VII ANALISIS PENDAPATAN
Analisis pendapatan yang dibahas dalam penelitian ini meliputi penerimaan, biaya, dan pendapatan dari usahatani padi sawah pada decision making unit di Desa Kertawinangun pada musim kering tahun 2011. Analisis pendapatan dilakukan pada seluruh varietas dan analisis pendapatan pada setiap varietas. Analisis pendapatan seluruh decision making unit pervarietas dilakukan untuk membandingkan apakah ada varietas tertentu yang memiliki pendapatan yang lebih menonjol dibandingkan dengan varietas lain ataupun dengan seluruh varietas.
7.1.
Penerimaan Usahatani Padi Sawah Penerimaan usahatani yang dianalisis adalah penerimaan tunai dari hasil
perkalian antara total produksi padi dalam bentuk gabah kering giling dengan harga jual yang diterima petani. Harga jual yang diterima oleh decision making unit bervariasi. Variasi harga jual decision making unit dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: (1) Perbedaan waktu menjual. (2) Perbedaan tempat tujuan menjual. (3) Perbedaan varietas. Meskipun perbedaan varietas mempengaruhi harga jual, akan tetapi tidak semua harga jual varietas berbeda. Varietas Denok dan Mekongga memiliki harga jual yang tidak terlalu berbeda sehingga terkadang decision making unit yang membudidayakan kedua varietas tersebut mencampur hasil panennya.
Hasil panen rataan seluruh decision making unit adalah 7,3
Ton/hektar. Harga yang diterima decision making unit berkisar antara Rp.3.5006.200/kg.
Penerimaan rata-rata decision making unit perhektar adalah
Rp.34.157.664.
7.2.
Biaya Usahatani Padi Sawah Komponen biaya usahatani yang digunakan dalam penelitian ini adalah
biaya tunai. Biaya tunai adalah biaya yang secara tunai dikeluarkan oleh decision making unit untuk membeli barang maupun jasa yang digunakan sebagai faktor produksi pada usahatani yang dijalankan. Contoh dari biaya tunai adalah petani 86
membayar upah buruh panen dengan sejumlah nominal tertentu. Biaya tunai yang dikeluarkan meliputi biaya pembelian faktor produksi berupa barang seperti benih, perlengkapan pembibitan, pupuk, dan pestisida. Sedangkan biaya tunai yang dikeluarkan untuk pembelian faktor produksi berupa jasa seperti pengolahan lahan dengan traktor, tenaga kerja, irigasi, dan sewa lahan. Biaya tunai yang dikeluarkan untuk mengusahakan padi sawah seluas satu hektar pada musim tanam 2011 dapat terlihat pada tabel 16.
Tabel 16. Biaya Tunai Usahatani Padi Sawah (perhektar) di Desa Kertawinangun Musim Kering 2011 Komponen Biaya Harga (Rupiah) Bibit
184.323
Perlengkapan Pembibitan
80.734
Pupuk
492.972
Pupuk
509.923
Pupuk
472.871
Pestisida
1.623.212
Sewa Lahan
8.815.018
Tenaga Kerja Luar Keluarga
2.791.194
Pongolahan Tanah
685.529
Biaya tunai pertama yang dikeluarkan usahatani untuk membeli faktor produksi berupa benih. Benih diperoleh decision making unit dengan membeli dari petani lain. Decision making unit yang menggunakan varietas Ciherang memperoleh benih dari hasil pembagian pemerintah yang disalurkan melalui Gapoktan. Harga benih yang dibeli decision making unit pada seluruh varietas adalah Rp.10.000 untuk satu kilogram benihnya.
Rata-rata pengeluaran untuk
membeli bibit pada decision making unit di Desa Kertawinangun adalah Rp.184.323 untuk luasan lahan satu hektar. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa decision making unit rata-rata menggunakan bibit sebanyak 18,4 kg/ha. Bibit tersebut digunakan untuk penanaman dan penyulaman. 87
Biaya tunai kedua yang dikeluarkan usahatani untuk membeli faktor produksi berupa perlengkapan pembibitan. Perlengkapan pembibitan yang dibeli meliputi plastik dan bambu ajir.
Plastik dan bambu ajir digunakan untuk
melindungi area pembibitan dari serangan hama tikus.
