InfoPOM
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN POM RI
Volume 10, No.4 Juli 2009
ISSN 1829-9334
KAJIAN KHASIAT & KEAMANAN “DAERAH ABU-ABU” ANTARA OBAT DAN MAKANAN : Bagaimana Kebenaran Disampaikan (Abstrak pidato pada upacara pengukuhan Dr.dr.Purwantyastuti,M.Sc,Sp.FK sebagai Guru Besar Tetap dalam Ilmu Farmakologi dan Terapetik pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia)
1
Kajian Khasiat & Keamanan “Daerah Abu-Abu” Antara Obat dan Makanan : Bagaimana Kebenaran Disampaikan
2
Pengujian Logam secara AAS di Laboratorium Pangan PPOMN BPOM RI
3
Public Warning No.KH.00.01.43.2503 Tanggal 11 Juni 2009 Tentang Kosmetik Mengandung Bahan Berbahaya/Bahan dilarang
G
uru sebagai role model sesungguhnya dapat berperan banyak untuk kemajuan bangsa. Guru bertugas di universitas, tetapi fungsinya tidak dibatasi oleh dinding-dinding universitas, karena melalui jabatan guru kita dapat banyak berperan-serta dalam pembangunan bangsa. Prinsip kebebasan akademis yang diterapkan di kampus, ternyata membuat guru terbiasa untuk bebas dan ilmiah menyampaikan pendapat obyektif, tanpa dipengaruhi pertimbangan lain dan tanpa rasa takut kepada atasan, kecuali kepada Allah SWT. Kebiasaan untuk menyatakan bahwa yang benar itu benar dan yang salah itu salah harus terus dipelihara. Pengalaman menunjukkan bahwa untuk kemajuan, diperlukan kerjasama yang erat antara guru dengan institusi pemerintahan, industri, dan lembaga masyarakat. Pada suatu hari dalam perjalanan pulang dari rapat penilaian iklan obat dan suplemen di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), radio mobil saya menyiarkan sebuah iklan seperti berikut: ”suplemen ini murni berasal dari bahan alam sehingga aman dari efek samping, berkhasiat melancarkan sirkulasi darah, baik untuk menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah, baik dipakai oleh penderita hipertensi, diabetes, lemak darah yang tinggi. Minum 3x sehari, tiap hari, bila perlu” . Saya terhenyak, bukankah itu adalah iklan yang dibicarakan dalam rapat penilaian iklan yang berlangsung selama 3 jam lebih tadi. Rapat tersebut telah mendapat masukan para ahli yang sebagian besar adalah guru dari beberapa universitas terkemuka, sehingga masukan mereka pastilah merupakan masukan yang ilmiah dan obyektif. Dalam rapat tersebut telah diputuskan bahwa iklan tersebut tidak boleh ditayangkan karena informasinya yang menyesatkan konsumen. Informasi yang disampaikan iklan tersebut hanya mengajak orang menjaga kesehatan, bukan mengobati, tapi itu justru dapat diartikan ”kalau ingin sehat, makanlah produk ini seumur hidup”, karena siapa yang tidak ingin sehat seumur hidupnya. Kalau sudah terlanjur sakit hipertensi, diabetes atau penyakit degeneratif lainnya, tetaplah makan suplemen ini untuk menjaga agar penyakit tidak menjadi sakit jantung dan pembuluh darah. Kata ”pembuluh darah” oleh orang awam sering dikaitkan dengan ”stroke”. Itulah yang tersirat dari kata
Editorial Pembaca yang terhormat, Pesatnya perkembangan suplemen makanan dalam lingkungan masyarakat sekarang ini menimbulkan pertanyaan akan kebenaran khasiat yang diklaim oleh suplemen makanan yang bersangkutan. Dalam edisi ini, kami sajikan artikel terkait dengan suplemen makanan dengan judul Kajian Khasiat Keamanan “Daerah Abu-Abu” Antara Obat dan Makanan: Bagaimana Kebenaran Disampaikan, yang menyoroti bagaimana iklan yang disampaikan produsen diterima oleh masyarakat serta bagaimana peran ilmuwan dan pemerintah di dalam penyampaian informasi dan edukasi pada konsumen. Artikel ini disarikan dari pidato p e n g u k u h a n P r o f . D r. Purwantyastuti, M.Sc, Sp.FK sebagai Guru Besar Tetap dalam Ilmu Farmakologi dan Terapeutik pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Pada edisi ini ditampilkan juga artikel mengenai pengujian logam secara Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) di laboratorium pangan Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional BPOM. Alat ini digunakan untuk mendeteksi dan menentukan kadar mineral logam yang terdapat di dalam bahan pangan, dimana seharusnya setiap jenis pangan harus memiliki batas deteksi di bawah syarat mutu SNI, baik keberadaan logam tersebut ada secara alamiah maupun sengaja ditambahkan. Edisi kali ini ditutup dengan Public Warning/Peringatan yang dikeluarkan BPOM mengenai kosmetik yang mengandung bahan berbahaya atau bahan yang dilarang agar masyarakat dapat lebih berhati-hati dalam memilih kosmetik. Semoga InfoPOM edisi Juli ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca semua. Selamat membaca.
