KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA KESEHATAN 2014
SAMBUTAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh. Upaya kesehatan masyarakat masih diposisikan sebagai obyek dan belum sebagai subyek. Selain itu masih banyak upaya kesehatan yang belum menyentuh masyarakat khususnya di daerah bermasalah kesehatan. Permasalahan kesehatan saat ini memiliki beban ganda (double burden), yaitu penyakit menular dan penyakit degeneratif
yang memerlukan penanganan secara khusus dan
terpadu. Untuk itu perlu adanya upaya kesehatan yang berbasis masyarakat
yang
mudah
diakses
(accessible),
terjangkau
(affordable), serta berkualitas (quality). Dalam mewujudkan pelayanan kesehatan bermutu, tenaga kesehatan bekerjasama dengan masyarakat dituntut untuk senantiasa meningkatkan kemampuan dan keterampilannya, untuk itu perlu disusun standar penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan dan masyarakat.
i
Saya menyambut baik terbitnya Standar penyelenggaran Pendidikan dan Pelatihan bagi Tenaga Kesehatan dan Masyarakat ini, karena standar ini menjadi acuan bagi institusi pendidikan dan pelatihan dalam mengelola penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua.
Jakarta, Januari 2014 Kepala Badan PPSDM Kesehatan
dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes NIP. 195810171984031004
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia
Nya
sehingga
kegiatan
Penyusunan
Standar
Penyelenggaran Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan dan Masyarakat di Bidang Kesehatan ini telah diterbitkan. Standar Penyelenggaran Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan dan Masyarakat di Bidang Kesehatan ini dimaksudkan untuk memberikan acuan penyelenggaraan pelatihan dalam mengendalikan dan meningkatkan mutu
pelatihan di bidang
kesehatan yang bagi tenaga kesehatan maupun masyarakat. Keberhasilan penyelenggaraan kegiatan ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak terkait. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan Standar ini dan kami
mengharapkan masukan-
masukan dari semua pihak pengguna standar ini agar di masa depan kualitas pendidikan dan latihan bagi tenaga kesehatan dan masyarakat dapat ditingkatkan sesuai dengan perkembangan ilmu
iii
pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan masyarakat baik pada tingkat Nasional maupun Internasional.
Jakarta, Januari 2014 Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
dr. Donald Pardede, MPPM NIP. 195804021986111001
iv
v
vi
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ……………………………………………………..
i
SAMBUTAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN ……….
iii
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR HK.03.05/IV.3/3007/2013 TANGGAL 31 DESEMBER 2013 TENTANG STANDAR PENYELENGGARAAN PELATIHAN TENAGA KESEHATAN DAN MASYARAKAT DI BIDANG KESEHATAN ………
v
DAFTAR ISI ………………………………………………………………..
vii
BAB I
PENDAHULUAN ……………………………………………….
1
A. Latar Belakang …………………………………………….
1
B. Dasar Hukum ………………………………………………
4
C Tujuan ………………………………………………………. 6 D. Sasaran …………………………………………………….. 6 E. Ruang Lingkup …………………………………………….. 6 F. Manfaat Standar …………………………………………… 7 G. Definisi Operasional ……………………………………….
vii
7
BAB II
JENIS DAN MODEL PENDEKATAN PELATIHAN …………
9
A. Jenis Pelatihan …………………………………………….
9
B. Model Pendekatan Pelatihan ……………………………
12
BAB III STANDAR PENYELENGGARAAN PELATIHAN …………..
14
A. Standar Kurikulum ………………………………………… 15 B. Standar Proses Pelatihan ………………………………… 18 C Standar Lulusan …………………………………………… 33 D Standar Pelatih …………………………………………….. 33 E. Standar Sarana dan Prasarana …………………………. 35 F. Standar Pengelolaan …………………..…………………
37
G Standar Pembiayaan ..……………………………………
38
H Standar Penilaian ……………..………………………….. 39 BAB IV PENUTUP …………………….………………………………… 40 DAFTAR ISTILAH …………………………………………………………
42
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………
52
LAMPIRAN ………………………………….……………………………… 54
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkembang sangat pesat, hal ini berdasarkan data statistik yang menunjukan peningkatan jumlah populasi penduduk dan aktifitas diberbagai sektor. Peningkatan tersebut berimbas pada status kesehatan dan pelayanan kesehatan dalam mencapai kesejahteraan di masyarakat. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan
taraf
kesehatan
masyarakat
dan
juga
meningkatkan akses serta mutu pelayanan kesehatan. Pada saat ini, dalam penyelenggaraan upaya kesehatan, masyarakat masih diposisikan sebagai obyek dan belum sebagai subyek. Selain itu masih banyak upaya kesehatan yang belum menyentuh masyarakat khususnya di daerah bermasalah kesehatan. Permasalahan kesehatan saat ini memiliki beban ganda (double burden), yaitu penyakit menular dan penyakit
1
degeneratif yang memerlukan penanganan secara khusus dan terpadu. Untuk itu perlu adanya upaya kesehatan yang berbasis masyarakat yang mudah diakses (accessible), terjangkau (affordable), serta berkualitas (quality). Dalam mewujudkan pelayanan kesehatan bermutu, tenaga kesehatan dituntut untuk senantiasa meningkatkan kemampuan dan keterampilannya sehingga diperlukan pelatihan tenaga kesehatan dalam rangka : 1. Meningkatkan dan mengembangkan kompetensi profesi dan pengetahuan teknis keprofesian, 2. Meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini bidang kesehatan, 3. Memenuhi kebutuhan masyarakat dan globalisasi dalam bidang pelayanan kesehatan sesuai dengan profesinya. 4. Menyebarkan informasi kesehatan yang up to date. Sesuai
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
1144/MENKES/PERA/III/2010 tanggal 19 Agusus 2010 tentang Organisasi dan Tatakerja Kementerian Kesehatan, maka Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan (Pusdiklat Nakes)
2
memiliki tugas pokok dan fungsi melaksanakan penyiapan penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan di bidang pendidikan
dan
masyarakat.
pelatihan
Adapun
tenaga
sasaran
kesehatan
pendidikan
dan
termasuk pelatihan
Pusdiklatnakes adalah tenaga pendidik/ kependidikan, tenaga kesehatan non aparatur dan masyarakat (TOMA, TOGA, OP, LSM, dll). Pelatihan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas tenaga kesehatan dan masyarakat yang meliputi pengetahuan, sikap dan perilaku serta keterampilan tenaga kesehatan dan masyarakat kearah yang positif. Pelatihan dapat diselenggarakan oleh semua pihak yang berkepentingan. Untuk mengendalikan dan meningkatkan mutu pelatihan maka disusun
Standar
Penyelenggaraan
Pelatihan
Tenaga
Kesehatan dan Masyarakat di Bidang Kesehatan, dengan harapan bisa dijadikan acuan oleh para penyelenggara pelatihan.
3
B. Dasar Hukum 1. Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun 2005 – 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700). 2. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063). 3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637). 4. Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 20, tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445).
4
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 725/Menkes/SK/V/2003 tentang Standar Penyelenggaraan Pelatihan di Bidang Kesehatan. 6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.03.01/160/1/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014. 7. Peraturan
Menteri
Kesehatan
1144/MENKES/PERA/III/2010 tanggal
Nomor 19 Agusus
2010 tentang Organisasi dan Tatakerja Kementerian Kesehatan. 8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1796/ Menkes/SK/ VIII/2011 Tentang Registrasi Tenaga Kesehatan. 9. Keputusan Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber
Daya
Manusia
Kesehatan
Nomor
HK.00.06.1.1.13154.1 tentang Rencana Aksi Program Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Tahun 2010 – 2014.
5
C. Tujuan Standar ini disusun dengan tujuan sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelatihan tenaga kesehatan dan masyarakat di bidang kesehatan.
D. Sasaran Sasaran standar ini meliputi : 1. Penyelenggara pelatihan tenaga kesehatan dan masyarakat di bidang kesehatan oleh pemerintah dan masyarakat. 2. Tim akreditasi pelatihan di tingkat Pusat dan Provinsi. 3. Widyaiswara/Pelatih/Fasilitator.
E. Ruang Lingkup Ruang lingkup Standar Pelatihan Tenaga Kesehatan dan Masyarakat di Bidang Kesehatan ini membahas tentang : 1. Jenis dan model pendekatan pelatihan. 2. Standar penyelenggaraan pelatihan.
6
F. Manfaat Standar Manfaat standar yaitu : 1. Bagi penyelenggara pelatihan (pemerintah dan masyarakat) Sebagai acuan dalam menyelenggarakan pelatihan tenaga kesehatan dan masyarakat bidang kesehatan. 2. Bagi tim akreditasi pelatihan (Tingkat Pusat dan Provinsi) Sebagai acuan dalam mengendalikan dan meningkatkan mutu pelatihan di bidang kesehatan. 3. Bagi Widyaiswara/Pelatih/Fasilitator Sebagai
acuan
dalam
memfasilitasi
penyelenggaraan
pelatihan.
G. Definisi Operasional 1. Standar : Standar, adalah suatu pernyataan yang memuat ukuran atau performance tertentu yang telah diterima dan disepakati bersama yang merupakan suatu nilai ambang atau treshold dari sesuatu baik barang, jasa ataupun proses yang dapat diamati, dicapai, diukur dan diingini yang dipergunakan untuk mengukur dan menilai.
7
2. Pelatihan, adalah proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan kinerja, profesionalisme dan/atau menunjang pengembangan
karir
bagi
tenaga
kesehatan
dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya yang dilaksanakan minimal 30 (tiga puluh) jam pembelajaran. 3. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang memiliki pengetahuan, dan/atau keterampilan melalui pendidikan dibidang kesehatan untuk jenis tertentu dan memerlukan kewenangan melakukan upaya kesehatan serta tidak berkedudukan sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN). 4. Masyarakat adalah sekelompok orang yang tinggal di wilayah tertentu yang terikat oleh hukum dan budaya yang sama. 5. Pelatihan tenaga kesehatan di bidang kesehatan adalah pelatihan teknis kesehatan dengan sasaran peserta tenaga kesehatan yang tidak berkedudukan sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN). 6. Pelatihan masyarakat di bidang kesehatan adalah pelatihan yang diberikan kepada masyarakat terkait keterampilan tertentu yang dapat dilakukan oleh masyarakat di bidang kesehatan.
