Vol. 3 No. 3(2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 : Hal 26-31
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS-ASSISTED INDIVIDUALIZATION TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS XI IPA SMAN 16 PADANG Sari Desiana Putri1), Irwan 2), Mukhni3) 1)
FMIPA UNP: email :
[email protected] 2,3) Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA UNP Abstrack
Mathematical conceptual understanding is basic to achieve the other mathematics learning goal. Besed on the observation toward learning process in class student of XI IPA SMAN 16 Padang, it is seen that Mathematical conceptual understanding of student still low. Students is not able to solve conceptual understanding problem. Besides that, student prefer to cheat their friends job. The solution to solve this problem is apply cooperatif learnin. One of he cooperatif learning can be used is Teams-Assisted Individualization(TAI). Purpose of this research is to know what is understanding of mathematics concept applied cooperatif learning better than the understanding of mathematics concept with conventional study class student of XI IPA SMAN 16 Padang. This Type Research is experiment quasi with device research of design group static. Pursuant to result of data analysis can be concluded by the understanding of mathematics concept after use TAI better than the understanding of mathematics concept after applying of conventional study student of kelas XI IPA SMAN 16 Padang Keywords
- Mathematics concept understanding, Teams-Assisted Individualization, conventional study
PENDAHULUAN Matematika sudah tidak asing lagi didengar dalam dunia pendidikan. Mulai dari sekolah dasar matematika sudah diperkenalkan kepada peserta didik, bahkan matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang menjadi penentu kelulusan disetiap jenjang pendidikan. Siswa dikatakan berhasil belajar matematika apabila mampu mencapai tujuan matematika yang telah ditetapkan. Salah satu tujuan pelajaran matematika di sekolah adalah supaya siswa memahami konsep matematika [1]. Pemahaman dapat didefinisikan sebagai ukuran kualitas dan kuantitas hubungan suatu ide dengan ide yang telah ada [2]. Konsep merupakan ide abstrak yang digunakan untuk menggolongkan sekumpulan objek [3]. Konsep terdiri atas dua macam yaitu konsep konkrit atau nyata dan konsep abstrak sepserti defenisi, sifat-sifat dan lain-lain. Membangun pengertian atau pemahaman berarti siswa mengkonstruk sendiri pengetahuan mereka sehingga dengan demikian mereka mampu menyatakan kembali apa yang sudah mereka pahami. Siswa dikatakan memahami konsep matematika apabila siswa mampu mencapai indikator pemahaman konsep matematika dengan baik. Indikator pemahaman konsep matematika adalah (1) Menyatakan ulang konsep, (2) Mengklasifikasikan objek menurut sifat–sifat tertentu sesuai dengan konsepnya, (3) Memberi contoh dan bukan contoh
dari suatu konsep, (4) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika, (5) Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep, (6) Menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu, (7) Mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah [3] Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru SMAN 16 Padang pada tanggal 10 Januari sampai 5 Maret 2014, diketahui bahwa proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas adalah pembelajaran konvensional. Siswa diberikan definisi suatu materi, dicatatkan rumus di papan tulis, dan siswa menyalinnya di buku catatan terlihat bahwa siswa tidak dilibatkan dalam menemukan sebuah konsep. Setelah itu siswa diberi beberapa contoh soal dan latihan. Jika soal latihan sudah berbeda dari contoh soal maka siswa mulai mengalami kesulitan dan lebih memilih untuk tidak mengerjakan atau berdatangan ke tempat siswa yang pintar untuk melihat contekan. Fakta lain yang ditemukan adalah pada saat siswa mengerjakan latihan, guru menggunakan pembelajaran berkelompok dimana kelompok dibagi berdasarkan tempat duduk. Setelah itu salah satu perwakilan kelompok diminta mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Diskusi kelompok tersebut belum optimal dalam memfasilitasi siswa mengaplikasikan konsep yang telah diberikan guru. Hal ini dikarenakan pada saat diskusi kelompok maupun presentasi belum semua siswa yang berpartisipasi aktif. Ini meunjukkan
26
