INFO – TEKNIK Volume 10 No. 1, Juli 2009 (83 - 91)
STUDI PEMAHAMAN DAN PENERAPAN STANDAR KOMPETENSI KETERAMPILAN KERJA TENAGA KERJA PADA PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI Candra Yuliana 1 Abstract - Head of workman and workman are the primary movers and and implementers in the implementation of a construction project. As the growth of construction projects in Banjarmasin, the head of workman and workman must have expertise in accordance with the existing standards. This is supported by National Skills Competency Standards of Indonesia which issued and determined by Department of public works for sector head of workman and workman skills. This study was conducted to determine the understanding head of workman and workman on job skills competency standards and to learn its application in construction projects in Banjarmasin. The methode which was used in this study is validity test, reliability test and descriptive analysis (average value). Result of analysis of questionnaires and interviews from 7 construction projects (90 workman dan 7 head of workman), the percentage obtained for 79,63% of understanding (mason), 88,15% (carpenter), 88,75% (blacksmith/concrete), 90,47% (head of mason), 95,92% (head of carpenter), 92,86%(head of blacksmith /concrete). For the competency standard implementation acquired job skills by applying the percentages of 33,70% (mason), 30,37% (carpenter), 27,09% (blacksmith/concrete), 14,28% (head of mason), 20,41% (head of carpenter), 26,19%(head of blacksmith/concrete). In most of the construction project head of workman and workmen understand competency standard of work skills but not followed by the implementation. Keywords: National Skills Competency Standards of Indonesia, Competency
PENDAHULUAN Latar Belakang Sebagian besar tenaga kerja konstruksi di Indonesia merupakan tenaga ahli yang belum memiliki banyak pengalaman. Secara keseluruhan, bagian terbesar dari tenaga kerja terampil maupun tenaga ahli tersebut berpendidikan sekolah dasar ke bawah, sebagian kecil saja yang berpendidikan akademi. Masalah yang timbul adalah banyak diantara para pekerja tersebut tumbuh dan berkembang tanpa melalui proses yang didukung oleh pengetahuan keteknikan yang cukup. Mereka sebagian besar berasal dari masyarakat yang bercirikan tradisional, artinya akan banyak hambatan yang akan mereka temui di era 1
persaingan global yang menuntut dinamika kerja tinggi, baik dari sisi kemampuan teknologi maupun kemampuan bisnis dan manajerial. Sedangkan untuk tenaga-tenaga yang berpendidikan akademi yang jumlahnya tidak terlalu banyak, diperlukan upaya yang cerdas dari berbagai pihak masyarakat jasa konstruksi agar mereka mampu melihat persaingan global sebagai tantangan peluang yang harus diraih (Rencana Strategis Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi, 2005). Salah satu upaya untuk memberdayakan pelaksanaan pembangunan dalam rangka menjaga mutu hasil akhir pekerjaan adalah berupa uji keterampilan dan penetapan standar bagi tenaga kerja yang memegang posisi strategis pada penentuan mutu hasil
Staf Pengajar Teknik Sipil Universitas Lambung Mangkurat, e-mail:
[email protected]
84 INFO TEKNIK, Volume 10 No. 1, Juli 2009