8
BAB II JENIS DAN MODEL PENDEKATAN PELATIHAN
A. Jenis Pelatihan Jenis pelatihan yang diatur dalam standar ini adalah pelatihan yang diselenggarakan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan dan kompetensi sesuai bidang tugas tenaga kesehatan dan kedudukan/minat masyarakat. Adapun jenis pelatihan teknis yaitu : 1. Pelatihan Pra-tugas Pelatihan Pra-tugas adalah pelatihan yang dilaksanakan untuk mempersiapkan tenaga kesehatan sebelum bekerja di bidang kesehatan. Sasaran : tenaga kesehatan. 2. Pelatihan Teknis a. Pelatihan Teknis Profesi Kesehatan Pelatihan Teknis Profesi Kesehatan adalah pelatihan yang dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi
9
teknis yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas profesi kesehatan. Sasaran : tenaga kesehatan. b. Pelatihan Teknis Upaya Kesehatan Pelatihan Teknis Upaya Kesehatan adalah pelatihan yang dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi teknis yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas upaya kesehatan. Sasaran : tenaga kesehatan dan masyarakat. c. PelatihanTeknis Manajemen Kesehatan Pelatihan Teknis Manajemen Kesehatan adalah pelatihan yang
dilaksanakan
untuk
mencapai
persyaratan
kompetensi teknis yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas manajemen kesehatan. Sasaran : tenaga kesehatan dan masyarakat. d. Pelatihan Teknis Kependidikan Pelatihan Teknis Kependidikan adalah pelatihan yang dilaksanakan untuk pelatihan mencapai pernyataan
10
kompetensi teknis kependidikan yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas di bidang pendidikan kesehatan. Sasaran : tenaga pendidik dan kependidikan di Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan. 3. Pelatihan Kesehatan Haji Pelatihan Kesehatan Haji adalah pelatihan yang dilaksanakan untuk memberikan pengalaman kepada masyarakat calon peserta haji mengenai rangkaian kegiatan pelayanan kesehatan haji meliputi pemeriksaan kesehatan, pembinaan kesehatan haji, pelayanan medis, imunisasi, surveilans, sistem kewaspadaan dini (SKD) dan respon kejadian luar biasa (KLB), penanggulangan KLB dan musibah massal, serta kesehatan lingkungan. Sasaran : masyarakat. 4. Pelatihan Penunjang Kesehatan Pelatihan Penunjang Kesehatan adalah pelatihan yang dilaksanakan untuk menunjang program-program kesehatan. Sasaran : tenaga kesehatan dan masyarakat.
11
B. Model Pendekatan Pelatihan Pendekatan pelatihan terdiri dari 3 (tiga) model yaitu pelatihan dalam kelas (klasikal), pelatihan luar kelas (non klasikal), gabungan pelatihan dalam dan luar kelas (berlapis/sandwich). 1. Model Pelatihan Dalam Kelas (Klasikal) Pelatihan klasikal yaitu pelatihan yang dilaksanakan di dalam kelas dengan proses pembelajaran yang terstruktur. 2. Model Pelatihan Luar Kelas (Non Klasikal) Pelatihan non klasikal yaitu pelatihan yang dilaksanakan di luar kelas dengan proses pembelajaran yang terstruktur. Pendekatan pelatihan ini yaitu peserta diharapkan mampu memecahkan masalah dan meningkatkan kemampuan belajar mandiri dengan bimbingan pelatih sesuai kesempatan yang dimiliki dan kemampuan peserta. Jenis pelatihan non klasikal, diantaranya pelatihan jarak jauh dan kalakarya terstruktur. 3. Model Pelatihan Gabungan (sandwich) Pelatihan gabungan adalah model pelatihan klasikal dan pelatihan non klasikal yang dikenal dengan nama pelatihan berlapis (sandwich). Pelatihan ini diawali dengan proses
12
pembelajaran di dalam kelas dalam kurun waktu yang ditetapkan,
selanjutnya
kerja/kedudukannya
peserta
kembali
masing-masing
untuk
ke
tempat
mengerjakan
penugasan dan kemudian kembali lagi ke dalam kelas untuk menyampaikan hasil dari penugasan yang telah dikerjakan atau sebaliknya. Seluruh rangkaian proses pembelajaran tersebut disampaikan dengan terstruktur.
13
BAB III STANDAR PENYELENGGARAAN PELATIHAN
Berdasarkan model standar peyelenggaraan pelatihan, terdapat 6 (enam) standar yang harus dibahas secara terpisah, yaitu standar kurikulum dan modul, standar pelatih, standar sarana dan prasarana, standar proses pelatihan, standar penilaian, standar lulusan. Sebagaimana pada bagan berikut ini. Bagan I Model Standar Penyelenggaraan Pelatihan STANDAR PENGELOLAAN
STANDAR PELATIH
STANDAR LULUSAN STANDAR PROSES PELATIHAN STANDAR KURIKULUM DAN MODUL
STANDAR PENILAIAN
STANDAR SARANA DAN PRASARANA
STANDAR PEMBIAYAAN
14
Sasaran dalam standar penyelenggaraan pelatihan adalah : 1. Penyelenggaraan pelatihan bagi tenaga kesehatan 2. Penyelenggaraan pelatihan bagi masyarakat bidang kesehatan Standar penyelenggaraan pelatihan yang dibahas pada standar ini meliputi : standar kurikulum dan proses pelatihan. Untuk lebih rinci dijelaskan sebagai berikut :
A. STANDAR KURIKULUM Didalam standar kurikulum, selain membahas kurikulum juga dibahas tentang peserta, standar pelatih, standar penilaian dan standar kelulusan. Untuk standar kelulusan, penulisannya diubah menjadi sertifikasi. Sehingga mekanisme penulisan kurikulum pelatihan tenaga kesehatan dan masyarakat menjadi sebagai berikut: JUDUL KURIKULUM PELATIHAN A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 2. Filosofi Pelatihan
15
B. PERAN, FUNGSI DAN KOMPETENSI 1. Peran 2. Fungsi 3. Kompetensi C. TUJUAN PELATIHAN 1. Tujuan Umum 2. Tujuan Khusus D. PESERTA, PELATIH, PENYELENGGARA E. STRUKTUR PROGRAM F. DIAGRAM ALIR PROSES PEMBELAJARAN G. GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) / RANCANG BANGUN PROGRAM PEMBELAJARAN (RBPP) H. EVALUASI I. SERTIFIKAT Penjelasan mekanisme penulisan dapat dilihat pada lampiran 3. Dalam setiap pelatihan kesehatan selain kurikulum yang menjadi acuan, perlu ada Master of Training (MOT) yang bertugas untuk merancang, mengendalikan, mengevaluasi dan mencatat proses
16
pebelajaran suatu pelatihan serta mengkondisikan proses pembelajaran agar dinamis melalui energizer. Mekanisme penulisan kurikulum sama pada setiap pelatihan di bidang kesehatan, namun untuk isi dari masing-masing item ada yang spesifik membedakan antara isi kurikulum pelatihan klasikal, non klasikal dengan pelatihan berlapis/sandwich (gabungan klasikal dan non klasikal). Dibawah ini dijelaskan perbedaan isi item pada masing-masing kurikulum: 1. Pelatihan Klasikal Jenis-jenis pelatihan klasikal yang telah dijelaskan pada Bab II adalah: a. Pelatihan bagi tenaga kesehatan 1) TOT Umum dan TOT Substansi 2) Pelatihan Teknis b. Pelatihan bagi masyarakat bidang kesehatan 1) TOT Substansi 2) Pelatihan Teknis Untuk lebih jelasnya perbedaan isi per item dalam kurikulum masing-masing jenis pelatihan klasikal dapat dilihat pada lampiran 4 dan lampiran 5.
17
2. Pelatihan Non Klasikal Pelatihan non klasikal bagi tenaga kesehatan terdapat 2 (dua) model yaitu Pelatihan Jarak Jauh (PJJ) dan kalakarya terstruktur. Untuk masyarakat model pelatihannya adalah kalakarya tidak terstruktur. a. Pelatihan non klasikal bagi tenaga kesehatan (lampiran 6) b. Pelatihan non klasikal bagi masyarakat (lampiran 7) 3. Gabungan Pelatihan Klasikal dan Non Klasikal Pelatihan gabungan antara klasikal dan non klasikal disebut dengan pelatihan berlapis (sandwich) yang diperuntukkan bagi tenaga kesehatan (lampiran 8).
B. STANDAR PROSES PELATIHAN Untuk mencapai tujuan pelatihan yang tercantum dalam kurikulum, peserta latih diberikan materi seperti yang tercantum dalam struktur program. Pelaksanaan pelatihan merupakan penerapan kurikulum, yang prosesnya sesuai dengan diagram alir proses pembelajaran yang tercantum dalam masing-masing kurikulum.
