KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN
:••'•-.. .
•
• •• ••
.
•
PRA PURNABAKTI
YANG SEHAT, MANDIRI DAN PRODUKTIF
1 Pusat Inteligensia Kesehatan
m:-sMx Wi ,
: '. ' ' .- ': •'. ; , , :
•."''"
Kementerian Kesehatan Rl
KURIKULUM DAN MODUL PELATIHAN PRA PURNABAKTI
YANG SEHAT, MANDIRI DAN PRODUKTIF
SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN Rl
JL. HR RASUNA SAID BLOK X5 KAVLING 4-9 KUNINGAN JAKARTA SELATAN 12950
KATA PENGANTAR
Sungguh sangat disyukuri, berkat rahmat Allah SWT, Modul Pelatihan Persiapan Pra Pumabakti yang Sehat, Mandiri Dan Produktif dapat diselesaikan sesuai harapan.
Dilatarbelakangi tujuan mempersiapkan Pra Pumabakti yang optimal bagi para pegawai
negeri sipil, Kementerian Kesehatan melalui Pusat Inteligensia Kesehatan bersama lintas
program, para ahli, dan pemerhati bidang kualitas hidup berupaya menyusun kurikulum untuk panduan penyelenggaraan pelatihan pada para pegawai yang akan memasuki pumabakti
Disusunnya modul ini tentu tak lepas dari tujuan Pembangunan kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Salah satu indikator keberhasilannya diukur dengan meningkatnya Usia Harapan Hidup (UHH). Hal ini mendorong
pemerintah untuk menyusun sebuah kebijakan dalam menyiapkan skema untuk memastikan di masa pumabakti nanti pegawai memiliki independensi ekonomi, kesehatan fisik, mental dan spiritual.
Masa Pumabakti biasanya menyebabkan orang menjadi 'kehilangan' pekerjaan,
penghasilan, status, dan wibawa. Hal ini kerap menimbulkan stres dan mengganggu kesehatan yang sering dikenal sebagai "post power syndrome". Pelatihan Pra Pumabakti
ada ah upaya meningkatkan kesadaran, pemahaman dan pengetahuan pegawai yang akan memasuki masa pumabakti untuk mengantisipasi kekhawatiran perubahan kondisi finansial dan mengantisipasi perubahan kebiasaan, emosi yang tidak terkontrol. Dengan
demikian mempersiapkan pra pumabakti adalah satu hal yang penting. Melalui pelatihan Pra Pumabakti diharapkan para Pumabakti siap dengan
perubahan yang terjadi,
sehingga mampu menciptakan kebahagiaan, kesejahteraan,
kesehatan, dan kedamaian di sepanjang kehidupan barunya yang lebih baik dan siap
menghadapi apa pun dengan kualitas fisik, emosianal, dan tentu saja finansial yang baik. Pembekalan pengetaliuan, wawasan, tips menghadapi pumabakti akan sangat membantu
dalam menjalani masa pumabakti. Dengan demikian, pegawai tersebut akan lebih tenang dalam menyelesaikan masa bekerjanya dan dapat memberikan tongkat estafet dengan baik kepada penerusnya
Akhir kata, kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan membantu baik
secara moril maupun materiil dalam kegiatan ini, kami sampaikan terimakasih, semoga apa yang telah kita usahakan dapat berguna-untuk kita semua. Harapan saya yang utama adalah Pelatihan Persiapan Pra Pumabakti Yang Sehat, Mandiri Dan Produktif ini dapat menjadi menu pelatihan kedinasan yang wajib diikuti oleh seluruh pegawai.
Terima Kasih
Jakarta, Desember2013 Sekretaris Jenderal
rSupriyantoro, Sp P, MARS
Ill
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTARISI DAFTAR GAMBAR
i iii viii
DAFTARTABEL
jx
BAB I PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang
1
B. Filosofi Pelatihan
3
BAB II PERAN, FUNGSI DAN KOMPETENSI A. Peran Peserta B. Fungsi Peserta C. Kompetensi
6 6 6 6
BAB III TUJUAN PELATIHAN A. Tuju an Umum B. Tuju an Khusus
7 7 7
BAB IV STRUKTUR PROGRAM
8
BAB V GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN
9
BAB VI PESERTA DAN PELATIH A. Peserta B. Pelatih/F asilitator
24 24 24
BAB VII PENYELENGGARA DAN TEMPAT PENYELENGGARAAN
25
A. Penyelenggara B. Te mpat Penyelenggaraan
25 25
BAB VIII EVALUASI A. Evaluasi Peserta B. Evaluasi Pelatih /Fasilitator
26 26 26
C. Evaluasi Penyelenggaraan
26
BAB IX SERTIFIKAT
27
IV
MODUL MODUL MATERI DASAR 1. KEBIJAKAN TENTANG PENSIUN
32
I. II.
Deskripsi Singkat Tujuan Pembelajaran A. Tuju an Pembelajaran Umum B. Tuju an Pembelajaran Khusus
32 32 32 32
III. Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan
32
IV. Bahan Belajar V. Langkah-Langkah
32 33
VI. Uraian Materi
33
A. Hak da n Kewajiban Pegawai Negeri Sipil B. Jenis Pemberhentian sebagai Pegawai Pemberhentian dari Jabatan Negeri
33 Negeri
Sipil
dan
34
VII. Referensi
44
MODUL MATERI DASAR 2. KEBIJAKAN HEALTHY AND ACTIVE AGEING
45
I. II.
Deskripsi Singkat Tujuan Pembelajaran A. Tuju an Pembelajaran Umum B. Tuju an Pembelajaran Khusus
45 45 45 45
III.
Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan
45
IV. Bahan Belajar V. Langkah-Langkah VI. Uraian Materi
46 46 47
A. Defi nisi dan Tujuan Kelanjutusiaan yang Sehat dan Aktif B. Kebijaka n yang Mendasari Kelanjutusiaan Sehat dan Aktif
47 47
C. Fakta Global Penuaan dan Kesehatan
48
D. Upaya menuju Kelanjutusiaan yang Sehat dan Aktif
50
E. Peran Stimulasi Kognitif untuk Kelanjutusiaan yang Sehat dan Aktif VII. Referensi
54 56
MODUL MATERI INTI 1. LATIHAN FISIK YANG AMAN DAN
BERMANFAAT BAGI LANJUT USIA
57
I. II.
Deskripsi Singkat Tujuan Pembelajaran A. Tuju an Pembelajaran Umum B. Tuju an Pembelajaran Khusus
57 57 57 57
III. Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan
58
IV. Bahan Belajar V. Langkah-Langkah
58 58
VI. Uraian Materi
59
A. Konse p Lanjut Usia dengan Postur Tubuh dan Fisik Sehat serta Bugar ...• B. Pentingn ya Latihan Fisik/Olahraga C. Tips Menghindari Cedera dan Kapan Berhenti Latihan Fisik/ Olahraga
59 60 61
D. Latihan Fisik yang Aman dan Bermanfaat bagi Lanjut Usia VII. Referensi
63 66
MODUL MATERI INTI 2. GIZI UNTUK KELANJUTUSIAAN SEHAT
67
I. II.
Deskripsi Singkat Tujuan Pembelajaran A. Tuju an Pembelajaran Umum B. Tuju an Pembelajaran Khusus
67 67 67 67
III. IV. V. VI.
Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan Bahan Belajar Langkah-Langkah Uraian Materi A. Perub ahan dan Permasalahan Gizi di Masa Pensiun
67 68 68 68 68
B. Persiapa n Secara Gizi dan Perilaku dalam Mengantisipasi Segala Perubahan akibat Penuaan Fisik dan Mental VII. Referensi
71 75
MODUL MATERI INTI 3. KESEHATAN REPRODUKSI DAN
SEKSUALITAS LANJUT USIA
76
I. II.
Deskripsi Singkat Tujuan Pembelajaran A. Tuju an Pembelajaran Umum B. Tuju an Pembelajaran Khusus
76 76 76 76
III.
Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan
76
IV. Bahan Belajar V. Langkah-Langkah
77 77
VI. Uraian Materi
77
A. Keseh atan Reproduksi Lanjut Usia Fase, Tantangan dan Upaya Pembinaan
B. Seksualit as pada Lanjut Usia
79
94
VII. Referensi
100
MODUL MATERI INTI 4. PERSIAPAN PSIKOLOGIS MENGHADAPI MASA PENSIUN
102
I. II.
Deskripsi Singkat Tujuan Pembelajaran A. Tuju an Pembelajaran Umum B. Tuju an Pembelajaran Khusus III. Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan IV. Bahan Belajar V. Langkah-Langkah VI. Uraian Materi
A. Ster eotip tentang Masa Pensiun
B. Pe ndekatan-Pendekatan Individual tentang Masa Pensiun C. Fase-Fase yang Umum Dilalui Individu yang Akan dan Telah Memasuki Masa Pensiun
D. Kategori Sikap-Sikap Individu Memasuki Masa Pensiun E. Penyesuaia n Psikologi Saat Memasuki Masa Pensiun
102 102 102 102 103 103 103 104 106
107 108
110 111
VI
F. Kiat-Kiat Merencanakan Penyesuaian Saat Memasuki Masa Pensiun VII. Referensi
112 113
MODUL MATERI INTI 5. MANAJEMEN DAN SINDROMA PASCA KUASA I. Deskripsi Singkat II. Tujuan Pembelajaran A. Tuju an Pembelajaran Umum B. Tuju an Pembelajaran Khusus III. Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan IV. Bahan Belajar V. Langkah-Langkah VI. Uraian Materi A. Reaksi terhadap Pensiun B. Manaje men Stres C. Sindroma Pasca Kuasa VII. Referensi
114 114 114 114 114 114 114 115 115 116 119 122 123
MODUL MATERI INTI 6. POTENSI DIRI I. Deskripsi Singkat II. Tujuan Pembelajaran A. Tuju an Pembelajaran Umum B. Tuju an Pembelajaran Khusus
124 124 124 124 124 124 124 125 126 126
III. Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan
IV. Bahan Belajar V. Langkah-Langkah VI. Uraian Materi
A. Pote nsi Diri dalam Bidang Keterampilan Teknis B. Pote nsi Diri dalam Bidang Keterampilan Komunikasi C. Potensi Diri dalam Bidang Jejaring Sosial
126 127
VII. Referensi
127
MODUL MATERI INTI 7. KESEMPATAN KEDUA UNTUK BERKARYA I. Deskripsi Singkat
128 128
II.
128 128 128
Tujuan Pembelajaran A. Tuju an Pembelajaran Umum B. Tuju an Pembelajaran Khusus
III. Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan
128
IV. Bahan Belajar V. Langkah-Langkah
129 129
VI. Uraian Materi A. Situasi K ependudukan Lansia di Indonesia dan Global
130 130
B. "Silver College" Sebagai Salah Satu Model Wadah Penggiat dalam
Upaya
Pengembangan
dan
Pemberdayaan
Potensial
C. Membangun Wawasan Pengembangan Ekonomi Produktif VII. Referensi
Lansia 135
140 144
VII
MODUL MATERI INTI 8. LANGKAH-LANGKAH MENUJU SUKSES BERWIRAUSAHA
146
I. II.
Deskripsi Singkat Tujuan Pembelajaran A. Tuju an Pembelajaran Umum B. Tuju an Pembelajaran Khusus
146 146 146 146
III. IV. V. VI.
Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan Bahan Belajar
146 147 147 148
Langkah-Langkah Uraian Materi
A. Te ori Kebutuhan Maslow dan Sifat yang Perlu Dimiliki Seorang Wirausaha B. Motivasi Usaha C. Kepercayaan Diri
D. Upaya Menuju Sukses E. Pern buatan Keputusan Usaha/Bisnis VII. Referensi MODUL MATERI INTI 9. PENGELOLAAN KEUANGAN MENJELANG PENSIUN I. Deskripsi Singkat
150 154 157
159 162 167
169 169
II.
Tujuan Pembelajaran A. Tuju an Pembelajaran Umum B. Tuju an Pembelajaran Khusus
169 169 169
III. IV. V. VI.
Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan Bahan Belajar Langkah-Langkah Uraian Materi
169 169 170 170
A. Pengelola an Keuangan menjelang Pensiun B. Perhitu ngan Kebutuhan Dana pada saat Pensiun C. Kiat Meningkatkan Penghasilan
170 172 176
VII. Referensi
179
KONTRIBUTOR
180
VIII
DAFTAR GAMBAR
Diagram Proses Pelatihan
28
Program Brain Healthy Life Style
52
Jumlah Penduduk Lanjut Usia di Indonesia
131
IX
DAFTAR TABEL
Peta Lansia Indonesia
132
Daftar Provinsi yang Telah Berstruktur Tua
132
Daftar Perguruan Tinggi Chapter Silver College
138
BAB I
PENDAHULUAN LATAR BELAKANG
Pensiun merupakan suatu proses berakhirnya masa kerja yang akan dihadapi oleh seorang pegawai baik yang bekerja pada instansi pemerintah, swasta maupun lembaga BUMN. Pensiun adalah masa dimana seseorang tidak bekerja lagi setelah bekerja selama kurun waktu tertentu. Masa
pensiun biasanya menyebabkan orang menjadi 'kehilangan' pekerjaan, penghasilan, status, dan wibawa. Hal ini kerap menimbulkan stres dan
mengganggu
kesehatan yang sering dikenal sebagai "post power
syndrome".
Hidup setelah pensiun adalah perubahan, bagi yang siap dengan perubahan maka ia akan menjadi pribadi-pribadi hebat yang mampu menciptakan kebahagiaan, kesejahteraan, kekayaan, kesehatan, dan
kedamaian
di
sepanjang
kehidupan
barunya.
Sebagian
orang
mempersepsikan masa pensiun sebagai masa untuk menikmati hasil jerih
payah dari kerja yang dijalani selama ini. Masa pensiun menjadi masa yang menyenangkan karena 'merasa bebas', dapat mengatur sendiri apa yang diinginkan, dapat berkumpul dengan anak dan cucu, dapat berinteraksi
dengan lingkungan sosial, dapat beribadah lebih khusuk, mengikuti berbagai kegiatan keagamaan, tidak terikat waktu kerja, tidak terikat dengan penugasan dari atasan, bahkan mungkin bisa menjadi 'bos' pada usaha milik sendiri. Tetapi sebagian orang lainnya menganggap masa pensiun ini
merupakan masa yang cukup memprihatinkan, hal ini karena adanya persepsi yang kurang tepat dalam memaknai pensiun. Pensiun dianggap sebagai malapetaka dan kadang-kadang pensiun berarti hidup sengsara. Indikasi-indikasi bahwa pensiun tersebut adalah sebuah "malapetaka"
bagi calon pensiunan antara lain adalah semangat bekerja mulai berkurang, bingung, kondisi kesehatan yang menurun, hubungan dalam keluarga semakin tegang dan Iain-Iain. Hal tersebut menunjukkan bahwa pegawai
%urikidum dan 9Aodul<¥e[atihan
sudah mulai khawatir akan situasi dan kondisi yang akan terjadi pada masa pensiun.
Dampak yang sering
muncul pada masa
ini sebagai akibat
ketidaksiapan seseorang menghadapi pensiun adalah adanya gangguan psikologis dan ketidaksehatan mental dalam bentuk kecemasan, stres,
bahkan mungkin depresi. Kondisi ini biasanya juga diikuti oleh adanya perubahan dan kemunduran fisik dalam bentuk munculnya berbagai gangguan penyakit, seperti hipertensi, diabetes, jantung dan Iain-Iain. Agar hal itu tidak terjadi, maka menjelang masa pensiun harus ada persiapan tertentu. Persiapan memasuki masa pensiun ini diantaranya merupakan persiapan sikap, mental, pola pikir, hidup sehat, perencanaan keuangan, belajar menjadi entrepreneur dan sebagainya.
Bila pensiun tidak dipersiapkan sejak awal, sering di masa tua mengalami stres, jenuh, susah, dan cenderung marah-marah. Hidup terasa
tidak lagi bermakna. Menapaki waktu dari pagi hingga sore, sangatlah lama. Tidak ada yang dikerjakan, akibatnya banyak yang frustrasi. Untuk mengantisipasi kekhawatiran tersebut dan perubahan kebiasaan, emosi dan
pemasukan yang tidak terkontrol, maka pegawai calon pensiunan tersebut perlu dipersiapkan baik secara fisik, mental maupun sosial. Pemberian
pembekalan mengenai pengetahuan, wawasan, tips pada masa persiapan
pensiun akan sangat membantu dalam menjalani masa pensiun. Dengan demikian,
pegawai
calon
pensiunan
akan
lebih
tenang
dalam
menyelesaikan masa bekerjanya dan dapat memberikan tongkat estafet dengan baik kepada penerusnya.
Oleh sebab itu, diperlukan sebuah Pelatihan Persiapan Pra Pumabakti yang Sehat, Mandiri dan Produktif bagi karyawan calon pensiunan dalam
mempersiapkan masa pensiun yang lebih baik dan siap menghadapi situasi apapun dengan perasaan syukur dan berani. Masa pensiun haruslah
dikelola dan dirawat secara lebih terencana agar mampu menjadi pribadi yang lebih produktif.
TQiri^uCum dan JdoduC(peCatihan
B. FILOSOFI PELATIHAN
Filosofi
pelatihan
merupakan
landasan
berpikir
dengan
memperhatikan segi yang luas dan menyeluruh berkaitan dengan nilai-nilai
yang menjiwai, mendasari serta memberikan identitas pelatihan sebagai berikut:
1. Prinsip pembelajaran orang dewasa, dengan karakteristik sebagai berikut:
a. Orang dewasa yang mempunyai konsep diri
Pada umumnya orang dewasa mampu untuk membuat keputusan dan mampu menghadapi segala risiko atas keputusannya, serta mengatur
hidupnya agar mandiri. Sikap yang terkesan menggurui dalam proses belajar-mengajar cenderung ditanggapi negatif, sehingga mereka perlu dilibatkan dalam proses belajar secara partisipatif. b. Orang dewasa kaya akan pengalaman yang diperoleh dari: • Peristiwa yang dialami pada masa lalu dan masa kini;
• Hubungan dengan lingkungan di sekitarnya, termasuk lingkungan tugasnya;
• Pengalaman dengan dirinya sendiri pada masa kini dan masa lampau.
c. Orang dewasa mempunyai kesiapan belajar
Masa kesiapan belajar orang dewasa berubah sejalan dengan usia dan peran sosial yang mereka tampilkan. Untuk itulah, urutan program belajar berdasarkan tahapan yang relevan dengan peran mereka menjadi penting untuk diutamakan.
d. Orang dewasa berpandangan untuk segera menerapkan hasil belajamya.
Orang dewasa senantiasa berorientasi pada kenyataan, oleh karena kegiatan belajar diarahkan pada kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya.
e. Orang dewasa itu dapat belajar
Sesungguhnya orang dewasa dapat melakukan kegiatan belajar. Apabila orang dewasa tidak menampilkan kemampuan belajar yang sebenarnya, kemungkinan hal ini disebabkan oleh adanya perubahan
KjiribuCum dan ModuC
faktor fisiologis seperti menurunnya pendengaran, penglihatan, atau tenaga sehingga mempengaruhi kecepatan belajarnya. Fasilitator perlu mendorong dan membantu peserta belajar untuk dapat menerapkannya sendiri.
f. Belajar merupakan proses yang terjadi pada diri orang dewasa Setiap warga belajar akan mengontrol langsung proses belajarnya, termasuk potensi intelektual, emosi serta fisik. la merasa adanya kebutuhan untuk belajar dan melihat tujuan pribadinya yang akan tercapai melalui belajar. Proses belajar akan terpusatkan pada pengalaman sendiri melalui interaksi dengan lingkungannya, dengan
demikian seni pembelajaran orang dewasa merupakan upaya mengelola lingkungan dan proses belajar itu sendiri. Untuk itu,
digunakan metode dan teknik dimana warga belajarnya terlibat secara intensif dalam proses belajar.
Kebutuhan orang dewasa untuk belajar adalah karena adanya tuntutan untuk mengembangkan diri sebagai diri pribadi dan anggota masyarakat.
Orang dewasa tidak suka diperintah untuk melakukan sesuatu, kecuali
jika mereka diberi kesempatan untuk bertanya 'mengapa?' dan mengambil keputusannya sendiri.
2. Berorientasi peserta, di mana peserta berhak untuk:
a. Mendapatkan bahan belajar tentang perencanaan dan penganggaran responsif gender;
b. Mendapatkan pelatih profesional yang dapat memfasilitasi dengan berbagai
metode
yang
relevan
dengan
proses
pembelajaran,
melakukan umpan balik, dan menguasai materi; c. Belajar sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki, baik secara visual
(mengamati), auditorial (mendengarkan) maupun kinestetik (gerak);
d. Belajar dengan modal pengetahuan yang dimiliki masing-masing tentang perencanaan dan penganggaran responsif gender. e. Melakukan refleksi dan memberikan umpan balik secara terbuka, serta melakukan evaluasi dan dievaluasi.
%iirikuCum dan Modul (Pelatihan
3. Berbasis kompetensi yang memungkinkan peserta untuk:
a. Mengembangkan
keterampilan
langkah
demi
langkah dalam
memperoleh kompetensi sesuai dengan tujuan pelatihan.
b. Memperoleh sertifikat setelah dinyatakan berhasil mendapatkan kompetensi yang diharapkan pada akhir pelatihan.
4. Penggunaan metode "learning by doing" yang memungkinkan peserta untuk:
a. Melakukan eksperimentasi menggunakan metode pembelajaran antara lain, studi kasus, diskusi, dan praktek baik secara individu maupun kelompok;
b. Melakukan pengulangan ataupun perbaikan yang diperlukan.
7(iiri^uCum dan ModuC(Pelatihan (Pra
BAB II
PERAN, FUNGSI DAN KOMPETENSI A.
PERAN PESERTA
Setelah mengikuti pelatihan, peserta berperan sebagai PNS yang mampu mempersiapkan diri menjadi pensiunan yang sehat, mandiri dan produktif. B.
FUNGSI PESERTA
Dalam melaksanakan perannya, peserta mempunyai fungsi sebagai PNS yang akan pensiun yang mampu :
a. Melakukan latihan fisik yang aman dan bermanfaat bagi lanjut usia b. Menjelaskan gizi untuk kelanjutusiaan sehat
c. Menjelaskan seksualitas yang sehat pada lanjut usia
d. Menjelaskan persiapan psikologis menghadapi masa pensiun e. Menjelaskan manajemen stres dan sindroma pasca kuasa f. Menjelaskan pengembangan potensi diri
g. Menjelaskan kesempatan kedua untuk berkarya
h. Menjelaskan pengelolaan keuangan menjelang pensiun C.
KOMPETENSI
Setelah mengikuti pelatihan peserta diharapkan mampu:
a. Melakukan latihan fisik yang aman dan bermanfaat bagi lanjut usia b. Menjelaskan gizi untuk kelanjutusiaan sehat
c. Menjelaskan seksualitas yang sehat pada lanjut usia
d. Menjelaskan persiapan psikologis menghadapi masa pensiun e. Menjelaskan manajemen stres dan sindroma pasca kuasa f. Menjelaskan pengembangan potensi diri
g. Menjelaskan kesempatan kedua untuk berkarya h. Menjelaskan pengelolaan keuangan menjelang pensiun
KjirikuCum dan ModuC(Pelatihan (Pra (PurnaBafyiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
BAB III
TUJUAN PELATIHAN TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu mempersiapkan diri menjadi pensiunan yang sehat, mandiri dan produktif.
B. TUJUAN KHUSUS
Setelah mengikuti pelatihan peserta mampu:
a. Melakukan latihan fisik yang aman dan bermanfaat bagi lanjut usia b. Menjelaskan gizi untuk kelanjutusiaan sehat
c. Menjelaskan seksualitas yang sehat pada lanjut usia
d. Menjelaskan persiapan psikologis menghadapi masa pensiun e. Menjelaskan manajemen stres dan sindroma pasca kuasa f. Menjelaskan pengembangan potensi diri g. Menjelaskan kesempatan kedua untuk berkarya
h. Menjelaskan pengelolaan keuangan menjelang pensiun
XurifoiCum dan ModuC(Pelatihan (Pra (PurnaBafaiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
8
BAB IV
STRUKTUR PROGRAM Guna mencapai kompetensi yang diharapkan setelah mengikuti pelatihan, struktur kurikulum pelatihan Persiapan Pra Pumabakti yang Sehat, Mandiri dan Produktif terbagi atas tiga kelompok materi dengan bobot persentase: (1) materi dasar dengan 10%, (2) materi inti 80%, dan (3) materi penunjang 10%, seperti tercantum dalam matrik struktur program sebagai berikut: No
Materi
Waktu T
A
PL
Materi dasar:
1. Kebijakan tentang Pensiun
2
2. Kebijakan Healthy and Active Ageing
1
Sub Total B
P
JMLH
-
3
2
-
-
-
-
-
1 3
Materi inti:
1. Latihan Fisik yang Aman dan Bermanfaat bagi Lanjut Usia 2. Gizi Untuk Kelanjutusiaan Sehat
3. Seksualitas yang Sehat pada Lanjut
1
1
1
1
1
Usia
2
-
2
-
-
1
-
4. Persiapan Psikologis Menghadapi Masa 1
2
1
2
6. Pengembangan Potensi Diri
1
6
7. Kesempatan Kedua untuk Berkarya 8. Langkah-Langkah Menuju Sukses Berwirausaha dan Success Story 9. Pengelolaan Keuangan Menjelang
2
1
1
3
2
2
11
18
Pensiun
3
-
5. Manajemen Stres dan Sindroma Pasca Kuasa
Pensiun
Sub Total C
3
-
7
-
3
-
4
-
4
-
29
Materi penunjang :
1. Building Learning Commitment (BLC) 2. Rencana Tindak Lanjut (RTL) Sub Total
TOTAL
-
-
-
14
2
1 3
21
2
-
1
-
3
-
-
35
Ket: T (Teori), P (Penugasan), PL (Praktik Lapangan)
Xurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra
9
BABV
GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN Nomor
:
Materi
:
Kebijakan Tentang Pensiun
Waktu
:
2 Jpl @ 45 menit (T=2 JPL, P=0 JPL, PL=0 JPL)
Tujuan Pembelajaran Umum
: Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami kebijakan tentang pension
MD.l
Tujuan Pembelajaran
Pokok Bahasan/ Sub
Khusus
Pokok Bahasan
Metode
Media
Alat Bantu Pelatihan
Referensi
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan tentang hak dan kewajiban PNS.
2. Menjelaskan tentang pemberhentian sebagai pegawai negeri sipil dan pemberhentian dari
jabatan negeri.
1. Hak dan kewajiban PNS.
2. Pemberhentian
sebagai pegawai negeri sipil dan pemberhentian dari jabatan negeri.
• Ceramahtanya jawab
•
Modul
• Bahan tayang
• Komputer • Proyektor
• Undang Undang Nomor 11 Tahun 1969 tentang Pensiun PNS dan Janda/Duda
• Undang Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok Pokok Kepegawaian •
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
1979 tentang Pemberhentian PNS • Peraturan Kepala BKN Nomor 18 Tahun 2010
XurikuCum dan Modul(Pelatihan (Pra (PurnaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
10
Nomor
MD.2
Materi Waktu
Kebijakan Healthy andActive Ageing 1 Jpl @ 45 menit (T=l JPL, P=0 JPL, PL=0 JPL)
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami kebijakan tentang healty and active ageing
Tujuan Pembelajaran
Pokok Bahasan/ Sub Pokok Bahasan
Khusus
Metode
Media
Alat Bantu Pelatihan
Referensi
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1.
Menjelaskan definisi dan tujuan kelanjutusiaan
1. Definisi dan tujuan kelanjutusiaan sehat
sehat dan aktif.
2.
Menjelaskan kebijakan
• Ceramahtanya jawab
•
Modul
• Bahan tayang
• Komputer • Proyektor
•
kelanjutusiaan sehat
aktif.
dan aktif.
RI.
2009.
Kesehatan Inteligensia pada Usia Lanjut
Kebijakan yang
yang mendasari kelanjutusiaan sehat dan
Kesehatan
Pedoman Pemeliharaan dan Peningkatan
dan aktif.
2.
Kementerian
dan Anak. Jakarta.
mendasari
•
Darmojo, R. Boedhi, dkk. 1999. Buku Ajar Geriatri. Jakarta : Balai Penerbit
3.
Menjelaskan fakta
3.
global penuaan dan
Fakta global penuaan •
kesehatan.
4.
Menjelaskan upaya menuju kelanjutusiaan
4.
yang sehat dan aktif.
5.
Menjelaskan peran stimulasi kognitif untuk kelanjutusiaan yang sehat dan aktif
FKUI
dan kesehatan.
Upaya menuju kelanjutusiaan yang sehat dan aktif.
5.
Gallo,
1998.
Buku
Saku
Gerontologi. Jakarta: EGC
•
Nugroho, Wahjudi. 2000. Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC
Peran stimulasi
kognitif untuk
kelanjutusiaan yang sehat dan aktif
— _ _
'KurikuCum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
Joseph.
11
Nomor
MI.l
Materi Waktu
Latihan Fisik yang Aman dan Bermanfaat bagi Lanjut Usia 2 Jpl @ 45 menit (T=l JPL, P=l JPL, PL=0 JPL)
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan latihan fisik yang aman dan bermanfaat bagi lanjut usia
Tujuan Pembelajaran
Pokok Bahasan/ Sub Pokok Bahasan
Khusus
Metode
Media
Alat Bantu Pelatihan
Referensi
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan konsep lanjut usia dengan
1.
postur tubuh dan
fisiknya sehat serta bugar.
Konsep lanjut usia dengan postur tubuh dan fisiknya sehat serta bugar.
• Ceramahtanya •
•
Modul
jawab
• Bahan tayang
Praktik latihan fisik
•
Musik latihan fisik
• Komputer • Proyektor • Sound system
•
3.
4.
Menjelaskan pentingnya latihan fisik/olahraga.
2.
Menjelaskan tips menghindari cedera dan kapan berhenti latihan fisik/olahraga.
3.
Melakukan latihan fisik
4.
Pentingnya latihan fisik/olahraga.
and Physical
Activity
Ageing USA, 2004
•
Ergonomic, NIOSH CDC, 2007
Pedoman Kesehatan Olah Raga, Departemen Kesehatan RI, 2002
Tips menghindari cedera dan kapan berhenti latihan
fisik/olahraga Latihan fisik yang
yang aman dan
aman dan bermanfaat
bermanfaat bagi lanjut
bagi lanjut usia.
Your
Everyday Guide, the National Institute on
•
2.
Exercise
usia.
XurikuCum dan ModuC(Pelatihan
12
Nomor
MI.2
Materi
Gizi Untuk Kelanjutusiaan Sehat
Waktu
2 Jpl @ 45 menit (T=l JPL, P=l JPL, PL=0 JPL)
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami gizi untuk kelanjutusiaan sehat
Tujuan Pembelajaran
Pokok Bahasan/ Sub Pokok Bahasan
Khusus
Metode
Media
Alat Bantu Pelatihan
Referensi
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan perubahan dan permasalahan gizi di masa pensiun. Menjelaskan antisipasi
1.
Perubahan dan
permasalahan gizi di masa pensiun.
• Pengisian kuesioner
2. Antisipasi perubahan
perubahan fisik dan
fisik dan mental di
mental di masa pensiun dari aspek gizi dan
masa pensiun dari aspek gizi dan perilaku.
perilaku.
• Ceramahtanya jawab
Modul
Bahan tayang
• Komputer • Proyektor
Instrumen
•
antropometri
• Timbangan badan
Lembarjadwal isian asupan makanan
"KjirikuCum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
Meteran
Nutrition & Healthy Ageing. (WHO Europe).
13
Nomor
MI.3
Materi Waktu
Seksualitas yang Sehat pada Lanjut Usia 1 Jpl @ 45 menit (T=l JPL, P=0 JPL, PL=0 JPL)
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami seksualitas yang sehat pada lanjut usia
Tujuan Pembelajaran
Pokok Bahasan/ Sub Pokok Bahasan
Khusus
Metode
Media
Alat Bantu Pelatihan
Referensi
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1.
Menjelaskan kesehatan
1.
reproduksi lanjut usia, fase, tantangan dan upaya pembinaan.
Kesehatan
reproduksi lanjut usia, fase, tantangan dan upaya pembinaan.
• Ceramah tanya jawab
•
Modul
• Bahan tayang
• Komputer • Proyektor
•
Keluarga
Sejahtera.
Kesehatan
Reproduksi, BKKBN
•
Ageing and Longevity, RM Nugroho Abikusno, Dr, MD, MSc, DrPH, Univ.
2.
Menjelaskan seksualitas pada lanjut usia.
2.
Seksualitas pada lanjut usia.
Trisakti
•
Sehat itu Murah, Hendrawan Nadesul.Dr.
KurikuCum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
14
Nomor
MI.4
Materi Waktu
Persiapan Psikologis Menghadapi Masa Pensiun 3 Jpl @ 45 menit (T=l JPL, P=2 JPL, PL=0 JPL)
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami persiapan psikologis dalam menghadapi masa pensiun.
Tujuan Pembelajaran
Pokok Bahasan/ Sub
Khusus
Pokok Bahasan
Metode
Media
Alat Bantu Pelatihan
Referensi
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan stereotip tentang masa pensiun.
2.
3.
4.
1. Stereotip tentang masa pensiun.
Menjelaskan pendekatan-pendekatan individu tentang masa pensiun.
2.
Menjelaskan fase-fase umum yang dilalui individu yang akan dan
3.
Pendekatan-
pendekatan individu tentang masa pensiun.
Instrumen
kuesioner
psikologis
Modul
Bahan tayang
memasuki masa
pensiun.
pensiun.
Kategori sikap individu yang memasuki masa
pensiun. 5.
6.
Menjelaskan
penyesuaian psikologi
Penyesuaian psikologi saat
saat memasuki masa
memasuki masa
pensiun.
pensiun.
Menjelaskan kiat-kiat dalam merencanakan
5.
6.
1. Inui, T.S. 2003. The Need for integrated biopsychosocial approach to research on
Kuesioner
yang dilalui individu yang akan dan telah
4.
• Komputer • Proyektor
successful ageing. Annuals of Internal Medicine: No. 139, 391 - 394.
2.
Kiat-kiat dalam merencanakan
KurikuCum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
Papalia, D.E. 2008. Adult Development and Ageing. Boston. Mc. Graw Hill.
Fase-fase umum
telah memasuki masa
Menjelaskan kategori sikap individu yang memasuki masa pensiun.
Ceramah tanya jawab Curah pendapat Mengisi
3.
Santrock,
J.W.
2006.
Life
Span
Development, New York: Mc. Graw Hill.
15
penyesuaian diri saat
penyesuaian diri saat
memasuki masa pensiun.
memasuki masa
pensiun.
KurikuCum dan ModuC(PeCatihan Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
16
Nomor
MI.5
Materi
Manajemen Stres dan Sindroma Pasca Kuasa
Waktu
3 Jpl @ 45 menit (T=l JPL, P=2 JPL, PL=0 JPL) Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami manajemen stres dan sindroma pasca kuasa.
Tujuan Pembelajaran Umum Tujuan Pembelajaran
Pokok Bahasan/ Sub
Khusus
Pokok Bahasan
Metode
Media
Alat Bantu Pelatihan
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1.
Menjelaskan reaksi terhadap pensiun.
1.
Reaksi terhadap pensiun.
• Ceramahtanya jawab •
2.
Menjelaskan manajemen
2.
Manajemen stres.
stres.
•
Modul
• Bahan tayang
Diskusi
kelompok •
Praktik Teknik
Relaksasi
3.
Menjelaskan sindroma pasca kuasa dan penanganannya.
3.
Sindroma pasca kuasa dan penanganannya.
KiirikuCum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
• Komputer • Proyektor •
CD Teknik Relaksasi
Referensi
17
Nomor
MI.6
Materi
Pengembangan Potensi Diri
Waktu
7 Jpl @ 45 menit (T=l JPL, P=6 JPL, PL=0 JPL)
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami pengembangan potensi diri.
Tujuan Pembelajaran
Pokok Bahasan/ Sub
Khusus
Pokok Bahasan
Metode
Media
Alat Bantu Pelatihan
Referensi
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan potensi diri dalam bidang keterampilan teknis.
1.
2.
2.
Menjelaskan potensi diri dalam bidang keterampilan
bidang keterampilan
• Penugasan • Tanya Jawab
• Bahan tayang
• Komputer • Proyektor
teknis.
•
•
•
Potensi diri dalam
Diskusi
kelompok
•
Modul
Panduan Diskusi
Kertas warna warni
Career Survival, Strategic Job and Role Planning, Edgar H .Schein, Pfeiffer & Company, San Diego, USA, 1995.
Potensi diri dalam
bidang keterampilan
Second Careers, New Ways To Work
komunikasi
After 50, Caroline Bird, Little Brown And
komunikasi.
Company, Canada, 1992.
3.
Menjelaskan potensi diri dalam jejaring
3.
Potensi diri dalam
jejaring sosial.
sosial.
4.
Menjelaskan prinsipprinsip kesuksesan pasca
Prinsip-prinsip kesuksesan pasca
pumabakti
pumabakti
L
KurikuCum dan ModuC(PeCatihan Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
18
Nomor
MI.7
Materi Waktu
Kesempatan Kedua untuk Berkarya 3 Jpl @ 45 menit (T=2 JPL, P=l JPL, PL=0 JPL)
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami kesempatan kedua untuk berkarya.
Tujuan Pembelajaran
Pokok Bahasan/ Sub Pokok Bahasan
Khusus
Metode
Media
Alat Bantu Pelatihan
Referensi
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan situasi kependudukan lansia di Indonesia dan global
2. Menjelaskan
1.
upaya 2.
Situasi
Kependudukan
Ceramah tanya jawab
Bahan tayang
Lansia di Indonesia
Diskusi
Panduan diskusi
dan Global
kelompok Pengisian
Kuesioner
lansia Wadah "Silver
Upaya pemberdayaan lansia potensia dan Wadah Penggiat "Silver
College" sebagai model dan upaya pengembangannya.
College" sebagai Model dan Upaya Pengembangannya
pemberdayaan potensia dan Penggiat
3. Menjelaskan upaya 3. pengembangan ekonomi produktif.
Modul
• Komputer • Proyektor
1. Santrock
J.W.
2006.
Life
Span
Development. 10th ed. Mc. Graw Hil 2. Program Kependudukan Dan keluarga Berencana Nasional. Media Pembelajaran
kuesioner
BKL,
Seri
1
2012.
Dtrektorat
Bina
Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan. BKKBN. Jakarta.
3. Pengembangan Ekonomi Produktif Bagi Lansia. Media Pembelajaran BKL, Seri 7
Upaya Pengembangan
2012.
Ekonomi Produktif
Keluarga Lansia dan Rentan. BKKBN.
Direktorat
Bina
Ketahanan
Jakarta.
4.
Pembelajaran Sepanjang Hayat; Universiti
Era ketiga. U3A. Malaysia. University Putra Malaysia.
"KjirikuCum dan ModuC(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
19
Nomor
MI.8
Materi
Langkah-Langkah Menuju Sukses Berwirausaha
Waktu
4 Jpl @ 45 menit(T=l JPL, P=3 JPL, PL=0 JPL)
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami langkah-langkah menuju sukses berwirausaha
Tujuan Pembelajaran
Pokok Bahasan/ Sub Pokok Bahasan
Khusus
Metode
Media
Alat Bantu Pelatihan
Referensi
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1.
Menjelaskan
teori
1.
kebutuhan Maslow dan
sifat yang perlu dimiliki
Menjelaskan
kebutuhan dan sifat
yang perlu dimiliki seorang wirausaha
seorang wirausaha
2.
Teori Maslow
motivasi 2.
4.
5.
Diskusi
•
Panduan diskusi
kelompok
•
Lembar kasus
•
Modul
Komputer Proyektor
1.
3.
Anonim. 2010. Naskah Akademik Silver
College: Sebagai Penggiat Ketahanan Keluarga dan
Masyarakat.
P2SDM-
LPPM. IPB. Bogor. 5 Juni, 2010
Motivasi usaha. 2.
Menjelaskan kepercayaan diri.
Menjelaskan menuju sukses.
• Bahan tayang
Studi kasus
usaha.
3.
Ceramah tanya jawab
Baum, J. Robert, Michael Frese, dan
Robert A. Baron. 2007. The psychology
Kepercayaan diri.
of entrepreneurship. London: Routledge. upaya
Menjelaskan pembuatan keputusan usaha/bisnis.
Upaya
Cholichul. 2011. Berpacu menjadi yang
menuju
sukses.
terbaik (modul Kinerja Kewirausahaan).
Pembuatan
Hermono,
keputusan
Limbah Plastik. PT. Kawan Pustaka
L.
2009.
Inspirasi
dari
usaha/bisnis. 5.
http://bisnisukm.com/percaya-diridalam-memulai-bisnis.html-2011
HubeisM. 2012. Motivasi Usaha. Paper Pelatihan
Pemantapan
Pengembangan
Usaha
Potensial.
Silver
dan
Lanjut
College,
Usia
P2SDM,
Kjtrikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
20
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
Nomor
MI.9
Materi Waktu
Pengelolaan Keuangan Menjelang Pensiun 4 Jpl @ 45 menit (T=2 JPL, P=2 JPL, PL=0 JPL)
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami persiapan dan pengelolaan
Tujuan Pembelajaran Khusus
Pokok Bahasan/ Sub Pokok Bahasan
Metode
Media
Alat Bantu Pelatihan
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan 1. Pengelolaan • Ceramahtanya pengelolaan keuangan keuangan menjelang jawab menjelang pensiun pensiun. • Latihan soal 2.
