VII. ANALISIS PENDAPATAN 7.1.
Biaya Produksi Usahatani dianalisis dengan cara mengidentifikasikan penggunaan sarana
produksi (input). Sarana produksi yang digunakan antara peternak mitra dan peternak non mitra pada dasarnya adalah sama. Sarana produksi ini berupa DOC, pakan, obat, dan vitamin. Komponen biaya yang dikeluarkan peternak pada kegiatan budidaya usaha ternak ayam broiler terbagi atas biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai seperti DOC, pakan, dan obat–obatan untuk peternak mitra semuanya di tanggung oleh perusahaan inti. Namun peternak mitra wajib membayarnya jika telah mendapatkan pembayaran hasil panen. Sedangkan untuk peternak non mitra semua biaya ditanggung sendiri, yang termasuk dalam biaya tunai usaha beternak ayam broiler antara lain DOC, pakan, obat–obatan dan vitamin, vaksin, bahan bakar pemanas, listrik, tenaga kerja dan operasional kandang. Biaya operasional kandang terdiri atas sekam, kapur dan deterjen. Biaya yang diperhitungkan merupakan biaya–biaya yang tidak secara tunai dikeluarkan
oleh
peternak.
Namun
sebenarnya
biaya–biaya
ini
dapat
mempengaruhi besarnya pendapatan peternak. Pada usaha ternak ayam broiler biaya yang diperhitungkan meliputi biaya penyusutan kandang, biaya penyusutan peralatan, sewa lahan serta biaya tenaga kerja dalam keluarga. Biaya tunai yang dikeluarkan untuk DOC dan pakan merupakan biaya yang paling signifikan daripada biaya tunai lainnya. Jumlah biaya tunai tesebut akan semakin besar seiring dengan bertambahnya populasi ayam yang dibudidayakan. Biaya tunai terbesar yang dikeluarkan oleh peternak mitra maupun peternak non mitra adalah biaya untuk pembelian pakan. Harga DOC dan pakan yang digunakan oleh peternak mitra telah ditetapkan oleh perusahaan inti di awal kontrak perjanjian. Biaya tunai lain yang dikeluarkan oleh peternak adalah biaya operasional kandang untuk sekam. Peternak mitra dan peternak non mitra menggunakan kurang lebih 100 karung sekam sebagai alas kandang, satu karung sekam dibeli dengan harga Rp. 2.500. Biaya yang hampir sama besarnya dikeluarkan oleh peternak mitra dan peternak non mitra untuk biaya operasional
60
kandang. Hal ini berarti baik peternak mitra dan peternak non mitra memiliki proporsi biaya yang hampir sama untuk penggunaan sekam. Pada perhitungan biaya produksi untuk peternak mitra dan peternak non mitra memperlihatkan bahwa hanya sedikit perbedaan pada biaya yang diperhitungkan. Dikarenakan penggunaan alat produksi yang sama banyaknya dan luas kandang yang sama. Harga sewa lahan untuk peternak mitra sebesar Rp.350 per meter per periode usatani. Peternak mitra mengeluarkan biaya untuk sewa sebesar Rp. 1.750.000 per periode produksi. Sementara sewa lahan untuk peternak non mitra sebesar Rp.200 per meter per periode sehingga untuk luas lahan sebesar 500 meter persegi peternak non mitra harus mengeluarkan biaya sebesar Rp.1.000.000 per periode. Perbedaan harga sewa lahan antara wilayah peternak mitra dan peternak non mitra karena harga tersebut merupakan harga yang berlaku didaerah masing–masing. Peralatan produksi yang digunakan peternak antara lain tempat pakan, tempat minum dan alat pemanas. Feedtray adalah tempat pakan yang digunakan peternak. Untuk 1.000 ekor ayam peternak menggunakan 20 sampai 30 buah tempat pakan. Tempat minum yang digunakan peternak mitra dan peternak non mitra adalah alat minum otomatis, 20 buah alat minum otomatis dipakai untuk 1.000 ekor ayam. Sedangkan alat pemanas yang digunakan oleh peternak mitra dan non mitra adalah gasolek. Gasolek adalah salah satu alat pemanas yang menggunakan tabung gas sebagai bahan bakar. Peternak menggunakan satu tabung gas untuk menghangatkan 700–800 ekor ayam. Tenaga kerja yang digunakan peternak adalah tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Tenaga kerja luar keluarga akan digunakan jika peternak mempunyai skala usaha diatas 5.000 ekor ayam. Upah tenaga kerja luar keluarga yang dikeluarkan oleh peternak mitra berbeda dengan biaya yang dikeluarkan oleh peternak non mitra. Peternak mitra mengupah tenaga kerja luar keluarga sebesar Rp.300 per ekor per periode. Semakin banyak ayam yang dapat dipelihara dengan baik maka upah yang diterima oleh tenaga kerja akan semakin besar. Sedangkan peternak non mitra mengeluarkan biaya tenaga kerja luar keluarga sebesar Rp. 200 per ekor per periode. Pada Tabel 13 dapat dilihat rata– rata struktur biaya produksi peternak mitra dan peternak non mitra per Mei 2010.