Besarnya biaya yang
dikeluarkan untuk membeli plastik adalah Rp.20.000/kilogram, sedangkan harga dari bambu adalah Rp.10.000/buah. Rata-rata decision making unit mengeluarkan Rp.80.734 untuk area pembibitan. Kombinasi yang digunakan untuk pembibitan adalah tiga kilogram plastik dan dua buah bambu. Biaya tunai ketiga yang dikeluarkan decision making unit untuk faktor produksi adalah pembelian pupuk. Terdapat tiga jenis pupuk yang digunakan decision making unit di Desa Kertawinangun. Pupuk yang digunakan adalah pupuk Urea, TSP, dan Posca.
Lebih dari 50 persen decision making unit
menggunakan kombinasi antara Urea dengan salah satu dari TSP atau Posca. Hanya sebagian kecil decision making unit yang menggunakan ketiga pupuk tersebut pada usahataninya. Rata-rata decision making unit menggunakan baik pupuk Urea, TSP, maupun Posca lebih dari 100 kg/ha. Terdapat perbedaan harga beli decision making unit pada ketiga pupuk tersebut. Perbedaan harga yang diterima disebabkan perbedaan tempat pembelian. Selain itu, perbedaan tersebut juga dapat diakibatkan adanya perbedaan cara bayar. Decision making unit yang memperoleh harga pupuk rendah umumnya membayar secara tunai. Sedangkan decision making unit yang mendapatkan harga lebih tinggi biasanya membayar dengan sistem angsuran atau dengan sistem bayar ketika panen. Pupuk pertama yang digunakan adalah Urea. Harga Urea yang diterima bervariasi antara Rp.150.000-250.000/100 kg.
Pengeluaran rata-rata untuk
membeli Urea pada usahatani seluas satu hektar adalah senilai Rp.492.972. Pupuk kedua yang digunakan adalah pupuk TSP. Pengeluaran rata-rata decision making unit untuk pupuk TSP pada lahan seluas satu hektar adalah Rp.509.923. Pupuk ketiga yang digunakan oleh decision making unit adalah pupuk Posca. Decision making unit rata-rata mengeluarkan Rp.472.871 untuk pengaplikasian pada lahan seluas satu hektar.
88
Biaya tunai keempat dikeluarkan decision making unit untuk membeli faktor produksi berupa pestisida. Terdapat banyak sekali jenis dan dosis yang digunakan decision making unit pada faktor produksi ini.
Intensitas
pengaplikasiannya juga sangat beragam. Terdapat decision making unit yang hanya melakukan satu kali pengaplikasian pestisida, namun ada pula decision making unit yang melakukan pengaplikasian pestisida lebih dari sepuluh kali selama musim tanam.
Rata-rata pengeluaran decision making unit untuk
mengaplikasikan faktor produksi berupa pestisida pada lahan seluas satu hektar adalah Rp.1.623.212. Pengeluaran decision making unit untuk membeli pestisida adalah pengeluaran tunai terbesar untuk membeli faktor produksi berupa barang. Sedangkan apabila dibandingkan secara keseluruhan biaya tunai, pengeluaran pesitsida menjadi pengeluaran tunai ketiga terbesar setelah sewa lahan dan tenaga kerja. Biaya tunai yang dikeluarkan oleh decision making unit untuk pembelian faktor produksi berupa jasa sewa lahan menjadi biaya terbesar dalam pengeluaran tunai. Terdapat dua sistem sewa lahan yang ada di Desa Kertawinangun. Sistem pertama adalah sewa dengan harga tetap. Harga sewa untuk lahan seluas 0,7 hektar berkisar Rp.4.000.000-7.000.000.
