243 VIII. EFEK PERUBAHAN HARGA INPUT DAN HARGA OUTPUT PADA EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Pada bab sebelumnya telah ditunjukkan hasil pendugaan model ekonomi rumahtangga petani tanaman pangan menggunakan model persamaan simultan. Hasil pendugaan tersebut lebih menekankan kepada hubungan struktural antar sejumlah variabel yang dapat diidentifikasi pada ekonomi rumahtangga petani tanaman pangan. Seperti telah dijelaskan pada kerangka teori, salah satu ciri model ekonomi rumahtangga petanian adalah adanya interaksi antara keputusan produksi dan keputusan konsumsi, demikian juga sebaliknya.
Interaksi ini biasanya dipelajari melalui analisis statika
komparatif (comparative static) dengan menghitung elastisitas titik atau elastisitas busur. Pada model persamaan simultan, analisis sejenis ini dapat dilakukan dengan melakukan simulasi, yaitu melakukan perubahan-perubahan pada satu atau beberapa variabel tertentu yang efeknya akan dipelajari. Variabel yang diubah biasanya merupakan variabel kebijakan atau variabel yang karena proses tertentu bisa berubah dan ingin diketahui efeknya terhadap rumahtanga usahatani. Keuntungan menggunakan analisis simulasi antara lain (Smith and Strouss, 1986) dapat mengatasi adanya persamaan non-linear dalam model, rumahtangga mempunyai perangkat variabel eksogen yang berbeda sehingga analisis dengan elastisitas akan menghasilkan besaran yang beragam antar rumahtangga. Di samping itu, simulasi bisa melakukan perubahan beberapa variabel secara bersamaan. Penelitian-penelitian sebelumnya yang menggunakan persamaan simultan menamakan analisis ini sebagai analisis dampak kebijakan. Pada penelitian ini tidak ditujukan untuk menganalisis dampak kebijakan, tetapi lebih bersifat menguji model untuk melihat sejauh mana perubahan yang terjadi dapat menangkap perilaku logis
244 rumahtangga petani tanaman pangan. Walaupun demikian, implikasi praktis dari hasil analisis ini masih relevan untuk mengantisipasi dampak suatu kebijakan atau perubahan suatu variabel karena proses tertentu. Efek perubahan pada penelitian ini dipelajari dengan menggunakan persentase kenaikan dari kondisi awal yang sama untuk seluruh variabel kebijakan, yaitu sebesar 10 persen.
Persentase ini ditentukan secara arbiter dengan tujuan agar besar dan arah
dampak kebijakan dapat lebih mudah diperbandingkan.
Di samping itu, mengingat
simulasi pada model persamaan simultan merupakan algoritma yang memanfaatkan besar dan arah koefisien dugaan pada setiap persamaan struktural, maka arah dan besaran hasil simulasi sebenarnya identik dengan elastisitas. Pada analisis ini juga dilakukan analisis efek perubahan dari kombinasi lebih dari satu variabel kebijakan. Kehadiran variabel harga bayangan sebagai variabel endogen pada model penelitian ini memungkinkan untuk menguji efek perubahan pada dua kondisi. Kondisi pertama, seluruh variabel harga bayangan ditempatkan sebagai variabel endogen, sehingga perubahan yang terjadi pada variabel kebijakan akan menyebabkan perubahan pada harga bayangan. Model ini disebut model non-separable. Kondisi kedua, harga bayangan ditempatkan sebagai variabel eksogen, sehingga perubahan variabel kebijakan tidak mengubah harga bayangan.
Model ini disebut model separable. Analisis
difokuskan pertama kali ke model non-separable sebagai model utama, kemudian diperbandingkan dengan
separable. Secara struktural yang mempengaruhi perilaku
ekonomi rumahtangga pada model separable dan non-separable pada penelitian ini adalah harga bayangan tenaga kerja keluarga dan harga bayangan lahan. Oleh karena itu,
245 perbedaan yang terjadi antara kedua model lebih banyak disebabkan oleh peran variabel harga bayangan tersebut.
8.1. Kenaikan Harga Produk Usahatani Salah satu kebijakan yang sering dilakukan pemerintah adalah mengintervensi pasar dengan menentukan harga produk, misalnya pada sektor tanaman pangan dengan menentukan harga dasar atau harga beli pemerintah.
Pada penelitian ini, harga produk
akan didekati dengan harga komposit produk usahatani tanaman pangan. Penggunaan harga produk komposit ini disadari kurang baik sehingga idealisme efek perubahan harga produk tidak dapat dianalisis dengan sempurna, seperti adanya daya desak marjinal antar produk pada model ini tidak dapat dijelaskan. Penggunaan harga komposit pada penelitian ini mengasumsikan bahwa apabila pemerintah menetapkan harga produk, maka keseluruhan harga tanaman pangan lainnya akan ikut terpengaruh. Efek kenaikan harga produk tersebut pada ekonomi rumahtangga petani dapat dilihat pada Tabel 36. Efek kenaikan harga produk dipilah menurut strata luas lahan dan dibedakan untuk model yang non-separable dan yang separable. Pada Tabel 36 tampak pengaruh kenaikan harga produk secara umum menyebabkan kenaikan hampir seluruh variabel ekonomi rumahtangga di sisi produksi, yaitu kegiatan usahatani.
Ini
menunjukkan bahwa kebijakan memperbaiki harga produk usahatani merupakan kebijakan yang berdampak positif pada kinerja usahatani. Harga produk pada model ekonomi rumahtangga petani ini secara langsung mempengaruhi luas lahan garapan (LGARP). Adanya kenaikan harga produk memberi insentif bagi rumahtangga untuk meningkatkan luas lahan garapan. Peningkatan luas
246 lahan garapan di sini sebenarnya diterjemahkan sebagai peningkatan intensitas tanam selama satu tahun, bukan perluasan penguasaan lahan. Pada usahatani tanaman pangan, intensitas tanam bisa lebih dari 300 persen, yang berarti lahan yang sama diusahakan tiga musim tanam atau lebih dalam setahun.
247 Tabel 36. Efek Kenaikan Harga Produk 10 Persen pada Ekonomi Rumahtangga Petani Model Separable dan Non-Separable Menurut Strata Luas Lahan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.
Variabel* LGARP PURE PTSP TKPD TKWD TKPL TKWL INPL CASHI VPROD TFRET TFEXP NFFIN KPNFF KWNFF NFINC CASHO KONPT INVUT HHINC CPANB CPKES CNPAN INVRT TABNG CREDIT
CRUTN HHEXP SWP SWW SPL
Model Non-Separable (%) Model Separable (%) Strata 1 Strata 2 Strata 3 Total Strata 1 Strata 2 Strata 3 Total 13.684 4.470 1.917 3.589 9.081 4.073 1.974 3.044 5.541 3.932 3.591 4.018 3.581 3.793 3.512 3.602 5.659 4.213 3.968 4.312 3.811 4.307 3.874 3.985 2.295 1.992 2.513 2.301 1.773 2.221 2.737 2.356 1.394 1.226 1.774 1.502 0.937 1.326 1.727 1.399 5.117 5.346 7.518 6.353 3.592 5.129 7.217 5.802 5.279 5.557 7.744 6.560 3.698 5.314 7.471 5.999 0.361 0.296 0.297 0.308 0.236 0.302 0.282 0.280 1.255 0.943 0.936 0.993 0.800 0.908 0.894 0.882 22.566 15.377 14.976 15.956 18.031 15.235 14.922 15.346 5.744 5.973 8.919 7.356 4.098 5.742 8.577 6.751 4.837 4.277 5.328 4.952 2.777 3.947 5.089 4.397 6.150 6.918 12.117 9.004 4.715 6.334 12.137 8.321 -1.144 -1.434 -2.529 -1.663 -0.775 -1.410 -2.491 -1.526 -0.958 -1.151 -2.049 -1.370 -0.640 -1.171 -1.993 -1.253 -1.036 -0.942 -1.821 -1.260 -0.585 -0.948 -1.759 -1.100 8.410 7.756 10.439 9.279 6.122 7.479 10.125 8.601 1.603 2.049 4.022 2.701 1.073 1.970 3.764 2.415 10.817 9.950 14.871 12.602 7.824 9.143 14.668 11.615 4.199 4.687 5.625 5.126 1.429 1.795 2.477 2.058 -0.116 -0.030 -0.017 -0.052 0.053 -0.087 -0.018 -0.019 0.173 0.240 0.450 0.312 0.068 0.099 0.172 0.122 0.006 0.008 0.006 0.007 0.003 0.004 0.003 0.003 6.306 5.266 6.233 5.964 4.586 5.362 5.964 5.586 0.406 0.753 1.902 1.032 0.334 0.618 1.621 0.863 1.587 1.173 0.962 1.174 0.900 1.023 0.961 0.965 -0.057 -0.003 0.014 -0.010 0.033 -0.042 -0.001 -0.004 0.343 0.500 0.843 0.607 0.312 0.478 0.797 0.570 7.992 2.606 1.664 2.619 0.000 0.000 0.000 0.000 8.622 7.300 6.382 6.736 0.000 0.000 0.000 0.000 -7.101 -5.559 0.911 -5.584 0.000 0.000 0.000 0.000
* Nama variabel dapat dilihat pada Lampiran 5.
248 Pada sistem persamaan yang dibangun, luas lahan garapan mempengaruhi penggunaan tenaga kerja dalam keluarga pria dan wanita (TKPD dan TKWD), permintaan tenaga kerja luar keluarga pria dan wanita (TKPL dan TKWL), permintaan terhadap pupuk Urea dan TSP (PURE dan PTSP), serta permintaan kredit CREDIT. Parameter hasil dugaan variabel luas lahan pada variabel-variabel tersebut bertanda positif, sehingga peningkatan luas lahan garapan secara langsung akan meningkatkan variabel-variabel tersebut. Mengingat variabel yang terpengaruh langsung juga secara simultan mempengaruhi variabel lain, maka peningkatan luas lahan garapan juga secara tidak langsung mempengaruhi variabel lain di seluruh sistem persamaan. Pada Tabel 36 terlihat efek yang ditimbulkan oleh peningkatan luas lahan garapan secara tidak langsung ada yang positif dan ada pula yang negatif. Efek negatif terlihat pada penawaran tenaga kerja di luar usahatani, baik tenaga kerja pria (KPNFF) maupun tenaga kerja wanita (KWNFF).
Artinya, sistem persamaan dalam model ini
memungkinkan menjelaskan adanya pergeseran alokasi tenaga kerja rumahtangga dari luar usahatani ke dalam usahatani sebagai efek dari adanya insentif ekonomi pada kegiatan usahatani.
Akibat adanya pengurangan curahan kerja di luar usahatani,
pendapatan di luar usahatani (NFFIN) menurun. Di sisi lain, peningkatan alokasi kerja dan penggunaan pupuk serta input lain di usahatani menyebabkan pendapatan bersih rumahtangga yang berasal dari usahatani mengalami peningkatan.
Peningkatan
pendapatan usahatani disebabkan oleh peningkatan yang sangat tajam pada nilai produk total usahatani (VPROD). Hal ini wajar, karena di satu sisi, adanya peningkatan harga produk menyebabkan peningkatan produksi karena realokasi penggunaan input usahatani. Di sisi lain, peningkatan harga produk juga berdampak langsung pada peningkatan nilai
249 produk total. Artinya, sejumlah produk yang sama akan mempunyai nilai produk yang lebih tinggi karena adanya kenaikan harga produk tersebut. Efek kenaikan harga produk usahatani juga menyebabkan realokasi penggunaan produk usahatani.
Pada Tabel 36 tampak adanya peningkatan produk yang dijual
CASHO dan peningkatan produk usahatani yang dikonsumsi. Persentase peningkatan produk usahatani yang dijual tampak lebih besar dibandingkan dengan persentase peningkatan produk usahatani yang dikonsumsi. Implikasi dari efek ini adalah bahwa secara agregat, perbaikan harga produk usahatani tanaman pangan dapat meningkatkan penawaran rumahtangga terhadap produk usahatani. Realokasi pendapatan usahatani juga terjadi untuk pengeluaran investasi usahatani (INVUT) dan investasi rumahtangga (INVRT). Pada Tabel 36 terlihat kedua variabel investasi tersebut mengalami peningkatan.
Persentase peningkatan investasi pada
usahatani tampak lebih besar dibandingkan persentase peningkatan investasi pada rumahtangga.
Hasil ini menunjukkan bahwa perbaikan harga produk usahatani
berdampak pada peningkatan pendapatan usahatani, sehingga rumahtangga mempunyai kesempatan menyisihkan bagian pendapatan usahatani tersebut untuk keperluan investasi usahatani dan rumahtangga. Tampak juga bahwa kecenderungan marjinal investasi di usahatani relatif lebih tinggi dibandingkan dengan di rumahtangga. Pada Tabel 36 dapat juga dipelajari efek kenaikan harga produk usahatani menurut strata luas lahan. Secara umum, efek kenaikan harga produk usahatani tersebut cenderung direspons dengan besaran yang berbeda, bahkan dengan arah yang juga berbeda. Persentase perubahan luas lahan garapan tampak jauh lebih besar pada strata lahan sempit, kemudian turun pada strata lahan yang lebih luas. Adanya peningkatan
250 luas lahan garapan yang tinggi pada strata lahan sempit tidak diikuti dengan perubahan yang sama pada variabel lainnya. Nilai produk total tanaman pangan tampak mengalami perubahan paling tinggi di usahatani berlahan sempit, namum variabel lainnya tidak demikian.
Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga pria dan wanita, tampak
perubahannya cenderung lebih kecil pada usahatani berlahan sempit. Demikian halnya dengan perubahan investasi di usahatani, cenderung mengecil pada usahatani berlahan sempit.
Ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan pendapatan dari usahatani
cenderung memberi kesempatan pada usahatani berlahan luas untuk memanfaatkan tenaga kerja dalam keluarga.
Perbaikan pendapatan usahatani juga cenderung
meningkatkan kesempatan pembentukan modal usahatani pada rumahtangga berlahan luas. Hal ini wajar karena surplus tenaga kerja dalam keluarga dan surplus pendapatan usahatani pada rumahtangga berlahan luas lebih besar dibandingkan dengan rumahtangga berlahan sempit. Perubahan yang cenderung menguat pada rumahtangga berlahan luas juga terjadi pada nilai produk usahatani yang dijual dan yang dikonsumsi. Pada usahatani berlahan sempit, perubahan kedua variabel tersebut paling kecil. Ini menunjukkan juga bahwa kenaikan harga produk akan meningkatkan bagian produk yang dijual terutama pada usahatani berlahan luas. Adanya bagian produk usahatani yang dikonsumsi berpengaruh juga pada pengeluaran rutin rumahtangga (CRUTN). Pada rumahtangga berlahan sempit dan berlahan sedang, peningkatan harga produk menyebabkan penurunan pengeluaran rutin. Sebaliknya, walaupun dalam persentase yang kecil, pada rumahtangga berlahan luas, justru meningkat. Pengeluaran rutin rumahtangga adalah pengeluaran untuk pangan yang dibeli dari pasar (CPANB), pengeluaran pangan yang disediakan sendiri (CPANS),
251 pengeluaran untuk kesehatan dan pendidikan (CPKES), dan pengeluaran untuk nonpangan. Jika pengeluaran rutin rumahtangga ditambah dengan pengeluaran investasi rumahtangga dan pajak akan menghasilkan pengeluaran total rumahtangga (HHEXP). Tampak pada Tabel 36, kenaikan harga produk usahatani menurunkan pengeluaran total rumahtangga berlahan sempit dan rumahtangga berlahan sedang. Pada rumahtangga berlahan luas tampak meningkat. Pada Tabel 36 dapat dibandingkan efek kenaikan harga produk menurut model non-separable dan model separable. Efek perubahan harga produk usahatani ditangkap oleh kedua model dengan arah dan besaran yang berbeda, baik di setiap variabel maupun di setiap strata di kedua model. Secara umum terlihat perubahan pada model nonseparable cenderung lebih besar dibandingkan dengan perubahan pada model separable. Misalnya efek langsung yang terlihat pada luas lahan garapan, tampak pada model nonseparable
lebih besar dibandingkan pada model non-separable, terutama pada
rumahtangga lahan sempit. Demikian halnya dengan input usahatani lainnya, seperti pupuk Urea, TSP, dan tenaga kerja luar keluarga pria dan wanita, pada lahan sempit model non-separable lebih tinggi dibandingkan dengan model separable. Pada strata lahan sedang dan strata luas, model non-separable memang lebih tinggi namun tidak sebesar pada strata lahan sempit. Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perbaikan harga produk usahatani tanaman pangan dapat meningkatkan produksi dan pendapatan usahatani serta pendapatan rumahtangga.
Namun efek kebijakan tersebut lebih menguntungkan
rumahtangga berlahan luas. Respons produksi terhadap perubahan harga produk pada rumahtangga lahan sempit lebih besar dibandingkan dengan respons rumahtangga petani
252 berlahan luas.
Namun pada rumahtangga berlahan sempit peningkatan produksi
usahatani tersebut tidak menyebabkan peningkatan pendapatan rumahtangga. Jika dalam prakteknya, rumahtangga petani berlahan sempit tidak akses terhadap kebijakan perbaikan harga produk, maka kebijakan perbaikan harga produk akan semakin bias kepada rumahtangga berlahan luas. Dari uraian di atas dapat dipelajari lebih lanjut bahwa pada model non-separable, perilaku rumahtangga petani cenderung lebih responsif terhadap perubahan harga produk dibandingkan dengan perilaku rumahtangga petani pada model separable. Adanya harga input yang bersifat endogen pada model non-separable, menyebabkan perbaikan harga direspons oleh rumahtangga petani secara simultan dan terartikulasi ke seluruh aktivitas ekonomi rumahtangga, baik keputusan produksi maupun keputusan konsumsi.
Jika
diperhatikan antar strata, menunjukkan bahwa perbedaan respons rumahtangga pada kondisi separable dan non-separable
menjadi lebih kecil pada strata lahan
luas.
Artinya, pengaruh endogenitas harga bayangan tenaga kerja dalam keluarga dan harga bayangan lahan garapan semakin kecil pada rumahtangga berlahan luas. Dengan kata lain, ciri efek ketidaksempurnaan pasar input (tenaga kerja dan lahan) semakin melemah pada rumahtangga berlahan luas. 8.2. Kenaikan Harga Pupuk Efek perubahan harga pupuk dipelajari untuk mengantisipasi perubahan ekonomi pada rumahtangga petani tanaman pangan sebagai akibat adanya kebijakan pemerintah berupa pengaturan harga pupuk.
Kebijakan pemerintah terhadap harga pupuk Urea
misalnya dalam bentuk pengurangan subsidi, sehingga berdampak pada kenaikan harga pupuk di tingkat petani.
Kebijakan pemerintah yang terkait dengan pupuk adalah
253 menaikkan harga eceran pupuk Urea dan TSP. Kebijakan ini sering dilakukan untuk dalam rangka mengurangi beban subsidi pupuk. Pada penelitian ini, dilakukan simulasi meningkatkan harga pupuk Urea dan TSP. Pada tahap ini, simulasi dilakukan secara terpisah untuk masing-masing jenis pupuk tersebut, dengan tujuan mempelajari besar dan arah dari efek kenaikan harga masing-masing pupuk. Pemisahan ini penting karena perilaku permintaan terhadap dua jenis pupuk tersebut ternyata berbeda. Pada Tabel 37 disajikan efek kenaikan harga pupuk Urea 10 persen pada ekonomi rumahtangga petani menurut strata luas lahan dan dibedakan menurut model non-separable dan separable. Efek yang sama juga diperilihatkan pada Tabel 38 untuk jenis pupuk TSP. Pada model persamaan simultan dapat dilihat bahwa kenaikan harga pupuk Urea secara langsung berpengaruh pada permintaan pupuk Urea. Semakin tinggi harga pupuk Urea, permintaan pupuk Urea akan semakin rendah. Menurunnya permintaan pupuk Urea menyebabkan penurunan penggunaan pupuk tersebut di kegiatan usahatani. Secara struktural penurunan penggunaan pupuk Urea akan mempengaruhi secara langsung kepada penggunaan tenaga kerja dalam keluarga pria dan wanita, luas lahan garapan melalui nilai penggunaan pupuk kimia (NPKIM), dan pengeluaran tunai usahatani (CASHI).
Variabel-variabel
yang terpengaruh
langsung tersebut
juga akan
mempengaruhi variabel lain secara simultan. Efek yang ditimbulkannya merupakan efek tidak langsung dari kenaikan harga pupuk Urea tersebut. Hasil simulasi pada model non-separable menunjukkan bahwa proses produksi di usahatani mengalami realokasi penggunaan input. Pengurangan penggunaan pupuk Urea disubstitusi dengan penggunaan lahan, sehingga luas lahan garapan mengalami peningkatan di semua strata luas lahan. Demikian halnya dengan penggunaan pupuk
254 TSP, tampak mengalami peningkatan di semua strata luas lahan, yang menunjukkan adanya substitusi penggunaan pupuk Urea dengan pupuk TSP.
Namun demikian,
peningkatan luas lahan garapan dan pupuk TSP tersebut ini ternyata tidak memberi efek
255 Tabel 37. Efek Kenaikan Harga Urea 10 Persen pada Ekonomi Rumahtangga Petani Model Separable dan Non-Separable Menurut Strata Luas Lahan . No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.
Variabel* LGARP PURE PTSP TKPD TKWD TKPL TKWL INPL CASHI VPROD
Model Non-Separable (%) Model Separable (%) Strata 1 Strata 2 Strata 3 Total Strata 1 Strata 2 Strata 3 2.057 1.884 1.866 1.887 -0.748 0.706 1.692 -6.339 -3.609 -1.039 -2.669 -7.669 -4.463 -1.273 0.825 1.015 1.263 1.122 -0.324 0.308 1.131 -2.611 -1.714 -0.568 -1.379 -3.219 -2.151 -0.697 -0.505 -0.255 0.190 -0.129 -0.794 -0.477 0.112 0.298 0.478 0.842 0.615 -0.343 -0.079 0.714 0.306 0.515 0.889 0.651 -0.372 -0.086 0.747 0.055 0.072 0.095 0.081 -0.023 0.021 0.082 0.241 0.905 1.667 1.203 -0.065 0.637 1.562 0.994 0.860 0.995 0.960 -1.853 -0.556 0.800
Total 1.260 -3.247 0.669 -1.727 -0.305 0.247 0.253 0.046 1.022 0.150
TFRET TFEXP NFFIN KPNFF
0.251 0.375 0.178 0.782
0.333 0.638 0.149 0.721
0.593 1.079 0.160 0.541
0.442 0.838 0.161 0.689
-0.424 -0.558 -0.350 0.908
-0.209 -0.144 -0.350 0.837
KWNFF NFINC
0.166 0.259
0.097 0.379
-0.081 0.214
0.064 0.286
0.317 0.454
0.246 0.478
-0.033 0.209
0.181 0.380
CASHO KONPT
0.378 0.055
0.435 0.110
0.694 0.267
0.560 0.156
-0.609 -0.147
-0.271 -0.077
0.543 0.202
0.089 0.012
INVUT HHINC CPANB CPKES CNPAN INVRT TABNG CREDIT CRUTN HHEXP SWP SWW SPL
0.014 0.434 0.042 0.018 0.000 0.876 0.065 0.247 0.025 0.068 1.807 0.663 -3.469
0.073 1.123 0.013 0.057 0.002 0.689 0.096 0.562 0.011 0.073 2.111 2.423 -6.219
0.361 0.207 1.667 1.309 -0.002 0.017 0.133 0.080 0.001 0.001 0.809 0.784 0.070 0.077 1.065 0.717 0.006 0.013 0.110 0.088 0.969 1.299 3.206 2.864 -2.764 -4.191
-0.855 0.014 0.104 0.001 0.000 -0.188 0.058 -0.069 0.058 0.035 0.000 0.000 0.000
-0.686 0.026 0.019 0.001 0.000 0.103 0.054 0.240 0.011 0.019 0.000 0.000 0.000
* Nama variabel dapat dilihat pada Lampiran 5.
0.460 0.066 0.775 0.303 0.109 -0.160 0.483 0.751
0.153 -0.305 0.036 0.029 -0.002 0.037 0.003 0.002 0.000 0.000 0.699 0.396 0.061 0.058 0.960 0.498 -0.001 0.019 0.093 0.055 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
256 yang sama pada setiap strata luas lahan. Terlihat pada Tabel 37 bahwa kenaikan harga pupuk Urea berdampak paling buruk pada ekonomi rumahtangga berlahan sempit. Hampir seluruh variabel ekonomi rumahtangga strata ini menunjukkan penurunan. Jika bergeser pada strata rumahtangga lahan sedang dan strata lahan luas, tampak bahwa kenaikan harga pupuk Urea tidak merugikan.
Kenaikan luas lahan garapan dan
penggunaan TSP sebagai efek dari kenaikan harga pupuk Urea pada strata tersebut tampak lebih tinggi dibandingkan dengan strata rumahtangga lahan sempit. Substitusi juga terjadi pada penggunaan tenaga kerja luar keluarga pria dan wanita di strata rumahtangga lahan sedang dan lahan luas. Namun pada strata lahan sempit, tampak tidak terjadi substitusi. Dengan adanya substitusi pada penggunaan input tersebut, nilai produk total tanaman pangan (VPROD) hampir tidak mengalami perubahan di semua strata. Hal ini menunjukkan bahwa realokasi penggunaan input pada strata rumahtangga di semua strata luas lahan mampu mempertahankan nilai produksi. Namun demikian, efek lebih lanjut pada rumahtangga lahan sempit tampak lebih merugikan. Nilai produk total usahatani (TFRET) pada strata rumahtangga berlahan sempit terlihat, walaupun dengan persentase yang sangat kecil, terlihat menurun. Realokasi juga terjadi pada tenaga kerja rumahtangga. Adanya kenaikan harga pupuk Urea, menyebabkan peningkatan penawaran tenaga kerja pria di luar usahatani. Pada tenaga kerja wanita, terlihat perubahannya tidak konsisten. Efek total realokasi tenaga kerja keluarga di luar usahatani menyebabkan sedikit kenaikan pada pendapatan di luar usahatani (NFINC), namun pada strata rumahtangga lahan sempit terlihat perubahannya paling kecil.
Dilihat dari sisi pendapatan, dapat disimpulkan bahwa
adanya tekanan harga pupuk Urea, ada upaya rumahtangga untuk mempertahankan
257 pendapatan, baik pendapatan dari dalam usahatani maupun pendapatan dari luar usahatani. Adanya perubahan dalam struktur pendapatan rumahtangga, tentunya berdampak pula pada alokasi penggunaan hasil usahatani dan struktur
pengeluaran rumahtangga.