61
Tabel 13.
Struktur Biaya Produksi Peternak Mitra dan Peternak Non Mitra
No Satuan A
Uraian
Peternak Mitra
Peternak Non Mitra
20.000.000
17.500.000
42.372.500
34.234.500
165.900
100.000
247.500
250.000
125.000
125.000
247.500
250.000
1.500.000
999.000
64.158.400
53.458.500
1.195.000
1.195.000
1.250.000
1.250.000
1.750.000
1.000.000
4.175.000 68.333.400
3.445.000 56.903.500
Biaya Tunai Rp
DOC
Rp
Pakan
Rp
Obat–Obatan
Rp
Sekam
Rp
Listrik
Rp
Pemanas
Rp
TKLK
Rp
Total Biaya Tunai
B
Biaya Diperhitungkan Rp
Penyusutan
Rp
TKDK
Rp
Sewa Lahan
Rp
Total Biaya Diperhitungkan Total Biaya
Biaya DOC yang dikeluarkan peternak non mitra lebih rendah daripada peternak mitra. Hal ini disebabkan peternak non mitra bebas memilih sapronak yang akan digunakan untuk kelangsungan usaha ternak mereka. Akan tetapi tidak halnya dengan peternak mitra yang telah sepakat dengan harga kontrak yang diberikan oleh CV TMF. Hal tersebut juga terlihat dari biaya obat–obatan yang digunakan oleh peternak mitra. Sedangkan untuk biaya sekam dan bahan bakar pemanas peternak mitra mengeluarkan biaya yang lebih kecil dari peternak non mitra. Hal ini dikarenakan peternak mitra lebih efisien dalam hal penggunaan sarana produksi ternak. Peternak non mitra juga tidak mendapatkan pengarahan maupun bimbingan yang bersifat teknis dari tenaga ahli seperti halnya peternak mitra untuk mengefisiensikan sarana produksi yang akan digunakan untuk kelangsungan usaha berternak ayam. Perbedaan biaya juga terlihat pada biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja antara peternak mitra dan non mitra. Secara keseluruhan biaya produksi yang dikeluarkan oleh peternak non mitra memang lebih kecil dari pada peternak mitra. Ini merupakan salah satu
62
indikasi bahwa harga kontrak yang diberikan oleh CV TMF cukup besar. Hal tersebut ditujukan bahwa peternak non mitra hanya mengeluarkan Rp. 56.903.500 per periode. Sedangkan biaya produksi untuk peternak mitra lebih besar yaitu Rp. 68.333.400. Namun demikian untuk mengelola usaha ternak ayam dengan skala besar dibutuhkan modal yang besar pula. 7.2.
Penerimaan Usaha Ayam Broiler Penerimaan usahatani merupakan nilai dari total produksi usahatani
(output) yang dikelola oleh peternak. Penerimaan usahatani dapat dikatakan juga sebagai pendapatan kotor atau total produksi dikalikan dengan harga per satuan. Penerimaan dari hasil penjualan output usahatani adalah pendapatan kotor yang diperoleh peternak sebelum dikurangi oleh biaya–biaya yang dikeluarkan pada usahataninya. Hasil produksi dari kegiatan usahatani peternak mitra dan non mitra adalah ayam broiler. Ayam yang dihasilkan oleh peternak mitra dijual kepada CV TMF dengan harga yang telah ditetapkan di awal kontrak berdasarkan bobot ayam per kg. Sedangkan ayam yang dihasilkan oleh peternak non mitra langsung di jual ke pasar atau pihak ketiga yang akan membelinya. Penerimaan yang diperoleh peternak mitra berasal dari penjualan ayam siap panen, bonus dari konversi pakan (FCR), bonus mortalitas, penjualan kotoran ternak. Bonus FCR akan didapatkan oleh peternak mitra jika peternak menghasilkan nilai FCR lebih rendah atau sama dengan FCR standar perusahaan. Sedangkan untuk bonus mortalitas didapat jika tingkat kematian ayam peternak mitra dibawah standar perusahaan, yaitu empat persen. Sedangkan untuk peternak non mitra, penerimaan dari hasil usaha hanya didapat dari penjualan ayam dewasa dan kotoran ternak. Penerimaan yang diperoleh peternak non mitra berasal dari penjualan ayam broiler siap panen dan penjualan kotoran ternak. Penjualan kotoran ternak oleh peternak mitra dan non mitra dilakukan setiap periode panen. Kotoran ternak di jual dengan harga Rp.5.000 per karung besar. Dapat dilihat pada Tabel 14 komposisi penerimaan peternak mitra dan peternak non mitra.