3.
•
Modul
• Bahan tayang • Petunjuk latihan
• Komputer • Proyektor
soal
Menjelaskan 2. perhitungan kebutuhan
Perhitungan
dana pada saat pensiun
saat pensiun
Menjelaskan kiat dalam 3. meningkatkan penghasilan.
meningkatkan penghasilan.
kebutuhan dana pada
Kiat
dalam
Kurikulum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBakti
22
Nomor
MP.l
Materi
Building Learning Commitment (BLC) 2 Jpl @ 45 menit(T=0 JPL, P=2 JPL, PL=0JPL)
Waktu
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan konsep "membangun kom
dalam proses pelatihan. Tujuan Pembelajaran Khusus
Pokok Bahasan/ Sub Pokok Bahasan
Metode
Media
Alat Bantu Pelatihan
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1.
Menjelaskan norma belajar.
norma-
1. Konsep Learning
Building
Curah pendapat Diskusi
Commitment
•
Instruksi
simulasi
kelompok
Komputer Proyektor Sound system White Board
2.
Melakukan perubahan diri untuk mengikuti proses pembelajaran.
3.
Melakukan peran secara optimal dalam setiap pembelajaran dan kerjasama.
3. Norma
Melakukan peran secara optimal dalam membangun dan mengembangkan tim belajar yang efektif
4. Kontrol Kolektif.
2. Harapan Pembelajaran.
Flipchart Spidol Kertas
4.
Belajar
Bersama.
KurikuCum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (produktif
Alat tulis
Nomor
MP.2
Materi
Rencana Tindak Lanjut (RTL)
Waktu
1 Jpl @ 45 menit (T=0 JPL, P=l JPL, PL=0 JPL)
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menyusun rencana tindak lanjut.
Tujuan Pembelajaran Khusus
Pokok Bahasan/ Sub Pokok Bahasan
Metode
Media
Alat Bantu Pelatihan
Form RTL
• Komputer • Proyektor Lembar penugasan Flipchart Spidol
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan RTL.
2.
Menyusun RTL
perlunya
Perlunya RTL: a. Pengertian RTL.
•
Diskusi
•
Presentasi
b.
• Penugasan
ManfaatRTL.
Penyusunan RTL
a. Prinsip
•
penyusunan RTL.
b. Komponen
dan
format RTL.
c. Kerangka laporan RTL.
KurikuCum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBakti
24
BAB VI
PESERTA DAN PELATIH A.
PESERTA 1. Kriteria Peserta
Pegawai Negeri Sipil (PNS) aktif yang dalam kurun waktu maksimal 2 tahun akan memasuki masa pensiun 2. Jumlah Peserta
Pelatihan Persiapan Pra Pumabakti termasuk dalam kategori pelatihan yang diarahkan pada aspek manajemen maka pelatihan ini dapat diikuti oleh sebanyak-banyaknya 30 orang peserta.
B.
PELATIH/FASILITATOR
Kualifikasi pelatih/fasilitator yang diperlukan yaitu berpengalaman dan ahli dalam bidang kepegawaian, kesehatan lanjut usia, yang meliputi kesehatan
fisik, mental, sosial dan pengembangan potensi diri serta manajemen keuangan.
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
25
BAB VII
PENYELENGGARA DAN TEMPAT
PENYELENGGARAAN PENYELENGGARA
Balai pelatihan dan unit pelatihan kesehatan lainnya yang memiliki tugas dan fungsi melaksanakan pelatihan di bidang kesehatan. TEMPAT PENYELENGGARAAN
Berdasarkan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor
725/Menkes/SK/V/2003, tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan di
Bidang Kesehatan, tempat pelatihan adalah institusi pelatihan di bidang kesehatan yang terakreditasi dan memiliki kelengkapan sarana dan prasarana yang cukup dan sesuai dengan jenis pelatihan yang
diselenggarakan dan mendukung proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pelatihan.
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
26
BAB VIII
EVALUASI A. EVALUASI PESERTA
Evaluasi terhadap peserta terdiri dari: a. Pre test
b. Post test
c. Hasil Penyusunan Rencana Tindak Lanjut (RTL) B. EVALUASI PELATIH/ FASILITATOR
Komponen-komponen yang dinilai pada evaluasi terhadap pelatih/ fasilitator
sebagaimana dilakukan pada evaluasi terhadap Widyaiswara, sebagai berikut:
• Penguasaan materi • Ketepatan waktu
• Sistematika penyajian
• Penggunaan metode dan alat bantu pelatihan
• Empati, bahasa tubuh dan sikap kepada peserta • Pencapaian Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) • Kesempatan Tanya jawab •
Kemampuan menyajikan
•
Kerapihan berpakaian
C. EVALUASI PENYELENGGARAAN
Yang dinilai adalah kualitas pelayanan terhadap proses pelatihan, baik di
dalam kegiatan kelas maupun pelayanan sarana/ prasarana penunjang pelatihan.
Kurikulum dan Modul(pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
27
BAB IX
SERTIFIKAT Berdasarkan Kepmenkes Nomor 725 tahun 2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan di Bidang Kesehatan, sertifikat pelatihan diberikan
kepada setiap peserta yang telah menyelesaikan proses pembelajaran, dengan angka kredit 1 (satu) yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang dan oleh panitia penyelenggara.
Angka kredit diberikan berdasarkan atas lamanya program pelatihan (jumlah jam pelajaran/JPL) dengan kriteria sebagai berikut: No.
LAMA PROGRAM
ANGKA
(JAM EFEKTIF @ 45 MENIT)
KREDIT
1.
30-80
1
2.
81-160
2
3.
161-480
3
4.
481-640
4
5.
641 - 960
5
6.
Lebih dari 961
15 .
_
Sumber: (SK Menpan NO. 126 Tahun 1990 tentang Pedoman Penyusunan dan Pengangkatan Tenaga Fungsional dan Angka Kreditnya) Peserta yang telah mengikuti Pelatihan Persiapan Pra Pumabakti ini
sekurang-kurangnya 95% dari alokasi waktu pelatihan dan dinyatakan berhasil menurut hasil evaluasi belajar, mendapatkan 1 (satu) angka kredit.
Kurikulum dan Modul(PeCatihan
28
Lampiran DIAGRAM PROSES PELATIHAN
Pembukaan
1 Pre test
-±z Building Learning Commitment (BLQ
1 Ranah Penqetahuan:
Ranah Keterampilan:
Kebijakan tentang Pensiun. Kebijakan Healthy and active ageing. Gizi untuk Kelanjutusiaan Sehat.
Latihan Fisik yang Aman dan Bermanfaat bagi Lanjut Usia.
Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas Lanjut Usia.
Persiapan
Psikologis
Menghadapi
Masa
Sindroma
Pasca
Pensiun.
Manajemen
Stres
dan
Kuasa.
Pengembangan Potensi Diri. Kesempatan Kedua untuk Berkarya. Langkah-Langkah Menuju
Sukses
Berwirausaha.
Pengelolaan Keuangan Menjelang Pensiun Persiapan dan Pengelolan Dana Pensiun.
RTL
Post test
I Penutupan
Penjelasan a.
Pembukaan
Dalam proses pembukaan diharapkan peserta mendapatkan informasi tentang latar belakang dan tujuan pelatihan.
KurikuCum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
29
b. Membangun Komitmen Belajar (BLC)
Kegiatan ini ditujukan untuk mempersiapkan peserta agar dapat mengikuti proses pelatihan dengan baik, kegiatannya antara lain: 1. Pendinamisasian melalui perkenalan antar-peserta dan fasilitator dengan menggunakan metode permainan 2. Mengemukakan kebutuhan/harapan, kekhawatiran, dan komitmen peserta selama pelatihan
3. Kesepakatan para fasilitator, penyelenggara pelatihan dan peserta
dalam
berinteraksi selama
pelatihan berlangsung,
meliputi:
pengorganisasian, kenyamanan, dan keamanan kelas, serta yang lainnya.
c.
Pembahasan Materi
Dalam setiap pembahasan materi inti, peserta dilibatkan secara aktif
dalam proses pembelajaran, secara umum sebagai berikut:
a. Fasilitator mempersiapkan peserta untuk siap mengikuti pelatihan.
b. Fasilitator menjelaskan tentang tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada setiap materi.
c. Fasilitator penggalian
dapat
mengawali
pengalaman
proses
peserta,
pembelajaran dengan
penugasan
dalam
bentuk
individual maupun kelompok, penjelasan singkat mengenai seluruh materi, atau review materi.
d. Setelah semua materi disampaikan, fasilitator dan atau peserta dapat memberikan umpan balik terhadap isi keseluruhan materi
e. Sebelum pemberian materi berakhir, fasilitator dan peserta dapat membuat rangkuman atau pembulatan.
d. Rencana Tindak Lanjut (RTL)
Penugasan menyusun rencana tindak lanjut agar peserta dapat merencanakan kegiatan yang akan dilakukan di tempat kerjanya
berdasarkan pembekalan yang sudah dilakukan dalam proses pelatihan.
KurikjiCum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
30
Penutupan
Acara penutupan dapat dijadikan sebagai upaya untuk mendapatkan masukan dari peserta ke penyelenggara dan fasilitator untuk perbaikan pelatihan yang akan datang.
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (produktif
31
MODUL
Kurikidum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
32
MODUL MATERI DASAR 1
KEBIJAKAN TENTANG PENSIUN
I.
DESKRIPSI SINGKAT
Kebijakan pensiun Pegawai Negeri Sipil diatur dalam Undang-Undang dan peraturan-peraturan lainnya, yang di dalamnya terdapat aturan proses administrasi kepegawaian dan jenis-jenis pemberhentian sebagai Pegawai Negeri Sipil. Materi ini akan membahas mengenai peraturan hak dan kewajiban PNS dan jenis-jenis pemberhentian PNS.
II.
TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami kebijakan tentang pensiun.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu: 1. Menjelaskan peraturan hak dan kewajiban PNS.
2. Menjelaskan pemberhentian sebagai pegawai negeri sipil dan pemberhentian dari jabatan negeri.
III. POKOK BAHASAN/ SUB POKOK BAHASAN
1. Hak dan Kewajiban PNS.
2. Pemberhentian Sebagai Pegawai Negeri Sipil dan Pemberhentian dari Jabatan Negeri.
IV. B AHAN BELAJAR
• Handout materi Kebijakan tentang Pensiun
KurikuCum dan ModuC(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
33
V.
LANGKAH-LANGKAH
Langkah 1. Pengkondisian (10 menit) • Fasilitator memperkenalkan diri
• Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran, metode yang digunakan dan pentingnya materi ini dalam pelatihan persiapan pensiun
Langkah 2. Hak dan Kewajiban PNS (30 menit)
• Fasilitator menjelaskan mengenai hak dan kewajiban setiap PNS • Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab
Langkah
3.
Pemberhentian
Sebagai
Pegawai
Negeri
Sipil
dan
Pemberhentian dari Jabatan Negeri (50 menit) • Fasilitator menjelaskan mengenai jenis-jenis pemberhentian
• Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab
VI. UR AIAN MATERI
A.
HAK DAN KEWAJIBAN PEGAWAI NEGERI SIPIL
Hak Pegawai Negeri Sipil:
Hak pegawai negeri sipil adalah sesuatu yang diterima oleh Pegawai Negeri Sipil sesuai persyaratan tertentu yang hams di penuhi antara lain:
11 Pegawai negeri Sipil berhak atas Gaji (Gaji PNS, Perhitungan Masa Kerja, Kenaikan Gaji Pokok, Tunjangan)
•
Kenaikan Pangkat, DP.3, Cuti, Tunjangan cacat dengan uang duka, Kesejahteraan dan pensiun.
Kewajiban Pegawai Negeri Sipil:
Kewajiban Pegawai Negeri Sipil adalah segala sesuatu yang diatur dan
wajib dikerjakan atau boleh dilakukan oleh setiap Pegawai Negeri Sipil
berdasarkan sesuatu peraturan perundang undangan yang berlaku, adapun kewajiban pegawai negeri sipil
seperti kewajiban yang ditetapkan dalam
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok Pokok Kepegawaian dan
KurikuCum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
34
Tujuh Belas Kewajiban yang diatur dalam Peraturan Pemerintah tentang disiplin pegawai negeri.
B. JENIS PEMBERHENTIAN SEBAGAI PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN PEMBERHENTIAN DARI JABATAN NEGERI
Pemberhentian sebagai Pegawai Negeri Sipil adalah pemberhentian yang menyebabkan yang bersangkutan tidak lagi berkedudukan sebagai Pegawai Negeri Sipil.
Pemberhentian dari jabatan negeri adalah pemberhentian yang menyebabkan yang bersangkutan tidak lagi bekerja pada suatu satuan
organisasi Negara, tetapi masih berkedudukan sebagai Pegawai Negeri Sipil. Jenis-Jenis Pemberhentian Sebagai Pegawai Negeri Sipil
Pemberhentian sebagai Pegawai Negeri Sipil terdiri atas pemberhentian dengan hormat dan tidak hormat sebagai Pegawai Pegawai Negeri Sipil.
Pegawai Negeri Sipil yang diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil menerima hak-hak kepegawaiannya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku antara lain hak atas pensiun.
Pegawai Negeri Sipil yang diberhentikan tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil, kehilangan hak-hak kepegawaiannya antara lain pensiun. 1.
Pemberhentian atas Permintaan Sendiri
Pada prinsipnya Pegawai Negeri Sipil yang mengajukan permintaan berhenti, dapat diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil. Permintaan berhenti tersebut dapat ditunda untuk paling lama 1 tahun, apabila kepentingan dinas yang mendesak. Permintaan berhenti dapat ditolak apabila Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan masih terikat dalam keharusan bekerja pada Pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, atau masih ada sesuatu hal yang harus dipertanggungjawabkan.
Kurikulum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (produktif
35
2.
Pemberhentian Mencapai Batas Usia Pensiun
Pegawai Negeri Sipil yang diberhentikan dengan hormat sebagai pegawai negeri karena telah mencapai batas usia pensiun 56 tahun, berhak
atas pensiun apabila PNS tersebut telah memiliki masa kerja pensiun
sekurang-kurangnya 10 (sepuluh tahun). Batas usia pensiun ( BUP) Pegawai Negeri Sipil pada dasarnya telah diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian PNS, yaitu 56 (lima puluh enam) tahun. Dan PP Nomor 32 Tahun 1979 ini telah dua kali mengalami perubahan yaitu dengan PP Nomor 1 Tahun 1994 dan PP Nomor 65 Tahun
2008. Perpanjangan usia pensiunan sendiri terbagi menjadi tiga bagian yakni:
a-
Perpanjangan
BUP sampai 65 tahun
untuk PNS yang memangku jabatan peneliti madya dan peneliti utama
dengan tugasnya secara penuh di bidang penelitian atau jabatan lain yang ditentukan oleh Presiden. Kemudian perpanjangan BUP bagi PNS yang memangku jabatan struktural Eselon I tertentu pada saat sampai
dengan 62 (enam puluh dua) tahun, memperhatikan dengan tegas persyaratan sebagai berikut:
•
Memiliki keahlian dan pengalaman yang sangat dibutuhkan organisasi;
•
Memiliki kinerja yang baik
•
Memiliki moral dan Integritas yang baik
•
Sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan oleh keterangan dokter
ditetapkan dengan Keputusan Presiden atas usul Pimpinan Instansi/lembaga setelah mendapat pertimbangan dari Tim Penilai Akhir Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Jabatan Struktural Eselon 1.
b. Usia pensiun sampai 60 tahun untuk PNS yang memangku golongan struktural eselon I dan II serta jabatan dokter yang ditugaskan secara
penuh pada unit pelayanan kesehatan negeri dan jabatan pengawas sekolah menengah atas atau jabatan lain yang ditentukan oleh Presiden.
c. Usia pensiun 58 tahun untuk PNS yang menjadi hakim pada Mahkamah Pelayaran dan jabatan lain yang ditentukan Presiden.
Kurikulum dan Modul(PeCatihan
36
d. Sesuai dengan PP Nomor 32 Tahun BUP dapat diperpanjang bagi Pegawai Negeri Sipil yang memangku jabatan tertentu. Jabatan-jabatan tertentu yang diduduki PNS yang dapat diperpanjang BUP nya. Ada yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 dan ada
yang diatur dalam Keputusan Presiden/Peraturan Presiden; yang telah
diatur dalam PP 32 Tahun 1979 antara lain: 65 tahun bagi PNS yang memangku jabatan ahli peneliti dan peneliti; 60 (enam puluh) tahun bagi PNS yang memangku jabatan: Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen, Pejabat Struktural Eselon I, Pejabat Struktural Eselon II,
Dokter yang ditugaskan secara penuh pada Lembaga Kedokteran Negeri sesuai profesinya.
Perpanjangan BUP yang telah diatur bagi PNS yang telah diatur dalam Keputusan Presiden/Preturan Presiden antara lain:
a. 65 tahun bagi Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan fungsional Pustakawan; jabatan fungsional Pustakawan Utama; Widyaiswara Utama; Pranata Nuklir Utama; Pengawas Radiasi Utama.
b. 60 (enam puluh) tahun bagi PNS yang menduduki jabatan Fungsional Pemeriksa Pajak (jenjang tertentu); Penilai Pajak Bumi dan Bangunan (jenjang tertentu); Penyuluh Pertanian (jenjang tertentu); Sandiman (jenjang tertentu); Penyelidik Bumi Utama dan Madya. Selain diatur dalam PP dan Keputusan Presiden/Peraturan Presiden,
juga terdapat pengaturan BUP PNS yang diatur dalam Undang-Undang, antara lain:
a. 65 (enam puluh lima) tahun bagi PNS yang menduduki jabatan : - Dosen, sedangkan bagi Profesor yang berprestasi dapat diperpanjang sampai dengan 70 (tujuh puluh) tahun (UU Nomor 14 Tahun 2005);
- Ketua, Wakil Ketua, dan Hakim Tingkat Banding di lingkungan Peradilan Umum, PTUN, dan Agama.
b. 62 (enam puluh dua) tahun bagi PNS yang menduduki jabatan : - Ketua, Wakil Ketua, dan Hakim Tingkat Pertama di lingkungan Peradilan Umum.PTUN, dan Agama (UU Nomor 8 Tahun 2004, UU Nomor 9 Tahun 2004, dan UU Nomor 3 Tahun 2006); - Jaksa (UU Nomor 16 Tahun 2004).
KurikuCum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
37
c. 60 (enam puluh) tahun bagi PNS yang menduduki jabatan Guru (UU Nomor 14 Tahun 2005)
Dengan PP Nomor 65 Tahun 2008, maka bagi PNS yang menduduki jabatan struktural eselon I tertentu, BUP dapat diperpanjang sampai dengan 62 (enam puluh dua) tahun. Adapun perpanjangan atau sebagaimana dimaksud dilaksanakan dengan persyaratan sebagaimana yang telah di sebutkan di atas. Dan Perpanjangan BUP sampai dengan 62 (enam puluh
dua) tahun ditetapkan dengan Keputusan Presiden atas usul Pimpinan Instansi/Lembaga setelah mendapat pertimbangan dari Tim Penilai Akhir Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian dalam dan dari Jabatan
Struktural Eselon Perpanjangan BUP sampai dengan 62 (enam puluh dua) tahun dilakukan secara selektif bagi PNS yang menduduki jabatan struktural
eselon I yang sangat strategis. Dengan demikian, tidak semua PNS yang menduduki jabatan struktural eselon I dapat diperpanjang BUP-nya sampai dengan 62 (enam puluh dua) tahun.
3.
Pemberhentian karena adanya Penyederhanaan Organisasi
Perubahan satuan organisasi negara adakalanya mengakibatkan
kelebihan pegawai. Apabila terjadi hal yang sedemikian maka Pegawai Negeri Sipil yang kelebihan itu disalurkan pada satuan organisasi negara lainnya. Kalau penyaluran dimaksud tidak mungkin dilaksanakan, maka
Pegawai Negeri Sipil yang kelebihan itu diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil atau dari jabatan negeri dengan mendapat hak
hak kepegawaian berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku. 4.
Pemberhentian Karena Tidak Cakap Jasmani Dan Rohani
Pegawai Negeri Sipil diberhentikan dengan hormat dengan mendapat hak hak kepegawaian apabila berdasarkan berdasarkan Surat Keterangan Tim Penguji Kesehatan dinyatakan:
a. tidak dapat bekerja
lagi dalam
semua jabatan
negeri
karena
kesehatannya, atau
KurikuCum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
38
b. menderita penyakit atau kelainan yang berbahaya bagi dirinya sendiri atau lingkungan kerjanya atau berakhirnya cuti sakit Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan belum mampu bekerja kembali
Pegawai negeri tersebut diberhentikan dengan hormat dengan mendapat hak pensiun:
- Tanpa terikat pada masa kerja pensiun apabila oleh team penguji kesehatan dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan negeri karena kesehatannya yang disebabkan oleh dan ia menjalankan kewajiban jabatannya
- Jika telah memiliki masa kerja pensiun sekurang-kurangnya 4 tahun apabila oleh team penguji kesehatan dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan negeri karena kesehatannya yang bukan disebabkan oleh karena ia menjalankan kewajiban jabatan.
5. Pegawai Negeri Sipil Dapat Diberhentikan Dengan Hormat atau Tidak Hormat
Pegawai Negeri Sipil dapat diberhentikan dengan hormat atau tidak hormat karena:
a. Melanggar Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil dan Sumpah/Janji Jabatan Selain Pelanggaran sumpah/janji Pegawai Negeri Sipil dan sumpah/janji jabatan karena tidak setia kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah; atau
b. Dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap karena melakukan tindak
pidana kejahatan yang ancaman hukumannya kurang dari 4 (empat) tahun.
Pegawai Negeri Sipil dapat diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau tidak dengan hormat karena:
a. Dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan yang ancaman hukumannya 4 tahun atau lebih; atau
b. Melakukan pelanggaran disiplin tingkat berat, Pegawai Negeri Sipil diberhentikan tidak dengan hormat karena:
KurikuCum dan ModuC(PeCatihan
39
1) Melanggar sumpah/janji Pegawai Negeri Sipil dan sumpah/janji jabatan karena tidak setia kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah;
2) Melakukan penyelewengan terhadap Ideologi Negara, Pancasila,
Undang-Undang Dasar 1945 atau terlibat dalam kegiatan yang menentang Negara dan Pemerintah; atau
3) Dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap karena melakukan
tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan.
Pemberhentian Karena Meninggal Dunia atau Hilang
Pegawai Negeri Sipil yang meninggal dunia dengan sendirinya dianggap diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil. Untuk kelengkapan tata usaha kepegawaian maka pimpinan instansi yang bersangkutan serendah-rendahnya Kepala Sub Bagian atau pejabat lain yang setingkat dengan itu membuat surat keterangan meninggal dunia. Pegawai Negeri Sipil yang hilang dianggap telah meninggal dunia pada akhir bulan ke-12 sejak ia dinyatakan hilang. Berdasarkan berita acara atau surat
keterangan dari pejabat yang berwajib, maka pejabat yang berwenang membuat surat pernyataan hilang. Surat pernyataan hilang dibuat selambat-
lambatnya pada akhir bulan kedua sejak yang bersangkutan hilang. Pejabat yang membuat adalah Menteri, Jaksa Agung, Pimpinan Kesekretariatan
Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, Pimpinan Lembaga Pemerintah Non
Departemen, Gubernur, Bupati/Walikota atau pejabat lain yang ditunjuk. Pegawai Negeri Sipil yang telah dinyatakan hilang, yang sebelum melewati masa 12 bulan diketemukan kembali dan masih hidup dan sehat, dipekerjakan kembali sebagai Pegawai Negeri Sipil. Pegawai Negeri Sipil yang telah dinyatakan hilang yang belum melewati masa 12 bulan
diketemukan kembali, tetapi cacat diperlakukan sebagai berikut:
a. Diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil dengan hak pensiun apabila ia telah memiliki masa kerja sekurang-kurangnya 4 tahun, tetapi apabila ia belum memiliki masa kerja sekurang-kurangnya 4 tahun
Kurikulum dan ModuC(PeCatihan
40
maka ia diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil tanpa hak pensiun.
b. Apabila hilangnya dan cacatnya itu disebabkan dalam dan oleh karena ia
menjalankan kewajiban jabatannya, maka ia diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil dengan hak pensiun tanpa memandang masa kerja.
Pegawai Negeri Sipil yang telah dinyatakan hilang diketemukan
kembali setelah melewati masa 12 bulan diperlakukan sebagai berikut: a. Apabila ia masih sehat, dipekerjakan kembali;
b. Apabila tidak dapat bekerja lagi, dalam semua jabatan Negeri berdasarkan surat keterangan Tim Penguji Kesehatan, diberhentikan
dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil dengan mendapat hak-hak
kepegawaian sesuai dengan peraturaan perundang-undangan yang berlaku.
Catatan: Hilang adalah suatu keadaan bahwa seseorang di luar kemauan dan kemampuannya tidak diketahui tempatnya berada dan tidak diketahui apakah ia masih hidup atau telah meninggal dunia. 7.
Pemberhentian Karena Sebab-Sebab Lain
a. Pegawai Negeri Sipil yang tidak melaporkan diri kepada pimpinan instansi
induknya 6 bulan setelah habis menjalankan cuti di luar tanggungan negara, diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.
b. Pegawai Negeri Sipil yang terlambat melaporkan diri kembali kepada instansi induknya setelah habis menjalankan cuti di luar tanggungan negara diperlakukan sebagai berikut:
1) Apabila keterlambatan melaporkan diri itu kurang dari 6 bulan maka
Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan dapat dipekerjakan kembali apabila alasan-alasan tentang keterlambatan melaporkan diri itu dapat diterima oleh pejabat yang berwenang dan ada lowongan dan setelah ada persetujuan Kepala BKN.
2) Apabila keterlambatan melaporkan diri itu kurang dari 6 bulan tetapi alasan-alasan tentang keterlambatan melaporkan diri itu tidak dapat
Kurikulum dan Modul(Pelatihan
41
diterima oleh pejabat yang berwenang maka Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan diberhentikan sebagai Pegawai Negeri Sipil. 3) Apabila keterlambatan melaporkan diri itu lebih dari 6 bulan maka
Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan harus diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.
Pemberhentian
Karena
Pegawai
Negeri
Sipil
Menjadi
Anggota/Pengurus Partai Politik Dalam Undang-undang Nomor 43 Tahun
1999 dinyatakan bahwa Pegawai Negeri dilarang menjadi anggota dan/atau
pengurus partai politik. Pegawai Negeri Sipil yang akan menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik wajib mengundurkan diri sebagai Pegawai Negeri Sipil, yang diajukan secara tertulis kepada Pejabat Pembina Kepegawaian dan tembusannya disampaikan kepada:
a. Atasan langsung Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, serendahrendahnya pejabat struktural eselon IV;
b. Pejabat yang bertanggung jawab di bidang kepegawaian instansi yang bersangkutan;
c. Pejabat yang bertanggung jawab di bidang keuangan yang bersangkutan. Pegawai Negeri Sipil yang mengundurkan diri tersebut diberhentikan
dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil. Pemberhentiannya terhitung mulai akhir bulan yang bersangkutan mengajukan pengunduran diri. Pegawai Negeri Sipil yang menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik tanpa mengundurkan diri sebagai Pegawai Negeri Sipil diberhentikan tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.
Pegawai Negeri Sipil yang mengundurkan diri yang ditangguhkan pemberhentiannya, tetapi tetap menjadi anggota dan/atau pengurus partai
politik diberhentikan tidak dengan hormat. Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil sebagaimana tersebut di atas berlaku terhitung mulai akhir bulan yang bersangkutan menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik. 8.
Pemberhentian Sementara
Untuk kepentingan peradilan seorang Pegawai Negeri yang didakwa telah melakukan suatu kejahatan/pelanggaran jabatan dan berhubung dengan itu oleh pihak yang berwajib dikenakan tahanan sementara, mulai
Kurikulum dan ModuC(PeCatihan (Pra (Purna6aktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
42
saat penahanannya harus dikenakan pemberhentian sementara. Seorang Pegawai Negeri Sipil yang oleh pihak berwajib dikenakan tahanan
sementara karena didakwa telah melakukan suatu pelanggaran hukum
pidana yang tidak menyangkut pada jabatannya dalam hal pelanggaran yang dilakukan itu berakibat hilangnya penghargaan dan kepercayaan atas diri pegawai yang bersangkutan atau hilangnya martabat serta wibawa pegawai itu.
Tujuan pemberhentian sementara terutama untuk mengamankan
kepentingan peradilan dan juga untuk kepentingan jawatan (instansi).
Selama pemberhentian sementara kepada Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan diberikan penghasilan sebagai berikut:
a. Jika ada petunjuk-petunjuk yang cukup meyakinkan bahwa yang bersangkutan telah melakukan pelanggaran yang didakwakan atas
dirinya, mulai bulan berikutnya ia diberhentikan diberikan bagian gaji sebesar 50% dari gaji pokok yang diterimanya terakhir;
b. Jika belum terdapat petunjuk-petunjuk yang jelas tentang telah dilakukannya pelanggaran yang didakwakan atas dirinya mulai bulan
berikutnya ia diberhentikan diberikan bagian gaji sebesar 75 % dari gaji pokok yang diterimanya terakhir.
Jika sesudah pemeriksaan oleh pihak yang berwajib pemberhentian sementara temyata tidak bersalah maka pegawai itu harus segera diangkat
dan dipekerjakan kembali pada jabatannya semula, dalam hal yang demikian selama masa diberhentikan untuk sementara ia berhak mendapat gaji penuh serta penghasilan-penghasilan lain yang berhubungan dengan tunjangan
istri dan jabatannya. Jika sesudah pemeriksaan pegawai yang bersangkutan temyata bersalah maka:
a. Terhadap pegawai yang dikenakan pemberhentian sementara tersebut
harus diambil tindakan pemberhentian sedangkan bagian gaji berikut tunjangan-tunjangan yang telah dibayarkan kepadanya tidak dipungut kembali.
b. Terhadap pegawai yang dikenakan pemberhentian sementara tersebut
jika perlu diambil tindakan harus diambil tindakan sesuai dengan pertimbangan/keputusan Hakim.
Kurikulum dan ModuC(PeCatihan
43
Jika berdasarkan keputusan pengadilan telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap dinyatakan tidak bersalah maka Pegawai Negeri Sipil
yang bersangkutan harus direhabilitasikan terhitung mulai saat diberhentikan sementara dan gaji dibayarkan penuh. Jika temyata yang bersangkutan dinyatakan bersalah, diberhentikan sebagai Pegawai Negeri Sipil dengan tidak
hormat.
Pegawai
Negeri
Sipil
yang
dikenakan
pemberhentian
sementara:
a. Pada saat ia mencapai batas usia pensiun diberhentikan pembayaran bagian gajinya;
b. Apabila kemudian ia tidak bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, diberhentikan dengan hormat sebagai
Pegawai
Negeri Sipil dengan
mendapat hak-hak
kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku terhitung sejak akhir bulan dicapainya batas usia pensiun. c. Jika temyata tindak pidana yang dilakukan tersebut diancam hukuman penjara kurang dari 4 tahun dan ada hal-hal yang meringankan maka
yang bersangkutan dapat diaktifkan kembali sebagai Pegawai Negeri
Sipil, namun tidak tertutup kemungkinan yang bersangkutan dijatuhi hukuman disiplin atau tindakan administratif lainnya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
VII.
1. '
REFERENSI
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai Dan Pensiun Janda/Duda Pegawai.
Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang Pemberhentian/ Pemberhentian Sementara Pegawai Negeri. 3.
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil.
Surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor
04/SE/1980 tanggal 11 Pebruari 1980 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil.
Kurikulum dan ModuC(Pelatihan (Pra (PumaBakti yang Sehat, Mandiri dan (Produktif
44
5. Surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor 02/SE/1987 tanggal 8Januari 1987 tentang Batas Usia Pensiun Pegawai Negeri Sipil.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2004 tentang Larangan Pegawai Negeri Sipil Menjadi Anggota Partai Politik.
KurikuCum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
45
MODUL MATERI DASAR 2
KEBIJAKAN HEALTHY AND ACTIVE AGEING
DESKRIPSI SINGKAT
Peraturan Pemerintah No 43/2004 mengatur tentang pelaksanaan upaya peningkatan kesejahteraan lanjut usia, meliputi berbagai pelayanan dasar,
termasuk di dalamnya adalah pelayanan kesehatan, dimana untuk menuju
kelanjutusiaan yang sehat dan aktif perlu adanya suatu pemahaman bagi para lansia. Materi ini akan membahas mengenai definisi dan tujuan kelanjutusiaan sehat dan aktif, kebijakan yang mendasari kelanjutusiaan sehat dan aktif, fakta
global penuaan dan kesehatan, upaya menuju kelanjutusiaan yang sehat dan aktif, serta peran stimulasi kognitif untuk kelanjutusiaan yang sehat dan aktif. I.
TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami kebijakan tentang healty and active ageing. B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu: 1. Menjelaskan definisi dan tujuan kelanjutusiaan sehat dan aktif.
2. Menjelaskan kebijakan yang mendasari kelanjutusiaan sehat dan aktif.
3. Menjelaskan fakta global penuaan dan kesehatan.
4. Menjelaskan upaya menuju kelanjutusiaan yang sehat dan aktif.
5. Menjelaskan peran stimulasi kognitif untuk kelanjutusiaan yang sehat dan aktif.
III. POKOK BAHASAN/SUB POKOK BAHASAN
• Definisi dan Tujuan Kelanjutusiaan yang Sehat dan Aktif
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBakti yang Sehat, Mandiri dan (Produktif
46
• Kebijakan yang Mendasari Kelanjutusiaan Sehat dan Aktif •
Fakta Global Penuaan dan Kesehatan
• Upaya Menuju Kelanjutusiaan yang Sehat dan Aktif • Peran Stimulasi Kognitifuntuk Kelanjutusiaan yang Sehat dan Aktif
IV. B AHAN BELAJAR
• Handout materi Kebijakan tentang Healthy and Active Ageing
V.
LANGKAH-LANGKAH
Langkah 1. Pengkondisian (5 menit) • Fasilitator memperkenalkan diri
• Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran, metode yang digunakan dan pentingnya materi ini dalam pelatihan persiapan pensiun
Langkah 2. Definisi dan Tujuan Kelanjutusiaan yang Sehat dan Aktif (5 menit)
• Fasilitator menjelaskan mengenai definisi dan tujuan kelanjutusiaan yang sehat dan aktif
• Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab
Langkah 3. Kebijakan yang Mendasari Kelanjutusiaan Sehat dan Aktif (5 menit)
• Fasilitator menjelaskan kebijakan yang mendasari kelanjutusiaan sehat dan aktif
• Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab
Langkah 4. Fakta Global Penuaan dan Kesehatan (10 menit) • Fasilitator menjelaskan fakta global penuaan dan kesehatan • Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
47
Langkah 5. Upaya Menuju Kelanjutusiaan yang Sehat dan Aktif (10 menit)
• Fasilitator menjelaskan bagaimana upaya menuju kelanjutusiaan yang sehat dan mandiri
• Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab
Langkah 6. Peran Stimulasi Kognitif untuk Kelanjutusiaan yang Sehat dan Aktif (10 menit)
• Fasilitator
menjelaskan
pentingnya
peran
stimulasi
kognitif
untukbagaimana upaya menuju kelanjutusiaan yang sehat dan mandiri. • Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab
VI. UR AIAN MATERI
A. DEFINISI DAN TUJUAN KELANJUTUSIAAN YANG SEHAT DAN AKTIF
Kelanjutusiaan yang sehat dan aktif adalah proses untuk mencapai
kesejahteraan baik fisik, mental dan sosial sepanjang hidup seseorang terutama di usia lanjut.
Tujuannya adalah bebas dari penyakit dan kecatatan dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif yang baik serta keterlibatan aktif dalam kehidupan di usia lanjut
B. KEBIJAKAN YANG MENDASARI KELANJUTUSIAAN SEHAT DAN AKTIF
Kebijakan yang mendasari kelanjutusiaan sehat dan aktif:
- UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
- PP No. 43 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia: Peningkatan kesejahteraan lansia
meliputi pelayanan keagamaan, mental, spiritual, pelayanan kesehatan,
pelayanan untuk prasarana umum dan kemudahan dalam penggunaan fasilitas umum.
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
48
- Keppres No. 52 Tahun 2004 tentang Komisi Nasional Lanjut Usia - World Health Day 2012: Ageing and Health, Good Health Adds Life to Year
World Health Declaration 2012 (Yogyakarta Declaration on Ageing and Health), telah mencapai suatu komitmen global yang dituangkan dalam beberapa poin utama sebagai berikut:
•
Promote and live a healthy lifestyle across the life-course
•
Create age-friendly environtments and policies to engage older men and women
•
Make primary health care age-friendly
Pesan Kunci dari World Health Day (2012) adalah:
•
Kesehatan merupakan faktor paling penting untuk menjadikan penuaan positif
•
Bertambahnya populasi
lansia
merupakan
kemajuan
masyarakat
modern.
•
Aksi pada penuaan dan kesehatan sangat mendesak, setiap orang memiliki peran untuk bertindak
•
Kesehatan yang baik memperpanjang usia dan kehidupan
•
Gaya hidup sehat sepanjang kehidupan salah satu faktor kunci menjadikan penuaan positif
•
Kelompok lansia diperlukan dalam membuat lingkungan dan kebijakan ramah usia/santun lansia
C.
FAKTA GLOBAL PENUAAN DAN KESEHATAN
Diperkirakan proporsi lansia (60 tahun keatas) menjadi dua kali lipat dari 11% di tahun 2006 menjadi 22% pada tahun 2050. Populasi lansia di dunia yang pada tahun 2006 sekitar 650 juta, akan mencapai 2 miliar pada
tahun 2050. Sebagian besar
peningkatan ini terjadi di negara-negara
berkembang, dimana jumlah orang yang lebih tua akan meningkat dari 400 juta pada 2000 menjadi 1,7 miliar pada tahun 2050.
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
49
Jumlah penduduk usia lanjut di Indonesia sebanyak 15,3 juta jiwa (7,4%) pada tahun 2000. Tahun 2010 menjadi 24 juta jiwa atau 9,77% total
jumlah penduduk. Diestimasikan pada tahun 2020 meningkat menjadi 28,8 juta atau 11,34% dari total jumlah penduduk.
Populasi
lansia
yang
meningkat
mencerminkan
perbaikan
kesehatan, namun juga menimbulkan tantangan khusus bidang kesehatan
abad ke-21. Populasi lansia yang terus bertumbuh ini dapat meningkatkan
beban ketergantungan. Bila tidak kita carikan solusinya dari sekarang, Indonesia terancam triple burden, yaitu:
- jumlah kelahiran bayi yang masih tinggi, - masih dominannya penduduk muda,
- jumlah lansia yang terus meningkat
Berbagai dampak dari peningkatan jumlah usia lanjut adalah masalah penyakit degeneratif dan penyakit tidak menular (PTM) termasuk
kesehatan jiwa dan gangguan neurologi bersifat kronis dan multipatologis. Kesemuanya ini membutuhkan biaya cukup besar.
Berdasarkan fakta klinik geriatri (Pergemi), pasien geriatri (lanjut usia) memiliki karakterististik sebagai berikut:
1. Multipatologi, yaitu pada satu pasien lanjut usia terdapat lebih dari satu penyakit yang umumnya bersifat kronik degeneratif.
2. Menurunnya daya cadangan fungsional, menyebabkan pasien geriatri amat mudah jatuh dalam kondisi gagal pulih.
3. Berubahnya gejala dan tanda penyakit dari yang klasik.
4. Terganggunya status fungsional pasien geriatri; status fungsional adalah kemampuan seseorang melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
5. Seringkali mengalami gangguan nutrisi, gizi kurang atau gizi buruk. Penyakit yang sering diderita oleh lanjut usia yaitu infeksi, gangguan pendengaran, gangguan penglihatan, gangguan intelektual, inkontinensia,
mobilitas terganggu, merasa haus atau lapar, isolasi, impotensi, instabilitas, sembelit kronis, insomnia, dan Iain-Iain.
Kurikulum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
50
Geriatric giants adalah kondisi yang paling sering menyebabkan pasien geriatri harus masuk IGD/dirawat, yang biasanya disebabkan oleh acute confusional state, depresi, inkontinensia, imobilisasi atau instabilitas postural.
Promosi kesehatan dan kegiatan pencegahan penyakit sepanjang kehidupan dapat mencegah atau menunda timbulnya penyakit degeneratif dan penyakit tidak menular lain yang umumnya bersifat
kronis dan
multipatologis. Berinvestasi dalam bidang kesehatan sepanjang kehidupan akan menghasilkan keuntungan bagi masyarakat. Orang tua yang sehat merupakan sumber daya bagi keluarga, masyarakat dan secara ekonomi.
Lansia masih dapat berperan penting di masyarakat, misalnya sebagai relawan, berbagi pengalaman, pengetahuan dan kearifan untuk promosi dan
pencegahan
penyakit,
membantu
merawat
keluarga
dengan
penuh
perhatian, berpartisipasi menunjang ekonomi keluarga.
