VALUASI EKONOMI PENGELOLAAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH BANTAR GEBANG UNTUK MENENTUKAN KEBIJAKAN DI MASA DEPAN
R. Julianto
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Valuasi Ekonomi Pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir Sampah Bantar Gebang untuk Menentukan Kebijakan di Masa Depan adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Bogor, Juni 2011
R. Julianto NRP: P 062040234
ABSTRACT JULIANTO.R. Economic Valuation of The Solid Waste Disposal Management of Bantar Gebang to determine Management Policy in the Future . Under direction of SUPIANDI SABIHAM, SYAIFUL ANWAR, and WONNY AHMAD RIDWAN. The existence of Bantar Gebang Solid Waste Disposal (SWD) Management considered a problem and a blessing for the surrounding community. The aim of the research was to determine the impacts, the externality and the Total Economic Value Management of Bantar Gebang SWD and SWD Policy. Analysis of the externality is the result of direct or indirect impacts of the Bantar Gebang SWD including economic impact, social impact and environmental impact. Negative externalities analyses were based on the inconvenience, the loss of environmental values, pollution, and decreased property values. Positive externalities analysis included the existence of business and employment opportunities for the people to waste recycle, and the existence of access roads to facilitate transport to landfill to the surrounding community. Total economic value of the economic valuation analysis of Bantar Gebang SWD is comprised of the total cost of Rp 1.70 trillion and the total benefits of Rp 2.19 trillion so that the total economic value amounting to Rp 482 billion. This shows positive total economic value means that the existence Bantar Gebang SWD is waste recycle activities domination by informal sector. Key words: impact, externalities, economic valuation, total economic value, Bantar Gebang Solid Waste Disposal.
RINGKASAN JULIANTO.R. Valuasi Ekonomi Pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir Sampah Bantar Gebang untuk Menentukan Kebijakan di Masa Depan. Dibimbing oleh SUPIANDI SABIHAM, SYAIFUL ANWAR, dan WONNY AHMAD RIDWAN.
Penilaian dampak lingkungan tempat pembuangan akhir sampah dilakukan dengan menggunakan pendekatan valuasi ekonomi atau penilaian ekonomi guna mengetahui manfaat dan biaya dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Bantar Gebang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak yang terjadi, biaya eksternalitas, Nilai Ekonomi Total (NET) pengelolaan TPA sampah Bantar Gebang dan merumuskan kebijakan serta strategi pengelolaan TPA sampah di masa depan yang ramah lingkungan. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Bantar Gebang sebagai lokasi penampung sampah Jakarta, menggunakan data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara langsung menggunakan daftar pertanyaan. Data primer yang dikumpulkan terdiri dari: (1) data sosial, ekonomi dan kesehatan masyarakat, pemulung, lapak dan bandar; (2) data penyebaran bau sampai radius 5 km dari TPA sampah Bantar Gebang; (3) data kualitas air tanah pada radius 250 m (ring I), 500 m (ring II), dan 750 m (ring III) dari TPA sampah Bantar Gebang. Data sekunder diperoleh dari studi literatur dan hasil penelitian terdahulu seperti: (1) data BPS (Bekasi dalam Angka 1990–2008); (2) Studi Valuasi Ekonomi Kerusakan Lingkungan Akibat Keberadaan TPA Jakarta oleh Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pemerintah Kota Bekasi; dan (3) Studi Andal Lokasi Pembuangan Akhir Sampah Bantar Gebang Bekasi oleh Biro Bina Kependudukan dan Lingkungan Hidup DKI Jakarta. Hasil penelitian kualitas air pengolahan leachate sampah pada Instalasi Pengolahan Air (IPA) TPA sampah Bantar Gebang menunjukkan bahwa parameter pencemar yang masih melebihi baku mutu adalah zat padat terlarut (TDS), amonia (NH3), merkuri, nitrat, COD dan BOD. Kualitas air permukaan yaitu air Sungai Ciketing pada lokasi sebelah hulu kawasan TPA sampah Bantar Gebang mengalami penambahan beban pencemaran dari TPA sampah Bantar Gebang. Penambahan beban pencemaran tersebut berupa bahan organik (BOD dan COD), nitrogen (amoniak), padatan dan sebagian logam (mangan dan sulfida). Hasil pemantauan pada lokasi sebelah hilir TPA ternyata parameter yang ada telah melampaui baku mutu yang diijinkan yaitu untuk parameter TSS (total suspended solid), mangan dan sulfida. Kualitas air sumur di sekitar TPA sampah Bantar Gebang secara umum baik kualitas fisik maupun kualitas kimia semuanya masih memenuhi baku mutu yang ditetapkan dalam Permenkes Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990, kecuali parameter total harness yang melebihi baku mutu. Parameter mikrobiologi, menunjukkan adanya pencemaran coliform dan fecal coli.
Kualitas udara yang diteliti dari dalam lokasi TPA dan di luar TPA, menunjukkan bahwa kualitas udara ambien cukup baik, kecuali kebisingan. Kebisingan di beberapa lokasi melebihi nilai baku mutu, yaitu di depan kantor TPA sampah Bantar Gebang, belakang TPA Sumur Batu dan pertigaan TPA sampah Bantar Gebang serta Jalan Raya Narogong. Perhitungan biaya eksternalitas dari dampak TPA yang mengakibatkan pencemaran air tanah menggunakan pendekatan perubahan perilaku konsumsi air rumah tangga yakni kebutuhan air untuk mandi sebanyak 80 liter/hari dan kebutuhan air untuk minum sebesar 5 liter/hari dengan harga air dorongan Rp 150 per liter pada tahun 2009. Hasil survey menunjukkan bahwa kualitas air tanah di wilayah ring I tidak layak untuk air minum dan mandi. Kawasan ring II dan ring III tidak layak untuk air minum. Nilai kerugian akibat penurunan kualitas air tanah (NRAB) sebesar Rp 817 milyar. Berdasarkan data Bekasi dalam Angka (2006), proporsi penduduk dari wilayah yang diteliti (3 kelurahan dan 1 desa) sebanyak 57% dari penduduk Kecamatan Bantar Gebang. Jenis penyakit yang diderita 75% disebabkan sampah di TPA dan 25% disebabkan faktor lain. Nilai kerugian akibat penyakit yang disebabkan keberadaan TPA Sampah Bantar Gebang (NRPP) sebesar Rp 41,8 milyar. Nilai kerugian penurunan produktivitas kerja (NRPK) dihitung berdasarkan jumlah hari tidak masuk kerja karena penyakit yang ditimbulkan oleh pencemaran TPA sampah Bantar Gebang, yaitu sebesar Rp 49,2 milyar. Nilai kerugian akibat gagal panen padi sawah (NRGP) karena luapan air hujan yang mengandung sampah, dihitung dengan menggunakan asumsi gagal panen 1 kali per tahun. Nilainya sebesar Rp 1,7 milyar. Hasil estimasi emisi gas metana menggunakan data IPCC (2007). Biaya sosial emisi karbon dioksida adalah harga kerusakan dari perubahan iklim agregat di seluruh dunia yang diperkirakan sebesar 12 USD (1USD=Rp 9591,7) per ton CO2 untuk tahun 2005 (UNEP, 2009). Nilai kerugian akibat emisi CO2 (NRKU) yang dihasilkan dari sampah di TPA sampah Bantar Gebang dari Tahun 1990 sampai Tahun 2009 diperkirakan sebesar Rp 20,1 milyar. Kerugian akibat bau busuk didekati dari hasil penelitian Willis dan Garrod (1997) dalam DEFRA (2004), tentang WTP yang berkaitan dengan pengurangan kebisingan, bau dan debu serta sampah yang tertiup angin dari landfill Crawcrook Quarry. Nilai kompensasi masyarakat di sekitar TPA sampah Bantar Gebang sebesar Rp 120.851 per KK per bulan atau Rp 916.713 per KK per tahun. Pada radius 1.000 m, bau busuk muncul hampir setiap hari, radius 1.000-2.500 m tercium setelah hujan turun. Berdasarkan Badan Meteorologi dan Geofisika, jumlah hari hujan 100 hari per tahun. Pada radius 2.500-5.000 m bau sampah tidak begitu menyengat, sehingga nilai kompensasi 50% dari kompensasi di radius 1.000-2.500 m. Nilai kerugian akibat bau (NRBU) sebesar Rp 1,2 milyar. Penurunan nilai tanah di sekitar TPA sampah Bantar Gebang diperoleh hasil Rp 43,1 milyar juta pada radius 100 m dan Rp 41 milyar pada radius 200 m sehingga kerugian akibat penurunan nilai properti (NRTP) sebesar Rp 18,2 milyar. Ekternalitas positif yang menguntungkan dengan keberadaan TPA sampah Bantar Gebang adalah timbulnya peluang kesempatan kerja dalam memanfaatkan
sampah untuk didaur ulang. Pekerja yang terkait meliputi pemulung, buruh, pemilik lapak dan bandar. Ekternalitas positif dari pendapatan pemulung total Rp 1.569 milyar, pendapatan buruh daur ulang sampah sebesar Rp 214,5 milyar. Ekternalitas positif dari pendapatan pemilik lapak sebesar Rp 164 milyar, pendapatan bandar Rp 55,9 milyar. Total ekternalitas manfaat dari kegiatan daur ulang sampah (NMKJ) sebesar Rp 2.003 milyar. Eksternalitas positif lain adalah keberadaan jalan akses ke TPA. Nilai keberadaan dihitung dengan menggunakan jalan sebagai faktor penggerak pembangunan wilayah (Utama, 2001) di sekitar Bantar Gebang. Adanya jalan akses menuju TPA menimbulkan peningkatan kegiatan ekonomi. Nilai keberadaan jalan akses tersebut pada tahun 2009 diperkirakan NMJL sebesar Rp 187,5 milyar. Nilai ekonomi total per tahun (tahun 1990-2009) dari hasil analisa valuasi ekonomi dengan perhitungan biaya dan manfaat pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang adalah terdiri dari total biaya (nilai rugi, NR) sebesar Rp 1.708,5 milyar dan total manfaat (nilai manfaat, NM) sebesar Rp 2.190,9 milyar, sehingga nilai ekonomi totalnya NET sebesar Rp 482,4 milyar. Eksternalitas pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang mempunyai nilai ekonomi total positif karena biaya ekonomi lingkungan lebih kecil dibandingkan manfaat ekonomi lingkungan. BCR sebesar 1,28 (> 1) yang menunjukkan manfaat secara lingkungan masih lebih besar dari kerugian lingkungan. Prioritas kebijakan dan strategi pengelolaan TPA Sampah berdasarkan survai pendapat pakar melalui AHP adalah aspek lingkungan dengan nilai bobot 0,444, aspek sosial (nilai bobot 0,255), aspek teknis (nilai bobot 0,214) dan aspek ekonomi (nilai bobot (0,087). Aspek lingkungan mencakup 4 (empat) kriteria yaitu: konservasi sumber daya alam dan energi kesehatan masyarakat, pencemaran lingkungan dan pemanasan global. Dari keempat kriteria tersebut, faktor pencemaran lingkungan merupakan kriteria yang paling utama untuk dipenuhi dengan nilai bobot 0,461, selanjutnya kriteria kesehatan masyarakat (nilai bobot 0,344), kriteria pemanasan global (nilai bobot 0,104) dan konservasi sumber daya alam (nilai bobot 0,092).
©Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apapn tanpa izin IPB
VALUASI EKONOMI PENGELOLAAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH BANTAR GEBANG UNTUK MENENTUKAN KEBIJAKAN DI MASA DEPAN
R. Julianto
Disertasi Sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Doktor pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
Judul Disertasi
:
Nama Mahasiswa Nomor Pokok
: :
Valuasi Ekonomi Tempat Pembuangan Akhir Sampah Bantar Gebang untuk Menentukan Kebijakan di Masa Depan R. Julianto P 0620402234
Disetujui, Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr Ketua
Dr. Ir. Syaiful Anwar, MSc Anggota
Dr. Wonny Ahmad Ridwan, SE, MM Anggota
Mengetahui Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS
Tanggal Ujian :
Dekan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc.Agr
Tanggal Lulus :
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Doktor pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berjudul Valuasi Ekonomi Pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir Sampah Bantar Gebang untuk Menentukan Kebijakan di Masa Depan. Selama melaksanakan penelitian dan penulisan disertasi ini, penulis banyak mendapat bantuan baik moril maupun materil serta bimbingan dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini disampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1.
Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr. sebagai ketua komisi pembimbing, dan Dr. Ir. Syaiful Anwar, M.Sc., Dr. Wonny Ahmad Ridwan, SE, MM., masing-masing sebagai anggota komisi pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan serta memberi saran demi kemajuan penulis dan lebih sempurnanya tulisan ini.
2.
Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS sebagai Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana IPB Masa Bakti Tahun 2011-2015 yang memacu, memberi semangat dan solusi atas setiap permasalahan yang penulis hadapi, agar penulis selesai dalam studi ini.
3.
Prof. Dr. Ir. Surjono Hadi Sutjahjo, MS dan Dr. Drh. Hasyim DEA selaku Dosen Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana IPB yang selalu memberi semangat agar penulis selesai dalam studi ini.
4.
Rektor dan Dekan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor beserta staf dan jajaran administrasinya yang telah berkenan menerima dan mengasuh serta selalu mendukung penulis untuk kelancaran dan kesuksesan studi ini.
5.
Direktur, Para Kasubdit, Kepala Seksi, Satker dan PPK beserta staf di lingkungan Direktorat Bina Program yang telah berkenan memberi ijin dan kelonggaran waktu untuk penyelesaian dan kesuksesan studi ini.
6.
Dr.Etty Riani,M.S, Dr.Ir.Widiatmaka, DEA, dan Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Agr.Sc, Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T. dan Dr.Ir.Zulkifli Rangkuti,M.M, M.Sc, penulis mengucapkan terima kasih atas masukannya serta para staf Program studi PSL IPB yang terus mendukung dan memberikan semangat penulis untuk terus melanjutkan penyelesaian studi ini.
7.
Dinas Kebersihan dan Bappeda Propinsi DKI Jakarta serta PT Godangtua Jaya yang memberikan ijin dan data pendukung penelitian di TPA Sampah Bantar Gebang.
8.
Pemerintah Kota Bekasi dan jajarannya yang telah memberikan ijin dan bantuan untuk pelaksanaan penelitian lapangan dan penyediaan data Wilayah Kecamatan Bantar Gebang.
9.
Laboratorium Pusat Pendidikan dan Latihan Teknis Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Permukiman Kementerian Pekerjaan Umum di Kota Bekasi yang telah membantu analisis kualitas air tanah dan air permukaaan.
10. Teman-teman dan kerabat yang membantu survai lapangan dan penyusunan penelitian ini. 11. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya, baik moril maupun materiil. Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada Istri yang telah membantu dan memberi semangat penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. Permohonan maaf penulis sampaikan kepada keluarga yaitu istri dan anak-anakku yang berkurang perhatian penulis selama menyelesaikan penelitian ini. Akhir kata, semoga semua bantuan yang telah diberikan, penulis hanya dapat berdoa semoga diberi ganjaran yang setimpal oleh Allah S.W.T. dan dinilai sebagai amal shaleh. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih belum sempurna dan dengan segala kerendahan hati menerima masukan, kritikan, dan saran agar tulisan ini dapat disempurnakan sesuai dengan yang diharapkan. Selanjutnya penulis berharap semoga karya ini bermanfaat bagi Pemerintah dan Pemerintah Daerah serta masyarakat dan pengusaha terkait dan dunia ilmu pengetahuan. Bogor, Juni 2011 R.Julianto
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada Tanggal 30 Juli 1959 di Kelurahan Gunung Kecamatan Kebayoran Baru Jakarta Selatan, merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara dari Ayah bernama R. Soead bin Miftah dan Ibu bernama R.R. Soebekti bin Soedjarwo Prawirodimedjo. Penulis menamatkan Pendidikan Sekolah Dasar, Sekolah Menengah dan Sekolah Menengah Atas dari Tahun 1967-1979 di Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Pada pertengahan Tahun 1979 Penulis diterima menjadi mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Indonesia di Salemba, Jakarta dan lulus awal Tahun 1987. Pada Tahun Oktober 1999 Penulis mendapat tugas belajar pendidikan strata dua (S2) ke IHE Delft Belanda Bidang Studi Urban Infrastrcture Management dan menamatkan studi pada Maret 2002 meraih gelar Master of Science (M.Sc). Selanjutnya pada Tahun 2005 hingga sekarang penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Pascasarjana strata tiga (S3) pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Pada Tahun 1987 penulis mulai bekerja pada perusahaan konsultan PT. Yodya Karya (Persero) dan akhir Tahun 1991 masuk menjadi pegawai Subdit Penyusunan dan Pengendalian Program Direktorat Bina Program Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum. Mulai Tahun 1994 Penulis menjadi pegawai Subdit Perencanaan Umum dan Evaluasi Direktorat Bina Program Direktorat Jenderal Cipta Karya ketika terjadi Reorganisasi Direktorat Jenderal Cipta Karya. Tahun 1999 Penulis menjadi pegawai Subdit Program dan Anggaran Direktorat Bina Teknik Direktorat Jenderal Pengembangan Perkotaan Departemen Permukiman dan Pengembangan Wilayah. Penulis diangkat menjadi Pemimpin Proyek Pembinaan dan Pengendalian Prasarana dan Sarana Dasar Perkotaan pada pertengahan Tahun 2002 Direktorat Bina Teknik Direktorat Pengembangan Perkotaan sampai Tahun 2006. Pada Tahun 2007 sampai 2009 Penulis menjadi Kepala Satuan Kerja Pembinaan dan Pengendalian Prasarana dan Sarana Dasar Perkotaan Direktorat Bina Program Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum. Tahun 2010 Penulis bekerja sebagai Kepala PPK Perencanaan dan Pengendalian Kegiatan Peningkatan Sistem Perencanan dan Manajemen pada Satuan Kerja Direktorat Bina Program Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum, kemudian Tahun 2011 bekerja sebagai Asisten Teknik dan Kelembagaan CPMU Urban Strategy and Development Reform Program. Penulis mempunyai istri Hj. Ade Ferdijana dan dua anak yaitu Ajeng dan Ageng tinggal di Perumahan Bukit Nusa Indah Sarua Ciputat, Kota Tangerang Selatan.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL. ........................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xx DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xxii 1.
PENDAHULUAN..................................................................................... ..
1
Latar Belakang ........................................................................................
1
Ruang Lingkup Penelitian ......... .............................................................
2
Tujuan Penelitian.....................................................................................
3
Kerangka Pemikiran ................................................................................
3
Perumusan Masalah.............................................................................. .. 5 Manfaat Penelitian................................................................................ .. 6 Kebaruan Penelitian (Novelty) ............................................................. ..
7
2. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. ..
9
Dampak Tempat Pembuangan Akhir Sampah .................................... .. 9 Eksternalitas Tempat Pembuangan Akhir Sampah. ............................. .. 12 Eksternalitas Negatif Pembuangan Sampah. ........................................ .. 13 Eksternalitas Positif Pembuangan Sampah. ......................................... .. 15 Perhitungan Konversi Ekonomi ...........................................................
18
Valuasi Ekonomi ................................................................................. .. 19 Analisis Nilai Ekonomi Dampak..........................................................
20
Nilai Keberadaan (NK) ........................................................................
25
Nilai Warisan (NW) .............................................................................
25
Kebijakan Pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir Sampah ..............
26
Analisis Ekonomi untuk Masukan Kebijakan .......... ...........................
26
Metoda Pengolahan Sampah ................................................................. 31
3. METODE PENELITIAN ...........................................................................
43
Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................
43
Jenis dan Sumber Data .........................................................................
44
xii
Jenis Data ............................................................................................
44
Sumber Data .........................................................................................
44
Metode Analisis ...................................................................................
46
Kebijakan Pengelolaan Sampah ...........................................................
46
Dampak Tempat Pembuangan Akhir ...................................................
46
Biaya Eksternalitas ...............................................................................
49
Benefit Eksternalitas ............................................................................
52
Nilai Ekonomi Total Dampak .............................................................
53
Perumusan Kebijakan...........................................................................
54
4. GAMBARAN UMUM ...............................................................................
57
Kondisi Geografis TPA Sampah Bantar Gebang .................................
57
Iklim
................................................................................................
58
Geologi dan Topografi .........................................................................
59
Topografi ..............................................................................................
59
Kualitas Air ..........................................................................................
60
Kualitas Air Lindi di Instalasi Pengolahan Air Sampah (IPAS) TPA Sampah Bantar Gebang ...............................................................
60
Kualitas Air Sungai Ciketing ...............................................................
60
Kualitas Air Sumur Di Sekitar TPA Sampah Bantar Gebang ..............
62
Kualitas Udara dan Kebisingan di Sekitar TPA Sampah Bantar Gebang ......................................................................................
65
5. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................
69
Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar TPA ............................................
69
Responden Masyarakat ........................................................................
69
Responden Pemulung ...........................................................................
72
Responden Lapak .................................................................................
75
Responden Bandar................................................................................
78
Kebijakan Pengelolaan Sampah ..........................................................
81
Peraturan Perundangan Tentang Sampah .............................................
81
Pedoman Pemanfaatan Kawasan Sekitar TPA Sampah .......................
86
Kriteria Teknis Prasarana dan Sarana Kegiatan Penelolaan Sampah ................................................................................................
89
xiii
Dampak Lingkungan yang Terjadi di TPA ..........................................
90
Eksternalitas .........................................................................................
97
Eksternalitas Negatif Pengelolaan TPA Sampah .................................
97
Eksternalitas Positif Pengelolaan TPA Sampah ................................... 108 Nilai Ekonomi Total Dampak .............................................................. 111 Alternatif Teknologi ............................................................................. 112 Aspek dan Kriteria .............................................................................. 113 Skala prioritas antara kombinasi 1 dan kombinasi lainnya ................. 116 Skala prioritas antara kombinasi 2 dan kombinasi lainnya ................. 118 Skala prioritas antara kombinasi 3 dan kombinasi lainnya ................. 120 Skala prioritas antara kombinasi 4 dan kombinasi lainnya ................. 121 Skenario Pengembangan TPA Sampah Bantar Gebang ke Depan....... 122 TPST Bantar Gebang Skenario 1 ........................................................ 122 TPST Bantar Gebang Skenario 2 ........................................................ 141 Nilai Ekonomi Total TPST ................................................................. 158 Nilai Benefit Cost Ratio TPST ............................................................ 164 Analisis Kelayakan Finansial TPST ..................................................... 165 Potensi Pendapatan dari Sertifikat Reduksi Emisi Gas Rumah Kaca ...................................................................................................... 167
6. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 171 Kesimpulan........................................................................................... 171 Saran ..................................................................................................... 172 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 173 LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL Halaman 1. Pengeluaran biaya untuk penyakit saluran pernafasan ................................
17
2. Pengeluaran untuk biaya pengobatan menurut jenis penyakit . ..................
17
3. Rekapitulasi nilai ekonomi total tahun 2007 ...............................................
18
4. Matriks metoda valuasi ekonomi/economic valuation method matrix. ......
24
5. Komposisi sampah rata-rata di DKI Jakarta ...............................................
33
6. Valuasi ekonomi dampak .............................................................................
50
7.Curah hujan di Kecamatan Bantar Gebang ...................................................
58
8. Hasil pengukuran kualitas air Sungai Ciketing pada titik hulu TPA Sampah Bantar Gebang tahun 2004 - 2008..................................................
61
9. Hasil pengukuran kualitas air Sungai Ciketing pada titik hilir TPA Sampah Bantar Gebang tahun 2004 - 2008 .................................................
61
10. Hasil pengukuran kualitas air sumur di lokasi kantor TPA Sampah Bantar Gebang untuk parameter fisika tahun 2004 sampai 2008 ..............
62
11. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Utara TPA Sampah Bantar Gebang untuk parameter kimia tahun 2004 sampai 2008 ..........................
63
12. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Selatan TPA Sampah Bantar Gebang untuk parameter kimia tahun 2004 sampai 2008 ..........................
64
13. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Barat TPA Sampah Bantar Gebang untuk parameter kimia tahun 2004 sampai 2008 ..........................
64
14. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Timur TPA Sampah Bantar Gebang untuk parameter kimia tahun 2004 sampai 2008 ..........................
64
15. Hasil pengukuran kualitas air sumur di lokasi kantor TPA Sampah Bantar Gebang untuk parameter biologi (Coliform) tahun 2004 sampai 2008 (dalam MPN/100ml) .........................................................................
65
16. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Utara TPA Sampah Bantar Gebang untuk parameter biologi (E Coli) tahun 2004 sampai 2008 (dalam MPN/100ml) .........................................................................
65
17. Hasil pengukuran kualitas udara di dalam lokasi di TPA Sampah Bantar Gebang (IPAS 4) tahun 2005 - 2008 .............................................
66
18. Hasil pengukuran kualitas udara di Sumur Batu tahun 2005 - 2008..........
66
19. Hasil pengukuran kualitas udara di Cikiwul tahun 2005 - 2008 ................
66
20. Hasil pengukuran kualitas udara di Ciketing Udik tahun 2005 - 2008 ......
67
21. Hasil pengukuran kualitas kebisingan di dalam lokasi TPA Sampah Bantar Gebang tahun 2005 - 2008 (dalam dBA) .......................................
67
xv
22. Hasil pengukuran kualitas kebisingan di luar lokasi TPA Sampah Bantar Gebang tahun 2005 s/d 2008 (dalam dBA) .................................... . 67 23. Tingkat usia responden masyarakat ...........................................................
69
24. Aspek Sosial tingkat pendidikan dan lama tiinggal responden masyarakat ..................................................................................................
70
25. Aspek ekonomi pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan responden masyarakat ..................................................................................................
70
26. Tanggapan responden masyarakat mengenai jalan lingkungan .................
70
27. Tanggapan responden masyarakat mengenai jalan masuk.........................
71
28. Tanggapan responden masyarakat mengenai gangguan lingkungan .........
71
29. Tanggapan responden masyarakat mengenai jenis gangguan lingkungan .
71
30. Tingkat usia responden pemulung .............................................................
72
31. Tingkat pendidikan responden pemulung ..................................................
72
32. Lama tinggal responden pemulung ............................................................
73
33. Tingkat penghasilan/pendapatan per bulan sebagai pemulung ..................
73
34. Pekerjaan sambilan/sampingan responden pemulung................................
73
35. Tanggapan responden pemulung mengenai jalan lingkungan sekitar TPA
74
36. Tanggapan responden pemulung mengenai jalan masuk ke TPA .............
74
37. Tanggapan responden pemulung mengenai gangguan lingkungan ...........
74
38. Tanggapan responden pemulung mengenai jenis gangguan lingkungan ...
75
39. Tingkat usia responden pemilik lapak........................................................
75
40. Tingkat pendidikan responden pemilik lapak ............................................
76
41. Lama menetap/berusaha responden pemilik lapak ....................................
76
42. Tingkat penghasilan/pendapatan per bulan sebagai pemilik lapak ............
77
43. Tanggapan responden pemilik lapak mengenai kondisi sarana dan prasarana jalan lingkungan ke lokasi TPA .................................................
77
44. Tanggapan responden pemilik lapak mengenai adanya gangguan lingkungan dengan adanya TPA Sampah Bantar Gebang .........................
77
45. Tanggapan responden pemilik lapak mengenai jenis gangguan lingkungan dengan adanya TPA Sampah Bantar Gebang. ........................
78
46. Tingkat usia responden bandar...................................................................
78
47. Tingkat pendidikan responden bandar .......................................................
79
48. Lama menetap/berusaha responden bandar ...............................................
79
49. Tingkat penghasilan/pendapatan per bulan sebagai bandar .......................
79
50. Tanggapan responden mengenai kondisi jalan lingkungan ke lokasi TPA
80
51. Tanggapan responden mengenai kondisi jalan masuk ke lokasi TPA .......
80
xvi
52. Tanggapan responden bandar mengenai gangguan lingkungan.................
80
53. Tanggapan responden bandar mengenai jenis gangguan lingkungan ........
81
54. Hasil pengukuran kualitas air Sungai Ciketing pada titik hulu dan hilir TPA Sampah Bantar Gebang tahun 2009 ..................................................
90
55. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Cikiwul untuk parameter fisika tahun 2009 ..................................................................................................
91
56. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Ciketing Udik untuk parameter fisika tahun 2009 ........................................................................................
91
57. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Taman Rahayu untuk parameter fisika tahun 2009 ........................................................................................
91
58. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Sumur Batu untuk parameter fisika tahun 2009 ........................................................................................
92
59. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Cikiwul untuk parameter kimia tahun 2009 .................................................................................................
92
60. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Ciketing Udik untuk parameter kimia tahun 2009 .......................................................................................
93
61. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Taman Rahayu untuk parameter kimia tahun 2009 ........................................................................................
93
62. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Sumur Batu untuk parameter kimia tahun 2009 ........................................................................................
94
63. Hasil pengukuran kualitas air sumur di lokasi sekitar TPA Sampah Bantar Gebang untuk parameter biologi tahun 2009 .................................
96
64. Pengeluaran untuk pembelian air akibat penurunan kualitas air tanah di TPA Sampah Bantar Gebang .....................................................................
98
65. Pengeluaran biaya untuk penyakit infeksi saluran pernafasan ...................
99
66. Total biaya pengobatan per tahun sesuai dengan jenis penyakit di Kelurahan Cikiwul, Ciketing Udik, Sumur Batu dan Taman Rahayu akibat Keberadaan TPA Bandar Gebang ................................................... 100 67. Nilai kerugian karena tidak masuk kerja akibat sakit berkaitan dengan keberadaan TPA Sampah Bantar Gebang .................................................. 102 68. Penurunan produksi pertanian .................................................................... 103 69. Estimasi emisi CH4 yang dihasilkan dari TPA Sampah Bantar Gebang ... 104 70. Pengeluaran untuk dampak bau yang busuk pada kawasan radius 1000 m dari TPA Sampah Bantar Gebang ................................................. 105 71. Pengeluaran untuk dampak bau busuk pada kawasan dengan jarak 1000 m sampai dengan 2500 m dari TPA Sampah Bantar Gebang ........... 106 72. Pengeluaran untuk dampak bau busuk pada kawasan dengan jarak 2500 m sampai dengan 5000 m dari TPA Sampah Bantar Gebang ........... 107
xvii
73. Penurunan nilai tanah dengan jarak 100m dari TPA Sampah Bantar Gebang ....................................................................................................... 108 74. Penurunan nilai tanah dengan jarak 200m dari TPA Sampah Bantar Gebang ....................................................................................................... 108 75. Rincian perhitungan NPV dan pemulung, pekerja daur ulang, lapak dan bandar .................................................................................................. 110 76. Nilai keberadaan TPA Sampah Bantar Gebang ......................................... 111 77. Nilai Ekonomi Total TPA Sampah Bantar Gebang Tahun 1990 - 2009.... 111 78. Produk dan treatment Skenario 1 dan 2 pada Kombinasi 1 ....................... 122 79. Pendapatan yang diterima dari Tipping Fee Skenario 1 ............................ 123 80. Hasil penjualan energi listrik Skenario 1 ................................................... 124 81. Pendapatan yang diterima dari pengolahan kompos Skenario 1................ 127 82. Pendapatan yang diterima dari daur ulang material kertas Skenario 1 ...... 128 83. Pendapatan yang diterima dari daur ulang material plastik Skenario 1 ..... 129 84. Pendapatan yang diterima dari daur ulang material logam/metal Skenario 1................................................................................................... 130 85. Manfaat penjualan RDF dari sisa sampah kertas dan plastik dijadikan RDF Skenario 1 .......................................................................................... 131 86. Manfaat tidak langsung TPST Bantar Gebang Skenario 1 ........................ 132 87. Proyeksi konservasi sumberdaya material sampah dari daur ulang plastik tahun 2010-2025 Skenario 1.......................................................... 134 88. Proyeksi konservasi sumberdaya material sampah dari daur ulang kertas tahun 2010-2025 Skenario 1 ..................................................................... 135 89. Proyeksi konservasi sumberdaya material sampah dari daur ulang logam tahun 2010-2025 Skenario 1 ...................................................................... 136 90. Total manfaat eksternalitas tahun 2010-2025 Skenario 1 .......................... 137 91. Biaya operasional TPST Bantar Gebang Skenario 1 Tahun 2010 ............. 138 92. Biaya investasi dan operasional Skenario 1. .............................................. 139 93. Jumlah sampah yang diolah dan yang dibuang ke landfill Skenario 1 ...... 140 94. Biaya pengolahan sampah yang diolah dan yang dibuang ke landfill Skenario 1................................................................................................... 141 95. Pendapatan yang diterima dari Tipping Fee Skenario 2 ............................ 142 96. Hasil penjualan energi listrik Skenario 2 ................................................... 144 97. Pendapatan yang diterima dari pengolahan kompos Skenario 2................ 146 98. Pendapatan yang diterima dari daur ulang material kertas Skenario 2 ...... 147 99. Pendapatan yang diterima dari daur ulang material plastik Skenario 2 ..... 148
xviii
100. Pendapatan yang diterima dari daur ulang material logam/metal Skenario 2................................................................................................ 149 101. Manfaat penjualan RDF dari sisa sampah kering kertas dan plastik tidak daur ulang skenario 2 ..................................................................... 150 102. Manfaat tidak langsung TPST Bantar Gebang Skenario 2 ...................... 152 103. Proyeksi konservasi sumber daya alam dari daur ulang plastik tahun 2010-2025 Skenario 2 ............................................................................. 153 104. Proyeksi konservasi sumber daya alam dari daur ulang kertas tahun 2010-2025 Skenario 2 ............................................................................. 154 105. Proyeksi konservasi sumber daya alam dari daur ulang logam tahun 2010-2025 Skenario 2 ............................................................................. 155 106. Total manfaat eksternalitas tahun 2010-2025 Skenario 2 ........................ 156 107. Biaya operasional TPST Bantar Gebang Skenario 2 Tahun 2010 ........... 157 108. Biaya investasi dan operasional Skenario 2 ............................................. 157 109. Jumlah sampah yang diolah dan yang dibuang ke landfill Skenario 2 .... 160 110. Biaya pengolahan sampah yang diolah dan yang dibuang ke landfill Skenario 2................................................................................................ 161 111. Nilai manfaat TPST Bantar Gebang Skenario 1 tahun 2010 sampai 2025 ......................................................................................................... 161 112. Nilai biaya TPST Bantar Gebang Skenario1 tahun 2010 sampai dengan tahun 2025 ................................................................................. 162 113. Nilai manfaat TPST Bantar Gebang Skenario 2 tahun 2010 sampai dengan tahun 2025 .................................................................................. 162 114. Nilai biaya TPST Bantar Gebang Skenario 2 tahun 2010 sampai dengan tahun 2025 .................................................................................. 163 115. Rekapitulasi nilai ekonomi Existing, Skenario 1 dan 2 TPST Bantar Gebang ................................................................................................... 163 116. Potensi pendapatan dari sertifikat reduksi GRK ..................................... 169
xix
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Kerangka pemikiran pendekatan penelitian. ................................................
4
2. Analisis nilai ekonomi dampak pengelolaan TPA sampah (modifikasi) .....
23
3. Langkah-langkah pada analisis manfaat dan biaya (Dixon dan Hufschmidth, 1986) ..................................................................
27
4. Tingkat Inflasi Tahun 1988 - 2007...............................................................
30
5. Suku bunga Bank Indonesia jangka waktu 1 bulan, tahun 2000-2008 ........
31
6. Suku bunga Bank Indonesia jangka waktu 3 bulan, tahun 2000-2008 ........
31
7. Teknis operasional pengelolaan persampahan perkotaan (Tchobanoglous et al., 1977).......................................................................
32
8. Diagram alur daur ulang sampah terpadu berbasis zero waste (Kholil, 2005) ..............................................................................................
36
9. Lokasi penelitian ..........................................................................................
43
10. Hirarki pemiilihan alternatif pengolahan sampah dalam IPST ..................
55
11. Potensi bahaya TPA terhadap jarak ...........................................................
88
12. Pembagian zona di sekitar TPA lama tanpa penyangga ...........................
89
13. Kecenderungan jumlah penderita sakit berdasarkan jenis penyakit........... 101 14. Perkembangan jumlah pemulung dan pekerja daur ulang di TPA Sampah Bantar Gebang ............................................................................... 109 15. Perkembangan jumlah jumlah lapak dan bandar di TPA Sampah Bantar Gebang ....................................................................................................... 109 16. Aspek yang dipertimbangkan dalam menentukan teknologi pengolahan sampah terpadu .......................................................................................... 114 17. Kriteria yang dipertimbangkan dalam aspek lingkungan........................... 114 18. Kriteria yang dipertimbangkan dalam aspek sosial . ................................. 115 19. Kriteria yang dipertimbangkan dalam aspek teknis. .................................. 115 20. Kriteria yang dipertimbangkan dalam aspek ekonomi............................... 116 21. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 1 dan kombinasi 2 berdasarkan setiap aspek ............................................................................ 117 22. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 1 dan kombinasi 3 berdasarkan setiap aspek ........................................................................... 117 23. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 1 dan kombinasi 4 berdasarkan setiap aspek. ........................................................................... 118
xx
24. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 1 dan kombinasi 5 berdasarkan setiap aspek ............................................................................ 118 25. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 2 dan kombinasi 3 berdasarkan setiap aspek. ........................................................................... 119 26. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 2 dan kombinasi 4 berdasarkan setiap aspek. ........................................................................... 119 27. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 2 dan kombinasi 5 berdasarkan setiap aspek. ........................................................................... 120 28. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 3 dan kombinasi 4 berdasarkan setiap aspek. ........................................................................... 120 29. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 3 dan kombinasi 5 berdasarkan setiap aspek. ........................................................................... 121 30. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 4 dan kombinasi 1 berdasarkan setiap aspek. ........................................................................... 121
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1. Peta titik pengambilan sampel penyebaran bau dari TPA Sampah Bantar Gebang . ........................................................................................... 177 2. Tabel Proyeksi Pendapatan TPST Bantar Gebang Skenario 1 Tahun 2010 sampai Tahun 2025) .................................................................................... 178 3. Tabel Proyeksi Pendapatan TPST Bantar Gebang Skenario 2 Tahun 2010 sampai Tahun 2025) .................................................................................... 179
xxii
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Bantar Gebang mempunyai areal seluas 108 ha. Luas areal kerja efektif kurang lebih 69 ha yang dibagi dalam lima zona, masing-masing zona dikelilingi dengan jalan kerja yang kondisinya cukup baik. Setiap zona tersebut dibagi menjadi beberapa bagian sub-zona. Pada saat penelitian sebagian besar areal kerja telah terisi sampah. Berdasarkan hasil pemantauan PPMSL-UI dan Unisma Bekasi, ketinggian sampah di tiap zona pada tahun 2002 berkisar antara 4,58 m sampai 10,77 m. Ketinggian sampah yang direncanakan adalah 25 meter, dengan mengacu disain ketinggian sampah tersebut dan hasil penelitian memperkirakan bahwa seluruh zona TPA Sampah Bantar Gebang masih dapat dioperasikan dengan umur teknis 42 bulan atau sampai tahun 2006 berdasarkan Master Plan JICA Tahun 1987 (JICA, 2001), namun hingga saat penelitian berlangsung TPA Sampah Bantar Gebang masih dimanfaatkan. . TPA Sampah Bantar Gebang telah beroperasi sekitar 21 tahun yaitu sejak tahun 1989 sampai sekarang. Berdasarkan rencana Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya Tahun 1987, TPA Sampah Bantar Gebang akan beroperasi 20 tahun dengan metode pembuangan sampah secara sanitary landfill. Berdasarkan rencana tersebut umur teknis tempat pembuangan sampah ini telah dilewati. TPA Sampah Bantar Gebang sejak beroperasi sampai sekarang melayani buangan sampah dari Kota Jakarta dan Kota Bekasi. Dampak langsung atau dampak primer merupakan dampak yang timbul sebagai akibat dari tujuan utama kegiatan, baik berupa biaya ataupun manfaat. Dampak langsung ataupun tidak langsung yang terjadi di lingkungan TPA Sampah Bantar Gebang adalah dampak ekonomi, dampak sosial dan dampak lingkungan. Dampak kerusakan lingkungan dihitung dan dikonversi berdasarkan nilai kerugian kesehatan manusia yang diderita dalam jangka waktu tertentu. Nilai ini dihitung berdasarkan biaya pengobatan yang dibutuhkan serta turunnya produktifitas masyarakat akibat gangguan kesehatan yang diterima. Ditinjau dari segi ekonomi, manfaat terhadap sampah bisa didaur ulang atau dijadikan kompos dan juga bisa menjadi sumber ekonomi jika dikelola dengan baik serta memberikan peluang usaha dan kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar dan para pemulung. Namun timbulnya keresahan dan konflik sosial terutama masyarakat dengan pemulung merupakan masalah sosial yang sering terjadi di TPA Sampah Bantar Gebang. Selain itu, aktivitas pemulung menyebabkan peningkatan kecelakaan kerja, berkurangnya nilai estetika akibat
\
2 adanya aktivitas pemulung sampah yang membangun gubuk-gubuk dan menumpuk sampah di sekitar tempat permukiman mereka dan di sepanjang jalan masuk TPA Sampah Bantar Gebang. Pengelolaan persampahan yang terjadi di TPA Sampah Bantar Gebang melibatkan masyarakat, pemerintah, dan pelaku usaha (produsen, penjual, pedagang dan jasa). Pengelolaan sampah di masyarakat masih bermasalah karena rendahnya peran dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan dan pemanfaatan sampah. Dari sisi pemerintah, permasalahan terjadi karena kurangnya sarana, prasarana, sumberdaya manusia dan keterbatasan dana, serta masih kurangnya dukungan pemerintah terhadap upaya komunitas masyarakat yang telah berhasil dalam pengelolaan sampah. Dukungan penghargaan, dukungan pendanaan, teknis, manajemen, maupun bentuk dukungan lainnya, seperti adanya sistem insentif dan disinsentif bagi pelaku usaha belum diberikan oleh pemerintah. Pelaku usaha masih menggunakan bahan produksi maupun produk dan kemasan yang tidak ramah lingkungan, dan masih rendahnya pelaku usaha yang memanfaatkan sampah sebagai bahan baku serta sumber energi. Rendahnya peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah dan tidak aktifnya pelaku usaha untuk memanfaatkan dan mengelola sampah menyebabkan perlunya tempat pembuangan akhir sampah.
TPA Sampah Bantar Gebang yang tidak sesuai dengan
spesifikasi teknis dapat menimbulkan berbagai dampak baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Di TPA Sampah Bantar Gebang terdapat + 4500 orang pemulung, + 300 orang lapak dan + 45 orang bandar (Dinas Kebersihan DKI, 2005). Pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang yang melibatkan banyak aktor tersebut perlu diketahui seberapa besar manfaat dan biaya dari keberadaan tempat pembuangan akhir sampah Bantar Gebang. Adanya manfaat dan biaya pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang memerlukan kebijakan yang komprehensif dan memperhatikan masa yang akan datang. 1.2. Ruang Lingkup Penelitian Lingkup wilayah atau lokasi penelitian adalah TPA Sampah Bantar Gebang. Sampah yang diteliti adalah sampah berasal dari Kota Jakarta, baik sampah yang dapat didaur ulang (recycleable) maupun sampah yang dapat dijadikan kompos (compostable). Objek penelitian dilakukan di TPA Sampah Bantar Gebang dan masyarakat sekitar lokasi TPA, pemulung, lapak dan bandar. Lingkup penelitian ini adalah melakukan valuasi ekonomi terhadap dampak keberadaan TPA Sampah Bantar Gebang pendekatan ekonomi, sosial-budaya dan lingkungan.
yang ditinjau dari
3 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian Valuasi Ekonomi Pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang untuk menentukan Kebijakan di Masa Depan adalah: 5. Mengulas implementasi kebijakan pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang. 6. Mengidentifikasi dampak-dampak yang terjadi pada Pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang. 7. Menghitung eksternalitas Pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang. 8. Menghitung Nilai Ekonomi Total Pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang. 9. Merumuskan kebijakan dan strategi Pengelolaan TPA Sampah yang terpadu. 1.4. Kerangka Pemikiran Keberadaan TPA Sampah Bantar Gebang dianggap merupakan masalah dan manfaat bagi masyarakat di sekitarnya. Dampak langsung ataupun tidak langsung yang terjadi di lingkungan TPA Sampah Bantar Gebang adalah dampak ekonomi, dampak sosial dan dampak lingkungan. Pencemaran air dan udara merupakan masalah yang menjadi dampak negatif dari kegiatan pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang. Dampak kerusakan lingkungan dihitung dan dikonversi berdasarkan nilai kerugian ketidaknyamanan lingkungan, kesehatan dan penurunan nilai properti. Dampak positif dari keberadaan TPA Sampah Bantar Gebang adalah sampah yang ada sebagian dapat didaur ulang sehingga kegiatan tersebut merupakan peluang usaha dan kerja masyarakat. Penilaian dampak lingkungan TPA Sampah Bantar Gebang
dilakukan dengan
menggunakan pendekatan valuasi ekonomi atau penilaian ekonomi guna untuk mengetahui manfaat dan biaya dari TPA Sampah Bantar Gebang. Eksternalitas merupakan pengaruh positif dan atau negatif yang diterima oleh beberapa pihak sebagai akibat kegiatan ekonomi, produksi, konsumsi atau pertukaran yang dilakukan oleh pihak pertama, dan pihak pertama tidak memperhitungkan dampak kegiatan tersebut (European Comission, 2000). Perhitungan besarnya eksternalitas Pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang dalam analisis ekonomi dengan mengukur biaya dan manfaat ekonomis suatu proyek melalui tahapan yaitu identifikasi biaya dan manfaat, penilaian manfaat dan biaya dengan skenario kegiatan pengelolaan TPA. Identifikasi biaya suatu proyek diperoleh dari perhitungan biaya masyarakat, meliputi biaya perorangan (biaya eksplisit dan biaya implisit) dan biaya yang dikeluarkan oleh pihak lain (Irham, 2001). Penelitian menggunakan pendekatan valuasi ekonomi atau lebih dikenal dengan sebutan Nilai Ekonomi Total (NET) yaitu nilai ekonomi dari aset lingkungan hidup yang dapat dipecah-pecah ke dalam suatu set bagian komponen.
4 Berdasarkan hukum biaya dan manfaat (a benefit–cost rule), keputusan untuk mengembangkan suatu aset lingkungan hidup wajib memberikan manfaat bersih lebih besar dari manfaat bersih konservasi, dengan demikian manfaat konservasi diukur dengan NET dari aset lingkungan hidup yang diinterpretasikan sebagai NET dari perubahan kualitas lingkungan hidup (PSSAL, 2005). Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Kebijakan Pengelolaan Sampah
Dampak fisik-kimia,ekonomi, sosial dan budaya
Positif
Negatif
Eksternalitas Positif
Eksternalitas Negatif
Valuasi ekonomi (Penilaian Biaya dan Manfaat)
Nilai Ekonomi Biaya
Nilai Ekonomi Manfaat
Nilai Ekonomi Total
Rekomendasi Kebijakan Pengelolaan TPA Sampah
Gambar 1. Kerangka pemikiran pendekatan penelitian
5 1.5. Perumusan Masalah Keberadaan TPA Sampah Bantar Gebang yang melibatkan banyak aktor memerlukan adanya kebijakan yang komprensif yang memperhatikan dampak fisik, kimia, biologi, ekonomi, sosial dan budaya. Dampak yang timbul dari fisik dan kimia diantaranya adalah pencemaran air, udara berupa bau, dan emisi gas rumah kaca. Sampah menimbulkan bau tidak sedap, baik pada lokasi TPA maupun daerah sekitarnya dan jalur yang dilewati. Dampak bau bukan bersifat sementara, melainkan selama TPA Sampah Bantar Gebang masih berfungsi dan kegiatan masih berlangsung, maka bau tidak sedap akan terjadi. Secara nyata, kegiatan TPA sampah Bantar Gebang akan berdampak terhadap kualitas udara, khususnya bau, dan meningkatnya kadar SO2 dan NH2 di udara secara permanen selama kegiatan proyek berlangsung. Secara otomatis, dengan tercemarnya udara, maka kesehatan lingkungan penduduk di sekitar TPA Sampah Bantar Gebang akan terganggu, terutama penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas). Dampak tidak langsung dari adanya timbunan sampah adalah menurunnya nilai harga tanah disekitar TPA Sampah Bantar Gebang . Dampak yang timbul dari ekonomi diantaranya adalah berkembangnya usaha daur ulang sampah. Dampak yang timbul dari sosial budaya diantaranya adalah terjadinya perebutan lahan (konflik), kebiasaan hidup tidak sehat (kumuh), dan terjadinya interaksi budaya antar pemulung yang berlatar belakang budaya berbeda. Dampak-dampak tersebut perlu dilakukan pengkajian dari berbagai pendekatan. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kelembagaan dan pendekatan valuasi ekonomi. Pendekatan kelembagaan memperhatikan kebijakan-kebijakan yang digunakan untuk mendirikan TPA Sampah Bantar Gebang dan kebijakan-kebijakan yang digunakan untuk mengelola TPA Sampah Bantar Gebang sampai penelitian ini dilakukan. Pendekatan valuasi ekonomi digunakan untuk melihat dampak positif maupun negatif yang diekonomikan. Penelitian-penelitian terdahulu umumnya melihat dari aspek fisik kimia diantaranya adalah Anwar (2007), melakukan percobaan penelitian untuk mengolah sampah: Biodegradable, yang difermentasi secara anaerobik menghasilkan 90% pembentukan gas metana dalam masa produksi 35 hari. Gani (2007) menyatakan sampah yang lama terurai dapat diolah menghasilkan arang dan asap Cair dengan teknologi pirolisis. Sedangkan untuk sampah yang mudah terurai menggunakan decomposer, secara aerobik menghasilkan kompos dalam waktu antara 20-30 hari. Ahadis (2005) yang melakukan penelitian dampak sampah terhadap lingkungan perairan sekitarnya di TPA Sampah Bantar Gebang Bekasi, menyatakan beberapa parameter
6 yang ditelaah berada diatas baku mutu lingkungan seperti kesadahan Ca, BOD, COD, nitrut, nitrat, koliform dan E Coli. Secara keseluruhan telah terjadi peningkatan pencemaran di perairan sekitar TPA Sampah BantarGebang dikarenakan pengelolaan yang tidak efisien terkait dengan penutupan sampah. Kondisi ini akan mempengaruhi biaya eksternal yang akan bertambah besar bila inefisiensi semakin meningkat. Royadi (2006), menggunakan analisis AHP dengan empat tingkat struktur hirarkir yaitu fokus, aktor (pemerintah, swasta, dan masyarakat), kriteria (fisik kimia, mikrobiologi, dan sosial ekonomi dan kesehatan) dan alternatif kebijakan, menyatakan faktor dominan dalam pemanfaatan TPA Sampah pascaoperasi adalah keterlibatan swasta, negara donor dan teknologi. Sedangkan Saraswati (2007) menyatakan faktor utama yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kelembagaan pengelolaan sampah adalah sosialisasi untuk pemahaman 3R, juga diperlukan adanya peraturan tentang sistem insentif dan disinsentif dalam pelaksanaan 3R dan pemasaran untuk kompos dan produk daur ulang, dan Saribanon (2007) menyebutkan diperlukan penyebarluasan informasi mengenai pengelolaan sampah, membentuk forum komunikasi antar lembaga lokal dan menggandeng kemitraan dengan pihak swasta. Penelitian yang telah dilakukan tersebut belum pernah membahas valuasi ekonomi TPA Sampah Bantar Gebang, oleh karena itu penelitian Valuasi Ekonomi TPA Sampah Bantar Gebang diperlukan. Permasalahan-permasalahan yang timbul dari adanya pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang adalah: 1.
Kebijakan pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang belum berjalan dengan baik.
2.
Pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang mempunyai dampak fisik kimia dan ekonomi yang bersifat negatif maupun positif.
3.
Pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang meningkatkan biaya eksternalitas.
4.
Pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang kurang bermanfaat secara ekonomi.
5.
Pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang tidak sesuai dengan peraturan dan kebijakan yang telah ditetapkan.
1.6. Manfaat Penelitian 1.
Besaran manfaat dan biaya nilai ekonomi lingkungan TPA Sampah Bantar Gebang dapat dijadikan koreksi terhadap biaya pengelolaan sampah dan retribusi sampah yang dibebankan kepada masyarakat pengguna jasa.
2.
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan dan pengambilan keputusan pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang.
7 3.
Bagi ilmu pengetahuan dan teknologi, hasil penelitian dapat dilanjutkan sebagai bahan acuan untuk pengembangan penelitian lebih lanjut dalam bidang yang sama.
1.7. Kebaruan Penelitian (Novelty) 1.
Valuasi ekonomi dan kebijakan pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang secara terpadu.
2.
Perhitungan ekonomi TPA Sampah Bantar Gebang tidak lagi menjadi cost center, akan tetapi telah berubah menjadi profit center.
3.
Perhitungan ekonomi konservasi sumberdaya material sampah untuk suatu TPA sampah berupa penghematan material, ruang dan energi apabila sampah yang masuk didaur-ulang.