Nilai produk usahatani yang dijual pada strata rumahtangga berlahan sempit mengalami penurunan, sedangkan pada strata rumahtangga lahan sedang dan luas masih bertanda positif walaupun dengan angka yang sangat kecil.
Di sisi pengeluaran konsumsi,
pengeluaran rutin rumahtangga pada strata rumahtangga berlahan sempit juga mengalami penurunan, sedangkan pada strata lahan yang lebih luas tampak bertanda positif dengan angka yang juga sangat kecil. Jika dibandingkan dengan model separable menunjukkan dampak yang lebih besar dibandingkan dengan model non-separable.
Hal ini menunjukkan bahwa
adanya
endegenitas harga input dalam bentuk harga bayangan tenaga kerja dalam keluarga dan harga bayangan lahan garapan menyebabkan pendekatan konvensional menjadi berlebihan (over estimate). Pada model separable efek kenaikan harga pupuk Urea berdampak sama pengurangan input usahatani yang berdampak pada penurunan penerimaan total usahatani (strata lahan sempit dan lahan sedang). Efek ini pada model separable berdampak pada struktur konsumsi rumahtangga seperti pada model nonseparable, namum efek yang terjadi hanya searah.
Hal ini menunjukkan bahwa
rumahtangga tidak mempunyai kesempatan untuk mengoreksi alokasi penggunaan input usahatani karena adanya perubahan di struktur pendapatan. Semakin besar penurunan di kegiatan produksi usahatani dan luar usahatani akan semakin besar pula efeknya pada kegiatan konsumsi rumahtangga.
Oleh karena itu wajar jika pada model separable
258 tersebut efek kenaikan harga Urea digambarkan dengan perubahan yang lebih besar dibandingkan dengan model separable. Dampak kenaikan harga pupuk TSP menunjukkan arah dan besaran yang berbeda dengan dampak kenaikan harga pupuk Urea (Tabel 38). Dapat diperhatikan pada model non-separable dampak kenaikan harga TSP menurunkan hampir seluruh variabel ekonomi rumahtangga di semua strata luas lahan. Dari segi besaran, dampak yang ditimbulkan oleh kenaikan harga TSP jauh lebih besar dibandingkan dengan kenaikan harga Urea. Jika ditelusuri kembali pada hasil dugaan fungsi permintaan kedua jenis pupuk, perbedaan yang mencolok terletak pada elastisitas harga. Telah dibahas pada bagian sebelumnya bahwa permintaan TSP sangat elastis terhadap harga TSP, jauh lebih elastis dibandingkan dengan permintaan Urea. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, TSP diduga mempunyai efek residu jangka panjang, sehingga petani bisa mengurangi penggunaan pupuk ini jika terjadi kenaikan harga. Namun dalam simulasi ini, dimensi jangka panjang tersebut tidak tertangkap dalam model, sehingga reaksi kenaikan harga TSP akan sangat ditentukan oleh besaran elastisitas tersebut. Pada Tabel 38 terlihat penurunan penggunaan pupuk TSP pada strata rumahtangga berlahan sempit ternyata lebih dari 50 persen.
Angka ini memang
berhubungan dengan elastisitas permintaan pupuk TSP yang sangat elastis terhadap harga TSP. Walaupun model yang diduga hanya menghasilkan satu angka elastisitas, tetapi dengan simulasi elastisitas tersebut dapat digambarkan menurut strata luas lahan. Tampak pada Tabel 38, kenaikan harga pupuk pada persentase yang sama (10 persen)
259 menyebabkan penurunan yang semakin mengecil pada strata rumahtangga berlahan sedang dan berlahan luas. Pengurangan pupuk TSP yang besar, secara struktural akan
260 Tabel 38.
No.
Efek Kenaikan Harga TSP 10 Persen pada Ekonomi Rumahtangga Petani Model Separable dan Non-Separable Menurut Strata Luas Lahan.
Model Non-Separable (%) Variabel* Strata 1 Strata 2 Strata 3 Total
Model Separable (%) Strata 1 Strata 2 Strata 3
Total
1. LGARP 2. PURE 3. PTSP
-6.137 -2.689 -51.875
-6.396 -3.655 -40.395
-1.437 -1.149 -19.414
-3.065 -2.109 -30.476
-12.627 -4.162 -55.906
-5.949 -3.926 -42.427
-1.558 -1.236 -20.134
-3.495 -2.477 -32.015
4. TKPD 5. TKWD 6. TKPL 7. TKWL 8. INPL 9. CASHI 10. VPROD 11. TFRET 12. TFEXP 13. NFFIN 14. KPNFF 15. KWNFF 16. NFINC 17. CASHO 18. KONPT 19. INVUT 20. HHINC 21. CPANB
-4.306 -8.542
-4.763 -8.775
-2.826 -6.395
-3.755 -7.693
-5.653 -8.901
-5.551 -9.142
-3.195 -6.478
-4.493 -7.942
-2.364 -2.393 -3.878 -3.835 -9.700 -2.508 -3.718 -1.902 1.528 3.383 1.344 -3.641 -0.725 -3.934 -2.158 0.113
-2.723 -2.782 -2.499 -2.805 -6.491 -2.523 -3.560 -1.870 2.337 4.313 2.008 -3.263 -0.896 -3.292 -0.678 0.112
-1.022 -0.982 -0.888 -0.949 -1.632 -0.972 -1.230 -0.742 2.291 4.258 2.195 -1.135 -0.445 -1.169 1.172 0.028
-1.814 -1.818 -1.877 -1.974 -3.799 -1.760 -2.291 -1.380 2.051 3.992 1.854 -2.208 -0.670 -2.326 0.114 0.082
-2.971 -3.063 -4.155 -4.365 -13.043 -3.008 -4.090 -2.450 1.772 3.419 1.393 -4.502 -0.768 -4.657 -0.399 -0.104
-3.008 -3.155 -2.614 -2.830 -8.024 -3.026 -4.818 -1.266 2.420 4.391 2.010 -3.949 -1.020 -2.763 -0.084 -0.013
-1.111 -1.074 -0.919 -0.989 -1.840 -1.058 -1.816 -0.299 2.110 4.175 2.078 -1.247 -0.472 -1.319 0.219 0.029
-2.079 -2.127 -1.962 -2.082 -4.694 -2.074 -3.022 -1.161 2.104 3.995 1.834 -2.644 -0.733 -2.406 0.005 -0.025
22. CPKES 23. CNPAN 24. INVRT 25. TABNG 26. CREDIT 27. CRUTN 28. HHEXP 29. SWP 30. SWW 31. SPL
-0.090 -0.005 -2.797 0.096 -1.049 0.059 -0.147 -9.757 -5.498 -3.535
-0.035 -0.002 -2.676 0.149 -1.868 0.059 -0.208 -3.519 -0.031 7.001
0.094 0.003 -0.852 0.240 -0.761 0.018 -0.105 -0.350 2.373 -0.568
0.007 -0.001 -1.668 0.163 -1.165 0.042 -0.148 -2.111 1.330 0.053
-0.019 -0.001 -3.419 0.092 -1.596 -0.060 -0.306 0.000 0.000 0.000
-0.005 -0.002 -4.137 0.265 -1.697 -0.008 -0.405 0.000 0.000 0.000
0.015 -0.001 -0.915 0.330 -0.804 0.013 -0.111 0.000 0.000 0.000
0.000 -0.001 -2.211 0.231 -1.260 -0.013 -0.253 0.000 0.000 0.000
* Nama variabel dapat dilihat pada Lampiran 5.
261
262 mengganggu semua variabel ekonomi rumahtangga lainnya. Mekanisme efek perubahan tersebut sama dengan yang terjadi pada efek kenaikan harga pupuk Urea. Perbandingan antar model menunjukkan pada sisi produksi model separable cenderung lebih responsif.
Perhatikan perubahan luas lahan garapan (LGARP),
penggunaan pupuk dan tenaga kerja, serta
nilai produksi (VPROD), persentase
perubahan lebih besar pada model separable. Hal ini menunjukkan jika keterkaitan antara produksi dan konsumsi diperkuat, dampak kenaikan harga pupuk TSP pada variabel ekonomi akan cenderung lebih kecil (lihat Sadoulet dan de Janvry, 1995). Efek pengurangan penggunaan input usahatani secara menyeluruh menyebabkan penurunan produksi tanaman pangan dan penerimaan total usahatani, yang pada giliranya menurunkan pendapatan bersih usahatani. Pada model separable, efek ini secara searah akan mengganggu struktur pengeluaran rumahtangga, tanpa ada koreksi kepada keputusan penggunaan input usahatani yang berkurang tersebut. Efek perubahan yang searah ini menyebabkan dampak kenaikan harga pupuk TSP menjadi terlihat lebih besar dibandingkan dengan jika rumahtangga mempertimbangkan secara simultan keputusan produksi dan konsumsi. Efek kenaikan harga pupuk yang diuraikan di atas dapat dipelajari lebih lanjut dengan menggabungkan efek kenaikan harga pupuk Urea dan harga pupuk TSP. Pada level kebijakan pemerintah, pengurangan subsidi pupuk akan berdampak pada semua harga pupuk yang disubsidi. Baik pupuk Urea maupun pupuk TSP merupakan jenis pupuk yang mengandung subsidi harga. Mekanisme efek kenaikan harga pupuk Urea dan TSP dalam model sama seperti telah diuraikan pada efek kenaikan harga pupuk Urea. Kenaikan harga kedua jenis pupuk akan
263 mempengaruhi secara langsung pada penggunaan kedua jenis pupuk. Kedua jenis pupuk tersebut mempengaruhi secara langsung pada luas lahan garapan dalam bentuk nilai pupuk kimia (NPKIM), penggunaan tenaga kerja dalam keluarga pria dan tenaga kerja dalam keluarga wanita, serta pada pengeluaran tunai usahatani (CASHI).
Variabel-
variabel tersebut juga akan mempengaruhi variabel lain secara simultan yang menimbulkan efek tidak langsung dari kenaikan harga pupuk. Efek kenaikan harga pupuk Urea dan TSP disajikan pada Tabel 39. Memperhatikan uraian sebelumnya, efek kenaikan harga pupuk Urea dan TSP akan lebih buruk dibandingkan dengan masing-masing pupuk. Penurunan penggunaan pupuk TSP tampak jauh lebih besar dibandingkan dengan penurunan penggunaan pupuk Urea. Hal ini semakin mempertegas temuan di atas bahwa elastisitas permintaan terhadap masingmasing jenis pupuk sangat menentukan besaran efek kenaikan harga pupuk. Penurunan kedua jenis pupuk tersebut secara simultan juga menurunkan luas lahan garapan, penggunaan tenaga kerja dan input lain (INPL). Pengeluaran tunai usahatani (CASHI) juga terganggu. Penurunan penggunaan input secara simultan ini menunjukkan bahwa efek kenaikan harga dua jenis pupuk secara bersamaan tidak banyak memberi kesempatan kepada rumahtangga petani untuk mensubstitusi dengan input lain. Substitusi antar input mungkin saja terjadi tetapi efek total dari kenaikan harga kedua jenis pupuk tersebut lebih berdampak kepada pengurangan input lainnya. Pengurangan input di kegiatan produksi usahatani berdampak pada penurunan nilai produksi tanaman pangan (VPROD) dan nilai total penerimaan usahatani (TFRET). Tampak pada Tabel 39 penurunan terbesar selalu pada strata rumahtangga berlahan sempit. Pada strata rumahtangga lahans sempit efek kenaikan harga kedua jenis pupuk
264 berdampak pada peningkatan kegiatan rumahtangga di luar usahatani, sehingga pendapatan dari luar usahatani (NFINC) juga meningkat. Kejadian ini logis,
265 Tabel 39. Efek Kenaikan Harga Urea dan TSP 10 Persen pada Ekonomi Rumahtangga Petani Model Separable dan Non-Separable Menurut Strata Luas Lahan. No.
Model Non-Separable (%) Variabel* Strata 1 Strata 2 Strata 3 Total
1. LGARP 2. PURE 3. PTSP 4. TKPD 5. TKWD
Strata 1 Strata 2 Strata 3
Total
-12.927 -11.698 -55.758
-5.328 -8.366 -42.024
0.110 -2.524 -19.016
-2.223 -5.676 -31.194
-5.455 -9.471 -51.458
-4.213 -7.160 -39.409
-7.083 -9.133
-6.439 -9.026
-3.406 -6.212
-5.153 -7.841
-8.715 -9.555
-7.687 -9.606
-3.904 -6.374
-6.175 -8.206
6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.
TKPL -2.394 TKWL -2.427 INPL -3.880 CASHI -3.746 VPROD -10.055 TFRET -2.595 TFEXP -3.766 NFFIN -2.005 KPNFF 2.408 KWNFF 3.606 NFINC 1.742 CASHO -3.782 KONPT -0.728 INVUT -4.112 HHINC -1.919 CPANB 0.048
-2.246 -2.263 -2.426 -1.882 -5.721 -2.222 -2.850 -1.819 3.028 4.417 2.341 -2.869 -0.799 -3.161 0.535 0.131
-0.182 -0.093 -0.785 0.699 -0.631 -0.376 -0.155 -0.572 2.842 4.184 2.412 -0.438 -0.176 -0.792 2.863 0.026
-1.267 -1.235 -1.800 -0.801 -3.014 -1.396 -1.503 -1.314 2.763 4.077 2.171 -1.750 -0.532 -2.129 1.433 0.068
-3.121 -3.286 -4.142 -4.438 -14.196 -3.278 -4.520 -2.631 2.619 3.671 1.812 -4.922 -0.827 -5.217 -0.324 -0.135
-3.096 -3.255 -2.583 -2.241 -8.593 -3.243 -4.989 -1.595 3.256 4.630 2.470 -4.229 -1.098 -3.481 -0.060 0.000
-0.399 -0.329 -0.829 0.552 -1.036 -0.596 -1.047 -0.179 2.601 4.149 2.294 -0.701 -0.269 -1.152 0.258 0.027
-1.788 -1.839 -1.901 -1.081 -4.450 -1.970 -2.704 -1.260 2.836 4.155 2.198 -2.512 -0.695 -2.646 0.047 -0.031
22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.