2
sederhana ”bila perlu” tadi. Ya, pasti semua orang merasa perlu menjaga kesehatan, atau dengan kata lain maksud yang tersirat dan tertangkap oleh orang awam adalah ”bila ingin sehat, tidak stroke, makanlah produk ini 3 kali sehari, tiap hari, seumur hidup”. Apa yang disampaikan dalam iklan itu didengar oleh konsumen yang awam dalam hal khasiat dan keamanan suplemen. Masyarakat berpikir ”kebenaran” lah yang disampaikan oleh iklan itu, termasuk bahwa produk itu ”aman karena berasal dari alam”. Orang awam tidak tahu bahwa zat yang paling berbahaya, racun botulinum, berasal dari alam. Atau bahwa kina, digitalis, vincristine, morfin adalah obat-obat yang sarat efek samping dan semua berasal dari alam. Ilustrasi yang merupakan kisah nyata tersebut menjadi contoh bahwa hasil kajian khasiat dan keamanan perlu disampaikan kepada masyarakat konsumen secara obyektif sebagai suatu kebenaran yang dapat dipahami sehingga masyarakat tidak tersesat, hal ini sesuai dengan pasalpasal dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Begitu pula penting bagi pihak industri bahwa hanya informasi yang benar yang boleh disampaikan kepada konsumen, agar persaingan bisnis dapat berjalan secara adil. Cara menyampaikannya dapat eksplisit sehingga mudah dimengerti, tetapi kenyataan dipasar atau iklan sering implisit sehingga dapat menimbulkan salah pengertian atau kebingungan. Ada hal yang memang benar, tetapi tidak perlu diberitahukan kepada masyarakat karena dari sudut konteks tidaklah benar, sehingga produsen mendapat keuntungan dengan menyesatkan dan merugikan konsumen dan produsen lain. Contoh adalah minyak goreng yang dilabel ”tidak mengandung kolesterol”, klaim
itu benar tetapi menjadi tidak benar karena memang tidak ada produk tumbuhan mengandung kolesterol, sama seperti melabel air mineral ”tidak mengandung kolesterol”. Informasi yang tidak perlu ini menyesatkan, karena konsumen mengira terlindung dari kolesterol, padahal minyak goreng mengandung asam lemak yang merupakan salah satu bahan yang dalam tubuh dapat menjadi kolesterol. Sebenarnya kolesterol darah sebagian besar dibuat sendiri oleh tubuh. Kebenaran yang terkait dengan khasiat dan keamanan produk harus sampai kepada konsumen dengan jelas dan tepat. DAERAH ABU-ABU ANTARA OBAT DAN MAKANAN Obat dan makanan, sama-sama masuk dalam tubuh kita dan zat aktif yang ada didalamnya bekerja, sehingga dosis/jumlah tertentu mungkin berkhasiat bagi kesehatan tetapi dalam dosis/jumlah yang lain mungkin tidak lagi aman. Obat dan makanan sama-sama mempengaruhi kondisi tubuh kita dan saat ini hadir ”daerah abu-abu” bagi masyarakat dimana terdapat produk berbentuk seperti obat (tablet, kapsul, sirup) yang sebetulnya merupakan bagian dari pangan yaitu food supplement (suplemen makanan) misalnya kapsul vit E, tablet kalsium, produk berbentuk pangan (aroma dan rasa enak) yang mengklaim khasiat lebih dari fungsi gizinya yaitu mempengaruhi fungsi tubuh sehingga kadang sulit dibedakan dengan obat misalnya susu yang ditambah kalsium untuk mencegah osteoporosis, protein kedelai dalam susu kedelai dan serat larut Psyllium dalam minuman untuk menurunkan risiko Penyakit Jantung Koroner (bedanya dengan obat adalah untuk mencegah penyakit dan efeknya tidak dapat langsung terlihat karena perlu penggunaan terus menerus jangka panjang). Ada juga
Juli 2009
pangan khusus yang sebetulnya hanya diperlukan oleh konsumen tertentu saja misal pasien diabetes, atlet binaraga, atlet endurance (marathon), bayi intoleran laktosa atau obat dari bahan yang biasa dimakan, misal daun seledri diteliti sebagai antihipertensi atau bawang putih sebagai obat kolesterol darah dan obat herbal yang biasa dipakai secara tradisional misalnya temulawak (Curcuma) yang dapat berupa obat tradisional (jamu), ekstrak herbal terstandar dan fitofarmaka (Peraturan Kepala B a d a n P O M N o m o r : HK.00.05.41.1384 Tahun 2005 mengenai Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka). Obat telah jelas dikenal, adalah bagian dari layanan sosial, seperti juga layanan dokter; bukan komoditas dagang, sehingga seharusnya tidak dihubungkan dengan keuntungan ekonomi. Seharusnya sulit mencari keuntungan dari obat karena pasarnya adalah orang sakit. Sedangkan pangan adalah makanan dan minuman yang merupakan komoditas ekonomi, dapat diperjual belikan untuk mencari keuntungan. Pangan saat ini terdiri dari beberapa kategori, yang paling populer adalah suplemen yang ”booming” saat ini karena sebagai bagian dari pangan ia adalah komoditas ekonomi, tetapi dikaitkan dengan fungsi ”menjaga kesehatan” sehingga pasarnya menjadi sangat luas yaitu orang sehat maupun orang sakit, sehingga berpotensi meraih keuntungan yang sangat besar. Tidak semua konsumen, bahkan produsen, ataupun pihak lain yang terlibat dengan peredaran dan pemasaran suplemen makanan, menyadari bahwa sebetulnya suplemen makanan adalah bagian dari pangan. Suplemen makanan mengandung bahan yang berasal dari
Juli 2009
makanan sehari-hari, yang karena sesuatu hal perlu ditambah (itulah asal kata suplemen), contoh paling mudah adalah Iodium untuk daerah pegunungan atau mineral kalsium bagi ibu hamil. Nama aslinya menurut CODEX Allimentarius Commission yang diakui WTO sebagai standar internasional adalah Food/dietary supplements, yang seharusnya diterjemahkan sebagai ”suplemen makanan”. Timbul masalah ketika istilah yang dipakai adalah ”suplemen kesehatan” karena artinya menjadi berbeda dan ruang lingkup menjadi sangat luas, sehingga diperlukan batasan-batasan klaim dan bukti ilmiah sebagai penunjangnya. Bila klaim terkait dengan pencegahan atau pengobatan penyakit atau tersirat klaim khasiat (tersirat walaupun tidak tersurat) seperti contoh iklan di radio tadi, maka harus ada bukti ilmiah bahwa klaim itu benar adanya. Bukti ilmiah untuk health claim harus berupa hasil randomized controlled trial (RCT) Daerah abu-abu antara obat dan makanan membingungkan bukan hanya konsumen, tetapi juga dokter bahkan para pembuat peraturan dan pengambil keputusan. Kebingungan ini terjadi bukan hanya di Indonesia, tetapi diseluruh dunia bahkan juga di negara maju USA dan EU (Uni Eropa). Dampaknya adalah kerugian dipihak konsumen yang membayar tanpa mengerti masalah karena terpengaruh iklan yang sangat hebat. Ruang abu-abu antara pangan dan obat ini bergerak terus membesar dengan sangat cepat, dalam era itulah kita hidup saat ini. Penelitian bergulir sangat cepat, satu bukti disusul bukti yang lain, yang kadang bertentangan, karena saat ini penelitian difasilitasi dengan tehnologi canggih, industri berlomba dengan memunculkan banyak hal baru sekaligus. Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian komponen yang berasal dari pangan
