VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1.a.
Faktor-faktor
yang
berpengaruh
nyata/signifikan
terhadap
produksi
usahatani jagung di Kabupaten Sumbawa adalah luas lahan, jumlah benih, pengalaman petani, pendidikan petani dan varietas jagung untuk di lahan sawah, sedang yang berpengaruh nyata/signifikan di lahan kering adalah jumlah benih, jumlah urea, jumlah insektisida, dan pengalaman petani. Faktor yang berpengaruh secara negative pada usahatani jagung di Kabupaten Sumbawa adalah tingkat keaktifan petani pada program penyuluhan. b. Pendapatan usahatani jagung di Kabupaten Sumbawa dipengaruhi secara positif oleh luas lahan, varietas Pioner dan dummy suku/penduduk asli karena memiliki luas areal tanam yang lebih luas untuk di lahan sawah. Pada lahan kering faktor yang berpengaruh positif adalah luas lahan, sumber benih sedang yang mempengaruhi secara negative adalah harga benih, harga herbisida, dan keaktifan petani yang kurang pada program penyuluhan. 2.a. Elastisitas produksi usahatani jagung secara teknis di lahan sawah dipengaruhi oleh luas lahan, dan jumlah benih (EP=0,836<1= DRTS), sedang di lahan kering adalah jumlah benih, jumlah urea, dan jumlah insektisida (EP=0,817<= DRTS/Decreasing Return to Scale). Secara umum elastisitas produksi jagung di Kabupaten Sumbawa mendekati Contans Return to Scale (CRTS). b. Elastisitas pendapatan usahatani jagung secara teknis di lahan
sawah
dipengaruhi oleh luas lahan (EP=0,794<1= DRTS), sedang di lahan kering adalah luas lahan dan harga benih (EP=0, 992<1= DRTS). Secara umum elastisitas pendapatan di Kabupaten Sumbawa mendekati CRTS. 3. a. Rata-rata tingkat efisiensi teknis, alokatif dan ekonomi usahatani jagung di Kabupaten Sumbawa belum efisien, sehingga masih memungkinkan untuk meningkatkan tingkat efisiensi teknis dan alokatif untuk mencapai efisiensi ekonomi.
181
b. Berdasarkan hasil pendugaan fungsi produksi Stochastic Frontier dengan metode MLE pada usahatani jagung, faktor inefisiensi yang secara nyata mempengaruhi efisiensi usahatani jagung di Kabupaten Sumbawa adalah pengalaman dan pendidikan formal petani. Hal ini menunjukkan bahwa Efisiensi teknis dan ekonomi usahatani jagung di Kabupaten Sumbawa lebih banyak dipengaruhi oleh faktor kemampuan manajerial petani didalam mengelolah usahataninya. 4. Berdasarkan hasil analisis efisiensi pemasaran jagung di Kabupaten Sumbawa dapat disimpulkan: a. Terdapat dua saluran pemasaran jagung
di lokasi penelitian, yaitu
saluran I: petani – pedagang pengumpul desa – pedagang pengumpul kecamatan – pedagang pengumpul antar kabupaten/kota – pabrik pakan ternak, dan saluran pemasaran yang ke II: petani – pedagang pengumpul kecamatan – pedagang pengumpul antar kabupaten/kota – pabrik pakan ternak. b. Saluran pemasaran jagung di Kabupaten Sumbawa baik di lahan kering maupun lahan sawah menunjukkan saluran II lebih efisien dibandingkan saluran I. c. Analisis efisiensi pemasaran jagung di Kabupaten Sumbawa, dilihat dari saluran pemasaran, margin dan fasilitas fisik pemasaran menunjukkan bahwa pemasaran jagung di Kabupaten Sumbawa
dapat dikatakan
cukup efisien.
5. Dari hasil analisis PAM komoditi jagung di Kabupaten Sumbawa dapat disimpulkan: a. Komoditi jagung memiliki keuggulan kompetitif dan keunggulan komparatif, hal ini ditunjukkan dengan nilai PCR sebesar 0,25 dan DRC sebesar 0,21. Keuntungan privat (PP) yang diperoleh sebesar Rp. 8,544,476,- (memiliki keunggulan kompetitif) secara finansial di tingkat usahatani, sedangkan keuntungan sosial (PS) sebesar Rp. 10.769.491,- (memiliki keunggulan komparatif) secara ekonomi atau perekonomian secara keseluruhan penggunaan sumberdaya domestik efisien. b. Hasil analisis dampak kebijakan pemerintah berupa kebijakan output yaitu ditunjukkan nilai NPCO<1 (0,84), menunjukkan tidak adanya kebijakan
182
pemerintah berupa proteksi output, hal ini berarti tidak ada subsidi output sehingga menyebabkan harga social lebih tinggi dari harga privat. c. Nilai kebijakan input NPCI < 1 (0,86), menunjukkan pemerintah melakukan proteksi terhadap harga input (input tradable), dan produsen (petani) menerima
subsidi
atas
input
asing
sehingga
produsen
(petani)
mengeluarkan biaya untuk pemakaian input asing dengan harga yang lebih murah sebesar 86% dari yang seharusnya. d. Kebijakan input-otput yang dilakukan pemerintah terhadap komoditi jagung dilihat dari nilai EPC yang diperoleh yaitu 0,84 (EPC<1) menggambarkan efektifitas kebijakan pemerintah terhadap output maupun subsidi input belum atau kurang efektif dalam mendukung produksi jagung lokal untuk dikembangkan kearah perdagangan ekspor. Berdasarkan nilai PC yang diperoleh yaitu
0,79 < 1, menunjukkan bahwa intervensi pemerintah
belum efektif dalam mendukung peningkatan produksi usahatani jagung di Kabupaten Sumbawa. Nilai SRP bernilai negatif, yakni sebesar -0,14, menunjukkan bahwa secara umum kebijakan pemerintah atas distorsi pasar yang ada belum atau kurang memberikan dampak yang menguntungkan bagi petani jagung di Kabupaten Sumbawa dalam berproduksi.