63
Tabel 14. Komposisi Penerimaan Peternak Mitra dan Non Mitra. No Keterangan
Satuan
Peternak Mitra
Peternak Non Mitra
1
Penjualan Ayam Broiler
Rp
68.285.000
57.753.000
2
Bonus FCR
Rp
1.566.165,25
0
3
Bonus Mortalitas
Rp
577.008,25
0
4
Penjualan Kotoran Ternak
Rp
750.000
757.875
5
Total Penerimaan
Rp
71.178.173,5
58.510.875
Penerimaan dari usaha ternak yang utama adalah penerimaan dari hasil penjualan ayam broiler, hasil penjualan ayam sangat tergantung pada bobot badan ayam yang dihasilkan. Apabila dapat mencapai bobot yang tinggi, disertai penggunaan pakan yang lebih hemat maka peternak akan mendapatkan hasil penjualan yang baik. Jadwal panen yang berbeda menyebabkan harga yang berlaku di pasar pada saat pemanenan juga berbeda. Total penerimaan yang didapat peternak mitra jauh lebih besar dari peternak non mitra yaitu sebesar Rp.71.178.173,5. Hal ini disebabkan peternak non mitra tidak memperoleh bonus FCR dan bonus Mortalitas. Sehingga peternak mitra dapat menambah sumber penghasilan. 7.3.
Pendapatan Usaha Ayam Broiler. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan usahatani yang
diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan. Besarnya pendapatan usahatani yang diterima merupakan balas jasa untuk tenaga kerja, modal keluarga yang dipakai dan pengelolaan yang dilakukan oleh seluruh keluarga. Besarnya peranan kemitraan dalam pendapatan dapat terlihat dari besarnya sumbangan pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan ayam broiler terhadap pendapatan peternak. Pendapatan yang diterima peternak akan dibedakan menjadi dua yakni pendapatan atas biaya tunai (pendapatan tunai) dan pendapatan atas biaya total (pendapatan total). Pendapatan atas biaya tunai adalah selisih antara penerimaan tunai usahatani dan biaya tunai usahatani. Sedangkan pendapatan atas biaya total adalah selisih penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan dalam satu periode usahatani.
64
Perhitungan pendapatan atas biaya total dan pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh peternak dalam satu periode usahatani termasuk salah satu tolak ukur keberhasilan usahatani. Sedangkan analisis imbangan penerimaan dan biaya produksi (R/C Ratio) menilai efisiensi usahatani yang dilaksanakan oleh peternak mitra dan peternak non mitra. Total biaya yang dikeluarkan oleh peternak mitra jauh lebih besar dari total biaya yang dikeluarkan oleh peternak non mitra. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah harga kontrak yang ditetapkan oleh CV TMF untuk biaya produksi jauh lebih besar dari harga pasar yang dapat diperoleh peternak non mitra. Sementara untuk total penerimaan yang diperoleh peternak mitra jauh lebih besar dari total penerimaan peternak non mitra. Hal ini dikarenakan peternak mitra mendapatkan beberapa bonus dari CV TMF. Perhitungan analisis usahatani ayam broiler dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Perhitungan Pendapatan Peternak Mitra dan Non Mitra No
Uraian
Satuan
Peternak Mitra
Peternak Non Mitra
1
Total Biaya Tunai (a)
Rp
64.158.400
53.458.500
2
Total Biaya Diperhitungkan (b)
Rp
4.175.000
3.445.000
3
Total Biaya (c)
Rp
68.333.400
56.903.500
4
Total Penerimaan (d)
Rp
71.178.173,5
58.510.875
5
Pendapatan Atas Biaya Tunai
Rp
7.019.773,5
5.052.375
6
Pendapatan Atas Biaya Total
Rp
2.644.773,5
1.607.375
7
Ratio Biaya Tunai
1,11
1,09
8
Ratio Biaya Total
1,04
1,02
Berdasarkan Tabel 17 dapat dilihat bahwa pendapatan peternak mitra lebih besar dibandingkan peternak non mitra baik pendapatan atas biaya tunai maupun pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya total yang diterima oleh peternak mitra sebesar Rp.2.644.773,5 per periode jauh lebih besar dari peternak non mitra yang hanya memperoleh Rp.1.607.375 per periode. Pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total yang diperoleh peternak mitra juga lebih besar dari peternak non mitra. Perbedaan total biaya dan pendapatan yang diperoleh peternak mitra dan non mitra tidak hanya dikarenakan peternak non