ini biasanya tidak sepanjang waktu penelitian yang dibutuhkan untuk menemukan obat baru; ada tahaptahap awal yang mungkin tidak perlu dilakukan karena komponen ini telah biasa dimakan manusia. Banjir informasi membutuhkan keahlian untuk memilih dan memilah, sering perkembangan ilmu lebih cepat daripada kemampuan negara membuat peraturan sehingga peraturan pun harus sangat dinamis untuk menampung penemuanpenemuan baru, baik yang positif maupun yang negatif. Sesuatu yang hari ini tidak di izinkan bisa menjadi diizinkan beberapa waktu lagi karena ada bukti baru yang positif; sebaliknya sesuatu yang diizinkan tahun lalu bisa kemudian terpaksa ditarik kembali karena kemudian terbukti sebaliknya. KAJIAN KHASIAT Segala sesuatu yang dilakukan dalam upaya menjaga kesehatan, yaitu pencegahan dan pengobatan penyakit harus berdasarkan bukti ilmiah. Bukti ilmiah adalah suatu bukti yang didapat dari penelitian-penelitian yang mengikuti kaidah ilmiah sehingga derajat kebenarannya dapat dinilai, dalam paradigma kedokteran saat ini terkenal dengan nama evidence based medicine (EBM). Sebetulnya EBM dalam dunia farmakologi untuk penemuan obat baru telah lama dikenal dan digunakan untuk menilai apakah suatu obat baru layak dipasarkan. Hanya obat baru yang terbukti aman dan efektif yang boleh dipasarkan dengan klaim atau indikasi terkait. Bila obat itu membuat klaim baru, maka harus dibuktikan lagi efektivitasnya. Bukti hubungan sebab-akibat yang terkuat untuk dapat digunakan dengan klaim tertentu pada manusia
adalah melalui suatu Randomized Controlled Trial pada manusia (studi Experimen Acak Berpembanding), dimana sebanyak mungkin faktor perancu (confounding factors) disingkirkan. Pembuktian manfaat suplemen maupun pangan lain yang mengklaim suatu manfaat pada dasarnya harus menggunakan alat yang sama dengan pembuktian manfaat obat. Dahulu pengobatan atau pencegahan penyakit sering hanya didasarkan pada pengetahuan mengenai kondisi patofisiologis yang terjadi. Sekarang bukti manfaat pada manusia lah yang paling penting, Peran ilmuwan, dalam hal ini yang duduk di universitas, atau lebih spesifik di Fakultas Kedokteran adalah melindungi orang awam, yaitu orang yang tidak menguasai ilmu kedokteran. Seorang ilmuwan kedokteran dalam bidangnya harus dapat dan mau menjelaskan kepada mahasiswanya, pasiennya, para pengambil kebijakan di BPOM, Departemen Kesehatan, Departemen lain, maupun pers dan media informasi lainnya mengenai pentingnya informasi objektif, yang mudah dimengerti, sesuai perkembangan ilmu. Label dan iklan yang jelas, benar dan jujur sangat penting dalam peraturan perdagangan dan penyebaran suplemen, untuk melindungi konsumen sesuai UU Perlindungan Konsumen. Informasi objektif seorang ilmuwan harus dapat dipercaya tidak dipengaruhi oleh hal-hal lain (conflict of interest) dan dapat dipercaya kekini-an nya. Untuk ke-kini-an seorang ilmuwan harus dapat bekerja sama dengan pihak industri yang akan memasok sumber informasi. Ilmuwan selayaknya mengerti dan terus mendalami metodologi riset dan metode analisa data yang dari hari ke
4
hari makin canggih. Hanya mereka yang terus memperbaharui ilmunya dapat mengikuti dan tidak terkelabui; bahkan juga dapat turut aktif mengungkap kebenaran yang masih tertutup awan dengan menggunakan metode yang tepat. evaluasi manfaat sebenarnya, tidak cukup hanya dari segi khasiat, tetapi juga termasuk analisa biaya. KAJIAN KEAMANAN Alam ini penuh dengan anugerah, kita harus mencari dan menemukannya. Tetapi kita harus mengikuti kaidah-kaidah ilmiah yang sudah dibangun dalam bidang keilmuan kita supaya selamat. Apakah sesuatu yang biasa kita makan pasti aman saat digunakan dalam bentuk suplemen ? Belum tentu, karena jumlah yang kita konsumsi melalui makanan dibatasi oleh kesanggupan kita menelan sejumlah makanan tersebut. Misal, sebanyak-banyak tomat yang dapat kita telan pasti lebih kecil total likopennya daripada extrak likopen yang kita telan dalam bentuk tablet. Ini dapat menjelaskan mengapa sesuatu bahan makanan yang telah biasa kita konsumsi seharihari, pada saat dia diperas dan diambil sarinya (atau diekstraksi) lalu dimakan dalam bentuk ekstrak itu, harus diperiksa keamanannya karena dosis zat dalam ekstrak menjadi berlipat ganda. Bawang putih tidak mungkin bisa kita makan sehari 1 kg, tetapi ekstrak setara bawang putih 5 kg mungkin dapat dengan mudah kita telan. Sesuatu yang kita konsumsi dalam bentuk pangan alami mempunyai self
limitation yang akan mencegah terjadinya efek toksik. Selain ditentukan oleh dosis atau kadar, keamanan juga ditentukan oleh komposisi atau zat yang ada dalam produk. Pada 22 Desember 2008, US FDA melarang konsumsi 28 produk yang dijual sebagai pelangsing, dan sesudahnya 41 lagi produk sejenis karena didapatkan zat yang membahayakan kesehatan masyarakat didalamnya. Langkah yang diambil terhadap produsen dan pengedar sedang berproses. Produk pelangsing itu, sebagian disebut sebagai dietary supplements, diiklankan dan dijual melalui internet. Sebagian mengklaim “natural” atau ”contain only herbal”, tetapi sesungguhnya mengandung bahan obat yang tidak tercantum dalam label dan iklan. US FDA menganjurkan masyarakat minta nasehat dokter sebelum membeli produk pelangsing. Produk suplemen untuk pelangsing ini membahayakan kesehatan masyarakat karena mengandung zat yang tidak disebut dalam label (disembunyikan), beberapa adalah obat, bahkan dengan dosis diatas yang biasa dipakai. Pernah suatu kali masyarakat kita berduyun-duyun mengkonsumsi daun Comfrey, dimana-mana orang menanamnya dan mengkonsumsi untuk seribu indikasi. Dunia ilmiah saat itu agak lambat menanggapi, sampai terjadi kasus-kasus kerusakan hepar yang terekam di Eropa. Di Indonesia efek samping fatal ini mungkin tidak terekam, tapi penggunaannya kemudian dilarang untuk indikasi apapun.
