. Analisis pengujian hipotesis dilakukan dengan tingkat signifikansi 5% sehingga menghasilkan nilai kritis t adalah ± 1.96. Hipotesis diterima apabila nilai-t yang didapat ≥ 1,96, sedangkan hipotesis tidak didukung apabila nilait yang didapat ≤ 1,96. Berdasarkan nilai-t, dilakukan uji hipotesis untuk melihat apakah model yang diusulkan didukung oleh data. Berikut adalah ringkasannya:
Hipotesis
Pernyataan
T-value
Keterangan
H1
Celebrity involvement berpengaruh secara positif dan langsung terhadap Intention to visit
10,38
Signifikan
H2a
Celebrity involvement tidak berpengaruh secara positif dan langsung terhadap Affective image
0,56
Tidak Signifikan
H2b
Celebrity involvement tidak berpengaruh secara positif dan langsung terhadap Cognitive image
0,14
Tidak Signifikan
H3
Affective image berpengaruh secara positif dan langsung terhadap Cognitive image
9,34
Signifikan
H4a
Affective image berpengaruh secara positif dan langsung terhadap Intention to visit
4,01
Signifikan
H4b
Cognitive image berpengaruh secara positif dan langsung terhadap Intention to visit
3,03
Signifikan
H5
Celebrity involvement berpengaruh secara positif dan langsung terhadap Familiarity
11,89
Signifikan
10
Analisis pengaruh..., Yanthi Andhita, FEB UI, 2012
H6a
Familiarity berpengaruh secara positif dan langsung terhadap Affective image
8,05
Signifikan
H6b
Familiarity berpengaruh secara positif dan langsung terhadap Cognitive image
2,90
Signifikan
Familiarity berpengaruh secara positif dan langsung terhadap terhadap Intention to visit
3,92
Signifikan
H7
Berdasarkan tabel di atas yang menyimpulkan hasil hipotesis model penelitian, maka dapat dijelaskan hal-hal sebagai berikut: H1 menunjukkan hubungan yang positif antara celebrity involvement dan intention to visit. Sesuai hipotesis maka celebrity involvement berpengaruh secara positif dan langsung terhadap intention to visit (H1: γ = 0.46, t-value = 10.38). Responden dengan 11
tingkat involvement tinggi dengan selebriti Korea juga menunjukkan tingkat keinginan mengunjungi Korea Selatan yang tinggi. H2 (H2a dan H2b), yang mana dalam hipotesis terdapat pengaruh secara positif antara celebrity involvement dengan destination image (citra afektif dan kognitif) adalah tidak terbukti (H2a: γ
12
= 0.06, t-value = 0.56; H2b: γ
13
= 0.07, t-value = 0.14). Hasil
menunjukkan bahwa tingkat celebrity involvement tidak berpengaruh terhadap affective maupun cognitive image. Hal ini mengindikasikan bahwa responden yang memuja atau menjadi fans dari selebriti Korea tidak mementingkan citra baik atau buruk dari Korea Selatan dibandingkan dengan yang tidak memiliki involvement dengan selebriti. H3 menunjukkan bahwa citra afektif berpengaruh secara positif dan langsung terhadap citra kognitif. Hasil output Lisrel dapat dilihat nilai-t untuk hipotesis ini adalah H3: β
32
= 0.57, t-value = 9.34. Hal ini menunjukkan hipotesis untuk pengaruh affective image terhadap cognitive image diterima karena nilai-t tersebut lebih besar dari nilai minimum yaitu sebesar 1,96 (> 1,96). Sehingga bisa dikatakan bahwa responden yang memiliki citra afektif yang positif terhadap Korea Selatan akan juga memiliki citra kognitif yang positif. H4 yang mana menunjukkan antara kedua hipotesis citra afektif (H4a: β = 0.20, t12
value = 4.01) dan citra kognitif (H4b: β =0.34, t-value = 3.03) berpengaruh secara 13
positif dan langsung terhadap intention to visit. H5 menunjukkan pengaruh secara positif dan langsung antara celebrity involvement 11
Analisis pengaruh..., Yanthi Andhita, FEB UI, 2012
dengan familiarity. Celebrity involvement memiliki efek yang positif secara signifikan terhadap familiarity (H5: γ
14
= 0.49, t-value = 11.89). Responden yang tingkat