18
Secara umum diagram alir proses pembelajaran untuk semua model pendekatan pelatihan klasikal adalah sama, yaitu sebagai berikut: Bagan II Proses Pembelajaran Pre Test Pembukaan Building Learning Commitment (BLC)
E V A L U A S I
Wawasan
Pengetahuan dan Keterampilan
Materi Dasar
Materi Inti
Motode: ceramah tanya jawab
Motode: ceramah tanya jawab, diskusi kelompok, studi kasus, demonstrasi, bermain peran Praktik Lapangan / Orientasi RTL Post Test & Evaluasi Penyelenggaraan
Penutupan
19
Penjelasan: Pre test Sebelum acara pembukaan dilakukan pre test terhadap peserta, dengan tujuan untuk mendapatkan informasi awal tentang pengetahuan dan kemampuan peserta. Pembukaan Pembukaan dilakukan untuk mengawali kegiatan pelatihan secara resmi yang dibuka
dengan penyematan tanda
peserta oleh pejabat atau penanggung jawab program yang diberi kewenangan. Membangun
Komitmen
Belajar/Building
Learning
Commitment (BLC) Kegiatan ini ditujukan untuk mempersiapkan peserta dalam mengikuti proses latihan. Faktor yang perlu dipertimbangkan dlamproses BLC adalah tujuan pelatihan, peserta (jumlah dan karakteristik), waktu yang tersedia, sarana dan prasarana yang tersedia. Proses pembelajaran dilakukan dengan berbagai bentuk permainan sesuai dengan tujuan pelatihan. Proses BLC dilaksanakan dengan alokasi waktu minimal 3
20
(tiga) jpl dan proses tidak terputus. Dalam prosesnya, 1 (satu) orang fasilitator memfasilitasi maksimal 30 (tiga puluh) orang peserta. Proses pembelajaran meliputi: 1. Forming. Pada tahap ini setiap peserta pelatihan masih berhubungan secara formal, masing-masing masih saling observasi dan memberikan ide ke dalam kelompok. Pelatih berperan rangsangan agar setiap peserta berperan serta dan memberikan ide yang bervariasi. 2. Storming. Pada tahap ini mulai terjadi debat yang makin lama suasananya makin memanas karena ide yang diberikan mendapatkan tanggapan yang saling mempertahankan idenya masing-masing. Pelatih berperan memberikan rangsangan pada peserta yang kurang terlibat agar ikut aktif menanggapi. 3. Norming. Pada tahap ini suasana yang memanas sudah mulai reda karena kelompok sudah setuju dengan klarifikasi yang
21
dibuat dan adanya kesamaan persepsi. Masing-masing peserta mulai menyadari dan muncul rasa mau menerima ide peserta lainnya. Dalam tahapan ini sudah terbentuk norma baru yang disepakati kelompok. Pelatih berperan membulatkan ide yang telah disepakati menjadi ide kelompok. 4. Performing. Pada tahap ini kelompok sudah kompak, diliputi suasana kerjasama yang harmonis sesuai dengan norma baru yang telah disepakati bersama. Pelatih berperan memacu kelompok agar masing-masing peserta ikut serta akif dalam setiap kegiatan kelompok dan tetap menjalankan norma yang telah disepakati. Hasil yang didapatkan pada proses pembelajaran: 1. Harapan yang ingin dicapai 2. Kekhawatiran 3. Norma kelas 4. Komitmen 5. Pembentukan tim (organisasi kelas)
22
Pemberian wawasan Setelah BLC, kegiatan dilanjutkan dengan memberikan materi sebagai dasar pengetahuan/wawasan yang sebaiknya diketahui peserta dalam pelatihan ini. Pembekalan pengetahuan dan keterampilan Pemberian materi pengetahuan dan keterampilan dari proses pelatihan mengarah pada kompetensi yang akan dicapai oleh peserta. Penyampaian materi dilakukan dengan menggunaan berbagai metode yang melibatkan semua peserta untuk berperan serta aktif dalam mencapai kompetensi tersebut, yaitu diskusi kelompok, studi kasus, simulasi, bermain peran dan praktik. Praktik Lapangan/Observasi Lapangan 1. Praktik lapangan dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu Praktik Lapangan (PL) dan atau Observasi Lapangan (OL), penentuannya tergantung dari tujuan pelatihan. 2. Penulisan materi PL/OL dalam struktur program dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu: a. Dicantumkan disetiap materi inti PL/OL yang jpl-nya ditulis disetiap materi inti, maka
23
dalam penulisan GBPP harus dicantumkan tujuan pembelajaran khusus, pokok bahasan, metode dan alat bantu yang digunakan dalam proses PL/OL tersebut. b. Dicantumkan dalam kelompok materi inti (materi tersendiri dalam struktur program) PL/OL yang merupakan materi tersendiri dalam struktur program, maka harus dibuat GBPP-nya tersendiri dan menggambarkan materi inti yang akan dipraktikkan. 3. Untuk memperlancar proses PL/OL, perlu ada lembar pendukung berupa panduan dan instrumen/daftar tilik. Rencana Tindak Lanjut (RTL) RTL disampaikan dengan tujuan untuk mengaplikasikan materi yang diperoleh selama pelatihan di tempat kerja, dengan alokasi waktu minimal 3 (tiga) jpl. Proses pembelajaran meliputi: 1. Penyampaian teori tentang RTL. 2. Penyusunan rencara langkah-langkah implementasi dari salah satu materi yang dipilih untuk mencapai tujuan. Penyusunan dilakukan oleh masing-masing peserta. Apabila pesertanya adalah tim, maka RTL disusun oleh tim.
24
3. Isi RTL terdiri dari: nama kegiatan, tujuan kegiatan, sasaran,
waktu
pelaksanaan,
tempat,
biaya,
dan
pelaksana/penanggungjawab serta indikator pelatihan. 4. Presentasi hasil RTL. Peserta lain dan fasilitator memberikan masukan untuk penyempurnaan RTL. Evaluasi : 1. Evaluasi peserta (Post test/test komprehensi dll) Evaluasi peserta diberikan setelah semua materi disampaikan dan sebelum penutupan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan dan kemajuan peserta dalam proses pembelajaran. 2. Evaluasi penyelenggaraan Evaluasi penyelenggaraan untuk mendapatkan masukan dari peserta tentang penyelenggaraan pelatihan dari aspek administrasi dan teknis untuk digunakan dalam rangka penyempurnaan penyelenggaraan berikutnya. 3. Evaluasi Fasilitator Evaluasi yang dimaksudkan adalah evaluasi terhadap proses pembelajaran setiap hari dan terhadap fasilitator. Evaluasi tiap hari dilakukan dengan cara merefleksi
25
kegiatan proses pembelajaran yang sudah berlangsung, sebagai umpan balik untuk menyempurnakan proses pembelajaran selanjutnya. Evaluasi terhadap fasilitator dilakukan oleh peserta pada saat
fasilitator
disampaikannya.
telah
mengakhiri
Evaluasi
materi
dilakukan
yang dengan
menggunakan form evaluasi terhadap fasilitator Penutupan Acara penutupan adalah sesi pengakhiran dari semua rangkaian kegiatan dengan penyerahan sertifikat pelatihan dan penanggalan tanda peserta.
Walaupun secara umum diagram alir proses pembelajaran sama, tetapi ada hal-hal yang spesifik baik pada pelatihan klasikal, non klasikal maupun pada pelatihan berlapir/sandwich (gabungan klasikal dan non klasikal). Perbedaan yang spesifik tersebut adalah sebagai berikut:
26
1. Pelatihan Klasikal TOT TOT Substansi
TOT Umum
Sebelum microteaching diawali dengan pembekalan yang berhubungan dengan teknik melatih
Peserta yang memiliki kompetensi substansi yang berbeda
Peserta yang memiliki kompetensi substansi yang sama
Proses penyampaian materi inti diawali dengan pembekalan yang berhubungan dengan substansi teknis, yang diberikan dalam bentuk proses pembelajaran sesuai dengan pencapaian tujuan khusus materi substansi tersebut. Dilanjutkan dengan microteaching.
Proses penyampaian materi inti diawali dengan teori materi teknik melatih, kemudian penyampaian substansi teknis dalam bentuk review atau bedah buku, setelah itu microteaching terkait materi teknis yang tertulis dalam struktur program.
Proses microteaching: Perbandingan pelatih : peserta = 1:10 Prosesnya pada tahap persiapan peserta membuat SAP
27
yang akan dijadikan acuan pada saat microteaching. Setiap peserta diberikan kesempatan untuk microteaching dengan waktu minimal 30 menit, dengan rincian: - Presentasi = 15 menit. - Feedback dari audience = 10 menit. - Feedback dari pelatih = 5 menit. 2. Pelatihan Non Klasikal a. Pelatihan Jarak Jauh Aktifitas dalam proses pembelajaran PJJ meliputi : 1) Registrasi dengan mengisi form pendaftaran secara online (web-based) 2) Mencetak form pendaftaran dan menyerahkan atau mengirimkan form yang telah ditandatangani dan disetujui oleh atasan langsung. 3) Mengikuti aktifitas pembelajaran mandiri secara online (unduh materi, mengerjakan tugas) 4) Melakukan aktifitas tutorial online (Chatting, Forum diskusi, Millist, Skype dll) 5) Melakukan Self -assesment online, ujian permateri di tempat yang telah ditentukan 6) Menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan
28
7) Melakukan ujian komperehensip Tutorial konvensional melalui tatap muka dilakukan secara reguler dan terbatas diwaktu-waktu tertentu. Fokus tutorialkonvensional ini sebaiknya untuk problem solving atau studi kasus untuk memperdalam penguasaan materi. Jika peserta telah mengikuti semua proses pembelajaran tersebut di atas, maka untuk menentukan kelulusan dilaksanakan ujian komperehensip yang dilakukan di tempat yang telah ditentukan. Setelah dinyatakan lulus dari pelatihan tahap I peserta PJJ berhak mendapatan sertifikat. b. Kalakarya Terstruktur Kalakarya dilaksanakan melalui pembimbingan di tempat kerja oleh atasan atau pimpinan atau pelatih atau rekan sekerja yang berpengalaman. Proses pembelajaran yaitu : 1) Pembekalan tentang proses pembelajaran 2) Penyampaian materi oleh fasilitator dengan metode membaca atau presentasi.
29
3) Proses pembelajaran mandiri dengan pendampingan fasilitator. Dalam pendampingan, fasilitator mengamati apa yang dikerjakan peserta dan kesulitan yang dihadapi. 4) Diakhiri dengan evaluasi berdasarkan pengamatan dengan menggunakan check list dan wawancara. 3. Pelatihan Gabungan (Sandwich) Beberapa model proses pembelajaran dalam pelatihan berlapis: Model 1: Kelas
Tempat kerja masingmasing peserta
Kelas
Penjelasan: a. Kegiatan diawali dengan penyampaian materi dan penugasan-penugasan di kelas. b. Peserta kembali ke tempat kerjanya masing-masing untuk mengimplementasikan teori dan melaksanakan penugasan yang didapat pada saat proses pembelajaran di kelas. c. Peserta kembali ke kelas untuk menyajikan hasil penugasan yang telah dilaksanakan di tempat kerja
30
masing-masing dan menyusun rencana tindak lanjut berdasarkan hasil penugasan di tempat kerja masingmasing. Model 2: Kelas
Magang/praktik lapangan di tempat kerja yang ditentukan
Kelas
Penjelasan: a. Kegiatan diawali dengan penyampaian materi dan penugasan-penugasan di kelas. b. Peserta mengimplementasikan teori dan melaksanakan penugasan yang didapat pada saat proses pembelajaran di kelas dan dilakukan di tempat kerja yang ditentukan. c. Peserta kembali ke kelas untuk menyajikan hasil penugasan yang telah dilaksanakan di tempat kerja masing-masing dan menyusun rencana tindak lanjut berdasarkan hasil penugasan di tempat kerja masingmasing. Model 3: Pembekalan
Kelas
Penugasan
31
Kelas
Penjelasan: a. Kegiatan diawali dengan pembekalan proses pembelajaran yang akan diikuti selama pelatihan. Pembekalan diberikan dengan cara menggunakan media website atau dengan pengiriman panduan belajar dan modul. Masing-masing peserta mempelajari panduan belajar dan modul dengan waktu yang telah ditentukan. Dari hasil pembelajaran, peserta dapat menentukan masalah yang dihadapi di tempat kerjanya. b. Proses pembelajaran di kelas untuk membahas masalahmasalah yang dihadapi oleh masing-masing peserta dengan difasilitasi oleh tutor. Dari hasil pembelajaran akan didapatkan langkah-langkah (rencana implementasi) yang harus dilakukan sebagai upaya dalam pemecahan masalah yang dihadapi. c. Peserta kembali ke tempat kerjasnya masing-masing untuk mengimplementasikan
langkah-langkah
pemecahan
masalah yang telah disepakati pada saat proses pembelajaran di kelas.