65
mitra yang masih kurang pembinaan dan pemahaman dalam mengefisienkan faktor–faktor input produksi seperti pakan, obat–obatan dan vaksin. Akan tetapi hal tersebut juga dipengaruhi oleh bonus–bonus yang diberikan oleh perusahaan, sehingga meningkatkan jumlah penerimaan peternak mitra. Adanya selisih biaya total dan penerimaan antara peternak mitra dan peternak non mitra menunjukan bahwa pengusahaan ternak ayam oleh peternak mitra jauh lebih menguntungkan karena memiliki jumlah panen yang lebih besar dengan harga yang lebih tinggi. Selain itu juga peternak mitra dapat menghemat biaya pemeliharaan budidaya ternak ayam dibandingkan peternak non mitra. Hal ini berarti dengan tingkat biaya yang hampir sama, ternyata peternak mitra lebih besar mendapatkan keuntungan. Tingkat keuntungan antara peternak mitra dan non mitra juga dapat dilihat dari besarnya R/C rasio. Rasio atas biaya tunai peternak mitra sebesar 1,11 dan peternak non mitra hanya memperoleh sebesar 1,09. Rasio atas biaya total juga diperoleh lebih tinggi oleh peternak mitra yaitu sebesar 1,03 dan 1,02 untuk R/C ratio peternak non mitra. Hal ini berarti penerimaan yang diperoleh peternak mitra dan non mitra lebih besar daripada tiap unit biaya yang telah dikeluarkan. Sama halnya dengan R/C rasio atas biaya total peternak mitra dan non mitra yang lebih besar juga dari satu. Sehingga dapat dikatakan bahwa usahatani yang dijalankan oleh peternak mitra dan non mitra menguntungkan. Akan tetapi peternak mitra memiliki R/C rasio lebih besar dibandingkan dengan peternak non mitra baik R/C rasio atas biaya tunai ataupun R/C rasio atas biaya total. Hal ini berarti usahatani ayam peternak mitra lebih efisien dibandingkan dengan usaha ternak yang dijalankan oleh peternak non mitra. Berdasarkan hasil penghitungan secara usahatani tersebut, maka dapat dilihat bahwa dengan adanya kemitraan dapat meningkatkan pendapatan peternak ayam. Meskipun usaha ternak dilakukan dengan skala 5.000 ekor. Akan tetapi jika dibudidayakan dengan baik dan sesuai prosedur, maka hasil yang didapatkan juga memuaskan. Pendapatan peternak mitra dan non mitra sangat dipengaruhi bagaimana peternak tersebut dapat mengelola ayam dengan sebaik–baiknya, memperhatikan kesehatan ayam agar dapat menekan angka kematian pada ayam, dan menjaga kondisi ayam agar nafsu makan semakin meningkat, sehingga
66
menghasilkan bobot ayam yang berat, tentu disertai dengan penggunaan pakan yang seefisien mungkin Secara keseluruhan pada kasus peternak mitra dan peternak non mitra, keuntungan yang lebih besar didapat oleh peternak mitra. Tidak hanya dalam keuntungan materi, akan tetapi pembinaan dan pengawasan dalam masa pemeliharaan yang dilakukan oleh pihak perusahaan inti sangat membantu peternak mitra mengefisienkan input–input produksi untuk memperoleh hasil yang maksimal. Berdasarkan perhitungan statistik uji–t didapatkan hasil bahwa ada perbedaan pendapatan tunai antara peternak yang bermitra dengan peternak yang tidak bermitra. Hal ini dapat dilihat dari p-value yang diperoleh sebesar 0,004 lebih kecil dari nilai α yang ditentukan, yaitu 0,05. Hasil serupa juga diperoleh bahwa ada perbedaan pendapatan total antara peternak yang bermitra dengan peternak yang tidak bermitra. Nilai p–value yang didapatkan sebesar 0,001 lebih kecil dari nilai α yaitu 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan nyata pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total yang diperoleh peternak mitra dan peternak non mitra. Pada lampiran 9 dapat dilihat hasil uji statistik uji–t.
67