Vol. 3 No. 2 (2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 : Hal. 49-53
PENERAPAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS GAYA BELAJAR MASTERY, INTERPERSONAL, UNDERSTANDING, DAN SELF-EXPRESSIVE DI KELAS VII KECERDASAN INTERPERSONAL SMP NEGERI 7 PADANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Rahmat Junairi 1), Suherman 2), Atus Amadi Putra 3) 1
) FMIPA UNP : email:
[email protected] 2,3 )Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA UNP Abstract
Learning process in interpersonal intelligence class, the students were not facilitated to learn according to their intelligence, such as cooperative learning, share their knowledge with the other friends, and help someone who difficult to understanding, so that their learning result was not suitable with that expected. This was caused by the method and learning device that was used by teacher was not effective in class based student multiple intellligence. Each student has their own learning style although they have same intelligence. There are four learning style, they are Mastery, Interpersonal, Understanding, and Self-Expressive. The research had been done to interpersonal intelligence class VII SMPN 7 Padang. In this quasi experiment research and by using The One-Shot Case Study technique, VII3 was choosen as experiment class with purposive sampling. The research instrument was learning result test and field note. The tabulation of data that was used, it showed that the completeness percentage of students which used of students worksheet based Mastery, Interpersonal, Understanding, and Self-Expressive learning style in Division subject was satisfy. Keywords :learning style, mastery, interpersonal, understanding, self-expressive, student worksheet
PENDAHULUAN Matematika merupakan sarana yang penting untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan intelektual. Matematika juga merupakan ilmu yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi masa mendatang diperlukan pengajaran yang kuat sejak dini. Guru sebaiknya mengetahui tingkat perkembangan mental siswa dan mengetahui bagaimana pembelajaran yang harus dilakukan agar sesuai dengan tahap-tahap perkembangan tersebut, dengan harapan agar siswa tidak merasa kesulitan dalam menyerap apa yang disajikan oleh guru. Selain tingkat perkembangan siswa, guru juga harus memperhatikan beberapa kecerdasan yang dimiliki oleh siswa, baik itu kecerdasan intelegensi (Intelligence Quotient), kecerdasan emosional (Emotional Quotient), maupun kecerdasan khusus yang dimiliki oleh setiap siswa dalam proses pembelajaran. Kecerdasan khusus yang dimaksud adalah kecerdasan majemuk (Multiple Intelligence). Gardner membagi kecerdasan majemuk menjadi delapan yaitu: kecerdasan linguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetik-tubuh, kecerdasan musikal,
kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis [1]. Dengan memperhatikan dan melibatkan kecerdasan yang dimiliki oleh siswa, diharapkan dapat mendorong semua potensi yang dimiliki oleh siswa. Siswa-siswa di kelas kecerdasan majemuk yang sama, belum tentu memiliki gaya belajar yang sama juga. Seperti siswa dengan gaya belajar Mastery, belajar dengan menyerap informasi secara konkret, memproses informasi secara berurutan langkah demi langkah, dan menilai pembelajaran dari aspek kejelasan dan kepraktisan. Siswa dengan gaya belajar Interpersonal, belajar secara sosial, dan menilai pembelajaran dalam konteks potensinya dalam menolong orang lain. Siswa dengan gaya belajar Understanding, lebih fokus pada ide dan abstraksi, belajar melalui proses bertanya-berpikirmenguji, dan mengevaluasi pembelajaran melalui standar logika dan penggunaan bukti-bukti. Sedangkan siswa dengan gaya belajar Self-Expressive, mencari gambaran dari pembelajaran, menggunakan perasaaan dan emosi untuk mengkonstruksi ide-ide dan produk baru, dan melalui proses pembelajaran dari aspek keaslian, keindahan, dan kapasitasnya untuk memberi kejutan dan kepuasan.