32
d. Peserta kembali ke kelas untuk seminar hasil pelaksanaan dari kegiatan yang dilakukan dalam pemecahan masalah. Evaluasi dilihat dari mengikuti keseluruhan proses dan dari hasil implementasi kegiatan pemecahan masalah melalui presentasi. C. STANDAR LULUSAN Standar lulusan digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta pelatihan. Standar Lulusan berisi kualifikasi kemampuan peserta pelatihan yang setidaknya mencakup
kompetensi
dasar,
kompetensi
utama,
dan
kemampuan tambahan. D. STANDAR PELATIH Setiap pelatih wajib memenuhi standar pelatih yang berlaku secara nasional. 1. Kualifikasi Pelatih Seorang pelatih harus memiliki kualifikasi akademik minimal Sarjana (S-1) atau Diploma Empat (D-IV) yang diperoleh dari perguruan tinggi terakreditasi, sertifikat kompetensi keahlian
33
dalam bidang yang relevan, dan sertifikat pelatih. Sertifikat kompetensi keahlian dikeluarkan atau diakui oleh perguruan tinggi penyelenggara program keahlian dan/atau lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah. Sertifikat pelatih diperoleh setelah calon pelatih mengikuti pelatihan untuk pelatih dan lulus ujian kompetensi pelatih yang diselenggarakan oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah. Pelatih dapat juga pejabat atau seseorang yang berasal dari kalangan profesional dan/atau akademisi yang karena keahlian, kemampuan atau kedudukannya diikutsertakan dalam kegiatan pencapaian tujuan pelatihan. 2. Kompetensi Pelatih Kompetensi seorang pelatih terdiri atas 4 (empat) kompetensi berikut, yang akan dijelaskan lebih terperinci pada lampiran 9 : a. Kompetensi pedagogik b. Kompetensi kepribadian c. Kompetensi sosial d. Kompetensi profesional 3. Tugas dan Fungsi Pelatih : a. Melakukan konsolidasi, koordinasi, konfirmasi dengan penyelenggara pelatihan.
34
b. Memfasilitasi (menjadi pelatih/fasilitator) dalam pelatihan. c. Membuat laporan proses pembelajaran di kelas dan lapangan. d. Menyampaikan laporan kepada penyelenggara pelatihan. Khusus untuk pelatihan teknis rasio pelatih dengan peserta adalah 1:5
E. STANDAR SARANA DAN PRASARANA Sarana dan prasarana adalah unsur penunjang dalam pelaksanaan proses pelatihan yang mencakup bangunan, perabotan, peralatan (perangkat keras dan lunak), dan sistem pengamanan aset dan tempat pelatihan. Institusi penyelenggaran pelatihan harus mengembangkan suatu sistem pengelolaan yang mencakup perencanaan, pengadaan, pendataan, pemanfaatan, pemeliharaan, penghapusan, serta pemutahiran semua sarana dan prasarana. Sistem pengelolaan saran dan prasarana ini tertuang dalam suatu panduan khusus mengenai kelengkapan dan kecukupan sarana dan prasarana yang dibutuhkan, termasuk sistem klasifikasi, inventarisasi dan informasi keberadaannya.
35
Sistem pengelolaan sarana dan prasarana mencakup sistem inventarisasi yang lengkap, pola pelaporan secara berkala dari institusi pelaksana pelatihan kepada pihak pusat serta dapat dipergunakan sebagai informasi bagi para pengguna (peserta pelatihan, pelatih, MOT, dll). Selain itu diperlukan suatu kebijakan, pedoman, panduan, dan peraturan yang jelas tentang keamanan dan keselamatan penggunaan sarana dan prasarana tersebut. Bukti pelaksanaan dari kebijakan tersebut harus dapat dilacak dari peraturan yang lebih rinci dan aplikatif serta laporan berkala di tingkat laboratorium/studio/perpustakaan dan tempattempat lain di mana kegiatan pelatihan dilaksanakan. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI nomor 101 tahun 2000, yang dimaksud standar kelengkapan sarana dan prasarana pelatihan adalah persyaratan minimal yang menyangkut kualitas dan kuantitas fasilitas dan peralatan pelatihan sesuai dengan kriteria yang ditentukan dalam persyaratan akreditasi pelatihan, yaitu jenis dan jumlah peserta pelatihan Kebutuhan prasarana dalam suatu pelatihan berupa ruang kelas adalah untuk maksimal 30 orang peserta dengan luas ± 40m2.
36
F. STANDAR PENGELOLAAN Prinsip pengelolaan suatu pelatihan meliputi : 1. Perencanaan, merupakan proses penetapan kebijakan, regulasi, penyusunan program, dan anggaran, serta merumuskan
bagaimana
cara
atau
prosedur
untuk
melaksanakannya. Perencanaan meliputi penetapan kerangka waktu (time frame) dan tahapan pencapaian yang diharapkan. Termasuk dalam unsur perencanaan adalah bagaimana seluruh
sumberdaya
dilibatkan
untuk
melaksanakan
kebijakan. 2. Pelaksanaan, merupakan proses realisasi dari perencanaan. Dalam tahap ini seluruh sumberdaya harus dilibatkan secara optimal untuk melaksanakan rencana. 3. Monitoring,
merupakan
upaya
pengendalian
terhadap
pelaksanaan kebijakan, dan melakukan upaya langsung agar kebijakan dapat sepenuhnya dilaksanakan sesuai rencana. Diharapkan dari informasi yang diperoleh dari kegiatan monitoring bisa secepatnya dilakukan tindakan pencegahan jika terjadi penyimpangan dari rencana semula. 4. Evaluasi, merupakan kegiatan yang dilakukan institusi penyelenggara pelatihan untuk mengetahui perkembangan
37
pelaksanaan dan tingkat capaian kinerja penyelenggaraan pelatihan yang dilakukan secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistemik. 5. Pelaporan, merupakan suatu perwujudan dari tanggung jawab pelaksana pelatihan terhadap tugas yang dilimpahkan dalam bentuk pemberitahuan ataupun pertanggungjawaban secara tertulis dalam suatu sistem administrasi.
G. STANDAR PEMBIAYAAN Pembiayaan proses pelatihan bersumber dari : 1. Anggaran belanja rutin 2. Anggaran Belanja Pembangunan 3. Swadana 4. Hibah dan/atau Bantuan Luar Negeri 5. Sumber lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku Penyusunan dan penggunaan pembiayaan suatu pelatihan dilakukan oleh institusi pelaksana pelatihan berdasarkan peraturan
perundang-undangan
38
yang
berlaku
dengan
memperhatikan prinsip efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pelatihan.
H. STANDAR PENILAIAN Penilaian proses pelatihan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh institusi pelaksana pelatihan yang bersangkutan dan/atau institusi Pembina untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan dan tingkat capaian kinerja penyelenggaraan pelatihan. Penilaian proses pelatihan dilakukan terhadap antara lain : 1. Kurikulum 2. Peserta 3. Widyaiswara/pelatih 4. Pembiayaan pelatihan 5. Sarana dan prasarana 6. Penyelenggara 7. Bahan/materi pelatihan 8. Metode pelatihan 9. Jangka waktu
39
BAB IV PENUTUP
Pembahasan
Standar
Penyelenggaraan
Pelatihan
Tenaga
Kesehatan dan Masyarakat ini lebih difokuskan pada Standar Kurikulum dan Standar Proses Pelatihan (Penerapan Kurikulum). Hal ini disebabkan karena standar kurikulum pelatihan tenaga kesehatan dan masyarakat sudah mencakup standar pelatih, standar proses pelatihan (penerapan kurikulum) yang dikenal dengan istilah alir proses pembelajaran, standar penilaian, standar lulusan, yang dikenal dengan istilah sertifikasi. Di dalam kurikulum pelatihan tenaga kesehatan dan masyarakat selain mencantumkan standar-standar tersebut juga mencantumkan kriteria dan jumlah peserta latih. Sehingga isi kurikulum memenuhi komponenkomponen yang dipersyaratkan dalam akreditasi pelatihan. Dengan disusunnya Standar Penyelenggaraan Pelatihan Tenaga Kesehatan dan Masyarakat maka dapat dijadikan acuan bagi para penyelenggara pelatihan untuk tenaga kesehatan dan masyarakat agar pelatihan yang diselenggarakan sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Terstandarnya kurikulum dan proses pelatihan
40
merupakan langkah untuk menuju keberhasilan suatu pelatihan yang bermutu. Apabila dalam penerapan standar ini ada hal yang kurang sesuai, Pusdiklatnakes
menerima
masukan-masukan
agar
Standar
Penyelenggaraan Pelatihan Tenaga Kesehatan dan Masyarakat di Bidang Kesehatan ini lebih sempurna lagi
41
DAFTAR ISTILAH
1. Evaluasi, adalah proses penilaian sebagai proses pengukuran akan efektifitas strategi yang digunakan dalam upaya mencapai tujuan, data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut akan digunakan sebagai bahan analisis situasi program berikutnya. 2. Institusi Pelatihan, adalah balai pelatihan kesehatan dan unit pelatihan kesehatan lainnya yang memiliki tugas dan fungsi menyelenggarakan pelatihan tenaga kesehatan dan masyarakat. 3. Jam Pembelajaran (JPL), adalah satuan waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran suatu pelatihan, dimana 1 (satu) jpl adalah 45 (empat puluh lima) menit. Sedangkan untuk proses pembelajaran di luar kelas yang kegiatannya berupa magang, maka 1 (satu) jpl adalah 60 (enam puluh) menit, dalam waktu 4 (empat) jpl selama sehari. 4. Kalakarya, merupakan salah satu model pendekata pelatihan yang ditujukan untuk meningkatkan dan memelihra kemampuan setiap individu dan tim kerja yang ada didalam organisasi yang dilakukan oleh, di dan untuk organisasi itu sendiri, tanpa mengganggu aktivitas pekerjaannya. Kalakarya terdiri dari
42
kalakarya terstruktur dan kalakarya yang tidak terstruktur. Kalakarya yang terstruktur adalah kalakarya yang memiliki kurikulum dengan jumlah jam pelatihan minimal 30 (tiga puluh) jpl. 5. Kompetensi, adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seorang tenaga kesehatan berupa wawasan, pengetahuan, keterampilan dan sikap prilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugasnya. 6. Kurikulum, adalah seperangkat rencana dan pengetahuan mengenai isi dan bahan pembelajaran serta metode yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. 7. Lembaga pelatihan, adalah balai pelatihan dan unit pelatihan kesehatan lainnya yang memiliki tugas dan fungsi melaksanakan pelatihan bagi tenaga kesehatan, seperti Diklat dibawah rumah sakit, organisasi profesi. 8. LSM adalah buah organisasi yang didirikan oleh perorangan ataupun sekelompok orang yang secara sukarela yang memberikan pelayanan kepada masyarakat umum tanpa bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari kegiatannya
43
9. Magang, adalah kegiatan pembelajaran yang dimaksudkan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang didapat di dalam kelas dalam kasus nyata di tempat kerja mengikuti jam kerja yang sesungguhnya dengan waktu yang dibatasi. 10. Membangun
Komitmen
Belajar
(Building
Learning
Commitment/BLC), adalah suatu proses mempersiapkan peserta pelatihan untuk mengikuti proses belajar, baik secara individual, kelompok maupun menyeluruh dan mengubah diri kearah yang positif sehingga terbangun tekad belajar baik fisik, intelektual maupun emosional. 11. Microteaching, adalah suatu proses pembelajaran dimana peserta
memperoleh
kesempatan
untuk
mempraktikkan
kemampuan dalam menggunakan teknik-teknik dan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. 12. Observasi Lapangan, adalah kegiatan mencocokkan antara teori yang diperoleh di kelas, pengalaman peserta pelatihan di tempat tugas masing-masing dan kenyataan yang diamati di tempat observasi lapangan (implementasi nyata).