D. UPAYA MENUJU KELANJUTUSIAAN YANG SEHAT DAN AKTIF
Sasaran upaya menuju kelanjutusiaan yang sehat dan aktif adalah: 1. Kelompok Lansia: untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa lansia
dapat secara aktif berkontribusi kepada masyarakat. Mereka bisa
membimbing warga muda untuk tetap sehat dan aktif pada lanjut usia. 2. Kelompok dewasa muda (sekarang di usia 20 - 30 tahun): yang akan menjadi orang tua pada tahun 2050. Mereka dapat merawat dan belajar dari pengalaman para lansia.
3. Pemangku Kepentingan (Stakeholders): Pemerintah, Pemda, DPR/DPRD,
lintas program di kemenkes, lintas sektor, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan dan sektor swasta. Sebagai pembuat kebijakan dan yang mendukung pemenuhan kebutuhan dan memberikan perlindungan pada lansia.
Tujuan upaya menuju kelanjutusiaan yang sehat dan aktif adalah
membudayakan
gaya
hidup
sehat dan
perubahan
perilaku
menuju
Kuriktdum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
51
kesehatan
yang
optimal
pada
usia
lanjut.
Upaya
untuk
menuju
kelanjutusiaan yang sehat dan aktif dapat meliputi: • Meningkatkan kesadaran tentang isu kesehatan pada lansia • Mempromosikan perilaku hidup sehat
• Menciptakan lingkungan yang mendukung • Mengembangkan strategi pencegahan • Mendorong deteksi dini dan pencegahan faktor risiko
Upaya menuju kelanjutusiaan yang sehat dan aktif penting untuk dilakukan, karena bertujuan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas hidup
(mengurangi risiko berkembangnya kondisi kronis, mengurangi kerusakan atau keterbatasan yang dihasilkan dari suatu kondisi kronis yang sudah ada, tidak ada kata terlalu dini dan terlambat untuk memulai kebiasaan sehat). Upaya menuju kelanjutusiaan yang sehat dan aktif dilakukan secara terintegrasi pada program yang sudah ada: 1. Program perilaku hidup bersih dan sehat:
Makan buah dan sayur setiap hari Melakukan aktivitas fisik setiap hari Berhenti merokok
2. Program
POSBINDU
PTM yang dilakukan dengan CERDIK (Cek
kesehatan secara rutin, Enyahkan asap rokok dan polusi lainnya, Rajin aktivitas fisik, Diet sehat, Istirahat cukup, dan Kendalikan stress) 3. Program gaya hidup otak sehat (Brain Healthy Life Style) a. Aktivitas fisik:
• Latihan fisik yang terencana, teratur dan menyenangkan dapat menstimulasi otak
yang membuat seseorang lebih bugar dan
bahagia dibanding kondisi sebelumnya. • Kurangnya aktivitas dan pola makan yang buruk juga berkontribusi menyebabkan kematian dini
• Gaya hidup yang tidak sehat ini berkontribusi terhadap penyakit kronis termasuk: Penyakit Jantung, Kanker, Obesitas, DM, Depresi, Osteoporosis, Stroke
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
52
b. Gizi seimbang
• Diperkirakan 10-25% lansia menderita gizi buruk
• Gizi buruk berkontribusi pada berbagai penyakit seperti penyakit jantung, Kanker, DM, Depresi, Kesulitan daya ingat, Anemia, Obesitas, Osteoporosis, dll
c. Interaksi sosial
• Lanjut usia yang sering melakukan aktivitas sosial mengalami penurunan fungsi kognitif yang lebih lambat dibandingkan dengan lansia yang sedikit melakukan aktivitas sosial.
• Aktivitas sosial tersebut, misalnya berkunjung ke tempat saudara, melakukan rekreasi bersama, aktivitas keagamaan, atau bekerja sosial (tanpa upah). Kegiatan sederhana pun seperti berkunjung pada sanak famili sangatlah bermanfaat. Tidak hanya mempererat tali silaturahmi, tetapi juga bermanfaat untuk mencegah kepikunan. d. Stimulasi kognitif/ mental
• Games, Kuis, Latihan vitalisasi otak, mendongeng, menonton film lama, life review dan Iain-Iain
Kurikidum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
53
• Setiap sesi stimulasi kognitif sekitar 2 jam 1-2 kali / minggu • Penelitian: Unika Atmajaya, dengan meningkatnya fungsi kognitif maka dapat memperbaiki kesehatan fisik, mental dan kualitas hidup. e. Mengelola stres
• Kecemasan dapat meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah dan dapat menyebabkan stroke, sakit jantung, asma, diabetes dan penyakit lainnya
• Stres yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan depresi yang dapat mempengaruhi daya ingat dan memperlambat metabolisme otak f. Spiritual
• Aktivitas spiritual telah dibuktikan berhubungan dengan fungsi kognisi yang lebih baik.
• Penelitian menunjukkan lansia yang lebih sering beribadah mengalami proses penurunan kognitif yang lebih lambat dibanding kelompok dengan aktivitas ibadah lebih sedikit.
• Aktivitas ibadah diketahui dapat memberikan arti, tujuan, dan harapan dalam hidup serta dapat mendorong interaksi sosial dan stimulasi yang mampu membantu mencegah penurunan fungsi kognitif akibat proses penuaan.
• Kegiatan ibadah juga dapat memberikan berbagai pengaruh dan dampak positif, sehingga terbentuk pola hidup sehat.
Selain upaya-upaya di atas, anjuran yang dilakukan untuk mendukung upaya kelanjutusiaan yang sehat dan aktif antara lain: a. Berhenti merokok •
Merokok adalah penyebab utama kematian dini di banyak negara Merokok diketahui berkontribusi terhadap penyakit kronis, termasuk: beberapa jenis kanker, penyakit jantung, stroke, penyakit paru dan Iainlain
Berhenti merokok, bahkan pada usia yang lebih tua, secara signifikan dapat memperpanjang hidup
Kurikjdum dan Modul(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
54
b. Kunjungi dokter secara teratur
• Mendapatkan berbagai pemeriksaan deteksi dini berbagai penyakit degeneratif dan penyakit tidak menular termasuk pemeriksaan gigi, penglihatan dan pendengaran, daya ingat, dan kondisi mental emosional.
• Mendapatkan rekomendasi berbagai tes/pemeriksaan seperti: Pap smear, mammogram, bobe scanning, laboratorium (gula darah, lemak, kolesterol dll).
• Mendapatkan imunisasi seperti influenza.
E. PERAN
STIMULASI
KOGNITIF
UNTUK
KELANJUTUSIAAN
YANG
SEHAT DAN AKTIF
Sebagaimana usia, otak dan sistem saraf juga akan mengalami perubahan alamiah. Perlambatan dalam proses berpikir, mengingat, dan belajar adalah hal yang normal dalam proses menua. Perubahan ini
berbeda-beda pada setiap individu. Sebagian orang mengalami penurunan yang cukup besar, sebagian hanya mengalami sedikit penurunan.
Beberapa perubahan dalam kemampuan berpikir dianggap sebagai suatu bagian normal dari peroses penuaan. Sebagian besar pumabakti yang sehat mengalami penurunan ringan dalam beberapa domain kognitif. Perubahan ini paling sering terjadi pada area memori visual dan verbal, kemampuan visuospatial, memori baru atau kemampuan untuk menamai
benda-benda. Gangguan memori non verbal juga dikatakan merupakan bagian yang normal dalam proses penuaan, termasukjuga gangguan pada kontrol terhadap atensi dan memori baru.
Jika usia anda berada di periode paruh baya, ada penjelasan yang baik mengapa anda tidak bisa mengalahkan anak anda dalam permainanpermainan seperti "mengingat kata" dan "berkonsentrasi". Dalam beberapa
studi dilaporkan bahwa setelah umur 40 tahun, jaringan otak menunjukkan perubahan genetik yang berperan dalam proses menua, termasuk dalam
proses penurunan fungsi kognitif. Perubahan yang terjadi pada gen yang berperan dalam plastisitas sinaps, yakni kemampuan otak untuk membentuk
KurikuCum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (produktif
55
sambungan baru yang penting untuk proses belajar dan mengingat serta gen
yang terlibat dalam proses control pada stres dan pertahanan terhadap oksidan-oksidan yang merusak seperti radikal bebas. Gen-gen ini sangat rentan terhadap kerusakan DNA akibat proses menua. Apabila kerusakan ini dapat dicegah, maka menjadi sangat mungkin
untuk
mempertahankan
bahkan
meningkatkan
fungsi
kognitif,
atau
memperlambat penyakit-penyakit otak yang terkait dengan proses menua seperti Alzheimer atau Parkinson. Penurunan
kemampuan
kognitif terjadi
bertahun-tahun sebelum
berakhir menjadi demensia, seperti yang terjadi pada penyakit Alzheimer. Progresivitas penurunan gangguan kognitif berlangsung sangat lambat,
untuk kemudian memburuk dalam seketika sesaat sebelum berakhir menjadi Alzheimer. Sehingga, penting untuk melakukan deteksi atau pemeriksaan kesehatan otak secara teratur dan berkala untuk menilai ada tidaknya penurunan fungsi kognitif.
Walaupun pada akhirnya kita semua akan
mengalami penuaan, namun ada banyak cara yang dapat dilakukan seseorang untuk mempertahankan fungsi kognitifnya yaitu dengan stimulasi kognitif.
Stimulasi kognitif merupakan salah satu metode non-farmakologis
dalam penatalaksanaan dan pencegahan terhadap penurunan fungsi kognitif dan mulai direkomendasikan sebagai pilihan utama untuk pencegahan terhadap penurunan fungsi kognitif awal.
Aktivitas yang dilakukan dalam stimulasi kognitif dapat disesuaikan secara individual maupun kelompok sesuai kebutuhan, dirancang untuk dapat diikuti dengan santai dan rekreatifAktivitas yang dilakukan adalah tetap dan terus melakukan aktivitas seperti berkebun, bermain kartu,
membaca, kegiatan kerohanian, orientasi realita atau terapi kenangan dengan mendengarkan musik bersama dan membahas tema mengenai musik tersebut, mendongeng ke cucu, membaca melalui kesusastraan yang
diminati sepertitentang makanan dan efek bagi kesehatan atau berbagai kegiatan
lain yang
membutuhkan
konsentrasi
dan
pemikiran
untuk
mempertahankan fungsi kognitif.
KurikuCum dan Modul(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
56
Kegiatan stimulasi kognitif dapat diimplementasikan secara umum
pada tempat-tempat seperti perkumpulan pegawai negeri sipil (KORPRI), paguyuban/ wadah penggiat, tempat ibadah, klub-klub sepeminatan dan
hobi, dan sebagainya. Dengan kegiatan berkelompok tersebut, selain dapat mencegah penurunan fungsi kognitif juga dapat terjadi peningkatan kesehatan psikososial.
VII.
REFERENSI
1. Kementerian Kesehatan RI. 2009. Pedoman Pemeliharaan dan Peningkatan Kesehatan Inteligensia pada Usia Lanjut dan Anak. Jakarta.
2. Darmojo, R. Boedhi, dkk. 1999. Buku Ajar Geriatri. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
3. Gallo, Joseph. 1998. Buku Saku Gerontologi. Jakarta: EGC 4. Nugroho, Wahjudi. 2000. Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC
Kurikidum dan ModuC(PeCatihan (pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
57
MODUL MATERI INTI 1
LATIHAN FISIK YANG AMAN DAN BERMANFAAT BAGI LANJUT USIA
DESKRIPSI SINGKAT
Program latihan fisik atau olahraga yang efektif dapat memperlambat perkembangan
kondisi
yang
berhubungan
dengan
penuaan,
membantu
mengurangi beberapa rasa sakit dan nyeri arthritis yang merupakan bagian kehidupan bila usia beranjak menjadi tua, membantu menjaga untuk dapat tetap aktif dan penting untuk kesehatan secara umum karena dapat mencegah atau menunda
beberapa
penyakit
seperti
penyakit
jantung,
diabetes,
dan
osteoporosis. Materi ini akan membahas mengenai konsep lanjut usia dengan postur tubuh dan fisiknya sehat serta bugar, pentingnya latihan fisik/ olahraga, bagaimana melakukan latihan fisik yang aman dan bermanfaat bagi lanjut usia, serta tips menghindari cedera dan kapan berhenti latihan fisik/ olahraga.
TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan latihan fisik yang aman dan bermanfaat bagi lanjut usia.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan konsep lanjut usia dengan postur tubuh dan fisiknya sehat serta bugar.
2. Menjelaskan pentingnya latihan fisik/ olahraga. 3.
Menjelaskan tips menghindari cedera dan kapan berhenti latihan fisik/ olahraga.
4.
Melakukan latihan fisik yang aman dan bermanfaat bagi lanjut usia.
Kurikidum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
58
III. POKOK BAHASAN/ SUB POKOK BAHASAN
•
Konsep Lanjut Usia dengan Postur Tubuh dan Fisiknya Sehat serta Bugar.
•
Pentingnya Latihan Fisik/ Olahraga.
•
Menjelaskan Tips Menghindari Cedera dan Kapan Berhenti Latihan Fisik/ Olahraga.
•
Melakukan Latihan Fisik yang Aman dan Bermanfaat bagi Lanjut Usia.
IV. B AHAN BELAJAR
• Handout materi Latihan Fisik yang Aman dan Bermanfaat bagi Usia Lanjut • Instruksi praktik
V.
LANGKAH-LANGKAH
Langkah 1. Pengkondisian (10 menit) • Fasilitator memperkenalkan diri
• Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran, metode yang digunakan dan pentingnya materi ini dalam pelatihan persiapan pensiun
Langkah 2. Konsep Lanjut Usia dengan Postur Tubuh dan Fisiknya Sehat serta Bugar (5 menit)
• Fasilitator menjelaskan mengenai konsep lanjut usia dengan postur tubuh dan fisiknya sehat serta bugar • Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab
Langkah 3. Pentingnya Latihan Fisik/ Olahraga (10 menit) • Fasilitator menjelaskan mengenai pentingnya latihan fisik/ olahraga • Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab
Langkah 4. Tips Menghindari Cedera dan Kapan Berhenti Latihan Fisik/ Olahraga (10 menit)
• Fasilitator menjelaskan beberapa tips menghindari cedera dan kapan berhenti latihan fisik/ olahraga
KurikuCum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
59
• Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab • Fasilitator menutup sesi dengan mengucapkan terima kasih
Langkah 5. Latihan Fisik Yang Aman dan Bermanfaat bagi Lanjut Usia (10 menit)
• Fasilitator menjelaskan latihan fisik yang aman dan bermanfaat bagi lanjut usia
• Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab
Langkah 6. Praktik Latihan Fisik Bersama Seluruh Peserta (45 menit) VI. UR AIAN MATERI
A. KONSEP LANJUT USIA DENGAN POSTUR TUBUH DAN FISIK SEHAT SERTA BUGAR
Apakah rahasianya agar kita merasa hidup lebih baik dan bisa hidup lebih lama? Anda harus tetap aktif! Ketika usia kita beranjak menjadi tua kita cenderung menjadi kurang aktif. Keadaan ini merupakan proses yang perlahan lahan, dan tanpa disadari membuat kita secara perlahan menjadi kelebihan berat badan serta merubah bentuk tubuh kita dari yang semula. Bagaimanakah kita
bisa menghentikan proses ini? Langkah pertama menuju gaya hidup sehat yang lebih aktif adalah latihan fisik atau berolahraga.
Latihan fisik/ olahraga hanya baik untuk Anda, jika Anda merasa baik.
Jika Anda sedang kena flu atau penyakit lain, jangan latihan dulu sampai Anda merasa lebih baik. Untuk Anda yang memiliki masalah jantung atau riwayat penyakit jantung, sebelum memulai program Latihan fisik/ o lahraga pastikan untuk berkonsultasi
dengan dokter Anda. Sebaliknya
bila Anda tidak
melaksanakan latihan selama lebih dari 2 minggu, pastikan untuk memulai latihan dengan bertahap dan perlahan-lahan.
Pilihlah aktivitas yang dapat Anda nikmati dan lakukan secara teratur.
Anda tidak perlu membeli pakaian khusus atau menjadi anggota klub kebugaran untuk menjadi lebih aktif. Aktivitas fisik dapat dan harus menjadi bagian dari
KjirikuCum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
60
kehidupan sehari-hari Anda. Aktivitas ini antara lain dengan melakukan hal-hal yang Anda ingin lakukan, seperti berjalan cepat, berenang, naik sepeda, naik tangga, menyapu dan berkebun di halaman rumah bahkan berdansa adalah
cara yang bagus untuk membuat anda bergerak!
Dalam kegiatan sehari-hari baik dalam keadaan duduk, berdiri, berjalan, berolah raga maupun dalam keadaan berbaring untuk tidur, kita harus menjaga postur tubuh dengan baik.
Mengapa postur tubuh sangat penting?
• •
Postur yg baik membantu mempertahankan kurva (lengkungan) tubuh alami, Postur tubuh yg buruk dapat menarik otot, tendon & ligamen dan menyebabkan nyeri.
•
Postur yg baik dapat mencegah sakit leher, pundak, punggung, pinggang, bokong dan kaki.
Agar tidak bosan, cobalah mencari hal-hal dan cara baru untuk
membangun aktivitas fisik didalam rutinitas harian Anda serta tetap dilaksanakan dengan postur tubuh yang baik. B. PENTINGNYA LATIHAN FISIK/ OLAHRAGA
Sebuah program latihan fisik yang efektif dapat memperlambat perkembangan kondisi yang berhubungan dengan penuaan serta membantu kita
untuk mengurangi beberapa rasa sakit dan nyeri arthritis yang merupakan bagian kehidupan bila usia kita beranjak menjadi tua. Sebagai contoh adalah sbb:
•
Latihan fisik/ olahraga membantu menjaga Anda untuk dapat tetap aktif dan mempertahankan kemampuan Anda untuk dapat berjalan, yang merupakan hal utama dan sangat penting dalam mempertahankan kemandirian Anda.
•
Latihan
fisik/
olahraga dapat
meningkatkan
dan
mempertahankan
keseimbangan dan posturtubuh sehingga dapat mengurangi risiko terjatuh. •
Latihan fisik/ olahraga dapat meningkatkan kekuatan, ketahanan dan
fleksibilitas otot kita. Hal ini akan membantu mendorong kekuatan tulang. Rangsangan stres ringan secara berulang-ulang pada tulang kita membantu
Kurikidum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
61
tulang tersebut mempertahankan kadar kalsium dan struktur kepadatan tulang sehingga dapat mencegah osteoporosis.
Latihan fisik/ olahraga juga membantu mempertahankan jaringan otot. Setelah usia 30 tahun kita mulai kehilangan jaringan otot. Latihan fisik/
olahraga dapat merangsang pertumbuhan jaringan otot dan memperlambat proses kehilangan jaringan ini. Kegiatan otot juga akan meningkatkan
metabolisme dengan menggunakan lebih banyak kalori yang berasal dari jaringan lemak di tubuh kita.
Semakin otot Anda kuat, semakin bisa anda berjalan dengan baik karena otot yang lebih kuat akan dapat melindungi sendi Anda dengan mengambil
alih beban dan tekanan stres pada sendi Anda. Sejalan dengan peningkatan usia, sendi kita mulai secara bertahap melemah dan aus akibat terus menerus digunakan serta harus menahan beban tubuh kita sehari-hari.
Latihan fisik/ olahraga juga penting untuk kesehatan secara umum karena
dapat mencegah atau menunda beberapa penyakit seperti penyakit jantung, diabetes, dan Osteoporosis. Gerakan berulang akan merangsang proses alami tubuh memproduksi pelumas untuk permukaan sendi. Hal ini dapat membantu mengurangi perasaan sakit dan kekakuan sendi pada arthrirtis. Aktivitas fisik yang baik serta tetap aktif di kehidupan anda, dapat membantu Anda untuk memiliki lebih banyak energi agar dapat melakukan kegiatan dan hal-hal yang ingin Anda lakukan sehari-hari.
Aktivitas fisik dapat meningkatkan suasana hati (mood) serta mengurangi kecemasan dan depresi.
C. TIPS MENGHINDARI CEDERA DAN KAPAN BERHENTI LATIHAN FISIK/ OLAHRAGA
Berikut adalah beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk mencegah cedera dan memastikan Anda beraktivitas fisik/ olahraga dengan aman: Mulai dengan perlahan, terutama jika Anda belum aktif untuk waktu yang lama. Sedikit demi sedikit tingkatkan aktivitas Anda.
Jangan menahan napas Anda selama latihan kekuatan, karena dapat menyebabkan perubahan dalam tekanan darah Anda.
Kurikulum dan Modul(pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
62
• Anda harus menghembuskan napas keluar saat Anda mengangkat sesuatu, dan menghirup nafas ketika Anda bersantai. Walau mungkin tampak aneh pada awalnya, namun lama kelamaan akan jadi terbiasa.
• Gunakan alat pelindung diri untuk keselamatan, misalnya, memakai helm untuk bersepeda, atau sepatu yang tepat untuk latihan fisik/olahraga, berjalan atau jogging. Kecuali bila dokter Anda telah meminta Anda untuk
membatasi cairan, pastikan untuk minum banyak ketika Anda melakukan kegiatan. Banyak orang dewasa yang lebih tua tidak merasa haus bahkan jika tubuh mereka membutuhkan cairan.
• Selalu membungkuk ke depan dari pinggul, bukan pinggang. Jika Anda menjaga punggung lurus, Anda mungkin membungkuk dengan cara yang benar.
• Lakukan pemanasan otot Anda dulu sebelum Anda melakukan peregangan. Cobalah berjalan perlahan-lahan.
Kapan harus berhenti latihan fisik/ olahraga dan menghubungi dokter? Jika sehari setelah berolahraga ada otot atau sendi yang sakit, hal ini mungkin karena Anda telah melakukan latihan yang terlalu banyak. Lain kali, berolahragalah dengan intensitas rendah. Jika rasa sakit atau ketidaknyamanan berlanjut, Anda harus berkonsultasi dengan dokter Anda.
Anda juga harus berkonsultasi dengan dokter Anda jika Anda memiliki gejala berikut saat berolahraga:
• Nyeri dada, mer.asa dada tertekan atau perasaan bahwa jantung Anda berdebar
Balapan.
Kesulitan bernafas atau sesak napas yang berlebihan. Sakit kepala/ pusing. Sakit perut/ mual.
Saat istirahat keluar keringat dingin. Mengalami kram otot.
Merasa sakit parah di sendi, pergelangan kaki, atau kaki. Kesulitan dengan keseimbangan tubuh anda.
Kurikulum dan Modul(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
63
LATIHAN FISIK YANG AMAN DAN BERMANFAAT BAGI LANJUT USIA
Persiapan Latihan Fisik
Pakailah baju yang cukup longgar dengan bahan katun untuk menyerap keringat agar Anda merasa nyaman
Gunakan sepatu kokoh yang memiliki dukungan lengkungan yang baik dengan tumit yang empuk untuk menyerap hentakan. Pakailah kaos kaki yang tebal dan lembut.
Dianjurkan untuk makan ringan 2-3 jam sebelum latihan fisik dan minum air atau jus buah 30 menit sampai 1 jam sebelum latihan fisik.
Jika Anda sudah lama tidak aktif latihan fisik, mulailah perlahan dengan latihan yang sudah biasa dan nyaman Anda lakukan. Dengan memulai
latihan perlahan-lahan maka kemungkinan Anda mendapat cedera menjadi kecil. Mulai perlahan juga membantu mencegah nyeri. Berjalan kaki merupakan kegiatan yang sangat baik untuk memulai latihan fisik. Ketika Anda sudah terbiasa berolahraga, atau jika Anda sudah aktif, Anda
perlahan-lahan dapat meningkatkan intensitas program latihan Anda. Anda
tidak perlu melakukan latihan dengan intensitas tinggi untuk mendapatkan manfaat kesehatan yang optimal.
Sebelum memulai program olahraga pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter Anda, terutama jika Anda memiliki masalah jantung atau riwayat penyakit jantung.
Program Latihan Fisik Untuk Usia Lanjut
Latihan fisik untuk semua usia termasuk usia lanjut harus dilakukan
dengan baik, benar, terukur dan teratur agar aman dan efektif dan tidak terjadi cedera atau dampak lain yang tidak kita inginkan.
•
Latihan fisik yang baik dilakukan dengan penentuan berat ringannya yang bersifat individual dan secara bertahap intensitasnya ditingkatkan. Latihan fisik yang benar dilakukan sesuai dengan kondisi fisik Anda saat
akan berlatih, agar tidak menimbulkan dampak yang merugikan.
Latihan fisik sebaiknya dilaksanakan secara terukur sesuai dengan jumlah denyut nadi yang aman untuk usia dan kondisi kesehatan Anda . Latihan
KurikuCum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
64
fisik pun harus dilakukan secara teratur agar efektif mencapai kebugaran jasmani, misalnya selama 30 menit sehari dalam 3-4 kali seminggu Latihan seharusnya tidak menyakiti atau membuat Anda merasa benar-
benar lelah. Anda mungkin merasa sedikit rasa sakit, sedikit ketidaknyamanan, atau sedikit lelah, tetapi Anda tidak harus merasakan sakit. Bahkan, dalam banyak hal, mungkin akan membuat Anda merasa lebih baik.
Tahapan dalam satu sesi latihan fisik: terdiri dari komponen pemanasan, latihan inti, dan diakhiri dengan pendinginan.
1. Pemanasan (warming-up) dan Pereqanqan (masing-masing 10-15 menit) Pemanasan yang baik merupakan bagian yang sangat penting sebelum melaksanakan latihan fisik, dalam rangka pengkondisian otot dan sendi untuk
siap melakukan komponen latihan inti dan mencegah terjadinya cedera otot, ligament dan tendon akibat latihan fisik.
Kegiatan pemanasan yang baik adalah dengan berjalan perlahan-lahan dan kemudian dilanjutkan dengan melakukan peregangan.
Latihan peregangan berguna untuk mempertahankan luas rentang gerak persendian sehingga tubuh lentur dan fleksibel. Gerakan peregangan dilakukan
perlahan-lahan sampai terasa ada regangan yang cukup tapi tidak nyeri, pertahankan posisi tersebut selama 10 detik atau 8 hitungan, diikuti relaksasi otot dan sendi.
2.
Latihan Inti:
a. Latihan Kelenturan (flexibilitas) tubuh
Latihan kelenturan (flexibilitas) penting untuk meningkatkan jangkauan gerak tubuh dan rentang gerak persendian Anda. Latihan Kelenturan juga membantu mengurangi ketegangan dan nyeri otot, serta mengurangi risiko cedera. Dalam menjaga kebugaran secara keseluruhan, kita tidak
boleh mengabaikan peregangan dan latihan rentang gerak persendian
kita (Range of Movement). Program peregangan dan kegiatan seperti yoga atau tai chi adalah contoh yang baik dari latihan kelenturan / fleksibilitas tubuh.
KurikuCum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
65
b. Latihan Kekuatan (Force) Otot
Latihan kekuatan meningkatkan kapasitas otot dan kepadatan tulang. Otot dan tulang yang lebih kuat memudahkan untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Anda bisa bangun dari kursi sendiri, Anda bisa mengangkat cucu Anda, membawa tas belanja, berjalan jalan di taman atau berkebun
di halaman rumah. Dengan memiliki otot yang kuat dapat me mbantu mencegah Anda terjatuh. yang berakibat tulang pata h. Metode latihan
kekuatan yang paling umum adalah dengan menggunakan beban, gelang resistensi atau mesin beban. Hal ini sangat penting untuk menghindari ketidakseimbangan kekuatan kerja semua kelompok otot utama, termasuk otot lengan, dada, punggung, perut, pinggul dan kaki.
Jika Anda mengalami osteoporosis atau kehilangan kalsium tulang, Anda
akan perlu untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum memulai program latihan kekuatan. Sebaiknya melakukan latihan kekuatan otot minimal 2 kali per minggu.
c. Latihan Ketahanan (endurance) otot
Latihan ketahanan dapat dilakukan dengan aktivitas yang mudah seperti
berjalan, berenang, atau bersepeda setidaknya 30 menit, kegiatan yang membuat Anda bernapas keras pada sebagian besar atau seluruh hari
dalam seminggu. Setiap hari adalah yang terbaik Kegiatan tersebut dapat membangun energi atau "daya tahan" serta meningkatkan kesehatan jantung dan sistem peredaran darah. Anda tidak harus aktif selama 30
menit sekaligus bisa dilakukan dengan 3 jenis kegiatan masing-masing dalam sepuluh menit. Seberapa keras Anda harus mendorong diri sendiri untuk berlatih? Jika saat latihan fisik/olahraga Anda masih dapat
berbicara tanpa kesulitan sama sekali, berarti latihan Anda kurang keras. Namun bila Anda tidak dapat berbicara sama sekali, itu artinya latihan Anda terlalu keras. Bila saat berlatih fisik Anda merasa ada sedikit
kesulitan untuk berbicara ini menunjukkan latihan fisik Anda beratnya cukup.
d. Latihan Keseimbangan (Balance) tubuh:
Latihan Keseimbangan penting dan dapat membantu mencegah jatuh dan patah tulang akibat jatuh tadi. Tai chi adalah sebuah program latihan,
Kurikulum dan Modul(Pelatihan
66
pernapasan, dan gerakan berdasarkan praktek Cina kuno. Data di
Amerika menunjukkan bahwa usia lanjut yang berlatih tai chi atau yoga memiliki rasa percaya diri dan meningkatkan keseimbangan tubuh sehingga mengurangi kemungkinan jatuh dan takut terjatuh. Lakukan gerakan yang membantu keseimbangan sebagai berikut:
- Berdiri di satu kaki dengan tangan berpegang pada kursi/ dinding. Kemudian bergiliran lakukan dengan kaki yang lain. Jika Anda bisa,
cobalah tidak berpegangan pada apa pun untuk dukungan. - Bangun dari kursi tanpa menggunakan tangan atau lengan.
- Sesekali berjalan dengan tumit. Saat Anda berjalan, menempatkan tumit satu kaki tepat di depan jari-jari kaki yang lain. Tumit dan jari kaki harus menyentuh atau hampir menyentuh.(jalan Tandem) 3. Pendinginan {cooling down) (10-15 menit)
Dilakukan setelah selesai melakukan Latihan Inti. Gerakannya sama seperti pada saat pemanasan dan peregangan, namun lebih ringan dan lebih perlahanlahan dibandingkan saat pemanasan. Pendinginan dilakuk an lebih lama bila
dalam cuaca hangat. Sebaiknya dilanjutkan dengan relaksasi tubuh dan pikiran dengan melakukan pengaturan pernafasan dan meditasi.
Relaksasi tubuh dapat membantu menjaga kebugaran jantung dan secara keseluruhan, menurunkan tekanan darah bahkan dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh Anda.
Teknik relaksasi dapat dilakukan melalui meditasi sederhana, yaitu dengan cara duduk dengan mata tertutup sambil berkonsentrasi pada pengendalian pernapasan.
VII.
REFERENSI
1. Exercise and Physical Activity Your Everyday Guide, the National Institute on Ageing USA, 2004 2. Ergonomic, NIOSH CDC, 2007
3. Pedoman Kesehatan Olah Raga, Departemen Kesehatan RI, 2002
Kurikulum dan Modul(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
67
MODUL MATERI INTI 2
GIZI UNTUK KELANJUTUSIAAN SEHAT
DESKRIPSI SINGKAT
I.
Masalah gizi yang terjadi pada lansia dapat berupa gizi kurang, gizi berlebih, atau kekurangan vitamin. Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang
diberikan dengan baik dapat membantu dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang dialaminya selain itu dapat menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh.
Materi
ini akan
membahas mengenai perubahan dan permasalahan gizi di masa pensiun serta
antisipasi perubahan fisik dan mental di masa pensiun dari aspek gizi dan perilaku.
TUJUAN PEMBELAJARAN
II
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami gizi untuk kelanjutusiaan sehat.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan perubahan dan permasalahan gizi di masa pensiun.
2. Menjelaskan antisipasi perubahan fisik dan mental di masa pensiun dari aspek gizi dan perilaku.
III. POKOK BAHASAN/ SUB POKOK BAHASAN
•
Perubahan dan Permasalahan Gizi di Masa Pensiun.
• Persiapan secara Gizi dan Perilaku dalam Mengantisipasi Segala Perubahan akibat Penuaan Fisik dan Mental.
Kuriktdum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
68
IV. B AHAN BELAJAR
• Handout materi Gizi untuk Kelanjutusiaan Sehat V.
LANGKAH-LANGKAH
Langkah 1. Pengkondisian (10 menit) • Fasilitator memperkenalkan diri
• Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran, metode yang digunakan dan pentingnya materi ini dalam pelatihan persiapan pensiun
Langkah 2. Perubahan dan Permasalahan Gizi di Masa Pensiun (15 menit)
• Fasilitator menjelaskan mengenai upaya untuk mengenali perubahan dan
permasalahan penuaan yang timbul di masa pensiun dan mengetahui penyebab gizi yang melatarbelakanginya •
Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab
Langkah 3. Persiapan secara Gizi dan Perilaku dalam Mengantisipasi Segala Perubahan akibat Penuaan Fisik dan Mental (20 menit) • Fasilitator menjelaskan mengenai upaya mempersiapkan diri secara gizi dan perilaku dalam mengantisipasi segala perubahan akibat penuaan fisik dan mental yang timbul di masa pensiun
• Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab Langkah 4. Penugasan (45 menit) VI. UR AIAN MATERI
A. PERUBAHAN DAN PERMASALAHAN GIZI DI MASA PENSIUN.
Beban Penyakit Indonesia menurut WHO 2010:
•
Faktor risiko terbanyak adalah risiko dietetik seperti:
• Diet makanan kurang buah-buahan dan sayuran hijau serta beras giling yang rendah serat
KurikuCum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
69
Tekanan darah tinggi karena diet makanan tinggi gula pasir dan garam dapurdan/MSG Kebiasan merokok tembakau
Kelebihan berat dan/ kegemukan akibat aktivitas fisik kurang Penyebab kematian dini (2010) adalah Stroke, Tuberkulosi, Kecelakaan
di jalan, penyakit jantung ischaemik, infeksi saluran paru bawah, diabetes. Pada kelanjusiaan di masa tua:
Perubahan fisik ditandai dengan masa otot berkurang dan jaringan lemak bertambah,
kebutuhan energi berkurang dengan risiko mobilitas
berkurang, semakin tua usia seseorang, semakin kurus perawakannya terutama pada pria, kandungan air tubuh berkurang menyebabkan dehidrasi dan kendala
dalam mengatur suhu tubuh dengan ciri merasa kedinginan atau kepanasan.
Penimbunan lemak terjadi terutama di daerah perut menyebabkan kegemukan dan meningkatkan risiko kesakitan dan kematian. Penimbunan
lemak tersebut meningkatkan risiko penyakit diabetes yang berawal dengan gangguan toleransi glukosa. Mereka yang lahir dengan berat badan kurang juga mempunyai risiko menderita penyakit jantung lebih awal di kemudian hari. Hal
tersebut terjadi karena proses percepatan pertumbuhan pada waktu lahir yang mengembalikan berat badan anak tersebut menjadi normal dan keausan hormon
insulin yang sejak dini harus bekerja lebih keras dalam memungkinkan proses pertumbuhan tersebut (David Barker).
Kekurangaktifan lansia menyebabkan pengurangan masa otot dan kekuatan otot (sarkopenia) dengan metabolisme basal tubuh menurun. Kondisi
tersebut dapat diperbaiki dengan latihan beban ringan secara rutin untuk
mengembangkan otot agar lebih efisien dalam proses metabolisme glukosa.
Kehilangan massa tulang: Massa tulang menurun dengan meningkatnya usia terutama pada perempuan. Kepadatan tulang meningkat pada seseorang sampai dekade ketiga kehidupan kemudian menurun dan bila melewati suatu
ambang dapat menyebabkan patah tulang secara spontan Faktor risiko kehilangan tulang adalah: •
Immobilitas
j Defisiensi hormon seks (terutama perempuan) KurikuCum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
70
•
Kekurusan
•
Merokok
•
Alkohol
•
Corticosteroid
•
Tirotoksikosis
•
Penyakit hati kronis
•
Malabsorpsi usus
•
Anorexia nervosa
Faktor yg menurunkan risiko kehilangan tulang:
• Aktivitas fisik (terutama aktivitas dengan beban ringan) • Terapi sulih hormon (untuk perempuan menopause) •
Diuretik (thiazide)
•
Obesitas
Perubahan sensasi rasa:
•
Ambang rasa meningkat untuk rasa asin dan manis
• Penyakit dan obat obatan dapat mempengaruhi rasa pengecap dan penciuman sehingga menurunkan selera dan asupan makanan Fungsi neurologi dan kognitif:
• Gangguan mental dan demensia dapat berdampak pada otonomi dan kemandirian seseorang
•
Pada gangguan kognitif dijumpai defisiensi folat dan status vitamin B menurun terutama vitamin B6 dan B12
Fungsi imunitas:
•
Perubahan imunitas berakibat kepekaan terhadap infeksi dan masa penyembuhan lama
•
Kekurangan protein, defisiensi mikronutrien dan zink berkontribusi terhadap penurunan imunitas
Kurikulum dan ModuC(PeCatihan (pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
71
Kondisi Gigi dan Mulut:
Lansia dengan kondisi gigi dan mulut yang baik pada umumnya mempunyai status gizi baik
Lansia yang mempunyai jumlah gigi kurang cenderung menghindari makanan keras seperti apel, roti, wortel, kacang-kacangan dan jeruk Fungsi pencernaan:
Mulut kering merupakan pertanda dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh
Gangguan fungsi saraf seperti pada pasca stroke menyebabkan gangguan refleks menelan menyebabkan makan dan minum sulit
Penurunan cairan asam lambung sering akibat atrofi lambung (30% usia 60 tahun ke atas)
Defisiensi B12, folat, kalsium dan besi akibat penurunan asam lambung, faktor intrinsik dan pepsin
Enzim pankreas menurun dengan meningkatnya usia yang menurunkan digesti protein dan lemak serta menurunkan sensitivitas kandung empedu karena enzim cholesistokinin yang menurun
B. PERSIAPAN SECARA GIZI DAN PERILAKU DALAM MENGANTISIPASI SEGALA PERUBAHAN AKIBAT PENUAAN FISIK DAN MENTAL.
Status gizi:
Status gizi dapat dipengaruhi oleh: Penyakit Obat-obatan Malnutrisi
Kebutuhan gizi untuk energi menurun namun kebutuhan untuk protein dan zat pengatur seperti vitamin dan mineral meningkat Kebutuhan gizi:
Kebutuhan protein sekitar 1 g/kg/hari bagi lansia sehat tanpa kelainan ginjal dan hati
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
72
•
Kebutuhan energi dan lemak sesuai dengan orang dewasa namun karena
nafsu makan lansia umumnya kurang sumber karbohidrat dapat diganti dengan lemak jenis omega3
Kebutuhan vitamin:
• Kebutuhan vitamin B12, B6 dan folat meningkat karena atrofi Lambung • Defisiensi vitamin tersebut dapat menyebabkan gangguan fungsi kognitif, imunitas dan kekuatan otot
• Disamping itu peningkatan kadar homosistein darah dapat menyebabkan anemia megaloblastik dan penyakit jantung Defisiensi vitamin D:
•
Defisiensi vitamin D yang penting untuk metabolisme kalsium dan
pembentukan tulang dapat menyebabkan fraktur tulang panggul
• Lansia terutama penghuni panti yang diam di tempat tidur kekurangan sinar matahari pagi dan mempunyai fungsi ginjal yang menurun; merupakan dua faktor penting untuk terganggunya metabolisme vitamin D
• Makanan kaya vitamin D adalah ikan laut, daging dan mentega
• Lansia dianjurkan kena sinar matahari (sinar Ultra Violet) pagi hari sambil berjalan kaki selama 15-20 menit setiap hari Kebutuhan vitamin C:
• Terjadi defisiensi vitamin C ringan dengan meningkatnya usia •
Makanan kaya vitamin C adalah jeruk, buah dan sayuran
• Kadar vitamin C diatas ambang menurunkan risiko penyakit oleh berbagai sebab sebesar 50 persen
• Vitamin C, E dan
karotenoid
berperan sebagai antioksidan
untuk
meningkatkan imunitas tubuh
Kebutuhan Mineral:
•
Defisiensi besi terjadi karena kehilangan darah kronis akibat tukak dan
penyakit, penurunan absorpsi terjadi akibat penurunan asam lambung, atau obat-obatan seperti aspirin akibat perdarahan di saluran pencernaan
Kurikulum dan Modul'Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
73
Makanan kaya besi adalah daging, hati dan produk daging lain
Kebutuhan Kalsium:
Absorpsi kalsium menurun dengan meningkatnya usia terutama perempuan
dianjurkan mengasup susu dan produk susu serta susu kedelai juga dianjurkan
Tembaga mempunyai fungsi penting dalam penyembuhan dan imunitas
Serat kaya fitat menurunkan absorpsi tembaga dan seng Zink bagian penting dari enzim, hormon dan protein tubuh
Peran herbal: Fungsi utama adalah hormonal (fitoestrogen dalam tempe) dan anti-radang atau antioksidan (bawang putih, jahe, kunyit). Perilaku hidup sehat:
Latihan aerobik dan beban mendukung kesehatan dan berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup lansia
Tingkatkan asupan vitamin D dan kalsium yang memperlambat timbulnya osteoporosis
Pertahankan berat badan normal - kelebihan berat dan kegemukan merupakan predisposisi ko-morbiditas untuk sindroma metabolik seperti hipertensi, penyakit jantung, diabetes, osteoartritis dan beberapa kanker Berhenti merokok meningkatkan kesehatan pada usia berapa pun Diet tinggi buah dan sayuran sangat bermanfaat
Diet rendah lemak jenuh menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler Kurangi konsumsi alkohol yang berlebihan Kurangi asupan garam
Untuk lansia di panti, aktivitas fisik dan sosial dan diet seimbang sangat penting dan bantuan seperti untuk makan harus diberikan bila diperlukan
Kontributor morbiditas pada lansia adalah jatuh berhubung keseimbangan dan koordinasi lemah yang ditingkatkan/ diperkuat melalui akitvitas yang mendukung keseimbangan (seperti taichi, yoga, orhiba dan dansa)
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
74
Sumber Folat
•
Sayuran hijau daun,
•
Buah dan berri,
•
Kentang,
•
Gandum,
•
Susu dan hati,
•
dan Folat dalam fortifikasi makanan seperti serelia dan roti
Mengapa folat:
Defisiensi
folat
ditandai
peningkatan
homosistein
darah
yang
dapat
mengakibatkan kelainan di: Jantung •
Stroke Kanker Kolon
•
Alzheimer
Mengapa antioksidan:
•
Hasil metabolisme dalam tubuh menghasilkan radikal bebas dalam bentuk oksigen yang reaktif dan dapat merusak DNA sel
•
Antioksidan
berfungsi
menetralkan
radikal
bebas
dalam
tubuh
dan
membuang sisa metabolisme tersebut melalui keringat, air seni dan tinja Tulang sehat:
•
Osteoporosis atau kerapuhan tulang merupakan sebab utama disabilitas atau kecacatan
•
Patah tulang umumnya terjadi di tulang belakang, panggul dan lengan bawah dan meningkat dengan meningkatnya usia
Faktor risiko osteoporosis: •
umur,
•
gender,
•
status hormonal,
•
diet, dan
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
75
faktor perilaku seperti kegiatan fisik kurang dan merokok Kesimpulan perilaku hidup sehat khususnya untuk pola makan: •
Makan tidak sampai merasa kenyang
• Makan porsi kecil dan sering sehingga insulin yang mengubah gula menjadi energi dilakukan secara perlahan dan tidak membebani insulin tersebut
• Makan nasi dibatasi seperempat porsi terutama siang hari karena energi yang terbentuk masih sempat dibakar dan tidak mengendap menjadi lemak • Makanan sehat dan seimbang artinya mengandung semua sumber energi, pembangun dan pengatur serta nasi diganti dengan roti, pasta, ubi, kentang • Sumber protein diambil dari kacangan, ikan sumber lemak omega3 dan daging tanpa gajih
Lebih banyak mengasup sumber antioksidan dan serat diambil dari kacangkacangan, buah dan sayuran
• Cukup cairan terutama air, teh hijau/hitam/merah/putih atau sejenis yang tinggi kadar antioksidan dan polifenol Kurangi gula dan garam .