49
Vol. 3 No. 2 (2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 : Hal. 49-53 TABEL 1 PERSENTASE JUMLAH SISWA YANG TUNTAS PADA ULANGAN HARIAN PERTAMA KELAS VII SMP NEGERI 7 PADANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Tuntas Kelas
Jumlah Siswa
VII1
32
Jumlah Siswa 18
VII2
32
4
12,5
VII3
Persentase(%) 56,25
32
2
6,25
VII4
32
16
50
VII5
32
10
31,25
VII6
32
8
25
VII7
32
26
81,25
VII8
32
19
59,375
Sumber: Guru Matematika SMP N 7 Padang Berdasarkan tabel 1 di atas, persentase ketuntasan siswa di kelas kecerdasan logika (VII1, VII7, VII8) sudah cukup optimal. Hal ini terlihat dari cukup banyaknya siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan, yaitu 80. Sedangkan persentase ketuntasan siswa di kelas kecerdasan intrapersonal (VII 5) dan kelas kecerdasan musikal-visual (VII6) terlihat kurang optimal karena kurang dari setengah jumlah siswa yang mencapai KKM. Selain kelas VII4, persentase ketuntasan siswa kelas kecerdasan interpersonal (VII2, VII3) terlihat kurang optimal, sangat sedikit siswa yang mencapai KKM. Dari semua kelas VII, jumlah siswa yang paling sedikit mencapai KKM adalah kelas VII3. Berdasarkan observasi yang dilakukan pada tanggal 21 Agustus 2013 sampai dengan 21 September 2013 di kelas VII yang berbasis kecerdasan interpersonal, terlihat bahwa pembagian kelas berdasarkan kecerdasan majemuk yang dimiliki siswa belum diikuti dengan pengetahuan guru tentang model pembelajaran ataupun bahan ajar yang sesuai dengan kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh siswa. Cara guru mengajar di kelas kecerdasan interpersonal dan kelas kecerdasan lainnya terlihat sama. Guru memulai pelajaran dengan menanyakan dan membahas pekerjaan rumah (PR) yang diberikan pada pertemuan sebelumnya. Setelah semua PR dibahas, guru menjelaskan materi pelajaran yang baru sekaligus memberikan contoh soal. Kemudian, guru memberikan beberapa soal sebagai latihan yang harus dikerjakan oleh siswa secara individual. Siswa dengan kecerdasan interpersonal yang pada dasarnya menikmati pembelajaran dengan kelompok, saling berbagi pengetahuan antara anggota kelompok, senang memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dan suka bekerja sama, kurang terfasilitasi untuk belajar sesuai dengan kecerdasan majemuk yang mereka miliki. Siswa dengan kecerdasan interpersonal akan menikmati pembelajaran kooperatif, pengajaran kelompok, keterlibatan masyararakat, pertemuan-pertemuan sosial dan simulasi, karena siswa yang memiliki kecerdasan
interpersonal akan lebih mudah untuk mengeluarkan ide ketika mereka berkelompok daripada ketika mereka belajar sendiri [2]. Selain itu, perlu adanya keterampilan guru dalam berinteraksi dengan para siswa secara dinamis. Selain cara guru mengajar siswa terkesan sama di kelas yang kecerdasan yang berbeda, bahan ajar yang digunakan juga sama yaitu berupa buku teks. Buku tes yang digunakan berisi penjelasan umum materi, contoh soal, dan soal-soal latihan, tapi kurang memperhatikan kecerdasan majemuk dan gaya belajar siswa. Dalam proses pembelajaran, siswa cenderung menyerap informasi dengan gaya yang berbeda dalam berbagai kondisi, sehingga ada kemungkinan siswa akan belajar dengan gaya belajar yang berbeda dalam setiap pertemuannya. Dengan demikian, perlu adanya bahan ajar yang menfasilitasi siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki tanpa menghiraukan karakteristik kecerdasan interpersonal yang mereka miiki. LKS berbasis gaya belajar Mastery, Interpersonal, Understanding, dan Self-Expressive merupakan salah satu bahan ajar yang disusun dan disesuaikan dengan karakteristik-karakteristik gaya belejar Mastery, Interpersonal, Understanding, dan Self-Expressive siswa sehingga diharapkan dapat membantu siswa dengan kecerdasan interpersonal belajar sesuai dengan gaya belajar yang mereka miliki. LKS berbasis gaya belajar Mastery, Interpersonal, Understanding, dan SelfExpressive diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran, hasil belajar siswa dan ketuntasan belajar matematika siswa. Hasil belajar peserta didik dapat