CPKES CNPAN INVRT TABNG CREDIT CRUTN HHEXP SWP SWW SPL
0.027 0.001 -2.086 0.225 -1.235 0.072 -0.142 -1.314 2.543 1.452
0.229 0.004 -0.046 0.313 0.292 0.024 0.004 0.647 5.613 -3.322
0.088 0.000 -1.027 0.239 -0.464 0.039 -0.089 -0.873 4.201 -3.380
-0.015 -0.001 -3.537 0.194 -1.622 -0.077 -0.334 0.000 0.000 0.000
-0.003 -0.002 -4.019 0.317 -1.482 0.000 -0.389 0.000 0.000 0.000
0.018 -0.001 -0.220 0.394 0.143 0.012 -0.019 0.000 0.000 0.000
0.003 -0.001 -1.799 0.303 -0.760 -0.016 -0.215 0.000 0.000 0.000
-0.080 -0.005 -2.667 0.174 -0.957 0.023 -0.183 -8.772 -5.795 -5.997
0.406 -1.243 -2.201 -4.807 -18.164 -29.442
Model Separable (%)
* Nama variabel dapat dilihat pada Lampiran 5.
266
267 mengingat kebutuhan konsumsi yang tidak terpenuhi dari dalam usahatani disubstitusi dengan mencari aktivitas di luar usahatani. Kejadian ini tampak berlaku di semua strata rumahtangga. Produk usahatani yang dijual di semua strata mengalami penurunan dan demikian halnya dengan produk usahatani yang dikonsumsi. Secara agregat berarti efek kenaikan harga pupuk Urea dan TSP berdampak pada penurunan penawaran produk usahatani tanaman pangan dari rumahtangga.
Lebih jauh, efek kenaikan harga pupuk juga
mengganggu investasi di usahatani dan investasi di rumahtangga. Pengurangan investasi di usahatani relatif lebih besar dibandingkan dengan penurunan investasi di rumahtangga. Hal ini menunjukkan bahwa adanya kenaikan harga pupuk menyebabkan menurunnya kemampuan rumahtangga petani untuk membentuk modal sendiri, terutama pembentukan modal di usahatani. Pada Tabel 39 juga tampak bahwa efek kenaikan harga pada model separable cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan efek yang sama pada model non-separable. Perubahan pada lahan garapan (LGARP) pada model separable hampir dua kali lipat perubahan pada model non-separable. Demikian halnya dengan perubahan pada permintaan pupuk, tampak lebih besar pada model non-separable. Secara empirik hal ini bisa menjelaskan jika ada kebijakan yang menyebabkan peningkatan harga pupuk, ternyata pengurangan penggunaan pupuk yang terjadi lebih kecil dari yang diharapkan. Jika halnya demikian, hal tersebut disebabkan karena asumsi yang kurang tepat tentang perilaku rumahtangga. Asumsi bahwa pasar tenaga kerja yang dihadapi rumahtangga adalah bersaing sempurna, perlu ditempatkan secara hati-hati.
268 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa efek kenaikan harga pupuk pada rumahtangga petani sangat ditentukan oleh struktur permintaan setiap jenis pupuk. Semakin elastis permintaan pupuk terhadap harganya, efek yang ditimbulkan akan semakin besar.
Reaksi rumahtangga terhadap kenaikan harga pupuk tersebut juga
ditentukan oleh skala usahatani (luas penguasaan lahan). Realalokasi penggunaan input pada rumahtangga terjadi di semua strata, tetapi efek terhadap variabel ekonomi lainnya tergantung pada strata luas lahan dan kehadiran harga bayangan input. Kesimpulan penting yang diperoleh dari perbandingan antara
model non-
separable dengan model separable adalah bahwa rumahtangga pada kondisi pasar persaingan tidak sempurna cenderung kurang responsif terhadap perubahan harga pupuk. Kondisi ini bertolak belakang dengan efek kenaikan harga produk usahatani, dimana rumahtangga cenderung lebih responsif pada kondisi pasar persaingan tidak sempurna. Makna lebih jauh dari kesimpulan ini adalah bahwa pada kondisi pasar persaingan tidak sempurna, rumahtangga lebih mampu meredam efek negatif sebagai akibat dari kenaikan harga pupuk, dibandingkan dengan pada kondisi pasar persaingan sempurna. Adanya penilaian nilai produktivitas marjinal terhadap sumberdaya rumahtangga menyebabkan rumahtangga bisa mencapai keseimbangan internal lebih tinggi pada kondisi pasar persaingan tidak sempurna dibandingkan pada kondisi pasar persaingan sempurna. Jika diperbandingkan antar strata, tampak bahwa pengaruh kondisi pasar input lebih besar pada strata rumahtangga berlahan sempit. Semakin luas lahan usahatani yang dikuasai rumahtangga, perbedaan kondisi pasar input semakin melemah. Hal ini menunjukkan bahwa rumahtangga petani berlahan luas lebih terbuka terhadap pasar persaingan sempurna dibandingkan dengan rumahtangga petani berlahan sempit. Namun
269 konsekuensinya adalah bahwa rumahtangga berlahan luas lebih rentan terhadap perubahan harga input. 8.3. Kenaikan Upah Buruh Usahatani Kenaikan upah buruh usahatani dibedakan menjadi tenaga kerja pria dan tenaga kerja wanita. Tujuannya untuk mengantisipasi adanya perbedaan struktur permintaan di kedua jenis tenaga kerja tersebut. Hasil simulasi disajikan pada Tabel 40 dan Tabel 41. Berbeda dengan variabel harga produk dan harga pupuk, kenaikan upah buruh tani bukan merupakan variabel kebijakan pemeritah. Namun dampak perubahan variabel ini penting dipelajari karena banyak faktor yang dapat menggerakkan tingkat upah buruh usahatani secara tidak langsung. Efek kenaikan upah buruh usahatani pria dan wanita pada penelitian ini secara langsung berpengaruh pada penggunaan tenaga kerja luar keluarga (TKPL dan TKWL). Efek kenaikan upah buruh bisa diduga akan mengurangi penggunaan tenaga kerja luar keluarga tersebut. Pengurangan penggunaan tenaga kerja keluarga akan berpengaruh langsung pada penggunaan tenaga kerja dalam keluarga pria dan wanita di usahatani (TKPD dan TKWD), penawaran tenaga kerja rumahtangga di luar usahatani (KPNFF dan KWNFF), dan pengeluaran total usahatani (TFEXP) melalui nilai tenaga kerja luar keluarga (NTKL).
Variabel-variabel tersebut juga mempengaruhi variabel lain secara
simultan. Pengaruh yang diakibatkannya merupakan efek tidak langsung dari kenaikan upah buruh usahatani. Hasil simulasi pada Tabel 40 menunjukkan bahwa kenaikan upah buruh usahatani pria menyebabkan turunnya sebagian besar variabel ekonomi rumahtangga petani tanaman pangan.
Kinerja yang paling buruk terjadi pada ekonomi rumahtangga strata
270 lahan sempit. Pada strata lahan sempit, penurunan terbesar terjadi pada penggunaan tenaga kerja pria luar keluarga. Penurunan ini juga terbesar jika dibandingkan dengan strata lahan sedang dan lahan luas. Pada strata lahan sedang dan
271 Tabel 40. Efek Kenaikan Upah Buruh Usahatani Pria 10 Persen pada Ekonomi Rumahtangga petani Model Separable dan Non-Separable Menurut Strata Lusa Lahan. No.
Variabel*
1. 2. 3. 4.
LGARP PURE PTSP TKPD
5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.
TKWD TKPL TKWL INPL CASHI VPROD TFRET TFEXP NFFIN KPNFF KWNFF NFINC CASHO KONPT INVUT HHINC CPANB CPKES CNPAN INVRT TABNG CREDIT CRUTN HHEXP SWP SWW SPL
Model Non-Separable (%) Model Separable (%) Strata 1 Strata 2 Strata 3 Total Strata 1 Strata 2 Strata 3 1.551 0.389 0.256 0.403 0.271 0.203 0.213 0.838 0.399 0.496 0.527 0.229 0.292 0.454 1.455 0.862 1.102 1.092 0.615 0.741 1.045 0.452 0.347 0.508 0.445 0.197 0.277 0.486 0.304 -4.754 0.411 0.097 0.226 1.626 0.414 2.085 -0.416 -0.170 -0.144 -0.198 0.599 0.126 -0.570 0.078 -0.040 0.003 0.000 1.532 -0.093 0.191 -0.023 0.074 0.929 1.696 -1.887
0.239 -4.384 0.012 0.060 0.121 -0.084 -0.033 1.812 -1.134 -0.142 -0.099 -0.084 -0.043 -0.009 -1.197 -0.467 -0.005 -0.024 0.000 0.778 -0.171 0.107 -0.004 0.072 -0.400 -0.048 -0.688
0.440 -2.884 0.107 0.082 0.162 0.122 0.073 2.373 -1.976 -0.280 -0.215 -0.197 0.084 0.035 -1.652 -0.269 -0.007 -0.022 -0.001 1.112 -0.389 0.135 -0.004 0.149 -0.225 0.584 -0.636
0.341 -3.734 0.144 0.079 0.162 0.242 0.112 2.167 -1.331 -0.193 -0.151 -0.158 0.139 0.046 -1.311 -0.266 -0.017 -0.016 -0.001 1.078 -0.220 0.140 -0.009 0.106 -0.120 0.500 -1.362
* Nama variabel dapat dilihat pada Lampiran 5.
0.117 -5.338 -0.017 0.039 0.069 -0.164 -0.037 1.418 -0.768 -0.051 -0.039 -0.032 -0.066 0.006 -0.891 -0.275 -0.047 -0.013 0.000 0.593 -0.079 0.032 -0.027 0.010 0.000 0.000 0.000
0.190 -4.539 -0.050 0.050 0.091 -0.218 -0.082 1.628 -1.187 -0.093 -0.073 -0.058 -0.108 -0.026 -1.218 -0.382 -0.006 -0.021 -0.001 0.675 -0.163 0.057 -0.005 0.060 0.000 0.000 0.000
0.406 -3.044 0.072 0.076 0.147 0.068 0.039 2.235 -2.335 -0.231 -0.194 -0.180 0.046 0.019 -1.745 -0.560 -0.007 -0.039 -0.001 1.055 -0.398 0.113 -0.005 0.137 0.000 0.000 0.000
Total 0.215 0.371 0.891 0.355 0.264 -3.990 0.016 0.062 0.118 -0.033 -0.014 1.933 -1.555 -0.121 -0.100 -0.090 -0.021 0.001 -1.416 -0.449 -0.019 -0.027 -0.001 0.876 -0.214 0.077 -0.011 0.080 0.000 0.000 0.000
272 lahan luas, penurunan penggunaan tenaga kerja pria luar keluarga masih bisa disubstitusi oleh input lain, seperti pupuk, tenaga kerja dalam keluarga, tenaga kerja wanita luar keluarga, dan lahan garapan. Pada strata lahan sempit substitusi terbesar terjadi pada luasan lahan garapan, sedangkan pada input lainnya tidak terjadi. Akibatnya, penurunan produksi, penerimaan usahatani, pendapatan usahatani, dan pada akhirnya pendapatan rumahtangga, terbesar terjadi pada strata lahan sempit. Pada model separable, arah perubahan lahan garapan pada strata lahan sempit, tampak berlawanan arah dengan hasil model non-separable. perubahan sama tetapi dengan besaran yang berbeda.
Pada strata lain, arah
Perbedaan mencolok pada
perubahan luas lahan garapan. Pada model non-separable strata rumahtangga lahan sempit meningkat jauh lebih besar dibandingkan dengan peningkatan pada model separable.
Demikian halnya pada strata rumahtangga lahan sedang dan lahan luas,
walaupun tidak terlalu besar, perubahan pada model non-separable
lebih besar
dibandingkan dengan perubahan pada model separable. Kehadiran harga bayangan lahan memungkinkan permintaan rumahtangga terhadap lahan garapan lebih elastis terhadap perubahan upah buruh usahatani pria.
Kenaikan lahan garapan disebabkan oleh
penurunan harga bayangan lahan. Artinya, jika produktivitas lahan menurun, maka untuk mencapai pendapatan yang sama diperlukan tambahan luas lahan.
Pada strata
rumahtangga lahan sempit, penurunan harga bayangan lahan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan strata rumahtangga lahan sedang dan lahan luas. Hasil simulasi kenaikan upah buruh usahatani wanita pada Tabel 41 menghasilkan arah yang hampir sama, namun besaran yang berbeda. Strata rumahtangga berlahan sempit menerima dampak yang paling buruk dibandingkan dengan strata luas lahan yang lain.
273 Efek kenaikan upah buruh usahatani wanita secara langsung menurunkan penggunaan tenaga kerja wanita luar keluarga. Persentase penurunan tenaga kerja wanita ini hampir sama dengan penurunan tenaga kerja pria. Demikian halnya dengan besaran antar strata rumahtangga, semakin luas perubahan semakin kecil.