involvement nya tinggi dengan seorang selebriti Korea maka akan tinggi pula tingkat familiarity nya dengan negara Korea Selatan. H6 menunjukkan asosiasi bahwa familiarity berpengaruh secara positif dan langsung masing-masing terhadap affective image (H6a: β = 0.64, t-value = 8.05) dan cognitive 24
image (H6b: β = 0.23, t-value = 2.90). Hal ini berarti bahwa responden yang sangat 34
familiar dengan Korea maka akan memiliki citra yang positif pula. H7 menghasilkan bahwa tingkat familiarity berpengaruh positif dan langsung terhadap intention to visit (H7: β
14
= 0.21, t-value = 3.92). Maka dalam penelitian ini H7
diterima. Yang berarti responden yang memiliki tingkat familiar yang tinggi terhadap Korea akan juga meningkatkan keinginan untuk mengunjungi Korea Selatan. Model Hasil Penelitian
Sumber: hasil output LISREL, yang telah diadaptasi peneliti
Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan hasil model penelitian seperti di atas. Model tersebut tidak memuat hubungan variabel celebrity involvement dengan destination image, baik citra afektif maupun citra kognitif yang ditandai dengan garis hubungan putus-putus pada gambar sedangkan variabel lainnya saling berhubungan.
12
Analisis pengaruh..., Yanthi Andhita, FEB UI, 2012
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah: 1. Didapati dari hasil penelitian yang dilakukan bahwa celebrity involvement ternyata memiliki pengaruh secara langsung terhadap intention to visit. Dengan kata lain fans dari selebriti Korea akan memiliki keinginan untuk mengunjungi Korea Selatan yang lebih besar. 2. Pada penelitian ini juga ditemukan bahwa destination perceptions untuk variabel familiarity memiliki pengaruh secara langsung terhadap intention to visit, tetapi untuk variabel cognitive image dan affective image tidak memiliki pengaruh. Hal ini berarti fans dari selebriti Korea berpikir dan merasa bahwa tidaklah penting memiliki pengetahuan, informasi, dan kesenangan mengenai negara Korea Selatan atau tidak. Sedangkan tingkat keakraban (familiarity) dari fans selebriti Korea yang tinggi mengenai negara Korea Selatan akan semakin menimbulkan keinginan untuk mengunjungi Korea Selatan. Saran Bagi peneliti lain yang ingin meneliti tema ini lebih lanjut, baik replikasi maupun tema yang berkaitan, saran yang dapat peneliti berikan adalah: 1. Menambahkan jumlah responden dan mencari responden yang lebih beragam karena pada penelitian ini sebagian besar responden berusia remaja hingga dewasa muda yaitu usia 18-27 tahun. 2. Penelitian ini tidak mempertimbangkan jarak geografis. Hal ini dikarenakan bisa saja jarak geografis dapat mempengaruhi persepsi seseorang mengenai suatu destinasi. Pengaruh dari jarak geografis pada persepsi destinasi seseorang sebaiknya dapat dianalisis pada penelitian selanjutnya untuk melengkapi citra dari destinasi tersebut. 3. Sebuah penelitian kualitatif seperti FGD (focus group discussion) atau in-depth interview dengan KTO Indonesia (Korea Tourism Organization Indonesia) dan suatu fandom selebriti Korea dapat dijadikan alternatif yang membantu untuk lebih memahami konteks hubungan antara involvement dan destination perceptions.
13
Analisis pengaruh..., Yanthi Andhita, FEB UI, 2012
DAFTAR PUSTAKA
Adorno, T. and M. Horkheimer 1944 The Dialectic of Enlightenment Cumming, John (tr.). New York: Herder and Derder.
Anderson, J.C. and D.W. Gerbing 1988 Structural Equation Modeling in Practice: A Review and Recommended Two-step Approach. Psychological Bulletin 103(3): 411-423.
Ap, J. F. Dimanche and M.E. Havitz 1994 Involvement and Residents’ Perceptions of Tourism Impacts. In Abstracts from the 1994 Symposium on Leisure Research, A. Watson and V.J. Freysinger, eds., p.85. Arlington, VA: National Recreation and Park Association.