44
13. Organisasi Profesi (OP) tenaga kesehatan, adalah himpunan orang–orang yang memiliki profesi sejenis dengan latar belakang pendidikan kesehatan formal, baik pada aspek teknis profesi maupun manajerial dan praktik, jenjang kualifikasi, prosedur kerja masing–masing bidangnya. 14. Pelaporan, adalah salah satu bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan. 15. Pelatih/fasilitator, adalah seseorang yang memiliki kompetensi sesuai dengan bidang keahlian berdasarkan latar belakang pendidikan termasuk pelatihan tambahan dan pengalaman dalam bidang tugasnya. 16. Pelatihan Teknis Kesehatan, adalah pelatihan yang dilaksanakan untuk mencapai pernyataan kompetensi teknis yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas di bidang kesehatan. 17. Pelatihan Teknis Profesi Kesehatan, adalah pelatihan yang dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi teknis yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas profesi kesehatan. 18. Pelatihan Teknis Upaya Kesehatan, adalah pelatihan yang dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi teknis yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas upaya kesehatan.
45
19. Pelatihan Teknis Manajemen Kesehatan, adalah pelatihan yang dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi teknis yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas manajemen kesehatan. 20. Pelatihan Klasikal, adalah proses pembelajaran yang terstruktur dan dilakukan di dalam kelas. 21. Pelatihan Bagi Pelatih/TOT Umum, adalah pelatihan yang diselenggarakan dengan tujuan agar peserta memiliki kompetensi dalam melatih, dimana peserta belum semuanya mempunyai kompetensi substansi teknis. 22. Pelatihan Bagi Pelatih/TOT Substansi, adalah pelatihan yang diselenggarakan dengan tujuan agar peserta memiliki kompetensi dalam melatih, dimana peserta sudah mempunyai kompetensi substansi teknis. Pelatihan Bagi Pelatih/TOT Substansi terdiri dari 2 (dua) yaitu: Pelatihan Bagi Pelatih/TOT yang pesertanya sudah kompeten dalam substansi teknis, dan Pelatihan Bagi Pelatih/TOT yang pesertanya sudah berpengalaman dalam mentransfer substansi teknis. 23. Pelatihan Jarak Jauh (PJJ) , adalah pelatihan dalam jabatan (in service training) yang diikuti oleh peserta yang menjadi sasaran pelatihan dan didasari motifasi yang kuat serta kemandirian yang
46
tinggi. PJJ merupakan suatu upaya untuk meningkatkan dan memelihara pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta, dimana peserta aktif dan mandiri sesuai dengan kompetensi. Proses PJJ diawali dengan pertemuan peserta dan tutor dalam kelas
untuk
memberikan
pembekalan
tentang
proses
pembelajaran yang akan diikuti. 24. Pelatihan Berlapis (Sandwich) , adalah pelatihan yang pesertanya mendapatkan materi dalam bentuk teori, penugasan dan praktik (dalam kelas atau mandiri). Proses peltihan dilaksanakan di kelas untuk pendalaman materi kemudian mengimplementasikan hasil belajar dalam pekerjaannya. Setelah itu kembali lagi ke kelas untuk melakukan seminar hasil belajar dan penambahan pendalaman materi. Pelatihan berlapis (sandwich) yang diakreditasi adalah pelatihan yang proses pembelajaranya jelas dan tercantum dalam kurikulum. 25. Pengawasan, adalah upaya pengendalian terhadap pelaksanaan pelatihan, dan melakukan upaya langsung agar pelatihan dapat sepenuhnya dilaksanakan sesuai rencana. Diharapkan dari informasi yang diperoleh dari kegiatan monitoring bisa
47
secepatnya
dilakukan
tindakan
pencegahan
jika
terjadi
penyimpangan dari rencana semula. 26. Penyelenggara Pelatihan, adalah suatu lembaga (pemerintah dan swasta) yang diberikan kewenangan untuk menyelenggarakan pelatihan, baik berupa organisasi kepanitiaan dan atau yayasan maupun institusi pelatihan. 27. Perencanaan pelatihan, adalah proses penetapan kebijakan, regulasi, penyusunan program, dan anggaran, serta merumuskan bagaimana cara atau prosedur untuk melaksanakannya. Perencanaan meliputi penetapan kerangka waktu dan tahapan pencapaian yang diharapkan. 28. Peserta, adalah seseorang yang ditunjuk atau yang berminat untuk mengikuti pelatihan sesuai dengan bidang profesinya. 29. Praktik Lapangan, adalah kegiatan yang memungkinkan peserta berhadapan langsung pada situasi yang sebenarnya terjadi di lapangan, sehingga peserta pelatihan dapat membandingkan antara teori yang telah didapat di kelas dan kenyataan yang terjadi di lapangan dengan mempraktikan/menerapkan materi yang didapatkan.
48
30. Profesi, adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dsb) tertentu. 31. Rencana
Tindak
Lanjut
(RTL),
adalah
suatu
proses
mempersiapkan secara sistematik kegiatan-kegiatan yang akan didahulukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. RTL meliputi perhitungan dan penentun dari apa yang akan dijalankan dalam rangka mencapai suatu objektif tertentu, dimana, bilamana, oleh siapa dan bagaimana caranya. 32. Sarana prasarana, adalah seperangkat alat yang digunakan dalam proses pelatihan baik alat tersebut merupakan peralatan pembantu maupun peralatan utama, yang keduanya berfungsi untuk mewujudkan tujuan yang hendak dicapai. 33. Satuan Acara Pembelajaran (SAP), adalah pedoman/panduan yang memberi arah kepada fasilitator dalam menyajikan materi pembelajaran kepada peserta pelatihan, dalam kurun waktu tertentu dengan metode, media dan alat bantu yang sesuai guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. 34. Sertifikasi, adalah pengaturan pemberian sertifikat kepada orang yang
telah
mengikuti
suatu
49
pelatihan
atau
kepada
lembaga/institusi pelatihan yang telah memenuhi persyaratan akreditasi institusi. 35. Standar, adalah suatu pernyataan yang memuat ukuran atau performance tertentu yang telah diterima dan disepakati bersama yang merupakan suatu nilai ambang atau treshold dari sesuatu baik barang, jasa ataupun proses yang dapat diamati, dicapai, diukur dan diingini yang dipergunakan untuk mengukur dan menilai. 36. Standarisasi,
adalah
proses
merumuskan,
menetapkan,
menerapkan dan merevisi standar, yang dilaksanakan secara tertib dan bekerjasama dengan semua pihak yang terkait. 37. Tenaga kesehatan (non aparatur), adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan, dan/atau keterampilan melalui pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan melakukan upaya kesehatan. 38. Tutor, adalah seseorang yang bertugas mambantu peserta PJJ dalam mengatasi kesulitan dan hambatan selama proses pembelajaran. Dalam hal ini tutor berperan sebagai fasilitator, narasumber, konsultan atau paling tidak sebagai penghubung
50
peserta dengan pihak-pihak lain selama proses pembelajaran berlangsung sesuai dengan waktu yang disepakati 39. TOMA (Tokoh masyarakat) adalah orang yang mempunyai pengaruh, dihormati dan dijadikan panutan masyarakat dalam menjalankan kehidupannya sebagai bagian dari lingkungan masyarakat. 40. TOGA (Tokoh agama) adalah pemuka agama dan dianggap sebagai orang yang memiliki kharisma dan dapat mempengaruhi umat karena petuah dan nasihat-nasihatnya sesuai dengan ajaran agama sehingga kebijakan-kebijakan yang dibuatnya dalam menyikapi masalah horizontal dengan sesama manusia termasuk masalah yang berkaitan dengan perbedaan yang ada ditengah-tengah masyarakat, sering menjadi acuan atau tolak ukur umat dalam melakukan tindakan.
51
DAFTAR PUSTAKA
Donabedian, A, 1982, The Criteria and Standars of Quality, Health Administration Press, Ann Arbor, Michigan. Departemen Kesehatan RI, 1994, Jurnal Bina Diklat edisi No.9 Desember 1994, Jakarta Departemen Kesehatan RI, Pusdiklat Pegawai, 1999, Pedoman Diklat Kalakarya, Jakarta. Departemen Kesehatan RI, Pusdiklat Kesehatan, 2002, Kumpulan Instrumen Diklat (Pegangan Fasilitator), Jakarta. Departemen Kesehatan RI, 2003, Modul Strategic Leadership Throuh Learning Organization Approach, Jakarta. Departemen Kesehatan RI, Pusdiklat Kesehatan, 2004, Pedoman Penyusunan
Kurikulum
Modul
Pelatihan
Berorientasi
Pembelajaran, Jakarta. Departemen Kesehatan RI, Pusdiklat Kesehatan, 2004, Pola Pelatihan SDM Kesehatan, Jakarta.
52
Departemen Kesehatan RI, Pusdiklat Kesehatan, 2006, Pemilihan Metode Pembelajaran (versi cetak), Jakarta. Departemen Kesehatan RI, Pusdiklat Kesehatan, 2007, Pedoman Penyusunan Kurikulum Pelatihan Berbasis Kompetensi, Jakarta. Kementerian Kesehatan RI, Pusdiklat Aparatur Badan PPSDM Kesehatan, 2012, Standar Penyelenggaraan Pelatihan di Bidang Kesehatan, Jakarta
53
LAMPIRAN
54
Lampiran 1. Contoh cara penulisan Peran, Fungsi, Kompetensi, Tujuan Pelatihan, pada kurikulum TOT Umum (TPPK) Peran Sebagai tenaga pelatih program kesehatan. Fungsi Dalam menjalankan perannya, peserta pelatihan berfungsi dalam mentransfer substansi sesuai dengan programnya, dengan cara: 1. Merancang proses pembelajaran, antara lain menyusun Satuan Acara Pembelajaran (SAP). 2. Melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan kaidah kediklatan yang baik dan benar. 3. Melakukan evaluasi terhadap hasil kegiatan pembelajaran. Kompetensi Untuk melaksanakan fungsi-fungsi tersebut, peserta harus memiliki kemampuan dalam: 1. Merancang proses pembelajaran: a. Mempersiapkan proses pembelajaran. b. Menyusun Satuan Acara Pembelajaran (SAP). 2. Melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan kaidah kediklatan yang baik dan benar: a. Menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
55
b. Menggunakan media dan alat bantu pembelajaran sesuai dengan metode yang dipilih. c. Menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif. d. Menerapkan teknik presentasi interaktif dalam proses pembelajaran. 3. Melakukan evaluasi terhadap hasil kegiatan pembelajaran, a. Menyusun instrumen hasil belajar. b. Melaksanakan evaluasi hasil belajar. Tujuan pelatihan 1. Tujuan Umum Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu menjadi pelatih program kesehatan sesuai kaidah-kaidah kediklatan. 2. Tujuan Khusus Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu: a. Mempersiapkan proses pembelajaran. b. Menyusun Satuan Acara Pembelajaran (SAP). c. Menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. d. Menggunakan media dan alat bantu pembelajaran sesuai dengan metode yang dipilih. e. Menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif. f. Menerapkan teknik presetasi interaktif dalam proses pembelajaran. g. Melakukan evaluasi terhadap hasil kegiatan pembelajaran. h. Mensimulasikan proses fasilitasi/melatih (microfacilitating/microteaching).