Suplemen multivitamin dianjurkan terutama di daerah perkotaan dan daerah perdesaan miskin karena adanya polusi Ingkungan
Disamping makanan sehat dan seimbang harus diikuti dengan: -
Gerak badan rutin setiap pagi selama 15-20 menit sehari
-
Tidur terutama malam hari sekitar 5-8 jam
-
Mengikuti kegiatan sosial untuk merangsang kegiatan fisik, mental, psikososial dan spiritual
- Latihan pernafasan dalam/ manajemen stres berupa latihan taichi, yoga, orhiba dan sejenis
-
Latihan stimulasi otak misalnya membaca, mengingat, menulis, teka teki silang, permainan/games
VII.
REFERENSI
1. Nutrition & Healthy Ageing. (WHO Europe, 2010). 2. Burden of Disease (WHO, 2010)
Kurikiilum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
76
MODUL MATERI INTI 3
SEKSUALITAS YANG SEHAT PADA LANJUT USIA
I.
DESKRIPSI SINGKAT
Pada proses penuaan semua organ tubuh mengalami kemunduran. Kemunduran pada organ serta perangkat reproduksi dan seksualitas terdapat
kesenjangan antara pria dan wanita, dimana pria hanya mengalami kemunduran sedang wanita mengalami kemunduran sampai dengan berhenti pada umur tertentu. Karena terbatasnya pengetahuan tentang hal tersebut, banyak wanita
dan pria yang menyikapinya secara salah atau berlebihan. Ditambah dengan kondisi sosial-ekonomi pria/keluarga yang biasanya semakin kuat, maka
kesenjangan dirasakan semakin lebar dan dapat menggoyahkan keharmonisan
keluarga sampai dengan kehancuran. Materi ini akan membahas mengenai upaya pembinaan
kesehatan reproduksi
dan seksualitas lanjut usia, agar
mempunyai pengetahuan, sikap dan perilaku yang benar.
II.
TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami seksualitas yang sehat pada lanjut usia.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu :
1. Menjelaskan kesehatan reproduksi lanjut usia, fase, tantangan dan upaya pembinaan
2. Menjelaskan seksualitas pada lanjut usia
III. POKOK BAHASAN/SUB POKOK BAHASAN
• Kesehatan Reproduksi Lanjut Usia, Fase, Tantangan dan Upaya Pembinaan
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
77
• Seksualitas pada Lanjut Usia
IV. B AHAN BELAJAR
• Handout/modul materi Seksualitas yang Sehat pada Lanjut Usia V.
LANGKAH-LANGKAH
Langkah 1. Pengkondisian (10 menit) • Fasilitator memperkenalkan diri
• Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran/sesi
• Fasilitator melakukan pencairan suasana dengan curah pendapat dan diskusi kecil pada para peserta mengenai pesan-pesan terkait materi
Langkah 2. Kesehatan Reproduksi Lanjut Usia, Fase, Tantangan dan Upaya Pembinaan (15 menit)
• Fasilitator menjelaskan mengenai latar belakang pembinaan KRL, fase,
tantangan dan upaya pembinaan KRL, serta pembinaan seksualitas pada lanjut usia
• Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk tanya jawab Langkah 3. Seksualitas pada Lanjut Usia (20 menit)
Fasilitator menjelaskan mengenai seksualitas pada lanjut usia
•
•
Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk tanya jawab
VI. UR AIAN MATERI
Program Kesehatan Reproduksi Lansia (KRL) merupakan salah satu
bentuk pelaksanaan dari kesepakatan International Conference on Population and Development (ICPD) Cairo 1994, dimana dalam komitmen Internasional ini
telah disepakati satu konsensus bahwa hak-hak kesehatan reproduksi di segala usia harus dijamin antara lain dengan memberikan informasi dan konseling mengenai kesehatan dan pelayanan reproduksi yang benar.
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
78
Berkaitan dengan hal tersebut, berdasar realita di lapangan menggambarkan bahwa di Indonesia akses informasi dan konseling kesehatan reproduksi maupun kesehatan seksualitas bagi penduduk yang sekarang berusia lanjut masih sangat kurang. Akibat dari hal tersebut sangat kompleks antara lain maraknya penyelewengan dengan wanita lain dan penjaja seks serta terjadinya sejumlah kasus pelecehan, penyimpangan dan kejahatan seksual (perkosaan) terhadap perempuan, termasuk terhadap anak-anak dan remaja, oleh laki-laki lansia. Kondisi ini secara tidak langsung terdukung oleh latar belakang budaya yang cenderung menempatkan perempuan/ isteri hanya sebatas sebagai media pemuas seksual suaminya, sehingga lansia perempuan yang sudah menopause kurang peduli atau membiarkan suaminya untuk mencari perempuan lain atau wanita penjaja seks.
Realitas ini ditemukan pada penelitian latar belakang budaya lansia di Yogyakarta oleh United Nations Population Fund (UNFPA) dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 1999, dengan responden wanita berusia 57 tahun, dari latar belakang yang berbeda, menyatakan sudah tidak mau lagi melayani kebutuhan biologis suaminya, dan secara suka rela menyilahkan suaminya untuk "jajan" di luar. Bila kondisi semacam ini dibiarkan akan merugikan kesehatan reproduksi kaum lansia
seperti tertular Infeksi Menular Seksual (IMS), mati mendadak karena serangan jantung akibat dari overdosis obat atau minuman suplemen tertentu, serta merusak moralitas keluarga lansia tersebut, serta moralitas masyarakat dan bangsa pada umumnya.
Keadaan ini mencerminkan bahwa sampai saat ini para lansia
tidak/belum memperoleh akses pelayanan konseling kesehatan reproduksi yang memadai dari pemerintah. Namun saat ini pemerintah telah melangkah maju dengan memberikan dan menyediakan informasi, konseling dan pelayanan yang cukup bagi remaja dan dewasa/pralansia perihal kesehatan reproduksi, terutama melalui Kementerian Kesehatan dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional serta sektor terkait.
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
79
Untuk itu Pelayanan Kesehatan Reproduksi Lansia seharusnya dilaksanakan sebagai bagian dari jenjang perawatan kesehatan primer yang antara lain juga mencakup:
•
KIE dan konseling tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas sesuai umur;
•
Pelayanan dan perawatan kesehatan reproduksi sesuai dengan siklus reproduksi.
• Pengobatan kelainan dan penyakit termasuk infeksi organ reproduksi, yakni penyakit yang ditularkan secara seksual, termasuk macam-macam penyakit kelamin, HIV/AIDS dan kanker alat reproduksi.
Berdasar latar belakang di atas maka dipandang penting untuk diterapkannya program Kesehatan Reproduksi Lansia (KRL) yang antara lain
dapat diaplikasikan menjadi bagian integral dari program persiapan mengahadapi dan pembinaan masa lanjut usia, baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun oleh masyarakat dan swasta.
A. KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT USIA FASE, TANTANGAN DAN UPAYA PEMBINAAN
Kondisi fisik, mental dan sosial setiap orang mengalami perubahan yang terjadi secara pelan, teratur dan pasti. Diawali dari kondisi anak dengan keadaan/fase yang masih serba lemah dan tergantung, meningkat sampai puncaknya pada masa dewasa/matang, kemudian menurun sampai kondisi yang lemah pula pada lansia. Pada saat mengalami penurunan inilah biasanya terjadi kegelisahan, kegoncangan bahkan bisa terjadi hal-hal yang sangat merugikan apabila tidak dipersiapkan dan diantisipasi dengan baik dan benar. Keadaan ini
terjadi pada seluruh organ tubuh, termasuk organ, fungsi dan proses reproduksi. Termasuk disini yang berkaitan dengan seksualitas, yang bila tidak disikapi dengan benar dapat berdampak kehancuran pribadi maupun keluarga. Kemunduran yang berkaitan dengan reproduksi, biasanya dikelompokkan kedalam fase Klimakterium, Senium, Menopause, dan Andropause. Kemunduran tersebut adalah hal yang pasti terjadi, oleh karena itu yang bisa kita laksanakan
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
80
adalah mengatasi atau mengantisipasi atau menyikapi kemunduran tersebut dengan benar.
Klimakterium dan Senium
1. Fase klimakterium adalah masa sebelum dan sesudah menopause seorang wanita, dimana terjadi perubahan fisik maupun psikologis dan sosial yang disebabkan terutama karena terjadinya penurunan hormon kewanitaan
secara pelan dan pasti pada wanita tersebut. Walaupun pada fase ini
seorang wanita umumnya tanpa kekacauan yang signifikan, tetapi ada yang mengalami "kekacauan" pola menstruasi, serta terjadi perubahan psikologis dan perubahan fisik. Kejadian ini berlangsung rata-rata selama 5 tahun
sebelum dan sesudah masa menopause, dengan variasi ada yang sampai 10 tahun, sehingga klimakterium dapat terjadi pada wanita sejak usia 40 tahun s/d 55 tahun.
2. Fase Senium dialami oleh wanita berumur di atas 60 tahun dengan kondisi mampu beradaptasi terhadap hidup tanpa estrogen. Gejala psikosomatik yang menonjol seperti mudah berdebar, cemas/ gelisah dan minder. Secara
patologis terdeteksi dengan mudah terjadinya patah tulang terutama tulang paha sebagai akibat osteoporosis karena tulang tipis dan keropos. Disamping itu juga terjadi gejala kemunduran Intelectual Quotient (IQ) yang ditandai dengan cepat lupa, ingatan berkurang, tidak terasa bila berkemih
dan buang air besar, serta sulit melakukan aktivitas di tempat tidur. Menopause
Menopause adalah fase akhir dari masa reproduksi wanita yang terjadi secara alamiah. Setiap wanita pasti mengalami masa menopause. Dalam perjalanan hidupnya seorang wanita yang memasuki usia sekitar 45 tahun, mengalami penuaan indung telur, sehingga tidak sanggup memenuhi kebutuhan
hormon estrogen. Sistem hormonal seluruh tubuh mengalami kemunduran
dalam memproduksi hormon, antara lain kemunduran kelenjar tiroid yang mengeluarkan hormon tiroksin untuk metabolisme umum dan kemunduran
kelenjar paratiroid yang mengatur metabolisme kalsium. Penurunan produksi
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
81
hormon menyebabkan berbagai perubahan fisik dan psikis. Proses Menopause
Menopause adalah waktu berhentinya siklus haid seorang wanita secara alamiah yang biasanya terjadi pada periode dimana wanita berusia
antara 45 - 50 tahun (Kasdu, 2002). Menopause dapat didahului dengan proses yang berlangsung lama, bahkan dapat berlangsung selama sepuluh
tahun. Artinya seorang perempuan kemungkinan sudah mengalami perubahan pada siklus dan kualitas haidnya, serta perubahan-perubahan fisik maupun psikis lainnya
pada saat ia berusia 40 tahun. Menstruasi
benar-benar tidak datang lagi pada wanita rata-rata setelah mencapai usia 50 tahun (dengan rentang usia antara 48 - 52 tahun).
Dapat ditambahkan, bahwa saat datangnya menopause berbeda-
beda setiap orang, karena dipengaruhi oleh usia pertama kali perempuan memperoleh haid (menarche). Variasi ini terjadi pula akibat adanya perbedaan status, gizi, kultur/budaya, lingkungan sosial. Sebagai contoh wanita berpendidikan dan berpenghasilan tinggi biasanya mendapatkan menopause pada usia lebih tua dibanding dengan wanita dari strata dibawahnya.
2. Perubahan-perubahan saat menopause a. Perubahan organ reproduksi:
• Rahim mengalami atrofi (pengecilan ukuran), panjang menyusut,
dinding rahim menipis. Jaringan otot rahim menjadi menyusut, dan mengandung lebih banyak jaringan serabut (fibrotikj. Leher rahim (serviks; mengecil, tidak menonjol ke dalam, lama kelamaan akan "merata" dengan dinding vagina.
• lipatan-lipatan saluran indung telur menjadi lebih pendek, menipis dan mengerut, rambut getar pada ujung saluran telur (Umbrae) menghilang;
• Volume indung telur mengecil dan permukaan mengeriput;
• Otot jaringan vagina (hang senggama) melemah dan lebar vagina menyempit;
Kurikulum dan Modul(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
82
• Jaringan vulva (mulut kemaluan) menipis karena berkurang/ hilangnya jaringan lemak, elastisitas dan produksi lender, sehingga nyeri saat bersenggama (dispareunia). b. Perubahan fungsi reproduksi
Pada menopause, kondisi fisiologis menyusut disertai dengan Indung telur mengecil sehingga tidak menghasilkan telor lagi, siklus menstruasi normal berhenti, dan berarti kesuburan pada wanita tersebut telah berhenti pula.
c. Perubahan kejiwaan dan sosial.
Perubahan kejiwaan dan sosial dapat dialami seorang wanita menjelang sampai masa
menopause. Antara lain: merasa tua, takut
menjadi tua, tidak menarik lagi, mudah tersinggung, gampang kaget sehingga jantung berdebar, takut tidak dapat memenuhi kebutuhan
seksual suaminya, khawatir suami akan menyeleweng. Keinginan seksual umumnya menurun dan sulit mencapai kepuasan seksual (orgasme).
Dengan pembinaan yang benar, kegiatan seksualitas tetap berjalan normal, bahkan ada yang meningkat karena sudah terlepas dari rasa takut hamil. Dari segi ekonomi keluarga, sebagian dari mereka merasa
sudah tidak berguna, secara ekonomi tidak produktif, merasa hanya menjadi beban keluarga.
3.
Gejala menopause
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa saat menopause, volume hormon
estrogen
berkurang
secara
signifikan.
Kondisi
ini dapat
mengakibatkan penurunan kualitas dan produktivitas hidup kaum wanita, disertai dengan beberapa kumpulan gejala yang disebut dengan sindroma kekurangan estrogen, yaitu :
a.
Gangguan neurovegetafif; antara lain gejolak panas; Beberapa gejala menopause adalah timbul hot flushes atau hawa panas, lazimnya terjadi pada wajah atau kulit leher tetapi dapat pula terasa pada seluruh tubuh.
b. Gangguan psikis; merasa pusing-pusing, emosi berubah-ubah, gampang tersinggung, depresi (tertekan), insomnia (sulit tidur), dan minat melakukan hubungan seksual mulai menurun. (Pratiwi, 2005).
Kurikulum dan ModuC(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
83
c. Gangguan
organik;
seperti
infark
jantung,
osteoporosis,
peradangan/infeksi, termasuk penyusutan organ dan fungsi seks.
d. Tanda-tanda lain menopause adalah lazim dialami perempuan usia di
atas 50/55 tahun. Kulit keriput, payudara kendor, menggantung. Tulang mengalami keropos (osteoporosis, mudah patah), kelainan pembuluh darah meningkat. Implikasi yang kemudian muncul adalah aktivitas
senggama : menurun, karena vagina kering dan sakit. Diikuti dengan
keluhan psikis : malu bertemu orang lain dan kemudian cenderung mengurung diri.
Andropause
Andropause merupakan istilah kenyamanan/ kemudahan penyebutan bagi reproduksi pria yang mengalami penuaan dengan segala konsekuensi dan gejala-gejala yang ditimbulkannya di bidang fisik, sosial dan mentalnya. Ada pula yang memakai istilah menopause pria. Istilah tersebut tidak tepat, terutama
karena kalau menopause pada wanita kesuburannya berhenti, sedangkan pada pria terutama produksi tesetosteron tidak berhenti tetapi hanya mengalami kemunduran secara bertahap dan pasti. Di samping itu perubahan fisiologis reproduksi pada lansia pria tidak terlihat atau kurang terasa dibandingkan perubahan pada wanita yang terlihat atau berakibat nyata. Sedangkan perubahan mental maupun sosial relatif sama dengan pada wanita, walaupun umumnya pada kadar yang lebih ringan.
1. Gejala-gejala fisik Andropause
Gejala fisik Andropause sejalan dengan penurunan kondisi fisik umumnya, meliputi antara lain:
a.
Organ reproduksi mengecil.
b.
Potensi seksual mulai menurun;
c.
Bisa muncul impotensi terkait dengan masalah sistem sirkulasi darah
tidak lancar termasuk yang beredar di daerah organ reproduksi; d.
Kurang bergairah;
e.
Mudah letih, lesu, lemah;
f.
Kaku-kaku pada otot, sendi dan tulang;
Kurikjilum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
84
g. Mengalami osteoporosis (penurunan massa tulang); h.
Rambut rontok;
i.
Kulit kering;
j.
Meski begitu perlu dicatat bahwa tidak semua pria mengalami andropause pada usia yang sama dan dengan gejala/ tingkat perubahan yang sama.
2. Perubahan mental/kejiwaan dan sosial Andropause
Suami yang mengalami andropause biasanya daya konsentrasi terganggu, mudah tersinggung, serta menjadi pemarah karena kecewa/tak
puas
dengan
kondisi
yang
dialaminya.
Situasi
ini
sangat tidak
menguntungkan bagi yang bersangkutan, serta tidak menggembirakan bagi isteri dan anak-anaknya, karena bila berkelanjutan diperkirakan mereka tidak menghormati ayahnya lagi.
3. Dampak paling buruk ketika suami mengalami andropause
Kemungkinan dampak buruk yang muncul adalah laki-laki pada masa
andropause ter-obsesi pikiran untuk mengetes daya seksualnya kepada lawan jenisnya atau terobsesi oleh fantasi seksual yang melibatkan dan
mencari pasangan yang lebih muda usianya, pasangan lain/ berselingkuh, atau menjadi pelanggan wanita penjaja seks. Akibat perilaku tersebut bagi dirinya adanya kemungkinan terkena penyakit menular seksual, yang kemudian menular pada isteri/ keluarga. Secara psikologis pasangan akan
merasa dikhianati yang dapat menjurus luntur dan hilangnya kebahagiaan keluarga. Akibatnya dapat muncul ketegangan, tekanan, dan stress seluruh anggota keluarga.
Kemungkinan buruk lain adalah apabila yang bersangkutan tidak bisa dan mau menerima kemunduran yang terjadi, serta berusaha untuk
mengembalikan potensinya dengan obat-obatan. Didorong sikap tidak
menerima kenyataan yang besar maka dapat terjadi over dosis yang bisa membahayakan kesehatannya bahkan nyawanya.
Kurikulum dan Modul (Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
85
PEMBINAAN KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT USIA
1. Pembinaan Kesadaran dan Kepedulian
Semua makhluk hidup pasti akan mati, dan proses menuju kematian pada dasarnya berjalan dengan sangat lambat bahkan sampai tidak dirasakan dan tidak disadari, demikian juga berkaitan dengan kesehatan
reproduksi. Oleh karena itu bagi manusia yang penting adalah menyadari
dan menerima serta mengetahui bagaimana mengelola/menyikapi kemunduran tersebut dengan benar dan penuh kearifan, agar kehidupan selalu dalam keadaan sehat, sejahtera dan bahagia.
Beberapa pengetahuan, sikap dan perilaku pokok yang perlu antara lain:
a. Kehidupan, khususnya kesehatan pasti mengalami kemunduran. Untuk mencapai kelanjutusiaan sehat, perlu pengelolaan kemunduran tersebut dengan benar.
b. Untuk mencapai kelanjutusiaan sehat, setiap individu perlu peduli pada diri sendiri, sehingga berusaha untuk mengetahui, menyadari tentang kemunduran kesehatannya dan mengetahui cara menyikapinya secara benar serta mau melakukannya secara benar dan disiplin. Untuk mendapatkan kelanjutusiaan sehat yang ideal, maka segala upaya berperilaku hidup sehat harus dilaksanakan sejak awal, paling sedikit menjelang lanjut usia/pra lansia.
c. Kesehatan meliputi kesehatan jasmani, rohani dan sosial, dimana
ketiganya saling terkait dan mempengaruhi. Oleh karena itu upaya mengetahui dan antisipasi/ menyikapinya harus secara lengkap, baik untuk masing-masing unsur maupun sebagai satu kesatuan.
d. Dalam mendukung/menjalankan kehidupan baik yang bersifat jasmani, rohani maupun sosial kemasyarakatan, didukung oleh organ dan alat secara lengkap. Salah satu upaya mencapai kelanjutusiaan sehat adalah menjaga agar semua organ dan alat dapat tetap berfungsi sebagaimana mestinya, dengan kemunduran yang terjaga dan alami. Misalnya biarkan kulit mengeluarkan keringat sebagai bagian dari pembuangan sampah dari tubuh, serta tetap fungsikan otak untuk tetap berfikir dan mengingat dengan berbagai kegiatan.
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
86
e.
Motor utama kehidupan adalah kelangsungan dan kelancaran sirkulasi
darah keseluruh jaringan tubuh, dengan peran utama jantung, pembuluh darah, dan cairan darah, didukung organ-organ pernafasan, pencernaan, urinal, hormonal dan endocrine, pengolahan zat pendukung kehidupan, pembuangan sampah, dan organ-organ lain yang ada.
f.
Memantapkan kepedulian dengan kearifan melalui 4 langkah strategis untuk mendapatkan kelanjutusiaan sehat: Pertama
: Pupuk kepedulian atas isyarat-isyarat yang keluar dari tubuh.
Kedua
: Analisa isyarat tersebut dengan rasional.
Ketiga
: Pertajam analisa dengan pertimbangan nurani, mental dan sosial
Keempat : Tetapkan keputusan dan laksanakan dengan kedisiplinan. Contoh, rasa haus merupakan isyarat normal dari tubuh bahwa kurang cairan. Dalam analisa, isyarat tubuh tersebut rasional karena tubuh
berkeringat banyak karena suhu yang panas ataupun karena olah raga berat, seharusnya minum.
Namun dalam analisa dengan pertimbangan nurani dan sosial, misal pada bulan puasa dimana banyak orang yang tidak makan dan minum, maka walaupun ada air dan tidak puasa, diputuskan untuk tidak serta merta minum dan tetap menghormati orang-orang yang berpuasa.
Tindakan terakhir yang merupakan tindakan untuk mengatasi isyarat tubuh haus adalah berusaha minum ditempat lain, sehingga bisa mengatasi isyarat haus dari tubuh dan fungsi sosialnya terpenuhi juga. Demikian juga terhadap isyarat lapar, rasa lelah, mengantuk, ingin
lauk sate, ingin sayur asam, dan Iain-Iain termasuk keinginan beribadah maupun keinginan berkaitan dengan seks.
2.
Pembinaan Kesehatan Fisik dalam KRL
a. Dasar Pertimbangan
Dalam managemen kemunduran fisik, yang utama
adalah
menjaga agar sirkulasi darah dalam tubuh tetap lancar dan menjangkau seluruh organ tubuh. Untuk itu diperlukan:
Kurikulum dan Modul(Pelatihan
87
- Pertama, jantung yang memompa cairan darah melalui pembuluh
darah, berdenyut normal dan mampu menyesuaikan detak jantungnya sesuai aktivitas fisik yang dilakukan.
- Kedua, pembuluh darah yang menjadi saluran pengantar cairan darah
keseluruh jaringan tubuh harus bersih, elastisitas tinggi dan mampu menyesuaikan dengan aktivitas fisik/ detak jantung, serta mampu melaksanakan fungsi osmosenya.
- Ketiga, cairan darah yang memuat zat-zat nutrisi, oksigen dan zat-zat
lain yang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan tubuh, harus dengan keenceran dan jumlah cukup, bersih, dan mampu mengangkut segala muatan oksigen dan zat-zat yang diedarkan keseluruh tubuh, baik
untuk dimanfaatkan maupun untuk dibuang sebagai sampah.
Untuk menjamin berfungsinya jantung dan pembuluh darah dengan baik dan benar, harus didukung dengan asupan gizi yang benar dan cukup, serta aktivitas fisik yang cukup dan teratur, didukung dengan usaha agar semua organ tubuh bekerja/ berfungsi sebagaimana mestinya, misalnya salah satu fungsi kulit adalah pembuangan sampah melalui keringat, maka sebaiknya diusahakan setiap hari ada kegiatan fisik sehingga berkeringat. Sedangkan untuk menjamin ketersediaan cairan darah yang cukup dari segi kualitas dan kuantitasnya, maka diperlukan asupan gizi dan makanan serta cairan yang cukup dan sesuai kebutuhan.
Di samping itu kesehatan fisik selalu menjadi satu kesatuan dan saling mempengaruhi dengan kesehatan psikologis dan sosial. Oleh
karena itu upaya pembinaan kesehatan fisik harus selalu disertai pula upaya pembinaan kesehatan psikis dan sosial. Pokok-pokok Pembinaan Fisik dalam KRL
Memperhatikan
Dasar
Pertimbangan
tersebut
diatas,
dan
mengingat bahwa kemunduran fisik KRL adalah bagian dari proses penuaan pada umumnya, maka pembinaan fisik dalam KRL juga sesuai dengan pembinaan kelanjutusiaan sehat pada umumnya, meliputi: ♦
Pengaturan asupan gizi dan cairan
♦ Beraktivitas secara rutin, teratur, terukur, dan terarah.
KurikuCum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
88
•
Istirahat yang cukup
•
Meninggalkan kebiasaan yang merugikan
•
Membina
kegiatan/kebiasaan
yang
memberikan
kepuasan
batin.
•
Kontrol kesehatan secara berkala dan rutin
c. Pengaturan Asupan Gizi dan Cairan:
Pengaturan asupan gizi dan cairan pada lansia sangat penting dan cukup kompleks, oleh karena itu diperlukan sesi khusus untuk itu. Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:
•
Mengetahui dan menyadari perlunya berat badan ideal dan
pola makan sehat serta berusaha secara maksimal/berdisiplin untuk mewujudkan/melaksanakan.
•
Makan tidak sampai kenyang, porsi kecil, frekuensi lebih se
ring. Hal ini berkaitan dengan kemunduran sistem pencernaan, termasuk menghindari diabetes karena insulin dapat menye
lesaikan tugasnya dengan baik (mengubah gula jadi energi). •
Makanan sehat, seimbang dan lengkap, mengandung sumber energi, zat-zat pembangun/pengganti, zat pengatur.
•
Sumber energi; nasi porsinya dikurangi, berasnya tidak putih, diselingi sumber energi lain dari ubi-ubian.
•
Sumber pembangun dan pengganti; terutama protein, hindari protein dengan kandungan lemak jenuh, perbanyak berasal dari kacang-kacangan, ikan, dan kalau daging tidak berlemak.
•
Sumber pengatur; pemasok mineral, vitamin, anti oksidan dan
serat,
perbanyak
makan
sayur,
buah-buahan,
kacang-
kacangan, suplemen vitamin serta sinar matahari.
•
Khusus berkaitan dengan KRL dan seksualitas pada lansia,
disamping hal-hal tersebut diatas dapat diperbanyak makanan yang mengandung phytohormon estrogen (misalnya kedelai
dan
pepaya)
sebagai terapi
pengganti
hormon
estrogen
alamiah dan mengurangi/mencegah terjadinya hot flushes pada menopause. Disamping itu dapat diberikan suplemen hormon bila diperlukan.
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
89
•
Asupan cairan; rata-rata 2 liter sehari, dengan memperhatikan komposisi makanan, aktivitas fisik dan isyarat dari tubuh
tentang kebutuhan cairan, antara lain rasa haus, mulut kering, kencing sedikit dan lebih keruh. Beraktivitas secara rutin, teratur, terukur dan terarah
Peranan beraktivitas secara rutin dan terukur sangat menentukan dalam manajemen proses penuaan dengan benar dan berhasil baik dari
segi fisik, psikologis maupun sosial. Oleh karena itu diperlukan sesi khusus untuk topik ini. Beberapa hal yang perlu perhatian antara lain: •
Dalam beraktivitas harus dilaksanakan secara rutin dan teratur,
sehingga
aktivitas tersebut
memberikan dampak
positif bagi
kesehatan. Disamping itu juga harus dilaksanakan secara terukur,
tidak terlalu sedikit sehingga cukup memberi dampak dan tidak berlebihan sehingga sampai kelelahan.
•
Untuk dicapainya kelanjutusiaan sehat, lingkup aktivitas perlu
lengkap, baik motorik, sensorik, kognitif maupun sosial, sehingga dapat tetap sehat jasmani, rohani dan sosialnya.
•
Dasar dalam beraktivitas fisik adalah usaha agar semua organ tubuh
diaktifkan
sedemikian
sehingga
masing-masing
organ
dapat
melaksanakan fungsinya dengan benar. Otot-otot kontraksi, sendi
bergerak, jantung berdenjut memompa darah, pembuluh darah
dengan aliran darah lancar (ke otot, paru-paru, ginjal, kulit, otak, panca indera, dan sebagainya), paru-paru dan diaphragma bergerak kuat dan bebas, kaki dan tangan bergerak bebas dan kuat, kulit berkeringat dan sebagainya.
•
Selain melalui olahraga, aktivitas fisik dengan melaksanakan hobi maupun yang bersifat sosial/ amal dapat menjadi pilihan beraktivitas dengan manfaat ganda, jasmani, rohani dan sosial.
• Aktivitas menulis/ mengarang, membaca, mengisi teka-teki, catur,
diskusi adalah contoh bentuk aktivitas yang diperlukan agar organ otak dapat melaksanakan fungsinya dalam berfikir, mengingat, menganalisa dan sebagainya. Yang harus diperhatikan adalah jangan sampai berlebihan, sehingga lupa waktu istirahat, makan dan
Kurikulum dan Modul(pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
90
sebagainya.
• Aktivitas sosial kemasyarakatan dalam bentuk arisan, pengajian, jalan santai, senam bersama, kunjungan dan pembinaan panti-panti, dan Iain-Iain kegiatan dapat mendukung dicapainya kesehatan fisik dan sosial.
• Khusus yang berkaitan dengan pembinaan KRL dan seksualitas, yang perlu perhatian adalah pembinaan kesejahteraan dan harmoni keluarga, termasuk pembinaan cinta kasih dan seksualitas. e. Istirahat yang cukup
Istirahat sangat diperlukan untuk menghindari kelelahan dan
menjaga kesehatan. Untuk lansia diperlukan tidur selama 7 sampai 8 jam
sehari, termasuk tidur siang. Dengan tidur yang pulas dapat menghilangkan kelelahan fisik maupun psikis. Kekurangan tidur dapat berakibat tubuh terasa lemah
dan
lelah,
mudah marah,
mudah
tersinggung, dan sulit konsentrasi. Kelebihan tidur juga berakibat kurang baik, yaitu menjadi malas/ kurang semangat untuk beraktivitas. Untuk bisa
tidur dengan pulas apabila aktivitas sebelumnya cukup, asupan makanan cukup, serta tidak ada masalah yang membebani pikiran. Oleh karena itu bila ada masalah harus segera diselesaikan.
f. Menghentikan Kebiasaan yang Merugikan Ada beberapa kebiasaan yang harus dihentikan atau dihindari
karena
merugikan dalam pembinaan kesehatan umumnya maupun
dalam pembinaan KRL umumnya. Menghentikan merokok dan minuman
beralkohol agar terhindar dari berbagai penyakit paru-paru, kanker dan gangguan seksualitas. Menghindari dan menghentikan mengkonsumsi narkoba adalah mutlak. Sedangkan kebiasaan lain yang perlu dihindari atau minimal dikurangi antara lain makanan yang serba instan terutama
karena pengawetnya, goreng-gorengan karena lemak jenuhnya, dan junkfood karena sedikitnya/ kurangnya kandungan nutrisi maupun potensinya untuk merangsang tumbuhnya kanker.
g. Membina kegiatan/ kebiasaan yang memberikan kepuasan batin.
Untuk melaksanakan kegiatan yang pasti terealisir dan
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
91
mendapatkan
manfaat
yang
besar,
maka
melanjutkan/
melaksanakan kegiatan yang merupakan hobi adalah pilihan yang tepat (misalnya humor/banyak tertawa, bercinta dengan benar, berkaraoke,
berkebun,
memelihara
ikan,
menulis
buku
atau
menulis untuk media). Disamping itu kegiatan yang mempunyai nilai/ dampak sosial atau amal (misalnya jadi kader atau pembina
posyandu, pengajian) juga merupakan kegiatan yang tidak hanya mendukung upaya pembinaan kesehatan fisik lansia
tapi juga
mempunyai dampak ganda, kesehatan jasmani, rohani dan sosial. h. Kontrol Kesehatan secara Berkala dan Rutin
Melakukan kontrol kesehatan secara berkala dan rutin sangat diperlukan untuk mengantisipasi menurunnya daya tahan tubuh atas
infeksi maupun antisipasi terjadinya kelainan/ pertumbuhan tidak normal
seperti kanker, pembesaran prostat, gula darah, tekanan darah tinggi, kolesterol dan sebagainya. Dalam pembinaan KRL maka pemeriksaan mulut rahim sangat perlu kaitannya dengan potensi kanker mulut rahim yang besar.
Pembinaan Kesehatan Rohani/ Psikis Dalam KRL
Kesehatan psikis walaupun dapat dipengaruhi kondisi sosial dan Kesehatan fisik, tetapi pengaruh terbesar adalah faktor internal. Bahkan
dalam beberapa hal kesehatan psikis dapat berpengaruh besar pada kesehatan fisik maupun sosial. Oleh karena itu ada sesi khusus berkaitan
dengan Kesehatan psikis/ rohani. Beberapa hal yang perlu perhatian antara lain:
a. Memupuk Kepribadian
Bentuk Kepribadian sederhana lanjut usia adalah apabila selalu
diwarnai dengan pemikiran yang simpel/ sederhana, serius, syukur, dan sabar. Simpel/ sederhana dalam berfikir, bersikap, berperilaku dan menetapkan tujuan. Serius/ sungguh-sungguh dalam berusaha mencapai
tujuan. Syukur saat mendapat kebahagiaan, mencapai tujuan baik sepenuhnya maupun hanya sebagian dari tujuannya. Sabar dalam menghadapi musibah atau tantangan, serta mampu mengelola stres.
Kurikulum dan Modul(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
92
Kepribadian tidak bisa dibentuk dalam waktu singkat, tetapi perlu dibina sedini mungkin, paling tidak mulai pada usia pralansia. Memupuk Kearifan
Kearifan didukung oleh kepekaan dalam menerima rangsangan dari dalam maupun dari luar, ketajaman dalam menganalisa rangsangan
yang
pertimbangan
diterima,
kecermatan
dalam
menerapkan
perasaan /batiniah, dan ketepatan keputusan/
tindakan yang ditempuh. Sebagaimana kepribadian, kearifan juga tidak bisa dibentuk dalam waktu singkat, tetapi perlu dibina sedini mungkin, paling tidak mulai pada usia pra lansia.
Membina Pengetahuan dan Memupuk Kesadaran tentang KRL Yang harus diingat adalah menopause dan andropause dan kondisi
KRL pada umumnya bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan bagian dari siklus hidup atas kehendak Tuhan. Oleh karena itu langkah utama yang harus diambil adalah menguasai pengetahuan tentang KRL, memahaminya, dan menerima dengan ikhlas serta berusaha mengelola kepastian tersebut dengan baik, sehingga berjalan normal dan dalam batas kewajaran. Membina Sikap dan Perilaku Positif untuk KRL
•
Meningkatkan kualitas kegiatan spiritual.
• Membina kesejahteraan dan keharmonisan kehidupan keluarga
• Tindakan antisipasi menghadapi akan hilangnya kekuasaan/tanggung jawab/potensi, baik dari segi menerima kenyataan maupun dalam menyiapkan aktivitas pengganti/ karir kedua sesuai kondisi dan kapasitas.
• Mencegah timbulnya stres, dan/ atau membina kemampuan untuk mengelola stres dengan baik.
• Pembinaan pengetahuan, pemahaman dan keikhlasan penerimaan KRL dilaksanakan untuk pasangan/ suami-isteri, sehingga ada saling pengertian, tenggang rasa dan saling membantu dalam mengelola KRL dengan benar, termasuk pembinaan cinta-kasih dan seksualitas
dalam masa menopause maupun andropause.
•
Pembinaan pengetahuan, pemahaman tentang KRL dilaksanakan
KurikuCum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
93
pula untuk keluarga lansia, sehingga saling pengertian dan tenggang rasa juga diterima dari keluarga. Demikian juga para pembina/
pendamping kegitan kelansiaan diberikan pembinaan, sehingga dapat meneruskannya
pada
lansia
binaannya,
sehingga
jangkauan
pembinaan KRL semakin luas.
4. Pembinaan Kesehatan Sosial/ Kemasyarakatan Dalam KRL
Pembinaan kesehatan sosial/ kemasyarakatan tidak bisa dipisahkan dengan
pembinaan
kesehatan
jasmani
maupun
rohani.
Namun
keterkaitannya dengan pembinaan kesehatan rohani sangat besar bahkan sering tidak bisa dibedakan. Beberapa hal yang perlu perhatian antara lain: a.
Membina Kesejahteraan dan Kemandirian
Pada dasarnya untuk mengarungi hidup dimasa lansia dengan nyaman perlu didukung kepastian adanya potensi untuk membiayai hidup sehari-hari secara mandiri, walaupun hanya cukup memadai/sederhana.
Oleh
karena
itu
secara
dini
harus
sudah
direncanakan dan diusahakan upaya mencapai hidup sejahtera dan
mandiri pada lansia. Hal tersebut bisa diupayakan misalnya dengan menabung yang terencana, dengan investasi dalam usaha sendiri
maupun gabungan, ataupun investasi pada barang-barang tidak bergerak misalnya tanah, ruko, dan sebagainya. b. Membina Keharmonisan Keluarga
Masyarakat sosial terdekat adalah keluarga, yang tidak hanya hubungan kemasyarakatan tetapi juga hubungan darah, kejiwaan, bahkan norma agama. Oleh karena itu keharmonisan kehidupan keluarga harus diwujudkan. Kunci utamanya adalah menerima anggota keluarga dengan apa adanya dengan berbagai upaya penyesuaian, serta tidak banyak menuntut khususnya hal-hal yang sangat sulit diwujudkan dan hal-hal yang diluar kepentingan keluarga. c. Sifat Pembinaan Kegiatan Sosial Kemasyarakatan Arah utama pembinaan kegiatan sosial lansia adalah memupuk semangat sehingga kegiatan sosial kemasyarakatan yang dilakukan lansia lebih merupakan amal/ pengabdian kedua bagi negeri dan
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
94
sesama.
d. Membina Keharmonisan Hubungan Sosial Kemasyarakatan
Keharmonisan
hubungan
sosial
kemasyarakatan
sangat
mempengaruhi kondisi kesehatan sosial lansia. Hal tersebut dicapai
antara lain melalui kegiatan, kegotong-royongan, tolong-menolong, kunjungan dalam suka dan duka.
e. Membina/ Mengembangkan Kegiatan Bersama Masyarakat Kesehatan sosial juga dapat dicapai melalui kegiatan kebersamaan masyarakat, antara lain dalam bidang keagamaan, pendidikan, seni/ budaya, ekonomi dan kesehatan masyarakat.
f. Pemberdayaan masyarakat tentang kelanjut usiaan sehat
Secara
bertahap
melalui
kegiatan
khusus
atau
kegiatan
masyarakat yang ada, perlu dilaksanakan pemberdayaan masyarakat/ khususnya komunitas lansia tentang kelanjut usiaan sehat maupun tentang KRL.