Assael, H. 1984 Consumer Behavior and Marketing Action. Boston: Kent.
Baloglu, S. and D. Brinberg 1997 Affective Images of Tourism Destinations. Journal of Travel Research 35(4): 11-15.
Baloglu, S and K.W. McClearly 1999 A Model of Destination Image Formation. Annals of Tourism Research 26(4): 868897.
Bartram, S. 2001 The Gender Gap in Serious Leisure Pursuits: Making the Case for a Feminist Analysis of Adventure Sport Participation. CD Rom proceedings of the Women in Leisure Conference. Freemantle, Western Australia: Edith Cowan University.
Bigné, J.E., L. Andreu and J. Gnoth 2005 The Theme Park Experience: An Analysis of Pleasure, Arousal and Satisfaction. Tourism Management 26(6): 833-844.
14
Analisis pengaruh..., Yanthi Andhita, FEB UI, 2012
Bryce, J. and J. Rutter 2003 Gender Dynamics and the Social and Spatial Organization of Computer Gaming. Leisure Studies 22(1): 1-15.
Burch, W. R. Jr. 1969 The Social Circles of Leisure: Competing Explanations. Journal of Leisure Research 1:125-147.
Byrne, B.M. 1994 Structural Equation Modeling with EQS And EQS/WINDOWS: Basic Concepts, Applications, and Programming. Thousand Oaks, CA: Sage Publications, Inc.
Celsi, R.L. and J.C. Olson 1988 The Role of Involvement in Attention and Comprehension Processes. Journal of Consumer Research 15: 210-224.
Coble, T.G., W.S. Selin and B.B. Erickson 2003 Hiking Alone: Understanding Fear, Negotiation Strategies and Leisure Experience. Journal of Leisure Research 35(1): 1-22.
Connell, J. 2005 Toddlers, Tourism and Tobermory: Destination Marketing Issues and Televisioninduced Tourism. Tourism Management 26(5): 763-776.
Dimanche, F. and M.E. Havitz 1995 Exploring the Importance of Involvement and Other Selected Variables in Predicting Perceptions of Service Quality. In V.J. Freysinger and P.A. Stokowski (eds.), Abstracts from the 1995 Symposium on Leisure Research (p. 48). Arlington, VA: National Recreation and Park Association.
Fornell, C.R. and D.F. Lacker 1981 Two Structural Equation Models with Unobservable Variables and Measurement Error. Journal of Marketing Research 18: 39–50. 15
Analisis pengaruh..., Yanthi Andhita, FEB UI, 2012
Gahwiler, P. and M.E. Havitz 1998 Toward a Relational Understanding of Leisure Social Worlds, Involvement, Psychological Commitment, and Behavioral Loyalty. Leisure Sciences 20(1): 1-23.
Gartner, W. 1993 Image Formation Process. Journal of Travel and Tourism Marketing 2:191-216.
Gibson, M.L. 2000 The Mediated Self: An Exploration of the Subjective Experience of Mass Media Celebrity Fanship. British Columbia, Canada: Simon Fraser University.
Gramann, J. and M. Allison 1999 Ethnicity, Race and Leisure. In Leisure Studies: Prospects for the Twenty-first Century, E.L. Jacdson and T.L. Burton, eds., pp.283-298. State College, PA: Venture Publishing, Inc.
Hair, J.F., R.E. Anderson, R.L. Tatham and W.C. Black 1998 Multivarite Data Analysis (5th ed.). Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall.
Harrington, C.L. and D.D. Bielby 1995 Soap fans: Pursuing Pleasure and Making Meaning in Everyday life. Philadelphia: Temple University Press.
Hatcher, L. 1994 A Step-by-step Approach to Using the SAS Systems for Factor Analysis and Structural Equation Modeling. Cary, NC: SAS Institute.
Havitz, M.E. and D.R. Howard 1995 How Enduring is Enduring Involvement? A Seasonal Examination of Three Recreational Activities. Journal of Consumer Psychology 4: 255-276.