diklasifikasikan ke dalam tiga ranah (domain), yaitu a) Domain kognitif (pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan linguistik dan kecerdasan logis – matematis). b) Domain afektif (sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal). c) Domain psikomotor (keterampilan atau yang mencakup kecerdasan kinestetik-tubuh, kecerdasan spasial, dan kecerdasan musikal). Dalam penelitian ini, hasil belajar peserta didik yang diperhatikan adalah domain kognitif. Penilaian terhadap hasil belajar dapat dilihat setelah diberikan tes kepada siswa yang dijadikan sebagai sampel. Tes yang diberikan sesuai dengan materi yang dipelajari selama penelitian berlangsung. Dari hasil belajar dapat diketahui kemampuan siswa dalam menguasai suatu materi pelajaran. Teori gaya belajar dimulai oleh Carl Jung (1923), yang menemukan bahwa cara kita memproses dan mengevaluasi informasi berkembang menjadi tipe-tipe kepribadian tertentu. Ada empat gaya belajar menurut [3]: a) Gaya belajar Mastery, dengan ciri-ciri: 1) Ingin mempelajari informasi dan prosedur praktis. 2) Menyukai latihan, kuliah, demonstrasi, dan praktik. 3) Mungkin mengalami kesulitan ketika pembelajaran menjadi terlalu abstrak atau ketika berhadapan dengan pertanyaan
50
Vol. 3 No. 2 (2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 : Hal. 49-53 terbuka. 4) Belajar dengan baik ketika pengajaran difokuskan pada mencontohkan keterampilan baru, berpraktik, dan sesi umpan balik. b) Gaya belajar Interpersonal, dengan ciri-ciri: 1) Ingin mempelajari halhal yang mempengaruhi kehidupan orang-orang. 2) Menyukai pengalaman berkelompok, diskusi, aktivitas belajar kooperatif, permainan peran, atensi personal. 3) Mungkin mengalami kesulitan ketika pengajaran berfokus pada tugas individual mandiri atau ketika pembelajaran kekurangan aplikasi dunia nyata. 4) Belajar dengan baik ketika guru memberi perhatian kepada siswa yang gigih dalam belajar. c) Gaya belajar Understanding, dengan ciri-ciri: 1) Ingin menggunakan logika, debat, dan penggalian informasi dalam menyelidiki ide-ide. 2) Menyukai aktivitas membaca, debat, proyek penelitian, studi mandiri, penyusunan kasus atau argumen pertanyaan “Mengapa?” 3) Mungkin mengalami kesulitan ketika terdapat fokus pada lingkungan sosial di kelas (misalnya, pembelajaran kooperatif). 4) Belajar dengan baik ketika ditantang untuk memikirkan dan menjelaskan ide-idenya. d) Gaya belajar Self-Expressive dengan ciri-ciri: 1) Ingin mengunakan imajinasinya dalam mengeksplorasi ide-ide. 2) Menyukai aktivitas pengembangan kreasi dan aktivitas artistik, persoalan terbuka dan nonrutin, pembentukan kemungkinan dan alternatif, pertanyaan “Bagaimana jika?”. 3) Mungkin mengalami kesulitan ketika pengajaran berfokus pada latihan dan praktik serta menghafal prosedur/aturan baku/ kebiasaan penyelesaian masalah. 4) Belajar dengan baik ketika diundang untuk mengekspresikan dirinya secara unik dan orisinal. Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu ”Bagaimana hasil belajar matematika siswa kelas VII kecerdasan interpersonal SMP Negeri 7 Padang tahun pelajaran 2013/2014 setelah menggunakan lembar kerja siswa berbasis gaya belajar Mastery, Interpersonal, Understanding, dan Self-Expressive” Sejalan dengan rumusan masalah tersebut maka tujuan artikel ini adalah untuk mengkaji atau menganalisis penerapan lembar kerja siswa berbasis gaya belajar Mastery, Interpersonal, Understanding, dan Self-Expressive di kelas VII kecerdasan interpersonal SMP Negeri 7 Padang tahun pelajaran 2013/2014. Tulisan ini diharapkan bermanfaat bagi guru khususnya guru matematika di sekolah-sekolah yang menerapkan pembagian kelas berdasarkan kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh siswa sebagai alternatif perangkat pembelajaran dalam melakukan upaya meningkatkan hasil belajar matematika siswa. METODE Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana hasil belajar matematika siswa setelah setelah menggunakan lembar kerja siswa berbasis gaya belajar Mastery, Interpersonal, Understanding, dan SelfExpressive. Rancangan penelitian yang digunakan adalah The One-Shot Case Study [4]. Pada rancangan penelitian