Implikasinya adalah bahwa
kenaikan upah buruh wanita juga dirasakan paling buruk bagi strata rumahtangga berlahan sempit. Perubahan pada lahan garapan sebagai efek kenaikan upah buruh usahatani wanita, tampaknya tidak sebesar efek yang ditimbulkan oleh kenaikan upah buruh usahatani pria. Pada Tabel 41 terlihat peningkatan luas lahan garapan jauh lebih kecil dibandingkan dengan efek kenaikan upah buruh usahatani pria. Dilihat dari besar perubahan harga bayangan lahan, tampak tidak sebesar yang terjadi pada efek kenaikan upah buruh usahatani pria. Oleh karena itu, wajar jika kenaikan luas lahan garapan tidak sebesar yang pada efek kenaikan upah buruh usahatani pria. Efek kenaikan upah buruh usahatani wanita juga menyebabkan terjadinya substitusi pada tenaga kerja dalam keluarga dan penggunaan pupuk. Substitusi input juga terjadi pada penggunaan tenaga kerja dalam keluarga, baik pria maupun wanita. Substitusi ini juga tampak lebih kecil dibandingkan yang terjadi pada efek kenaikan upah buruh usahatani pria. Pada model separable, efek kenaikan upah buruh usahatani wanita lebih kecil dibandingkan efek yang sama pada model non-separable. Perbedaan tersebut dipastikan oleh adanya pengaruh harga bayangan tenaga kerja dalam keluarga dan harga bayangan lahan garapan yang secara langsung berpengaruh pada kedua variabel tersebut
274 Implikasi dari temuan ini adalah bahwa adanya keterkaitan timbal balik antara keputusan produksi dan konsumsi menyebabkan efek kenaikan upah menimbulkan tekanan yang lebih besar pada penggunaan input usahatani.
275 Tabel 41. Efek Kenaikan Upah Buruh Usahatani Wanita 10 Persen pada Ekonomi Rumahtangga petani Model Separable dan Non-Separable Menurut Strata Luas Lahan. No.
Model Non-Separable (%) Model Separable (%) Variabel* Strata 1 Strata 2 Strata 3 Total Strata 1 Strata 2 Strata 3 Total
1. LGARP 2. PURE 3. PTSP
0.414
0.237
0.153
0.197
0.174
0.108
0.123
0.123
0.226 0.473
0.223 0.471
0.289 0.641
0.260 0.566
0.146 0.389
0.150 0.389
0.258 0.598
0.209 0.506
4. TKPD 5. TKWD 6. TKPL 7. TKWL 8. INPL 9. CASHI 10. VPROD 11. TFRET 12. TFEXP 13. NFFIN 14. KPNFF 15. KWNFF 16. NFINC 17. CASHO 18. KONPT 19. INVUT 20. HHINC 21. CPANB 22. CPKES 23. CNPAN 24. INVRT 25. TABNG 26. CREDIT 27. CRUTN 28. HHEXP 29. SWP 30. SWW 31. SPL
0.123 0.315 0.025 -4.190 0.031 0.067 0.028 0.007 1.005 -0.475 -0.038 -0.116 -0.047 0.002 0.015 -0.551 -0.150 -0.041 -0.006 0.000 0.414 -0.057 0.049 -0.024 0.006 0.074 0.375 -0.329
0.151 0.266 -0.002 -3.881 0.033 0.067 -0.075 -0.029 1.010 -0.650 -0.059 -0.115 -0.049 -0.039 -0.007 -0.671 -0.220 -0.008 -0.011 0.000 0.413 -0.098 0.064 -0.005 0.036 -0.131 0.077 -0.472
0.265 0.317 0.053 -2.679 0.048 0.095 0.058 0.034 1.385 -1.170 -0.132 -0.160 -0.107 0.040 0.017 -0.976 -0.064 -0.005 -0.005 -0.001 0.642 -0.229 0.080 -0.002 0.086 -0.197 0.575 -0.452
0.198 0.300 0.030 -3.365 0.041 0.082 0.020 0.009 1.216 -0.834 -0.073 -0.130 -0.067 0.010 0.009 -0.802 -0.122 -0.017 -0.007 0.000 0.541 -0.129 0.068 -0.009 0.049 -0.151 0.444 -0.387
0.088 0.167 -0.005 -4.357 0.025 0.045 -0.073 -0.017 0.892 -0.472 -0.023 -0.058 -0.024 -0.046 0.028 -0.543 -0.171 -0.097 -0.008 0.000 0.338 -0.044 0.020 -0.055 -0.031 0.000 0.000 0.000
0.109 0.209 -0.042 -4.025 0.026 0.047 -0.167 -0.063 0.877 -0.660 -0.033 -0.086 -0.031 -0.084 -0.018 -0.687 -0.214 -0.010 -0.012 0.000 0.346 -0.090 0.030 -0.006 0.028 0.000 0.000 0.000
0.248 0.299 0.028 -2.842 0.043 0.085 0.017 0.010 1.280 -1.364 -0.107 -0.148 -0.096 0.011 0.006 -1.030 -0.327 -0.005 -0.023 0.000 0.599 -0.230 0.065 -0.003 0.078 0.000 0.000 0.000
0.167 0.237 0.000 -3.529 0.035 0.067 -0.042 -0.018 1.104 -0.902 -0.052 -0.096 -0.050 -0.028 0.004 -0.828 -0.261 -0.035 -0.015 0.000 0.487 -0.122 0.044 -0.019 0.033 0.000 0.000 0.000
* Nama varariabel dapat dilihat pada Lampiran 5.
276
Selanjutnya, efek kenaikan upah buruh usahatani pria dan wanita disajikan pada Tabel 42. Efek gabungan ini untuk menjelaskan bahwa pada kenyataannya, kenaikan upah buruh di usahatani terjadi secara simultan antara upah pria dan wanita. Efek yang ditimbulkan oleh kenaikan upah buruh usahatani gabungan pria dan wanita ini lebih besar dibandingkan dengan efek masing-masing. Efek langsung dari kenaikan upah tersebut adalah menurunnya penggunaan tenaga kerja pria dan wanita luar keluarga. Secara simultan terlihat penurunan tenaga kerja wanita relatif lebih rendah dibandingkan penurunan tenaga kerja pria. Penurunan ini secara konsisten semakin mengecil pada strata rumahtangga berlahan sedang dan berlahan luas. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan upah buruh usahatani pria dan wanita berdampak paling buruk pada strata rumahtangga lahan sempit. Pada model separable efek kenaikan upah buruh usahatani pria dan wanita mempunyai arah yang sama namun dengan besaran yang lebih kecil dibandingkan dengan penurunan pada model non-separable. Jika dibandingkan dengan efek masing kenaikan masing-masing upah pria dan wanita, perbedaan efek pada kedua model jauh lebih besar. Artinya bahwa adanya keterkaitan timbal balik dalam rumahtangga untuk memutuskan produksi dan konsumsi akan menimbulkan tekanan berlebihan pada penggunaan input usahatani.
Pada lahan garapan misalnya, model non-separable
menjelaskan adanya peningkatan kebutuhan lahan garapan yang jauh lebih tinggi dibandingkan pada model separable.
Secara empririk dapat dilihat dengan adanya
pengusahaan lahan usahatani yang berlebihan sehingga sering menimbulkan lahan kritis.
277 Orientasi rumahtangga yang bukan semata mencari laba tertinggi, tetapi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga, cenderung mengekploitasi sumberdaya milik
278
Tabel 42. Efek Kenaikan Upah Buruh Usahatani Pria dan Wanita 10 Persen pada Ekonomi Rumahtangga Petani Model Separable dan Non-Separable Menurut Strata Luas Lahan. No.
Variabel*
1. LGARP 2. PURE 3. PTSP 4. TKPD 5. TKWD 6. TKPL 7. TKWL 8. INPL
Model Non-Separable (%) Model Separable (%) Strata 1 Strata 2 Strata 3 Total Strata 1 Strata 2 Strata 3 Total 1.967 0.622 0.409 0.599 0.441 0.309 0.337 0.339 1.064 0.620 0.787 0.787 0.372 0.440 0.716 0.580 1.933 1.332 1.747 1.661 0.993 1.123 1.648 1.396 0.575 0.498 0.772 0.643 0.283 0.386 0.733 0.521 0.641 0.502 0.757 0.645 0.285 0.402 0.705 0.501 -4.718 -4.388 -2.818 -3.696 -5.375 -4.576 -3.014 -3.997 -3.762 -3.865 -2.570 -3.213 -4.371 -4.072 -2.775 -3.514 0.128 0.093 0.131 0.119 0.063 0.076 0.120 0.097
9. CASHI 10. VPROD 11. TFRET 12. TFEXP 13. NFFIN 14. KPNFF
0.292 1.659 0.422 3.106 -0.905 -0.208
0.188 -0.160 -0.062 2.820 -1.784 -0.197
0.258 0.244 0.184 0.265 0.110 0.122 3.768 3.392 -3.153 -2.172 -0.408 -0.264
0.113 -0.245 -0.056 2.294 -1.234 -0.073
0.137 -0.389 -0.146 2.500 -1.850 -0.125
0.233 0.089 0.051 3.526 -3.690 -0.339
0.185 -0.074 -0.033 3.038 -2.453 -0.173
15. KWNFF 16. NFINC 17. CASHO 18. KONPT
-0.269 -0.248
-0.213 -0.132
-0.374 -0.283 -0.297 -0.224
-0.097 -0.055
-0.159 -0.088
-0.341 -0.266
-0.196 -0.136
0.614 0.124
-0.083 -0.017
0.127 0.053
0.152 0.050
-0.125 0.049
-0.193 -0.045
0.059 0.026
-0.050 0.009
19. INVUT 20. HHINC 21. CPANB 22. CPKES
-1.133 -0.081 -0.027 -0.003
-1.870 -0.688 -0.013 -0.035
-2.631 -0.330 -0.014 -0.026
-2.118 -0.388 -0.017 -0.024
-1.427 -0.445 -0.194 -0.021
-1.902 -0.596 -0.013 -0.033
-2.771 -0.896 -0.013 -0.062
-2.240 -0.713 -0.068 -0.042
23. CNPAN 24. INVRT 25. TABNG 26. CREDIT 27. CRUTN 28. HHEXP 29. SWP 30. SWW 31. SPL
-0.001 1.961 -0.154 0.238 -0.015 0.111 0.997 2.052 -2.193
0.000 1.189 -0.269 0.170 -0.009 0.108 -0.533 0.026 -1.148
-0.002 1.758 -0.618 0.215 -0.007 0.236 -0.420 1.167 -1.082
-0.001 1.623 -0.351 0.207 -0.010 0.164 -0.272 0.948 -1.735
-0.001 0.911 -0.119 0.052 -0.110 -0.049 0.000 0.000 0.000
-0.001 1.013 -0.253 0.087 -0.009 0.089 0.000 0.000 0.000
-0.001 1.662 -0.626 0.178 -0.009 0.215 0.000 0.000 0.000
-0.001 1.361 -0.335 0.120 -0.037 0.106 0.000 0.000 0.000
* Nama variabel dapat dilihat pada Lampiran 5.
279
keluarga, seperti tenaga kerja keluarga dan lahan yang dikuasai. Perilaku rasional memaksimumkan
keuntungan
tidak
selamanya
mampu
menjelaskan
perilaku
rumahtangga petani. Dengan menggunakan model non-separable terlihat bahwa semakin rendah harga bayangan lahan karena berbagai sebab, rumahtangga bukannya meninggalkan lahan tetapi malah sebaliknya, lahan tersebut digarap semakin intensif. Demikian halnya dengan tenaga kerja dalam keluarga, semakin tidak produktif semakin banyak waktu yang dicurahkan untuk memperoleh tingkat pendapatan tertentu. Perbandingan antara model separable dan non-separable juga mengindikasikan bahwa pada kondisi persaingan pasar tidak sempurna, rumahtangga cenderung mencapai keseimbangan internal lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi pasar persaingan sempurna. Efek kenaikan upah buruh usahatani, secara simultan terartikulasi ke seluruh kegiatan ekonomi rumahtangga, sehingga pada kondisi pasar persaingan tidak sempurna terlihat kurang responsif terhadap perubahan upah buruh tersebut. Menurut strata dapat dilihat bahwa perbedaan terbesar antara kondisi pasar persaingan tidak sempurna dengan kondisi pasar persaingan tidak sempurna terjadi pada rumahtangga lahan sempit. Hal ini sejalan dengan efek perubahan harga pupuk Urea dan atau TSP. Kesimpulannya adalah bahwa pengaruh ketidaksempurnaan pasar paling tinggi terjadi pada rumahtangga berlahan sempit. 8.4. Kenaikan Upah Buruh Di Luar Usahatani Seperti halnya pada upah buruh usahatani, simulasi upah buruh di luar usahatani dibedakan menjadi upah buruh pria dan upah buruh wanita. Simulasi ini bertujuan untuk mengetes efek perubahan upah buruh di luar usahatani terhadap ekonomi rumahtagga
280 usahatani tanaman pangan. Simulasi dilakukan dengan menaikan upah buruh pria dan wanita 10 persen. Kenaikan upah buruh di luar usahatani bukan bagian langsung dari kebijakan pemerintah, tetapi merupakan efek dari kebijakan lain atau karena perkembangan ekonomi tertentu secara tidak langsung meningkatkan upah buruh di luar usahatani. Efek perubahan upah buruh di luar usahatani secara struktural akan mempengaruhi secara langsung curahan kerja rumahtangga pria dan wanita di luar usahatani (KPNFF dan KWNFF).