16
Analisis pengaruh..., Yanthi Andhita, FEB UI, 2012
Hawkins, B.A., J. Peng, C. Hsieh, and S.J. Eklund 1999 Leisure Constraints: A Replication and Extension of Construct Development. Leisure Sciences 21(3): 179-192.
Houston, M.J. and M.L. Rothschild 1978 A Paradigm for Research on Consumer Involvement. Madison: University of Wisconsin.
Jenkins, H. 1992 Strangers No More, We Sing: Filking and the Social Construction of the Science Fiction Fan Community. In The Adoring Audience: Fan Culture and Popular Media, L. Lewis, ed., pp. 208-236. New York: Routledge.
Jenson, J. 1992 Fandom As pathology: The Consequences of Characterization. In The Adoring Audience: Fan Culture and Popular Media, L. Lewis, ed., pp.9-29. New York: Routledge.
Jöreskog, K.G. and D. Sörbom 1996 LISREL 8: User’s Reference Guide. Mooresville, IN: Scientific Software.
Judd, C., E. R. Smith and L. H. Kidder 1991 Research Methods in Social Relations. Fort Worth, TX: Harcourt Brace Jovanovich college publishers.
Kerstetter, D. and M. Cho 2004 Prior Knowledge, Credibility, and Information Search. Annual of Tourism Research 31(4): 961-985.
Kim, S.S., D. Scott and J.L. Crompton 1997 An Exploration of the Relationship among Social Psychological Involvement, Behavioral Involvement, Commitment, and Future Intentions in the Context of Birdwatching. Journal of Leisure Research 29(3): 320-341. 17
Analisis pengaruh..., Yanthi Andhita, FEB UI, 2012
Korea National Tourism Organization (KNTO) 2004 www.knto.or.kr
Lasch, C. 1979 The Culture of Narcissism, London, Abacus.
Lee, C. Y. Lee and B. Lee 2005 Korea’s Destination Image Formed by the 2002 World Cup. Annals of Tourism Research 32(4): 839-858.
Malhotra, N.K. 2007. Marketing Research An Applied Orientation (5th ed.). New York: Prentice Hall.
Milman, A. and A. Pizam 1995 The Role of Awareness and Familiarity with a Destination: The Central Florida Case. Journal of Travel Research 33(3): 21-27.
Mowen, John C dan Minor, M. 2002. Perilaku Konsumen, Jilid 2, Jakarta: Erlangga.
Peter, J. Paul dan Jerry. Olson. 2005. Consumer Behavior and Marketing Strategy. 7th Ed. New York: McGraw Hill.
Prentice, R. and V. Andersen 2000 Evoking Ireland: Modeling Tourist Propensity. Annals of Tourism Research 27(2): 490-516.
Richins, M.L. and P.H. Bloch 1986 After the New Wears Off: The Temporal Context of Product Involvement. Journal of Consumer Research 13:280-285.
18
Analisis pengaruh..., Yanthi Andhita, FEB UI, 2012
Riley, R. W. and C. S. Van Doren 1992 Movies as Tourism Promotion: A “Pull” Factor in a “Push” Location. Tourism Management 13(3): 267-274.
S. Lee et al. 2008. Celebrity fan involvement and destination perceptions. Journal of Tourism Research, 35, 809-832.
Scott, D. and C. S. Shafer 2001 Recreation Specialization: A Critical Look at the Construct. Journal of Leisure Research 33: 319-343.
Selin, S.W. and D.R. Howard 1989 Ego Involvement and Leisure Behavior: A Conceptual Specification. Journal of Leisure Research 20(3): 237-244.
Shim, Doobo 2006 Hibridity and The Rise of Korean Popular Culture in Asia, Media, Culture, and Society Vol. 28 (1) : 25-44. London : SAGE Publication.
Smith, S. 2004 Fanatic Comsumption?: Reconsidering Fanaticism and Fandom in Consumer Research. Unpublished Doctoral Dissertation. Fayetteville, AR: University of Arkansas.
Solomon, M.R. 1999. Consumer Behavior: Buying, Having, Being. 4th Ed. Prentice Hall, New Jersey
Sugiyono. 2007. Metodologi Penelitian Bisnis. Alfabeta: Bandung.
19
Analisis pengaruh..., Yanthi Andhita, FEB UI, 2012