ini, diberikan perlakuan kepada satu kelompok subjek, kemudian dilakukan pengukuran. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 7 Padang di Kelas VII3 Kecerdasan Interpersonal semester genap Tahun Pelajaran 2013/2014. Sampel dipilih dengan teknik purposive sampling dari populasi penelitian yaitu siswa kelas VII kecerdasan interpersonal SMP Negeri 7 Padang dengan pertimbangan, yaitu a) siswa memiliki karakteristik kecerdasan interpersonal yang sama. b) siswa memiliki usia yang relatif sama. c) pengajaran di kelas dilakukan oleh guru yang sama Jenis data dalam penelitian ini ada dua yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif dalam penelitian ini meliputi nilai tes hasil belajar yang diperoleh siswa. Data kualitatif meliputi gambaran proses dan sikap siswa selama pembelajaran dengan menggunakan lembar kerja siswa (LKS) berbasis gaya belajar Mastery, Interpersonal, Understanding, dan Self-Expressive. Prosedur penelitian dibagi menjadi tiga tahap, yaitu a) tahap persiapan : menetapkan jadwal penelitian mempersiapkan rencana pembelajaran, membentuk kelompok belajar siswa, yang mana pembagian tersebut berdasarkan keinginan siswa sendiri, menyusun soal tes yang akan dilakukan untuk tes, menyusun LKS berbasis gaya belajar Mastery, Interpersonal, Understanding, dan Self-Expressive. b) tahap pelaksanaan adalah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah di buat pada kelas sampel. Pembelajaran pada kelas sampel menggunakan LKS berbasis gaya belajar Mastery, Interpersonal, Understanding, dan Self-Expressive. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa tes hasil belajar dan catatan lapangan yang berisi seluruh kegiatan pembelajaran serta sikap siswa dari awal sampai akhir pembelajaran dengan menggunakan lembar kerja siswa berbasis gaya belajar Mastery, Interpersonal, Understanding, dan Self-Expressive di setiap pertemuannya. Analisis tes hasil belajar dilakukan dengan melihat nilai tes hasil belajar siswa dan gambaran jawaban siswa. Siswa dikatakan tuntas dalam belajar jika nilai tes hasil belajar siswa melebihi atau sama dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditetapkan oleh SMP Negeri 7 Padang yaitu 80. HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk hasil belajar matematika siswa, diperoleh data seperti yang tertera pada Tabel 2. TABEL 2 STATISTIK HASIL TES AKHIR PADA KELAS SAMPEL
Kelas VII3
Banyak siswa 32
80 68,8 %
X
75,93
S
Xmax
Xmin
18,94
100
20
Keterangan :
X
S Xmax
= rata-rata nilai = simpangan baku = nilai tertinggi Xmin = nilai terendah
51
Vol. 3 No. 2 (2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 : Hal. 49-53 Berdasarkan Tabel 2, pelaksanaan tes akhir ini diikuti oleh 32 orang siswa. 22 orang siswa (68,8%) nilainya sudah mencapai KKM yang ditetapkan sekolah untuk mata pelajaran matematika yaitu 80. Rata-rata nilai siswa adalah 75,93, simpangan baku 18,94, median data tes 80, modus data 85 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 20. Dapat disimpulkan bahwa nilai ujian akhr siswa kelas VII3 SMP Negeri 7 Padang cukup beragam. Berdasarkan deskripsi dan analisis data diketahui bahwa secara umum hasil belajar matematika siswa pada kelas VII3 SMP Negeri 7 Padang pada pokok bahasan Perbandingan sudah memuaskan. Jika dibandingkan dengan nilai tes hasil belajar siswa sebelumnya dengan rata-rata 51,5 dan persentase ketuntasan klasikal 6,25% (2 dari 32 orang siswa), maka nilai tes hasil belajar siswa setelah penerapan lembar kerja siswa berbasis gaya belajar Mastery, Interpersonal, Understanding, dan SelfExpressive terlihat dari sebelumnya. Peningkatan hasil belajar siswa terjadi karena penerapan lembar kerja siswa berbasis gaya belajar Mastery, Interpersonal, Understanding, dan SelfExpressive membuat siswa lebih leluasa dalam berdiskusi karena LKS yang diberikan disesuaikan dengan gayagaya belajar siswa yang berbeda-beda sehingga lebih banyak ide yang muncul dan bagi siswa yang enggan bertanya langsung pada guru dapat bertanya