Perubahan pada kedua variabel tersebut akan
mempengaruhi secara langsung pada pendapatan luar usahatani NFINC, tabungan rumahtangga (TABNG), pengeluaran konsumsi pangan yang dibeli (CPANB), investasi rumahtangga (INVRT), dan investasi usahatani (INVUT).
Setiap variabel tersebut
mempengaruhi variabel endogen lain. Efek yang ditimbulkan variabel-variabel tersebut bersifat tidak langsung. Terlihat dalam model ini bahwa kegiatan di luar usahatani akan mempengaruhi struktur pengeluaran rumahtangga, yang pada gilirannya akan mempengaruhi keputusan produksi di usahatani. Hasil simulasi disajikan berturut-turut pada Tabel 43 dan 44. Pada Tabel 43 terlihat efek kenaikan upah buru pria di luar usahatani menyebabkan kenaikan curahan kerja rumahtangga di luar usahatani. Perilaku ini wajar karena kegiatan di luar usahatani merupakan sumber pendapatan rumahtangga.
Hal yang menarik untuk diperhatikan
adalah bahwa efek kenaikan upah buruh tersebut semakin menguat pada strata rumahtangga berlahan sedang dan strata lahan luas. Hal ini menunjukkan bahwa adanya perbaikan upah buruh pria di luar usahatani, rumahtangga yang paling diuntungkan adalah rumahtangga berlahan luas. Meningkatnya curahan kerja di luar usahatani
281 menyebabkan meningkatnya pendapatan rumahtangga dari luar usahatani.
Sejalan
dengan kenaikan curahan kerja, kenaikan pendapatan ini pun paling banyak dicapai oleh rumahtangga berlahan luas.
282 Tabel 43.
No.
Efek Kenaikan Upah Buruh Pria di Luar Usahatani 10 Persen pada Ekonomi Rumahtangga Petani Model Separable dan Non-Separable Menurut Strata Luas Lahan.
VariaModel Non-Separable (%) bel* Strata 1 Strata 2 Strata 3 Total
1. LGARP 2. PURE 3. PTSP 4. TKPD
-0.092 -0.126 -0.324 -0.072
-0.056 -0.096 -0.223 -0.062
-0.026 -0.060 -0.135 -0.052
-0.039 -0.081 -0.190 -0.060
5. TKWD 6. TKPL 7. TKWL 8. INPL 9. CASHI 10. VPROD 11. TFRET 12. TFEXP 13. NFFIN 14. KPNFF 15. KWNFF 16. NFINC 17. CASHO 18. KONPT 19. INVUT 20. HHINC 21. CPANB 22. CPKES 23. CNPAN 24. INVRT 25. TABNG 26. CREDIT 27. CRUTN 28. HHEXP 29. SWP 30. SWW 31. SPL
-0.063 -0.023 -0.024 -0.020 -0.040 -0.090 -0.023 -0.037 -0.016 0.796 0.025 7.956 -0.033 -0.006 0.378 2.723 0.000 0.112 0.002 0.979 1.750 -0.013 0.005 0.067 -0.050 -0.037 -0.043
-0.058 -0.054 -0.024 -0.020 -0.025 -0.020 -0.016 -0.010 -0.031 -0.019 -0.058 -0.033 -0.022 -0.020 -0.033 -0.025 -0.016 -0.015 0.875 1.158 0.029 0.040 8.774 10.568 -0.016 -0.019 -0.038 -0.022 0.254 0.181 1.891 1.065 0.095 0.046 0.097 0.085 0.000 0.000 0.654 0.378 1.727 1.758 -0.017 -0.014 0.057 0.025 0.111 0.069 -0.009 -0.001 -0.008 0.002 -0.030 -0.007
-0.058 -0.022 -0.023 -0.013 -0.026 -0.046 -0.021 -0.029 -0.015 0.932 0.031 9.088 -0.020 -0.022 0.240 1.573 0.049 0.096 0.001 0.548 1.745 -0.015 0.030 0.082 -0.009 -0.002 -0.034
Model Separable (%) Strata 1 Strata 2 Strata 3 Total -0.122 -0.068 -0.028 -0.045 -0.138 -0.104 -0.065 -0.088 -0.349 -0.233 -0.145 -0.202 -0.082 -0.071 -0.060 -0.069 -0.066 -0.029 -0.031 -0.021 -0.042 -0.133 -0.030 -0.045 -0.022 0.766 0.026 8.119 -0.049 -0.002 0.380 2.443 -0.018 0.114 0.001 1.072 1.798 -0.015 -0.005 0.062 0.000 0.000 0.000
* Nama variabel dapat dilihat pada Lampiran 5.
-0.060 -0.030 -0.031 -0.016 -0.033 -0.074 -0.028 -0.040 -0.019 0.845 0.031 8.812 -0.031 -0.021 0.251 1.813 0.037 0.100 0.000 0.679 1.795 -0.019 0.025 0.088 0.000 0.000 0.000
-0.057 -0.022 -0.022 -0.010 -0.020 -0.037 -0.021 -0.031 -0.011 1.079 0.040 10.548 -0.021 -0.023 0.205 1.299 0.048 0.091 0.000 0.407 1.869 -0.015 0.026 0.077 0.000 0.000 0.000
-0.060 -0.026 -0.027 -0.014 -0.027 -0.057 -0.025 -0.036 -0.017 0.890 0.032 9.162 -0.029 -0.016 0.253 1.685 0.024 0.100 0.000 0.584 1.821 -0.016 0.017 0.077 0.000 0.000 0.000
283
284 Efek peningkatan curahan kerja di luar usahatani juga mempengaruhi kegiatan rumahtangga di dalam usahatani sendiri. Tampak pada Tabel 43, penggunaan tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga mengalami penurunan, walaupun dengan dengan penurunan yang sangat kecil. Secara keseluruhan, efek kenaikan upah buruh pria di luar usahatani ini pada akhirnya menaikan pendapatan rumahtangga HHINC. Secara logis, kenaikan pendapatan rumahtangga ini pun semakin menguat pada strata rumahtangga berlahan luas. Efek peningkatan curahan kerja di luar usahatani juga menyebabkan perubahan pada struktur konsumsi rumahtangga. Pada Tabel 43 terlihat adanya penurunan produk usahatani yang dijual (CASHO), dan penurunan produk usahatani yang dikonsumsi rumahtangga (CONPT).
Penurunan ini terjadi di semua strata rumahtangga, karena
memang ada penurunan pada pendapatan rumahtangga dari usahatani (NFFIN). Efek kenaikan upah buruh pria juga meningkatkan bagian pendapatan rumahtangga yang diinvestasikan di rumahtangga dan di usahatani. Tampak bahwa kenaikan investasi di usahatani relatif lebih kecil dibanding kenaikan investasi di rumahtangga.
Hal ini
menunjukkan bahwa pendapatan dari luar usahatani cenderung lebih memacu investasi untuk rumahtangga dibandingkan dengan investasi di usahatani. Jika dibandingkan dengan model separable tampak tidak banyak perbedaan, baik arah maupun besaran perubahan yang terjadi. Hal ini disebabkan karena harga bayangan tenaga kerja keluarga dan harga bayangan lahan tidak banyak terpengaruh oleh kenaikan upah buruh pria di luar usahatani. Kecilnya perubahan tersebut karena memang efek yang diterima pada kegiatan produksi usahatani relatif kecil. Efek yang diterima di kegiatan produksi pada penelitian ini melalui investasi di usahatani.
285
Tabel 44.
No.
Efek Kenaikan Upah Buruh Wanita di Luar Usahatani 10 Persen pada Ekonomi Rumahtangga Petani Model Separable dan Non-Separable Menurut Strata Luas Lahan.
VariaModel Non-Separable (%) bel*l Strata 1 Strata 2 Strata 3 Total
Model Separable (%) Strata 1 Strata 2 Strata 3 Total -0.008 -0.004 -0.002 -0.003 -0.008 -0.006 -0.004 -0.005 -0.019 -0.013 -0.010 -0.012 -0.005 -0.004 -0.004 -0.004 -0.004 -0.003 -0.004 -0.004 -0.002 -0.002 -0.001 -0.002 -0.002 -0.002 -0.002 -0.002 -0.001 -0.001 -0.001 -0.001 -0.002 -0.002 -0.001 -0.002 -0.007 -0.004 -0.003 -0.003
1. LGARP 2. PURE 3. PTSP 4. TKPD 5. TKWD 6. TKPL 7. TKWL 8. INPL 9. CASHI 10. VPROD
-0.007 -0.008 -0.019 -0.004 -0.004 -0.001 -0.002 -0.001 -0.002 -0.006
-0.004 -0.006 -0.013 -0.004 -0.003 -0.002 -0.002 -0.001 -0.002 -0.004
-0.002 -0.004 -0.009 -0.004 -0.004 -0.001 -0.002 -0.001 -0.001 -0.002
-0.003 -0.005 -0.012 -0.004 -0.004 -0.001 -0.002 -0.001 -0.002 -0.003
11. TFRET 12. TFEXP 13. NFFIN 14. KPNFF
-0.001 -0.002
-0.001 -0.002
-0.001 -0.002
-0.001 -0.002
-0.002 -0.002
-0.001 -0.002
-0.001 -0.002
-0.001 -0.002
-0.001 0.001
-0.001 0.002
-0.001 0.003
-0.001 0.002
-0.001 0.001
-0.001 0.002
-0.001 0.003
-0.001 0.002
15. KWNFF 16. NFINC 17. CASHO 18. KONPT 19. INVUT 20. HHINC
1.892 0.443 -0.002 -0.001 0.021 0.151
1.962 0.495 -0.001 -0.002 0.014 0.107
2.347 0.719 -0.001 -0.002 0.012 0.076
2.059 0.551 -0.001 -0.001 0.015 0.097
1.866 0.437 -0.003 0.000 0.021 0.131
1.965 0.486 -0.001 -0.001 0.014 0.100
2.320 0.695 -0.001 -0.002 0.013 0.088
2.043 0.539 -0.002 -0.001 0.015 0.100
21. CPANB 22. CPKES 23. CNPAN 24. INVRT 25. TABNG 26. CREDIT 27. CRUTN 28. HHEXP 29. SWP 30. SWW 31. SPL
0.001 0.006 0.000 0.053 0.101 -0.001 0.001 0.004 -0.003 -0.003 -0.002
0.003 0.005 0.000 0.037 0.103 -0.001 0.002 0.005 -0.001 0.000 0.000
0.004 0.006 0.000 0.026 0.122 -0.001 0.002 0.005 0.000 0.000 0.000
0.003 0.006 0.000 0.033 0.109 -0.001 0.002 0.005 -0.001 0.000 -0.001
-0.002 0.006 0.000 0.055 0.101 -0.001 -0.001 0.003 0.000 0.000 0.000
0.003 0.005 0.000 0.037 0.104 -0.001 0.002 0.005 0.000 0.000 0.000
0.004 0.006 0.000 0.027 0.125 -0.001 0.002 0.005 0.000 0.000 0.000
0.002 0.006 0.000 0.034 0.110 -0.001 0.001 0.005 0.000 0.000 0.000
* Nama variabel dapat dilihat pada Lampiran 5.
286
287 Pada kasus ini, investasi di usahatani meningkat dengan peningkatan yang relatif kecil dan secara struktural akan mengurangi pengeluaran rumahtangga untuk pupuk Urea dan TSP. Selanjutnya efek kenaikan upah buruh wanita di luar usahatani disajikan pada Tabel 44. Hasil simulasi menunjukkan bahwa efek kenaikan upah buruh wanita di luar usahatani mempunyai arah yang sama tetapi dengan besaran yang berbeda dengan efek kenaikan upah buru pria. Efek kenaikan upah buruh wanita di luar usahatani relatif lebih kecil dibandingkan dengan efek kenaikan upah buruh pria. Efek perubahan pada model separable juga sangat kecil, karena efek yang terjadi pada harga bayangan tenaga kerja dan lahan garapan memang sangat kecil. Hal ini berlaku di seluruh strata rumahtangga. Efek kenaikan upah buruh di luar usahatani sedikit menguat pada hasil simulasi kenaikan upah buruh pria dan wanita secara simultan (Tabel 45). Secara langsung efek kenaikan upah buruh tersebut menyebabkan kenaikan pada curahan tenaga kerja di luar usahatani, baik pria maupun wanita. Kenaikan curahan kerja wanita tampak lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan curahan kerja pria. Efek lebih lanjut dari kenaikan upah ini adalah meningkatnya pendapatan dari luar usahatani. Sudah dapat diduga bahwa kenaikan pendapatan terbesar terjadi pada rumahtangga berlahan luas. Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perubahan di tingkat upah di luar usahatani tidak banyak mempengaruhi ekonomi rumahtangga petani.
Hal ini
disebabkan karena peranan pendapatan di luar usahatani pada penelitian ini relatif kecil. Sejalan dengan meningkatnya peranan pendapatan di luar usahatani pada strata rumahtangga lahan luas, efek peningkatan upah buruh usahatani juga tampak menguat pada strata rumahtangga tersebut.
288 Tabel 45. Efek Kenaikan Upah Buruh Pria dan Wanita di Luas Usahatani 10 Persen pada Ekonomi Rumahtangga Petani Model Separable dan Non-Separable Menurut Strata Luas Lahan. No.