8
9
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Dampak Tempat Pembuangan Akhir Sampah Penentuan dampak dari TPA Sampah perlu memperhitungkan pencemaran lingkungan yang menyebabkan timbulnya pengaruh yang berbahaya terhadap lingkungan, karena adanya perubahan yang bersifat fisik, kimiawi dan biologis (Supardi, 1994). Pencemaran lingkungan meliputi derajat pencemaran, waktu tercemarnya dan lamanya kontak antara bahan pencemaran dan lingkungan (Royadi, 2006). Pencemaran air yang berasal dari TPA Sampah merupakan rembesan dari timbunan limbah dan sumber kontaminan potensial bagi air permukaan, air tanah dangkal, maupun air tanah dalam. Eugene (1987) mengemukakan bahwa lindi tergantung dari sifat lindi, jarak aliran dengan air tanah dan sifat-sifat tanah yang dilaluinya. Oleh sebab itu untuk menghindari pencemaran oleh lindi, sumber air sumur dangkal terletak jauh dari lokasi sanitary landfill. Pencemaran air dapat mengganggu tujuan penggunaan air dan akan menyebabkan bahaya bagi manusia melalui keracunan atau sumber penyebab penyakit. Pendapat (Vasu,K. 1998), nitrat merupakan pencemar utama yang dapat mencapai air tanah dangkal maupun air tanah dalam yang diakibatkan oleh aktivitas manusia dari penempatan sampah. Bakteri pathogen yang biasanya disebarkan melalui air adalah bakteri amuba disentri, kolera dan tipus. Jumlah bakteri dalam air umumnya sedikit dibandingkan dengan bakteri coliform. Jenis bakteri coliform sebagai indikator pencemar fecal (tinja). Menurut Slamet (2007), Pengaruh sampah terhadap kesehatan dapat dikelompokkan menjadi efek yang langsung dan tidak langsung. Efek langsung adalah efek yang disebabkan karena kontak yang langsung dengan sampah tersebut. Pengaruh tidak langsung
dapat dirasakan masyarakat akibat proses
pembusukan, pembakaran dan pembuangan sampah. Efek tidak langsung lainnya berupa penyakit bawaan vektor yang berkembang biak didalam sampah. Dampak pencemaran udara tidak hanya mempunyai akibat langsung terhadap kesehatan manusia saja, akan tetapi juga dapat merusak lingkungan lainnya seperti hewan, tanaman, bangunan gedung dan sebagainya. Dampak
10
pencemaran oleh karbon monoksida (CO), apabila terhisap ke dalam paru-paru akan ikut peredaran darah akan menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan oleh manusia. Dampak pencemaran nitrogen oksida (NO), pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan gangguan pada sistem syaraf yang mengakibatkan kejangkejang, pada tanaman menyebabkan kerusakan pada jaringan daun. Dampak pencemaran udara oleh belerang oksida (SO) dapat menyebabkan gangguan pada sistim pernapasannya (Slamet, 2007). Pengaruh dampak limbah padat lainnya adalah terhadap kesehatan lingkungan, dapat terjadi melalui pengaruh langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung terjadi akibat kontak langsung dengan sampah, dimana sampah bersifat racun, korosif terhadap tubuh, karsiogenik, teratogenik dan ada juga yang mengandung kuman patogen yang langsung dapat menularkan penyakit (Slamet, 2007). Pengaruh tidak langsung dapat dirasakan oleh manusia terutama akibat pembusukan, pembakaran dan pembuangan sampah. Dampak
besarnya
timbunan
sampah
yang tidak
ditangani
dapat
menyebabkan berbagai permasalahan, betapa besarnya timbulan sampah yang dihasilkan, data beberapa kota besar di Indonesia dapat menjadi rujukan. Kota Jakarta setiap hari menghasilkan timbulan sampah sebesar 6,2 ribu ton, Kota Bandung sebesar 2,1 ribu ton, Kota Surabaya sebesar 1,7 ribu ton, dan Kota Makassar 0,8 ribu ton. Jumlah tersebut membutuhkan upaya yang tidak sedikit dalam penanganannya. Berdasarkan data tersebut diperkirakan kebutuhan lahan untuk TPA di Indonesia pada tahun 1995 yaitu seluas 675 ha, dan meningkat menjadi 1.610 ha pada tahun 2020. Kondisi ini akan menjadi masalah besar dengan memperhatikan semakin terbatasnya lahan kosong khususnya di perkotaan (Mungkasa, 2004). Menurut Haeruman (1979) perubahan atau dampak pembangunan tidak hanya dalam bentuk fisik, tetapi juga sosial ekonomi. Pada umumnya keberadaan tempat pembuangan akhir sampah selain menimbulkan dampak negatif, tetapi juga dampak positif. Dampak negatif dapat menimbulkan masalah sosial. yang sering menimbulkan keresahan sosial, berubahnya sikap masyarakat menjadi tidak ramah, dan meningkatnya kriminalitas. Dampak positif berupa tenaga kerja yang
11
dapat tertampung dan peningkatan pendapatan dalam pemanfaatan sampah (daur ulang dan kompos). Pencemaran lingkungan dari masuknya bermacam-macam makhluk hidup, bahan-bahan, zat-zat pada suatu lingkungan yang menyebabkan timbulnya pengaruh yang berbahaya terhadap lingkungan tersebut, karena adanya perubahan yang bersifat fisik, kimiawi, maupun biologis (Supardi, 1994). Tiap pencemaran lingkungan mempunyai derajat pencemaran atau tahap pencemaran yang berbeda. Perbedaan tersebut didasarkan pada konsentrasi zat pencemar, waktu tercemarnya, lamanya kontak antara bahan pencemar dengan lingkungan. Salah satu contoh peristiwa
pencemaran
lingkungan
adalah
pencemaran
lingkungan
yang
disebabkan oleh zat pencemar yang berasal dari timbunan sampah. Menurut Sinabutar (2005) di wilayah perkotaan, pencemaran lingkungan dapat disebabkan oleh zat pencemar yang berasal dari sampah permukiman, pasar dan perkantoran. Kasus pencemaran lingkungan merupakan suatu kasus yang sukar dilihat oleh mata. Misalnya melalui pembusukan sampah oleh bakteri metana dihasilkan gas metana (CH4) yang beracun dan dapat terbakar. Dalam reaksi degradasi anaerob bahan organik oleh bakteri metan dihasilkan gas (CH4). Gas metana berpengaruh dampak adanya perubahan iklim akibat kenaikan temperatur bumi atau pemanasan global. Sampah mempunyai kontribusi untuk emisi gas rumah kaca yaitu gas metana (CH4), diperkirakan 1 ton sampah padat menghasilkan 50 kg gas metana. Sampah kota perlu dikelola secara benar, agar laju perubahan iklim bisa diperlambat (KLH, 2007) Menurut Tchobanoglous et al. (1977), perolehan gas nitrogen (N2), karbon dioksida (CO2), dan (CH4), tergantung dari banyaknya komponen organik pada lahan urug, zat hara yang tersedia, kadar air pada sampah, tingkat kepadatan sampah pada kondisi awal, waktu penimbunan, dan lain-lain. Secara umum perolehan gas N2, CO2
dan CH4 pada lahan urug dapat dihitung dengan
melakukan perkalian antara volume sampah pada lahan urug dengan nilai persen masing-masing gas menurut lamanya sampah telah tertimbun menurut Popov et al. (1998), CO2 terjadi secara mencolok pada bulan ke 3-12 dan CH4 terjadi secara mencolok pada bulan ke 18-48.
12
Menurut Sinabutar (2005), gas rumah kaca yang merusak lapisan ozon dan penyebab naiknya suhu permukaan bumi adalah CO2, CH4, N2O, NFCs, PFCs dan SF dengan komposisi gas CO2 = 50%, CH4= 19% dan NO2= 4%. Berdasarkan penelitian Sinabutar (2005) dari 9 kali pengujian sampel gas yang telah dilakukan diperoleh kadar gas metana (CH4) adalah: (18,80; 37,70; 27,17; 7,40; 68,93; 40,92; 39,59; 67,55; 57,72)%. Kadar CH4 rata-rata adalah 47,58%. Menurut Sinabutar (2005)
kadar gas CH4 dari lahan urug yang layak
dimanfaatkan sebagai sumber gas untuk tenaga listrik pada kisaran 40-60%, CH4 yang diperoleh dari lahan urug TPA Sampah Bantar Gebang dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya listrik (pembangkit listrik) yang potensial. Plastik merupakan polimer dengan rantai hidrokarbon yang sangat panjang. Oleh sebab itu ikatan polimer tidak dapat terfraksinasi secara alami, cara fraksinasi dengan proses pirolisis. Pirolisis sampah plastik adalah penguraian suatu bahan yang mudah menguap, dengan pemanasan. Pada umumnya bahanbahan yang diuraikan adalah bahan organik. Proses pirolisis dilakukan pada suhu tinggi tanpa oksigen. Pada proses pirolisis diklasifikasikan dalam dua jenis berdasarkan suhu operasi, yaitu pirolisis pada suhu rendah (< 700 oC) sedangkan pada proses pirolisis pada suhu tinggi menghasilkan reaksi volatile yang kaya akan hidrogen dan solid residu yang kaya akan karbon (Samuel dan Lando, 1974). 2.2. Eksternalitas Tempat Pembuangan Akhir Sampah Eksternalitas adalah biaya dan manfaat yang ditimbulkan oleh pengelola TPA. Pada umumnya tidak diperhitungkan oleh “private agent” terhadap sampah. Ada 2 (dua) cara dimana pasar dapat distrukturkan untuk mengupayakan jalan lingkungan masuk ke dalam sistem pasar lebih efektif (European Commission, 2000). Pertama, penciptaan pasar yang sebelumnya bebas pelayanan. Hal ini memerlukan
pembatasan
akses
untuk
mendapatkan
pelayanan
melalui
pembebanan biaya masuk dan/atau perubahan hak properti. Kedua, modifikasi pasar melalui satu keputusan nilai jasa lingkungan dengan memasukkan menjadi satu harga barang dan jasa pelayanan via beban atau pajak atas pencemaran. Ekternalitas merupakan pengaruh yang diterima oleh beberapa pihak sebagai akibat kegiatan ekonomi, produksi, konsumsi atau pertukaran yang dilakukan oleh
13
pihak lain. Eksternalitas dapat bersifat menguntungkan (positive externalities) atau bersifat merugikan (negative externalities). 2.2.1. Eksternalitas Negatif Pembuangan Sampah. Setiap kemungkinan pilihan pembuangan sampah (antara lain landfill, insinerasi dengan atau tanpa pemulihan energi, pengomposan, pengolahan kimia) membawa eksternalitas. Prakiraan dampak negatif misal ketidaknyamanan (kebisingan, bau, kabut debu) diakibatkan lokasi TPA. Menurut Studi ANDAL Lokasi Pembuangan Akhir Sampah Bantar Gebang (Biro BKLH DKI Jakarta, 1989) diantaranya adalah: 1.
Pencemaran udara menyebabkan penurunan kualitas udara.
2.
Peningkatan kebisingan.
3.
Pencemaran air menyebabkan penurunan kualitas air permukaan,
4.
Penurunan kualitas air tanah.
5.
Penurunan komponen biologi, meliputi jumlah tanaman keras, jumlah individu, serta keanekaragaman plankton.
6.
Penurunan tingkat kesehatan masyarakat di sekitar lokasi TPA Sampah Bantar Gebang.
7.
Peningkatan kepadatan lalu lintas dan kemacetan karena pengangkutan sampah ke TPA Sampah Bantar Gebang.
8.
Timbulnya keresahan dan konflik sosial terutama antara masyarakat dengan pemulung.
9.
Peningkatan peluang terjadinya kecelakaan kerja akibat adanya aktivitas pemulung di TPA Sampah Bantar Gebang.
10.
Berkurangnya nilai estetika akibat pemulung membangun gubuk-gubuk dan menumpuk sampah hasil daur ulang di sekitar tempat permukiman mereka dan di sepanjang jalan masuk TPA Sampah Bantar Gebang.
Pemulihan energi (energy recovery) seperti penangkapan gas CH4 pada lapangan landfill atau proses pembakaran, peningkatan peluang usaha dan kesempatan kerja dari kegiatan daur-ulang sampah. Sejumlah faktor yang berkontribusi pada timbulnya biaya eksternal selama proses pembuangan sampah
14
menurut Turner (2000) adalah: komposisi sampah, Luas TPA, karakteriktik fisik lokasi TPA, umur TPA, tata ruang (spatial) TPA dan teknik operasi TPA. Lokasi TPA Sampah Bantar Gebang yang dekat permukiman menimbulkan biaya ekternalitas antara lain penurunan kualitas air, kualitas udara (misal kebisingan, bau, kabut debu), timbulnya keresahan dan konflik sosial terutama antara masyarakat dengan pemulung, berkurangnya nilai estetika akibat pemulung membangun gubuk-gubuk dan menumpuk sampah hasil daur ulang di sekitar tempat permukiman mereka dan di sepanjang jalan masuk TPA Sampah Bantar Gebang serta penurunan tingkat kesehatan. Slamet (2007), menyatakan bahwa kebiasaan pengelolaan sampah yang tidak efisien, tidak benar, menimbulkan permasalahan pencemaran (udara, tanah, air), menimbulkan turunnya harga tanah (karena daerah yang turun kadar estetikanya), bau dan memperbanyak populasi lalat dan tikus. Berdasarkan Nengsih (2002) dalam KLH (2007) untuk 1 juta ton sampah menghasilkan emisi sebesar 0,005 juta ton CH4.Biaya sosial karbon dioksida adalah harga kerusakan dari perubahan iklim agregat di seluruh dunia. Biaya ini diperkirakan sebesar US $ 12 per ton CO2 untuk tahun 2005 dan diperkirakan meningkat dari waktu ke waktu menurut IPCC (2007) dalam UNEP (2009) Identifikasi biaya suatu proyek diperoleh dari perhitungan biaya masyarakat. Biaya masyarakat meliputi biaya perorangan (biaya eksplisit dan biaya implisit), dan biaya yang dikeluarkan oleh pihak lain. Biaya eksplisit merupakan biaya yang dikeluarkan badan pengelola TPA Sampah Bantar Gebang untuk membeli atau menyewa
faktor-faktor
produksi
yang
diperlukan.
Biaya
eksplisit
ini
diperhitungkan dari biaya operasional TPA Sampah Bantar Gebang, dan biaya pengadaan alat-alat berat. Biaya implisit merupakan biaya pengeluaran faktorfaktor produksi yang dimiliki dan digunakan oleh badan usaha TPA Sampah Bantar Gebang, seperti biaya investasi yang dikeluarkan untuk pembangunan TPA Sampah Bantar Gebang. Biaya yang dikeluarkan oleh pihak lain diperhitungkan dari dampak negative externality dan positive externality dari keberadaan TPA Sampah Bantar Gebang tehadap masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi. Dampak eksternalitas negatif berasal dari penurunan kualitas air dan kualitas udara yang menyebabkan kerusakan pada lingkungan. Dampak eksternalitas
15
negatif lainnya adalah penurunan nilai properti/harga tanah, dan social cost (terjadinya konflik sosial dan menurunnya nilai estetika atau ketidak-nyamanan) dan biaya pengobatan. Besarnya biaya sosial diperkirakan dengan terlebih dahulu pengumpulan data primer, kemudian dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif (DPLH, Kota Bekasi, 2008). 2.2.2. Eksternalitas Positif Pembuangan Sampah Eksternalitas yang bersifat menguntungkan dengan keberadaan TPA Sampah Bantar Gebang adalah memberikan peluang kesempatan kerja dalam memanfaatkan sampah dan pemanfaatan sampah organik. Perkiraan biaya eksternalitas positif berupa manfaat yang diperoleh masyarakat sejak keberadaan TPA Sampah Bantar Gebang dimasukkan kedalam identifikasi manfaat/penilaian manfaat. Identifikasi manfaat suatu proyek didasarkan pada pendekatan eksternalitas positif/social benefit, yang diperoleh dari para pelaku (pemulung, lapak, bandar) yang memanfaatkan sampah menjadi barang ekonomi. Eksternalitas positif yang diperoleh dari para pelaku yang memanfaatkan sampah adalah melalui jumlah penerimaan upah para pekerja sebagai pemulung, lapak maupun bandar. Metoda yang digunakan untuk mengukur nilai tersebut adalah replacement cost atau biaya pengganti. Eksternalitas positif lainnya adalah menghitung besarnya nilai manfaat gas CH4. apabila digunakan sebagai energi (Turner, 2000). Penelitian Matahelumual (2007), mengenai sifat-sifat fisika, kimia, biologi delapan percontohan air di kecamatan Bantar Gebang tahun 2002 menunjukkan bahwa percontohan air tersebut tidak memenuhi persyaratan air minum berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan No. 416 tahun 1990. Hasil ini sesuai dengan penilaian sistem STORET yang menyimpulkan bahwa mutu air tersebut tergolong buruk. Utama (2000), menyatakan bahwa pengelolaan persampahan dapat memberikan net-benefit yang berkelanjutan terutama bagi sektor informal perkotaan apabila manajemen pengelolaan persampahan dilakukan secara profesional dan efisien untuk menjaga kerusakan pada lingkungan. Penelitian Utama, (2000), di TPA Piyungan (16 km sebelah tenggara Kota Yogyakarta) dengan luas lahan 12,5 ha dan mampu menampung 2,7 m³ sampah dengan masa
16
operasi 10 tahun. Pekerja informal yang terserap pada sektor persampahan sebanyak 1200 sampai 2000 orang selain itu ada pihak swasta yang bergerak di bidang tersebut yaitu UDAU. Pendapatan pelaku pengumpulan barang bekas pertahun sebesar Rp 293.232.000, sedangkan biaya pengeluaran pelaku pengumpulan barang bekas per-tahun sebesar Rp 98.496.000. Retribusi yang diperoleh sebesar Rp 320.300.000 per-tahun. Nilai manfaat dengan nilai tambah jalan diperoleh Rp 318.750.000. Nilai asset TPA Piyungan Rp 4.562.390.000, biaya investasi untuk pembangunan TPA Piyungan Rp 3.637.000.000 dan biaya operasional TPA Piyungan per-tahun Rp 153.922.000. Analisis biaya dan manfaat implikasi dari pembangunan TPA memberikan nilai NFV sebesar Rp 2.564.907.555 dan nilai NET/BCR sebesar 1,054. Hal ini menunjukkan pembangunan TPA Piyungan layak dilaksanakan. Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pemerintah Kota Bekasi, (2008). Mengukur dampak fisik, biologi dan ekonomi TPA Sampah Bantar Gebang dampak kualitas air tanah digunakan pendekatan perubahan perilaku konsumsi air rumah tangga. Dari hasil survey diketahui bahwa kualitas air tanah di wilayah ring I tidak layak untuk air minum dan mandi sedangkan kawasan ring II dan ring III tidak layak untuk air bersih. Dengan menggunakan pendekatan kebutuhan air untuk mandi sebanyak 80 liter/hari dan kebutuhan air untuk minum sebesar 5 liter/hari dengan harga air dorongan Rp 75 per-liter/orang/hari. Penduduk kawasan ring I sebanyak 4.240 jiwa mengeluarkan uang untuk membeli air sebesar Rp 9.865.950.000. Sedangkan penduduk kawasan ring II sebanyak 13.246 jiwa dan penduduk kawasan ring III sebanyak 26.668 jiwa membayar Rp 5.463.228.750 untuk membeli air. Dari hasil survey diketahui bahwa rata-rata pengeluaran untuk biaya sakit saluran pernafasan penduduk kelurahan/desa sekitar TPA sebesar Rp 1.394.004,88 seperti yang terlihat pada Tabel 1. Berdasarkan data dari Bekasi Dalam Angka Tahun 2006 tentang kunjungan pasien dan jenis penyakitnya untuk Kecamatan Bantar Gebang, dapat diperoleh data kunjungan pasien untuk masyarakat sekitar TPA dengan menggunakan faktor 0,57 sesuai dengan proporsi jumlah penduduk di sekitar TPA Sampah Bantar Gebang. Diasumsikan bahwa 75% dari penyakit yang diderita masyarakat sekitar
17
TPA Sampah Bantar Gebang disebabkan sampah di TPA dan 25% disebabkan faktor lain. Biaya rata-rata kunjungan pasien yang berobat untuk jenis penyakit umum dan mata sebesar Rp 50.000, dan untuk jenis penyakit anak, kulit dan paru diperlukan biaya sebesar Rp 75.000. Dari asumsi tersebut jumlah pengeluaran untuk biaya pengobatan yang ditanggung adalah Rp1.816.149 seperti disajikan pada Tabel 2. Tabel 1. Pengeluaran biaya untuk penyakit saluran pernafasan Desa Ciketing Udik Sumur Batu Cikiwul Jumlah
Jumlah Penderita Biaya Sakit Rata(Orang) Rata (Rp/org/bln) 9 111.428 10 121.000 22 115.909 41 Rata-Rata (Rp/org/tahun)
Total Biaya (Rp/Tahun) 12.034.224 14.520.000 30.599.976 57.154.200 1.394.004.88
Sumber : Bekasi Dalam Angka Tahun 2006
Tabel 2. Pengeluaran untuk biaya pengobatan menurut jenis penyakit Jenis Penyakit Umum Kulit & Paru Mata Anak Jumlah
2002 233.436.375 247.266.000 203.233.500 899.353.125 1.583.289.000
2003 160.170 159.319 191.178 1.056.267 1.566.934
2004 330.415 258.199 232.282 1.110.453 1.931.349
2005 161.125 274.872 259.835 1.178.072 1.873.904
2006 211.912 291.641 279.799 1.032.797 1.816.149
Sumber : Bekasi Dalam Angka Tahun 2006
Nilai kerugian karena tidak masuk kerja akibat sakit terkait dengan TPA Sampah Bantar Gebang adalah sebesar Rp 577.640 dengan menggunakan asumsi : jumlah penduduk yang sakit 1.125 jiwa, rata-rata tidak kerja karena sakit sebanyak 7 hari dan upah kerja Rp 20.000 per-hari pada tahun 2007. Nilai kerugian akibat gagal panen padi sawah karena luapan air permukaan pada musim hujan, sebesar Rp1,320.000.000. Asumsi yang digunakan luas sawah pada tahun 2008 sebanyak 160 ha, gagal panen 1 kali setiap tahunnya dan ratarata produksi padi sekitar 3 ton/ha. (DPLH Kota Bekasi, 2008) Dari hasil rekapitulasi nilai ekonomi terlihat bahwa setiap 1 ton sampah akan menghasilkan dampak negatif sebesar Rp 6.433,83 untuk perkiraan rendah dan Rp 8.672,04 untuk perkiraan tinggi dapat dilihat pada Tabel 3 (DPLH Kota Bekasi, 2008).
18
Tabel 3. Rekapitulasi nilai ekonomi total tahun 2007 No. 1 2 3 4 5
Jenis Dampak Menanggulani turunnya kualitas air Pengobatan sakit karena kualitas air Penurunan penghasilan absen kerja Penurunan produksi pertanian Penurunan kualitas udara/pengobatan Jumlah
Nilai Ekonomi (Rp Milyar/Tahun) Perkiraan Rendah Perkiraan Tinggi 10,58 15,33 1,58 1,81 0,58 0,58 1,32 1,32 1,39 1,39 15,45 20,43
Sumber : (DPLH Kota Bekasi, 2008)
Fakta yang terjadi adalah kompensasi (tipping fee) yang diberikan oleh Pemda DKI Jakarta untuk Pemkot Bekasi sebesar 4.500 ton/hari x Rp 6.070 x 30 hari x 12 bulan = Rp 9,8 milyar per-tahun (DPLH Kota Bekasi, 2008). Masyarakat di sekitar TPA Sampah Bantar Gebang setiap 3 bulan sekali menerima dana kompensasi sebesar Rp 200.000 dalam bentuk uang tunai dan Rp 100,000 dialokasikan melalui Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) untuk pembangunan fisik (DPLH Kota Bekasi, 2008). 2.2.3. Perhitungan konversi ekonomi Untuk perhitungan menggunakan persamaan linier sederhana (DEFRA, 2004) yaitu : WTAa = WTAb x (PPP GNI per capita a / PPP GNI per kapita a) dimana, WTAa = WTA negara a WTAb = WTA negara b PPP GNI per kapita a = PPP GNI per kapita negara a PPP GNI per kapita b = PPP GNI per kapita negara b Penyesuaian spasial kedua dibuat dengan data yang ada dengan memperkirakan untuk tahun yang akan dikonversikan. Sementara konversi memerlukan memilih antara harga indeks, indeks harga yang diberikan adalah memisahkan oleh komoditi dan kategori layanan yang lebih mencerminkan sementara perubahan relatif harga khusus untuk subgroups. WTA studi mengukur manfaat kesehatan dan lingkungan dan biaya manfaat dalam hal pendapatan dan terkait konsumsi. WTA sesuai berdasarkan perkiraan dapat meningkat atau menurun dengan menggunakan CPI (Consumer Price Index). Digunaan sebagai
19
dasar perkiraan nilai WTA untuk sesuai waktu yang akan ditentukan (lihat Eisworth dan Shaw 1997; Kesehatan Kanada, Research Triangle Institute dan USEPA, 2002). WTAni = WTAn1 x (CPIni/CPIn1) dimana, WTAni = WTA pada tahun berdasarkan data yang ada WTAn1 = WTA pada tahun yang dikonversikan CPIni = CPI pada tahun berdasarkan data yang ada CPIn1 = CPI pada tahun yang dikonversikan 2.3. Valuasi Ekonomi Valuasi Ekonomi menurut PSSAL (2005) adalah ilmu tentang pembuatan pilihan-pilihan (making choices). Dalam pembuatan pilihan-pilihan dari alternatif yang dihadapkan kepada pilihan tentang lingkungan hidup lebih kompleks, dibandingkan dengan pembuatan pilihan dalam konteks barang-barang privat murni (purely private goods). Oleh karena itu, prinsip dasar pada valuasi ekonomi adalah perkiraan harga yang didasari pada kemampuan masyarakat membayar (WTP) yang diberikan kepada jasa lingkungan atau kemauan menerima kompensasi untuk suatu gangguan/penurunan kualitas lingkungan (WTA). Dalam konteks lingkungan hidup, yang harus dibandingkan adalah satu barang dengan harga (priced good, private good), dan satu barang tanpa harga (unpriced good, public good). Tujuan utama dari valuasi ekonomi barang-barang dan jasa lingkungan (environmental goods and services) adalah untuk dapat menempatkan lingkungan supaya dikenal sebagai bagian/komponen integral dari setiap sistem ekonomi. Dengan demikian valuasi lingkungan harus merupakan suatu bagian integral dari prioritas sektoral, dalam mendeterminasi keseimbangan antara konservasi dan pembangunan, dan dalam memilih standard lingkungan. DEFRA, (2004). Menurut Irawan (2007), suatu lingkungan bukan hanya menghasilkan barang dan jasa yang dapat langsung dinilai harganya berdasarkan harga pasar, tetapi juga memberikan jasa lingkungan yang belum ada mekanisme pasarnya. Valuasi ekonomi dengan pendekatan nilai ekonomi total merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk maksud tersebut.
20
Economic Valuation dilakukan karena: (1) Karakteristik/sifat-sifat khas yang
melekat
(peculiarities)
dari
SDA,
(2)
Sifat
tidak
terpisahkan
(interdependency), (3) Sifat Keterpulihan (renewability) dan (4) Sifat dampak eksternal (externality) (Fauzi, 2004) Menurut PSSAL (2005) dalam valuasi ekonomi dikenal Nilai Ekonomi Total (NET) yaitu nilai ekonomi dari aset lingkungan hidup yang dapat dipecah-pecah ke dalam suatu set bagian komponen. Sebagai ilustrasi dalam kontek penentuan alternatif penggunaan lahan dari hutan mangrove. Berdasarkan hukum biaya dan manfaat (a benefit–cost rule), keputusan untuk mengembangkan suatu hutan mangrove dapat dibenarkan (justified) apabila manfaat bersih dari pengembangan hutan tersebut lebih besar dari manfaat bersih konservasi. Jadi dalam hal ini manfaat konservasi diukur dengan NET dari hutan mangrove tersebut. NET ini dapat diinterpretasikan sebagai NET dari perubahan kualitas lingkungan hidup. 2.3.1 Analisis Nilai Ekonomi Dampak Nilai ekonomi (economic value) dari suatu barang atau jasa diukur dengan menjumlahkan kesediaan untuk membayar WTP (willingness to pay;) dari banyak individu terhadap barang atau jasa yang dimaksud. Pada gilirannya, WTP merefleksikan preferensi individu untuk suatu barang yang dipertanyakan. Jadi dengan demikian, valuasi ekonomi dalam konteks lingkungan hidup adalah tentang pengukuran preferensi dari masyarakat (people) untuk lingkungan hidup yang baik dibandingkan terhadap lingkungan hidup yang jelek. Dengan kata lain valuasi merupakan preferensi yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri (PSSAL, 2004). Dampak lingkungan disebabkan oleh adanya suatu kegiatan baik secara fisik, kimia, biologi, sosial dan ekonomi perlu diidentifikasi dan dikuantifikasi. Identifikasi dampak lingkungan diperlukan untuk menentukan langkah yang akan dilakukan dalam upaya menanggulangi dampak yang terjadi. Penilaian dampak lingkungan tempat pembuangan akhir sampah dilakukan dengan menggunakan pendekatan valuasi ekonomi, untuk melihat besarnya kerugian secara keseluruhan dalam bentuk moneter. Penilaian dampak lingkungan dimonetasi secara kualitatif maupun kuantitatif (PSSAL, 2005).
21
Tujuan valuasi ekonomi antara lain untuk melihat nilai kepuasan seseorang atau komunitas atas keberadaan suatu aset, mengetahui nilai ekonomi dari pemanfaatan sampah, mengetahui gangguan terhadap kehidupan masyarakat sekitar TPA Sampah Bantar Gebang dan memperoleh perkiraan manfaat di masa yang akan datang. Metoda Valuasi Ekonomi dilakukan dengan menyesuaikan nilai mengingat adanya perbedaan antara kegiatan satu dengan lainnya. Pada umumnya digunakan nilai rata-rata, berdampak pertimbangan aplikabilitas dari penggunaan nilai tersebut maka digunakan nilai yang termasuk layak dan dapat diaplikasikan. Metoda perhitungan valuasi ekonomi didasarkan pada manfaat dan biaya. Perhitungan nilai per unit waktu adalah nilai total dari dampak per unit waktu maka nilai per unit waktu harus dikalikan jumlah individu yang terkena dampak. Apabila dampak tersebut berubah menurut waktu, maka harus diestimasi pada tiap-tiap waktu di masa datang pada saat pengaruh tersebut diperkirakan akan menyebar. Perhitungan nilai total terdiskonto digunakan pada waktu kapan dampak tersebut akan terjadi, mengingat biaya dan manfaat objek studi dapat terjadi pada waktu, yang berbeda (misal biaya proyek muncul, sementara manfaat atau kerusakan terjadi setelah proyek selesai beroperasi). Perhitungan total kerusakan dan manfaat tahunan terdiskonto, dengan menggunakan tingkat bunga yang disarankan. Penggunaan tingkat bunga dan nilai dampak, keduanya harus juga mempertimbangan faktor inflasi dengan cara yang sama yaitu bahwa keduanya harus dihitung dalam bentuk nilai riil (the real value). Manfaat SDA dan lingkungan dapat dikelompokkan ke dalam nilai manfaat (use values) dan nilai bukan manfaat (non use values). Nilai ekonomi total diilustrasikan pada Gambar 2. Nilai manfaat ada yang bersifat langsung (direct use values) dan ada yang tidak langsung (indirect use values) serta nilai pilihan (option values). Sementara itu nilai bukan manfaat mencakup nilai keberadaan (existence values) dan nilai warisan (bequest values). Apabila nilai nilai ekonomi SDA tersebut dijumlahkan maka akan diperoleh nilai ekonomi total atau total economic values. Rumus nilai ekonomi total suatu SDA adalah sebagai berikut (Munasinghe 1993):
22
NET NM NNM dimana: NET NM NNM NML NMTL NMP NK NW
= = = = = = = =
= = =
NM + NNM NML + NMTL + NMP NK + NW
Nilai Ekonomi Total Nilai Manfaat; Nilai Bukan Manfaat Nilai Manfaat Langsung Nilai Manfaat Tidak Langsung Nilai Manfaat Pilihan: Nilai Keberadaan Nilai Warisan.
23
Nilai Ekonomi Dampak TPA Sampah Bantar Gebang
Nilai Bukan Manfaat
Nilai Manfaat
Nilai Keberadaan
Nilai Bukan pengguna lainnya
Nilai manfaat langsung dan tidak langsung dapat dimanfaatkan di waktu mendatang
Nilai yang dirasakan masyarakat dari keberadaan sumberdaya
Nilai pengetahuan keberlangsungan keberadaan TPA Sampah Bantar Gebang
- Peluang / kesempatan kerja - Pupuk tanaman
- Biogas - Hutan Kota - Lapangan olah raga
- Tingkat kenyamanan/ estetika - Tingkat kesehatan - Tingkat Keresahan sosial - Nilai tanah
Metoda : - Replacement Cost - Productivity approach
Metoda : - Benefit transfer
Metoda : - Contingent Valuation
Nilai Manfaat Langsung
Nilai Manfaat Tidak Langsung
Hasil yang langsung dapat dimanfaatkan
Hasil yang tidak secara langsung dapat dimanfaatkan
- Tingkat pendapatan (Daur Ulang)
Metoda : - Market Value
Nilai Pilihan
Gambar 2. Analisis nilai ekonomi dampak pengelolaan TPA sampah (modifikasi)
24 Nilai manfaat langsung (NML) adalah nilai yang dihasilkan dari pemanfaatan secara langsung dari suatu sumber daya. Nilai manfaat langsung yang dihitung merupakan nilai dari jenis mempunyai nilai ekonomis yang dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Matriks metoda valuasi ekonomi/economic valuation method matrix No 1 2
3
Klasifikasi nilai Nilai Manfaat Langsung (Direct Use Values) Nilai Manfaat Tidak Langsung (Indirect Use Values) Nilai Non Pakai (Non Use Value) Nilai pilihan (Option Values) Nilai keberadaan (Existence Values)
-
Metoda Penilaian Change in productivity Change in income Change in productivity Replacement Cost Wage Differential Approach
-
Benefit Transfer Contingent Valuation Property value Preventive expenditure
Sumber: Irham, 1999
Nilai manfaat langsung dari tempat pembuangan akhir tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
n
NML = ∑ Keterangan : NML : NML1 : NML2 :
NMLi
i=1
Nilai Manfaat Langsung Nilai Manfaat Langsung 1 Nilai Manfaat Langsung 2
Nilai manfaat langsung dari tempat pembuangan akhir sampah yang digunakan dalam penilaian ekonomi berbasis pada harga pasar (market price based method). Nilai manfaat tidak langsung (NMTL) merupakan nilai manfaat dari suatu sumberdaya yang dapat dimanfaatkan secara tidak langsung oleh masyarakat. Sebagai contoh manfaat tidak langsung dari tempat pembuangan akhir sampah dapat berupa manfaat fisik yaitu peluang/kesempatan kerja, dan sampah organik dapat dijadikan sebagai pupuk tanaman. Perkiraan manfaat tidak langsung tempat pembuangan akhir sampah sebagai peluang kesempatan kerja didekati dengan jumlah penerimaan upah para pekerja sebagai pemulung, lapak maupun bandar. Metoda yang digunakan untuk mengukur nilai tersebut adalah replacement cost atau biaya pengganti yang dapat digunakan sebagai perkiraan minimum dari manfaat yang diperoleh untuk memperbaiki lingkungan. Perkiraan manfaat tidak langsung tempat pembuangan akhir sampah sebagai kompos hasil pemisahan sampah organik menjadi pupuk tanaman. Menurut Adrianto (2006), teknik pengukuran untuk menilai manfaat tersebut adalah pendekatan produktivitas (productivity approach) sehingga jumlah sampah organik menjadi input bagi produktivitas kompos yang
25 menjadi produk akhir bagi masyarakat. Nilai total manfaat tidak langsung dapat dirumuskan sebagai berikut :
n
NTML = ∑ NMTLi Keterangan : NMTL : NMTL1 : NMTL2 :
i=1
Nilai Total Manfaat Tidak Langsung Nilai Total Manfaat Tidak Langsung (peluang kerja) Nilai Total Manfaat Tidak Langsung (kompos)
Nilai manfaat pilihan (NMP) pada umumnya didekati dengan menggunakan metoda benefit transfer yaitu dengan cara menilai perkiraan benefit dari tempat lain, kemudian benefit tersebut ditransfer untuk memperoleh perkiraan yang kasar mengenai manfaat dari lingkungan (Fauzi, 1999). Metoda tersebut didekati dengan cara menghitung besarnya nilai manfaat misal: gas metan dimasa yang akan datang Nilai manfaat pilihan ini dapat dirumuskan sebagai berikut : NMP (Nilai Manfaat Pilihan) = Nilai manfaat per ha x Luas TPA(ha) 2.3.2 Nilai keberadaan (NK) Nilai keberadaan didefinisikan sebagai nilai yang dirasakan masyarakat dari keberadaan sumberdaya. Nilai ini muncul dari kepuasan seseorang atau komunitas atas keberadaan suatu aset, walaupun yang bersangkutan tidak berminat. Dengan kata lain nilai keberadaan diberikan seseorang atau masyarakat kepada sumberdaya alam dan lingkungan tertentu karena memberikan manfaat spiritual, estetika, dan budaya. Nilai keberadaan suatu sumberdaya alam dan lingkungan tidak berkaitan dengan penggunaan oleh seseorang atau masyarakat, baik pada saat sekarang maupun masa yang akan datang, tetapi semata-mata sebagai-bentuk kepedulian terhadap keberadaan sumberdaya alam dan lingkungan sebagai obyek. Metoda yang digunakan dalam perhitungan ini adalah Contingent Valuation Method (CVM). Metoda CVM ini didasarkan pada kepuasan seseorang terhadap keinginan menerima perubahan lingkungan yang dinyatakan dalam bentuk besar penerimaan kompensasi WTA atas perubahan kualitas lingkungan. 2.3.3 Nilai warisan (NW) Merupakan adalah nilai yang diberikan oleh masyarakat yang hidup saat ini terhadap sumberdaya dan lingkungan tertentu agar tetap ada dan utuh untuk diberikan kepada generasi akan datang. Nilai ini berkaitan dengan konsep penggunaan masa datang atau pilihan dari orang lain untuk menggunakannya. Menurut Barbier et. al. (1997) dalam PSSAL (2005), ada 3 jenis pendekatan penilaian sebuah ekosistem alam yaitu (1) impact analysis, (2) partial
26 analysis dan (3) total valuation. Pendekatan impact analysis dilakukan apabila nilai ekonomi ekosistem dilihat dari dampak yang mungkin timbul sebagai akibat dari aktivitas tertentu, misalnya akibat reklamasi pantai terhadap ekosistem pesisir. Sedangkan parial analysis dilakukan dengan menetapkan dua atau lebih alternatif pilihan pemanfaatan ekosistem. Sementara itu, total valuation dilakukan untuk menduga total kontribusi ekonomi dari sebuah ekosistem tertentu kepada masyarakat. Penelitian ini menggunakan adalah metode impact analysis valuation, karena tujuan utama dari studi ini adalah mengestimasi nilai ekonomi total dari dampak keberadaan Tempat Pembungan Akhir Sampah Bantar Gebang, yang diharapkan dapat dianalisis dari sudut pandang publik sebagai salah satu parameter penting dalam sebuah analisis ekonomi. 2.4. Kebijakan Pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir Sampah 2.4.1 Analisis Ekonomi untuk Masukan Kebijakan Analisis manfaat biaya dengan memasukkan aspek lingkungan akan melibatkan juga biaya yang ditanggung sekaligus manfaat yang digunakan secara langsung. Ini sering disebut dengan Analisis Biaya Manfaat Terkoreksi (Corrected Benefit Cost Analysis). Dalam menggunakan metoda ini beberapa pilihan skenario pengelolaan akan dianalisis berikut ini: 1. menggunakan analisis biaya dan manfaat (Cost Benefit Analysis, CBA) untuk mengestimasi nilai sekarang (present value). 2. Penggunaan Rasio Manfaat dan Biaya (Benefit Cost Ratio, BCR) yang paling cocok dari sudut pandang masyarakat serta menggunakan tingkat potongan (Discount Rate) yang sesuai. Pendugaan nilai bersih sekarang (Net Present Value, NFV) dari sebuah skenario pengelolaan pada dasarnya dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan sebagai berikut (Dixon dan Hufschmidth, 1986): NFV = Bd + Be – Cd – Ce – Cp Keterangan: NFV
= Nilai bersih sekarang dari alternatif pengelolaan
Bd
= Nilai manfaat langsung dari alternatif pengelolaan
Be
= Nilai manfaat tidak langsung dari alternatif pengelolaan
Cd
= Biaya Langsung dari alternatif pengelolaan
Ce
= Biaya tak langsung dari alternatif pengelolaan
Cp
= Biaya mitigasi dari alternatif pengelolaan
27
Mengidentifikasi Alternatif
Mengindentifikasi Manfaat dan Biaya
Penilaian Manfaat dan Biaya
Menghitung Nilai Kriteria yang digunakan (NFV,MBR,IRR)
Peringkat Alternatif
Gambar 3. Langkah-langkah pada analisis manfaat dan biaya (Dixon dan Hufschmidth, 1986) Sementara itu dalam kerangka CBA, formulasi dari dua kriteria analasis ini disajikan sebagai berikut (Barton, 1994): Net Present Value NFV = ∑ (Bt – Ct)/(1 + r)t Benefit Cost Ratio BCR = ∑ [ Bt/ (1 + r)t ] / [ Ct/ (1 + r)t ] Kriteria yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan adalah bahwa apabila BCR > 1 dan NFV > 0 maka alternatif pengelolaan tersebut dapat dilaksanakan (acceptable). Adapun langkah-langkah dalam melakukan analisis manfaat biaya dapat digambarkan sebagai berikut: 1.
Melakukan definisi alternatif Langkah ini dilakukan untuk mendefinisikan berbagai alternatif dalam rangka
keputusan kebijakan yang akan diambil. Mengingat keputusan ini mempunyai dampak lingkungan yang serius, maka pemeliharaan lingkungan akan selalu jadi alternatif yang berbeda.
28 2.
Identifikasi keuntungan dan biaya Pada langkah ini evaluator diharuskan untuk mengindentifikasi keuntungan dan biaya
yang mempengaruhi seluruh anggota masyarakat. dalam hal ini daftar lengkap tentang semua kemungkinan keluaran yang dapat muncul dari pelaksanaan tindakan alternatif ini perlu disiapkan. 3.
Penilaian keuntungan dan biaya Pada tahap ini penilaian secara moneter dilakukan. Setiap satuan yang telah
diidentifikasikan sebelumnya harus dinilai dari aspek keuangan (moneterisasi). Untuk satuan yang ditukarkan melalui mekanisme pasar, nilai moneternya dapat dihitung dengan mengalihkan jumlah satuan dengan harganya. 4.
Menghitung nilai kriteria yang digunakan (NFV, MBR, IRR) Dalam langkah akhir ini, nilai-nilai yang diperoleh dari langkah sebelumnya dan
menunjukkan bagaimana keuntungan dan biaya menyebar. hal ini ditunjukkan untuk membentuk aliran tunai (cash flow). Pada analisis ini disusun prioritas kebijakan pengelolaan TPA sampah. Kebijakan yang dihasilkan analisis sebelumnya selanjutnya disusun prioritas dengan menggunakan model metoda perbandingan eksponensial (MPE). Hasilnya akan terpilih kebijakan prioritas yang memberikan manfaat pada pengelolaan TPA sampah. Selanjutnya urutan prioritas kebijakan diranking, untuk mendapatkan pilihan kebijakan dan langkah operasional. Model yang digunakan ádalah analytical hierarchy proses (AHP). Tahapan metoda perbandingan eksponensial ada beberapa yang harus dilakukan yaitu: menyusun alternatif-alternatif keputusan yang dipilih, menentukan kriteria keputusan atau pertimbangan kriteria keputusan yang penting untuk di evaluasi. Menentukan tingkat kepentingan dari setiap kriteria keputusan atau pertimbangan kriteria, melakukan penilaian terhadap semua alternatif pada setiap kriteria, menghitung skor atau nilai total setiap alternatif, dan menentukan urutan prioritas keputusan didasarkan pada skor atau nilai total masing-masing alternatif. Formulasi perhitungan skor untuk setiap alternatif dalam metoda perbandingan eksponensial adalah sebagai berikut: Total Nilai = (TNi) = ∑ (RKij)TKKj Keterangan: TNi = Total nilai alternatif ke –i RKij = Derajat kepentingan relatif kriteria ke –j pada pilihan keputusan i
29 TKKj n m
= = =
derajat kepentingan kriteria keputusan ke-j; TKKj > 0; bulat Jumlah pilihan keputusan Jumlah kriteria keputusan
Penentuan tingkat kepentingan kriteria dilakukan dengan cara wawancara dengan pakar atau melalui kesepakatan curah pendapat. Sedangkan penentuan skor alternatif pada kriteria tertentu dilakukan dengan memberi nilai setiap alternatif berdasarkan nilai kriterianya. Semakin besar nilai setiap alternatif semakin besar pula skor alternatif tersebut. Total skor masing-masing alternatif keputusan akan relatif berbeda secara nyata karena adanya fungsi eksponensial. Metoda ini untuk penyelesaian persoalan dilakukan melalui analisis terhadap keberlanjutan pengelolaan TPA Sampah secara finansial berdasarkan kajian atas berbagai skenario pengembangan alternatif pengelolaan sampah dengan tetap memperhatikan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dari responden dan data sekunder dikumpulkan dari berbagai literatur dan pengalaman yang ada untuk memilih alternatif yang paling menguntungkan bagi keberlanjutan pengelolaan TPA Sampah. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008, tentang Pengelolaan sampah menyatakan bahwa pada pasal 5 Pemerintah dan pemerintahan daerah bertugas menjamin terselenggaranya pengelolaan sampah yang baik dan berwawasan lingkungan sesuai dengan tujuan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Pada pasal 5 butir e menyatakan: mendorong dan memfasilitasi pengembangan manfaat hasil pengolahan sampah. Pasal 7 Dalam Penyelenggaraan Pengelolaan Sampah Mempunyai Kewenangan: menetapkan kebijakan dan strategi nasional pengelolaan sampah. Pasal 8 Dalam Menyelenggarakan Pengelolaan Sampah, Pemerintahan Provinsi mempunyai kewenangan menetapkan Kebijakan dan Strategi dalam Pengelolaan sampah sesuai dengan Kebijakan Pemerintah. Pasal 9 ayat 1 menyatakan Dalam menyelenggarakan Pengelolaan sampah, pemerintahan Kabupaten/kota mempunyai kewenangan: Menetapkan Kebijakan dan Strategi Pengelolaan sampah berdasarkan Nasional dan Provinsi. Kompensasi pada Pasal 25 ayat 1 menyatakan: Pemerintah dan pemerintah daerah secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dapat memberikan kompensasi kepada orang sebagai akibat dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan penanganan sampah di tempat pemrosesan akhir sampah, ayat 2 menyatakan bahwa kompensasi sebagaimana dimaksud pada butir a. Relokasi, b. Pemulihan Lingkungan, c. Biaya Kesehatan dan Pengobatan dan d. Kompensasi dalam bentuk lain. Pada ayat 3 menyatakan bahwa ketentuan lebih lanjut
30 mengenai dampak negative dan kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan 2 diatur dengan Peraturan Pemerintah. Pada ayat 4 menyatakan bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian kompensasi oleh Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur dengan Peraturan Pemerintah dan atau Peraturan Daerah. Peran Masyarakat pada pasal 28 ayat 1 menyatakan bahwa Masyarakat dapat berperan dalam pengelolaan sampah yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah. Pada ayat 2 menyatakan bahwa peran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui: pemberian usul, pertimbangan, dan saran kepada Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah; perumusan kebijakan pengelolaan sampah dan/atau, pemberian saran dan pendapat dalam penyelesaian sengketa persampahan. Pada ayat 3 menyatakan bahwa Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan pemerintah dan/atau peraturan daerah. Tingkat Diskonto Menurut Indrajaya (2008), hal terpenting dalam menggunakan Net Present Value adalah menentukan tingkat diskonto (discount rate). Ada tiga cara dalam menentukan tingkat diskonto : berdasarkan estimasi konsumsi yang akan datang lebih sedikit dari konsumsi saat ini, berdasarkan teori produktivitas modal dimana nilai uang sekarang diestimasi dalam hubungannya dengan penggunaan produktif di masa datang, dan berdasarkan instrumen kebijakan pemerintah sebagai pedoman investasi dalam sistem ekonomi. Akibat fluktuasi tingkat inflasi yang menyebabkan cukup kompleks untuk diramalkan/forecasting, maka digunakan tingkat diskonto berdasarkan laju inflasi selama 20 tahun (Gambar 4). Sesudah tahun 2010 digunakan kebijakan pemerintah untuk menjaga inflasi pada titik 10%. Sedangkan Gambar 5 dan Gambar 6 menunjukkan fluktuasi suku bunga 1 bulan dan 3 bulan tahun 2000-2008. Tingkat Inflasi Tahun 1988 - 2007 90%
80%
77,63% 70%
Tingkat Inflasi
60%
50%
40%
30%
20%
17,11% 10%
9,77% 9,24% 8,64%
9,53% 9,52% 0%
5,47% 5,97% Tahun 1988
4,94% 1989
1990
1991
1992
1993
1994
11,06%
12,55%
9,40%
1995
11,06%
10,33%
6,47%
5,06% 1996
2,01% 1997 1998 1999
2000
2001
2002
6,60% 6,59%
6,50% 2003
2004
2005
2006
2007
Sumber : Bank Indonesia
Gambar 4. Tingkat Inflasi Tahun 1988 - 2007
31
Sumber : Bank Indonesia
Gambar 5. Suku bunga Bank Indonesia jangka waktu 1 bulan, tahun 2000-2008 SUKU BUNGA BANK INDONESIA Jangka Waktu 3 Bulan 20%
17,43%
18% 16%
14,31% 12,93%
Suku Bunga
14% 12%
12,69%
12,92%
10,17%
10%
12,83% 9,19%
8,15%
8% 6% 4%
2% 0% 2000
2002
2003
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Tahun
Sumber : Bank Indonesia
Gambar 6. Suku bunga Bank Indonesia jangka waktu 3 bulan, tahun 2000-2008
2.4.2 Metoda Pengolahan Sampah Sampah merupakan hasil buangan atau sisa dari kegiatan manusia atau alam. Sampah dapat diklasifikasikan berdasar kemampuan sampah untuk terurai yaitu : (i)
biodegradable yaitu sampah yang dapat mengalami pembusukan alam termasuk sampah organik seperti sampah dapur, sayuran, buah, bunga, daun dan kertas;
(ii)
nonbiodegradable yang terdiri dari sampah daur ulang seperti plastik, logam dan gelas.
32
Timbulan Sampah
Pemilahan, Pewadahan dan Pengolahan Sampah
Pengumpulan
Pemilahan dan Pengolahan
Pemindahan
Pengangkutan
Pembuangan Akhir
Gambar 7. Teknis operasional pengelolaan persampahan perkotaan (Tchobanoglous et al., 1977) Teknis operasional pengelolaan sampah, menurut Tchobanoglous et al., (1977) seperti pada Gambar 7 adalah proses pengaturan materi sampah (yang umumnya berasal dari hasil aktivitas manusia). Pengaturan persampahan melibatkan kegiatan pewadahan setempat, pengumpulan, pengangkutan, dan atau pengolahan sampah sampai kepada kegiatan pembuangan akhir sampah. Menurut Adisasmito (1998), Dari penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa persen penyisihan terbaik menjadi pada waktu 20 menit dan pada suhu 280oC, yaitu 32,8%, suhu dan waktu yang terbaik untuk pembentukan bahan bakar cair terjadi pada suhu 360oC dan waktu 60 menit yakni mempunyai kadar 3,12%. Hasil survai konsultan WJMP pada awal tahun 2005 mendapatkan angka timbulan sampah sebesar ± 6000 ton per hari. Jumlah penduduk DKI tahun 2005 ± 8,9 juta jiwa.
33 Timbulan sampah per kapita 2,97 liter per kapita per hari atau 0,64 kg per kapita per hari (berat jenis = 0,21 ton/m3 ). Hasil survai konsultan WJMP pada awal tahun 2005 tercantum pada Tabel 5. Tabel 5. Komposisi sampah rata-rata di DKI Jakarta No 1 2
Komponen Organik (sisa makanan, daun, dll) An Organik 2.1. Kertas 2.2. Plastik 2.3. Kayu 2.4. Kain/tekstil 2.5. Karet/kulit tiruan 2.6. Logam/metal 2.7. Gelas/kaca 2.8. Sampah bongkahan 2.9. Sampah B3 2.10 Lain-lain (batu, pasir, dll) Total
% total 55,37 44,63 20,57 13,25 0,07 0,61 0,19 1,06 1,91 0,81 1,52 4,65 100
% di daur ulang 0 19,95 7,32 6,85 0,07 0,61 0,19 1,06 1,91 0,81 0 0 19,95
% di buang 55,37 24,68 13,15 6,40 0 0 0 0 0 0 1,52 4,65 80,05
Sumber: Hasil Survai Konsultan WJEMP DKI 2005
Terdapat paling tidak lima cara yang dikenal secara umum dalam pengolahan sampah (Tchobanoglous et al., 1977) yaitu: (i)
Open dumping. Open dumping mengacu pada cara pembuangan sampah pada area terbuka tanpa dilakukan proses apapun;
(ii)
Landfill. Landfill adalah lokasi pembuangan sampah yang relatif lebih baik dari open dumping. Sampah yang ada ditutup dengan tanah kemudian dipadatkan. Setelah lokasi penuh maka lokasi landfill akan ditutup tanah tebal dan kemudian lokasi tersebut biasanya dijadikan tempat parkir.