Vol. 3 No. 3(2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 : Hal 26-31 bahwa siswa belum paham konsep yang diberikan guru dan hanya menghapal konsep yang diberikan oleh guru. Permasalahan ini berakibat pada rendahnya pemahaman konsep matematis siswa kelas XI IPA SMAN 16 Padang. Hal ini terlihat dari hasil ulangan harian 1 pada semester 2 yang dilakukan pada bulan Februari, dengan materinya suku banyak dan jumlah soal 10 butir. Diketahui bahwa banyak siswa kelas XI IPA SMAN 16 Padang yang hasil ulangan hariannya di bawah KKM. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. TABEL 1. JUMLAH SISWA YANG TUNTAS DAN TIDAK TUNTAS PADA ULANGAN HARIAN 1 SEMESTER 2 SISWA KELAS XI IPA SMAN 16 PADANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Kelas
Jumlah siswa yang tuntas (nilai ≥ 75)
Jumlah siswa yang tidak tuntas (nilai < 75)
XI IA1
10
27
XI IA2
12
28
XI IA3
8
28
Dibutuhkan suatu cara untuk menyelesaikan masalah diatas, sehingga tujuan pembelajaran tercapai dengan baik. Pemilihan pendekatan pembelajaran mempengaruhi tercapai tidaknya suatu pembelajaran. pendekatan disesuaikan dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan oleh guru. pendekatan pembelajaran yang tepat memudahkan siswa memahami materi pelajaran yang diberikan guru dan tersimpan dalam memori jangka panjang siswa. salah satu pendekatan yang mampu mengembangkan pemahaman konsep matematika siswa adalah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-Assisted Individualization (TAI) Metode pembelajaran TAI menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individual [7]. Dalam pembelajaran kooperatif tipe TAI, awalnya guru memperkenalkan materi kepada siswa kemudian siswa saling bekerja sama dengan berdiskusi pada kelompoknya yang dibentuk secara heterogen untuk menemukan, memahami dan memperdalam konsep-konsep melalui Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang diberikan pada siswa. Setelah itu siswa mengaplikasikan konsep yang mereka pahami dengan mengerjakan latihan secara individual. Disini diharapkan siswa mau mencoba mengerjakan latihannya sendiri tanpa menuggu pekerjaan temannya. Setelah siswa mengerjakan latihan secara individu dalam waktu yang telah ditentukan, siswa saling melakukan pengecekan terhadap pekerjaan temannya. Menurut [5] “Pada model pembelajaran kooperatif tipe TAI, siswa saling berdiskusi untuk menemukan atau memahami konsep dan mengecek pekerjaannya satu sama lain”. Dengan adanya pengecekan terhadap pekerjaan teman satu tim, diharapkan jika ada kesalahan siswa dalam memahami suatu konsep maka akan cepat teratasi. Diakhir pembelajaran siswa diberikan kuis yang dikerjakan secara individual. Tiap siswa diberikan skor awal selanjutnya siswa mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis. Model pembelajaran kooperatif tipe TAI lebih menekankan pada penghargaan kelompok, pertanggung jawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berbagi hasil bagi
setiap anggota [5]. Penekanan terhadap hal tersebut diharapkan dapat mendorong siswa berusaha memberikan yang terbaik dalam kelompoknya. Selain itu dengan belajar kooperatif, diharapkan kelak akan muncul generasi baru yang memiliki prestasi akademik yang membanggakan dan memiliki solidaritas sosial yang kuat. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana perkembangan dari pemahaman konsep matematis siswa kelas XI IPA SMAN 16 Padang selama mengikuti pembelajaran tipe TAI dan apakah pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe TAI lebih baik daripada pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran biasa Sejalan dengan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini adalah mengetahui perkembangan dari pemahaman konsep matematis siswa kelas XI IPA SMAN 16 Padang selama penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TAI apakah ada peningkatan atau tidak dan untuk melihat dampak menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TAI terhadap pemahaman konsep matematis siswa apakah lebih baik dari pembelajaran biasa. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe TAI lebih baik daripada pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada kelas XI IPA SMAN 16 Padang. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran matematika diantaranya adalah pemahaman konsep siswa. Siswa dikatakan memahami konsep jika siswa mampu mendefinisikan konsep dengan benar baik secara lisan maupun tulisan secara benar dan lengkap, mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsep, memberikan contoh dan non contoh yang relevan dengan masalah dengan lengkap dan benar, menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis dengan benar dan jelas, mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep dengan lengkap, benar dan tepat, dan menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu dengan tepat, jelas dan terstruktur dengan baik. Serta siswa dikatakan memahami prosedur jika mampu mengenali prosedur (sejumlah langkah-langkah dari kegiatan yang dilakukan) yang didalamnya termasuk aturan algoritma atau proses menghitung yang benar. Mengukur pemahaman konsep matematika siswa dilakukan dengan menggunakan indikator pemahaman konsep matematika. Indikator-indikator pemahaman konsep matematika dapat diukur menggunakan rubrik penskoran. Indikator pemahaman konsep yang digunakan pada penalitian ini adalah menyatakan ulang konsep, mengklasifikasikan objek menurut sifat–sifat tertentu sesuai dengan konsepnya, menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu, mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian kuasi eksperimen dan deskriptif. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Static Group Design [10]. Pada rancangan penelitian ini sampel dipilih secara acak untuk ditentukan
27
Vol. 3 No. 3(2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 : Hal 26-31 sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kedua kelas sampel diberikan instrumen berupa tes pemahaman konsep matematika. Kemudian hasil tes pemahaman konsep matematika akan dianalisis menggunakan rubrik penskoran pemahaman konsep matematika siswa Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMAN 16 Padang yang terdaftar pada semester I tahun pelajaran 2013/2014. Setelah dilakukan beberapa prosedur dalam penarikan sampel, maka terpilih siswa kelas XI IPA 2 sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas XI IPA 3 sebagai kelas kontrol. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas yaitu penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dan pada kelas kontrol diterapkan model pembelajaran konvensional. Variabel terikat yaitu hasil tes pemahaman konsep matematika siswa Data pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data hasil tes pemahaman konsep matematika di kelas eksperimen dan kelas kontrol dan hasil kuis siswa. Data sekunder yaitu data data nilai ujian akhir semester 1 siswa kelas XI IPA SMAN 16 Padang. Prosedur penelitian dibagi atas tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap penyelesaian. Pada tahap persiapan dilakukan penentuan jadwal dan materi pelajaran matematika siswa kelas XI IPA SMAN 16 Padang, mempersiapkan surat izin penelitian, menentukan kelas sampel dan kelas kontrol, mempersiapkan RPP dan LKS mengenai pokok bahasan turunan, menvalidasi RPP dan LKS. Pada tahap pelaksanaan terpilih kelas XI IPA 2 sebagai kelas eksperimen dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dan kelas XI IPA 3 sebagai kelas kontrol dengan menerapkan pembelajaran konvensional. Pada tahap penyelesaian siswa kelas sampel diberikan tes pemahaman konsep matematika. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuis dan tes pemahaman konsep matematika. Kuis digunakan untuk melihat perkembangan pemahaman konsep matematis siswa selama diterapkannya pembelajaran TAI. Pada penelitian ini guru memberikan kuis disetiap pertemuan. Materi kuis disesuaikan dengan materi yang diajarkan selama kelas eksperimen berlangsung yang mencakup indikator-indikator pemahaman konsep. Tes pemahaman konsep digunakan untuk melihat pemahaman konsep siswa. Tes dilakukan setelah pelaksanaan pembelajaran berupa soal essay. Penyusunan soal tes disesuaikan dengan materi yang diberikan selama penelitian dan memuat indikator pemahaman konsep. Materi yang diujikan berupa materi yang diberikan selama penelitian berlangsung yaitu turunan. Sebelum tes diberikan kepada kelas sampel, soal tes diujicobakan terlebih dahulu di SMAN 11 Padang. Setelah dilakukan analisis hasil tes uji coba tes pemahaman konsep matematika diperoleh bahwa tidak seluruh soal dipakai. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan pemahaman konsep matematis siswa, maka diberikan tes kecil yaitu kuis pada setiap akhir petemuan selama 10-15 menit. Penilaian kuis menggunakan rubrik penilaian kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Berdasarkan skala yang ada pada rubrik penilaian maka diperoleh skor. Skor yang diperoleh pada kuis akan dianalisis yaitu: (1) Menentukan rata-rata nilai kuis; (2) Menentukan persentase siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 dan (3) Menentukan kriteria unjuk