kepada teman dalam kelompoknya. Diskusi kelompok dan diskusi kelas memberikan kesempatan lebih banyak kepada siswa untuk bertanya, bertukar pikiran, sehingga pemahaman siswa menjadi lebih baik hasil belajarnya pun juga lebih baik Pada awal-awal penerapan lembar kerja siswa berbasis gaya belajar Mastery, Interpersonal, Understanding, dan Self-Expressive, siswa dibagi menjadi enam kelompok. Pembagian anggota kelompok diserahkan sepenuhnya kepada keinginan siswa. Jadi, siswa mencari teman yang dia senangi untuk membentuk kelompok. Dalam pembentukan kelompok, ketua kelompok sengaja ditiadakan dengan tujuan agar fungsi kepemimpinan tersebar rata sehingga beban ataupun tanggung jawab yang biasanya ditanggung oleh satu orang dibagi rata, artinya setiap anggota bertanggung jawab penuh terhadap hasil kerja kelompok. Selain mempunyai tanggung jawab yang sama, setiap anggota juga mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Hal ini dilakukan untuk memenuhi salah satu kriteria penciptaan lingkungan yang kompleks bagi siswa dalam belajar. Selama pembelajaran dengan LKS berbasis gaya belajar Mastery, Interpersonal, Understanding, dan SelfExpressive, siswa terlihat bersemangat dalam membaca, mempelajari, dan mendiskusikan masalah-masalah yang disajikan di dalam LKS yang diberikan dengan teman sekelompok dalam waktu yang disepakati. Tanpa instruksi dari guru, siswa saling berbagi tugas dalam menyelesaikan masalah yang diberikan guru. Setelah semua anggota kelompok menyelesaikan tugas yang diberikan, terjadilah diskusi kelompok. Walaupun di dalam diskusi kelompok terjadi perbedaan atau silang
pendapat di antara anggota kelompok, terlihat siswa tetap menghargai perbedaaan yang terjadi di antara mereka. Ketika beberapa anggota kelompok mengalami kesulitan dalam memahami materi atau pemecahan masalah yang didapat kelompok, anggota kelompok lainnya langsung memberikan bantuan pemahaman. Hal ini sesuai dengan komponen kecerdasan interpersonal yang dikemukakan oleh Hacth dan Gardner (Goleman, 1997: 166) yang terdiri dari: mengorganisir kelompok, merundingkan pemecahan masalah, menjalin hubungan pribadi, dan melakukan analisis sosial. Walaupun pada awal-awal penerapan LKS berbasis gaya belajar Mastery, Interpersonal, Understanding, dan Self-Expressive masih ada siswa yang bekerja sendirisendiri, kurang berpartisipasi aktif dalam diskusi kelompok sehingga cenderung menggangu teman sekelompok maupun kelompok lain, takut untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok dan masih enggan untuk bertanya, namun manfaat dari LKS berbasis gaya belajar Mastery, Interpersonal, Understanding, dan Self-Expressive dapat terlihat dari hasil kuis yang diberikan. Hasil kuis pada pertemuan pertama menunjukkan nilai rata-rata yang diperoleh siswa cukup tinggi yaitu 95,63 dengan 24 siswa mendapat nilai sempurna yaitu 100. Siswa mulai merasakan manfaat bahwa LKS berbasis gaya belajar Mastery, Interpersonal, Understanding, dan Self-Expressive sangat membantu dalam memahami materi pelajaran. Pada setiap pertemuan berikutnya siswa mulai terbiasa, merasa senang dan semakin bersemangat mengikuti pembelajaran yang menggunakan lembar kerja siswa berbasis gaya belajar Mastery, Interpersonal, Understanding, dan SelfExpressive. Terlihat pada setiap pertemuan berikutnya, siswa semakin aktif dalam kelompok, membantu teman kelompok memahami materi melalui LKS yang diberikan, mengacungkan tangan ingin berpartisipasi dalam presentasi, dan berani untuk bertanya. Siswa saling memberikan dukungan sewaktu anggota kelompok presentasi di depan kelas, memberi bantuan kepada teman kelompok untuk memahami materi pelajaran agar dapat menyelesaikan kuis yang diberikan nantinya. Hal ini membuktikan penerapan lembar kerja siswa berbasis gaya belajar Mastery, Interpersonal, Understanding, dan SelfExpressive dapat meningkatkan keinginan dan semangat siswa dalam belajar. Untuk Soal Nomor 2, terdapat jawaban siswa yang beragam dalam menjawab soal tentang perbandingan senilai, ini dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.