Juli 2009
Pengalaman ini kiranya cukup menjelaskan mengapa untuk herbal yang tidak biasa dikonsumsi dan bukan obat tradisional dituntut pembuktian keamanan melalui uji toksisitas pada hewan untuk mendeteksi kemungkinan potensi efek samping. Masalah lain dalam penggunaan suplemen, obat herbal ataupun pangan fungsional adalah masalah interaksi. Interaksi juga dapat terjadi dengan obat misal ginkgo biloba dan aspirin menyebabkan peningkatan risiko perdarahan; kafein/kopi, guarana, ginseng, dapat meningkatkan tekanan darah pada mereka yang sensitif. Sebagai kesimpulan kajian khasiat dan keamanan, apapun namanya: obat, suplemen, makanan, minuman, bila ada klaim mencegah atau mengobati atau menurunkan risiko penyakit atau apapun yang terkait dengan kesehatan dan penyakit, selain harus terbukti aman, tetap harus ada bukti manfaat langsung pada manusia sesuai kaidah ilmiah yang berlaku. Disamping kita perlu segera mempunyai peraturan yang baik, pemerintah melalui kerjasama lintas sektoral antara Badan POM, Departemen Kesehatan, dan yang sering terlupakan juga Departemen Perindustrian dan Departemen Perdagangan (karena makanan adalah komoditas ekonomi) bahkan pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam bidang informatika (karena iklan yang terkait kesehatan tidak dapat disamakan dengan iklan komoditas lain) harus dapat memberi informasi yang benar dan mudah dimengerti konsumen sehingga melindungi masyarakat dari kesalahan penggunaan obat dan makanan. Kesalahan penggunaan dapat terjadi pada saat manfaat tidak sesuai dengan klaim, dan pada saat efek samping atau keamanan
Juli 2009
pemakaian tidak jelas. Pada akhirnya terpulang kepada konsumen akan memilih apa untuk kebaikan dirinya, dengan mengetahui kelebihan dan kekurangan produk di pasar. Selain membantu konsumen memilih, hal itu juga berarti menghargai industri yang membuktikan klaimnya. Dengan demikian industri akan terpacu untuk membuktikan klaimnya agar dapat bersaing di pasar. Apa peran konsumen? Konsumen adalah pihak yang paling berkepentingan. Bila kita tidak mendidik konsumen kemungkinan besar mereka tidak akan menyadari masalah yang ada. Efek samping suplemen tidak akan langsung muncul. Seperti juga khasiatnya, efek samping suplemen baru muncul setelah pemakaian jangka lama. Pengetahuan konsumen didapat dari pendidikan konsumen yang diberikan oleh tenaga kesehatan, BPOM, industri, Lembaga Konsumen dan lain-lain, maupun dari penelusuran melalui internet. Pasien diharapkan akan bertanya kepada dokter nya, atau akan terbuka menyampaikan suplemen yang sedang di konsumsinya. Komunikasi dua arah dokter-pasien akan melindungi pasien dari akibat kesalahan penggunaan produk daerah abu-abu. Bila diperhatikan, setiap pihak yang terlibat dapat berperan serta mendidik konsumen, karena pada akhirnya
hanya konsumen yang cerdas lah yang dapat memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan yang sebenarnya. Konsumen yang cerdas tahu bahwa makanan seimbang berisi begitu banyak zat yang diperlukan tubuh, sehingga tidak dapat digantikan oleh produk apapun. Hanya konsumen yang cerdas lah yang bisa melindungi dirinya dari kehilangan dana yang tak perlu, dari bahaya efek samping dan dari iklan menyesatkan. Konsumen yang cerdas dapat mendorong semua peraturan ditaati, karena mereka hanya akan memilih produsen yang mempunyai nama baik karena mentaati peraturan yang berlaku. Sebagai penutup, ingin saya sampaikan bahwa mungkin dengan menganut pola hidup sehat yang antara lain adalah makan bervariasi dalam jumlah secukupnya, sesuai kebutuhan tubuh, kita akan dapat menjaga kesehatan. Hanya pada kondisi tertentu kita membutuhkan bantuan suplemen makanan ataupun obat. Tidak ada suplemen yang dapat menggantikan makanan sehat, karena tidak mungkin semua komponen yang ada dalam makanan tergantikan oleh suplemen apapun. Kita percaya semua yang diciptakanNya pasti mempunyai manfaat, tinggal kita menemukan apa manfaat itu dan menyampaikan kebenaran yang ditemukan untuk kemaslahatan dan kebaikan umat manusia.