(iii) Sanitary landfill. Berbeda dengan landfill maka sanitary landfill menggunakan material yang kedap air sehingga rembesan air dari sampah tidak akan mencemari lingkungan sekitar. Biaya sanitary landfill relatif jauh lebih mahal. (iv) Insinerator. Pada cara pengolahan menggunakan insinerator, dilakukan pembakaran sampah dengan terlebih dahulu memisahkan sampah daur ulang. Sampah yang tidak dapat didaur ulang kemudian dibakar. Biasanya proses pembakaran sampah dilakukan sebagai alternatif terakhir atau lebih difokuskan pada penanganan sampah medis. (v)
Pengomposan. Pengomposan adalah proses biologi yang memungkinkan organisme kecil mengubah sampah organik menjadi pupuk. Kompos lebih berperan untuk
34 memperbaiki tekstur tanah dan meningkatkan cadangan air pada tanah, sehingga penyerapan air oleh tanaman akan lebih baik. Di sisi lain, pemerintah kurang menggalakkan gerakan pemanfaatan kompos. Produksi kompos dari beberapa instalasi pengomposan sampah tidak optimum, dan akhirnya berhenti beroperasi akibat ketiadaan pelanggan tetap dan berkesinambungan. Sampah sebagai sumber energi. Perlu konsep baru untuk menangani sampah perkotaan, Bramono (2004). Sebagai alternatif, sampah bisa diubah menjadi suatu materi baru yang memiliki nilai jual lebih dan dibutuhkan oleh masyarakat. Kompos menurut Bramono (2004) pada dasarnya melakukan konversi energi. Namun energi yang ada terlepas dalam bentuk materi yang memiliki nilai kalor yang lebih rendah. Hal ini disebabkan proses pengomposan secara aerobik akan melepas materi organik padatan lain yang lebih sederhana, serta gas CO2 yang tidak siap untuk dimanfaatkan energinya secara langsung. Tersedia beberapa proses lain yang dapat mengkonversi energi yang tersimpan di dalam sampah menjadi suatu materi baru. Proses itu antara lain yaitu: 1. Proses anaerobik Proses ini akan melepas energi yang tersimpan dalam gas CH4 yang memiliki nilai kalor tinggi yang akan terbentuk. Lahan urug saniter, merupakan reaktor anaerobik dalam kapasitas yang besar. Beberapa teknik telah dilakukan untuk meningkatkan produksi gas CH4 yang terbentuk. Resirkulasi air lindi merupakan salah satu teknik yang diterapkan untuk meningkatkan produksi gas CH4, selain untuk mempercepat degradasi sampah itu sendiri. Akan tetapi reaktor anaerobik yang direncanakan secara khusus dengan kapasitas yang lebih kecil, dapat lebih mudah untuk dimonitor dan dikontrol dalam kinetika pembentukan gas metana dengan lebih baik ketimbang pada lahan urug saniter. Residu yang terbentuk dapat dimanfaatkan untuk kompos yang sebelumnya telah diambil sebagian energinya menjadi gas CH4, ketimbang proses aerobik pada pengomposan yang hanya akan menghasilkan kompos saja. Jika tahapan proses anaerobik ini dihentikan hanya pada tahapan fermentasi saja, yaitu tahapan sebelum pembentukan pembentukan gas CH4 , maka dapat dihasilkan alkohol yang memiliki nilai kalor tinggi. Penggunaan alkohol ataupun derivatnya sebagai sumber bahan bakar alternatif dari sampah dapat dipertimbangkan juga (Bramono, 2004). 2. Proses gasifikasi dan pirolisis Kedua proses ini membutuhkan energi tambahan untuk menaikkan temperatur hingga 600°C yang dilakukan dengan oksigen substoikiometrik atau tanpa kehadiran oksigen sama
35 sekali. Proses pirolisis akan menghasilkan padatan (char) dan cairan (tar) yang memiliki nilai kalor tinggi. Produk ini dapat dimanfaatkan sebagai biodiesel (salah satu bahan bakar pengganti atau aditif solar) yang sedang marak digunakan dewasa ini. Sedangkan gasifikasi, akan menghasilkan gas yang memiliki nilai kalor tinggi. Pemanfaatannya sebagai sumber energi alternatif dapat dipertimbangkan (Bramono, 2004). 3. Proses insinerasi Proses ini lebih mahal ketimbang dua proses di atas. Sampah dengan kadar air terendah sekalipun hanya dapat menghasilkan temperatur alami sekitar 200°C. Sementara temperatur kerja pada proses ini adalah pada rentang 600-800°C, yang bertujuan untuk mereduksi pembentukan senyawa karsinogenik dioksin dan furan. Riset pada beberapa buah insinerator di Amerika Serikat masih belum menunjukkan hasil yang memuaskan dalam mereduksi pembentukan kedua senyawa ini, meskipun proses dijalankan pada temperatur jauh di atas 600-800°C. Proses ini akan menghasilkan panas yang cukup tinggi sehingga bisa digunakan sebagai sumber energi pembangkit tenaga uap. Tenaga uap itu dapat dikonversi menjadi energi listrik (Bramono, 2004). Rentang energi yang dihasilkan.Sebagai suatu proses yang menghasilkan energi jumlah input energi dan output energi harus dihitung dalam suatu neraca massa dan energi. Energi yang dimasukkan ke dalam suatu proses diharapkan seminimum mungkin, mengingat output dari proses yang diharapkan adalah energi pula, sehingga total energi yang dihasilkan dari proses dapat dihitung. Jika terlalu banyak energi yang harus ditambahkan ke dalam proses, maka proses tidak efisien. Selain itu menurut Bramono (2004), masih perlu dikaji rentang energi yang dapat dimanfaatkan, karena setiap output dari suatu proses memiliki rentang pemakaian. Dalam hal ini, efisiensi pemanfaatan energi dengan jumlah energi tertentu yang dihasilkan dari suatu volume sampah harus dipertimbangkan. Setiap proses memiliki jangkauan pemanfaatan dalam setiap produk yang dihasilkan. Dengan demikian pemanfaatannya bisa dilakukan secara tepat dan efisien. Beberapa penelitian sampah di TPA yang telah dilakukan di Indonesia diuraikan berikut ini. Kholil (2005) menyatakan bahwa penanganan sampah dengan sistem “zero waste” yang telah diuji cobakan di beberapa tempat di Jakarta Selatan seperti Tebet, Jalan Asneli Pasar Minggu, Jalan Siaga Kelurahan Tanjung barat dan Jalan Gandaria Jagakarsa masih terbatas dengan teknologi yang masih sederhana dan belum melibatkan masyarakat sekitar, sehingga pilot proyek tersebut tidak dapat berkembang dan tidak dapat bertahan lama.
36 Dalam disertasinya, Kholil (2005) melakukan pengembangan sub model pengelolaan sampah terpadu berbasis zero waste yang didesain di tempat penampungan sementara (TPS) yang ditempatkan sedekat mungkin dengan sumbernya. Hal ini untuk mengurangi biaya pengangkutan dari sumber sampah ke TPS. Secara garis besar konsep dasar pengembangan model pengelolaan sampah terpadu berbasis zero waste ini merupakan gabungan antara pendekatan 3 R (reduce, reuse, dan recycle), dengan sistem pembakaran (insinerasi) terhadap sisa sampah organik pada proses pengomposan dan sisa sampah organik yang tidak dapat dimanfaatkan lagi (Gambar 8). Abu hasil proses pembakaran di cetak mejadi batako sebagai bahan bangunan sehingga sampah yang harus dibuang ke TPA menjadi nol (zero). Jadi titik berat penanganan sampah berdasarkan pendapat Kholil adalah pada TPS sebagai tempat pengolahan sampah baik sampah organik maupun sampah anorganik. Sumber sampah
Timbulan sampah
TPS Pemilahan
Kompos
Sampah Organik
Produk Daur Ulang
Sampah Anorganik
Sampah Sisa
Dibakar
Batako
Abu Sisa Pembakaran
TPA
Gambar 8. Diagram alur daur ulang sampah terpadu berbasis zero waste (Kholil, 2005)
37
Dalam analisisnya, Kholil (2005) menyatakan ada beberapa rekomendasi hasil penelitian dalam pengelolaan sampah di Jakarta selatan yaitu:
1.
Melakukan penanganan secara preventif, melalui pengurangan di sumber dengan sistem 3 R (Reduce, Reuse, dan Recycle), dengan melibatkan masyarakat sebagai sumber sampah utama. Untuk mendukung kebijakan ini pemerintah perlu melakukan “capacity development” untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam penanganan sampah kota.
2.
Dengan kebijakan “reward and punishment” atau insentif dan disinsentif disertai dengan penegakan hukum (law enforcement), yakni memberikan sanksi yang berat terhadap sumber sampah yang mencemari lingkungan, sebaliknya memberikan penghargaan atau insentif terhadap Badan atau orang yang secara nyata memberikan konstribusi terhadap pengurangan sampah atau peningkatan kebersihan lingkungan.
3.
Pengolahan sampah di TPS dengan pendekatan 3 R + I (Reduce, Reuse, Recycle, Insinerasi), dengan melibatkan dan sekaligus pemberdayaan (empowering) masyarakat sekitar.
4.
Membentuk Komisi Penanganan Sampah kota dan Badan Layanan Umum (BLU) Kebersihan untuk menunjang penanganan sampah kota yang cepat dan tepat berdasarkan pendekatan”waste to clean”. Menurut Kholil (2005) alternatif pertama absah secara teoritis dan terbukti berhasil
dalam menurunkan volume sampah, kebijakan ini bersifat incremental dan memerlukan waktu cukup lama (sekitar 20 – 30 tahun). Mengingat prosesnya yang lama, kebijakan ini menjadi kurang tepat untuk menangani sampah kota yang memerlukan penanganan yang cepat dan tepat. Alternatif kedua memerlukan dukungan petugas dan aparat hukum yang memadai, tetapi dalam pelaksanaannya kebijakan ini bisa menghadapi beberapa kendala teknis di lapangan antara lain kesulitan petugas dalam menentukan ambang batas pencemaran, dan memungkinkan terjadinya salah persepsi bagi petugas yang dapat merugikan masyarakat. Alternatif ketiga dan keempat merupakan perubahan struktural yang bersifat antisipatif ke depan dalam jangka panjang, sesuai dengan perkembangan kota dan tuntutan masyarakat. Oleh karena itu alternatif kebijakan ke tiga dan ke empat dapat menjadi pilihan yang terbaik bagi Pemerintah Kota Jakarta Selatan dalam rangka mereduksi volume sampah untuk
38 mengurangi ketergantungan tehadap TPA, untuk mendukung kebijakan ini perlu dilakukan revisi dan penyempurnaan terhadap Undang-Undang atau Perda tentang penanganan sampah kota. Menurut Gani (2007), penggunaan teknologi pirolisis pada proses pengolahan sampah organik padat dapat menghasilkan produk bermanfaat berupa arang dan asap cair, sedangkan teknologi dekomposer sangat efektif untuk menangani sampah organik lunak menghasilkan kompos berkualitas. Sebagian besar perlakuan pengomposan sudah menghasilkan kompos dalam waktu berkisar 20-30 hari, kecuali pada BO (control) berkisar 56-60 hari dan perlakuan BI (Biodekomposer Orgadec) berkisar 41-45 hari. Mutu kompos yang dihasilkan pada semua perlakuan pengomposan diatas, secara umum relative mendekati persyaratan SNI-19-7030-2004 untuk kompos dari sampah domestik (BSN, 2004). Biodekomposer yang dapat mempercepat proses pengomposan sampah organik menghasilkan kompos bermutu terbaik adalah FM-4, campuran Orgadec-EM-4-Arang-asap cair dan campuran OrgadecBiodek-Arang-Asap cair. Teknologi pirolisis dapat mengkonversikan sampah organik yang sukar dikomposkan menjadi arang dan asap cair. Arang hasil pirolisis pada suhu 505ºC bermutu terbaik dan asap cair yang dihasilkan pada proses tersebut menunjukkan kadar total fenol tertinggi. Metoda aktivasi arang sampah organik pasar menjadi arang aktif bermutu terbaik, terutama dalam hal daya serapnya terhadap iodin, ialah dengan cara aktivasi menggunakan uap H 2O pada suhu 800ºC selama 120 menit. Asap cair hasil pirolisis sampah organik pada suhu 505ºC menghasilkan rendemen 31,24%, kadar total fenol 223,95 mg/l dan pH 4,1. Fraksi methanol dan air dari asap cair tersebut berpotensi sebagai antifeedant, karena aktivitasnya melebihi 50% terhadap larva S. Litura dan nilai EL5o-nya sama-sama 0,71%. Penggunaan komarasca hasil konversi sampah organik berpengaruh sangat nyata baik terhadap pertambahan tinggi batang, jumlah daun, dan anakan maupun terhadap bobot biomassa tanaman daun dewa terutama ditunjukkan oleh perlakuan campuran tanah-abukompos yang diberi arang aktif hasil aktivasi dengan uap H2O pada suhu 800ºC selama 120 menit, dan fraksi methanol dari asap air. Agar proses pengomposan sampah dapat diterapkan di lingkungan permukiman, maka disarankan untuk dilakukan penelitian lanjutan tentang proses pengomposan yang mampu mendapatkan metoda minimisasi bau secara lebih optimal. Di samping itu juga perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengisolasi senyawa aktif anti feedant dari fraksi methanol hasil fraksinasi asap cair sampah organik guna mengetahui rumus strukturnya. Defra (2004) menyebutkan dalam rangka memperkirakan WTP untuk
39 mengurangi suara, bau dan debu serta sampah yang tertiup angin dari suatu landfill dengan hasil sebagai berikut :
WTP Marginal sebesar £0.12 sampai dengan £0.19 per hari dengan memperhitungkan jumlah hari ketika responden menderita karena debu dan sampah yang tertiup angin dari lokasi landfill
WTP Marginal sebesar £0.10 sampai dengan £0.15 per hari dengan memperhitungkan jumlah hari ketika responden bisa mencium bau yang berasal dari lokasi Landfill
Bising bukan suatu masalah yang signifikan Anwar (2007), melakukan percobaan untuk penelitian model sentra energi berbasis
biomassa, dimana dilakukan percobaan dengan bahan baku biomassa antara lain sampah kota yang difermentasi secara anaerobik dengan hasil antara lain sebagai berikut: 1.
Gas bio hasil fermentasi anaerobik biomassa campuran adalah jumlah dari hasil gas bio setiap komponen campuran sesuai dengan proporsi komponen dalam campuran. Model n
penduga menurut persamaan sebagai berikut: V = ∑ ki Vi dengan V adalah produksi gas i=1
bio biomassa campuran (l/kg.bk), ki adalah fraksi biomassa ke i dan Vi adalah produksi gas bio biomassa ke i (l/kg.bk). 2.
Kadar CH4 yang terdapat dalam gas bio hasil fermentasi anaerobik biomassa campuran adalah kumulatip dari kadar metana dalam gas bio komponen campuran secara proporsional dan dalam satuan massa kering biomassa campuran. Model penduga n menurut persamaan V = ∑ ki Vi Ki V, dengan K adalah kadar metana dalam gas bio i=1
biomassa campuran (%) dan Ki adalah kadar metana dalam gas bio biomassa ke i (%). 3.
Model sentra energi berbasis biomassa baik dari aspek penyediaan bahan baku, penguasaan teknologi, serta secara financial mempunyai kelayakan yang baik untuk dapat diwujudkan pada suatu kawasan dalam meningkatkan peranan energi biomassa pada penyediaan energi di kawasan tersebut.
4.
Model sentra energi berbasis biomassa dapat memberikan perlindungan lingkungan dalam bentuk proporsi reduksi sampah yang dihasilkan dari 28,54% sampai dengan 72,33% dari produksi sampah harian dari jenis yang dipergunakan oleh sentra energi.
5.
Model simulasi model pengembangan sentra energi biomassa dapat digunakan untuk memprediksi karakteristik operasional sentra energi berbasis biomassa.
40 6.
Dalam penerapan sentra energi berbasis biomassa dapat dimulai dari suatu kawasan yang tidak terlalu luas, misalnya kawasan setingkat kecamatan atau setingkat desa di pulau jawa
7.
Kajian secara financial selayaknya dilakukan dengan berbagai skenario sumber biomassa yang digunakan terutama biomassa yang berasal dari limbah peternakan, khususnya pada kawasan yang penggunaan limbah peternakannya pada tingkatan yang sangat intensif yang berkecenderungan harga limbah peternakan terlalu mahal dibandingkan dengan harga metana yang dihasilkan.
8.
Pemanfaatan sampah kota oleh sentra energi bersifat prioritas karena memiliki harga yang relatif rendah dan suatu kawasan yang memiliki potensi pengembangan ladang energi atau perkebunan energi sebaiknya menjadikannya sebagai prioritas.
9.
Kadar CH4 dari gas bio sampah rata-rata 54,54%, secara umum biomassa menghasilkan kadar CH4 dari gas bio diatas 50% yaitu antara 54,54% sampai 58,64%. Jangka waktu pembentukan gas bio berlangsung selama 40-50 hari. Masa pembentukan gas bio berlangsung selama 40-50 hari. Rata-rata 30% gas bio
terbentuk pada sepuluh hari pertama, sebesar 58% pada periode sepuluh hari kedua, dan sampai periode sepuluh hari ketiga mencapai 83,2%, serta pada akhir periode sepuluh hari keempat gas bio yang berbentuk mencapai 97,5%. Waktu produksi tersebut relatif tidak berbeda dengan waktu produksi yang menggunakan bahan limbah ternak. Pada sistem takkontinyu dengan bahan limbah ternak lebih dari 66% pembentukan gas bio terjadi waktu kurang dari 30 hari dengan suhu larutan 30ºC (Pandey, 1997). Laju pembentukan gas bio diantara bahan yang digunakan relatif tidak banyak berbeda. Laju rata-rata pembentukan gas bio tertinggi pada sepuluh hari pertama sebesar 3,00% perhari, kemudian pada periode sepuluh hari kedua 2,80% perhari, periode sepuluh hari ketiga sebesar 2,52% perhari dan pada periode sepuluh hari keempat sebesar 1,43% perhari, serta yang terendah pada periode sepuluh hari yang kelima sebesar 0,25% perhari. Pola dari laju pembentukan gas bio mendekati kurva linier pada periode tiga hari pertama, dan mempunyai pola eksponensial pada dua puluh hari terakhir. Gambaran ini menunjukkan ratarata 90% pembentukan gas bio dalam masa produksi 35 hari. Menurut Herawati et al., (2007) menyatakan daur ulang sampah adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk/material bekas pakai. Bahan-bahan atau material yang dapat di daur ulang antara lain, adalah sebagai berikut:
41 Botol bekas wadah kecap, saos, sirup, krim, kopi, selai/jam; baik yang putih bening maupun yang berwarna terutama gelas atau kaca yang tebal. Kertas, terutama kertas bekas di kantor, koran, majalah, kardus kecuali kertas yang berlapis (minyak atau plastik). Logam bekas wadah minuman ringan, bekas kemasan kue, rangka meja, besi rangka beton. Plastik bekas wadah sampo, air mineral, jaringan ember.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Bantar Gebang sebagai lokasi penampung sampah Jakarta. Waktu penelitian dilakukan selama 10 bulan, dimulai dari bulan Maret 2009 sampai dengan bulan Januari 2010. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 9.
TPA
Sumber: Hasil pengolahan
Gambar 9. Lokasi penelitian
44
3.2. Jenis dan Sumber Data 3.2.1. Jenis Data Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan pengelola TPA sampah, pengusaha lapak, pemulung, pelaku usaha kompos, praktisi/pengamat pengelolaan dan pakar sampah, serta instansi atau lembaga terkait lainnya. Pengumpulan data primer dilakukan dengan teknik wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu. Data sekunder diperoleh dari BPS, Departemen Pekerjaan Umum, Kementerian Lingkungan Hidup, Pemerintah DKI Jakarta dan Pemerintah Kota Bekasi. 3.2.2. Sumber Data Data primer diambil berdasarkan purposive sampling yaitu pengambilan sampel kepada populasi responden dimana tidak seluruh anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel penelitian. Jumlah populasi kepala keluarga dilokasi penelitian berjumlah 15.083KK (kepala Keluarga). Teori limit pusat menyatakan bahwa perkiraan rata-rata dari suatu sampel cenderung terdistribusi secara normal ketika ukuran sample n bertambah. Kenormalan ratarata dari sampel berlaku dengan baik memperhitungkan distribusi populasi dari mana sampel itu diambil asalkan ukuran sampel itu masih rasional yaitu n>30. Semakin besar jumlah sampelnya semakin normal
distribusinya.
Agar
kecenderungan distribusi sampel mendekati asumsi distribusi normal maka, jumlah sampel masyarakat dan pemulung diambil diatas 30. Berdasarkan teori tersebut ditetapkan jumlah sampel penelitian untuk responden masyarakat diambil sebanyak 80 responden, sedangkan untuk responden pemulung diambil sebanyak 60 responden. Jumlah tersebut ditetapkan untuk memenuhi pemerataan wilayah penelitian. Metoda purposive sampling digunakan untuk mendapatkan data dari masyarakat dan pemulung, yang dilakukan dengan menyebar ke 4 kelurahan/desa secara proporsional. Responden masyarakat dan pemulung yang diwawancara ditemui secara spontan dan bersedia diwawancara.
45
Teknik purposive sampling digunakan untuk mendapatkan data dari ahli/pakar, lapak dan bandar. Pengambilan sampel lapak dan bandar mengingat populasinya terbatas diambil secara Purposive Sampling yaitu lapak 20 responden dan bandar 10 responden. Pengambilan sampel pada lapak dan bandar di sekitar TPA Sampah Bantar Gebang adalah pengambilan sampel dari responden yang tidak memiliki peluang sama untuk menjadi sampel penelitian. Penentuan responden dilakukan secara sengaja (Purposive Sampling) yang diikuti dengan teknik bola salju (Snow Ball) yaitu menanyakan responden lain yang dapat di hubungi (Nawawi, 2001). Sampel terbagi atas 5 (lima) responden yaitu: a.
Responden Masyarakat Masyarakat adalah orang yang bertempat tinggal di sekitar kawasan TPA
Sampah Bantar Gebang. Masyarakat sekitar TPA Sampah Bantar Gebang relatif Homogen. Jumlah sampel yang diambil sebesar 80 responden. Wawancara responden dilakukan dengan menggunakan daftar kuisioner yang dilakukan terhadap 80 kk di Kelurahan Cikiwul, Ciketing Udik dan Sumur Batu, Kecamatan Bantar Gebang serta Desa Taman Rahayu, Kecamatan Setu Kabupaten Bekasi. Masyarakat yang dijadikan responden adalah masyarakat yang tinggal di sekitar TPA, dengan mengetahui tingkat pendidikan responden, status, tanggungan keluarga, usia. alamat, profil tempat tinggal, jumlah penghuni, lama tinggal atau menetap. b.
Responden Pemulung Pemulung adalah orang yang bekerja sebagai pengumpul barang yang masih
dapat dijual dari tumpukan sampah. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 60 responden. c.
Responden Lapak Lapak adalah orang yang berperan sebagai perantara yang membeli barang
bekas dari para pemulung dan menjualnya kepada bandar atau pedagang besar untuk di jual kembali kepada pabrik daur ulang. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 20 responden.
46
d.
Responden Bandar Bandar dalam penelitian ini adalah seorang pengusaha daur ulang biasannya
melakukan spesialisasi dalam membeli dauran sampah dan omset pembeliannya relatif besar, sehingga dikenal bandar kertas, bandar plastik, bandar botol/gelas dan bandar rongsokan/besi. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 10 responden. e.
Responden Pendukung Pengambilan sampel responden pendukung diambil sebanyak 8 responden,
yang terdiri dari pejabat Pemerintah Daerah (Dinas Kebersihan dan Badan Pengelola Sampah), pakar dari Perguruan Tinggi, dan Praktisi/pengamat/ konsultan dan pakar sampah. 3.3. Metoda Analisis 3.3.1. Kebijakan Pengelolaan Sampah Analisis kebijakan pengelolaan sampah dilakukan dengan analisis deskriptif yaitu mengkaji kebijakan yang ada berupa peraturan dan perundangan yang berlaku dan terkait dengan pengelolaan sampah. 3.3.2. Dampak Tempat Pembuangan Akhir a.
Fisika dan Kimia Dampak pencemaran lingkungan di TPA Sampah Bantar Gebang perlu
dilakukan observasi lapangan, pengujian laboratorium dan sumber penelitian terkait lainnya (data sekunder) dengan membandingkan persyaratan standar kualitas air, tanah, udara sesuai peraturan/kebijakan yang berlaku. Pengambilan sampel air dilakukan di Kelurahan Cikiwul, Ciketing Udik, Sumur Batu dan Taman Rahayu yaitu pada sumur gali penduduk yang bermukim di sekitar TPA. Cara pengambilan sampel air dilakukan dengan menggunakan botol plastik berukuran 1,5 liter, sampel tersebut dimasukkan ke dalam cooler box untuk diawetkan. Contoh air dan lindi dianalisis di laboratorium. Data sekunder berupa data fisik dan kimia yang telah dilakukan oleh Dinas Kebersihan DKI Jakarta, gambaran umum serta data pelengkap lainnya. Air Sumur. Kualitas air sumur penduduk, diukur dengan mengambil sampel pada saat musim hujan dan musim kemarau, parameter yang digunakan sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/ Menkes/Per/IX/1990.
47
Titik pengambilan sampel sebagai verifikasi data sekunder dari Dinas Kebersihan berdasarkan aliran air tanah, diambil dari pompa atau sumur-sumur penduduk di Kelurahan Cikiwul, Ciketing Udik, Sumur Batu dan Taman Rahayu, radius 250 m, 500 m dan 750 m dari lokasi TPA Sampah Bantar Gebang. Masingmasing lokasi sampel diambil satu titik sehingga didapatkan 12 (dua belas) sampel air sumur. Data kesehatan didapat dari data sekunder BPS Kota Bekasi dan wawancara dengan masyarakat. Air Permukaan (sungai). Sungai yang dijadikan sampel adalah sungai Ciketing, lebar sekitar 2 m, debit air 0,409 m3/detik. Pengambilan sampel didasarkan pada sistem aliran air dan hulu sungai menuju hilir sungai atau dan tempat yang tinggi menuju ke tempat yang rendah. Sampel diambil pada aliran sungai sebelum memasuki wilayah TPA (dianggap sebagai hulu sungai) dan aliran sungai sesudah melewati wilayah TPA (dianggap sebagai hilir sungai), sehingga didapatkan dua sampel air sungai. Parameter kualitas air sungai sesuai dengan Baku Mutu Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Air lindi. Kualitas air lindi dan infiltrasi air hujan yang masuk ke dalam timbunan sampah dan terkontaminasi (bercampur dengan senyawa-senyawa di dalam sampah) membentuk lindi, diuji dari kualitas air lindi. Sampel diambil dari setiap zone (karena pemanfaatannya berbeda waktu) dan dari kolam-kolam (bak) pada unit IPAS, meliputi sampel pada inlet dan outlet, satu titik diambil satu sampel, sehingga didapatkan delapan sampel air lindi. Titik inlet adalah air lindi yang masuk ke dalam IPAS dan landfill, sedangkan outlet air lindi yang telah mengalami pengolahan dari IPAS. Parameternya sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI No.20 tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Baku Mutu golongan B untuk Bahan Baku Air Minum, Baku Mutu golongan C Penggunaan air untuk Perikanan dan Pertanian. Air lindi disetarakan dengan air limbah cair yang baku mutunya diatur oleh Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep5I/MENLH/IO/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan Industri. Udara. Kualitas udara tempat pembuangan akhir Bantar Gebang di uji berdasarkan kualitas udara. Pada umumnya diberi batasan sebagai udara yang mengandung satu atau lebih zat kimia dalam konsentrasi yang cukup tinggi untuk
48
dapat menyebabkan gangguan pada manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan harta benda. Waktu pengukuran diambil waktu perataan (averaging time) dan untuk pengukuran tiap jam dilakukan perhitungan secara geometric mean. Pengukuran SOx dilakukan dengan menggunakan alat spektrofotometer, COx dengan NDIR (non dipersive infared) analyzer, debu dengan high volume sampling method. Baku mutu udara ambien diatur dengan Surat Keputusan Menteri
Negara
Kependudukan
dan
Lingkungan
Hidup
No.
KEP-
03/MENKLH/II/1991 tanggal 1 Februari 1991. Kebisingan. Kebisingan berkaitan dengan pengumpulan sampah oleh truktruk pengangkut dan pengambilan kaleng-kaleng yang menimbulkan suara bising. Kebisingan juga terjadi pada saat keluar masuk truk di lokasi tempat pembuangan akhir sampah. Responden yang diamati adalah kelompok masyarakat, pemulung, pengelola dan masyarakat yang berada di Kelurahan sekitar TPA Sampah Bantar Gebang meliputi Kelurahan Ciketing Udik, Cikiwul, Sumur Batu dan Taman Rahayu. Sumber data dalam pengamatan ini berasal dari data primer yang diambil melalui metoda wawancara dengan responden, sedangkan data sekunder dari data potensi Kelurahan, Kecamatan dan instansi terkait. b.
Biologi Kondisi lingkungan biologi berupa berkembang biaknya lalat didapat dari
data sekunder hasil pengamatan perilaku dan perkembang biakan lalat. Pengamatan dilakukan pada siang hari, dimana lalat bergerombol/ berkumpul dan berkembang biak di sekitar sumber makanannya (umumnya lalat menyukai makanan yang berbau busuk seperti sayuran, buah-buahan yang basah dan membusuk). Pengamatan juga dilakukan terhadap kesehatan masyarakat sekitar tempat pembuangan akhir yaitu dengan melihat besarnya prosentase penyakit yang paling banyak dan yang paling sering diderita masyarakat seperti disentri, kolera, typhus, dan diare. c.
Sosial Ekonomi dan Budaya Keadaan sosial ekonomi, adalah pengaruh dan kegiatan pengelolaan sampah
pada warga atau masyarakat maupun pemerintah, di sekitar lokasi pengelolaan sampah seperti Kelurahan Cikiwul, Ciketing Udik, Sumur Batu dan Taman
49
Rahayu. Pada umumnya keberadaan pengelolaan sampah, menimbulkan dampak positif dan negatif secara langsung maupun tidak langsung. Dampak positif secara langsung, ada penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan pendapatan per kapita. Dampak negatif secara langsung keberadaan pengelolaan sampah timbul masalah sosial seperti timbulnya keresahan (penurunan kualitas lingkungan, muncul gubuk-gubuk liar), terganggunya keamanan (pencurian), berubahnya sikap masyarakat menjadi tidak ramah, meningkatnya kriminalitas, dan kecelakaan. Keberadaan pengelolaan sampah juga menimbulkan perubahan tingkat ekonomi bagi pengelola, pemerintah, maupun warga di sekitar TPA. Perubahan tingkat perekonomian karena adanya kegiatan pembangunan, pemeliharaan unit pengelolaan sampah, yang memerlukan tenaga kerja atau sumber daya manusia yang tersedia di sekitar TPA. Selain itu, bila penambangan TPA untuk pembuatan kompos dan penangkapan gas metan, maka pendapatan asli daerah (PAD) melalui retribusi dan pajak ditingkatkan. Data sosial ekonomi dikumpulkan melalui pengumpulan data sekunder dan data primer berupa pekerjaan responden dan jenis pekerjaannya. pendapatan dan pengeluaran
kebutuhan
hidup
sehari-hari,
biaya
pendidikan.
keadaan
kesejahteraan masyarakat dan kesehatannya. Metode analisis valuasi ekonomi pengelolaan tempat pembuangan akhir sampah Bantar Gebang dapat dilihat pada Tabel 6. 3.3.3. Biaya Eksternalitas Sesuai kajian analisis dampak yang negatif menimbulkan eksternalitas negatif yang merugikan bagi masyarakat dan lingkungan sekitar TPA Sampah Bantar Gebang. Setelah kajian dampak negatif diperoleh 6 (enam) eksternalitas negatif atau biaya eksternalitas yang merugikan pihak lain diluar Pengelola TPA Sampah.
50
Tabel 6. Valuasi ekonomi dampak Masalah
Tujuan
Metoda
Data
Sumber Data
Output
Belum tercapainya nilai kepuasan seseorang atau komunitas terhadap keberadaan suatu aset
Melihat nilai kepuasan seseorang atau komunitas atas keberadaan suatu aset
- Analisis WTA - Statistik deskriptif
- Pendapat Responden tentang penyebab pencemaran lingkungan (air, udara, tanah) - Faktor2 penataan lingkungan TPA - Bentuk kompensasi atas jasa lingkungan - Nilai manfaat dan nilai kerugian - Jenis alat pembayaran WTA
Responden Masyarakat
Pemisahan dan pemilihan sampah belum maksimal oleh para pelaku usaha yang memanfaatkan sampah.
Mengetahui nilai ekonomi dari pemanfaatan sampah dalam bentuk : - Kompos - Daur Ulang - Penyerapan Tenaga Kerja - Peningkatan pendapatan
-
- Jumlah penduduk - Volume sampah (Berdasarkan Jenis) - Harga jual Rp/kg - Upah Tenaga Kerja - Peluang kerja
Responden
Gangguan kondisi kesehatan masyarakat sekitar lokasi
-
- Statistik deskriptif - Contingent valuation
-
Responden
Kurangnya pemanfaatan potensial TPA sampah dimasa yang akan datang
Memperoleh perkiraan yang kasar mengenai manfaat TPA di masa yang akan datang
- Benefit transfer
- Volume gas metana - Luas lahan hutan kota - Luas lapangan olah raga
Data Sekunder : 1. Literatur
1. Besarnya nilai manfaat di masa yang akan datang
Belum tercapainya efisiensi manfaat ekonomis suatu proyek
Mengukur biaya dan manfaat dari nilai tambah sumber daya dan nilai tambah hasil barang-barang dan jasa
- NFV - BCR - IRR
-
Data Sekunder : 1. Literatur 2. Instansi Terkait
1. Analisis manfaat 2. Analisis biaya
Mengetahui pengaruh gangguan terhadap kehidupan masyarakat sekitar TPA & pemulung
Market value Biaya Tetap Biaya Variabel Total Biaya Produksi Statistik deskriptif Replacement cost Productivity cost
Tingkat kesehatan Tingkat pendidikan Tingkat pendapatan Fasilitas Prasarana dan Sarana Dasar
Biaya investasi Biaya produksi Biaya overhead Biaya pemeliharaan
Jumlah KK 80 Sampel Kelurahan Cikiwul, Ciketing Udik, Sumur Batu dan Taman Rahayu Jumlah
1. Pemulung 60 3. Lapak 20 4. Bandar 10 5. Pengusaha Kompos 2 6. Pengelola TPA 1
Masyarakat Pemulung
80 60
1. Nilai besaran dan bentuk kompensasi
1. Jumlah penerimaan 2. Biaya produksi
1. Jenis penyakit yang sering diderita 2. Biaya pengobatan Rp/bl/kk
51
Seluruh eksternalitas yang terjadi dan akan terjadi diperhitungkan dan dirumuskan sebagai berikut: a. Biaya pengeluaran untuk pembelian air
Keterangan JP = Jumlah penduduk tahun ke i dalam orang; KRPO1 = Kebutuhan rata-rata air bersih per orang per tahun dalam liter/orang; KRPO2 = Kebutuhan rata-rata air minum per orang per tahun dalam liter/orang; HAB = Harga air bersih dalam Rupiah/liter HAM = Harga air minum dalam Rupiah/liter Jumlah penduduk di wilayah yang tercemar air tanahnya dikalikan dengan standar kebutuhan air bersih perkotaan sebanyak 80 liter/orang/hari untuk mandi dan cuci ditambah untuk kebutuhan air minum dan masak sebanyak 5 liter/orang/hari. Harga air bersih dan air minum Rp 150 per-liter pada Tahun 2009. b. Biaya pengeluaran untuk penyakit saluran pernapasan, penyakit umum, kulit dan paru, penyakit mata serta penyakit anak
Keterangan JKPij = Jumlah kunjungan pasien untuk penyakit i dalam orang; BPi = Biaya pengobatan rata-rata penyakit i dalam Rupiah per orang. n = Jumlah penyakit Berdasarkan studi Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup (2008) biaya ratarata berobat pada Tahun 2006 untuk jenis penyakit umum dan mata sebesar Rp 50.000 sedangkan untuk jenis penyakit anak, kulit dan paru diperlukan biaya sebesar Rp 75.000,-, dalam sekali berobat. c. Nilai kerugian tidak masuk kerja karena sakit
Keterangan JPSi = Jumlah penduduk usia kerja yang sakit pada tahun 1 dalam orang;
52
RHS = UMH =
Rata-rata lama waktu penduduk tidak bekerja karena sakit dalam hari; Upah Rata-rata dalam Rupiah/orang/hari
d. Kerugian penurunan produksi pertanian karena sampah TPA
Keterangan LSi = Luas sawah gagal panen dalam setahun dalam hektare; RPP = Rata-rata Produksi Padi 1 kali masa tanam dalam ton/hektare/tahun; (1 tahun = 3 kali masa tanam) HP = Harga padi dalam Rupiah per ton.
Nilai kerugian akibat gagal panen padi sawah tersebut karena luapan air hujan yang mengandung sampah, dengan menggunakan asumsi kejadian gagal panen 1 kali setiap tahunnya. e. Nilai kerugian akibat emisi gas metan
Keterangan JEi = Jumlah emisi gas pencemar dalam ton; BUGP = Biaya kerugian akibat emisi gas metana dalam Rupiah per ton CO2. f. Nilai kerugian dari dampak bau busuk dari TPA Sampah
Keterangan JPi = Jumlah penduduk dalam radius yang terkena bau dalam orang; (setiap radius dianggap sama) JHB = Jumlah hari dalam setahun timbulnya bau dalam hari; NKHB = Nilai kompensasi hari bau dalam Rupiah/orang/hari.
3.3.4 Benefit Eksternalitas Berdasarkan kajian analisis dampak positif menimbulkan eksternalitas positif yang menguntungkan bagi masyarakat dan lingkungan sekitar TPA Sampah Bantar Gebang. Setelah kajian dampak positif diperoleh 2 (dua)
53
eksternalitas positif atau benefit/manfaat eksternalitas yang menguntungkan pihak lain diluar Pengelola TPA Sampah. Eksternalitas positif tersebut berupa: a. Nilai manfaat adanya kesempatan kerja bagi pemulung, buruh, lapak dan bandar kegiatan usaha daur ulang sampah dengan rumus:
Keterangan JPM = Jumlah orang yang kerja dalam orang; ICM = Jumlah pendapatan dalam Rupiah/orang/tahun). Asumsi adanya pengaruh berganda dari kegiatan daur ulang sampah sebesar 25% dari total pendapatan para pelaku usaha daur ulang sampah. b. Nilai manfaat keberadaan jalan akses ke TPA dengan rumus: NMJL = PJA x LBR x HTN Keterangan PJA = panjang jalan dalam meter; LBR = lebar wilayah pengaruh jalan dalam meter: dan HTN = nilai tambah peningkatan harga tanah dalam Rp/m 2 adanya jalan akses (tahun 2009). Nilai tambah adanya jalan akses dari semula Rp 150.000/m 2 menjadi Rp 300.000/m2 adalah sebesar Rp 150.000 /m2 . Sehingga dengan demikian Nilai Manfaat (NM) dapat dirumuskan berikut ini: NM = NMKJ + NMJL. Peningkatan harga tanah karena adanya akses jalan. 3.3.5 Nilai Ekonomi Total Dampak Perhitungan Nilai Ekonomi Total (NET) dampak pengelolaan TPA sampah Bantar Gebang dapat dinyatakan dalam rumus: NET = NM – NR Keterangan NET = Nilai Ekonomi Total dalam Rupiah; NM = Nilai Manfaat atau Eksternalitas Positif atau Manfaat Eksternalitas dalam Rupiah; NR = Nilai kerugian atau Eksternalitas Negatif atau Biaya Eksternalitas dalam Rupiah).
54
3.3.6 Perumusan Kebijakan Perumusan kebijakan dianalisis dengan Analytical Hierarchy Process (AHP). AHP merupakan metoda analisis yang dapat digunakan secara luas yang memungkinkan pengambilan keputusan dengan mengkombinasikan pertimbangan dan nilai-nilai pribadi secara logis sehingga dapat ditentukan skala prioritas dalam pengambilan keputusan. Beberapa tahapan yang harus dilakukan dengan pendekatan AHP yaitu : 1. Mendefinisikan masalah identifikasi sistem yaitu untuk mengindentifikasi permasalahan dan menentukan solusi yang diinginkan: Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Swasta/Investor, Pakar/Ahli, NGO dan masyarakat. 2. Penyusunan struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan subtujuan-subtujuan, kriteria, dan kemungkinan alternatif-alternatif pada tingkatan kriteria yang paling bawah. 3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan pengaruh relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan yang setingkat diatasnya. Perbandingan berdasarkan “judgement” dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan satu elemen dibandingkan dengan elemen lainnya.
55
Gambar 10. Hirarki pemiilihan alternatif pengolahan sampah dalam IPST
IV. GAMBARAN UMUM
4.1. Kondisi Geografis Tempat Pembuangan Akhir Sampah Bantar Gebang Luas wilayah Kecamatan Bantar Gebang Bekasi adalah 1.997,4 ha yang terdiri dari lahan perumahan dan permukiman 1.552,4 ha (77,72%), lahan sawah seluas 197,6 ha (9,89%), pertanian darat 13,9 ha (0,70%), dan penggunaan lainlain seluas 233,5 ha (11,69 %). Karena adanya pemekaran wilayah, Kecamatan Bantar Gebang berubah dari 6 desa (1) Desa Ciketing Udik, (2) Desa Cikiwul, (3) Desa Sumsur Batu, (4) Desa Layung Sari, (5) Desa Padutenan, (6) Cimuning, menjadi 4 kelurahan yaitu Kelurahan (1) Ciketing Udik, (2) Kelurahan Cikiwul, (3) Kelurahan Sumur Batu, dan (4) Kelurahan Bantar Gebang. Dari empat kelurahan yang ada, tiga kelurahan diperuntukkan sebagai Lokasi Pembuangan Akhir Sampah seluas 108 ha, yaitu Kelurahan Ciketing Udik, Kelurahan Cikiwul, dan Kelurahan Sumur Batu. Berdasarkan fungsinya Kecamatan Bantar Gebang diperuntukkan bagi jalur industri ringan, Desa Pedurenan, Desa Mustika Jaya dan Desa Mustika Sari diperuntukkan sebagai jalur perumahan dan Desa Sumur Batu untuk area hortikultura. Penggunaaan lahan terbesar di Kecamatan Bantar Gebang adalah lahan pemukiman yang mencapai 77,72%. Banyak lahan pertanian darat dan lahan sawah telah dijadikan lahan perumahan untuk menampung para pendatang karena Kota Bekasi merupakan daerah penyangga bagi provinsi DKI Jakarta. Pesatnya kegiatan pembangunan di wilayah Kecamatan Bantar Gebang merupakan daya tarik tersendiri bagi penduduk daerah lain. Hal ini terutama disebabkan oleh banyaknya perusahaan-perusahaan yang dapat menyerap banyak tenaga kerja. Jumlah penduduk Kecamatan Bantar Gebang pada tahun 1997 adalah 68.255 jiwa dan pada tahun 1998 meningkat menjadi 70.559 jiwa. Jumlah penduduk terbanyak adalah desa Bantar Gebang, Mustika Jaya, dan Pedurenan. Sejak terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997 terjadi peningkatan urbanisasi yang signifikan dan ditandai dengan peningkatan jumlah pendatang yang mendirikan perumahan liar di sekitar TPA. Kondisi lingkungan yang buruk berpengaruh pada kesehatan penduduk khususnya anak-anak yang diperlihatkan dengan penampilan yang tidak sehat. Hal ini diperburuk lagi dengan keikutsertaan
58
anak-anak membantu orang tuanya memilah sampah berupa plastik, botol, kaca, kain, dan benda-benda lain yang memiliki nilai tukar yang cukup berarti. Penyakit yang diderita oleh penduduk di sekitar TPA Sampah Bantar Gebang adalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), penyakit gigi, infeksi kulit, anemia, diare, disentri, pneumonia, dan infeksi telinga. Ditinjau dari mata pencaharian, sebagian besar penduduk di Kecamatan Bantar Gebang pada tahun 1989 bekerja pada sektor pertanian, baik sebagai petani maupun buruh tani. Terjadi pergeseran mata pencaharian dimana 40,36% penduduk Desa Ciketing Udik, Desa Cikiwul, dan Desa Sumur Batu bekerja di sektor pertanian pada tahun 1998 menjadi hanya 16,81% pada tahun 2007. Hal ini terjadi karena perubahan tata guna lahan dimana tanah pertanian diperuntukan menjadi perumahan. 4.1.1
Iklim Temperatur udara rata-rata berkisar antara 24ºC-33ºC sepanjang tahun. Suhu
tertinggi terjadi pada bulan Desember-April. Tekanan udara umumnya sepanjang tahun, yaitu kurang lebih 1.012,5mm dan kelembaban udara bervariasi setiap bulan, yaitu berkisar 70% - 99%. Iklim di daerah ini sama seperti pada umumnya daerah lain di Indonesia yaitu beriklim tropis dengan pergantian musim kemarau dan penghujan, diselingi musim pancaroba. Pada umumnya angin bertiup dari arah utara ke barat, dengan kecepatan normal berkisar antara 0,5 – 1,5 m/det. Data curah hujan rata-rata tiap bulannya di Kecamatan Bantar Gebang dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Curah hujan di Kecamatan Bantar Gebang Bulan
Curah Huja n(mm) J anuari 190 Pebruari 135 Maret 220 April 182 Mei 79 J uni 168 J uli 128 Agust us 118 September 224 Oktober 248 Nopember 300 Desember 199 Sumber: BPS, Kabupaten Bekasi Dalam Angka 2007
59
Jumlah hari hujan berk isar 149 hari dalam satu tahun. Hujan dalam satu tahun rata-rata 2.230 mm bervariasi antara 79–300 mm tiap bulannya, dengan pola hujan sebagai berikut : musim kering: Juni–September; musim normal: Oktober, November, April dan Mei; dan musim basah: Desember, Januari, Pebruari dan Maret. 4.1.2
Geologi dan Topografi Struktur geologi Kecamatan Bantar Gebang dan sekitarnya sebagian besar
didominasi oleh satuan batuan Aluvium dan satuan batuan Tufa berumur kuarter. Lapisan batuan yang umurnya lebih tua menutupi kedua batuan di atas. Aluvium yang menutupi Bantar Gebang dan sekitarnya adalah aluvium sungai dan pantai. Aluvium sungai umumnya terdapat di lembah-lembah sungai, batuannya berupa: pasir, kerikil, lanau dan lempung. Aluvium sungai penyebarannya cukup luas dan umumnya dipakai sebagai daerah persawahan. Sebagian besar wilayah Bantar Gebang ditutupi oleh batuan Tufa terutama dari lapisan pasir dan lempung tipis. Lapisan batuan ini dikenal dengan sebutan kipas aluvium Jakarta–Bogor, tebalnya berkisar 10-30 meter. Sebagian alas dari batu-batuan di atas adalah batuan yang bersifat lempungan, batuan ini berumur tersier dan umumnya bersifat kedap air dengan penyebaran paling luas di sebelah selatan. 4.1.3
Topografi Kecamatan Bantar Gebang konsistensi terletak pada daerah yang relatif
datar, secara umum tanahnya melandai dari selatan ke utara. Sungai mengalir sebagian besar dari arah selatan ke utara, kemiringan tanah di sebelah utara jalan regional berkisar antara 0% - 25% dan dibagian Selatan 0% - 2%. Lahan TPA Sampah Bantar Gebang yang digunakan, dahulu sebagian besar merupakan area bekas galian yang sekarang sudah berupa tanah gundul. Secara umum dapat dikatakan bahwa ketinggian muka tanah di wilayah Kecamatan Bantar Gebang berkisar antara 8 – 24 meter dari permukaan laut dan memiliki relief yang datar.
60
4.2 Kualitas Air 4.2.1. Kualitas Air Lindi di Instalasi Pengolahan Air Sampah (IPAS) TPA Sampah Bantar Gebang Kualitas Air Lindi di Instalasi Pengolahan Air Sampah (IPAS) TPA Sampah Bantar Gebang Berdasarkan data dari Dinas Kebersihan DKI Jakarta, beberapa parameter sudah melebihi baku mutu yang sudah ditetapkan, yaitu: zat padat terlarut, ammonia, besi (total), BOD dan COD. Efisiensi IPAS untuk menurunkan parameter zat padat terlarut, ammonia, BOD dan COD, masing-masing 73,77%, 48,39%, 87,48% dan 79,23%. Pada tahun 2007 efisiensi IPAS 2 cukup baik, dimana hanya parameter sulfida yang melebihi baku mutu yang telah ditetapkan dengan efisiensi 94,42%, namun pada tahun 2008 terjadi penurunan kinerja dimana parameter amonia dan COD melebihi baku mutu.Pada tahun 2007 efisiensi IPAS 3 cukup baik, dimana parameter COD yang melebihi baku mutu yang telah ditetapkan dengan efisiensi 94,24%, namun pada tahun 2008 terjadi penurunan kinerja dimana parameter amonia dan COD melebihi baku mutu.Parameter pencemar yang masih melebihi baku mutu adalah zat padat terlarut (TDS), Amonia (NH3), merkuri, Nitrat, COD dan BOD. 4.2.2. Kualitas Air Sungai Ciketing Lokasi sampel air sungai dilakukan di Sungai Ciketing. Titik hulu diambil di dekat gerbang masuk TPA Sampah Bantar Gebang dan titik hilir diambil dekat IPAS 1. Baku mutu yang digunakan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air, Baku Mutu Golongan B (untuk bahan baku air minum) dan C (untuk peternakan, perikanan dan pertanian). Air Sungai Ciketing pada lokasi sebelah hilir kawasan mengalami penambahan beban pencemaran dari TPA Sampah Bantar Gebang. Penambahan beban pencemaran tersebut berupa bahan organik (BOD dan COD), nitrogen (amoniak), padatan terlarut (TSS) dan sebagian logam (mangan dan sulfida) mempunyai kecenderungan makin meningkat melebihi baku mutu. Kualitas air sungai pada titik hulu dan hilir Sungai Ciketing tersebut dapat dilihat pada Tabel 8 dan Tabel 9.
61
Tabel 8. Hasil pengukuran kualitas air Sungai Ciketing pada titik hulu TPA Sampah Bantar Gebang tahun 2004 - 2008 No.
Parameter
Tahun
Baku Mutu
1989
2004
2005
2006
2007
2008
mg/l
200
50
295
85
42
420
265
-
5-9
6,8
7,2
6,9
7,6
6,8
6,8
Satuan
1
Zat Padat Tersuspensi (TSS)
2
pH
3
Phosfat (PO4)
mg/l
5-9
0,11
1,14
0,18
2,06
0,56
0,62
4
Merkuri (Hg)
mg/l
0,001
0
0,001
0,001
0,001
*
*
5
Mangan (Mn)
mg/l
0,5
0,41
0,65
0,86
0,71
8,92
0,81
6
Ammonia (NH3)
mg/l
0,02
0,26
0
0,28
0
9,23
8,88
7
Sulfida (H2S)
mg/l
0,002
0
0
0,21
0
5,79
1,86
8
Minyak dan Lemak
mg/l
1
0
0,16
*
0,05
0,67
1,18
9
BOD5
mg/l
30
5
19,6
10,4
24,6
218
82,8
10
Organik (KMnO4)
mg/l
0,2
6,88
28,72
18,26
47,07
555,56
131,02
11
COD
mg/l
50
7,87
44,34
23,64
87,55
227,36
274,51
Sumber : Dinas Kebersihan DKI Jakarta *= Tidak ada data
Tabel 9. Hasil pengukuran kualitas air Sungai Ciketing pada titik hilir TPA Sampah Bantar Gebang tahun 2004 - 2008 No.
Parameter
Tahun
Baku Mutu
1989
2004
2005
2006
2007
2008
mg/l
200
45
1036
97
508
1154
1152
-
5-9
6,8
7,6
7,6
8
7,8
7,2
Satuan
1
Zat Padat Tersuspensi (TSS)
2
pH
3
Phosfat (PO4)
mg/l
5-9
0,154
2,5
0,38
4,69
2,88
0,79
4
Merkuri (Hg)
mg/l
0,001
0
*
*
*
*
*
5
Mangan (Mn)
mg/l
0,5
0,41
2,31
1,24
0,86
20,19
0,74
6
Ammonia (NH3)
mg/l
0,02
0,31
0
11,6
0
106
70,5
7
Sulfida (H2S)
mg/l
0,002
0
0
0,27
0
10,99
7,32
8
Minyak dan Lemak
mg/l
1
0
0,93
*
*
3,74
1,33
9
BOD5
mg/l
30
5
570
86,6
551,1
298,8
417,6
10
Organik (KMnO4)
mg/l
0,2
7,04
636,98
104,61
982
1370,37
590,38
11
COD
mg/l
50
7,87
1285,71
145,83
1543,86
1010,44
1450,98
Sumber : Dinas Kebersihan DKI Jakarta *= Tidak ada data
62
4.2.3. Kualitas Air Sumur Di Sekitar TPA Sampah Bantar Gebang Data hasil pengukuran air sumur di sekitar TPA Sampah Bantar Gebang untuk parameter fisika menunjukkan ada kecenderungan peningkatan zat padat terlarut (TDS) menunjukkan adanya bahan organik yang larut setelah mengalami proses pembusukan walaupun masih di bawah baku mutu dan parameter Total Hardness (kesadahan total) yang melebihi baku mutu mengakibatkan kesulitan dalam mencuci karena air sabun menjadi tidak mengeluarkan busa karena air sadah, walaupun ada kecenderungan angkanya makin menurun. Kualitas air sumur untuk parameter fisika dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Hasil pengukuran kualitas air sumur di lokasi TPA Sampah Bantar Gebang untuk parameter fisika tahun 2004 sampai 2008 No.