56
Lampiran 2.
Contoh cara penulisan Peran, Fungsi, Kompetensi, Tujuan Pelatihan, pada kurikulum TOT Substansi Peran Sebagai pelatih pada pelatihan pengendalian Penyakit Paru Obstruktif (PPOK) di Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Fungsi Dalam menjalankan perannya, peserta pelatihan berfungsi dalam: 1. Menjelaskan faktor risiko PPOK. 2. Menjelaskan program pengendalian PPOK. 3. Menjelaskan program berhenti merokok. 4. Menjelaskan diagnosis PPOK. 5. Melakukan tata laksana PPOK di sarana pelayanan kesehatan. 6. Melakukan pemeriksaan faal paru dengan menggunakan spirometri. 7. Melatih dalam pelatihan pengendalian PPOK di Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Kompetensi Untuk melaksanakan fungsi-fungsi tersebut, peserta harus memiliki kemampuan dalam: 1. Menjelaskan faktor risiko PPOK. 2. Menjelaskan program pengendalian PPOK. 3. Menjelaskan program berhenti merokok. 4. Menjelaskan diagnosis PPOK.
57
5. Melakukan tata laksana PPOK di sarana pelayanan kesehatan. 6. Melakukan pemeriksaan faal paru dengan menggunakan spirometri. 7. Melatih dalam pelatihan pengendalian PPOK di Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Tujuan Pelatihan 1. Tujuan umum Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu melatih pada pelatihan pengendalian Penyakit Paru Obstruktif (PPOK) di Provinsi maupun Kabupaten/Kota. 2. Tujuan khusus Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu: a. Menjelaskan faktor risiko PPOK. b. Menjelaskan program pengendalian PPOK. c. Menjelaskan program berhenti merokok. d. Menjelaskan diagnosis PPOK. e. Melakukan tata laksana PPOK di sarana pelayanan kesehatan. f. Melakukan pemeriksaan faal paru dengan menggunakan spirometri. g. Melatih
dalam
pelatihan
pengendalian
Kabupaten/Kota.
58
PPOK
di
Provinsi
maupun
Lampiran 3.
Mekanisme Penulisan Kurikulum Pelatihan A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Latar belakang merupakan uraian tentang pentingnya mengapa pelatihan tersebut dilaksanakan. Untuk pelatihan tenaga kesehatan latar belakang mengacu pada kebijakan– kebijakan atau peraturan-peraturan untuk peningkatan kompetensi tenaga kesehatan. Sedangkan untuk pelatihan masyarakat mengacu pada dukungan program kesehatan. 2. Filosofi Pelatihan Filosofi pelatihan merupakan suatu nilai tentang bagaimana pelatihan tersebut dilaksanakan sehingga semua peserta pelatihan dapat menerima dan menjalankan nilai tersebut. B. PERAN, FUNGSI DAN KOMPETENSI 1. Peran Peran dari peserta yang dilatih setelah mendapat pelatihan. 2. Fungsi Fungsi adalah jabaran fungsi-fungsi yang akan dilakukan peserta dalam melaksanakan perannya setelah mengikuti pelatihan. 3. Kompetensi Kompetensi adalah jabaran dari kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki peserta setelah mengikuti pelatihan. C. TUJUAN PELATIHAN 1. Tujuan umum Tujuan umum merupakan kompetensi (kemampuan) yang akan dicapai pada akhir pelatihan.
59
2. Tujuan khusus Tujuan khusus merupakan jabaran kompetensi (kemampuan) untuk dapat mencapai kompetensi (kemampuan) yang dirumuskan pada tujuan umum. D. PESERTA, PELATIH, PENYELENGGARA 1. Peserta Ada2 (dua) hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan peserta, yaitu: a. Kriteria peserta Kriteria peserta merupakan persayaratan peserta yang disesuaikan dengan jenis pelatihan, berdasarkan latar belakang pendidikan, tugas pokok, pengalaman kerja dan kriteria lain yang perlu dan spesifik untuk masing-masing pelatihan sesuai dengan jenis pelatihannya. b. Efektivitas peserta pelatihan Efektivitas peserta pelatihan adalah jumlah peserta yang ditentukan dalam suatu pelatihan berdasarkan jenis pelatihan dan tujuan pelatihan. 2. Pelatih Didalam menentukan pelatih, perlu diperhatikan kemampuan kediklatan dan kesesuaian keahlian pelatih dengan materi yang akan disampaikan sesuai jenis kediklatannya baik TOT atau tekhnis subtansi. Untuk pelatihan bagi tenaga kesehatan, kriteria pelatih sebagai berikut : a. Pernah mengikuti TOT b. Menguasai subtansi materi Untuk pelatihan bagi masyarakat, kriteria pelatih menguasai subtansi pelatihan. 3. Penyelenggara Merupakan penyelenggara pelatihan yang ditetapkan berdasarkan SK penyelenggara. Untuk pelatihan bagi tenaga kesehatan, insitusi penyelenggara sudah terakreditasi. Untuk pelatihan bagi masyarakat dapat dilakukan oleh institusi penyelenggara terakreditasi, program atau LSM yang bergerak di bidang
60
kesehatan E. STRUKTUR PROGRAM Struktur program merupakan jabaran dari materi-materi yang disampaikan dalam proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang dijabarkan didalam tujuan khusus pelatihan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun struktur program: 1. Materi-materi tersebut dikelompokkan dalam 3 bagian, yaitu: a. Materi dasar: merupakan materi yang menjadi dasar dalam pencapaian kompetensi yang akan dicapai, dengan persentase 15-20% dari keseluruhan jpl. b. Materi inti: merupakan materi yang harus dikuasai dalam pencapaian kompetensiyang dijabarkan dalam tujuan khusus pelatihan, dengan persentase 60-70% dari keseluruhan jpl. c. Materi penunjang: merupakan materi yang menunjang keberlangsungan proses pembelajaran yaitu BLC dan RTL, dengan persentase 15-20% dari keseluruhan jpl. 2. Untuk pelatihan yang lebih fokus pada peningkatan keterampilan teknis profesi maka persentase materi bisa berubah dari ketentuan tersebut, sebagai berikut: a. Materi dasar: 5-10% dari keseluruhan jpl. b. Materi inti: 80-90% dari keseluruhan jpl. c. Materi penunjang: 5-10% dari keseluruhan jpl. Materi-materi tersebut dikelompokkan dalam Teori (T), Penugasan (P), dan Praktik Lapangan (PL). Untuk pelatihan yang lebih fokus pada peningkatan keterampilan seharusnya ada alokasi waktu untuk PL sesuai dengan tujuan pelatihan. Perbandingan proporsi alokasi waktu dalam pelatihan antara teori dengan penugasan dan praktik lapangan yaitu 40% : 60% atau 30% : 70%. Dalam penyelenggaraan pelatihan tenaga kesehatan disarankan menggunakan pola nomor 2, agar bobot pelatihan lebih fokus pada peningkatan ketrampilan teknisnya. Sedangkan untuk pelatihan bagi masyarakat disesuaikan dengan
61
tujuan pelatihan. F. DIAGRAM ALIR PROSES PEMBELAJARAN Merupakan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran yang dimulai dari pembukaan, penyampaian materi, praktek kerja lapangan, evaluasi dan penutupan. Dengan adanya diagram alir proses pembelajaran akan lebih terstruktur atau tertata. Langkah-langkah diagram alir disesuaikan dengan tujuan pelatihan. Setiap hari diawal proses pembelajaran dilakukan refleksi dengan tujuan untuk meninjau kembali proses kegiatan/pembelajaran yang telah dilaksanakan sehari sebelumnya. G. GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP)/RANCANG BANGUN PROGRAM PEMBELAJARAN (RBPP) Merupakan kisi-kisi sebagai acuan bagi fasilitator dalam menyampaikan materi. Istilah GBPP digunakan untuk pelatihan berbasis pembelajar, sedangkan RBPP digunakan untuk pelatihan berbasis kompetensi. Isi GBPP terdiri dari judul materi, alokasi waktu, tujuan pembelajaran umum dan khusus (TPU dan TPK), pokok dan sub pokok bahasan disampaiakan, metode, alat bantu dan referensi. Isi RBPP terdiri dari judul materi, tujuan disampaikannya materi, elemen kompetensi, kriteria unjuk kerja, indikator unjuk kerja, topik/pokok bahasan, metoda, media dan alat bantu pembelajaran, waktu per indikator, referensi. H. EVALUASI Evaluasi dalam pelatihan merupakan proses pengumpulan data yang sistematis untuk mengukur efektivitas program pelatihan, bertujuan untuk mengukur keberhasilan dan pencapaian tujuan pelatihan yang telah ditetapkan. Evaluasi dilakukan terhadap peserta, pelatih dan penyelenggara. Evaluasi untuk pelatihan bagi tenaga kesehatan terdiri dari pre test, post test, dan atau ujian kompetensi. Evaluasi untuk pelatihan bagi masyarakat terdiri dari pre test dan post test I. SERTIFIKAT
62
Setiap peserta pelatihan yang mengikuti proses pembelajaran sesuai ketentuan akan dinyatakan lulus apabila sesuai dengan standar penilaian dan standar kelulusan. Untuk pelatihan tenaga kesehatan peserta dinyatakan lulus akan mendapatkan sertifikat dengan angka kredit sesuai dengan ketentuan dan SKP dari organisasi profesi yang bersangkutan. Sedangkan untuk pelatihan bagi masyarakat peserta yang dinyatakan lulus mendapatkan sertifikat tanpa nilai angka kredit. Bagi peserta yang tidak lulus, diberikan surat keterangan telah mengikuti pelatihan.
63
Lampiran 4.