Pusat Informasi Obat Nasional
PIO Nas Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat Telp : 021-4259945 Hp : 08121899530 (di luar jam kerja) Fax : 021- 42889117 Email :
[email protected] Website : www.pom.go.id
PENGUJIAN LOGAM SECARA AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer) Di Laboratorium Pangan PPOMN BPOM RI
Pendahuluan Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2004, Pasal 21 (1) menyebutkan bahwa “Setiap orang yang memproduksi pangan untuk diperdagangkan bertanggung jawab menyelenggarakan sistem jaminan mutu sesuai dengan jenis pangan yang diproduksi”. Masih dalam PP No.28 Tahun 2004 Pasal 22 (2), disebutkan bahwa ”Kepala Badan berwenang menetapkan jenis pangan olahan yang wajib diuji secara laboratoris sebelum diedarkan”. Pengujian secara laboratoris sebagaimana dimaksudkan, dilakukan di laboratorium pemerintah atau laboratorium lain yang telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional atau Lembaga Akreditasi lain yang diakui oleh Komite Akreditasi Nasional (PP No. 28 Tahun 2004, Pasal 22 (3)). Berdasarkan PP tersebut, sebuah Badan Pengawas tentunya perlu dilengkapi dengan laboratorium yang terakreditasi. Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional (PPOMN) adalah laboratorium terakreditasi yang merupakan salah satu unit kerja BPOM RI yang dipimpin oleh pejabat struktural setingkat eselon II. Dalam unit kerja ini, terdapat lima bidang, yang masing-masing dipimpin oleh
pejabat struktural setingkat eselon III. Bidang-bidang tersebut adalah BidangProduk Terapetik dan Bahan Berbahaya, Bidang Obat Tradisional, Kosmetika dan Produk Komplemen Bidang Produk Biologi, Bidang Mikrobiologi dan Bidang Pangan. Kategori mutu pangan meliputi macam dan jumlah kandungan unsur pangan yang bermanfaat (nutrisi) serta kandungan unsur yang membahayakan (cemaran). Dalam arti luas, sebuah jenis pangan memiliki kandungan nutrisi ataupun cemaran yang beragam. Demikian pula dengan logam di dalam pangan, ada yang berfungsi sebagai mineral yang dibutuhkan, tetapi ada pula yang berperan sebagai cemaran (Winarno,2002). Namun demikian, mineral logam yang berguna bagi tubuhpun, kandungan optimumnya harus ditetapkan. Jika kandungannya berlebihan akan membahayakan. Logam yang berperan sebagai cemaran, biasanya berupa logam berat. Dalam batasan tertentu keberadaannya sangat merugikan tubuh. Untuk menjaga mutu produkproduk pangan tertentu, dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) telah ditetapkan syarat mutu kandungan logamnya. Untuk mengetahui produk memenuhi syarat
mutu,atau tidak, perlu dilakukan pengujian. SNI 19-2896-1998 merupakan salah satu SNI Cara Uji Cemaran Logam yang disediakan oleh Badan Standardisasi Nasional untuk keperluan ini. Baik mineral logam maupun cemaran logam, dalam pengujiannya memerlukan alat khusus, yang mampu mendeteksi sampai kadar ppm(part per million)-ppb (part per billion), atau memiliki batas deteksi di bawah syarat mutu SNI. Alat tersebut antara lain adalah Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). Laboratorium Pangan, memiliki alat ini, sehingga diharapkan mampu meningkatkan unjuk kerja laboratorium. Logam dalam Pangan Mutu pangan tidak hanya menyangkut jenis kandungan mineral logam yang berguna serta jenis pencemarnya, tetapi juga kadarnya yang diijinkan dengan satuan tertentu (biasanya mg/kg). Nutrisi pangan ada yang keberadaannya secara alamiah, atau sengaja ditambahkan (fortifikasi) untuk pengayaan unsur-unsur mineral logam tertentu. Untuk tepung terigu misalnya, fortifikasi Besi (Fe), dan Seng (Zn) perlu dilakukan, karena syarat mutu kandungan Fe dalam
Juli 2009
tepung terigu minimal 50 mg/kg dan Zn 30 mg/kg (SNI 01-37512006).Cemaran logam dalam pangan dapat terjadi secara alamiah misal faktor lingkungan tercemar, ataupun karena faktor proses produksi. 1. Mineral Logam Mineral logam merupakan logamlogam yang diperlukan tubuh, untuk kelangsungan metabolisme, sehingga tubuh dapat melakukan pertumbuhan dan mengganti kerusakan jaringan. Logam yang tergolong mineral antara lain: Natrium (Na), Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), keempatnya merupakan mineral makro. Mineral makro merupakan
Nama Mineral Logam
mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah besar. Sedangkan mineral mikro adalah sebaliknya. Yang tergolong mineral mikro adalah Seng (Zn), Besi (Fe), dan Mangan (Mn). Logam ini memiliki fungsi seperti tersebut di tabel bawah ini. 2. Cemaran Logam Cemaran logam beragam jenisnya. Dalam kadar tertentu ditoleransi tetapi dalam batasan tertentu, bersifat toksik. Sekilas Profil Laboratorium Pangan Laboratorium Pangan merupakan salah satu unit kerja PPOMN, yang
Kegunaan
Jika Kekurangan
Natrium (Na)
Mempertahankan tekanan osmotik, Keseimbangan asam basa, Meningkatkan tekanan darah, Sumber ion tubuh
Penurunan tekanan darah
Kalium (K)
Menjaga tekanan osmotik, keseimbangan asam basa, metabolisme, sumber ion tubuh, aktivator enzim misal piruvat kinase
Gangguan metabolisme
Kalsium (Ca)
Pembentukan jaringan tulang/gigi, sumber ion tubuh, transmisi impuls syaraf, kontraksi otot, penggumpalan darah, pengaturan permeabilitas membran sel, serta keaktivan enzim
Pelunakan tulang (osteomalasia), Penurunan massa tulang (osteoporosis)
Magnesium (Mg)
Aktivator enzim peptidase dan enzim lain, meningkatkan tekanan osmotik
Hypomagnesema (denyut jantung tidak teratur, insomnia, lemah otot, kejang kaki, telapak khakitangan gemetar
Besi (Fe)
Pembentukan hemoglobin dan sel otot mioglobin
Anemia
Mangan (Mg)
Kofaktor enzim misal mevalonat kinase untuk sintesis kolesterol dari asetil koA
Gangguan metabolisme
Seng (Zn)
Komponen enzim misal karbonat anhidrase dalam sel darah merah, karboksi peptidase, dehidrogenase dalam hati
Gangguan metabolisme, anak menjadi kerdil, ginjal hati memberngkak
Sumber : Kimia Pangan dan Gizi (Winarmo,F.G,2002)
Juli 2009
dipimpin oleh pejabat struktural setingkat eselon III. Laboratorium Pangan terdiri atas beberapa bagian laboratorium yakni: Laboratorium Nutrisi, Laboratorium Cemaran (Cemaran Logam, Cemaran Pestisida, Cemaran Mikotoksin & Antibiotik) dan Laboratorium Bahan Tambahan Pangan (BTP). Laboratorium Pangan dilengkapi beberapa peralatan/instrument penting antara lain: Liquid Chromatography Tandem Mass Spectrophotometer (LCMSMS), Gas Chromatography (GC), Gas Chromatography Mass Spectrophotometer (GCMS), High Performance Liquid Chromatography (HPLC), Spectrophotometer, Inductive Couple Plasma Spectrophotometer (ICPS), Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS), Alat Pengujian Nutrisi dan Alat Pendukung Lainnya. Sistem Manajemen Laboratorium Pangan
Mutu
Sistem manajemen mutu Laboratorium Pangan mengacu pada ISO 17025-2005. Standar Internasional ini berisi tentang Persyaratan Umum Kompetensi Laboratorium Pengujian dan Laboratorium Kalibrasi. Sistem manajemen mutu adalah struktur organisasi, tanggung jawab, prosedur, proses dan sumber daya untuk penerapan manajemen mutu (Panduan Mutu, 2008). Pengejawantahan sistem manajemen mutu, dituangkan dalam empat level hirarki dokumen mutu yaitu (Panduan Mutu ,2008): a.