Parameter
Tahun
Maxi -mum
1989
2004
2005
2006
2007
2008
mg/l
1000
75
92,3
87,1
83,2
93,9
106,8
Skala NTU
5
3,5
2
2
8
1
2
Satuan
1
Zat Padat terlarut
2
Kekeruhan
3
Total Hardness
mg/l
500
30
234
53
0
34,58
9,1
1
Zat Padat Terlarut
mg/l
1000
-
129,5
560,5
331
690
724
2
Kekeruhan
Skala NTU
5
-
1
5
63
1
2
3
Total Hardness
mg/l
500
-
352
424
0
527,8
564,2
1
Zat Padat Terlarut
mg/l
1000
-
91,2
83,8
50,6
67,8
97,9
2
Kekeruhan
Skala NTU
5
-
2
3
10
2
2
3
Total Hardness
mg/l
500
-
216
40
0
61,88
109,2
1
Zat Padat Terlarut
mg/l
1000
-
267
333
308
404
432
2
Kekeruhan
Skala NTU
5
-
2
4
3
3
10
3
Total Hardness
mg/l
500
-
232
187
0
45,5
227,5
1
Zat Padat Terlarut
mg/l
1000
-
256
230
250
282
267
2
Kekeruhan
Skala NTU
5
-
2
2
2
1
2
3
Total Hardness
mg/l
500
-
339
182
0
200,2
182
Utara
Selatan
Barat
Timur
Sumber : Dinas Kebersihan DKI Jakarta - = Tidak ada data
63
Hasil pengukuran kualitas air sumur di lokasi TPA Sampah Bantar Gebang untuk parameter kimia pada umumnya masih memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan
dalam
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
Nomor
907/MENKES/SK/VII/2002 Tanggal 29 Juli 2002 tentang Syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum kecuali kualitas air di Utara TPA Sampah Bantar Gebang pada Tahun 2006 kadar besi (Fe) sebesar 1,51 mg/l melebihi baku mutu 0,3 mg/l dan zat organik (KMnO4) dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Utara TPA Sampah Bantar Gebang untuk parameter kimia tahun 2004 sampai 2008 Tahun 2004 * 2,96 * 0,05 * *
2005 * 3,69 * 0,15 * *
2006
mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l
Maxi -mum 1,5 50 3 0,07 0,3 0,05
0,31 0,3 * 0,05 1,51 *
2007 * * 0,01 0,07 * *
2008 * 2,47 0,01 0,2 * *
mg/l mg/l
250 10
1,34 0,37
1,59 4,63
* 13,75
0,83 2
3,03 2,22
No.
Parameter
Satuan
1 2 3 4 5 6
Flourida (F) Nitrat (NO3) Nitrit (NO2) Senyawa Aktif Biru Methilen Besi (Fe) Timah Hitam (Pb)
7 8
Sulfat (SO4) Organik (KMnO4)
Sumber : Dinas Kebersihan DKI Jakarta *= Tidak ada data
Hasil pengukuran kualitas air sumur di Selatan, Barat dan Timur TPA Sampah Bantar Gebang untuk parameter kimia tahun 2004 sampai 2008 masih memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 Tanggal 29 Juli 2002 tentang Syaratsyarat dan pengawasan kualitas air minum dapat dilihat pada Tabel 12, Tabel 13 dan Tabel 14. Berdasarkan hasil analisa laboratorium untuk parameter mikrobiologi, menunjukan adanya pencemaran coliform dan E. coli. Hal ini disebabkan perilaku dan budaya masyarakat sekitar TPA dimana masyarakat membuang air besar (BAB) pada fasilitas toilet yang tidak memenuhi syarat kesehatan yaitu berupa jamban dengan cubluk tanpa sistem pengolahan air limbah. Hal ini mengakibatkan terjadinya pencemaran air tanah oleh tinja yang mengandung fecal coli.
64
Tabel 12. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Selatan TPA Sampah Bantar Gebang untuk parameter kimia tahun 2004 sampai 2008 No.
Parameter
Satuan
1
Flourida (F)
mg/l
Maxi -mum 1,5
2 3 4
Nitrat (NO3) Nitrit (NO2) Senyawa Aktif Biru Methilen Besi (Fe) Timah Hitam (Pb) Sulfat (SO4) Organik (KMnO4)
mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l
50 3 0,07 0,3 0,05 250 10
5 6 7 8
2004 *
2005 *
3,92 * 0,06 * * 2,74 0,16
3,04 * 0,09 * * 2,74 1,75
Tahun 2006 *
2007 *
2008 *
3,81 * * 0,17 * 0,86 3,72
0,76 * 0,04 0,12 * 0,45 0,8
0,49 * 0,19 * * 1,2 0,89
Sumber : Dinas Kebersihan DKI Jakarta *= Tidak ada data
Tabel 13. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Barat TPA Sampah Bantar Gebang untuk parameter kimia tahun 2004 sampai 2008
1
Flourida (F)
mg/l
Maxi -mum 1,5
2 3 4
Nitrat (NO3) Nitrit (NO2) Senyawa Aktif Biru Methilen Besi (Fe) Timah Hitam (Pb) Sulfat (SO4) Organik (KMnO4)
mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l
50 3 0,07 0,3 0,05 250 10
No.
5 6 7 8
Parameter
Satuan
2004 0,13
Tahun 2005 2006 2007 * * 0,39
3,67 0,01 0,39 * * 18,07 2,8
4,21 6,71 1,38 2,8 * 0,02 0,15 0,04 0,25 0,26 0,39 0,2 * 0,17 0,01 * * * * * 31,61 23,13 34,24 76,58 4,73 6,07 7,91 8,08
2008 *
Sumber : Dinas Kebersihan DKI Jakarta *= Tidak ada data
Tabel 14. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Timur TPA Sampah Bantar Gebang untuk parameter kimia tahun 2004 sampai 2008 No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Parameter Flourida (F) Nitrat (NO3) Nitrit (NO2) Senyawa Aktif Biru Methilen Besi (Fe) Timah Hitam (Pb) Sulfat (SO4) Organik (KMnO4)
Sumber : Dinas Kebersihan DKI Jakarta *= Tidak ada data
Satuan mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l
Maxi -mum 1,5 50 3 0,07 0,3 0,05 250 10
2004 0,31 2,96 * 0,04 * * * 0,49
Tahun 2005 2006 * * 2,91 5,07 * * 0,09 * * 0,09 * * 1,93 0,52 1,6 1,78
2007 0,04 0,79 * 0,05 0,44 * 0,37 0,39
2008 0,17 3,31 * 0,2 * * 1,28 1,02
65
Banyaknya TPA liar yang berada disekitar lokasi TPA juga menambah buruknya kondisi sanitasi lingkungan di sekitar TPA Sampah Bantar Gebang. Disamping itu, pada umumnya jarak jamban dengan sumur penduduk terlalu berdekatan serta kondisi drainase yang buruk. Hasil pengukuran kualitas air sumur di lokasi sekitar TPA Sampah Bantar Gebang untuk parameter biologi dapat dilihat pada Tabel 15 dan Tabel 16. Tabel 15. Hasil pengukuran kualitas air sumur di lokasi sekitar TPA Sampah Bantar Gebang untuk parameter biologi (Coliform) tahun 2004 sampai 2008 (dalam MPN/100ml) No.
Lokasi
Maxi -mum
Tahun 2004
Tahun 2005
Tahun 2006
Tahun 2007
Tahun 2008
1
Kantor TPA
0
240,1
1700
50
< 1,8
79
2
Utara TPA
0
900,1
2400
4
490
790
3
Selatan TPA
0
900
70
50
11000
13000
4
Barat TPA
0
300,1
11000
5000
1300
170000
5
Timur TPA
0
1600
2400
2
< 1,8
< 1,8
Sumber: Dinas Kebersihan DKI Jakarta
Table 16. Hasil pengukuran kualitas air sumur di lokasi sekitar TPA Sampah Bantar Gebang untuk parameter biologi (E Coli) tahun 2004 sampai 2008 (dalam MPN/100ml) No.
Lokasi
Maxi -mum
Tahun 2004
Tahun 2005
Tahun 2006
Tahun 2007
Tahun 2008
1
Kantor TPA
0
30
1700
50
< 1,8
79
2
Utara TPA
0
240
1300
<2
49
22
3
Selatan TPA
0
70
70
11
7000
7900
4
Barat TPA
0
300,1
3000
5000
240
170000
5
Timur TPA
0
1600
1300
2
< 1,8
< 1,8
Sumber: Dinas Kebersihan DKI Jakarta
4.3.
Kualitas Udara dan Kebisingan Di Sekitar TPA Sampah Bantar Gebang Pemantauan kualitas udara dilakukan di dalam lokasi TPA dan di luar TPA.
Hasil pemantauan menunjukkan kualitas udara ambien cukup baik kecuali pada Tahun 2007 total partikel tersuspensi melebihi baku mutu yaitu sebesar 267 μg/NM³
di dalam lokasi di TPA Sampah Bantar Gebang (IPAS 4) dan di Cikiwul
Tahun 2007 sebesar 267 μg/NM³ dan Tahun 2008 sebesar sebesar 267 μg/NM³ yang
66
diakibatkan padatnya aktifitas pengangkutan sampah. Hasil pengukuran kualitas udara disekitar TPA Sampah Bantar Gebang dapat dilihat pada Tabel 17 sampai Tabel 20. Tabel 17. Hasil pengukuran kualitas udara di dalam lokasi di TPA Sampah Bantar Gebang (IPAS 4) tahun 2005 - 2008 No.
Parameter
Satuan
Maxi -mum
1989
2005
2006
2007
2008
1
Nitrogen Dioksida (NO2)
μg/NM³
400
0
44,2
117,9
33,9
16,3
2
Sulfur Dioksida (SO2)
μg/NM³
900
*
9
9
1
10
3
Hidrogen Sulfida (H2S)
μg/NM³
14000
0
0,071
0,022
0,005
0,002
4
Ammonia (NH3)
μg/NM³
17000
0,0013
0,219
2,042
0,415
2,185
5
Karbon Monoksida (CO)
μg/NM³
30000
0
271,3
1357
1583
456
6
Total Partikel Tersuspensi (TSP)
μg/NM³
230
31,54
15,1
230
267
176
Sumber : Dinas Kebersihan DKI Jakarta *= Tidak ada data
Tabel 18. Hasil pengukuran kualitas udara di Sumur Batu tahun 2005 - 2008 No.
Parameter
Satuan
Maxi -mum
2005
2006
2007
2008
1
Nitrogen Dioksida (NO2)
μg/NM³
400
6,9
54,8
9,3
15,4
2
Sulfur Dioksida (SO2)
μg/NM³
900
5
8
3
20
3
Hidrogen Sulfida (H2S)
μg/NM³
14000
0,452
0,016
0,002
0,005
4
Ammonia (NH3)
μg/NM³
17000
0,311
0,665
0,208
0,767
5
Karbon Monoksida (CO) Total Partikel Tersuspensi (TSP)
μg/NM³
30000
904
452
1470
342
μg/NM³
230
90
141
67
181
6
Sumber : Dinas Kebersihan DKI Jakarta
Tabel 19. Hasil pengukuran kualitas udara di Cikiwul tahun 2005 - 2008 No.
Parameter
Satuan
Maxi -mum
1989
2005
2006
2007
2008
1
Nitrogen Dioksida (NO2)
μg/NM³
400
0
38,2
9,4
35,5
11,7
2
Sulfur Dioksida (SO2)
μg/NM³
900
0,007
8
9
1
12
3
Hidrogen Sulfida (H2S)
μg/NM³
14000
0
0,648
0,018
0,01
0,003
4
Ammonia (NH3)
μg/NM³
17000
0,0011
0,961
6,547 0,368
0,045
5
Karbon Monoksida (CO) Total Partikel Tersuspensi (TSP)
μg/NM³
30000
0
1243
339
1470
456
μg/NM³
230
47,87
161
186
405
233
6
Sumber : Dinas Kebersihan DKI Jakarta
67
Tabel 20. Hasil pengukuran kualitas udara di Ciketing Udik tahun 2005 - 2008 No.
Parameter
Satuan
Maxi -mum
2005
2006
2007
2008
1
Nitrogen Dioksida (NO2)
μg/NM³
400
6
12
4
16
2
Sulfur Dioksida (SO2)
μg/NM³
900
0,628
0,012
0,012
0,004
3
Hidrogen Sulfida (H2S)
μg/NM³
14000
*
1,547
0,076
0,752
4
Ammonia (NH3)
μg/NM³
17000
791
904
1243
342
5
Karbon Monoksida (CO) Total Partikel Tersuspensi (TSP)
μg/NM³
30000
108
193
286
145
μg/NM³
230
0
0
0
0
6
Sumber : Dinas Kebersihan DKI Jakarta
Berdasarkan pengukuran Dinas Kebersihan DKI Jakarta, tingkat kebisingan di beberapa lokasi melebihi nilai baku mutu yaitu di depan Kantor TPA Sampah Bantar Gebang, Belakang TPA Sumur Batu dan pertigaan TPA Sampah Bantar Gebang serta Jalan Raya Narogong. Hasil pengukuran tingkat kebisingan disekitar TPA Sampah Bantar Gebang dapat dilihat pada Tabel 21 dan Tabel 22. Tabel 21. Hasil pengukuran kualitas kebisingan di dalam lokasi TPA Sampah Bantar Gebang tahun 2005 - 2008 (dalam dBA) No.
Lokasi
1
Kantor
2005 60
2006 62,2
2007 -
2008 -
2
Timbangan
71,8
74,8
-
-
3
IPAS 4
-
-
73,9
68,9
Sumber : Dinas Kebersihan DKI Jakarta
Tabel 22. Hasil pengukuran kualitas kebisingan di luar lokasi TPA Sampah Bantar Gebang tahun 2005 - 2008 (dalam dBA) No.
Lokasi
2005
2006
2007
2008
1
Jl. Narogong
75,3
71,4
-
-
2
Sumur Batu
59,4
53,3
53,6
58,4
3
Pedurenan
-
-
57,9
63
Sumber : Dinas Kebersihan DKI Jakarta
V.
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar TPA Hasil survai sosial ekonomi masyarakat dapat memberikan gambaran karakteristik sosial, ekonomi dan demografi masyarakat di sekitar TPA Sampah Bantar Gebang pada waktu penelitian dilakukan. Data persepsi masyarakat ini sangat berguna untuk mengetahui penilaian masyarakat terhadap kualitas lingkungannya. 5.1.1. Responden Masyarakat Jumlah responden masyarakat sebanyak 80 orang dengan tingkat usia, tingkat pendidikan, lama tinggal, pekerjaan utama dan pekerjaan sambilan, tanggapan responden mengenai jalan lingkungan, jalan masuk, gangguan lingkungan dan jenis gangguan lingkungan dapat dilihat dalam uraian berikut. Responden masyarakat sebesar 80% berusia 21 sampai 50 tahun, yang merupakan usia produktif. Responden masyarakat didominasi usia 21 sampai 30 tahun sebesar 40%. Data responden masyarakat berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Tingkat usia responden masyarakat No 1 2 3 4 5
Umur masyarakat (tahun) < 21 21 - 30 31 - 40 41 - 50 > 50 Jumlah
Prosentase (%) 11,25 40 23,75 16,25 8,75 100
Tingkat pendidikan responden masyarakat sebesar 68,75% berpendidikan sekolah dasar. Responden masyarakat didominasi tingkat pendidikan tamat Sekolah Dasar sebesar 52,50%. Rincian responden berdasarkan tingkat pendidikan dan lama tinggal dapat dilihat pada Tabel 24.
70
Tabel 24. Aspek sosial tingkat pendidikan dan lama tinggal responden masyarakat No 1 2 3 4 1 2 3 4
Pendidikan dan lama tinggal Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Jumlah 1-3 tahun 4-7 tahun 8-11 tahun > 11 tahun Jumlah
Prosentase (%) 16,25 52,5 18,75 12,5 100 8,75 6,25 1,25 83,75 100
Tabel 25. Aspek ekonomi pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan responden masyarakat No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7
Pekerjaan utama Buruh Karyawan Pemulung Pemilik lapak Ibu rumah tangga Petani Pedagang Sopir/tukang ojek Tidak menjawab Jumlah Petani Pedagang Sopir/tukang ojek Buruh Karyawan Pemulung Tidak ada Jumlah
Prosentase (%) 23,75 18,75 5 2,5 2,5 13,75 21,25 6,25 6,25 100 2,5 3,75 2,5 2,5 6,25 5 77,5 100
Tabel 26. Tanggapan responden masyarakat mengenai jalan lingkungan No 1 2 3 4
Kondisi jalan lingkungan Agak baik Baik Sangat Jelek Jelek Jumlah
Prosentase (%) 53,75 12,5 5 28,75 100
71
Tabel 27. Tanggapan responden masyarakat mengenai jalan masuk No 1 2 3 4
Kondisi jalan masuk TPA Baik Sangat Jelek Jelek Agak baik Jumlah
Prosentase (%) 21,25 5 17,5 56,25 100
Tabel 28. Tanggapan responden masyarakat mengenai gangguan lingkungan No 1 2 3 4
Gangguan lingkungan Sedikit terganggu Tidak terganggu Sangat terganggu Cukup terganggu Jumlah
Prosentase (%) 25 17,5 16,25 41,25 100
Memperhatikan tanggapan masyarakat terhadap keberadaan TPA Sampah Bantar Gebang kebanyakan (82.5%) menyatakan terganggu, umumnya (75%) gangguan yang dirasakan adalah masalah bau. Keberadaan TPA Sampah Bantar Gebang cukup mengganggu masyarakat. Prosentase data responden masyarakat mengenai jenis ganggguan lingkungan dapat dilihat pada Tabel 29. Tabel 29. Tanggapan responden masyarakat mengenai jenis gangguan lingkungan No 1 2 3 4 5 6 7
Jenis gangguan lingkungan Bau menyengat Rawan keamanan Kumuh/kotor Sumur tercemar & bau menyengat Sumur tercemar & bau menyengat, kumuh/kotor Bau menyengat & kumuh/kotor Sumur tercemar Jumlah
Prosentase (%) 68,75 2,5 3,75 6,25 10 6,25 2,5 100
Secara umum kondisi sosial responden masyarakat berusia produktif, telah bertempat tinggal lama di dekat TPA sebagian besar tinggal diatas 10 tahun, berpendidikan rendah, keberadaan TPA Sampah Bantar Gebang cukup mengganggu masyarakat terutama bau sampah. Pekerjaan responden masyarakat sekitar separuhnya adalah pekerja sebagai buruh dan karyawan. Sebagian responden masyarakat masih ada yang bekerja sebagai petani sekitar 13% dan
72
sebagai pemulung 5%. Tanggapan responden masyarakat mengenai kondisi jalan lingkungan dan jalan akses TPA cukup baik. 5.1.2. Responden Pemulung Jumlah responden pemulung dari segi usia 36,51% dalam usia produktif 21 sampai 30 tahun dan 23,81% dalam usia 31 sampai 40 tahun. Separuh pemulung berusia muda dibawah 30 tahun dan sekitar 74% berusia dibawah 40 tahun. Hal ini menunjukkan pekerjaan pemulung pekerjaan berat dapat dilihat pada Tabel 30. Tabel 30. Tingkat usia responden pemulung No 1 2 3 4 5
Usia pemulung (th) < 21 21 - 30 31 - 40 41 - 50 > 50 Jumlah
Prosentase (%) 14,29 36,51 23,81 12,7 12,7 100
Tingkat pendidikan pemulung sebanyak 63 orang dengan latar pendidikan tidak tamat SD mencapai 52,38% dan 40% hanya tamat SD. Pendidikan pemulung sebagian besar 93,65% rendah yaitu hanya sampai sekolah dasar yang dapat dilihat pada Tabel 31. Tabel 31. Tingkat pendidikan responden pemulung No
Pendidikan
Prosentase (%)
1
Tidak tamat SD
52,38
2
Tamat SD
41,27
3
Tamat SLTP
4,76
4
Tamat SLTA
1,59 Jumlah
100
Kebanyakan pemulung merupakan pendatang yang berasal dari daerah lain, 44,44% baru menetap 1 sampai 3 tahun di kawasan Bantar Gebang dan 30,16% sudah menetap selama 4 sampai 7 tahun. Sedangkan yang menetap lebih dari 8 tahun sekitar 25,40%. Hal tersebut menunjukkan pekerjaan pemulung merupakan
73
pekerjaan bersifat jangka menengah dimana sekitar 74 % menjalani profesi selama 1 – 7 tahun lihat Tabel 32. Tabel 32. Lama tinggal responden pemulung No 1 2 3 4
Lama Bermukim 1-3 tahun 4-7 tahun 8-11 tahun > 11 tahun Jumlah
Prosentase (%) 44.44 30.16 12.7 12.7 100
Penghasilan rata-rata pemulung antara Rp 500.000 sampai dengan Rp 1.000.000 rupiah perbulan diperoleh oleh 55,56% responden pemulung. Sedangkan penghasilan rata-rata pemulung diatas 1.000.000 rupiah per bulan diperoleh oleh 34,93% responden pemulung. Besaran penghasilan tersebut masih cukup layak untuk mencukupi kebutuhan hidup pemulung secara sederhana, gambaran tingkatan penghasilan dapat dilihat pada Tabel 33. Tabel 33. Tingkat penghasilan/pendapatan per bulan sebagai pemulung No 1 2 3 4 5
Penghasilan < 0,5juta 0,5 - 1 juta 2 - 2.5 juta 1 - 1.5 juta 1.5 - 2 juta Jumlah
Prosentase (%) 9.52 55.56 1.59 31.75 1.59 100.00
Sebagian besar responden (93,65%) mengandalkan penghasilan dari pengumpulan sampah sebagai pekerjaan utama dan tidak mempunyai pekerjaan sampingan/sambilan lainnya. Hal menunjukkan kegiatan daur ulang sampah merupakan pekerjaan utama pemulung, dapat dilihat pada Tabel 34. Tabel 34. Pekerjaan sambilan/sampingan responden pemulung No 1 2 3 4
Pekerjaan sambilan Petani Pedagang Buruh Tidak ada Jumlah
Prosentase (%) 1.8 1.8 1.8 94.65 100
Sekitar 69% responden pemulung berpendapat bahwa jalan lingkungan sekitar TPA dalam kondisi agak baik atau baik, dan 19,05% responden beranggapan kondisi jalan jelek atau sangat jelek, dapat dilihat pada Tabel 35.
74
Tabel 35. Tanggapan responden pemulung mengenai jalan lingkungan sekitar TPA No 1 2 3 4 5
Kondisi jalan lingkungan Agak baik Baik Sangat Jelek Jelek Tidak Jawab Jumlah
Prosentase (%) 47,62 22,22 1,59 19,05 9,52 100
Tanggapan responden pemulung terhadap kondisi jalan masuk ke TPA sebanyak 34,92% menyatakan baik dan 41,27% agak baik serta sekitar 9,52% kondisi jalan masuk adalah dalam keadaan jelek. Mereka berarti berpandangan jalan masuk TPA sampah sebagian besar berpendapat positif lihat Tabel 36. Tabel 36. Tanggapan responden pemulung mengenai jalan masuk ke TPA No 1 2 3 4
Kondisi jalan masuk TPA Baik Sangat Jelek Jelek Agak baik Jumlah
Prosentase (%) 34,92 14,29 9,52 41,27 100
Hanya 17,46% responden yang menyatakan tidak ada gangguan lingkungan akibat TPA, selebihnya merasa terganggu, dapat dilihat pada Tabel 45. Dimana 52,38% responden merasakan bau yang busuk, 6,35% merasa lingkungan kumuh/kotor, 11,11% sumur tercemar dan 1,59% rawan keamanan. Hal tersebut menunjukkan lingkungan sekitarnya bagi sebagian besar pemulung tidak nyaman seperti yang terlihat pada Tabel 37 dan Tabel 38. Tabel 37. Tanggapan responden pemulung mengenai gangguan lingkungan No 1 2 3 4 5
Gangguan lingkungan Sedikit terganggu Tidak terganggu Sangat terganggu Cukup terganggu Tidak jawab Jumlah
Prosentase (%) 4,76 17,46 3,17 69,84 4,76 100
75
Tabel 38. Tanggapan responden pemulung mengenai jenis gangguan lingkungan No 1 2 3 4 5
Jenis gangguan lingkungan Bau menyengat & kumuh/kotor Bau menyengat & kumuh/kotor & rawan keamanan Kumuh/kotor Sumur tercemar & kumuh/kotor Sumur tercemar & bau menyengat, kumuh/kotor Sumur tercemar, Bau menyengat & kumuh/kotor & rawan keamanan Bau menyengat Tidak jawab Jumlah
6 7 8
Prosentase (%) 6,35 3,17 9,52 1,59 11,11 1,59 52,38 14,29 100,00
Secara umum kondisi sosial responden pemulung berusia produktif, dimana sekitar 70% berusia dibawah 40 tahun, berpendidikan rendah yaitu 90% pendidikan sekolah dasar, sekitar 44% bekerja sebagai pemulung di bawah 3 tahun. Hampir seluruh responden pemulung (93,65%) mengandalkan penghasilan dari pengumpulan sampah sebagai pekerjaan utama dan tidak mempunyai pekerjaan sampingan/sambilan lainnya. Penghasilan responden pemulung sebagian besar 86% antara Rp 500.000,- sampai Rp 1.500.000,- masih cukup layak untuk mencukupi kebutuhan hidup pemulung secara sederhana Tanggapan terhadap kondisi lingkungan menurut responden keberadaan TPA Sampah Bantar Gebang cukup mengganggu pemulung terutama bau sampah. Tanggapan responden mengenai kondisi jalan lingkungan dan jalan akses TPA baik. 5.1.3. Responden Pemilik Lapak Jumlah responden pemilik lapak sebanyak 20 orang dengan usia responden yang berusia lebih dari 50 tahun mencapai 20%, antara 41 sampai 50 tahun mencapai 30% responden, 30% responden berumur 31 sampai 40 tahun dan 20% responden berumur 21 sampai 30 tahun, berarti 80% usia produktif lihat Tabel 39. Tabel 39. Tingkat usia responden pemilik lapak No 1 2 3 4
Usia pemilik lapak (th) 21 - 30 31 - 40 41 - 50 > 50 Jumlah
Prosentase (%) 20 30 30 20 100
76
Tingkat pendidikan responden cukup rendah terdiri dari 10% tamat SLTA, 15% tamat SLTP, 55 % tamat dan tidak tamat SD, lihat pada Tabel 40. Tabel 40. Tingkat pendidikan responden pemilik lapak No 1 2 3 4 5 6 7
Pendidikan Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tidak tamat SLTP Tamat SLTA Tidak tamat SLTA Tidak jawab Jumlah
Prosentase (%) 15 40 15 10 10 5 5 100
Responden pemilik lapak rata-rata yang sudah lama menetap di sekitar TPA sampah yaitu lama menetap lebih dari 8 tahun mencapai 80%, sedangkan yang kurang dari 8 tahun mencapai 20%, dapat di lihat pada Tabel 41. Tabel 41. Lama menetap/berusaha responden pemilik lapak No 1 2 3 4
Lama Bermukim 1-3 tahun 4-7 tahun 8-11 tahun > 11 tahun Jumlah
Prosentase (%) 15 5 25 55 100
Penghasilan rata-rata pemilik lapak antara Rp 500.000 sampai dengan Rp 1.000.000 rupiah perbulan diperoleh oleh 25% responden pemilik lapak. Sedangkan penghasilan rata-rata pemilik lapak diatas Rp 3.000.000 rupiah perbulan diperoleh oleh 5% responden pemilik lapak. Selain itu 20% responden berpenghasilan antara Rp 1.000.000 sampai dengan Rp 2.000.000, 5% responden berpenghasilan antara Rp 2.000.000 sampai dengan Rp 2.500.000, dan 20% responden berpenghasilan antara Rp 2.500.000 sampai dengan Rp 3.000.000. Ini menunjukkan bahwa 80% responden pemilik lapak mempunyai penghasilan lebih dari Rp 1.000.000 perbulan dari hasil usaha lapaknya dapat dilihat pada Tabel 42.
77
Tabel 42. Tingkat penghasilan/pendapatan per bulan sebagai pemilik lapak No 1 2 3 4 5 6 7
Penghasilan (Rp/bulan) < 500 ribu 500 - 1 juta 1 - 1.5 juta 1.5 - 2 juta 2 - 2.5 juta 2.5 - 3 juta > 3 juta Jumlah
Prosentase (%) 5 25 20 20 5 20 5 100
Dari hasil analisa data lapangan dan wawancara dengan responden pemilik lapak, tanggapan mengenai kondisi sarana dan prasarana jalan lingkungan di lokasi TPA, 55% responden memberikan tanggapan yang baik atau agak baik mengenai kondisi sarana dan prasarana jalan lingkungan di lokasi TPA dan 35% responden memberikan tanggapan agak baik mengenai kondisi sarana dan prasarana jalan masuk ke lokasi TPA. Tanggapan responden pemilik lapak mengenai kondisi sarana dan prasarana jalan dapat dilihat pada Tabel 43. Tabel 43. Tanggapan responden pemilik lapak mengenai kondisi sarana dan prasarana jalan lingkungan ke lokasi TPA No 1 2 3 4 5
Kondisi jalan lingkungan Agak baik Baik Jelek Sangat Jelek Tidak Jawab Jumlah
Prosentase (%) 35 20 25 5 15 100
Masalah lingkungan mendapat perhatian dari responden pemilik lapak, sebanyak 42,11% merasakan adanya gangguan lingkungan dengan adanya TPA Sampah Bantar Gebang, namun sebagian besar 57,89 % merasa tidak terganggu karena merupakan tempat responden mencari nafkah dapat dilihat pada Tabel 44. Tabel 44. Tanggapan responden pemilik lapak mengenai adanya gangguan lingkungan dengan adanya TPA Sampah Bantar Gebang No 1 2 3 4
Gangguan lingkungan Tidak terganggu Sedikit terganggu Cukup terganggu Sangat terganggu Jumlah
Prosentase (%) 57,89 26,32 10,53 5,26 100
78
Adanya bau yang busuk dirasakan oleh 64,29% responden. Sebagian besar pemilik lapak menyadari lingkungan kerjanya tidak nyaman. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 45. Tabel 45. Tanggapan responden pemilik lapak mengenai jenis gangguan lingkungan dengan adanya TPA Sampah Bantar Gebang. No 1 2 3 4
Jenis gangguan lingkungan Bau menyengat Rawan keamanan Kumuh/kotor Sumur tercemar Jumlah
Prosentase (%) 64,29 7,14 7,14 21,43 100
Secara umum kondisi sosial responden pemilik lapak 80% berusia produktif, dimana sekitar 70% berusia di atas 30 tahun, yang berpendidikan rendah yaitu pendidikan sekolah dasar sekitar 37%, dan sekitar 80% bekerja sebagai pemilik lapak di atas 8 tahun. Responden pemilik lapak sekitar 50% berpenghasilan di atas Rp 1.500.000,-.
Tanggapan terhadap kondisi lingkungan menurut responden
keberadaan TPA Sampah Bantar Gebang cukup mengganggu pemilik lapak terutama bau sampah sekitar 64%. Tanggapan responden mengenai kondisi jalan lingkungan dan jalan akses TPA cukup baik. 5.1.4. Responden Bandar Usia responden terdiri dari 25% berusia 31 s/d 40% dan 75% berusia antara 41 s/d 50 tahun, dapat dilihat pada Tabel 46. Tabel 46. Tingkat usia responden bandar No 1 2
Usia Bandar (th) 31 - 40 41 - 50 Jumlah
Prosentase (%) 25 75 100
Responden pemilik bandar sebanyak 8 orang dengan pendidikan Tamat SLTP ke atas sebanyak 50%, sedangkan sisanya tidak tamat SD 12,5%, tamat SD 25%, tidak tamat SLTP 12,5%. Hal tersebut menunjukkan tingkat pendidikan para responden pemilik bandar cukup menunjang pekerjaannya dapat dilihat pada Tabel 47.
79
Tabel 47. Tingkat pendidikan responden bandar No 1 2 3 4 5
Pendidikan Tidak tamat SD Tamat SD Tidak tamat SLTP Tamat SLTP Tamat SLTA Jumlah
Prosentase (%) 12,5 25 12,5 37,5 12,5 100
Responden pemilik lapak yang sudah lama menetap atau berusaha di sekitar TPA lebih dari 11 tahun mencapai 87,50%, sedangkan yang kurang dari 11 tahun mencapai 12,50%, dapat di lihat pada Tabel 48. Tabel 48. Lama menetap/berusaha responden bandar No 1 2
Lama Bermukim 8-11 tahun > 11 tahun Jumlah
Prosentase (%) 12,5 87,5 100
Penghasilan rata-rata bandar antara Rp 500.000 sampai dengan Rp 3.000.000 rupiah perbulan. Sedangkan penghasilan rata-rata bandar diatas Rp 3.000.000 rupiah perbulan diperoleh oleh 75%
responden bandar. Selain itu
12,50% responden berpenghasilan antara Rp 1.000.000 sampai dengan Rp 1.500.000, 12,50% responden berpenghasilan kurang dari Rp 500.000,- sampai dengan Rp 2.500.000, dan 20% responden berpenghasilan antara Rp 2.500.000 sampai dengan Rp 3.000.000. Ini menunjukkan bahwa 80% responden pemilik lapak mempunyai penghasilan lebih dari Rp 1.000.000 perbulan dari hasil usaha lapaknya dapat dilihat pada Tabel 49. Tabel 49. Tingkat penghasilan/pendapatan per bulan sebagai bandar No 1 2 3
Penghasilan (Rp/bulan) < 500 ribu 1 - 1.5 juta > 3 juta Jumlah
Prosentase (%) 12,5 12,5 75 100
Tanggapan mengenai kondisi sarana dan prasarana jalan lingkungan di lokasi TPA, 12,5% responden menyatakan sangat jelek dan 12,50% menyatakan jelek, dapat dilihat pada Tabel 50.
80
Tabel 50. Tanggapan responden mengenai kondisi jalan lingkungan ke lokasi TPA No 1 2 3 4
Kondisi jalan lingkungan Agak baik Baik Sangat Jelek Jelek Jumlah
Prosentase (%) 50 25 12,5 12,5 100
Hasil survai menunjukkan 75% responden memberikan tanggapan baik dan kondisi jalan masuk dan jalan lingkungan di lokasi TPA seperti yang terlihat pada Tabel 51. Tabel 51. Tanggapan responden mengenai kondisi jalan masuk ke lokasi TPA No 1 2 3 4
Kondisi jalan masuk TPA Agak baik Baik Sangat Jelek Jelek Jumlah
Prosentase (%) 50 25 12,5 12,5 100
Sebagian besar responden bandar tidak merasa terganggu dengan lingkungan TPA dimana dipilih oleh 75% responden, sedangkan 12,5% sedikit tidak terganggu dan 12,5% sangat terganggu, dapat dilihat pada Tabel 52. Tabel 52. Tanggapan responden bandar mengenai gangguan lingkungan No 1 2 3
Gangguan lingkungan Tidak terganggu Sedikit terganggu Sangat terganggu Jumlah
Prosentase (%) 75 12,5 12,5 100
Responden bandar menyatakan bahwa gangguan terbesar berupa rawan keamanan sebesar 36,59%, diikuti gangguan lingkungan yang kumuh/kotor sebesar 24,39% dan bau busuk 12,20% serta gangguan karena sumur tercemar hanya dipilih oleh 2,44% responden. Hal ini menunjukkan para Bandar berpendapat masalah keamanan merupakan masalah cukup mengkhawatirkan mereka, mengingat besarnya aset yang harus mereka jaga berupa material daurulang sampah yang bernilai puluhan sampai ratusan juta rupiah. Sedangkan mengenai masalah ketidaknyamanan lingkungan tidak cukup berarti bagi para Bandar karena sumber pendapatan mereka memang dari TPA sampah. Pendapat
81
responden Bandar terhadap jenis gangguan lingkungan dapat dilihat pada Tabel 53. Tabel 53. Tanggapan responden bandar mengenai jenis gangguan lingkungan No 1 2 3 4 5
Jenis gangguan lingkungan Bau menyengat Rawan keamanan Kumuh/kotor Sumur tercemar Tidak jawab Jumlah
Prosentase (%) 12,2 36,59 24,39 2,44 24,39 100
Secara umum kondisi sosial responden bandar sekitar 75% berusia di atas 40 tahun, yang berpendidikan rendah yaitu pendidikan sekolah dasar sekitar 37%, dan sekitar 87,5% bekerja sebagai bandar di atas 10 tahun. Responden bandar sekitar 75% berpenghasilan di atas Rp 3.000.000,-. Tanggapan terhadap kondisi lingkungan menurut responden keberadaan TPA Sampah Bantar Gebang cukup mengganggu bandar adalah masalah keamanan sekitar 36% dan kumuh kotor sekitar 24%. Tanggapan responden mengenai kondisi jalan lingkungan dan jalan akses TPA 75% cukup baik dan 25% menganggap jelek. 5.2. Kebijakan Pengelolaan Sampah 5.2.1
Peraturan Perundangan Tentang Sampah Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2006
Tahun 2006 tentang Kebijakan dan Strategi Pengembangan Nasional Sistem Pengelolaan Persampahan 15 September 2006 dilakukan pendekatan atau paradigma baru yaitu bahwa sampah dapat dikurangi, digunakan kembali dan atau didaur ulang; atau yang sering dikenal dengan istilah 3R (Reduce, Reuse,Recycle). Hal ini sebenarnya bukan sesuatu yang baru karena sudah banyak dilakukan oleh negara maju dan berhasil meningkatkan efisiensi pengelolaan yang signifikan. Dengan mengurangi sampah sejak di sumbernya maka beban pengelolaan kota akan dapat dikurangi dan anggaran serta fasilitas akan dapat semakin efisien dimanfaatkan. Beban pencemaran dapat dikurangi dan lebih jauh lagi dapat turut menjaga kelestarian alam dan lingkungan.
82
Hal di atas sesuai dengan Undang–undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Persampahan
Pasal
9
berbunyi:
Dalam
menyelenggarakan
pengelolaan sampah, pemerintahan kabupaten/kota mempunyai kewenangan: Ayat (1) Butir (b) menyelenggarakan pengelolaan sampah skala kabupaten/kota sesuai dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah; butir (d) menetapkan lokasi tempat penampungan sementara, tempat pengolahan sampah terpadu (TPST), dan/atau tempat pemrosesan akhir sampah; Pasal 9 Ayat (2) yang berbunyi: Penetapan lokasi tempat pengolahan sampah terpadu dan tempat pemrosesan akhir sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) butir d merupakan bagian dari rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota sesuai dengan peraturan perundang-undangan. a.
Pengelolaan sampah dengan paradigma baru. Penjelasan UU No. 18 Tahun 2008 menyatakan: Paradigma pengelolaan
sampah yang bertumpu pada kumpul-angkut-buang sudah saatnya ditinggalkan dan diganti dengan paradigma baru pengelolaan sampah. Paradigma baru memandang sampah sebagai sumberdaya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan, misalnya, untuk energi, kompos, pupuk ataupun untuk bahan baku industri. Pengelolaan sampah dilakukan dengan pendekatan yang komprehensif dari hulu, sejak sebelum dihasilkan suatu produk yang berpotensi menjadi sampah, sampai ke hilir, yaitu pada fase produk sudah digunakan sehingga menjadi sampah, yang kemudian dikembalikan ke media lingkungan secara aman. Pengelolaan sampah dengan paradigma baru tersebut dilakukan dengan kegiatan pengurangan dan penanganan sampah. Pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan, penggunaan kembali, dan pendauran ulang, sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir. b.
Kompensasi. Undang-Undang
Pengelolaan
Persampahan
18/2008
Pasal
25
(1)
Pemerintah dan pemerintah daerah secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dapat memberikan kompensasi kepada orang sebagai akibat dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan penanganan sampah di tempat pemrosesan akhir
83
sampah. Pasal 25 Ayat (2) Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: a. relokasi; b. pemulihan lingkungan; c. biaya kesehatan dan pengobatan; dan/atau d. kompensasi dalam bentuk lain. Pasal 25 (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai dampak negatif dan kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan pemerintah (PP). Pasal 25 Ayat (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian kompensasi oleh pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah dan/atau peraturan daerah. c.
Sanksi. Sanksi yang diberikan kepada Pengelola TPA melakukan pelanggaran
operasional TPA ada pada Pasal 40 Ayat (1) Pengelola sampah yang secara melawan hukum dan dengan sengaja melakukan kegiatan pengelolaan sampah dengan tidak memperhatikan norma, standar, prosedur, atau kriteria yang dapat mengakibatkan
gangguan
kesehatan
masyarakat,
gangguan
keamanan,
pencemaran lingkungan, dan/atau perusakan lingkungan diancam dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). Peraturan Pemerintah (PP) dan Peraturan Daerah (Perda). Pasal 47 (1) Peraturan pemerintah dan peraturan menteri yang diamanatkan Undang-Undang ini diselesaikan paling lambat 1 (satu) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan. (2) Peraturan daerah yang diamanatkan Undang-Undang ini diselesaikan paling lama 3 (tiga) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan. Peraturan sebelum Undang-Undang No. 18 Tahun 2008. Pasal 48 Pada saat berlakunya Undang-Undang ini semua peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pengelolaan sampah yang telah ada tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini. Berlakunya Undang-Undang No. 18 Tahun 2008. Pasal 49 Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal Diundangkan. Tanggal diundangkan adalah tanggal 7 Mei 2008.
84
d.
Kebijakan. Kebijakan
21/PRT/M/2006
dalam
Peraturan
Menteri
Pekerjaan
Umum
Nomor
Tahun 2006 tentang Kebijakan dan Strategi Pengembangan
Sistem Pengelolaan Persampahan (Daftar Pustaka). Kebijakan (1) : Pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya. Pengurangan sampah dari sumbernya merupakan aplikasi pengelolaan sampah paradigma baru yang tidak lagi bertumpu pada end of pipe system, dimaksudkan untuk mengurangi volume sampah yang harus diangkut dan dibuang ke TPA dan memanfaatkan semaksimal mungkin material yang dapat di daur ulang. Pengurangan sampah tersebut selain dapat menghemat lahan TPA juga dapat mengurangi jumlah angkutan sampah dan menghasilkan kualitas bahan daur ulang yang cukup baik karena tidak tercampur dengan sampah lain. Potensi pengurangan sampah di sumber dapat mencapai 50 % dari total sampah yang dihasilkan. Kebijakan (2): Peningkatan peran aktif masyarakat dan dunia usaha/swasta sebagai mitra pengelolaan. Untuk melaksanakan pengurangan sampah di sumber dan meningkatkan pola-pola penanganan sampah berbasis masyarakat, diperlukan perubahan pemahaman bahwa masyarakat bukan lagi hanya sebagai obyek tetapi lebih sebagai mitra yang mengandung makna kesetaraan. Tanpa ada peran aktif masyarakat akan sangat sulit mewujudkan kondisi kebersihan yang memadai. Kebijakan (3): Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan. Sasaran peningkatan pelayanan nasional pada tahun 2015 yang mengarah pada pencapaian 70% penduduk juga telah ditetapkan bersama. Untuk operasionalisasi kebijakan tersebut maka beberapa strategi ditetapkan yaitu : i.
Melaksanakan rehabilitasi TPA yang mencemari lingkungan. Pengelolaan TPA yang buruk dibanyak kota harus diakhiri dengan upaya peningkatan pengelolaan sesuai ketentuan teknis yang berlaku. TPA yang jelas-jelas telah menimbulkan masalah bagi lingkungan sekitarnya perlu segera mendapatkan langkah-langkah rehabilitasi agar permasalahan lingkungan yang terjadi dapat diminimalkan. Rencana tindak yang diperlukan adalah pelaksanaan rehabilitasi TPA yang mencemari lingkungan sesuai dengan prioritas.
85
ii. Meningkatkan kualitas pengelolaan TPA ke arah sanitary landfill. TPA yang masih dioperasikan dengan jangka waktu relatif lama perlu segera dilakukan upaya peningkatan fasilitas dan pengelolaan mengarah pada metode Sanitary landfill dan Controlled landfill agar tidak menimbulkan masalah lingkungan di kemudian hari. Rencana tindak yang diperlukan adalah penyusunan pedoman peningkatan pengelolaan TPA yang sangat diperlukan oleh daerah untuk perbaikan fasilitas persampahan yang dmiliki. iii. Meningkatkan Pengelolaan TPA Regional. Kota-kota besar pada umumnya mengalami masalah dengan lokasi TPA yang semakin terbatas dan sulit diperoleh. Kerjasama pengelolaan TPA dengan kota / kabupaten lainnya akan sangat membantu penyelesaian masalah dengan mempertimbangkan solusi yang saling menguntungkan. Rencana tindak yang diperlukan adalah : (1) Penyusunan studi lokasi dan kelayakan pengembangan TPA regional sesuai Tata Ruang dan (2) Ujicoba pengelolaan TPA regional secara profesional. iv. Penelitian, pengembangan, dan aplikasi teknologi penanganan persampahan tepat guna dan berwawasan lingkungan.
Kekeliruan dalam pemilihan
teknologi seperti insinerator tungku yang banyak dilakukan oleh Pemerintah Daerah perlu segera dihentikan dengan memberikan pemahaman akan kriteria teknisnya. v. Disamping itu juga sangat diperlukan aktivitas penelitian dan pengembangan untuk mendapatkan teknologi yang paling sesuai dengan kondisi sampah di Indonesia pada umumnya. Rencana tindak yang diperlukan adalah : · Penyusunan pedoman teknologi pengelolaan sampah ramah lingkungan · Penyusunan pedoman pemanfaatan gas TPA · Penyusunan pedoman waste-to-energy · Ujicoba waste-to-energy untuk kota besar /metro Kebijakan (4): Pengembangan kelembagaan, peraturan dan perundangan. Untuk melaksanakan KNPP ini diperlukan adanya kebijakan agar aturan-aturan hukum dapat disediakan dan diterapkan sebagaimana mestinya untuk menjamin semua pemangku kepentingan melaksanakan bagian masing-masing secara bertanggung jawab.
86
Kebijakan (5): Pengembangan alternatif sumber pembiayaan Pengelolaan persampahan memang bagian dari pelayanan publik yang harus disediakan oleh Pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat. Namun demikian pengelolaan persampahan juga merupakan tanggung jawab masyarakat untuk menjaga keberlanjutannya. Sharing dari masyarakat sangat diperlukan untuk menjaga agar pelayanan pengelolaan persampahan dapat berlangsung dengan baik dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Salah satu bentuk sharing dari masyarakat adalah melalui pembayaran retribusi kebersihan yang diharapkan mampu mencapai tingkat yang dapat membiayai dirinya sendiri. Memperhatikan kondisi TPA Sampah Bantar Gebang dibandingkan dengan kebijakan-kebijakan yang ada TPA Sampah Bantar Gebang belum sepenuhnya mengikuti peraturan yang telah ditetapkan diantaranya belum melaksanakan operasional sanitary landfill secara benar, yaitu tidak melakukan penutupan timbunan sampah setiap hari dengan tanah penutup. 5.2.2 Pedoman Pemanfaatan Kawasan Sekitar TPA Sampah. Berdasarkan Pedoman Pemanfaatan Kawasan Sekitar TPA Sampah yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum (Daftar Pustaka). Pedoman ini disusun untuk sejumlah maksud. Maksud yang paling utama dan mendasar adalah untuk menjaga kelangsungan hidup manusia yang bermukim atau berkegiatan di kawasan tersebut dengan menghindarkan dan menjauhkan mereka dari risiko-risiko dampak pencemaran kimiawi pada air dan udara; kemungkinan terjangkit atau tertular penyakit yang dibawa vektor; dan bahaya ledakan gas yang terbentuk di TPA, serta menjaga kenyamanan dan keselamatan
mereka
dengan
menghindarkannya
dari
dampak
kegiatan
pengelolaan dan pengolahan sampah. Lebih jauh, pedoman ini disusun untuk menghindarkan konflik dan masalah sosial lain yang bersumber pada kepentingan pemanfaatan lahan. Pedoman ini dimaksudkan sebagai pegangan bagi pemerintah daerah, pengelola persampahan dan masyarakat dalam melaksanakan penataan ruang di kawasan sekitar TPA.
87
a.
Zonasi. Secara umum, kawasan sekitar TPA dibagi menjadi zona penyangga, zona
budi daya terbatas dan zona budi daya. Zona yang diatur dalam pedoman ini adalah zona penyangga dan zona budi daya terbatas. Aturan di dalam zona budi daya disesuaikan dengan RTRW kabupaten/kota setempat b.
. Aspek yang dipertimbangkan. Aspek yang dipertimbangkan dalam penyusunan pedoman ini adalah
keselamatan, kesehatan dan kenyamanan. Pembagian Zona Sekitar TPA. Kawasan sekitar TPA dibagi menjadi: (1) Zona penyangga; (2) Zona budi daya terbatas. i.
Zona penyangga. Zona penyangga adalah zona yang berfungsi sebagai penahan untuk mencegah atau mengurangi dampak keberadaan dan kegiatan-kegiatan TPA terhadap masyarakat yang melakukan kegiatan sehari-hari di kawasan sekitar TPA, dalam segi keselamatan, kesehatan, dan kenyamanan. Akibat dan gangguan-gangguan misalnya bau, kebisingan, dan sebagainya.
Zona
penyangga
berfungsi
untuk
menunjang
fungsi
perlindungan bagi penduduk yang melakukan kegiatan sehari-hari di sekitar TPA dan berfungsi: (1) Mencegah dampak lindi terhadap kesehatan masyarakat, yang melakukan kegiatan sehari-hari di kawasan sekitar TPA; (2) Mencegah binatang-binatang vektor, seperti lalat dan tikus, merambah kawasan permukiman; (3) Menyerap debu yang beterbangan karena tiupan angin dan pengolahan sampah; (4) Mencegah dampak kebisingan dan pencemaran udara oleh pembakaran dalam pengolahan sampah. ii. Zona budidaya terbatas. Zona budi daya terbatas adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan dengan batasan tertentu. Zona budi daya terbatas berada di luar zona penyangga. Pemanfaatan ruang pada zona tersebut harus sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam RTRW kabupaten/kota bersangkutan. Fungsi zona tersebut adalah memberikan ruang untuk kegiatan budi daya yang terbatas, yakni kegiatan budi daya yang berkaitan dengan TPA. Zona budi daya terbatas hanya dipersyaratkan untuk TPA dengan sistem selain pengurugan berlapis bersih (sanitary landfill). Zona budi daya adalah wilayah yang ditetapkan
88
dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. c.
Penentuan jarak zona penyangga. Zona penyangga diukur mulai dari batas terluar tapak TPA sampai pada
jarak tertentu sesuai dengan Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sistem Controlled Landfill dan Sanitary Landfill, yakni 500 meter dan/atau sesuai dengan kajian lingkungan yang dilaksanakan di TPA. d.
Penentuan jarak zona budi daya terbatas. Zona budi daya terbatas ditentukan mulai dari batas terluar zona penyangga
sampai pada jarak yang telah aman dari pengaruh dampak TPA yang berupa: (1) Bahaya meresapnya lindi ke dalam mata air dan badan air lainnya yang dipakai penduduk untuk kehidupan sehari-hari; (2)
Bahaya ledakan gas metan; (3)
Bahaya penyebaran vektor penyakit melalui lalat. Penentuan jarak pada zona budi daya terbatas pada TPA dengan sistem selain pengurugan berlapis bersih (sanitary landfill) didasarkan pada kajian lingkungan di sekitar TPA yang meliputi: (1) Teknis pemrosesan sampah di TPA: pengurugan berlapis bersih atau pengurugan berlapis terkendali; (2) Mekanisme penimbunan sampah eksisting : melalui pemilahan atau tanpa pemilahan;(3) Karakteristik sampah yang masuk ke TPA: organik, non organik, B3 (bahan berbahaya dan beracun);(4) Kondisi air lindi; (5) Kondisi gas dalam sampah : CH4, CO; (6) Kondisi geologi dan geohidrologi, dan jenis tanah; (7) Iklim mikro; (8) Pemanfaatan ruang yang telah ada di sekitar kawasan TPA, sesuai denganperaturan zonasi. Kondisi tersebut dapat dilihat pada Gambar 11.
Sumber: Ditjen Penataan Ruang, 2008
Gambar 11. Potensi bahaya TPA terhadap jarak
89
Ketentuan teknis mengatur ketentuan pola ruang pada zona penyangga. Pada TPA yang belum memiliki zona penyangga ditetapkan zona penyangga pada area 0 – 500 meter sekeliling TPA dengan pemanfaatan sebagai berikut: (1) 0 – 100 meter diharuskan berupa sabuk hijau; (2) 101 – 500 meter pertanian non pangan, hutan. Ketentuan pemanfaatan ruang: (1) Sabuk hijau dengan tanaman keras yang boleh dipadukan dengan tanaman perdu terutama tanaman yang dapat menyerap racun dengan ketentuan sebagai berikut: a) Jenis tanaman adalah tanaman tinggi dikombinasi dengan tanaman perdu yang mudah tumbuh dan rimbun terutama tanaman yang dapat menyerap bau; dan b) Kerapatan pohon adalah minimum 5 m, (2) Pemrosesan sampah utama on situ, (3) Instalasi pengolahan sampah menjadi energi, atau instalasi pembakaran (incenerator) bersama unit pengelolaan limbahnya dan (4) Kegiatan budi daya perumahan tidak diperbolehkan pada zona penyangga. Kondisi tersebut dapat dilihat pada Gambar 12.