B. SEKSUALITAS PADA LANJUT USIA
Seksualitas Pada Wanita Lanjut Usia
Pada menopause produksi hormon kesuburan berhenti. Indung telur tidak lagi mengeluarkan telur dan hormon, berarti secara biologis telah terjadi
mati
haid,
yang
ditandai
dengan
tidak
terbentuknya
dan
dikeluarkannya selaput dalam secara periodik dari rahim. Kekurangan hormon menyebabkan terjadinya atrofi (pengecilan ukuran) vagina, terjadi penyempitan, aliran darah menurun disertai menurunnya pengeluaran lendir, sehingga Hang dan organ senggama kering yang berakibat dispareunia yakni perasaan nyeri saat bersenggama, serta mengalami penurunan birahi.
Implikasi lanjutan yang kemudian muncul antara lain kulit keriput, payudara yang melembek. Semua kemunduran tersebut apabila disertai dengan
minimnya pengetahuan tentang KRL, maka wanita tersebut tidak hanya takut bersenggama tetapi juga disertai rasa minder, tak berguna dan sebagainya.
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
95
Keinginan dan tantangan seksual lansia wanita
a. Pada dasarnya wanita menopause tetap mempunyai keinginan untuk melakukan hubungan seksual, walaupun secara rasional mengalami penurunan sejalan dengan kemunduran fisik dan KRL pada umumnya. b. Disisi lain, secara naluriah keinginan bersenggama pada wanita menopause mengalami peningkatan, karena tidak adanya kekhawatiran hamil lagi.
c. Besar/ kecilnya sampai ada/ tidaknya keinginan hubungan seks sangat dipengaruhi luas/ sempitnya dan dangkal/ dalamnya pengetahuan yang bersangkutan tentang KRL, serta besar/ kecilnya kemunduran kesehatan fisik yang terjadi.
d. Disamping itu kondisi seksualitas wanita lansia juga dipengaruhi oleh keharmonisan kehidupan keluarganya. Sesuai dengan pengertian yang lengkap bahwa
seksualitas tidak hanya biologis, maka kualitas cinta
kasih melalui kata-kata, pandangan, senyuman, sentuhan dan lain-
lainnya juga merupakan ukuran kualitas seksualitas yang umumnya merupakan bagian dari cinta kasih.
e. Tantangan yang cukup besar bagi wanita lansia, selain penguasaannya tentang seksualitas juga tantangan dari sikap dan perilaku pasangannya (yang juga lansia) yang menyimpang kehidupan seksualnya, misalnya penggunaan obat berlebihan dan kehidupan seksual menyimpang dengan wanita nakal.
Upaya Yang Dapat Dilakukan Wanita Lanjut Usia/ Menopause Umum:
Melaksanakan kegiatan Pembinaan Kesehatan Reproduksi Lansia secara keseluruhan
sebagamana
tertuang
pada
sub
bab
PEMBINAAN
KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT USIA (Pembinaan Kesadaran dan Kepedulian,
Pembinaan
Kesehatan
Fisik,
Pembinaan
Kesehatan
Rohani/psikis, Pembinaan Kesehatan Sosial/Kemasyarakatan). Khusus:
a. Menerima dengan ikhlas periode menopause sebagai bagian dari proses kehidupan.
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
96
b. Mengetahui ikhwal menopause maupun kesehatan reproduksi dan seksual wanita lansia, serta mampu menyikapinya dengan benar.
c. Menjaga kesehatan jasmani, rohani dan sosial pada umumnya antara
lain dengan memperhatikan asupan gizi, aktivitas fisik, mengatur istirahat, meninggalkan kebiasaan-kebiasaan merugikan, dan menjalankan kegiatan-kegiatan yang memberikan kebahagiaan/ kepuasan.
d. Membina
keharmonisan
kehidupan keluarga
dan
keharmonisan
kehidupan cinta kasih dan seksualitas secara rutin dan berkelanjutan. e. Hubungan cinta kasih dan seksualitas tidak hanya dan tidak harus selalu berakhir dengan hubungan biologis/ seks. Ungkapan kemesraan dan birahi dapat melalui pandangan, sentuhan, ciuman, senyuman, pemberian hadiah, doa, kata-kata rayuan, hubungan seks dan Iain-Iain,
dapat dilaksanakan kapan saja dan sampai usia berapapun. f.
Mengatasi masalah-masalah berkaitan pembinaan cinta kasih dan
seksualitas, misalnya penggunaan kondom atau jelly dalam mengatasi dispareunia.
g. Memberikan suplemen protein dan hormon sesuai kebutuhan.
Seksualitas Pada Pria Lanjut Usia
Naluri seks pria meski sudah lanjut usia masih lebih nyata dan lebih
kuat dibanding wanita lansia. Pria lansia dapat mengalami "ereksi" setiap saat dan lebih bersifat spontan. Maka tak heran banyak kejadian seorang kakek melakukan perbuatan yang tak pantas, seperti pencabulan pada anakanak perempuan, perselingkuhan dengan wanita idaman lain, seksual menyimpang wanita nakal, sampai dengan tindak perkosaan.
Atas perbuatannya, banyak diantara para lansia itu ditangkap polisi
dan diadili. Tentu peristiwa ini tidak memalukan diri sendiri tetapi juga memalukan bagi keluarga, besan dan kerabatnya, bahkan kehancuran
keluarga. Dia berbuat dengan alasan kebutuhan seksualnya tidak terpenuhi lagi di rumah karena isteri sudah menopause dan alasan-alasan lain.
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
97
Upaya Yang Dapat Dilakukan Pria Lanjut Usia/Andropause Umum:
Melaksanakan kegiatan Pembinaan Kesehatan Reproduksi Lansia secara keseluruhan
sebagamana
tertuang
pada
sub
bab
PEMBINAAN
KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT USIA (Pembinaan Kesadaran dan Kepedulian,
Pembinaan
Kesehatan
Fisik,
Pembinaan
Kesehatan
Rohani/psikis, Pembinaan Kesehatan Sosial/Kemasyarakatan). Khusus:
a. Menerima dengan ikhlas periode andropause sebagai bagian dari proses kehidupan.
b. Mengetahui ikhwal andropause maupun
kesehatan reproduksi dan
seksual pria lansia, serta mampu menyikapinya dengan benar.
c. Menjaga kesehatan jasmani, rohani dan sosial pada umumnya antara
lain dengan memperhatikan asupan gizi, aktivitas fisik, mengatur istirahat, meninggalkan kebiasaan-kebiasaan merugikan, dan menjalankan kegiatan-kegiatan yang memberikan kebahagiaan/ kepuasan.
d. Membina
keharmonisan
kehidupan keluarga dan
keharmonisan
kehidupan cinta kasih dan seksualitas secara rutin dan berkelanjutan. e. Hubungan cinta kasih dan seksualitas tidak hanya dan tidak harus selalu
berakhir dengan hubungan biologis/ seks. Ungkapan kemesraan dan
f.
birahi dapat melalui pandangan, sentuhan, ciuman, senyuman, pemberian hadiah, doa, kata-kata rayuan, hubungan seks, dan Iain-Iain, dapat dilaksanakan kapan saja dan sampai usia kapanpun. Terutama pria lansia perlu mengelola keinginan/ nafsu seksual dengan benar dan arif. Kita terutama lansia harus sadar bahwa semua
kenikmatan duniawi terutama seks, adalah ujian yang berat dan harus dijaga lebih ketat dibanding kenikmatan lain seperti makanan, minuman dan sebagainya.
Beberapa Deskripsi Seksualitas Pada Lanjut Usia
1. Temuan penelitian Kinsey di Amerika Serikat (1976) menyatakan : a. 97 persen laki-laki dan 93 persen perempuan usia di atas 50 tahun
Kurikulum dan Modul(pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
98
menyatakan, secara seksual mereka masih aktif;
b. 94 persen laki-laki dan 84 persen perempuan usia 60 tahun ke atas menyatakan masih aktif berhubungan seksual;
c. Masalah muncul, mana kala kebutuhan pasangannya berbeda:
• 73 persen laki-laki usia 65 - 69 tahun masih mampu bersenggama
• 60 persen laki-laki usia 70 - 74 tahun menyatakan masih mampu
• 48 persen laki-laki usia 75 - 92 tahun masih punya kemauan bersenggama
• Sementara di pihak perempuan secara gradual lebih rendah
dibanding laki-laki dalam hal keinginan berhubungan seksualnya. Hal inilah yang menyebabkan sering terjadi seorang kakek menjadi pelanggan tetap penjaja seks, bahkan beberapa orang diantaranya tertangkap saat dilakukan razia di tempat-tempat mesum.
Ada pula pria lansia yang meninggal mendadak karena mengkonsumsi terlalu banyak obat kuat (suplemen).
Perkosaan dan tindak asusila oleh pria lansia juga sering terjadi, terutama dari kelompok masyarakat bawah. Hal ini disebabkan
antara lain karena lemahnya pengetahuan tentang KRL,
pendidikan, ekonomi/ kesejahteraan dan iman maka sering terjadi perkosaan/ tindakan asusila pria lansia pada anak-anak termasuk
kerabatnya sendiri. Selain sebab-sebab tersebut di atas,
kelompok ini juga sering berbuat asusila karena isterinya yang menopause menyikapi kehadiran menopause dengan salah,
minder, merasa tak berguna, merasa tidak bisa melayani lagi dan cenderung permisif atas perbuatan menyimpang suaminya. 2. Faktor penting yang mempengaruhi interaksi seksual lansia:
a. Keeratan hubungan (relasi) keseharian antara suami dan istri;
b. Kondisi fisik pasangan. Pasangan yang kondisinya kurang bugar menyebabkan malas melakukan hubungan seksual;
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
99
c. Pola menstruasi yang tidak teratur, berlebihan, berkepanjangan, serta
kemungkinan
hamil
takkan
terjadi
lagi
sebenarnya
"menguntungkan" lansia menikmati naluri seksualnya; d.
Beberapa
penelitian
menunjukkan
bahwa
aktivitas
seksual
sebenarnya lebih stabil saat usia beranjak tua dibanding masa sebelumnya, karena tidak takut hamil.
3. Penyebab menurunnya gairah seksual
a. Khawatir kemungkinan hamil (pada perempuan pramenopause); b. Gangguan saat bersenggama;
c. Menderita penyakit kronis antara lain jantung, paru- paru, hipertensi, TBC dan sebagainya;
d. Melakukan kewajiban pengobatan berjangka panjang; e. Secara psikologis sedang mengalami depresi, stress; f.
Keletihan fisik dan psikis;
g.
Problem relasi hubungan personal suami istri;
h. Problem seksual pasangannya seperti ejakulasi dini, kemunduran kualitas ereksi, impotensi.
i.
Bagi pasangan lansia yang saat usia muda kurang aktif dan tidak teratur melakukan hubungan seksual, akan merasa menderita,
karena bisa menyebabkan lecet dan bahkan perdarahan (bleeding). 4. Hubungan seks pada masa menopause
Aktivitas seksual lansia sebaiknya terus dipertahankan meski
mengalami penurunan frekuensi. Perubahan lain yang terjadi antara lain rangsangan lebih lama, foore play harus diperlama.
Kebersihan
bersenggama pada lansia banyak dipengaruhi oleh : keinginan, kesiapan, dan kondisi psikologis. Untuk mengatasi vagina kering dapat digunakan "pelumas" semacam zat yang larut di air misalnya sejenis gel. Agar tidak membosankan dalam bersenggama maka perlu dilakukan variasi gaya yang inovatif agar masing-masing merasa menikmati (Riswanto, 2004, Suparjo, 2005).
Kurikulum dan Modul(Pelatihan Q?ra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
100
5.
Kenikmatan seksual pada isteri menopause
Kehidupan seksual pada masa menopause ditentukan oleh kehidupan seksual dimasa sebelumnya (saat masih kehidupan
seksual
sebelum
menopause
tidak
muda).
Bila
menyenangkan,
diperkirakan setelah mengalami menopause hubungan "intim" tersebut terasa sebagai beban yang menyengsarakan.
6.
Pasangan lansia yang merasa nyaman berhubungan seksual Bagi pasangan lansia yang saat usia muda aktif dan teratur melakukan hubungan seksual, maka meski sudah lanjut usia, mereka akan menikmati seks lebih lama. Hal ini dimungkinkan, oleh karena organ kelamin menjadi tahan lama karena saat di usia mudanya aktivitas
hubungan seksual teratur dilakukan dan terukur frekuensinya. Kebiasaan ini berdampak positif karena daerah sensitifnya tidak cepat mengkerut (kisut).
7.
Penanganan pada pasangan yang terganggu aktivitas hubungan seksualnya a.
Berikan konseling: bahwa menopause bukanlah penyakit, tetapi semata-mata proses alami. Menopouse tidak mengganggu aktivitas
dan produktivitas seseorang. Namun bila gejala psikisnya signifikan maka bisa merujuk ke dokter atau rumah sakit yang biasanya akan diberikan resep berupa obat simptomatik (obat untuk mengurangi gejala yang dikeluhkan). b.
Penanganan seimbang
lainnya dapat dilakukan dengan melakukan diet terutama
mengurangi
asupan
karbohidrat
yang
mengandung gula, mengkonsumsi susu tinggi kalsium, tempe, kedelai (estrogen alami)
c.
Tindakan lanjutan yaitu terapi hormonal jika diperlukan.
Kurikulum dan Modul(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
101
VII.
REFERENSI
1. Keluarga Sejahtera. Kesehatan Reproduksi, BKKBN
2. Ageing and Longevity, RM Nugroho Abikusno, Dr, MD, MSc, DrPH, Univ. Trisakti
3. Sehat itu Murah, Hendrawan Nadesul.Dr
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
102
MODUL MATERI INTI 4
PERSIAPAN PSIKOLOGIS MENGHADAPI MASA PENSIUN
I.
DESKRIPSI SINGKAT
Banyaknya persepsi negatif mengenai pensiun terjadi pada mereka yang masih punya keinginan untuk meneruskan karir dan pekerjaan lama mereka dan
tidak atau belum melihat adanya aktivitas-aktivitas lain yang dapat mengisi masa pensiun dengan bermakna, namun dengan adanya persiapan psikologis
menghadapi masa pensiun, maka diharapkan para lansia dapat menghadapi masa pensiun dengan sikap positif. Materi ini akan membahas mengenai stereotip tentang masa pensiun, pendekatan-pendekatan individu tentang masa pensiun, fase-fase umum yang dilalui individu yang akan dan telah memasuki
masa pensiun, kategori sikap individu yang memasuki masa pensiun, penyesuaian psikologi saat memasuki masa pensiun, dan kiat-kiat dalam merencanakan penyesuaian diri saat memasuki masa pensiun.
II.
TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami persiapan psikologis dalam menghadapi masa pensiun. B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu: 1. Menjelaskan stereotip tentang masa pensiun.
2. Menjelaskan pendekatan-pendekatan individu tentang masa pensiun.
3. Menjelaskan fase-fase umum yang dilalui individu yang akan dan telah memasuki masa pensiun.
4. Menjelaskan kategori sikap individu yang memasuki masa pensiun. 5. Menjelaskan penyesuaian psikologi saat memasuki masa pensiun.
Kurikulum dan ModuC(Pelatihan
103
6. Menjelaskan kiat-kiat dalam merencanakan penyesuaian diri saat memasuki masa pensiun.
III. POKOK BAHASAN/SUB POKOK BAHASAN
•
Stereotip tentang masa pensiun.
•
Pendekatan-pendekatan individu tentang masa pensiun.
•
Fase-fase umum yang dilalui individu yang akan dan telah memasuki masa pensiun.
•
Kategori sikap individu yang memasuki masa pensiun.
•
Penyesuaian psikologi saat memasuki masa pensiun.
•
Kiat-kiat dalam merencanakan penyesuaian diri saat memasuki masa pensiun.
IV. B AHAN BELAJAR
• Handout pelatihan Persiapan Psikologis Menghadapi Masa Pensiun
V.
LANGKAH-LANGKAH
Langkah 1. Pengkondisian (5 menit) • Fasilitator memperkenalkan diri
• Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran, metode yang digunakan dan pentingnya materi ini dalam pelatihan persiapan psikologis menghadapi masa pensiun
Langkah 2. Stereotip tentang Masa Pensiun (5 menit)
• Fasilitator menjelaskan beberapa stereotip tentang masa pensiun • Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab
Langkah 3. Pendekatan-Pendekatan Individu tentang Masa Pensiun (10 menit)
• Fasilitator menjelaskan berbagai pendekatan-pendekatan individu tentang masa pensiun
• Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
104
Langkah 4. Fase-Fase Umum yang Dilalui Individu yang akan dan telah Memasuki Masa Pensiun (10 menit)
• Fasilitator menjelaskan fase-fase umum yang dilalui individu yang akan dan telah memasuki masa pensiun
• Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab
Langkah 5. Kategori Sikap Individu yang Memasuki Masa Pensiun (5 menit)
• Fasilitator menjelaskan kategori sikap individu yang memasuki masa pensiun
• Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab
Langkah 6. Penyesuaian psikologi saat memasuki masa pensiun (5 menit)
•
Fasilitator menjelaskan penyesuaian psikologi saat memasuki masa pensiun
• Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab Langkah 7. Kiat-Kiat Merencanakan Penyesuaian Diri Saat Memasuki Masa Pensiun (5 menit)
• Fasilitator menjelaskan kiat-kiat merencanakan penyesuaian diri saat memasuki masa pensiun
• Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab Langkah 8. Penugasan (90 menit)
VI. UR AIAN MATERI
Setiap karyawan pasti akan mengalami masa pensiun, masa dimana
seorang karyawan meninggalkan rutinitas dunia kerja karena sudah mencapai usia kerja tertentu.
Banyak orang yang menganggap pensiun adalah akhir
segalanya sehingga masa pensiun dipersepsi sebagai situasi yang tidak menyenangkan karena hilangnya kegiatan rutin, menurunnya penghasilan,
KurikuCum dan ModuC(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
105
hilangnya wewenang yang selama ini dimiliki (post power syndrome), hubungan
sosial berkurang, dan kondisi kesehatan menurun disebabkan pensiun biasanya seiring dengan masuk ke lanjut usia.
Namun demikian, tidak semua orang
mengalami hal seperti diatas; banyak juga yang berhasil memasuki masa pensiun dengan hidup nyaman bersama keluarga dan teman-teman karena
mereka menghadapinya dengan sikap positif. Sikap positif ini didapat dari
perluasan wawasan psikologis guna mempersiapkan diri menghadapi masa
pensiun. Penelitian psikologi sosial menemukan bahwa sikap individu terhadap masa pensiun pada umumnya positif, yang tidak antusias menghadapi masa pensiun adalah mereka yang masih punya keinginan untuk meneruskan karir
dan pekerjaan lama mereka dan tidak atau belum melihat adanya aktivitasaktivitas lain yang dapat mengisi masa pensiun dengan bermakna.
Sebenarnya masa pensiun adalah masa yang akan menghampiri semua
orang pada usia tertentu, dan karenanya memasuki masa pensiun seharusnya dimaknai sebagai fase dalam kehidupan yang justru dapat menjadikan hidup lebih bermakna untuk diri sendiri maupun orang lain. Masalahnya tidak semua karyawan memiliki kesiapan psikologis untuk memasuki masa pensiun. Mereka belum memiliki rencana dan strategi untuk mengisi masa pensiun karena belum melakukan pengukuran potensi diri, belum pernah melihat kelebihan dan
kelemahan diri, dan belum membuat tujuan hidup kedepan yang jelas. Pensiun bukan hanya suatu tonggak sejarah dalam hidup tapi pensiun adalah proses. Individu yang dapat menyesuaikan diri ke masa pensiun pada umumnya adalah individu yang sehat fisiknya, tak punya masalah finansial, aktif
melakukan bermacam kegiatan, cukup berpendidikan, punya jejaring sosial seperti keluarga dan teman, dan biasanya merasa cukup puas dengan kehidupan sebelum pensiun. Sebaliknya individu yang tidak memiliki cukup dukungan finansial, memiliki masalah kesehatan, yang mengalami stres kehidupan bersamaan dengan memasuki masa pensiun (misalnya kehilangan pasangan hidup) kebanyakan mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan datangnya masa pensiun ini. Kurangnya kemampuan untuk melakukan penyesuaian psikologis ke masa pensiun dapat berakibat munculnya perasaan terisolasi, kecemasan dan kebosanan, friksi dalam hubungan rumah tangga, dan yang terburuk depresi. Yang perlu diingat adalah penyesuaian diri kepada masa
Kurikulum dan Modul(pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
106
pensiun ini bersifat individual karena setiap orang dibedakan dengan orang lain oleh berbagai variabel seperti usia pada saat pensiun, jenis kelamin, status perkawinan, keuangan, dan kesehatan.
Program persiapan pensiun tak hanya meliputi persiapan mengenai keuangan, tapi juga bagaimana cara mengatur kehidupan supaya sejahtera dan tetap produktif setelah pensiun, mengantisipasi masalah-masalah fisik dan
emosional, serta menyertakan pasangan hidup yang akan menjalani masa pensiun bersama para pensiunan. Untuk dapat memasuki masa pensiun dengan penyesuaian yang smooth, kita perlu mengetahui berbagai aspek psikologis terkait pensiun, mulai dari berbagai stereotip tentang masa pensiun, pendekatan-pendekatan psikologis individu-individu ketika memasuki masa
pensiun, fase-fase yang dilalui sebelum dan ketika berada dalam masa pensiun, dan bagaimana mereka-mereka yang berhasil menyesuaikan diri ke masa pensiun ini mempersiapkan diri.
A. STEREOTIP TENTANG MASA PENSIUN
Banyak karyawan, terutama pria, memiliki stereotip bahwa hidup adalah kerja dan kerja menjadi konsep diri yang utama karena kerja adalah segalanya, mereka mempersepsi pensiun sebagai tidak bekerja dan ini berarti lenyap pula konsep diri utama. Selanjutnya, tidak bekerja menjadikan hidup tak bermakna dan manusia yang kehilangan makna hidup akan mengalami stres akibat krisis identitas.
Stereotip lain mengenai masa pensiun adalah pandangan yang mengkaitkan masa pensiun dengan usia lanjut atau menjadi tua, yang kemudian dipersepsi sebagai masa dekat ke akhir kehidupan sehingga merasa tak perlu melakukan apa-apa, hari-hari dihabiskan dengan duduk di kursi goyang tanpa beraktivitas. Sebenarnya apakah individu akan memasuki masa pensiun dengan persepsi menjadi lansia tak berdaya, atau melihat masa pensiun sebagai suatu fase perubahan alamiah dimana ia masih dapat beraktivitas, tergantung pada persepsi masing-masing individu yang dipengaruhi oleh faktor kesehatan fisik
(ada tidaknya gangguan kesehatan dan bagaimana ia mempersepsi fisiknya) ,
KurikuCum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
107
sosial (hubungan dengan lingkungan sosial), budaya (pendapat budaya tentang orang yang pensiun/ lanjut usia) dan kepribadian (matang atau tidak).
B.
PENDEKATAN-PENDEKATAN INDIVIDUAL TENTANG MASA PENSIUN
Penelitian-penelitian mengenai penyesuaian kepada masa pensiun
menemukan lima kelompok individu dengan pendekatan yang sama tentang masa transisi ini (Schlossberg, 2004).
a. Continuers, adalah mereka yang tak ingin berpisah dengan keahlian dan
kemampuan kerja mereka selama ini atau membawanya ke aktivitas dan
minat baru. Sebagian besar dari mereka melihat pekerjaan mereka sebagai pusat identitas diri dan tak dapat berhenti memikirkan pekerjaan mereka. Biasanya mereka akan merasa senang bila mereka masih dapat terus bekerja ditempat mereka yang lama.
b. Adventurers, adalah mereka yang melihat pensiun sebagai kesempatan untuk mencoba kegiatan baru. Mereka menyalurkan energi dengan menciptakan/ menjalani aktivitas baru, merubah struktur dalam kehidupan mereka (misalnya sekolah lagi, dari kota besar pindah ke desa kecil, dari pekerjaan kantoran menjadi petani duren).
c. Searchers, adalah para pensiunan yang mencoba peran dan aktivitas yang lain sama sekali melalui suatu proses pencarian yang subjektif dan intuitif. Dalam proses pencarian ini tak bermasalah bagi mereka untuk mulai pekerjaan baru, lalu pindah beberapa kali ke pekerjaan baru lainnya, sampai
mereka menemukan kerja yang mereka rasakan cocok bagi mereka (misalnya menjadi konsultan bisnis, lalu perancang busan busana muslim, kemudian menjadi ustadzah).
d. Easy gliders, adalah para pensiunan yang santai-santai saja, menyatakan ingin menikmati kesempatan istirahat tanpa terikat struktur atau waktu, dan
baru akan menentukan sasaran selanjutnya setelah merasa tak puas hanya bersantai saja dalam hidup.
e. Retreaters, adalah mereka yang pensiun dan benar-benar mengundurkan diri dari segalanya, mengambil timeout, dan menganggap pensiun bukan hanya pensiun dari pekerjaan tetapi pensiun dari kehidupan dengan tak mau
KurikuCum dan ModuC(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (produktif
108
melakukan apapun. Kelompok dengan pendekatan ini adalah mereka yang mengalami kemunduran fisik dan psikologis serta kepikunan lebih cepat dari
pendekatan-pendekatan lainnya. Dari yang sebelumnya bekerja kemudian menutup diri berpotensi mengembangkan berbagai gangguan psikologis seperti kecemasan dan depresi.
C. FASE-FASE YANG UMUM DILALUI INDIVIDU YANG AKAN DAN TELAH MEMASUKI MASA PENSIUN
Penelitian dibidang psikologi sosial menemukan bahwa kebanyakan individu melalui serangkaian fase menjelang dan sesudah memasuki masa pensiun (Atchey, 2004):
a. Fase Pensiun Masih Jauh. Kebanyakan orang mulai bekerja tanpa memikirkan bahwa masa kerja ini pada suatu saat akan berakhir sehingga mereka tak berfikir untuk mempersiapkan diri untuk pensiun. Walau waktu terus berjalan mereka tak menyadari bahwa pada suatu saat mereka harus pensiun yang membawa berbagai konsekuensi.
b. Fase Dekat. Ketika karyawan mulai mendekati usia pensiun, mereka mulai
ingin turut dalam program pra pensiun ini (di Indonesia dikenal MPP). Program persiapan pensiun membantu karyawan untuk menyesuaikan diri secara mental psikologis, finansial, fisik, dan kesehatan. Manfaat program pra pensiun bagi penyesuaian diri tergantung pada faktor-faktor seperti kesiapan psikologis, keuangan,
harapan-harapan sebelum memasuki
pensiun dan kemampuan membuat keputusan yang benar.
c. Fase Bulan Madu. Ketika baru pensiun tidak aneh bila sebagian pensiunan merasakan euforia. Dalam pikiran mereka pensiun sangat menyenangkan karena mereka tak perlu pergi kerja, mereka punya waktu untuk melakukan berbagai hal yang selama mereka masih bekerja tak sempat mereka lakukan
(misalnya berlama-lama bermain dengan cucu-cucu ), dan mereka senang sekali dapat leluasa mengatur waktu mereka sendiri (misalnya memancing sepanjang hari, bertamasya kapan saja).
Dalam fase bulan madu ini
kegiatan-kegiatan 'merdeka' ini lama-lama menjadi suatu rutinitas. Apabila
rutinitas ini memuaskan, maka penyesuaian ke masa pensiun akan berjalan
KurikuCum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (produktif
109
lancar. Namun bila pensiunan ini mulai bosan dengan rutinitas, terkadang muncul depresi karena harapan-harapan mereka tentang masa pensiun temyata tidak realistis.
d. Fase Tak Puas. Fase bulan madu dapat terus menjadi fase tak puas. Ketidakpuasan
biasanya berkenaan dengan pengalaman kehilangan-
kehilangan kekuasaan, prestis, status, pendapatan, dan tujuan hidup kedepan.
Banyak juga pensiunan yang merasa kehilangan peran kerja,
kehilangan perasaan berguna, kehilangan rekan sekerja dan rindu akan rutinitas kerja dikantor.
e. Fase Reorientasi. Pada titik tertentu, banyak pensiunan yang merasa tak puas mulai berfikir secara rasional mencari cara coping.
Mereka mulai
bereksplorasi, mengevaluasi dan memutuskan gaya hidup apa yang sebaiknya mereka jalani untuk memperoleh kepuasan dalam hidup. Namun, ada pula pensiunan yang pada fase ini terpuruk makin dalam kedalam
perasaan mengasihani diri sendiri yang kemudian berujung pada depresi dan tak berusaha untuk melakukan coping.
f.
Fase Stabilitas. Fase ini dialami ketika pensiunan yang berhasil melakukan coping psikologis menentukan pilihan-pilihan gaya hidup dan memutuskan
untuk menjalaninya. Buat sebagian pensiunan, fase ini ditandai dengan menikmati kemandirian dan otonomi.
g. Fase Terminasi. Dengan bertambahnya usia, otonomi dan kemandirian
lambat laun berkurang, berganti dengan ketergantungan fisik dan ekonomi kepada orang lain.
Tidak semua ahli sependapat dengan Atchley,
karena proses
penyesuaian diri terjadi dalam setiap transisi kehidupan manusia, dan hidup
adalah perubahan yang membutuhkan kelenturan dan adaptasi psikologis. Wang (2000) yang meneliti 2000 pensiunan di Barat menemukan tiga lintasan pola penyesuaian diri pada karyawan yang memasuki usia pensiun. Pola pertama menunjukkan garis datar yang mengindikasikan hampir tak ada perubahan dalam kesejahteraan psikologis pensiunan antara masa pra dan masa pensiun.
Pola kedua menampilkan kesejahteraan psikologis yang
meningkat diawal dan ditengah masa pensiun. Pola ketiga menunjukkan kurva
KurikuCum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
110
U yang mengindikasikan turunnya kesejahteraan psikologis diawal masa pensiun sampai beberapa waktu dan kemudian mengalami kenaikan lagi.
D.
KATEGORI SIKAP-SIKAP INDIVIDU MEMASUKI MASA PENSIUN
Secara umum, dilihat dari sikap terhadap masa pensiun, individu dapat dibagi kedalam 5 kategori, yaitu: •
Individu Matang
Individu yang matang adalah individu yang menghadapi masa pensiun dengan
perencanaan
yang
realistis,
berpandangan
konstruktif
dan
menguasai situasi, serta dengan mudah dapat menyesuaikan diri dengan statusnya yang baru sebagai pensiunan.
•
Individu Kursi Goyang
Individu kursi goyang adalah mereka yang menghadapi pensiun dengan pendapat: "Ah, giliran saya bekerja sudah selesai, sekarang giliran anak-anak yang mengurusi saya". la cenderung menggampangkan, sebisanya segala hal diurus orang lain. •
Individu Berbaju Zirah
Yang berbaju zirah ini adalah tipe orang yang tidak dapat menerima kenyataan bahwa ia sudah pensiun. Kemauannya besar sekali untuk tetap
aktif dipekerjaannya, sehingga kadang-kadang ia mengganggu tempatnya bekerja dulu. •
Individu Pencari Kambing Hitam
Yang paling tak enak adalah keluarga individu ini karena harus berhadapan dengan orang yang memasuki usia pensiun dengan marah-marah, frustrasi dan kecewa, serta menyalahkan orang lain untuk segala masalah yang dihadapinya. •
Individu Banting Kaca
Ini kebalikannya dari Pencari Kambing Hitam karena individu banting kaca justru menyalahkan diri sendiri, tenggelam didalam perasaan mengasihani
diri sendiri yang menurut dia bernasib buruk. Calon pensiunan yang tidak matang, akan terperangkap tanpa persiapan, merasa hampa dan akhirnya membuat diri sendiri dan keluarganya menderita.
KurikuCum dan ModuC(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
111
E.
PENYESUAIAN PSIKOLOGI SAAT MEMASUKI MASA PENSIUN
Karena
pensiunan terjadi
perkembangan
dewasa
pada masa
menengah,
maka
individu memasuki tahap pensiunan
yang
berhasil
menyesuaikan diri dengan masa pensiun adalah mereka yang mengalami Successful Ageing.
Successful Ageing mencakup kesejahteraan lanjut usia
dalam berbagai aspek kehidupan seperti mental, fisik, sosial dan spiritual untuk
mempertahankan kapasitas keberfungsiannya dalam menghadapi perubahanperubahan dalam hidupnya.
Modul-modul sebelum ini telah memberikan pengetahuan mengenai bagaimana cara menjaga kesehatan fisik , bagaimana memaksimalkan fungsi kognitif dan fisik.
Selain pengetahuan mengenai hal-hal diatas, perlu juga
diketahui komponen-komponen sosiopsikologis lain yang penting
dalam
mempersiapkan diri melakukan penyesuaian psikologis memasuki masa pensiun
yaitu pemeliharaan hubungan sosial, aktivitas produktif dan persiapan religius spiritual.
Peck (dalam penyesuaian
Papalia dkk, 2008) menemukan bahwa persiapan
psikologis
menuju
Successful
Ageing
pada
pensiunan
membutuhkan transisi gradual, dari:
a. Preokupasi pada peran kerja ke konsep diri yang lebih luas. Dengan makin dekatnya masa pensiun, karyawan yang tadinya mempunyai konsep diri kaku sebagai seorang yang bekerja/karyawan perlu meredefinisi konsep dirinya, bahwa ia juga seorang anggota masyarakat, seorang nenek bagi cucu-cucunya, seorang ulama di lingkungan agamanya atau seorang
pemangku adat dan sebagainya. Individu perlu mempersiapkan struktur dan arahan
pada
hidupnya
dengan
mengeksplorasi
minat
baru
dan
membangkitkan kebanggaan akan konsep diri yang lebih luas ini.
b. Sosialisasi
terbatas ke sosialisasi luas dalam
hubungan manusia.
Menghargai manusia lain sebagai individu yang unik, sebagai teman,
sebagai pasangan hidup, memperluas jejaring persahabatan di luar keluarga dan rekan kerja.
c. Kekuatan fisik ke transendensi psikis menuju pengembangan kebijaksanaan. Kekuatan fisik, stamina dan penampilan muda yang mulai menurun akan
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
112
digantikan oleh kemampuan coping, mengambil pilihan terbaik dalam hidup yang terbentuk dari kekayaan pengalaman, serta munculnya kebijaksanaan
pada diri orang yang dituakan dalam masyarakat. Selain itu pengembangan kebijaksanaan juga meliputi peningkatan spiritualitas dan religiusitas. d. Kekakuan mental ke kelenturan mental. Mau membuka diri kepada perkembangan mutakhir dalam kehidupan manusia, mau melakukan
introspeksi yang jujur tentang kelebihan dan kekurangan (ciri kepribadian, ambisi, gaya hidup, keadaan fisik dan psikis, hubungan dalam keluarga, hobi dan minat, keadaan finansial).
e. Pembatasan kegiatan hanya pada kerja ke kegiatan produktif lainnya, seperti kegiatan religius, pengembangan kreativitas, kegiatan sosial dan budaya, olahraga, dan perluasan minat.
F. KIAT-KIAT MERENCANAKAN PENYESUAIAN SAAT MEMASUKI MASA PENSIUN
Dari wawancara kepada sejumlah individu yang baru pensiun diperoleh beberapa kiat untuk mempersiapkan penyesuaian diri yang baik kemasa pensiun:
a. Yang penting adalah memperluas konsep diri, misalnya kalau sekarang terokupasi pada jabatan atau peran sebagai pejabat di Kementerian, maka
bersiaplah untuk juga bangga akan konsep diri sebagai seorang kepala keluarga besar, sebagai orang yang mendapat respek di lingkungan karena sifat sosial, sebagai pemuka agama dan Iain-Iain.
b. Tanyakan pada diri sendiri, apa aspek dalam pekerjaan yang bakal terasa hilang ketika memasuki masa pensiun dan mulai mencari gantinya agar tidak ada rasa kosong.
c. Sebelum memasuki masa pensiun periuas jejaring pertemanan agar tak muncul perasaan kesepian, terisolir karena ditinggalkan oleh rekan-rekan yang masih bekerja.
d. Sebelum pensiun lakukan audit pribadi, telaah bagaimana keadaan
psikologis, bagaimana keadaan kesehatan, bagaimana kondisi keuangan, apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan diri.
KurikuCum dan Modul(Pelatihan
113
e. Fokus pada mencari kegiatan lain yang bermakna bagi masyarakat dan diri pribadi, yang dapat membawa kepuasan batin.
f. Mempererat hubungan kasih sayang dengan anggota keluarga, lebih mengenali anggota keluarga yang selama kita bekerja mungkin kurang kita 'kenal', banyak mendiskusikan rencana-rencana menjalani masa pensiun dengan pasangan.
g. Lebih aktif dalam kegiatan-kegiatan di lingkungan yang lebih luas misalnya olahraga bersama dilingkungan rumah (selain olahraga untuk kesehatan pribadi), kegiatan yang bersifat voluntir, mentoring, kegiatan sosial dan budaya.
h. Meningkatkan kebiasaan-kebiasaan yang menunjang hidup sehat
i. Last but not least, lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dengan meningkatkan kegiatan religius spiritual.
VII.
REFERENSI
1. Inui, T.S. 2003. The Need for integrated biopsychosocial approach to research on successful ageing. Annuals of Internal Medicine: No. 139, 391 394.
2. Papalia, D.E. 2008. Adult Development and Ageing. Boston. Mc. Graw Hill. 3. Santrock, J.W. 2006. Life Span Development, New York: Mc. Graw Hill.
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
* 114
MODUL MATERI INTI 5
MANAJEMEN STRES DAN SINDROMA PASCA KUASA
I.
DESKRIPSI SINGKAT
•
Persiapan, konsep, dan makna dari masa pensiun bagi seseorang ditentukan oleh kepribadian dan kesiapannya dalam menghadapi masa pensiun, sehingga upaya untuk menangani stres akibat berbagai reaksi yang timbul dalam menghadapi masa pensiun perlu dilakukan.
Materi ini akan membahas
mengenai reaksi terhadap pensiun, manajemen stres, serta sin droma pasca kuasa dan penanganannya. II.
TUJUAN PEMBELAJARAN
• 01
#
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami dalam cara
•
mengatasi sindroma pasca kuasa dan manajemen stres.
^ m
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu: 1. Menjelaskan reaksi terhadap pensiun 2. Menjelaskan manajemen stres
3. Menjelaskan sindroma pasca kuasa dan penanganannya III. POKOK BAHASAN/ SUB POKOK BAHASAN
• Reaksi terhadap Pensiun • Managemen Stres
• Sindroma Pasca Kuasa dan Penanganannya IV. B AHAN BELAJAR
• Handout pelatihan Manajemen Stres dan Sindroma Pasca Kuasa •
Handout relaksasi
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
115
V.
LANGKAH-LANGKAH
Langkah 1. Pengkondisian (10 menit) • Fasilitator memperkenalkan diri
• Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran, metode yang digunakan dan pentingnya materi ini dalam pelatihan persiapan pensiun
• Fasilitator
memberi
kesempatan
kepada
peserta
yang
sudah
mempersiapkan diri untuk menyampaikan rencananya dalam menjalani pensiun
• Peserta lain diminta untuk memberi tanggapan
Langkah 2. Reaksi Terhadap Pensiun (10 menit) • Fasilitator menjelaskan reaksi terhadap pensiun. • Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab Langkah 3. Manajemen Stres (15 menit) •
Fasilitator menjelaskan pengertian stres dan penanganannya
•
Peragaan stres dalam kehidupan sehari-hari
Latihan relaksasi untuk mengatasi stres
Langkah 4. Sindroma Pasca Kuasa dan Penanganannya (10 menit) • Fasilitator menjelaskan pengertian sindroma pasca kuasa, gejalagejalanya dan pencegahannya
Langkah 5. Penugasan (90 menit)
VI. UR AIAN MATERI
Pensiun akan dialami oleh setiap orang yang bekerja dan mereka
menghabiskan sisa hidupnya dalam masa pensiun. Pada saat pensiun, orang akan mengalami stres karena terjadinya perubahan besar dalam kehidupan yang menuntut individu tersebut harus beradaptasi dengan keadaannya yang baru.
Berbagai reaksi akan timbul dalam menghadapi masa pensiun, tergantung dari persiapan dan konsep mereka terhadap masa tersebut.