Sistem kedua adalah sistem bayar
dengan hasil panen berupa 2.500 kg padi. Meskipun biaya sewa lahan pada sistem kedua menggunakan barang, berdasarkan wawancara, umumnya decision making unit membayar berupa nominal dari 2.500 kg padi dengan menggunakan harga pada saat membayar. Karena itu, meskipun terdapat decision making unit yang menggunakan sistem sewa kedua, biaya sewa lahan tetap termasuk ke dalam biaya tunai. Besarnya rata-rata pengeluaran untuk sewa lahan satu hektar adalah Rp.8.815.018. Biaya tunai kedua terbesar yang dikeluarkan decision making unit adalah untuk jasa tenaga kerja. Besarnya biaya ini adalah Rp.2.791.194 untuk lahan seluas satu hektar. Pekerjaan yang memiliki biaya tenaga kerja yang tinggi adalah penanaman dan pemanenan. Meskipun intensitasnya hanya satu kali dalam satu musim tanam, akan tetapi kedua kegiatan tersebut sangat padat karya sehingga memiliki pengeluaran yang besar. 89
Biaya tunai paling sedikit yang dikeluarkan decision making unit untuk membeli jasa berupa pengolahan lahan dengan traktor. Seluruh decision making unit menggunakan jasa traktor untuk mengolah lahannya, dengan kisaran harga Rp.400.000-500.000 untuk lahan seluas 0,7 hektar.
Adanya perbedaan harga
tersebut diantaranya disebabkan adanya perbedaan karakteristik lahan dan lokasi lahan.
7.3.
Pendapatan Tunai Usahatani Padi Sawah Desa Kertawinangun Analisis pendapatan tunai usahatani padi sawah di Desa Kertawinangun
tahun 2011 terlihat pada tabel 17. Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa penerimaan tunai petani perhektar sebesar Rp.26.588.111.
Setelah dikurangi
dengan pengeluaran tunai usahatani, pendapatan perhektar rata-rata decision making unit adalah Rp.10.856.226. Pendapatan tunai tersebut menunjukan ratarata pendapatan decision making unit di Desa Kertawinangun. Pendapatan yang positif menunjukan bahwa usahatani padi sawah yang dijalankan di Desa Kertawinangun menguntungkan.
90
Tabel 17. Pendapatan Tunai Usahatani (perhektar) Padi Sawah di Desa Kertawinangun Musim Kering Tahun 2011 Keterangan Nilai (Rupiah) Persentase (%) Penerimaan Tunai Penjualan Padi Sawah
26.588.111
100
184.323
1,17
80.734
0,51
Pengolahan lahan dengan traktor
685.529
4,36
Urea
492.972
3,15
TSP
509.923
3,24
Posca
472.871
3,01
Pestisida
1.623.212
10,32
Tenaga kerja luar keluarga
2.791.194
17,74
Sewa lahan
8.816.770
56,04
72.356
0,46
15.731.885
100
Biaya Tunai Benih Persiapan pembibitan
Irigasi Total BiayaTunai
Pendapatan Tunai (Penerimaan – Total Biaya Tunai)
7.4.
10.856.226
Pendapatan Tunai Usahatani Padi Sawah Varietas Ciherang Desa Kertawinangun Analisis pendapatan tunai usahatani padi sawah varietas Ciherang di Desa
Kertawinangun tahun 2011 terlihat pada tabel 18. Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa penerimaan tunai petani perhektar sebesar Rp.24.708.511. Setelah dikurangi dengan pengeluaran tunai, pendapatan perhektar yang diterima decision making unit yang mengusahakan padi sawah varietas Ciherang sebesar Rp.9.804.923. Terlihat bahwa hasil pendapatan tunai perhektar rata-rata petani yang mengusahakan varietas Ciherang memiliki pendapatan yang lebih rendah dibandingkan dengan pendapatan perhektar tunai rata-rata seluruh varietas. Hal ini sejalan dengan pengakuan decision making unit bahwa keuntungan usahatani varietas Ciherang tidak sebesar mengusahakan varietas lain. Hal ini disebabkan hasil produksi varietas Ciherang yang berada dibawah hasil varietas lain. 91
Meskipun mendapatkan hasil yang lebih rendah, masih terdapat decision making unit yang mengusahakan varietas Ciherang dengan alasan varietas ini adalah varietas yang dianjurkan oleh pemerintah. Selain itu, terdapat beberapa decision making unit yang mengatakan sudah lama menggunakan varietas Ciherang sehingga akan tetap menggunakan varietas ni meskipun ada varietas lain yang digunakan decision making unit lain yang produksinya lebih tinggi.
