W a r t a
Geologi . Juni 2009
Pengantar Redaksi Pembaca yang budiman,
Pembaca yang budiman,
Selamat bertemu kembali dengan Warta
Artikel
Geologi (WG) edisi 2 tahun 2009. Seperti
Pertambangan”
edisi-edisi sebelumnya dalam WG ini para
masalah pertambangan dan regulasi yang
pembaca
rubrik-rubrik
diperlukan. Dalam tulisannya ini, R. Sukhyar
“Editorial”, “Geologi Populer”, “Lintasan
menyatakan bahwa sektor pertambangan
Geologi”, “Geo Fakta”, “Profil”, “Resensi
merupakan sektor sangat penting dalam
Buku Geologi”, “Layanan Geologi” dan
pembangunan nasional. Sektor ini pada
“Seputar Geologi”. Apa yang menjadi khas
tahun 2008 memberi kontribusi sebesar 30%
dalam edisi ini adalah sumbangan tulisan
dari total APBN atau Rp 350 trilyun. Angka ini
Kepala Badan Geologi dalam rubrik Geologi
sebagian besar berasal dari migas, selebihnya
Populer dengan topik alokasi ruang untuk
dari pertambangan mineral dan batubara.
sektor pertambangan. Selain itu, untuk lebih
Oleh karena itu, sektor ini masih dianggap
mengenal sosok dan buah pikir Kepala Badan
tetap
Geologi, redaksi menyajikan tulisan hasil
sebagai penggerak pembangunan sektor-
bincang-bincang dengan beliau pada rubrik
sektor lainnya. Namun, tidak jarang sektor
profil.
ini menghadapi kendala dalam perencanaan
akan
menjumpai
“Alokasi
penting
Ruang
untuk
Sektor
tata
ruang,
mengupas
untuk
menopang
APBN
ruang. Permasalahan utama kegiatan usaha Editorial WG kali ini berisi ajakan untuk
pertambangan
menulis karya tulis ilmiah khususnya di
adalah konflik pemanfaatan ruang, yaitu
bidang kebumian. Fakta menunjukkan bahwa
sumber daya di bawah permukaan tidak bisa
kuantitas karya tulis ilmiah bangsa Indonesia
ditambang karena lahan di atas permukaan
jauh lebih sedikit dibanding bangsa-bangsa
sudah digunakan oleh sektor lain. Oleh karena
lain di dunia. Menurut Thomson Scientific
itu, diharapkan Undang-Undang Penataan
(sekarang bernama Thomson Reuters) jumlah
Ruang dapat menyediakan suatu metodologi
makalah ilmiah yang diterbitkan oleh peneliti
atau peraturan yang bisa menjembatani
Indonesia pada tahun 2004 sebanyak 522
pertambangan dengan sektor-sektor lainnya
buah. Dengan jumlah itu di tingkat ASEAN,
yang lebih kasat mata di permukaan.
Indonesia
hanya
menempati
dikaitkan
dengan
ruang
peringkat
keempat setelah Singapura (5721 makalah
Artikel “Panas bumi sebagai Sumber Energi
ilmiah), Thailand (2397), dan Malaysia (1438).
dan Penghasil Emas” karya Sabtanto J.S.
Apabila para peneliti Indonesia mengasah
menguraikan tentang potensi panas bumi
kemampuan mereka untuk menulis secara
sebagai sumber energi bagi Pembangkit
teratur dan terus-menerus, kita harapkan
Listrik
kuantitas dan kualitas makalah ilmiah kita
pemanfaatan limbah fluida panas bumi yang
akan meningkat. Dengan cara demikianlah
mengendapkan silika mengandung unsur
seorang peneliti membangun bangsa ini.
emas dan logam ikutannya, baik sebagai
Tenaga
Panas
Bumi
(PLTP)
dan
kerak dalam pipa, maupun pada aliran setelah Pengantar Redaksi
Pengantar Redaksi keluar dari jaringan proses produksi listrik
Charles Francis Richter, sedangkan Imtihanah
menuju sumur injeksi. Hasil analisis terhadap
menulis mengenai Thomas Raffles.
7 sampel di PLTP Dieng selain unsur-unsur ikutan lainnya, diperoleh kadar emas 0,477
Dalam
ppm, perak 3,14 ppm, dan merkuri 1,982
dalam perbincangannya dengan tim WG
ppm. Dengan produksi endapan lumpur
menceritakan perjalanan hidup dan karirnya
silika pada kolam pengendapan di PLTP Dieng
sebagai seorang ahli bumi dan pejabat
perbulan sebesar 165 ton, maka dihasilkan
struktural di DESDM. Beliau terlibat dalam
kandungan 78,7 gram emas per bulan.
berbagai penyusunan kebijakan dan regulasi
rubrik
“Profil”,
Dr.
R.
Sukhyar
dalam bidang pertambangan. Dalam bincangArtikel “Endapan Nikel Laterit” merupakan
bincang itu pula beliau mengungkapkan
tulisan karya F. Agustin yang mengupas
pemikirannya seputar wacana pembentukan
endapan nikel laterit dari mulai genesa,
Badan Geologi Nasional.
mineralogi, proses pembentukan, hingga ke produksi. Penulis menyatakan bahwa
Pembaca yang budiman,
Indonesia menyumbang sekitar 12% suplai
Kami senantiasa mengundang para pembaca,
nikel laterit untuk konsumsi dunia dan pada
khususnya para peneliti dan pengamat bidang
tahun 2012 produksi nikel laterit dunia akan
geologi dari dalam maupun luar lingkungan
meningkat sebesar menjadi 51%.
Badan Geologi untuk menulis di WG. Media cetak yang memposisikan diri sebagai majalah
Artikel
“Mengenal
Longsor”
populer – ilmiah di bidang geologi ini sangat
merupakan tulisan sumbangan Marenda
tepat kiranya dijadikan ajang menulis dalam
Ishak
bidang kebumian.
S.
dari
Erosi
dan
Universitas
Padjadjaran
mengajak pembaca untuk mengenali potensi bahaya erosi dan longsor secara dini berikut
Kepada
cara
menyumbangkan tulisannya di WG kali ini,
mengatasinya.
paparannya
penulis
Untuk
memperjelas
mengambil
salah
satu kasus erosi dan longsor yang terjadi
para
penulis
yang
telah
tak lupa kami dari redaksi mengucapkan terima kasih atas kontribusinya.
Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Akhir kata, selamat menikmati Warta Geologi. n Redaksi
Dalam rubrik “Lintasan Geologi” dimuat tulisan mengenai Gunung Banda Api di Kepulauan Banda karya Igan S. Sutawidjaja. Selain itu dua artikel dalam rubrik Geo Fakta ikut menyemarakkan WG edisi ini. Joko Parwata menyumbang tulisan mengenai
W a r t a
Geologi . Juni 2009
Editorial
Turut Membangun Bangsa Melalui Karya Tulis Ilmiah Kebumian Ketika aku masih muda dan bebas berkhayal, aku bermimpi ingin mengubah dunia. Seiring dengan bertambahnya usia dan kearifanku, kudapati bahwa dunia tidak kunjung berubah. Oleh sebab itu cita-cita untuk mengubah dunia lebih kusederhanakan, aku ingin mengubah negeriku. Namun hasrat itu pun agaknya sulit diwujudkan. Ketika usiaku memasuki masa senja, dengan semangat yang masih tersisa, kuputuskan untuk mengubah keluargaku. Tetapi apa daya mereka pun enggan berubah. Kini, di kala langkah demi langkah semakin mendekati ajal, tiba-tiba aku sadar: “Andaikan yang pertama aku ubah adalah diriku sendiri, boleh jadi aku akan menjadi panutan sehingga aku dapat mengubah keluargaku. Berkat inspirasi dan dorongan mereka, bisa jadi aku pun mampu memperbaiki negeriku. Dengan demikian siapa tahu, aku bahkan dapat mengubah dunia.” Rangkaian kalimat tersebut di atas terukir pada salah satu makam di Wentminster Abbey, Inggris, 1100 M. Disadur dari publikasi Vitaniaga, 1999. Hal yang hakiki atau mendasar yang ingin disampaikan melalui pesan tersebut adalah “mengasah diri untuk menjadi yang terbaik selagi ada waktu”. Seperti satu kata bijak yang berbunyi “aku tidur dan bermimpi bahwa hidup itu indah, aku bangun dan dapati bahwa hidup itu penuh tanggung jawab”. Ya, tanggung jawab, bahwa setiap orang memiliki tanggung jawab. Suatu hari seorang murid Sekolah Dasar dengan mata berbinar dan dada dipenuhi rasa bangga pulang ke rumah membawa selembar piagam penghargaan usai memenangi lomba cerdas cermat. Piagam tersebut kemudian diberi bingkai oleh ayahnya dan dipajang pada salah satu sudut kamarnya. Setiap kali si anak kehilangan semangat, sang ayah selalu mengingatkannya bahwa masih
banyak “piagam” yang menanti untuk diraih. Semangat si anak bangkit kembali untuk meraih prestasi dan berprestasi. Seminar yang diselenggarakan oleh Jurnal Geologi Indonesia, Badan Geologi pada 22 Juni 2009 menampilkan dua belas pembicara yang mempresentasikan makalah mereka masingmasing. Mereka adalah orang-orang yang telah menelorkan karya yang terpilih. Mungkin Anda berpendapat bahwa makalah-makalah tersebut bukanlah yang terbaik, pendapat itu sah adanya. Tetapi yang pasti bahwa karya tersebut merupakan hasil suatu jerih payah dan kerja keras dalam tenggang waktu yang tidak sebentar. Kita sering menyaksikan betapa banyak “hadiah” yang diberikan kepada mereka yang telah berkarya dan berprestasi. Ada hadiah Nobel, hadiah Magsaysay, hadiah Kalpataru dan banyak lagi jenis hadiah lainnya. Semua itu sebagai salah satu bentuk apresiasi dan penghargaan kepada mereka yang telah membuahkan hasil karya. Sekali lagi, boleh jadi ada sementara pihak yang menganggap bahwa karya dari si penerima hadiah bukan yang terbaik, tetapi yang pasti bahwa karya mereka lahir dari pemikiran serta hasil dari kerja keras dan bermanfaat bagi banyak orang sehingga terpilih. Kata terpilih sendiri mengandung makna bahwa telah melalui berbagai tahapan seleksi dan dinilai oleh lebih dari satu orang. Tidak berlebihan apabila kami sadur satu pesan moral dari seorang yang bijak; “jangan mencoba mencari kesalahan dari luar dirimu karena sangat mungkin kesalahan itu ada di dalam dirimu sendiri”. Mari kita bangkit untuk menjadi pribadi yang terpilih dan turut sebagai salah satu pelaku yang membangun bangsa melalui karya tulis ilmiah kebumian.n Salam Redaksi Editorial
Geologi Populer
ALOKASI RUANG untuk Sektor Pertambangan Oleh: Dr. R. Sukhyar
S
ejak dikeluarkannya Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang dan regulasi implementasinya
Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), maka seluruh kegiatan yang memanfaatkan ruang harus menyesuaikan diri dengan peraturan tersebut termasuk sektor pertambangan. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya (UU No.26 Tahun 2007). W a r t a
Geologi . Juni 2009
Namun dalam praktek istilah ruang sering dicampuradukkan dengan lahan padahal keduanya memiliki arti yang berbeda, misalkan saja tata guna lahan (landuse planning) sedangkan untuk perencanaan ruang sering disebut spatial planning. Ruang digunakan dalam konteks yang lebih umum, yang digunakan untuk menyebut suatu bagian di bumi, misalkan ruang dalam suatu kawasan hutan atau ruang dalam kawasan industri. Sumber daya energi dan mineral atau sumber daya tambang berupa minyak bumi dan gas, batubara, panas bumi, mineral dan batuan menempati ruang. Ruang juga merupakan sumber daya. Keberadaannya terbatas tapi ditempati berbagai jenis sumber daya baik secara lateral maupun Vertical. Oleh sebab itu bagaimana ruang terbatas tersebut dimanfaatkan secara bersama-sama seoptimal mungkin untuk memperoleh manfaat maksimal. Sektor pertambangan merupakan sektor sangat penting dalam pembangunan nasional. Sektor ini pada tahun 2008 memberikan kontribusi sebesar 30 % dari APBN, yaitu sebesar Rp 350 trilyun. Angka ini sebagian besar berasal dari migas, selebihnya dari pertambangan mineral dan batubara. Oleh sebab itu sektor ini masih tetap penting untuk menopang APBN sebagai penggerak pembangunan sektor-sektor lainnya. Namun tidak jarang sektor ini menghadapi kendala dalam perencanaan dan pemanfaatan ruang, seperti yang terjadi pada usaha migas di Tambun, Bekasi, dimana peningkatan produksi terkendala karena ruang geraknya sudah dimanfaatkan kepentingan lain. Permasalahan utama kegiatan usaha pertambangan dikaitkan dengan penataan ruang adalah konflik pemanfaatan lahan, yaitu sumber daya yang ada di bawah permukaan pada saat akan ditambang dengan pemanfaatan ataupun penggunaan lahan yang sudah ada di atasnya. Oleh sebab itu diharapkan undangundang penataan ruang dapat menyediakan suatu metodologi atau peraturan yang bisa menjembatani pertambangan dengan sektor lainnya yang lebih kasat mata di permukaan. Filosofi Pertambangan Dalam rangka menyelesaikan konflik kepentingan antar sektor harus dikembalikan pada paradigma UUD 1945 Pasal 33 ayat (3) yang memberikan implikasi berikut, yaitu: • Pemerintah sebagai penyelenggara Negara harus mengetahui potensi atau sumber kekayaan buminya baik di wilayah darat, laut dan ruang di atasnya. • Semua jenis sumber kekayaan bumi memiliki peran yang sama dalam mensejahterakan rakyat Indonesia.
• Pemerintah melakukan optimalisasi pemanfaatan sumber kekayaan buminya di wilayah darat, laut dan ruang di atasnya untuk sebesar besar kemakmuran rakyat Indonesia. • Oleh karena itu sumber daya di dalam bumi dan lainnya di permukaan harus memiliki posisi yang sama dalam perencanaan ruang. Sumber daya tambang berupa mineral, minyak dan gas bumi, batubara dan panas bumi menempati ruang mulai dari dalam bumi hingga permukaan. Masing-masing sumber daya memiliki karakteristik yang khas. Mineral logam primer senantiasa berada pada batuan induk keras sehingga keberadaanya biasanya di pegunungan yang memiliki lereng curam. Sebaliknya endapan mineral laterit yang berupa tanah biasanya pada daerah relatif datar berada di permukaan. Dengan demikian jenis penambanganya juga berbeda, untuk laterit dilakukan dengan tambang terbuka, sedangkan mineral logam primer dilakukan dengan tambang terbuka atau bawah tanah. Untuk batubara dapat berupa tambang terbuka atau bawah tanah. Cadangan minyak dan gas bumi serta panas bumi dilakukan dengan pengeboran. Berdasarkan jenis penambangan tersebut diatas dapat dilihat bahwa pemanfaatan lahan dari berbagai bahan tambang berbeda-beda, tambang terbuka lebih besar menggunakan lahan. Namun dalam konsep alokasi ruang maka sebenarnya tidak hanya lahan yang digunakan untuk penambangan tetapi bagaimana wilayah operasi tambang harus dilindungi dari kegiatan umum sehingga tidak mengganggu kegiatan operasi tambang. Undang-undang Hukum Agraria No. 5/1960 sangat tegas mengatakan bahwa penguasaan mineral di dalam bumi tidak berarti juga penguasaan atas lahan di permukaan, demikian pula sebaliknya penggunaan lahan di permukaan tidak otomatis menguasai mineral di bawahnya. Artinya pengelolaan sumber daya mineral hanya dapat dilakukan apabila ada persetujuan dari yang menguasai tanah (lahan) di permukaan. Atas dasar sifat alami sumber daya mineral tersirat bahwa potensi konflik penggunaan lahan akan terus berlangsung antara tambang dengan pengguna lahan yang kasat mata di keberadaannya di permukaan. Kegiatan pertambangan mencakup kegiatan yang dimulai dari pencarian sumber daya mineral atau menemukan cadangan, mengolah atau memurnikan, mengangkut dan menjualnya. Seluruh kegiatan ini memakan waktu cukup panjang, dimana kegiatan eksplorasi dilakukan selama 3-5 tahun dan kegiatan eksploitasi (operasi produksi) bisa mencapai 30 tahun. Geologi Populer
Geologi Populer Kegiatan eksplorasi pada umumnya dilakukan oleh pengusaha mengingat pemerintah sangat minim dalam pendanaan terutama kegiatan eksplorasi yang dilakukan secara detail yang melibatkan kegiatan pemboran. Oleh sebab itu manakala kegiatan eksplorasi dilakukan oleh pengusaha, maka harus ada jaminan bahwa kegiatan eksplorasi ini dapat dilanjutkan untuk masuk ketahapan pengembangan, yaitu tahapan operasi pertambangan (produksi). Keadaan ini menjadi masalah ketika suatu kawasan dinyatakan sebagai kawasan lindung dimana para pelaku usaha pertambangan telah melakukan eksplorasi dalam kawasan lindung, dikemudian hari tidak bisa melakukan kegiatan operasi produksi. Apabila hal ini terjadi maka sebenarnya tidak ada jaminan hukum dan kelangsungan usaha di bidang pertambangan yang diberikan oleh Pemerintah. Melihat nature dari sumber daya dan peraturan perundang-undangan tentang agraria dan kehutanan (UU No. 41/1999) serta pengusahaan pertambangan maka dalam perencanaan penggunaan lahan akan semakin sulit bagi pertambangan. Oleh sebab itu perundangundangan penataan ruang harus berdiri netral dalam menyelesaikan permasalahan antara sektor. Apabila sumber daya hayati yang nyata-nyata kasat mata dimunculkan dalam perencanaan tata ruang, bukankah seharusnya yang tidak kasat mata harus dimunculkan kepada publik, sehingga kita tahu dimana saja sumber daya mineral dan energi kita berada dan melakukan antisipasi skala konflik antara sektor yang akan dihadapi. Dengan demikian sumber daya energi, migas dan mineral sebagai sumber kekayaan alam negara harus tergambarkan dalam rencana tata ruan, sebagai mana sumber daya alam hayati lainnya. Demikian pula konversi pengalihan peruntukan ruang, di dalam suatu kawasan lindung atau kawasan budidaya perlu diatur. KONSEP ALOKASI RUANG PERTAMBANGAN Kegiatan usaha pertambangan mencangkup minimal 2 tahapan utama yaitu eksplorasi dan eksploitasi atau operasi produksi. Di dalam tahapan operasi produksi penambangan merupakan bagian dari suatu mata rantai pertambangan, kegiatan lainnya kegiatan pengolahan, penempatan tailing atau waste disposal juga menempati ruang. Demikian pula kawasan operasi, termasuk jaringan energi seperti pipa gas, jaringan listrik yang terlihat secara fisik adalah sebuah garis, tetapi sebenarnya instalasi atau jaringan tersebut harus memiliki sempadan (buffer zone) atau ruang pengaman dari kegiatan masyarakat atau kegiatan fisik sehingga keselamatan publik atau keselamatan instalasi dapat terjaga. Dengan demikian kegiatan pertambangan pasti membutuhkan ruang mulai dari keberadaan W a r t a
Geologi . Juni 2009
sumber daya tambang itu sendiri, ruang untuk operasi tambang dapat berupa penambangan bawah permukaan (under ground) dan penambangan di permukaan (open pit mining) termasuk sarana prasarana pertambangan seperti lokasi pabrik, lokasi smallter, lokasi pencucian batubara, jalan, pelabuhan, penempatan tailing, dan reklamasi. Demikian juga ruang-ruang yang dipakai untuk kegiatan pendukung pertambangan sebagai penopang kehidupan seperti balai-balai pelatihan, pemukiman, industri, perdagangan dan sarana prasarana lainnya. Kegiatan pendukung pertambangan tersebut terus tumbuh baik secara ekonomi, sosial maupun ruang sebagai efek ganda (multy player effect). Efek ganda kegiatan tambang ini nyata sekali banyak terjadi di Indonesia sebagai mana yang terjadi di PT. Kaltim Prima Coal (KPC). Menurut hasil studi yang dilakukan oleh LPEM UI (2000) kegiatan ekonomi yang tumbuh di sekitar operasi tambang KPC memiliki nilai ekonomi 1,9 kali. Kegiatan usaha ikutan banyak tumbuh mendukung usaha tambang KPC atau berdiri sendiri sebagai bentuk pertumbuhan ekonomi.
Efek Ganda (Kesempatan Kerja) Akibat Kegiatan PT KPC Tahun 2000 (DESDM dan LPEM UI, 2000)
PERMASALAHAN PENATAAN RUANG BAGI SEKTOR PERTAMBANGAN Keberadaan sumber daya tambang tidak mengenal batas morfologi atau ketinggian, dapat berada di daerah yang rendah ataupun pegunungan. Kondisi ini sangat kontras dengan alokasi ruang untuk sumber daya hayati (kehutanan) dimana batas-batasnya sangat ditentukan oleh batasbatas ketinggian atau bentang alam. Misalkan saja kawasan hutan lindung yang berada pada ketinggian lebih dari 2000 m dengan kemiringan lereng lebih dari 40% dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) ditetapkan menjadi kawasan lindung, maka tertutup sebagai kawasan budidaya, akibatnya menimbulkan konflik kepentingan di dalam pemanfaatan ruang.
Perencanaan ruang didasarkan atas informasi permukaan bumi yang lebih kasat mata dan keekonomiannnya lebih cepat dilakukan sehingga terakomodasi dalam perencanaan atau alokasi ruang. Sedangkan sumber daya kebumian atau sumber daya tambang termasuk yang kurang kasat mata dan untuk sampai pada kegiatan penambangan dan mengolahnya menjadi nilai ekonomi dibutuhkan waktu cukup panjang, sehingga sering kali menghadapi konflik kepentingan dalam penggunaan lahan. Ilustrasi dari alokasi ruang kegiatan pertambangan dapat dilihat pada gambar berikut ini. DIMANFAATKAN UNTUK KEPENTINGAN NASIONAL
DEPOSIT SUMBER DAYA MINERAL
EKSPLOITASI SDM : • DAPAT MENIMBULKAN DAMPAK TERHADAP LINGKUNGAN • KONFLIK PENGGUNAAN LAHAN
TATA LAHAN T A T A R U A N G
BELUM TERSEDIANYA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG MENGATUR TATA CARA UNTUK MENENTUKAN KAWASAN PERUNTUKAN PERTAMBANGAN
DEPOSIT SUMBER DAYA MINERAL
DIBUAT PEDOMAN DENGAN KEPUTUSAN MENTERI
Alokasi Ruang untuk Kawasan Peruntukan Pertambangan
Hubungan fungsi Kawasan Dalam Penataan Ruang dengan Pemanfaatan Kawasan Pertambangan dapat dilihat pada gambar berikut:
PENATAAN RUANG UU 26/2007 FUNGSI
LINDUNG BUDI DAYA
UU PERTAMBANGAN B U D I D A Y A
KEHUTANAN UU 41/1999 FUNGSI
LINDUNG BUDI DAYA
PENDEKATAN TEKNIS LAND USE-LAND FORM-
GENESA DEPOSIT - IN SITU -
LAND COVER - LAND FORM
KESESUAIAN LAHAN -
KEEKONOMIAN TAMBANG -
KESESUAIAN LAHAN -
PENGEMBANGAN WILAYAH
GOOD MINING PRACTICES -
KELESTARIAN HUTAN
COMDEV/CSR- REKLAMASI PASCA TAMBANG ALIH FUNGSI KRITERIA VALUASI
KRITERIA VALUASI
KRITERIA VALUASI
EKONOMI, SOSIAL, LINGKUNGAN
EKONOMI MANFAAT RIIL
EKONOMI, SOSIAL, LINGKUNGAN
(BIAYA-RESIKO-MANFAAT RIIL)
TAMBANG
(BIAYA-RESIKO-MANFAAT RIIL & IMATERIIL)
Masalah Fungsi Kawasan Dalam Penataan Ruang Kaitannya Dengan Pemanfaatan Kawasan Pertambangan
Berdasarkan gambar tersebut terdapat posisi pertambangan yang kurang diuntungkan karena selama ini dalam proses penyusunan RTRW untuk penetapan Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya pada dasarnya ditentukan oleh status kawasan hutan, karena fungsi kawasan hutan adalah pengendali fungsi ruang dalam RTRW sebagaimana ketentuan UndangUndang No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan. Kriteria penetapan kawasan lindung ditetapkan berdasarkan kemiringan lereng, ketinggian dan ketebalan tanah penutup, sementara keberadaan bahan tambang tidak mengenal batas-batas ketinggian ataupun kelerengan bahkan mineral logam primer seperti emas, tembaga dan lainnya sering berada pada daerah pegunungan yang tinggi dan pasti memiliki kelerengan yang tajam mengingat batuan induk sebagai tempat dimana logam tersebut berada sangat keras sehingga memiliki morfologi yang tajam. Disinilah salah satu contoh konflik di dalam pemanfaatan ruang bagi penambangan. Oleh sebab itu dengan dikeluarkannya UU No. 26 Tahun 2007, sangat penting mengapresiasikan sektor pertambangan di dalam penataan ruang, sehingga keberadaan atau operasi pertambangan tidak terganggu oleh sektor-sektor lainnya, demikian juga sektor lainnya dapat hidup atau berkembang berdampingan dengan sektor pertambangan yang mampu menimbulkan efek ganda ekonomi bagi negara dan masyarakat sekitarnya. KAWASAN PERUNTUKAN PERTAMBANGAN (KPP) Di dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN, banyak pasal-pasal yang menjelaskan atau mengungkapkan tentang Kawasan Peruntukan Pertambangan (KPP). KPP ini merupakan suatu bentuk alokasi ruang untuk pertambangan yang dituangkan dalam suatu perencanaan tata ruang. Pengertian Kawasan di dalam PP No. 26 Tahun 2008 sangat tegas disebutkan bahwa kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya. Pengertian fungsi utama ini tidak dijelaskan di dalam PP tersebut, namun sebenarnya dapat juga diartikan sebagai fungsi yang dominan dari satu jenis lindung atau budidaya, atau dominan dalam arti penggunaan ruang di kawasan tersebut. Kawasan Lindung yang didefinisikan sebagai wilayah yang ditetapkan sebagai fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Sedangkan Kawasan Budidaya adalah wilayah yang ditetapkan sebagai fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan. Geologi Populer
Perdebatan istilah budidaya sering terjadi dan beberapa kalangan menyebutkan bahwa kawasan budidaya ini lebih cocok dipakai untuk kegiatankegiatan yang membudidayakan sumber daya terbarukan, sementara untuk sumber daya energi dan mineral yang tidak terbarukan, istilah budidaya banyak kalangan tidak tepat atau cocok digunakan.
informasi pertambangan untuk RTRW kabupaten/ kota berupa informasi kawasan pertambangan (KP). KP ini dalam perjalanannya merupakan cikal bakal WP yang termuat dalam PP No.26/2008. Dalam menyusun informasi KP tersebut kriteria yang digunakan seperti terlihat pada Gambar berikut ini:
Terdapat ketidaksamaan pandangan diantara para ahli maupun masyarakat dalam melihat definisi kawasan. Persepsi yang keliru ini sering terjadi bahwa kawasan lindung ataupun kawasan budidaya merupakan harga mati sehingga kalau suatu kawasan dikatakan kawasan lindung maka kawasan itu benar-benar harus dilindungi sehingga tidak ada ruang-ruang lain yang dapat dimanfaatkan sebagai fungsi lindung. Demikian juga kawasan budidaya terkesan sepenuhnya adalah untuk kegiatan budidaya sehingga tidak ada ruang lain yang harus dilindungi di dalam kawasan budidaya. Sebenarnya hal tersebut bertentangan dengan keadaan faktual, sebagai contoh di luar negeri dimana kawasan lindung masih diperkenalkan di dalamnya adanya kegiatan atau ruang aktivitas budidaya seperti di kawasan hutan konservasi atau kawasan hutan lindung, seperti adanya kegiatan-kegiatan wisatawan bahkan pusatpusat industri wisata seperti perhotelan, industri kerajinan, dll. Hal tersebut bisa terjadi selama tidak mengganggu fungsi lindung. Demikian juga di kawasan budidaya sering juga terdapat ruangruang lindung seperti taman-taman atau ruang terbuka hijau lainnya. Konversi pengunaan ruang dapat terjadi karena pola hidup atau budaya hidup, kemajuan teknologi dan kebijakan politik ekonomi sumber daya. KPP menurut PP No. 26/2008 dibangun atas kriteria memiliki sumber daya kebumian dan atau sebagai pusat pertumbuhan ekonomi saat ini dan akan datang. UU No.4/2009 tentang Pertambangan Mineral Batubara telah memperkenalkan istilah Wilayah Pertambangan (WP) sebagai Basis Tata Ruang. WP ini identik dengan KPP merupakan area prospek pertambangan saat ini maupun ke depan berdasarkan informasi geologi termasuk informasi potensi bahan tambang yang melingkupi konsesi ataupun wilayah kerja pertambangan yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah maupun pemerintah daerah misalkan KP, KK, PKP2B, atau WIUP (UU No.4/2009) serta WKP Migas dan WKP Panas bumi. Artinya KPP adalah kawasan dimana kegiatan eksplorasi dan operasi produksi yang pernah ada ataupun di masa yang akan datang dapat berlangsung. Sebelum terbitnya UU No.4/2009, Badan Geologi telah banyak berkontribusi terhadap kebutuhan 10 W a r t a
Geologi . Juni 2009
Kriteria penentuan KP untuk RTRW kabupaten/kota sebelum UU No.4 Tahun 2009 terbit. Setiap kriteria terdiri atas indikator-indikotor yang memiliki bobot nilai tertentu.