8.2. Implikasi Kebijakan Berdasarkan Hasil pembahasan dan kesimpulan dari penelitian ini maka yang dapat disarankan adalah : 1.
Peningkatan produksi dan pendapatan usahatani jagung di Kabupaten Sumbawa
dapat
dilakukan
dengan
peningkatan
pendidikan
petani
khususnya tentang usahatani jagung dari pra tanam sampai penanganan hasil/produksi lewat penyuluhan yang intensif, pelatihan-pelatihan terutama pada ketua kelompok tani, sehingga akan diharapkan akan meningkatkan efisiensi, produksi dan pendapatan. 2.
Tingkat efisiensi
usahatani jagung di Kabupaten Sumbawa dipengaruhi
oleh tingkat pendidikan dan pengalaman petani, maka peningkatan efisiensi dapat ditempuh: (1) meningkatkan efisiensi teknis petani dengan cara meningkatkan
kemampuan
manajerial
183
petani
dalam
mengelolah
usahataninya dengan pengendalian dan alokasi sumberdaya yang optimal, oleh karena itu sangat diperlukan peran dinas pertanian untuk selalu memberi pelatihan dan pendidikan pada
ketua kelompok tani/gapoktan
dalam mengadopsi dan menyalurkan kemampuan teknis dan manajerial usahataninya kepada kelompoknya masing-masing agar lebih efektif disamping bantuan penyuluh lapangan
(2) untuk meningkatkan efisiensi
alokatif diperlukan dukungan kebijakan subsidi input untuk tetap diberikan terutama pupuk dan benih. 3.
Dayasaing usahatani jagung di Kabupaten Sumbawa memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif,
sehingga perlu dukungan pemerintah untuk
tetap mempertahankan dan mengembangkan komoditi jagung melalui kebijakan-kebijakan di bidang pertanian yang mendukung petani atau merangsang petani untuk terus mempertahankan dan meningkatkan produktivitas jagung melalui peran PPL yang efektif bekerjasama dengan ketua gapoktan atau koptan, sehingga tercapai program swasembada jagung dan program PIJAR yang terus berkelanjutan. Perlu adanya ransangan iklim usaha yang kondusif bagi investor untuk bergerak dalam agroindustri jagung di daerah. Sehingga kedepannya pemerintah daerah dan pusat bisa menarik investor untuk mendirikan pabrik pakan di Kabupaten Sumbawa dan diharapkan akan mampu menciptakan kepastian pasar bagi petani produsen dan ketersediaan produksi bagi konsumen. 4.
Berkaitan dengan produksi dan pendapatan petani, (1) perlu adanya sentra-sentra industri pengolahan jagung di daerah melalui kelompok tani dan atau masyarakat lainnya, supaya komoditi jagung mempunyai nilai tambah (added value) sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani dan perekonomian daerah serta dapat memacu petani untuk terus meningkatkan produktivitas jagung, (2) perlu adanya pembinaan petani penangkar benih di sentra-sentra produksi jagung untuk menerapkan teknologi sesuai anjuran sehingga dapat menyediakan benih unggul berkualitas dan tersedia pada saat dibutuhkan.
5.
Dalam rangka PIJAR sebaiknya tidak sekedar pada peningkatan produktivitas tetapi juga pada aspek pasca panen dan perbaikan sarana transportasi. Aspek pasca panen diperlukan penyediaan alat pemipil, alat
184
pengecek kadar air, lantai jemur dan gudang serta alat pengering (silo jagung) bagi kelompok tani/gapoktan. 6.
Perlu adanya kebijakan pemerintah: (1) menentukan harga dasar jagung tingkat petani, sehingga dapat melindungi petani sebagai produsen. (2) Penguatan modal petani/gapoktan melalui penyediaan kredit lunak dengan persyaratan dan prosedur yang dapat dipenuhi petani (3) Sosialisasi pola kemitraan yang berkelanjutan bagi petani/gapoktan dengan pengusaha bidang
agribisnis
jagung
untuk
pemasaran
hasil
(4)
Sentralisasi
penggunaan varietas yang cocok untuk dikembangkan di lahan kering dan varietas yang cocok dikembangkan di lahan sawah. 7.
Arah pengembangan jagung di Kabupaten Sumbawa baik pada lahan kering maupun di lahan sawah difokuskan pada penambahan luas areal tanam,
peningkatan
pengetahuan
petani
(manajerial
pengelolaan
usahatani) pada bidang teknologi budidaya dan pengelolaan pasca panen serta penerapan pola kemitraan gapoktan dengan pengusaha jagung dan akses modal usaha melalui kebijakan kredit lunak dengan syarat yang dapat dijangkau petani. 8.
Pemantapan program dan pelayanan penyuluhan dengan menambah jumlah penyuluh yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi (sarjana pertanian),
mempunyai ketrampilan bidang pertanian, dan mempunyai
kredibilitas tinggi sehingga bisa menjadi konsultan pemandu usahatani, fasilitator juga mediator bagi petani.
185