Sumber: Ditjen Penataan Ruang, (2008)
Gambar 12. Pembagian zona di sekitar TPA lama tanpa penyangga Memperhatikan pedoman pemanfaatan lahan yang telah dikemukakan, TPA Sampah Bantar Gebang belum mempunyai zona penyangga seperti yang telah dipersyaratkan dalam pedoman. 5.2.3
Kriteria teknis prasarana dan sarana kegiatan pengelolaan sampah. Kriteria teknis prasarana dan sarana kegiatan pengelolaan sampah di TPA
menurut Ditjen Penataan Ruang Dep.PU (2008) adalah: (1) Tidak menggunakan air tanah setempat dalam kegiatan pengolahan sampah; (2) Ketersediaan sistem drainase yang baik; dan (3) Ketersediaan fasilitas parkir dan bongkar muat
90
sampah terpilah yang akan didaur ulang di lokasi lain, sedangkan jalan masuk ke TPA, dipersyaratkan: (1) Dapat dilalui truk sampah dua arah dengan lebar badan jalan minimum 7 meter; (2) Jalan kelas I dengan kemampuan memikul beban 10 ton dan kecepatan 30 km/jam dan (3) Drainase permanen terpadu dengan jalan dan bila diperlukan didukung oleh drainase lokal tak permanen. Memperhatikan kriteria yang telah ditetapkan oleh Pemerintah, TPA Sampah Bantar Gebang sebagian telah melaksanakan kriteria yang ditetapkan. TPA Sampah Bantar Gebang belum mempunyai fasilitas parkir dan bongkar muat sampah terpilah dan masih menggunakan air tanah dalam pengelolaan sampah. 5.3. Dampak Lingkungan yang Terjadi di TPA Berdasarkan hasil pemantauan pada lokasi sebelah hilir TPA ternyata parameter TSS, Mn dan sulfida yang ada telah melampaui baku mutu yang d ijinkan, berarti terjadi peningkatan konsentrasi parameter pencemar. Hal ini menunjukkan adanya kontribusi dari TPA Sampah Bantar Gebang dalam meningkatkan nilai konsentrasi parameter pencemar pada badan air Sungai Ciketing, kontribusi ini berasal dari pembuangan air lindi olahan dari IPAS yang berada di lokasi TPA Sampah Bantar Gebang. Gambaran besaran cemaran dapat dilihat pada Tabel 54. Tabel 54. Hasil pengukuran kualitas air Sungai Ciketing pada titik hulu dan hilir TPA Sampah Bantar Gebang tahun 2009
1
Total Suspensi Solid (TSS)
mg/l
Baku Mutu 100
2
Klorida (Cl)
mg/l
50
10
49
3
Phosfat (PO4)
mg/l
0,4
7
99
4
Ammonium
mg/l
2
58.2
138
5
Nitrat (NO3)
mg/l
10
20
270
6
Nitrit (NO2)
mg/l
2
0.1
0.8
7
COD
mg/l
50
262
665
8
BOD5
mg/l
30
64
315
9
Angka Permanganat
mg/l
10
82.5
430.7
-
5-9
6.93
8.1
0
24.2
24.2
No.
10 11
Parameter
pH Temperatur
Satuan
0
C
T+3 c
Hulu
Hilir
12
71
91
Pada umumnya dari hasil analisa air sumur untuk parameter fisika masih dibawah ambang baku mutu. Gambaran hasil analisis kualitas air sumur parameter fisika dapat dilihat pada Tabel 55 sampai Tabel 58. Tabel 55. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Cikiwul untuk parameter fisika tahun 2009. No. 1 2 3 4
Parameter Jumlah zat padat terlarut Daya Hantar Listrik (DHL) Suhu Kekeruhan (Turbidity)
Satuan
Maxi -mum
Radius Jarak dari pusat TPA Bantar Gebang 250 500 (m) 750 (m) (m)
mg/l m.ohm/cm 0 C NTU
1000 500 ±30c <100
18 46 27.4 0.21
110 223 27.1 0.6
66 230 26.7 5.51
Tabel 56. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Ciketing Udik untuk parameter fisika tahun 2009 No. 1 2 3 4
Parameter Jumlah zat padat terlarut Daya Hantar Listrik (DHL) Suhu Kekeruhan (Turbidity)
Satuan
Maxi -mum
Radius Jarak dari pusat TPA Bantar Gebang 250 500 (m) 750 (m) (m)
mg/l m.ohm/cm 0 C NTU
1000 500 ±30c <100
120 164 27.9 0.31
76 112 27.8 0.44
118 230 27.4 0.73
Tabel 57. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Taman Rahayu untuk parameter fisika tahun 2009 No. 1 2 3 4
Parameter Jumlah zat padat terlarut Daya Hantar Listrik (DHL) Suhu Kekeruhan (Turbidity)
Satuan
Maxi -mum
Radius Jarak dari pusat TPA Bantar Gebang 250 500 (m) 750 (m) (m)
mg/l m.ohm/cm 0 C NTU
1000 500 ±30c <100
106 135 27.9 1.19
102 160 28.3 3.25
170 201 28.7 2.75
92
Tabel 58. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Sumur Batu untuk parameter fisika tahun 2009. No.
1 2 3 4
Parameter
Jumlah zat padat terlarut Daya Hantar Listrik (DHL) Suhu Kekeruhan (Turbidity)
Satuan
mg/l m.ohm/cm 0 C NTU
Maxi -mum 1000 500 ±30c <100
Radius Jarak dari pusat TPA Bantar Gebang 250 (m)
500 (m)
750 (m)
136 11.7 27.4 1.57
136 122 28 0.44
58 105 27.9 0.16
Pada umumnya dari hasil analisa air sumur untuk parameter kimia masih dibawah ambang baku mutu, kecuali sampel air sumur di Desa Taman Rahayu kadar besi di atas baku mutu. Kadar Magnesium cukup tinggi di seluruh lokasi, namun Mg tidak tercantum dalam baku mutu. Gambaran hasil analisis kualitas air sumur parameter kimia dapat dilihat pada Tabel 59 sampai Tabel 62. Tabel 59. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Cikiwul untuk parameter kimia tahun 2009 No.
Parameter
Satuan
Maxi -mum
Radius Jarak dari pusat TPA Bantar Gebang 250 (m) 500 (m) 750 (m)
1
Nitrat (NO3)
mg/l
50
0.018
0.012
0.03
2 3
Nitrit (NO2) Angka Permanganat
mg/l mg/l
3 10
3.4 5
3 5.9
3.7 13.7
4 5 6 7
Sulfat (SO4) Mangan (Mn) Ammonium Besi Total (Fe)
mg/l mg/l mg/l mg/l
250 0,1 1,5 0,3
1 0.2 0.43 0.04
3 0.6 0.48 0.01
8 0.4 0.63 0.2
8 9 10 11 12 13
Kesadahan Total (CaCO3) Klorida Bicarbonat Total Alkalinity pH Magnesium
mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l
500 250 -
23 7 7 7 4.54 13
63 29 19 19 5.57 14
66 25 59 59 6.18 16
93
Tabel. 60. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Ciketing Udik untuk parameter kimia tahun 2009 No.
Parameter
Satuan
Maxi -mum
Radius Jarak dari pusat TPA Bantar Gebang 250 (m) 500 (m) 750 (m)
1
Nitrat (NO3)
mg/l
50
9.3
4.9
9.8
2 3
Nitrit (NO2) Angka Permanganat
mg/l mg/l
3 10
0.016 4.7
0.004 4.4
0.014 5.6
4 5 6 7
Sulfat (SO4) Mangan (Mn) Ammonium Besi Total (Fe)
mg/l mg/l mg/l mg/l
250 0,1 1,5 0,3
2 0.7 0.24 0.05
0 0.5 0.3 0.02
3 1 0.41 0.02
8 9 10 11 12 13
Kesadahan Total (CaCO3) Klorida Bicarbonat Total Alkalinity pH Magnesium
mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l
41 25 5 5 4.21
41 25 5 5 4.21 14
30 44 4 4 4.25 12
500 250
-
Tabel. 61. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Taman Rahayu untuk parameter kimia tahun 2009 No.
Parameter
Satuan
Maxi -mum
Radius Jarak dari pusat TPA Bantar Gebang 250 (m) 500 (m) 750 (m)
1
Nitrat (NO3)
mg/l
50
6.8
1.4
1.7
2 3
Nitrit (NO2) Angka Permanganat
mg/l mg/l
3 10
0.012 5.2
0.023 4.7
0.005 5.2
4 5 6 7
Sulfat (SO4) Mangan (Mn) Ammonium Besi Total (Fe)
mg/l mg/l mg/l mg/l
250 0,1 1,5 0,3
0 0.5 0.20 0.14
0 0.4 0.13 0.44
4 0.2 0.15 0.65
8 9 10 11 12 13
Kesadahan Total (CaCO3) Klorida Bicarbonat Total Alkalinity pH Magnesium
mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l
500 250 -
43 18 18 18 5.14 8
60 15 69 69 6.04 18
85 5 95 95 6.84 31
94
Tabel. 62. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Sumur Batu untuk parameter kimia tahun 2009 No.
Parameter
Satuan
Maxi -mum
Radius Jarak dari pusat TPA Bantar Gebang 250 (m) 500 (m) 750 (m)
1
Nitrat (NO3)
mg/l
50
4.4
4.7
0.5
2 3
Nitrit (NO2) Angka Permanganat
mg/l mg/l
3 10
0.001 3.4
0.019 4.1
0.022 4.1
4 5 6 7
Sulfat (SO4) Mangan (Mn) Ammonium Besi Total (Fe)
mg/l mg/l mg/l mg/l
250 0,1 1,5 0,3
3 0.5 0.47 0.1
1 0.5 0.41 0.02
1 0.3 0.48 0.11
8 9 10 11 12 13
Kesadahan Total (CaCO3) Klorida Bicarbonat Total Alkalinity pH Magnesium
mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l
500 250 -
36 22 13 13 5.01 11
36 22 13 13 5.01 11
35 14 10 10 4.74 13
Mg adalah salah satu unsur
yang menimbulkan kesadahan dan
menyebabkan adany rasa pada air. Kelebihan unsur ini dapat menimbulkan depresi susunan syaraf pusat dan otot-otot. Toxisitas banyak tergantung pada anion yang terikat pada Mg. Angka Permanganat di Cikiwul pada radius 750 meter dari TPA Sampah Bantar Gebang sebesar 13,7 mg/l melebihi baku mutu yang telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 Tanggal 29 Juli 2002 tentang Syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum sebesar 10 mg/l. Angka permanganat yang melebihi baku mutu merupakan indikator adanya zat organik yang melebihi dari yang disyaratkan berarti menunjukkan adanya pencemaran/pengotoran terhadap air tersebut. Zat organik merupakan makanan mikroorganisme yang menyebabkan pesatnya
pertumbuhan,
sehingga
membahayakan
masyarakat
yang
menggunakannya. Zat organik dapat menyebabkan air menjadi berwarna, memberikan rasa, dan bau yang tak sedap. Angka permanganat yang melebihi baku mutu dapat dilihat pada Tabel 59. Hasil pengukuran kualitas air sumur di Ciketing Udik dan Taman Rahayu untuk parameter kimia tahun 2009 menunjukkan kandungan mangan (Mn) sebesar
95
0,7 mg/l; 0,5 mg/l; 1 mg/l dan sebesar 0,5 mg/l; 0,4 mg/l; 0,2 mg/l pada Tabel 60 dan Tabel 61 melebihi baku mutu yang telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 Tanggal 29 Juli 2002 tentang Syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum sebesar 0,1 mg/l. Pada umumnya mengkonsumsi air yang mengandung kadar mangan yang berlebihan dapat menimbulkan gangguan pada sistem syaraf dan menampakkan gejala seperti penyakit parkinson. Hasil analisa air sumur di Taman Rahayu menunjukkan kandungan mangan (Mn) dan besi (Fe) melebihi baku mutu dibandingkan lokasi lainnya. Taman Rahayu merupakan perumahan baru yang dibangun di lahan bekas sawah. Pada daerah seperti ini umumnya air tanahnya jelek berwarna kekuning-kuningan. Besi diperlukan oleh tubuh manusia dalam pembentukan Haemoglobin. Banyaknya Fe di dalam tubuh dikendalikan pada fase absorbsi, tetapi dalam dosis besar dapat merusak dinding usus yang mungkin dapat berakibat kematian. Akumulasi Fe yang berlebihan dalam tubuh berakibat warna kulit menjadi hitam. Hasil analisa air sumur di Taman Rahayu dapat dilihat pada Tabel 61. Pada pengukuran parameter biologi sebagai indikator sanitasi adalah keberadaan bakteri
untuk menunjukkan media air tersebut sehat untuk
dikonsumsi. Bakteri indikator sanitasi adalah bakteri yang keberadaannya dalam air menunjukkan bahwa air tersebut telah tercemar oleh feses manusia. Bakteribakteri indikator sanitasi umumnya adalah bakteri yang lazim terdapat dan hidup pada usus manusia. Jadi, adanya bakteri tersebut pada air atau makanan menunjukkan bahwa air sumur telah mengalami kontak dengan feses yang berasal dari usus manusia dan oleh karenanya mungkin mengandung bakteri patogen lain yang berbahaya. Koliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai indikator adanya polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap air sumur. Koliform sebagai suatu kelompok dicirikan sebagai bakteri berbentuk batang, gram negatif, tidak membentuk spora, aerobik dan anaerobik fakultatif yang memfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35 o. Adanya bakteri koliform di dalam air sumur menunjukkan kemungkinan adanya mikroba yang bersifat enteropatogenik dan atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan.
96
Bakteri koliform dapat dibedakan menjadi 2 grup yaitu : (1) koliform fekal misalnya Escherichia coli dan ( 2 ) koliform nonfekal misalnya Enterobacter aerogenes. Escherichia coli merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan atau manusia, sedangkan Enterobacter aerogenes biasanya ditemukan pada hewan atau tanam-tanaman yang telah mati. Keberadaan Escherichia coli dalam air minum menunjukkan bahwa air minum itu pernah terkontaminasi feses manusia dan mungkin dapat mengandung patogen usus. Oleh karena itu, standar air minum mensyaratkan Escherichia coli harus nol dalam 100 ml. Kehadiran bakteri coli besar pengaruhnya terhadap kehidupan manusia, terbukti dengan kualitas air minum, secara bakteriologis tingkatannya ditentukan oleh kehadiran bakteri tersebut. Kandungan E Coli tertinggi ditemukan di Taman Rahayu pada jarak 250 meter dari TPA. Tingginya kandungan E Coli dapat disebabkan adanya pengaruh dari TPA. Sedangkan kawasan Cikiwul terdapat kandungan E Coli yang cukup tinggi, dimana daerah ini cukup padat dan tidak tertata. Sehingga dimungkinkan adanya kontaminasi antara jamban yang menggunakan cubluk dengan sumur. Hasil pengukuran kalitas air sumur di lokasi sekitar TPA Sampah Bantar Gebang untuk parameter biologi tahun 2009 dilihat pada Tabel 63. Tabel 63. Hasil pengukuran kualitas air sumur di lokasi sekitar TPA Sampah Bantar Gebang untuk parameter biologi tahun 2009. No. 1
2
3
4
Lokasi Cikiwul - radius jarak 750 m - radius jarak 500 m - radius jarak 250 m Ciketik Udik - radius jarak 750 m - radius jarak 500 m - radius jarak 250 m Taman Rahayu - radius jarak 750 m - radius jarak 500 m - radius jarak 250 m Sumur Batu - radius jarak 750 m - radius jarak 500 m - radius jarak 250 m
Satuan
Maxi -mum
E Coli
Coliform
Mg/100ml Mg/100ml Mg/100ml
0 0 0
60 50 50
620 380 420
Mg/100ml Mg/100ml Mg/100ml
0 0 0
20 0 0
210 240 270
Mg/100ml Mg/100ml Mg/100ml
0 0 0
20 30 80
230 250 340
Mg/100ml Mg/100ml Mg/100ml
0 0 0
0 20 40
340 350 250
97
5.4.
Eksternalitas
5.4.1. Eksternalitas Negatif Pengelolaan TPA Sampah a.
Penurunan kualitas air tanah Berdasarkan data dari Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH) Kota
Bekasi (2008), kebutuhan air untuk mandi sebanyak 80 liter/orang/hari dan kebutuhan air untuk minum sebesar 5 liter/orang/hari dengan harga air dorongan Rp 150 per-liter pada tahun 2009. Penduduk pada ring I (radius 250 meter dari TPA Sampah Bantar Gebang) akan membeli sebanyak 85 liter air per hari setiap rumah tangga untuk penggunaan minum, masak dan mandi. Sedangkan penduduk pada ring II (radius 250 sampai 500 meter dari TPA Sampah Bantar Gebang) dan ring III (radius 500 sampai 750 meter dari TPA Sampah Bantar Gebang) akan membeli sebanyak 5 liter air perhari setiap rumah tangga untuk penggunaan minum dan masak. Pengamatan lapangan seperti yang diketahui bahwa kualitas air tanah di wilayah ring I tidak layak untuk air minum dan mandi sedangkan kawasan ring II dan ring III tidak layak untuk air minum. Perhitungan jumlah penduduk di setiap ring diperoleh hasil: a) ring 1 dihuni oleh 10% jumlah pendududk sekitar TPA Sampah Bantar Gebang, b) ring 2 dihuni oleh 30% jumlah penduduk sekitar TPA Sampah Bantar Gebang, dan c) ring 3 dihuni oleh 60% jumlah penduduk sekitar TPA Sampah Bantar Gebang. Perhitungan dampak TPA terhadap kualitas air tanah menggunakan pendekatan perubahan perilaku konsumsi air rumah tangga. Hasil analisis biaya eksternalitas akibat penurunan kualitas air tanah sebesar Rp 817.194.687.994,- rincian perhitungan biaya eksternalitas penurunan kualitas air dapat dilihat pada Tabel 64 . b.
Biaya pengobatan akibat penurunan kualitas udara Penurunan kualitas udara dihitung berdasarkan analisa terjadinya penyakit
infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) dalam masyarakat sekitar TPA Sampah Bantar Gebang. Dari data DPLH Kota Bekasi (2008) diketahui bahwa kecenderungan penderita yang terkena ISPA terus meningkat sepanjang tahun, dengan biaya rata-rata yang dikeluaran sebesar Rp 34.643.400,- dari total biaya yang sakit sejak tahun 1990-2009 adalah sebesar Rp 1.187.469.853,-. Rincian perhitungan total biaya sakit pada tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 65.
98
Tabel 64. Pengeluaran untuk pembelian air akibat penurunan kualitas air tanah di TPA Sampah Bantar Gebang Jumlah penduduk (KK)* Tahun
Ring 1
Ring 2
Ring 3
Pembelian air (L/org/hari) Total
1990 4.480 13.439 26.879 44.798 1991 4.637 13.911 27.822 46.370 1992 4.804 14.413 28.825 48.042 1993 4.982 14.947 29.893 49.822 1994 5.172 15.515 31.031 51.718 1995 5.374 16.122 32.244 53.740 1996 5.590 16.770 33.539 55.899 1997 5.820 17.461 34.923 58.205 1998 6.074 18.222 36.443 60.739 1999 6.345 19.035 38.070 63.451 2000 6.635 19.906 39.813 66.355 2001 6.947 20.840 41.680 69.467 2002 7.280 21.841 43.682 72.804 2003 7.639 22.916 45.831 76.386 2004 8.023 24.070 48.139 80.232 2005 7.768 23.304 46.609 77.681 2006 7.514 22.543 45.087 75.144 2007 7.510 22.529 45.057 75.095 2008 7.765 23.296 46.592 77.654 2009 7.997 23.991 47.981 79.969 Sumber: Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bekasi (2008)
Ring 1
Ring 2
Ring 3
Kebutuhan air per-tahun (Liter)
85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
212.567.435 220.026.769 227.959.986 236.404.953 245.402.830 254.998.375 265.240.265 276.181.452 288.206.618 301.074.012 314.853.073 329.619.349 345.455.052 362.449.665 380.700.601 368.597.770 356.560.569 356.327.584 368.468.989 379.453.561
Harga air dorongan (Rp/Liter)
Pembelian air per-tahun (Rp)
NFV pembelian air tahun 2009 (Rp)
20 25 25 25 30 30 35 35 55 65 70 75 85 90 95 105 120 125 140 150
4.251.348.700 5.500.669.224 5.698.999.661 5.910.123.818 7.362.084.899 7.649.951.251 9.283.409.273 9.666.350.816 15.851.363.974 19.569.810.798 22.039.715.137 24.721.451.186 29.363.679.440 32.620.469.861 36.166.557.107 38.702.765.876 42.787.268.244 44.540.947.970 51.585.658.525 56.918.034.134
20.125.105.454 23.773.541.319 22.489.693.949 22.224.931.644 25.220.925.049 23.990.382.166 26.797.620.913 26.207.406.219 38.696.390.477 44.843.358.915 49.507.926.525 50.760.442.536 53.569.354.558 53.938.955.650 56.922.254.493 57.196.218.925 53.994.048.941 52.727.063.768 57.291.032.358 56.918.034.134
99
Tabel 65. Pengeluaran biaya untuk penyakit infeksi saluran pernafasan Tahun 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008** 2009**
Jumlah penderita (Orang)* 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 43 45 47
Biaya sakit rata-rata (Rp/org/bln)* 21.000 23.000 25.000 27.000 30.000 32.000 35.000 37.000 58.000 70.000 73.000 81.000 91.000 97.000 103.000 114.000 128.000 137.000 150.000 166.000
Total biaya sakit (Rp/Tahun) 6.300.000 7.176.000 8.100.000 9.072.000 10.440.000 11.520.000 13.020.000 14.208.000 22.968.000 28.560.000 30.660.000 34.992.000 40.404.000 44.232.000 48.204.000 54.720.000 62.976.000 70.692.000 81.000.000 93.624.000
Jumlah
NFV total biaya sakit tahun 2009 (Rp) 29.823.045 31.014.214 31.964.649 34.115.119 35.765.203 36.126.923 37.583.717 38.520.724 56.069.541 65.443.981 68.871.717 71.848.913 73.710.660 73.138.980 75.867.889 80.867.014 79.470.585 83.684.379 89.958.600 93.624.000 1.187.469.853
Sumber: * DPLH Kota Bekasi (2008) ** Data Proyeksi Dihitung oleh DPLH Kota Bekasi
c.
Biaya pengobatan akibat penurunan kualitas air. Berdasarkan data DPLH Kota Bekasi (2008) tentang kunjungan pasien dan
jenis penyakit di Kecamatan Bantar Gebang, terlihat dalam Gambar 13.Dari Gambar 13 terlihat jumlah penderita anak anak lebih banyak dari penderita penyakit dewasa. Hal ini disebabkan anak-anak cenderung lebih peka terkena penyakit. Perhitungan NFV dari biaya pengobatan untuk setiap penyakit yang di derita pasien sebesar Rp 41.774.791.034,-.Rincian pengobatan dapat dilihat pada Tabel 66.
perhitungan dari biaya
100 Tabel 66. Total biaya pengobatan per tahun sesuai dengan jenis penyakit di Kelurahan Cikiwul, Ciketing Udik, Sumur Batu dan Taman Rahayu akibat Keberadaan TPA Bandar Gebang Tahun 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Biaya berobat penyakit Biaya berobat penyakit Biaya berobat penyakit Biaya berobat penyakit umum (Rp)* kulit (Rp)* mata (Rp)* anak (Rp)* Setiap kali Total biaya Setiap kali Total biaya Setiap kali Total biaya Setiap kali Total biaya kunjungan dalam setahun kunjungan dalam setahun kunjungan dalam setahun kunjungan dalam setahun 11.000 31.129.712 16.000 31.974.739 11.000 27.102.033 16.000 116.298.163 12.000 35.406.392 18.000 37.503.996 12.000 30.825.380 18.000 136.409.113 13.000 39.990.956 19.000 41.274.008 13.000 34.816.776 19.000 150.121.360 14.000 44.901.875 21.000 47.562.026 14.000 39.092.302 21.000 172.992.069 15.000 50.158.635 22.000 51.949.545 15.000 43.668.922 22.000 188.950.302 16.000 55.781.789 24.000 59.086.507 16.000 48.564.532 24.000 214.908.781 18.000 65.427.899 26.000 66.737.269 18.000 56.962.592 26.000 242.736.047 19.000 72.004.905 28.000 74.932.656 19.000 62.688.640 28.000 272.544.215 30.000 118.535.311 44.000 122.767.604 30.000 103.198.767 44.000 446.528.952 35.000 144.182.497 53.000 154.178.914 35.000 125.527.624 53.000 560.777.817 37.000 158.914.758 55.000 166.812.968 37.000 138.353.770 55.000 606.730.260 41.000 183.596.490 61.000 192.892.333 41.000 159.842.086 61.000 701.585.832 46.000 214.761.465 68.000 224.187.840 46.000 186.974.820 68.000 815.413.500 49.000 176.566.478 73.000 155.070.068 49.000 187.354.440 73.000 1.028.099.880 52.000 343.631.340 77.000 265.084.628 52.000 241.573.410 77.000 1.140.064.695 57.000 183.682.215 85.000 311.521.388 57.000 296.211.330 85.000 1.335.148.763 50.000 211.911.750 75.000 291.640.500 50.000 279.798.750 75.000 1.032.797.250 69.000 304.387.249 103.000 416.884.863 69.000 401.899.242 103.000 1.476.329.728 76.000 348.966.138 113.000 476.046.828 76.000 460.759.204 113.000 1.685.842.175 83.000 396.679.830 125.000 548.117.384 83.000 523.758.218 125.000 1.941.068.289 Jumlah
Sumber: * DPLH Kota Bekasi (2008) ** Hasil Pengolahan
Total biaya per NFV total biaya tahun tahun (Rp)** 2009 (Rp)** 206.504.646 240.144.880 266.203.100 304.548.272 334.727.404 378.341.609 431.863.807 482.170.415 791.030.634 984.666.851 1.070.811.756 1.237.916.741 1.441.337.625 1.547.090.865 1.990.354.073 2.126.563.695 1.816.148.250 2.599.501.081 2.971.614.345 3.409.623.720
977.555,140 1.037.890.845 1.050.504.755 1.145.249.194 1.146.704.347 1.186.485.964 1.246.624.192 1.307.260.224 1.931.066.016 2.256.320.691 2.405.370.006 2.541.808.776 2.629.490.845 2.558.162.587 3.132.602.330 3.142.705.693 2.291.831.227 3.077.259.590 3.300.274.892 3.409.623.720 41.774.791.034
101
Gambar 13. Kecenderungan jumlah penderita sakit berdasarkan jenis penyakit. d.
Penurunan produktifitas kerja Berdasarkan data DPLH Kota Bekasi (2008) jumlah penduduk disekitar
TPA Sampah Bantar Gebang yang menjadi karyawan dan tidak masuk kerja karena sakit sejak tahun 1990-2009 berjumlah 137.139 orang. Kerugian akibat tidak masuk kerja sebesar Rp 49.153.528.370,-. Rincian perhitungan kerugian akibat tidak masuk kerja dapat dilihat pada Tabel 67. e.
Penurunan produksi pertanian Nilai kerugian akibat gagal panen padi sawah karena luapan air permukaan
pada musim hujan yang mengandung sampah sebesar Rp 1.733.546.040,-. Perhitungan tersebut dengan asumsi luas sawah yang mengalami gagal panen 1 kali setiap tahunnya dari rata-rata produksi padi. Hasil perhitungan penurunan hasil produksi pertanian dapat di lihat pada Tabel 68. f.
Penurunan kualitas lingkungan akibat emisi gas metana (CH4) Sampah dapat menghasilkan salah satu gas rumah kaca (GRK) berupa gas
metana (CH4), yang diperkirakan setiap 1 ton sampah padat akan menghasilkan 50 kg gas CH4. Walaupun dalam jumlah yang cukup kecil namun berdasarkan indeks potensi pemanasan global (GWT = Global Warning Potential), gas CH4 akan memberikan dampak yang sama dengan 21 kali dampak yang disebabkan gas CO2. Indeks potensi pemanasan global Indeks GWT ditentukan dengan menggunakan CO2 sebagai acuan yaitu dengan membandingkan satu satuan berat GRK tertentu dengan sejumlah CO2 yang memberikan dampak pemanasan global
102
yang sama. TPA adalah sumber antropogenik CH4 yang merupakan emisi dari salah satu kegiatan manusia dan memberikan kontribusi secara global sebesar 2070 Tg CH4 pertahun Tabel 67. Nilai kerugian karena tidak masuk kerja akibat sakit berkaitan dengan keberadaan TPA Sampah Bantar Gebang Tahun 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Jumlah Karyawan Upah kerja yang tidak masuk perhari (Rp) kerja 3.922 4.154 4.402 4.668 4.954 5.261 5.590 5.944 6.336 6.758 7.212 7.700 8.227 8.794 9.406 8.937 8.469 8.422 8.816 9.167
Sumber: * Hasil pengolahan
5.000 6.000 6.000 7.000 7.000 8.000 9.000 9.000 14.000 17.000 17.000 19.000 22.000 23.000 24.000 27.000 34.000 36.000 35.000 44.000 Jumlah
Nilai kerugian (Rp/Tahun)* 137.267.230 174.457.559 184.889.833 228.752.985 242.750.009 294.598.629 352.168.864 374.461.933 620.923.556 804.168.314 858.179.883 1.024.136.836 1.266.909.360 1.415.833.889 1.580.155.375 1.689.007.840 2.015.715.758 2.122.450.287 2.159.815.768 2.823.494.862
Nilai kerugian tahun 2009 (Rp)* 1.253.654.429 1.421.689.601 1.344.913.810 1.550.594.114 1.466.349.389 1.594.063.305 1.717.000.296 1.679.183.551 2.454.344.201 2.922.357.652 2.995.886.010 3.204.183.673 3.454.775.529 3.434.689.844 3.583.186.350 3.664.725.506 2.578.648.529 2.522.519.208 3.568.833.794 2.741.929.578 49.153.528.370
103
Tabel 68. Penurunan produksi pertanian
Tahun
Luas sawah (ha)*
Rata-rata produksi padi (ton/ha)*
Rata-rata produksi padi yang rusak (ton/ha)*
Harga padi perton (Rp)*
Nilai penurunan pertanian karena dampak TPA (Rp/tahun)**
NFV nilai penurunan pertanian (Rp)**
1990
197.6
0,47
0,16
382.000
11.871.849
56.199.156
1991
197.6
0,48
0,16
418.000
13.121.881
56.711.930
1992
197.6
0,48
0,16
450.000
14.269.118
56.309.547
1993
197.6
0,49
0,16
493.000
15.790.516
59.379.998
1994
197.6
0,49
0,16
535.000
17.308.841
59.296.381
1995
197.6
0,50
0,17
586.000
19.150.346
60.055.825
1996
197.6
0,50
0,17
632.000
20.862.238
60.221.233
1997
197.6
0,51
0,17
671.000
22.373.357
60.658.636
1998
197.6
0,51
0,17
1.063.000
35.801.952
87.399.816
1999
197.6
0,52
0,17
1.281.000
43.580.015
99.861.683
2000
197.6
0,52
0,17
1.329.000
45.669.686
102.588.053
2001
197.6
0,53
0,18
1.481.000
51.407.077
105.553.916
2002
197.6
0,53
0,18
1.657.000
58.097.195
105.989.076
2003
197.6
0,54
0,18
1.766.000
62.544.361
103.419.036
2004
197.6
0,54
0,18
1.877.000
67.146.989
105.682.108
2005
197.6
0,55
0,18
2.073.000
74.907.685
110.701.038
2006
197.6
0,55
0,18
2.344.000
85.555.806
107.964.461
2007
197.6
0,56
0,19
2.496.000
92.024.034
108.936.996
2008
197.6
0,57
0,19
2.750.000
102.412.787
113.739.641
2009
197.6
0,57
0,19
3.031.000
112.877.511
112.877.511
Jumlah Sumber: * DPLH Kota Bekasi (2008) ** Hasil Pengolahan
1.733.546.040
Tabel 69 menunjukkan estimasi emisi CH4 yang dihasilkan dari TPA Sampah Bantar Gebang. Didalam laporan IPCC Tahun 2007 terdapat estimasi biaya sosial karbon dioksida adalah harga kerusakan dari perubahan iklim agregat di seluruh dunia yang diperkirakan sebesar 12 USD per ton CO2 untuk tahun 2005 (UNEP, 2009). Perkiraan nilai kerugian akibat emisi CH4 yang merupakan hasil konversi dari nilai gas CO2 di TPA Sampah Bantar Gebang tahun 1990-2009 adalah sebesar Rp 20.139.375.449,- yang dapat dilihat pada Tabel 69.
104
Tabel 69. Estimasi emisi CH4 yang dihasilkan dari TPA Sampah Bantar Gebang Tahun
Penduduk (Juta Jiwa)
Sampah DKI (Juta Ton) Volume Total
1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
8.26 8.43 8.60 8.78 8.96 9.11 8.96 8.81 8.67 8.53 8.36 6.46 8.56 8.66 8.77 8.86 8.96 9.07 9.18 9.29
2.20 2.23 2.25 2.20 2.29 2.31 2.33 2.36 2.38 2.40 2.42 2.45 2.47 2.50 2.52 2.54 2.57 2.59 2.62 2.65
Yang Masuk Bantar Gebang 1.87 1.88 1.90 1.92 1.94 1.96 1.98 2.00 2.01 2.03 2.05 2.07 2.09 2.11 2.13 2.15 2.17 2.20 2.23 2.25
Total CH4 yang dihasilkan (Juta Ton) 0.00935 0.00940 0.00950 0.00960 0.00970 0.00980 0.00990 0.01000 0.01005 0.01015 0.01025 0.01035 0.01045 0.01055 0.01065 0.01075 0.01085 0.01100 0.01113 0.01127 Jumlah
Total Emisi CH4* (Juta Ton) 0.00655 0.00658 0.00665 0.0672 0.00679 0.00686 0.00693 0.00700 0.00704 0.00711 0.00718 0.00725 0.00732 0.00739 0.00746 0.00753 0.00760 0.00770 0.00779 0.00789
Biaya Sosial Emisi Gas Metan Harga Satuan (Rp/ton)
Total Biaya (Rp/tahun)
21.200 138.754.000 23.200 152.656.000 24.950 165.917.500 27.400 184.128.000 29.700 201.663.000 32.500 222.950.000 35.100 243.243.000 37.300 261.000.000 59.050 415.416.750 71.150 505.520.750 73.800 529.515.000 82.250 595.901.250 92.050 673.345.750 98.100 724.468.500 104.200 776.811.000 115.100 866.127.500 130.200 988.869.000 138.600 1.067.220.000 152.750 1.190.439.526 168.350 1.327.737.657
NFV Total Biaya (Rp) 656.836.002 659.769.489 654.752.416 692.410.572 690.854.218 699.175.136 702.148.695 707.894.209 1.014.116.438 1.158.378.518 1.189.452.293 1.223.561.308 1.228.412.035 1.197.931.068 1.222.616.610 1.279.991.675 1.247.872.168 1.263.362.806 1.322.102.137 1.327.737.657 20.139.375.449
Sumber: BPS Kota Jakarta dan hasil analisa Total emisi CH4 = 70% dari total CH4 yang dihasilkan (Jegers & Peters, 1985)
g.
Penurunan kualitas lingkungan akibat bau busuk Dampak TPA Sampah Bantar Gebang yang menggunakan metoda sanitary
landfill adalah terjadinya penurunan kualitas lingkungan akibat bau busuk. Mengacu pada hasil penelitian Defra (2004), perhitungan NFV penurunan kualitas lingkungan akibat bau busuk pada radius 1000 m, 1000-2500 m dan 2500-5000 m masing-masing sebesar Rp 338.361.550.652,-, Rp 186.095.207.748,-, Rp 234.607.408.686,-. Atau secara total nilai NFV kerugian atas dampak bau busuk tahun 1990-2009 mencapai sebesar Rp 759.064.167.086,-. Rincian perhitungan NFV dari penurunan kualitas akibat bau dapat dilihat pada Tabel 70, Tabel 71 dan Tabel 72 serta peta titik sampel survai penyebaran bau dapat dilihat pada Lampiran 1.
105
Tabel 70. Pengeluaran untuk dampak bau yang busuk pada kawasan radius 1000 m dari TPA Sampah Bantar Gebang Tahun 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Jumlah penduduk (Jiwa) 22.384 24.555 26.726 28.897 31.068 33.239 35.410 37.581 39.752 41.924 44.095 46.266 48.437 50.608 52.779 49.465 46.150 45.515 47.686 49.514
Kompensasi dampak bau busuk pertahun selama 1tahun (Rp) per-orang Total 62.000 67.500 72.500 79.500 86.000 94.500 102.000 108.500 171.000 206.000 213.500 238.500 266.000 283.500 301.500 333.000 376.500 401.000 442.000 487.000 Jumlah
1.387.784.283 1.657.443.344 1.937.621.584 2.297.304.639 2.671.849.070 3.141.096.007 3.611.841.412 4.077.571.990 6.797.661.667 8.636.242.268 9.414.198.146 11.034.370.319 12.884.189.435 14.347.339.970 15.912.868.462 16.471.695.764 17.375.514.085 18.251.439.636 21.077.172.575 24.113.397.319
kompensasi dampak bau busuk tahun 2009 (Rp) 6.569.516.407 7.163.364.350 7.646.344.797 8.638.979.508 9.153.182.292 9.850.532.526 10.425.992.662 11.055.111.446 16.594.469.134 19.789.568.519 21.147.162.166 22.656.822.055 23.505.150.757 23.723.770.309 25.045.136.190 24.342.413.149 21.926.484.124 21.605.845.079 23.408.307.861 24.113.397.319 338.361.550.652
106
Tabel 71. Pengeluaran untuk dampak bau busuk pada kawasan dengan jarak 1000 m sampai dengan 2500 m dari TPA Sampah Bantar Gebang Tahun
Jumlah penduduk (Jiwa)
1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
44.574 48.898 53.221 57.545 61.868 66.192 70.515 74.839 79.162 83.485 87.809 92.132 96.456 100.779 105.103 98.503 91.902 90.637 94.961 98.601
Kompensasi dampak bau busuk per-tahun selama 100 hari (Rp) per-orang Total 17.500 780.048.484 19.000 929.055.788 20.000 1.064.422.940 22.000 1.265.981.662 24.000 1.484.834.279 26.000 1.720.980.792 28.500 2.009.678.723 30.000 2.245.155.507 47.500 3.760.194.566 57.000 4.758.671.496 59.000 5.180.727.390 66.000 6.080.739.244 73.500 7.089.507.677 78.500 7.911.179.818 83.000 8.723.535.282 91.500 9.012.980.799 103.500 9.511.878.741 110.000 9.970.081.583 121.500 11.537.710.382 133.500 13.163.275.767 Jumlah
NFV kompensasi dampak bau busuk selama 100 hari Tahun 2009 (Rp) 3.692.606.535 4.015.319.820 4.200.482.116 4.760.704.980 5.086.724.016 5.397.026.145 5.801.167.113 6.087.064.655 9.179.396.639 10.904.285.997 11.637.494.831 12.485.554.050 12.933.677.170 13.081.380.470 13.729.902.293 13.319.679.130 12.003.216.549 11.802.468.321 12.813.781.150 13.163.275.767 186.095.207.748
107
Tabel 72. Pengeluaran untuk dampak bau busuk pada kawasan dengan jarak 2500 m sampai dengan 5000 m dari TPA Sampah Bantar Gebang
Tahun 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
h.
Jumlah penduduk (Jiwa) 131.406 144.152 156.898 169.644 182.389 195.135 207.881 220.627 233.372 246.118 258.864 271.610 284.355 297.101 309.847 290.389 270.931 267.201 279.947 290.680
50% kompensasi dampak bau busuk per-tahun selama 100 hari (Rp) per-orang 9.000 10.000 10.000 11.000 12.500 13.500 14.500 15.000 24.000 28.500 30.000 33.500 37.000 39.500 42.000 46.000 52.000 55.000 61.000 67.000 Jumlah
Total 1.182.657.001 1.441.520.894 1.568.978.453 1.866.079.614 2.279.866.965 2.634.324.028 3.014.272.602 3.309.399.376 5.600.937.145 7.014.366.904 7.765.916.788 9.098.923.237 10.521.149.978 11.735.495.850 13.013.570.502 13.357.892.153 14.088.412.155 14.696.078.589 17.076.778.275 19.475.573.985
NFV kompensasi dampak bau busuk selama 100 hari Tahun 2009 (Rp) 5.598.481.456 6.230.161.302 6.191.585.774 7.017.364.295 7.810.335.611 8.261.286.655 8.701.042.058 8.972.442.181 13.673.022.153 16.073.112.606 11.048.258.823 18.682.777.424 19.194.161.777 19.405.005.290 20.481.954.359 9.655.792.765 11.453.411.063 11.387.159.618 12.125.464.396 12.644.589.080 234.607.408.686
Penurunan nilai tanah Ketidaknyamanan akibat keberadaan TPA Sampah Bantar Gebang
mengakibatkan penurunan nilai tanah dibandingkan apabila tidak ada TPA. Salah satu cara dalam menentukan penurunan nilai tanah adalah dengan metoda harga hedonic (Brisson dan Pearce, 1995). NFV kerugian akibat penurunan nilai tanah tahun 2009 pada kawasan radius 100 m dari TPA Sampah Bantar Gebang sebesar Rp 43.128.000.000,- dan pada kawasan radius 200 m dari TPA Sampah Bantar Gebang sebesar Rp 41.068.000.000,-, atau total penurunan nilai tanah sebesar Rp 84.196.000.000,-, rincian perhitungan penurunan nilai tanah dapat dilihat pada Tabel 73 dan Tabel 74.
108
Tabel 73. Penurunan nilai tanah dengan jarak 100 m dari TPA Sampah Bantar Gebang Tahun 2009 Lokasi Cikiwul Ciketing Udik Sumur Batu Taman Rahayu Jumlah
Luas Lahan (m2) 120.200 352.800 264.100 110.900 848.000
Harga Pasaran 150.000 100.000 50.000 50.000 350.000
Harga Wajar 250.000 150.000 80.000 100.000 580.000
Kerugian penurunan nilai tanah -120.020.000.000 -17.640.000.000 -7.923.000.000 -5.545.000.000 -151.128.000.000
Tabel 74. Penurunan nilai tanah dengan jarak 200 m dari TPA Sampah Bantar Gebang tahun 2009 Lokasi Cikiwul Ciketing Udik Sumur Batu Taman Rahayu Jumlah
5.4.2 a.
Luas Lahan (m2) 133.600 270.100 288.600 110.900 803.200
Harga Pasaran 150.000 100.000 50.000 50.000 350.000
Harga Wajar 250.000 150.000 80.000 100.000 580.000
Kerugian penurunan nilai tanah -13.360.000.000 -13.505.000.000 -8.658.000.000 -5.545.000.000 -41.068.000.000
Eksternalitas Positif Pengelolaan TPA Sampah Eksternalitas positif dari pendapatan pekerja di TPA Sampah Bantar Gebang Pekerjaan yang terkait dalam kegiatan ekonomi di lingkungan TPA Sampah
Bantar Gebang meliputi pemulung, pekerja, pemilik lapak dan bandar. Jumlah pemulung dan pekerja daur ulang, demikian pula jumlah lapak dan bandar mengalami peningkatan yang cukup besar pada tahun 1997-2000 hal ini terjadi akibat dampak dari krisis ekonomi, selanjutnya mengalami penurunan sejalan dengan menurunnya harga material daur ulang. Perkembangan jumlah pemulung dan pekerja daur ulang dapat dilihat pada Gambar 14. Perkembangan jumlah lapak dan bandar dapat dilihat pada Gambar 15. NFV pendapatan pemulung, pekerja daur ulang, lapak dan bandar dalam satu tahun berturut turut sebesar Rp 1.569.020.737.970,-, Rp 214.514.554.019,-, Rp 163.986.818.901,- dan Rp 55.896.363.790,-, rincian perhitungan NFV dari pemulung, pekerja daur ulang, lapak dan bandar dapat di lihat pada Tabel 75.
109
Gambar 14. Perkembangan jumlah pemulung dan pekerja daur ulang di TPA Sampah Bantar Gebang
Gambar 15. Perkembangan jumlah jumlah lapak dan bandar di TPA Sampah Bantar Gebang b.
Nilai keberadaan TPA Sampah Bantar Gebang Nilai keberadaan dari TPA Sampah Bantar Gebang yang dihitung
berdasarkan proksi panjang jalan dan luas dampak ekonomi yang ditimbulkan adalah sebesar Rp 187.500.000.000,-. Rincian perhitungan nilai keberadaan TPA Sampah Bantar Gebang dapat dilihat pada Tabel 76.
110
Tabel 75. Rincian perhitungan NPV dari pemulung, pekerja daur ulang, lapak dan bandar Buruh pengolah material daur ulang sampah
Tahun
Discount rate
Discount rate
Pemulung
1990
9.53%
473.38%
1,874,591,411
256,291,795
201,372,124
66,782,319
1991
9.52%
432.19%
2,852,477,877
389,987,210
311,989,768
101,619,524
1992
4.94%
394.63%
4,531,876,832
619,592,536
472,070,503
161,448,112
1993
9.77%
376.05%
10,920,448,281
1,493,030,038
1,137,546,696
389,040,970
1994
9.24%
342.58%
19,972,330,537
2,730,592,066
2,106,456,736
711,514,275
1995
8.64%
313.60%
36,634,958,220
5,008,685,694
3,816,141,481
1,305,120,387
1996
6.47%
288.66%
56,265,883,734
7,692,601,292
5,934,292,425
2,004,472,108
1997
11.06%
271.12%
126,927,519,283
17,353,371,777
13,262,934,144
4,521,792,874
1998
6.54%
244.12%
166,758,547,577
22,799,020,177
17,457,535,449
5,940,773,257
1999
2.01%
229.15%
178,962,707,787
24,467,557,705
18,735,158,471
6,375,546,465
2000
9.40%
224.63%
197,427,763,256
26,992,077,008
20,668,218,966
7,033,364,066
2001
12.55%
205.33%
100,282,948,390
13,710,559,350
10,498,371,160
3,572,580,036
2002
10.33%
182.43%
58,818,567,470
8,041,601,021
6,126,934,111
2,095,411,466
2003
5.06%
165.35%
96,946,518,039
13,254,406,763
10,149,088,607
3,453,719,705
2004
6.50%
157.39%
89,983,339,728
12,302,409,728
9,373,264,555
3,205,656,478
2005
17.11%
147.78%
91,001,991,441
12,441,678,517
9,479,374,108
3,241,945,945
2006
6.60%
126.19%
83,265,804,864
11,383,996,759
8,673,521,340
2,966,344,298
2007
6.59%
118.38%
83,325,691,542
11,392,184,391
8,679,759,536
2,968,477,761
2008
11.06%
111.06%
83,066,771,700
11,356,785,193
8,652,788,719
2,959,253,742
2009
10.00%
100.00%
79,200,000,000
10,828,125,000
8,250,000,000
2,821,500,000
2.399.037.650 3.656.074.379 5.784.987.983 13.940.065.986 25.520.893.614 46.764.905.782 71.897.249.559 162.065.618.078 212.955.876.461 228.540.970.428 252.121.423.296 128.064.458.937 75.082.514.069 123.803.733.114 114.864.670.489 116.164.990.011 106.289.667.261 106.366.113.230 106.035.599.354 101.099.625.000
1,569,020,737,970
214,514,554,019
163,986,818,901
55,896,363,790
2.003.418.474.680
Jumlah
Lapak
Bandar
Eksternalitas Positif
111
Tabel 76. Nilai keberadaan TPA Sampah Bantar Gebang Tahun
Panjang jalan (m)*
2009
2.500
Luas wilayah pengembangan (m2)*** 500
Harga tanah (Rp/m2)* 150.000
Nilai keberadaan (Rp)** 187.500.000.000
Sumber: * DPLH Kota Bekasi 2008 ** Hasil pengolahan *** Utama, 2001
5.5.
Nilai Ekonomi Total Dampak Nilai ekonomi total dampak pengelolaan TPA sampah Tahun 1990 -2009
dihitung dari eksternalitas negatif dan eksternalitas positif. Hasil perhitungan eksternalitas negatif adalah sebesar Rp 1.708.492.565.826,- sedangkan hasil perhitungan eksternalitas positif adalah sebesar Rp 2.190.918.474.680,-, dengan demikian nilai ekonomi total dari keberadaan TPA Sampah Bantar Gebang sebesar Rp 482.425.908.854,-, artinya kegiatan daur ulang sampah di sektor informal selama ini manfaatnya lebih besar daripada biaya lingkungan yang ditanggung oleh masyarakat dan lingkungan sekitar. Rincian penghitungan dapat dilihat pada Tabel 77. Tabel 77. Nilai Ekonomi Total Dampak TPA Sampah Bantar Gebang Tahun 1990 - 2009
Eksternalitas
Eksternalitas negatif terdiri dari: Biaya pembelian air minum Biaya pengobatan Biaya akibat penurunan produktifitas kerja Biaya akibat penurunan produksi pertanian Biaya akibat emisi gas metana Biaya akibat penurunan kualitas udara Biaya kerugian akibat bau Biaya akibat penurunan nilai tanah Sub Total Biaya (Cost) Eksternalitas positif terdiri dari: Pendapatan Pemulung Pendapatan Lapak Pendapatan Bandar Pendapatan Pekerja Daur Ulang Nilai keberadaan Jalan Akses menuju TPA Sub Total Manfaat (Benefit) Nilai Ekonomi Total Dampak (Benefit – Cost)
Nilai Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
817.194.687.994,41.774.791.034,49.153.528.370,1.733.546.040,20.139.375.449,1.187.469.853,759.064.167.086,18.245.000.000,1.708.492.565.826,-
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
1.569.020.737.970,163.986.818.901,55.896.363.790,214.514.554.019,187.500.000.000,2.190.918.474.680,482.425.908.854,-
112
Potensi keberadaan TPA yang masih belum dimanfaatkan sepenuhnya dari perhitungan tersebut seperti pemanfaatan gas metana sebagai sumber energi, sampah basah (organik) sebagai sumber pupuk (kompos) dan sampah kering (anorganik) sebagai sumber bahan bakar. Benefit cost ratio (BCR) dari TPA Sampah Bantar Gebang adalah sebesar 1,28,
angka
tersebut
berdasarkan
perhitungan
(2.190.918.474.680:
1.708.492.565.826). 5.6. Alternatif Teknologi Analisis penentuan alternatif teknologi digunakan pendekatan model AHP yang menggunakan judgement dari para pakar. Pakar sebanyak 8 orang sebagai nara sumber analisis pengambilan keputusan berasal dari : 1. Kementerian Lingkungan Hidup 1 orang 2. Kementerian Pekerjaan Umum 2 orang 3. Dinas Kebersihan DKI Jakarta 2 orang 4. Dinas Kebersihan Kota Bekasi 1 orang 5. Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bekasi 1 orang 6. LSM Pemerhati Masalah Sampah 1 orang Beberapa kombinasi pengolahan sampah yang dapat diterapkan dalam pengolahan sampah yaitu Kombinasi 1 : Biodigester, daur ulang dan Pirolisys Sampah basah diolah dengan biodigester menghasilkan kompos &
metana
digunakan
untuk
pembangkit
tenaga
listrik
menghasilkan energi listrik. Sampah kering di daur ulang menjadi material daur ulang. Sisa sampah (basah & kering) diolah secara pirolisys menghasilkan
syngas
(syntetic
gas)
digunakan
untuk
pembangkit tenaga listrik menghasilkan energi listrik. Kombinasi 2 : Biodigester, daur ulang dan bahan bakar biomassa atau Refuse Derive Fuel (RDF)
113 Sampah basah diolah dengan biodigester menghasilkan kompos & metana digunakan untuk energi listrik. Sampah kering di daur ulang menghasilkan material daur ulang. Sisa sampah (basah & kering) diolah menjadi Refuse Derive Fuel (RDF). Kombinasi 3 : Komposter, daur ulang dan bahan bakar biomassa atau Refuse Derive Fuel (RDF) Sampah basah diolah dengan komposter menghasilkan kompos. Sampah kering di daur ulang menjadi material daur ulang. Sisa sampah (basah dan kering) diolah menjadi Refuse Derive Fuel (RDF). Kombinasi 4 : Komposter, daur ulang dan landfill Sampah basah diolah dengan komposter menghasilkan kompos. Sampah kering di daur ulang menjadi material daur ulang. Sisa sampah (basah & kering) dibuang ke landfill Kombinasi 5 : Biodigester, daur ulang dan landfill Sampah basah diolah biodigester menghasilkan kompos, metana digunakan untuk pembangkit listrik menghasilkan energi listrik. Sampah kering di daur ulang menjadi material daur ulang. Sisa sampah (basah & kering) dibuang ke landfill. 5.6.1 Aspek dan Kriteria Aspek yang paling prioritas berdasarkan analisis gabungan pendapat responden (Gambar 16) dalah aspek lingkungan (nilai bobot 0,444), Aspek berikutnya yang perlu diperhatikan adalah aspek sosial (nilai bobot 0,255), aspek teknis (nilai bobot 0,214) dan aspek ekonomi (nilai bobot 0,087)
114
TEKNIS
0.214
LINGKUNGAN
0.444
SOSIAL
EKONOMI
0.255
0.087
Gambar 16. Aspek yang dipertimbangkan dalam menentukan teknologi pengolahan sampah terpadu Aspek lingkungan mencakup 4 (empat) kriteria yaitu : konservasi sumber daya alam dan energi, kesehatan masyarakat, pencemaran lingkungan dan pemanasan global. Dari keempat kriteria tersebut, faktor pencemaran lingkungan merupakan kriteria yang paling utama untuk dipenuhi dengan nilai bobot 0,461. Selanjutnya kriteria kesehatan masyarakat (nilai bobot 0,344), kriteria pemanasan global (nilai bobot 0,104) dan konservasi sumberdaya (nilai bobot 0,092) pada Gambar 17. Pemanasan global
0.104
Pencemaran lingkungan
0.461
Kesehatan masyarakat
Konservasi sumber daya alam dan energi
0.344
0.092
Gambar 17. Kriteria yang dipertimbangkan dalam aspek lingkungan Aspek sosial mencakup 3 (tiga) kriteria yaitu : mengembangkan & meningkatkan peran masyarakat dalam upaya mengurangi jumlah sampah yang masuk ke TPA untuk memudahkan pengolahan sampah, pemerintah memfasilitasi penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah serta pemasaran kompos dan produk daur ulang sampah serta mengembangkan kerjasama antar daerah dan kemitraan dalam pengelolaan sampah serta meniadakan potensi konflik dengan masyarakat/pemulung. Dari ketiga kriteria tersebut, yang merupakan prioritas utama adalah mengembangkan kerjasama antar daerah dan kemitraan jejaring
115
dalam
pengelolaan
sampah
serta
meniadakan
potensi
konflik
dengan
masyarakat/pemulung (nilai bobot 0,375), pemerintah memfasilitasi penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah serta pemasaran kompos dan produk daur ulang sampah (nilai bobot 0,327), mengembangkan dan meningkatkan peran masyarakat dalam upaya mengurangi jumlah sampah yang masuk ke TPA untuk memudahkan pengolahan sampah (nilai bobot 0,298) pada Gambar 18. Mengembangkan kerjasama antar daerah dan kemitraan jejaring dalam pengelolaan sampah serta meniadakan potensi konflik dengan masyarakat/pemulung
0.375
Pemerintah memfasilitasi penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah serta pemasaran kompos dan produk daur ulang sampah
0.327
Mengembangkan & meningkatkan peran masyarakat dalam upaya mengurangi jumlah sampah yang masuk ke TPA untuk memudahkan pengolahan sampah
0.298
Gambar 18. Kriteria yang dipertimbangkan dalam aspek sosial Aspek teknis mencakup 2 (dua) kriteria yaitu : ketersediaan/keterbatasan lahan serta komposisi dan karakteristik sampah. Dari kedua kriteria tersebut, faktor komposisi dan karakteristik sampah merupakan kriteria yang paling utama untuk
dipenuhi
dengan
(nilai
bobot
0,581)
kemudian
kriteria
ketersediaan/keterbatasan lahan (nilai bobot 0,419) pada Gambar 19.