Selain kegiatan operasi tambang, KPP juga meliputi lahan yang dipakai untuk kegiatan operasi tambang seperti pemurnian, pengolahan, pencucian, jaringan-jaringan energi dan pengolahan limbah. Sedangkan sarana pendukung lainnya yang berkaitan dengan operasi pertambangan seperti jalan, pelabuhan dan pemukiman serta keberadaan masyarakat yang ada sebelum kegiatan pertambangan beroperasi termasuk KPP. KPP tersebut harus didukung dengan arahan zonasi agar pemanfaatan ruang dapat dilakukan secara optimal dan tidak membelenggu sektor lain, mengingat kegiatan pertambangan dapat berlangsung hingga 20 bahkan 30 tahun. Artinya KPP harus dapat dimanfaatkan pula untuk kegiatan-kegiatan lain seperti kegiatan pertanian selama ada ikatan atau perjanjian diantara pengguna dan pemilik izin pertambangan, kecuali ruang yang sudah pasti penggunaan lahannya terutama wilayah kerja pertambangan yang telah dilakukan Feasibility Study-nya dan akan beralih ke tingkatan operasi produksi, maka kegiatankegiatan sektor lain tidak dibolehkan menggangu lahan tersebut. Dengan mempertimbangkan sifat alami sumber daya dan untuk memberikan kepastian hukum bagi kegiatan usaha pertambangan, maka KPP harus melindungi atau mengakomodasi: 1.Kegiatan eksplorasi baik yang saat ini berlangsung atas izin atau kontrak pertambangan, atau eksplorasi yang akan datang. Dengan demikian KPP dibangun atas dasar batas keberadaan
Salah satu kegiatan pertambangan Emas yang berada di Kawasan Lindung dan telah berlangsung lebih dari 15 tahun. Kegiatan pertambangan ini memanfaatkan ruang secara minimal dan mengelola secara maksimal, sehingga fungsi lindung tetap terjaga.
sumber daya kebumian, yang merupakan ruang bagi kegiatan eksplorasi; 2.Wilayah kerja pertambangan apakah mineral, batubara, migas dan panas bumi. Artinya KPP melingkupi wilayah tersebut. Upaya ini memberikan kepastian hukum dan kelangsungan usaha pertambangan yang tengah berjalan; dan 3.Ruang yang digunakan untuk pengolahan, pelabuhan, penempatan tailing, jaringan energi dan kegiatan pendukungnya. KPP perlu diberikan arahan zonasi, menjelaskan kegiatan yang dapat dan tidak dapat dilakukan, yaitu: 1.Di dalam KPP terdapat bagian wilayah yang secara legal telah memiliki izin usaha yaitu dalam bentuk wilayah kerja yang telah memiliki izin atau kontrak. • Pemanfaatan ruang di dalam wilayah kerja pertambangan untuk tujuan lain hanya dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari pemegang izin. • Ruang di dalam wilayah kerja pertambangan yang digunakan atau telah direncanakan akan digunakan untuk operasi produksi, penambangan, pengolahan, jaringan energi dan pendukung lainnya tidak dapat digunakan untuk kepentingan lain. 2.Ruang di dalam KPP yang tidak berada dalam wilayah kerja tersebut dapat digunakan untuk kepentingan lain; 3.Ruang di dalam KPP yang tidak berada di dalam wilayah kerja tersebut merupakan tempat kegiatan eksplorasi akan datang; 4.Apabila ruang di dalam KPP telah digunakan lebih dahulu untuk kepentingan lain, manakala ruang tersebut akan digunakan untuk operasi produksi maka harus dilakukan pendekatan analisa cost/risk dan benefit (manfaat dan mudaratnya).
PENUTUP Beberapa langkah strategis yang perlu ditempuh oleh EDSM atas berbagai konflik kepentingan dalam pemanfaatan ruang antara lain : • Memberikan pemahaman kepada sektor non pertambangan atas kendala dan kesulitan yang dihadapi sektor pertambangan agar jangan memaksakan bahwa penambangan sudah dapat direncanakan jauh sebelumnya. • Wilayah-wilayah yang nyata-nyata sudah diketahui cadangannya dan/atau wilayah yang tengah dalam masa penyelidikan pendahuluan, eksplorasi, eksploitasi dan secara legal telah ada izin atau kontraknya maka harus dilindungi secara hukum di dalam tata ruang sebagai kawasan peruntukan pertambangan. • Penataan ruang harus memberikan kepastian hukum melalui keleluasaan melakukan eksplorasi dan operasi produksi bagi kepentingan pengusahaan pertambangan migas, minerba dan panas bumi. • Wilayah yang berpotensi bahan tambang harus diberikan alokasi ruang sebagai wilayah prospek usaha pertambangan sebagai arahan eksplorasi pertambangan ke depan. Wilayah prospek pertambangan ini tidak dipengaruhi oleh kendala sektor budi daya atau lindung lainnya, namun dalam pengusahaannya tetap mengikuti ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Cara ini merupakan suatu upaya representasi sumber kekayaan negara di darat dan laut dalam rencana tata ruang. • Penyusunan kriteria/pedoman teknis KPP yang harus ditetapkan oleh menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang pertambangan sesuai Pasal 68 PP No. 26 Tahun 2008. • Kriteria atau pedoman KPP harus segera ditetapkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah untuk menyusun dan menetapkan kawasan peruntukan pertambangan. Penyusunan pedoman KPP tersebut harus melingkupi kegiatan pertambangan yang termasuk kawasan andalan dan kawasan strategis nasional dan juga kawasan-kawasan yang dinilai strategis di tataran propinsi maupun kabupaten/kota. • Kawasan Strategis Nasional yang telah ditetapkan dalam rangka pelaksanaan UndangUndang Penataan Ruang harus segera memiliki kekuatan hukum, dan aktivitas sektor lain di dalam kawasan harus memperhatikan kelangsungan pemanfaatan ruang sumber daya pertambangan di masa akan datang. • Undang-Undang Penataan Ruang berikut Peraturan Pemerintah mengenai RTRWN harus menjadi penyeimbang yang mampu menjembatani berbagai kepentingan sektor di dalam perencanaan tata ruang.n Penulis adalah Kepala Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral
Geologi Populer 11
Geologi Populer
Panas Bumi
Sebagai Sumber Energi dan Penghasil Emas Oleh: Sabtanto Joko Suprapto
I
ndonesia adalah negara yang memiliki
sumber daya panas bumi terbesar dunia,, berbanding lurus dengan banyaknya gunung
api. Seperti diketahui bahwa panas bumi dalam bentuk uap air adalah sumber energi terbarukan yang dapat digunakan menggerakkan pembangkit listrik. Secara alami sumber energi panas bumi umumnya berada bersamaan dengan keberadaan gunung api, selain dari efek gradien geotermis. Sampai dengan tahun 2006 sebanyak 256 lokasi lapangan panas bumi telah ditemukan. Jumlah sebanyak itu sebagian besar berada di Sumatera, Jawa, dan Sulawesi. Ketiga pulau tersebut adalah pasar sangat potensial karena telah didukung oleh jaringan transmisi listrik yang relatif memadai.
12 W a r t a
Geologi . Juni 2009
Skema sistem panas bumi yang berkaitan dengan keberadaan gunung api
Dalam operasi produksinya sebagai pembangkit energi listrik, panas bumi juga menghasilkan berbagai limbah berupa gas, fluida, dan material padat. Limbah fluida yang dihasilkan diinjeksikan kembali ke dalam lapisan bumi, sedangkan limbah padat memerlukan penanganan khusus agar tidak memberikan dampak negatif terhadap lingkungan sekitarnya, dan sedapat mungkin menjadi bahan yang bermanfaat. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi adalah pembangkit listrik yang menggunakan panas bumi (geothermal) sebagai energi penggeraknya. Gas panas bumi diperoleh dengan cara pengeboran pada daerah yang mempunyai potensi geotermal. Uap yang keluar dimanfaatkan untuk memanaskan ketel uap (boiler) dan pada akhirnya dapat menggerakkan turbin yang tersambung ke generator. Panas bumi selain mengandung air panas, uap air, juga terdapat mineral ikutan dan gas lainnya dalam satu sistem yang pembentukannya saling berkaitan. Setiap 100 m masuk ke dalam perut bumi, temperatur naik sekitar 3oC. Jadi semakin jauh ke dalam perut bumi suhu semakin tinggi dan mempengaruhi semua yang ada di dalamnya, termasuk batuan dan fluida. Bila suhu di permukaan
bumi adalah 27oC maka untuk kedalaman 100 m suhu bisa mencapai sekitar 30oC. Pada kantong magma, wilayah tersebut mempunyai gradien geotermis yang menghasilkan suhu yang jauh lebih tinggi. Di dalam lapisan kulit bumi aliran air yang melewati zona dekat dengan kantong magma akan terpanaskan. Air panas (fluida hidrotermal) tersebut apabila keluar ke permukaan bumi akan menghasilkan mata air panas. Selain sebagai pemanas, panas bumi juga dapat menghasilkan tenaga listrik. Air panas alam tersebut bila bercampur dengan udara karena adanya rekahan atau retakan, maka selain air panas, juga menghasilkan uap panas (steam). Air panas dan uap inilah yang kemudian dimanfaatkan sebagai sumber energi pembangkit tenaga listrik. Agar panas bumi tersebut bisa dikonversi menjadi energi listrik diperlukan pembangkit. Reservoir panas bumi dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu yang bersuhu rendah dengan suhu <150oC dan yang bersuhu tinggi dengan suhu >150oC. Yang paling baik untuk digunakan sebagai sumber pembangkit tenaga listrik adalah yang masuk kategori bersuhu tinggi. Namun dengan perkembangan teknologi, sumber panas bumi dengan kategori suhu rendah juga dapat digunakan asalkan suhunya melebihi 50oC. Geologi Populer 13
Geologi Populer generator, turbin sebagai penggerak generator, heat exchanger, chiller, dan pompa. Saat ini terdapat tiga macam teknologi pembangkit panas bumi (geothermal power plants) yang dapat mengkonversi panas bumi menjadi sumber daya listrik, yaitu dry steam, flash steam, dan binary cycle. Ketiga macam teknologi ini digunakan pada kondisi yang berbeda-beda. 1. Dry Steam Power Plants Pembangkit tipe ini adalah yang pertama dengan cara kerja uap panas (steam) langsung diarahkan ke turbin dan mengaktifkan generator untuk bekerja menghasilkan listrik. Limbah fluida yang dihasilkan dari operasi produksi dialirkan kembali ke dalam reservoir melalui sumur injeksi. Pembangkit tipe tertua ini pertama kali digunakan pada tahun 1904 di Lardarello, Italia, dan masih berfungsi dengan baik sampai saat ini. Di Geysers, California Utara, Amerika Serikat pembangkit dry steam power juga masih digunakan.
PLTP Dieng
Skema PLTP (academic.evergreen.edu)
Skema sumur produksi dan kandungan Au pada PLTP di New Zealands
Pembangkit listrik tenaga panas bumi dapat beroperasi pada suhu yang relatif rendah, yaitu berkisar antara 50o dan 250oC, dibandingkan dengan pembangkit pada PLTN yang akan beroperasi pada suhu sekitar 550oC. Hal inilah yang menjadi salah satu keunggulan pembangkit listrik geotermal. Keuntungan lainnya ialah ramah lingkungan dan lebih aman, bahkan geotermal adalah yang terbersih dibandingkan dengan nuklir, minyak bumi dan batu bara. Pembangkit yang digunakan untuk mengkonversi geotermal menjadi tenaga listrik secara umum mempunyai komponen sama dengan power plants lain yang bukan berbasis geotermal, seperti 14 W a r t a
Geologi . Juni 2009
2. Flash Steam Power Plants Pembangkit jenis ini memanfaatkan fluida berupa air panas alam dengan suhu >175oC. Fluida panas tersebut dialirkan ke dalam tangki flash yang tekanannya lebih rendah sehingga terjadi uap panas secara cepat. Uap panas yang disebut dengan flash inilah yang menggerakkan turbin untuk mengaktifkan generator yang kemudian menghasilkan listrik. Limbah fluida hasil operasi produksi dialirkan kembali ke dalam reservoir melalui sumur injeksi. 3. Binary Cycle Power Plants Binary Cycle Power Plants menggunakan teknologi yang berbeda dengan kedua teknologi sebelumnya, yaitu dry steam dan flash steam. Pada teknologi ini air panas atau uap panas yang berasal dari sumur produksi tidak pernah menyentuh turbin. Air panas bumi digunakan untuk memanaskan working fluid pada heat exchanger. Working fluid kemudian menjadi panas dan menghasilkan uap berupa flash. Uap yang dihasilkan di heat exchanger tadi lalu dialirkan untuk memutar turbin dan selanjutnya menggerakkan generator untuk menghasilkan sumber daya listrik. Uap panas yang dihasilkan di heat exchanger inilah yang disebut sebagai secondary (binary) fluid. Binary Cycle Power Plants ini merupakan sistem tertutup, tidak ada yang dilepas ke atmosfer. Keunggulan teknologi ini ialah dapat dioperasikan pada suhu rendah antara 90o-175oC. Contoh
Bijih emas urat kuarsa pada Tambang Emas Gosowong, dan kerak silika pada pipa PLTP di Kyushu, Jepang mengandung emas ± 50 ppm
penerapan teknologi ini ada di Mammoth Pacific Binary Geothermal Power Plants di Casa Diablo, Amerika Serikat. Kemungkinan besar pembangkit listrik panas bumi Binary Cycle Power Plants akan semakin banyak digunakan di masa yang akan datang. Meningkatnya kebutuhan energi dunia ditambah lagi dengan semakin tingginya kesadaran akan perlindungan lingkungan, membuat panas bumi mempunyai masa depan yang cerah. Indonesia sangat berpeluang besar untuk melakukan pemanfaatan panas bumi sebagai pembangkit listrik. Hal ini mengingat banyaknya sumber geotermal yang sudah siap dieksploitasi di sepanjang sumatera, Jawa, Bali, dan Sulawesi, termasuk di beberapa pulau kecil. Limbah PLTP Dieng Pembangkit listrik tenaga panas bumi memanfaatkan uap hidrotermal dalam operasi produksinya. Fluida hidrotermal dialirkan melalui pipa produksi dan selanjutnya setelah melewati proses operasi produksi untuk menggerakkan generator listrik, limbah fluida yang dihasilkan dialirkan untuk diinjeksikan kembali ke dalam reservoir (dalam bumi). Fluida hidrotermal pada sistem pembangkit tenaga panas bumi dapat
mengendapkan silika yang mengandung emas dan logam ikutannya, baik sebagai kerak dalam pipa, maupun pada aliran setelah keluar dari jaringan proses produksi listrik menuju sumur injeksi. Bijih emas secara alami terbentuk dari aktivitas hidrotermal yang menghasilkan cebakan dengan komponen utama silika. Hidrotermal sebagai media pembawa emas, mengendapkan emas dan logam ikutannya pada pori batuan, struktur geologi atau rongga lain. Apabila keluar sebagai mata air panas dapat dihasilkan cebakan bijih emas di permukaan tanah. Lingkungan pembentukan bijih emas tersebut merupakan lingkungan yang sama dengan keberadaan sistem panas bumi. Kondisi geologi pembentukan bijih emas yang selama ini dikenal dengan lingkungan epitermal, merupakan lingkungan geotermal. Fluida hidrotermal merupakan media utama pembawa emas dan logam ikutannya. Cebakan bijih emas baik berupa urat kuarsa mengisi rongga rekahan dan patahan, maupun dalam bentuk tersebar mengisi pori batuan dan replacement, merupakan fosil dari aktivitas geotermal pada masa lalu. Fluida hidrotermal pada lingkungan epitermal potensial membawa unsur-unsur logam Cu, Pb, Zn, Mn, Fe, Cd, As, Sb, Au, Ag, Hg, dan Se. Geologi Populer 15
Penelitian bahan galian pada lapangan panas bumi di Dieng yang dilakukan Kelompok Program Penelitian Konservasi, Pusat Sumber Daya Geologi, Badan Geologi, pada bulan April 2008, di antaranya melakukan analisis kandungan logam pada lumpur silika hasil endapan fluida berasal dari PLTP. Dari penelitian tersebut, didapatkan kadar yang signifikan beberapa unsur logam. Analisis terhadap tujuh sampel, diperoleh kadar rata-rata: Au 0,477 ppm, perak 3,14 ppm, Hg 1,982 ppm, As 69,14 ppm, Sb 46,14 ppm, Pb 115,43 dan As 199 ppm. Kandungan unsur logam pada lumpur silika limbah PLTP Dieng No
UNSUR
RATA - RATA (ppm)
MINIMUM (ppm)
MAKSIMUM (ppm)
1
Au
0,477
0.099
1,273
2
Ag
3,14
1
8
3
Hg
1,98
0,03
8,370
4
As
69,14
24
184
5
Sb
46,14
<2
15
6
Cu
46,72
12
129
7
Pb
115,43
51
334
8
Zn
199
77
456
ppm Emas
3,5
Perak
3
Merkuri
2,5 2 1,5 1 0,5 0
Logam pada lumpur silika limbah PLTP Dieng
16 W a r t a
Geologi . Juni 2009
Sampel lumpur silika PLTP di daerah panas bumi Dieng, Jawa Tengah
Produksi endapan lumpur silika pada kolam pengendapan di PLTP Dieng dalam sebulan sekitar 165 ton, dengan kadar logam seperti tersebut di atas, maka pada limbah PLTP tersebut setiap bulan dihasilkan kandungan 78,7 gram emas; 0,518 kg perak; 7,613 kg antimoni; 0,327 kg merkuri; 11,4 kg arsen, dan 19,045 kg timbal. Kandungan unsur logam pada lumpur silika limbah dari PLTP Dieng, menarik untuk menjadi bahan kajian. Salah satu informasi penting, yaitu tentang kandungan emas yang dapat dihasilkan dalam kurun waktu satu bulan. Hal ini dapat digunakan untuk pendekatan empiris terhadap waktu yang diperlukan untuk terbentuknya cebakan emas dalam sekala ekonomis berdimensi besar. Data kuantitatif tersebut dapat digunakan untuk prediksi bahwa cebakan emas dalam kurun waktu seratus ribu tahun dapat diendapkan sekitar 10 ton logam emas. Kurun waktu tersebut tentu akan menjadi lebih pendek apabila kadar emas lebih tinggi, sebagaimana dijumpai pada beberapa tambang emas primer di Indonesia, dimana kadar emas rata-rata pada bijih mulai dari sekitar 5 ppm sampai dengan 35 ppm. Dengan kadar emas yang tinggi tersebut diperlukan waktu kurang dari 10 ribu tahun untuk membentuk cebakan emas dengan sumber daya 10 ton logam emas. Fenomena tersebut memperkuat fakta bahwa cebakan bijih emas primer ekonomis, di Indonesia dapat dijumpai pada umur muda, yaitu PlioPlistosen. Oleh sebab itu peluang eksplorasi untuk mendapatkan cebakan emas ekonomis pada daerah dengan umur batuan muda sangat memungkinkan.
Jaringan pipa produksi PLTP di daerah panas bumi Dieng, Jawa Tengah
Penutup Lumpur silika hasil pengendapan fluida limbah PLTP Dieng perlu diupayakan untuk dapat dimanfaatkan. Kandungan silika yang tinggi dapat digunakan untuk bahan pembuatan gelas. Akan tetapi pemanfaatan lumpur silika untuk bahan gelas perlu mempertimbangkan unsur pengotor terutama yang berpotensi mencemari lingkungan, seperti kandungan Hg, As, dan Sb. Pengolahan untuk memanfaatkan lumpur silika melalui proses pemanasan dapat menyebabkan menguapnya merkuri, yang dapat mencemari udara dan lingkungan sekitarnya. Untuk penanganannya uap merkuri yang dihasilkan harus ditangkap untuk dikondensasikan kembali. Emas dan perak merupakan logam berharga, kadar yang terdapat pada lumpur silika cukup signifikan. Apabila dibandingkan dengan cebakan bijih emas yang terdapat pada lokasi tambang, dimana untuk memanfaatkannya perlu dilakukan penambangan, peremukan, dan penggilingan bijih, sementara untuk memanfaatkan kandungan emas dan perak dalam lumpur silika limbah PLTP tahapan tersebut tidak diperlukan. Lumpur silika sudah dalam kondisi halus dan berada di permukaan. Oleh sebab itu meskipun kadar emas dan perak relatif rendah, akan tetapi biaya ekstraksi yang diperlukan sangat rendah.
Pemanfaatan lumpur silika memiliki dua keuntungan yang didapatkan, yaitu dari nilai ekonomi silika dan logam berharga yang dihasilkan, serta kandungan unsur logam yang berpotensi menyebabkan degradasi lingkungan dapat ikut dipisahkan pada saat proses pengolahan sehingga tidak terbuang di alam. Karena itu meskipun nilai ekonomi yang dihasilkan dari pemanfaatan lumpur relatif kecil, akan tetapi sekaligus dapat menghilangkan risiko terhadap degradasi lingkungan. Kandungan unsur logam pada fluida hidrotermal tidak konstan, cenderung fluktuatif. Pemantauan secara simultan terhadap kandungan logam, khususnya dalam lumpur silika sangat diperlukan, mengingat data yang dihasilkan menjadi dasar penentuan langkah penanganan dan pemanfaatan.n Penulis adalah Kepala Bidang Program dan Kerja Sama Pusat Sumber Daya Geologi Badan Geologi
Geologi Populer 17
Geologi Populer
Endapan Nikel Laterit
Oleh: F. Agustin
N
ikel laterit merupakan sumber bahan tambang
yang
sangat
penting,
menyumbang 40% produksi nikel
dunia. Endapan nikel laterit terbentuk dari hasil pelapukan yang dalam batuan induk dari jenis ultrabasa. Umumnya terbentuk pada iklim tropis sampai sub-tropis. Saat ini sebagian besar endapan nikel laterit terbentuk di daerah khatulistiwa, diantaranya
adalah
negara
New
Caledonia,
Kuba, Philippina, Columbia, Australia dan juga Indonesia. Sedangkan endapan nikel laterit sendiri hanya mencapai 42% dibandingkan dengan jenis endapan nikel sulphida (total 54% dari seluruh endapan nikel di bumi ini). Produksi nikel dunia mengalami kenaikan sejak tahun 1953. Tercatat sejak kurun waktu 1953 hingga 2003, produksi nikel laterit mengalami kenaikan 8 kali lipat dari sekitar 140 kt/tahun menjadi kurang lebih 1200 kt/tahun. 18 W a r t a
Geologi . Juni 2009
MT Resource
% Ni
% MT Ni
% f Total
Sulfide
10500
0.58
62
27,8 %
Laterite
12600
1.28
161
72,2 %
Total
23100
0.97%
223
100
Total produksi nikel dunia dari dua jenis genesa yang berbeda; laterite dan sulphida. sumber:http://www.pdac.ca/pdac/publications/papers/2004/techprgm-dalvibacon.pdf)
Mt
% Ni
% MT Ni
% f Total
AUSTRALIA
2452
0.86
21
13.1%
AFRICA
996
1.31
13
8.1%
C & S AMERICA
1131
1.51
17
10.6%
CARRIBEAN
944
1.17
11
6.9%
INDONESIA
1576
1.61
25
15.7%
PHILIPINNES
2189
1.28
28
17.4%
NEW CALEDONIA
2559
1.44
37
22.9%
ASIA & EUROPE
506
1.04
5
3.3%
OTHER AUSTRALASIA
269
1.18
3
2.0%
12621
1.28
161
100%
TOTAL LATERITES
Total produksi nikel dunia pada kurun waktu 1953-2003
Diramalkan, pada tahun 2012 produksi nikel laterit ini akan meningkat menjadi 51% dari total produksi sekarang dengan mengikuti perkembangan ekonomi dunia saat ini. Indonesia setidaknya menyumbangkan sekitar 12% suplai nikel laterit untuk konsumsi dunia, disusul Philipina dan dua produser utama dunia yang hampir mencapai angka 20%, yakni New Caledonia dan Australia. Istilah “laterite” bisa diartikan sebagai endapan yang kaya oksida besi, miskin unsur silika dan secara intensif ditemukan pada endapan lapukan pada iklim tropis (Eggleton, 2001). Ada juga yang mengartikan nikel laterit sebagai endapan lapukan yang mengandung nikel dan secara ekonomis dapat ditambang. Batuan induk endapan Nikel laterit adalah batuan ultrabasa; umumnya dari jenis harzburgit (peridotit yang kaya unsur ortopiroksen), dunite dan jenis peridotite yang lain.