Model Non-Separable (%) Variabel* Strata 1 Strata 2 Strata 3 Total
1. LGARP 2. PURE 3. PTSP 4. TKPD 5. TKWD 6. TKPL 7. TKWL 8. INPL 9. CASHI 10. VPROD 11. TFRET 12. TFEXP 13. NFFIN 14. KPNFF 15. KWNFF 16. NFINC 17. CASHO 18. KONPT 19. INVUT 20. HHINC 21. CPANB 22. CPKES 23. CNPAN 24. INVRT 25. TABNG 26. CREDIT 27. CRUTN 28. HHEXP 29. SWP 30. SWW 31. SPL
-0.099 -0.133 -0.341 -0.076 -0.067 -0.025 -0.025 -0.022 -0.042 -0.096 -0.024 -0.039 -0.017 0.795 1.916 8.433 -0.036 -0.007 0.401 2.886 0.001 0.118 0.002 1.038 1.857 -0.014 0.006 0.071 -0.053 -0.041 -0.044
-0.060 -0.028 -0.103 -0.065 -0.238 -0.145 -0.066 -0.056 -0.062 -0.058 -0.026 -0.022 -0.027 -0.022 -0.017 -0.010 -0.033 -0.020 -0.062 -0.035 -0.024 -0.021 -0.036 -0.027 -0.017 -0.016 0.878 1.161 1.989 2.387 9.319 11.362 -0.017 -0.020 -0.040 -0.024 0.270 0.194 2.010 1.149 0.100 0.051 0.103 0.092 0.000 0.000 0.694 0.406 1.844 1.892 -0.019 -0.015 0.059 0.028 0.118 0.075 -0.010 -0.001 -0.008 0.003 -0.031 -0.008
Model Separable (%) Strata 1 Strata 2 Strata 3 Total
-0.042 -0.087 -0.203 -0.064 -0.061 -0.024 -0.024 -0.014 -0.028 -0.049 -0.023 -0.031 -0.016 0.934 2.090 9.691 -0.022 -0.024 0.256 1.679 0.052 0.102 0.001 0.584 1.865 -0.016 0.032 0.087 -0.009 -0.003 -0.035
* Nama variabel dapat dilihat pada Lampiran 5.
-0.130 -0.147 -0.370 -0.087 -0.070 -0.031 -0.032 -0.022 -0.045 -0.141 -0.032 -0.048 -0.024 0.769 1.896 8.607 -0.052 -0.003 0.404 2.589 -0.018 0.121 0.001 1.135 1.912 -0.016 -0.004 0.067 0.000 0.000 0.000
-0.072 -0.110 -0.248 -0.076 -0.064 -0.031 -0.033 -0.017 -0.035 -0.079 -0.030 -0.043 -0.020 0.847 1.996 9.347 -0.033 -0.023 0.267 1.924 0.040 0.106 0.000 0.720 1.910 -0.021 0.027 0.094 0.000 0.000 0.000
-0.031 -0.070 -0.156 -0.064 -0.061 -0.024 -0.024 -0.011 -0.021 -0.040 -0.023 -0.033 -0.012 1.082 2.361 11.314 -0.022 -0.025 0.219 1.396 0.052 0.097 0.000 0.437 2.005 -0.016 0.028 0.083 0.000 0.000 0.000
-0.048 -0.094 -0.216 -0.073 -0.065 -0.028 -0.028 -0.015 -0.029 -0.061 -0.027 -0.038 -0.018 0.893 2.078 9.759 -0.031 -0.018 0.270 1.796 0.027 0.106 0.000 0.622 1.943 -0.017 0.019 0.082 0.000 0.000 0.000
289 Pada model separable menunjukkan bahwa efek perubahan upah buruh di luar usahatani .mempunyai pola yang sama dengan yang terjadi pada model non-separable. Perbedaan besaran antara kedua model memang tidak berarti tetapi karena perubahan upah di luar usahatani tidak banyak mengganggu produktivitas di dalam usahatani sehingga harga bayangan tenaga kerja keluarga dan lahan garapan tidak banyak berubah. Walaupun kecil, perbedaan terlihat dari perubahan penggunaan input usahatani, nilai produksi, pendapatan luar usahatani, dan pendapatan rumahtangga. Hal yang sama juga terjadi pada sisi konsumsi, tabungan dan kredit. Walaupun dengan besaran yang relatif kecil, dapat disimpulkan bahwa adanya ketidaksempurnaan pasar menyebabkan rumahtangga kurang responsif terhadap perubahan upah buruh di luar usahatani, terutama pada rumahtangga berlahan sempit. 8.5. Kenaikan Suku Bunga Kredit Suku bunga kredit terkait secara langsung dengan permintaan kredit bagi rumahtangga secara umum. Pada struktur permintaa kredit (CREDIT) suku bunga kredit berpengaruh negatif pada permintaan kredit.
Kenaikan suku bunga kredit, dengan
demikian, diduga akan mengurangi permintaan kredit tersebut. Pada penelitian ini, kredit mempengaruhi penggunaan tenaga kerja luar keluarga pria dan wanita (TKPL dan TKWL), penggunaan pupuk Urea dan pupuk TSP. Seluruh variabel tersebut secara struktural juga berpengaruh pada variabel endogen lainnya. Hasil simulasi kenaikan suku bunga dapat dilihat pada Tabel 46. Kenaikan suku bunga secara langsung menyebabkan penurunan permintaan kredit.
Persentase
penurunan permintaan kredit tersebut relatif besar karena permintaan kredit memang
290 sangat elastis terhadap suku bunga.
Perubahan menurut strata rumahtangga terlihat
semakin sempit strata luas lahan penurunan permintaan kredit semakin besar. Tabel 46. Efek Kenaikan Suku Bunga Kredit 10 Persen pada Ekonomi Rumahtangga Petani Model Separable dan Non-Separable Menurut Strata Luas Lahan. No.
Model Non-Separable (%) Variabel* Strata 1 Strata 2 Strata 3 Total
Model Separable (%) Strata 1 Strata 2 Strata 3 Total
1. LGARP 2. PURE 3. PTSP 4. TKPD
-1.265 -3.143
-0.853 -2.311
-0.406 -1.321
-0.593 -1.911
-2.501 -3.591
-1.221 -2.566
-0.479 -1.406
-0.819 -2.100
-2.820 -1.393
-2.191 -1.168
-1.296 -0.888
-1.795 -1.088
-3.279 -1.688
-2.441 -1.424
-1.368 -1.053
-1.973 -1.314
5. TKWD 6. TKPL 7. TKWL 8. INPL
-0.610 -5.568
-0.534 -4.416
-0.591 -2.894
-0.577 -3.928
-0.799 -5.939
-0.750 -4.616
-0.624 -3.035
-0.709 -4.139
-5.805 -0.188
-4.621 -0.154
-3.011 -0.097
-4.098 -0.129
-6.205 -0.210
-4.838 -0.166
-3.181 -0.099
-4.337 -0.138
9. CASHI 10. VPROD 11. TFRET 12. TFEXP 13. NFFIN 14. KPNFF
-0.721 -1.950 -0.493 -4.169 1.296 0.465
-0.557 -1.705 -0.662 -3.265 0.911 0.576
-0.332 -1.081 -0.644 -2.039 0.600 0.741
-0.463 -1.342 -0.618 -2.739 0.868 0.586
-0.803 -3.048 -0.698 -4.291 1.146 0.510
-0.598 -2.049 -0.772 -3.192 0.953 0.616
-0.342 -1.198 -0.689 -1.993 0.761 0.722
-0.493 -1.626 -0.717 -2.698 0.923 0.612
15. KWNFF 16. NFINC 17. CASHO 18. KONPT
0.261 0.252
0.312 0.323
0.475 0.508
0.346 0.360
0.338 0.292
0.422 0.373
0.484 0.505
0.413 0.391
-0.711 -0.155
-0.853 -0.243
-0.752 -0.296
-0.775 -0.239
-1.064 -0.156
-1.009 -0.257
-0.812 -0.308
-0.917 -0.248
0.171 0.529 -0.093 0.038 0.020 0.045 -0.007 0.002 -0.001 0.000 -1.179 -1.453 0.194 0.190 -7.573 -10.331 0.009 0.023 -0.154 -0.140 -0.589 -0.667 -0.354 -0.441 -0.990 -1.307
1.037 0.482 -0.088 0.023 0.001 -2.254 0.219 -14.574 -0.048 -0.207 0.000 0.000 0.000
0.580 0.349 -0.011 0.019 0.001 -1.937 0.198 -11.775 -0.005 -0.193 0.000 0.000 0.000
0.169 0.236 0.021 0.017 0.000 -1.228 0.210 -7.751 0.010 -0.156 0.000 0.000 0.000
0.464 0.320 -0.023 0.019 0.001 -1.584 0.209 -10.591 -0.011 -0.181 0.000 0.000 0.000
1.307 0.641 19. INVUT 0.401 0.080 20. HHINC 0.064 0.055 21. CPANB 0.016 0.004 22. CPKES 0.001 0.000 23. CNPAN -1.862 -1.769 24. INVRT 0.192 0.186 25. TABNG 26. CREDIT -14.159 -11.475 0.037 0.030 27. CRUTN -0.111 -0.147 28. HHEXP -1.185 -0.620 29. SWP -0.577 -0.663 30. SWW -1.481 -1.110 31. SPL
291 * Nama variabel dapat dilihat pada Lampiran 5.
292 Pada penelitian ini ditunjukkan bahwa adanya kenaikan suku bunga kredit menimbulkan kerugian paling besar pada strata rumahtangga berlahan sempit. Efek lebih lanjut dari penurunan permintaan kredit terlihat pada penggunaan tenaga kerja luar keluarga, baik pria maupun wanita. Hal ini memang secara struktural, permintaan tenaga kerja luar keluarga dipengaruhi langsung oleh kredit. Kredit berperan sebagai sumber dana untuk membiayai penggunaan tenaga kerja luar keluarga baik pria maupun wanita. Pengurangan tenaga kerja luar keluarga itu pun terlihat terbesar terjadi pada rumahtangga berlahan sempit. Efek lainnya terlihat pada penggunaan pupuk Urea dan TSP. Kedua jenis pupuk ini perlu dibeli dari pasar dan rumahtangga memerlukan sejumlah dana. Salah satu sumber dana yang dapat digunakan adalah kredit. Adanya penurunan kredit, dengan demikian, menurunkan permintaan kedua jenis pupuk kimia tersebut. Seperti halnya pada tenaga kerja luar keluarga, penurunan penggunaan pupuk juga semakin menguat pada rumahtangga berlahan sempit. Pada Tabel 46 juga terlihat bahwa pengurangan penggunaan input tertentu pada usahatani tidak selamanya menyebabkan substitusi pada input lain. Adanya pengurangan penggunaan pupuk kimia dan tenaga kerja luar keluarga menyebabkan turunnya penggunaan tenaga kerja dalam keluarga, baik tenaga kerja pria maupun wanita. Efek simultan dari peningkatan tingkat suku bunga kredit ternyata menekan penggunaan input usahatani, sehingga pada gilirannya menyebabkan penurunan produk usahatani tanaman pangan dan penerimaan total usahatani. Namun jika ditelu-suri lebih lanjut, penurunan penggunaan pupuk kimia dan tenaga kerja luar keluarga juga berdampak pada penurunan pengeluaran tunai usahatani (CASHI) dan akhirnya menurunkan pengeluaran
293 total usahatani (TFEXP). Reslutante dari perubahan ini menyebabkan pendapatan bersih usahatani masih terlihat meningkat.
Peningkatan terbesar justru terjadi pada strata
rumahtangga berlahan sempit. Ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan suku bunga kredit menyebabkan realokasi antara pengeluaran usahatani tunai (pupuk kimia dan tenaga kerja luar keluarga) dengan pengeluaran usahatani tidak tunai (penggunaan tenaga kerja dalam keluarga).
Pada hasil simulasi terlihat pengurangan adanya penurunan
tenaga kerja dalam keluarga, tetapi penurunan tersebut lebih kecil dibanding dengan penggunaan input tunai. Di luar usahatani juga terlihat adanya sedikit peningkatan curahan tenaga kerja, yang berdampak pada sedikit peningkatan tenaga pendapatan luar usahatani. Hasil akhir pada pendapatan rumahtangga terlihat hampir tidak banyak mengalami perubahan. Pada strata rumahtangga lahan sempit terjadi peningkatan yang relatif lebih besar, sedangkan pada strata lahan sedang dan lahan luas hampir tidak mengalami perubahan. Hal menarik lainnya yang perlu dicermati adalah efek pada pengeluaran investasi usahatani dan investasi rumahtangga.
Terlihat pada Tabel 46 kedua jenis investasi
tersebut mengalami perubahan yang berlawanan.
Pada investasi usahatani terlihat
mengalami peningkatan, sedangkan pada investasi rumahtangga justru mengalami penurunan.
Perubahan ini menunjukkan bahwa pada usahatani terjadi realokasi
pengeluaran tunai dari pengeluaran tunai rutin ke pengeluaran tunai tidak rutin atau bersifat jangka panjang. Walaupun pada struktur pengeluaran kredit usahatani tidak terdapat variabel suku bunga, pada model ini dapat diperlihatkan peranan suku bunga pada investasi usahatani.