Komposisi dan karakteristik sampah
0.581
Ketersediaan/keterbatasan lahan
0.419
Gambar 19. Kriteria yang dipertimbangkan dalam aspek teknis Aspek ekonomi mencakup 4 (empat) kriteria yaitu : penyerapan tenaga kerja serta
membuka
peluang lapangan
usaha
dan peningkatan pendapatan,
mengembangkan manfaat hasil pengelolaan sampah, biaya Investasi dan O&M dapat ditanggung dari pendapatan TPA dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Bekasi. Dari keempat kriteria tersebut, faktor mengembangkan manfaat hasil
116
pengelolaan sampah merupakan kriteria yang paling utama untuk dipenuhi dengan nilai bobot 0,291, selanjutnya mengembangkan manfaat hasil pengelolaan sampah (nilai bobot 0,291), penyerapan tenaga kerja serta membuka peluang lapangan usaha dan peningkatan pendapatan (nilai bobot 0,274) dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Bekasi (nilai bobot 0,147) pada Gambar 20.
Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Bekasi
0.147
Biaya Investasi dan O&M dapat ditanggung dari pendapatan TPA
0.289
Mengembangkan manfaat hasil pengelolaan sampah
0.291
Penyerapan tenaga kerja serta membuka peluang lapangan usaha dan peningkatan pendapatan
0.274
Gambar 20. Kriteria yang dipertimbangkan dalam aspek ekonomi 5.6.2 Skala prioritas antara kombinasi 1 dan kombinasi lainnya Dari analisis, maka kombinasi 1 merupakan prioritas utama ditinjau dari aspek ekonomi, lingkungan dan teknis bila dibandingkan dengan kombinasi 2, kombinasi 3, kombinasi 4 dan kombinasi 5. Secara keseluruhan kombinasi 1 lebih prioritas dibandingkan kombinasi 2 dengan urutan aspek adalah aspek teknis, kemudian aspek lingkungan, aspek ekonomi dan aspek sosial. Kombinasi 1 sudah memenuhi cara pengelolaan sampah yang baik dengan tidak mencemari lingkungan dibandingkan kombinasi lainnya, dan secara teknis sudah memadai untuk dapat dioperasikan. Namun dari aspek sosial lebih diprioritaskan alternatif 2, alternatif 3 dan alternatif 5 dipengaruhi kurangnya keterlibatan masyarakat dan adanya potensi konflik dengan pemulung jika dipilih alternatif 1 seperti yang terlihat pada Gambar 21.
117
Gambar 21. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 1 dan kombinasi 2 berdasarkan setiap aspek Kombinasi 1 lebih prioritas bila dibandingkan dengan kombinasi 2 untuk aspek teknis, aspek lingkungan, dan aspek ekonomi. Kombinasi 1 lebih baik dari kombinasi 2 ditinjau dari kriteria teknis, namun kombinasi 2 lebih baik dari segi kriteria sosial, dapat dilihat pada Gambar 22.
Gambar 22. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 1 dan kombinasi 3 berdasarkan setiap aspek Secara keseluruhan kombinasi 1 lebih prioritas bila dibandingkan dengan kombinasi 3, tetapi kombinasi 3 lebih prioritas dari kriteria sosial, dilihat pada Gambar 23.
118
Gambar 23. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 1 dan kombinasi 4 berdasarkan setiap aspek Kombinasi 1 lebih prioritas bila dibandingkan dengan kombinasi 4 untuk semua aspek, terutama aspek lingkungan, dilihat pada gambar dilihat pada Gambar 24.
Gambar 24. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 1 dan kombinasi 5 berdasarkan setiap aspek Secara keseluruhan kombinasi 1 lebih prioritas bila dibandingkan dengan kombinasi 5, tetapi kombinasi 5 lebih prioritas untuk kriteria sosial, dilihat pada Gambar 24. 5.6.3 Skala prioritas antara kombinasi 2 dan kombinasi lainnya Ditinjau dari aspek ekonomi, sosial, lingkungan dan teknis, kombinasi 2 merupakan prioritas utama dibandingkan kombinasi 3, kombinasi 4 dan kombinasi 5. Antara kombinasi 2 dengan kombinasi 3 dan kombinasi 4, aspek
119
lingkungan yang paling prioritas dibandingkan aspek lainnya. Sedangkan antara kombinasi 2 dengan kombinasi 5, aspek teknis yang paling prioritas dibandingkan aspek lainnya. Ini menunjukkan bahwa secara teknis kombinasi 5 tidak memadai dibandingkan kombinasi 2.
Gambar 25. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 2 dan kombinasi 3 berdasarkan setiap aspek Aspek lingkungan, teknis dan ekonomi untuk kombinasi 2 lebih prioritas, sedangkan aspek sosial lebih prioritas untuk kombinasi 3. Penggunaan teknologi komposter dari aspek sosial lebih dapat dipenuhi dari pada biodigester, karena menggunakan lebih banyak tenaga kerja sehingga dapat menghindari konflik dengan masyarakat dan pemulung yang mendapat kesempatan mendapatkan penghasilan, dilihat pada Gambar 25.
Gambar 26. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 2 dan kombinasi 4 berdasarkan setiap aspek Secara keseluruhan aspek, kombinasi 2 lebih prioritas dibandingkan dengan kombinasi 4, dilihat pada Gambar 26.
120
Gambar 27. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 2 dan kombinasi 5 berdasarkan setiap aspek Aspek lingkungan, teknis dan ekonomi untuk kombinasi 2 lebih prioritas, sedangkan aspek sosial lebih prioritas untuk kombinasi 5. Penggunaan teknologi landfill dari aspek sosial lebih dapat dipenuhi dari pada Refuse Derive Fuel (RDF), karena menggunakan lebih banyak tenaga kerja sehingga dapat menghindari konflik dengan masyarakat dan pemulung yang mendapat kesempatan mendapatkan penghasilan. namun hasil akhir dari kombinasi Refuse Derive Fuel (RDF) lebih baik dengan kurang mencemari lingkungan (Gambar 27). 5.6.4 Skala prioritas antara kombinasi 3 dan kombinasi lainnya Ditinjau dari aspek ekonomi, sosial, lingkungan dan teknis, kombinasi 3 merupakan prioritas utama dibandingkan kombinasi 4 dan kombinasi 5.
Gambar 28. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 3 dan kombinasi 4 berdasarkan setiap aspek Kombinasi 3 lebih prioritas dibandingkan kombinasi 4, karena seluruh aspek paling prioritas, dilihat pada Gambar 28.
121
Gambar 29. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 3 dan kombinasi 5 berdasarkan setiap aspek Kombinasi 3 lebih prioritas dibandingkan kombinasi 5, karena seluruh aspek paling prioritas, dilihat pada Gambar 29. 5.6.5 Skala prioritas antara kombinasi 4 dan kombinasi lainnya Ditinjau dari aspek ekonomi, sosial, lingkungan dan teknis, kombinasi 4 lebih prioritas dibandingkan kombinasi 5. Ditinjau dari aspek lingkungan, teknologi biodigester lebih prioritas dibandingkan komposter dikarenakan biodigester dapat menghasilkan daya listrik dan kompos yang lebih baik, dilihat pada Gambar 30.
Gambar 30. Perbandingan skala prioritas antara kombinasi 4 dan kombinasi 1 berdasarkan setiap aspek Dari hasil analisis tersebut disusun skenario pengembangan TPA Sampah Bantar Gebang dengan pilihan kombinasi 1 yang terdiri dari: Biodigester, daur ulang dan Pirolisys.
122
5.7. Skenario Pengembangan TPA Sampah Bantar Gebang ke Depan Kebijakan penggunaan kombinasi 1 mempunyai 2 skenario yaitu skenario 1 menjadikan TPA Sampah Bantar Gebang sebagai tempat pengolahan sampah terpadu (TPST), yang menghasilkan energi listrik sebesar 26 MW, sedangkan skenario 2 menjadikan TPST yang menghasilkan energi listrik sebesar 31 MW. Skenario 1 dari pengembangan TPA Sampah Bantar Gebang sebagai tempat pengolahan sampah terpadu (TPST), adalah sesuai dengan rencana Pemerintah DKI Jakarta yang telah menunjuk Konsorsium perusahaan swasta yang akan menggunakan teknologi pengolahan sampah yang dapat menghasilkan energi listrik sebesar 26 MW. Skenario 2 dari pengembangan TPA Sampah Bantar Gebang sebagai tempat pengolahan sampah terpadu (TPST), adalah optimalisasi pilihan teknologi memaksimalkan daur ulang sampah kering dan memaksimalkan potensi gas metana sampah basah yang dapat menghasilkan energi listrik sebesar 31 MW. Perbedaan produk dan treament Skenario 1 dan Skenario 2 pada Kombinasi 1 disajikan pada Tabel 78 dan diuraikan dalam pembahasan berikut. Tabel 78 Produk dan treatment skenario 1 dan 2 pada kombinasi 1: Uraian
Satuan
Skenario 1
Skenario 2
Listrik Kompos Kertas daur ulang
MW Ribu ton/tahun Ribu ton/tahun
26 380 211
31 380 211
Plastik daur ulang Logam daur ulang Refuse Derived Fuel
Ribu ton/tahun Ribu ton/tahun Ribu ton/tahun
182 25 114
182 25 484
Unit Unit
3 3
1 9
Produk
Treatment Gasifikasi Pyrolysis Anaerobic Digester
5.7.1 TPST Bantar Gebang Skenario 1 Mulai tahun 2010 direncanakan dilakukan perubahan teknologi pengolahan sampah terpadu, dengan investasi modal sebesar 82.000.000 USD atau Rp 700.000.000.000 (1 USD =Rp. 8.537).
123
Dari pembangunan TPST ini diperoleh manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. Manfaat langsung berupa tipping fee, dan manfaat tidak langsung berupa hasil penjualan energi listrik. a.
Manfaat langsung Manfaat langsung diperoleh dari tipping fee sebesar Rp 107.800 per ton
sampah dengan sampah yang akan dikelola sebesar 6.740 ton per hari. Tipping fee yang diterima sebesar 6.740 ton per hari x 365 hari x Rp 107.800 per ton = Rp 265.198.780.000 pada tahun 2010. Secara keseluruhan sampai dengan tahun 2025 diperoleh tipping fee sebesar Rp 10.863.909.664.475 seperti pada Tabel 79. Tabel 79. Pendapatan yang diterima dari Tipping Fee Skenario 1 Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
b.
Volume sampah Tipping fee per (ton/hari) ton (Rp) 6,740 107,800 6,850 113,190 7,000 124,509 7,120 136,960 7,250 150,656 7,375 165,721 7,500 182,294 7,660 200,523 7,800 220,575 7,950 242,633 8,100 266,896 8,250 293,586 8,400 322,944 8,550 355,239 8,700 390,763 8,875 429,839 Jumlah
Penerimaan tipping NFV tipping fee fee (Rp/tahun) tahun 2010 (Rp) 265,198,780,000 265,198,780,000 283,003,297,500 257,275,725,000 318,120,495,000 262,909,500,000 355,931,388,120 267,416,520,000 398,673,148,913 272,299,125,000 446,101,506,283 276,993,937,500 499,028,803,639 281,688,750,000 560,642,226,595 287,698,110,000 627,977,846,499 292,956,300,000 704,059,777,902 298,590,075,000 789,078,317,120 304,223,850,000 884,059,966,403 309,857,625,000 990,147,162,371 315,491,400,000 1,108,611,197,869 321,125,175,000 1,240,866,568,843 326,758,950,000 1,392,409,181,418 333,331,687,500 10,863,909,664,475 4,673,815,510,000
Manfaat tidak langsung i) Penjualan energi listrik Dengan teknologi pengolahan sampah ini akan dihasilkan energi listrik
sebesar 26 MW yang akan dibangun dalam dua tahap dan diharapkan energi listrik ini dapat dijual dengan harga sebesar Rp 820 per kWH berdasarkan MOU antara Pengelola TPST Bantar Gebang dengan PLN Pembangkitan Jawa Barat.
124
Pada tahap 1, produksi energi listrik per hari = 14 MW, dengan membangun Jaringan Pengumpul Gas dari Landfill ke 8 unit @ 2MW Power Generator = 16 MW. Produksi efektif Tenaga listrik diperhitungkan sebesar 14 MW. Energi listrik yang digunakan sendiri sebesar 30% x 14.000 kW atau 4.200 kW per jam. Energi listrik yang dapat dijual sebesar 9.800 kW per jam. Harga jual listrik per tahun = 9.800 x 24 x 365 x Rp 820 = Rp 70.395.360.000 per tahun. Pada tahap 2, produksi energi listrik per hari = 26 MW, energi listrik yang digunakan sendiri sebesar 30% atau 7.800 kWh. Power generator menggunakan bahan bakar gas berasal dari: - 3 Unit Instalasi Gasifikasi Pyrolysis kapasitas @ 2,8 MW = 8,4 MW dengan kapasitas efektif 7 MW menggunakan bahan baku 3 x 190 ton/hari = 570 ton sampah kering per hari.atau 208.050 ton per tahun. - 3 Unit Instalasi Anaerobic Digester kapasitas @2 MW = 6 MW dengan kapaitas efektif 5 MW. menggunakan bahan baku 3 x 267 ton/hari = 801 ton sampah basah (biowaste) per hari. Atau 292.365 ton per tahun. Hasil penjualan listrik dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2025 diperoleh sebesar Rp 2.031.408.960.000,- lihat pada Tabel 80. Tabel 80. Hasil penjualan energi listrik Skenario 1 Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
Produksi listrik (kWh) 9.800 18.200 18.200 18.200 18.200 18.200 18.200 18.200 18.200 18.200 18.200 18.200 18.200 18.200 18.200 18.200
Durasi (jam) 8.760 8.760 8.760 8.760 8.760 8.760 8.760 8.760 8.760 8.760 8.760 8.760 8.760 8.760 8.760 8.760
Harga satuan listrik (Rp/kWh) 820 820 820 820 820 820 820 820 820 820 820 820 820 820 820 820 Jumlah
Harga jual listrik (Rp/tahun) 70.395.360.000 130.734.240.000 130.734.240.000 130.734.240.000 130.734.240.000 130.734.240.000 130.734.240.000 130.734.240.000 130.734.240.000 130.734.240.000 130.734.240.000 130.734.240.000 130.734.240.000 130.734.240.000 130.734.240.000 130.734.240.000 2.031.408.960.000
PV penerimaan penjualan energi listrik tahun 2010 (Rp) 70.395.360.000 118.849.309.091 108.044.826.446 98.222.569.497 89.293.244.997 81.175.677.270 73.796.070.245 67.087.336.587 60.988.487.806 55.444.079.824 50.403.708.931 45.821.553.573 41.655.957.794 37.869.052.540 34.426.411.400 31.296.737.636 1.064.770.383.637
125
ii) Penjualan Kompos Penanganan kompos mengacu pada dekomposisi terkontrol materi sampah yang mengandung karbon oleh mikro-organisme ke dalam satu materi humus yang stabil. Komposting bisa berpotensi menangani sampai dengan 30 –60% sampah organik padat. Pada tahun 2010, volume sampah yang diolah dalam TPST Bantar Gebang sebanyak 6.740 ton, Komposisi sampah organik sebesar 55,37% dari volume sampah total = 55,37% x 6.740 ton/hari x 365 hari = 1.267.628 ton/tahun. Kompos yang akan dihasilkan sebanyak 30% dari sampah organik yang diolah yaitu kompos berasal dari Instalasi Anaerobic Digester menggunakan 801 ton sampah basah per hari atau 292.365 ton per tahun dan Instalasi Aerobik Komposter menggunakan sisanya sebesar 617.087 ton sampah basah per tahun. Produksi kompos pada tahun 2010 sebesar = 30% x 1.267.628 ton/tahun = 380.288 ton/tahun. Harga kompos sebesar Rp 300 per kg atau Rp 300.000 per ton. Sehingga hasil penjualan kompos sebesar = 380.288 ton/tahun x Rp 300.000 per ton = Rp 114.086.522.475 per tahun. Jumlah penjualan dari produksi kompos sampai tahun 2025 sebesar Rp 4.176.464.981.453 seperti pada Tabel 81. iii) Penjualan material hasil daur ulang Pendapatan lain-lain dari hasil daur ulang sampah berupa logam, kertas dan plastik dihitung dengan asumsi berdasarkan hasil survai konsultan WJEMP pada awal tahun 2005 sebagai berikut: Volume kertas daur ulang Volume plastik daur ulang Volume logam daur ulang
= 7,32 % = 6,85 % = 1,06 %
dari volume sampah yang diolah dari volume sampah yang diolah dari volume sampah yang diolah
Pada tahun 2010 diperkirakan dari jumlah sampah yang masuk ke TPA Sampah Bantar Gebang rata-rata 6.740 ton/hari, dimana 8,60 % kertas dapat didaur ulang sehingga menghasilkan 8,60 % x 6740 ton/hari = 579,6 ton/hari atau 211,6 ton/tahun material kertas yang dapat dijual sebesar 211,6 ton/tahun x Rp 700.000 = Rp 148.162.733.666 Jumlah penjualan dari produksi kertas sampai tahun 2025 sebesar Rp 8.207.402.835.537 seperti yang disajikan pada Tabel 82. Sebesar 7,41% dari 6.740 ton/hari jumlah sampah yang masuk TPA Sampah Bantar Gebang dapat diperoleh hasil daur ulang berupa material plastik sebanyak 7,41% x 6.740 ton/hari x 365 hari = 182.189 ton/tahun dan dijual dengan harga
126
Rp 5.000.000 per ton = Rp 910.944.858.962 seperti yang disajikan pada Tabel 83. Hasil daur ulang lain berupa material logam/metal sebesar 1,05% dari jumlah sampah yang masuk TPA Sampah Bantar Gebang yaitu 1,06% x 6.740 ton/hari x 365 hari = 25.708 ton/tahun dengan nilai jual 25.708 ton/tahun x Rp 1.500.000 = Rp 38.562.067.500 seperti yang disajikan pada Tabel 84.
127
Tabel 81. Pendapatan yang diterima dari pengolahan kompos Skenario 1 Tahun
Volume sampah yang diolah (ton/hari)
% komposisi sampah organik
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
6,740 6,850 7,000 7,120 7,250 7,375 7,500 7,660 7,800 7,950 8,100 8,250 8,400 8,550 8,700 8,875
51.53% 50.76% 49.99% 49.22% 48.45% 47.69% 46.92% 46.15% 45.38% 44.61% 43.84% 43.07% 42.31% 41.54% 40.77% 40.00%
Volume sampah organik (ton/tahun) 1,267,628 1,269,102 1,277,257 1,279,181 1,282,201 1,283,621 1,284,339 1,290,252 1,291,954 1,294,500 1,296,204 1,297,066 1,297,087 1,296,266 1,294,604 1,295,750 Jumlah
Volume kompos yang dihasilkan (ton/tahun)
Harga satuan (Rp/ton)
Jumlah penjualan kompos per tahun (Rp)
PV penjualan kompos tahun 2010 (Rp)
380,288 380,731 383,177 383,754 384,660 385,086 385,302 387,076 387,586 388,350 388,861 389,120 389,126 388,880 388,381 388,725
300,000 330,000 363,000 399,300 439,230 483,153 531,468 584,615 643,077 707,384 778,123 855,935 941,529 1,035,681 1,139,250 1,253,174
114,086,522,475 125,641,087,853 139,093,317,248 153,233,132,239 168,954,309,803 186,055,542,220 204,775,669,381 226,290,240,288 249,247,702,786 274,712,630,484 302,581,627,857 333,061,215,681 366,373,213,799 402,755,539,294 442,462,991,649 487,140,238,397 4,176,464,981,453
114,086,522,475 114,219,170,775 114,953,154,750 115,126,320,240 115,398,066,938 115,525,853,438 115,590,526,875 116,122,673,880 116,275,892,850 116,504,972,325 116,658,316,125 116,735,924,250 116,737,796,700 116,663,933,475 116,514,334,575 116,617,500,000 1,853,730,959,670
128
Tabel 82. Pendapatan yang diterima dari daur ulang material kertas Skenario 1 Tahun
Jumlah sampah yang diolah (ton/hari)
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
6,740 6,850 7,000 7,120 7,250 7,375 7,500 7,660 7,800 7,950 8,100 8,250 8,400 8,550 8,700 8,875
% daur ulang 8.60% 8.86% 9.12% 9.37% 9.63% 9.89% 10.14% 10.40% 10.66% 10.91% 11.17% 11.43% 11.68% 11.94% 12.20% 12.46%
Jumlah kertas daur ulang (ton/tahun) 211,661 221,535 232,946 243,612 254,854 266,160 277,699 290,802 303,427 316,712 330,279 344,126 358,255 372,665 387,356 403,465 Jumlah
Harga satuan kertas daur ulang (Rp/ton) 700,000 770,000 847,000 931,700 1,024,870 1,127,357 1,240,093 1,364,102 1,500,512 1,650,563 1,815,620 1,997,182 2,196,900 2,416,590 2,658,249 2,924,074
Penjualan kertas daur ulang (Rp/tahun) 148,162,733,666 170,581,863,967 197,305,279,006 226,973,151,777 261,192,319,586 300,056,849,772 344,372,898,930 396,683,702,612 455,295,496,051 522,753,470,709 599,660,534,077 687,282,969,026 787,050,928,597 900,579,057,665 1,029,689,651,260 1,179,761,928,835 8,207,402,835,537
PV penjualan kertas daur ulang tahun 2010 (Rp) 148,162,733,666 155,074,421,789 163,062,214,054 170,528,288,338 178,397,868,715 186,311,696,153 194,389,523,663 203,561,462,365 212,398,709,084 221,698,501,924 231,195,094,849 240,888,487,861 250,778,680,959 260,865,674,142 271,149,467,412 282,425,625,912 3,370,888,450,886
129
Tabel 83. Pendapatan yang diterima dari daur ulang material plastik Skenario 1 Tahun
Volume sampah yang diolah (ton/hari)
% di daur ulang
Volume plastik daur ulang (ton/tahun)
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
6,740 6,850 7,000 7,120 7,250 7,375 7,500 7,660 7,800 7,950 8,100 8,250 8,400 8,550 8,700 8,875
7.41% 7.52% 7.63% 7.74% 7.85% 7.96% 8.07% 8.18% 8.29% 8.41% 8.52% 8.63% 8.74% 8.85% 8.96% 9.07%
182,189 187,941 194,897 201,127 207,740 214,314 220,989 228,811 236,158 243,924 251,813 259,823 267,955 276,209 284,584 293,909 Jumlah
Harga satuan plastik daur ulang (Rp/ton) 5,000,000 5,500,000 6,050,000 6,655,000 7,320,500 8,052,550 8,857,805 9,743,586 10,717,944 11,789,738 12,968,712 14,265,584 15,692,142 17,261,356 18,987,492 20,886,241
Penjualan plastik daur ulang (Rp/tahun) 910,944,858,962 1,033,677,885,755 1,179,125,919,670 1,338,497,028,772 1,520,761,486,650 1,725,773,251,107 1,957,478,158,550 2,229,441,302,672 2,531,123,682,912 2,875,804,760,895 3,265,689,243,291 3,706,528,842,767 4,204,789,364,734 4,767,737,587,199 5,403,538,533,497 6,138,656,353,194 44,789,568,260,626
PV penjualan plastik daur ulang tahun 2010 (Rp) 910,944,858,962 939,707,168,868 974,484,231,132 1,005,632,628,679 1,038,700,557,783 1,071,569,410,377 1,104,945,389,151 1,144,055,903,585 1,180,787,878,302 1,219,621,950,000 1,259,064,573,113 1,299,115,747,642 1,339,775,473,585 1,381,043,750,943 1,422,920,579,717 1,469,545,524,764 18,761,915,626,604
130
Tabel 84. Pendapatan yang diterima dari daur ulang material logam/metal Skenario 1 Tahun
Volume sampah yang diolah (ton/hari)
% di daur ulang
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
6,740 6,850 7,000 7,120 7,250 7,375 7,500 7,660 7,800 7,950 8,100 8,250 8,400 8,550 8,700 8,875
1.05% 1.04% 1.04% 1.04% 1.03% 1.03% 1.03% 1.02% 1.02% 1.02% 1.02% 1.01% 1.01% 1.01% 1.00% 1.00%
Volume logam daur ulang (ton/tahun) 25,708 26,053 26,546 26,924 27,336 27,726 28,114 28,630 29,068 29,540 30,008 30,474 30,936 31,395 31,850 32,394 Jumlah
Harga satuan logam daur ulang (Rp/ton) 1,500,000 1,650,000 1,815,000 1,996,500 2,196,150 2,415,765 2,657,342 2,923,076 3,215,383 3,536,922 3,890,614 4,279,675 4,707,643 5,178,407 5,696,248 6,265,872
Penjualan logam daur ulang (Rp/tahun) 38,562,067,500 42,986,798,250 48,181,806,750 53,752,903,512 60,033,434,814 66,980,255,317 74,708,831,099 83,687,702,629 93,464,341,294 104,480,007,858 116,751,383,656 130,418,175,802 145,635,347,935 162,574,761,670 181,426,992,500 202,975,099,332 1,606,619,909,916
PV penjualan logam daur ulang tahun 2010 (Rp) 38,562,067,500 39,078,907,500 39,819,675,000 40,385,352,000 41,003,643,750 41,589,468,750 42,171,187,500 42,945,024,000 43,601,805,000 44,309,722,500 45,012,712,500 45,710,775,000 46,403,910,000 47,092,117,500 47,775,397,500 48,590,625,000 694,052,391,000
131
Berdasarkan prediksi tahun 2010 komposisi sampah rata-rata DKI Jakarta, sampah kering yang tidak didaur-ulang berupa kertas sebesar 13,15 % x 6.740 ton = 886,31 ton per hari dan plastik sebesar 6.4 % x 6.740 ton = 431,36 ton per hari akan dijadikan bahan baku untuk Proses Gasifikasi Pyrolisys. Ini mencukupi untuk feedstock Instalasi Gasifikasi sebesar 1317,67 ton sampah kering per hari dari perkiraan kebutuhan 801 ton sampah kering per hari. Pendapatan dari hasil proses daur ulang material/logam sebesar Rp 1.606.619.909.916 ini. Kontribusi pendapatan dari daur ulang material plastik sebesar 83,61% adalah yang terbesar, diikuti material kertas sebesar 12,51% dan material logam/metal 3,88%. Manfaat tidak langsung dari sampah plastik dan kertas yang tidak dapat di daur ulang dan tidak digunakan sebagai bahan baku gasifikasi dilakukan dengan menjadikan material ini menjadi Refuse Derived Fuel (RDF) yang dapat di jual ke pabrik semen. Hasil penjualan menjadi RDF pada tahun 2010 adalah sebesar Rp 51.794.997.392. Adapun perinciannya dapat dilihat pada Tabel 85. Tabel 85. Manfaat penjualan RDF dari sisa sampah kertas dan plastik dijadikan RDF Skenario 1 Tahun
Jumlah sampah kering kertas & plastik sebagai RDF (ton/tahun)
Harga satuan RDF (Rp/ton)
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
345,300 368,547 395,701 420,828 447,357 473,963 501,088 532,113 561,829 593,134 625,061 657,611 690,783 724,578 758,996 796,867
150,000 165,000 181,500 199,650 219,615 241,577 265,734 292,308 321,538 353,692 389,061 427,968 470,764 517,841 569,625 626,587 Jumlah
Penjualan RDF (Rp)
51,794,997,392 60,810,300,450 71,819,760,303 84,018,288,195 98,246,246,399 114,498,267,286 133,156,104,774 155,540,758,283 180,649,589,667 209,786,755,879 243,187,094,583 281,436,092,132 325,196,122,774 375,216,213,603 432,343,017,850 499,306,856,539 3,317,006,466,109
PV manfaat penjualan RDF tahun 2010 (Rp) 51,794,997,392 55,282,091,319 59,355,173,804 63,124,183,467 67,103,508,229 71,094,415,611 75,163,149,773 79,817,002,829 84,274,366,811 88,970,063,534 93,759,152,392 98,641,633,386 103,617,506,516 108,686,771,780 113,849,429,181 119,530,091,651 1,334,063,537,676
132
Tabel 86. Manfaat tidak langsung TPST Bantar Gebang Skenario 1 Tahun
Penjualan energi listrik (Rp.)
Penjualan kompos (Rp.)
Penjualan daur ulang kertas (Rp.)
Penjualan daur ulang plastik (Rp.)
Penjualan daur ulang logam (Rp.)
Penjualan RDF (Rp.)
Nilai Manfaat Material Daur Ulang (Rp)
Manfaat tidak langsung (Rp.)
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 Jumlah
70.395.360.000 118.849.309.091 108.044.826.446 98.222.569.497 89.293.244.997 81.175.677.270 73.796.070.245 67.087.336.587 60.988.487.806 55.444.079.824 50.403.708.931 45.821.553.573 41.655.957.794 37.869.052.540 34.426.411.400 31.296.737.636 1.064.770.383.637
114.086.522.475 114.219.170.775 114.953.154.750 115.126.320.240 115.398.066.938 115.525.853.438 115.590.526.875 116.122.673.880 116.275.892.850 116.504.972.325 116.658.316.125 116.735.924.250 116.737.796.700 116.663.933.475 116.514.334.575 116.617.500.000 1.853.730.959.670
148.162.733.666 155.074.421.789 163.062.214.054 170.528.288.338 178.397.868.715 186.311.696.153 194.389.523.663 203.561.462.365 212.398.709.084 221.698.501.924 231.195.094.849 240.888.487.861 250.778.680.959 260.865.674.142 271.149.467.412 282.425.625.912 3.370.888.450.886
910.944.858.962 939.707.168.868 974.484.231.132 1.005.632.628.679 1.038.700.557.783 1.071.569.410.377 1.104.945.389.151 1.144.055.903.585 1.180.787.878.302 1.219.621.950.000 1.259.064.573.113 1.299.115.747.642 1.339.775.473.585 1.381.043.750.943 1.422.920.579.717 1.469.545.524.764 18.761.915.626.604
38.562.067.500 39.078.907.500 39.819.675.000 40.385.352.000 41.003.643.750 41.589.468.750 42.171.187.500 42.945.024.000 43.601.805.000 44.309.722.500 45.012.712.500 45.710.775.000 46.403.910.000 47.092.117.500 47.775.397.500 48.590.625.000 694.052.391.000
51.794.997.392 55.282.091.319 59.355.173.804 63.124.183.467 67.103.508.229 71.094.415.611 75.163.149.773 79.817.002.829 84.274.366.811 88.970.063.534 93.759.152.392 98.641.633.386 103.617.506.516 108.686.771.780 113.849.429.181 119.530.091.651 1.334.063.537.676
1.263.551.179.995 1.303.361.760.250 1.351.674.448.741 1.394.796.772.724 1.440.603.645.415 1.486.090.844.329 1.532.259.776.962 1.586.502.066.658 1.637.338.652.047 1.691.105.210.283 1.745.689.848.980 1.801.092.568.139 1.857.313.367.759 1.914.352.247.841 1.972.209.208.385 2.036.709.367.327 26.014.650.965.836
1.333.946.539.995 1.422.211.069.341 1.459.719.275.187 1.493.019.342.221 1.529.896.890.412 1.567.266.521.599 1.606.055.847.207 1.653.589.403.245 1.698.327.139.854 1.746.549.290.107 1.796.093.557.911 1.846.914.121.712 1.898.969.325.553 1.952.221.300.381 2.006.635.619.785 2.068.006.104.963 27.079.421.349.473
133
c.
Manfaat eksternalitas i) Penghematan sumberdaya dengan melakukan daur ulang Dengan melakukan daur ulang dapat diperoleh penghematan sumber daya
berupa pengurangan penggunaan bahan bakar, pengurangan penggunaan air, pengurangan polusi udara dan pengurangan lahan untuk landfill. Daur ulang plastik Menurut PSSI- Standford Recycling Center, 2009 daur ulang plastik untuk setiap 1 ton plastik daur ulang dapat diperoleh penghematan 16,3 barrel bahan bakar ( = 2591,4929 liter) dan menghemat penggunaan ruang landfill (landfill space) sebesar 30 kubik yard ( = 22,947 m³). Proyeksi konservasi sumberdaya material sampah dari daur ulang plastik tahun 2010-2025 sebesar Rp 178.894.335.290.242,- yang dapat dilihat pada Tabel 87. Daur ulang kertas Menurut PSSI- Standford Recycling Center, 2009 daur ulang kertas untuk setiap 1 ton kertas daur ulang dapat diperoleh penghematan 9 barrel bahan bakar ( = 1430,885653 liter), 7000 galon air ( = 26,495 m³), dan menghemat penggunaan lahan landfill sebesar 3,3 kubik yard ( = 1,497 m³). Proyeksi konservasi sumberdaya material sampah dari daur ulang kertas tahun 2010-2025 pada Tabel 88 sebesar Rp 126.453.650.160.712,Tabel 89 menampilkan total konservasi sumberdaya material sampah dari hasil daur ulang logam atau metal yang dapat dihemat selama tahun 2010 sampai dengan tahun 2025 sebesar Rp 2.384.538.579.047,ii) Total manfaat eksternalitas Total manfaat eksternalitas diperoleh dari penjumlahan merupakan penjumlahan nilai konservasi energi dan nilai konservasi sumberdaya material sampah dari material daur ulang. Dari Tabel 90, diperoleh total manfaat eksternalitas sebesar Rp 127.903.390.954.825,- untuk tahun 2010-2025.
134
Tabel 87. Proyeksi konservasi sumberdaya material sampah dari daur ulang plastik tahun 2010-2025 Skenario 1
Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
Volume daur ulang plastik (ton) 182,189 187,941 194,897 201,127 207,740 214,314 220,989 228,811 236,158 243,924 251,813 259,823 267,955 276,209 284,584 293,909
Jumlah konservasi sumberdaya Konservasi energi (bahan bakar) (liter) 472,141,427 487,048,891 505,073,793 521,217,963 538,357,024 555,392,904 572,691,626 592,962,550 612,000,681 632,128,325 652,571,380 673,329,847 694,403,725 715,793,015 737,497,716 761,663,359
Penghematan ruang landfill (m3) 4,180,690 4,312,692 4,472,298 4,615,250 4,767,012 4,917,861 5,071,036 5,250,530 5,419,108 5,597,333 5,778,351 5,962,162 6,148,766 6,338,162 6,530,352 6,744,332 Jumlah
Jumlah konservasi sumberdaya Harga bahan bakar (Rp/l) 7,352 8,087 8,896 9,786 10,764 11,840 13,025 14,327 15,760 17,336 19,069 20,976 23,074 25,381 27,919 30,711
Harga ruang landfill (Rp/m3) 40,000 44,000 48,400 53,240 58,564 64,420 70,862 77,949 85,744 94,318 103,750 114,125 125,537 138,091 151,900 167,090
Manfaat konservasi sumberdaya material daur ulang plastik (Rp)
PV manfaat konservasi sumber material daya daur ulang plastik (Rp)
3,638,411,383,692 4,128,620,244,792 4,709,555,278,483 5,346,100,566,471 6,074,084,342,725 6,892,923,299,058 7,818,377,528,920 8,904,627,470,158 10,109,579,225,168 11,486,272,386,715 13,043,512,789,488 14,804,273,390,234 16,794,379,308,647 19,042,854,834,797 21,582,311,946,841 24,518,451,294,054 178,894,335,290,242
3,638,411,383,692 3,753,291,131,629 3,892,194,445,028 4,016,604,482,698 4,148,681,335,103 4,279,963,054,597 4,413,270,290,394 4,569,481,876,132 4,716,193,319,356 4,871,300,763,183 5,028,838,826,575 5,188,807,509,532 5,351,206,812,052 5,516,036,734,137 5,683,297,275,787 5,869,522,302,642 74,937,101,542,536
135
Tabel 88. Proyeksi konservasi sumberdaya material sampah dari daur ulang kertas tahun 2010-2025 Skenario 1
Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
Volume daur ulang kertas (ton) 211,661 221,535 232,946 243,612 254,854 266,160 277,699 290,802 303,427 316,712 330,279 344,126 358,255 372,665 387,356 403,465
Jumlah konservasi sumberdaya Konservasi energi (bahan bakar) (liter) 302,862,746 316,991,082 333,319,106 348,580,675 364,667,059 380,843,890 397,355,957 416,104,522 434,168,935 453,178,848 472,591,046 492,405,526 512,622,291 533,241,338 554,262,669 577,312,516
Penghematan ruang landfill (m3)
Penghemat an air (m3)
316,857 5,607,959 331,638 5,869,567 348,720 6,171,905 364,687 6,454,496 381,517 6,752,359 398,441 7,051,898 415,716 7,357,643 435,331 7,704,801 454,230 8,039,291 474,118 8,391,288 494,427 8,750,734 515,157 9,117,629 536,308 9,491,973 557,880 9,873,766 579,873 10,263,007 603,987 10,689,810 Jumlah
Jumlah konservasi sumberdaya Harga bahan bakar (Rp/l) 7,352 8,087 8,896 9,786 10,764 11,840 13,025 14,327 15,760 17,336 19,069 20,976 23,074 25,381 27,919 30,711
Harga ruang landfill (Rp/m3) 40,000 44,000 48,400 53,240 58,564 64,420 70,862 77,949 85,744 94,318 103,750 114,125 125,537 138,091 151,900 167,090
Penghemat an air (Rp/m3) 7,750 8,525 9,378 10,315 11,347 12,481 13,730 15,103 16,613 18,274 20,102 22,112 24,323 26,755 29,431 32,374
Manfaat konservasi sumberdaya material daur ulang kertas (Rp)
PV manfaat konservasi sumber daya material daur ulang kertas (Rp)
2,282,782,856,561 2,628,200,392,028 3,039,935,193,413 3,497,036,042,443 4,024,259,911,138 4,623,056,120,153 5,305,845,339,720 6,111,811,880,040 7,014,859,454,456 8,054,202,508,389 9,239,130,198,786 10,589,152,484,423 12,126,304,115,667 13,875,462,357,832 15,864,703,797,739 18,176,907,507,923 126,453,650,160,712
2,282,782,856,561 2,389,273,083,662 2,512,343,135,052 2,627,374,937,974 2,748,623,667,194 2,870,554,122,702 2,995,011,371,169 3,136,325,883,342 3,272,483,706,638 3,415,768,101,698 3,562,084,648,308 3,711,433,346,468 3,863,814,196,180 4,019,227,197,441 4,177,672,350,253 4,351,407,139,515 51,936,179,744,156
136
Tabel 89. Proyeksi konservasi sumberdaya material sampah dari daur ulang logam tahun 2010-2025 Skenario 1
Tahun
Volume daur ulang logam (ton)
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
25,708 26,053 26,546 26,924 27,336 27,726 28,114 28,630 29,068 29,540 30,008 30,474 30,936 31,395 31,850 32,394
Jumlah konservasi sumberdaya
Jumlah konservasi sumberdaya
Konservasi energi (bahan bakar) (liter)
Penghematan ruang landfill (m3)
Harga bahan bakar (Rp/l)
Harga ruang landfill (Rp/m3)
7,356,843 7,455,445 7,596,768 7,704,688 7,822,645 7,934,408 8,045,388 8,193,020 8,318,320 8,453,376 8,587,492 8,720,668 8,852,904 8,984,200 9,114,555 9,270,084
78,654 79,708 81,219 82,373 83,634 84,829 86,015 87,594 88,933 90,377 91,811 93,235 94,649 96,052 97,446 99,109
7,352 8,087 8,896 9,786 10,764 11,840 13,025 14,327 15,760 17,336 19,069 20,976 23,074 25,381 27,919 30,711
40,000 44,000 48,400 53,240 58,564 64,420 70,862 77,949 85,744 94,318 103,750 114,125 125,537 138,091 151,900 167,090
Jumlah
Manfaat konservasi sumberdaya material daur ulang logam (Rp) 57,233,659,980 63,800,826,931 71,511,236,911 79,779,835,522 89,101,373,924 99,411,815,981 110,882,535,969 124,208,939,699 138,719,386,088 155,068,792,524 173,281,917,375 193,566,113,359 216,151,376,863 241,292,784,179 269,273,186,661 301,254,797,078 2,384,538,579,047
PV manfaat konservasi sumber daya material daur ulang logam (Rp) 57,233,659,980 58,000,751,756 59,100,195,794 59,939,771,241 60,857,437,282 61,726,916,307 62,590,300,853 63,738,825,763 64,713,617,388 65,764,305,593 66,807,680,424 67,843,741,879 68,872,489,959 69,893,924,664 70,908,045,995 72,118,003,255 1,030,109,668,133
137
Tabel 90. Total manfaat eksternalitas tahun 2010-2025 Skenario 1 Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 Jumlah
PV manfaat konservasi SDA daur ulang plastik (Rp) 3,638,411,383,692 3,753,291,131,629 3,892,194,445,028 4,016,604,482,698 4,148,681,335,103 4,279,963,054,597 4,413,270,290,394 4,569,481,876,132 4,716,193,319,356 4,871,300,763,183 5,028,838,826,575 5,188,807,509,532 5,351,206,812,052 5,516,036,734,137 5,683,297,275,787 5,869,522,302,642 74,937,101,542,536
PV manfaat konservasi SDA daur ulang kertas (Rp) 2,282,782,856,561 2,389,273,083,662 2,512,343,135,052 2,627,374,937,974 2,748,623,667,194 2,870,554,122,702 2,995,011,371,169 3,136,325,883,342 3,272,483,706,638 3,415,768,101,698 3,562,084,648,308 3,711,433,346,468 3,863,814,196,180 4,019,227,197,441 4,177,672,350,253 4,351,407,139,515 51,936,179,744,156
PV manfaat konservasi SDA daur ulang logam (Rp) 57,233,659,980 58,000,751,756 59,100,195,794 59,939,771,241 60,857,437,282 61,726,916,307 62,590,300,853 63,738,825,763 64,713,617,388 65,764,305,593 66,807,680,424 67,843,741,879 68,872,489,959 69,893,924,664 70,908,045,995 72,118,003,255 1,030,109,668,133
Total manfaat eksternalitas (Rp) 5,978,427,900,234 6,200,564,967,047 6,463,637,775,874 6,703,919,191,914 6,958,162,439,579 7,212,244,093,606 7,470,871,962,416 7,769,546,585,237 8,053,390,643,382 8,352,833,170,474 8,657,731,155,307 8,968,084,597,879 9,283,893,498,191 9,605,157,856,243 9,931,877,672,034 10,293,047,445,412 127,903,390,954,825
138
iii) Biaya Investasi dan operasional Investasi modal sebagai biaya langsung sebesar Rp 700.000.000.000,dimana dana sebesar Rp 665.307.692.308 digunakan untuk pembelian peralatan instalasi pengolahan sampah yang terdiri dari: = Rp. 42.923.076.923 2 Unit LFG Collection & Flare @ EUR 1.500.000 8 Unit Power Generator 2MW @ EUR 1.500.000 = Rp 171.692.307.692 3 Unit AD @ EUR 1.000.000 = Rp 42.923.076.923 3 Unit Power Generator 2MW@ EUR1.500.000 = Rp 64.384.615.385 3 Unit Pyrolysis Equipment 2,
[email protected] = Rp 343.384.615.385 Total Rp 665.307.692.308 Sedangkan sisanya kurang lebih Rp 34.692.307.692 dipakai untuk pembangunan prasarana dan sarana pendukung TPST. Biaya yang dibutuhkan untuk operasional meliputi operasional kantor, pengolahan
dan pembuangan
akhir sampah Tahun 2010 lihat pada Tabel 91. Tabel 91. Biaya operasional TPST Bantar Gebang Skenario 1 Tahun 2010 No.
Jenis biaya
Biaya tetap (Fixed cost) 1 Gaji dan upah karyawan utama 2 Biaya operasi dan pemeliharaan Gedung 3 Biaya perawatan dan pemeliharaan Area TPST 4 Biaya utilitas kantor 5 Asuransi 6 Depresiasi 7 Pemeliharaan instalasi, kendaraan dan alat berat Biaya tidak tetap (Variable cost) 1 Produksi kompos 2 Daur ulang kertas 3 Daur ulang plastik 4 Daur ulang logam 5 Produksi RDF 6 Pengolahan sampah B3 7 Landfill Total biaya operasional
Jumlah (Rp) 9.100.000.000 3.185.000.000 182.000.000 637.000.000 182.000.000 364.000.000 910.000.000 3.640.000.000 402.123.871.300 34.225.956.743 44.448.820.100 273.283.457.689 19.281.033.750 15.538.499.218 7.478.704.000 7.867.399.800 411.223.871.300
Total biaya langsung meliputi penjumlahan dari Biaya Investasi dan Biaya Operasional. Biaya langsung dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2025 mencapai Rp 9.028.947.332.991 sesuai dengan Tabel 92. Biaya operasional langsung selain untuk operasional kantor juga digunakan untuk biaya pembuangan sisa sampah yang tidak diolah dan dibuang ke landfill
139
Biaya ini diperlukan untuk memindahkan sisa sampah ke landfill dan biaya penutupan lapisan landfill. Biaya operasional tidak langsung digunakan untuk kegiatan pengolahan sampah untuk energi listrik, didaur ulang maupun dijadikan kompos. Perkiraan jumlah sampah yang masuk Tahun 2010 sebesar 2.460.100 ton/tahun. Jumlah sampah basah sebesar 1.267.628 ton/tahun digunakan untuk bahan baku proses anerobic digestion sebesar 292.000 ton/tahun dan bahan baku proses komposting sebesar 975.628 ton/tahun dapat dilihat pada Tabel 93. Jumlah sampah kering kertas dan plastik yang tidak di daur ulang sebesar 322.751,25 ton/tahun digunakan untuk bahan baku proses gasifikasi pyrolisis sebesar 208.050 ton/tahun dan di jual sebagai RDF sebesar 114.701,25 ton/tahun. Tabel 92. Biaya Investasi dan operasional Skenario 1. Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
Biaya Investasi (Rp)
Biaya Operasional (Rp)
700.000.000.000
411.223.871.299 465.546.223.313 529.855.722.863 600.149.502.920 680.413.582.228 770.529.327.599 872.205.746.582 991.420.305.912 1.123.402.921.469 1.273.980.445.960 1.444.039.716.053 1.636.031.332.614 1.852.707.201.927 2.097.156.891.036 2.372.848.301.133 2.691.257.257.272
Jumlah
Total Biaya Investasi & Operasional (Rp) 1.111.223.871.299 465.546.223.313 529.855.722.863 600.149.502.920 680.413.582.228 770.529.327.599 872.205.746.582 991.420.305.912 1.123.402.921.469 1.273.980.445.960 1.444.039.716.053 1.636.031.332.614 1.852.707.201.927 2.097.156.891.036 2.372.848.301.133 2.691.257.257.272 20.512.768.350.178
PV Total Biaya Investasi & Operasional (Rp) 1.111.223.871.299 423.223.839.375 437.897.291.622 450.901.204.297 464.731.631.875 478.438.089.549 492.337.405.589 508.755.378.558 524.075.753.814 540.292.072.985 556.739.822.194 573.419.001.442 590.329.610.728 607.471.650.052 624.845.119.416 644.265.590.198 9.028.947.332.991
Biaya untuk membuang dan mengolah sampah di landfill memerlukan biaya sebesar Rp 60.000 per-ton dengan diskon faktor sebesar 10% setiap tahun. Dari volume sampah yang diolah di landfill diperlukan biaya sebesar = 131.123 ton x Rp 60.000 per-ton = Rp 7.867.399.800,-. Total biaya pengolahan sampah landfill seperti pada Tabel 94.
140
Tabel 93. Jumlah sampah yang diolah dan yang dibuang ke landfill Skenario 1 Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 Jumlah
Jumlah sampah masuk (ton/hari) 6,740 6,850 7,000 7,120 7,250 7,375 7,500 7,660 7,800 7,950 8,100 8,250 8,400 8,550 8,700 8,875 124,120
Jumlah sampah masuk per tahun (ton/tahun)
Jumlah sampah daur ulang (ton/tahun)
2,460,100 470,605 2,500,250 488,234 2,555,000 509,092 2,598,800 528,160 2,646,250 548,333 2,691,875 568,498 2,737,500 589,026 2,795,900 612,717 2,847,000 635,244 2,901,750 659,006 2,956,500 683,204 3,011,250 707,838 3,066,000 732,907 3,120,750 758,412 3,175,500 784,353 3,239,375 813,020 45,303,800 10,088,648
Sampah basah (ton/tahun) Bahan baku Anaerobic Digestion 292,000 292,000 292,000 292,000 292,000 292,000 292,000 292,000 292,000 292,000 292,000 292,000 292,000 292,000 292,000 292,000 4,672,000
Bahan baku Jumlah Kompos 975,628 1,267,628 977,102 1,269,102 985,257 1,277,257 987,181 1,279,181 990,201 1,282,201 991,621 1,283,621 992,339 1,284,339 998,252 1,290,252 999,954 1,291,954 1,002,500 1,294,500 1,004,204 1,296,204 1,005,066 1,297,066 1,005,087 1,297,087 1,004,266 1,296,266 1,002,604 1,294,604 1,003,750 1,295,750 15,925,011 20,597,011
Sampah kering Gasifikasi (ton/tahun)
Jumlah sampah B3 (ton/tahun)
Sampah dibuang ke landfill (ton/tahun)
208,050 208,050 208,050 208,050 208,050 208,050 208,050 208,050 208,050 208,050 208,050 208,050 208,050 208,050 208,050 208,050 3,328,800
37,394 38,004 38,836 39,502 40,223 40,917 41,610 42,498 43,274 44,107 44,939 45,771 46,603 47,435 48,268 49,239 688,618
131,123 128,313 126,064 123,079 120,087 116,827 113,387 110,270 106,649 102,954 99,043 94,915 90,570 86,008 81,229 76,449 1,706,967
141
Tabel 94. Biaya pengolahan sampah yang diolah dan yang dibuang ke landfill Skenario 1 Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 Jumlah
Jumlah sampah yang dibuang ke landfill (ton/tahun) 131,123 128,313 126,064 123,079 120,087 116,827 113,387 110,270 106,649 102,954 99,043 94,915 90,570 86,008 81,229 76,449 1,706,967
Biaya landfill (Rp/ton) 60,000 66,000 72,600 79,860 87,846 96,631 106,294 116,923 128,615 141,477 155,625 171,187 188,306 207,136 227,850 250,635 2,156,984
Total biaya pengolahan sampah di landfill (Rp) 7,867,399,800 8,468,646,780 9,152,224,620 9,829,102,356 10,549,147,229 11,289,099,343 12,052,345,800 12,893,136,686 13,716,647,306 14,565,621,528 15,413,483,162 16,248,145,855 17,054,779,695 17,815,349,629 18,508,085,616 19,160,849,377 214,584,064,781
NFV total biaya pengolahan sampah di landfill (Rp) 7,867,399,800 7,698,769,800 7,563,822,000 7,384,750,080 7,205,209,500 7,009,642,500 6,803,235,000 6,616,217,760 6,398,917,200 6,177,245,400 5,942,565,000 5,694,876,000 5,434,178,400 5,160,472,200 4,873,757,400 4,586,955,000 102,418,013,040
5.7.2 TPST Bantar Gebang Skenario 2 Mulai tahun 2010 direncanakan akan dilakukan perubahan teknologi pengolahan sampah terpadu, dengan investasi modal sebesar 82.000.000 USD atau Rp 700.000.000.000.. Skenario 2 melakukan optimalisasi pilihan teknologi dengan memaksimalkan daur ulang sampah kering dan memaksimalkan potensi gas metana sampah basah dengan lebih banyak penggunaan Instalasi Anaerobic Digester untuk investasi modal dibatasi maksimal sebesar Rp 700.000.000.000,- . Sebagian besar dana sebesar Eur 45.500.000 atau Rp 651.000.000.000, (1 Eur =Rp. 14.308) digunakan untuk pembelian peralatan instalasi pengolahan sampah yang terdiri dari: 2 Unit LFG Collection & Flare @ EUR 1.500.000 = Rp. 42.923.076.923 8 Unit Power Generator 2MW @ EUR 1.500.000 = Rp 171.692.307.692 9 Unit AD @ EUR 1.000.000 = Rp 128.769.230.769 9 Unit Power Generator kap2MW@ EUR1.500.000 = Rp 193.153.846.154 1 Unit Pyrolysis Equipment@ EUR8.000.000 = Rp 114.461.538.462 Total Rp 651.000.000.000
142
Investasi lebih rendah dibandingkan Skeario 1 yaitu selisih dari pembelian peralatan pengolah sampah sebesar Rp 665.307.692.308,- dikurang Rp 651.000.000.000,- yaitu sebesar Rp 14.307.692.308,-. Investasi Skenario 2 sebesar Rp 700.000.000.000 dikurangi Rp 14.307.692.308,- menjadi sebesar Rp 685.692.307.692,-. Dari pembangunan TPST ini diperoleh manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. Manfaat langsung berupa tipping fee, dan manfaat tidak langsung berupa hasil penjualan daur ulang, kompos dan energi listrik. a.