Level 1 : Panduan Mutu (PM) Dokumen level 1 ini menguraikan
Nama Logam Timbal (Pb)
Risiko Bagi Tubuh Gout, Gagal ginjal (mengganggu tubulus), mengganggu otak dan sumsum
Timah hitam (Sn)
Iritasi saluran cerna, mual muntah
Kromium (Cr)
Senyawa heksavalen menyebabkan alergenik dan karsinogenik
Raksa (Hg)
Efek toksik: pada ginjal terjadi kenaikan permeabilitas tubular epithelium sehingga terjadi poliuria dan anuria. Tanda-tanda keracunan: rasa terbakar, tercekik, rasa sakit pada epigastrik, cairan feses berdarah, denyut nadi cepat tapi lemah, pucat dan lemah
Arsen (As)
Efek toksik: gastritis dan gastroenteristis kuat karena ada kerusakan pembuluh darah. Tanda-tanda keracunan: terasa manis metalik, tnja bau bawang putih, rasa tercekik, sukar menelan, rasa terbakar, kolik pada esophagus, muntah, diare, dehidrasi disertai haus, sianosis denyut nadi rendah, vertigo sakit kepala frontal
garis besar kebijakan sistem manajemen mutu laboratorium yang diterapkan di PPOMN. Dokumen ini disahkan oleh Manajer Puncak (Kepala PPOMN). b.
Level 2: Prosedur Tetap Jaminan Mutu (PTJM) PTJM merupakan uraian dari Panduan Mutu untuk mengendalikan kegiatan kerja yang diterapkan pada masingm a s i n g B i d a n g / L a b o r a t o r i u m / B a g i a n Ta t a Usaha.
c.
Level 3: Instruksi Kerja (IK) IK merupakan petunjuk tahaptahap pelaksanaan kegiatan antara lain metode analisis, pengoperasian alat atau kegiatan-kegiatan spesifik lainnya yang diperlukan. Dokumen ini disahkan oleh Manajer Teknis (Kepala Bidang) atau Manajer Mutu atau Manajer Administrasi.
8
d.
Pengujian Logam Secara AAS
Referensi
Toksisitas dan Persyaratan Wadah Pangan (Agoes,G.,2004)
1. Prinsip Kerja AAS AAS adalah suatu metoda analisa untuk penentuan kadar unsurunsur logam dan metaloid berdasarkan pada penyerapan (absorbansi) radiasi oleh atom bebas dari unsur tersebut (Miller, D.D and Rutzke,M.A.,2003).
Analisis bahan racun dalam makanan (Siregar,C.J.P., Dkk, 1989)
Analisis bahan racun dalam makanan (Siregar,C.J.P., Dkk, 1989)
Level 4: Penunjang Penunjang terdiri atas formatformat, standar acuan, manual alat, rekaman mutu dan sebagainya.
Mutu Laboratorium Pangan juga telah teruji melalui uji unjuk kerja laboratorium yaitu uji profisiensi. Laboratorium Pangan mengikuti secara aktif uji profisiensi skala nasional maupun internasional. Sebagai contoh berikut disampaikan hasil uji profisiensi logam yang diikuti Laboratorium Pangan selama 1 tahun terakhir.
Yang melakukan Uji Profisiensi
Suatu contoh/sampel dapat diukur kandungan logamnya, apabila logam-logam dalam sampel tersebut telah dibebaskan dari bahan organiknya. Pembebasan logam dari bahan organik dilakukan dengan destruksi. Di dalam bagian khusus alat, contoh yang telah dipreparasi tersebut, selanjutnya mengalami atomisasi (Greenberg,A.E.,et.al,1992). Atomisasi suatu unsur dalam sampel dapat dilakukan dengan sistem nyala (flame) dan tanpa nyala (flameless). Logam-logam yang cocok diukur dengan sistem nyala antara lain K, Na, Ca, Mg, Pb, Cd, Cr, Cu, Zn, Fe. Atomisasi flame menggunakan gas bakar asetilen-udara ataupun nitrous oksida-udara. Atomisasi elektrotermal menggunakan Graphite Furnace Atomization (GFA), merupakan atomisasi menggunakan listrik tegangan tinggi, cocok digunakan untuk pengukuran logam-logam dalam jumlah kecil (ppbppt)(Greenberg,A.E.,et.al,1992). Atomisasi tanpa nyala dapat menggunakan Mercury Vapor Unit (MVU) yang khusus
Produk Pangan & Jenis Logam
Tahun Keterangan Pelaksanaan Hasil
Komite Akreditasi Nasional (KAN XI)
Kecap : Cu, Fe,Zn, Cd, Pb
2008
Memuaskan
Jabatan Kimia Malaysia
Air : Fe, Mg, Pb, Ni, Zn
2008
Memuaskan
Sumber : Arsip Bidang Pangan (tidak diterbitkan)
Juli 2009
Sampel pangan padat, pasta, maupun cair harus didestruksi terlebih dahulu untuk membebaskan logam dari matrik bahan organik. Destruksi dapat dilakukan secara kering atau basah. Destruksi kering disebut juga pengabuan. Destruksi secara kering dilakukan dengan menggunakan suhu tinggi secara bertahap. Destruksi basah menggunakan kombinasi asam kuat, biasanya H2SO4 dan HNO3. Untuk contoh air tanpa bahan organik, dapat dilakukan pengukuran langsung setelah contoh diasamkan terlebih dahulu (Greenberg,E,E.,et.al.,1992; SNI 19-2896-1998).Sampel ditepatkan sampai volume tertentu, menggunakan air bebas mineral ataupun asam encer, dan selanjutnya diukur menggunakan AAS (SNI 19-2896-1998).