akhir bangunan, dalam hal ini kepala tukang akan memegang peran yang penting. Standar yang dimaksud mencakup kompetensi dalam pengetahuan,keterampilan, serta sikap perilaku kepala tukang dan tukang. Kepala tukang dan tukang seharusnya memiliki standar pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku yang sesuai untuk menunjang pelaksanaan konstruksi tersebut. Hal ini ditunjang melalui penerapan standar kompetensi bagi kepala tukang dan tukang yang diharapkan akan meningkatkan pengertian dan pemahaman kepala tukang dan tukang mengenai standar-standar kompetensi yang dikeluarkan dan ditetapkan oleh Departemen Pekerjaan Umum (Badan Pembinaan Konstruksi dan Sumber Daya Manusia) dengan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) sebagai pelaksana pengujian sertifikasi untuk kemudian diberikan pengakuan dalam bentuk Sertifikat Keterampilan Kerja. Kenyataan yang sering terjadi pada proyek konstruksi antara lain mutu hasil yang kurang memuaskan setelah proyek tersebut selesai dilaksanakan. Selain itu, banyak tenaga kerja khususnya tukang yang belum memenuhi standar kompetensi. Oleh karena itu, untuk meningkatkan mutu kerja, maka diterapkan standar kompetensi kerja bagi tenaga kerja agar pelaksanaan proyek konstruksi dapat berjalan dengan lancar dengan hasil yang memuaskan. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pemahaman kepala tukang dan tukang terhadap standar kompetensi keterampilan kerja pada pelaksanaan proyek konstruksi. 2. Mengetahui penerapan standar kompetensi keterampilan kerja kepala tukang dan tukang pada proyek konstruksi
KAJIAN PUSTAKA Tenaga Kerja Kepala Tukang Umumnya kepala tukang adalah seorang pekerja konstruksi yang memiliki kemampuan dan pengalaman bertahun-tahun bekerja di
lapangan. Dengan demikian, Kepala tukang seharusnya juga memiliki pengetahuan yang luas dan dapat menjadi asset penting dalam suatu proyek atau apabila mungkin bahkan bisa menjadi asset dari suatu perusahaan konstruksi. Jika dilihat perannya dalam kehidupan pembangunan nasional, kepala tukang memiliki tiga fungsi, yaitu: (a) kepala tukang berfungsi sebagai job seeker, (b) kepala tukang berfungsi sebagai trainer, dan (c) kepala tukang sebagai pengawas para tukang Tenaga Kerja Tukang Tenaga kerja tukang merupakan tenaga kerja terampil yang digunakan dalam proyek konstruksi sebagai tenaga penggerak dan pelaksana implementasi desain di lapangan. Tenaga kerja tukang bekerja berdasarkan perintah dan koordinasi dari kepala tukang yang merupakan perpanjangan tangan dari kontraktor pelaksana. Kedudukan tenaga kerja tukang dalam suatu organisasi lapangan pelaksanaan suatu proyek berada di bawah kepala tukang di proyek tersebut. Peranan tenaga kerja tukang adalah melaksanakan pekerjaan sesuai dengan spesifikasi teknis yang disyaratkan serta keinginan dari pihak pemilik. Sistem pembayaran pekerjaan yang diberlakukan umumnya didasarkan atas hasil kemajuan pekerjaan. Para tukangnya wajib untuk tidak bekerja dengan mutu yang asal-asalan, karena dapat berakibat penolakan hasil pekerjaan dari kontraktor, penundaan pembayaran, kstra kerja perbaikan tanpa upah tambahan. Kompetensi Menurut Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional, kompetensi adalah kemampuan orang perseorangan untuk mengerjakan suatu tugas dan pekerjaan sesuai dengan persyaratan yang dilandasi oleh pengetahuan, kecekatan, dan sikap kerja. Dengan demikan, kompetensi merupakan kemampuan seseorang yang dapat terobservasi mencakup atas pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
Candra Yuliana, Studi Pemahaman…85