TOT Umum dan TOT Substansi Nama & jenis Pelatihan TOT Umum
Bagian dari Kurikulum 1 Peran, Didasarkan pada fungsi dan kompetensi melatih kompetensi
Model TOT TOT Substansi Peserta memiliki Peserta memiliki kompetensi kompetensi substansi substansi yang yang berbeda sama Didasarkan pada Didasarkan pada kompetensi teknis dan kompetensi teknis dan kompetensi melatih kompetensi melatih
2 Tujuan pelatihan
Didasarkan pada kompetensi melatih
Didasarkan pada kompetensi teknis dan kompetensi melatih
Didasarkan pada kompetensi teknis dan kompetensi melatih
3 Peserta
Kriteria peserta tidak perlu spesifik dan bukan widyaiswara
Kriteria peserta memiliki latar belakang kompetensi teknis yang berbeda
Kriteria peserta memiliki latar belakang kompetensi teknis yang sama
4 Struktur program
Materi inti hanya materi Teknik Melatih, yang terdiri dari: 1. Pembelajaran Orang Dewasa (POD) 2. Satuan Acara Pembelajaran (SAP) 3. Metode pembelajaran 4. Media dan alat bantu pembelajaran 5. Penciptaan iklim pembelajaran 6. Teknik presentasi efektif 7. Evaluasi
Materi inti terdiri dari materi substansi teknis dan materi Teknik Melatih. Materi Teknik Melatih terdiri dari: 1. POD 2. SAP 3. Metode, media dan alat bantu 4. Teknik presentasi efektif Proporsi materi: Proporsi materi: Materi substansi teknis Materi substansi lebih besar dari materi teknis lebih kecil dari teknik melatih. materi teknik melatih. Jumlah jpl untuk Teknik Jumlah jpl untuk Melatih minimal 12 jpl, Teknik Melatih dengan rincian: minimal 18 jpl, dengan rincian: Teori = 3 jpl Teori = 5 jpl Penugasan untuk
64
Nama & jenis Pelatihan Bagian dari Kurikulum
5 Evaluasi
Model TOT TOT Substansi Peserta memiliki Peserta memiliki TOT Umum kompetensi kompetensi substansi substansi yang yang berbeda sama pembelajaran menyusun SAP = 2 Penugasan = 6 jpl jpl Microteaching = 7 Microteaching = 7 jpl jpl Selain pre dan post test, Selain pre dan post test, microteaching microteaching dievaluasi dievaluasi dengan menggunakan check list dengan menggunakan check list
Catatan : Contoh cara penulisan tujuan umum dan tujuan khusus pada kurikulum: TOT umum. TOT substansi dengan peserta memiliki kompetensi substansi yang berbeda. TOT substansi dengan peserta memiliki kompetensi substansi yang sama.
65
Lampiran 5.
Pelatihan Teknis Nama & jenis Pelatihan
Pelatihan Teknis Kesehatan Teknis Profesi Teknis Upaya Teknis Manajemen Kesehatan Kesehatan dan Kepemimpinan Bagian bagi Nakes bagi Nakes dan Bagi Nakes dari Kurikulum masyarakat 1 Peran, Kompetensi dijabarkan secara detail sesuai dengan yang akan dicapai fungsi dan setelah pelatihan kompetensi 2 Tujuan Didasarkan kepada kompetensi yang akan dicapai setelah pelatihan pelatihan 3 Peserta Peserta berjumlah maksimal 30 orang. Apabila Kriteria: sesuai tujuan pelatihan untuk meningkatkan dengan profesi ketrampilan dan menggunakan alat bantu Peserta berjumlah tertentu, maka perbandingan antara instruktur maksimal 25 orang dan peserta = 1:5 Perbandingan instruktur dan peserta = 1:5 4 Pelatih Dalam proses Dalam proses Dalam proses pembelajaran yang pembelajaran yang pembelajaran yang menyampaikan materi menyampaikan materi menyampaikan materi baik teori maupun baik teori maupun baik teori maupun penugasan di dalam penugasan di dalam penugasan di dalam kelas adalah pelatih/ kelas adalah pelatih/ kelas adalah pelatih/ fasilitator dan fasilitator dan fasilitator dan narasumber yang narasumber yang narasumber yang memiliki kompetensi memiliki kompetensi memiliki kompetensi sesuai dengan materi sesuai dengan materi sesuai dengan materi yang akan disampaikan, yang akan yang akan sedangkan untuk praktik disampaikan, disampaikan, lapangan atau penerapan sedangkan untuk sedangkan untuk keterampilan yang praktik lapangan atau praktik lapangan atau didapat di kelas penerapan penerapan didampingi oleh instruktur keterampilan yang keterampilan yang
66
Nama & jenis Pelatihan
Pelatihan Teknis Kesehatan Teknis Profesi Teknis Upaya Teknis Manajemen Kesehatan Kesehatan dan Kepemimpinan Bagian bagi Nakes bagi Nakes dan Bagi Nakes dari Kurikulum masyarakat dan narasumber didapat di kelas didapat di kelas (konsulen) didampingi oleh didampingi oleh fasilitator fasilitator Kriteria: Kriteria: Kriteria: Bertugas di fasilitas Bertugas di institusi Memiliki kompetensi pelayanan kesehatan pelayanan kesehatan substansi teknis dengan Memiliki kompetensi Memiliki kompetensi melampirkan substansi teknis substansi teknis sertifikat atau surat dengan melampirkan dengan melampirkan keterangan pernah sertifikat atau surat sertifikat atau surat mengikuti pelatihan keterangan pernah keterangan pernah substansi teknis mengikuti pelatihan mengikuti pelatihan manajemen dan substansi teknis substansi teknis kepemimpinan Pernah mengikuti TOT Pernah mengikuti Pernah mengikuti TOT Widyaiswara dengan TOT background pendidikan Widyaiswara dengan sesuai profesi dan pengalaman di bidang Widyaiswara dengan pengalaman memiliki pengalaman program dan selalu di bidang teknis dibidang teknis profesi update dengan manajemen dan perkembangan kepemimpinan program Pelatih dapat juga pejabat atau seseorang yang berasal dari kalangan professional dan/atau akademisi yang karena keahlian, kemampuan atau kedudukannya diikutsertakan dalam kegiatan pencapaian tujuan pelatihan 5 Struktur Materi inti diberikan untuk Materi inti yang Materi inti yang program mencapai kompetensi diberikan lebih kepada diberikan lebih kepada teknis profesi yang harus materi yang materi yang dimiliki peserta mendukung program mendukung program kesehatan kesehatan Persentase materi: Persentase materi: Persentase materi sesuai dengan Materi dasar 5-10% Materi dasar 5-10% ketentuan umum dari total jumlah jpl dari total jumlah jpl namun ada Materi inti 80-90% dari Materi inti 80-90% kemungkinan berubah total jumlah jpl dari total jumlah jpl
67
Nama & jenis Pelatihan
Pelatihan Teknis Kesehatan Teknis Profesi Teknis Upaya Teknis Manajemen Kesehatan Kesehatan dan Kepemimpinan Bagian bagi Nakes bagi Nakes dan Bagi Nakes dari Kurikulum masyarakat sesuai dengan Materi penunjang 5 Materi penunjang 510% dari total jumlah jpl 10% dari total jumlah kebutuhan jpl 6 GBPP Metode pelatihan lebih Apabila menggunakan Metode pelatihan (metode) banyak praktik dengan alat bantu tertentu lebih banyak menggunakan alat bantu maka metode pelatihan penugasan tertentu sesuai dengan lebih banyak praktik dibandingkan dengan keterampilan yang akan sesuai dengan teori dicapai keterampilan yang akan dicapai 7 Evaluasi Selain pre dan post test, Apabila menggunakan Selain pre dan post harus ada ujian alat bantu tertentu, test, ujian komprehensif dan ujian selain pre dan post keterampilan keterampilan test, harus ada ujian tergantung tujuan keterampilan pelatihan Khusus untuk pelatihan masyarakat, bentuk evaluasi dapat disesuaikan dengan kebutuhan (misalnya apabila tidak diperlukan, maka ujian komprehensif dan/atau ujian ketrampilan bisa ditiadakan) 8 Sertifikat Standar penilaian: Standar penilaian: peserta yang mengikuti peserta yang mengikuti pelatihan secara penuh mendapatkan sertifikat pelatihan secara penuh pelatihan mendapatkan sertifikat pelatihan. Standar kelulusan: lulus ujian komprehensif dan keterampilan mendapatkan transkrip nilai dari organisasi profesi Bagi peserta pelatihan dengan kehadiran dibawah 90% tidak diberikan sertifikat tetapi diberikan surat keterangan telah mengikuti pelatihan
68
Lampiran 6.
Pelatihan Non Klasikal Bagi Tenaga Kesehatan Jenis Pelatihan Teknis PJJ Kalakarya Terstruktur Kriteria khusus: mampu Berasal dari intern unit kerja mengoperasikan komputer terutama tersebut yang memiliki tugas program Microsoft Office dan yang sama, individu atau tim menggunakan internet (dibuktikan Jumlah peserta dengan rasio dengan pernyataan pimpinan) pelatih/fasilitator & peserta : Jumlah peserta tiap angkatan antara 1:5 50-100 orang, dengan rasio tutor & peserta = 1:5 2 Pelatih Pelatih disebut tutor Pelatih berasal dari dalam unit kerja atau organisasi institusinya, atau pelatih dari luar institusi 3 Penyelenggara Ada admin yang bertugas untuk Penyelenggara berasal dari memonitor lalu lintas proses tutorial dalam unit kerja atau organisasi institusinya 4 Struktur Materi inti diberikan untuk mencapai Materi inti yang diberikan program kompetensi yang ditetapkan sesuai dengan hasil TNA dan kebutuhan organisasi Kolom pada struktur program terdiri dari Nomor, Materi, Aktivitas belajar. Lama pelatihan minimal 30 Aktivitas belajar dibagi 3 kolom yaitu menit Belajar Mandiri (BM), Tutorial (T), Materi inti yang diberikan Penugasan (P) sesuai dengan hasil TNA dan kebutuhan organisasi Lama pelatihan minimal 30 jpl 5 GBPP GBPP sama dengan pelatihan Menggunakan RBPP, yang terdiri klasikal dari: - Nomor - Judul materi - Tujuan - Elemen kompetensi - Kriteria unjuk kerja Bagian dari kurikulum 1 Peserta
69
Bagian dari kurikulum
6 Evaluasi
7 Setifikat
Jenis Pelatihan Teknis Kalakarya Terstruktur
PJJ - Indikator unjuk kerja - Topik/pokok bahasan - Metode - Media pembelajaran - Saliran komunikasi - Bukti - Referensi Metode yang digunakan yaitu belajar mandiri, tutorial, dan tes akhir. Tutorial dilakukan dengan metode tanya jawab, diskusi kasus, latihan Media dalam proses pembelajaran PJJ terbagi menjadi: proses pembelajaran onlines sistem yang memanfaatkan media website dengan menggunakan learning media service (LMS) tertentu, tatap muka dikelas hanya dilakukan saat pembekalan dan tutorial dilakukan melalui media elektronik proses pembelajaran semi online sistem dilakukan dengan melalui media elektronik dan tutorial dilakukan secara langsung Penugasan, test pokok bahasan/materi dan ujian komprehensif
Metode yang digunakan yaitu coaching, demonstrasi, simulasi dan praktik langsung di tempat bekerja Media lebih difokuskan pada lembar kerja
Berupa hasil penugasan yang diberikan oleh pembimbing/pelatih. Penilaian dilakukan dengan pengamatan dengan mengguakan check list dan wawancara. Evaluasi juga dilakukan 1-3 bulan setelah mengikuti kalakarya Standar penilaian: Standar penilaian: Sertifikat dapat diberikan kepada Sertifikat dapat diberikan kepada peserta apabila mengikuti PJJ dengan peserta apabila: penuh. mengikuti kalakarya dengan Standar kelulusan: penuh
70
Bagian dari kurikulum
Jenis Pelatihan Teknis PJJ Kalakarya Terstruktur Nilai kelulusan didasarkan kepada dapat melakukan keterampilan penyelesaian tugas, ujian substansi, yang sesuai dengan standars dan ujian komprehensif, dengan persentase yang ditentukan sesuai dengan kompetensi.