kerja yang dicapai siswa berdasarkan penilaian unjuk kerja Iryanti. Dengan mengetahui rata-rata nilai kuis dan persentase siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 berdasarkan kriteria unjuk kerja Iryanti maka diharapkan dapat diketahui perkembangan pemahaman konsep matematis siswa. Analisis data tes akhir bertujuan untuk menguji kebenaran hipotesis yang diajukan dalam penelitian agar dapat menarik kesimpulan tentang pemahaman matematis siswa. Pengujian hipotesis dilakukan di bawah taraf signifikan α = 0,05. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dan homogenitas variansi. Uji normalitas sebaran data diuji menggunakan uji Anderson-Darling, sedangkan uji homogenitas variansi dilakukan dengan menggunakan uji-F. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t. Semua uji yang dilakukan dengan bantuan software minitab. HASIL DAN PEMBAHASAN Data perkembangan pemahaman konsep matematis siswa diperoleh melalui kuis dengan soal menggunakan indikator pemahaman konsep matematis siswa dan penskoran berdasarkan rubrik analitik. Berdasarkan penilaian yang telah dilakukan pada lembar kuis siswa diperoleh persentase siswa yang tuntas kuis berdasarkan KKM dan rata-rata nilai kuis siswa seperti yang terlihat dalam Tabel 2. TABEL 2 PERSENTASE SISWA YANG TUNTAS KUIS BERDASARKAN KKM DAN RATARATA NILAI KUIS SISWA
Komponen Persentase Siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 (%) Rata-Rata Nilai Kuis
Pertemuan III IV
I
II
37,5
63,6
72,7
60,2
71,2
74,6
V
VI
30,3
77,4
66,7
57,6
76,6
73,5
Pada Tabel 2 dapat dilihat pada umumnya terjadi perkembangan ketuntasan berdasarkan KKM yang ditetapkan sekolah, KKM yang ditetapkan sekolah 75. Berdasarkan skala yang diperoleh siswa dapat dikonversikan kedalam skala 0-100. Pada Tabel 10 juga dapat dilihat bahwa pada umumnya terjadi kemajuan rata-rata nilai kuis yang dilaksanakan pada tiap kali pertemuan. Hasil tes pemahaman konsep matematika yang dilaksanakan akhir penelitian di kelas sampel dapat dilihat pada Tabel 3. TABEL 3 HASIL TES AKHIR PADA KELAS SAMPEL
Kelas
N
X maks
X min
x
Eksperimen Kontrol
33 36
95 85
30 27
64,99 51,16
Pada Tabel 3, terlihat bahwa rata-rata nilai tes akhir siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari pada rata-rata nilai tes akhir siswa pada kelas kontrol. Skor tertinggi yang diperoleh siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari pada skor tertinggi kelas kontrol. Selain itu simpangan baku pada kelas eksperimen lebih kecil dari pada kelas kontrol yang menandakan bahwa nilai siswa pada kelas eksperimen tidak terlalu jauh dari nilai rata-rata kelas.
28
Vol. 3 No. 3(2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 : Hal 26-31 Data hasil kuis dianalisis untuk menggambarkan fakta yang diteliti, yaitu peningkatan pemahaman konsep matematis siswa selama pembelajaran berlangsung. Indikator pemahaman konsep matematis siswa digunakan sebagai alat pengukur kemajuan pemahaman konsep matematis siswa. Adapun indikator pemahaman konsep yang diujikan dalam soal kuis adalah: (1) menyatakan ulang konsep yang dipelajari; (2) mengklasifikasikan objek-objek menurut sifatsifat tertentu; (3) menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu; dan (4) mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah Perkembangan pemahaman konsep matematis siswa dilihat dari iswa yang memiliki nilai ≥ 75. Berikut diagram batang yang menggambarkan persentase nilai siswa yang ≥ 75 yang terdapat pada Gambar 1.
Gambar. 1 Grafik Persentase Nilai Siswa > 75
Pemahaman konsep matematis siswa mengalami peningkatan dari pertemuan I hingga pertemuan III kemudian terjadi penurunan pada pertemuan IV dan VI, dan persentase siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 paling rendah terdapat pada pertemuan IV ini disebabkan materi kuis merupakan materi yang membutuhkan langkah yang panjang dalam penyelesaian, siswa banyak yang tidak dapat menyelesaikan kuis secara lengkap dan benar. Hal ini juga diduga karena keterbatasan waktu kuis yang diberikan pada siswa. Rata-rata pada setiap kuis dapat dilihat pada Gambar 2 berikut.
NILAI RATA-RATA SETIAP KUIS
80,00 60,00 40,00 20,00 0,00
76,6173,48 71,2174,62 60,16 57,58
mengalami penurunan dan menigkat lagi pada pertemuan V namun mengalami penurunan pada pertemuan VI. Penurunan rata-rata nilai kuis terjadi dari kuis III ke kuis IV. Hal ini terjadi karena materi yang dipelajari pada kuis IV yaitu mengenai menggambar grafik fungsi memiliki cakupan materi yang banyak. Selain itu hal ini juga diduga disebabkan karena keterbatasan waktu kuis yang singkat. Sedangkan pada kuis ke VI memiliki pemahaman yang lebih tinggi dari materi sebelumnya Tabel 4 menggambarkan persentase ketercapaian indikator pemahaman konsep matematis siswa terhadap hasil kuis yang dilakukan pada kelas eksperimen disetiap pertemuan. TABEL 4 PERSENTASE SISWA BERDASARKAN INDIKATOR PADA SETIAP KUIS
Kuis keIndikator Skala 4 3 1 2 1 0 4 3 2 2 1 0 4 3 3 2 1 0 4 3 4 2 1 0
II
III
IV
V
III
IV
V
VI
3,1 34,4 62,5 0,0 0,0 -
21,2 39,4 39,4 0,0 0,0 -
27,3 54,6 18,2 0,0 0,0 24,2 39,4 36,4 0,0 0,0 -
6,1 24,2 63,6 6,1 0,0
38,7 38,7 19,4 3,2 0,0 16,1 71,0 9,7 3,2 0,0
30,3 33,3 30,3 6,1 0,0 -
TABEL 5 PERKEMBANGAN SISWA BERDASARKAN INDIKATOR PADA SETIAP KUIS
Indi Kat or
VI
Keteran gan
Kui s1 (%)
Kui s2 (%)
Kui s3 (%)
Kui s4 (%)
Kui s5 (%)
Kui s6 (%)
Rata -rata (%)
Mampu
37,5
-
81,8
-
-
-
59,7
62,5
-
18,2
-
-
-
40,3
0,0
-
0,0
-
-
-
0,0
-
60,6
63,6
-
-
-
62,1
-
39,4
36,4
-
-
-
37,9
-
0,0
0,0
-
-
-
0,0
Kurang Mampu Tidak Mampu Mampu
Gambar. 2 Grafik Nilai Rata-rata Pada Setiap Kuis
Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa rata-rata nilai kuis siswa mengalami peningkatan dan penurunan. Peningkatan dan penurunan nilai rata-rata kuis sebanding dengan peningkatan dan penurunan ketuntasan siswa. Peningkatan rata-rata nilai kuis terjadi pada kuis I,II dan III selanjutnya pada kuis IV
II
Berdasarkan Tabel 4, dengan mengasumsikan siswa yang mampu adalah siswa yang memperoleh skala 4 dan 3, siswa yang kurang mampu adalah siswa yang memperoleh skala 2 dan 1, sedangkan siswa yang tidak mampu adalah siswa yang memperoleh skala 0 dilakukan penjumlahan persentase masing-masingnya berdasarkan indikator pemahaman konsep matematis siswa. Hal tersebut dapat dilihat dilihat pada Tabel 5.
1
I
I
2
Kurang Mampu Tidak Mampu
29
Vol. 3 No. 3(2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 : Hal 26-31 Mampu 3
Kurang Mampu Tidak Mampu Mampu
4
Kurang Mampu Tidak Mampu
-
-
-
-
77,4
63,6
70,5
-
-
-
-
22,6
36,4
29,5
-
-
-
-
0,0
0,0
0,0
-
-
-
30,3
87,1
-
58,7
-
-
-
69,7
12,9
-
41,3
-
-
-
0,0
0,0
-
0,0
Gambar. 3 Rata-rata Persentase Siswa pada setiap Kuis untuk Keempat Indikator
Data tentang hasil tes akhir siswa, dianalisis terhadap masing-masing item soal menggunakan rubrik penilaian kemampuan pemahaman konsep matematis dengan skala 4, 3, 2, 1, dan 0. Persentase pemahaman konsep matematis siswa pada kelas sampel dapat dilihat pada Tabel 5. TABEL 6 PERSENTASE SISWA YANG MEMPEROLEH SKOR PEMAHAMAN KONSEP PADA KELAS KSPERIMEN
Indi kator 1
No Soal 1,2
2
3
3
4,6
4
5
Rata-rata
Persentase Siswa yang Memperoleh Skala (%)
Kelas Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol
4 24,2
3 53,0
2 10,6
1 10,6
0 1,5
12,5
51,4
27,8
6,9
1,4
24,2 0,0 24,2 6,9 6,1 2,8 19,7 5,6
72,7 27,8 51,5 51,4 15,2 8,3 48,1 34,7
3,0 52,8 16,7 20,8 54,6 27,8 21,2 32,3
0,0 16,7 3,0 18,1 18,2 55,6 8,0 24,3
0,0 2,8 4,6 2,8 6,1 5,6 3,0 3,1
Selama diterapkan pembelajaran TAI, perkembangan pemahaman konsep matematis siswa pada enam kali pertemuan pada umumnya mengalami kemajuan. Hal ini disebabkan karena model pembelajaran kooperatif tipe TAI mengkondisikan siswa belajar secara berkelompok, kemudian diakhir pembelajaran guru memberikan penghargaan untuk tim yang mendapatkan skor terbanyak atau bekerja dengan baik dan hukuman untuk kelompok yang kurang berhasil.
Dengan diadakan pembelajaran TAI terlihat terjadi perkembangan pemahaman konsep matematis siswa. Perkembangan pemahaman konsep matematis siswa dilihat dari hasil kuis. Jadi kuis juga merupakan salah satu motivasi siswa agar serius dalam melaksanakan langkah-langkah TAI. Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis, maka hasil yang diperoleh rata-rata pemahaman konsep matematis siswa kelas eksperimen adalah 64,99 dan ratarata pemahaman konsep matematis siswa kelas kontrol adalah 51,16 sehingga dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan pembelajaran TAI lebih baik dari pada pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas XI IPA SMAN 16 Padang. Berdasarkan pengamatan selama penelitian terlihat siswa pada kelas eksperimen lebih aktif dalam belajar karena menerapkan TAI. Pada saat mengerjakan latihan terlihat siswa mencoba terlebih dahulu mengerjakan latihan secara pribadi pada lembar kerja siswa sesuai dengan kemampuannya masing-masing sehingga siswa dapat mengembangkan pemahaman konsep matematis. Pada tahap team study, terlihat siswa mencoba berbagi, membantu dan bertanya kepada teman satu timnya sehingga siswa memang berusaha mencari penyelesaian dari latihan yang diberikan dam juga terlihat bahwa siswa memiliki tanggung jawab terhadap kelompoknya. Jadi dari tahap TAI, terlihat jelas siswa memang berpartisipasi aktif selama proses pembelajaran berlangsung dan membantu siswa untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa. Pembelajaran yang berlangsung pada kelas kontrol adalah pembelajaran konvensional. Pembelajaran ini berlangsung dimana guru menerangkan pelajaran sedangkan aktivitas siswa mendengar, memperhatikan, dan mencatat apa yang disampaikan guru kemudian diberi kesempatan bertanya. Setelah guru menerangkan pelajaran siswa dibe-ri beberapa contoh soal dan disuruh mengerjakan latihan. Hal ini menyebabkan rendahnya pemahaman konsep ma-tematis siswa pada proses pembelajaran kelas kontrol dikarenakan pembelajaran yang masih terpusat pada guru sehingga siswa menjadi kurang aktif dalam pembelajaran. Berdasarkan uraian diatas terlihat perbedaan antara siswa kelas kontrol dengan siswa kelas eksperimen, dimana nilai terbaik siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan siswa kelas kontrol, sebaliknya nilai teren-dah diperoleh oleh siswa kelas kontrol. Berarti pemaha-man konsep matematis siswa kelas eksperimen dengan model pembeajaran koperatif tipe TAI lebih baik dari pada kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional [5]. Kemampuan siswa dalam memahami konsep pada penelitian ini dilihat berdasarkan hasil tes akhir yang diberikan. Adapun indikator pemahaman konsep yang diujikan melalui soal tes tersebut terdiri atas empat indika-tor, yaitu: (1) menyatakan ulang sebuah konsep; (2) mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat terten-tu sesuai dengan konsepnya; (3) menggunakan, meman-faatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu; dan (4) mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah. Selanjutnya, berdasarkan data yang diperoleh dilakukan pengujian hipotesis. Uji normalitas kelas eksperimen diperoleh P-Value = 0,114. Karena α = 0,05, maka P-Value >
30
Vol. 3 No. 3(2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 : Hal 26-31 α. Hal ini menunjukkan bahwa nilai tes pemahaman konsep matematika siswa untuk kelas ekspe-rimen berdistribusi normal. Sedangkan untuk kelas kontrol diperoleh P-Value = 0,273. Oleh karena p-value > α, maka nilai tes pemahaman konsep matematika siswa untuk kelas kontrol juga berdistribusi normal dengan taraf signifikansi 0,05. Uji homogenitas data tes pemahaman konsep matamatika siswa didapat P-Value = 0,885. Sedangkan taraf signifikansi yang diuji adalah 0,05. Sehingga dipero-leh kesimpulan bahwa data bersifat homogen pada α = 0,05. Menguji hipotesis digunakan uji-t dengan taraf signifikansi α = 0,05 dengan kriteria pengujiannya, terima H0 untuk keadaan nilai thitung < ttabel dan keadaan lain tolak H0. Diperoleh nilai thitung adalah 3,531 dan nilai ttabel adalah 1,67, maka nilai thitung > ttabel. Sehingga diperoleh kesimpulan menolak H0 pada taraf signifikan 0,05 dan menerima H1. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman konsep matematika siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI lebih baik daripada pemahaman konsep matematika siswa yang belajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Dalam penelitian ini terdapat beberapa kendala yang ditemui. Pada awal pertemuan siswa kurang menjalankan tahap student creative, ada siswa yang langsung berdiskusi dengan teman satu tim. Kendala lain yaitu karena siswa belum terbiasa belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI maka tahap-tahap yang dilalui tidak sesuai dengan alokasi yang telah ditetapkan selain itu ketika siswa diberikan LKS yang berisi pertanyaan untuk memperdalam pemahaman mereka sebagian besar siswa masih kebingungan dan kurang bisa mengisi titik-titik pada LKS dan kerja tim juga belum secara optimal dimanfaatkan, menyebabkan waktu yang diperlukan untuk memperdalam pemahaman dari konsep yang akan dipelajari cukup lama. Kendala lain yang ditemui adalah sulitnya mempersiapkan siswa untuk memulai pelajaran karena jam pelarajaran matematika pada kelas eksperimen dimulai setelah jam istirahat. Sehingga proses pembelajaran yang terjadi pada kelas eksperimen tidak sesuai dengan alokasi waktu yang ditetapkan. Pada pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe TAI pada tahap fact test banyak siswa yang mengeluh karena selalu diadakan kuis disetiap pertemuan. Walaupun enggan siswa tetap mengerjakannya. Ini terjadi pada pertemuan 1 dan 2, untuk pertemuan selannjutnya mereka antusias mengerjakannya. Selalin itu ketika melaksanaakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI ada
siswa yang bertanya pada kelompok lain ketika mengalami kesulitan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 7 mei 2014 sampai dengan tanggal 3 juli 2014 , dapat disimpulkan bahwa perkembangan dari pemahaman konsep matematis siswa mengalami peningkatan dan penurunan dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe TAI dalam pembelajaran matematika. Selain itu juga dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematis siswa dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe TAI lebih baik daripada pemahaman konsep matematis matematis siswa dengan menerapkan pembelajaran konvensional di SMAN 16 Padang. Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan sebelumnya, maka disarankan kepada guru untuk dapat menerapkan pembelajaran kooperatif tipe TAI sebagai alternatif pembelajaran sehingga dapat mengembangkan pemahaman konsep matematika siswa dan bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian menggunakan pembelajaran TAI supaya memperhatikan kendala yang peneliti alami selama penelitian ini. DAFTAR RUJUKAN [1] Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian sebagai Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta. [2] Depdiknas. 2006. Permendiknas Nomor 22 tentang Standar Isi Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Depdiknas [3] Dimyati & Mudjino. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta [4] Iryanti, Puji. 2004. Paket Pembinaan Penataran: Penilaian unjuk kerja. Yogyakarta: Depertemen Pendidikan Nasional. [5] Huda, Miftahul. 2013. Cooperatif Learning: Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan. Jakarta : Pustaka Pelajar
[6] Lie, Anita 2002. Cooperatif Learning. Jakarta : Grasindo [7] Slavin, Robert E 2009. Cooperatif Learning : Theori, Research and Practice. USA : A Simon and Schuster Company Needham higths, Massachusetts 02194 [8] Suherman, Dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Pendidikan Matematika dan IPA, Universitas Negeri Padang [9] Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Bandung: Kencana [10] Seniati, Liche, Yulianto, Aris, dan Stiadi, Bernadette N. 2011. Psikologi Eksperimen Jakarta: P.T. Indek
31