Kompetensi kerja adalah kemampuan kerja setiap individu yang mecakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan (Undang-undang No.13 Tentang Ketenagakerjaan). Kompetensi dapat bersumber dari lima komponen, yaitu: (a) motif, (b) karakter dan unsur bawaan, (c) konsep diri, (d) pengetahuan, dan (e) keterampilan Standar Kompetensi Kerja Dalam rangka menyiapkan tenaga kerja yang handal dan profesional di bidang jasa konstruksi, diperlukan adanya perangkat standar yang dapat mengukur dan menyaring tenaga kerja yang memenuhi persyaratan sesuai dengan kompetensinya. Standar yang akan menjadi tolak ukur disini mengacu pada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) tahun 2007. Empat komponen utama dalam SKKNI yang perlu dikembangkan adalah : a. Kemampuan dalam tugas (task skill) b. Kemampuan mengelola tugas (task management skill) c. Kemampuan mengatasi suatu masalah dengan tepat (contingency management skill) d. Kemampuan menyesuaikan dengan lingkungan kerja (job environment skill) Dasar hukum dan referensi penyusunan SKKNI, yaitu : a. Undang-Undang Nomor 18 tahun 1999 tentang: Jasa Konstruksi beserta peraturan dan pelaksanaannya. b. Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan c. Keputusan Menteri NAKERTRANS i. No. Kep 227/MEN/2003, tentang: Tata Cara Penetapan Standard Kompetensi Kerja Nasional untuk format SKKNI. ii. No. Kep.69/MEN/2004, tentang Perubahan Lampiran Kep. Men No. Kep 227/MEN/2003 untuk uraian setiap unit kompetensi. d. Kesesuaian CPC (Central Product Classification United Nation)-1997, Katalog BPS: 1160 Buku:2, Harminized System (HS) dengan 9 digit
untuk pengkodean dan acuran analisis detail struktur jasa konstruksi. e. KJN (Kamus Jabatan Nasional) untuk pengkodean. Standar kompetensi kerja kepala tukang batu a. K-3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) b. Memahami gambar kerja dan jadwal kerja, cara kerja, sumber daya c. Membuat rencana kerja harian dan mingguan d. Mengkoordinasikan persiapan pekerjaan batu e. Melaksanakan pengawasan, mengarahkan dan memberi contoh pelaksanaan pekerjaan batu f. Mengontrol dan mengevaluasi hasil pekerjaan para tukang batu Standar kompetensi kerja kepala tukang kayu a. K-3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) b. Bekerja dengan rekan kerja dan lingkungan sosial yang beragam c. Memahami gambar kerja/detail, teknilogi bahan dan dan metode serta prosedur kerja d. Membuat program kerja mingguan e. Melaksanakan pekerjaan persiapan bersama dengan pekerja f. Melaksanakan pengawasan dan koordinasi pekerjaan g. Memantau, mengevaluasi, dan melaporkan hasil pekerjaan. Standar kompetensi kerja kepala tukang besi/beton a. K-3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) b. Menguasai rencana pembuatan pembesian/penulangan beton sesuai spesifikasi pembesian, gambar kerja, instruksi kerja, dan jadwal kerja proyek c. Membuat rencana kerja harian dan mingguan d. Melakukan persiapan pekerjaan pembesian/penulangan beton e. Mengawasi pembuatan dan pemasangan pembesian/penulangan beton f. Memeriksa,mengevaluasi, dan melapor kan hasil pelaksanaan, pembuatan, dan pemasangan pembesian/ penulangan beton
86 INFO TEKNIK, Volume 10 No. 1, Juli 2009