Produksi nikel dunia berdasarkan Negara produsen
Proses Kimia Pembentukan Nikel Nikel terbentuk bersama mineral silikat kaya unsur Mg (ex;olivin). Olivin adalah jenis mineral yang tidak stabil selama pelapukan berlangsung. Saprolite adalah produk pelapukan pertama, meninggalkan sedikitnya 20% fabric dari batuan aslinya (parent rock). Batas antara batuan dasar, saprolite dan indikasi awal pelapukan (weathering front) tidak jelas dan bahkan perubahannya gradasional. Endapan nikel laterit dicirikan dengan adanya pelapukan mengulit bawang (speroidal weathering) dan umumnya tersebar di daerah sepanjang struktur kekar dan rekahan (boulder saprolite). Selama pelapukan berlangsung, Mg dan Silika larut bersama air tanah. Ini menyebabkan fabric dari batuan induknya berubah secara total. Hasilnya, oksida besi mendominasi dengan membentuk lapisan horizontal di atas saprolite yang sekarang kita kenal sebagai mineral oksida besi jenis Limonite. Nikel berasosiasi juga dengan mineral jenis oksida besi yang lain terutama dari jenis Goethite. Rata-rata nikel yang berasosiasi dengan oksida besi diatas berkadar 1,2 %. Geologi Populer 19
Geologi Populer Kondisi Mineralogi Endapan nikel laterit terbentuk baik pada mineral jenis silika atau oksida. Kemiripan radius ion Ni2+ dan Mg2+ memungkinkan substitusi ion diantara keduanya. Umumnya, mineral bijih dari jenis hidrous silicate seperti talc, smectite, sepiolite, dan chlorite terbentuk selama proses metamorphisme temperatur rendah dan selama proses pelapukan dari batuan induk. Umumnya, mineral – mineral tersebut mempunyai variasi ratio Mg dan Ni. Mineral garnierite dari jenis silicate mempunyai ciri poor kristalin, texture afanitik, dan berstuktur seperti serpentinite (Brindley,1978). Genesa Nikel Laterit Umumnya endapan nikel terbentuk pada batuan ultrabasa dengan kandungan Fe di olivine yang tinggi dan nikel berkadar antara 0,2% - 0,4%. Secara mineralogi nikel laterite dapat dibagi dalam tiga kategori (Brand et al,1998). a. Hydrous Silicate Deposits Profil dari type ini secara vertikal dari bawah ke atas: Ore horizon pada lapisan saprolite (MgNi silicate), kadar nikel antara 1,8% - 2,5%. Pada zona ini berkembang box-works, veining, relic structure, fracture dan grain boundaries dan dapat terbentuk mineral yang kaya dengan nikel; Garnierite (max. Ni 40%). Ni terlarut (leached) dari fase limonite (Fe-Oxyhydroxide) dan terendapkan bersama mineral silika hydrous atau mensubstitusi unsur Mg pada serpentinite yang teralterasi (Pelletier,1996). Jadi, meskipun nikel laterit adalah produk pelapukan, tapi dapat dikatakan juga bahwa proses meningkatkan supergene sangat penting dalam pembentukan formasi dan nilai ekonomis dari endapan hydrous silicate ini. Tipe ini dapat ditemui di beberapa tempat seperti di New Caledonia, Indonesia, Philippina, Dominika, dan Columbia. b. Clay Silicate Deposits Pada jenis endapan ini, Si hanya sebagian terlarut melalui air tanah, sisanya akan bergabung dengan Fe, Ni, dan Al membentuk mineral lempung (clay minerals) seperti Ni-rich Nontronite pada bagian tengah profil saprolite (lihat profil). Ni-rich serpentine juga dapat digantikan 20 W a r t a
Geologi . Juni 2009
oleh smectite atau kuarsa jika profil deposit ini tetap kontak dalam waktu lama dengan air tanah. Kadar nikel pada endapan ini lebih rendah dari endapan Hydrosilicate yakni sekitar 1,2% (Brand et al,1998). c. Oxide Deposits Tipe terakhir adalah Oxide Deposit. Berdasarkan profil yang ditampilkan, bagian bawah profil menunjukkan protolith dari jenis harzburgitic peridotite (sebagian besar terdiri dari mineral jenis olivin, serpentine dan piroksen). Endapan ini sangat rentan terhadap pelapukan terutama di daerah tropis. Di atasnya terbentuk saprolite dan mendekati permukaan terbentuk limonite dan ferricrete. Kandungan nikel pada tipe Oxide deposit ini berasosiasi dengan goethite (FeOOH) dan Mn-Oxide. Sebagai tambahan, nikel laterit sangat jarang atau sama sekali tidak terbentuk pada batuan karbonat yang mengandung mineral talk. Nikel Laterit di Daerah Beriklim Kering dan Tropis Nikel laterit pada umumnya dijumpai di daerah kering seperti Australia dan daerah yang beriklim tropis dengan tingkat kelembaban yang tinggi seperti di Indonesia.
Profil laterit yang disederhanakan pada kondisi basah (tropis) dan kering (desert)
Gambar diatas adalah ilustrasi sederhana dari tipe umum keberadaan endapan nikel laterit di bagian barat Australia dan iklim tropis seperti di Indonesia. Keduanya tertutupi oleh lapisan colluvium seperti iron cap berkomposisi limonite atau lapisan oksida besi dari jenis goethite (FeOOH), diikuti oleh lapisan zona transisi yang mengandung komposisi campuran antara limonite yang kadang mengandung smectite (mineral lempung yang umum dijumpai pada endapan “dry laterite”). Tektonik Setting Nikel laterit berkembang di kompleks batuan Ophiolite pada rentang waktu Phanerozoic, terutama Cretaseous-Miosen. Ophiolite ini telah mengalami pensesaran dan kekar sebagai efek dari tectonic uplift yang dapat memicu intensitas pelapukan dan perubahan pada muka air tanah. Endapan nikel lainnya ditemukan pada Archean Craton yang tergolong stabil berasosiasi dengan lapisan kompleks batuan ultabasa dan komatiite seperti di Australia dan Brazil (Butt,1975). Semakin banyak zona shear dan steep fault (patahan jenis normal), semakin tinggi pula tingkat pengayaan (enrichment process) untuk menghasilkan kadar Nikel yang tinggi. Sebaliknya, zona sesar naik (thrust fault) berasosiasi dengan emplacement ophiolite complexes dan bersama dengan greenstone membentuk zona serpentine milonite atau talc-carbonates-altered ultramafic rocks. Komposisi seperti itu tidak memungkinkan terbentuknya Nikel pada endapan residu (regolith/ lapukan).
Kondisi Topografi dan Morfologi Faktor topografi dan morfologi sangat penting dalam endapan nikel laterit karena kaitannya dengan posisi muka air tanah, struktur dan drainage. Zona pengayaan enrichment nikel laterit berada pada topografi bagian atas (upper hill slope, crest, plateau, astau terrace). Kondisi muka air tanah pada zona ini dangkal, apalagi ditambah dengan adanya zona patahan, shear atau joint. Sebagai hasilnya, akan mempercepat proses pelarutan kimia (leaching processes) yang pada akhirnya akan terbentuk endapan saprolite yang mengandung nikel yang cukup tebal. Kondisi seperti ini dapat dijumpai di beberapa tempat sepeti Indonesia, New Caledonia, Ural (Russia), dan Columbia. Sebaliknya, pada topografi yang rendah, muka air tanah yang dalam akan menghambat proses pelarutan unsur – unsur dari batuan induk (baca: enrichment process). Iklim Tempat-tempat yang beriklim tropis seperti Indonesia dan Columbia memungkinkan untuk terjadinya endapan nikel laterit. Kondisi curah hujan yang tinggi, temperatur yang hangat ditambah dengan aktivitas biogenik akan mempercepat proses pelapukan kimia, sehingga endapan nikel laterit bisa mudah terbentuk.n Penulis adalah Peneliti muda Pusat Survei Geologi – Badan Geologi
Endapan nikel seperti di New Caledonia, Indonesia, Cuba dan Philipina dipengaruhi oleh zona large thust sheet ophiolite pada busur kepulauan yang berumur Mesozoic – Tertiary serta collision zone benua yang memperngaruhi proses laterisasi di bagian plateau. Proses laterisasi (baca:pelapukan menjadi nikel laterit) ini berlangsung dari mid tersier – mid kuarter. Namun, saat ini proses tersebut agak sedikit melambat seiring banyaknya populasi manusia dan penebangan hutan tropis sehingga tanah laterit hasil pelapukan yang berada di permukaan dengan mudahnya tersapu oleh erosi dan berbagai aktivitas lainnya seperti untuk pembukaan pemukiman, pembukaan lahan baru pertanian dan aktivitas manusia lainnya (Dalvi, et.al, 2004).
Geologi Populer 21
Geologi Populer
Mengenal Erosi dan Longsor di Sekitar Kita Oleh: Marenda Ishak S
P
eristiwa Situ Gintung masih hangat dibicarakan,
pada
peristiwa
longsor
tersebut sekurang-kurangnya 200 nyawa
manusia melayang, bahkan sampai detik ini masih ada jasad manusia yang belum ditemukan. Kerugian ini masih ditambah lagi dengan hilangnya harta benda, infrastruktur umum, waktu dan tenaga, serta kerugian immaterial. Miris memang, di tengah bangsa yang mengaku sebagai bangsa yang sedang giat melakukan pembangunan, masalah lingkungan khususnya erosi dan longsor lahan belum dapat ditanggulangi dengan baik. Mungkin akan menjadi wajar jika peristiwa ini adalah peristiwa yang pertama kali terjadi. Namun, ini bukanlah peristiwa yang pertama. Setidaknya di Jawa Barat erosi yang terjadi mencapai 32 juta ton per tahunnya (Geografinia, 2006). 22 W a r t a
Geologi . Juni 2009
Contoh erosi yang banyak terjadi di Indonesia (Sumber : Kompas, 2007) Tanggul Situ Gintung yang jebol (Sumber ; Departement Kesehatan, 2009)
Tidak bijaksana apabila pada setiap bencana alam yang menimpa kemudian kita mencari ”kambing hitam” siapa yang salah. Peristiwa longsor dapat terjadi karena murni proses alam, tetapi juga dapat berlangsung karena adanya peran masyarakat, misalnya penggundulan hutan atau merubah tataguna lahan secara tidak bijak. Tulisan ini bermaksud memberikan paparan tentang bagaimana kita mengenali potensi bahaya erosi dan longsor sedari dini dan cara mengantisipasinya.
Longsor menyebabkan kerusakan infrastruktur jalan (Sumber : Kompas, 2007)
Apa itu Erosi dan Longsor? Erosi pada dasarnya proses perataan kulit bumi. Proses ini terjadi dengan penghancuran, pengangkutan dan pengendapan. Secara umum tipe erosi ada dua macam, yaitu erosi geologi dan erosi dipercepat. Menurut G. Kartasapoetra, drr (1991), erosi adalah pengikisan atau kelongsoran yang sesungguhnya merupakan proses penghanyutan tanah oleh desakan-desakan atau kekuatan angin dan air, baik yang berlangsung secara alamiah ataupun sebagai akibat tindakan atau perbuatan manusia.
sebab alamiah dan aktivitas manusia. Erosi alamiah dapat terjadi karena pembentukan tanah dan proses yang terjadi untuk mempertahankan keseimbangan tanah secara alami. Sedangkan erosi karena aktivitas manusia disebabkan oleh terkelupasnya lapisan tanah bagian atas akibat cara bercocok tanam yang tidak mengindahkan kaidah-kaidah konservasi tanah atau kegiatan pembangunan yang bersifat merusak keadaan fisik tanah (Chay Asdak, 1995).
Secara umum erosi mengakibatkan menipisnya permukaan tanah, terjadinya selokan/parit alami, perubahan vegetasi, kekeruhan dan sedimentasi pada cekungan sedimentasi (seperti danau atau waduk) serta semakin besar slope suatu lereng yang dapat memicu terjadinya longsor lahan. Dengan kata lain, erosi akan menyebabkan degradasi fungsi lahan, karena lahan menjadi kritis, kesuburan menjadi berkurang sehingga produktivitas lahan terhadap pertanian menjadi menurun. Oleh karena itu upaya konservasi dan rehabilitasi sangat diperlukan untuk menjaga menurunnya nilai produktivitas lahan. Dua sebab utama terjadinya erosi adalah karena
Berbeda dengan erosi, longsor atau sering disebut gerakan tanah merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. Longsor yang terjadi umumnya disebabkan karena adanya gangguan kestabilan pada tanah/batuan penyusun lereng. Gangguan kestabilan lereng ini sangat dipengaruhi oleh kondisi morfologi terutama kemiringan lereng, kondisi batuan maupun tanah penyusun lereng dan konsisi tata air. Bahaya longsor akan terjadi ketika proses pemicu yang menganggu kestabilan lereng, pemicu tersebut berupa: • peningkatan kandungan air dalam lereng, sehingga terjadi akumulasi air dalam tanah, Geologi Populer 23
Geologi Populer • getaran pada lereng akibat gempa bumi, ledakan, penggalian, dan getaran alat atau kendaraan, • peningkatan beban yang melampaui daya dukung tanah, • pemotongan kaki lereng secara sembarangan yang mengakibatkan lereng kehilangan daya penyangga. Erosi dan Longsor di sekitar Kita Erosi dan longsor lahan merupakan faktor penghambat dalam kaitannya dengan pembangunan. Faktor bahaya erosi dan longsor pada dasarnya merupakan suatu ancaman, yang apabila menimpa akan mengakibatkan terhambatnya aktivitas pembangunan dan kerusakan pada lingkungan. Oleh karena itu, dalam suatu proses pembagunan kita perlu memperhatikan faktor-faktor tersebut, terutama hal-hal yang berkaitan dengan mengenali potensi erosi dan longsor sejak dini sehingga kita dapat diantisipasi dengan lebih baik. Salah satu contoh kasus erosi dan longsor di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung. Secara fisiografi, sebagian besar wilayah ini didominasi oleh puncak, lereng, kaki dan dataran-dataran antar pegunungan gunung api (Brahmantyo 2005). Seperti diketahui bahwa material gunung api sifatnya lepas dan mudah longsor, terutama bila tidak terikat oleh akar tanaman, misalnya. Hal ini membuat kemiringan lereng menjadi sangat bervariasi, dari kemiringan lereng sangat terjal hingga berbentuk dataran. Kemiringan lereng ini akan mempengaruhi kecepatan run off yang berpengaruh terhadap tingkat erosi dan longsor. Kemiringan lereng di Kecamatan Lembang dikelompokkan menjadi 5 kelas lereng, yaitu kurang dari 8% (datar), antara 8%-15% (landai), antara 16%-25% (agak curam), antara 26%-40% (curam) dan lebih dari 40% (sangat curam/terjal) (Bapedda Kab. Bandung, 2001). Dengan kondisi seperti tersebut di atas, sebagian besar wilayah Kecamatan Lembang memiliki tingkat bahaya erosi yang tinggi. Wilayah dengan tingkat bahaya erosi yang tinggi terdapat hampir di semua wilayah yang umumnya berada pada kelerengan yang curam, dengan pemanfaatan lahan sebagai lahan pertanian dengan tanaman semusim. Selanjutnya, sebagai salah satu ciri bahwa erosi terjadi secara insentif di kecamatan wilayah ini, yaitu bentuk morfologi lembah yang berbentuk huruf “V” dengan kelerengan yang curam dan terjal serta bentuk triangular pada perbukitan. Selain itu, tingkat kekeruhan air sungai juga 24 W a r t a
Geologi . Juni 2009
Lahan pertanian pada lereng yang curam, salah satu penyebab laju erosi yang tinggi (Sumber : Dokumentasi, 2007)
Lembah dengan huruf “V” merupakan ciri morfologi hasil erosi parit (Sumber : Dokumentasi, 2007)
Air sungai yang keruh merupakan penanda terjadinya erosi secara intesif (Sumber : Dokumentasi, 2007).
merupakan penanda bahwa erosi yang terjadi ini berlangsung intensif. Selain erosi, kejadian longsor di Kecamatan Lembang juga perlu diwaspadai. Tingkat bahaya longsor di wilayah ini termasuk dalam tinggi, yaitu hampir 5.000 ha (±50%) lahan terancam longsor dengan kriteria tingkat bahaya longsor tinggi (Bappeda Kabupaten Bandung, 2001). Berdasarkan karakteristik fisik wilayah seperti batuan/tanah, morfologi, kelerengan dan guna lahan, jenis longsor yang terjadi di wilayah ini adalah longsor rotasi dan runtuhan batuan atau rempah batuan (debris fall). Namun demikian,
Longsor lama
Pertanian Kortikultura
Hutan Vinus Longsor yang terjadi di Kecamatan Lembang (Sumber : Dokumentasi, 2007)
Jenis longsor aliran bahan rombakan yang potensial terjadi dan mengancam pemukiman Sumber : dokumentasi, 2007)
Pemotongan tebing jalan berakibat pada meningkatnya potensial erosi (Sumber : Dokumentasi, 2007)
berdasarkan karakteristik alamnya perlu diwaspadai longsor jenis aliran bahan rombakan walaupun belum pernah terjadi. Longsor jenis ini bisa terjadi akibat longsoran material menutupi aliran sungai sehingga akumulasi aliran sungai dapat menghanyutkan material yang menutupi sungai tersebut dan mengakibatkan longsor aliran rombakan. Penanganan Erosi dan Longsor Mengatasi masalah erosi dan longsor sebenarnya telah banyak dilakukan oleh banyak pihak, akan tetapi permasalahan ini masih saja menjadi kendala dalam kegiatan pembangunan. Ini
disebabkan karena penanganan erosi dan longsor masih ditanggani secara parsial, dalam konteks ini penanganan erosi dan longsor seharusnya dilakukan secara terencana dan terintegrasi dalam bentuk kesepakatan penataan ruang. Dengan bentuk penanganan seperti ini, banyak pihak meyakini permasalahan dapat diatasi dengan lebih baik. Hal ini karena permasalahan sebenarnya terletak pada semakin berkurangnya kawasan konservasi digantikan dengan kawasan yang berfungsi ekonomi. Secara teknik penanganan erosi dan longsor dapat dilakukan dengan metode vegetatif dan mekanik. Secara mekanik, penanganan dilakukan dengan perlakuan fisik mekanis yang diberikan terhadap tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan meningkatkan kemampuan pengguatan tanah. Kelemahan penanganan dengan metode ini adalah biayanya yang mahal karena membutuhkan pemeliharaan yang rutin. Berbeda dengan metode mekanik, metode vegetatif lebih dapat diandalkan karena memperbaiki permasalahan kekuatan tanah dari struktur tanah itu sendiri. Penanganan metode vegetatif, selain dapat memperbaiki struktur tanah juga berfungsi dalam hal memperbaiki kualitas lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, metode ini merupakan salah satu pilihan dalam penanganan erosi dan longsor. Secara singkat, peran vegetasi dalam pengendalian erosi dan longsor adalah sebagai evapotranspirasi, infiltrasi, perkolasi, lengas tanah air di bawah dan di atas permukaan. Pusposutarjo (1984) menjelaskan bahwa sifat vegetasi dapat berperan seperti hutan, yaitu memperbaiki daur siklus hidrologi (air). Daur siklus hidrologi yang baik atau alami adalah daur siklus yang mampu menyerap air ke dalam tanah (infiltrasi) sebanyak 25% dan mengakibatkan adanya aliran permukaan (run off) sebanyak 10% dari total keseluruhan air yang turun (hujan). Dengan intesifnya pembangunan yang dilakukan saat ini, kondisi tersebut tidaklah terjadi sehingga total infiltrasi air ke dalam tanah menjadi 5% dan aliran permukaan menjadi 55%. Hal inilah yang menjadi penyebab berakibat semakin rawannya potensi bencana baik berupa erosi, longsor, banjir, dan kekeringan (www.stuff. mit.edu/.../Intro_UrbnForServ_detail.html). Oleh karena itu, sudah selayaknya dan sudah waktunya penanganan terhadap erosi dan longsor juga dapat berperan dalam mengatasi permasalahan lingkungan secara keseluruhan. n Penulis adalah Peneliti muda Jurusan Ilmu Tanah dan Manajemen Lahan Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran Geologi Populer 25
Lintasan Geologi
Gunung Banda Api Etna van Indonesia Oleh: Igan S. Sutawidjaja
D
i masa kolonial, Kepulauan Banda diperebutkan
oleh
bangsa-bangsa
Eropa. Mereka datang ke kepulauan
Banda untuk menguasai hasil bumi berupa rempah-rempah seperti pala, cengkeh, dan kayu manis. Bangsa Eropa pertama yang mendarat di kepulauan ini adalah Portugis pada tahun 1512 kemudian digantikan oleh Inggris yang berlangsung beberapa saat. Akhirnya Belanda mengambil alih dan menguasai kepulauan ini sampai tahun 1942.
Kepulauan Banda terdiri atas beberapa
pulau kecil, antara lain: Pulau Banda Neira, Pulau Lonthor, Bandaapi, Hatta, Run, Ai, Pisang, dan Kapal. Wilayah Kepulauan Banda terletak lk. 210 km di sebelah tenggara Kota Ambon, pada posisi geografi 4o 31’ 30” Lintang Selatan dan 129o 52’ 17” Bujur Timur masuk dalam wilayah Kecamatan Banda, Kabupaten Maluku Tengah. 26 W a r t a
Geologi . Juni 2009
Peta lokasi Kepulauan Banda di Laut Banda, termasuk wilayah Kabupaten Maluku Tengah.
Dalam masa penjajahan, Belanda membentuk pemerintahan di kepulauan ini dan mengangkat Jan Peter Soen Coen sebagai Gubernur Jenderal yang berkedudukan di Pulau Banda Neira, pulau terbesar di wilayah tersebut. Untuk mempertahankan pemerintahannya, Belanda membangun kantor termasuk Kantor Gubernur, perumahan pegawai yang dilengkapi dengan sebuah benteng pertahanan yang dikenal dengan Benteng Belgica (“Fort Belgica 1611”).
besar secara regular menyinggahi di Pelabuhan Neira sehingga menambah semarak wisatawan domestik maupun mancanegara yang berkunjung ke kepulauan ini.
Kantor pemerintahan Belanda di wilayah tersebut dianggap strategis untuk pengasingan lawan politik saat itu karena tempatnya terpencil dan jarang dilalui kapal laut. Beberapa tokoh politik dan pejuang kemerdekaan Indonesia diasingkan ke Pulau Banda Neira, seperti Bung Hatta, Sutan Syahrir, Cipto Mangunkusumo.
Gunung Banda Api merupakan salah satu gunung api aktif dari lima gunung api yang tumbuh di dalam sebuah kaldera yang bergaris tengah 7 km. Sisa pematang kaldera terletak di selatan dan timur, yaitu Pulau Lonthor, Pulau Pisang dan Pulau Kapal. Menurut Matahelumual (1988), Banda Api merupakan generasi keempat dari gunung api purba Gunung Lonthor. Era pembangunan Gunung Lonthor dimulai dengan letusan-letusan lemah, aliran lava, meningkat menjadi kuat dan akhirnya dengan letusan besar dan membentuk Kaldera Lonthor.
Saat ini Pulau Banda Neira menjadi salah satu tujuan wisata di kawasan Maluku. Di bagian utara Pulau Neira telah dibangun landasan pesawat terbang untuk pesawat berpenumpang kecil jenis cassa. Bangunan peninggalan Belanda dan rumah Bung Hatta serta beberapa bangunan lainnya tetap dipelihara oleh pemerintah dijadikan obyek wisata, selain wisata ke Gunung Banda Api. Selain pesawat terbang, banyak kapal pelayaran
Pulau terbesar kedua di kawasan ini adalah Pulau Gunung Api, yang lebih dikenal dengan Gunung Banda Api. Gunung api ini mempunyai tinggi 641 m dpl. atau 1.150 m dari dasar laut seluas 73.446 m2.
Dr. R.D.M Verbeek, 1900, seorang ahli vulkanologi berkebangsaan Belanda menyebut Banda Api sebagai Etna van Indonesia. Keindahan alam sekitarnya dan tipe letusan yang sering Lintasan Geologi 27
Lintasan Geologi
Benteng Belgica (Fort Belgica 1611) dilengkapi dengan meriam sebagai benteng pertahanan masa colonial Belanda, Foto Igan S. Sutawijaya
Bekas Kantor Gubernur Jenderal dan patung Gubernur Jenderal J.P. Soen Coen di Banda Neira, Foto Igan S. Sutawijaya
2
1
3
Bekas rumah pengasingan Dr. Muhammad Hatta (1), Dr Sutan Syahrir (2), dan Dr. Cipto Mangunkusumo (3) Foto Igan S. Sutawijaya 28 W a r t a
Geologi . Juni 2009
Pulau Neira disebut juga P. Banda dilihat dari puncak G. Banda Api.
dipertontonkan oleh Gunung Banda Api mengingatkannya dengan sebuah gunung api di Italia, yakni Gunung Etna. Dengan alasan itu pula banyak ahli gunung api yang melakukan penelitian di Gunung Banda Api, seperti Th. Ittigius (1671), Wouter Schouten (1676), F. Valentyn (1726), W. Dampier (1729), Johanna Sigmund Murfbain (1797), Q.M.R. Verhuell (1820), F. Hoffmann (1828), H. Berghaus (1837), Junghuhn (1845), Temminok (1849), A. Renard (1886), A. Wichmann (1899), K. Sapper (1927), M. Neumann van Padang (1951), D. Hadikusumo (1952), K. Kusumadinata (1964), H.D. Tjia (1965), dan S. Siswowidjojo (1968), Hanna (1978, T.J. Casadevall (1989), dan para peneliti kemudian. Letusan Gunung Banda Api dilaporkan pertama kali oleh A.W.P. Weitzel pada Juli 1820 dalam Batavissche Courant. Dia menyebutkan bahwa pada Juli - Agustus, Gunung Banda Api menyemburkan api dari kawahnya dan terus “mengamuk” sehingga pasir dan abunya menghancurkan tanaman rempah-rempah di pulau Lonthor. Pada April 1824 dia melaporkan lagi letusan besar dari Gunung Banda Api yang mengeluarkan awan panas dan membakar seluruh tubuhnya sehingga memperlihatkan pemandangan yang
mengerikan tetapi tidak ada korban jiwa. J.TH. Bik bersama C.G.C. Reinwardt pada Juni 1821 melakukan pemeriksaan setelah letusan 1820 dan menemukan adanya kawah baru, kemudian mengukur ketinggian puncak Gunung Banda Api setinggi 1646 kaki dari permukaan laut. Selain letusan gunung api, kawasan Kepulauan Banda sering dilanda gempa bumi tektonik. Dilaporkan oleh P. Bleeker, R.O.N.L bahwa mulai pertengahan November 1852 hingga Januari 1853 terjadi gempa. bumi terbesar berlangsung pada 26 November 1852 yang menghancurkan rumah-rumah di Banda Neira dan Lonthor. Gempa tersebut menimbulkan tsunami mengakibatkan koban jiwa sebanyak 60 orang. Menurut J. Matahelumual (1988), Gunung Banda Api merupakan generasi keempat dari gunung api purba Gunung Lonthor. Kegiatan Gunung Banda Api mulai diamati secara menerus sejak 1952 dengan satu komponen seismograf electromagnet. Siswowidjojo (1978) melakukan pengamatan kegempaan di kawasan Gunung Banda Api yang berhubungan dengan aktivitas magmatik di bawah kawah Gunung Banda Api. Lintasan Geologi 29
Singkapan lava di kaki barat G. Banda Api
Komplek Vulkanik Banda dengan tiga kali pembentukan kaldera.