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
116
Sebagian orang akan merasa senang dan lega, karena ia tak perlu lagi memenuhi tuntutan dari pekerjaan dan sudah bebas menikmati kehidupannya yang selama ini tak sempat dinikmati selama bekerja. Sebagian lagi akan diliputi rasa cemas, takut, sedih, tegang, depresi dan sakit-sakitan. Mereka sering pula merasa sudah tidak berguna lagi, karena tidak mampu bekerja, padahal
sebetulnya mereka ini masih sangat produktif. Arti dan makna dari masa pensiun bagi
seseorang
ditentukan
oleh
kepribadian
dan
kesiapannya
dalam
menghadapi masa pensiun.
Pensiun bukan semata-mata kehilangan jabatan/ kekuasaan atau
pekerjaan, tapi juga terjadi perubahan pola kehidupan sehari-hari. Bagi orang yang terbiasa menjalani kehidupan sehari-hari di kantor dan memimpin, tiba-tiba
harus tinggal di rumah, maka kemungkinan tanpa disadari akan mengalami gejala-gejala yang disebut dengan post power syndrome.
Untuk mencegah dampak negatif dari pensiun, maka orang tersebut perlu dilatih untuk menangani stres yang dialami sehingga mereka terhindar dari gejala sindroma pasca kuasa atau dampak negatif lainnya.
A.
REAKSI TERHADAP PENSIUN
Memasuki masa pensiun memang tidak mudah terutama bila orang tersebut sebelumnya mempunyai kedudukan atau jabatan. Saat pensiun jabatan itu akan hilang dan individu sering kehilangan identitas diri. Masyarakat menganggap individu yang memasuki pensiun sebagai orang yang sudah tidak
dibutuhkan lagi tenaga dan pikirannya. Ketakutan menghadapi pensiun, membuat banyak orang mengalami berbagai masalah baik dari segi fisik maupun psikologis dan sosial.
Penerimaan individu menghadapi pensiun terdiri dari 2 kelompok besar, yaitu:
•
Merasa senang dan lega karena telah bebas menikmati hidup dan terhindar
dari tekanan pekerjaan. Mereka dapat berwisata ke tempat yang belum sempat dikunjungi, melaksanakan hobi, menghabiskan waktu dengan keluarga dan kerabat.
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
117
•
Merasa cemas, takut, depresi, merasa tidak berguna dan menjadi sakitsakitan
Bagi sebagian orang, pensiun dikaitkan dengan rasa kehilangan di berbagai bidang, antara lain:
1. Kehilangan mata pencaharian: karena setelah pensiun pada umumnya penghasilan akan berkurang.
2. Kehilangan status: posisi seseorang di dunia ini sering dinilai dari
kedudukannya. Sewaktu bekerja ada yang sebagai direktur, menejer, guru dan Iain-Iain, setelah pensiun maka status ini tentu akan berubah.
3. Kehilangan relasi: pada umumnya tempat bekerja adalah tempat berkontak
dengan orang lain. Pada saat pensiun mereka juga kehilangan kesempatan
kontak sosial
dan
teman
sekerja,
khususnya
bagi mereka
yang
menghabiskan waktunya di kantor.
4. Kehilangan pekerjaan formal: sebetulnya hal ini mudah diganti, namun tak selamanya berhasil.
Berbagai reaksi untuk menanggulangi rasa tak enak karena pensiun antara lain:
1. Reaksi eksplosif: orang kehilangan kendali, emosinya meledak-ledak, marah-marah, agresif baik dalam kata-kata maupun tindakan.
2. Reaksi menarik diri: orang enggan ke luar rumah, enggan bergaul, menjauh dari kehidupan/
lingkungan sosial. Sering orang tersebut
menenggelamkan diri dalam dunianya sendiri (melamun)
3. Reaksi kompensasi:
Orang melakukan berbagai aktivitas sebagai
kompensasi guna mengimbangi rasa kecewa.
4. Reaksi substitusi: orang berupaya mencari pekerjaan yang baru sebagai pengganti pekerjaan yang hilang.
5. Reaksi sublimasi: Orang melakukan suatu pekerjaan yang secara etik mempunyai nilai yang lebih tinggi dari pada pekerjaan yang sebelumnya. Misalnya seorang yang semula menjabat sebagai eksekutif, setelah
kehilangan jabatan, maka dia menjadi penasihat eksekutif yang baru.
KurikuCum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
118
6. Reaksi simbolisasi: untuk mengobati rasa kekecewaan karena kehilangan pekerjaan, orang mendapatkan pekerjaan baru sekedar simbolik saja. Pensiun bukan semata-mata kehilangan jabatan atau pekerjaan, tapi juga terjadi perubahan pola kehidupan sehari-hari yang menuntut individu untuk beradaptasi. Apabila kehilangan ini terjadi secara mendadak, maka dampaknyapun akan semakin besar. Reaksi yang terjadi sangat ditentukan oleh
kesiapan individu tersebut untuk menghadapi pensiun. Oleh karena itu perlu dilakukan persiapan yang matang yang sudah dimulai sejak 5 sampai 10 tahun menjelang pensiun.
Apabila individu kehilangan pekerjaan secara mendadak tanpa persiapan, sering terjadi reaksi yang dapat dibagi menjadi 3 tahap: •
Tahap pertama: shock mental berupa reaksi agitatif dan tidak mau menerima kenyataan
•
Tahap kedua: bila tahap pertama sudah dilalui, maka pada tahap kedua orang akan menunjukkan gejala kecemasan yaitu: mudah tersinggung, rasa takut akan pikiran sendiri, tegang, tak bisa istirahat tenang, gelisah, mudah kaget, gangguan konsentrasi dan daya ingat, jantung berdebar-debar, dada terasa sesak, napas pendek, gangguan pencernaan, nyeri otot, pegal-pegal, kaku dan nyeri seluruh badan, berkeringat, badan panas dingin, mulut kering, sukar menelan, gangguan makan, gangguan tidur dan mimpi buruk, gangguan seksual dan Iain-Iain. Seringkali pula disertai oleh gejala depresi seperti perasaan murung, sedih, merasa tak berguna, tak berdaya, putus asa, perasaan bersalah, gangguan nafsu makan, gangguan tidur dan bermimpi dengan orang-orang yang sudah meninggal
• Tahap ketiga: bila tahap kedua sudah berlalu, ia baru sadar sehingga mau menerima kenyataan.
Kemudian orang akan mencari berbagai alternatif
untuk mengatasinya
Banyak yang hanya berhenti sampai tahap kedua dan individu tersebut
membutuhkan pertolongan psikologis agar ia kembali mampu menikmati kehidupan. Dahulu pengertian pensiun merupakan tahap akhir dari kehidupan, sekarang ini dengan persiapan yang matang, maka pensiun merupakan awal bagian lain dari kehidupan yang baru.
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (produktif
119
B.
MANAJEMEN STRES
Pengertian stres: stres merupakan reaksi individu secara fisik, psikologis ataupun perilaku terhadap tekanan yang dialami. Reaksi ini dalam rangka untuk mengatasi atau beradaptasi terhadap tekanan tersebut. Tekanan dapat berasal dari luar atau dari dalam diri sendiri.
Tekanan dari luar disebabkan oleh perubahan dari lingkungan (rumah,
sekolah, tempat kerja atau lingkungan sosial) yang mengharuskan orang beradaptasi. Tekanan dari luar disebabkan oleh reaksi individu terhadap lingkungan, banyak yang bersifat traumatik dan tidak dapat dihindari (misalnya kematian orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, pensiun, perceraian, masalah keuangan, konflik dan trauma).
Tekanan dari dalam biasanya berupa:
Emosi yang kuat dan bersifat negatif (penyebab psikologis) Rasa takut, kuatir dan cemas
Rasa marah, benci, cemburu, iri hati dan frustrasi
Rasa rendah diri, sedih dan tidak berguna Rasa kasihan terhadap diri sendiri
Reaksi individu terhadap stres berbeda yang ditentukan oleh faktor
bawaan, kepribadian dan pengalaman masa lalu. Reaksi tersebut dapat berupa reaksi positif yaitu sebagai pendorong agar individu tersebut melakukan usaha
ke arah yang lebih baik. Reaksi negatif, maka terjadilah keluhan atau gangguan baik fisik maupun mental dan perilaku.
Setiap perubahan yang menimbulkan stres kita sebut stresor. Semakin
banyak perubahan dan semakin cepat perubahan itu terjadi, semakin besar pula stres yang dihadapi.
• Stresor fisik berupa: suhu dingin/ panas, kelembaban, suara bising, polusi udara, zat kimia, makanan, mikroba, radiasi, kelelahan fisik, lingkungan yang tidak memadai dan Iain-Iain.
• Stresor psikologis berupa: konflik, tekanan, krisis, kegagalan dan Iain-Iain.
KurikuCum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
120
•
Stresor sosial/ budaya berupa: kesulitan hubungan sosial, masalah pekerjaan, pengangguran, pemutusan hubungan kerja, pensiun, perpisahan, perceraian, konflik rumah tangga dan Iain-Iain.
Reaksi orang dalam menghadapi stres bisa bersifat: 1. Jasmani, berupa :
Kelelahan, sesak napas, nyeri kepala
Pucat, berkeringat, mulut kering Otot tegang (kepala, leher, pundak, lengan dan kaki) Berdebar-debar, detak jantung tidak teratur
Tekanan darah tinggi, gula darah dan zat pembekuan darah meningkat Mual atau nyeri perut, kembung Perubahan nafsu makan
Rasa nyeri yang tidak jelas Perubahan berat badan
Siklus haid terganggu pada wanita dan perubahan libido pada laki-laki
2. Psikologis, berupa : •
Rasa takut, cemas, kuatir berlebihan
• Mudah tersinggung, pemarah atau bahkan mudah menyerang • Sedih, menangis atau merasa tidak berdaya • Sulit memusatkan perhatian
• Bersifat ragu atau merasa tidak percaya diri • Kehilangan minat terhadap yang biasa dilakukan •
Merasa kecewa
3. Perilaku:
• Aktivitas berkurang atau tidak bertenaga •
Aktivitas berlebih atau tidak bisa istirahat
• Minum alkohol, banyak merokok, mengopi atau menggunakan obat-obatan atau NAPZA untuk meredakan ketegangan •
Sulit berkonsentrasi
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
121
Mudah marah dan menyerang •
Gemetar dan nada suara tinggi
Pada tahap yang lebih berat dan berlangsung lama dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, asma, serangan jantung, stroke dan gangguan jiwa. Stres
dalam kehidupan tidak dapat dihindari, yang penting bagaimana menghadapi stres tanpa terkena dampak yang merugikan. Beberapa cara menghadapi stres:
• Pelihara kesehatan: makan dengan gizi seimbang, tidur atau istirahat yang cukup, berolahraga secara teratur, tidak merokok dan hindari NAPZA
• Rencanakan masa depan: belajar hidup tertib dan teratur, tetapkan tujuan hidup yang dapat dijangkau dan berusaha untuk mencapainya, gunakan waktu sebaik-baiknya dan dahulukan yang penting
Hindari membuat beberapa keputusan sekaligus: jangan membuat beberapa keputusan besar dalam waktu yang berdekatan
• Ubah sesuatu yang dapat diubah dan terima sesuatu yang tidak dapat diubah: setiap orang memiliki kekurangan dan kelemahan
• Berbuat sesuai dengan minat dan kemampuan: jangan melakukan pekerjaan hanya karena melihat keberhasilan orang lain •
Berpikir positif: jangan mudah menyalahkan orang atau situasi, tapi cari penyebab dan atasi penyebab tersebut
• Lakukan relaksasi: mengendurkan otot dan menenangkan pikiran, latih selama 10 sampai 15 menit setiap hari
• Bila
stres,
lakukan
pekerjaan yang disenangi: menikmati
hiburan,
mendengarkan musik, menonton, jalan-jalan, rekreasi, bernyanyi dan Iain-Iain
• Bicarakan masalah anda dengan orang yang dapat dipercaya: jangan menanggung sendiri beban kehidupan • Belajar dari pengalaman untuk memecahkan masalah: cari cara terbaik untuk memecahkan masalah
• Binalah persahabatan: anda membutuhkan sahabat dalam suka maupun duka
• Luangkan waktu untuk diri sendiri: misalnya melaksanakan hobi
KurikuCum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
122
• Tingkatkan iman dan taqwa: terapkan nilai agama dalam kehidupan seharihari
C.
SINDROMA PASCA KUASA
Sindroma pasca kuasa adalah sekumpulan gejala yang terjadi pasca kekuasaan. Gejala ini umumnya dialami oleh orang yang tadinya berkuasa atau
memegang suatu jabatan, namun ketika pensiun atau tidak menjabat lagi akan timbul gejala-gejala psikologis yang tampil dalam bentuk perilaku atau emosi
yang tidak stabil. Gejala ini terutama akan menonjol pada orang yang mendasarkan harga dirinya pada kekuasaan.
Gejala-gejala yang timbul, dapat berupa, fisik, psikologis atau perilaku
• Gejala fisik berupa: lebih cepat tua dibandingkan dengan waktu menjabat, rambut putih, kulit keriput, sakit-sakitan, tubuh jadi lemah dan timbul berbagai keluhan fisik seperti sakit kepala, keluhan lambung, sesak napas dan Iain-Iain
• Gejala psikologis berupa: pemurung, tidak bergairah, mudah tersinggung, merasa malu, merasa tidak berharga dan tidak berguna, cepat marah dan meledak-ledak
• Gejala perilaku berupa: menarik diri dari pergaulan, tidak mau bertemu dengan mantan teman sekerja, pemarah dan lebih mudah melakukan tindak kekerasan
Penyebab sindroma pasca kuasa
• Kehilangan jabatan: dengan jabatan individu merasa menjadi bagian penting, merasa yakin akan dirinya karena mendapat pengakuan atas kemampuan dan merasa puas akan kekuasaan. Setelah tidak menjabat, terjadi penurunan harga diri, individu merasa kurang diterima, kurang dihargai dan diakui oleh rekan kerja, keluarga dan masyarakat.
• Kehilangan hubungan dengan kelompok eksklusif:
misalnya kelompok
pejabat, kelompok menejer, kelompok rekan bisnis, kelompok profesi dan Iainlain.
• Kehilangan wibawa dalam satu kelompok: misalnya kehilangan wibawa di depan anak buah karena sudah tidak menjabat lagi.
Kurikulum dan Modul(Pelatihan
123
• Kehilangan kontak sosial yang berorientasi pada pekerjaan: bagi individu
yang sebagian waktunya habis di lingkungan pekerjaan, maka kelompok sosialnya adalah teman sekerja, atasan, bawahan atau klien.
• Kehilangan sumber penghasilan: dengan tidak bekerja lagi, maka sumber
keuangan juga akan menghilang yang menyebabkan perubahan pola hidup keluarga. Yang dulu hidup berlebihan atau berkecukupan, sekarang harus hidup lebih hemat.
Cara mencegah sindroma pasca kuasa:
• Sikap selama menduduki jabatan jangan berlebihan/ sombong agar tidak merasa dikucilkan setelah pensiun. Perlu pula disadari bahwa kekuasaan itu
hanyalah amanah dan tidak permanen, kita harus selalu siap bila suatu saat dilepas
• Selama
berkuasa
jangan
hanya
memikirkan
bagaimana
cara
mempertahankan kekuasaan, tapi latih dan didik kader yang akan menggantikan, sehingga setelah pensiun anda masih tetap dihargai
• Sebanyak mungkin menanamkan kebaikan selagi berkuasa. Kalau banyak menyakiti hati orang atau menindas orang lain, waspadalah bahwa gejala sindroma pasca kuasa ini akan dekat dengan anda. Tugas utama kekuasaan bukan untuk menindas orang lain, tapi banyak berbuat baik untuk kesejahteraan orang lain
• Sebelum pensiun bina persahabatan dan interaksi sosial di luar kantor,
misalnya perkumpulan olahraga, arisan, pengajian, perkumpulan seminat, perkumpulan RT/ RW •
Jika pasangan merencanakan untuk hidup sederhana, maka sejak dini sudah dipersiapkan untuk hidup sederhana, agar saat menjalani pensiun tidak terlalu terasa perubahan yang dialami.
•
Bina komunikasi yang baik dalam rumah tangga, tentu dukungan keluarga sangat berguna dalam mencegah terjadinya sindroma pasca kuasa
VII.
REFERENSI
Kurikulum dan Modul(pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
124
MODUL MATERI INTI 6
POTENSI DIRI
I.
DESKRIPSI SINGKAT
Pensiunan sebagian besar masih dalam kondisi sehat dan masih
potensial untuk melakukan berbagai aktivitas, akan tetapi sebagian dari mereka menganggap saat pensiun semuanya akan berakhir sehingga dapat mengalami berbagai gangguan termasuk stres. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan suatu pemahaman tentang potensi diri untuk dapat tetap aktif dan produktif sesuai kemampuan dan minatnya. Materi ini akan membahas mengenai potensi diri dalam bidang keterampilan teknis, potensi diri dalam bidang keterampilan komunikasi dan potensi diri dalam bidang jejaring sosial
II.
TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami potensi diri.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus:
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu : 1.
Menjelaskan potensi diri dalam bidang keterampilan teknis.
2.
Menjelaskan potensi diri dalam bidang keterampilan komunikasi.
3.
Menjelaskan potensi diri dalam bidang jejaring sosial.
III. POKOK BAHASAN/ SUB POKOK BAHASAN
•
Potensi diri dalam bidang keterampilan teknis.
•
Potensi diri dalam bidang keterampilan komunikasi.
•
Potensi diri dalam bidang jejaring sosial.
IV. B AHAN BELAJAR
•
Handout materi Potensi Diri
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
125
V.
LANGKAH-LANGKAH
Langkah 1. Pengkondisian (10 menit) • Fasilitator memperkenalkan diri
• Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran, metode yang digunakan dan pentingnya materi ini dalam pelatihan persiapan pensiun
Langkah 2. Penugasan, Penjelasan dan Tanya Jawab (total 125 menit) 1. Potensi Diri dalam Bidang Keterampilan Teknis (45 menit)
• Semua peserta diminta menulis pada kertas warna warni yang telah disediakan tentang potensi dirinya dalam keterampilan teknis
• Fasilitator meminta peserta membaca tulisannya masing-masing (jika memungkinkan semua peserta) dan meminta kepada peserta untuk menambahkan apabila masih ada lagi potensi yang belum tercantum
• Fasilitator memberi penegasan/ menjelaskan potensi diri dalam bidang keterampilan teknis seperti yang tertulis pada uraian materi. • Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab
2. Potensi Diri dalam Bidang Keterampilan Komunikasi (40 menit) • Fasilitator membagi peserta menjadi 5 kelompok
• Peserta diminta diskusi dalam kelompok membahas tentang potensi diri dalam bidang komunikasi dan mempresentasikannya setelah diskusi selesai
• Fasilitator memberi penegasan/ menjelaskan potensi diri dalam bidang keterampilan komunikasi.
• Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab
3. Potensi Diri dalam Bidang Jejaring Sosial (40 menit) • Peserta diminta diskusi dalam kelompok membahas tentang potensi diri dalam bidang berjejaring sosial dan mempresentasikannya setelah diskusi selesai
• Fasilitator menjelaskan potensi diri dalam bidang jejaring sosial. • Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
126
Langkah 3. Motivasi Diri (180 menit)
VI. UR AIAN MATERI
Pasca pensiun seseorang dapat melakukan beberapa kegiatan yang produktif secara ekonomi maupun yang non produktif misalnya kegiatan yang bersifat sosial. Tetapi juga merupakan hak pensiunan tersebut bila ingin istirahat untuk menikmati kehidupan dengan memanfaatkan dana pensiun atau sumber
lain yang dipunyai. Apabila pensiunan akan melakukan kegiatan produktif maupun sosial sebaiknya memahami potensi diri, kekuatan maupun kelemahan
yang dipunyai agar dapat merencanakan kegiatan yang sesuai bagi dirinya. A. POTENSI DIRI DALAM BIDANG KETERAMPILAN TEKNIS
Keterampilan teknis yang mungkin dipunyai oleh PNS yang dapat dimanfaatkan pasca pensiun antara lain:
- Keterampilan
administratif misalnya mengetik,
mengelola keuangan,
manajemen kantor, data dan informasi, menata arsip
-
Keterampilan fotografi, sablon, cetak, membuat media, laboratorium, komputer, menulis cerita/ artikel/ dokumentasi, melatih , me mbuat modul, mendongeng
- keterampilan berdagang/ bisnis, memasak, menjahit, kecantikan, memijat, tusuk jarum
- Mempunyai pengetahuan luas tentang suatu hal misalnya tentang kesehatan ibu anak, tentang imunisasi, tentang promosi kesehatan.
B. POTENSI DIRI DALAM BIDANG KETERAMPILAN KOMUNIKASI
Keterampilan
komunikasi
meliputi
luwes
dalam
berkomunikasi,
kemampuan verbal atau bertutur kata baik, kemampuan nonverbal atau bahasa
tubuh, kemampuan
mendengar,
kemampuan
merefleksikan pesan dari
komunikannya, tidak menghakimi, mampu menyampaikan pesan dengan bahasa
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
127
sederhana, kemampuan berempati, menjadi pendengar yang baik, serta mampu menyampaikan pesan dengan efektif.
C. POTENSI DIRI DALAM BIDANG JEJARING SOSIAL
Potensi diri dalam bidang jejaring sosial meliputi: aktif bermasyarakat,
hubungan dengan lingkungan baik, mempunyai jejaring sosial yang luas, memahami berbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat, akses pada sumber daya manusia maupun dana, dan memahami teknologi informasi. Yang dapat dilakukan pasca pensiun antara lain :
- istirahat menikmati kehidupan misal rekreasi,mengurus keluarga, berkebun
- melakukan kegiatan sosial/ non produktif secara ekonomi misalnya aktif dalam kegiatan sosial bidang kesehatan, bidang pendidikan, keagamaan. aktif dalam kegiatan politik praktis
-
bisnis sesuai kemampuan, potensi dan minatnya misal membuat usaha katering, pengetikan, sablon, salon
memanfaatkan pengetahuan dan kemampuan intelektual untuk berkarya misal menjadi konsultan, menulis artikel, 'menjual' pelatihan keterampilan, mendirikan klinik
VII.
REFERENSI
1. Career Survival, Strategic Job and Role Planning, Edgar H .Schein, Pfeiffer & Company, San Diego, USA, 1995.
2. Second Careers, New Ways To Work After 50, Caroline Bird, Little Brown And Company, Canada, 1992.
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
128
MODUL MATERI INTI 7
KESEMPATAN KEDUA UNTUK BERKARYA
I.
DESKRIPSI SINGKAT
Populasi lansia di Indonesia yang terus bertambah dikhawatirkan akan membuat angka beban ketergantungan (dependency ratio) semakin besar,
sehingga perlu dikembangkan potensi penduduk lansia melalui pengembangan karier kedua dalam kehidupannya terutama melalui sektor informal. Materi ini akan membahas mengenai situasi kependudukan lansia di Indonesia, "silver
college" sebagai salah satu model wadah penggiat dalam upaya pengembangan dan
pemberdayaan
lansia
potensial,
serta
membangun
wawasan
pengembangan ekonomi produktif.
II.
TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti sesi ini, peserta mampu memahami kesempatan kedua untuk berkarya.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu:
• Menjelaskan situasi kependudukan lansia di Indonesia dan global
• Menjelaskan "Silver College" sebagai salah satu model wadah penggiat dalam upaya pengembangan dan pemberdayaan lansia potensial • Menjelaskan upaya pengembangan ekonomi produktif
III. POKOK BAHASAN/SUB POKOK BAHASAN
• Situasi Kependudukan Lansia di Indonesia dan Global
• "Silver College" Sebagai Salah Satu Model Wadah Penggiat dalam Upaya Pengembangan dan Pemberdayaan Lansia Potensial • Upaya Pengembangan Ekonomi Produktif
Kurikulum dan Modul(Pelatihan
129
IV. B AHAN BELAJAR
• Handout materi Kesempatan Kedua untuk Berkarya
V.
LANGKAH-LANGKAH
Langkah 1. Pengkondisian (10 menit) • Fasilitator memperkenalkan diri
• Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran, metode yang digunakan dan pentingnya materi ini
Langkah 2. Situasi Kependudukan Lansia di Indonesia dan Global (25 menit)
• Fasilitator menjelaskan situasi kependudukan lansia di Indonesia
• Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab
Langkah 3. "Silver College" Sebagai Salah Satu Model Wadah Penggiat dalam Upaya Pengembangan dan Pemberdayaan Lansia Potensial (25 menit)
• Fasilitator menjelaskan "silver college" sebagai salah satu model wadah
penggiat dalam upaya pengembangan dan pemberdayaan lansia potensial
• Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab
Langkah 4. Upaya Pengembangan Ekonomi Produktif (30 menit)
• Fasilitator
membangun
wawasan
peserta
mengenai
upaya
pengembangan ekonomi produktif
• Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab Langkah 5. Penugasan (45 menit)
Kurikulum dan Modul(pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
130
VI. UR AIAN MATERI
A. Situasi Kependudukan Lansia di Indonesia dan Global
Kemajuan
di
bidang
kesehatan,
meningkatnya
sosial
ekonomi
masyarakat dan semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat bermuara pada peningkatan kesejahteraan rakyat dan juga akan meningkatkan usia
harapan hidup (UHH). Hal ini menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia dari tahun ketahun semakin meningkat. Jika pemerintah tidak mengantisipasi keadaan ini dengan berbagai program, maka keberadaan lanjut usia akan menjadi bom waktu yang akan memperberat beban pemerintah.
Penuaan penduduk lansia di negara berkembang lebih pesat tanpa diiringi kesejahteraan, tapi dengan kemiskinan dalam abad ini, dibandingkan dengan negara maju yang menua seiring dengan meningkatnya kemajuan negara tersebut., tapi dicapai dalam beberapa abad karena adanya dua peperangan besar dalam permulaan abad ke-20 yang lalu yakni Perang Dunia I dan II secara tidak langsung mengurangi pertumbuhan jumlah penduduk termasuk lansia. Di Indonesia dewasa ini telah termasuk negara yang memiliki penduduk berstruktur lanjut usia (ageing structuredpopulation) karena penduduk berusia 60 tahun keatas bertumbuh dengan cepat, bahkan tercepat dibandingkan kelompok usia lainnya. Saat ini penduduk lanjut usia merupakan penduduk dengan jumlah perkembangan yang terpesat di
seluruh dunia. Tahun 2025 diperkirakan akan terdapat 1,2 milyar lansia dan akan menjadi 2 milyar di tahun 2025. Jumlah ini merupakan 21% dari total
populasi dunia, dan sekitar 80%nya hidup di negara berkembang. Di negara berkembang, jumlah penduduk usia 60 tahun ke atas pada tahun 2015 - 2050 diperkirakan
meningkat menjadi 20 %, sementara ini
Indonesia berada di urutan keempat, setelah China, India dan Jepang.
Penduduk lanjut usia Indonesia diprediksi akan tumbuh berlipat ganda dalam dua dekade mendatang seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup.
Data Badan Pusat Statistik (2010), menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia di Indonesia pada tahun 2000 sebanyak 14.439.967 jiwa (7,18%). Pada tahun 2010 meningkat menjadi 23.992.553 jiwa (9,77%) Pada tahun 2020
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
131
diprediksikan jumlah lanjut usia mencapai 28.822.879 jiwa (11,34 persen) (Gambar 1). Diperkirakan saat ini jumlahnya sudah sekitar 20 juta lebih, ini berarti diantara 11 orang penduduk Indonesia terdapat 1 orang lansia. Dari
segi
percepatan
pertambahannya,
Indonesia
mengalami
percepatan
pertumbuhan penduduk tertinggi didunia (414%), sebagai pembanding jumlah penduduk di Kenya naik 347%; Brazil 255%, India 242%, China
220%, Jepang 129%, Jerman 66% dan Swedia 33% (United Nations, 2001). 12
9,77 %
11,34% *mm
10 8
_ ._ „.
5,45 %
-*»« 7,18% 6,29 % ^=m
6 4
2
i 1980
1990
•3P-
2000
2010
2020
Sumber: BPS
Gambar 1. Jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia (BPS, 2010) Penduduk Indonesia telah mengalami transisi demografi yang pendek. Kantor Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat
(Almizar.2007) melaporkan, pada tahun 1980 angka usia harapan hidup (UHH) 52,2 tahun dan jumlah lansia 7.998.543 orang (5,45%); dan pada tahun 2006 jumlah lansia menjadi 19 juta orang (8,90%) dan UHH juga meningkat (66,2 tahun). Pada tahun 2010 penduduk lansia di Indonesia
mencapai 23,9 juta orang (9,77 %) dan UHH 67,4 tahun. Sepuluh tahun kemudian atau pada 2020 perkiraan penduduk lansia di Indonesia akan
mencapai 28,8 juta (11,34%) dengan UHH sekitar 71,1 tahun (Tabel 1)
Kurikulum dan Modul(pelatihan
132
Tabel 1. Peta Lansia Indonesia Tahun
Jumlah Lansia
Persentase
Usia Harapan
(juta)
Populasi
Hidup(tahun)
(%) 1980
07,9
5,4
52,2
2003
16,3
8,1
65,0
2006
19,0
8,9
66,2
2010
23,9
9,7
67,4
2020
28,8
11,3
71,1
Sumber: Kantor Menko Kesra (2007)
Populasi lansia di Indonesia yang terus bertumbuh dan terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara lansia yang tinggal di perkotaan dan
di pedesaan. Jumlah lansia yang tinggal di perkotaan lebih besar yaitu sebanyak 15.714.952 (11,20%) dibandingkan dengan yang tinggal di
perdesaan yaitu sebesar 13.107.927 (9,34%). Diperkirakan
jumlah
penduduk lansia di Indonesia akan terus bertambah sekitar 450.000 jiwa per tahun. Pada tahun 2025 jumlah penduduk lansia di Indonesia akan
berjumlah sekitar 34,22 juta jiwa (Yuhetty 2010). Dan saat ini sudah ada
12 Provinsi yang masuk dalam Provinsi berstruktur tua (> 7% penduduknya lanjut usia) (Tabel 2).
Tabel 2. Daftar Provinsi yang Telah Berstruktur Tua
(jumlah lansia >7% dari total penduduk) No
Provinsi
Penduduk lansia (%)
1
DIY
14,04
2
Jateng
11,16
3
Jatim
11,14
4
Bali
11,02
5
Sulsel
9,05
6
Sumbar
8,74
7
Sulut
8,62
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (produktif
133
8
NTB
8,21
9
Jabar
8,08
10
Lampung
7,78
11
NTB
7,68
12
Maluku
7,27
Sumber: Susenas, BPS (2012) dicatat oleh KOMNAS LANSIA, 2013
Dan menarik untuk dicatat, bahkan kini sudah ada kabupaten/kota dengan penduduk lansia nya di atas 10%, misalnya Rokan Hulu di Riau
sudah 10% dan kota Semarang sudah mencapai 23%; keduanya sangat baik karena telah mulai mengembangkan infrastruktur ramah lansia seperti Puskesmas Ramah Lansia, pembinaan dan kajian keilmuan maupun pelayanan pengabdian pada kelompok lansia yang intens (misalnya dilakukan oleh Ageing Research Center, Fakultas Psikologi, UNDIP; Center for Ageing Studies, Ul; Silver College, IPB dsb.)
Gambaran kependudukan dengan populasi lansia yang terus bertumbuh dikhawatirkan akan membuat angka beban ketergantungan (dependency ratio) semakin besar. Hal ini menjadikan Indonesia terancam
triple burden berupa jumlah kelahiran bayi yang masih tinggi, masih
dominannya penduduk muda, dan jumlah lansia yang terus meningkat. Kondisi ini apabila tidak segera dicarikan solusi agar warga lansia tetap produktif, tidak mustahil akan menjadi sebuah persoalan sosial yang serius di kemudian hari (BKKBN, 2012).
Percepatan pertumbuhan penduduk usia balita yang dikenal dengan post-war baby boom di Indonesia yang terjadi pada dekade 1960-1970-an
akan mengakibatkan percepatan penduduk lanjut usia (age-population boom). Generasi yang lahir pada era 1960- 1970-an, pada 2010-2020 akan memasuki tahap pra-lansia dan kemudian akan menjadi lansia. Oleh karena
itu banyak hal yang harus disikapi untuk menghadapi permasalahan lansia di masa mendatang.
Sebelas tahun yang lalu tepatnya pada tahun 2002 diselenggarakan pertemuan akbar kelanjutusiaan ke-2 atau dikenal dengan Madrid
Kurikulum dan Modul(Pelatihan
134
International Plan of Action on Ageing (MIPAA) di Madrid, Spanyol, yang dihadiri oleh perwakilan 157 negara yang mendeklarasikan 3 butir penting: 1. Partisipasi aktif penduduk lansia (usia 60+ tahun) dalam pembangunan negara masing-masing
2. Peningkatan kualitas layanan kesehatan dan sosial bagi penduduk lansia
3. Menciptakan lingkungan yang mendukung/ramah usia termasuk lanjut usia.
Abikusno (2013) menyatakan bahwa berbeda dengan pertemuan akbar kelanjutusiaan sebelumnya di Wina tahun 1982 terjadi perubahan paradigma bahwa penduduk lansia kehidupannya tidak hanya berakhir di Panti, tetapi setelah pensiun dari
pekerjaan tetap aktif dan
mengembangkan karier kedua dalam masyarakat sehingga penduduk
lansia bukan lagi menjadi beban masyarakat, tetapi menjadi aset dalam pembangunan bersama kelompok usia lain.
Sehubungan dengan pengembangan pendekatan baru tersebut Badan Kesehatan Dunia (WHO 2002) telah menerbitkan 3 dokumen strategis dalam kurun waktu itu yakni:
1. Active ageing atau penuaan aktif dengan konsep tiga pilar yakni: a.
peningkatan kualitas layanan kesehatan dan perawatan sosial,
b.
partisipasi aktif lansia dalam masyarakat, dan
c.
keamanan
lansia
secara
fisik,
mental
dan
sosial
termasuk
perlindungan sosial
2. Age-friendly primary health care atau pelayanan kesehatan ramah lansia dan
3.
Global age-friendly cities atau kota ramah lansia global. Sesuai semangat deklarasi Madrid Intemasional Plan of Action in
Ageing (MIPAA) 2002, tujuan berbagai kebijakan, strategi, dan program kelanjutusiaan adalah untuk memfasilitasi penduduk lansia yang aktif, sehat dan produktif. Potensi penduduk lansia dalam pembangunan adalah melalui pengembangan karier kedua dalam kehidupannya terutama melalui sektor informal. Bagi mereka yang masih aktif memberikan bantuan usaha ekonomi
produktif dengan sistem Gramin Bank mempunyai nilai strategis untuk
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
135
kemandirian penduduk lansia itu sendiri untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan bangsa dan negara.
Berbagai peluang dalam pengembangan industri kelanjutusiaan di masa depan bila dikaitkan dengan usaha ekonomi produktif adalah dalam
berbagai bidang di bawah ini, tetapi tidak terbatas hanya pada industri tersebut:
• Bidang ekonomi kreatif seperti batik dan berbagai bentuk kesenian lain • Bidang konsumsi barang kelanjutusiaan
• Bidang kesehatan dan pengobatan komplementer/ tradisional • Bidang wisata dan kuliner
• Bidang industri rumah tangga/ perekonomian rakyat • Bidang industri bisnis sosial kepengasuhan
B. "Silver College" Sebagai Salah Satu Model Wadah Penggiat dalam Upaya Pengembangan dan Pemberdayaan Lansia Potensial
Menurut Undang-Undang Nomor 13/1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60
tahun (enam puluh) ke atas, dimana lansia menurut UU tersebut dibagi kedalam Lansia Potensial dan Tidak Potensial. Lanjut Usia Potensial adalah warga lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/ atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan/ atau jasa. Secara yuridis formal, ketentuan untuk memenuhi hak lansia diatur dalam
Pasal 42 UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang menyatakan bahwa setiap warga negara yang berusia lanjut, cacat fisik, dan atau cacat mental berhak memperoleh perawatan, pendidikan, pelatihan, dan bantuan khusus atas biaya negara untuk menjamin kehidupan yang layak sesuai dengan martabat kemanusiaannya, meningkatkan rasa percaya diri, dan kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat.
Menurut Undang-Undang Nomor 13/1998, Pasal 6 (2 a dan b), sesuai dengan peran dan fungsinya, lanjut usia juga berkewajiban untuk :
Kurikulum dan Modul(pelatihan (pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
136
1. Membimbing dan memberi nasihat secara arif dan bijaksana berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya, terutama di lingkungan keluarganya dalam rangka menjaga martabat dan meningkatkan kesejahteraannya;
2. Mengamalkan dan mentransformasikan ilmu pengetahuan, keahlian, keterampilan, kemampuan dan pengalaman yang dimilikinya kepada generasi penerus.
3. Memberikan keteladanan dalam segala aspek kehidupan kepada generasi penerus.
Pemberdayaan lansia, terutama lansia potensial, merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan pemerintah dan masyarakat untuk mencapai sasaran dan target-target Millenium Development Goals (MDGs). Pihak berwenang dan terkait perlu memberikan perhatian khusus terhadap lansia, karena kelompok usia ini masih mempunyai potensi dan kemampuan yang signifikan untuk berkiprah. Potensi dan kemampuan lansia ini perlu diasah dan diberi penajaman agar sumbangsih mereka dapat lebih bermakna, menjadi menua aktif (Active Ageing). WHO (2002) telah mengembangkan konsep active ageing yang didefinisikan sebagai suatu proses optimalisasi peluang kesehatan, partisipasi dan keamanan untuk meningkatkan kualitas hidup di masa tua. Istilah tersebut bertujuan untuk menyampaikan pesan inklusif yang lebih luas, daripada sekedar istilah lansia sehat (healthy ageing) dengan mengakui faktor selain pelayanan kesehatan yang mempengaruhi bagaimana individu mengalami proses menua.
Penajaman dan peningkatan potensi mereka yang menua aktif (active ageing) ini dapat diwadahi melalui organisasi yang berada di Perguruan Tinggi, yang dinamakan SILVER COLLEGE. Silver Collge di IPB telah di launching tanggal 5 Juni 2010, berkaitan dengan peringatan Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) 2010 yang di saksikan oleh Pimpinan IPB dan Organisasi kelembagaan Lansia lainnya yang sudah lebih dahulu berkarya bagi lansia. Dalam perjalanannya seperti halnya kelembagaan peduli lansia lainnya. Selama 2 tahun terakhir, Silver College telah mengadakan penguatan eksistensinya baik kedalam maupun keluar IPB. Kedalam IPB,
kini telah disepakati kepengurusannya dengan melibatkan PPP-IPB,
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
137
WULAN-Agrianita dan keluar IPB S/7ver College telah berperan aktif
bergabung dengan Komnas Lansia, CAS-UI, LLI, Pepabri, PUSAKA, Emong Lansia, LLI, Senior Club Indonesia dan Institusi Pemerintah seperti BKKBN, Depsos, yang
notabene lembaga tersebut merupakan
Panitia aktif
peringatan HLUN dan HLUIN 2010, 2011 dan 2012.
Upaya mengakselerasi peran Silver College tersebut, dimungkinkan melalui Badan kerjasama Antar Perguruan Tinggi Bidang Pangan Gizi dan
Kesehatan (BKS-PGKM) yang memiliki pokja-pokja PGKM yang ada di Provinsi-provinsi sasaran Proyek CHN-3 (Dikti-IBRD, Loan 3550 IND).
Dibangun pada tahun 1997, pada awalnya untuk menjalin kerjasama berkesinambungan (sebagai jejaring) antar Perguruan Tinggi di Provinsi
mitra Proyek CHN-3, Dikti-IPB, dan sekarang telah meluas pada berbagai perguruan tinggi negeri (PTN) dan swasta (PTS) di penjuru Indonesia, antara
lain: Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Sulawesi
Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Papua dan Maluku, Kalteng, Sulut, Sumsel dan Jambi.
Oleh karena itu, dengan keberadaan pokja-pokja PGKM yang ada di provinsi sasaran proyek CHN-3 di penjuru Indonesia, berpotensi turut bersinergi dan memudahkan untuk bekerjasama dengan stakeholder dan
lembaga swasta untuk membantu mewujudkan lansia yang berdaya guna, sehat dan mandiri melalui Peran Perguruan Tinggi Dalam Memberi Kesempatan Kedua Active Ageing untuk Berkarya Melalui Silver College. Dan pada tahun 2012, difasilitasi oleh Komnas Lansia dan BKKBN, "Silver College" akan direplikasi ke daerah lokasi Pokja PGKM berada sebagai "Chapter Silver College".
Wadah penggiat Silver College dikembangkan dengan tujuan untuk:
1. Menyediakan wadah dalam bentuk pendidikan atau pelatihan BERKELANJUTAN (continuing education) agar warga lansia dapat terus bersemangat untuk berkarya dan memperkaya ilmu dan kemampuan dirinya.
2. Mempersiapkan lansia untuk menyumbang kegiatan dalam membangun dan memberdayakan keluarga, masyarakat dan negara dengan kegiatan-kegiatan yang dipelajari melalui Silver College.
Kurikulum dan ModuCPelatihan (Pra PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
138
3. Membangun suatu kelembagaan "kampus" yang dapat dipergunakan sebagai sarana dan media untuk komunikasi dan silaturahmi serta
meningkatkan derajat kesejahteraan para lansia.