Standar kompetensi kerja tukang batu a. Pengetahuan mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja b. Pengetahuan tentang gambar kerja c. Menyiapkan peralatan tukang batu d. Menerima, memahami dan melaksnakan pekerjaan yang berkaitan dengan keahlian sesuai dengan instruksi dari pihak atasan. e. Menyiapkan bahan-bahan pasangan maupun adukan pasangan f. Menyiapkan pasangan batu belah dan pelaksanaannya g. Menyiapkan pasangan bronjong dan pelaksanaanya h. Menyiapkan perancah sederhana dari bahan kayu/bambu i. Aritmatik dasar untuk mebentuk sudut siku. Standar kompetensi kerja tukang kayu a. Pengetahuan mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja b. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan instruksi atasan c. Menumpuk dan menyimpan kayu sesuai ketentuan d. Memotong, membelah, dan menyarut kayu sesuai dengan gambar kerja e. Membuat sambungan lurus dan lubang dan sambungan kayu f. Membuat bekisting beton praktis/sederhana g. Membuat, merakit, dan memasang konstruksi dinding, pagar, lantai, tangga sederhana h. Membuat, merakit, dan memasang kudakuda tunggal serta kerangka atap sederhana i. Merawat alat-alat dan peralatan kerja serta pembersihan tempat kerja Standar kompetensi kerja tukang besi/beton a. Pengetahuan mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja b. mempersiapkan bahan pekerjaan besi sesuai dengan daftar kebutuhan c. mempersiapkan alat/perlengkapan sesuai daftar d. membersihkan kotoran dan karat pada besi
e. meluruskan, memotong, membengkokkan besi beton f. membuat mal untuk membentuk besi tulangan, begel, besi lengkung. g. membuat, merakit, dan memasang tulangan kolom dan balok praktis h. merawat alat-alat dan peralatan kerja serta pembersihan tempat kerja Uji Validitas Uji validitas merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang dipakai dapat mengukur variabel secara tepat. (Sugiono, 2009). Rumus Uji Validitas (Sugiono, 2009): ( NxX i xYi) (X 1 ) x(Yi) r 1 (( NxX i2 (Xi)2 x( NxYi (Yi )2 )) dimana: r= koefisien korelasi N= jumlah responden X= Skor tiap pertanyaan Y= Skor Total Uji Reliabilitas Uji reliabilitas adalah uji yang dilakukan untuk mengukur sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten (tidak berubah) dan dapat dipercaya. Rumus Reliabilitas: a. KR Seri 20 (Kuder Richadson) k Pq r 1 2 2 k 1 Dimana: r = koefisien reabilitas yang dicari k = jumlah pertanyaan Pq = jumlah proporsi jawaban benar kali salah per butir pertanyaan 2 = varians skor tes b. KR Seri 21 (Kuder Richadson) x .( k x ) k 3 r 1 2 k 1 k . Dimana: r = koefisien reabilitas yang dicari k = jumlah pertanyaan 2 = varians skor tes
x
= rata-rata
Candra Yuliana, Studi Pemahaman…87
Nilai Rata-rata x Me i n Dimana: Me = Mean (rata-rata) = jumlah xi = nilai x ke i sampai n n = jumlah individu
4
METODE Pengumpulan Data Primer Proses pengumpulan data ini dilakukan dengan melaksanakan kunjungan langsung dilapangan. Metoda yang digunakan ialah pengisian kuisioner dengan responden kepala tukang dan tukang (batu, kayu, besi/beton) pada proyek konstruksi di Banjarmasin untuk mendapatkan data yang aktual yaitu mengenai pemahaman dan penerapan standar kompetensi keterampilan kerja di lapangan. Kuisioner di sebar ke 7 proyek kecil untuk konstruksi bangunan di Banjarmasin dengan responden 90 tukang dan 7 kepala tukang. Untuk medapatkan data kuantitatif pada pengisisan interpretasi persoalan dalam instrumen penelitian, maka dibuat skala pengukuran variabel dengan memberikan skor pada masing-masing jawaban. Skala yang dipakai adalah skala Likert (dari 1 sampai 4).