Tinjauan Geologi Matahelumual (1988) membuat hipotesa evolusi kompleks Gunung Banda Api bahwa pada mulanya di kawasan Laut Banda tumbuh sebuah gunung api besar, Gunung Lonthor, dari dasar laut. Pertumbuhannya dibangun oleh letusanletusan yang bersifat efusif berupa leleran lava berkomposisi basa. Berdasarkan endapan batuan, letusan yang terjadi selama membangun tubuhnya bertipe strombolian dan vulkanian dan komposisi magma yang terbentuk dari zona penunjaman cukup dalam maka terjadi perubahan komposisi dari magma basa menjadi magma asam mengisi dapur magma di bawah Gunung Lonthor. Perubahan komposisi magma ini disebabkan oleh proses diferensiasi dan asimilasi di lingkungan dapur magma. Magma asam ini menghasilkan gas bertekanan tinggi semakin banyak, hal ini akan mengarah pada letusan dahsyat apabila tekanan gas lebih besar dari pada kekuatan batuan penutupnya. Letusan dahsyat Gunung Lonthor menghasilkan sebuah kaldera yang bergaris tengah lebih kurang 7 km dan meninggalkan bagian tubuhnya yang dikenal sebagai Pulau Lonthor, Pulau Pisang, dan Pulau Kapal. Setelah terbentuk Kaldera Lonthor, kemudian tumbuh gunung api baru di pusat kaldera yang 30 W a r t a
Geologi . Juni 2009
dinamakan Gunung Neira. Gunung Neira ini dibangun oleh letusan-letusan material dari magma yang bersifat basa dan letusan umumnya bersifat efusif atau bertipe strombolian, sehingga gunung api ini tidak begitu tinggi. Dalam era ketiga terjadi lagi letusan dahsyat yang menghancurkan tubuh Gunung Neira dan meninggalkan sebagian tubuhnya menjadi Pulau Neira, Pulua Faskaal, dan Pulau Krakah. Era keempat adalah pertumbuhan Gunung Papen yang terbentuk di kawah Gunung Neira yang menyatu dengan P. Neira. Gunung Papen hancur oleh letusan dahsyat dan meninggalkan topografi bagian lerengnya yang cukup tinggi, kemudian dikenal sebagai Gunung Papen. Era kelima adalah pertumbuhan Gunung Banda Api di kawah Gunung Papen. Gunung api ini tumbuh sampai saat mencapai ketinggian 641 m dari permukaan laut atau 1150 m dari dasar laut. Gunung api ini tumbuh di sisi barat kawah Gunung Papen di dalam Kaldera Lonthor. Karena pertumbuhan dimulai dari dasar laut, maka tubuhnya lebih besar dari Gunung Papen sebelum hancur. Tidak ada data kapan Gunung Banda Api ini dihancurkan kembali, hal tersebut memerlukan penelitian yang seksama. Analisis batuan yang diperoleh dari setiap hasil letusannya belum dapat memprediksi kejadian letusan dahsyat di masa yang akan datang. Aktivitas Gunung Banda Api Gunung Banda Api termasuk gunung api yang paling aktif dibandingkan dengan gunung api lainnya yang terdapat pada Busur Kepulauan Gunung api di Laut Banda. Banyak letusan yang
G. Banda Api dilihat dari pangkal landasan pesawat terbang di Pulau Neira, insert Kawah Utama
Letusan Gunung Banda Api, 9 Mei 1988, terbentuk dua lubang letusan pada lereng utara dan selatan . Foto I. Yoshida, 1988
Pos Pengamatan Gunung Banda Api di pantai selatan P. Neira, dengan latar belakang Gunung Banda Api.
tidak tercatat dalam sejarah, tetapi jelasnya gunung api ini tumbuh dari dasar laut dan sekurangkurangnya merupakan generasi keempat dari Kaldera Lonthor. Hal tersebut menunjukkan bahwa gunung api ini telah puluhan bahkan ratusan kali letusan yang membangun tubuhnya mulai dasar laut. Letusan Gunung Banda Api mulai tercatat pada tahun 1586.
Sejak 1586 sampai dengan 1988 tercatat sekurangkurangnya 20 kali kegiatan letusan, diantaranya dua kali mengakibatkan kerusakan lingkungan dan korban jiwa. Sampai tahun 1988, gunung api ini telah menjalani masa istirahat selama 87 tahun sejak erupsi terakhir bulan Mei 1901 yang mengeluarkan leleran lava. Menurut kebiasaannya kalau gunung api lebih lama menjalani masa tenang, maka kekuatan letusannya akan lebih besar dari pada letusan-letusan yang sering terjadi dalam tenggang waktu yang pendek. Begitu pula akibatnya akan menimbulkan bencana besar karena penduduk sekitarnya akan berkembang karena mungkin mereka tidak menaruh perhatian terhadap kemungkinan bahaya yang akan melanda mereka dan harta bendanya. Neira merupakan kota kecamatan yang terdekat (lk. 2,5 km) dari puncak Gunung Banda Api kini makin berkembang, malah di kaki Gunung Banda Api sudah berkembang perkampungan dengan penduduk yang cukup banyak. Pada 9 Mei 1988, pukul 06.15, letusan pertama terjadi di Kawah Utara, tinggi asap 3000 – 3500 m di atas puncak, kemudian pukul 10.45 letusan terjadi di sebelah utara kawah letusan pertama, dan membentuk kawah baru, tinggi asap 2500 - 3000 m. Pukul 10.47, letusan terjadi di sebelah utara titik letusan kedua, juga membentuk kawah baru, tinggi asap 2500 - 3000 m. Kegiatan terakhir, letusan kembali ke kawah utama dengan tinggi asap 3500 m diikuti lontaran batu pijar kearah barat, barat daya, utara dan timur. Pengamatan kegiatan Gunung Banda Api dilakukan secara rutin dari Pos Pengamatan Gunung Banda Api yang terletak di Kecamatan Neira, tepatnya di selatan kota Neira. Pemandangan dari Pos Pengamatan ke Gunung Banda Api tampak jelas, karena posisi pos di pantai selatan P. Neira. Pengamatan visual dilakukan dengan pandangan mata langsung terhadap gejala kenampakan yang ada pada Gunung Banda Api atau juga dengan alat bantu teropong binokuler. Secara periodik dilakukan pengamatan visual dari dekat, dengan melakukan pendakian ke puncak untuk melakukan pemeriksaan di sekitar kawah serta mengukur suhu gas solfatara atau fumarola. Pengamatan dilakukan secara instrumental dengan menggunakan seismograf sistem pancar jenis MEQ-800 dengan satu komponen seismometer yang dipasang di lereng barat Gunung Banda Api. n Penulis adalah Penyelidik Bumi Madya Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi
Lintasan Geologi 31
Geo Fakta
Charles Francis Richter Ahli Seismologi
Charles Francis Richter
26 April 1900 - 30 September 1985
Mengenal Charles Richter Setiap kali mendengar atau membaca kata Richter, secara otomatis pikiran kita mengingat peristiwa gempa bumi. Richter adalah orang yang menciptakan suatu besaran untuk mengukur intensitas peristiwa gempa bumi yang dikenal dengan “Skala Richter”. Nama lengkapnya adalah Charles Francis Richter lahir pada 26 April 1900 di Hamilton, Ohio, Amerika Serikat. Dalam usia 16 tahun ia sudah mulai menduduki bangku kuliah di University of Southern California. Dari situ ia melanjutkan ke Stanford University dan melanjutkan ke California Institute of Technology (Cal-Tech). Sejatinya dia adalah seorang ahli fisika yang menyelesaikan program doktoralnya di California Institute of Tecnology pada tahun 1928. Antara tahun 1928 sampai dengan tahun 1936 Richter bekerja di Carnegie Institute kemudian pindah ke California Institute of Tecnology tempat dia belajar. 32 W a r t a
Geologi . Juni 2009
Ketika itulah dia diajak bekerja di laboratorium seismologi oleh professor pembimbingnya dan tantangan tersebut diterimanya. Salah satu wilayah yang selalu dilanda gempa bumi di Amerika Serikat adalah California karena letaknya tidak jauh dari Sesar Anderson. Sesar tersebut sangat aktif sehingga sering menimbulkan gempa bumi. Penelitian yang dilakukan oleh Richter adalah bagaimana mengukur intensitas suatu gempa yang data-datanya dari kejadian gempa Califonia. Pada tahun 1880 an seorang yang bernama de Rossi melakukan penelitian seismik untuk menentukan besaran suatu gempa bumi. Penelitian tersebut dilanjutkan oleh Giuseppe Mercalli pada tahun 1902 dan berhasil menentukan intensitas gempa berdasarkan kerusakan pada bangunan atau perasaan orang yang mengalami gempa bumi yang dikenal dengan Skala MMI singkatan dari Modified Mercalli Intensity.
Magnitude
Ekuivalen kekuatan TNT
Ekuivalen Joule
Contoh kejadian
0,0
1 kg (2.2 lb)
4,2 MJ
-
0,5
5,6 kg (12.4 lb)
23,5 MJ
Pukulan yang kuat, misal: petinju kelas berat
1,0
32 kg (70 lb)
134,4 MJ
Ledakan konstruksi (rubuhan)
1,5
178 kg (392 lb)
747,6 MJ
Bom konvensional WWII kecil
2,0
1 metric ton
4,2 GJ
Bom konvensional WWII sedang
2,5
5,6 metric ton
23,5 GJ
Bom WWII blockbuster
3,0
32 metric ton
134,4 GJ
Ledakan bom udara Massive Ordnance
3,5
178 metric ton
747,6 GJ
Bencana ledakan nuklir Chernobyl, 1986
4,0
1 kiloton
4,2 TJ
Bom atom kecil
4,5
5,6 kiloton
23,5 TJ
Bom atom sedang
5,0
32 kiloton
134,4 TJ
- Bom atom Nagasaki setara dgn 15 Kiloton - Gempa Lincolnshire (UK), 2008
5,4
150 kiloton
625 TJ
5,5
178 kiloton
747,6 TJ
- Gempa Little Skull Mtn. (NV, USA), 1992 - Gempa Alum Rock (CA, USA), 2007
6,0
1 megaton
4,2 PJ
Gempa Double Spring Flat (NV, USA), 1994
6,5
5,6 megaton
23,5 PJ
Gempa P. Rhodes (Greece), 2008
6,7
16,2 megaton
67,9 PJ
Gempa P. Rhodes (Greece), 2008
6,9
26,8 megaton
112,2 PJ
Gempa Chino Hills (Los Angeles, United States) 2008
Gempa Northridge (CA, USA), 1994 Gempa P. Rhodes (Greece), 2008 Gempa Northridge (CA, USA), 1994 Gempa San Francisco Bay Area (CA, USA), 1989 7,0
32 megaton
134,4 PJ
7,1
50 megaton
210 PJ
N.A. Uji coba Thermonuklir Tsar Bomba
7,5
178 megaton
747,6 PJ
- Gempa Kashmir (Pakistan), 2005 - Gempa Antofagasta (Chile), 2007
7,8
600 megaton
2,4 EJ
Gempa Tangshan (China), 1976
8,0
1 gigaton
4,2 EJ
- Erupsi Toba 75,000 t.y.l. (katastrophisme) - Gempa San Francisco (CA, USA), 1906 - Gempa Queen Charlotte (BC, Canada), 1949 - Gempa México City (Mexico), 1985 - Gempa Gujarat (India), 2001 - Gempa Chincha Alta (Peru), 2007 - Gempa Sichuan (China), 2008 (initial estimate: 7.8)
8,5
5,6 gigaton
23,5 EJ
Gempa Sumatra (Indonesia), 2007
9,0
32 gigaton
134,4 EJ
Gempa Lisbon (Portugal), All Saints Day, 1755
9,2
90,7 gigaton
379,7 EJ
Gempa Anchorage (AK, USA), 1964
9,3
114 gigaton
477 EJ
9,5
178 gigaton
747,6 EJ
10,0
1 teraton
4,2 ZJ
Gempa Lautan Indian (NAD-Sumatera), 2004 Gempa Valdivia (Chile), 1960 Belum pernah terekam
Gambaran ekuivalensi dan contoh skala richter
Geofakta 33
Geo Fakta
Metode perhitungan Skala Richter terhadap aktivitas gempa
Dari beberapa hasil penelitian pendahulunya, Richter bersama dengan rekannya, Beno Gutenberg mengembangkan skala untuk mengukur kekuatan gempa bumi. Pada tahun 1935 dia berhasil menentukan besaran suatu gempa bumi dengan mempergunakan besaran amplitude (simpangan gelombang) maksimum gempa yang tercatat pada seismogram yang kemudian dikenal dengan Skala Richter. Angka magnituda gempa diperoleh dengan mengukur amplituda terbesar dalam mikron (10-6 m) pada seismogram. Jarak seismograf dirancang dengan standar sejauh 100 km dari pusat gempa. Dari situ diperoleh logaritma gempa. Oleh karena itu untuk menghitung intensitas gempa berdasarkan skala Richter harus menyesuaikannya dengan persamaan yang dikenal dengan seismograf standar. Pada tahun 1954 Richter dan Gutenberg menerbitkan satu buku acuan dalam bidang seismologi berjudul, Seismicity of the Earth. Pada tahun 1952 Charles Francis Richter diangkat menjadi professor pada bidang seismologi. Tahun 1958 dia menerbitkan buku Elementary Seismology. Namanya Melekat pada Bencana Gempa Istilah skala Richter belakangan ini cukup akrab di telinga. Tak heran, sebab bencana gempa bumi terus melanda beberapa bagian dunia termasuk Indonesia akhir-akhir ini. Setiap kali ada berita gempa di seantero belahan dunia, selalu saja disebut istilah skala Richter. Skala Richer merupakan ukuran kekuatan guncangan gempa. Kian tinggi angka skala Richter, kian besar pula guncangan gempa yang terjadi. Bersama Frank Presso, Beno Gutenberg, dan Hugo Benioff–tiga ilmuwan dan ahli seismologi dari 34 W a r t a
Geologi . Juni 2009
Richter sedang mengukur amplitude pada seismogram
California Institute of Technology (Caltech), Amerika Serikat–Richter dikenal sebagai Bapak Seismologi (The Fathers of Seismology). Pada 20 April 1985 Richter meninggal dunia namun namanya terus abadi di benak semua umat manusia. Skala richter menguraikan kekuatan gempa bumi dengan angka-angka pada kisaran antara 0 – 9. Artinya, angka 9, seperti yang terjadi pada gempa bumi yang menyebabkan tsunami di Aceh pada tanggal 26 Desember 2004, merupakan angka tertinggi dan jarang terjadi. Jauh sebelum Richter lahir, pada tahun 1883 sebuah prototipe skala gempa dengan tingkat kerusakan 10 telah dikembangkan oleh Rossi dan Forel. Setelah itu, pada tahun 1897 muncul pula skala Mercalli, juga dengan 10 tingkat. Cancani pada tahun 1904 lebih mengembangkan lagi kisaran skala menjadi 12 angka. Setelah itu, Sieberg melanjutkan dengan menganalisis efek dan deskripsi kerusakan bangunan dan menjadikannya diterima sebagai skema internasional pada 1917. Sejak saat itulah, skala tersebut dinamakan skala mercalli-cancani-sieberg dan digunakan di seluruh dunia. Namun, sejak 1964, para ahli lebih banyak menggunakan skala Mercalli yang sudah diperbaharui. Tahun 1900 muncul skala Omori yang mengukur kekuatan gempa pada tujuh tingkat kerusakan. Namun, skala tersebut kemudian dimodifikasi menjadi hanya enam tingkat saja. Skala Omori mengukur gempa berdasarkan tingkat
Salah satu contoh seismograf standard yang pertama kali diciptakan
Pernah Menulis Novel Fiksi Ilmiah dan Puisi Mulanya Richter mendalami ilmu astronomi. Akan tetapi tanpa diduga dirinya malah diminta pembimbingnya, Dr. Robert Millikan, untuk bergabung menjadi tim ahli di Laboratorium Seismologi, Pasadena, California. Ia disponsori Carnegie Institution of Washington. “It was really happy accident”, ujarnya suatu ketika dalam sebuah wawancara dalam Jurnal Earthquake Information Bulletin. Sekalipun bukan bidangnya, Richter tetap bergabung pada tahun 1927.
Richter didepan seismograf multi stasiun
kerusakannya. Angka satu untuk mengukur gempa yang terlihat jelas, namun tak berbahaya. Sementara angka enam untuk mengukur gempa yang bersifat merusak. Sejak tahun 1960-an juga mulai diperkenalkan skala moment magnitude yang lebih akurat. Richter meninggal dunia di Pasadena, California, AS, pada 30 September 1985. Meski sudah tiada, nama dan jasanya tetap dikenang orang. Sebagai bentuk penghargaan kepada para peneliti di bidang gempa bumi, mulai tahun 2005 diberikan penghargaan berupa Richter Award. Dr. Emily Brodsky dari Universitas California, Los Angeles, terpilih menjadi orang pertama penerima Richter Award. Upacara penganugerahan kepada Emily dilakukan dalam sebuah pertemuan tahunan tahun 2006. Panitia memilih Emily atas pertimbangan bahwa risetnya mengenai bagaimana gempa bumi, gunung api, dan longsor terjadi, dinilai sangat inovatif dan menonjol.
Di laboratorium seismologi tersebut, Richter melakukan pekerjaan rutin menganalisa seismogram dan melokalisasikan pusat gempa di wilayah California, sehingga didapatkan sebuah katalog yang berisi waktu terjadi gempa dan episenternya. Awalnya pengukuran besaran lokal (ML – local magnitude) sangat sederhana, yaitu menggunakan dua faktor (perbedaan antarwaktu tiba amplitudo gelombang P dan S). Saat itu, ia bersama kepala staf laboratorium Harry Wood dan koleganya Maxwell Alien kesulitan mendapatkan asumsi kekuatan gempa yang terjadi. Sisi kehidupan lain dari seorang Richter ternyata menyimpan daya tarik tersendiri. Semasa hidupnya, ia menaruh minat pada dunia humaniora seperti berdiskusi musik, filsafat, dan sejarah. Ia pun sangat menggemari dunia fiksi ilmiah dan menggandrungi film Star Trek. Buah penanya selain buku harian, puisi, dan prosa, serta manuskrip novel bertema fiksi ilmiah. n Joko Parwata Penulis adalah Fungsional Perencana Sekretariat Badan Geologi Geofakta 35
Geo Fakta
Raffles Sebagai Geologiwan
Sir Thomas Stamford Bingley Raffles 6 Juli, 1781 - 5 Juli 1826
Seorang berkebangsaan Inggris yang dikenal sebagai penemu bunga Rafflesia ternyata juga seorang yang berminat pada masalah geologi. Dia adalah Sir Thomas Stamford Bingley Raffles (17811826). Raffles lahir pada 6 Juli, 1781, di lepas pantai Jamaica dalam sebuah kapal yang dikomandani ayahnya, Benjamin Raffles. Pada usia 14 tahun, tak lama setelah ayahnya meninggal dunia, ia mulai bekerja pada Perusahaan Hindia Timur Britania, sebuah perusahaan dagang dan banyak berperan dalam ekspansi Inggris di luar negeri. Pada tahun 1805 ia dikirim ke Pulau Penang, Malaysia, yang saat itu dinamai pulau Prince of Wales, sejak itu Raffles mulai berhubungan dengan Asia Tenggara. 36 W a r t a
Geologi . Juni 2009
Kekalahan Belanda dalam perang melawan Perancis tahun 1811 secara otomatis berdampak pada tanah jajahannya, termasuk Jawa. Inggris kemudian memanfaatkan kondisi tersebut dengan menginvasi tanah Jawa dan mengangkat Raffles sebagai Letnan Gubernur. Namun kekuasaan tersebut tidak bertahan lama, pada tahun 1816, Jawa diserahkan kembali ke tangan Belanda dan Raffles kembali ke Inggris. Untuk mengenang keberadaannya selama lima tahun memerintah di Jawa, Raffles menulis sebuah buku yang berjudul The History of Java, yang diterbitkan pada tahun 1817 dalam dua volume. Dalam buku tersebut Raffles menulis tentang keadaan geografi, geologi, adat-istiadat, sistem pertanian, sistem perdagangan, bahasa dan agama yang ada di pulau Jawa pada waktu itu.
Lukisan cat minyak Sir Thomas Stamford Bingley Raffles, koleksi the National Portrait Gallery, London.
Geofakta 37
Geo Fakta
Halaman judul buku The History of Java, yang terbit tahun 1817. (sumber: google books)
Salah satu halaman judul buku Die Vulkane auf Java. (sumber: google books)
Morfologi Tanah Jawa Dalam bab pertama buku ini Raffles membahas mengenai morfologi beserta bentukan-bentukan geologi yang ada di tanah Jawa.
Kelompok Gunung Salak yang kaki sebelah kirinya terhubung dengan Gunung Gede dan Gunung Panarango dijuluki sebagai Gunung Biru karena menjadi titik tanda bagi para pelaut.
Pulau Jawa disebutnya sebagai pulau terbesar di gugusan Kepulauan Sunda, yang membentang ke timur dengan sedikit melenceng ke selatan dan terletak pada garis bujur 105o 11’ hingga 114o 33’ di timur Greenwich, serta pada garis lintang selatan 05o 52’ dan 08o 46’. Di selatan dan barat disapu oleh samudera Hindia, di barat laut oleh suatu terusan yang disebut Selat Sunda yang memisahkannya dari Sumatra pada suatu jarak sekitar 14 mil; dan ditenggaranya dibatasi oleh Selat Bali yang mempunyai lebar hanya 2 mil dan memisahkankannya dari P. Bali. Pulau-pulau tersebut diatas beserta pulau-pulau lain ditimurnya, membentuk suatu kurva landai dengan panjang lebih dari 2000 mil.
Raffles menyebutkan bahwa Gunung Sundoro dan Gunung Sumbing, Jawa Tengah dikenal oleh masyarakat ketika itu sebagai gunung api kakak beradik karena letaknya berdampingan. Itulah sebabnya Gunung Sumbing dikenal juga dengan nama lain Gunung Sindari. Para pelaut menamakan keduanya sebagai Gunung Dua Saudara.
Dalam bukunya, Raffles menyinggung mengenai keberadaan gunung api yang dimulai dari Gunung Karang di Banten, meskipun tidak terlalu menjulang seperti banyak gunung lainnnya di Jawa tetapi puncaknya telah tampak dari kejauhan di laut sehingga menjadi tanda bagi para pelaut.
Sungai kedua terbesar adalah S. Surabaya atau Kali Brantas. Sumber air sungai ini berasal dari perbukitan selatan Gunung Arjuna. Kedua sungai besar tersebut dan beberapa sungai lainnya mempunyai arti penting sebagai sarana transportasi.
38 W a r t a
Geologi . Juni 2009
Sistem Pengairan Meskipun Pulau Jawa banyak terdapat pegunungan tidak akan kekurangan air karena diimbangi dengan banyaknya sungai. Yang terbesar dan terpenting adalah Bengawan Solo yang berhulu di Distrik Kadawang. Sungai besar ini mengalir melalui Surakarta dan bermuara di Pantai Gresik.
Daftar isi Bab pertama buku The History of Java. (sumber: google books)
Mineralogi Jawa Tidak ada penjelasan mengapa Raffles menyebutkan bahwa Pulau Jawa tidak memiliki karakter yang sempurna terbentuknya mineral logam. Tetapi dia menyebutkan bahwa berdasarkan hasil penyelidikan yang dilakukan pada saat itu menunjukkan bahwa mineral logam tidak dijumpai dalam jumlah yang memadai atau setingkat bijih. Satu-satunya keterdapatan emas atau perak seperti yang dilaporkan ditemukan di Gunung Parang dan Megamendung, itupun telah ditinggalkan para penambang karena tidak ekonomis.
Halaman pembuka artikel On the mineralogy of Java. (sumber: google books)
Java yang meskipun ketinggalan jaman masih dianggap sebagai bacaan klasik di bidangnya. Seperti judulnya, saat ini, apa yang tertulis di dalamnya memang telah menjadi sejarah, namun jejak-jejaknya tetap bisa ditelusuri. n Imtihanah Penulis adalah anggota fungsional Penyelidik Bumi Pusat Survei geologi Badan Geologi
Disebutkan bahwa diantara Grobogan di barat dengan Blora dan Jipang di timur ditemukan fenomena letupan-letupan lumpur, yang oleh penduduk lokal disebut Bledeg. Saat ini lokasi tersebut merupakan satu garis dengan Semburan Lumpur Porong. Dalam masa hidupnya yang singkat Raffles telah mengalami beragam pengalaman hidup yang membuktikan ketangguhannya. Ia sanggup bertahan dan mengatasi semuanya sebagian karena minat dan antusiasmenya yang besar akan setiap aspek kehidupan di Timur. Sekali waktu ia adalah saintis alam amatir (geologi, zoologi, botani), pengamat sosial, arkeolog, filolog ketimuran, pembangkit dan presiden aktif Batavian Society of Arts and Sciences. Jauh sebelum kedatangan RW van Bemmelen, geologiwan sejati, dengan kitab sucinya yang terkenal The Geology of Indonesia, Raffles telah merintisnya. Bukunya History of Geofakta 39
PROFIL
“saya merasa sangat berbahagia karena banyak terlibat dalam
...
kebijakan dan regulasi.”…
perumusan
Dr. R. Sukhyar, Kepala Badan Geologi
Ahli Kebumian yang Tak Canggung Bergelut dengan Kebijakan dan Regulasi Bulan Juli 2009 ini genap setahun Dr. R. Sukhyar, memimpin Badan Geologi. Ini adalah tonggak karir penting yang kesekian yang ditapaki oleh ahli kebumian ini. Persis satu dasawarsa silam, yakni di tahun 1999, Sukhyar dipercaya untuk menduduki posisi sebagai Sekretaris Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral (DJGSM), sebuah jabatan yang membuatnya harus hijrah dari Bandung ke Jakarta. Padahal ketika itu baru setahun dia menduduki posisi penting lainnya, yaitu menjadi Direktur Vulkanologi. Sesaat sebelum “mudik” kembali ke Bandung untuk mengemban amanah dengan posisi barunya sebagai Kepala Badan Geologi, Sukhyar adalah Staf Ahli Menteri Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, untuk urusan informasi dan komunikasi. 40 W a r t a
Geologi . Juni 2009
Untuk mengetahui lebih dekat sosok ahli kebumian yang tampil bersahaja dan dikenal rendah hati ini, tim Warta Geologi berbincang-bincang dengan Sukhyar di sela-sela kesibukan kerjanya. WG berkepentingan melakukan wawancara mendalam ini, agar setelah lebih setahun menjadi orang nomor satu di lembaga yang dipimpinnya, sosok Sukhyar dapat dikenal secara lebih dekat lagi terutama oleh segenap staf Badan Geologi dan lembaga-lembaga lainnya yang menjadi mitra kerja Badan yang dipimpinnya itu. Seperti kata pepatah, “tak kenal maka tak sayang.” Bagaimanapun, ini adalah posisi yang baru diembankan ke pundak Sukhyar, kendati nama Sukhyar bukanlah sebuah nama asing di kalangan mereka yang menggeluti ilmu kebumian dan kebijakan-kebijakan yang terkait dengan bidang ini.