52
Vol. 3 No. 2 (2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 : Hal. 49-53 Gambar 1 Jawaban Siswa Untuk Soal Nomor 2 Dengan Menggunakan Persamaan Perbandingan Senilai
Berdasarkan jawaban salah seorang siswa untuk soal nomor 2 yang terlihat pada gambar 1, dapat disimpulkan bahwa pada umumnya siswa sudah memahami konsep perbandingan senilai dengan baik. Jawaban yang diberikan siswa merupakan salah satu jawaban sistematis dengan mengikuti langkah-langkah yang diharapkan. Pertama, siswa membuat tabel perbandingan dilengkapi dengan jumlah hari dan biaya sesuai dengan jumlah hari menginap. Kedua, siswa menyamakan perbandingan hari dan perbandingan biaya penginapan. Selanjutnya, siswa mencari nilai variabel yang belum diketahui yaitu x yang berarti biaya penginapan yang harus dibayar untuk 4 hari penginapan. Selain cara penyelesaian soal nomor 2 dengan cara seperti pada gambar 1, sebagian siswa juga menyelesaikan soal nomor dua dengan cara mencari nilai satuan seperti terlihat pada gambar 2.
Gambar 2 Jawaban Siswa Untuk Soal Nomor 2 Dengan Mencari Nilai Satuan
Berdasarkan jawaban salah seorang siswa untuk soal nomor 2 yang terlihat pada gambar 2, dapat disimpulkan bahwa siswa juga memahami bahwa perbandingan senilai juga dapat diselesaikan dengan cara mencari nilai satuan terlebih dahulu. Pertama, siswa mencari nilai satuan yaitu biaya penginapan untuk satu hari dengan cara membagi biaya penginapan untuk tujuh hari dengan tujuh. Kemudian, untuk mendapatkan besar biaya penginapan untuk empat hari, siswa mengalikan biaya satuan yang telah didapat sebelumnya dengan empat. Berdasarkan gambar 1 dan gambar 2 dapat disimpulkan bahwa untuk soal nomor 2, siswa terlihat memahami dengan baik konsep tentang perbandingan senilai. Hal ini dikarenakan, pada pembelajaran yang menerapkan lembar kerja siswa berbasis gaya belajar Mastery, Interpersonal, Understanding, dan SelfExpressive, terdapat diskusi yang mendorong pemahaman siswa bahwa permasalahan perbandingan senilai dapat dicari dengan persamaan yang ada atau dengan mencari nilai per satuan terlebih dahulu. Dengan adanya diskusi di
dalam kelompok, dan saling tukar pendapat antara siswa setelah salah seorang siswa mempresentasikan jawaban kelompok di depan kelas, mendorong jawaban yang beragam dari siswa dan kebanyakan siswa memahami dengan baik. SIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan, penerapan lembar kerja siswa berbasis gaya belajar Mastery, Interpersonal, Understanding, dan Self-Expressive pada pokok bahasan perbandingan memberikan pengaruh baik pada ketuntasan belajar siswa di kelas VII Kecerdasan Interpersonal SMP Negeri 7 Padang. Berdasarkan tes hasil belajar yang diikuti oleh 32 orang siswa, 68,8% siswa dinyatakan sudah berhasil mencapai nilai KKM dengan rata-rata nilai adalah 75,93. Siswa di kelas VII Kecerdasan Interpersonal SMP Negeri 7 Padang sudah bisa menjawab soal yang diberikan dengan sistematis dan dengan cara yang beragam. Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh baik penerapan lembar kerja siswa berbasis gaya belajar Mastery, Interpersonal, Understanding, dan Self-Expressive terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII Kecerdasan Interpersonal SMP Negeri 7 Padang, maka disarankan kepada guru menggunakan lembar kerja siswa berbasis gaya belajar Mastery, Interpersonal, Understanding, dan SelfExpressive sebagai alternatif perangkat pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajarr matematika siswa. REFERENSI [1] Armstong, Thomas. 2013. Kecerdasan Multipel di Dalam Kelas. Jakarta: Indeks [2] Armstong, Thomas. 2013. Kecerdasan Multipel di Dalam Kelas. Jakarta: Indeks [3] Silver, Harvey F dkk. 2012. Strategi-Strategi Pengajaran. Jakarta: Indeks [4] Suryabrata, Sumadi. 2008. Metodologi Penelitian. Bandung: Penerbit Gajah Mada Press
53