Untuk setiap pertanyaan disediakan sejumlah alternatif tanggapan yang berjenjang atau bertingkat, yaitu: a. Skala pengukuran pemahaman adalah skor 4 (sangat paham), skor 3 (paham), skor 2 (kurang paham), dan skor 1(tidak paham). b. Skala pengukuran penerapan adalah skor 4 (sangat diterapkan), skor 3 (diterapkan), skor 2 (kurang diterapkan), dan skor 1 (tidak diterapkan). Analisis Data Analisis data yang dilakukan penelitian ini adalah: a. Uji Validitas b. Uji Reabilitas c. Analisis Deskriptif (nilai rata-rata)
pada
HASIL DAN PEMBAHASAN Uji validitas pemahaman dan penerapan standar kompetensi keterampilan kerja Pengujian validitas dilakukan untuk masing-masing aspek. Hasil uji validitas berdasarkan isian kuisioner dan dengan menggunakan rumus no. 1 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil uji validitas pemahaman standar kompetensi keterampilan kerja untuk tukang batu No 1
Variabel Penelitian
Nilai Keputusan Korelasi Tidak 0,276 Valid 0,788 Valid 0,704 Valid
Pemahaman tentang K-3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Identifikasi Gambar Kerja Mempersiapkan peralatan tukang Menerima,memahami,dan melaksanakan pekerjaan yang 0,837 Valid berkaitan dengan keahlian sesuai dengan instruksi atasan 5 Mempersiapkan bahan-bahan pasangan maupun adukan 0,688 Valid pasangan 6 Mempersiapkan pasangan batu belah dan pelaksanaannya 0,765 Valid 7 Mempersiapkan pasangan batu bronjong dan pelaksanaannya 0,857 Valid 8 Mempersiapkan perancah batu sederhana dari bahan 0,901 Valid kayu/bamboo 9 Memahami aritmatik dasar untuk membentuk sudut siku 0,868 Valid Xt = Total Nilai Korelasi (r) Valid 6,408 (Sumber: Hasil analisa mengunakan program microsoft excel dan dan SPSS 17) 2 3 4
88 INFO TEKNIK, Volume 10 No. 1, Juli 2009
Hasil uji validitas dari 9 variabel penelitian terhadap pemahaman standar kompetensi keterampilan kerja tukang batu, didapat 1 variabel yang tidak valid pada signifikasi alpha 1 %, dimana nilai rhitung = 0,276 < nilai r tabel dan 8 variabel yang valid pada tingkat signifikasi alpha 1% dimana nilai r tabel sebesar 0,463. Demikian juga dengan uji validitas pemahaman standar kompetensi keterampilan kerja tukang kayu, tukang besi/beton, kepala tukang batu, kepala tukang kayu dan kepala tukang besi/beton menghasilkan 1 variabel yang tidak valid yaitu Pemahaman tentang K-3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) sedangkan variabel yang lainnya valid. Hasil uji validitas penerapan standar kompetensi keterampilan kerja untuk tukang batu, tukang kayu, tukang besi/beton, kepala tukang batu, kepala tukang kayu dan kepala tukang besi/beton semua variabel valid pada signifikasi alpha 1 %, dimana nilai rhitung > nilai r tabel sebesar 0,463. Uji reliabilitas pemahaman dan penerapan standar kompetensi keterampilan kerja
Xt Xt2 k X2
= total nilai korelasi valid = 6,408 = (Xt)2 = 6,408 2 = 41,06 = variabel valid = 8 variabel valid = Xt 2 ( Xt )2 / k =
2
(6,408) 41,062 - 35,930 8 35,930 = 2 = X2 4,491 8 6,408 X = Xt / k = 0,801 8
Dengan menggunakan rumus KR-21 (rumus no. 3), didapatkan nilai: r = 0,959 Dari hasil uji reabilitas di atas, didapatkan nilai koefisien reliabilitas (r) untuk pemahaman standar kompetensi keterampilan kerja tukang batu adalah 0,959. Dengan n=30, taraf kesalahan 1% diperoleh r tabel 0,463. Karena r hitung > rtabel, maka dapat disimpulkan bahwa data ini reliabel. Demikian juga dengan uji relibabel pemahaman dan penerapan untuk tukang kayu, tukang besi/beton, kepala tukang batu, kepala tukang kayu dan kepala tukang besi/beton menunjukan bahwa datanya relibabel.