Profil 41
PROFIL
Bincang-bincang dengan Sukhyar berlangsung di ruang kerjanya yang tampak tertata rapi, di Gedung Badan Geologi di Bandung. Perbincangan diawali dengan berbagai hal di seputar peluang Badan Geologi untuk “naik status” menjadi Badan Geologi Nasional, termasuk langkah-langkah yang telah, sedang, dan akan ditempuh selama dia memimpin Badan Geologi. Sukhyar juga menuturkan beberapa pengalamannya selama menjabat sebagai Sekretaris DJGSM dan Staf Ahli Menteri ESDM, dengan tugasyang lebih banyak bergelut dengan berbagai kebijakan dan regulasi terutama yang berkaitan dengan pertambangan. Dalam perbincangan itu, Sukhyar juga menyinggung tentang sisi pribadi dan keluarganya, hobi, serta pengalaman yang tak pernah terlupakan ketika dia bekerja sebagai vulkanolog. Pada bagian akhir yang tak kalah menarik untuk disimak, Sukhyar juga berbagi pengalaman tentang visinya mengenai organisasi dan kehidupan. Berikut adalah rangkuman perbincangan tersebut. Tim WG: Bagaimana persisnya posisi Badan Geologi di Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)? Sukhyar: Kalau dilihat dari konstelasi unit kerja Departemen ESDM, Badan Geologi merupakan bagian 42 W a r t a
Geologi . Juni 2009
dari Departemen tersebut, yang dalam konteks besar pembangunan nasional menaungi sektor energi dan sumber daya mineral. Namun pada kenyataannya Badan Geologi ini tidak sepenuhnya atau seluruhnya menopang pengembangan atau pembangunan komoditi energi dan sumber daya mineral. Badan ini lebih terlibat dalam bidang kebencanaan geologi, air tanah, dan lingkungan, sehingga di level nasional nama Badan Geologi kurang berkibar atau jarang terdengar. Badan Geologi berada di bawah bayang-bayang sektor energi dan sumber daya mineral yang selalu mengorbitkan atau membicarakan masalahmasalah komoditi, padahal masalah-masalah sosial banyak sekali yang dilakukan Badan Geologi. Tim WG: Bagaimana dukungan institusi lain terhadap kemungkinan berdirinya Badan Geologi Nasional? Sukhyar: Sebenarnya masalah ini sudah sering disampaikan di Kementrian Negara Pemberdayaan Aparatur Negara (Menpan) yang menangani masalah kelembagaan. Mereka mengetahui bahwa di LIPI ada kegiatan berkaitan dengan geologi, begitu juga di Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Tentu kalau kita ingin membuat Badan Geologi Nasional, kita harus membicarakannya dengan mereka, sebab bisa saja ada bagianbagian geologi yang terkumpul masuk ke dalam
...“banyak hal-hal yang tidak diketahui tentang fenomena alam, sehingga ilmu itu harus terus diperdalam”... bagian yang ada di Badan Geologi. Tetapi yang harus kita ingat bahwa tiap unit kerja mempunyai tugas dan fungsinya masing-masing. Keinginan untuk membentuk Badan Geologi Nasional atau lepasnya Badan Geologi dari Departemen ESDM bukan hanya datang dari kita. Banyak juga lembaga lainnya yang ada lingkungan Departemen ESDM yang berpendapat bahwa sebaiknya Badan Geologi keluar dari departemen. Ia tetap berada di bawah koordinasi Departemen tetapi bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Itu sebabnya nama yang tepat untuk Badan ini nantinya adalah Badan Geologi Nasional. Tim WG: Seberapa penting keberadaan sebuah badan geologi nasional di suatu negara? Sukhyar: Badan Geologi yang ada di Indonesia sama dengan badan geologi di beberapa negara lain, dan tidak ada satu negara yang tidak memiliki institusi geologi pemerintah. Contohnya di Amerika Serikat ada United State of Geological Survey (USGS), di Jepang ada Geological Survey of Japan (GSJ), di Inggris ada British Geological Survey (BGS) yang memiliki fungsi memberikan pelayanan informasi cuma-cuma (public goods) kepada masyarakat, apakah itu mengenai kekayaan bumi, apakah itu mengenai potensi bencana, atau pun informasi yang lainnya untuk penanganan dan pengelolaan lingkungan. Tetapi biasanya unit-unit kerja yang lain juga juga memiliki bidang yang menangani urusan geologi misalnya saja Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Indonesia, yang dibangun sebagai pusat pengembangan ilmu. Jadi, kalaupun ada bidang geologinya, maka itu dalam konteks untuk pengembangan ilmu kebumian. Ilmu-ilmu baru kebumian yang dikembangkan oleh LIPI, melalui koordinasi sebenarnya dapat kita terapkan untuk kepentingan publik. Institut Teknologi Bandung (ITB) juga memiliki jurusan geologi, yang mengarah kepada fungsi pendidi-
kan. Kemudian ada BPPT yang merupakan Badan yang tugasnya melakukan pengkajian dan penerapan teknologi dan mengkaji teknologi tepat guna. Hasil kajian teknologi BPPT misalkan bagaimana mengidentifikasi fenomena kebumian dan bagaimana mengeksplorasinya. Jadi lewat BPPT bisa kita mengumpulkan informasi kegeologian. Tim WG: Apakah pimpinan Departemen ESDM mendukung rencana berdirinya Badan Geologi Nasional ini? Sukhyar: Pimpinan departemen melalui Menteri ESDM dan Sekjen Departemen ESDM sangat mengharapkan terbentuknya Badan Geologi Nasional. Menteri ESDM telah menugaskan Kepala Badan Geologi untuk menyiapkan langkah-langkah konkret dalam upaya berdirinya Badan Geologi Nasional. Saya bersama-sama manajemen Badan Geologi tengah merumuskan dan menyiapkan kerangka organisasinya dan perencanaan ke depan. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut harus disiapkan tahapan dan mekanisme yang baik. Di samping itu kita juga harus melakukan pendekatan untuk meyakinkan para pengambil kebijakan tentang pentingnya keberadaan Badan Geologi Nasional. Sebenarnya ide rencana berdirinya Badan Geologi Nasional bukanlah hal yang baru. Ketika saya masih menjabat sebagai Sekretaris DJGSM sudah disusun konsepnya tetapi sempat terputus dan sekarang akan dihidupkan kembali. Langkah awal yang telah ditempuh adalah melakukan presentasi di Bappenas dan meminta kepada Bappenas untuk mengalokasikan program tersendiri yakni Program Pembangunan Geologi yang konsepnya secara tertulis sudah disampaikan kepada Bappenas. Selama ini program yang dilakukan di Badan Geologi selalu mengekor kepada program pertambangan, apakah pertambangan mineral ataupun pertambangan migas. Tim WG: Jadi, kapan kira-kira Badan Geologi Nasional akan terwujud nyata? Sukhyar: Saat ini adalah waktu yang tepat untuk mewujudkan keinginan tersebut. Pada rapat-rapat kerja departemen masalah ini akan terus diungkap dan diharapkan pembahasan tersebut dapat disepakati sebelum kabinet baru terbentuk. Hal ini penting karena pembentukan Badan Geologi Nasional akan melibatkan kesepakatan di level pemerintahan dari beberapa kementerian Tim WG: Berbicara mengenai kekuatan sumber daya manusia yang kini dimiliki, apakah Badan Geologi sudah siap untuk menjadi Badan Geologi Nasional? Profil 43
PROFIL
Sukhyar, ketika memberikan Sambutan Pada Acara Pengukuhan Profesor Riset Badan Geologi.
Sukhyar: Kita harus akui bahwa yang berpendidikan pasca sarjana di Badan Geologi adalah yang terbanyak di lingkungan Departemen ESDM. Para pegawai yang berpendidikan S2, S3 yang ada di Badan Geologi jumlahnya paling banyak. Tetapi dari populasi pegawai, jumlah pegawai Badan Geologi juga merupakan yang paling banyak dibandingkan unit-unit lainnya di departemen. Saat ini komposisi pegawai teknis dan pegawai penunjang dirasakan masih kurang ideal. Jumlah pegawai penunjang masih terlalu besar. Selain meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan dalam dan luar negeri, upaya lainnya yang akan dilakukan adalah merekrut pegawai baru yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan inti Badan Geologi. Pembinaan kepegawaian dari aspek fungsional dan manajerial juga harus terus dilakukan dan ditingkatkan. Tim WG: Apa saja bentuk sosialisasi yang telah dilakukan dalam rangka pembentukan Badan Geologi Nasional? Sukhyar: Pertama, saya ingin bahwa yang maju itu nama Badan Geologi bukan nama unit kerjanya. Kemana-mana yang keluar itu nama induknya. Hal seperti ini sudah dilakukan oleh unit eselon 1 44 W a r t a
Geologi . Juni 2009
yang lain seperti BMKG, BPPT, dan LIPI yang keluar selalu membawa nama besarnya. Mengapa harus dilakukan, karena hal ini akan menggerakkan atau membangkitkan kebanggaan seluruh pegawai Badan Geologi. Contohnya jika satu unit mendapatkan prestasi maka unit lain dan pegawai unit lain akan turut merasakan kebanggaan tersebut. Dengan demikian akan terbentuk kebanggaan terhadap institusinya, yakni kebanggaan bersama. Saya melihat unit-unit yang ada di lingkungan Badan Geologi telah melakukan sosialisasi dengan para pemangku kepentingan seperti pemerintah daerah. Hal lainnya yang telah dilakukan adalah kegiatan seperti pameran dan promosi, serta sosialisasi yang juga diselenggarakan di beberapa provinsi. Selain itu Badan Geologi juga telah memiliki Jurnal Geologi Indonesia (JGI) dan jurnal lainnya yang diterbitkan unit-unit yang menjadi produk kebanggaan Badan Geologi. Melalui kegiatan Dewan Redaksi JGI dengan melibatkan beberapa pengelola jurnal kebumian lainnya, hal ini tentu menambah promosi Badan Geologi. Situs web Badan Geologi sebagai media informasi elektronik dan Warta Geologi sebagai media cetak juga turut mempublikasikan dan mempromosikan kegiatan Badan Geologi. Hal itu hendaknya terus ditingkatkan dalam upaya membesarkan nama Badan Geologi.
Sukhyar, bersama Menteri ESDM, Purnomo Yusgiantoro dan Sekjen Departemen ESDM, Waryono Karno, menjelaskan cekungan sedimen Indonesia.
Tim WG: Apa pengalaman penting sebagai Sekretaris DJGSM dan Staf Ahli Menteri?
pada usia tiga puluhan tahun. Undang-undang yang dihasilkannya itu sangat fenomenal pada masanya.
Sukhyar: Ketika pindah ke Jakarta, tugas yang saya emban sama sekali tidak ada hubungan dengan ilmu yang dipelajari. Saya masuk ke wilayah orang yang lebih banyak bekerja pada sub sektor pertambangan. Namun saya merasa sangat berbahagia karena banyak terlibat dalam perumusan kebijakan dan regulasi. Salah satu contohnya adalah UndangUndang Panas Bumi. Walau UU ini adalah inisiatif DPR, namun pemerintah membuat rancangan undang-undang tandingannya dimana saya yang ditunjuk sebagai ketua tim. Contoh lainnya adalah UU Pertambangan yang sekarang sudah terbit, dimana saya juga ditunjuk sebagai ketua tim penyusunan rancangannya. Mengapa itu terjadi dan bisa saya lakukan, kuncinya adalah mau bertanya kepada orang yang lebih dulu tahu, mau turun ke bawah dan membaca. Bukan hanya acuan yang ada di Indonesia tapi juga acuan internasional harus dibaca. Bahkan kita harus berdiskusi dengan ahli ekonomi, ahli sosial. Intinya adalah keingintahuan dan mendengar pendapat orang dan berpikir kritis. Saya iri kepada Bapak Suharyo Sigit, seorang geolog yang juga mantan Sekjen Departemen Pertambangan dan Energi, yang menyusun UU Pertambangan No. 11 Tahun 1967
Yang sangat mengesankan dan tidak terlupakan adalah menyelesaikan naskah akademis Rancangan UU Pertambangan Mineral dan Batubara (Minerba) hanya dalam waktu satu minggu. Esensi yang penting dalam RUU yang satu ini adalah pengendalian terhadap praktek desentralisasi pertambangan, transparansi pengusahaan pertambangan, pencadangan wilayah negara, peningkatan nilai tambah mineral dan batubara dalam negeri dan merubah bentuk perizinan usaha atau menyeragamkan perizinan serta penekanan pada manajemen sumer daya mineral dan batubara. Puluhan kali rapat saya pimpin, baik di lingkungan internal Departemen ESDM maupun dengan pihak luar. Di sinilah saya mengenal teman-teman dari berbagai pemangku kepentingan pertambangan dan panas bumi. Saya menjadi salah satu pelaku sejarah penyusunan UU Pertambangan dan UU Panas Bumi. Hal lain yang ingin saya ungkapkan adalah saya juga terlibat secara aktif di dalam dua kali reorganisasi Departemen ESDM, yaitu tahun 2000 dan 2005. Pelajaran yang dipetik dari berbagai pengalaman Profil 45
PROFIL
Pak Sukhyar Kunjungan Ke Gunung Krakatau Tahun 2005.
tersebut adalah apabila kita memiliki ide yang bagus dan dirasakan bermanfaat bagi kepentingan bangsa, dibutuhkan kesabaran, pengorbanan mental, dan waktu untuk meyakinkan orang lain atau pimpinan kita akan ide tersebut. Saya bersyukur sempat menjadi Staf Ahli Menteri Bidang Informasi dan Komunikasi. Bukan hanya masalah geologi yang masuk namun juga masalah migas, listrik. Semua itu masuk dalam pertimbangan, untuk dianalisis lalu diberikan sebagai masukan kepada Menteri. Hal ini menambah wawasan dan pengalaman saya bekerja di Departemen ESDM. Dan saya harus berterima kasih kepada Bapak Menteri atas kesempatan tersebut. Tim WG: Menurut pengamatan kami, salah satu pekerjaan lain yang juga Anda cintai adalah pekerjaan kegunungapian. Dapatkan diceritakan pengalaman Anda di bidang ini? Sukhyar: Bekerja di bidang kegunungapian atau vulkanologi hampir tak pernah memikirkan uang. Ini yang mengesankan. Hal itu sangat beralasan, karena seringkali harus tinggal lama di Pos Gunung Api untuk memantau aktivitas gunung api yang sedang “sakit” sampai benar-benar kembali normal. Hal itulah yang hingga kini membudaya pada diri rekan-rekan di Vulkanologi. Saya punya satu pengalaman. Karena Gunung Ijen aktif, saya harus bolak-balik ke Banyuwangi dan tinggal di Pos Gunung Ijen, serta sesekali naik ke Kawah Ijen untuk memantau aktivitasnya. Perjalanan dari Bandung menuju Banyuwangi saya tempuh naik bis berantai melalui Tasikmalaya, Yogyakarta, dan Surabaya. Karena saaat itu kekurangan uang, di perjalanan 46 W a r t a
Geologi . Juni 2009
saya hanya bisa makan salak. Jadi ketika naik Gunung Ijen perut malah terasa mulas-mulas. Selama bekerja di vulkanologi, saya juga mendapat pengalaman pahit yang tak pernah terlupakan dalam hidup saya. Saat itu saya menjabat sebagai Kepala Subdit Analisis Gunung Api. Hari Selasa tanggal 22 November 1994 saya melakukan survei ke puncak Gunung Merapi bersama beberapa staf Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) untuk memantau aktivitas Gunung Merapi yang saat itu statusnya dalam keadaan “waspada”. Namun saat berada di puncak, tiba-tiba terjadi longsor yang diikuti awan panas. Terus terang saya tak dapat menyembunyikan kesedihan dan kepedihan hati ketika mendapat kabar bahwa di Plawangan dan sekitarnya ada 66 orang meninggal. Satu tahun setelah peristiwa itu, diselenggarakan sebuah lokakarya untuk mendiskusikan fenomena letusan Merapi 22 November tersebut. Beberapa pembicara mengungkapkan bahwa tidak satu pun peralatan yang menangkap gejala awal fenomena tersebut. Di sekitar gunung saat itu terdapat beberapa peralatan yang dipasang oleh pemerintah Jerman, hasil kerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM). Ada juga alat yang dipasang oleh BPPTK namun tak satu pun menangkap gejala tersebut. Dari pengalaman tersebut, saya mengakui bahwa ilmu manusia itu sangat kecil dibandingkan kekuasaan Tuhan. “Banyak hal-hal yang tidak diketahui tentang fenomena alam, sehingga ilmu itu harus terus diperdalam”. Tim WG: Kami pernah menyaksikan, saat Anda melakukan tugas kunjungan ke Pos Gunung Slamet, di
Pak Sukhyar dalam kunjungan kerjanya ke Pos Gunung Slamet (Pak Sukedi Kepala Pos Gunung Slamet, sedang menjelaskan perkembangan aktivitas Gunung Slamet April 2009)
Guci (daerah sekitar Gunung Slamet-red), Anda menyempatkan waktu untuk membeli tempe mendoan. Kelihatannya itu salah satu makanan kesukaan Anda? Sukhyar: Saya melihat dagangannya bersih dan saya memang menggemari penganan tempe. Sebenarnya saya sekaligus ingin menghargai inisiatif mereka untuk berusaha. Jika saja, semua masyarakat Indonesia berpikir sama seperti seorang penjual mendoan tersebut, maka di negeri kita ini tidak perlu terjadi pengangguran. Dengan membeli barang dagangannya berarti kita memberikan apresiasi terhadap usaha orang tersebut dan semoga penjual mendoan tersebut terdorong untuk menekuni bidang pekerjaannya dengan lebih baik. Satu lagi yang menarik waktu turun dari kereta api di Tegal di sebuah warung ternyata masih ada orang yang menjual minuman teh dengan harga sangat murah. Bayangkan jika dibandingkan dengan di Jakarta mungkin harganya bisa mencapai lima kali lipat. Pelajaran yang dapat diperoleh dari si penjual teh tersebut adalah dalam berusaha tidak perlu terlalu ngoyo mencari keuntungan tetapi yang penting ekonominya bergulir dan dapat mencukupi kebutuhan. Tim WG: Untuk dapat menjadi seorang pemimpin di sebuah lembaga, tentu dibutuhkan pengalaman berorganisasi yang matang. Dapatkah Anda menceritakan pengalaman berorganisasi yang pernah dilalui?
Sukhyar: Dalam berorganisasi, yang saya lakukan adalah bagaimana menghimpun kelebihan orang-orang dan memperkecil kekurangan orang-orang. Menghimpun kekuatan resources yang ada, mengoptimalkan kapabilitas individu dan membangun kerjasama tim yang kuat, sehingga semua pekerjaan dapat dilakukan dengan baik. Jadi tugas kita sebagai pimpinan adalah menghimpun kelebihan individu, mempercayai, dan memberikan apresiasi terhadap kelebihannya. Hal itu yang harus menjadi acuan para manajer organisasi. Tim WG: Apa pesan Anda untuk para pegawai di lingkungan Badan Geologi? Sukhyar: Pertama-tama saya menghimbau untuk menyatukan dan terus meningkatkan potensi keahlian kita dalam menyelesaikan tugas-tugas kita. Sebagai pegawai yang bekerja di lingkungan geologi tantangan kita ke depan semakin berat. Kita dituntut untuk terus melakukan penelitian potensi sumber daya mineral yang ada di tanah air kita. Tugas berikutnya adalah yang paling penting, yakni bagaimana data geologi tersebut dikemas dalam berbagai informasi yang menarik dan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan serta memberikan perlindungan bagi masyarakat. Saya berpesan khusus kepada ahli kebencanaan termasuk para pengamat gunung api untuk berani menyampaikan informasi kepada masyarakat Profil 47
PROFIL
Sukhyar diwawancara menyampaikan berbagai informasi geologi.
karena mereka ada di garis depan dan berhadapan langsung dengan masyarakat dan media. Isu nasional terpenting dan menonjol saat ini adalah penurunan produksi miyak sehingga kita harus terus mencari sumber-sumber lain, isu pemenuhan air untuk kebutuhan hidup dan isu lingkungan. Demikianlah bincang-bincang dengan Sukhyar, terutama yang berkaitan dengan hal ihwal di seputar Badan Geologi. Dan berikut ini adalah sekilas sisi pribadi Sukhyar yang berhasil diliput oleh tim WG. Masa Menuntut Ilmu Sukhyar yang dilahirkan di Jakarta 54 tahun lalu tepatnya pada tanggal 11 April 1955, adalah buah hati kedua dari sembilan bersaudara pasangan Ruchiyat (seorang tentara) dan Sukainten (seorang guru). Karena kepindahan tugas ayahnya ke Pekanbaru, Riau, maka Sukhyar yang saat itu berusia empat tahun bersama keluarga harus meninggalkan Jakarta. Di Pekanbaru, Sukhyar memulai pendidikan dasar di SD 16, kemudian melanjutkan ke SMP IV, dan pendidikan tingkat atas tahun 1972 di SMA 1. Setamat pendidikan Sekolah Menengah Atas, pada tahun 1973 Sukhyar hijrah ke Bandung untuk kuliah di Jurusan Teknik Geologi Institut Teknologi Bandung. Terasa ada babakan baru ketika memasuki bangku kuliah, selain dituntut untuk menekuni bidang geologi yang telah dipilihnya, Sukhyar juga harus berada jauh dari keluarganya. Sebelum menamatkan kuliah dia sempat bekerja sebagai 48 W a r t a
Geologi . Juni 2009
geolog yunior dalam eksplorasi emas di Cikotok Jabar dan eksplorasi batubara di Muara Enim, Sumatera Selatan. Pendidikan di ITB diselesaikannya pada tahun 1980. Teman seangkatan yang kini sama-sama bekerja di Badan Geologi diantaranya adalah Dr. Ir. Achmad Djumarma Wirakusumah yang saat ini menjabat sebagai Kepala Pusat Survei Geologi, dan Ir. Suhari, M.Sc, Kepala Bagian Tata Usaha Pusat Lingkungan Geologi. Setelah meraih gelar sarjana di ITB, Sukhyar bekerja di Direktorat Vulkanologi. Di awal karirnya, dia mendapat kesempatan menambah ilmu geologi di Monash University, Melbourne, Australia mengambil Jurusan Earth Sciences. Studi di Monash University diselesaikannya tahun 1989. Masa Awal Karir Setelah kembali dari menuntut ilmu di Melbourne, Sukhyar mengawali karirnya sebagai Kepala Seksi Pengamatan Gunung Api Wilayah Jawa Bagian Timur pada Direktorat Vulkanologi, tepatnya tanggal 26 Februari 1991. Setelah menjabat sebagai Kepala Seksi Pengamatan Gunung Api Wilayah Jawa Bagian Timur selama tiga tahun, tanggal 2 Juni 1994 diangkat menjadi Kepala Sub Direktorat Analisis Gunung Api. Saat tengah memegang posisi Kasubdit inilah, Sukhyar dipercaya menjadi koordinator kerja sama dengan beberapa negara seperti Belanda, Jepang, Jerman, Perancis, Australia, dan Amerika Serikat. Selain
menangani kerja sama luar negeri Sukhyar juga aktif menjadi nara sumber berbagai seminar dalam dan luar negeri. Pada 1997 sempat menjadi acting Direktur Vulkanologi selama sembilan bulan pada saat Direktur Vulkanologi, Dr. Wimpy S. Tjetjep, mengikuti pendidikan Lemhanas di Jakarta. Pada tanggal 4 Mei 1998, Sukhyar dipercaya memimpin Direktorat Vulkanologi, sebuah jabatan tertinggi untuk mengurus dan mengambil keputusan yang berkaitan dengan berbagai kebijakan pengelolaan gunung api. Jabatan sebagai Direktur Vulkanologi hanya berlangsung satu tahun, karena pada tanggal 30 Maret 1999, Sukhyar harus pindah ke Jakarta dengan tugas barunya, yakni menjadi Sekretaris Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral. Menjadi Kepala Badan Geologi Ketika menjabat Sekretaris DJGSM Sukhyar harus menekuni bidang pekerjaannya yang baru yang lebih banyak bergelut dengan berbagai kebijakan dan regulasi terutama yang menyangkut pertambangan. Pekerjaan ini dilaluinya dengan sungguhsungguh. Pada periode ini, dia tercatat dipercaya menjadi Ketua Tim Penyusun RUU Pertambangan dan RUU Panas Bumi versi pemerintah. Walau disibukkan dengan pekerjaan barunya Sukhyar tetap konsisten dengan bidang ilmu kebumian. Tampil menjadi presenter pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Ahli Geologi pada tahun 1991 , dia berhasil menerima Penghargaan Piagam LASUT, sebuah penghargaan untuk presenter dan makalah terbaik. Sukhyar juga gemar membaca dan menulis . Pada Rubrik Geo Populer edisi Juni 2009, Sukhyar menyuguhkan sebuah artikel berjudul Alokasi Tata Ruang Untuk Sektor Pertambangan. Setelah tujuh tahun menjabat sebagai Sekretaris DJGSM, Sukhyar diangkat menjadi Staf Ahli Menteri Bidang Informasi dan Komunikasi pada 11 November 2005. Empat tahun menjadi Staf Ahli Menteri, Sukhyar diangkat menjadi Kepala Badan Geologi pada tanggal 18 Juli 2008 menggantikan Bambang Dwiyanto yang diangkat menjadi Kepala Balitbang ESDM. Sisi Lain Kehidupan Sehari-hari Ketika kuliah di ITB, memasak menjadi salah satu hobi Sukhyar. Dia mengakui statusnya sebagai anak koslah yang membuatnya memiliki hobi memasak. “Agar kita dengan bebas dapat menikmati makanan yang diinginkan,” begitu alasannya. “Selain itu, memasak juga dapat dijadikan media untuk meningkatkan keharmonisan keluarga”, tambahnya. Menurutnya pula, hobi memasak ini ternyata sangat bermanfaat terutama ketika tengah berada di negeri orang, yakni saat dia menuntut ilmu di Australia.