Manfaat langsung Manfaat langsung diperoleh dari tipping fee sebesar Rp 107.800 per ton
sampah dengan sampah yang akan dikelola sebesar 6.740 ton per hari. Tipping fee yang diterima sebesar 6.740 ton per hari x 365 hari x Rp 107.800 per ton = Rp 265.198.780.000,- pada tahun 2010. Secara keseluruhan sampai dengan tahun 2024 diperoleh tipping fee sebesar Rp 10.863.909.664.475,- seperti pada Tabel 95. Tabel 95. Pendapatan yang diterima dari Tipping Fee Skenario 2 Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
Volume sampah (ton/hari) 6,740 6,850 7,000 7,120 7,250 7,375 7,500 7,660 7,800 7,950 8,100 8,250 8,400 8,550 8,700 8,875
Tipping fee per ton (Rp) 107,800 113,190 124,509 136,960 150,656 165,721 182,294 200,523 220,575 242,633 266,896 293,586 322,944 355,239 390,763 429,839 Jumlah
Penerimaan tipping fee (Rp/tahun) 265,198,780,000 283,003,297,500 318,120,495,000 355,931,388,120 398,673,148,913 446,101,506,283 499,028,803,639 560,642,226,595 627,977,846,499 704,059,777,902 789,078,317,120 884,059,966,403 990,147,162,371 1,108,611,197,869 1,240,866,568,843 1,392,409,181,418 10,863,909,664,475
PV tipping fee tahun 2010 (Rp) 265,198,780,000 257,275,725,000 262,909,500,000 267,416,520,000 272,299,125,000 276,993,937,500 281,688,750,000 287,698,110,000 292,956,300,000 298,590,075,000 304,223,850,000 309,857,625,000 315,491,400,000 321,125,175,000 326,758,950,000 333,331,687,500 4,673,815,510,000
143
b.
Manfaat tidak langsung i) Penjualan energi listrik Dengan teknologi pengolahan sampah ini akan dihasilkan energi listrik
sebesar 31 MW yang akan dibangun dalam dua tahap dan diharapkan energi listrik ini dapat dijual dengan harga minimal sebesar Rp 700 per kWH. Pada tahap 1, produksi energi listrik per hari = 14 MW,
dengan
membangun Jaringan Pengumpul Gas dari Lanfill ke Power Generator. Energi listrik yang digunakan sendiri sebesar 30% atau 4.200 kW per jam. Energi listrik yang dapat dijual sebesar 9.800 kW per jam. Harga jual listrik per tahun = 9.800 x 24 x 365 x Rp 700 = Rp 60.093.600.000 per tahun. Pada tahap 2, produksi energi listrik per hari = 31 MW, energi listrik yang digunakan sendiri sebesar 30% atau 9.300 kWh. Power generator menggunakan bahan bakar gas berasal dari: - 1 Unit Instalasi Gasifikasi Pyrolysis kapasitas @ 2,8 MW = 2,8 MW dengan kapasitas efektif 2 MW menggunakan bahan baku 1 x 190 ton/hari = 190 ton sampah kering per hari.atau 69.350,00 ton/tahun - 9 Unit Instalasi Anaerobic Digester kapasitas @2 MW = 18 MW dengan kapasitas efektif 15 MW. menggunakan bahan baku 9 x 267 ton/hari = 2.403 ton sampah basah (biowaste) per hari. Atau 877.095 ton/tahun Energi listrik yang dapat dijual sebesar = 31.000 kWh – 9.300 kWh = 21.700 kWh. Harga jual listrik per tahun = 21.700 x 24 x 365 x Rp 820 = Rp155.875.440.000,-
per tahun. Dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2025
diperoleh hasil penjualan energi listrik sebesar Rp 2.408.526.960.000,- seperti pada Tabel 96. ii) Penjualan Kompos Pada tahun 2010, volume sampah yang diolah dalam TPST Bantar Gebang sebanyak 6.740 ton, Komposisi sampah organik sebesar 55,37% dari volume sampah total = 55,37% x 6.740 ton/hari x 365 hari = 1.267.628 ton/tahun. Kompos yang akan dihasilkan sebanyak 30% dari sampah organik yang diolah yaitu kompos berasal dari Instalasi Anaerobic Digester menggunakan 801 ton
144
sampah basah per hari atau 292.365 ton per tahun dan Instalasi Aerobik Komposter menggunakan sisanya sebesar 617.087 ton sampah basah per tahun. Tabel 96. Hasil penjualan energi listrik Skenario 2
Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
Produksi listrik (kWh) 9.800 21.700 21.700 21.700 21.700 21.700 21.700 21.700 21.700 21.700 21.700 21.700 21.700 21.700 21.700 21.700
Durasi (jam)
Harga satuan listrik (Rp/kWh)
8.760 8.760 8.760 8.760 8.760 8.760 8.760 8.760 8.760 8.760 8.760 8.760 8.760 8.760 8.760 8.760
820 820 820 820 820 820 820 820 820 820 820 820 820 820 820 820 Jumlah
Harga jual listrik (Rp/tahun)
70.395.360.000 155.875.440.000 155.875.440.000 155.875.440.000 155.875.440.000 155.875.440.000 155.875.440.000 155.875.440.000 155.875.440.000 155.875.440.000 155.875.440.000 155.875.440.000 155.875.440.000 155.875.440.000 155.875.440.000 155.875.440.000 2.408.526.960.000
PV penerimaan penjualan energi listrik tahun 2010 (Rp) 70.395.360.000 141.704.945.455 128.822.677.686 117.111.525.169 106.465.022.881 96.786.384.437 87.987.622.216 79.988.747.469 72.717.043.153 66.106.402.867 60.096.729.879 54.633.390.799 49.666.718.908 45.151.562.644 41.046.875.131 37.315.341.028 1.255.996.349.721
Produksi kompos pada tahun 2010 sebesar = 30% x 1.267.628 ton/tahun = 380.288 ton/tahun. Harga kompos sebesar Rp 300 per kg atau Rp 300.000 per ton. Sehingga hasil penjualan kompos sebesar = 380.288 ton/tahun x Rp 300.000 per ton = Rp 114.086.522.475 per tahun. Jumlah penjualan dari produksi kompos sampai tahun 2025 sebesar Rp 4.176.464.981.453,- seperti pada Tabel 97. iii) Penjualan material hasil daur ulang Pendapatan lain-lain dari hasil daur ulang sampah berupa logam, kertas dan plastik dihitung dengan asumsi berdasarkan hasil survai konsultan WJEMP pada awal tahun 2005 sebagai berikut: Volume kertas daur ulang Volume plastik daur ulang Volume logam daur ulang
= 7,32 % = 6,85 % = 1,06 %
dari volume sampah yang diolah dari volume sampah yang diolah dari volume sampah yang diolah
Pada tahun 2010 diperkirakan dari jumlah sampah yang masuk ke TPA Sampah Bantar Gebang rata-rata 6.740 ton/hari, dimana 8,60 % kertas dapat
145
didaur ulang sehingga menghasilkan 8,60 % x 6740 ton/hari = 579,6 ton/hari atau 211,6 ton/tahun material kertas yang dapat dijual sebesar 211,6 ton/tahun x Rp 700.000 = Rp 148.162.733.666 Jumlah penjualan dari produksi kertas sampai tahun 2025 sebesar Rp 8.207.402.835.537 seperti yang disajikan pada Tabel 97. Sebesar 7,41% dari 6.740 ton/hari jumlah sampah yang masuk TPA Sampah Bantar Gebang dapat diperoleh hasil daur ulang berupa material plastik sebanyak 7,41% x 6.740 ton/hari x 365 hari = 182.189 ton/tahun dan dijual dengan harga 5.000.000 = Rp 910.944.858.962 seperti yang disajikan pada Tabel 98. Hasil daur ulang lain berupa material logam/metal sebesar 1,05% dari jumlah sampah yang masuk TPA Sampah Bantar Gebang yaitu 1,06% x 6.740 ton/hari x 365 hari = 25.708 ton/tahun dengan nilai jual 25.708 ton/tahun x Rp 1.500.000 = Rp 38.562.067.500 seperti yang disajikan pada Tabel 99. Berdasarkan prediksi tahun 2010 komposisi sampah rata-rata DKI Jakarta, sampah kering yang tidak didaur-ulang berupa kertas sebesar 13,15 % x 6.740 ton = 886,31 ton per hari dan plastik sebesar 6.4 % x 6.740 ton = 431,36 ton per hari akan dijadikan bahan baku untuk Proses Gasifikasi Pyrolisys. Ini mencukupi untuk feedstock Instalasi Gasifikasi sebesar 1317,67 ton sampah kering per hari dari perkiraan kebutuhan 801 ton sampah kering per hari. Pendapatan dari hasil proses daur ulang material/logam sebesar Rp 1.606.619.909.916 lihat Tabel 100. Kontribusi pendapatan material plastik sebesar 83,61% adalah yang terbesar, diikuti material kertas sebesar 12,51% dan material logam/metal 3,88%.
146
Tabel 97. Pendapatan yang diterima dari pengolahan kompos Skenario 2
Tahun
Volume sampah yang diolah (ton/hari)
% komposisi sampah organik
Volume sampah organik (ton/tahun)
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
6,740 6,850 7,000 7,120 7,250 7,375 7,500 7,660 7,800 7,950 8,100 8,250 8,400 8,550 8,700 8,875
51.53% 50.76% 49.99% 49.22% 48.45% 47.69% 46.92% 46.15% 45.38% 44.61% 43.84% 43.07% 42.31% 41.54% 40.77% 40.00%
1,267,628 1,269,102 1,277,257 1,279,181 1,282,201 1,283,621 1,284,339 1,290,252 1,291,954 1,294,500 1,296,204 1,297,066 1,297,087 1,296,266 1,294,604 1,295,750
Volume kompos yang dihasilkan (ton/tahun) Total Anaerobic Pengolahan Produksi Digester Komposter Kompos 263,129 117,160 380,288 263,129 117,602 380,731 263,129 120,049 383,177 263,129 120,626 383,754 263,129 121,532 384,660 263,129 121,958 385,086 263,129 122,173 385,302 263,129 123,947 387,076 263,129 124,458 387,586 263,129 125,221 388,350 263,129 125,733 388,861 263,129 125,991 389,120 263,129 125,997 389,126 263,129 125,751 388,880 263,129 125,253 388,381 263,129 125,597 388,725 Jumlah
Harga satuan (Rp/ton)
Jumlah penjualan kompos per tahun (Rp)
PV penjualan kompos tahun 2010 (Rp)
300,000 330,000 363,000 399,300 439,230 483,153 531,468 584,615 643,077 707,384 778,123 855,935 941,529 1,035,681 1,139,250 1,253,174
114,086,522,475 125,641,087,853 139,093,317,248 153,233,132,239 168,954,309,803 186,055,542,220 204,775,669,381 226,290,240,288 249,247,702,786 274,712,630,484 302,581,627,857 333,061,215,681 366,373,213,799 402,755,539,294 442,462,991,649 487,140,238,397 4,176,464,981,453
114,086,522,475 114,219,170,775 114,953,154,750 115,126,320,240 115,398,066,938 115,525,853,438 115,590,526,875 116,122,673,880 116,275,892,850 116,504,972,325 116,658,316,125 116,735,924,250 116,737,796,700 116,663,933,475 116,514,334,575 116,617,500,000 1,853,730,959,670
147
Tabel 98. Pendapatan yang diterima dari daur ulang material kertas Skenario 2 Tahun
Jumlah sampah yang diolah (ton/hari)
% daur ulang
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
6,740 6,850 7,000 7,120 7,250 7,375 7,500 7,660 7,800 7,950 8,100 8,250 8,400 8,550 8,700 8,875
8.60% 8.86% 9.12% 9.37% 9.63% 9.89% 10.14% 10.40% 10.66% 10.91% 11.17% 11.43% 11.68% 11.94% 12.20% 12.46%
Jumlah kertas daur ulang (ton/tahun) 211,661 221,535 232,946 243,612 254,854 266,160 277,699 290,802 303,427 316,712 330,279 344,126 358,255 372,665 387,356 403,465 Jumlah
Harga satuan kertas daur ulang (Rp/ton) 700,000 770,000 847,000 931,700 1,024,870 1,127,357 1,240,093 1,364,102 1,500,512 1,650,563 1,815,620 1,997,182 2,196,900 2,416,590 2,658,249 2,924,074
Penjualan kertas daur ulang (Rp/tahun) 148,162,733,666 170,581,863,967 197,305,279,006 226,973,151,777 261,192,319,586 300,056,849,772 344,372,898,930 396,683,702,612 455,295,496,051 522,753,470,709 599,660,534,077 687,282,969,026 787,050,928,597 900,579,057,665 1,029,689,651,260 1,179,761,928,835 8,207,402,835,537
PV penjualan kertas daur ulang tahun 2010 (Rp) 148,162,733,666 155,074,421,789 163,062,214,054 170,528,288,338 178,397,868,715 186,311,696,153 194,389,523,663 203,561,462,365 212,398,709,084 221,698,501,924 231,195,094,849 240,888,487,861 250,778,680,959 260,865,674,142 271,149,467,412 282,425,625,912 3,370,888,450,886
148
Tabel 99. Pendapatan yang diterima dari daur ulang material plastik Skenario 2
Tahun
Jumlah sampah yang diolah (ton/hari)
% di daur ulang
Jumlah plastik daur ulang (ton/tahun)
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
6,740 6,850 7,000 7,120 7,250 7,375 7,500 7,660 7,800 7,950 8,100 8,250 8,400 8,550 8,700 8,875
7.41% 7.52% 7.63% 7.74% 7.85% 7.96% 8.07% 8.18% 8.29% 8.41% 8.52% 8.63% 8.74% 8.85% 8.96% 9.07%
182,189 187,941 194,897 201,127 207,740 214,314 220,989 228,811 236,158 243,924 251,813 259,823 267,955 276,209 284,584 293,909 Jumlah
Harga satuan plastik daur ulang (Rp/ton) 5,000,000 5,500,000 6,050,000 6,655,000 7,320,500 8,052,550 8,857,805 9,743,586 10,717,944 11,789,738 12,968,712 14,265,584 15,692,142 17,261,356 18,987,492 20,886,241
Penjualan plastik daur ulang (Rp/tahun) 910,944,858,962 1,033,677,885,755 1,179,125,919,670 1,338,497,028,772 1,520,761,486,650 1,725,773,251,107 1,957,478,158,550 2,229,441,302,672 2,531,123,682,912 2,875,804,760,895 3,265,689,243,291 3,706,528,842,767 4,204,789,364,734 4,767,737,587,199 5,403,538,533,497 6,138,656,353,194 44,789,568,260,626
PV penjualan plastik daur ulang tahun 2010 (Rp) 910,944,858,962 939,707,168,868 974,484,231,132 1,005,632,628,679 1,038,700,557,783 1,071,569,410,377 1,104,945,389,151 1,144,055,903,585 1,180,787,878,302 1,219,621,950,000 1,259,064,573,113 1,299,115,747,642 1,339,775,473,585 1,381,043,750,943 1,422,920,579,717 1,469,545,524,764 18,761,915,626,604
149
Tabel 100. Pendapatan yang diterima dari daur ulang material logam/metal Skenario 2
Tahun
Volume sampah yang diolah (ton/hari)
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
6,740 6,850 7,000 7,120 7,250 7,375 7,500 7,660 7,800 7,950 8,100 8,250 8,400 8,550 8,700 8,875
% di daur ulang
Volume logam daur ulang (ton/tahun)
1.05% 1.04% 1.04% 1.04% 1.03% 1.03% 1.03% 1.02% 1.02% 1.02% 1.02% 1.01% 1.01% 1.01% 1.00% 1.00% Jumlah
25,708 26,053 26,546 26,924 27,336 27,726 28,114 28,630 29,068 29,540 30,008 30,474 30,936 31,395 31,850 32,394
Harga satuan logam daur ulang (Rp/ton) 1,500,000 1,650,000 1,815,000 1,996,500 2,196,150 2,415,765 2,657,342 2,923,076 3,215,383 3,536,922 3,890,614 4,279,675 4,707,643 5,178,407 5,696,248 6,265,872
Penjualan logam daur ulang (Rp/tahun) 38,562,067,500 42,986,798,250 48,181,806,750 53,752,903,512 60,033,434,814 66,980,255,317 74,708,831,099 83,687,702,629 93,464,341,294 104,480,007,858 116,751,383,656 130,418,175,802 145,635,347,935 162,574,761,670 181,426,992,500 202,975,099,332 1,606,619,909,916
PV penjualan logam daur ulang tahun 2010 (Rp) 38,562,067,500 39,078,907,500 39,819,675,000 40,385,352,000 41,003,643,750 41,589,468,750 42,171,187,500 42,945,024,000 43,601,805,000 44,309,722,500 45,012,712,500 45,710,775,000 46,403,910,000 47,092,117,500 47,775,397,500 48,590,625,000 694,052,391,000
150
Manfaat tidak langsung dari penjualan sampah plastik dan kertas yang tidak dapat di daur ulang dan tidak digunakan bahan baku gasifikasi dilakukan dengan menjadikan material ini menjadi Refuse Derived Fuel (RDF) yang dapat di jual ke pabrik semen Hasil penjualan RDF pada tahun 2010 adalah sebesar Rp 72.599.997.392,-. Adapun perinciannya dapat dilihat pada Tabel 101. Tabel 101 Manfaat penjualan RDF dari sisa sampah kering kertas dan plastik tidak daur ulang skenario 2
Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 Jumlah
c.
Jumlah sampah kering kertas & plastik sebagai RDF (ton/tahun) 484,000 507,247 534,401 559,528 586,057 612,663 639,788 670,813 700,529 731,834 763,761 796,311 829,483 863,278 897,696 935,567 11,112,957
Harga satuan RDF (Rp/ton)
Penjualan RDF (Rp)
PV manfaat penjualan RDF tahun 2010 (Rp)
150,000 165,000 181,500 199,650 219,615 241,577 265,734 292,308 321,538 353,692 389,061 427,968 470,764 517,841 569,625 626,587 5,392,459
72,599,997,392 83,695,800,450 96,993,810,303 111,709,743,195 128,706,846,899 148,004,927,836 170,013,431,379 196,083,817,548 225,246,954,859 258,843,857,590 297,149,906,466 340,795,185,203 390,491,125,151 447,040,716,218 511,349,970,727 586,214,504,704 4,064,940,595,921
72,599,997,392 76,087,091,319 80,160,173,804 83,929,183,467 87,908,508,229 91,899,415,611 95,968,149,773 100,622,002,829 105,079,366,811 109,775,063,534 114,564,152,392 119,446,633,386 124,422,506,516 129,491,771,780 134,654,429,181 140,335,091,651 1,666,943,537,676
Manfaat eksternalitas i) Penghematan sumberdaya Dengan melakukan daur ulang dapat diperoleh penghematan sumber daya
berupa pengurangan penggunaan bahan bakar, pengurangan penggunaan air, pengurangan polusi udara dan pengurangan lahan untuk landfill. Daur ulang plastik Menurut PSSI-Standford Recycling Center (2009), daur ulang plastik untuk setiap 1 ton plastik daur ulang dapat diperoleh penghematan 16,3 barrel bahan bakar ( = 2591,4929 liter) dan menghemat penggunaan ruang landfill (landfill
151
space) sebesar 30 kubik yard ( = 22,947 m³). Proyeksi konservasi sumberdaya material sampah dari daur ulang plastik tahun 2010-2025 sebesar Rp 178.894.335.290.242 ,-dapat dilihat pada Tabel 103. Daur ulang kertas Menurut PSSI- Standford Recycling Center (2009), daur ulang kertas untuk setiap 1 ton kertas daur ulang dapat diperoleh penghematan 9 barrel bahan bakar (= 1430,885653 liter), 7000 galon air ( = 26,495 m³), dan menghemat penggunaan lahan landfill sebesar 3,3 kubik yard ( = 1,497 m³). Proyeksi konservasi sumberdaya material sampah dari daur ulang kertas tahun 2010-2025 sebesar Rp 126.453.650.160.712,- dapat dilihat pada Tabel 104. Tabel 105. menampilkan total konservasi sumberdaya material sampah dari hasil daur ulang logam atau metal yang dapat dihemat selama tahun 2010 sampai dengan tahun 2025 sebesar Rp 2.384.538.579.047,-.
152
Tabel 102. Manfaat tidak langsung TPST Bantar Gebang Skenario 2 Tahun
Penjualan energi listrik (Rp.)
Penjualan kompos (Rp.)
Penjualan daur ulang kertas (Rp.)
Penjualan daur ulang plastik (Rp.)
Penjualan daur ulang logam (Rp.)
Penjualan RDF (Rp.)
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 Jumlah
70.395.360.000 141.704.945.455 128.822.677.686 117.111.525.169 106.465.022.881 96.786.384.437 87.987.622.216 79.988.747.469 72.717.043.153 66.106.402.867 60.096.729.879 54.633.390.799 49.666.718.908 45.151.562.644 41.046.875.131 37.315.341.028 1.255.996.349.721
114.086.522.475 114.219.170.775 114.953.154.750 115.126.320.240 115.398.066.938 115.525.853.438 115.590.526.875 116.122.673.880 116.275.892.850 116.504.972.325 116.658.316.125 116.735.924.250 116.737.796.700 116.663.933.475 116.514.334.575 116.617.500.000 1.853.730.959.670
148.162.733.666 155.074.421.789 163.062.214.054 170.528.288.338 178.397.868.715 186.311.696.153 194.389.523.663 203.561.462.365 212.398.709.084 221.698.501.924 231.195.094.849 240.888.487.861 250.778.680.959 260.865.674.142 271.149.467.412 282.425.625.912 3.370.888.450.886
910.944.858.962 939.707.168.868 974.484.231.132 1.005.632.628.679 1.038.700.557.783 1.071.569.410.377 1.104.945.389.151 1.144.055.903.585 1.180.787.878.302 1.219.621.950.000 1.259.064.573.113 1.299.115.747.642 1.339.775.473.585 1.381.043.750.943 1.422.920.579.717 1.469.545.524.764 18.761.915.626.604
38.562.067.500 39.078.907.500 39.819.675.000 40.385.352.000 41.003.643.750 41.589.468.750 42.171.187.500 42.945.024.000 43.601.805.000 44.309.722.500 45.012.712.500 45.710.775.000 46.403.910.000 47.092.117.500 47.775.397.500 48.590.625.000 694.052.391.000
72.599.997.392 76.087.091.319 80.160.173.804 83.929.183.467 87.908.508.229 91.899.415.611 95.968.149.773 100.622.002.829 105.079.366.811 109.775.063.534 114.564.152.392 119.446.633.386 124.422.506.516 129.491.771.780 134.654.429.181 140.335.091.651 1.666.943.537.676
Nilai Manfaat Material Daur Ulang (Rp)
Manfaat tidak langsung (Rp.)
1.284.356.179.995 1.324.166.760.250 1.372.479.448.741 1.415.601.772.724 1.461.408.645.415 1.506.895.844.329 1.553.064.776.962 1.607.307.066.658 1.658.143.652.047 1.711.910.210.283 1.766.494.848.980 1.821.897.568.139 1.878.118.367.759 1.935.157.247.841 1.993.014.208.385 2.057.514.367.327 26.347.530.965.836
1.354.751.539.995 1.465.871.705.705 1.501.302.126.427 1.532.713.297.893 1.567.873.668.296 1.603.682.228.767 1.641.052.399.177 1.687.295.814.127 1.730.860.695.201 1.778.016.613.150 1.826.591.578.859 1.876.530.958.938 1.927.785.086.667 1.980.308.810.485 2.034.061.083.516 2.094.829.708.355 27.603.527.315.557
153
Tabel 103. Proyeksi konservasi sumberdaya material sampah dari daur ulang plastik tahun 2010-2025 Skenario 2 Jumlah konservasi sumber daya alam Tahun
Volume daur ulang plastik (ton)
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
182,189 187,941 194,897 201,127 207,740 214,314 220,989 228,811 236,158 243,924 251,813 259,823 267,955 276,209 284,584 293,909
Konservasi energi (bahan bakar) (liter)
Penghematan ruang landfill (m3)
472,141,427 487,048,891 505,073,793 521,217,963 538,357,024 555,392,904 572,691,626 592,962,550 612,000,681 632,128,325 652,571,380 673,329,847 694,403,725 715,793,015 737,497,716 761,663,359
4,180,690 4,312,692 4,472,298 4,615,250 4,767,012 4,917,861 5,071,036 5,250,530 5,419,108 5,597,333 5,778,351 5,962,162 6,148,766 6,338,162 6,530,352 6,744,332 Jumlah
Harga bahan bakar (Rp/l) 7,352 8,087 8,896 9,786 10,764 11,840 13,025 14,327 15,760 17,336 19,069 20,976 23,074 25,381 27,919 30,711
Harga ruang landfill (Rp/m3) 40,000 44,000 48,400 53,240 58,564 64,420 70,862 77,949 85,744 94,318 103,750 114,125 125,537 138,091 151,900 167,090
Manfaat konservasi sumberdaya material daur ulang plastik (Rp) 3,638,411,383,692 4,128,620,244,792 4,709,555,278,483 5,346,100,566,471 6,074,084,342,725 6,892,923,299,058 7,818,377,528,920 8,904,627,470,158 10,109,579,225,168 11,486,272,386,715 13,043,512,789,488 14,804,273,390,234 16,794,379,308,647 19,042,854,834,797 21,582,311,946,841 24,518,451,294,054 178,894,335,290,242
PV manfaat konservasi sumberdaya material daur ulang plastik (Rp) 3,638,411,383,692 3,753,291,131,629 3,892,194,445,028 4,016,604,482,698 4,148,681,335,103 4,279,963,054,597 4,413,270,290,394 4,569,481,876,132 4,716,193,319,356 4,871,300,763,183 5,028,838,826,575 5,188,807,509,532 5,351,206,812,052 5,516,036,734,137 5,683,297,275,787 5,869,522,302,642 74,937,101,542,536
154
Tabel 104.
Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
Proyeksi konservasi sumberdaya material sampah dari daur ulang kertas tahun 2010-2025 Skenario 2
Volume daur ulang kertas (ton) 211,661 221,535 232,946 243,612 254,854 266,160 277,699 290,802 303,427 316,712 330,279 344,126 358,255 372,665 387,356 403,465
Konservasi energi (bahan bakar) (liter) 302,862,746 316,991,082 333,319,106 348,580,675 364,667,059 380,843,890 397,355,957 416,104,522 434,168,935 453,178,848 472,591,046 492,405,526 512,622,291 533,241,338 554,262,669 577,312,516
Jumlah konservasi sumber daya alam Harga Harga Penghema Penghema bahan ruang tan ruang tan air (m3) bakar landfill landfill (m3) (Rp/l) (Rp/m3) 316,857 5,607,959 7,352 40,000 331,638 5,869,567 8,087 44,000 348,720 6,171,905 8,896 48,400 364,687 6,454,496 9,786 53,240 381,517 6,752,359 10,764 58,564 398,441 7,051,898 11,840 64,420 415,716 7,357,643 13,025 70,862 435,331 7,704,801 14,327 77,949 454,230 8,039,291 15,760 85,744 474,118 8,391,288 17,336 94,318 494,427 8,750,734 19,069 103,750 515,157 9,117,629 20,976 114,125 536,308 9,491,973 23,074 125,537 557,880 9,873,766 25,381 138,091 579,873 10,263,007 27,919 151,900 603,987 10,689,810 30,711 167,090 Jumlah
Penghema tan air (Rp/m3) 7,750 8,525 9,378 10,315 11,347 12,481 13,730 15,103 16,613 18,274 20,102 22,112 24,323 26,755 29,431 32,374
Manfaat konservasi sumberdaya material daur ulang kertas (Rp) 2,282,782,856,561 2,628,200,392,028 3,039,935,193,413 3,497,036,042,443 4,024,259,911,138 4,623,056,120,153 5,305,845,339,720 6,111,811,880,040 7,014,859,454,456 8,054,202,508,389 9,239,130,198,786 10,589,152,484,423 12,126,304,115,667 13,875,462,357,832 15,864,703,797,739 18,176,907,507,923 126,453,650,160,712
PV manfaat konservasi sumber daya material daur ulang kertas (Rp) 2,282,782,856,561 2,389,273,083,662 2,512,343,135,052 2,627,374,937,974 2,748,623,667,194 2,870,554,122,702 2,995,011,371,169 3,136,325,883,342 3,272,483,706,638 3,415,768,101,698 3,562,084,648,308 3,711,433,346,468 3,863,814,196,180 4,019,227,197,441 4,177,672,350,253 4,351,407,139,515 51,936,179,744,156
155
Tabel 105 Proyeksi konservasi sumberdaya material sampah dari daur ulang logam tahun 2010-2025 Skenario 2 Jumlah konservasi sumber daya alam Tahun
Volume daur ulang logam (ton)
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025
25,708 26,053 26,546 26,924 27,336 27,726 28,114 28,630 29,068 29,540 30,008 30,474 30,936 31,395 31,850 32,394
Konservasi energi (bahan bakar) (liter)
Penghematan ruang landfill (m3)
7,356,843 7,455,445 7,596,768 7,704,688 7,822,645 7,934,408 8,045,388 8,193,020 8,318,320 8,453,376 8,587,492 8,720,668 8,852,904 8,984,200 9,114,555 9,270,084
78,654 79,708 81,219 82,373 83,634 84,829 86,015 87,594 88,933 90,377 91,811 93,235 94,649 96,052 97,446 99,109 Jumlah
Harga bahan bakar (Rp/l) 7,352 8,087 8,896 9,786 10,764 11,840 13,025 14,327 15,760 17,336 19,069 20,976 23,074 25,381 27,919 30,711
Harga ruang landfill (Rp/m3) 40,000 44,000 48,400 53,240 58,564 64,420 70,862 77,949 85,744 94,318 103,750 114,125 125,537 138,091 151,900 167,090
Manfaat konservasi sumberdaya material daur ulang logam (Rp)
PV manfaat konservasi sumberdaya material daur ulang logam Rp)
57,233,659,980 63,800,826,931 71,511,236,911 79,779,835,522 89,101,373,924 99,411,815,981 110,882,535,969 124,208,939,699 138,719,386,088 155,068,792,524 173,281,917,375 193,566,113,359 216,151,376,863 241,292,784,179 269,273,186,661 301,254,797,078 2,384,538,579,047
57,233,659,980 58,000,751,756 59,100,195,794 59,939,771,241 60,857,437,282 61,726,916,307 62,590,300,853 63,738,825,763 64,713,617,388 65,764,305,593 66,807,680,424 67,843,741,879 68,872,489,959 69,893,924,664 70,908,045,995 72,118,003,255 1,030,109,668,133
156
ii) Total manfaat eksternalitas Total manfaat eksternalitas diperoleh dari penjumlahan nilai konservasi energi dan nilai konservasi sumberdaya material sampah dari material daur ulang, diperoleh total manfaat eksternalitas sebesar Rp 127.903.390.954.825 untuk tahun 2010-2025 dapat dilihat pada Tabel 106. Tabel 106. Total manfaat eksternalitas tahun 2010-2025 Skenario 2 Tahun
PV manfaat konservasi SDA daur ulang plastik (Rp)
PV manfaat konservasi SDA daur ulang kertas (Rp)
PV manfaat konservasi SDA daur ulang logam (Rp)
Total manfaat eksternalitas (Rp)
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 Jumlah
3,638,411,383,692 3,753,291,131,629 3,892,194,445,028 4,016,604,482,698 4,148,681,335,103 4,279,963,054,597 4,413,270,290,394 4,569,481,876,132 4,716,193,319,356 4,871,300,763,183 5,028,838,826,575 5,188,807,509,532 5,351,206,812,052 5,516,036,734,137 5,683,297,275,787 5,869,522,302,642 74,937,101,542,536
2,282,782,856,561 2,389,273,083,662 2,512,343,135,052 2,627,374,937,974 2,748,623,667,194 2,870,554,122,702 2,995,011,371,169 3,136,325,883,342 3,272,483,706,638 3,415,768,101,698 3,562,084,648,308 3,711,433,346,468 3,863,814,196,180 4,019,227,197,441 4,177,672,350,253 4,351,407,139,515 51,936,179,744,156
57,233,659,980 58,000,751,756 59,100,195,794 59,939,771,241 60,857,437,282 61,726,916,307 62,590,300,853 63,738,825,763 64,713,617,388 65,764,305,593 66,807,680,424 67,843,741,879 68,872,489,959 69,893,924,664 70,908,045,995 72,118,003,255 1,030,109,668,133
5,978,427,900,234 6,200,564,967,047 6,463,637,775,874 6,703,919,191,914 6,958,162,439,579 7,212,244,093,606 7,470,871,962,416 7,769,546,585,237 8,053,390,643,382 8,352,833,170,474 8,657,731,155,307 8,968,084,597,879 9,283,893,498,191 9,605,157,856,243 9,931,877,672,034 10,293,047,445,412 127,903,390,954,825
d.
Biaya investasi dan operasional Investasi modal sebagai biaya langsung sebesar 45.500.000 EURO atau Rp
651.000.000.000, mencakup pembiayaan pembelian peralatan pengolahan sebagai berikut:. 2 Unit LFG Collection & Flare @ EUR 1.500.000 = Rp. 8 Unit Power Generator 2MW @ EUR 1.500.000 = Rp 9 Unit AD @ EUR 1.000.000 = Rp 9 Unit Power Generator kap2MW@ EUR1.500.000 = Rp 1 Unit Pyrolysis Equipment@ EUR8.000.000 = Rp Total Rp
42.923.076.923 171.692.307.692 128.769.230.769 193.153.846.154 114.461.538.462 651.000.000.000
Biaya yang dibutuhkan untuk operasional TPST Bantar Gebang Skenario 2 Tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 107.
157
Tabel 107. Biaya operasional TPST Bantar Gebang Skenario 2 Tahun 2010 No. Jenis biaya Biaya tetap (Fixed cost) 1 Gaji dan upah karyawan utama 2 Biaya operasi dan pemeliharaan Gedung 3 Biaya perawatan dan pemeliharaan Area TPST 4 Biaya utilitas kantor 5 Asuransi 6 Depresiasi 7 Pemeliharaan instalasi, kendaraan dan alat berat Biaya tidak tetap (Variable cost) 1 Produksi kompos 2 Daur ulang kertas 3 Daur ulang plastik 4 Daur ulang logam 5 Produksi RDF 6 Pengolahan sampah B3 7 Landfill Total biaya operasional
Jumlah (Rp) 9.100.000.000 3.185.000.000 182.000.000 637.000.000 182.000.000 364.000.000 910.000.000 3.640.000.000 408.365.371.300 34.225.956.743 44.448.820.100 273.283.457.689 19.281.033.750 21.779.999.218 7.478.704.000 7.867.399.800 417.465.371.300
Total biaya meliputi penjumlahan dari Biaya Investasi dan Biaya Operasional. Total biaya dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2025 mencapai Rp 9.114.503.640.683 sesuai dengan Tabel 108. Tabel 108. Biaya investasi dan operasional Skenario 2 Tahun
Biaya Investasi (Rp)
Biaya Operasional (Rp)
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 Jumlah
685.692.307.692
417.465.371.299 472.411.873.313 537.407.937.863 608.456.939.420 689.551.762.378 780.581.325.764 883.262.944.563 1.003.583.223.692 1.136.782.131.026 1.288.697.576.474 1.460.228.559.618 1.653.839.060.535 1.872.295.702.640 2.118.704.241.820 2.396.550.386.997 2.717.329.551.722
Total Biaya Investasi & Operasional (Rp) 1.103.157.678.991 472.411.873.313 537.407.937.863 608.456.939.420 689.551.762.378 780.581.325.764 883.262.944.563 1.003.583.223.692 1.136.782.131.026 1.288.697.576.474 1.460.228.559.618 1.653.839.060.535 1.872.295.702.640 2.118.704.241.820 2.396.550.386.997 2.717.329.551.722 20.722.840.896.814
PV Total Biaya Investasi & Operasional (Rp) 1.103.157.678.991 429.465.339.375 444.138.791.622 457.142.704.297 470.973.131.875 484.679.589.549 498.578.905.589 514.996.878.558 530.317.253.814 546.533.572.985 562.981.322.194 579.660.501.442 596.571.110.728 613.713.150.052 631.086.619.416 650.507.090.198 9.114.503.640.683
Biaya operasional tidak langsung digunakan untuk kegiatan pengolahan sampah untuk energi listrik, didaur ulang maupun dijadikan kompos pada tahun
158
2010 sebesar 2.291.583 ton/tahun. Jumlah sampah basah sebesar 1.267.628 ton/tahun digunakan untuk bahan baku proses anerobic digestion sebesar 292.000 ton/tahun dan bahan baku proses komposting sebesar 975.628 ton/tahun. Jumlah sampah kering kertas dan plastik yang tidak di daur ulang sebesar 553.350 ton/tahun digunakan untuk bahan baku proses gasifikasi pyrolisis sebesar 69.350 ton/tahun dan di jual sebagai RDF sebesar 484.000 ton/tahun lihat Tabel 109. Biaya operasional langsung selain untuk operasional kantor juga digunakan untuk biaya pembuangan sisa sampah yang tidak diolah dan dibuang ke landfill. Biaya ini diperlukan untuk memindahkan sisa sampah ke landfill dan biaya penutupan lapisan landfill. Biaya untuk membuang dan mengolah sampah di landfill memerlukan biaya sebesar Rp 60.000 per-ton dengan kenaikan biaya sebesar 10% setiap tahun. Dari volume sampah yang diolah di landfill diperlukan biaya sebesar = 131.123 ton x Rp 60.000 per-ton = Rp 7.867.399.800,-. Total biaya pengolahan sampah landfill seperti pada Tabel 110. 5.7.3 Nilai Ekonomi Total TPST Nilai ekonomi total TPST Bantar Gebang meliputi jumlah dari keseluruhan nilai manfaat langsung, nilai manfaat tidak langsung dan nilai biaya. Nilai manfaat langsung meliputi nilai penerimaan dari tipping fee.. Nilai manfaat tidak langsung meliputi nilai ekonomi material daur ulang, energi listrik, konservasi sumberdaya material sampah dengan asumsi dampak negatif operasional TPST Bantar Gebang sudah sangat kecil. Nilai manfaat TPST Bantar Gebang Skenario 1 tanpa konservasi sumberdaya diperoleh dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2025 sebesar Rp 31.753.236.859.473,- dan nilai manfaat dengan konservasi sumberdaya Rp 159.656.627.814.298,- rincian pada Tabel 111. Nilai biaya TPST Bantar Gebang Skenario 1 diperoleh dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2025 sebesar Rp 9.028.947.332.991,-dengan rincian pada Tabel 112. Nilai ekonomi total TPST Bantar Gebang Skenario 1 tanpa konservasi sumberdaya adalah nilai manfaat (tanpa konservasi sumberdaya) dikurangi nilai biaya menjadi sebesar Rp 22.724.289.526.482,-. Rencana TPST Bantar Gebang Skenario Skenario 1 positif memenuhi kelayakan. Nilai manfaat konservasi sumberdaya material sampah bersifat intangible namun penting untuk diketahui besaran penghematannya penggunaan material, ruang dan energi bila dilakukan
159
daur ulang material sampah. Nilai manfaat konservasi material daur ulang sampah sebesar 127.903.390.954.825,-. Nilai konservasi atau penghematan penggunaan material dan energi nilainya sangat besar, maka masuk akal China mengimpor sebagian besar produk daur ulang plastik dan kertas dari seluruh dunia, termasuk dari bijih plastik daur ulang dari Indonesia. Produk daur ulang berupa bijih plastik dan kertas harganya jauh lebih murah dan menghemat pemakaian energi untuk pengolahannya dibanding material original. Nilai ekonomi total TPST Bantar Gebang
Skenario
1
dengan
konservasi
sumberdaya
sebesar
Rp
150.627.680.481.307,Nilai manfaat TPST Bantar Gebang Skenario 2 tanpa konservasi sumberdaya diperoleh dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2025 sebesar Rp 32.277.342.825.557,- dan nilai manfaat dengan konservasi sumberdaya Rp 160.180.733.825.557,- rincian pada Tabel 113. Nilai biaya TPST Bantar Gebang Skenario 2 diperoleh dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2025 sebesar Rp 9.114.503.640.683,-dengan rincian pada Tabel 114. Nilai ekonomi total TPST Bantar Gebang Skenario 2 tanpa konservasi sumberdaya adalah nilai manfaat (tanpa konservasi sumberdaya) dikurangi nilai biaya menjadi sebesar Rp 23.162.839.184.874,-. Nilai manfaat konservasi material daur ulang sampah sebesar 127.903.390.954.825,-. Nilai ekonomi total TPST Bantar Gebang Skenario 2 dengan konservasi sumberdaya material sampah sebesar Rp 151.066.230.139.699,- Rencana TPST Bantar Gebang Skenario Skenario 2 positif berarti memenuhi kelayakan. Nilai manfaat total TPST Bantar Gebang Skenario 2 (tanpa konservasi sumberdaya) sebesar Rp 23.162.839.184.874,-) lebih besar dari pada nilai manfaat total TPST Bantar Gebang Skenario 1 (tanpa konservasi sumberdaya) sebesar Rp 22.724.289.526.482,-.
160
Tabel 109. Jumlah sampah yang diolah dan yang dibuang ke landfill Skenario 2
Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 Jumlah
Volume sampah masuk (ton/hari) 6,740 6,850 7,000 7,120 7,250 7,375 7,500 7,660 7,800 7,950 8,100 8,250 8,400 8,550 8,700 8,875 124,120
Volume sampah masuk per tahun (ton/tahun) 2,460,100 2,500,250 2,555,000 2,598,800 2,646,250 2,691,875 2,737,500 2,795,900 2,847,000 2,901,750 2,956,500 3,011,250 3,066,000 3,120,750 3,175,500 3,239,375 45,303,800
Jumlah sampah daur ulang (ton/tahun) 470,605 488,234 509,092 528,160 548,333 568,498 589,026 612,717 635,244 659,006 683,204 707,838 732,907 758,412 784,353 813,020 10,088,648
Sampah basah (ton/tahun) Sampah Jumlah kering sampah Bahan baku Bahan baku Gasifikasi B3 Anaerobic Jumlah Kompos (ton/tahun) (ton/tahun) Digestion 292,000 975,628 1,267,628 69,350 37,394 292,000 977,102 1,269,102 69,350 38,004 292,000 985,257 1,277,257 69,350 38,836 292,000 987,181 1,279,181 69,350 39,502 292,000 990,201 1,282,201 69,350 40,223 292,000 991,621 1,283,621 69,350 40,917 292,000 992,339 1,284,339 69,350 41,610 292,000 998,252 1,290,252 69,350 42,498 292,000 999,954 1,291,954 69,350 43,274 292,000 1,002,500 1,294,500 69,350 44,107 292,000 1,004,204 1,296,204 69,350 44,939 292,000 1,005,066 1,297,066 69,350 45,771 292,000 1,005,087 1,297,087 69,350 46,603 292,000 1,004,266 1,296,266 69,350 47,435 292,000 1,002,604 1,294,604 69,350 48,268 292,000 1,003,750 1,295,750 69,350 49,239 4,672,000 15,925,011 20,597,011 1,109,600 688,618
Jumlah sampah dibuang ke landfill (ton/tahun) 131,123 128,313 126,064 123,079 120,087 116,827 113,387 110,270 106,649 102,954 99,043 94,915 90,570 86,008 81,229 76,449 1,706,967
161
Tabel 110. Biaya pengolahan sampah yang diolah dan yang dibuang ke landfill Skenario 2 Tahun
Jumlah sampah yang dibuang ke landfill (ton/tahun)
Biaya landfill (Rp/ton)
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 Jumlah
131,123 128,313 126,064 123,079 120,087 116,827 113,387 110,270 106,649 102,954 99,043 94,915 90,570 86,008 81,229 76,449 1,706,967
60,000 66,000 72,600 79,860 87,846 96,631 106,294 116,923 128,615 141,477 155,625 171,187 188,306 207,136 227,850 250,635 2,156,984
Total biaya pengolahan sampah di landfill (Rp) 7,867,399,800 8,468,646,780 9,152,224,620 9,829,102,356 10,549,147,229 11,289,099,343 12,052,345,800 12,893,136,686 13,716,647,306 14,565,621,528 15,413,483,162 16,248,145,855 17,054,779,695 17,815,349,629 18,508,085,616 19,160,849,377 214,584,064,781
PV total biaya pengolahan sampah di landfill (Rp) 7,867,399,800 8,468,646,780 9,152,224,620 9,829,102,356 10,549,147,229 11,289,099,343 12,052,345,800 12,893,136,686 13,716,647,306 14,565,621,528 15,413,483,162 16,248,145,855 17,054,779,695 17,815,349,629 18,508,085,616 19,160,849,377 214,584,064,781
Tabel 111. Nilai manfaat TPST Bantar Gebang Skenario 1 tahun 2010 sampai 2025
Nilai manfaat langsung (Rp) Nilai penerimaan dari tipping fee (A)
4.673.815.510.000
Total nilai manfaat langsung (B = A)
4.673.815.510.000
Nilai manfaat tidak langsung (Rp) Nilai ekonomi energi listrik (C)
1.064.770.383.637
Nilai ekonomi material daur ulang (D)
26.014.650.965.836
Total nilai manfaat tidak langsung (tanpa konservasi sumberdaya) (E = C + D)
27.079.421.349.473
Nilai konservasi sumberdaya material sampah (F)
127.903.390.954.825
Total nilai manfaat tidak langsung (dengan konservasi sumberdaya) (G = E + F)
154.982.812.304.298
Nilai Manfaat Total tanpa konservasi sumberdaya (H = B + E)
31.753.236.859.473
Nilai Manfaat Total dengan konservasi sumberdaya (I = B + G)
159.656.627.814.298
162
Tabel 112. Nilai biaya TPST Bantar Gebang Skenario1 tahun 2010 sampai dengan tahun 2025 Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 Jumlah
Biaya langsung (Rp)
Biaya tidak langsung (Rp)
716.967.399.800 16.798.769.800 16.663.822.000 16.484.750.080 16.305.209.500 16.109.642.500 15.903.235.000 15.716.217.760 15.498.917.200 15.277.245.400 15.042.565.000 14.794.876.000 14.534.178.400 14.260.472.200 13.973.757.400 13.686.955.000 948.018.013.040
Total nilai biaya (Rp)
394.256.471.499 406.425.069.575 421.233.469.622 434.416.454.217 448.426.422.375 462.328.447.049 476.434.170.589 493.039.160.798 508.576.836.614 525.014.827.585 541.697.257.194 558.624.125.442 575.795.432.328 593.211.177.852 610.871.362.016 630.578.635.198 8.080.929.319.951
1.111.223.871.299 423.223.839.375 437.897.291.622 450.901.204.297 464.731.631.875 478.438.089.549 492.337.405.589 508.755.378.558 524.075.753.814 540.292.072.985 556.739.822.194 573.419.001.442 590.329.610.728 607.471.650.052 624.845.119.416 644.265.590.198 9.028.947.332.991
Tabel 113. Nilai manfaat TPST Bantar Gebang Skenario 2 tahun 2010 sampai 2025 Nilai manfaat langsung (Rp) Nilai penerimaan dari tipping fee (A)
4.673.815.510.000
Total nilai manfaat langsung (B = A)
4.673.815.510.000
Nilai manfaat tidak langsung (Rp) Nilai ekonomi energi listrik (C)
1.255.996.349.721
Nilai ekonomi material daur ulang (D)
26.347.530.965.836
Total nilai manfaat tidak langsung (tanpa konservasi sumberdaya) (E = C + D)
27.603.527.315.557
Nilai konservasi sumberdaya material sampah (F)
127.903.390.954.825
Total nilai manfaat tidak langsung (dengan konservasi sumberdaya) (G = E + F)
155.506.918.270.382
Nilai Manfaat Total tanpa konservasi sumberdaya (H = B + E)
32.277.342.825.557
Nilai Manfaat Total dengan konservasi sumberdaya (I = B + G)
160.180.733.780.382
163
Tabel 114. Nilai biaya TPST Bantar Gebang Skenario 2 tahun 2010 sampai dengan tahun 2025 Tahun
Biaya langsung (Rp)
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 Jumlah
702.659.707.492 16.798.769.800 16.663.822.000 16.484.750.080 16.305.209.500 16.109.642.500 15.903.235.000 15.716.217.760 15.498.917.200 15.277.245.400 15.042.565.000 14.794.876.000 14.534.178.400 14.260.472.200 13.973.757.400 13.686.955.000 933.710.320.732
Biaya tidak langsung (Rp) 400.497.971.499 412.666.569.575 427.474.969.622 440.657.954.217 454.667.922.375 468.569.947.049 482.675.670.589 499.280.660.798 514.818.336.614 531.256.327.585 547.938.757.194 564.865.625.442 582.036.932.328 599.452.677.852 617.112.862.016 636.820.135.198 8.180.793.319.951
Total nilai biaya (Rp) 1.103.157.678.991 429.465.339.375 444.138.791.622 457.142.704.297 470.973.131.875 484.679.589.549 498.578.905.589 514.996.878.558 530.317.253.814 546.533.572.985 562.981.322.194 579.660.501.442 596.571.110.728 613.713.150.052 631.086.619.416 650.507.090.198 9.114.503.640.683
Rekapitulasi nilai ekonomi dari 2 Skenario TPST Bantar Gebang dapat dilihat pada Tabel 115. Tabel 115. Rekapitulasi nilai ekonomi Existing, Skenario 1 dan 2 TPST Bantar Gebang Nilai Ekonomi (Rp) Biaya
Existing (Rp)
Setelah Pengembangan* (Rp)
Konservasi Sumberdaya Alam dan Energi (Rp)
1,70 Trilyun
Skenario 1 : 9,03 Trilyun Skenario 2 : 9,11 Trilyun Skenario 1 : 31,75 Trilyun Skenario 2 : 32,28 Trilyun Skenario 1 : 22,72 Trilyun Skenario 2 : 23,16 Trilyun
127,90 Trilyun
2,19 Trilyun
Manfaat Nilai Ekonomi Total
0,48 Trilyun
* Tidak termasuk nilai konservasi Produk yang dihasilkan Skenario 1 dan Skenario 2 ada yang sama yaitu produksi kompos 380.288 ton/tahun, kertas daur ulang 211. 661 ton/tahun, plastik daur ulang 182.189 ton/tahun, logam daur ulang 25.708 ton/tahun. Perbedaan Produk yang dihasilkan Skenario 1 dan Skenario 2 yaitu Skenario 1 menghasilkan
tenaga listrik 26 MW, Bahan bakar biomassa RDF 114.701
ton/tahun sedang Skenario 2 menghasilkan tenaga listrik 31 MW dan bahan bakar biomassa
RDF 484.000 ton/tahun. Jadi dapat dilihat Skenario 2 lebih
menguntungkan lebih banyak menghasilkan tenaga listrik dan lebih banyak
164
menghasilkan RDF. Pada saat ini tenaga listrik sangat diperlukan, karena masalah kekurangan tenaga listrik menjadi isu nasional. Sedangkan peran RDF sebagai bahan bakar subtitusi batubara masih belum penting, kecuali ada kenaikan harga batubara yang sangat tinggi. 5.7.4 Nilai Benefit Cost Ratio TPST Penggunaan Rasio Manfaat dan Biaya (Benefit Cost Ratio, BCR) yang paling cocok dari sudut pandang masyarakat serta menggunakan tingkat potongan (Discount Rate) untuk pembangunan fasilitas publik biasanya diambil angka 10%. Kriteria manfaat meliputi eksternalitas manfaat dalam hal ini manfaat konservasi sumberdaya material sampah tidak diperhitungkan karena bersifat intangible, sedangkan yang termasuk biaya mencakup biaya esternalitas ditambah biaya investasi. Berdasarkan Tabel 111 dan Tabel 112, Benefit Cost Ratio (BCR) TPST Bantar Gebang Skenario 1 adalah 31.753.236.859.473 : 9.028.947.332.991,- = 3,52 berarti BCR Skenario 1 sebesar 3,52 > 1. Investasi pengelolaan TPST Bantar Gebang pada Skenario 1 layak dilaksanakan. Berdasarkan Tabel 113 dan Tabel 114, Benefit Cost Ratio (BCR) TPST Bantar Gebang Skenario 2 adalah 32.277.342.825.557 : 9.114.503.640.683= 3,54 berarti BCR= 3,54 > 1. Investasi pengelolaan TPST Bantar Gebang pada Skenario 2 layak dilaksanakan. Investasi pengelolaan TPST Bantar Gebang pada Skenario 2 lebih baik dari Skenario 1 dilihat dari perbandingan besarnya manfaat dengan biaya, walaupun biaya untuk Skenario 2 lebih besar dibanding Skenario 1 sebesar Rp 85.556.307.692 karena ada biaya pengolahan RDF yang jumlah lebih besar dan nilai jualnya kecil. Berdasarkan kedua analisa yaitu Nilai Ekonomi Total (NET) dan BCR, untuk NET Skenario 2 lebih besar dibanding Skenario 1 dan hasil analisis BCR Skenario 2 lebih baik dari Skenario 1 maka Skenario 2 direkomendasi untuk dilaksanakan yaitu energi listrik yang dihasilkan Skenario 2 sebesar 31 MW lebih besar dibanding Skenario 1 sebesar 26 MW dan adanya prinsip untuk pengolahan sampah kering dengan memaksimalkan kegiatan daur ulang sampah sebagai upaya konservasi sumberdaya alam dan energi; dan kegiatan pengolahan sampah
165
basah secara anaerobik digestion yang mengurangi emisi gas metana. Langkah ini sebagai upaya pengolahan sampah yang lebih ramah lingkungan. 5.7.5 Analisis Kelayakan Finansial TPST Usaha sebagai operator pengelola TPST merupakan bisnis baru di Indonesia sedangkan di Amerika Serikat dan negara maju lainnya sudah biasa dilakukan oleh perusahaan swasta misal Waste Management inc yang sudah go publik terdaftar pada New York Stock Exchange. Operator pengelola TPST dapat menjalankan usaha dengan baik apabila pendapatan dari tipping fee memadai contohnya Pemerintah DKI JAKARTA membayar tipping fee Rp 107.800,- per ton sampah disamping pendapatan dari penjualan kompos dan material daur ulang sampah. Usaha daur ulang sampah mempunyai resiko jatuhnya harga material hasil daur ulang seperti plastik dan kertas pada waktu kondisi ekonomi melemah. Pengukuran potensi bisnis operator Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) dilakukan dengan menyusun proyeksi pendapatan (Income Statement Projection) kemudian diestimasi kondisi kesehatan finansialnya dengan mengukur EBITDA dan DCR (Debt Coverage Ratio)-nya. Asumsi yang dilakukan adalah pinjaman untuk mesin dan peralatan mendapat kredit ekspor dari negara asal barang sebesar 100% dari nilai barang dengan bunga pinjaman menggunakan angka yang besar yaitu sebesar 12% per tahun walaupun umumnya kredit besaran kredit ekspor lebih rendah yaitu antara 3,5% - 8% per tahun dengan jangka waktu pengembalian selama 15 tahun.