Dari Tabel 1 Hasil uji validitas pemahaman standar kompetensi keterampilan kerja untuk tukang batu, didapatkan nilai: Tabel 2. Persentase tingkat pemahaman tukang batu terhadap standar kompetensi keterampilan kerja No 1
Item Pekerjaan
Pemahaman tentang K-3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) 2 Identifikasi Gambar Kerja 3 Mempersiapkan peralatan tukang 4 Menerima,memahami,dan melaksanakan pekerjaan yang berkaitan denga keahlian sesuai dengan instruksi atasan 5 Mempersiapkan bahan-bahan pasangan maupun adukan pasangan 6 Mempersiapkan pasangan batu belah dan pelaksanaannya 7 Mempersipkan pasangan batu bronjong dan pelaksanaannya 8 Mempersiapkan perancah batu sederhana dari bahan kayu/bamboo 9 Memahami aritmatik dasar untuk membentuk sudut siku Rata-rata (Sumber: Hasil Perhitungan)
% sangat paham
% Paham
% Kurang Paham
% Tidak Paham
13,33
26,67
40,00
20,00
36,67 46,67
43,33 46,67
20,00 6,67
0,00 0,00
50,00
36,67
13,33
0,00
50,00
46,67
3,33
0,00
43,33
46,67
6,67
3,33
40,00
33,33
20,00
6,67
40,00
40,00
16,67
3,33
40,00 40,00
36,67 39,63
20,00 16,30
3,33 4,07
Candra Yuliana, Studi Pemahaman…89
Analisa Deskriptif (nilai rata-rata) Tingkat Pemahaman dan Penerapan terhadap standar kompetensi keterampilan kerja Pada Tabel 2 terlihat bahwa total responden yang merasa paham (%sangat paham + %paham) adalah 79,63 % sedangkan total responden yang merasa tidak paham (%kurang paham + % tidak paham) seebsar 20,37 %. Pada Tabel 3 berikut ini (perhitungan menggunakan rumus no. 4) terlihat bahwa
total responden yang menjawab diterapkannya standar kompetensi keterampilan kerja pada proyek (%sangat diterapkan + %diterapkan) adalah 33,7 % sedangkan total responden yang menjawab tidak diterapkannya standar kompetensi keterampilan kerja pada proyek (%kurang diterapkan + % tidak diterapkan) sebesar 66,3 %.
Tabel 3. Tingkat penerapan standar kompetensi keterampilan kerja tukang batu No
Item Pekerjaan
1 2 3 4
K-3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Identifikasi Gambar Kerja Mempersiapkan peralatan tukang Menerima,memahami,dan melaksanakan pekerjaan yang berkaitan dengan keahlian sesuai dengan instruksi atasan Mempersiapkan bahan-bahan pasangan maupun adukan pasangan Mempersiapkan pasangan batu belah dan pelaksanaannya Mempersiapkan pasangan batu bronjong dan pelaksanaannya Mempersiapkan perancah batu sederhana dari bahan kayu/bamboo Memahami aritmatik dasar untuk membentuk sudut siku Rata-rata
5 6 7 8 9
% Sangat Diterapkan 10,00 3,33 3,33
% diterapkan 30,00 26,67 36,67
% Kurang Diterapkan 40,00 56,67 26,67
% Tidak Diterapkan 20,00 13,33 33,33
3,33
33,33
33,33
30,00
3,33
33,33
26,67
36,67
3,33
30,00
26,67
40,00
3,33
26,67
30,00
40,00
3,33
23,33
36,67
36,67
6,67
23,33
33,33
36,67
4,44
29,26
34,44
31,85
(Sumber: Hasil Perhitungan)
mempunyai sistem yang tidak mengharuskan adanya penerapan standar kompetensi keterampilan kerja. 100.00% 90.00% 80.00% 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00%
Pemahaman Penerapan
Tu ka ng Ba Tu tu k Tu an ka gK ng ay Be u si Ke /Bet on p.T uk Ke .B atu p.T uk . K Ke a p.T yu ul. Be si
Demikian untuk tingkat pemahaman tukang kayu, tukang besi/beton, serta kepala tukang masing-masing terhadap standar kompetensi keterampilan kerja memberikan hasil perhitungan rata-rata diatas 70% paham selebihnya tidak paham. Sedangkan untuk tingkat penerapan standar kompetensi keterampilan kerja tukang kayu, tukang besi/beton, serta kepala tukang masingmasing tukang memberikan hasil sebaliknya yaitu tingkat penerapan rata-rata 30% dan tidak diterapkan rata-rata 70%. Hal ini seperti terlihat pada Gambar 1. Pemahaman dan penerapan standar kompetensi keterampilan tukang dan kepala tukang berbanding terbalik, dimana semua persentase pemahaman >70%. Hal ini disebabkan karena pada beberapa proyek