Selain memasak Sukhyar juga gemar berbelanja kebutuhan rumah tangga. Tidaklah mengherankan kalau dalam perjalanan pulang dari kantor ke rumah, sang istri tercinta, Nurlina Hakim, tak segan untuk memesan berbagai keperluan rumah tangga. Menurut pengakuan Sukhyar, belanja dan melihat orang-orang merupakan bagian dari refreshing setelah seharian disibukkan dengan rutinitas pekerjaan. Sukhyar juga suka membawa oleh-oleh (buah tangan atau cindera mata) ketika pulang bepergian. Dalam perjalanan pulang dari kunjungannya ke Gunung Slamet, misalnya, Sukhyar menyempatkan untuk membeli bawang merah dan telur asin Brebes, serta tahu Sumedang. Ketika tinggal di Melbourne bersama istri dan anak, Sukhyar sering bermain tennis, meneruskan hobi yang digelutinya sejak mulai bekerja di Direktorat Vulkanologi. “Melihat ada lapangan tenis di kompleks kantor Vulkanologi di Jalan Diponegoro, saya pun tertarik untuk mencoba bermain,” ujarnya. Bukan sekadar bermain, Sukhyar adalah anggota Tim Tenis Direktorat Vulkanologi, dan juga anggota Tim Tennis DJGSM yang sering tampil di setiap pertandingan memperingati HUT Kemerdekaan RI. Ayah dari Nadya Amalia, M. Ashari, dan Aliya Adinari ini ternyata senang mengikuti perkembangan informasi di TV termasuk infotainment. Suatu hari Sukhyar terlibat dalam sebuah diskusi mengenai infotainment dengan anak-anaknya. Sukhyar hafal nama-nama penyanyi baru seperti Afghan, Bunga Citra Lestari dan sejumlah nama lainnya. Eh, anakanaknya malah kemudian “menuding” bahwa sang Ayah di kantor tidak bekerja, melainkan hanya menonton TV dan membaca tabloid. Kegemaran lain Sukhyar yang barangkali belum banyak diketahui adalah tarik suara. Ketika Direktorat Vulkanologi mengadakan kegiatan hiburan karaoke, Sukhyar tampil menyanyikan lagu favoritnya, “Imagine”. Itulah agaknya pelengkap dari sebuah dunia yang penuh warna bagi jalan hidup seorang Sukhyar: pakar di bidang ilmu kebumian yang ternyata mencintai olahraga di samping olah suara; sosok pekerja keras dan tangguh dengan segudang pengalaman yang dipetiknya dari sederet tempat pengabdian, pemikir yang tak kikuk berhadapan dengan bidang kebijakan dan regulasi, seorang pemimpin dengan visi dan misi, yang di pundaknya tersemat setumpuk harapan untuk membawa Badan Geologi agar lebih terasa lagi makna keberadaannya bagi kemaslahatan masyarakat luas. n (Tim Warta Geologi)
Profil 49
Seputar Geologi
Lokakarya Badan Geologi “Pemutakhiran Cekungan Sedimen Indonesia berdasarkan Informasi Geologi dan Geofisika”
Kebutuhan dunia khususnya Indonesia terhadap minyak bumi semakin meningkat setiap tahunnya. Namun konsumsi minyak bumi ini berbanding terbalik dengan produksinya yang mengalami penurunan secara signifikan. Hal ini ditandai dengan kenyataan bahwa produksi minyak bumi saat ini berada di bawah 1 juta barrel per hari sementara kebutuhannya di atas 1 juta barrel per hari. Kondisi tersebut cukup memprihatinkan sehingga pemerintah Indonesia berusaha mencari alternatif permasalahan keterbatasan energi. Salah satu upaya pemerintah Indonesia dalam mengatasi permasalahan tersebut adalah melakukan pemutakhiran data cekungan sedimen Indonesia dengan harapan akan menemukan cadangan-cadangan minyak baru. Sebagai instansi yang menangani permasalahan hulu di bidang energi, Badan Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral memperoleh tugas untuk melakukan pemutakhiran data 50 W a r t a
Geologi . Juni 2009
dan informasi cekungan-cekungan sedimen yang terdapat di Indonesia. Dengan adanya pemutakhiran data dan informasi cekungan maka semakin besar peluang eksplorasi bagi para pelaku usaha di bidang energi. Pemutakhiran data cekungan tersebut dituangkan dalam Atlas Cekungan Sedimen Indonesia yang disusun oleh Badan Geologi dengan mengoptimalkan data geofisika dan geologi. Atlas ini menampilkan hasil analisis geofisika dan geologi tiap cekungan, meliputi peta geologi, struktur, kolom dan uraian stratigrafi, serta pemodelan konfigurasi cekungan berdasarkan data gaya berat. Penyusunan Atlas Cekungan Sedimen Indonesia ini dilatarbelakangi oleh penyusunan pemetaan geologi regional Indonesia, peta anomali gaya berat Indonesia serta penyusunan stratigrafi Indonesia. Dalam rangka penyebarluasan informasi cekungan sedimen Indonesia, Badan Geologi pada hari Selasa, 19 Mei 2009 mengadakan kegiatan Lokakarya
Badan Geologi dengan tema “Pemutakhiran Cekungan Sedimen Indonesia berdasarkan Data Geologi dan Geofisika”. Lokakarya dilaksanakan di Auditorium Lantai X Gedung Sekretariat Jenderal DESDM dibuka oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Purnomo Yusgiantoro yang sekaligus melakukan penandatanganan Atlas Cekungan Sedimen Indonesia. Pada sesi presentasi dihadirkan lima pembicara yang ahli di bidang cekungan sedimen Indonesia, yaitu Prof. R. P. Koesoemadinata, Ir. Nazhar Buyung, M.Sc, Ir. Awang Harun Satyana, Ir. Imam Sobari, M.Sc., dan Ir. Syaiful Bachri, M.Sc. dengan dipandu oleh Dr. Hermes Panggabean, M.Sc. Ir. Imam Sobari, M.Sc. dalam presentasinya menyampaikan bahwa sumber data anomali gaya berat yang digunakan oleh tim geofisika berasal dari kompilasi peta anomali gaya berat terbitan Badan Geologi dan Free Air Gravity yang digabung dengan peta batimetri Indonesia dari Bakosurtanal. Menurut Ir. Nazhar Buyung, M.Sc. pengelompokan anomali gaya berat Indonesia dapat memberikan informasi awal mengenai lokasi-lokasi keberadaan mineral dan cebakan hidrokarbon. Pada lokakarya ini Badan Geologi mengidentifikasi 128 cekungan sedimen berdasarkan data geologi dan geofisika yang diharapkan memiliki potensi minyak dan gas bumi. Sebagaimana disampaikan oleh Ir. Syaiful Bachri, M.Sc., dari 128 cekungan tersebut sebanyak 51 cekungan berada di darat dan 77 cekungan berada di laut. Hal ini merupakan berita yang sangat menggembirakan bagi industri minyak dan gas bumi, mengingat pada sesi pemaparan Awang Harun Satyana disampaikan bahwa sampai dengan adanya pemutakhiran data cekungan oleh Badan Geologi, di Pertamina pada tahun 1992 tercatat 66 cekungan, di Pusat Penelitian dan Pengembangan Migas (Lemigas) pada tahun 2003 tercatat sebanyak 63 cekungan, sedangkan dalam data BP Migas dan ITB pada tahun 2008 jumlah cekungan yang tercatat,
yaitu sebanyak 64 cekungan yang dikenal dan 22 cekungan baru ditemukan. Tentunya data 128 cekungan ini dapat dijadikan gambaran awal bagi penemuan dan eksplorasi minyak dan gas bumi Indonesia. Kegiatan yang diawali pada pukul 08.00 WIB dan diakhiri pada pukul 14.00 WIB, dihadiri oleh kurang lebih 230 peserta yang terdiri dari para Pejabat Eselon I dan II di lingkungan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Kepala BP Migas, akademisi, dan pelaku usaha di bidang migas dan pertambangan. Animo yang sangat besar terlihat dari antusiasme peserta pada sesi diskusi dan juga jumlah peserta yang terus bertahan dari awal sampai dengan akhir acara. Sebelum penutupan Prof. R.P. Koesoemadinata menyampaikan beberapa pesan dan salah satunya, yaitu “...pembataspembatas antar cekungan atau topography high sangat interpretative, oleh karena itu diperlukan kesepakatan yang jelas antara semua pihak”. Pernyataan di atas merupakan catatan bagi kita semua bahwa masih banyak pekerjaan rumah bagi kita sehingga data dan informasi cekungan dapat dimanfaatkan secara optimal untuk peningkatan produksi minyak bumi di Indonesia. Lokakarya ini ditutup oleh Kepala Badan Geologi, Dr. R. Sukhyar dengan pesan bahwa sudah saatnya Badan Geologi maju dan memiliki peran secara konkrit di bidang minyak dan gas bumi. Beliau juga mengharapkan adanya tindak lanjut terhadap penemuan cekungan tersebut, yaitu salah satunya berupa koordinasi dengan pihak terkait di bidang minyak dan gas bumi. Selain itu identifikasi 128 cekungan tersebut beliau harapkan dapat meningkatkan kegiatan eksplorasi minyak dan gas bumi yang pada akhirnya dapat menjamin pemenuhan kebutuhan energi nasional. n (Siti Hidayati)
Seputar Geologi 51
Sosialisasi Bidang Geologi di Provinsi Kalimantan Timur
Badan Geologi pada tanggal 6 Mei 2009 menyelenggarakan Sosialisasi Pemberdayaan dan Penyebarluasan Informasi Bidang Geologi di Provinsi Kalimantan Timur. Acara yang lebih dikenal dengan kegiatan Sosialisasi Bidang Geologi ini dilaksanakan di Kota Balikpapan dan merupakan lanjutan dari kegiatan sejenis sebelumnya di enam provinsi, yakni Papua, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Gorontalo, dan Bengkulu. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mensosialisasikan kebijakan tentang perencanaan nasional secara makro mengenai pendayagunaan sumber daya alam. Sedangkan tujuannya adalah agar Pemerintah Daerah lebih awal memahami data dan informasi serta kebijakan Pemerintah Pusat, untuk selanjutnya mengidentifikasi kegiatan yang perlu dilakukan pada masa akan datang dalam mempersiapkan diri untuk pengelolaannya. Kegiatan yang dilaksanakan di Novotel Hotel, Balikpapan ini secara resmi dibuka oleh Kepala 52 W a r t a
Geologi . Juni 2009
Badan Geologi. Peserta sosialisasi terdiri atas wakilwakil Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dan Pemerintah Daerah/Kota dan instansi serta lembaga dan institusi terkait lainnya yang meliputi: Dinas Pertambangan dan Energi atau yang sejenisnya di tingkat Provinsi, Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten/Kota, BAPPEDA Provinsi, BAPPEDA Kabupaten/Kota, BAPEDALWIL, BAPEDALDA, Dinas PU Provinsi, Dinas PU Kabupaten/Kota. Selain itu undangan yang hadir datang dari Perguruan Tinggi, SLTA terkait geologi, Ikatan Profesi, Media Massa, Perusahaan Tambang, Migas, dan lain-lain perusahaan yang berkaitan atau berkepentingan dengan informasi geologi. Serat instansi dan elemen masyarakat yang menekuni bidang geologi. Diawal sambutannya, Kepala Badan Geologi menyoroti secara khusus faktor kendala geologi dalam pembangunan berupa bahaya geologi (geohazards) yang dapat berkembang menjadi bencana geologi di wilayah Kalimantan Timur. Walaupun secara umum Pulau Kalimantan diketahui memiliki
aktivitas seismik atau kegempaan yang rendah dibanding dengan wilayah Indonesia lainnya. Selanjutnya beliau menyatakan, melalui kegiatan sosialisasi Badan Geologi sesuai dengan tugas dan fungsinya berkewajiban untuk ikut berperan secara proaktif melaksanakan dan mendorong Pemerintah Daerah dan seluruh stakeholder guna menyediakan data dan informasi dasar bidang geologi untuk berbagai aplikasi atau pemanfaatan aspek sumber daya geologi, lingkungan geologi dan kebencanaan geologi. Sebagai lembaga teknis kebumian, disamping berkewajiban menyediakan informasi geologi untuk memenuhi kebutuhan sektor energi dan sumber daya mineral, Badan Geologi juga telah melakukan banyak hal, diantaranya terkait dengan penyiapan data untuk eksplorasi sumber daya mineral dan energi, pengembangan wilayah, penyusunan tata ruang ataupun upaya mitigasi bencana alam geologi. Di akhir sambutannya Kepala Badan Geologi berharap bahwa sosialisasi ini dapat memberikan pencerahan kepada semua pihak, baik instansi terkait maupun masyarakat, tentang penelitian dan pelayanan bidang geologi, sehingga pada akhirnya kita bersama akan mampu melakukan pemanfaatan sumber daya mineral dan energi untuk kesejahteraan masyarakat serta melaksanakan langkah-langkah antisipasi secara multisektor dan terintegrasi guna mengurangi jatuhnya korban jiwa, harta benda dan kerusakan lingkungan akibat bencana geologi Sesuai dengan agenda acara Sosialisasi ini presentasi dibagi ke dalam 2 sesi. Sesi pertama diawali dengan presentasi tentang Pengenalan Badan Geologi oleh Sekretariat Badan Geologi, dilanjutkan berturut-turut oleh Pusat Survei Geologi, Pusat Sumber Daya Geologi. Sedangkan pada sesi kedua oleh Pusat Lingkungan Geologi dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Pada acara sosialisasi ini dilakukan serah terima data geologi dari Badan Geologi kepada Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur. Pada hari berikutnya, Kepala Badan Geologi beserta jajarannya berkesempatan mengunjungi PT Kaltim Prima Coal (KPC).n (A. Gurning)
Seputar Geologi 53
Setetes Darah untuk Negeriku Bakti Sosial Donor Darah
Kamis pagi, 14 Mei 2009, Plaza Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral padat dikunjungi pejabat, pegawai, dan anggota Dharma Wanita di lingkungan DESDM untuk mengikuti acara Donor Darah yang diselenggarakan secara berkala tiga bulan sekali.
akan terkumpul lebih dari 500 labu darah segar dan sehat yang disumbangkan oleh pendonor DESDM tersebut.
Banyaknya peserta donor darah merupakan bukti bahwa pejabat, pegawai serta anggota Dharma Wanita di lingkungan DESDM ternyata memiliki jiwa dan karsa sebagai pahlawan kemanusiaan. Hal ini dikaitkan dengan slogan yang terpampang dalam beberapa spanduk berisi “Setetes darah yang kita sumbangkan akan bermanfaat bagi kelangsungan hidup orang lain”. Kepedulian ini sangat memiliki arti yang cukup besar dalam membantu pengadaan stok darah khususnya di PMI DKI Jakarta dan wilayah Jabodetabek.
Selanjutnya Pak Menteri menyampaikan bahwa kegiatan bakti sosial donor darah dilaksanakan sebagai wujud kepedulian, kebersamaan dengan dilatarbelakangi oleh kesadaran, bahwa setiap tetes darah yang disumbangkan merupakan sumbangsih yang tidak ternilai bagi masyarakat yang membutuhkan secara umum. Kesadaran itu paling tidak dapat menolong dan membantu korban musibah yang telah banyak merenggut jiwa sebagian masyarakat. Dengan tidak pernah berhenti, pimpinan teras DESDM selalu menghimbau agar kegiatan tersebut terus berlangsung dan pendonor setiap saat terus bertambah.
Kegiatan diawali oleh laporan Sekretaris Jenderal DESDM selaku penyelenggara, yang memaparkan laporan kegiatan donor darah di lingkungan Sektor ESDM hingga pelaksanaan saat ini. Kegiatan telah dilakukan secara rutin lebih dari 25 tahun secara terus menerus setiap tiga bulan sekali. Pada tanggal 14 Mei 2009 ini diharapkan
Juga beliau menambahkan bahwa dalam kondisi krisis ekonomi yang melanda tidak saja di Indonesia tetapi sampai ke tingkat dunia, keluarga besar DESDM tidak terpengaruh dalam bertindak dan berbuat untuk suatu nilai kemanusiaan dan masih memikirkan jiwa orang lain serta perhatian yang sangat dalam bagi keberlangsungan kehidupan
54 W a r t a
Geologi . Juni 2009
seseorang. Target 500 kantong yang disediakan ternyata masih mampu diisi oleh darah para pendonor. Kepedulian lain yang telah dilakukan DESDM selain kegiatan bakti sosial juga telah dibentuk Tim ESDM siaga bencana, tim tersebut juga memiliki kepedulian terhadap bantuan manakala terjadi bencana banjir, atau bencana alam lainnya. Dalam kegiatan tersebut hadir Ketua PMI DKI Jakarta, Ny. Hj. Rini Sutyoso, yang menyampaikan rasa bangga dan penghargaan yang cukup baik bagi jajaran manajemen DESDM serta para pendonor dari lingkungan Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral. Beliau mengatakan, kegiatan bakti sosial donor darah ini di samping mempunyai nilai kemanusiaan yang tinggi, juga merupakan perwujudan dukungan terhadap program PMI dalam bidang pelayanan transfusi darah. Sehingga dengan dilaksanakannya program di DESDM pihak PMI merasa optimis, persediaan darah PMI khususnya PMI DKI Jakarta akan teratasi, sejalan dengan adanya dukungan yang cukup signifikan dari seluruh lapisan masyarakat, dan tentunya juga dari seluruh pejabat dan pegawai di lingkungan ESDM, termasuk donor dari Menteri ESDM. Kegiatan Bakti Sosial Donor Darah, juga diisi dengan pemberian penghargaan atas kepedulian terhadap sesama masyarakat dengan katagori: 1.Penghargaan Presiden RI diberikan kepada Harry Hardiman (pendonor darah dari P3TMGB sebanyak 115 kali) dan kepada Iwan Mardjohan (PT PGN - 110 kali). 2.Penghargaan PMI diberikan kepada Menteri ESDM dengan jumlah donor 21 kali 3.Penghargaan dari PMI untuk pendonor 10- 30 kali diantaranya: a.Ir. Pudja Sunasa, Inspektur Jenderal b.Ir. Farida Zed, ME, Kepala Pusdatin, Setjen c.Deddy M. Sumardi, SH, Sekretaris Pun KORPRI DESDM d.Dra. Elina Widyastuty, Kabbag Tata Usaha Pusdatin e.Drs. Agung Wahyu K, Kabbid Penerapan Tek Info Pusdatin f.Drs. Hidayat, SP, S.IP. M.M, Kasubbag Perbendaharaan Geologi dan Badan, Biro Keuangan g.Arifin Togar Napitupulu, SE, Kasubbid Kajian Strategi Sumber Daya Mineral, Pusdatin h.Ujang Subur, Biro Kepegawaian, Setjen i. Mukmin, Biro Umum, Setjen j. A. Santoso, Biro Umum, Setjen k. A. Parhan, Ditjen MBP.n (Donny Hermana)
Seputar Geologi 55
Kepala Badan Geologi Tinjau Aktivitas Gunung Slamet
Kepala Badan Geologi berfoto bersama Tim Tanggap Darurat setelah menyampaikan pengarahan
Kepala Badan Geologi, Dr. R. Sukhyar, melakukan kunjungan kerja ke Pos Gunung Slamet yang berlokasi di Desa Gambuhan Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Kunjungan kerja tersebut berkaitan dengan terjadinya peningkatan gempa permukaan dan gempa tremor vulkanik, peningkatan suhu air panas, serta adanya hembusan asap dari puncak Gunung Slamet sehingga berdasarkan data tersebut maka pada tanggal 21 April 2009 Gunung Slamet dinaikkan statusnya dari Normal menjadi Waspada. Dalam kunjungan kerjanya tersebut Kepala Badan Geologi memberikan pengarahan kepada Tim Tanggap Darurat Gunung Slamet yang dipimpin oleh Ir. Kristianto serta kepada Sukedi dan kawankawan yang bertugas di Pos Gunung Slamet. Melihat banyaknya masyarakat yang antusias datang berkunjung ke Pos Pengamatan Gunung Slamet, Kapala Badan berpesan untuk 56 W a r t a
Geologi . Juni 2009
meningkatkan pelayanan informasi yang benar dan disampaikan oleh orang yang sesuai dengan tugasnya. Selain itu Kepala Badan berpesan agar petugas yang ditunjuk siap menghadapi media. Karena semua informasi yang diberikan kepada media akan disampaikan dan dibaca oleh masyarakat banyak. Dalam kesempatan tersebut, selain melakukan kunjungan ke Pos Pengamatan Gunung Slamet, keesokan harinya Kepala Badan mengunjungi Guci, tempat pemandian air panas yang selalu ramai dikunjungi masyarakat. Kepada Sukedi, Kepala Pos Pengamatan Gunung Slamet, Kepala Badan berpesan agar membantu mempromosikan Pemandian Guci yang merupakan aset wisata di Gunung Slamet.n (Priatna)
Kepala Badan Geologi saat memberikan pengarahan di Pos Pengamatan Gunung Slamet.
Pemandian Air Panas Guci, Salah satu aset wisata Gunung Slamet.
Foto Gunung Slamet dengan hembusan asapnya
Seputar Geologi 57
Ulang Tahun Museum Geologi ke-80
Gelaran peringatan ulang tahun Museum Geologi ke-80 dengan tema ”Bersahabat dengan Alam Bersama Museum Geologi” diselenggarakan dari tanggal 16 Mei hingga 12 Juni 2009, berlangsung cukup meriah. Hal ini ditandai dengan besarnya animo masyarakat untuk berpartisipasi dalam berbagai rangkaian acara yang telah diselenggarakan oleh Museum Geologi dalam usianya yang menginjak Dasawindu (80 tahun). Dalam tema memperingati ulang tahun museum geologi tahun ini merupakan lanjutan dari tema ulang tahun ke-79, yaitu ”Mengenal Alam dan Lingkungan Bersama Museum Geologi”, sehingga rangkaian kegiatan dari tahun ke tahun merupakan suatu rangkaian yang berkesinambungan dalam upaya mewujudkan visi dan misi yang diemban oleh Museum Geologi. Melalui tema ”Bersahabat dengan Alam Bersama Museum Geologi” dalam rangka Ulang Tahun Museum Geologi ke 80 ini memiliki maksud sebagai bentuk puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya selama ini serta untuk lebih mensosialisasikan Museum Geologi kapada masyarakat luas tentang manfaat dan kemajuan ilmu pengetahuan kebumian khususnya dan untuk 58 W a r t a
Geologi . Juni 2009
lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka turut mencerdaskan anak bangsa sehingga diharapkan dapat lebih merangkul dan mendekatkan diri kepada masyarakat luas untuk menjadikan Museum Geologi sebagai sarana wisata dan belajar, serta menjadikan Museum Geologi sebagai pusat informasi ilmu kebumian. Adapun rangkaian kegiatan tersebut yaitu pembukaan, pameran, perlombaan-perlombaan, public lecture, dan malam penutupan dengan menyelenggarakan malam apresiasi sahabat Museum Geologi, Badan Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. Kegiatan tersebut dapat terlaksana atas kerjasama Museum Geologi dengan mitra Museum Geologi (Sponsor) yaitu PT. Indonesia Power Tbk, PT. Newmont Indonesia, PT. Newmont Nusa Tenggara, PT. Medco Energy, BP. Migas, serta mitra perusahaan lainnya yang turut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Acara Pembukaan rangkaian kegiatan tersebut diselenggarakan pada tanggal 16 Mei 2009, bertepatan dengan hari jadi Museum Geologi (Gedung Geologisch Laboratorium) pada tanggal 16 Mei 1929 yang bersamaan dengan
diselenggarakannya kongres ilmu pengetahuan pasifik ke-4 (fourth Pacific Science Congress). Pada acara pembukaan tersebut hadir para tamu undangan yaitu Kepala Badan Geologi, para pejabat eselon 2 dan 3 di lingkungan Badan Geologi, seluruh karyawan Museum Geologi, para Kepala Museum se-Bandung Raya, dan dinas terkait baik Propinsi Jawa Barat dan Kota Bandung. Pada kegiatan tersebut, Kepala Badan Geologi pun berkesempatan untuk memberikan sambutan sekaligus membuka rangkaian kegiatan peringatan ulang tahun Museum Geologi ke-80 yang disimbolkan dengan pemotongan tali balon udara dan pemotongan tumpeng yang diserahkan kepada perwakilan peserta lomba disertai oleh Kepala Pusat Survei Geologi dan Kepala Museum Geologi. Setelah dibukanya rangkaian kegiatan memperingati ulang tahun museum geologi ke80, Kepala Badan Geologi langsung membuka kegiatan lomba menggambar dan mewarnai tingkat taman kanak-kanak (TK) dan sekolah dasar (SD) dengan menggoreskan tinta di kertas sebagai
tanda dimulainya perlombaan. Setelah pembukaan, para tamu undangan dipersilahkan untuk meninjau pameran (16 – 29 Mei 2009) mengenai Sejarah Kegeologian Indonesia dan Fenomena Semburan Lumpur Sidoarjo serta unit-unit yang berada dalam Badan Geologi beserta perwakilan sponsor yaitu Indonesia Power di lantai 2 (dua) sayap barat Museum Geologi. Pada waktu yang bersamaan, di halaman Museum Geologi diselenggarakan kegiatan perlombaan mewarnai dan menggambar. Lomba mewarnai diikuti oleh 115 anak yang berasal dari berbagai Taman Kanak-Kanak (TK) se-Bandung Raya. Sedangkan lomba menggambar diikuti oleh 87 anak dari berbagai Sekolah Dasar (SD) se-Bandung Raya yang terbagi ke dalam 2 kategori, yaitu kategori A untuk kelas 1-3 SD dan Kategori B untuk kelas 4-6 SD. Seluruh peserta tampak semangat dalam mengikuti perlombaan menggambar dan mewarnai tersebut.
Tamu undangan yang hadir dalam acara pembukaan rangkaian kegiatan ulang tahun Museum Geologi ke-80 yang bertempat di halaman Museum Geologi Bandung
Pelepasan balon dan pemotongan tumpeng yang diserahkan kepada perwakilan dari peserta lomba sebagai simbol dimulainya rangkaian kegiatan dalam rangka ulang tahun Museum Geologi ke-80. Seputar Geologi 59
Kepala Badan Geologi secara langsung membuka kegiatan lomba menggambar dan mewarnai dengan menggoreskan tinta di kertas.
Peninjauan pameran sejarah kegeologian indonesia dan fenomena Lumpur Sidoarjo oleh Kepala Badan Geologi beserta para tamu undangan yang di dampingi secara langsung oleh Kepala Museum Geologi. 60 W a r t a
Geologi . Juni 2009
Tampak kesungguhan para peserta lomba menggambar dan mewarnai serta keceriaan dari anak-anak peserta lomba ketika menunggu hasil pengumuman pemenang lomba yang diselingi oleh hiburan dalam kegiatan ulang tahun Museum Geologi ke-80.
Pemenang lomba mewarnai dan Menggambar dalam rangka ulang tahun Museum Geologi ke-80.