digunakan untuk pengukuran raksa, dapat pula menggunakan Hydride Vapor Generator (HVG), yang digunakan untuk pengukuran Arsen ataupun r a k s a . ( M i l l e r, D . D a n d R u t z k e , M . A . , 2 0 0 3 ; Greenberg,A.E.,et.al,1992). Prinsip kerja AAS secara ringkas sbb. Sumber radiasi spesifik yang dihasilkan oleh lampu katoda berongga (Hollow Cathode Lamp), diteruskan ke pembagi. Sinar bagi digunakan sebagai referensi, dan sinar lurus diteruskan ke atom-atom contoh. Sinar yang telah melewati atom-atom contoh, masuk ke dalam monokromator. Sinar monokromatis yang dihasilkan ditangkap oleh detektor, diamplifikasi, diolah dan dicatat oleh recorder secara komputerisasi. Hasil bacaan berupa Absorbansi, selanjutnya ditetapkan melalui sistem ini (Miller,D.D.,dan Rutzke,M.A.,2003).
Hasil Pengujian
2. P r e p a r a s i d a n P e n g u j i a n Contoh Sebelum sampel diukur menggunakan AAS, sampel harus dipreparasi terlebih dahulu.
Berdasarkan kurva baku standar, kadar logam dalam contoh dapat ditetapkan. Kadar logam contoh dikoreksi menggunakan blanko. Kesimpulan hasil pengujian berupa
Sinar Standar Acuan (Reference Beam)
Sumber Sinar (Beam Source)
Pembagi Sinar (Beam Choopper)
Atom-atom Contoh dalam Nyala(Flame)
rekomendasi Memenuhi Syarat (MS), atau Tidak Memenuhi Syarat (TMS) jika sampel telah ditetapkan Syarat Mutunya berdasarkan SNI. Jika syarat mutu belum ada, maka kesimpulannya adalah Hasil Pengujian Seperti Tersebut di Atas (HPST). (Suyanto, Ssi, MSi) Daftar Pustaka. Agoes, Goeswin.2004.Toksisitas dan Persyaratan Wadah Pangan dalam Prosiding Lokakarya Wadah Pangan. Direktorat Standardisasi Produk Pangan. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya. BPOM RI,Jakarta.hal:25-26 Greenberg,A.E.,Lenore,S.C.,and Andrew, D.E.1992.Metals by Atomic Absorption Spectrometry in Standard Methods for Examination of Water and Waste Water.18th Edition. American Public Health Association, Washington.p:3-9 Greenberg,A.E.,Lenore,S.C.,and Andrew, D.E.1992.Metals by Flame Atomic Absorption
Pembuat Sinar Tunggal/Monokromatis (Monochromator) Elektronik (Electronics ) Penggabung Sinar (Beam Recombiner)
Pendeteksi (Detector)
Sinar Telah Lewat Contoh (Sample beam) Sumber Cahaya (Light Source)
Ruang Contoh (Sample Cell)
Hasil Bacaan (Read Out)
Pengukuran Cahaya (Light Measurement)
Gambar : Diagram skematis prinsip kerja AAS (Sumber: Miller,D.D dan Rutzke,M.A.,2003; halaman:406)
Juli 2009
9
Spectrometry in Standard Methods for Examination of Water and Waste Water.18th Edition. American Public Health Association, Washington.p:3-9 Greenberg,A.E.,Lenore,S.C.,and Andrew, D.E.1992.Metals by Electro Thermal Atomic Absorption Spectrometry in Standard Methods for Examination of Water and Waste Water.18th Edition. American Public Health Association, Washington.p:3-20 Greenberg,A.E.,Lenore,S.C.,and Andrew, D.E.1992.Metals by Hydride Generation Atomic Absorption Spectrometry in Standard Methods for Examination of Water and Waste Water.18th Edition. American Public Health Association, Washington.p:3-28 ISO/IEC 17025.2005.Persyaratan Umum Kompetensi Laboratorium Pengujian dan Laboratorium Kalibrasi.Terjemahan.Diterjemahka n Oleh Komite Akreditasi Nasional,Jakarta.hal:1-27 Miller,D.D., and Rutzke,M.A.2003. Atomic Absorption and Emission
Gambar : Perangkat Keras Atomic Absorption Spectrophotometer Tipe AA-6800 Shimadzu
Spectroscopy in Food Analysis.3rd Edition. Purdue University West Lafayette, Indiana. Springer, New York.p:401-421 Panduan Mutu.2008.Sistem Manajemen Mutu dalam Panduan Mutu 2008.Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional,BPOM RI.Arsip Bidang Pangan,Tidak Diterbitkan.
P P N o . 2 8 Ta h u n 2 0 0 4 . 2 0 0 4 . Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan. Diperbanyak Direktorat Standardisasi Produk Pangan.Deputi Bidang Pengawasan Kemanan Pangan dan Bahan Berbahaya.BPOM RI,Jakarta, hal:19-20 S i r e g a r , C . J . P . , Sudjaswadi.W.,Emelia.L.,Lamria. O.S.,Moch.Ma`roef.,Sri.E.,Sukar ni., Virginia.K., Syahrial.T., Ketut.K., Ibrahim.K., Wusmin.T., Siam.S., Marlina.G., Netty.R.,dan Soma.P.1989.Analisis Bahan Racun dalam Makanan.Pusat Pemeriksaan Obat dan Makanan.WHO Collaborating Centre for Quality Assurance of Essential Drugs. Dirjend POM.Depkes RI, Jakarta.hal:3-5; 911 SNI 19-2896-1998.1998.Cara Uji Cemaran Logam. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta. hal:1-15 SNI 01-3751-2006.2006. Tepung Terigu Sebagai Bahan Makanan. Badan Standardisasi Nasional.