Tabel 18. Pendapatan Tunai Usahatani (perhektar) Padi Sawah Varietas Ciherang di Desa Kertawinangun Tahun 2011 Keterangan Nilai (Rupiah) Persentase (%) Penerimaan Tunai Penjualan Padi Sawah
24.708.511
100
184.821
1,24
97.349
0,65
Pengolahan lahan dengan traktor
691.964
4,64
Urea
504.599
3,39
TSP
597.313
4,01
Posca
489.172
3,28
Pestisida
1.455.045
9,76
Tenaga kerja luar keluarga
2.796.023
18,76
Sewa lahan
8.015.873
53,78
71.429
0,48
14.903.588
100
Pendapatan Tunai (Penerimaan Tunai – Total Biaya Tunai)
9.804.923
Biaya Tunai Benih Persiapan pembibitan
Irigasi Total BiayaTunai
7.5.
Pendapatan Tunai Usahatani Padi Sawah Varietas Denok Desa Kertawinangun Analisis pendapatan tunai usahatani padi sawah varietas Denok di Desa
Kertawinangun tahun 2011 terlihat pada tabel 19. Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa penerimaan tunai petani perhektar sebesar Rp.27.409.407. Setelah 92
dikurangi dengan pengeluaran tunai, pendapatan perhektar yang diterima decision making unit yang mengusahakan padi sawah varietas Denok sebesar Rp. 13.219.161. Pendapatan perhektar varietas Denok lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan perhektar seluruh varietas dan pada varietas Ciherang Hal ini dipengaruhi penerimaan perhektar yang diterima decision making unit. Pendapatan yang positif menunjukan bahwa usahatani padi sawah dengan varietas Denok yang dijalankan di Desa Kertawinangun menguntungkan. Tabel 19. Pendapatan Tunai Usahatani (perhektar) Padi Sawah Varietas Denok di Desa Kertawinangun Tahun 2011 Keterangan Nilai (Rupiah) Persentase (%) Penerimaan 27.409.407
100
179.853
1,17
73.260
0,48
Pengolahan lahan dengan traktor
675.824
4,40
Urea
514.927
3,35
TSP
503.827
3,28
Posca
472.581
3,08
Pestisida
1.623.212
11,07
Tenaga kerja luar keluarga
2.810.583
18,30
Sewa lahan
8.354.037
54,39
73.260
0,48
15.360.373
100
Penjualan Padi Sawah Biaya Tunai Benih Persiapan pembibitan
Irigasi Total BiayaTunai
Pendapatan Tunai (Penerimaan – Total Biaya Tunai)
7.6.
13.219.161
Pendapatan Tunai Usahatani Padi Sawah Varietas Mekongga Desa Kertawinangun Analisis pendapatan tunai usahatani padi sawah varietas Mekongga di
Desa Kertawinangun tahun 2011 terlihat pada tabel 20.
Berdasarkan tabel
tersebut, terlihat bahwa penerimaan tunai petani perhektar sebesar Rp.1.169.745. 93
Setelah dikurangi dengan pengeluaran tunai, pendapatan perhektar yang diterima decision making unit yang mengusahakan padi sawah varietas Mekongga sebesar Rp.16.732.697. Varietas Mekongga sangat menonjol pada penerimaan perhektar yang lebih besar dibandingkan varietas lain.
Hal ini disebabkan rata-rata
usahatani memiliki produksi dan harga yang tinggi. Pendapatan decision making unit yang membudidayakan varietas Mekongga bernilai positif menunjukan bahwa usahatani padi sawah dengan varietas Denok yang dijalankan di Desa Kertawinangun menguntungkan. Tabel 20. Pendapatan Tunai Usahatani (perhektar) Padi Sawah Varietas Mekongga di Desa Kertawinangun Tahun 2011 Keterangan Nilai (Rupiah) Persentase (%) Penerimaan Penjualan Padi Sawah
31.169.745
100
196.786
1,18
83.378
0,50
Pengolahan lahan dengan traktor
696.429
4,17
Urea
450.714
2,70
TSP
406.667
2,43
Posca
467.647
2,80
Pestisida
1.532.160
9,17
Tenaga kerja luar keluarga
2.708.998
16,22
10.091.837
60,41
71.429
0,43
16.706.043
100
Pendapatan Tunai (Penerimaan – Total Biaya Tunai)
16.732.697
Biaya Tunai Benih Persiapan pembibitan
Sewa lahan Irigasi Total BiayaTunai
94