Perlombaan ini bertujuan untuk mengenalkan museum geologi dan ilmu kebumian sejak usia dini sehingga diharapkan mereka dapat memahami secara dini kondisi lingkungan dimana mereka tinggal serta merubah paradigma pemahaman para pelajar tentang museum yang selama ini menganggap bahwa museum adalah tempat penyimpanan benda kuno dan kumuh menjadi paradigma pemahaman bahwa museum geologi khususnya merupakan jendela informasi kebumian yang menyenangkan dan informatif. Selama kegiatan lomba mewarnai dan menggambar para peserta lomba juga dihibur oleh beberapa pengisi acara yang membawakan nyanyian, rampak gendang hingga quiz berhadiah. Setelah perlombaan selesai didapatkan 5 pemenang dari lomba mewarnai, berikut adalah nama-nama pemenangnya: Juara I : Vanisa Az Zahra Putri Juara II : Nabilla Putri Khairunnisa Juara III : Sana’ Hasna Syahirah Juara Harapan I : Shalsa Vidwika Juara Harapan II : Kristian Nathanael
Kegiatan Public Lecture (Ceramah Umum) ulang tahun Museum Geologi ke-80.
Sedangkan untuk lomba menggambar didapatkan 10 pemenang. Nama-nama pemenangnya adalah: KATEGORI A Juara I : ClaraVallis Aguston Juara II : Rubben Denova Rohmana Juara III : Juan Farrel Pradharma Juara Harapan I : Louis Figo Octaviano Pratama Juara Harapan II : Sabrina Islami Majid KATEGORI B Juara I : Delvina Agustine Setiawan Juara II : Fernanda Khansanafila Boer Juara III : Frida Lam Tinur Juara Harapan I : Lina Latifah Juara Harapan II : Alifia Zahra F. Kegiatan selanjutnya dalam rangkaian kegiatan ulang tahun Museum Geologi ke-80 adalah Public Lecture yang diselenggarakan pada tanggal 18, 20, dan 27 Mei. Pada tanggal 18 Mei 2009, Public Lecture diisi dengan pemaparan oleh Kelompok Riset Cekungan Bandung, Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) dan Ir. Fauzie Hasibuan Seputar Geologi 61
Peserta Cerdas Cermat sedang mengikuti babak penyisihan dengan menjawab pertanyaan yang telah disediakan oleh panitia dalam rangka ulang tahun Museum Geologi ke-80.
Babak semi final dan final Lomba Cerdas Cermat dalam rangka ulang tahun Museum Geologi ke-80.
dari Pusat Survei Geologi. Kemudian pada tanggal 20 Mei 2009, diisi oleh para pemapar yang dihadirkan oleh Indonesia Power selaku sponsor kegiatan, yaitu Prof. DR. Sampurno (ITB) dan Drs. Petrus Syariman (PUS-AIR). Sedangkan pada tanggal 27 Mei 2009, Public Lecture diisi oleh dari Prof. Ris. Fachroel Aziz yang memaparkan tentang Makna Penemuan Fosil Gajah dari Blora. Fosil gajah ini merupakan penemuan spektakuler yang dilakukan oleh Museum Geologi di tahun 2009 yang juga merupakan kado istimewa bagi Ulang Tahun Museum Geologi yang ke 80 tersebut. Temuan gajah purba Elephas sp di Blora tersebut sangat penting karena dapat memberikan pencerahan terhadap upaya mengungkapkan ”missing link” evolusi gajah purba di Asia Tenggara dan perubahan iklim dan vegetasi masa lalu pada perioda tersebut. Public Lecture tersebut dihadiri kurang lebih 200 orang pada masingmasing harinya. Para peserta berasal dari berbagai kalangan mulai dari guru-guru, pelajar, kelompok pecinta lingkungan, pegawai di kalangan ESDM hingga wartawan. Selain itu, dilakukan pula pemutaran film dokumenter produksi ”Stegordon Studio” Museum Geologi, Badan Geologi dengan judul Cekungan Bandung, Perjalanan Museum Geologi, dan Lumpur Sidoarjo. Tampak peserta sangan antusias dengan tayangan film tersebut yang dapat menambah wawasan kebumian di kalangan penonton. Pada peringatan ulang tahun Museum Geologi ke-80 ini pun diselenggarakan lomba cerdas cermat tingkat SLTP dan SLTA se-Jawa Barat yang memperebutkan piala Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Lomba cerdas cermat bertujuan untuk mengembangkan kreatifitas anak dan memperkenalkan ilmu kebumian melalui Museum Geologi serta mengembangkan kepakaan anak dalam menyikapi bencana alam yang terjadi. Lomba cerdas cermat ini dilaksanakan pada tanggal 23 Mei 2009 dan diikuti oleh 25 regu dari tingkat SLTP dan 29 regu tingkat SLTA (masing-masing regu beranggotakan 3 orang siswa/siswi). Melalui babak penyisihan terjaring sebanyak 18 regu (SLTP dan SLTA) dengan nilai akumulasi tertinggi untuk selanjutnya bertanding di semi final. Kemudian 18 regu tersebut bertarung untuk mendapatkan posisi pada babak final. Selain lomba mewarnai, menggambar dan cerdas cermat, Museum Geologi pun menyelenggarakan lomba karya tulis yang terbagi ke dalam 2 (dua) kategori yaitu karya tulis populer tingkat SLTA dan karya tulis ilmiah tingkat mahasiswa. Lomba karya tulis ini bermaksud untuk mengembangkan
62 W a r t a
Geologi . Juni 2009
Pemenang Lomba Cerdas Cermat dalam rangka ulang tahun Museum Geologi ke-80 yang memperebutkan Piala Bergilir Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral.
kreatifitas pelajar serta turut membudayakan gemar menulis kepada masyarakat khususnya kalangan pelajar dan mahasiswa dan lebih memperkenalkan Museum Geologi sebagai salah satu sarana belajar yang aplikatif. Dalam lomba karya tulis ini, panitia penyelenggara menerima 24 judul untuk karya tulis populer dan 6 judul untuk karya tulis ilmiah. Berdasarkan penilaian juri, maka didapatkan pemenang, yaitu: LOMBA KARYA TULIS POPULER TINGKAT SLTA. JUARA I : Amalia Nurlatifah SMA Negeri 6 Bandung Judul : Museum Geologi, Buat Kita Kenal Indonesia JUARA II : Azhar Mariska Pratiwi SMA Negeri 4 Bandung Judul : Kurangnya Pemahaman Masyarakat Terhadap Ilmu Geologi JUARA III : Citra Dewi Angraeni SMA Negeri 22 Bandung Judul : Berkeliling Indonesia di Museum Geologi LOMBA KARYA TULIS ILMIAH TINGKAT MAHASISWA. Karman Purba Mahasiswa Teknik Geologi UNPAD Judul Tulisan persoalan optimasi faktor keamanan minimum dalam analisis kestabilan lereng dan penyelesaiannya menggunakan matlab Pada penghujung rangkaian kegiatan, Museum Geologi menggelar Malam Apresiasi Sahabat Museum Geologi yang diselenggarakan di Auditorium Geologi pada tanggal 12 Juni 2009.
Pada malam tersebut diselenggarakan pula penyerahan hadiah bagi para pemenang lomba dan penutupan perayaan ulang tahun Museum Geologi ke-80 yang juga dihadiri oleh Menteri ESDM beserta para eselon 1, 2, 3, dan 4 di jajaran departemen ESDM khususnya yang berkedudukan di Bandung. Pada Sambutan sekaligus penutupan rangkaian kegiatan ulang tahun Museum geologi oleh Bapak Menteri ESDM, beliau menyambut baik apa yang sudah dilakukan oleh Museum Geologi, Badan Geologi dalam rangka memperingati Ulang Tahun Museum Geologi tersebut dan mengharapkan untuk lebih meningkatkan dan memfokuskan pelayanan masyarakat dalam hal sosialisasi ilmu kebumian yang selama ini sudah berlangsung. Selain itu, beliau pun berpesan agar lebih ditingkatkan lagi kinerja khususnya di Museum Geologi yang telah berhasil menarik pengunjung 300.000 orang/tahun pada tahun 2008, ini merupakan prerstasi yang menggembirakan jika dibandingkan dengan museum-museum lain di Indonesia, namun jika dibandingkan dengan museum-museum di dunia, jumlah tersebut relatif kecil sehingga perlu dilakukan upaya-upaya untuk mencapai prestasi dunia internasional. Pada kesempatan ini pun dilaksanakan penyerahan penghargaan terhadap Arie F. Lasut dan Soenoe S. yang diwakili oleh keluarganya masing-masing. Selain itu ditayangkan pula film ’Sang Perintis’ yang berisikan perjuangan mereka dalam menyelamatkan dokumen dan mengembangkan pertambangan dan energi di Indonesia. Pada sela-sela kegiatan, Menteri ESDM berkenan untuk mengadakan dialog bersama para pemenang perlombaan yang kebanyakan adalah pelajar. Tidak jarang pertanyaan-pertanyaan yang Seputar Geologi 63
Penyerahan piala pemenang seluruh perlombaan yang diselenggarakan dalam rangka ulang tahun Museum Geologi ke-80 yang diantaranya memperebutkan Piala Bergilir Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral.
64 W a r t a
Geologi . Juni 2009
Dialog para pemenang lomba beserta para Sahabat Museum Geologi dengan Bapak Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral dalam Malam Apresiasi Sahabat Museum Geologi, Badan Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.
Hiburan dalam acara Malam Apresiasi Sahabat Museum Geologi, Badan Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.
diajukan di luar dugaan bahkan terkesan lugu sehingga akhirnya menarik gelak tawa dari para tamu undangan. Selain itu untuk memeriahkan malam apresiasi ini, ditampilkan pula beberapa hiburan antara lain kelompok paduan suara SD St. Ursula, Orkestra La Prima, Tari Jaipongan, dan Saung Angklung Udjo. Dengan berakhirnya malam Apresiasi Sahabat Museum Geologi, Badan Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, maka berakhir pula Rangkaian kegiatan Ulang Tahun Museum Geologi ke-80. Pada rangkaian kegiatan Ulang tahun Museum Geologi ke-80 ini pun, selama pelaksanaan telah dibagikan kepada guru, pelajar,
serta masyarakat umum berupa buku seri ilmu pengetahuan populer secara gratis seperti Potensi, EnMi dan Si Rayong produksi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. Berdasarkan catatan kehadiran dan kunjungan pameran selama rangkaian kegiatan berlangsung, jumlah peserta dan stakeholder yang terlibat sebanyak 45.696 orang. Angka tersebut belum termasuk para pemirsa yang membaca melalui media cetak dan elektronik serta mendengarkan melalui talkshow di beberapa radio dan televisi. Selamat berjumpa lagi dalam acara Ulang Tahun Museum Geologi ke-81 tahun depan.n (Panitia)
Seputar Geologi 65
Pemaparan Makalah Terpilih Jurnal Geologi Indonesia 2006-2009
Djadjang Sukarna, Sekretaris Badan Geologi dalam sambutannya.
Sejak tahun 2006, Jurnal Geologi Indonesia telah menerbitkan sebanyak 13 nomor jurnal dengan jumlah karya tulis sebanyak 70 makalah. Untuk meningkatkan motivasi menulis ilmiah kebumian dan memberikan apresiasi kepada para penulis yang makalahnya telah terbit di Jurnal Geologi Indonesia, maka pada tanggal 22 Juni 2009, Badan Geologi melalui Sekretariat Jurnal Geologi dan Tim Jurnal Geologi Indonesia menyelenggarakan acara Pemaparan Makalah JGI 2006-2009. Dua belas presenter yang diundang untuk tampil sebagai pembicara berasal dari Pusat Geoteknologi LIPI, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL), Universitas Padjadjaran, IST AKPRIND, dan dari Badan Geologi sebagai tuan rumah.
makalahnya diterbitkan pada jurnal kebumian. Untuk memilih 3 pemapar terbaik, Dewan Redaksi Jurnal Geologi Indonesia telah menyiapkan 6 juri, yakni Prof. Dr. Udi Hartono (Jurnal Sumber Daya Geologi), Prof. Dr. Ir. Syoni Supriyanto, M.Sc (Jurnal Teknologi Mineral), Dr. Ir. Binarko Santoso (Jurnal Tekmira), Dr. Robert M. Delinom (Jurnal Riset), Prof. Mimin Karmini (Jurnal Geologi Indonesia), Dr. Ir. Ildrem Syafri, DEA (UNPAD).
Sekretaris Badan Geologi, Dr. Djadjang Sukarna dalam sambutannya menyampaikan dukungannya terhadap acara ini dan semoga kedepan dapat diselenggarakan kembali dengan forum yang lebih luas dengan mengundang para pembicara yang
Berikut adalah daftar presenter dan judul makalah yang dipresentasikan dalam seminar Pemaparan Makalah Terpilih Jurnal Geologi Indonesia (JGI) 2006 – 2009:
66 W a r t a
Geologi . Juni 2009
Berdasarkan hasil penilaian dewan juri, keluar sebagai pembicara terbaik pertama Dr. Iskandar Zulkarnain dari Geoteknologi LIPI, terbaik kedua Ir. Dida Kusnida, M.Sc. dari PPPGL, dan terbaik ketiga Dr. Hermes Panggabean dari Badan Geologi – Pusat Survei Geologi.
No.
Presenter
Instansi
Judul Makalah
1.
Priatna
Badan Geologi
Characteristics of volcanic gas correlated to the eruption activity; Case study in the Merapi Volcano, periods of 1990-1994
2.
Iskandar Zulkarnain
Geotek LIPI
Petrogenesis batuan vulkanik daerah tambang emas Lebong Tandai, Provinsi Bengkulu, berdasarkan karakter geokimianya
3.
Danny Z. Herman
Badan Geologi
Tinjauan Kemungkinan Sebaran Unsur Tanah Jarang (REE) di Lingkungan Panas Bumi (Contoh kasus lapangan panas bumi Dieng, Jawa Tengah)
4.
Sutikno Bronto
Badan Geologi
Gunung Api Maar di Semenanjung Muria
5.
Sri Mulyaningsih
IST AKPRIND
Perkembangan Geologi pada Kuarter sampai masa sejarah di daerah Yogyakarta
6.
Rina Devnita
UNPAD
Micromorphological Characterization of Some Volcanic Soil In West Java
7.
Hendra Gunawan
Badan Geologi
Estimation of Bouguer Density Precision: Development of Method for Analysis of La Soufriere Volcano Gravity Data
8.
Bethy C. Matahelumual
Badan Geologi
Korosifitas air terhadap fondasi beton, kasus di daerah Tapin, Kalimantan
9.
Hermes Panggabean
Badan Geologi
An appraisal for the petroleum source rocks on oil seep and rock samples of the Tertiary Seblat and Lemau Formations, Bengkulu Basin
10.
Rachmat Heryanto
Badan Geologi
Perbandingan karakteristik lingkungan pengendapan, batuan sumber, dan diagenesis Formasi Lakat di lereng timur laut dengan Formasi Talangakar di tenggara Pegunungan Tigapuluh, Jambi
11.
Dida Kusnida
PPPGL
Sea Sediment Gravity Flow Deposits in Gulf of Tomini, Sulawesi
12.
Yudhicara
Badan Geologi
Kaitan antara karakteristik pantai Provinsi Sumatera Barat dengan potensi kerawanan tsunami
Dua belas pemapar berfoto bersama setelah acara pemaparan.
Dr. Nana Suwarna, Ketua Dewan Redaksi JGI menyerahkan Piala kepada 3 presenter terbaik
Dr. Nana Suwarna, Ketua Dewan Redaksi JGI foto bersama 3 presenter terbaik.
Tim Juri berfoto bersama dengan 3 presenter terbaik.
n (Rian Koswara) Seputar Geologi 67
Workshop Nasional Badan Geologi “Kawasan Kars Indonesia” Wonogiri, 25 Juni 2009
Indonesia mempunyai kawasan kars yang tersebar mulai dari Pulau Sumatera di bagian barat, hingga Pulau Papua di bagian timur dengan karakteristik masing-masing yang unik. Selain memberikan sumber daya alam yang spesifik, kawasan kars juga mempunyai nilai budaya yang khas serta mengandung kehidupan hayati yang eksotik. Keragaman potensi dan keragaman nilai tersebut membuat kawasan kars menjadi penting bagi banyak pihak. Dalam rangka menginformasikan kawasan kars yang berfungsi sebagai kawasan lindung dan budaya seperti yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Nasional, maka upaya preservasi dan konservasi dituangkan dalam bentuk Museum Kars. Keberadaan Museum Kars ini akan memberikan fungsi edukasi dan rekreasi yang perlu dikelola dan dipromosikan kepada para stakeholders (pemangku kepentingan) yang berkaitan dengan kawasan kars melalui media workshop sebagai 68 W a r t a
Geologi . Juni 2009
forum diskusi untuk perumusan pengelolaan kawasan kars pada umumnya dan pengembangan Museum Kars pada khususnya. Workshop yang bertema “Kars untuk Ilmu Pengetahuan dan Kehidupan” ini diselenggarakan di Museum Kars Indonesia, yang berlokasi di Desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah pada tanggal 25 Juni 2009. Acara diawali dengan laporan oleh Ketua Panitia Pelaksana, Ir. Dikdik Riyadi, M.Sc. Dalam laporannya, disampaikan bahwa Workshop Nasional “Kawasan Kars Indonesia” ini dihadiri oleh hampir 200 peserta yang mewakili berbagai pihak pemangku kepentingan dari Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Departemen Dalam Negeri, Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Kehutanan, Departemen Pertanian, Kementrian Lingkungan Hidup, Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota, Perguruan Tinggi Negeri
Seputar Geologi 69
dan Swasta, Perusahaan, Lembaga Swadaya Masyarakat, Pencinta Alam, serta Pemerhati Lingkungan Kawasan Kars.
kawasan kars antara pemerintah kabupaten/kota yang memiliki kawasan kars dengan pemerintah pusat.
Pada acara tersebut, Kepala Badan Geologi memberikan sambutan yang diwakili oleh Kepala Pusat Lingkungan Geologi, Ir. Hubertus Danaryanto, M.Sc. Beliau mengemukakan bahwa untuk mengelola berbagai peluang pembangunan kawasan kars, dibutuhkan komitmen, dukungan dan keterpaduan program dari berbagai sektor, serta kerja sama yang erat antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Provinsi serta Pemerintah Kabupaten/Kota. Karena itu perlu adanya kesepakatan untuk segera menyusun kebijakan strategik pengelolaan kawasan kars yang akan menjadi landasan koordinasi, kerjasama serta penyusunan program pembangunan kawasan kars yang berwawasan lingkungan.
Sesuai temanya, pada workshop ini disampaikan presentasi lisan dengan beragam topik yang berhubungan dengan sains, kebijakan, dan pemanfaatan kawasan kars oleh enam narasumber yang terbagi dalam dua sesi, masing-masing dipandu oleh Ir. Hardoyo Rajiyowiryono, MSc (Pemerhati Geologi Lingkungan) dan Drs. Eko Haryono, MS (Universitas Gadjah Mada). Pada sesi pertama disampaikan paparan tentang Perananan Museum Kars oleh Ir.Guntarto, Dipl. Tech (Badan Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral), Aspek Ilmiah Geologi dalam Fenomena Kars oleh Dr. Ir. Budi Brahmantyo, MSc (Institut Teknologi Bandung), dan Kebijakan Nasional Pengelolaan Kawasan Kars oleh Drs. Heddy Suhandi Mukna, Dipl. HE (Deputi Bidang Peningkatan Konservasi Sumber Daya Alam dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan, Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup), yang dilanjutkan pada sesi kedua tentang Paradigma Baru Perlindungan Situs Warisan Geologi dan Potensi Pengembangan Nilai Ekonominya di Indonesia oleh Ir. Hanang Samodra, MSi (Yayasan Accuntya Cunyata), Pemanfaatan Kawasan Kars oleh Ir. Sudaryanto (Asosiasi Semen Indonesia), dan diakhiri dengan Pengelolaan Kawasan Kars oleh Birowo, Adhie, ST. MT (Forum Pawonsari).
Bupati Kabupaten Wonogiri juga menyampaikan sambutan sekaligus membuka acara Workshop, yang pada kesempatan ini diwakili oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Wonogiri, Ir. H. Suprapto, MM. Pada sambutannya, disampaikan tiga poin penting yang menyangkut konsep rencana tindak pengembangan kawasan kars, yaitu (1) kebijakan yang harus sesuai dengan permasalahan setempat sehingga dapat bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, (2) mengingat kompleksnya permasalahan dan keterbatasan kemampuan keuangan daerah maka pengembangan kawasan kars Pegunungan Sewu hendaknya dapat dibiayai sepenuhnya oleh pemerintah pusat dengan melibatkan pemerintah kabupaten, serta (3) adanya realisasi kerjasama dalam hal pengelolaan dan pengembangan 70 W a r t a
Geologi . Juni 2009
Maksud diadakannya workshop ini adalah sebagai forum diskusi antar pemangku kepentingan yang berkaitan dengan kawasan kars dan sekaligus memperkenalkan keberadaan kawasan kars di Indonesia yang diwujudkan dalam bentuk Museum
Kars dimana bagi masyarakat umum. Hal ini akan menambah informasi tentang kawasan kars di Indonesia khususnya dan di dunia umumnya, dalam rangka preservasi dan konservasi kawasan kars sekaligus menjadi faktor pembelajaran dan menunjang kegiatan pariwisata di Indonesia, sedangkan tujuannya adalah untuk memperoleh kesepakatan bersama dalam pengelolaan kawasan kars sebagai kawasan lindung dan budidaya di Indonesia serta pengembangan Museum Kars sebagai salah satu bentuk media konservasi. Dari arahan Kepala Badan Geologi dan Bupati Kabupaten Wonogiri, paparan para panelis dan diskusi antara panelis dengan peserta workshop, diperoleh beberapa butir kesepakatan yang tertuang dalam bentuk rumusan yang disampaikan oleh Dr. Ir. Yun Yunus Kusumahbrata, M.Sc: 1.Kawasan kars yang tersebar luas di wilayah nusantara merupakan aset negara yang memiliki nilai-nilai ilmu pengetahuan, ekonomi dan sosial budaya, sehingga sangat potensial untuk dikembangkan guna menunjang pembangunan di berbagai sektor, seperti iptek, pariwisata, pertanian dan industri. 2.Pengembangan kawasan kars harus memperhatikan nilai-nilai dasar yang terkandung di dalamnya, dengan menerapkan konsep perlindungan dan pemanfaatan secara harmonis, serasi dan seimbang agar memberikan nilai tambah positif bagi pemangku kepentingan. 3.Peraturan perundangan yang telah ada saat ini, yaitu : •Kepmen ESDM No 1456 Tahun 2000 tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Kars •PP No 26 Tahun 2008 tentang Tata Ruang
Wilayah Nasional dirasakan belum mengakomodir seluruh kepentingan para pemangku kepentingan guna mewujudkan pembangunan kawasan kars seperti tercantum pada poin 2, sehingga perlu disempurnakan 4.Keberadaan Museum Kars di desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri hendaknya dapat dijadikan sebagai sarana perekat bagi seluruh pemangku kepentingan guna menyatukan upaya mengembangkan kawasan kars, sehingga memberikan nilai tambah bagi seluruh sektor terkait dengan mengutamakan pemberdayaan masyarakat setempat. 5.Museum Kars di desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri hendaknya dijadikan sebagai ”Center Of Excellent” – Pusat Riset Kars Nasional yang dapat memberi akses kepada para pemangku kepentingan untuk memanfaatkannya baik secara nasional maupun internasional 6.Pemangku kepentingan mengharapkan pemerintah memberikan perhatian dalam pengelolaan dan pengembangan Museum Kars Pada akhir acara, workshop ini ditutup oleh Kepala Pusat Survei Geologi, Dr. Ir. Achmad Djumarma Wirakusumah, Dipl.Seis, mewakili Kepala Pusat Lingkungan Geologi. Dalam pidato penutup ditegaskan bahwa hasil Workshop Nasional Kawasan Kars Indonesia ini diharapkan bisa diaplikasikan pada setiap kegiatan di Pusat Lingkungan Geologi pada khususnya, dan instansi lain yang lingkup kerjanya berhubungan dengan kars pada umumnya.n (Hadianto dan Lilies Marie) Seputar Geologi 71
Workshop Pendayagunaan Air Tanah Berbasis Cekungan Air Tanah
Pada hari Sabtu tanggal 27 Juni 2009 Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral bekerjasama dengan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro mengadakan Workshop Air Tanah dengan tema Pendayagunaan Air Tanah Berbasis Cekungan Air Tanah bertempat di Gedung Prof. Sudarto, SH., Undip Semarang. Menteri ESDM memberikan sambutan sekaligus membuka workshop dan seminar AAPG serta dilanjutkan dengan peluncuran Atlas Cekungan Air Tanah (CAT) di Indonesia. Dalam sambutannya Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro mengharapkan ada kesamaan persepsi di antara para stakeholder sehingga ada kesatuan langkah dalam melaksanakan pendayagunaan air tanah. Dengan ketersediaan air tanah yang mencukupi dan kualitasnya baik, disertai perencanaan pendayagunaan yang baik akan memberikan sumbangan yang besar bagi terciptanya kehidupan masyarakat yang sehat dan sejahtera. 72 W a r t a
Geologi . Juni 2009
Workshop air tanah yang dihadiri oleh sekitar 200 peserta dari berbagai instansi pemerintah dan BUMN, asosiasi profesi, lembaga swadaya masyarakat, serta perguruan tinggi memisahkan diri menuju tempat seminar yang telah disediakan oleh panitia. Kepala Badan Geologi, Dr. Ir. R. Sukhyar sebagai keynote Speech menyatakan bahwa air tanah sebagai salah satu sumber daya air untuk pasokan air bersih, keberadaannya tersebar luas di daratan Indonesia dengan jumlah cukup melimpah. Hasil inventarisasi DESDM, di Indonesia terdapat 421 CAT, yang terdiri atas 4 CAT lintas Negara, 35 CAT lintas provinsi, 176 CAT lintas kabupaten/kota, dan 206 CAT di dalam kabupaten/kota. Dengan potensi air tanah lebih dari 100 miliar m3 akan memberi kontribusi yang signifikan dalam pemenuhan kebutuhan akan air bersih bagi masyarakat. Dengan tema Pendayagunaan Air Tanah Berbasis Cekungan Air Tanah, workshop air tanah ini dibagi ke dalam dua sesi paparan. Sesi pertama yang terdiri dari tiga paparan dan ditutup dengan
penurunan tekanan air tanah pada sistem akuifer di bawahnya. Selain permasalahan amblesan tanah dampak lain dari penurunan air tanah diantaranya banjir dan masuknya air laut ke arah darat pada saat pasang naik, menyusutnya ruang lintas pada kolong jembatan, sehingga mengganggu lalu lintas, serta kerusakan pada bangunan dan struktur seperti retak-retak.