71
Lampiran 7.
Pelatihan Non Klasikal Bagi Masyarakat Kalakarya tidak terstruktur
Unsur 1 Peserta
2 Pelatih 3 Penyelenggara
Berasal dari kelompok masyarakat yang bergerak di bidang kesehatan Jumlah peserta dengan rasio pelatih/fasilitator & peserta : 1:5 Pelatih berasal dari Istitusi pelayanan kesehatan Penyelenggara berasal dari dalam unit kerja atau organisasi institusinya
72
Lampiran 8.
Gabungan Pelatihan Klasikal dan Non Klasikal Bagian dari kurikulum Jenis Pelatihan Teknis 1 Peserta Kriteria peserta disesuaikan dengan kebutuhan program 2 Pelatih Pelatih berperan sebagai pelatih dan tutor. Saat berperan sebagai tutor, proses pembelajaran dilakukan dalam waktu yang disepakati 3 Struktur program Materi dan jumlah jam pelatihan digabung dari seluruh proses pembelajaran baik di kelas maupun di tempat kerja Kolom penugasan terbagi 2 (dua) yaitu penugasan di kelas sebelum ke lapangan dan penugasan di kelas setelah dari lapangan Alokasi waktu pelatihan membutuhkan waktu yang lama sesuai dengan kebutuhan pelatihan 4 GBPP Waktu disesuaikan dengan struktur program Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) mencakup tujuan akhir setelah kembali dari lapangan 5 Evaluasi Selain pre dan post test, evaluasi juga dilakukan melalui penugasan, test materi dan ujian komprehensif Khusus untuk pelatihan masyarakat, bentuk evaluasi dapat disesuaikan dengan kebutuhan (misalnya apabila tidak diperlukan maka ujian komprehensif dan/atau ujian ketrampilan bisa ditiadakan) 6 Setifikat Standar penilaian: sertifikat dapat diberikan kepada peserta apabila mengikuti pelatihan dengan penuh (kelas dan lapangan) sesuai dengan struktur program Bagi peserta pelatihan dengan kehadiran dibawah 90% tidak diberikan sertifikat tetapi diberikan surat keterangan telah mengikuti pelatihan
73
Lampiran 9.
Daftar Kompetensi Pelatih No.
Kompetensi
A. 1. Memahami karakteristik a. peserta pelatihan b. 2. Memahami kurikulum yang terkait dengan bidang keahlian yang dilatihkan
a. b. c. d.
3. Memahami konsep, prinsip dan prosedur pelatihan
a. b.
4. Memahami jenis dan a. karakteristik instrumen yang digunakan yang b. sesuai dengan bidang keahlian yang dilatihkan c. d. 5. Memahami pengorganisasian pelatihan 6. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas
a. b. c. a. b.
Sub Kompetensi Kompetensi Pedagogik Mendeskripsikan karakteristik peserta pelatihan berkaitan dengan fisik, sosioemosional, dan moral. Mendeskripsikan karakteristik peserta pelatihan berkaitan dengan latar belakang budaya. Menjelaskan tujuan belajar pada pelatihan Mendeskripsikan kompetensi bidang keahlian yang dilatihkan Menjelaskan materi bidang keahlian yang dilatihkan Menjelaskan metode, teknik dan alat bantu yang terkait dengan materi yang dilatihkan Memahami konsep, prinsip, dan prosedur materi teori pelatihan Memahami konsep, prinsip, dan prosedur Materi praktikum pelatihan Menjelaskan jenis-jenis instrumen yang digunakan yang sesuai dengan bidang keahlian Mendeskripsikan karakteristik setiap jenis instrumen yang digunakan yang sesuai dengan bidang keahlian Memahami persyaratan penyusunan instrumen materi teori pelatihan Memahami persyaratan penyusunan instrumen materi praktikum pelatihan Menjelaskan perencanaan pelatihan Menjelaskan pelaksanaan pelatihan Memahami fungsi kontrol dalam pelatihan Menganalisis hasil pelatihan berdasarkan kebutuhan dunia industri dan usaha mandiri Memanfaatkan hasil analisis untuk perbaikan dan
74
No.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
Kompetensi pelatihan
Sub Kompetensi pengembangan pelatihan
B. Kompetensi Kepribadian Berperilaku sesuai a. Menghargai peserta pelatihan tanpa dengan norma agama, membedakan agama, suku, adat-istiadat, asal hukum, sosial, dan daerah, dan jenis kelamin budaya nasional b. Berperilaku sesuai dengan norma yang Indonesia berlaku di masyarakat dengan memperhatikan budaya Indonesia yang beragam Beriman dan bertakwa a. Berperilaku yang mencerminkan keimanan kepada Tuhan Yang dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Maha Esa, berakhlak Esa mulia, bersikap adil, b. Berperilaku yang mencerminkan akhlak mulia dan jujur c. Bersikap adil dan jujur dalam melakukan proses pelatihan Berkepribadian terpuji a. Mencerminkan pribadi yang mantap, stabil, dan teguh dalam pendirian b. Menunjukkan pribadi yang dewasa, arif, bijaksana, dan berwibawa c. Mencerminkan pribadi yang disiplin Memiliki etos kerja, a. Menampilkan etos kerja, tanggung jawab, tanggungjawab, dan dan komitmen yang tinggi percaya diri sebagai b. Percaya diri dalam melaksanakan pelatihan pelatih c. Bekerja secara mandiri dan profesional Mematuhi kode etik a. Menghayati kode etik profesi pelatih profesi pelatih b. Menerapkan kode etik profesi pelatih c. Berperilaku sesuai dengan kode etik profesi pelatih C. Kompetensi Sosial Bersikap terbuka, a. Bersikap terbuka dan objektif terhadap peserta objektif, dan tidak pelatihan, teman sejawat, dan lingkungan sekitar diskriminatif b. Bersikap tidak diskriminatif terhadap peserta pelatihan, teman sejawat, dan anggota masyarakat lainnya Berkomunikasi secara a. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun efektif, empatik, dan dengan peserta pelatihan santun dengan peserta b. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun pelatihan, teman dengan teman sejawat sejawat, dan c. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun
75
No.
Kompetensi masyarakat sekitar 3. Beradaptasi dengan kondisi sosial di lingkungan kerja 4.
1.
2.
3.
4.
Sub Kompetensi dengan masyarakat sekitar a. Beradaptasi di lingkungan kerja untuk meningkatkan efektivitas kerja b. Membangun hubungan sosial dengan lingkungan kerja Berkomunikasi dengan a. Membangun kerjasama dengan teman seprofesi komunitas profesi dan profesi lainnya untuk peningkatan kualitas kerja pelatih dan profesi b. Mengomunikasikan hasil inovasi kepada komunitas lainnya seprofesi c. Berkomunikasi dengan komunitas profesi melalui berbagai media D. Kompetensi Profesional Memahami konsep a. Menjelaskan konsep dasar ilmu dan pengetahuan dan fungsi ilmu dan yang mendasari bidang keahlian yang dilatihkan pengetahuan yang b. Menjelaskan fungsi ilmu dan pengetahuan mendasari bidang yang mendasari bidang keahlian yang dilatihkan keahlian pelatihan Menguasai standar a. Memahami standar kompetensi lulusan yang kompetensi lulusan dan mencakup aspek pengetahuan, sikap dan standar kompetensi keterampilan sesuai bidang keahlian kerja nasional b. Memahami standar kompetensi kerja Indonesia (SKKNI) nasional Indonesia (SKKNI) yang mencakup aspek sesuai bidang keahlian pengetahuan, sikap dan keterampilan c. Menerapkan standar kompetensi kerja nasional Indonesia (SKKNI) dalam dunia industri dan usaha mandiri sesuai bidang keahlian yang dilatihkan Memahami substansi a. Memahami substansi dasar yang dilatihkan yang diujikan pada b. Memahami substansi yang dilatihkan sesuai pelatihan perkembangan ilmu dan teknologi, serta kebutuhan dunia industri dan usaha mandiri Menerapkan prinsip a. Mengidentifikasi indikator unjuk kerja yang pelatihan dan penilaian menyeluruh dan seimbang antar komponen sesuai dengan bidang kurikulum sesuai bidang keahlian dan kebutuhan keahlian serta dunia industri serta usaha mandiri kebutuhan dunia b. Menyusun instrumen ujian teori untuk mengukur industri dan usaha kompetensi sesuai kebutuhan dunia industri dan mandiri usaha mandiri
76
No.
Kompetensi c.
d. e. f. g. 5. Mengelola proses dan prosedur pengujian pada pelatihan 6. Menginterpretasikan hasil pelatihan 7. Merumuskan tindak lanjut hasil pelatihan
a. b. c. d. a. b. a. b.
8. Melaporkan hasil pelatihan
a. b.
Sub Kompetensi Menyusun instrumen ujian praktik yang mencakup aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk mengukur kompetensi bidang keahlian sesuai kebutuhan dunia industri dan usaha mandiri Memvalidasi instrumen sesuai dengan persyaratan pengembangan instrumen bidang keahlian Merakit instrumen berdasarkan hasil validasi instrumen Memilih instrumen yang tersedia sesuai kebutuhan pelatihan Menetapkan instrumen yang tersedia sesuai kebutuhan pelatihan Merencanakan kegiatan pelatihan Mengorganisasikan kegiatan pelatihan Melaksanakan kegiatan pelatihan Mengelola hasil pelatihan Menganalisis hasil pelatihan Memberi keputusan hasil pelatihan Merumuskan tindak lanjut untuk perbaikan instrumen pelatihan Merumuskan tindak lanjut untuk perbaikan pelaksanaan pelatihan Mengadministrasikan hasil pelatihan Membuat laporan hasil pelatihan
77