10
Juli 2009
PUBLIC WARNING / PERINGATAN Nomor : KH.00.01.43.2503 Tanggal : 11 Juni 2009 TENTANG KOSMETIK MENGANDUNG BAHAN BERBAHAYA / BAHAN DILARANG 1. Berdasarkan hasil pengawasan, sampling dan pengujian laboratorium sejak September 2008 hingga Mei 2009, Badan POM telah memerintahkan untuk menarik dari peredaran produk kosmetik yang mengandung bahan berbahaya/bahan dilarang Merkuri, Hidrokinon, Asam Retinoat, Zat Warna Merah K.3 (CI 15585), Merah K.10 (Rhodamin B) dan Jingga K.1 (CI 12075), sebanyak 70 (tujuh puluh) item sebagaimana terlampir. 2. Berbagai risiko dan efek yang tidak diinginkan dari penggunaan Bahan Berbahaya / Bahan Dilarang adalah sebagai berikut : -
Merkuri (Hg) / Air Raksa termasuk logam berat berbahaya, yang dalam konsentrasi kecilpun dapat bersifat racun. Pemakaian Merkuri (Hg) dapat menimbulkan berbagai hal, mulai dari perubahan warna kulit, yang akhirnya dapat menyebabkan bintik-bintik hitam pada kulit, alergi, iritasi kulit, kerusakan permanen pada susunan syaraf, otak, ginjal dan gangguan perkembangan janin bahkan paparan jangka pendek dalam dosis tinggi dapat menyebabkan muntah-muntah, diare dan kerusakan ginjal serta merupakan zat karsinogenik (menyebabkan kanker) pada manusia.
-
Hidrokinon termasuk golongan obat keras yang hanya dapat digunakan berdasarkan resep dokter. Bahaya pemakaian obat keras ini tanpa pengawasan dokter dapat menyebabkan iritasi kulit, kulit manjadi merah dan rasa terbakar, bercak-bercak hitam.
-
Asam retinoat/Tretinoin/Retinoic Acid dapat menyebabkan kulit kering, rasa terbakar, teratogenik (cacat pada janin).
-
Bahan pewarna merah K.3 (CI 15585), merah K.10 (Rhodamin B) dan Jingga K.1 (CI 12075) merupakan zat warna sintetis yang umumnya digunakan sebagai zat warna kertas, tekstil atau tinta. Zat warna ini merupakan zat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker). Rhodamin B dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan hati.
3.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan diancam pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) bagi yang memproduksi dan atau mengedarkan kosmetik yang mengandung Bahan Berbahaya atau Bahan Dilarang, sedangkan bagi yang mengedarkan kosmetik tanpa iin edar diancam pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp. 140.000.000,- (seratus empat puluh juta rupiah). Disamping itu pelanggaran tersebut dapat diancam dengan Undang-Undang nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen diancam pidana penjara 5 (lima) tahun atau denda paling banyak 2 (dua) milyar rupiah.
4.
Balai POM di seluruh Indonesia telah diperintahkan untuk melakukan penarikan dan pemusnahan produk serta proses pro justitia.
5.
Sehubungan dengan itu kepada masyarakat luas diserukan agar tidak membeli/menggunakan kosmetik yang mengandung Bahan Berbahaya atau Bahan Dilarang karena membahayakan kesehatan.
6.
Kepada masyarakat dihimbau untuk membantu memberikan informasi bila menemukan produk tersebut dengan menghubungi Unit Layanan Pengaduan Konsumen BPOM RI di Jakarta, nomor telepon : 021-4263333 dan 02132199000 atau email
[email protected] atau website BPOM RI www.pom.go.id
Demikian peringatan ini disampaikan untuk disebarluaskan. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN KEPALA
11
Dr. Husniah Rubiana Thamrin Akib, MS, M.Kes, SpFK
Juli 2009
InfoPOM Penasehat : Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan; Penanggung jawab : Sekretaris Utama Badan Pengawas Obat dan Makanan; Pimpinan Redaksi : Kepala Pusat Informasi Obat dan Makanan; Sekretaris Redaksi: Budi Djanu Purwanto, SH, MH; Tim Editor : Dra. Hardaningsih, MHSM, Dra. Sri Mulyani, Apt, Dra. Dyah Nugraheni, Apt, Suyanto, SP, MSi, Yustina Muliani, SSi, Apt, Yusra Egayanti, SSi, Apt, Yuli Hijrah Saputri, SSi, Apt, Ellen Simanjuntak, SE, Dra. Tri Asti I, Apt, Mpharm, Dra. Muti Hadiyani, Rohyanih, SKom, Dewi Sofiah, SSi, Apt; Redaksi Pelaksana : Yulinar, SKM, Indah Widiyaningrum, Ssi, Apt, Eriana Kartika Asri, Ssi, Apt, Denik Prasetiawati, SFarm, Apt, Arlinda Wibiayu, Ssi, Apt; Sekretariat : Sandhyani ED, Ssi, Apt, Tanti Kuspriyanto, Ssi, Msi, Anis Siti Annisa, SKom; Sirkulasi : Surtiningsih, Netty Sirait. Alamat Redaksi : Pusat Informasi Obat dan Makanan Badan Pengawas Obat dan Makanan, Jl. Percetakan Negara No. 23, Jakarta Pusat, Telp. 021-4259945, Fax. 0214 2 8 8 9 1 1 7 ,
e - m a i l :
[email protected] Redaksi menerima naskah yang berisi informasi yang terkait dengan obat, kosmetika, obat tradisional, produk komplemen, zat adiktif dan bahan berbahaya. Kirimkan melalui alamat redaksi dengan format minimal MS. Word 97,
spasi ganda maksimal 4
halaman A4.
BALAI BESAR POM DI SURABAYA