diskusi dipimpin oleh Ir. Haryadi Tirtomihardjo, Dipl.H., sebagai moderator. Sesi kedua terdiri dari dua paparan dan ditutup dengan diskusi dipimpin oleh Dr. Ir. Suharyanto, M.Sc., selaku moderator. Paparan 1: CAT Sebagai Dasar Pendayagunaan Air Tanah Berwawasan Lingkungan oleh Ir. Danaryanto, M.Sc., Kepala Pusat Lingkungan Geologi, Badan Geologi, Dep. ESDM. Dalam paparannya beliau menyampaikan bahwa setiap kegiatan penggunaan air tanah harus diarahkan pada penggunaan yang saling menunjang antara air tanah dan air permukaan. Dalam penggunaan air perlu dirancang dengan mendahulukan penggunaan air permukaan. Penggunaan air tanah untuk air baku berbagai keperluan merupakan pilihan setelah air permukaan sudah tidak mencukupi dengan tetap memperhatikan upaya konservasi mencakup pencegahan kerusakan lingkungan. Paparan 2: Strategi Pengelolaan Air Tanah Berbasis Cekungan Air Tanah oleh Dr. Ir. Robert J. Kodoatie, M.Sc., Teknik Sipil Undip. Pengelolaan air tanah diselengarakan berlandaskan pada strategi pelaksanaan pengelolaan air tanah dengan prinsip keseimbangan antara upaya konservasi dan pendayagunaan air tanah. Strategi pengelolaan tersebut dilaksankan secara menyeluruh, seimbang antara upaya konservasi dan pendayaguanaan air tanah, terpadu dalam penggunaan air tanah yang saling menunjang, serta melibatkan peran masyarakat, begitu ungkap beliau. Paparan 3: Pengaruh Pengambilan Air Tanah Terhadap Amblesan Tanah oleh Ir. Dwiyanto, MT., Teknik Geologi Undip. Beliau memaparkan bahwa penurunan tanah (Land subsidence) disebabkan oleh pengendapan yang terkait dengan konsolidasi pada lapisan tanah dangkal dan lapisan tanah lunak seperti lempung yang diakibatkan oleh
Paparan 4: Inventarisasi Air Tanah di Provinsi Jawa Tengah Untuk Perencanaan Pendayagunaan Air Tanah oleh Ir. Teguh DwiParyano, MT., Kepala Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah. Beliau menegaskan bahwa data dan informasi air tanah yang dihasilkan dari kegiatan inventarisasi air tanah ini merupakan hal penting dalam menunjang perencanaan pendayagunaan air tanah dan upaya konservasi air tanah guna mewujudkan pemanfaatan sumber daya air tanah yang berkelanjutan. Paparan 5: Pengelolaan Air Tanah yang Berwawasan Lingkungan Oleh Industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) oleh T. Yan W. M. Iskandarsyah, PT. Aqua Golden Mississipi Tbk. Beliau mengungkapkan bahwa keberlanjutan kegiatan produksi air minum dalam kemasan (AMDK) sangat tergantung dan dipengaruhi oleh kondisi daerah resapan (recharge zone). Dengan demikian pengetahuan dan pemahaman kondisi daerah resapan dan perilaku air tanah yang sampai ke mata air sangat diperlukan. Untuk mendapatkan sumber air yang layak diproduksi dan meminimalisaasi dampak negatif yang dapat ditimbulkan, maka PT. Tirta Investama menerapkan beberapa tahapan seperti studi literatur, identifikasi area, survei pendahuluan, survey idetail, studi AMDAL, produksi (konstruksi dan instalasi), dan studi daerah resapan minimal 1 tahun. Studi daerah resapan menjadi faktor yang sangat penting dalam pengelolaan air tanah, masukan alami atau natural input merupakan salah satu faktor berhubungan dengan proses resapan. Dari studi inilah dapat diberikan gambaran sebaran asal air tanah (recharge) untuk air yang keluar (discharge) dan bagian lapisan yang cenderung rawan terhadap kontaminasi air tanah. Dari paparan-paparan di atas dapat disimpulkan bahwa pendayagunaan air tanah berbasis cekungan air tanah harus dilaksanakan secara seimbang antara eksploitasi air tanah dengan upaya konservasi sehingga kerusakan lingkungan akibat eksploitasi air tanah dapat diperkecil.n (Willy Hermawan)
Seputar Geologi 73
Tsunami Risk Assessment And Mitigaton In South And South East Asia Phase 2 Project: National In Indonesia Acara ini terselenggara atas kerja sama Badan Geologi dengan Coordinating Committee for Geo-Science Programs in East and Southeast Asia (CCOP), dan Norwegian Geotechnical Institute/ Norwegian Seismic Array (NGI/NORSAR) yang dibuka oleh Kepala Badan Geologi, R.Sukhyar pada 1-3 Juni 2009 di Bandung. Kegiatan berupa workshop ini adalah sebagai ajang bertukar ilmu dan pengalaman mengenai upaya mitigasi bencana tsunami di Indonesia khususnya di Asia Tenggara dan Asia Selatan umumnya, agar penanganan serta manajemen bencana tsunami lebih sistematis dan terkoordinasi serta lebih mudah diaplikasikan untuk pemerintah provinsi di daerah Indonesia bagian timur. Peserta yang hadir berjumlah 100 orang merupakan perwakilan dari dalam dan luar negeri, yaitu: • PEMDA Propinsi di bagian timur Indonesia, seperti Maluku, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Papua, NTT, dan Papua Barat. • Badan penelitian yang berhubungan dengan Tsunami seperti: BPPT/RISTEK, BMKG dan DKP • Bakosurtanal • Departemen Kelautan dan Perikanan, dan BAPETEN. • Profesional dari Lembaga Kebumian (IAGI) • Perwakilan dari perguruan tinggi, seperti ITB, UNPAD, dan UNSYIAH • Perwakilan pegawai dari unit-unit yang berada di lingkungan Badan Geologi • Siswa dari program magister geologi dan kebencanaan • LSM, seperti UNOCHA, UNDP, NGOs, dan INWEN • Ahli geologi kelautan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral • CCOP • NGI/NORSAR • USGS 74 W a r t a
Geologi . Juni 2009
• Universitas Kiel Jerman • Universitas Chulalongkorn Thailand Gede Suantika, sebagai ketua panitia, menyatakan dalam laporannya bahwa pada kesempatan Workshop ini akan dipresentasikan sebanyak 24 makalah mitigasi bencana Tsunami di Asia Tenggara dan Asia Selatan yang terdiri dari: 1. 7 makalah dari Badan Geologi 2. 6 makalah dari BMG, BNPB, BPPT, Bakosurtanal, ITB dan DKP. 3. 11 makalah dari CCOP, NGI/NORSAR, USGS, University of Kiel dan Thailand Chulalongkorn University. 4. Dilanjutkan dengan diskusi umum mitigasi bencana tsunami dan kesimpulan workshop. Kemudian dilanjutkan oleh sambutan Kepala Badan Geologi, R.Sukhyar, yaitu: 1. Wilayah Indonesia merupakan daerah bencana Tsunami 2. Korban manusia dan materi paling banyak dan kondisi tsb memaksa para ahli dan pemerintah untuk berusaha mencari solusi di dalam mengurangi dampak bencana tsunami 3. Strategi mitigasi bencana tsunami yang dibutuhkan adalah: • Pemetaan sumber pemicu tsunami • Simulasi penjalaran gelombang tsunami ke pantai dan tinggi gelombang Tsunami • Membuat peta Kawasan Rawan Bencana tsunami • Pembuatan sistem peringatan dini tsunami • Sosialisasi bencana tsunami ke masyarakat yang bermukim di tepi pantai. Pemaparan pertama disampaikan oleh Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Surono, sebagai keynote speaker. Beliau menguraikan tentang pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Geologi di bidang strategi mitigasi
bencana tsunami di Indonesia pada umumnya dan Indonesia bagian timur pada khususnya. Pembicara Perwakilan CCOP Asia Tenggara, menerangkan implementasi proyek strategi mitigasi bencana tsunami fase ke-2 di Asia Tenggara termasuk Indonesia di tahun 2009 dan pada tahun yang akan datang. Seluruh pembicara dalam dan luar negeri pada worksop ini secara garis besar membawakan topik yang terdiri dari: 1. Database Sumber gempa di Wilayah Indonesia Timur yang dapat memicu terjadinya tsunami. 2. Pemicu tsunami yang berawal dari gempa bumi bawah laut: a. gempa bumi bawah laut b. longsor di daerah pantai c. longsor bawah laut d. longsor oleh letusan gunung api 3. Simulasi numerik penjalaran gelombang dan fungsi gelombang tsunami dari sumber ke pantai 4. Pembuatan peta Kawasan Rawan Bencana Tsunami di Indonesia 5. Sistem peringatan dini tsunami di Indonesia (BMKG, BAKOSURTANAL dan BPPT/RISTEK) 6. Peta risiko tsunami 7. Pembicara dan Wakil dari provinsi memaparkan tentang kesiapan dalam melakukan mitigasi bencana Tsunami di daerah masing-masing.n (Gede Suantika, Novi, dan Lilies Marie)
Seputar Geologi 75
Ledakan Tambang Batubara Daerah Ngalau Cigak Desa Batu Tanjung, Kecamatan Talawi, Kota Sawah Lunto
Ledakan terjadi di tambang batubara yang terletak di wilayah administrasi Kabupaten Sijunjung dan Kota Sawahlunto, Provinsi Sumatera Barat. Secara geologi lokasi tersebut termasuk ke dalam Cekungan Barubata Ombilin yang merupakan salah satu cekungan batubara cukup potensial di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian Badan Geologi, Formasi Sawahlunto merupakan formasi pembawa batubara di Cekungan Ombilin ini. Di dalam Formasi Sawahlunto terdapat 3 lapisan batubara utama yang diberi nama seam A, B, dan C dengan ketebalan berkisar 2 m sampai lebih dari 10 m. Hasil eksplorasi beberapa lapangan batubara di Ombilin menunjukkan adanya kompleksitas struktur geologi terutama sesar/patahan, dan variasi sedimentologi yang dipengaruhi lingkungan pengendapannya. Kedalaman batubara hasil pemboran yang pernah dilakukan berkisar antara kurang dari 100 m sampai dengan lebih 700 m dari permukaan. Menurut klasifikasi ASTM, batubara Ombilin temasuk ke dalam tingkat (rank) Bituminus High Volatile dengan nilai kalori rata-rata 7.300 kal/gr (adb), dengan kadar belerang dan kadar abu yang rendah, nilai reflektan vitrinitnya berada di antara 76 W a r t a
Geologi . Juni 2009
0,7 - 0,8%. Pada tingkat tersebut umumnya thermogenic methane (gas metana yang dihasilkan dari proses geokimia karena adanya pengaruh tekanan dan temperatur) terabsorbsi dalam sistem molekular batubara. Berdasarkan sorption isotherm test, batubara di cekungan Ombilin dapat mengandung volume metana 8 10 m3/ton. Penyebab Ledakan Pada dasarnya setiap batubara berpotensi menyimpan gas di dalam pori-pori, sistem molekular maupun cleat-nya. Besarnya kandungan gas dipengaruhi oleh banyak hal, mulai dari rank batubara, kedalaman, jumlah pori dan cleat hingga terdapatnya lapisan impermeable di atas lapisan batubara yang dapat mengakumulasikan gas yang terbentuk. Daerah Ombilin yang memiliki struktur geologi cukup kompleks, memungkinkan batubara di daerah tersebut memiliki banyak cleat serta zone patahan yang membentuk zona kompresi yang cukup ketat sehingga dapat menyerap gas metana dalam volume besar serta bertekanan tinggi. Dengan adanya penambangan dalam batubara, gas metana akan ikut terlepas dari cleat maupun pori-porinya. Apabila konsentrasi
gas metana dan gas lainnya dalam volume besar mengalami pengurangan tekanan akibat bukaan tambang secara tiba-tiba maka dapat terjadi outburst atau ledakan gas metana. Kebakaran gas metana dengan tekanan yang besar juga dapat dipicu oleh percikan api dari alat-2 penambangan maupun api yang berasal dari rokok maupun korek api serta penggumaan lampu pijar yang biasanya digunakan oleh para penambang tradisional.
bawah tanah (underground coal mine) yang berproduksi. Sebelum lapisan batubara diambil, dibuat lubang-lubang untuk mengeluarkan gas metana dari lapisan tersebut dan mengalirkannya ke permukaan dengan kompressor. Hal ini bertujuan untuk mengamankan tambang dari ledakan dan selain itu metana yang dihasilkan dapat dialirkan untuk pembangkit listrik di mulut tambang.
Usaha menghindari ledakan (mitigasi) Untuk mendeteksi adanya gas metana di dalam tambang, perlu disediakan gas detector (methane detector) dengan sensitivitas yang tinggi, yang akan memberikan peringatan dini bila konsentrasi metana melampaui batas aman. Demikian pula perlu disediakan peralatan keselamatan seperti tabung oksigen perorangan yang akan digunakan oleh pekerja tambang pada saat terdeteksi adanya gas metana. Pada desain tambang perlu di persiapkan sistem sirkulasi udara yang akan segera mengeluarkan gas dari dalam tambang ke permukaan. Penyuluhan dan pengawasan terhadap kegiatan penambangan rakyat, terutama dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja, harus senantiasa dilakukan sehingga tidak terjadi lagi kecelakaan tambang seperti ledakan di Sawahlunto.
Dalam waktu dekat, Badan Geologi bekerja sama dengan CSIRO Australia akan mengadakan eksplorasi Coalbed Methane di daerah Sawahlunto. Kegiatan ini bertujuan menginventarisasi potensi dan besar sumber daya gas metana yang terdapat di daerah tersebut. Hasil yang akan diperoleh dapat digunakan untuk perencanaan pengembangan tambang dalam sebagai upaya keselamatan lingkungan maupun pengembangan Coalbed Methane untuk keperluan pengusahaan industri gas metana.
Kemungkinan pemanfaatan gas metana Hingga saat ini gas metana batubara telah ditambang di beberapa negara seperti Amerika Serikat dan Australia. Berdasarkan cara pengambilannya, ada dua macam penambangan gas metana dari lapisan batubara, yaitu Coal Bed Methane (CBM) dan Coal Mine Methane (CMM). CBM menggunakan sumur untuk menembus lapisan batubara dan mengambil metana yang terperangkap dalamnya. Cara ini mirip dengan sistem produksi minyak dan gas bumi. Metana yang dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan bakar. CMM menggunakan tambang batubara
Saran Mengingat penambangan dalam batubara secara konvensional melalui tambang rakyat rawan akan terjadinya kecelakaan tambang yang disebabkan oleh ledakan gas metana maupun penyebab lainnya seperti runtuhnya atap aupun dinding lubang tambang karena tidak diterapkannya good mining practice maka sebaiknya usaha tambang dalam melalui ijin penambangan rakyat dihentikan agar tidak menambah terjadinya korban manusia yang lebih banyak lagi. Mengingat kandungan gas metana pada lapangan batubara cukup besar maka perlu diadakan kajian komprehensif untuk mengetahui besaran cadangan batubara maupun kandungan gas metana yang ada secara keekonomiannya sehingga dapat diusahakan secara simultan untuk batubaranya maupun gas metana yang ada.n (Press Release Badan Geologi) Seputar Geologi 77
Layanan Informasi Geologi
LABORATORIUM ANALISIS AIR PUSAT LINGKUNGAN GEOLOGI BADAN GEOLOGI
Air merupakan sumber daya alam yang bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya. Untuk menjaga kualitas air sesuai dengan tingkat mutu air yang diinginkan, maka perlu dilakukan upaya pelestarian dan pengendalian terhadap air. Air sebagai komponen sumber daya alam yang sangat penting maka harus dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Untuk mengetahui kualitas air maka diperlukan sebuah laboratorium untuk menguji komponen kimia yang terdapat dalam air tersebut. Bagaimana caranya mengetahui kualitas air? Sebagaimana kita ketahui, laboratorium adalah tempat riset ilmiah, eksperimen, pengukuran atau pelatihan ilmiah dilakukan. Laboratorium biasanya dibuat untuk memungkinkan dilakukannya kegiatan-kegiatan tersebut secara terkendali. Laboratorium ilmiah pun biasanya dibedakan menurut disiplin ilmunya, misalnya laboratorium geologi, laboratorium fisika, laboratorium kimia, laboratorium biokimia, laboratorium air, dan lainlain. Saat ini telah begitu banyak perkembangan ilmu pengetahuan khususnya untuk masalah lingkungan. Salah satunya adalah peralatan laboratorium dan berbagai analisis yang dapat mengetahui tingkat pencemaran atau kualitas air. 78 W a r t a
Geologi . Juni 2009
Laboratorium Air Pusat Lingkungan Geologi Laboratorium air Pusat Lingkungan Geologi telah berdiri lama, sejak Pusat Lingkungan Geologi ini bernama Direktorat Geologi Tata Lingkungan tahun 1978 dengan nama Seksi Analisis Air, lalu pada tahun 2000 berdasarkan SK Menteri 150 tahun 2001 berubah menjadi Pokja Laboratorium Air. Pada Tahun 2005, berdasarkan Peraturan Menteri ESDM No. 0030 tahun 2005 pasal 561, seiring terjadinya perkembangan struktur organisasi, DGTLKP berubah nama menjadi Pusat Lingkungan Geologi (PLG) sedangkan Pokja Lab. Air berubah pula menjadi Laboratorium Air. Pelayanan Laboratorium Air Pusat Lingkungan Geologi, melayani pemeriksaan parameter
fisika dan kimia, dan bakteriologi sampel air serta memberikan pelayanan konsultasi yang berkaitan dengan analisis air terutama bagi para peneliti di setiap kelompok kerja di lingkungan pusat lingkungan geologi sebagai pendukung penelitian yang sedang dilaksanakan. Sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsi Pusat Lingkungan Geologi berupa “pemberian rekomendasi, serta penyediaan, pengelolaan dan pelayanan informasi geologi lingkungan, geologi teknik dan air tanah”, maka laboratorium Pusat Lingkungan Geologi pun menerima permintaan analisis air minum dari masyarakat yang memerlukannya. Kegiatan yang sudah dilaksanakan oleh laboratorium air adalah sebagai berikut: • Menganalisis contoh air yang dikirim/diambil oleh Tim dari Kelompok Kerja Airtanah, Geologi Lingkungan, Geologi Teknik dan Bidang Sarana Teknik/Pemboran • Menganalisis contoh yang berasal dari masyarakan (yang meminta bantuan) • Memberikan layanan/tempat bagi siswa SMK dan Mahasiswa untuk Praktek Kerja Lapangan (PKL) atau Tugas Akhir (TA), rutin setiap tahun,
tidak dipungut bayaran. • Membantu siswa SMK/Mahasiswa menyelesaikan laporan PKL/TA dalam bentuk penyediaan sarana computer, kertas dan printer Ruang Lingkup Pengujian dan peralatan dalam Laboratorium Air PLG Laboratorium Air Pusat Lingkungan Geologi menyediakan fasilitas pengujian mutu air secara fisika, kimia, dan biologi dengan menggunakan standart yang berlaku, berupa: • Air minum (standar KepmenKes No.907/ MENKES/SK/VII/2002), • Air bersih (standar Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001) • Air limbah industri (standar Kepmen LH KEP-51/ MENLH/10/1995) Baru-baru ini, laboratorium analisis air menerima beberapa peralatan baru (menggatikan yang lama yang sudah sering rusak), seperti Spectroquant, Specrophotometer, Atomic Absorption Spectrophotometer, dan Ion Chromatograph. Berikut ini adalah peralatan yang dimiliki:
Specrophotometer, mengukur : • Sulfat (SO4-2), Nitrat (NO3-), Silikat (SiO2)
Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS), mengukur : • Logam-logam seperti besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), timbale (Pb), seng (Zn), cadmium (Cd), krom (Cr), merkuri (Hg) Layanan Geologi 79
Layanan Informasi Geologi Electrical conductivity, untuk mengukur daya hantar listrik Filterphotometer (ada 2), mengukur: • Kekeruhan, warna, nitrit (NO2-), dan • COD BOD manometer (perlu diperbaiki dulu), untuk mebukur BOD. Incubator dan bakteriologi
Spectroquant, dapat dibawa ke lapangan, untuk mengukur: • Logam-logam seperti besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), timbale (Pb), seng (Zn), cadmium (Cd), sianida (CN), iodide (I-), arsen (As), fluoride (F-), klor (Cl2), COD
Ion Chromatograph, mengukur: • Kation seperti natrium (Na+), kalium (K+), Litium (Li+), amonium (NH4+), magnesium (Mg+2), kalsium (Ca+2) • Anion seperti fluorida (F-), klorida (Cl-), nitrit (NO2-), Nitrat (NO3-), • fosfat (PO4-2) bromine (Br-), • Sulfat (SO4-2). Peralatan laboratorium lainnya berfungsi dengan baik, yaitu:
yang
masih
Digital burrete dan Automatic burrete untuk titrasi unsur-unsur: • Kesadahan, kalsium (Ca+2), karbonat (CO3-2), bikarbonat (HCO3-), klorida (Cl-) pH m, untuk mengukur pH 80 W a r t a
Geologi . Juni 2009
Ruang asam
autoclave,
untuk
analisis
Laboratorium air-PLG
Layanan Geologi 81
Layanan Informasi Geologi
Personil laboratorium sedang mengikuti training singkat penggunaan alat baru AAS.
82 W a r t a
Geologi . Juni 2009
Siswa PKL sedang melakukan praktek analisis.
Membawa siswa PKL melakukan pengambilan contoh air dan analisis di lapangan.
Harapan Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pelayanan baik kepada para peneliti maupun pelayanan kepada masyarakat, Laboratorium Air Pusat Lingkungan Geologi memerlukan tambahan tenaga laboratorium 2 orang sarjana kimia dan 2 orang analis.
Sertifikasi Untuk dapat bersaing baik di nasional maupun internasional, Laboratorium Air PLG ini memerlukan sertifikasi dari Komite Akreditasi Nasional (KAN) berdasarkan SNI 19-17025-2000 yang dikeluarkan oleh Badan Standardisasi Nasional. n Bethy C. Matahelumual dan Sofyan Suwardi (Ivan)
Layanan Geologi 83
Resensi Buku Geologi
Mencoba Bijak dengan Fenomena Alam: Tsunami dan Gempa Bumi (Ulasan 5 seri buku paket panduan tsunami dan gempa bumi terbitan ESDM, 2005).
L
ima seri buku paket panduan informasi mengenai tsunami dan gempa bumi telah terbit. Kerja sama antara Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral dengan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) menjadi sebuah ikon penting dalam hal pendidikan alam khususnya mengenai tsunami dan gemba bumi di Indonesia. Hal ini mutlak dilakukan karena Indonesia yang secara geografis berada di zona tumbukan tiga lempeng besar dunia (Indo-Australia, Pasifik dan Asia) akrab dengan kejadian bencana alam geologi 84 W a r t a
Geologi . Juni 2009
seperti tsunami dan gempa bumi. Di tambah lagi, bencana tsunami besar di Aceh pada tanggal 26 Desember 2004 yang dipicu oleh gempa bumi dasar laut yang dasyat pada 9 skala richter telah membawa korban jiwa yang sedemikian besar (mencapai 300.000 jiwa). Bencana nasional ini telah membuka mata kita bahwa berdamai dengan alam saja tidak cukup, pengetahuan mengenai tsunami dan gempa bumi perlu diajarkan kepada seluruh rakyat Indonesia dari semua kalangan meskipun hingga saat ini gempa bumi termasuk bencana yang sulit diprediksi.
Terlepas daripada hal itu, buku yang telah terbit ini memuat berbagai kelebihan diantaranya yaitu: Pertama, buku paket ini disusun untuk semua kalangan dari jenjang pendidikan usia terendah hingga menengah mulai dari TK, SD, SMP dan SMA dan kategori umum. Bahasa yang digunakan dalam masing-masing jenjang disesuaikan dengan daya nalar dan pikir. Misalnya, untuk tingkat TK dan SD, bahasa tulis dibuat sederhana dengan melebihkan pada aspek ilustrasi gambar yang menarik. Efek pewarnaan juga menjadi sangat penting dalam hal penangkapan informasi. Buku dengan tampilan full-color ini memudahkan siswa siswi tingkat TK dan SD menyenanginya dan pada akhirnya pesan mengenai pendidikan fenomena terjadinya tsunami dan gempa bumi bisa tersampaikan. Begitu pula untuk tingkat SMP, SMA dan umum, bahasa menjadi alasan penting dalam penyampaian informasi. Kedua, keseluruhan informasi dari kelima seri buku ini sama yakni memuat pengetahuan mengenai definisi dasar dari tsunami dan gempa bumi, bagaimana kejadiannya serta bencana yang diakibatkannya serta yang terakhir adalah upaya–upaya apa saja yang dilakukan untuk mitigasi bencana tsunami dan gempa bumi ini. Dari keseluruhan informasi yang dimuat, paket buku yang diperuntukan bagi kalangan umum memuat lebih banyak informasi hal-hal yang berkaitan dengan gempa bumi dan tsunami tersebut. Secara lebih detail, buku seri paket ini juga memuat banyak ilustrasi visual, baik itu dalam bentuk gambar sketsa ataupun foto-foto yang langsung diambil dari kejadian bencana diseluruh Indonesia. Selain memberikan pemahamam akan bahaya dari kedua bencana geologi tersebut, juga memberikan kenyataan kepada para pembawa tentang pentingnya memahami alam Indonesia ini, khususnya kota atau daerah-daerah yang secara eksplisit ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana tsunami dan gempa bumi.
Bagi kalangan umum di luar usia sekolah, tentu bisa dipahami hanya dengan membacanya. Tetapi untuk kalangan anak usia sekolah, peran guru sangat penting untuk mengajarkan kepada muridnya tentang upaya penyelamatan diri pada saat bencana tsunami atau gempa bumi datang. Petunjuk praktis yang terdapat dalam buku seri ini dapat dijadikan bahan ajar acuan dan dipraktekkan bersama-sama kepada murid-murid di sekolah. Seperti halnya pelatihan saat kebakaran tiba di gedung-gedung perkantoran, pelatihan praktis penyelamatan saat gempa bumi dan tsunami juga perlu dilakukan. Misalnya, dengan menenangkan diri pada saat bencana datang, melindungi kepala dari benturan bahaya, serta upaya evakuasi dari tempat kejadian. Detail mengenai upaya penyelamatan ini dapat dilihat dari seri paket buku Tsunami dan Gempa bumi. Untuk memenuhi target tercapainya pengetahuan mengenai tsunami dan gempa bumi ini, buku saja tidak cukup, perlu sosialisasi yang berkesinambungan sehingga masyarakat kita bisa memahami dengan bijak akan kedua fenomena alam tersebut. Edukasi di sekolah menjadi prioritas terpenting karena merekalah yang akan mewarisi bumi Indonesia di masa datang.n Fitriani Agustin Penulis adalah Peneliti Survei Geologi Badan Geologi
Ketiga, informasi praktis yang perlu dicermati dalam buku ini adalah mengenai panduan praktis apabila bencana tsunami dan gempa bumi itu datang secara tiba-tiba di daerah kita. Resensi Buku Geologi 85
86 W a r t a
Geologi . Juni 2009
Resensi Buku Geologi 87