Gambar 1. Pemahaman dan Penerapan Standar Kompetensi Keterampilan Kerja
90 INFO TEKNIK, Volume 10 No. 1, Juli 2009
Uji Sertifikasi Pertanyaan uji sertifikasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah tukang dan kepala tukang pernah mengikuti uji sertifikasi yang dilakukan oleh LPJK. Dengan adanya pertanyaan tentang keikutsertaan dalam uji sertifikasi, diharapkan dapat memberikan gambaran secara umum apakah pada proyek tersebut menerapkan standar kompetensi keterampilan kerja. Gambar 2 dan 3 menunjukan bahwa keikutsertaan tukang dan kepala tukang dalam uji sertifikasi sangat rendah (kurang dari 30%). 7.78%
92.22%
Pernah
Tidak Pernah
Gambar 2. Keikutsertaan Tukang dalam Uji Sertifikasi 28.57%
71.43%
Pernah
Tidak Pernah
Gambar 3. Keikutsertaan Kepala Tukang dalam Uji Sertifikasi Hasil analisa penerapan standar kompetensi keterampilan kerja dan keikutsertaan dalam uji sertifikasi < 50%, hal ini menunjukkan bahwa pada proyek dimana tukang dan kepala tukang yang tidak pernah mengikuti uji sertifikasi, mereka tidak menerapkan standar kompetensi keterampilan kerja.
1. Pada beberapa proyek konstruksi yang di survey, diketahui bahwa sebagian besar tukang dan kepala tukang memahami standar kompetensi keterampilan kerja . Hal ini dapat dilihat persentase rata-rata tingkat pemahaman standar kompetensi keterampilan kerja, dimana tukang yang paham sebesar 79,63% (tukang batu), 88,15% (tukang kayu), dan 88, 75% (tukang besi/beton), 90,47% (kepala tukang batu), 95,92% (kepala tukang kayu), dan 92,86% (kepala tukang besi/beton) 2. Pada beberapa proyek konstruksi yang di survey, diketahui bahwa standar kompetensi keterampilan kerja tukang dan kepala tukang kurang diterapkan. Hal ini dapat dilihat persentase rata tingkat penerapan standar kompetensi keterampilan kerja, dimana persentase yang diterapkan hanya sebesar 33,7% (tukang batu), 30,37% (tukang kayu), dan 27,09% (tukang besi/beton), 14,28% (kepala tukang batu), 20,41% (kepala tukang kayu), dan 26,19% (kepala tukang besi/beton). 3. Pemahaman kepala tukang dan tukang terhadap standar kompetensi keterampilan kerja berbanding terbalik dengan penerapannya di lapangan. Hal ini disebabkan karena pada beberapa proyek mempunyai sistem yang tidak mengharuskan adanya penerapan standar kompetensi keterampilan kerja. Sedangkan saran dalam penelitian ini adalah: 1. Proyek yang disurvey lebih besar, sehingga data yang didapat dapat lebih bervariasi. 2. Pertanyaan dalam kuisioner dibuat lebih detail dan terperinci sesuai dengan keahlian tenaga kerja masing-masing yang masih mengacu SKKNI
DAFTAR PUSTAKA KESIMPULAN Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan analisa data adalah:
Departemen Pekerjaan Umum (2005), Rencana Strategis Pusat Pembinaan Kometensi dan Pelatihan Konstruksi,
Candra Yuliana, Studi Pemahaman…91
Badan Pembinaan Konstruksi Sumber Daya Manusia, Jakarta.
dan
Departemen Pekerjaan Umum (2007), Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia : Kepala Tukang Pembesian / Penulangan Beton, Kepala Tukang Kayu, Kepala Tukang Batu / Bata, Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum (2007), Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia : Tukang Batu, Tukang Besi/Beton, TukangKayu, Jakarta. Sugiyono (2009), Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung.