Vol. 3 No. 2 (2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 : Hal. 44-48
PENGARUH PENERAPAN STRATEGI RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, TRANSFERRING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS X SMAN 2 PAYAKUMBUH Nela Rizka1), Hendra Syarifuddin2), Suherman3) 1
) FMIPA UNP : email:
[email protected] )Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA UNP
2,3
Abstract The skill of mathematical concept understanding is required to be mastered by the students. But, in fact The skill of mathematical concept understanding of students in SMAN 2 at class X is still low. The factor that caused it happened was the learning which was implemented can’t facilitate the students to built their own understanding and knowledge, so that the students difficult to understanding the concepts. The objective of this research is to know wheter the skill of mathematical concept understanding of students who learned by using REACT strategy is better than the students who learned by using conventional method at class X SMAN 2 Payakumbuh. The result of this research is the skill of mathematical concept understanding of students at class X SMAN 2 Payakumbuh who learned by using strategy of REACT is better than the students who learned by using conventional method at α=0,05. Keywords – strategy of REACT, mathematics learning, skill of mathematical concept understanding. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu sarana yang digunakan pemerintah untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa, yaitu mencerdaskan kehidupan masyarakat Indonesia. Untuk menunjang tercapainya cita-cita tersebut, pemerintah membuat sejumlah kebijakan terkait pelaksanaan pendidikan di Indonesia. Adapun bentuk kebijakan-kebijakan tersebut diantaranya adalah program wajib belajar sembilan tahun, pemberian dana BOS, dan menetapkan matematika sebagai salah satu mata pelajaran wajib pada satuan pendidikan dasar hingga menengah atas. Ditetapkannya matematika menjadi salah satu mata pelajaran wajib merupakan wujud kepedulian pemerintah terhadap masa depan masyarakat Indonesia. Hal ini merupakan bentuk realisasi dari pernyataan [3] , yaitu: ...the future well-being of our nation and people depends not just on how well we educate our children generally, but on how well we educate them in mathematic.... Dari pernyataan tersebut disimpulkan bahwa belajar matematika itu sangat penting dipelajari oleh siswa. Matematika merupakan disiplin ilmu yang sering digunakan sebagai media untuk memahami disiplin ilmu lainnya, khususnya dibidang sains seperti biologi, kimia, dan fisika. Adapun tujuan pembelajaran matematika di sekolah berdasarkan Standar Isi (SI) mata pelajaran matematika untuk satuan pendidikan adalah: (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efesien, dan tepat
dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah matematika [5]. Untuk mengetahui apakah pembelajaran yang terlaksana di sekolah telah mampu menunjang tercapainya tujuan matematika, maka dilakukan observasi di kelas X SMAN 2 Payakumbuh pada tanggal 29 Agustus 2013 sampai dengan 23 September 2013. Hasil observasi menunjukkan bahwa pembelajaran yang diterapkan adalah pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher center). Selama proses pembelajaran guru secara langsung memberikan materi pelajaran kepada siswa dengan menuliskannya di papan tulis dan memberikan soal latihan yang sesuai dengan contoh. Selama mengerjakan soal latihan, beberapa siswa terlihat aktif berdiskusi untuk menemukan jawaban soal latihan tersebut dan mengecek kebenaran jawaban mereka kepada guru. Namun, beberapa siswa lainnya tidak menunjukkan minat untuk mencoba mengerjakan soal latihan. Mereka sibuk bercerita dan membicarakan
44
Vol. 3 No. 2 (2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 : Hal. 44-48
tentang hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan materi yang dipelajari dan hanya menyalin jawaban teman mereka yang telah dikoreksi oleh guru. Ketika ditanyakan alasan mengapa mereka mencontek, umumnya memberikan jawaban yang sama, yaitu karena mereka tidak mengerti dan tidak tahu cara untuk menyelesaikan soal tersebut. Pada lembar jawaban ulangan harian kedua siswa, ditemukan bahwa siswa banyak melakukan kesalahan pada soal nomor 4. Soal tersebut pada dasarnya menuntut kemampuan siswa dalam menyatakan konsep ke dalam berbagai bentuk representasi matematis. Namun, dengan ditemukannya banyak siswa yang salah pada soal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemahaman konsep matematika siswa masih rendah, khususnya pada indikator menyatakan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis. Berdasarkan uraian tentang hasil observasi dan contoh jawaban siswa tersebut, tampak adanya kesenjangan antara kenyataan dengan harapan. Tujuan pembelajaran matematika yang diharapkan dimiliki oleh siswa ternyata belum tercapai, terutama pemahaman konsep. Ketidakpahaman ini terlihat dari adanya indikator pemahaman konsep yang tidak dikuasai oleh siswa, yaitu menyajikan konsep dalam berbagai macam bentuk representasi matematis. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep siswa kelas X SMAN 2 Payakumbuh tergolong masih rendah. Rendahnya kemampuan pemahaman konsep siswa tersebut diduga terjadi karena beberapa faktor tertentu. Salah satu di antara faktor-faktor tersebut adalah adanya penerapan pembelajaran konvensional. Pembelajaran yang diterapkan tersebut belum mampu memfasilitasi siswa untuk membangun konsep mereka sendiri. Siswa pada umumnya hanya mampu menjawab soal yang sesuai dengan contoh dan akan mengalami kesulitan jika soal yang diberikan berbeda. Hal ini terjadi karena di dalam pembelajaran konvensional guru cenderung mendominasi pembelajaran dan siswa tidak dilibatkan langsung dalam penemuan konsep. Oleh karena itu, konsep yang diperoleh dari guru tidak bertahan lama dalam ingatan siswa. Mengingat bahwa pemahaman konsep merupakan langkah awal yang harus dimiliki siswa untuk mencapai tujuan matematika lainnya, maka perlu dilakukan suatu upaya untuk mencari solusi dari permasalahan tersebut. Jika pemahaman siswa dibiarkan rendah, maka pencapaian tujuan pembelajaran matematika akan sulit terlaksana. Dampak lain yang akan timbul adalah kurangnya minat siswa untuk mempelajari matematika. Hal ini tentu saja akan menghambat proses pengembangan matematika ke depannya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan di atas adalah dengan mengadakan variasi proses pembelajaran, misalnya dengan penerapan strategi pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara langsung untuk membangun pemahamannya.
Strategi pembelajaran yang diharapkan dapat mengaktifkan, memahamkan, dan mengembangkan daya pikir siswa adalah strategi yang dapat: (1) mengaitkan materi dengan strategi nyata dan pengetahuan awal siswa; (2) melibatkan siswa dalam pemecahan masalah dan memanipulasi alat peraga; (3) melibatkan siswa untuk belajar secara kooperatif; (4) memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri, mengaplikasikan, dan mentransfer konsep yang dipelajari. Strategi pembelajaran yang memenuhi kriteria tersebut adalah strategi REACT [1]. Strategi REACT terdiri atas lima unsur, yaitu: relating, experiencing, applying, cooperating, dan transferring, kemudian masing-masing unsur tersebut dapat diingat dalam bentuk akronim REACT [3]. Perencanaan pembelajaran dan instruksi yang didasarkan pada strategi REACT disusun untuk merangsang lima pokok dasar pembelajaran, yaitu: 1) Relating Relating (mengaitkan) merupakan belajar dalam konteks pengalaman kehidupan nyata atau pengetahuan yang sebelumnya. 2) Experiencing Experiencing (mengalami) merupakan strategi belajar dengan belajar melalui eksplorasi, penemuan dan penciptaan. Berbagai pengalaman dalam kelas dapat mencakup penggunaan manipulatif, aktivitas pemecahan masalah dan laboratorium. 3) Applying Applying (menerapkan) adalah belajar dengan menempatkan konsep-konsep untuk digunakan, dengan memberikan latihan-latihan yang realistik dan relevan. 4) Cooperating Cooperating (bekerjasama) adalah belajar dalam konteks sharing, merespon dan berkomunikasi dengan para pemelajar lainnya. 5) Transferring Transferring (mentransfer) adalah belajar dengan menggunakan pengetahuan dalam konteks baru [4]. Pembelajaran dengan strategi REACT ini diawali dengan pemberian motivasi terhadap siswa. Guru dapat memotivasi siswa dengan mengaitkan materi pembelajaran dengan pengetahuan/ pemahaman yang telah mereka peroleh, baik dari sekolah maupun dari lingkungan di sekitar mereka. Dengan adanya pembelajaran dengan strategi ini, siswa akan lebih mudah memahami konsep karena materi disajikan dalam bentuk yang lebih nyata dan dekat dengan siswa. Siswa diberikan kesempatan untuk mengalami sendiri proses penemuan konsep dari materi yang dipelajari dengan menyelesaikan masalah ataupun mengerjakan setiap kegiatan yang disediakan dalam LKS. Konsep yang telah diperoleh tersebut, kemudian diterapkan siswa dalam menyelesaikan soal/ masalah. Adanya proses pembiasaan yang diberikan pada siswa untuk melaksanakan aktivitas tersebut akan membuat pemahaman konsep siswa akan lebih mantap dan bertahan lama.
45
Vol. 3 No. 2 (2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 : Hal. 44-48
Selanjutnya, kecenderungan siswa untuk mencontek dapat diminimalisir melalui strategi Cooperating. Siswa diarahkan untuk melakukan kegiatan yang lebih positif. Mereka dilatih untuk percaya diri menyampaikan ide-ide yang sesuai dengan pemahaman mereka. Sebelumnya telah disebutkan bahwa ada sebagian siswa tampak aktif berdiskusi untuk menemukan solusi atau jawaban dari suatu soal latihan. Adanya kemampuan siswa untuk bekerjasama dan aktif selama proses belajar akan sangat menunjang pelaksanaan pembelajaran strategi REACT di kelas. Berdasarkan urain tersebut maka dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui apakah kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas X SMAN 2 Payakumbuh yang belajar dengan menggunakan strategi REACT lebih baik daripada kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen dengan tujuan untuk mengetahui apakah kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas X SMAN 2 Payakumbuh yang belajar dengan strategi REACT lebih baik dari pada kemampuan pemahaman konsep siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional. Adapun rancangan penelitian ini adalah Static Group Design. Populasi pada penelitian ini adalah tiga lokal siswa kelas X Unggul SMAN 2 Payakumbuh yang terdaftar pada semester II tahun pelajaran 2013/2014, yaitu X unggul 2, X unggul 4, dan X unggul 5. Setelah dilakukan penarikan sampel secara acak, terpilihlah kelas X unggul 4 sebagai kelompok eksperimen dan kelas X unggul 5 sebagai kelompok kontrol. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah strategi pembelajaran REACT, sedangkan variabel terikat yaitu kemampuan pemahaman konsep matematika siswa. Prosedur penelitian dibagi atas tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan pemahaman konsep matematika. Tes kemampuan pemahaman konsep tersebut berbentuk esai yang terdiri dari 7 soal. Materi yang diujikan berupa materi yang diberikan selama penelitian berlangsung, yaitu aturan sinus, aturan cosinus, aplikasi aturan sinus dan cosinus, dan luas segitiga. Data kemampuan pemahaman konsep matematika siswa dianalisis menggunakan uji nonparametrik, yaitu uji-U. Uji nonparametrik tersebut dilakukan karena data hasil tes akhir pada penelitian ini tidak memenuhi syarat untuk dilakukannya uji parametrik, dimana data tersebut tidak berdistribusi normal. Pengujian dilakukan dengan bantuan software MINITAB. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Berikut gambaran data berupa kemampuan pemahaman konsep matematika yang diperoleh setelah
melakukan penelitian. Deskripsi data hasil tes kemampuan pemahaman konsep siswa dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. TABEL 1 STATISTIK DESKRIPTIF HASIL TES KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA
Statistik Jumlah Siswa Nilai Tertinggi Nilai Terendah Nilai Rata-rata Simpangan Baku
Kelompok Eksperimen Kontrol 26 28 94,57 93,48 65,22 18,48 80,48 66,51 1,59 4,07
Pada Tabel 1 di atas tampak bahwa nilai tertinggi yang dicapai oleh kedua kelas memiliki selisih yang tidak terlalu jauh, dimana nilai tertinggi di kelas eksperiemen adalah 94,57 dan nilai tertinggi di kelas kontrol adalah 93,48. Namun, nilai terendah yang dicapai oleh kedua kelas terpaut cukup jauh, yaitu 65,22 untuk kelas eksperimen dan 18,48 untuk kelas kontrol. Jika dilihat dari nilai rata-rata, maka nilai rata-rata eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Sebaliknya, simpangan baku kelas eksperimen lebih rendah dibandingkan simpangan baku kelas kontrol. Data hasil tes akhir secara rinci dapat ditinjau dari segi ketercapaian indikator pemahaman konsep. Sebaran skor dari masing-masing indikator dapat dilihat pada Tabel 2 berikut. TABEL 2 DATA TES KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA KELAS SAMPEL BERDASARKAN INDIKATOR
Indikator
No. Soal
I II III IV V
1, 3, 4, 7 2, 3, 5, 6 4 2, 5, 6 2, 5, 6
Rata- rata Skor Indikator E K 3,52 3,05 2,93 2,55 3,27 2,76 3,27 2,65 3,62 2,91
Keterangan: I : Menyatakan ulang sebuah konsep. II : Menyajikan konsep dalam iberbagai macam bentuk representasi matematis. III : Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifatsifat tertentu sesuai dengan konsepnya. IV : Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu. V : Mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah. E : Kelas eksperimen K : Kelas kontrol. Berdasarkan data pada Tabel 2 secara keseluruhan tampak bahwa rata-rata skala kemampuan pemahaman konsep kelas eksperimen di setiap indikator lebih tinggi dibandingkan rata-rata skala kelas kontrol. Oleh karena itu, secara umum kemampuan pemahaman konsep siswa kelas eksperimen lebih baik daripada siswa kelas kontrol. Walaupun rata-rata skala kedua kelas sampel terpaut tidak terlalu jauh – khususnya indikator II. Namun, rata-rata
46
Vol. 3 No. 2 (2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 : Hal. 44-48
skala masing-masing indikator pada hampir setiap soal di kelas eksperimen selalu lebih tinggi dibandingkan di kelas kontrol. Hal ini menunjukkan pencapaian indikator pemahaman konsep matematika di kelas eksperimen lebih baik daripada di kelas kontrol. B. Analisis Data Data tentang hasil tes akhir diolah untuk memperoleh nilai terendah, nilai tertinggi, nilai rata-rata, serta simpangan baku kedua kelas sampel, kemudian dianalisis. Penganalisisan ini dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Hipotesis pada penelitian ini diuji dengan menggunakan uji nonparametrik, yaitu uji Mann-Whitney atau uji-U. Digunakannya uji nonparametrik untuk menguji hoipotesis karena syarat untuk melakukan uji paremetrik tidak dipenuhi, dimana data hasil tes kemampuan pemahaman konsep kelas sampel tidak berdistribusi normal. Adapun hipotesis dalam pengujian ini adalah sebagai berikut. Ho : H1 : Keterangan: = Nilai rata-rata kelas eksperimen. = Nilai rata-rata kelas kontrol. Berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan menggunakan software Minitab, terlihat bahwa pada taraf nyata = 0,05 diperoleh P-value = 0,0121. P-value yang diperoleh lebih kecil dari α = 0,05 sehingga ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang belajar dengan menggunakan strategi REACT lebih baik daripada kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional, dengan taraf signifikansi α = 0,0121. C.
Pembahasan Pada deskripsi data tampak bahwa nilai rata-rata tes kemampuan pemahaman konsep kelas eksperimen lebih tinggi daripada nilai rata-rata kelas kontrol. Selanjutnya, pada hasil uji hipotesis pada poin analisis data dinyatakan bahwa Ho ditolak pada taraf kepercayaan α= 0,05. Berdasarkan kedua hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematika siswa di kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kemampuan pemahaman konsep siswa di kelas kontrol. Kemampuan siswa dalam memahami konsep pada penelitian ini dilihat berdasarkan hasil tes akhir yang diberikan. Adapun indikator pemahaman konsep yang diujikan melalui soal tes tersebut terdiri atas lima indikator, yaitu: (1) menyatakan ulang sebuah konsep; (2) mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya; (3) Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya; (4) menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu; dan (5) mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah.
Berikut ditampilkan beberapa contoh jawaban siswa kelas sampel pada tes akhir.
Gambar. 1 Contoh Jawaban Siswa Kelas Eksperimen pada Soal dengan Indikator Menyatakan Ulang Sebuah Kosep
Gambar. 2 Contoh Jawaban Siswa Kelas Kontrol pada Soal Nomor 7 dengan Indikator Menyatakan Ulang Sebuah Konsep
Gambar. 3 Contoh Jawaban Siswa Kelas Kontrol pada Soal Nomor 3 dengan Indikator Menyatakan Ulang Sebuah Konsep
47
Vol. 3 No. 2 (2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 : Hal. 44-48
Berdasarkan Gambar 1 dan Gambar 2 dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa pada kelas eksperimen dalam menyatakan ulang konsep tentang rumus luas segitiga sebarang lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Namun, pada kelas kontrol, siswa masih keliru dalam menuliskan kembali rumus luas segitiga sebarang tersebut. Kekeliruan ini juga ditunjukkan pada contoh jawaban siswa pada Gambar 3 di atas, dimana siswa keliru dalam menyatakan ulang rumus cosinus. Sebelumnya telah diterangkan bawa rata-rata skala yang diperoleh oleh siswa di kelas eksperimen secara keseluruhan lebih tinggi dibandingkan rata-rata skala di kelas kontrol untuk setiap indikatornya. Hal ini diduga terjadi karena adanya penerapan pembelajaran yang berbeda. Pembelajaran dengan strategi REACT yang diterapkan di kelas eksperimen merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa, dimana siswa didorong untuk melakukan berbagai kegiatan untuk menemukan, membangun serta memperkuat konsep dan pemahaman mereka. Adanya pelaksanaan pembelajaran dengan strategi REACT ini mampu meningkatkan pemahaman konsep siswa di kelas eksperimen. Hal ini terjadi karena tahap-tahap pembelajaran pada strategi REACT memudahkan siswa untuk memahami serta memperdalam pemahamannya tentang suatu konsep. Strategi REACT memiliki kelebihan, diantaranya dapat memperdalam pemahaman siswa serta membuat belajar menyeluruh dan menyenangkan [2]. Pada tahap relating, siswa diarahkan untuk memahami materi yang dipelajari dengan mengaitkannya dengan pengalaman atau pemahaman yang lalu serta pemahaman tentang kehidupan sehari- hari, sehingga siswa mudah untuk memahaminya. Selanjutnya, pada tahap experiencing dan cooperating siswa menemukan konsep baru dengan mengerjakan LKS secara berkelompok. Siswa diberikan kesempatan berdiskusi, menyampaikan ide dan tanggapan mereka sehingga sampai kepada suatu kesimpulan dari konsep tersebut. Adanya pertukaran ide antara anggota kelompok dapat memperkaya pengetahuan siswa, karena sesungguhnya dengan berdiskusi siswa juga belajar dari tema-teman sekelompoknya sehingga pemahmannya akan lebih mantap [3]. Proses belajar akan berlangsung dengan sangat baik ketika siswa memiliki kesempatan untuk menyampaikan pendapat dan memperoleh timbal balik dari temannya. Hal tersebut dapat memperkaya pengetahuan siswa serta mampu memperkukuh pemahaman siswa. Konsep yang telah diperoleh pada tahap experiencing dan cooperating, kemudian diterapkan untuk menyelesaikan masalah atau soal yang diberikan. Aktivitas ini merupakan bentuk realisasi dari tahap applying dan transferring. Pada tahap ini, siswa diarahkan untuk menentukan konsep mana yang cocok digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah, baik itu masalah yang sederhana maupun masalah yang kompleks. Dengan adanya pembiasaan tersebut, pemahaman siswa akan lebih mantap dan dimungkinkan akan bertahan lama.
Berbeda dengan kelas eksperimen, pembelajaran yang di terapkan di kelas kontrol adalah pembelajaran konvensional. Pembelajaran ini berpusat pada guru, dimana guru lebih mendominasi aktivitas pembelajaran sehingga siswa pasif dan hanya mendengarkan penjelasan materi dari guru. Siswa cenderung menghafal rumusrumus dan tidak termotivasi untuk memahami suatu konsep lebih mendalam. Hal ini mengakibatkan siswa hanya mampu menyelesaikan masalah/ soal yang pernah dibahas oleh guru dan sesuai contoh. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas terlihat bahwa ada indikator yang menunjukkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa di kedua kelas sampel relatif setara. Namun secara keseluruhan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang belajar dengan strategi REACT lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan strategi REACT memberikan pengaruh positif pada kemampuan pemahaman konsep matematika siswa. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas X SMAN 2 Payakumbuh yang belajar dengan strategi REACT lebih baik daripada kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional dalam taraf nyata 0,05. Namun, kesimpulan ini hanya berlaku pada kelas X unggul 2, X unggul 4, dan X unggul 5, mengingat bahwa ketiga kelas tersebut merupakan populasi dari penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA [1]
[2] [3]
[4] [5]
Abdussakir dan Nur Laili Achadiyah. 2009. Pembelajaran Keliling Dan Luas Lingkaran Dengan Strategi REACT Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 6 Kota Mojokerto. Makalah ini disajikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, Yogyakarta, 05 Desember. Center for Occupational Research and Development. 1999. Teaching Mathematics Contextually: The Cornerstone of Tech Prep. Texas USA: CORD Comm., Inc. Crawford, Michael L.. 2001. Teaching Contextually: Research, Rationale, and Techniques for Improving Student Motivation and Achievement in Mathematics and Science.Texas: CCI Publishing, Inc.Center for Occupational Research and Development. 1999. Teaching Mathematics Contextually: The Cornerstone of Tech Prep. Texas USA: CORD Comm., Inc. Fauziah, Anna. 2010. Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMPMelalui Strategi REACT. Jurnal Penelitian Vol. 30 No. 1. Wardhani, Sri. 2008. Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs untuk Optimalisasi Tujuan Mata Pelajaran Matematika. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika. Tersedia online: http://p4tkmatematika.org/file/PRODUK/PAKET%20FASILITAS I/SMP/Analisis%20SI%20dan%20SKL%20Matematika%20SMP. pdf. Diakses tanggal 27 November 2013
48