Berdasarkan proyeksi pendapatan yang dapat dilihat pada Lampiran 2 untuk Skenario 1 dan Lampiran 3 untuk Skenario dapat dilihat bahwa proyeksi laba bersih Skenario 1 terus meningkat mulai Tahun 2010 sebesar Rp 1.008 milyar sampai Tahun 2025 sebesar Rp 6.090 milyar dan Skenario 2 juga terus meningkat mulai Tahun 2010 sebesar Rp1.020 milyar sampai Tahun 2025 sebesar Rp 6.165 milyar dengan asumsi pembangunan TPST berjalan baik dan pemasaran produk kompos dan daur ulang sampah berjalan lancar. EBITDA adalah singkatan dari "earnings before interest, taxes, depreciation and amortization", kata-kata ini sering digunakan sebagai alat
166
pengukur nilai sebuah bisnis. EBITDA digunakan untuk menganalisis profitabilitas operasi sebuah perusahaan sebelum beban non operasi (seperti bunga dan beban lainnya) dan depresiasi serta amortisasi. EBITDA dapat digunakan sebagai estimasi cash flow yang tersedia untuk membayarkan hutang pada asset jangka panjang, seperti peralatan. Asumsi yang diambil disini adalah pinjaman untuk pembelian peralatan dari luar negeri menggunakan fasilitas kredit ekspor dari negara asal barang dengan bunga sebesar 12% per tahun. Bunga sebesar 12% diambil sebagai angka aman karena biasanya bunga pinjaman untuk kredit ekspor dari rendah antara 3,5% - 8% per tahun. Estimasi berdasarkan EBITDA akan lebih akurat. EBITDA juga dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan dibandingkan lainya dan terhadap rata-rata industri serta EBITDA merupakan pengukuran terbaik bagi trend profit di masa akan datang. Berdasarkan proyeksi pendapatan TPST Bantar Gebang Skenario 1 dapat dilihat pada Lampiran 2 Tabel Proyeksi Pendapatan Tahun 2010 sampai Tahun 2015 Skenario 1 besaran EBITDA mulai dari Rp 1,20 trilyun sampai Rp 6,59 trilyun. Sedangkan untuk Skenario 2 berdasarkan Tabel Proyeksi Pendapatan Tahun 2010 sampai Tahun 2015 Skenario 2 yang dapat dilihat pada Lampiran 3 besaran EBITDA mulai dari Rp 1,2 trilyun pada Tahun 2010 sampai Rp 6,6 trilyun pada Tahun 2025. Besaran EBITDA Rp 1,2 trilyun sampai Rp 6,6 trilyun dengan trend yang semakin meningkat dan asumsi penjualan dan pembayaran lancar menunjukkan prospek bisnis operator TPST Bantar Gebang sangat baik dimana trend profit semakin meningkat di masa akan datang. Debt Coverage Ratio (DCR) diukur dengan membagi EBITDA dengan pembayaran hutang. DCR adalah rasio kas yang tersedia untuk pembayaran hutang untuk pembayaran bunga, pokok dan sewa. Ini adalah patokan yang populer
digunakan
dalam
pengukuran
kemampuan
perusahaan
untuk
menghasilkan cukup uang untuk menutup utang (termasuk sewa) pembayaran. Semakin tinggi rasio ini, semakin mudah untuk mendapatkan pinjaman. Ungkapan ini juga digunakan dalam perbankan komersial dan dapat dinyatakan sebagai rasio minimum yang dapat diterima oleh pemberi pinjaman, mungkin kondisi pinjaman atau perjanjian. DCR lebih dari 1 berarti bahwa (dalam teori, yang dihitung dengan standar bank dan asumsi) entitas menghasilkan arus kas yang cukup untuk
167
membayar kewajiban utangnya. DCR bawah 1,0 menunjukkan bahwa tidak ada arus kas yang cukup untuk menutupi pembayaran pinjaman. Berdasarkan proyeksi pendapatan TPST Bantar Gebang Skenario 1 dapat dilihat pada Lampiran 2 Tabel Proyeksi Pendapatan Tahun 2010 sampai Tahun 2015 Skenario 1 besaran DCR mulai dari 26,71 sampai 146,53. Sedangkan untuk Skenario 2 berdasarkan Tabel Proyeksi Pendapatan Tahun 2010 sampai Tahun 2015 Skenario 2 yang dapat dilihat pada Lampiran 3 besaran DCR mulai dari 27,58 pada Tahun 2010 sampai 151,59 pada Tahun 2025. Besaran DCR sebesar 26,71 sampai 151,59 sampai Rp 6,6 trilyun menunjukkan arus kas perusahaan sangat mampu untuk menutupi pembayaran pinjaman. Prospek bisnis operator Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) sangat baik berdasarkan proyeksi angka EBITDA dan DCR di atas dimana arus kas perusahaan sangat kuat dengan trend yang semakin meningkat dan perusahaan sangat mampu untuk menutupi pembayaran pinjaman. Bisnis pengelolaan sampah khususnya TPST patut didukung penuh oleh pemerintah dan pemerintah daerah karena bertujuan meningkatkan kualitas lingkungan di sekitar tempat pembuangan akhir sampah dengan diolahnya seluruh sampah yang masuk dan sekaligus meningkatkan kegiatan ekonomi lokal dan menyerap banyak tenaga kerja. 5.7.6 Potensi Pendapatan dari Sertifikat Reduksi Emisi Gas Rumah Kaca Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM), adalah mekanisme di bawah Protokol Kyoto untuk mempromosikan transfer teknologi dan investasi dari negara-negara industri ke negara berkembang untuk proyek-proyek difokuskan pada mitigasi emisi gas rumah kaca. Ini menyediakan bagi negara-negara industri untuk berinvestasi dalam mengurangi emisi-proyek di negara berkembang dan menggunakan Certified Pengurangan Emisi yang dihasilkan (CER) kredit terhadap kepatuhan mereka sendiri dengan pembatasan emisi target yang ditetapkan oleh Protokol Kyoto. Proyek energi terbarukan yang mendukung transisi dari penggunaan bahan bakar konvensional menjadi penggunaan bahan bakar yang dapat mengurangi emisi Gas Rumah Kaca. Gas-gas penghasil efek rumah kaca itu di antaranya adalah: karbon dioksida, metana, nitrous oxide, sulfur heksafluorida, HFC, dan PFC. Gas metana paling banyak dihasilkan dari sampah.
168
Gas metana termasuk golongan gas rumah kaca yang memiliki nilai global warming potential lebih kuat sebesar 21 kali lipat dibanding karbondioksida (CO2).Mereka yang menjalankan proyek CDM ini memperoleh sertifikat reduksi emisi (certified emission reduction –CER), yang dapat diperjualbelikan. Satu unit reduksi emisi gas rumah kaca sebanding dengan 1 metrik ton CO 2 menurut protokol Kyoto. Sertifikat itu kemudian dijual ke negara maju untuk membantu mengurangi target pengurangan emisi gas rumah kaca di negaranya. CDM diharapkan menghasilkan 2,6 milyar CER hingga periode Protokol Kyoto berakhir pada 2012. Harga CER di pasar spot dunia kini 10 euro hingga 12 euro per ton CO2. TPST Bantar Gebang diharapkan memperoleh pendapatan CER dari kegiatan
pengurangan emisi GRK dimana gas metana dimanfaatkan untuk
menghasilkan listrik. Pendaftaran untuk mendapatkan CER memerlukan persyaratan yang ketat dan terbuka, proses penerbitannya dirancang untuk memastikan pengurangan emisi nyata, terukur dan dapat diverifikasi dibandingkan tanpa adanya proyek ini. Mekanisme ini diawasi oleh Dewan Eksekutif CDM, untuk pendaftaran proyek harus disetujui oleh Otoritas Nasional Ditunjuk (DNA), di Indonesia oleh Komite Nasional Mekanisme Pembangunan Bersih (KNMPB). Kompensasi / insentif dari perdagangan karbon ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pengelolaan sampah dari hulu (sumber) sampai hilir (TPA). Berdasarkan perhitungan ada potensi pendapatan sebesar Rp 333.023.707.731,dengan harga CER 10 euro per ton ekivalen CO2 apabila sampah yang masuk ke TPST Bantar Gebang diolah dapat dilihat pada Tabel 116. Cara mendapatkan dana CER cukup berat yaitu tidak menjual hasil pengolahan sampah yang mempunyai
potensi memcemarkan lingkungan.
Penjualan RDF pada pabrik pembuatan keramik,batu bata dan kapur mempunyai potensi mencemarkan lingkungan sekitar industri tersebut. Pilihan antara mendapatkan dana CER dengan potensi penjualan RDF yang lebih besar hasilnya perlu pertimbangan yang matang. Pilihan tetap menjual RDF dari segi lingkungan memang berpotensi menimbulkan pencemaran, namun ada sisi positifnya dari sudut pandang lingkungan yaitu pengurangan penggunaan kayu sebagai bahan bakar tungku pemanasan industri tersebut. Penggunaan teknologi yang sedikit menimbulkan polusi udara pada industri pembuatan batu bata dan pembakaran
169
kapur perlu dilakukan untuk memanfaatkan RDF sebagai bahan bakar industri tersebut. Tabel 116. Potensi Pendapatan dari Sertifikat Reduksi GRK Jumlah Sampah diolah (ton/tahun)
Potensi Reduksi CH4 ( ton/tahun)
Potensi Reduksi CH4 Setara CO2 (ton/tahun)
2010
2.291.583
11.457,92
240.616,22
2.406.162,15
34.426.622.132
34.426.622.132
2011
2.333.933
11.669,67
245.062,97
2.450.629,65
35.062.849.337
31.875.317.579
2012
2.390.100
11.950,50
250.960,50
2.509.605,00
35.906.650.362
29.674.917.655
2013
2.436.219
12.181,10
255.803,00
2.558.029,95
36.599.499.535
27.497.745.706
2014
2.485.940
12.429,70
261.023,70
2.610.237,00
37.346.461.823
25.508.135.935
2015
2.534.131
12.670,66
266.083,76
2.660.837,55
38.070.438.806
23.638.747.233
2016
2.582.503
12.912,52
271.162,82
2.711.628,15
38.797.134.965
21.899.971.249
2017
2.643.132
13.215,66
277.528,86
2.775.288,60
39.707.968.949
20.376.466.625
2018
2.697.077
13.485,39
283.193,09
2.831.930,85
40.518.388.703
18.902.127.364
2019
2.754.689
13.773,45
289.242,35
2.892.423,45
41.383.898.071
17.550.812.611
2020
2.812.518
14.062,59
295.314,39
2.953.143,90
42.252.667.447
16.290.232.395
2021
2.870.564
14.352,82
301.409,22
3.014.092,20
43.124.696.829
15.114.943.156
2022
2.928.827
14.644,14
307.526,84
3.075.268,35
43.999.986.219
14.019.751.588
2023
2.987.307
14.936,54
313.667,24
3.136.672,35
44.878.535.615
12.999.713.183
2024
3.046.003
15.230,02
319.830,32
3.198.303,15
45.760.329.996
12.050.125.095
2025
3.113.687
15.568,44
326.937,14
3.269.371,35
46.777.151.771
Tahun
Jumlah
Nilai CER (Euro)
Nilai CER (Rp)
PV CER (Rp)
11.198.078.226 333.023.707.731
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.
Kesimpulan
Kebijakan Tahun 1990 -2009 1. Kebijakan pengelolaan TPA Sampah Bantar Gebang belum sepenuhnya sesuai dengan petunjuk teknik operasional sanitary landfill. 2. Dampak-dampak yang terjadi di TPA Sampah Bantar Gebang: a. Dampak negatif antara lain: pencemaran air tanah, pencemaran udara berupa bau busuk, penurunan kualitas udara dari emisi gas metana dan penurunan nilai tanah. b. Dampak positif antara lain adanya kesempatan kerja dan usaha kegiatan daur-ulang sampah dan adanya jalan akses menuju TPA Sampah Bantar Gebang 3. Nilai eksternalitas negatif mempunyai nilai sebesar Rp 1,7 trilyun sedangkan Eksternalitas positif mempunyai nilai sebesar Rp 2,19 trilyun. 4. Nilai Ekonomi Total dampak pengelolaan TPA sampah berupa eksternalitas positif sebesar Rp 482 miliar, yang berarti secara keseluruhan keberadaan TPA Sampah Bantar Gebang mempunyai dampak positif terhadap masyarakat sekitar. Benefit cost ratio (BCR) sebesar 1,28. 5. Kebijakan dan strategi pengelolaan TPA sampah adalah menjadikan TPA Sampah Bantar Gebang sebagai TPST yang menghasilkan energi listrik dari proses biodigester dan pirolisys serta memaksimalkan daur ulang sampah. Alternatif Kebijakan ke Depan 1. Kebijakan TPA menjadikan TPST yang menghasilkan energi listrik dan kompos. 2. Nilai Biaya Skenario 1 sebesar Rp 9,03 Trilyun dan Skenario 2 sebesar Rp 9,11 Trilyun. 3. Nilai Manfaat Skenario 1 sebesar Rp 31,75 Trilyun dan Skenario 2 sebesar Rp 32,28 Trilyun.
172
4. Nilai Ekonomi Total (Nilai Manfaat dikurangi Nilai Biaya) dari dampak pengelolaan TPST Bantar Gebang Skenario 1 sebesar Rp 22,72 Trilyun dan Skenario 2 sebesar Rp 23,16 Trilyun 5. Benefit cost ratio (BCR) Skenario 1 sebesar 3,52 dan Skenario 2 sebesar 3,54 6. Nilai manfaat konservasi sumberdaya material sampah sebesar
Rp 127,9
Trilyun merupakan nilai sangat besar. Nilai sebesar ini menunjukan bahwa usaha daur ulang sampah sangat bermanfaat dalam rangka penghematan penggunaan sumberdaya dan energi serta mengurangi terjadinya degradasi lingkungan. 6.2. Saran 1. TPA Sampah Bantar Gebang mengikuti aturan yang telah ditetapkan yaitu menyediakan lahan parkir, lahan bongkar muat sampah, tidak menggunakan air tanah
dalam proses pengolahan sampah, melakukan penutupan timbunan
sampah dengan tanah penutup dan menetapkan zona penyangga. 2. Pengelola TPST disarankan menggunakan skenario 2 untuk memaksimalkan pemanfaatan TPAS Bantar Gebang. 3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan yang terkait dengan potensi sampah basah maupun kering sebagai bahan bakar untuk menghasilkan energi listrik pengganti migas dan batubara. 4. Perlu ada penelitian yang mengkaji pengurangan subsidi pengelolaan sampah secara keseluruhan, yaitu mulai dari pengumpulan di sumber sampah sampai dengan TPA.
173
DAFTAR PUSTAKA
Ahadis, MH. 2005. Pengaruh Tempat Pembuangan Akhir Sampah Terhadap Lingkungan Perairan di Sekitarnya : Studi Kasus TPA Sampah Bantar Gebang, Bekasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Anwar, AS. 2007. Model Sentra Energi Berbasis Biomassa. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Adrianto, L. 2006. Sinopsis Pengenalan Konsep dan Metodologi Valuasi Ekonomi Sumberdaya Pesisir dan Laut. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Askari dan Wijayanti. 2004. Panduan Umum Valuasi Ekonomi Dampak Lingkungan untuk Penyusunan Analisis Dampak Lingkungan Hidup, Bapedal, Jakarta. Barton, AMF. 1994. Resource Recovery and Recycling. John Wiley and Sons. New York, Toronto, Brisbane, Chichester. Bramono, SE. 2004. Sampah Sebagai Sumber Energi: Tantangan Bagi Dunia Persampahan Indonesia, Pokja AMPL. Percik. 5:16 – 17. Biro Bina Kependudukan dan Lingkungan Hidup DKI Jakarta, 1989. Laporan Akhir: Studi Andal Lokasi Pembuangan Akhir Sampah Bantar Gebang Bekasi, PT. Munidia Daya Konsultants.Jakarta. Brisson, I. Pearce, D. 1995. Benefit Transfer for Dissamenity from Waste Disposal. Working Paper WM 95-06 CSERGE. London. BSN. 2004. Spesifikasi Kompos dari Sampah Organik Domestik. Jakarta Defra, (Department for Environment, Food and Rural Affairs). 2004. Valuation Of The External Costs And Benefits To Health And Environment Of Waste Management Options, Defra, London. Dinas Kebersihan DKI Jakarta. 2005. Laporan Akhir WJEMP IBRD Loan 4612IND/IDA Credit 3519-IND Solid Waste Management for Jakarta: Master Plan Review and Program Development (TA Package No. DKI 3-11. Jakarta. Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pemerintah Kota Bekasi. 2008. Valuasi Ekonomi Kerusakan Lingkungan Akibat Keberadaan TPA. Jakarta Ditjen Penataan Ruang, 2008, Pedoman Pemanfaatan Kawasan Sekitar TPA Sampah
174
Dixon, J.A. dan Hufschmidth. 1986. Economic Analysis of The Enviromental Impacts of Development Project. Earthsean Publication Limited, 3 Ed. Sleight Street. London. Djajadiningrat, ST. 2001. Untuk Generasi Masa Depan : Pemikiran, Tantangan dan Permasalahan Lingkungan. Studi Tekno Ekonomi. Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Industri, Institut Teknologi Bandung, Bandung. Eriyatno. 1998. Ilmu Sistem Meningkatkan Mutu dan Efektifitas Manajemen. Institut Pertanian Bogor Press. Bogor. Eugene, A.S. 1987. Contamination by Landfill Leachate South Biscayne Bay Florida. University of Miami. Miami European Commission, DG Environment. 2005. Economic Analysis of Options for Managing Biodegradable Municipal Waste. United Kingdom. European Commission, DG Environment. 2000. A Study on the Economic Valuation of Environmental Externalities from Landfill Disposal and Incineration of Waste. United Kingdom. Fauzi, A. 1999. Teknik Valuasi Ekosistem Mangrove. Bahan Pelatihan Management for Mangrove Forest (Rehabilitation). Bogor. Fauzi, A. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Gani, A. 2007. Konversi Sampah Organik Menjadi Komarasca (Kompos-ArangAktif-Asap Cair) dan Aplikasinya pada Tanaman Daun Dewa. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Gittinger, JP. 1982. Economic Analysis of Agricultural Project. (Edi Series in Economic Development). UI Press – John Hopkins. Jakarta. Grigalunas, T.A and Conges, R. 1995. Environmental Economics for Integrated Coastal Area Management: Valuation Methods and Policy Instrument. UNEP Regional Seas Report and Studies. No. 164. Hadi, Sudharto P. 2005. Aspek Sosial AMDAL : Sejarah, Teori dan Metode, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Haeruman, H. 1979. Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup dalam Kerangka Strategi Pengembangan Wilayah. Bahan Kuliah FPS-IPB, Bogor. Herawati dan Yulimarni. 2007. Mengatasi Sampah dengan Daur Ulang. Jurnal Khazanah Vol. 3 No. 1 71-72
175
Indrajaya, Denny D. 2008. Simulasi Perhitungan Replacement Cost dalam Mengkaji Kebijakan Konversi Hutan Mangrove. Jurnal Ekonomi Lingkungan Vol. 12/No. 2/2008. Jakarta. Irawan. 2007. Valuasi Ekonomi Lahan Pertanian: Pendekatan Nilai Manfaat Multifungsi Lahan Sawah dan Lahan Kering. (Disertasi). Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Irham. 2001. Analisis Biaya Manfaat Dalam Proyek Pembangunan Berdampak Lingkungan. in Sulistiyo.L, Whiting.P, Environmental Economics For Practitioners. Canora (Asia) Incorporated. Montreal. JICA. 2001. JICA Expert on Solid Management: The Investigation of Jakarta Solid Waste Recycling Situation. Japan International Cooperation Agency. Jakarta. Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2007. Kontribusi Sampah Terhadap Pemanasan Global. Jakarta Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 1995. Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep5I/MENLH/IO/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan Industri. Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Jakarta Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 1991. Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. KEP-03/MENKLH/II/1991 tanggal 1 Februari 1991. Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Jakarta Kholil. 2005. Rekayasa Model Sistem Dinamik Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis Nirlimbah (Zero Waste) Studi Kasus Jakarta Selatan. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Grasindo. Jakarta. Munasinghe, M. 1993. Environmental Economics and Sustainable Development. World Bank Environment Paper Number 3. The World Bank Washington, D.C. Mungkasa, O. 2004. Sampah Masih Jadi „Sampah”, Pokja AMPL. Percik. 5:3 – 5. Matahelumual, BC 2007 .Penentuan Mutu Air dengan sistem STORET di Kecamatan Bantar Gebang. J. Geologi Indonesia. 2007.; 2 (3): 113-118 Nawawi, H. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. OECD, 1992, Enviromental Data Compendium 1992, Paris, OECD.
176
Pandey, G.N. 1997. A Text Book on Energy System Engineering, Vikas Publishing House PVT LTD. New Delhi. Popov.V, Power.H and Baldasano. J.M. 1998. BEM solution for design of Trenches in Multilayered Landfills. J. Envir. Engrg. Volume 124, Issue 1, pp. 59-66 (January 1998) (PSSAL) Pusat Survei Sumberdaya Alam Laut. 2005. Pedoman Penyusunan Neraca dan Valuasi Ekonomi Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut. Bakosurtanal. Cibinong. PSSI- Stanford Recycling Center. 2009. Frequently Asked Questions – Benefits of Recycling. Stanford University. Stanford. http;//bgm.stanford.edu/pssi_faq_recycling dikunjungi: 19 Januari 2010 Royadi. 2006. Analisis Pemanfaatan TPA Sampah Pascaoperasi Berbasis Masyarakat (Studi Kasus TPA Sampah Bantar Gebang, Bekasi). Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Saeni, M.S. 1989. Bahan Pengajaran Kimia Lingkungan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Institut Pertanian Bogor.Bogor Sampah Masih Jadi “Sampah”. Percik, 2004; 5:3-5. Mungkasa,O. Samuel, M. Lando, J.B. 1974. Fundamentals of Phisical Chemistry. Mc Millan Publishing Co. Inc. New York. Saraswati, E. 2007. Model Pengembangan Kelembagaan Pengelolaan Persampahan Kota Berbasis Partisipasi Masyarakat (Studi Kasus Kota Bandung). Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Saribanon, N. 2007. Perencanaan Sosial Partisipatif dalam Pengelolaan Sampah Permukiman Berbasis Masyarakat (Kasus di Kotamadya Jakarta Timur). Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sinabutar, A. 2005. Analisis kesehatan dan keamanan lingkungan pada pengelolaan sampah kota (Studi kasus di Kecamatan Bantar Gebang Kotamadya Bekasi). Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Slamet. 2007. Kesehatan Lingkungan. Gajah Mada University Press. Jogjakarta. Supardi, I. 1994. Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. Penerbit Alumni. Bandung. Suparmoko, M. Suparmoko, M.R. 2000. Ekonomika Lingkungan (Edisi Pertama). BPPE. Yogyakarta. Suratmo, G.F. 2002. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta‟
177
Tchobanouglos, G., Theisen, H. and Eliassen, R. 1977.Solid Waste: Engineering Principles and Management Issues, Mc. Graw Hill, New York. Tchobanouglos, G., Theisen, H. And Vigil, SA. 1993. Integreted Solid Waste: Management, Mc. Graw Hill, New York. Turner, R.K.2000. Waste Management, in Former.H, Gabel.L (ed), Principle Environmental and Resources Economic, Edward Elgar Publishing Limited. Cheltenham. Utama, AY. 2000. Implikasi Pembangunan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Terhadap Pengembangan Ekonomi Lingkungan (Studi Kasus TPA Piyungan Bantul). Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. UNEP. 2009. Climate in Peril: a popular guide to the latest IPPC report. GRIDArendal. Birkeland Trykkeri. Vasu, K. 1998. Nitrat Pollution of Groundwater Around a Sewage Stabilitation Pond, Kerala India, IAEA-TECDOC-1045, 57-65. Wardhana, W.,A. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan, Penerbit Andi. Yogyakarta.
178
Lampiran 1. Peta titik pengambilan sampel penyebaran bau dari TPA Sampah Bantar Gebang
Lampiran 1 Radius Titik Pemantauan di Sekitar TPA Bantar Gebang
Lampiran 2. Tabel Proyeksi pendapatan TPST Bantar Gebang Skenario 1 Tahun 2010 sampai Tahun 2025 Tahun Anggaran 2010 2011 2012 2013 Pendapatan
Tipping Fee (Rp 107.800/ton) 265.198.780.000 283.003.297.500 Penjualan listrik (Rp70.395.360.000 820/kwh) 130.734.240.000 Penjualan kompos114.086.522.475 125.641.087.853 Penjualan kertas daur 148.162.733.666 ulang 170.581.863.967 Penjualan plastik daur 910.944.858.962 ulang 1.033.677.885.755 Penjualan besi/logam 38.562.067.500 bekas 42.986.798.250 Penjualan lain-lain 51.794.997.392 60.810.300.450 Pendapatan Total1.599.145.319.995 1.847.435.473.775 Biaya penjualan barang 12.635.511.800 14.336.979.363 Biaya Pengangkutan 109.944.399.101 126.219.692.888 Total biaya penjualan 122.579.910.901 dan pengangkutan140.556.672.251 Keuntungan Kotor 1.476.565.409.095 1.706.878.801.524
318.120.495.000 130.734.240.000 139.093.317.248 197.305.279.006 1.179.125.919.670 48.181.806.750 71.819.760.303 2.084.380.817.976 16.355.260.830 143.232.543.348 159.587.804.178 1.924.793.013.799
355.931.388.120 130.734.240.000 153.233.132.239 226.973.151.777 1.338.497.028.772 53.752.903.512 84.018.288.195 2.343.140.132.616 18.564.745.045 161.855.260.195 180.420.005.240 2.162.720.127.376
0 86.357.012.973 4.317.850.649 2.158.925.324 2.158.925.324 2.997.702.922 43.178.506 21.589.253.243 16.234.253.243 18.499.072.076 302.249.545 80.000.000.000 65.723.259.730 6.476.775.973 4.289.265.584 8.635.701.297 129.535.519 142.289.011.404 465.546.223.313
0 90.674.863.621 4.533.743.181 2.266.871.591 2.266.871.591 3.147.588.068 45.337.432 22.668.715.905 17.045.965.905 19.424.025.679 317.362.023 80.000.000.000 69.009.422.716 6.800.614.772 4.503.728.863 9.067.486.362 136.012.295 194.435.650.359 529.855.722.863
0 95.208.606.803 4.760.430.340 2.380.215.170 2.380.215.170 3.304.967.471 47.604.303 23.802.151.701 17.898.264.201 20.395.226.963 333.230.124 80.000.000.000 72.459.893.852 7.140.645.510 4.728.915.306 9.520.860.680 142.812.910 251.958.426.790 600.149.502.920
Pendapatan operasional internal 0 0 Pendapatan penyesuaian tahun sebelumnya 0 0 Perubahan ketentuan akuntansi 0 0 Pendapatan lain-lain total 0 0 Pengeluaran lain-lain 0 0 Jasa Administrasi Internal 12.336.716.139 13.966.386.699 Pengeluaran Operasional Internal 0 0 Biaya Operasional Internal 0 0 Pendapatan lain-lain Bersih 0 0 Laba Sebelum Pajak 1.053.004.821.657 Penghasilan Badan 1.227.366.191.512 Beban (Manfaat) Pajak 44.776.068.960 Penghasilan Badan 51.593.793.266 Laba Bersih 1.008.228.752.697 1.175.772.398.246
0 0 0 0 0 31.791.343.372 0 0 0 1.363.145.947.564 58.228.262.903 1.304.917.684.660
0 0 0 0 0 36.008.970.175 0 0 0 1.526.561.654.281 65.473.523.713 1.461.088.130.568
Pengeluaran Gaji dan upah
0 Pekerja kontrak 82.244.774.260 Biaya jasa pelayanan 4.112.238.713 Jasa keahlian (profesional 2.056.119.356 fees) Biaya supplies 2.056.119.356 Telekomunikasi 2.854.955.163 Pos dan Pengiriman 41.122.387 Biaya okupansi 20.561.193.565 Biaya bahan bakar 15.461.193.565 Perbaikan dan pemeliharaan 17.618.163.882 Biaya transportasi 287.856.710 Biaya bunga/interest80.000.000.000 pinjaman Biaya penyusutan 62.593.580.695 Biaya amortisasi 6.168.358.069 Biaya Asuransi 4.085.014.842 Biaya Inventory 8.224.477.426 Biaya Organisasi Profesi123.367.161 Biaya lain-lain 99.550.336.147 Pengeluaran Total 411.223.871.299 Pendapatan Bersih
EBITDA DCR
1.201.766.760.421 26,71
1.379.566.227.215 30,66
1.518.955.985.051 33,75
1.686.162.193.643 37,47
mpai Tahun 2025 2014
2015
2016
2017
398.673.148.913 130.734.240.000 168.954.309.803 261.192.319.586 1.520.761.486.650 60.033.434.814 98.246.246.399 2.638.595.186.165 21.091.877.973 183.153.146.945 204.245.024.917 2.434.350.161.248
446.101.506.283 130.734.240.000 186.055.542.220 300.056.849.772 1.725.773.251.107 66.980.255.317 114.498.267.286 2.970.199.911.984 23.933.641.657 207.100.341.419 231.033.983.076 2.739.165.928.908
499.028.803.639 130.734.240.000 204.775.669.381 344.372.898.930 1.957.478.158.550 74.708.831.099 133.156.104.774 3.344.254.706.373 27.144.916.627 234.158.827.989 261.303.744.616 3.082.950.961.756
560.642.226.595 130.734.240.000 226.290.240.288 396.683.702.612 2.229.441.302.672 83.687.702.629 155.540.758.283 3.783.020.173.077 30.916.437.065 265.934.945.571 296.851.382.636 3.486.168.790.442
0 99.969.037.143 4.998.451.857 2.499.225.929 2.499.225.929 3.470.215.845 49.984.519 24.992.259.286 18.793.177.411 21.414.988.312 349.891.630 80.000.000.000 76.082.888.544 7.497.677.786 4.965.361.071 9.996.903.714 149.953.556 318.812.952.292 680.413.582.228
0 104.967.489.000 5.248.374.450 2.624.187.225 2.624.187.225 3.643.726.637 52.483.744 26.241.872.250 19.732.836.281 22.485.737.727 367.386.211 80.000.000.000 79.887.032.972 7.872.561.675 5.213.629.125 10.496.748.900 157.451.233 394.848.666.166 770.529.327.599
0 110.215.863.450 5.510.793.172 2.755.396.586 2.755.396.586 3.825.912.969 55.107.932 27.553.965.862 20.719.478.095 23.610.024.614 385.755.522 80.000.000.000 83.881.384.620 8.266.189.759 5.474.310.581 11.021.586.345 165.323.795 481.741.052.078 872.205.746.582
0 115.726.656.622 5.786.332.831 2.893.166.416 2.893.166.416 4.017.208.617 57.863.328 28.931.664.156 21.755.452.000 24.790.525.844 405.043.298 80.000.000.000 88.075.453.851 8.679.499.247 5.748.026.110 11.572.665.662 173.589.985 585.432.376.683 991.420.305.912
0 0 0 0 0 40.824.814.934 0 0 0 1.713.111.764.086 73.746.265.213 1.639.365.498.873
0 0 0 0 0 46.231.759.656 0 0 0 1.922.404.841.654 83.031.197.536 1.839.373.644.118
0 0 0 0 0 52.332.344.795 0 0 0 2.158.412.870.380 93.504.731.778 2.064.908.138.601
0 0 0 0 0 59.485.218.355 0 0 0 2.435.263.266.175 105.790.164.846 2.329.473.101.329
1.876.692.330.416 41,70
2.090.164.436.300 46,45
2.330.560.444.759 51,79
2.612.018.219.273 58,04
2018
2019
2020
2021
627.977.846.499 130.734.240.000 249.247.702.786 455.295.496.051 2.531.123.682.912 93.464.341.294 180.649.589.667 4.268.492.899.208 35.097.808.127 301.161.040.365 336.258.848.492 3.932.234.050.716
704.059.777.902 130.734.240.000 274.712.630.484 522.753.470.709 2.875.804.760.895 104.480.007.858 209.786.755.879 4.822.331.643.726 39.875.376.258 341.406.265.563 381.281.641.821 4.441.050.001.905
789.078.317.120 130.734.240.000 302.581.627.857 599.660.534.077 3.265.689.243.291 116.751.383.656 243.187.094.583 5.447.682.440.585 45.278.698.835 386.918.827.848 432.197.526.682 5.015.484.913.903
884.059.966.403 130.734.240.000 333.061.215.681 687.282.969.026 3.706.528.842.767 130.418.175.802 281.436.092.132 6.153.521.501.810 51.387.272.954 438.367.503.261 489.754.776.216 5.663.766.725.595
0 121.512.989.453 6.075.649.473 3.037.824.736 3.037.824.736 4.218.069.048 60.756.495 30.378.247.363 22.843.224.600 26.030.052.136 425.295.463 80.000.000.000 92.479.226.544 9.113.474.209 6.035.427.416 12.151.298.945 182.269.484 701.115.595.778 1.123.402.921.469
0 127.588.638.926 6.379.431.946 3.189.715.973 3.189.715.973 4.428.972.500 63.794.319 31.897.159.732 23.985.385.830 27.331.554.743 446.560.236 80.000.000.000 97.103.187.871 9.569.147.919 6.337.198.787 12.758.863.893 191.382.958 834.578.753.985 1.273.980.445.960
0 133.968.070.872 6.698.403.544 3.349.201.772 3.349.201.772 4.650.421.125 66.984.035 33.492.017.718 25.184.655.122 28.698.132.480 468.888.248 80.000.000.000 101.958.347.265 10.047.605.315 6.654.058.726 13.396.807.087 200.952.106 986.667.939.479 1.444.039.716.053
0 140.666.474.416 7.033.323.721 3.516.661.860 3.516.661.860 4.882.942.182 70.333.237 35.166.618.604 26.443.887.878 30.133.039.104 492.332.660 80.000.000.000 107.056.264.628 10.549.985.581 6.986.761.662 14.066.647.442 210.999.712 1.159.790.967.211 1.636.031.332.614
0 0 0 0 0 67.404.175.288 0 0 0 2.741.426.953.959 119.383.401.178 2.622.043.552.781
0 0 0 0 0 76.438.826.758 0 0 0 3.090.630.729.188 134.890.886.024 2.955.739.843.164
0 0 0 0 0 86.642.382.963 0 0 0 3.484.802.814.886 152.400.708.336 3.332.402.106.550
0 0 0 0 0 98.161.879.957 0 0 0 3.929.573.513.024 172.164.202.051 3.757.409.310.973
2.923.019.654.712 64,96
3.277.303.064.978 72,83
3.676.808.767.466 81,71
4.127.179.763.233 91,72
179
2022
2023
2024
2025
990.147.162.371 130.734.240.000 366.373.213.799 787.050.928.597 4.204.789.364.734 145.635.347.935 325.196.122.774 6.949.926.380.210 58.290.449.778 496.503.925.770 554.794.375.548 6.395.132.004.662
1.108.611.197.869 130.734.240.000 402.755.539.294 900.579.057.665 4.767.737.587.199 162.574.761.670 375.216.213.603 7.848.208.597.301 66.088.631.594 562.172.648.698 628.261.280.292 7.219.947.317.009
1.240.866.568.843 130.734.240.000 442.462.991.649 1.029.689.651.260 5.403.538.533.497 181.426.992.500 432.343.017.850 8.861.061.995.599 74.894.611.868 636.322.407.628 711.217.019.496 8.149.844.976.103
1.392.409.181.418 130.734.240.000 487.140.238.397 1.179.761.928.835 6.138.656.353.194 202.975.099.332 499.306.856.539 10.030.983.897.715 85.078.404.763 722.067.365.425 807.145.770.188 9.223.838.127.527
0 147.699.798.137 7.384.989.907 3.692.494.953 3.692.494.953 5.127.089.291 73.849.899 36.924.949.534 27.766.082.272 31.639.691.060 516.949.293 80.000.000.000 112.409.077.859 11.077.484.860 7.336.099.745 14.769.979.814 221.549.697 1.356.654.818.254 1.852.707.201.927
0 155.084.788.044 7.754.239.402 3.877.119.701 3.877.119.701 5.383.443.755 77.542.394 38.771.197.011 29.154.386.385 33.221.675.613 542.796.758 80.000.000.000 118.029.531.752 11.631.359.103 7.702.904.733 15.508.478.804 232.627.182 1.580.301.888.179 2.097.156.891.036
0 162.839.027.446 8.141.951.372 4.070.975.686 4.070.975.686 5.652.615.943 81.419.514 40.709.756.861 30.612.105.704 34.882.759.393 569.936.596 80.000.000.000 123.931.008.340 12.212.927.058 8.088.049.969 16.283.902.745 244.258.541 1.834.150.548.133 2.372.848.301.133
0 170.980.978.818 8.549.048.941 4.274.524.470 4.274.524.470 5.935.246.740 85.490.489 42.745.244.705 32.142.710.990 36.626.897.363 598.433.426 80.000.000.000 130.127.558.757 12.823.573.411 8.492.452.468 17.098.097.882 256.471.468
0 0 0 0 0 111.162.432.116 0 0 0 4.431.262.370.619 194.463.538.646 4.236.798.831.973
0 0 0 0 0 125.829.413.462 0 0 0 4.996.961.012.511 219.615.440.724 4.777.345.571.786
0 0 0 0 0 142.370.898.068 0 0 0 5.634.625.776.902 247.975.335.877 5.386.650.441.026
2.129.624.616.622
2.691.257.257.272 0 0 0 0 0 161.475.435.436 0 0 0 6.371.105.434.819 280.733.149.136 6.090.372.285.683
4.634.748.933.339 102,99
5.206.621.903.366 115,70
5.850.769.712.301 130,02
6.594.056.566.987 146,53
180 Lampiran 3. Tabel Proyeksi pendapatan TPST Bantar Gebang Skenario 2 Tahun 2010 sampai Tahun 2025 Tahun Anggaran 2010 2011 2012 Pendapatan
Tipping Fee (Rp 107.800/ton) Penjualan listrik (Rp 820/kwh) Penjualan kompos Penjualan kertas daur ulang Penjualan plastik daur ulang Penjualan besi/logam bekas Penjualan lain-lain Pendapatan Total Biaya penjualan barang Biaya Pengangkutan Total biaya penjualan dan pengangkutan Keuntungan Kotor Pengeluaran Gaji dan upah
Pekerja kontrak Biaya jasa pelayanan Jasa keahlian (profesional fees) Biaya supplies Telekomunikasi Pos dan Pengiriman Biaya okupansi
biaya bahan bakar Perbaikan dan pemeliharaan Biaya transportasi Biaya bunga/interest pinjaman Biaya penyusutan Biaya amortisasi Biaya Asuransi Biaya Inventory Biaya Organisasi Profesi Biaya lain-lain Pengeluaran Total
265.198.780.000
70.395.360.000 114.086.522.475 148.162.733.666 910.944.858.962 38.562.067.500 72.599.997.392 1.619.950.319.995 12.843.561.800 111.608.799.101 124.452.360.901 1.495.497.959.095 3.185.000.000 83.493.074.260 4.174.653.713 2.087.326.856 2.087.326.856 2.895.524.913 41.746.537 20.873.268.565 12.523.961.139 17.817.891.882 292.225.760 78.250.000.000 63.529.805.695 6.261.980.569 4.121.188.342 8.349.307.426 125.239.611 107.355.849.173
417.465.371.299
283.003.297.500 318.120.495.000 155.875.440.000 155.875.440.000 125.641.087.853 139.093.317.248 170.581.863.967 197.305.279.006 1.033.677.885.755 1.179.125.919.670 42.986.798.250 48.181.806.750 83.695.800.450 96.993.810.303 1.895.462.173.775 2.134.696.067.976 14.565.834.363 16.607.001.330 129.056.180.888 146.252.115.348 143.622.015.251 162.859.116.678 1.751.840.158.524 1.971.836.951.299 3.344.250.000 87.667.727.973 4.383.386.399 2.191.693.199 2.191.693.199 3.040.301.159 43.833.864 21.916.931.993 13.150.159.196 18.708.786.476 306.837.048 78.250.000.000 66.706.295.980 6.575.079.598 4.327.247.759 8.766.772.797 131.501.592 150.709.375.082 472.411.873.313
3.511.462.500 92.051.114.371 4.602.555.719 2.301.277.859 2.301.277.859 3.192.316.217 46.025.557 23.012.778.593 13.807.667.156 19.644.225.799 322.178.900 78.250.000.000 70.041.610.779 6.903.833.578 4.543.610.147 9.205.111.437 138.076.672 203.532.814.720
537.407.937.863
Pendapatan Bersih
Pendapatan operasional internal Pendapatan penyesuaian tahun sebelumnya Perubahan ketentuan akuntansi Pendapatan lain-lain total Pengeluaran lain-lain Jasa Administrasi Internal Pengeluaran Operasional Internal Biaya Operasional Internal Pendapatan lain-lain Bersih Laba Sebelum Pajak Penghasilan Badan Beban (Manfaat) Pajak Penghasilan Badan Laba Bersih
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 12.523.961.139 14.172.356.199 32.244.476.272 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1.065.508.626.657 1.265.255.929.012 1.402.184.537.164 44.776.068.960 51.593.793.266 58.228.262.903 1.020.732.557.697 1.213.662.135.746 1.343.956.274.260
EBITDA DCR
1.213.550.412.921 1.416.787.304.590 1.557.379.981.520 27,58 32,20 35,39
ai Tahun 2025 2013
2014
2015
2016
2017
355.931.388.120 398.673.148.913 446.101.506.283 499.028.803.639 560.642.226.595 155.875.440.000 155.875.440.000 155.875.440.000 155.875.440.000 155.875.440.000 153.233.132.239 168.954.309.803 186.055.542.220 204.775.669.381 226.290.240.288 226.973.151.777 261.192.319.586 300.056.849.772 344.372.898.930 396.683.702.612 1.338.497.028.772 1.520.761.486.650 1.725.773.251.107 1.957.478.158.550 2.229.441.302.672 53.752.903.512 60.033.434.814 66.980.255.317 74.708.831.099 83.687.702.629 111.709.743.195 128.706.846.899 148.004.927.836 170.013.431.379 196.083.817.548 2.395.972.787.616 2.694.196.986.665 3.028.847.772.534 3.406.253.232.978 3.848.704.432.343 18.841.659.595 21.396.483.978 24.268.708.263 27.513.489.893 31.321.867.657 165.076.224.595 186.595.642.985 210.786.522.263 238.113.062.117 270.184.038.312 183.917.884.190 207.992.126.962 235.055.230.525 265.626.552.011 301.505.905.970 2.212.054.903.426 2.486.204.859.703 2.793.792.542.009 3.140.626.680.967 3.547.198.526.373 3.687.035.625 96.653.670.090 4.832.683.505 2.416.341.752 2.416.341.752 3.351.932.028 48.326.835 24.163.417.523 14.498.050.514 20.626.437.089 338.287.845 78.250.000.000 73.543.691.318 7.249.025.257 4.770.790.654 9.665.367.009 144.980.505 261.800.560.120 608.456.939.420
3.871.387.406 101.486.353.595 5.074.317.680 2.537.158.840 2.537.158.840 3.519.528.629 50.743.177 25.371.588.399 15.222.953.039 21.657.758.944 355.202.238 78.250.000.000 77.220.875.883 7.611.476.520 5.009.330.187 10.148.635.359 152.229.530 329.475.064.113 689.551.762.378
4.064.956.777 106.560.671.274 5.328.033.564 2.664.016.782 2.664.016.782 3.695.505.061 53.280.336 26.640.167.819 15.984.100.691 22.740.646.891 372.962.349 78.250.000.000 81.081.919.678 7.992.050.346 5.259.796.696 10.656.067.127 159.841.007 406.413.292.586 780.581.325.764
4.268.204.615 4.481.614.846 111.888.704.838 117.483.140.080 5.594.435.242 5.874.157.004 2.797.217.621 2.937.078.502 2.797.217.621 2.937.078.502 3.880.280.314 4.074.294.330 55.944.352 58.741.570 27.972.176.209 29.370.785.020 16.783.305.726 17.622.471.012 23.877.679.236 25.071.563.197 391.610.467 411.190.990 78.250.000.000 78.250.000.000 85.136.015.661 89.392.816.444 8.391.652.863 8.811.235.506 5.522.786.531 5.798.925.857 11.188.870.484 11.748.314.008 167.833.057 176.224.710 494.299.009.726 599.083.592.113 883.262.944.563 1.003.583.223.692
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 36.507.416.365 41.373.105.743 46.834.879.546 52.995.776.674 60.214.993.422 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1.567.090.547.641 1.755.279.991.582 1.966.376.336.699 2.204.367.959.730 2.483.400.309.260 65.473.523.713 73.746.265.213 83.031.197.536 93.504.731.778 105.790.164.846 1.501.617.023.928 1.681.533.726.369 1.883.345.139.164 2.110.863.227.952 2.377.610.144.414
1.726.133.264.215 1.918.362.343.985 2.133.700.306.722 2.376.145.628.254 2.659.854.361.210 39,23 43,60 48,49 54,00 60,45
2018
2019
2020
2021
2022
627.977.846.499 704.059.777.902 789.078.317.120 884.059.966.403 990.147.162.371 155.875.440.000 155.875.440.000 155.875.440.000 155.875.440.000 155.875.440.000 249.247.702.786 274.712.630.484 302.581.627.857 333.061.215.681 366.373.213.799 455.295.496.051 522.753.470.709 599.660.534.077 687.282.969.026 787.050.928.597 2.531.123.682.912 2.875.804.760.895 3.265.689.243.291 3.706.528.842.767 4.204.789.364.734 93.464.341.294 104.480.007.858 116.751.383.656 130.418.175.802 390.491.125.151 225.246.954.859 258.843.857.590 297.149.906.466 340.795.185.203 390.491.125.151 4.338.231.464.401 4.896.529.945.438 5.526.786.452.467 6.238.021.794.881 7.285.218.359.804 35.543.781.779 40.365.947.275 45.818.326.953 51.980.863.885 61.391.957.574 305.734.477.581 346.336.481.700 392.241.500.798 444.121.878.707 522.321.636.138 341.278.259.360 386.702.428.975 438.059.827.752 496.102.742.592 583.713.593.712 3.996.953.205.041 4.509.827.516.463 5.088.726.624.716 5.741.919.052.289 6.701.504.766.092 4.705.695.588 4.940.980.368 5.188.029.386 5.447.430.856 5.719.802.398 123.357.297.084 129.525.161.938 136.001.420.035 142.801.491.037 149.941.565.588 6.167.864.854 6.476.258.097 6.800.071.002 7.140.074.552 7.497.078.279 3.083.932.427 3.238.129.048 3.400.035.501 3.570.037.276 3.748.539.140 3.083.932.427 3.238.129.048 3.400.035.501 3.570.037.276 3.748.539.140 4.278.009.046 4.491.909.498 4.716.504.973 4.952.330.222 5.199.946.733 61.678.649 64.762.581 68.000.710 71.400.746 74.970.783 30.839.324.271 32.381.290.485 34.000.355.009 35.700.372.759 37.485.391.397 18.503.594.563 19.428.774.291 20.400.213.005 21.420.223.655 22.491.234.838 26.325.141.357 27.641.398.425 29.023.468.346 30.474.641.764 31.998.373.852 431.750.540 453.338.067 476.004.970 499.805.219 524.795.480 78.250.000.000 78.250.000.000 78.250.000.000 78.250.000.000 78.250.000.000 93.862.457.267 98.555.580.130 103.483.359.137 108.657.527.093 114.090.403.448 9.251.797.281 9.714.387.145 10.200.106.503 10.710.111.828 11.245.617.419 6.088.872.150 6.393.315.758 6.712.981.546 7.048.630.623 7.401.062.154 12.335.729.708 12.952.516.194 13.600.142.003 14.280.149.104 14.994.156.559 185.035.946 194.287.743 204.002.130 214.202.237 224.912.348 715.970.017.868 850.757.357.658 1.004.303.829.862 1.179.030.594.291 1.377.659.313.083 1.136.782.131.026 1.288.697.576.474 1.460.228.559.618 1.653.839.060.535 1.872.295.702.640 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 68.206.927.862 77.321.854.588 87.613.713.577 99.230.343.632 112.337.742.158 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2.791.964.146.153 3.143.808.085.400 3.540.884.351.521 3.988.849.648.122 4.716.871.321.294 119.383.401.178 134.890.886.024 152.400.708.336 172.164.202.051 194.463.538.646 2.672.580.744.975 3.008.917.199.376 3.388.483.643.184 3.816.685.446.071 4.522.407.782.648
2.973.328.400.701 3.330.328.052.676 3.732.817.817.160 4.186.467.287.043 4.920.457.342.161 67,58 75,69 84,84 95,15 111,83
2023
1.108.611.197.869 155.875.440.000 402.755.539.294 900.579.057.665 4.767.737.587.199 162.574.761.670 447.040.716.218 7.945.174.299.916 66.806.876.620 568.924.256.907 635.731.133.527 7.309.443.166.389
2024
2025
1.240.866.568.843 1.392.409.181.418 155.875.440.000 155.875.440.000 442.462.991.649 487.140.238.397 1.029.689.651.260 1.179.761.928.835 5.403.538.533.497 6.138.656.353.194 181.426.992.500 202.975.099.332 511.349.970.727 586.214.504.704 8.965.210.148.476 10.143.032.745.880 75.684.681.396 85.947.481.245 643.648.611.858 730.025.625.278 719.333.293.255 815.973.106.522 8.245.876.855.221 9.327.059.639.357
6.005.792.518 6.306.082.144 157.438.643.868 165.310.576.061 7.871.932.193 8.265.528.803 3.935.966.097 4.132.764.402 3.935.966.097 4.132.764.402 5.459.944.070 5.732.941.273 78.719.322 82.655.288 39.359.660.967 41.327.644.015 23.615.796.580 24.796.586.409 33.598.292.544 35.278.207.172 551.035.254 578.587.016 78.250.000.000 78.250.000.000 119.794.923.620 125.784.669.801 11.807.898.290 12.398.293.205 7.771.115.262 8.159.671.025 15.743.864.387 16.531.057.606 236.157.966 247.965.864 1.603.248.532.785 1.859.234.392.511 2.118.704.241.820 2.396.550.386.997 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 127.122.254.509 143.793.023.220 0 0 0 0 0 0 5.063.616.670.060 5.705.533.445.005 219.615.440.724 247.975.335.877 4.844.001.229.335 5.457.558.109.128
6.621.386.251 173.576.104.864 8.678.805.243 4.339.402.622 4.339.402.622 6.019.588.337 86.788.052 43.394.026.216 26.036.415.730 37.042.117.530 607.516.367 78.250.000.000 132.073.903.292 13.018.207.865 8.567.654.576 17.357.610.486 260.364.157 2.157.060.257.511
2.717.329.551.722 0 0 0 0 0 163.039.773.103 0 0 0 6.446.690.314.532 280.733.149.136 6.165.957.165.396
5.273.469.491.970 5.921.966.408.011 119,85 134,59
6.670.032.425.688 151,59
68
42