Perguruan tinggi sudah diakui sebagai agent of change berbagai bidang keahlian, baik bidang teknologi, sosial, ekonomi, lingkungan, keagamaan, kesehatan dan bidang lainnya. Kepedulian perguruan tinggi untuk memunculkan potensi lansia dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan salah satunya melalui workshop. Workshop pemberdayaan lansia adalah gagasan yang muncul untuk memfasilitasi gagasan dan pemikiran para ahli/ pemerhati yang berkecimpung dalam pemberdayaan lansia.
Workshop ini sekaligus menjadi wadah untuk menampung ide dan gagasan yang terkait dengan
pemberdayaan
lansia dalam memberdayakan
masyarakat dan membangun negara pada kesempatan kedua (Second chance for the Old to Build the Nation and Community Empowerment). Saat
ini ajakan akan pentingnya peranan Perguruan Tinggi dalam Pemberdayaan Lansia Potensial telah bersambut dengan baik. "Silver College" diharapkan dapat menjadi model bagi pemberdayaan lansia potensial melalui peran Perguruan Tinggi.
Silver College yang diinisiasi dengan dukungan pada saat itu oleh
Yayasan Damandiri dan Senior Club kini telah direplikasi (Tabel 3) ke Jawa (Barat, Tengah dan Timur program tahun 2012 bersama BKKBN) serta 5 Provinsi (NTT, Maluku, Kalteng, Bali, Sulut program tahun 2012 bersama
Komnas Lansia) dilanjutkan 5 Provinsi lain (NTB, Sulteng, Jambi, Sulsel dan Papua, program tahun 2013 bersama Komnas Lansia).
Tabel 3. Daftar Perguruan Tinggi Chapter Silver College No 1
2
3 4
Nama Perguruan Tinggi
No
Universitas Nusa Cendana Cp:
[email protected]
20
Universitas Pattimura Cp:
[email protected]
21
Universitas Udayana Cp:
[email protected]
Universitas Negeri Manado Cp:
[email protected]
22 23
Nama Perguruan Tinggi Universitas Negeri Makassar Cp:
[email protected] Universitas Hassanudin Cp:
[email protected]
Universitas Airlangga Cp:
[email protected] Poltekes Jakarta Cp:
[email protected]
Kurikulum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
139
5
6 7
8 9 10 11
Poltekes Manado
Cp:
[email protected]
Universitas Palangkaraya Cp:
[email protected]
24
25
Univeritas Mataram Cp:
[email protected]
26
Poltekes Mataram
27
Universitas Tadulako
Cp:
[email protected] Universitas Jambi Cp:
[email protected]
Universitas Sriwijaya Cp:
[email protected]
Poltekes Malang Cp:
[email protected] Poltekes Medan
Cp:
[email protected]
Poltekes Bengkulu Cp:
[email protected]
Universitas Brawijaya Cp:
[email protected]
28
Universitas Samratulangi
29
UNKRIP Palangkaraya
30
Universitas NW Mataram
STAKN Palangkaraya
12
Poltekes Palembang
31
13
Universitas Cenderawasih Cp:
[email protected]
32
Universitas Indonesia Cp:
[email protected]
33
Universitas Batanghari
34
Stikes Harapan Ibu
35
Universitas Yapis Papua
14
15
16
Universitas Negeri Jakarta Cp:
[email protected]
Universitas Padjajaran Cp:
[email protected]
Palu
Universitas Pendidikan 17
Indonesia
36
Cp:
[email protected] 18
Universitas Pangeran Dipenogoro Cp:
[email protected]
19
Universitas Muhammadiyah
Universitas Ahmad Dahlan
cp:
[email protected];
Universitas Muhammadiyah 37
Semarang Cp:
[email protected]
Universitas Jendral Soedirman Cp:
[email protected]
Kedepannya diharapkan dapat menjadi jalan masuk (entry point) untuk dikembangkan U3A (University era Ketiga) Indonesia dengan belajar
dari negara-negara lain yang telah lebih dahulu memulainya. Contohnya: negara terdekat Malaysia dimotori oleh Universiti Putra Malaysia (UPM) dan
kini dikelola dengan baik oleh Asosiasi Alumni peserta U3A. Bagaimana dengan model U3A di Indonesia? Kita masih perlu banyak belajar, pengalaman perlu dijadikan pembelajaran yang memerlukan pendekatan ke pihak terkait terutama Kemendikbud (catatan: pendekatan awal telah dilakukan oleh Komnas lansia pada bulan April 2013 dan keberadaan Silver
KurikuCum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
140
College pernah dilaporkan kepada Wapres pada HLUN, 2011) yang diminta dukungannya untuk memperhatikan Hak-hak Lansia,
khususnya lansia
Potensial yang masih sehat dan aktif dan masih ingin berkarya dan mandiri
sebagai "Lansia Peduli" bukan Lansia yang dipedulikan (GNLP, 2011) C. Membangun Wawasan Pengembangan Ekonomi Produktif Dalam media pembelajaran BKL seri 7, BKKBN (2012b), sebelum memulai usaha , perlu dilakukan identifikasi dan inventarisasi potensi.
Apakah usaha yang dilakukan merupakan usaha lanjutan (sudah dilakukan oleh lansia sejak usia muda), atau usaha yang sama sekali baru (baru saja akan usaha saat lansia). Bagi usaha lanjutan, maka yang lebih diperlukan
oleh lansia adalah pendampingan usaha, misalnya meningkatkan kualitas
produk, pengemasan dan legalitas usaha dan juga kemitraan. Sedangkan bagi usaha baru, maka yang pertama kali diperlukan adalah perubahan "mindset".
Lansia
perlu
mengikuti
pelatihan
penumbuhan
jiwa
kewirausahaan terlebih dahulu. Langkah utama yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut: 1.
Identifikasi dan inventarisasi potensi
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengenali dan menginventarisasi
potensi lingkungan dari segi ekonomi (bahan baku, pengolahan dan
pemasarannya serta pesaing yang ada). Kemampuan tenaga yang akan dibutuhkan dalam
pengembangan kegiatan ekonomi, dan faktor
pendukung lain. Hasil identifikasi tersebut dijadikan dasar rencana
pembentukan kelompok, penetapan jenis usaha yang akan dilaksanakan oleh kelompok dan pemulihan sumber daya manusia yang cocok dengan
bidang pekerjaannya. Dalam pemilihan SDM yang khusus menangani kegiatan ekonomi produktif kelompok minimal memiliki kemampuan sebagai berikut:
a. Pernah melaksanakan kegiatan usaha ekonomi, maksudnya anggota
tersebut akan mengetahui kondisi dan mutu bahan, masalah
penyediaan bahan baku, perkembangan harga dan pusat penyediaan bahan baku.
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (produktif
141
b. Pernah
memproduksi
barang,
maksudnya
anggota
yang
bersangkutan mengetahui proses produksi, peningkatan kualitas dan
kesinambungan produksi serta perkembangan peralatan pendukung c. Pernah memasarkan produk, maksudnya anggota yang bersangkutan mengetahui arah pemasaran, jumlah dan mutu yang dibutuhkan, perkembangan harga serta tempat bahan baku, harga serta mutu.
d. Pernah
mengelola
suatu
usaha,
maksudnya
anggota
yang
bersangkutan mengetahui bagaimana cara atau arah mengelola suatu
usaha tersebut agar dapat berjalan dan memperoleh keuntungan (mengatur manajemen perusahaan). 2. Penetapan jenis usaha
Penetapan jenis usaha ini disesuaikan dengan kondisi lingkungan, potensi wilayah dan keterampilan dari anggota kelompok serta kebutuhan masyarakat akan produk yang akan dipasarkan.
Adapun alternatif jenis usaha
dibidang
ekonomi
produktif
berdasarkan usahanya terdiri dari:
a.
Usaha yang termasuk bidang usaha pertanian, antara lain:
1) Peternakan (termasuk ayam, jangkrik, ternak kambing dan sebagainya)
2) Perikanan (ikan hias, tambak dan kolam ikan)
3) Tanaman hias (bunga-bungaan, palem dan bonsai) 4) Tanaman pangan (tomat, cabe, jagung, sayuran dan buahbuhan) dan tanaman obat keluarga (TOGA) b. Usaha bidang industri kecil dan industri rumah tangga, antara lain adalah:
1) Kerajinan (perak, emas, kulit, kayu dan rotan) 2) Anyaman (anyaman bambu, rotan dan sebagainya) 3) Makanan kecil, minuman (kue jajan, minuman kemasan dan sebagainya)
4) Bahan bangunan/ meubelair (kursi, meja dan sebagainya) 5) Produk kreatif (kerajinan daur ulang sampah, pupuk cair dan Iain-Iain)
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
142
c. Usaha yang termasuk dalam bidang perdagangan dan jasa, antara lain:
1) Warung makanan, jajanan kebutuhan sehari-hari
2) Kios/ toko kelontong dan sembako (bensin dan sebagainya) 3) Penjaja makanan/ minuman 4)
Kios oleh-oleh makanan khas daerah
5) Warpos
6) Kios pulsa telepon 7) Kios kerajinan ringan/ souvenir 8) Warnet
3. Pertimbangan Jenis Usaha yang Akan Dikembangkan Agar kita dapat melakukan usaha tersebut dan memperoleh keuntungan, pertimbangan yang kita periukan dalam penetapan jenis usaha antara lain adalah:
a. Sesuaikan dengan minat dan kemampuan kelompok/ anggota Jenis usaha yang dipilih mempertimbangkan keinginan dan kemampuan yang dimiliki oleh para anggota kelompok, dengan demikian proses produksi dan produk yang dihasilkan akan berkualitas
b. Ada yang bisa mengerjakan/ ada pensiunan tenaga terampil Jenis usaha yang dikembangkan sesuai dengan keterampilan anggota kelompok atau setidak-tidaknya ada sebagian kelompok terampil dibidang usaha yang akan dikembangkan
c. Ada bahan bakunya/ bahan baku mudah didapat dan tersedia di lingkungan sekitar
Bahan baku yang akan diolah untuk proses produksi mudah didapat
di lingkungannya dengan harga yang murah, agar ongkos produksi dapat relatif rendah sehingga nilai jual produk dapat bersaing d. Peralatan untuk mengerjakan mudah didapat
Teknologi yang dipakai adalah teknologi tepat guna yang peralatannya
mudah
didapat
dan
mudah
untuk
dilakukan
pemeliharaan
KurikuCum dan Modul(Pelatihan
143
e.
Ada yang membina
Sebaiknya kelompok mempunyai pembina apakah dari instansi
pemerintah, swasta, LSM atau pembina yang bersifat individual
namun profesional dan peduli terhadap perkembangan kelompok lansia.
f.
Ada kesiapan dana kegiatan usaha
Sebelum melaksanakan kegiatan usaha, sebaiknya kelompok telah menyiapkan dana untuk modal awal kegiatan usaha
g. Hasil usaha dibutuhkan banyak orang sesuai dengan permintaan pasar
Produk kelompok laku dijual, maka jenis usaha disesuaikan dengan
kebutuhan serta kemampuan masyarakat dan harga produk dapat bersaing dengan produk lainnya. h.
Proses produksi tidak terlalu lama dan tidak sulit
Dalam menetapkan jenis usaha kelompok dapat dipilih yang proses produksinya cepat agar perputaran modal juga cepat. Dengan perputaran modal cepat maka keuntungan akan dapat berlipat. i.
Memberikan keuntungan dengan cepat
Keuntungan yang tidak besar dan harga relatif murah, maka omset
penjualan akan berkembang dan keuntungan pun berkembang pula. j.
Hindari kegagalan
Untuk tahap pertama
harus betul-betul diperhitungkan tentang
kesulitan-kesulitan mulai dari proses produksi sampai dengan pemasaran, untuk hal ini diperlukan keuletan dan ketangguhan dan
perhitungan yang tepat dalam melaksanakan kegiatan usaha. k. Penjualan dibayar tunai
Mengingat modal kegiatan usaha relatif kecil diupayakan setiap transaksi kegiatan usaha dibayar tunai, karena proses produksi dapat terganggu apabila modal usaha dalam bentuk piutang.
Setelah melakukan usaha, selanjutnya perlu juga diberikan dipahami pehyebab dan risiko serta cara mengurangi risiko dan meningkatkan kreativitas berusaha serta cara penggalangan modal kerja usaha (misal kemitraan dengan Bank) serta pelatihan pembinaan karir pada kesempatan kedua.
KurikuCum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
144
VII.
REFERENSI
Abikusno. N. 2013. Penduduk usia lanjut Kebijakan Ramah lansia dan Nutrisi
Menuju Tua yang Sehat, Mandiri, Produktif dan Berkualitas. The Dancing Leader 2.0. Jalan Cerdas menuju Sehat. Penerbit Buku Kompas. Editor Jusuf Sutanto. Hal 241-248.
Adioetomo, SM dan LM.Cicih. 2009. Indonesia's Demographic Dividend and
Ageing : The need for further research. Symposium on Global Ageing and the Development of Education and Research in Gerontology - Geriatric. CHRUI. Depok.
Almitsar.
H. 2007.
Penduduk
Kesejahteraan nya.
Lanjut Usia
Kementrian
di Indonesia dan
Koordinator
Kesejahteraan
Masalah
Rakyat.
http://www.depsos.go.id.
Anonymous.2011. Active Ageing. Apa yang dimaksud. Majalah Lansia. Edisi 08, Tahun 05. 2011.
Aswatini. 2011.
Orasi pengukuhan sebagai profesor riset Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI), Rabu (21/12/2011), di Jakarta. BPS. 2010. Statistik Penduduk Lanjut Usia 2010. Badan Pusat Statistik, Jakarta
GNLP. 2011. Pedoman Gerakan Nasional Lanjut Usia Peduli. Jakarta. Kompas.com.
2010.
Indonesia
diperkirakan
mencapai
puncak
"bonus
demografi" pada tahun 2017 sampai 2019.
Komisi Nasional Lanjut Usia, 2010. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009. Jakarta.
Kusharto CM dan P. Muljono. 2010. Optimalisasi Posyandu dan Posdaya dalam Upaya
Perbaikan
Gizi
Masyarakat
dalam
Buku
Pemberdayaan
Masyarakat dan Keluarga. Hal 120 - 144. Editor: Ahmad Sulaeman, Titik
Sumarti, Diah Krisnatuti. Fema-IPB. IPB Press. Bogor. .
2012.
Lansia
Kesempatan
Kedua
Berkarya
dalam
Pemberdayaan Keluarga dan Masyarakat. Paper disampaikan dalam Seminar Peringatan Harii Kesehatan Sedunia. 17 April, 2012. Auditorium G.A. Siwabessy. Gedung Prof. Dr. Suyudi, Lantai 2. Kementerian Kesehatan R.I., Jakarta.
.2013. Kesempatan Kedua "Active Ageing" Berkarya Dalam
Pemberdayaan Keluarga, Masyarakat Untuk Negara. The Dancing Leader
KurikuCum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
145
2.0. Jalan Cerdas menuju Sehat. Penerbit Buku Kompas. Editor Jusuf Sutanto. Hal 249-259.
Mjljono P, Y. Bachtiar, Mintarti, P.Dewi. 2011. 101 Cara Mengenai Posdaya. P2SDM IPB. IPB Press. Bogor. Suyono, H. dan R. Haryanto. 2009.
Buku Pedoman Pembentukan dan
Pengembangan Pos Pemberdayaan Keluarga: Posdaya. Jakarta: Balai Pustaka.
Yuhetty, H. 2010. Peran Pendidikan dalam Menyiapkan Lanjut Usia Potensial untuk Pembangunan Bangsa. Disampaikan pada Pertemuan Nasional
Penguatan Kelembagaan Sosial Lansia dan Sosialisasi Permendagri no.60 tahun 2008. Bali 29 September 2010.
Uhited Nation. 2001. Population Ageing. New York.
WHO.
2002.
Active
Ageing:
A
Policy
Framework.
Geneva
(http://whalibdoc.who.int/ha/2002/WHO NMH NPH 02.8.pdf.accessed 26
June 2007)
KurikuCum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
146
MODUL MATERI INTI 8
LANGKAH-LANGKAH MENUJU SUKSES BERWIRAUSAHA DAN SUCCESS STORY
I.
DESKRIPSI SINGKAT
Dalam mempersiapkan diri untuk menuju sukses berwirausaha, dibutuhkan suatu pemahaman untuk dapat meraih kesuksesan dalam
pengembangan usaha, baik pemahaman kebutuhan, motivasi, kepercayaan diri, dan langkah-langkah sukses lainnya. Materi ini akan membahas mengenai teori kebutuhan Maslow dan sifat yang perlu dimiliki seorang wirausaha, motivasi usaha, kepercayaan diri, upaya menuju sukses dan pembuatan keputusan usaha/bisnis.
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu mempelajari langkahlangkah menuju sukses berwirausaha
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu:
• Menjelaskan teori kebutuhan Maslow dan sifat yang perlu dimiliki seorang wirausaha
• Menjelaskan motivasi usaha
• Menjelaskan kepercayaan diri • Menjelaskan upaya menuju sukses
• Menjelaskan pembuatan keputusan usaha/bisnis III. POKOK BAHASAN/ SUB POKOK BAHASAN
• Teori Kebutuhan Maslow dan Sifat yang Perlu Dimiliki Seorang Wirausaha •
Motivasi Usaha
KurikuCum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (produktif
147
• Kepercayaan Diri
• Upaya Menuju Sukses • Pembuatan Keputusan Usaha/Bisnis
IV. B AHAN BELAJAR
• Handout materi Langkah-Langkah Menuju Sukses Berwirausaha
V.
LANGKAH-LANGKAH
Langkah 1. Pengkondisian (10 menit) •
Fasilitator memperkenalkan diri
•
Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran, metode yang digunakan dan pentingnya materi ini dalam pelatihan persiapan pensiun
•
Fasilitator
memberi
kesempatan
kepada
peserta
yang
sudah
mempersiapkan diri untuk menyampaikan rencananya dalam menjalani pensiun
•
Peserta lain diminta untuk memberi tanggapan
Langkah 2. Teori Kebutuhan Maslow dan Sifat yang Perlu Dimiliki Seorang Wirausaha (10 menit)
•
Fasilitator menjelaskan teori Maslow (hirarki Kebutuhan), kesempatan mengaktualisasikan diri, mengembangkan potensi dalam dirinya menjadi kemampuan nyata.
•
Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab
Langkah 3. Motivasi Usaha (5 menit)
•
Fasilitator menjelaskan
pengertian
motivasi
usaha dan proses
pembelajaran/pengembangan diri
•
Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab
Langkah 4 Kepercayaan Diri (5 menit)
•
Fasilitator menjelaskan kepercayaan diri yang relatif antar individu dan kepercayaan diri yang dinamis dari waktu ke waktu
KurikuCum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
148
•
Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab
Langkah 5. Upaya Menuju Sukses (5 menit)
•
Fasilitator menjelaskan tips yang harus diperhatikan dan dijalankan dalam usaha untuk mencapai keberhasilan dalam usaha
•
Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab
Langkah 6. Pembuatan Keputusan Usaha/Bisnis (10 menit)
•
Fasilitator
menjelaskan
bagaimana
cara
pembuatan
keputusan
usaha/bisnis
•
Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab
Langkah 7. Penugasan (45 menit) dan Success Story (90 menit)
VI. UR AIAN MATERI
Menjadi seorang wirausaha adalah pilihan banyak orang saat ini karena mungkin sulitnya mencari kerja dan kesadaran banyak orang mulai muncul untuk menjadi orang yang mandiri. Setiap orang pasti memiliki rencana dalam hidupnya. Salah satunya, tentang bagaimana ia akan menikmati hari tua kelak. Alternatif yang bisa dipilih? Dengan mengumpulkan cukup simpanan dana pensiun
atau
memiliki
usaha
sendiri
yang
cukup
menghidupi.
Namun
adakalanya, tidak perlu menunggu hari tua untuk memulai usaha sendiri. Beberapa orang memutuskan untuk memiliki usaha sendiri ketika masih di usia produktif. Untuk menjadi wirausaha yang berhasil, persyaratan utama yang harus dimiliki adalah memiliki jiwa dan watak kewirausahaan. Jiwa dan watak kewirausahaan tersebut dipengaruhi oleh keterampilan,
kemampuan atau
kompetensi.
pengetahuan
Kompetensi
itu
sendiri
ditentukan
oleh
dan
pengalaman usaha. Seseorang wirausaha adalah seseorang yang memiliki jiwa dan kemampuan tertentu dalam berkreasi dan berinovasi. la adalah seseorang
yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different) atau kemampuan kreatif dan inovatif.
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
149
Kemampuan kreatif dan inovatif tersebut secara riil tercermin dalam kemampuan dein kemauan untuk memulai usaha (start up), kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang baru (creative), kemauan dan kemampuan untuk mencari peluang
(opportunity), kemampuan dan keberanian untuk menanggung risiko (risk bearing) dan kemampuan untuk mengembangkan ide dan meramu sumber daya.
Jiwa wirausaha terkait erat dengan usaha memperbaiki kualitas diri
sendiri dan kehidupan rohani, agar kita mampu menjadi personifikasi yang dapat dibercaya dan dihormati karena memiliki standar moral tinggi. Keunikan atau kualitas produk atau jasa maupun kecanggihan pola pemasaran bukan faktor utama produk atau jasa yang kita tawarkan diterima dengan baik. Sebab sukses
dalam berwirausaha erat kaitannya dengan kemampuan meraih kepercayaan banyak orang, yang membuat konsumen tidak pernah ragu untuk membeli prbduk atau memakai jasa yang kita tawarkan.
Menumbuhkan jiwa kewirausahaan ini juga mencakup kemauan
menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh dengan selalu memenuhi kebutuhan gizi tubuh, cukup berolahraga, minum, dan istirahat. Sebab pada fase awal berwirausaha itu membutuhkan tingkat energi tinggi, ketahanan mental, dan motivasi yang besar, sehingga sangat membutuhkan kebugaran fisik. Selain itu
meningkatkan kemampuan berkomunikasi, meningkatkan daya kreativitas,
m£nguasai seluruh kemampuan berwirausaha, mulai dari pola pikir, kehiampuan, karakter serta pengetahuan wirausaha itu sendiri adalah bagian penting dalam menumbuhkan jiwa wirausaha.
Belajar dari orang-orang yang lebih dahulu sukses, atau menjadikan orang-orang yang sudah sukses menjadi pemandu usaha yang akan dijalankan. Hal ini penting dilakukan seorang pelaku usaha dalam upaya mencapai sukses.
Karena kisah-kisah sukses para pengusaha yang telah berhasil, memberikan banyak info penting seperti informasi mengenai jenis wirausaha apa yang sedang menjadi tren di tengah masyarakat atau juga mengenai beberapa jenis wirausaha yang akan berkembang dalam beberapa waktu mendatang, memberikan beberapa gambaran bisnis yang sudah dijalankan oleh beberapa pengusaha. Sehingga hal ini bisa memberikan sebuah gambaran yang lebih mendalam bagi mereka yang hendak masuk ke dunia wirausaha.
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (Purna6aktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
150
Menilik pengalaman Bob Sadino yang kini telah menjadi pebisnis sukses dan terkenal di Indonesia, dahulu ia memiliki usaha secara door to door dalam
menjual telur dan ayam. Banyak rintangan dan cemoohan orang, namun hal tersebut justru dijadikan penyemangat. Contoh lainnya pemilik PT. H.M. Sampoerna, Lion Seeng dan istrinya dahulu bersusah payah merintis usaha tembakaunya dari bawah dengan membuka kios rokok kecil di pinggir jalan.
Namun seiring waktu kerja keras dan ketekunan mereka terbayar dengan berkembangnya jaringan bisnis hingga ke manca negara. Hal ini dapat diartikan bahwa dalam cara mengembangkan usaha, modal bukanlah menjadi faktor kesuksesan yang utama.
Banyak hal yang patut diketahui dan dipahami oleh para pelaku usaha pemula agar dapat meraih kesuksesan dalam pengembangan usahanya. Para pelaku usaha perlu terus menambah dan mengembangkan pengetahuan dalam menjalankan usahanya agar dapat mewujudkan impiannya untuk menjadi pengusaha sukses, yaitu dengan mengikuti pelatihan yang menyajikan berbagai materi terkait dengan bagaimana seorang pelaku usaha mencapai kesuksesan. Melalui pelatihan tersebut dapat menumbuhkan atau meningkatkan motivasi usaha, meningkatkan kepercayaan diri dalam menjalankan usaha, mengetahui tentang langkah-langkah menuju sukses, mengetahui cara mengambil keputusan usaha/ bisnis.
A. TEORI KEBUTUHAN MASLOW DAN SIFAT YANG PERLU DIMILIKI SEORANG WIRAUSAHA
1.
Teori Motivasi Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow
Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik. Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima
dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentang Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan). Kehidupan keluarganya dan pengalaman hidupnya memberi pengaruh atas gagasan gagasan psikologisnya. Setelah Perang Dunia ke II, Maslow mulai
mempertanyakan bagaimana para psikolog sebelumnya tentang pikiran
Kurikjilum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (produktif
151
manusia. Walau tidak menyangkal sepenuhnya, namun ia memiliki gagasan sendiri untuk mengerti jalan pikir manusia.
Psikolog humanis percaya bahwa setiap orang memiliki keinginan yang kuat untuk merealisasikan potensi potensi dalam dirinya, untuk mencapai tingkatan aktualisasi diri. Untuk membuktikan bahwa manusia
tidak hanya bereaksi terhadap situasi yang terjadi di sekelilingnya, tapi untuk mencapai sesuatu yang lebih, Maslow mempelajari seseorang dengan keadaan mental yang sehat, dibanding mempelajari seseorang dengan masalah kesehatan mental. Hal ini menggambarkan bahwa manusia baru dapat mengalami "puncak pengalamannya" saat manusia tersebut selaras
dengan dirinya maupun sekitarnya. Dalam pandangan Maslow, manusia
yang mengaktualisasikan dirinya, dapat memiliki banyak puncak dari
pengalaman dibanding manusia yang kurang mengaktualisasi dirinya. 2. Hirarki Kebutuhan Abraham Harold Maslow
Interpretasi dari hirarki kebutuhan Maslow yang direpresentasikan dalam bentuk piramida dengan kebutuhan yang lebih mendasar ada di bagian paling bawah. Maslow menggunakan piramida sebagai peraga untuk memvisualisasi gagasannya mengenai teori hirarki kebutuhan. Menurut Maslow,
manusia
termotivasi
untuk
memenuhi
kebutuhan-kebutuhan
hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/ fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Hirarki kebutuhan tersebut adalah :
a.
Kebutuhan fisiologis, misalnya rasa lapar, haus, tempat berteduh, seks, tidur, oksigen, dan kebutuhan jasmani lainnya.
b.
Kebutuhan akan rasa aman, diantaranya mencakup keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik dan emosional.
c.
Kebutuhan sosial, mencakup kebutuhan akan rasa memiliki dan dimiliki, kasih sayang, diterima baik, dan persahabatan.
d.
Kebutuhan akan penghargaan, mencakup faktor penghormatan internal seperti harga diri, otonomi, dan prestasi serta faktor eksternal seperti status, pengakuan, dan perhatian.
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (Purna6aCtiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
152
e.
Kebutuhan akan aktualisasi diri, mencakup hasrat untuk makin menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya.
Pada perkembangannya, teori ini juga mendapatkan kritik. Hal ini
dikarenakan adanya sebuah loncatan pada piramida kebutuhan Maslow yang paling tinggi, yaitu kebutuhan mencapai aktualisasi diri. Kebutuhan itu
sama sekali berbeda dengan keempat kebutuhan lainnya, yang secara logika mudah dimengerti. Seakan-akan ada missing link antara piramida ke
empat dengan puncak piramida. Seolah-olah terjadi lompatan logika. 3.
Sifat-sifat yang perlu di miliki wirausaha adalah : a.
Percaya diri
Seorang wirausahawan harus memiliki sifat pribadi yang mantap dan tidak mudah terombang-ambing oleh pendapat orang lain.
Emosionalnya bisa dikatakan sudah stabil, tidak mudah
tersinggung dan naik pitam. Kepercayaan diri akan mempengaruhi gagasan,
karsa,
semangat
inisiatif,
kerja,
kreativitas,
kegairahan
berkarya,
mempertimbangkannya secara kritis. bisnis
adalah
untuk
memahami
keberanian,
diri
ketekunan,
tetapi
dia
Kunci keberhasilan dalam sendiri.
Oleh
karena
itu
wirausaha yang sukses adalah wirausaha yang mandiri dan percaya diri yang sehat jasmani dan rohaninya. b.
Berorientasi pada tugas dan hasil
Seorang wirausahawan harus konsisten terhadap usaha yang dijalaninya dan tentu saja sudah mempertimbangkan matangmatang tentang hasil yang akan diperoleh nantinya. Seseorang yang
selalu mengutamakan tugas dan hasil, adalah orang yang selalu mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba,
ketekunan dan kerja keras. Dalam kewirausahaan peluang hanya diperoleh apabila ada inisiatif. Perilaku inisiatif biasanya diperoleh melalui
pelatihan
dan
pengalaman
bertahun-tahun
dan
pengembangannya diperoleh dengan cara disiplin diri, berpikir kritis, tanggap, bergairah dan semangat berprestasi.
Kurikidum dan Modul(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
153
c.
Keberanian mengambil risiko
Wirausaha adalah orang yang lebih menyukai usaha-usaha
yang lebih menantang untuk mencapai kesuksesan atau kegagalan daripada usaha yang kurang menantang. Wirausaha menghindari situasi risiko yang rendah karena tidak ada tantangan dan menjauhi situasi risiko yang tinggi karena ingin berhasil. Pada situasi ini seorang wirausahawan dalam menghadapi suatu masalah harus
dengan penuh perhitungan dan pertimbangan. d.
Kepemimpinan
Setiap manusia mempunyai jiwa kepemimpinan. Sifat ini
harus di-miliki seorang wirausahawan, karena yang akan ia bangun nantinya adalah lapangan pekerjaan, sifat ini sangat cocok untuk memanage lapangan pekerjaan yang dibangun agar menjadi solid. Seorang wirausaha harus memiliki sifat kepemimpinan, kepeloporan, keteladanan. la selalu menampilkan produk dan jasa-jasa baru dan berbeda sehingga ia menjadi pelopor baik dalam proses produksi maupun pemasaran. Dan selalu memanfaatkan perbedaan sebagai suatu yang menambah nilai serta seorang pemimpin juga harus mau menerima kritik dan saran dari bawahan, ia harus memiliki sifat responsif. e. Keorisinilan: kreativitas dan Inovasi
Yang dimaksud orisinil dalam berwirausaha adalah sifat yang inovatif, artinya seorang pengusaha harus bisa memunculkan ide-ide
baru untuk usaha yang akan dijalaninya.Ciri-ciri wirausaha yang inovatif yaitu tidak pernah puas dengan cara-cara yang dilakukan saat ini, selalu menuangkan imajinasi dalam pekerjaannya dan selalu ingin tampil berbeda atau selalu memanfaatkan perbedaan. f.
Berorientasi ke masa depan
Seorang pengusaha tentunya sudah mempunyai strategi dan langkah-langkah tertentu untuk mencapai kesuksesan. Harus dapat melihat sudut pandang terhadap usaha yang ia jalani, dan mempunyai gambaran terhadap prospek akan usaha yang ia jalani kedepannya. Wirausaha harus memiliki perspektif dan pandangan
KurikuCum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
154
ke masa depan karena sebuah usaha tidak mungkin hanya berdiri
untuk sementara waktu tapi suatu usaha didirikan untuk selamanya, kuncinya adalah dengan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dari yang ada sekarang.
B. MOTIVASI USAHA
1.
Pengertian Motivasi
Motivasi adalah suatu dorongan dari dalam diri seseorang yang mendorong orang tersebut untuk melakukan sesuatu, termasuk menjadi young entrepreneur (Sarosa, 2005). Kebanyakan orang yang berhasil di
dunia ini mempunyai motivasi yang kuat yang mendorong tindakan-tindakan
mereka. Mereka mengetahui dengan baik apa yang menjadi motivasinya dan memelihara motivasi tersebut dalam setiap tindakannya.
Motivasi dalam kewirausahaan meliputi motivasi yang diarahkan untuk
mencapai tujuan kewirausahan, seperti tujuan yang melibatkan pengenalan dan eksploitasi terhadap peluang bisnis (Baum dkk, 2007). Motivasi untuk
mengembangkan usaha baru diperlukan bukan hanya oleh rasa percaya diri dalam hal kemampuannya untuk berhasil, namun juga oleh kemampuannya dalam mengakses informasi mengenai peluang kewirausahaan. Dalam istilah yang lebih sempit, teori expectancy mengungkapkan bahwa informasi
yang spesifik dan periodik mengenai peluang kewirausahaan mungkin meningkatkan
harapan
individu
bahwa
upaya
kewirausahaan
akan
memberikan hasil, dengan demikian akan meningkatkan motivasi.
Terdapat lima kategori teori motivasi yaitu : a. Kebutuhan (needs),
b. Penguatan (reinforcement), c. Keadilan (equity),
d. Harapan (expectancy), dan e. Tujuan (goal).
Dari kelima teori tersebut maka teori harapan (expectancy) dan teori tujuan (goal) merupakan model teori yang paling berguna dalam memahami
motivasi
kewirausahaan.
Dalam
teori
harapan
(expectancy) tersedia
KurikuCum dan ModuC(PeCatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
155
kerangka kerja untuk memahami mengapa dan bagaimana beberapa orang memilih
untuk
menjadi
wirausahawan
dan
mengungkapkan
bahwa
serangkaian outcome dari wirusahawan adalah lebih kompleks dan sebagian lainnya memiliki kemungkinan lebih kecil dibandingkan dengan yang lain. Dalam menjelaskan relevansi teori harapan (expectancy) maka diungkapkan bahwa wirausahawan mungkin saja tertarik pada situasi ketidakpastian yang tinggi atau dapat membuat pilihan ketika mereka
menghadapi pilihan yang meragukan, karena jika dibandingkan dengan pra menejer pada bisnis yang telah mapan, maka wirausahawan lebih toleran
dengan ketidakpastian. Sedangkan proposisi mendasar dari teori goal adalah bahwa tujuan yang menantang secara khusus (memberikan
komitmen,
umpan
balik,
dan
pengetahuan
yang
memadai)
akan
menghasilkan kinerja yang tinggi. Dengan demikian, teori tujuan (goal) menawarkan penjelasan yang lebih bersifat langsung dengan motivasi
kewirausahan dibandingkan dengan teori harapan (expectancy), yang mengungkapkan bahwa wirausahawan menyusun tujuan kewirausahan yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang-orang yang tidak memulai usaha.
Goal theory merupakan teori yang dapat diuji dalam memprediksi
kinerja kewirausahaan. Dalam hal ini, wirausahawan yang memiliki tujuan yang lebih tinggi akan memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk menjadikan organisasi lebih mampu bertahan dan mampu tumbuh lebih
besar dibandingkan dengan wirausahawan yang memiliki tujuan yang lebih rendah.
2. Proses Pembelajaran dan Pengembangan Usaha
Melakukan suatu usaha adalah sebuah sarana pembelajaran. Belajar tentang bagaimana berhubungan dengan banyak orang,
bagaimana
meningkatkan mutu, bagaimana tetap bertahan, bagaimana memperlakukan karyawan dengan baik, dan banyak lain hal lainnya. Salah satu tokoh pebisnis pernah menyarankan saat kita akan
menjalankan usaha, niatkanlah bisnis sebagai sarana pembelajaran tidak hanya sebagai sarana mencari uang. Banyak ilmu yang diperoleh melalui pembelajaran
karena dengan
ilmu semua
hal
akan terasa mudah.
Kurikulum dan ModulPelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
156
Sebaliknya tanpa ilmu maka suatu usaha akan terasa sangat berat, semua kendala dianggap berat.
Saat kita menjalani masa-masa awal berwirausaha, tentu pernah mengalami
kegagalan dan kesalahan. Kegagalan dan kesalahan tersebut
harus dijadikan suatu pembelajaran yang berarti bagi kelanjutan usaha yang dijalankan. Dari suatu kegagalan kita dapat memperoleh pelajaran-pelajaran yang berharga, minimal
jadi tahu hal-hal apa yang sebaiknya tidak
dilakukan. Insting bisnis seorang pelaku usaha juga akan makin terasa untuk
membedakan mana usaha yang prospeknya bagus dan mana yang tidak. Hal-hal ini akan membantu seorang pelaku usaha untuk mencapai keberhasilan di masa yang akan datang. Kegagalan seringkali membuat orang berhenti di tengah jalan. Hal ini sangat disayangkan karena bisa jadi mereka akan berhasil di usaha yang berikutnya. Dengan berhenti di tengah jalan berarti mereka menutup peluang keberhasilan yang bisa jadi sudah cukup dekat. Karena seorang pelaku usaha harus memiliki sikap pantang menyerah. Bila usaha belum berhasil, beranilah untuk mencoba lagi.
Jika kegagalan dijadikan suatu pembelajaran, maka keberuntungan juga sangat penting untuk dijadikan pembelajaran. Sebagai contoh apabila dalam waktu seketika,
pelaku usaha memperoleh keuntungan melimpah,
maka itupun harus dijadikan bahan pembelajaran agar dapat dilakukan terus perbaikan-perbaikan usaha yang dijalankan. Menjadikan bisnis sebagai sarana belajar jugas sebagai salah satu antisipasi agar pada saat gagal seorang pelaku usaha tidak langsung segera mundur. Justru hal tersebut semakin memacu.
Pengembangan Usaha; Usaha pastinya ingin berkembang positif dan beranak-pinak serta memberi manfaat bagi banyak orang. Berikut langkah-langkah yang dapat dilakukan bagi pelaku usaha pemula untuk mengembangkan usahanya dan mencapai keberhasilan : a.
Miliki keyakinan terhadap ide; dengan keyakinan yang mantap akan ide
atau gagasan dalam usaha yang dijalankan, maka akan dimiliki visi bisnis yang lebih jelas di masa depan guna mengembangkan bisnis b.
Buatlah konsep bisnis yang sederhana; dengan kemampuan khusus yang dimiliki pikirkan konsep bisnis yang sederhana
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra PumaBaktiyangSehat, Mandiri dan (Produktif
157
c.
Miliki sebuah passion/ minat dalam usaha; dalam mengembangkan suatu usaha, pelaku bisnis harus memiliki konsistensi yang stabil. Seorang pelaku bisnis dengan minat yang baik biasanya akan lebih
cepat berkembang dan sukses karena passion yang dimiliki seseorang akan secara alami mendorong orang tersebut untuk selalu termotivasi
dan tergerak untuk mengembangkan usahanya d.
Jangan berhenti untuk belajar hal baru; saat usaha dirasakan telah
berkembang sebaiknya jangan merasa cepat puas, sebaiknya tetap mengembangkan diri dengan mempelajari hal-hal yang baru. Tetap
pelajari minat konsumen, trend pasar, dan carilah informasi ke berbagai sumber sehingga dapat diperoleh ide baru guna melakukan inovasi-
inovasi produk yang semakin menguntungkan bagi usaha yang sedang dijalankan.
e.
Selalu aktif berpromosi; cara mengembangkan usaha yang selalu jitu adalah dengan selalu aktif mempromosikan dan mensosialisasikan
produk
anda,
seperti
memasang
iklan,
menggunakan
brosur,
memanfaatkan internet marketing, dan menjaring pasar yang lebih luas. KEPERCAYAAN DIRI
Kepercayaan diri seseorang temyata mempengaruhi kesuksesan yang mereka dapatkan. Bahkan banyak orang yang berpendapat bahwa percaya diri menjadi salah satu modal utama untuk meraih sebuah
kesuksesan. Tanpa adanya rasa percaya diri, seseorang cenderung takut untuk melangkah dan mudah menyerah dengan segala masalah yang mereka hadapi.
Begitu juga dalam menjalankan sebuah usaha, sikap percaya diri tentunya dibutuhkan para pelaku usaha untuk mewujudkan target kerja yang
telah mereka tentukan. Dengan modal rasa percaya diri yang tinggi, seorang pelaku usaha berani menentukan target kerja yang rasional dan berani
mengambil
risiko besar untuk medapatkan
keuntungan yang lebih
menjanjikan.
Kurikulum dan Modul(pelatihan (pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (produktif
158
Meredith et al.. (2002), mengemukakan nilai hakiki penting dari
wirausaha adalah percaya diri (self confidence). Merupakan paduan sikap dan keyakinan seseorang dalam menghadapi tugas atau pekerjaan, yang bersifat internal, sangat relatif dan dinamis dan banyak ditentukan oleh kemampuannya untuk memulai, melaksanakan dan menyelesaikan suatu pekerjaan. Kepercayaan diri akan mempengaruhi gagasan, karsa, inisiatif, kreativitas, keberanian, ketekunan, semangat kerja, kegairahan berkarya. Kunci keberhasilan dalam bisnis adalah untuk memahami diri sendiri. Oleh
karena itu wirausaha yang sukses adalah wirausaha yang mandiri dan percaya diri.
Menurut Suryana (2003), orang-orang yang memiliki jiwa dan sikap kewirausahaan yaitu percaya diri (yakin, optimis dan penuh komitmen), percaya diri dalam menentukan sesuatu, percaya diri dalam menjalankan sesuatu, percaya diri bahwa kita dapat mengatasi berbagai risiko yang dihadapi merupakan faktor yang mendasar yang harus dimiliki oleh wirausaha. Seseorang yang memiliki jiwa wirausaha merasa yakin bahwa apa-apa yang diperbuatnya akan berhasil walaupun akan menghadapi berbagai rintangan. Tidak selalu dihantui rasa takut akan kegagalan sehingga membuat dirinya optimis untuk terus maju.