Pada saat suku bunga kredit menjadi relatif mahal,
rumahtangga cenderung memanfaatkan pendapatan usahataninya untuk pembentukan
294 modal sendiri, yaitu dengan menyisihkan lebih banyak pengeluaran investasi usahatani. Sebaliknya pada investasi rumahtangga, kenaikan suku bunga menyebabkan pengeluaran untuk investasi ini cenderung menurun. Pada model separable terlihat efek kenaikan suku bunga secara umum hampir tidak berbeda dengan model non-separable, baik dari segi arah maupun besaran. Hal ini berawal dari efek kenaikan suku bunga pada model non-separable hampir sama dengan pada model separable. Perubahan yang relatif berbeda terjadi pada luas lahan garapan. Pada model separable tampak penurunan luas lahan garapan relatif lebih besar dibandingkan dengan penurunan pada model non-separable. Hal tersebut disebabkan karena peningkatan suku bunga kredit secara simultan menyebabkan penurunan harga bayangan lahan garapan. Penurunan harga bayangan ini sedikit menahan penurunan penggunaan lahan yang disebabkan oleh turunnya penggunaan tenaga kerja luar keluarga dan pupuk kimia. Hal ini tidak terjadi pada model separable. Hal yang sama juga terjadi pada penggunaan tenaga kerja pria dalam keluarga.
Harga bayangan tenaga dalam
keluarga yang mengalami penurunan relatif besar terjadi pada tenaga kerja pria strata lahan sempit. Oleh karena itu, perbedaan juga relatif besar pada penggunaan tenaga kerja pria dalam keluarga ini. Perbedaan lain yang menarik adalah pada investasi usahatani dan investasi rumahtangga. Walaupun kenaikan suku bunga mempunyai efek berlawanan pada kedua jenis investasi tersebut, tetapi efek yang ditimbulkan pada model non-separable tampak lebih kecil dibandingkan dengan model separable. rumahtangga berlahan sempit.
Perbedaan terbesar terjadi pada
Hal ini mengindikasikan kembali bahwa adanya
295 ketidaksempurnaan pasar menyebabkan rumahtangga kurang responsif terhadap perubahan suku bunga kredit, terutama pada rumahtangga berlahan sempit.
8.6. Penurunan Penguasaan Lahan Persoalan penting yang dihadapi pada rumahtangga petani tanaman pangan adalah semakin menyempitnya luas lahan yang dikuasai rumahtangga, terutama di Pulau Jawa. Penyempitan lahan ini disebabkan oleh berbagai hal, antara lain desakan jumlah penduduk yang menyebabkan tingginya kebutuhan lahan untuk pemukiman, dan desakan sektor non-pertanian yang cenderung mengkonversi lahan pertanian menjadi areal industri non-pertanian.
Adanya kebutuhan lahan untuk kegiatan non-pertanian ini
menyebabkan rumahtangga tidak dapat bersaing untuk memperloleh lahan garapan dengan harga yang berlaku. Efek adanya penurunan luas lahan yang dikuasai disajikan pada Tabel 47. Penurunan luas lahan yang dikuasai secara langsung mempengaruhi luas lahan gararapan (LGARP). Luas lahan yang dikuasai pada persamaan luas lahan gararapan merupakan variabel eksogen. Hasil pendugaan fungsi ini menunjukkan hubungan positif, yang berarti jika terjadi kenaikan luas lahan yang dikuasai akan menyebabkan penurunan luas lahan garapan tersebut. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, lahan garapan pada penelitian ini mempengaruhi secara langsung bebeberapa variabel endogen lain, yaitu penggunaan tenaga kerja pria dan wanita dalam keluarga, penggunaan tenaga kerja pria dan wanita luar keluarga, penggunaan pupuk Urea dan pupuk TSP, dan permintaan kredit.
Dengan demikian, apabila terjadi perubahan pada penguasaan lahan akan
berdampak secara tidak langsung terhadap variabel-variabel tersebut. Pada variabel-
296 variabel tersebut, lahan berpengaruh positif, sehingga apabila terjadi penurunan luas lahan yang dikuasai akan menurunkan variabel-variabel tersebut.
Hal yang perlu
dipelajari adalah besaran perubahan masing-masing variabel.
Tabel 47. Efek Penurunan Luas Lahan yang Dikuasai 10 Persen pada Ekonomi Rumahtangga Petani Model Separable dan Non-Separable Menurut Strata Luas Lahan. Model Non-Separable (%) Variabel* Strata 1 Strata 2 Strata 3 Total
1. LGARP 2. PURE 3. PTSP 4. TKPD
-8.074 -2.347
-8.933 -4.389
-8.372 -5.465
Model Separable (%) Strata 1 Strata 2 Strata 3 Total -8.483 -5.618 -7.446 -8.394 -7.945 -4.632 -1.488 -4.194 -5.446 -4.429
-2.082 -0.906
-3.897 -1.867
-4.625 -3.708
-4.007 -2.515
-1.388 -0.726
-4.612 -2.457
-4.601 -4.151
-4.090 -2.840
5. TKWD 6. TKPL 7. TKWL 8. INPL 9. CASHI 10. VPROD
-0.558 -1.252 -1.305 -0.140 -0.545 -4.559
-1.294 -2.556 -2.721 -0.274 -1.073 -5.506
-2.476 -3.447 -3.534 -0.346 -1.325 -4.522
-1.615 -2.707 -2.809 -0.289 -1.118 -4.778
-0.377 -0.818 -0.841 -0.088 -0.329 -3.308
-1.511 -2.585 -2.786 -0.321 -0.951 -6.492
-2.487 -3.488 -3.553 -0.333 -1.285 -4.709
-1.642 -2.639 -2.731 -0.287 -1.028 -5.026
11. TFRET 12. TFEXP 13. NFFIN 14. KPNFF
-1.153 -1.479
-2.145 -2.837
-2.693 -3.355
-2.203 -2.897
-0.753 -0.714
-2.447 -3.125
-2.708 -3.282
-2.213 -2.828
-0.992 0.365
-1.741 1.040
-2.103 2.931
-1.719 1.373
-0.770 0.252
-1.246 1.182
-2.049 2.715
-1.458 1.338
15. KWNFF 16. NFINC 17. CASHO 18. KONPT 19. INVUT 20. HHINC 21. CPANB 22. CPKES 23. CNPAN 24. INVRT 25. TABNG 26. CREDIT 27. CRUTN
0.293 0.211 -1.688 -0.325 -2.098 -1.642 0.034 -0.067 -0.003 -1.249 -0.057 -0.874 0.016
0.812 0.655 -2.789 -0.736 -3.037 -4.650 0.021 -0.236 -0.014 -2.248 -0.105 -2.228 -0.003
1.888 2.084 -3.150 -1.220 -3.524 -2.161 0.025 -0.173 -0.008 -2.388 -0.040 -3.733 0.001
0.976 0.976 -2.780 -0.811 -3.108 -2.758 0.026 -0.167 -0.009 -2.176 -0.067 -2.596 0.004
0.191 0.150 -1.102 -0.233 -1.303 -0.217 0.099 -0.010 0.000 -0.903 -0.051 -0.536 0.055
0.832 0.669 -3.195 -0.825 -2.024 -0.421 -0.007 -0.023 -0.002 -3.628 -0.018 -1.777 -0.005
1.857 1.967 -3.195 -1.193 -3.639 -0.179 0.024 -0.013 -0.001 -2.374 0.017 -3.652 0.010
0.942 0.939 -2.816 -0.801 -2.683 -0.260 0.037 -0.015 -0.001 -2.526 -0.017 -2.346 0.018
No.
297 28. HHEXP 29. SWP 30. SWW 31. SPL
-0.067 -0.210 -5.612 -17.696
-0.317 -4.182
-0.219 -7.040
-0.003 0.000
-0.349 0.000
-0.310 0.000
-0.241 0.000
-5.209 -7.696 5.607 13.612
-2.392 6.856
-3.824 8.136
0.000 0.000
0.000 0.000
0.000 0.000
0.000 0.000
* Nama variabel dapat dilihat pada Lampiran 5.
298 Adanya penurunan luas lahan yang dikuasai menyebabkan penurunan luas lahan garapan. Penurunan luas yang paling tinggi terjadi pada strata rumahtangga berlahan sedang. Seperti telah diduga sebelumnya, efek penurunan luas lahan ini menyebabkan penurunan pada penggunaan tenaga kerja dalam dan luar keluarga, baik pria maupun wanita, serta penurunan pada penggunaan pupuk Urea dan TSP. Dengan demikian, pada usahatani terjadi penurunan produksi tanaman pangan (VPROD) dan nilai produk total usahatani (TFRET). Penurunan nilai produk total usahatani terbesar terjadi pada strata rumahtangga lahan luas.
Penurunan juga terjadi pada pendapatan bersih usahatani
(NFFIN), dengan penurunan terbesar juga terjadi pada strata rumah-tangga lahan luas. Efek langsung penurunan luas lahan garapan juga terjadi pada permintaan kredit. Tampak pada Tabel 47 permintaan kredit rumahtangga mengalami penurunan. Hal ini disebabkan luas lahan garapan merupakan salah satu faktor penentu perminta-an kredit. Hal ini diduga karena prosedur kredit menghendaki adanya jaminan lahan yang di dalam hal ini identik dengan luasan lahan garapan. Di samping itu, kredit juga terkait dengan kebutuhan modal kerja usahatani, sehingga luasan lahan garapan akan ikut menentukan permintaan kredit. Efek pengurangan kredit, seperti telah dijelaskan di atas, berdampak pada pengurangan penggunaan pupuk kima dan tenaga kerja luar keluarga. Penurunan luas lahan yang dikuasai menyebabkan peningkatan kegiatan rumahtangga di luar usahatani, baik untuk tenaga kerja pria maupun tenaga kerja wanita. Peningkatan terbesar terjadi pada strata rumahtangga lahan luas. Peningkatan ini juga menyebabkan peningkatan pendapatan dari luar usahatani. Peningkatan pendapatan dari luar usahatani terbesar juga terjadi pada strata rumahtangga lahan luas.
299 Hal ini menunjukkan bahwa adanya penyempitan lahan di usahatani akan mendorong rumahtangga untuk mencari sumber pendapatan lain di luar usahatani. Perubahan pada struktur pendapatan rumahtangga berakibat pada pengeluaran rumahtangga untuk investasi di usahatani dan di rumahtangga.
Kedua investasi ini
tampak pada Tabel 47 mengalami penurunan. Penurunan terbesar terjadi pada strata rumahtangga lahan luas.
Penurunan investasi pada usahatani tampak lebih besar
dibandingkan dengan penurunan investasi di rumahtangga pada semua strata rumahtangga. Pada model separable terlihat efek penurunan luas lahan yang dikuasai cenderung menghasilkan arah yang sama, namun dengan besaran yang berbeda. Efek pertama yang perlu dilihat adalah akibat peningkatan harga bayangan lahan. Pengurangan luas lahan yang dikuasai menyebabkan penilaian terhadap luas lahan garapan meningkat. Peningkatan harga bayangan lahan ini menyebabkan penurunan permintaan rumahtangga terhadap lahan garapan, karena pendapatan yang sama dapat diperoleh dengan luasan lahan garapan yang lebih sempit. Oleh karena itu, pengurangan luas lahan yang dikuasai menyebabkan penurunan luas lahan garapan pada model non-separable lebih besar dibandingkan dengan penurunan luas lahan garapan yang terjadi pada model separable. Efek penurunan luas lahan yang dikuasai menyebabkan harga bayangan tenaga kerja dalam keluarga pria dan wanita turun. Penurunan harga bayangan tenaga kerja ini menyebabkan peningkatan permintaan tenaga kerja dalam keluarga di usahatani, karena untuk memperoleh pendapatan yang sama, tenaga kerja dalam keluarga memerlukan lebih banyak curahan kerja. Oleh karena itu, adanya penurunan luas lahan yang dikuasai
300 di satu sisi akan menurunkan kebutuhan tenaga kerja dalam keluarga, di sisi lain karena adanya penurunan harga bayangan tenaga kerja akan meningkatkan permintaan tenaga kerja tersebut. Efek total dari arah yang berlawanan ini tergantung dari kekuatan mana yang lebih besar. Pada Tabel 47 terlihat pada strata lahan sempit model separable mengalami penurunan tenaga kerja dalam keluarga lebih kecil dibandingkan pada model non-separable. Tapi pada strata rumahtangga lahan sedang dan lahan luas tampak lebih rendah pada model separable. Dari hasil simulasi model di atas dapat disimpulkan bahwa pada kondisi pasar persaingan tidak sempurna, pengurangan lahan yang dikuasai mempunyai efek lebih buruk dibandingkan dengan kondisi pasar bersaing sempurna. Hal ini wajar karena persaingan pasar tidak sempurna membatasi rumahtangga untuk memperluas lahan garapan. Dari beberapa simulasi yang dilakukan di atas dapat disimpulkan bahwa kondisi pasar berpengaruh pada perilaku ekonomi rumahtangga petani.
Adanya ketidak
sempurnaan pasar input menyebabkan rumahtangga petani lebih responsif terhadap perubahan harga output dibandingkan pada kondisi pasar persaingan sempurna, terutama pada rumahtangga petani berlahan sempit.
Pada rumahtangga petani berlahan luas,
pengaruh ketidak sempurnaan pasar tersebut lebih kecil dibandingkan dengan rumahtangga petani berlahan luas. Sebaliknya, ketidaksempurnaan pasar menyebabkan rumahtangga petani kurang responsif terhadap perubahan harga input, terutama pada rumahtangga berlahan sempit. Kesimpulan tersebut dapat menjelaskan adanya ketidak konsistenan dampak suatu kebijakan pada ekonomi rumahtangga petani.
Jika suatu
kebijakan sering dinilai kurang memuaskan, misalnya karena rumahtangga petani kurang
301 responsif terhadap perubahan harga atau perubahan teknologi, hal tersebut bisa disebabkan karena rumahtangga mengahadapi ketidaksempurnaan pasar.