Membangun kepercayaan diri tidak mudah, namun pada dasarnya ada beberapa langkah sederhana yang dapat dipraktikkan oleh para pelaku usaha untuk meningkatkan rasa percaya dirinya.
Berikut beberapa tips
untuk meningkatkan rasa percaya diri yaitu :
• Pertama, mulailah dengan bergaul di lingkungan yang cukup positif.
Lingkungan dimana Anda berada memang memberikan pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan diri Anda. Ketika Anda banyak bergaul dengan orang-orang yang pesimis, mudah menyerah, dan cenderung minder, maka secara tidak langsung perilaku dan sikap Anda akan mengikuti lingkungan tersebut. Dan begitu juga sebaliknya, bila Anda berada di lingkungan positif yang mayoritas anggotanya memiliki kepercayaan diri cukup besar, selalu bersemangat, pantang menyerah dan selalu optimis dalam menghadapi segala tantangan, tentunya diri
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
159
Anda juga akan terbangun menjadi pribadi tangguh dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi.
• Kedua, persiapkan segala hal secara matang. Terkadang seorang pelaku usaha merasa minder dan pesimis dengan hasil kerja yang akan mereka
raih, karena mereka tidak menyiapkan segalanya secara matang. Apabila mereka terbiasa melakukan persiapan dengan baik, maka kualitas produk
maupun jasa yang dihasilkan tidak akan mengecewakan para pelanggan, sehingga sedikit demi sedikit kepercayaan diri pengusaha akan mulai
tumbuh dan bisa berkembang baik apabila konsumen semakin senang dengan pelayanan yang mereka berikan.
• Ketiga, tingkatkan motivasi diri dengan mengingat kesuksesan yang telah Anda raih. Ketika kepercayaan diri Anda mulai pudar, maka pompalah semangat Anda dengan mengingat kembali kesuksesan-
kesuksesan yang telah dicapai. Dengan begitu, semangat pelaku usaha
bisa kembali membara dan semakin berusaha mewujudkan impian mereka yang tentunya lebih besar dari kesuksesan sebelumnya. Ingat, keberhasilan yang telah Anda raih adalah hasil kerja keras dari skill serta pengetahuan yang Anda miliki. Jadi, jangan minder dan memandang diri Anda rendah dengan kemampuan yang ada dalam diri Anda. Karena
sebenarnya Andalah salah satu orang hebat yang berjasa bagi perkembangan bisnis Anda.
Dengan menumbuhkan kepercayaan diri dalam menjalankan sebuah
usaha, tidak menutup kemungkinan bila bisnis Anda bisa berkembang semakin besar dan memberikan keuntungan yang menjanjikan setiap bulannya.
D.
UPAYA MENUJU SUKSES
Menjadi
wirausahawan
tidak
mudah.
Olah
karena
itu, untuk
menghadapi saat-saat sulit dalam berwirausaha atau saat semangat berwirausaha
turun,
alangkah
wirausahawan yang sukses,
baiknya
jika
mendengar
nasihat para ekonom, atau
nasihat
kalangan
cendekiawan lainnya.
Kurikulum dan Modul(pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
160
Semua orang tentu ingin menjadi seorang yang sukses di dalam
bidang apa saja yang sedang digelutinya. 10 tips menjadi pengusaha sukses yang sangat penting untuk di ketahui bagi mereka yang ingin sukses di dalam segala usaha adalah sebagai berikut: 1.
Awali dengan Impian dan Imajinasi
Segala sesuatu keberhasilan itu bermula dari impian dan keyakinan dengan didorong oleh kerja keras untuk mewujudkannya. Impian untuk menjadi seorang pengusaha yang sukses dapat dicapai dengan kerja keras. Hanya seorang pemimpi yang mampu menciptakan dan membuat sebuah terobosan dalam produk, jasa ataupun ide yang bisa sukses.
Mereka tidak mengenai kata tidak bisa atau tidak mampu. 2. Semangat dan Kegigihan.
Antusiasme, semangat dan kegigihan adalah sebuah modal utama di
dalam memulai sebuah perjuangan baru untuk mencapai keberhasilan. Bila Anda loyo, tidak bersemangat dan dan bermalasan, yakinlah tidak
lama lagi Anda akan segera mengalami kegagalan total. Carilah motivasi usaha Anda itu dengan mempelajari perjuangan pengusaha-pengusaha yang telah sukses menjalankan usahanya
3. Mempunyai Pengetahuan Dasar-Dasar Bisnis
Tanpa adanya pengetahuan dasar-dasar bisnis hanya akan membuat suatu usaha seperti sebuah kelinci percobaan. Kemungkinan besar hanya akan banyak mengalami kegagalan. Tidak akan ada sukses tanpa
sebuah pengetahuan. Yang terbaik adalah belajar sambil bekerja. Sebelum memulai usaha ada baiknya bila kita bekerja dengan orang lain
terlebih dulu agar memperoleh pengetahuan dan pengalaman sehingga siap untuk menjalankan usaha. 4. Berani Mengambil Risiko
Setiap sesuatu yang kita usahakan tentu akan ada risikonya. Semakin besar hasil yang ingin dicapai, tentu kemungkinan risiko yang akan
dialami apabila mengalami kegagalan juga besar. Orang yang berani mengambil risiko adalah calon orang yang sukses. Jangan takut akan
kegagalan, tapi jadikanlah kegagalan itu sebagai batu loncatan menuju kesuksesan.
KurikuCum dan ModuCPeCatihan (pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
161
5. Kerja Keras
Hanya dengan bekerja keraslah sebuah usaha akan mengalami
kemajuan dan kesuksesan. Para pengusaha sukses merintis usahanya dengan kerja keras tanpa mengenai putus asa dan banyak berkorban waktu dan tenaga.
6. Mau Belajar dari Pengalaman Orang Lain.
Sebuah pepatah mengatakan: "Pengalaman adalah guru yang terbaik." Seorang calon pengusaha yang sukses mau mengambil pengalaman
dari orang lain dan dari dirinya sendiri. Apapun pengalaman seseorang itu baik kesuksesan atau kegagalan harus dijadikan suatu pelajaran yang berharga sebagai panduan seorang calon pengusaha untuk memulai atau mengembangkan usahanya.
7. Bersedia Menerima Kritikan dan Nasehat dari Orang Lain
Sebagian orang menganggap bahwa kritikan yang ditujukan kepadanya
itu adalah sebagai sebuah penghambat bagi kelangsungan usahanya. Akan tetapi bagi orang yang berpikir normal akan menjadikan kritikan
atau bahkan nasehat dari orang lain itu sebagai gurunya yang membimbing dia ke arah sukses. Menerima kritikan berarti menyadari bahwa kita mempunyai kekurangan. Dengan mengetahui kekurangan yang ada pada kita maka kita bisa memperbaiki kekurangan itu. 8. Menjalin Kerjasama dengan Orang Lain
Kerjasama dengan rekan, teman, mitra kerja dan klien sangat penting bagi perkembangan suatu bisnis. Merekalah yang akan memberi masukan, saran dan kritik dan membantu di saat-saat sulit. Seorang
pebisnis harus mampu menjalin kerjasama dan bergaul untuk menjalin relasi bisnis dengan seluas-luasnya. 9. Berani Menghadapi Kegagalan
Seorang
pengusaha sukses pada umumnya pernah
mengalami
kegagalan, namun mereka namun mereka tidak pernah putus asa dan terus berusaha sampai mencapai keberhasilan. 10.Tidak Suka Menunda
Seperti kata pepatah: "Time is money!" Oleh karena janganlah suka menunda-nunda suatu pekerjaan. Lakukanlah saat ini, sekarang juga
KurikuCum dan ModuC(Pelatihan
162
selagi ada kesempatan. Menunda suatu pekerjaan berarti adalah suatu kerugian yang akan membuat anda menyesal.
E.
PEMBUATAN KEPUTUSAN USAHA/ BISNIS
Cholichul (2011) menjelaskan bahwa membuat keputusan (decision making) usaha/ bisnis adalah suatu proses memilih alternatif tertentu dari
beberapa alternatif yang ada. Semakin berpengalaman dalam pengambilan keputusan, semakin besar pula kepercayaan diri yang akan semakin
berorientasi pula pada suatu tindakan. Jika seorang wirausaha mampu mengambil suatu keputusan dalam batas-batas waktu yang masuk akal,
mungkin ia mampu mengambil suatu keputusan yang menguntungkan sehingga sewaktu-waktu muncul peluang-peluang bisnis.
Seorang wirausaha harus cepat mengambil suatu keputusan agar dapat menggunakan kesempatan sebaik-baiknya. Wirausaha yang ingin maju dalam bisnisnya, harus dapat memutar akal dengan mengandalkan intuisi, ide-ide yang penuh kreatif dan inovatif. Mereka juga harus memandang persoalan dalam konteks yang lebih luas, sambil mengingat
bahwa keputusan-keputusan utama akan mempunyai akibat-akibat jangka panjang atas operasi bisnisnya. Seorang wirausaha diharapkan lebih aktif
dalam dan lebih kreatif, karena ia harus membuat keputusan (decision making) tanpa bantuan data-data kuantitatif (data berbentuk angka-angka) atau dukungan staf yang berpengalaman.
Keberhasilan seorang wirausaha di dalam bisnis, tergantung pada
kemampuan membuat keputusan yang meningkatkan keuntungan bisnisnya pada masa yang akan datang. Kemampuan membuat keputusan dapat
diperoleh dari pengalamannya selama bertahun-tahun. Akan tetapi, dalam praktiknya pasti ada saja kesalahan-kesalahan, yang harus cepat disadari dan diambil tindakan pembetulannya.
Pedoman untuk membuat keputusan, kuncinya adalah sebagai berikut:
1. Terlebih dahulu, tentukan fakta-fakta dari persoalan yang sudah dikenal.
Kurikulum dan Modul(Pelatihan
163
2. Identifikasi,
bidang
manakah
dari
persoalan-persoalan yang tidak
berdasarkan fakta-fakta. Di bidang yang dikenal inilah, seorang wirausaha harus menggunakan logika, penalaran, dan institusinya untuk membuat keputusan.
3. Keberanian dan antusiasme sangat diperlukan dalam menerapkan sebuah keputusan
4. Bersedia untuk mengambil tindakan agresif dalam menerapkan sebuah keputusan.
5. Ambillah risiko yang sedang-sedang saja jika terdapat ketidakpastian yang besar
6. Dalam keadaan tertentu, mungkin lebih baik untuk meneruskan sesuatu yang telah berhasil pada masa lampau.
7. Jauhilah keputusan-keputusan yang akan mengubah secara drastis susunan organisasi yang sekarang. 8. Keputusan perlu diuji cobakan dahulu.
Seorang wirausaha harus memulai menerapkan keputusan, semua keragu-raguan dan ketidakpastian haruslah dibuang jauh-jauh. Jika kita
dihadapkan pada alternatif harus memilih, maka buatlah pertimbanganpertimbangan yang matang. Kumpulkan berbagai informasi dan boleh
meminta pendapat orang lain. Setelah itu, ambil keputusan dan jangan raguragu. Dengan berbagai alternatif yang ada dalam pikiran, para Wirausaha
akan dapat mengambil keputusan yang terbaik. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi
pembuatan
keputusan
(decision making), diantaranya
motivasi, persepsi, dan proses belajar.
Dalam proses pembuatan keputusan, kenyatannya ada wirausaha yang mampu mengambil keputusan berdasarkan pengalaman, dan ada pula wirausaha yang berperilaku membuat keputusan secara otomatis. Jika
keputusan diambil berdasarkan pada pengalaman masa lalu, hendaknnya tergantung juga pada tempat, waktu, pendidikan wirausaha, dan sebagainya.
Seorang wirausaha yang kreatif adalah yang pandai mengambil keputusan- keputusan yang tepat dalam bisnisnya. Seorang wirausaha suksesnya tergantung pada kemampuan mengambil keputusan yang meningkatkan
kemampuan
meningkatkan
laba
bisnis
pada
masa
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
164
mendatang. Seorang wirausaha yang ingin maju sangat tergantung pada ekspentasi masa depan dan keberlanjutan bisnisnya. Dalam mengelola bisnisnya, seorang wirausaha harus membuat
keputusan akhir dengan memperhatikan faktor dan pertimbangan berikut: 1.
Ukuran dan kompleksitas bisnis.
2. Harapan mengenai pertumbuhan dan perkembangan bisnis. 3. Fasilitas jasa yang tersedia di daerah untuk berbagai instalasi sistem.
4. Kualitas dan kuantitas dari staf yang tersedia untuk pelbagai jenis sistem dan fasilitas latihan yang tersedia.
5. Jumlah transaksi yang harus diproses. 6.
Faktor-faktor keuangan
Proses manajemen bisnis seorang wirausaha, akan meliputi pengembangan ide dan strategi, pengelolaan orang, serta pengelolaan sistem untuk menjamin pertumbuhan usaha atau bisnis. Sukses usaha atau
bisnis, tergantung pada pemanfaatan sumber daya uang, pelanggan, harta
fisik, sumber daya manusia, dan waktu yang dipergunakan. Selanjutnya, kepribadian dan sikap seorang wirausaha dalam melaksanakan keputusan dapat mempengaruhi hasil akhirnya. Sekali sebuah keputusan telah diambil, hendaknya jangan ragu-ragu di dalam menerapkannya.
Beberapa faktor dan pertimbangan yang harus diperhatikan dalam membuat keputusan adalah sebagai berikut: 1. Faktor membuat keputusan
Membuat keputusan di dalam usaha atau bisnis adalah pekerjaan yang tidak mudah. Di dalam membuat keputusan, seorang wirausaha perlu memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keputusan yang diambilnya. a. Faktor orang
Dalam membuat keputusan, perlu diperhatikan dan dipertimbangkan orang-orang yang akan merasakan masalah, sebagai akibat dari adanya keputusan tersebut.
b. Faktor psikologis
Dalam membuat keputusan, seorang wirausaha perlu memperhatikan dan mempertimbangkan faktor psikologis, baik yang terasa maupun
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
165
yang tidak terasa, seperti emosional, pikiran, perasaan, kekecewaan, maupun pengaruh kejiwaan lainnya. c. Faktor fisik
Membuat keputusan merupakan pekerjaan mental. Maka dari itu, di dalam membuat keputusan, perlu ditransferkan ke arah tindakan fisik. d. Faktor sasaran
Di
dalam
membuat
keputusan,
seorang
wirausaha
harus
memperhatikan dan mendorong arah usaha atau bisnis dalam rangka pencapaian sasaran yang sudah ditetapkan. e. Faktor waktu.
Di dalam membuat keputusan, waktu yang efektif dan efisien harus
cukup untuk menganalisis data-data dan permasalahannya. f. Faktor pelaksanaan
Faktor pelaksanaan merupakan follow-up dari setiap keputusan yang diambil. Selanjutnya, perlu diingat pula bahwa setiap keputusan akan menimbulkan suatu rangkaian tindakan di dalam membuat keputusan. Pembuatan keputusan dalam kehidupan bisnis, tidaklah begitu mudah.
Setiap alternatif di dalam faktor pembuatan keputusan yang ditujukan agar semua pihak merasa puas, sudah tentu ada kelebihan dan
kekurangannya. Namun, seorang wirausaha yang berpengalaman harus mempunyai keberanian dalam membuat dan mengambil suatu keputusan yang tepat, cermat, dan cepat.
2. Pertimbangan membuat keputusan usaha
Pertimbangan-pertimbangan dalam membuat keputusan, didasarkan atas beberapa hal sebagai berikut: a. Keputusan yang akan diambil
Keputusan yang akan diambil, harus dipertimbangkan masak-masak secara obyektif. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam membuat
keputusan, antara lain manfaatnya, pelaksanaannya, orang-orangnya b. Tindakan-tindakan
Tindakan-tindakan dalam mengambil dan membuat keputusan yang tepat dan akurat, adalah sebagai berikut:
Kurikulum dan Modul(Pelatihan
166
•
Menilai data-data
Di dalam menilai data-data, seorang wirausaha harus mengenai betul persoalan atau permasalahan yang hendak diputuskan, seperti mencari sebab pokok persoalan, memilih data-data yang benar, memilih datadata yang tepat •
Memilih data-data
Memilih data-data merupakan tindakan penting dalam pembuatan keputusan. Data terpilih diterapkan ke dalam berbagai alternatif pemecahan masalah yang diharapkan dan dihadapi, seperti mencari sebab persoalan pokok, memikirkan kemungkinan untuk memecahkan persoalan atau mencari jalan keluarnya, memformulasikan faktor-faktor
yang berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya. • Konsekuensi pilihan
Konsekuensi pilihan dalam membuat keputusan adalah usaha untuk
menilai tiap-tiap pilihan dan usaha untuk meramalkan apa yang terjadi apabila salah satu alternatif yang dilaksanakan. • Tindakan pelaksanaan
Tindakan pelaksanaan dalam keputusan adalah usaha untuk memiliki
suatu tindakan yang telah ditentukan oleh salah satu pilihan seperti menetapkan langkah-langkah dalam tindakan, pemikiran langkahlangkah untuk melaksanakan keputusan yang telah diambil, membuat
keputusan terakhir. Keberanian untuk mengambil keputusan, sangat tergantung pada sifat pribadi wirausaha masing-masing. Seorang
wirausaha harus selalu berkata pada dirinya, pasti bisa mengambil keputusan di dalam menentukan bisnisnya. Jika seorang wirausaha mampu mengambil keputusan dalam batas-batas waktu yang masuk akal, maka akan mampu mengambil keuntungan sewaktu-waktu timbul peluang-peluang bisnis.
Pengambilan keputusan merupakan salah
satu
fungsi
kunci
keberhasilan dalam manajemen bisnis. Suatu keputusan yang benar, tumbuh dan berkembang dari adanya pertentangan antar pendapat dan alternatif-alternatif yang saling bersaing.
Kurikulum dan Modul(pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan Produktif
167
Dalam
proses
pembuatan
keputusan,
keragu-raguan
dan
ketidaksetujuan sebenarnya masih diperlukan, karena ada manfaatnya untuk:
1. Merangsang daya imajinasi untuk mendapatkan jawaban yang benar terhadap suatu masalah.
2. Memperkaya alternatif-alternatif untuk melahirkan keputusan yang lebih mantap.
3. Memungkinkan penerimaan bersama, terhadap keputusan yang akan diambil.
Keputusan-keputusan mengenai masalah-masalah yang kongkrit, sebenarnya tidak begitu sulit untuk diambil. Pertimbangan yang diadakan
berkisar
pada
masalah
bertindak
atau
tidak
bertindak
dengan
memperhitungkan untung ruginya.
Agar seorang wirausaha mampu membuat keputusan yang efektif dan
efisien, ia harus memiliki beberapa persyaratan, yaitu keterampilan dalam kepemimpinan, manajerial dan bergaul.
Di dalam kegiatan usahanya, wirausahawan akan dihadapkan pada berbagai risiko yang akan mempengaruhi kelangsungan usahanya. Oleh karena itu, wirausahawan dituntut untuk memiliki kemampuan dalam menghadapi risiko, dan metode pengambilan risiko.
VI
REFERENSI
Anonim. 2010. Naskah Akademik Silver College: Sebagai Penggiat Ketahanan Keluarga dan Masyarakat. P2SDM-LPPM. IPB. Bogor. 5 Juni, 2010
Baum, J. Robert, Michael Frese, dan Robert A. Baron. (2007). The psychology of entrepreneurship. London: Routledge.
Cholichul.
2011.
Berpacu
menjadi
yang
terbaik
(modul
Kinerja
Kewirausahaan). 4.
Hermono, L. 2009. Inspirasi dari Limbah Plastik. PT. Kawan Pustaka
5.
http://bisnisukm.com/percaya-diri-dalam-memulai-bisnis.html-2011
Kurikulum dan Modul(Pelatihan Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
168
6. Hubeis M.
2012. Motivasi Usaha. Paper Pelatihan Pemantapan
dan
Pengembangan Usaha Lanjut Usia Potensial. Silver College, P2SDM, LPPM-IPB-Kemensos RI.
7.
Meredith, Geoffrey G. 2002. Kewirausahaan: Teori dan Praktek. Jakarta : PPM
8. Pembinaan Usaha Kecil menengah IPB. Paper Pelatihan Pemantapan dan pengembangan Usaha Lanjut Usia Potensial. Silver College, P2SDM, LPPMIPB-Kemensos RI.
9. Sarosa, Pietra. (2005). Becoming young entrepreneur: dream big start small, act now!: panduan praktis & motivasional bagi kaum muda dan mahasiswa. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
10. Suryana. 2003. Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Salemba Empat.
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
169
MATERI INTI 9
PENGELOLAAN KEUANGAN MENJELANG PENSIUN
DESKRIPSI SINGKAT
I.
Perencanaan keuangan untuk masa pensiun diperlukan semua orang,
baik yang berpendidikan rendah, menengah, atau tinggi dan idealnya seseorang melakukannya saat masih berusia 35-45 tahun, agar siap menghadapi masa
pensiun. Materi ini akan membahas mengenai pengelolaan keuangan menjelang pensiun, perhitungan kebutuhan dana pada saat pensiun, dan kiat dalam meningkatkan penghasilan.
II
TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami pengelolaan keuangan menjelang pensiun.
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan pengelolaan keuangan menjelang pensiun. 2. Menjelaskan perhitungan kebutuhan dana pada saat pensiun. 3. Menjelaskan kiat dalam meningkatkan penghasilan. III
POKOK BAHASAN/ SUB POKOK BAHASAN
• Pengelolaan keuangan menjelang pensiun. •
Perhitungan kebutuhan dana pada saat pensiun. Kiat dalam meningkatkan penghasilan.
IV B AHAN BELAJAR
Handout /materi Pengelolaan Keuangan Menjelang Pensiun
Kurikulum dan Modul(pelatihan Pra PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (produktif
170
V.
LANGKAH-LANGKAH
Langkah 1. Pengkondisian (10 menit) • Fasilitator memperkenalkan diri
• Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran, metode yang digunakan dan pentingnya materi ini dalam pelatihan persiapan pensiun
Langkah 2. Pengelolaan Keuangan Menjelang Pensiun (25 menit)
• Fasilitator menjelaskan pentingnya mengelola keuangan menjelang pensiun
• Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab
Langkah 3. Perhitungan Kebutuhan Dana pada Saat Pensiun (25 menit) • Fasilitator menjelaskan bagaimana menghitung kebutuhan dana pada saat pensiun
• Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab
Langkah 4. Kiat dalam Meningkatkan Penghasilan (cerdas dalam mengelola keuangan) (30 menit)
• Fasilitator menjelaskan tentang kiat dalam meningkatkan penghasilan (cerdas dalam mengelola keuangan)
• Fasilitator memberi kesempatan untuk tanya jawab Langkah 5. Penugasan (90 menit)
VI. UR AIAN MATERI
A.
PENGELOLAAN KEUANGAN MENJELANG PENSIUN
Survei sebuah lembaga keuangan tahun 2009 lalu menyatakan, dari orang-orang yang memasuki usia pensiun sekitar separuh hidupnya prihatin
mengandalkan tunjangan pensiun, 12% bangkrut, 5% tetap bekerja, 4% mandiri secara keuangan, dan hanya 1% yang kaya raya sehingga bisa melakukan apa
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
171
yang diinginkannya. Ditotal, hanya sekitar 10% para pensiunan yang siap dan dapat menikmati kehidupan masa pensiunnya dengan tenang dan mandiri. Ini dikarenakan banyak orang tidak peduli dengan masa depan terutama dengan masa pensiunnya. Ketika berusia 35 - 45 tahun, mereka lebih tertarik
untuk menikmati uangnya. Namun, menginjak usia 50 tahun, banyak yang kaget ketika mengetahui usia produktifnya tersisa beberapa tahun lagi. Pada saat ini ah mereka baru menyadari belum punya apa-apa untuk keperluan masa
pensiunnya. Mereka bingung menyadari sebentar lagi akan kehilangan sebagian besar atau seluruh penghasilan bulanannya sementara biaya hidup bulanan harus terus diadakan dalam jumlah yang relatif sama. Kenyataan pahit untuk menghadapi penghasilan rutin akan segera terhenti sedangkan biaya hidup tidak ikut turun drastis tetapi justru akan meningkat sejalan dengan inflasi dan munculnya penyakit di usia tua.
Cukup
beruntung
mereka
yang
perusahaan
tempat
bekerjanya
mewajibkan karyawannya ikut program asuransi/ tunjangan hari tua, Dana
Pensiun Pemberi Kerja (DPPK), program pensiun PNS, atau program pensiun Jafnsostek. Untuk karyawan di perusahaan lainnya atau profesional serta
pengusaha kecil, masih ada alternatif lain yaitu Dana Pensiun Lembaga
Keuangan (DPLK), perencanaan keuangan sendiri atau melalui jasa perencana keuangan independen.
Sebagian dari mereka yang belum menyiapkan dana pensiun masih
berharap dapat mengandalkan anak dan menantunya untuk membiayai kehidupan pensiunnya. Ini realistis selama kondisi keuangan anak dan menantunya berkecukupan dan tidak keberatan untuk ditumpangi. Sebagian
besar yang lain harus terus bekerja atau berakhir di panti jompo (bangkrut). Mereka yang bekerja pun belum tentu memperoleh dana yang cukup untuk biaya kesehatannya. Tanpa menyiapkan keuangan saat pensiun dengan baik,
sebagian besar penduduk akan menghadapi timpangnya penghasilan bulanan ya ig diperoleh dengan pengeluaran bulanan yang diperlukan.
Kesalahan-kesalahan dalam mempersiapkan pengelolaan keuangan menjelang pensiun:
•
Terlambat memulai perencanaan dan persiapan pensiun
Kurikulum dan ModulPelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
172
• Gagal untuk menghitung perkiraan biaya hidup di masa pensiun • Merasa puas dengan program pensiun yang ada
• Tidak sesuai antara jenis investasi dengan tujuan yang dinginkan • Menggabungkan program pensiun (investasi) dengan asuransi • Gagal untuk memahami dahsyatnya bunga majemuk dan Aturan 72
Langkah-langkah perencanaan pengelolaan keuangan menjelang pensiun •
Tentukan target usia pensiun
•
Hitung kebutuhan dana pensiun
•
Tentukan alokasi aset
•
Akumulasikan dana pensiun
Tahapan persiapan dalam mengelola keuangan menjelang pensiun •
Bebas utang
•
Ada penghasilan rutin untuk biaya hidup dan biaya kesehatan
•
Ada dana yang cukup untuk liburan
•
Kebebasan finansial
B. PERHITUNGAN KEBUTUHAN DANA PADA SAAT PENSIUN
1. Tentukan pada usia berapa akan pensiun?
- Berapa lama lagi akan pensiun? Misalkan 10 tahun lagi 2. Tentukan gaya hidup (life style) yang akan diinginkan pada saat pensiun. - Apakah sama dengan gaya hidup sekarang?
- Setarakan dengan nilai uang, misalkan Rp2 juta / bulan 3. Besarnya kebutuhan per bulan pada saat awal pensiun adalah: = Rp2.000.000x(1,05)10 = Rp3.257.789 / bulan (tahun pertama masa pensiun) = Rp3.420.679 / bulan (tahun kedua masa pensiun)
= dst s/d lamanya pensiun yang direncanakan misalnya 25 tahun (diasumsikan inflasi per tahun adalah 5%)
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
173
Jika saat ini Anda memiliki passive income sebesar Rp2.000.000 / bulan
yang bertumbuh 5% p.a., maka Anda tidak perlu terlalu pusing memikirkan bagaimana mengumpulkan dana pensiun. Misalkan Anda memiliki aset properti selain rumah yang ditinggali, namun tidak menghasilkan passive income. Aset itu
dapat diperhitungkan untuk menjadi pengurang dana pensiun. Caranya adalah dengan menjualnya sebelum memasuki masa pensiun atau tidak dijual namun
dilj>uat menghasilkan uang sewa atau menjadikannya aset produktif. Jika Anda tidak punya passive income, inilah total dana yang harus
tei+sedia sebelum pensiun (untuk biaya hidup 25 tahun ke depan): = Rp505.631.214 (asumsi return 6% p.a. dan inflasi 0% p.a.) = Rp841.113.895 (asumsi return 6% p.a. dan inflasi 4,8% p.a.) Pertanyaan yang mengemuka adalah berapa dana yang harus disetorkan
bulanan? Dengan asumsi return investasi 15% p.a. selama 10 tahun ke depan, setoran tetap
= Rp1.837.209 / bulan (selama 10 tahun untuk alternatif 1) = Rp3.056.184 / bulan (selama 10 tahun untuk alternatif 2)
Dengan asumsi return investasi 10% p.a. selama 10 tahun ke depan, se
:oran tetap menjadi = Rp2.468.360 / bulan (selama 10 tahun untuk alternatif 1) = Rp4.106.099 / bulan (selama 10 tahun untuk alternatif 2)
Total dana yang diperlukan, demikian juga setoran yang harus dilakukan,
akkn berubah jika dana diharapkan dapat memberikan uang pensiun bulanan seamanya alias tidak akan pernah habis. Untuk menyelesaikan kasus yang
terakhir ini, kita mempunyai konsep perpetuitas yaitu anuitas tak terhingga. Uqtuk kasus pertama (dana yang harus tersedia) menjadi: = Rp651.557.800 (asumsi return 6% p.a. dan inflasi 0% p.a.) Sekarang misalkan Anda masih mempunyai waktu 25 tahun hingga pensiun dan gaya hidup yang diinginkan pada saat pensiun adalah sama seperti
saM ini yaitu setara dengan pengeluaran bulanan Rp2 juta. Besarnya kebutuhan per bulan pada saat awal pensiun adalah:
= Rp2.000.000x(1,05)25
Kurikulum dan ModulPelatihan Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (produktif
174
= Rp6.772.710 / bulan (tahun pertama masa pensiun) = Rp7.111.345 / bulan (tahun kedua masa pensiun) = dst s/d lamanya pensiun yang direncanakan misalnya 25 tahun (diasumsikan inflasi per tahun adalah 5%)
Jika saat ini Anda memiliki passive income sebesar Rp2.000.000 / bulan
yang bertumbuh 5% p.a. atau menjadi Rp6,8 juta per bulan sekitar 25 tahun lagi, maka Anda tidak perlu terlalu pusing harus menyiapkan dana pensiun. Misalkan Anda memiliki aset properti selain rumah yang ditinggali, namun tidak
menghasilkan passive income. Aset itu dapat diperhitungkan untuk menjadi pengurang dana pensiun. Caranya adalah dengan menjualnya sebelum
memasuki masa pensiun atau tidak dijual namun dibuat menghasilkan uang sewa atau menjadikannya aset produktif.
Jika Anda tidak punya passive income, inilah total dana yang harus tersedia sebelum pensiun (untuk biaya hidup ketika pensiun hingga 25 tahun ke depan):
= Rp1.051.171.080 (asumsi return 6% p.a. dan inflasi 0% p.a.) = Rp1.748.615.545 (asumsi return 6% p.a. dan inflasi 4,8% p.a.)
Pertanyaan yang kembali muncul adalah berapa dana yang harus disetorkan bulanan? Dengan asumsi return investasi 15% p.a. selama 25 tahun ke depan, setoran tetap
= Rp324.082 / bulan (selama 25 tahun untuk alternatif 1) = Rp539.109 / bulan (selama 25 tahun untuk alternatif 2)
Dengan asumsi return investasi 10% p.a. selama 10 tahun ke depan, setoran tetap menjadi = Rp792.240 / bulan (selama 25 tahun untuk alternatif 1) = Rp1.317.886 /tahun (selama 25 tahun untuk alternatif 2)
Total dana yang dibutuhkan, demikian juga setoran yang harus disiapkan, akan berubah jika dana diharapkan dapat memberikan uang pensiun bulanan selamanya alias tidak akan pernah habis. Untuk menyelesaikan kasus yang terakhir ini, kita mempunyai konsep perpetuitas yaitu anuitas tak terhingga. Untuk kasus pertama (dana yang harus tersedia) menjadi:
Kurikulum dan Modul(pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
175
= Rp1.354.542.000 (asumsi return 6% p.a. dan inflasi 0% p.a.)
Dari dua contoh di atas terlihat jika setoran bulanan yang dibutuhkan akan
berkurang drastis jika dana pensiun disiapkan jauh sebelum masa pensiun.
Dana yang harus disisihkan setiap bulan turun dari Rp1.837.209 menjadi hanya Rp324.082 dan
dari Rp3.056.184 menjadi Rp539.109 jika dana yang
di^kumulasikan itu dapat memperoleh return 15% per tahun. Dalam kondisi dana
yahg diakumulasikan untuk pensiun di atas hanya mendapatkan return 10% per tahun hingga masa pensiun, besar setoran dana periodik juga turun dari
Rp2.468.360 per bulan menjadi Rp792.240 dan dari Rp4.106.099 menjadi Rp1.317.886.
Yang juga harus diperhatikan adalah besarnya return bulanan atau
tahunan yang dapat diperoleh juga akan mempengaruhi dana bulanan yang harus disiapkan. Perbedaan return tahunan sebesar 5% yaitu dari 15% menjadi
10% akan menyebabkan setoran bulanan naik lebih dari dua kalinya yaitu dari Rp324.082 menjadi Rp792.240 dan dari Rp539.109 menjadi Rp1.317.886. Semua perhitungan setoran dana bulanan yang diperlukan di atas
berdasarkan asumsi memulainya dengan saldo nol atau belum ada dana yang sudah dimiliki untuk menjadi setoran awal. Angka-angka yang didapat akan turun
jika seorang calon pensiunan sudah memiliki saldo dana saat memulainya. Dana ini dapat berasal dari penjualan aset yang dimiliki atau dari hasil investasi dan
tabungan yang sudah dilakukan sebelumnya. Semakin besar dana awal yang
dirjiiliki, semakin rendah penyisihan dana bulanan yang diperlukan untuk tujuan memperoleh dana pensiun yang diperlukan.
Pertanyaan berikutnya yang juga relevan untuk dibahas di sini adalah bagaimana memperoleh return tahunan sebesar 10% atau 15%? Jika Anda
hafiya mengandalkan produk perbankan seperti deposito dan tabungan, bunga
ata^u return yang didapat tidak akan pernah sebesar itu tetapi hanya sekitar 4%6% per tahun. Return (tingkat pengembalian) atau yield (imbal hasil) investasi sebesar 10%-15% akan dapat dihasilkan jika seseorang berusaha atau mempunyai bisnis yang memiliki keunggulan di pasar. Alternatif lain adalah dengan berinvestasi dalam produk pasar modal seperti saham, reksadana saham, atau reksadana campuran. Membeli produk-produk pasar modal di atas
Kurikulum dan ModulPelatihan
176
semakin lama akan menjadi semakin mudah yaitu dengan mendatangi perusahaan-perusahaan sekuritas atau bank-bank BUMN yang mempunyai perusahaan sekuritas seperti Bank Mandiri memiliki Mandiri Sekuritas dan Bank
BNI dengan BNI Sekuritasnya.
C. KIAT MENINGKATKAN PENGHASILAN -* Cerdas dalam Mengelola Keuangan
® Memahami konsep dahsyatnya bunga majemuk) dan Aturan 72 ® Memahami opportunity cost of money ® Tidak tergoda penipuan berkedok investasi
® Mampu membedakan aset riil dan aset finansial (pasar modal dan pasar uang), aset produktif dan aset konsumtif
® Mampu mengubah hobi dari menghabiskan uang menjadi menghasilkan uang
1.
Dahsyatnya Bunga Majemuk dan Aturan 72
Menjadi berapa uang Rp25 juta setelah 10 tahun investasi jika mampu mendapatkan return tahunan 18%? Rp130,1 juta. Inilah keajaiban dunia nomor delapan yaitu the power of compound interest.
Hitunglah menjadi berapa uang Rp25 juta setelah 12 tahun jika mampu mendapatkan return tahunan.
a. 6% (Jawab: Rp50 juta)
b. 12% (Jawab: Rp100 juta) c. 18% (Jawab: Rp400 juta)
2.
Paham Opportunity Cost of Money ® Seseorang berinvestasi dalam saham dengan modal Rp25 juta di awal tahun 2013. Pada akhir tahun, portofolionya masih bernilai Rp25 juta. Rugikah investor itu?
® Anda membeli sebuah toko seharga Rp 500 juta. Modal kerja untuk toko
Anda memerlukan Rp 100 juta. Jika toko ini mampu memberikan laba
Kurikulum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
177
bersih (sebagai pemilik, Anda tidak mendapatkan gaji) adalah Rp 2 juta per bulan, apakah Anda senang?
® Dana Anda untuk rumah kedua (vila) dan juga kendaraan mahal mengandung opportunity cost.
3.
Tidak Tergoda Penipuan
Penipuan berkedok investasi:
® Dimulai sejak tahun 1919 di AS oleh Carlo Ponzi sehingga dikenal sebagai Skema Ponzi
® Yang hampir sama adalah skema piramida
® Ada juga yang namanya Surat Nigeria
® Anda mungkin pernah menerima SMS atau surat yang menyatakan selamat karena Anda telah mendapat hadiah mobil
In^at: ® Ifsomething sounds too good to be true, it is indeed too good to be true ® Growing older is natural, but growing wiser is a choice
® Belajarlah dari pengalaman orang lain. Otherpeople experience's, bukan our own experience, is the best teacher.
Aset Riil vs Aset Finansial
Aset Riil adalah aset dalam pasar barang dan jasa atau dalam sektor riil dan berwujud (ada bentuk fisiknya) ®
Usaha
®
Toko
®
Ruko
® Apartemen ®
Rumah
®
Tanah
®
Komoditi
®
Lukisan
® Barang antik/Coin ® Logam mulia
Kurikulum dan Modul(pelatihan Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif
178
Kelemahan: kurang likuid, biaya investasi besar, dan biaya transaksi tinggi.
Keuntungan: nilainya naik sesuai dengan inflasi, ada wujud fisiknya, dan harga tidak berfluktuasi seperti produk pasar modal,
Aset Finansial adalah aset dalam pasar keuangan dan tidak ada bentuk fisiknya. Umumnya bukti kepemilikan hanya berupa kertas atau sertifikat atau bukti transaksi. ® Pasar Modal - Saham
- Obligasi - Reksa dana
Kelemahan: harga volatil, risiko relatif besar (risiko tingkat bunga, default, dan sistematik).
Keuntungan: Likuid (gampang masuk/ membeli dan keluar/ menjual), investasi dapat dimulai dari ratusan ribu hingga ratusan juta rupiah, biaya transaksi rendah, dan menjanjikan return yang besar (sesuai dengan risikonya yang juga besar). ® Pasar Uang - Deposito
- Sertifikat Bank Indonesia (SBI) - Valuta asing
- Repo (Gadai Sekuritas) - Commercial Paper (CP)
Kelemahan: return di bawah inflasi (deposito dan valas); risiko gagal bayar (repo dan CP)
Keuntungan: sangat likuid, harga tidak volatil, risiko relatif lebih rendah dibandingkan produk pasar modal. 5.
Aset Produktif vs Aset Konsumtif
® Aset Produktif adalah aset yang dapat menghasilkan cash flow ; misalnya usaha, toko, ruko. Aset ini yang harus dikoleksi.
Kurikulum dan Modul(pelatihan (pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (produktif
179
® Aset Konsumtif adalah aset yang tidak menghasilkan tetapi justru mengakibatkan cash outflow; misalnya vila, mobil kedua
Kesimpulan
kebutuhan dana pensiun tergantung banyak faktor yaitu: ® Umur saat ini dan umur pensiun atau masa hingga pensiun ® Life style
® Kemampuan mengendalikan keinginan atau meningkatkan pendapatan dari berbagai sumber terutama passive income saat pensiun (aset produktif)
® Return investasi dan inflasi periode akumulasi dana hingga usia pensiun ® Return investasi dan inflasi selama masa pensiun
VI
REFERENSI
1
Frensidy, Budi. 2010. Matematika Keuangan edisi 3 revisi. Salemba Empat.
2
Frensidy, Budi. 2013. Lihai Sebagai Investor. Salemba Empat
Kurikulum dan Modul(Pelatihan
180
KONTRIBUTOR Biro Kepegawaian
Dharmayati B. Utoyo, MA, Ph.D, Psikolog
e-mail:
[email protected]
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia e-mail:
[email protected]
Pusat Inteligensia Kesehatan e-mail:
[email protected]
dr. Jusni Solichin, Sp.KJ RSJ Dharmawangsa e-mail:
[email protected]
dr. Erna Tresnaningsih, MOH, PhD, SpOk Yayasan Pelita Usila
dr. Ernanti Wahyurini, M.Sc Yayasan Pelita Usila
e-mail:
[email protected]
e-mail:
[email protected]
Dr. dr. RM. Nugroho Abikusno, M.Sc, Dr.PH
Prof. Dr. Clara Meliyanti Kusharto, M.Sc
Komnas Lansia
IPB
e-mail:
[email protected]
e-mail: kcl
[email protected]
dr. H. Djoko Rusmoro, MPA
Dr. Budi Frensidy, S.E., M.Com
Damandiri
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
e-mail: d
[email protected]
e-mail:
[email protected]
KurikuCum dan Modul(Pelatihan (Pra (PumaBaktiyang Sehat, Mandiri dan (Produktif